pengaruh pengungkapan informasi corporate social
TRANSCRIPT
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9 Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016 “Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis
PENGARUH PENGUNGKAPAN INFORMASI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
EARNING RESPONSE COEFFICIENT PADA
PERUSAHAAN HIGH PROFILE DAN LOW PROFILE
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Yosefin Dessy Septianingrum
MI Mitha Dwi Restuti
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
The purpose of this study was to test the impact of Corporate Social Responsibility
(CSR) disclosure toward Earning Response Coefficient (ERC) in high profile and
low profile companies listed on the Indonesian Stock Exchange. Due to different
characteristics between high and low profile company, investor could have
different reaction through CSR disclosures. Multiple linear regression used on data
analysis. The samples were 318 high profile companies and 325 low profile
companies. The results were CSR disclosure has no effect on ERC in high and low
profile companies. Investor did not respond to the CSR disclosure in high and low
companies, investors did not consider social information in the annual report.
Investors were more focuse on short term company’s performance and used profit
information for their investment decision.
Keyword : Corporate Social Responsibility, Earning Response Coefficient, High
Profile Company, Low Profile Company
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9 Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016 “Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis
PENDAHULUAN
Pengungkapan Corporate Social Respnsibility (CSR) merupakan bentuk
pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan. Pada tiga dasawarsa
terakhir menunjukkan bahwa kalangan usaha khususnya di negara maju semakin
menyadari bahwa keberlangsungan usahanya tidak hanya bergantung pada efisiensi
pemanfaatan sumber daya untuk memaksimalkan profit jangka pendek, tanpa
diikuti oleh upaya peningkatan kualitas sosial, ekonomi, budaya masyarakat serta
pengelolaan lingkungan dengan baik, pada akhirnya akan memunculkan masalah
bagi perusahaan yang tidak hanya akan mengurangi profit karena adanya
penambahan biaya, tetapi juga berpotensi menghancurkan perusahaan akibat
kebangkrutan (Supriyono &Vita, 2011). Dengan menerapkan CSR, diharapkan
perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan
keuangan dalam jangka panjang (Kiroyan, 2006 dalam Sayekti & Wondabio, 2007).
CSR dipahami sebagai perwujudan komitmen kepada keberlanjutan
perusahaan yang dicerminkan dalam triple bottom line yaitu profit, planet dan
people. Perusahaan sebaiknya tidak hanya mengungkapkan informasi keuangan
saja namun juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial
dan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan.
Keberlangsungan hidup perusahaan akan terjadi apabila perusahaan memberi
kepedulian terhadap pertumbuhan ekonomi, pengembangan lingkungan dan
pengembangan sosial. Sebuah pandangan menyebutkan CSR sebagai enligtened
shareholder approach, yang menyatakan bahwa apabila pembuat keputusan
perusahaan ingin memaksimalkan keuntungan jangka panjang maka mereka harus
mempertimbangkan berbagai hal mengenai sosial dan lingkungan (Permatasiwi,
2010 dalam Sudaryanto, 2011).
Earning Response Coefficient (ERC) merupakan estimasi perubahan harga
saham perusahaan akibat dari informasi laba perusahaan yang diumumkan ke pasar
(Cheng dan Nasir, 2010). Rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba kurang
informatif bagi investor untuk membuat keputusan ekonomi sehingga dibutuhkan
informasi- informasi lain selain informasi mengenai laba yang dapat menjadi
2
pertimbangan bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Informasi lainnya
ini diantaranya adalah informasi CSR perusahaan.
Profile perusahaan telah di identifikasi sebagai faktor potensial yang
mempengaruhi praktik pengungkapan sosial perusahaan. Perusahaan high profile
umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat
karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan
berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Menurut Anggraini (2006)
perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile adalah perusahaan yang
memiliki tingkat sensitifitas tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang
tinggi, atau tingkat kompensasi yang ketat. Perusahaan ini pada umumnya memiliki
karakteristik memilki jumlah tenaga kerja yang besar dan proses produksinya
mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
Perusahaan low profile adalah perusahaan yang tidak terlalu memperoleh sorotan
luas dari masyarakat ketika operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan
atau kesalahan. Perusahaan yang termasuk dalam industri high profile diyakini akan
memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low profile.
Oleh karena adanya perbedaan karakteristik dan juga pengungkapan yang
dilakukan, pengaruhnya terhadap ERC juga kemungkinan besar akan berbeda.
Jayanti (2012) menguji pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial
terhadap ERC pada sektor pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh negatif
terhadap ERC. Restuti dan Nathaniel (2012) meneliti mengenai pengaruh
pengungkapan CSR terhadap ERC dan hasil penelitian ini yaitu bahwa
pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini dapat dikatakan
bahwa investor belum memperhatikan informasi sosial yang diungkapkan dalam
laporan tahunan perusahaan sebagai informasi yang dapat mempengaruhi investor
dalam melakukan keputusan investasi.
Penelitian ini akan menguji pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC
pada perusahaan high profile dan low profile. Pengungkapan pertanggungjawaban
sosial yang dilakukan oleh perusahaan high profile akan mendapatkan lebih banyak
perhatian dari investor, karena kegiatan usahanya yang memiliki pengaruh besar
3
terhadap kondisi lingkungan dan sosial maka program pertanggungjawaban sosial
yang diungkapkan akan mampu meningkatkan citra dari perusahaan tersebut yang
akan berpengaruh pada peningkatan penjualan. Informasi dari CSR tersebut
menjadi signifikan untuk digunakan oleh investor dalam pembuatan keputusan
investasinya karena informasi yang terdapat dalam laporan CSR perusahaan high
profile mampu mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa mendatang.
Sedangkan perusahaan low profile memiliki karakteristik yaitu kegiatan usahanya
tidak mempengaruhi kondisi lingkungan dan sosial secara signifikan. Dengan
karakteristik perusahaan low profile yang tidak berdampak secara signifikan
terhadap kondisi lingkungan namun perusahaan ini tetap mampu melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial nya dengan baik maka akan memungkinkan
timbulnya respon yang baik dari pihak investor karena dengan adanya
pengungkapan ini mampu menunjukkan adanya kualitas dan tanggung jawab yang
tinggi dari perusahaan ini. Perbedaan karakteristik yang terdapat pada kedua
perusahaan ini berpotensi besar memunculkan respon investor yang berbeda pula.
KERANGKA TEORITIS
Teori Sinyal
Menurut Jama’an (2008) teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Sinyal ini dapat berupa informasi apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Teori sinyal merupakan sinyal
informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk mempertimbangkan dan
menentukan apakah investor akan menanamkan sahamnya atau tidak pada
perusahaan yang bersangkutan (Suwardjono, 2005). Teori sinyal menekankan pada
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak di luar perusahaan. Menurut Jogiyanto (2000: 392) informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor
dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengadung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan memberikan reaksi positif.
4
Teori ini mengindikasikan bahwa laporan keuangan perusahaan merupakan
suatu sinyal yang dapat mempengaruhi nilai saham mereka. Apabila sinyal
perusahaan menginformasikan kabar yang baik pada pasar, maka akan dapat
meningkatkan harga saham sebaliknya jika sinyal perusahaan menginformasikan
kabar buruk maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan. Perusahaan
pastinya ingin menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaannya
kepada pihak di luar perusahaan. Informasi tentang pengungkapan CSR ini menjadi
suatu sinyal dari perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan yang
berorientasi jangka panjang. Laporan CSR ini mampu menjelaskan tanggung jawab
perusahaan terhadap kondisi lingkungan dan sosial yang dakibatkan oleh aktivitas
operasi perusahaan. Penjelasan dari laporan CSR ini mampu mengurangi
ketidakpastian perusahaan di masa mendatang.
Corporate Social Responsibility Disclosure
Menurut Chariri dan Ghozali (2007), praktik pengungkapan sosial
perusahaan memainkan peranan penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup
di lingkungan masyarakat dan kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial
lingkungan. Definisi Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menurut
Gray et al. (1987) dalam Rosmasita (2007) adalah proses pengkomunikasian efek-
efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara
keseluruhan. Pengertian lainnya menurut Hackston dan Milne (1996) yaitu bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah proses pengkomunikasian
dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok
khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Tujuan
dari pengungkapan sosial perusahaan yang diungkapkan oleh Darwin (2007) yaitu
untuk menjalin komunikasi yang baik dan efektif antara perusahan dengan publik
dan stakeholders lainnya tentang bagaimana telah mengintegrasikan kepedulian
dan tanggung jawab sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya.
Pengungkapan informasi tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan
secara terbuka dan jujur memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan kegiatan
5
operasi perusahaan terutama manfaat jangka panjang yang akan dirasakan oleh
perusahaan. Dengan adanya peningkatan mutu pengungkapan sosial yang
dilakukan perusahaan maka akan memberikan manfaat sosial bagi perusahaan
dimana hal ini dapat meminimalkan biaya-biaya yang mungkin timbul di masa
depan akibat adanya kerusakan kondisi sosial maupun lingkungan sebagai dampak
aktivitas operasi perusahaan. Informasi CSR menjadi informasi bagi masyarakat
sehingga mereka mengetahui sejauh mana perusahaan telah melaksanakan aktivitas
sosial sehingga kehidupan masyarakat sekitar sejahtera. Menurut Global Reporting
Initiative (GRI), definisi dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
yaitu praktik dalam mengukur, mengungkapkan, dan menjadi bertanggung jawab
kepada para stakeholder baik internal maupun eksternal untuk kinerja organisasi
yang mengarah kepada perkembangan yang berkelanjutan untuk menggambarkan
pelaporan ekonomi, lingkungan, dan dampak sosial.
Earning Response Coefficient (ERC)
Earning Response Coefficient (ERC) digunakan untuk mengukur besaran
reaksi pasar terhadap informasi yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan
terutama informasi mengenai laba. Pengertian ERC menurut Cho dan Jung (1991)
adalah efek dari setiap dolar unexpected earnings terhadap return saham, dan
biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal return saham dan
unexpected earnings. Respon pasar terhadap laba dapat berbeda-beda karena
adanya hal-hal yaitu persistensi laba, beta, struktur permodalan perusahaan, kualitas
laba, peluang pertumbuhan perusahaan (Scott, 2009). Nilai ERC diprediksi akan
tinggi apabila laba perusahaan lebih persisten di masa yang akan datang, kualitas
laba semakin baik dan memiliki peluang untuk bertumbuh.
ERC merupakan koefisien yang mengukur respon abnormal return sekuritas
terhadap unexpected earning perusahaan yang menerbitkan sekuritas (Naimah dan
Utama, 2006). Widiastuti (2002) mendefinisikan ERC sebagai sensitifitas
perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi. Kuatnya reaksi pasar
terhadap informasi laba yang tercermin dengan tingginya ERC, menunjukkan
informasi laba yang dilaporkan berkualitas. Sebaliknya lemahnya reaksi pasar
6
terhadap informasi laba yang tercermin dari rendahnya ERC menunjukkan
informasi laba yang dilaporkan kurang atau tidak berkualitas.
ERC merupakan salah satu bentuk pengujian terhadap kandungan informasi
laba. Pada saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang berapa
besarnya laba perusahaan atas dasar informasi yang tersedia secara publik
(Soewardjono, 2005 dalam Delvira dan Nelvirita, 2011). Jika investor mempunyai
persepsi bahwa informasi keuangan itu memiliki kredibilitas tinggi, maka ia akan
bereaksi terhadap laporan keuangan tersebut secara kuat (Novanti dan Erni, 2008)
Penelitian Terdahulu
Sayekti dan Wondabio (2007) menguji pengaruh tingkat pengungkapan
informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan terhadap ERC. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara pengungkapan
CSR dan ERC. Hal ini menunjukkan bahwa investor turut memperhatikan
informasi CSR yang diungkapkan oleh perusahaan dalam mengambil keputusan
investasi. Adisusilo (2011) menguji pengaruh pengungkapan informasi CSR dalam
laporan tahunan terhadap ERC (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
dan negatif antara CSR terhadap ERC secara parsial. Jayanti (2012) menguji
pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap ERC pada sektor
pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan variabel pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap ERC.
Restuti dan Nathaniel (2012) meneliti mengenai pengaruh pengungkapan
CSR terhadap ERC dan hasil penelitian ini yaitu bahwa pengungkapan CSR tidak
berpengaruh terhadap ERC. Hal ini dapat dikatakan bahwa investor belum
memperhatikan informasi-informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan
tahunan perusahaan sebagai informasi yang dapat mempengaruhi investor dalam
melakukan keputusan investasi. Wulandari dan Wirajaya (2013) melakukan
penelitian tentang pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya keyakinan investor terhadap informasi CSR yang
7
diungkapkan dan sedikitnya jumlah informasi CSR yang diungkapkan oleh
perusahaan. Fabita (2014) menguji pengaruh pengungkapan informasi CSR
terhadap ERC pada perusahaan high profile dan hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengungkapan informasi CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hasil ini
mengindikasikan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu membantu investor
dalam menginterpretasikan laba dengan lebih baik sehingga investor tidak akan
mempertimbangkan pengungkapan CSR dalam pengambilan keputusan investasi.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap ERC Perusahaan High Profile
Perusahaan high profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pengelolaan sumber daya alam. Perusahaan ini memiliki tingkat sensitivitas yang
tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik atau tingkat kompetisi yang ketat
dan pada umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari
masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan
dengan kepentingan masyarakat secara luas. Masyarakat umumnya lebih sensitif
terhadap tipe industri ini karena kelalaian perusahaan dalam pengamannan proses
produksi dan hasil produksi dapat membawa dampak yang besar bagi masyarakat.
Industri high profile diyakini melakukan pengungkapan sosial yang lebih
banyak daripada industri yang low profile. Selama periode 2011 industri high
profile mengimplementasikan kegiatan CSR-nya secara detail dan menyeluruh ke
dalam semua aspek kehidupan agar limbah industrinya tidak membahayakan bagi
alam, lingkungan, serta dapat menyejahterakan masyarakat sekitar (Rachman,
2012). Hackston dan Milne (1996) dalam Rahardjo (2009) menjelaskan bahwa
perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan
informasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan
image perusahaan dan mempengaruhi penjualan. Dengan adanya pengungkapan
sosial yang lebih tinggi pada laporan keuangan tahunan pada perusahaan high
profile maka potensi dari informasi CSR disclosure untuk dapat mempengaruhi
keputusan investor dalam mengambil keputusan investasi akan lebih tinggi pula.
8
Hasil penelitian Anggraini (2006) menunjukkan bahwa perusahaan dengan
kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki
risiko politis tinggi (high profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang
lebih banyak dibandingkan perusahaan lain. Hasil penelitian Hidayati dan Murni
(2009) menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan
high profile berpengaruh secara negatif terhadap ERC. Hasil ini menunjukkan
bahwa informasi CSR dapat digunakan oleh investor sebagai salah satu masukan
dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak hanya menggunakan
informasi mengenai laba saja dalam membuat keputusan investasi tetapi juga
menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan CSR sehingga
pertimbangan investor ini akan mempengaruhi respon pasar terhadap laba
perusahaan.
Pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh
perusahaan high profile lebih mendapatkan perhatian investor, terkait karakteristik
perusahaan ini yang memiliki risiko dan sensitifitas lebih tinggi membuat investor
asing maupun lokal akan concern pada operasi perusahaan. Pengungkapan
Corporate Social Responsibility juga akan meningkatkan citra dari perusahaan
tersebut yang dapat berpengaruh pada peningkatan penjualan perusahaan. Selain itu
pengungkapan informasi CSR yang dilakukan mampu menjadi informasi tambahan
bagi investor serta mampu mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa yang
akan datang. Informasi tersebut akan menjadi dasar bagi penilaian dan
pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasinya. Karena dengan
melihat kinerja keuangan perusahaan saja tidak akan cukup memberikan penilaian
mengenai baik buruknya kinerja perusahaan. Laba merupakan salah satu informasi
yang sering dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi oleh investor.
Namun kegunaan informasi mengenai laba ini sangat terbatas dan hanya
beorientasi pada kinerja jangka pendek perusahaan saja sedangkan investor juga
harus memperhatikan informasi yang berorientasi pada kinerja jangka panjang
perusahaan seperti informasi CSR sehingga investor mampu mempertimbangkan
kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Dengan semakin tingginya
pengungkapan informasi CSR memungkinkan informasi mengenai laba tidak lagi
9
menjadi perhatian utama investor, investor bisa menggunakan informasi CSR
sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan investasi, sehingga
perhatian terhadap laba akan menurun secara tidak langsung. Ketika pengungkapan
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan lebih tinggi maka respon pasar terhadap
laba akan semakin rendah karena investor akan menggunakan informasi dalam
CSR. Berdasarkan hal ini, maka hipotesis yang penelitian ini dinyatakan sebagai
berikut:
H1: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh negatif terhadap ERC pada
perusahaan high profile.
Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap ERC Perusahaan Low Profile
Menurut Hackston dan Milne (1996: 81) dalam Rahardjo (2009) perusahaan
low profile didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki tingkat consumer
visibility dan political visibility yang rendah. Perusahaan kategori ini
dikarakteristikkan sebagai industri yang kurang sensitif terhadap terjadinya
kerusakan lingkungan, memiliki tingkat risiko kerja yang lebih rendah, serta tidak
memiliki sisa residu (limbah). Dengan begitu praktik social diclosure akan lebih
ekstensif dilakukan oleh perusahaan bertipe high profile dibandingkan dengan
perusahaan bertipe low profile.
Indrawati (2009) dalam penelitian pengungkapan CSR dalam annual report
serta pengaruh political visibility dan economic performance menunjukkan bahwa
pengungkapan lebih banyak dilakukan pada perusahaan yang termasuk high profile
dibandingkan dengan perusahaan low profile. Dengan adanya perbedaan
pengungkapan sosial pada perusahaan low profile yang lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan high profile ini maka potensi dari informasi social disclosure
perusahaan low profile untuk dapat mempengaruhi ERC juga akan lebih rendah
karena keterbatasan informasi yang ada. Pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan low profile mungkin tidak akan mempengaruhi keputusan investor. Hal
ini dikarenakan pada dasarnya perusahaan low profile tidak memiliki dampak
terhadap lingkungan dan sosial secara signifikan.
10
Perusahaan low profile yang pada dasarnya kegiatan operasinya tidak
mempengaruhi dampak lingkungan dan sosial secara signifikan, pengungkapan
pertanggungjawaban sosialnya tidak akan dijadikan sebagai dasar informasi dalam
pengambilan keputusan investor. Karena investor yang akan menanamkan
modalnya dalam perusahaan low profile tidak mengutamakan faktor pengungkapan
sosial namun menggunakan informasi lain seperti informasi terkait laba
perusahaan. Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan low profile akan
mendapatkan respon yang baik dari investor karena akan menunjukkan perusahaan
memiliki kredibilitas, tanggung jawab dan pengelolaan yang baik sehingga investor
akan memberikan kepercayaan serta respon yang baik atas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan low profile. Sehingga ketika pengungkapan
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan semakin tinggi maka respon pasar
terhadap laba akan semakin tinggi juga. Dengan demikian, maka hipotesis
penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
H2: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh positif terhadap ERC pada
perusahaan low profile.
METODE PENELITIAN
Sampel
Sampel dari penelitian ini yaitu perusahaan high profile dan perusahaan low
profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013 dan 2014.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling.
Dengan kriteria sampel perusahaan high profile dan low profile di Bursa Efek
Indonesia yang secara continue melaporkan laporan keuangan dengan lengkap,
perusahaan yang mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR)
dalam laporan tahunannya selama tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, Robert (1992); Hackston & Milne (1996); Patten (1991)
perusahaan yang terklasifikasi dalam perusahaan high profile antara lain
perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif,
penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,
11
media dan komunikasi, kesehatan, energi (listrik), transportasi dan pariwisata.
Sedangkan yang termasuk perusahaan low profile antara lain perusahaan bangunan,
keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil,
produk rumah tangga.
Berikut hasil perhitungan sampel
Tabel 1: Hasil Perhitungan Sampel
Keterangan High Profile Low Profile
2013 2014 2013 2014
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI 254 255 236 (239)
Jumlah perusahaan yang tidak melaporkan
laporan tahunan ke BEI (2) (6) (3) (8)
Jumlah perusahaan yang tidak mengungkapkan
tanggung jawab sosial perusahaan dalam
laporan tahunan
(21) (13) (15) (14)
Jumlah perusahaan yang baru melakukan IPO (30) (19) (22) (10)
Jumlah perusahaan yang mengalami delisting (4) (1) (3) (0)
Jumlah perusahaan yang tidak memiliki data
yang lengkap (28) (67) (59) (31)
Jumlah sampel per tahun 169 149 134 191
Jumlah sampel akhir 318 325
Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan yang diukur dengan
Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRI). Instrumen pengukuran
CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada instrumen
yang digunakan pada GRI Indicators (G3), yang mengelompokkan informasi CSR
ke dalam kategori: Ekonomi (9 Item), Lingkungan (30 Item), Tenaga Kerja (13
Item), HAM (9 Item), Sosial (8 Item), dan Produk (9 Item). GRI (Global Reporting
Initiative) adalah institusi resmi yang mengeluarkan standard tentang sustainability
reporting. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan
pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai
1 apabila diungkapkan, dan nilai 0 apabila tidak diungkapkan (Haniffa et al., 2005).
Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor
12
untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Haniffa
et al, 2005):
CSRIj = ΣX𝑖𝑗
𝑛𝑗
Keterangan:
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
Nj : Jumlah item perusahaan j, nj ≤ 78
ΣXij :Dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak
diungkapkan
Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Earning Response
Coefficient (ERC). Untuk mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan
menggunakan ERC, yang merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi
dalam laba. Estimat ERC dalam penelitian ini merupakan koefisien yang diperoleh
dari regresi cross sectional antara Cumulative Abnormal Return (CAR) sebagai
proksi harga saham dengan Unexpected Earning (UE).
Penelitian Collins et al (1989) dalam Sayekti dan Wondabio (2007)
menemukan bahwa perhitungan return yang paling optimal adalah selama 15 bulan.
Pada penelitian ini CAR diperoleh dengan menggunakan window (time interval)
yang mengacu pada penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) yaitu CAR dihitung
secara harian untuk periode 15 bulan, yaitu dari tanggal 1 januari sampai 31 maret.
Hal ini dikarenakan jika periode waktu yang digunakan terlalu pendek maka tidak
mampu menunjukkan reaksi pasar yang mungkin terjadi di luar time interval
misalnya karena reaksi investor yang lambat sebaliknya jika periode yang
digunakan terlalu panjang maka dapat memberikan pengukuran yang bias mengenai
kontribusi informasi yang diungkapan oleh perusahaan (Lev, 1989 dalam Sayekti
dan Wondabio, 2007). Pada penelitian ini untuk menghitung abnormal return tahun
2013 menggunakan harga saham perusahaan dan indeks harga saham gabungan
13
selama periode 1 januari 2013 sampai 31 maret 2014 sedangkan untuk menghitung
abnormal return tahun 2014 menggunakan harga saham perusahaan dan indeks
harga saham gabungan selama periode 1 januari 2014 sampai 31 maret 2015.
Pengukuran abnormal return dalam penelitian ini menggunakan market
adjusted models yang mengasumsikan bahwa pengukuran yang terbaik adalah
return indeks pasar (Pincus, 1993 dalam Widiastuti, 2002) sehingga tidak perlu
menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return
sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar pada periode
yang sama. Dalam hal ini return indeks pasar menggunakan return dari indeks
harga saham gabungan (IHSG). Berikut adalah rumus untuk menghitung abnormal
return:
CAR = ΣARit
Rit = 𝑃𝑖𝑡−𝑃𝑖𝑡−1
𝑃𝑖𝑡−1
Rmt= 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
ARit = Rit – Rmt
Keterangan :
ARit : Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t
Rit :Return harian perusahaan i pada hari ke-t
Rmt :Return indeks pasar pada hari ke-t
Pit : Harga saham perusahaan i pada hari ke-t
Pit-1 : Harga saham perusahaan i pada hari ke-t-1
IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t
IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1
Sementara Unexpected Earning (UE) dihitung sebagai perubahan dari laba
per saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sekarang dikurangi dengan laba
per lembar saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sebelumnya dan
diskalakan dengan harga per lembar pada akhir periode sebelumnya (Kothari &
14
Zimmerman, 1995; Billings, 1999 dalam akuntansi yang direalisasikan terhadap
laba akuntansi (Widiastuti, 2002). Laba akuntansi per saham menunjukkan kinerja
internal dan harga saham menunjukkan kinerja pasar. UE dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
UEit = 𝐸𝑖𝑡−𝐸𝑖𝑡−1
|𝐸𝑖𝑡−1|
Keterangan:
UEit : Unexpected Earning perusahaan i pada periode t
Eit : laba per lembar saham perusahaan i pada periode t
Eit-1 : laba per lembar saham perusahaan i pada periode t- 1
Dalam penelitian ini untuk menghitung variabel UE tahun 2013 dihitung dari
laba per lembar saham (sebelum pos luar biasa) tahun 2013 dikurangi dengan laba
per saham perusahaan (sebelum pos luar biasa) tahun 2012, dan dibagi dengan
harga per lembar saham pada 31 desember 2012, sedangkan untuk menghitung
variabel UE tahun 2014 dihitung dari laba per saham tahun 2014 dikurangi laba per
saham tahun 2013 dan dibagi dengan harga per lembar saham pada 31 desember
2013.
Dalam penelitian yang dilakukan pada laporan tahunan 2013 dan tahun 2014
ini, besarnya pengungkapan informasi CSR yang terdapat pada laporan tahunan
perusahaan tahun 2013 dibandingkan dengan nilai ERC tahun 2013 yang diperoleh
dari regresi antara CAR dengan UE tahun 2013. Nilai CAR pada tahun 2013 ini
dihitung selama 15 bulan karena periode ini dikatakan periode yang paling optimal
(Lev, 1989 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007), yaitu dari 1 januari 2013 sampai
31 maret 2014. Diperkirakan reaksi pasar atas informasi laba dapat tergambar
dengan baik selama periode waktu tersebut. Sedangkan besarnya pengungkapan
informasi CSR yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan tahun 2014
dibandingkan dengan nilai ERC tahun 2014 yang diperoleh dari regresi antara CAR
15
dengan UE tahun 2014. Nilai CAR pada tahun 2013 ini dihitung selama 15 bulan
karena periode ini, yaitu dari 1 januari 2014 sampai 31 maret 2015.
Penelitian ini menggunakan tiga variabel kontrol yang diprediksi
berpengaruh terhadap ERC yaitu Return on Equity (ROE) yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas perusahaan, Price to Book Value (PBV) yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan perusahaan, dan leverage (LEV) yang digunakan
untuk mengukur struktur modal.
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC, digunakan
analisis regresi linear berganda. Model analisis yang digunakan dalam pengujian
hipotesis adalah:
Pada perusahaan high profile
CAR= α + β1UE + β2CSRIh+ β3ROE + β4PBV + β5LEV
+ β6UE*CSRIh + β7UE*ROE + β8UE*PBV
+ β 9UE*LEV + ε.......................................................................................(1)
Pada perusahaan low profile
CAR= α + β1UE + β2CSRIl+ β3ROE + β4PBV + β5LEV
+ β6UE*CSRIl + β7UE*ROE + β8UE*PBV
+ β 9UE*LEV + ε.......................................................................................(2)
Keterangan
CAR = Cummulative Abnormal Return harian perusahaan selama periode
15 bulan mulai 1 Januari sampai 31 maret
UE = Unexpected Earnings perusahaan
CSRIh = Corporate Social Disclosure Index pada perusahaan high profile,
yang dihitung dengan menggunakan dummy variable
CSRIl = Corporate Social Disclosure Index pada perusahaan low profile,
yang dihitung dengan menggunakan dummy variable
16
ROE = Return on Equity yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan
PBV = Price to Book Value yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan perusahaan.
LEV = Leverage yang digunakan untuk mengukur struktur modal.
ε = error term
UE*CSRIh : Interaksi dari variabel UE dan CSRI perusahaan high
profile
UE*CSRIl : Interaksi dari variabel UE dan CSRI perusahaan low profile
UE*ROE : Interaksi dari variabel UE dan ROE
UE*PBV : Interaksi dari variabel UE dan PBV
UE*LEV : Interaksi dari variabel UE dan LEV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 dan tabel 3 menyajikan statistik deskriptif.
Tabel 2. Statistik Deskriptif Perusahaan High Profile
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 318 .00 .01 -.0002 .00167
UE 318 -1.51 .88 -.0094 .18422
CSRI 318 .03 .35 .1591 .07335
ROE 318 -233.71 196.69 70.735 2.800.000
PBV 318 -1.29 21.29 22.350 281.085
LEV 318 -8.99 70.83 13.512 437.758
UE*CSRI 318 -.19 .16 -.0007 .02823
UE*ROE 318 -39.53 353.84 19.283 2.090.000
UE*PBV 318 -1.67 2.96 -.0018 .27744
UE*LEV 318 -17.03 3.43 -.0699 108.715
Valid N (listwise) 318
Tabel 3. Statistik Deskriptif Perusahaan Low Profile
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 325 .00 .01 .0000 .00137
UE 325 -.86 1.07 .0068 .12450
CSRI 325 .01 .27 .1135 .04424
17
ROE 325 -88.67 33.21 94.775 1.150.000
PBV 325 .08 10.60 17.170 153.569
LEV 325 .00 10.59 18.153 208.058
UE*CSRI 325 -.07 .11 .0005 .01351
UE*ROE 325 -5.45 75.87 .6031 457.261
UE*PBV 325 -1.99 .49 .0009 .15283
UE*LEV 325 -1.37 4.75 .0033 .33221
Valid N (listwise) 325
Sebelum diakukan regresi berganda, sudah dilakukan uji asumsi klasik dan sudah
lolos uji asumsi klasik.
Tabel 4 memperlihatkan hasil pengujian regresi berganda
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Model Perusahaan High Profile Perusahaan Low Profile
B t Sig. B t Sig.
1 (Constant) -.016 -.068 .945 .000 -2.603 .010
UE .002 1.243 .215 .000 .235 .815
CSRI -.002 -2.043 .042 .000 -.598 .550
ROE -.005 -1.066 .287 .030 3.813 .000
PBV .000 4.025 .000 .000 3.000 .003
LEV -.033 -1.338 .182 .064 1.850 .065
UE*CSRI .007 .969 .333 .002 .141 .888
UE*ROE -.003 -.388 .699 .054 2.790 .006
UE*PBV .001 1.694 .091 .001 1.077 .282
UE*LEV .000 -1.476 .141 .000 .347 .729
R2 .148 .154
Sig. F .000 .000
Hasil Pengujian H1
Nilai signifikansi variabel UE*CSRI pada perusahaan high profile adalah
0,333, menunjukkan variabel informasi CSR tidak memiliki pengaruh terhadap
ERC, sehingga hipotesis pertama (H1) tidak didukung. Hasil ini mengindikasikan
bahwa pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan high
profile belum mendapatkan perhatian dari investor dalam pengambilan keputusan
investasinya. Kegiatan operasi pada perusahaan high profile yang memiliki tingkat
risiko signifikan terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitar perusahaan belum
18
membuat pihak manajemen perusahaan terdorong untuk lebih memperhatikan
pengungkapan informasi CSR. Hal ini dapat terlihat dari hasil statistik deskriptif
bahwa pengungkapan informasi CSR pada perusahaan high profile lebih besar
dibandingkan pengungkapan yang dilakukan pada perusahaan low profile. Namun
pengungkapan yang dilakukan terbilang masih rendah yaitu dengan nilai rata- rata
0,1591. Nilai ini masih sangat jauh dari nilai 1 sehingga hal ini memberikan indikasi
bahwa perusahaan belum cukup serius dalam mengungkapkan aktivitas CSR nya
sehingga berdampak pada tidak adanya kepercayaan dari investor, sehingga
investor tidak mempertimbangkan informasi CSR sebagai dasar pengambilan
keputusan. Hal tersebut terjadi karena informasi yang tersedia belum mampu
menggambarkan prospek perusahaan di masa yang akan datang dan tidak signifikan
untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Karena
informasi mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan tidak mampu
menurunkan angka ketidakpastian perusahaan di masa yang akan datang dan tidak
signifikan untuk keputusan investasi maka investor akan menggunakan informasi
lain sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan investasinya seperti
informasi terkait dengan laba perusahaan. Hasil penelitian mendukung Fabita
(2014), bahwa pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility tidak
berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient pada perusahaan high profile.
Pada variabel lainnya yaitu UE dengan nilai signifikansi sebesar 0,215, ROE
dengan signifikansi sebesar 0,287, LEV dengan signifikansi sebesar 0,182,
UE*ROE dengan signifikansi sebesar 0,699, UE*PBV dengan signifikansi sebesar
0,091, UE*LEV dengan signifikansi sebesar 0,141. Nilai signifikansi dari UE,
ROE, LEV, UE*ROE, UE*PBV, dan UE*LEV > α (0,05) menunjukkan hasil yang
sama dengan variabel UE*CSRI yaitu bahwa ketujuh variabel ini tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap CAR. Sedangkan pada dua variabel lainnya yaitu CSRI
dengan nilai signifikansi sebesar 0,042 dan PBV dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 menunjukkan pengaruh yang berbeda, dengan nilai signifikansi< α (0,05)
maka menjelaskan bahwa variabel CSRI dan PBV berpengaruh terhadap ERC.
19
Hasil Pengujian H2
Nilai signifikansi variabel informasi UE*CSRI pada perusahaan low profile
adalah sebesar 0,888, berarti bahwa tidak ada pengaruh antara variabel independen
CSRI dengan ERC. Sehingga hipotesis kedua (H2) tidak didukung. Hal ini
menunjukkan bahwa pada perusahaan low profile, pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini
mengindikasikan bahwa investor tidak memberikan perhatian pada informasi CSR
dari perusahaan tipe ini. Pengungkapan yang diharapkan akan memberikan respon
yang baik dari pihak investor ini ternyata tidak sesuai dengan yang diprekdisikan.
Hal ini selain dikarenakan masih rendahnya tingkat pengungkapan informasi CSR
juga didukung oleh faktor karakteristik perusahaan dimana kegiatan operasi
perusahaan yang tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
lingkungan serta sosial sehingga dianggap bahwa informasi CSR yang diungkapkan
tidak bisa digunakan untuk pengambilan keputusan oleh investor. Karakteristik dari
perusahaan low profile yang kurang sensitif terhadap terjadinya kerusakan
lingkungan, memiliki tingkat risiko kerja yang rendah, serta tidak memiliki nilai
residu juga turut mendukung bahwa informasi CSR perusahaan low profile tidak
digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan CSRI pada
perusahaan low profile tidak cukup memberikan informasi mengenai expected
future earnings, oleh karena itu investor mungkin menggunakan informasi lain
seperti informasi laba sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
Pengaruh yang sama ditunjukkan oleh lima variabel lainnya yaitu UE
dengan nilai signifikansi 0, 815, CSRI dengan nilai signifikansi 0,550, LEV dengan
nilai signifikansi 0,065, UE*PBV dengan nilai signifikansi 0,282, UE*LEV dengan
nilai signifikansi 0,729. Nilai signifikansi kelima variabel ini lebih besar dari 0,05
sehingga UE, CSRI, LEV, UE*PBV, UE*LEV tidak memberikan pengaruh
terhadap CAR. Sedangkan nilai signifikansi dari ROE dalah 0,000, PBV adalah
0,003, UE*ROE adalah 0,006. Nilai signifikansi dari ROE, PBV, UE*ROE < 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga variabel tersebut
dengan CAR.
20
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pengungkapan informasi CSR pada
perusahaan high profile maupun low profile tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal
ini menjelaskan bahwa pengungkapan CSR tidak mempengaruhi perubahan
koefisien respon laba pada karakteristik perusahaan yang berbeda. Investor belum
cukup memperhatikan informasi yang terkandung dalam laporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan baik pada perusahaan high profile maupun
pada perusahaan low profile dan lebih berorientasi pada kinerja jangka pendek
perusahaan yaitu dengan lebih banyak menggunakan informasi terkait laba
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Pramudito. 2011. Pengaruh Pengungkapan Informasi Corporate Social
Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Terhadap Earning Response
Coefficients (ERC) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009). Skripsi. UNDIP.
Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Anggraini, R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor- faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus.
Bogdan, Robert C. Dan Steven J. Taylor. 1992. Introduction to Qualitative
Research Methotds : A Phenomenological Approach in the Social Sciences,
alih bahasa Arief Furchan, John Wiley dan Sons, Surabaya, Usaha Nasional.
Cheng F. F., and A. Nasir. 2010. Earning Response Coefficient and The Financial
Risk of China Commercial Banks. International Review of Business Research
Papers. Vol. 6, No.3, Agustus: 178- 188.
Cho, Jang Youn dan Kooyul Jung, 1991. Earnings Response Coefficient : A
Synthesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting
Literatur. Vol. 10, pp. 85-116.
Darwin, Ali. 2007. The 2nd Sustainability Enterprise Performance Conference
(SEPC). ISRA, September 2007.
21
Delvira, M. & Nelvirita. 2013. Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan
Persistensi Laba Terhadap Earnings Response Coefficient (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI). Jurnal WRA. Vol.1 No. 1.
Ghozali dan Chariri, 2007.Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke. 2005. The Impact of Culture and Governance on
Corporate Social Reporting, Journal of Accounting and Public Policy 24, pp.
391-430.
Helena dan Therese. 2005. Stewardship theory. Harkes Ingvild.
Hidayati, N. N., Murni, S. 2009. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan
High Profile.Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11 (1): h. 1-18.
Holme, Richards & Watts, Phil. 2004. Corporate Social Responsibility: Making
Good Business Sense. Geneva: World Business Council For Sustainable
Development.
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi
Pada Perusahaan Publik Di BEJ). Tesis Strata-2. Program Studi Magister
Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Jayanti, Erny Dwi. 2012. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Terhadap Earning Response Coefficient (ERC) (Studi pada sektor
pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2011). Jurnal Ilmiah
Mahawisiwa Fakultas Ekonomi Brawijaya. Vol. 1, No. 2.Semester Genap
2012/2013.
Jogiyanto, 2000.Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua. BPFE.
Yogyakarta.
Kartadjumena, E. 2010. Pengaruh Voluntary Disclossure Of Financial Information
dan CSR Disclossure terhadap Earning Response Coefficient (Survey pada
Perusahaan Manufaktur di BEI). PPM National Conference on Management
Research.
Kotler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing The Most
Good For Your Company and Your Cause. Best Practices From Hewlett
Packard, Ben & Jerry’s, and Other Leading Companies. Jhon Wiley & Sons,
Inc. United States of America.
22
Lako, andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan
Akuntansi. Erlangga. Jakarta.
Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama, 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon
Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX.
Padang.
Novianti, Tiolemba dan Erni Ekawati. 2008. Analisis faktor- faktor yang
Mempengaruhi Koefisien Respon Laba Pada Perusahan Manufaktur yang
terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 2, Agustus.
Hal- 100- 115.
Novita Indrawati. 2009. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam Annual Report serta Pengaruh Political Visibility dan Economic
Performance.Pekbis Jurnal, Vol.1, No.1, Maret 2009: 1-11. Universitas Riau.
Patton, Sawicki. 1991. Basic Methods of Policy Analysis and Planning. Prentice
Hall.
Pranowo, E. B., & Pasaribu, H. 2013. Corporate Social Responsibility Disclosure,
Karakteristik Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Earnings Response
Coefficient. Jurnal Telaah &Riset Akuntansi.Vol.6 No.2: 175- 185.
Rahardjo, Handri. 2009. Hukum Perusahaan. Pustaka Yustisia. Yogjakarta.
Restuti, MI. M. D., & Nathaniel, C. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris
pasa Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Dinamika
Manajemen. Vol. 3 No. 1.
Rosmasita, Hardhina. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia.Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.
Saputro, T. D. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Umur Perusahaan, Tipe Perusahaan
dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Sosial Perusahaan Berdasar
ISO 26000 (Studi pada Perusahaan Pertambangan dan Keuangan di BEI).
Skripsi. UNDIP. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Sayekti, Y., & Wondabio, L. S. 2007. Pengaruh Corporate Social Responsibility
Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient (Studi Empiris pada
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional
Akuntansi IX Makasar.
23
Scott, William R, 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada
Prentice Hall.
Sri Mulyani dan Nur Fadrijih. 2007. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Earnings
Response Coefficient Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.
JAAI Vol 11 NO. 1, hal: 35–45
Sudaryanto. 2011.a Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Finansial
Perusahaan dengan Corporate Social Disclosure sebagai Variabel
Intervening.Skripsi. UNDIP. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Supriyono & Vita. 2011. Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Terhadap
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility. Jurnal Dinamika Manajemen.
Vol. 2 No. 2.
Susilawati, Ely Dwi. 2010. Pengaruh Corporate Social Responcibility (CSR)
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan sebagai
Variabel Moderating (Study Empiris pada Perusahaan Pertambangan dan
Otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008). Skripsi.
Universitas Muhammadiayah. Surakarta. Tidak Dipublikasikan.
Syahnaz, Melisa. 2013. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan. Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Vol 1 No. 2
Triastuti, F. 2014. Pengaruh Pengungkapan Informasi Corporate Social
Responsibility Terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan
High Profile yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 3 No. 1.
Untari, M.D.A.,& Budiasih, I. G. 2012. Pengaruh Konservatisme Laba dan
Voluntary Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient. Skripsi.
UNUD. Bali. Tidak Dipublikasikan.
Utama, Shidharta. 2007. Evaluasi Infrastruktur Pelaporan Tanggung Jawab Sosial
di Lingkungan di Indonesia. Diakses tanggal 21 September 2014 melalui
http://www.i.edu.
Wardhana, S. W. 2009. Corporate Social Responsibility, Sebuah Kepedulian
Perusahaan terhadap Lingkungan Disekitarnya. Diakses tanggal 3 Oktober
2014 melalui http://wisnu.blog.uns.ac.id.
Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility.
Surabaya: Media Grapka.
24
Widiastuti, Harjanti. 2002. Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan
Tahunan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Simposium
Nasional Akuntansi 5. Semarang. 5- 6 September.
Wulandari, Kadek Trisna. dan Wirajaya, I Gede Ary. 2014. Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Earnings Response
Coefficient. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3., 355-369.