pengaruh tingkat pengungkapan informasi … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI
PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE) TERHADAP FIRM VALUE
DENGAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP SEBAGAI
MODERATING VARIABLE
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ARIF SETYO NUGROHO
NIM. F1308514
PROGRAM S1 AKUNTANSI NON REGULER
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Dan cukuplah Tuhanmu sebagai pemberi petunjuk dan penolong (Q.S. Al Furqan: 31)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) dikerjakannya” (QS Al Baqarah : 286)
“Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan kesedihan itu awal kebahagian dan sirnakan rasa takut ini menjadi rasa damai.
Ya Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan dan padamkan bara jiwa dengan air keimanan.”
Simple music can make you sing.. Simple hug makes you feel better...
Simple things can make you happy.... (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
· Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan pada penulis.
· Nabi Muhammad SAW.
· Ibu dan bapak serta adikku atas dorongan
semangat, doa, kasih sayang yang tulus
yang selama ini diberikan kepada penulis.
· Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Asaalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TINGKAT
PENGUNGKAPAN INFORMASI PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL
PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE)
TERHADAP FIRM VALUE DENGAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP
SEBAGAI MODERATING VARIABLE”, sebagai tugas akhir guna memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenaya, penulis dengan ini
mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak selaku pembimbing dan Ketua
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com,(Hons),Ph.D,Ak selaku
pembimbing akademik.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar fakultas ekonomi UNS serta keluarga besar
Fakultas Ekonomi UNS.
5. Ibu dan Bapak tercinta, semoga ini bukan akhir dari usahaku untuk
membahagiakan Ibu dan Bapak terinta, tapi merupakan awal dari usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
itu..terima kasih tak terhingga atas setiap doa, kesabaran, dukungan,
nasehat kepada penulis. I Love You So Much......
6. Niken, Shifa akhirnya kakakmu lulus juga. Terima kasih doa dan
dukungannya...
7. Marisa-ku, terima kasih atas cinta, kesabaran, semangat dan motivasinya
selama ini…semoga ini bisa menjadi awal untuk mewujudkan mimpi kita.
8. Bapak & Ibu ‘JETIS’, Bude Nunung yang selalu memberikan doa dan
support kepada penulis..
9. Bapak Sri Diyono yang selalu ‘setia’ memberikan ijin kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, Mbak Wika, Mbak Imas, Mas Faisal dan
Mas Sandry…salam sukses sejahtera mulia!!
10. Ucup, Akbar, Mr. Singo, Nak Bin-bin, Anus, Ki Mentil, Mami Ocie,
Bunda Nthul, Astrid, Kebo makasih buat dukungan n doa kalian....
11. Teman-Teman S1 Swadana Transfer Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS
angkatan 2008 terimakasih atas supportnya selama ini.
12. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan kedepan,
semoga penulisan hasil penelitian ini berguna bagi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………
MOTTO ……………………………………………………………......
PERSEMBAHAN...................................................................................
KATA PENGANTAR ………………………………………………...
DAFTAR ISI ………………………………………………………......
DAFTAR TABEL....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
ABSTRAK...............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………...
1.2 Perumusan Masalah …………………………………......
1.3 Tujuan Penelitian ……………………..............................
1.4 Manfaat Penelitian ………………………........................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka................................................................
2.1.1 Nilai Perusahaan (Firm Value).................................
2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2 Penelitian Terdahulu .........................................................
2.3 Kerangka Pemikiran..........................................................
2.4 Hipotesis…………...........................................................
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ……………………………………......
3.2 Jenis Penelitian..................................................................
3.3 Populasi, Sampel Dan Metode Pengambilan Sampel........
3.4 Metode Pengumpulan Data...............................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
xiii
1
9
10
10
11
11
16
28
31
31
38
38
38
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
3.5 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel.................
3.6 Metode Analisis Data ........................................................
3.6.1 Uji Asumsi Klasik.....................................................
3.6.2 Uji Hipotesis.............................................................
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data....................................................................
4.2 Statistik Deskriptif.............................................................
4.2.1 Firm Value................................................................
4.2.2 Indeks Corporate Social Responsibility………….....
4.2.3 Kepemilikan Institusional........................................
4.3 Uji Asumsi Klasik..............................................................
4.3.1 Uji Normalitas..........................................................
4.3.2 Uji Multikolinieritas. ...............................................
4.3.3 Uji Heterokedastisitas..............................................
4.3.4 Uji Autokorelasi......................................................
4.4 Pengujian Regresi Berganda.............................................
4.5 Uji Statistik.......................................................................
4.5.1 Uji F........................................................................
4.5.2 Uji t ........................................................................
4.5.3 Uji Koefisien Determinasi.......................................
4.6 Pembahasan.......................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................
5.2 Keterbatasan Penelitian....................................................
5.3 Saran.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN
40
41
41
44
49
50
50
51
52
53
53
54
54
56
57
59
59
60
61
61
67
67
68
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Deskripsi Variabel Price Book Value (PBV) Tahun 2011…………….. 50
4.2 Deskripsi Variabel Corporate Social Responsibility Index (CSRI)
Tahun 2011………………………………………………………….....
51
4.3 Deskripsi Variabel Kepemilikan Institusional Tahun 2011...............…. 52
4.4 Hasil Uji Normalitas ……....…………………………………………... 53
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ……………………………...…………....... 54
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas …...………………………..………...….. 55
4.7 Hasil Analisis Regresi ….………………………………………...........
4.8 Hasil Uji t…………………………………………………………........
58
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Perusahaan Sampel
2. Checklist Pengungkapan CSR
3. Hasil Perhitungan Frekuensi Data
4. Hasil Asumsi Klasik
5. Hasil Perhitungan Regresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
Arif Setyo Nugroho NIM. F1308514
PENGARUH TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI
PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE) TERHADAP FIRM VALUE
DENGAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP SEBAGAI
MODERATING VARIABLE
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh tingkat pengungkapan informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) dalam laporan tahunan terhadap nilai perusahaan (firm value) serta pengaruh institutional ownership sebagai variabel moderating dalam hubungan antara Corporate Social Responsibility dan firm value. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 yang memiliki data keuangan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penulis. Data yang dibutuhkan antara lain data tentang pengungkapan informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) dalam laporan tahunan terhadap nilai perusahaan (firm value) serta pengaruh institutional ownership perusahaan di situs Indonesian Capital Market Directory (www.icmd.co.id), Jakarta Stock Exchange (www.jsx.co.id). Dengan menggunakan metode purposive sampling, sampel terdiri dari 95 perusahaan. Hasilnya menunjukkan tingkat pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility disclosure) dalam laporan tahunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap firm value baik secara parsial maupun secara bersama-sama dengan variabel institutional owership dan interaksi CSRI dengan institutional owership, dan persentase kepemilikan manajemen (Institutional ownership) memiliki pengaruh signifikan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara Corporate Social Responsibility dan firm value.
Kata kunci: corporate social responsibility, firm value, institutional owership. Ketersediaan Data: www.icmd.co.id, www.jsx.co.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAC
Arif Setyo Nugroho NIM. F1308514
EFFECT OF SOCIAL DISCLOSURE OF LIABILITY COMPANY (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE) OF FIRM VALUE
AS THE OWNERSHIP INSTITUTIONAL VARIABLE MODERATING
This study aims to examine the effect of disclosure level of corporate social responsibility (CSR disclosure) in the annual report of the company (firm value) and the influence of institutional ownership as a moderating variable in the relationship between corporate social responsibility and firm value. The sampling method using a purposive sampling, the company listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2011 to have a complete financial data in accordance with the needs of writers. The data include disclosure of data on corporate social responsibility (CSR disclosure) in the annual report of the company (firm value) and the influence of institutional ownership in the company's website Indonesian Capital Market Directory (www.icmd.co.id), Jakarta Stock Exchange (www.jsx.co.id). By using purposive sampling method, a sample of 95 companies.
Keywords : corporate social responsibility, return on asset, return on equity, earning per share
Data Availability: www.icmd.co.id, www.jsx.co.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan
masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal
balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah
pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan
harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Dua
aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya
sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan taraf hidup masyarakat.
Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan
keuntungan dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara
langsung kepada masyarakat. Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung
jawab dalam perolehan keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan
tanggung jawab sosial dan lingkungannya.
Jika masyarakat menganggap perusahaan tidak memperhatikan aspek
sosial dan lingkungannya serta tidak merasakan kontribusi secara langsung
bahkan merasakan dampak negatif dari beroperasinya sebuah perusahaan maka
kondisi itu akan menimbulkan resistensi masyarakat. Komitmen perusahaan untuk
berkontribusi dalam pembangunan bangsa dengan memperhatikan aspek finansial
atau ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) itulah yang menjadi isu
utama dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab
sosial perusahaan.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Ide tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan
memberi perhatian kepada lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi akibat
kegiatan operasional perusahaan. Menurut Holmes (1976) dalam Moir (2001)
menyatakan selain menghasilkan keuntungan, perusahan harus membantu
memecahkan masalah-masalah sosial terkait atau tidak perusahaan ikut
menciptakan masalah tersebut bahkan jika disana tidak mungkin ada potensi
keuntungan jangka pendek atau jangka panjang.
Menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable
Development) dalam Moir (2001) mendefinisikan CSR sebagai :
“…CSR is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.”
Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi, beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup
tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Hal ini
bisa dilakukan dengan cara mengerti aspirasi dan kebutuhan stakeholder dan
kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan para stakeholder.
Konsep CSR pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab
perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi
juga terhadap para stakeholder yang terkait dan/atau terkena dampak dari
keberadaan perusahaan. Perusahaan yang menjalankan aktivitas CSR akan
memperhatikan dampak operasional perusahaan terhadap kondisi sosial dan
lingkungan dan berupaya agar dampaknya positif. Sehingga dengan adanya
konsep CSR diharapkan kerusakan lingkungan yang terjadi di dunia, mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim dapat
dikurangi.
Berbagai dampak dari keberadaan perusahaan ditengah-tengah
masyarakat telah menyadarkan masyarakat di dunia bahwa sumber daya alam
adalah terbatas dan oleh karenanya pembangunan ekonomi harus dilaksanakan
secara berkelanjutan, dengan konsekuensi bahwa perusahaan dalam menjalankan
usahanya perlu menggunakan sumber daya dengan efisien dan memastikan bahwa
sumber daya tersebut tidak habis, sehingga tetap dapat dimanfaatkan oleh generasi
di masa datang. Dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), maka kegiatan CSR menjadi lebih terarah, paling tidak perusahaan
perlu berupaya melaksanakan konsep tersebut.
Perkembangan dunia usaha memiliki dampak positif terhadap
pertumbuhan suatu negara. Dampak tersebut di antaranya dapat menyerap tenaga
kerja, meningkatkan produktivitas ekonomi, dan dapat menjadi aset pembangunan
nasional maupun daerah yang sehat dengan mempertimbangkan aspek keuangan,
aspek sosial, dan aspek lingkungan hidup (Harahap, 2006).
Selama ini orientasi dari sebuah usaha adalah untuk mencari keuntungan
semata (profit-oriented). Artinya, bahwa sebuah usaha didirikan hanya untuk
menghasilkan keuntungan. Dengan berpegang pada prinsip ini, sebuah perusahaan
akhirnya menggunakan segala macam cara untuk bisa meraih keuntungan yang
sebanyak-banyaknya sehingga seringkali terjadi pergesekan kepentingan baik di
dalam pihak internal perusahaan sendiri ataupun antara perusahaan dengan pihak
eksternal (Zaelani, 2007). Anggraini (2006) mengatakan bahwa di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
akuntansi konvensional, pusat perhatian pelayanan perusahaan adalah
stockholders dan bondholders sedangkan pihak lainnya sering kali diabaikan.
Dewasa ini tuntutan yang dihadapi perusahaan semakin besar. Perusahaan
diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik
modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, serta masyarakat.
Menurut Aryani (2006), desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang
mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi
sumber daya alam, dan menindas buruh mendorong lahirnya konsep tanggung
jawab sosial perusahaan.
Penerapan CSR dipandang sebagai sebuah keharusan. Dengan demikian,
CSR bukan merupakan tindakan yang sukarela atau hanya bentuk tanggung
jawab. CSR adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan
bisnis. Maka, bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba, tetapi juga sebagai
sebuah institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung kesadaran sosial
terhadap lingkungan sekitar (Arismunandar, 2007). Melakukan program CSR
yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih
besar baik kepada perusahaan itu sendiri maupun para stakeholder yang terkait.
Stakeholder yang dimaksud di antaranya adalah para shareholder, karyawan
(buruh), pelanggan, komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dan lain sebagainya. Selain itu, CSR akan menjadi strategi bisnis yang
inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui
reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal
tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
oleh para pesaing. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus
menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu iklim bisnis yang
menguntungkan semua pihak (true win win situation) yang berarti bahwa bisnis
akan memberikan keuntungan bagi semua pihak dan tidak hanya bagi satu pihak
semata, dimana konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan
dan produsen mendapatkan profit sesuai yang diharapkan.
Hunger dan Wheelen (2003) mengungkapkan bahwa dari sudut pandang
strategis, suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung jawab
sosialnya bagi masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Sejarah bisnis dan
masyarakat jelas menunjukkan bahwa ketika bisnis mengabaikan tanggung
jawabnya terhadap stakeholder, masyarakat cenderung menanggapi melalui
pemerintah untuk membatasi otonomi bisnis. Organisasi bisnis harus mengenali
semua tanggung jawab sosial mereka jika mereka ingin mempunyai otonomi yang
sangat penting pengaruhnya terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi.
Pengungkapan yang merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan
menuntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian
informasi kualitatif atau nonkuantitatif (Suwardjono, 2004:578). Salah satu
informasi yang sering diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan saat ini adalah
informasi tentang CSR. Adanya informasi tentang CSR mencerminkan
ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan interaksi
organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Informasi keuangan
dan non keuangan ini dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan
sosial terpisah (Sembiring, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Heal (2004) mengemukakan bahwa pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan dalam laporan tahunan adalah suatu bagian penting dari strategi
perusahaan yang muncul dari perpaduan antara tujuan untuk memperoleh laba
perusahaan dan tujuan sosial. Berdasarkan penelitian Becchetti et al. (2005)
menyatakan bahwa pengungkapan informasi CSR oleh perusahaan merupakan
strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan.
Pengungkapan CSR merupakan motivasi perusahaan untuk melakukan
pengungkapan sosial yang dipengaruhi oleh usaha untuk mengkomunikasikan
kinerja manajemen dalam mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka
panjang kepada stakeholder. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, suatu informasi
akan diungkapkan perusahaan apabila informasi tersebut dianggap dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Sayekti dan Ludovicus, 2007).
CSR diyakini dapat menciptakan brand image (citra positif) dari suatu
perusahaan. Brand image tentu saja sangat berperan dalam mendongkrak volume
penjualan, mempertahankan loyalitas konsumen lama, serta membangun atau
mengembalikan citra positif perusahaan yang sebelumnya (mungkin) sempat
terdistorsi. Arismunandar (2007) mengungkapkan bahwa citra perusahaan yang
buruk, yang sering dimunculkan di media massa, jelas tidak mendukung
kelancaran operasional perusahaan dan bersifat kontra-produktif terhadap upaya
peningkatan produktivitas dan keuntungan. Kini semakin diakui bahwa
perusahaan, sebagai pelaku bisnis, tidak akan bisa terus berkembang jika menutup
mata atau tak mau tahu dengan situasi dan kondisi lingkungan sosial tempat ia
hidup. Pemikiran yang sama diungkapkan oleh Ernawan (2007) yang
menyebutkan bahwa dengan adanya pengungkapan CSR sebenarnya perusahaan
diuntungkan karena bisa menciptakan lingkungan sosial yang baik serta bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menumbuhkan citra positif perusahaan, tentu hal ini dapat meningkatkan iklim
bisnis bagi perusahaan.
Menurut Utama (2007), selain dapat menciptakan peluang-peluang
sosial-ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang
diinginkan, pengungkapan CSR juga dapat membangun citra sebagai perusahaan
yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan tumbuh trust (rasa percaya)
dan sense of belonging (rasa memiliki) perlahan-lahan muncul dari masyarakat
sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan berguna dan
bermanfaat. Dengan demikian, maka perusahaan akan lebih mudah memperoleh
kepercayaan dari tiap-tiap komponen masyarakat.
Becchetti et al. (2007) mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih
banyak mengungkapkan informasi human capital (yang merupakan bagian dari
CSR) memiliki kinerja pasar yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan
yang lebih sedikit mengungkapkan informasi tersebut. Investor tertarik terhadap
informasi sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang berupa informasi tentang
keamanan dan kualitas produk, aktivitas lingkungan, etika, serta hubungan dengan
karyawan dan masyarakat (Heal, 2004). Konsisten dengan hal ini, Mackey et al.
(2004) mengungkapkan bahwa dalam membuat keputusan investasi para investor
lebih tertarik dengan perusahaan yang memberikan informasi CSR dalam laporan
tahunannya daripada perusahaan yang hanya sekedar memaksimalkan
kekayaannya.
Suratno et al. (2006) menyatakan bahwa environmental performance
adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Belum banyak yang dilakukan perusahaan nasional dalam konteks pemerhatian
lingkungan adalah pencitraan. Komunikasi produk yang dibuat, belum secanggih
produsen-produsen manca negara. Dalam sederet iklan di pelbagai media
internasional, mereka memberitahukan betapa produk mereka ramah lingkungan
dan menciptakan sustanbilitas bagi penduduk bumi, bukan hanya sekarang, tapi
bagi generasi mendatang. Simaklah iklan dipelbagai media internasional, banyak
produsen sejak dari minyak hingga otomotif mencantumkan “we preserve the
nature” sebagai bagian penting komunikasinya. Toyota Prius bahkan telak-telak
menjual keunggulan teknologi ramah lingkungannya pada dunia (Teguh, 2006).
Kasus lumpur Lapindo yang terjadi di Sidoarjo Jawa Timur telah
meningkatkan kesadaran pelaku pasar tentang arti penting CSR. Kebutuhan akan
bisnis yang berorientasi sosial dan berwawasan lingkungan mulai menjadi
pertimbangan pelaku pasar. Kesalahan pengelolaan lingkungan seperti kasus
Lapindo telah menyebabkan kerugian finansial yang besar. Oleh karena itu,
pengungkapan pertanggungjawaban sosial mulai menjadi pertimbangan investor
dalam membuat keputusan investasinya. Perusahaan yang memiliki environmental
performance yang baik merupakan berita baik bagi investor maupun calon
investor. Perusahaan akan cenderung meningkatkan environmental disclosure
dalam laporan tahunan untuk menunjukkan kinerja yang baik kepada investor atau
calon investor. Environmental disclosure merupakan bagian dari pengungkapan
CSR. Environmental disclosure yang tinggi akan direspon secara positif oleh
investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan (Suratno et al. 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa bagi perusahaan
yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham yang ditransaksikan di bursa
merupakan indikator nilai perusahaan. Hal tersebut mendasari dugaan penulis
bahwa ada hubungan antara pengungkapan informasi pertangggungjawaban sosial
perusahaan (CSR disclosure) dengan nilai perusahaan (firm value).
Operasional dalam perusahaan besar cenderung lebih efektif dan efisien
sehingga menghasilkan return on assets, tingkat penjualan, dan return on equity
perusahaan lebih tinggi. Hal ini tentu saja meningkatkan ketertarikan investor
untuk berinvestasi sehingga pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Plumlee et al. (2007) di negara-
negara maju mengindikasikan bahwa Corporate Social Responsibility dan
Institutional Ownership dapat mempengaruhi Firm Value. Namun hasil tersebut
mungkin akan berbeda bila penelitian tersebut dilakukan di Indonesia, hal ini
karena perbedaan sampel negara yang digunakan dan juga periode waktu yang
digunakan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah tingkat pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial
perusahaan (corporate social responsibility disclosure) dalam laporan
tahunan berpengaruh signifikan terhadap firm value?
2. Apakah persentase kepemilikan manajemen memiliki pengaruh sebagai
variabel moderating dalam hubungan antara Corporate Social
Responsibility dan firm value.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh tingkat pengungkapan
informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) dalam
laporan tahunan terhadap nilai perusahaan (firm value) serta pengaruh institutional
ownership sebagai variabel moderating dalam hubungan antara Corporate Social
Responsibility dan firm value.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi para investor, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
gambaran tentang pengaruh pengungkapan informasi
pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) dalam laporan
tahunan terhadap nilai perusahaan (firm value) terhadap hubungan antara
pengungkapan informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR
disclosure) dalam laporan tahunan.
2. Bagi regulator, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
membuat peraturan yang baik tentang pengungkapan CSR.
3. Bagi para akademisi, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan
dalam mengembangkan penelitian-penelitian yang lebih baik tentang
CSR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Nilai Perusahaan (Firm Value)
2.1.1.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan
yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham
(Bringham Gapensi,1996), Semakin tinggi harga saham semakin tinggi
pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan
para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham
dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang
merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan
manajemen asset. Menurut Fama (1978) dalam Untung wahyudi et al.,
(2006), nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar
dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat
terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham
dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai
perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi
dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa
yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan nilai perusahaan
(firm value). Rendahnya kualitas laba dapat membuat kesalahan
pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor,
sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz
dalam Andri dan Hanung, 2007). Wahyudi dan Prameswari (2006)
menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya.
Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan
fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat
diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang
sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak
pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk
membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan
nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005).
Menurut Triyani (2007), nilai perusahaan adalah nilai yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Nilai
perusahaan merupakan konsep penting bagi investor karena nilai
perusahaan merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan
secara keseluruhan karena dalam perhitungan nilai perusahaan
dimasukkan juga faktor- faktor yang tidak dimaksukan dalam
perhitungan kapitalisasi pasar suatu perusahaan.
Nilai perusahaan di ukur dengan Price Book Value (PBV) yang
merupakan nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen
dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus
tumbuh (Rahmawati dan Triatmoko, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Indikator-indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan
diantaranya adalah:
1) PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa
besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan
keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. Mohammad
Usman (2001) dalam Malla Bahagia (2008), rumus yang digunakan
adalah :
PER = (1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :
a) Tingkat pertumbuhan laba,
b) Dividend Payout Ratio, dan
c) Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.
Menurut Basuki Yusuf (2005) dalam Malla Bahagia (2008),
hubungan faktor-faktor tersebut terhadap PER dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a) Semakin tinggi Pertumbuhan laba semakin tinggi PER nya,
dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER
nya bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek
perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan
laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan
SahamlembarperLabaSahamPasaraH
arg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
secara efisien. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per
share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat
profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi
dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi
pada perusahaan tersebut, sehingga saham-saham dari perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas dan pertumbuhan laba yang
tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula, karena saham-saham
akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya
meningkat lebih besar.
b) Semakin tinggi Dividend Payout Ratio (DPR), semakin tinggi
PER nya. DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana
DPR menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik
saham dan besarnya dividen ini secara positif dapat
mempengaruhi harga saham terutama pada pasar modal
didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai
target utama, maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.
c) Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, r
merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi
saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang
disyaratkan. Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi
tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang
disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang
menarik, sehingga dapat menyebabkan turunnya harga saham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu r memiliki hubungan yang
negatif dengan PER,
d) semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin
rendah nilai PER nya.
e) PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang
diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka
semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh
sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2) PBV (Price Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan
kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999:92). Instrumen
pengukuran PBV dalam penelitian ini mengacu pada instrumen
yang digunakan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang
dihitung dengan rumus:
. (2)
Notasi :
PBV : Price Book Value
sahamlembarperbukuNilaitahunanpenutupan sahamlembarperpasarHarga
PBV =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.2.1 Definisi
Commission of the European Communities (2001)
mendefinisikan CSR sebagai berikut :
“A concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis.”
Dari pengertian di atas konsep CSR adalah perusahaan
seharusnya mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam
operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para
stakeholder secara sukarela. Sementara menurut WBCSD (World
Business Council for Sustainable Development) mendefinisikan CSR
sebagai
“…CSR is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.”
Ini berarti bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi beriringan dengan meningkatkan
kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan
masyarakat luas. Ini bisa dilakukan dengan cara mengerti aspirasi dan
kebutuhan stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi
dengan para stakeholder.
Akibat banyaknya definisi CSR yang sangat beragam, lebih
lanjut dalam penelitian Dahlsrud (2006) meneliti komponen yang
terdapat dalam definisi-definisi CSR yang telah ada sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dahlsrud menggunakan metode analisis isi serta pengujian atas hasil
analisis isi melalui penghitungan frekuensi di dunia maya. Dahlsrud
menemukan bahwa berbagai definisi CSR yang diteliti secara
konsisten mengandung lima komponen, yaitu : ekonomi, sosial,
lingkungan, pemangku kepentingan dan voluntarisme. Jika hasil
analisis frekuensi diterapkan, maka urutan paling konsisten dari lima
komponen adalah pemangku kepentingan dan sosial (keduanya
memiliki rasio 88%), disusul ekonomi (86%), voluntarisme (80%) dan
lingkungan (59%)
Konsep CSR pada umumnya menyatakan bahwa tanggung
jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang
saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait
dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai
dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan
bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri
namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya.
Hal tersebut didukung oleh yang pernyataan bahwa,
“kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan
stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas
perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. pengungkapan
sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan
stakeholdernya” (Gray et al., 1994 dalam Chariri dan Ghozali, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya
dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya,
terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan
sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan,
misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri
dan Ghozali, 2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan
dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan
CSR, dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder
dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang
harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang
harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai
keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability).
Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab
perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut :
1) Basic responsibility (BR)
Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang
pertama dari suatu perusahan yang muncul karena keberadaan
perusahaan tersebut seperti; perusahaan harus membayar
pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan
memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level
ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat
serius.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Organization responsibility (OR)
Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan
untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti
pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.
3) Sociental responses (SR)
Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara
bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat
sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam
lingkungannya secara keseluruhan.
Untuk dapat menentukan ruang lingkup dari tanggung jawab
sosial, mengidentifikasi isu-isu yang relevan dan menentukan
prioritasnya terhadap tanggung jawab sosial, suatu perusahaan harus
dapat mengerti elemen dasar yang terdapat dalam tanggung jawab
sosial.
Didalam ISO 26000 dijelaskan tujuh elemen dasar dari praktik
CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan, sebagai berikut:
1) Tata kelola perusahaan
Elemen ini mencakup bagaimana perusahaan harus bertindak
sebagai elemen dasar dari tanggung jawab sosial (social
responsibility) dan sebagai sarana untuk meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk menerapkan perilaku yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bertanggung jawab sosial (socially responsible behavior) yang
berkaitan dengan elemen dasar lainnya.
2) Hak asasi manusia
Elemen ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi
manusia. Hak asasi manusia terbagi menjadi dua katagori
utama, katagori pertama menganai hak-hak sipil dan politik
(civil and political rights) yang mencakup hak untuk hidup dan
kebebasan (right to life and liberty), kesetaraan di mata hukum
(equality before the law) dan hak untuk berpendapat (freedom
of expression). Katagori yang kedua mengenai hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya (economic, social and cultural
rights) yang mencakup hak untuk bekerja (right to work), hak
atas pangan (right to food), hak atas kesehatan (right to
health), hak atas pendidikan (right to education) dan hak atas
jaminan sosial (right to social security).
3) Ketenagakerjaan (labour practices)
Elemen ini mencakup seluruh hal yang terdapat didalam
prinsip dasar deklarasi ILO 1944 dan hak-hak tenaga kerja
dalam deklarasi hak asasi manusia. Sebagai contohnya yaitu
pelaksanaan kondisi kerja yang baik, bermartabat, dan
kondusif; pengembangan sumberdaya manusia dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4) Lingkungan
Elemen ini mencakup pencegahan polusi sebagai dampak
aktivitas perusahaan, pencegahan global warming,
pendayagunaan sumber alam secara efisien dan efektif, dan
penggunaan sistem manajemen lingkungan yang efektif dan
berkelanjutan.
5) Praktik operasional yang adil (fair operational practices)
Elemen ini mencakup pelaksanaan aktivitas secara etik dan
pengungkapan aktivitas perusahaan yang transparan,
pelaksanaan aktivitas pemilihan pemasok yang etis dan sehat,
penghormatan terhadap hak-hak intelektual dan kepentingan
stakeholder, serta perlawanan terhadap korupsi.
6) Konsumen (consumer issues)
Elemen ini mencakup penyediaan informasi yang akurat dan
relevan tentang produk perusahaan kepada pelanggan,
penyediaan produk yang aman dan bermanfaat bagi pelanggan.
7) Keterlibatan dan pengembangan masyarakat (community
envolvement and development)
Elemen ini mencakup pengembangan masyarakat, peningkatan
kesejahtraan masyarakat, aktivitas sosial kemasyarakatan
(philantrophy), dan melibatkan masyarakat didalam aktivitas
operasional perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat memberikan
berbagai manfaat potensial bagi perusahaan. Dalam ISO 26000
disebutkan manfaat CSR bagi perusahaan yaitu :
1) Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan
keputusan berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap
ekspektasi masyarakat,
2) peluang jika kita melakukan tanggung jawab sosial (termasuk
manajemen risiko hukum yang lebih baik) dan risiko jika tidak
bertanggung jawab secara sosial.
3) Meningkatkan praktek pengelolaan risiko dari organisasi.
4) Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan
kepercayaan publik yang lebih besar.
5) Meningkatkan daya saing organisasi.
6) Meningkatkan hubungan organisasi dengan para stakeholder
dan kapasitasnya untuk inovasi, melalui paparan perspektif
baru dan kontak dengan para stakeholder.
7) Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan,
meningkatkan keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki-
laki maupun perempuan dan berdampak positif pada
kemampuan organisasi untuk merekrut, memotivasi dan
mempertahankan karyawan.
8) Memperoleh penghematan terkait dengan peningkatan
produktivitas dan efisiensi sumber daya, konsumsi air dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
energi yang lebih rendah, mengurangi limbah, dan
meningkatkan ketersediaan bahan baku.
9) Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui
keterlibatan politik yang bertanggung jawab, persaingan yang
adil, dan tidak adanya korupsi.
10) Mencegah atau mengurangi potensi konflik dengan konsumen
tentang produk atau jasa.
11) Memberikan kontribusi terhadap kelangsungan jangka panjang
organisasi dengan mempromosikan keberlanjutan sumber daya
alam dan jasa lingkungan.
12) Kontribusi kepada masyarakat dan untuk memperkuat
masyarakat umum dan lembaga.
2.1.2.2 Pengungkapan CSR.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR merupakan suatu
konsep yang menyatakan bahwa organisasi seharusnya memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan. Anggraini (2006), menyatakan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan atau CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi
untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan
stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang
hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Fajri (2006), penerapan CSR secara konsisten
merupakan bagian dari upaya memaksimalkan nilai perusahaan. CSR
merupakan komitmen perusahaan berperilaku etis dan berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan tetap
mengedepankan peningkatan kualitas hidup karyawan beserta
keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas. Ada dua alasan
perusahaan menerapkan CSR. Pertama, faktor eksternal yang berupa
keharusan-keharusan sosial. Hal ini berhubungan dengan
keseimbangan eksternal sebagai aspek pokok Good Corporate
Governance sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat terhadap
perusahaan yang sifatnya ekonomis yang kadang-kadang tidak sesuai
dengan kepentingan bisnis perusahaan. Kedua, faktor internal,
berkaitan dengan bagaimana perilaku pribadi pengelola perusahaan.
Internal drivers melakukan CSR berkaitan dengan peluang bisnis.
Faktor eksternal dan internal harus jalan bersama. Tanpa keharusan
dari luar dan kemauan perusahaan menerapkan CSR, program CSR
tersebut akan mengalami hambatan pelaksanaan.
Ide tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana
perusahaan memberi perhatian kepada lingkungannya, terhadap
dampak yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Lebih
lanjut lagi menurut Moir (2001), menyatakan “selain menghasilkan
keuntungan, perusahan harus membantu memecahkan masalah-
masalah sosial terkait atau tidak perusahaan ikut menciptakan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tersebut bahkan jika disana tidak mungkin ada potensi keuntungan
jangka pendek atau jangka panjang.
Carroll (1991) mendefinisikan CSR ke dalam 4 bagian yaitu :
tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities), tanggung jawab
hukum (legal responsibilities), tanggung jawab etis (ethical
responsibilities), tanggung jawab filantropis (philanthropic
responsibilities). Carroll menggambarkan keempat bagian CSR itu
kedalam sebuah piramida. Piramida CSR dimulai dengan tanggung
jawab ekonomi sebagai dasar untuk tanggung jawab yang lain. Pada
saat yang sama perusahaan diharapkan untuk mematuhi hukum,
karena hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat atas
perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Selanjutnya perusahaan harus bertanggung jawab secara etis. Dan
yang terakhir, perusahaan diharapkan untuk menjadi warga
perusahaan yang baik (good corporate citizen).
Komponen CSR yang dirujuk disini adalah pemaknaan dari
Prince of Wales International Business Forum yang di Indonesia
dipromosikan dengan aktif oleh Indonesia Business Links (IBL). Ada
lima pilar aktivitas CSR, yaitu sebagai berikut:
1. Building human capital; menciptakan SDM yang handal,dan
melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya melalui
community development.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Strengthening economies; turut membantu perekonomian
komunitas sekitar.
3. Assesing social cohesion; menjaga keharmonisan dengan
masyarakat setempat.
4. Encouraging good governance; menjalankan tata kelola (tata
pamong) bisnis yang baik
5. Protecting the environment; menjaga kelestarian lingkungan.
Agar praktik CSR yang dilakukan dapat diketahui oleh para
stakeholdernya, perusahaan harus melakukan pengungkapan atas
praktik CSR-nya. Pengungkapan praktik-praktik CSR yang dilakukan
oleh perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial
dalam pertanggungjawaban perusahaan ke dalam akuntansi. Hal ini
mendorong lahirnya suatu konsep yang disebut sebagai Social
Accounting, Socio Economic Accounting atau pun Social
Responsibility Accounting (Indira dan Dini, 2005).
Trueblood Committee dalam Zeff (1999), menyatakan bahwa
tujuan sosial perusahaan tidak kalah penting daripada tujuan ekonomi.
Trueblood Committee Report menyatakan
An objective of financial statements is to report on those activities of the enterprise affecting society which can be determined and described or measured and which are important to the role of the enterprise in its social environment.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bagian dari tujuan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
keuangan. Gray et al. (1994) mendefinisikan Social and
Environmental Accounting sebagai:
The process of communicating the social and environmental effects of organizations’ economic actions to particular interest groups within society and to society at large.
Dari definisi di atas akuntansi pertanggung jawaban sosial
merupakan suatu proses pengkomunikasian dampak sosial dan
lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok
khusus yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan.
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari
pengungkapan CSR itu sendiri (Chariri dan Ghozali, 2007). Dalam
survei yang dilakukan oleh Ernst (Ernst, 1998 dalam Chariri dan
Ghozali, 2007) menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan
dengan isu sosial (dan lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi
informasi yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok berikut ini :
a. Lingkungan,
b. Energi,
c. Praktik bisnis yang wajar (fair),
d. Sumber daya manusia,
e. Keterlibatan masyarakat,
f. Produk yang dihasilkan, dan
g. Pengungkapan lainnya.
Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti memutuskan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
melaporkan informasi sosial dan lingkungan. Deegan (2002) dalam
penelitiannya merangkum beberapa alasan yang dikemukakan oleh
berbagai peneliti untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan
sebagai berikut :
a. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-
Undang.
b. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
c. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan.
d. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman.
e. Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan
suatu pandangan yang sesuai dengan "komunitas lisensi untuk
beroperasi".
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan topik adalah sebagai berikut :
a. Penelitian Rimba Kusumadilaga (2010), dengan tujuan untuk
mengetahui : (1) Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan (2) Pengaruh
CSR terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas perusahaan sebagai
variabel moderating (3) Perbedaan luas pengungkapan CSR periode
sebelum dan sesudah berlakunya UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Sampel penelitian ini adalah pengungkapan
pertanggungjawaban social pada sektor tahun 2006 dan 2008 dengan
menggunakan metode purposive sampling. Terdapat 21 perusahaan
pada tahun 2006 dan 42 perusahaan pada tahun 2008 yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kriteria sebagai sampel penelitian. Metode analisis pada penelitian ini
adalah analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas sebagai variable
moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR
dan nilai perusahaan. Terdapat perbedaan luas pengungkapan CSR
periode sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. Penelitian Anita Satriana Dewi (2009), Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh tingkat pengungkapan informasi
pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) dalam
laporan tahunan terhadap nilai perusahaan (firm value) serta pengaruh
institutional ownership terhadap nilai perusahaan (firm value), Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility
disclosure) dalam laporan tahunan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap firm value baik secara parsial maupun secara bersama-sama
dengan variabel institutional owership dan interaksi CSRI dengan
institutional owership. Hal ini didukung bukti empiris dengan nilai t
hitung untuk CSRI sebesar 2,054 dan signifikansi 0,043, nilai t hitung
untuk interaksi CSRI dengan kepemilikan institusional sebesar 3,625
dengan signifikansi 0,001. Adapun nilai F hitung adalah sebesar 17,616
pada tingkat signifikansi 0,000. Institutional ownership tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berpengaruh signifikan terhadap firm value secara parsial namun
berpengaruh signifikan secara bersama-sama dengan variabel CSRI dan
interaksi CSRI dengan institutional owership..
c. Penelitian Marlene Plumlee (2008), Studi ini meneliti hubungan antara
CSR dengena nilai perusahaan, dengan mengeksplorasi korelasi antara
komponen nilai perusahaan (biaya modal dan arus kas yang diharapkan)
dan kualitas pengungkapan. Menggunakan indeks inovatif untuk
menangkap variasi dalam kualitas pengungkapan lingkungan, kita
mendokumentasikan hubungan negatif antara biaya komponen modal
nilai dan kualitas pengungkapan sukarela bagi perusahaan-perusahaan
yang beroperasi di lingkungan industri sensitif atau listrik dan asosiasi
umumnya positif antara komponen arus kas nilai dan kualitas
pengungkapan sukarela bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di
lingkungan industri non-sensitif. Penelitian kami memberikan alasan
yang komprehensif untuk berbagai perusahaan untuk memberikan
kualitas tinggi pengungkapan sukarela, meskipun sarana yang nilai
perusahaan dipengaruhi bervariasi perusahaan. Selain itu, kami
dokumen yang tempat untuk pengungkapan lingkungan sukarela (dalam
sebuah laporan yang berdiri sendiri atau sebagai bagian dari laporan
tahunan) secara signifikan mempengaruhi hubungan. Secara
keseluruhan, hasil kami menunjukkan hubungan antar-kompleks antara
nilai perusahaan dan kualitas pengungkapan sukarela; yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
membutuhkan pemahaman tentang hubungan antara kedua biaya arus
modal dan uang tunai dan pengungkapan CSR.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah
pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan
melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1
Skema Hubungan antar Variabel
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Firm
Value.
Windradini (2005) menyebutkan ada lima pendekatan dalam
pengukuran CSR, yaitu: pengukuran yang berdasarkan pada isi
analisis laporan tahunan, indeks polusi, pengukuran perspektual yang
diperoleh dari survey berdasarkan kuesioner, indikator-indikator
reputasi perusahaan, dan data dihasilkan oleh pengukuran organisasi.
Institutional Ownership (Kepemilikan Institusional)
Corporate Social Responsibility (CSR)
Firm Value (Nilai Perusahaan)
H2
H1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pendekatan pertama, pengukuran CSR dengan menggunakan analisis
laporan tahunan perusahaan. Metode pengukuran CSR ini berfokus
pada pengungkapan laporan tahunan. Pendekatan kedua, metode
pengukuran CSR yang berfokus pada satu dimensi CSR, yaitu sosial.
Metode ini pada umumnya dilaksanakan oleh bagian eksternal
perusahaan. Pendekatan ketiga, metode pengukuran CSR dengan
survey berdasarkan pada kuesioner yang merupakan sebuah wujud
pengukuran persepsi. Pendekatan keempat, menggunakan indikator
reputasi perusahaan dalam mengukur CSR. Indikator reputasi tersebut
seperti yang dirasakan oleh pihak eksternal perusahaan. Pendekatan
yang terakhir, metode dengan menggunakan data yang dihasilkan oleh
pengukuran organisasi merupakan hasil dari pengukuran CSR dari
perspektual dalam wujud pelaksanaan oleh agen eksternal
menggunakan pengukuran multidimensional.
Karena metode pengukuran yang pertama dianggap lebih lengkap
daripada yang lainnya maka beberapa peneliti memilih melakukan
pengukuran CSR berdasarkan pada laporan tahunan. Informasi yang
terkandung dalam laporan tahunan banyak memberikan manfaat bagi
pengguna apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum
dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Dari laporan
tahunan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang kinerja
(performance), aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang
berkaitan dengan laporan keuangan. Suatu laporan tahunan dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
memiliki kandungan informasi apabila publikasi laporan keuangan
tersebut menyebabkan reaksi pasar. Reaksi pasar ini direfleksikan
dengan adanya transaksi jual beli saham, yang berarti juga akan
mempengaruhi volume perdagangan saham dan harga saham
perusahaan. Reaksi pasar ini merupakan informasi yang diungkapkan
dalam laporan tahunan dapat menunjukkan seberapa besar nilai
perusahaan (firm value).
Anggraini (2006) melakukan penelitian tentang pengungkapan
informasi sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan
informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan. Penelitian ini
menemukan bahwa industri yang high profile, yaitu industri yang
memiliki vasibilitas konsumen, risiko politis tinggi, atau menghadapi
persaingan yang tinggi akan cenderung mengungkapkan informasi
sosial yang lebih banyak dibandingkan industri yang low profile. Akan
tetapi, penelitian ini tidak berhasil membuktikan pengaruh ukuran
perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap kebijakan
pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan.
Sayekti dan Ludovicus (2007) melakukan pengujian empiris
untuk mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan informasi CSR
dalam laporan tahunan perusahaan terhadap Earning Response
Coefficient (ERC). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat
pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap ERC. Hasil ini mengindikasikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalan
laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
H1: Tingkat pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial
perusahaan (corporate social responsibility disclosure) dalam
laporan tahunan berpengaruh terhadap firm value.
2.4.2 Pengaruh Institutional Ownership (Kepemilikan Institusional) sebagai
Variabel Moderasi dalam hubungan antara Corporate Social
Responsibility dan Firm Value.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan oleh pemegang
saham yang berasal dari luar perusahaan yang merupakan suatu
bentuk kelembagaan misalnya perusahaan asuransi, bank, perusahaan
dana pensiun, perusahaan investasi, property dan lain-lain
(Wahidahwati, 2002). Skala pengukuran variabel ini menggunakan
rasio prosentase saham yang dimiliki oleh institusi. Rasio ini diperoleh
dengan membagi jumlah saham yang dimiliki pihak institusi dengan
jumlah saham perusahaan yang beredar.
Institutional ownership (kepemilikan institusional) adalah
persentase saham biasa yang dipegang oleh semua institusi yang
dilaporkan sebagai kelompok pemegang saham yang dihitung dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
total saham dimiliki institusi dibagi dengan total saham beredar
(Barnea dan Rubin, 2006).
Semakin besar institutional ownership semakin besar juga
ketertarikan investor terhadap perusahaan yang berarti peningkatan
nilai perusahaan. Karena investor yakin dengan persentase
institutional ownership besar berarti fungsi monitoring terhadap
operasional perusahaan berjalan lebih efektif dan efisien karena
institutional ownership memiliki sumber daya yang lebih menunjang,
baik dari segi financial, SDM, teknologi, dan sebagainya. Selain itu,
minat investor untuk berinvestasi juga dipicu oleh keyakinan bahwa
institutional ownership merupakan investor yang telah berpengalaman
sehingga mereka hanya akan berinvestasi pada perusahaan yang
menguntungkan.
Kepemilikan institutusi (institutional ownership) dapat
memoderasi pengaruh CSRI terhadap nilai perusahaan. Hal ini
didasari oleh pemikiran bahwa Kepemilikan institutusi (institutional
ownership) yang besar mendorong perusahaan untuk lebih
melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Hal ini disebabkan oleh
tekanan dan monitoring yang lebih efektif dalam pembuatan
keputusan dalam perusahaan oleh kepemilikan institutusi (institutional
ownership) yang lebih besar terhadap manajemen (Barnea dan Rubin,
2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Nilai perusahaan (firm value) dipengaruhi oleh tingkat
pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial. Agar
penggunaan informasi pengungkapan informasi pertanggungjawaban
sosial tersebut lebih bermanfaat dalam menunjukkan pengaruhnya
terhadap firm value maka dibutuhkan informasi lain yang dapat
meningkatkan pengaruh tingkat pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial terhadap firm value. Informasi tentang
kepemilikan institusi (institutional ownership) perusahaan di duga
dapat meningkatkan pengaruh tingkat pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial terhadap firm value. Dengan demikian,
kepemilikan institusi (institutional ownership) dapat menguatkan atau
melemahkan pengaruh tingkat pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial terhadap firm value atau dengan kata lain,
variabel kepemilikan institusi merupakan variabel moderasi pengaruh
dalam tingkat pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial
terhadap firm value.
Lins (2002) dalam penelitiannya menyelidiki apakah hubungan
antara ownership dan firm value dipengaruhi oleh level perlindungan
external shareholders di dalam suatu negara. Dalam penelitiannya
ditemukan bahwa kelompok manajemen mengendalikan perusahaan
melebihi proporsi kepemilikan yang dimilikinya. Hasil penelitiannya
diperoleh hubungan negatif antara institutional ownership dengan
Tobin’S Q yang menunjukkan firm value dalam harga saham di pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Wei et al. (2004) menyatakan terdapat hubungan negatif
instiutional ownerships dengan firm value. Dalam penelitiannya,
mereka tidak dapat memberikan bukti empiris terhadap teori awal
mereka yang mengasumsikan ketika kepemilikan institusional
meningkat tajam maka institutional shareholders mempunyai
incentives dan kemampuan untuk secara positif mempengaruhi
peningkatan nilai perusahaan.
Clay (2002) menemukan bahwa kepemilikan institusional akan
meningkatkan firm value lebih dari tiga kali dari kepemilikan sendiri
(perorangan). Monitoring dan disiplin yang dikenakan oleh investor
eksternal yang tampak lebih kuat dibanding institutional ownership
dianggap sebagai penyebabnya. Investor institusional akan melakukan
monitoring secara efektif sehingga tidak akan mudah diperdaya
dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajer. Hasil
penelitian ini mendukung pandangan sebelumnya bahwa peningkatan
monitoring baik melalui peraturan maupun institutional ownership
secara konsisten menjadikan firm value lebih tinggi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
H2: Persentase kepemilikan manajemen (Institutional ownership)
memiliki pengaruh sebagai variabel moderating dalam
hubungan antara Corporate Social Responsibility dan firm
value.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pengungkapan
informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) dalam
laporan tahunan terhadap firm value (nilai perusahaan) terhadap hubungan
antara pengungkapan informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan
(CSR disclosure) dalam laporan tahunan dan firm value (nilai perusahaan)
dengan institutional ownership sebagai variable moderating.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yang berbentuk kausal.
Sugiyono (2007:18) mengatakan bahwa “Penelitian asosiatif merupakan suatu
penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang
lain dan bentuk kausal bersifat sebab-akibat. Jadi disini ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi)”.
3.3 Populasi, Sampel Dan Metode Pengambilan Sampel
Sekaran (2000: 266) menyebutkan bahwa populasi adalah kelompok
yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011.
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Sekaran (2000:267) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari
populasi yang diperoleh dari proses seleksi populasi. Sampel dalam penelitian
ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011 yang memiliki
data yang lengkap sesuai kebutuhan penulis.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 yang
memiliki data keuangan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penulis. Data
yang dibutuhkan antara lain data tentang pengungkapan pertanggung jawaban
sosial perusahaan (CSR), data tentang saham, data akuntansi perusahaan
berupa laporan dan kepemilikan institusional perusahaan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR).
2. Data harga saham.
3. Data akuntansi perusahaan berupa ukuran perusahan dan kepemilikan
institusional perusahaan.
Data pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan dan
kepemilikan institusional perusahaan diperoleh dari laporan tahunan
perusahaan tahun 2011 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory (www.icmd.co.id), Jakarta Stock Exchange (www.jsx.co.id), pojok
Bursa Efek UNS, situs resmi perusahaan dan berbagai sumber lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Firm Value
(FV) yang diproksikan dengan Price Book Value (PBV). Hal ini berdasarkan
pada pendapat Hartono (2000) bahwa salah satu jenis penilaian yang
berhubungan dengan nilai perusahaan adalah nilai intrinsik (intrinsic value).
Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau
menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik
dengan nilai pasar saham bersangkutan. Salah satu pendekatan dalam
menentukan nilai intrinsik saham adalah price to book value (PBV). PBV
atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar
saham dengan nilai buku per lembar saham (Jones, 2000:274).
Instrumen pengukuran PBV dalam penelitian ini mengacu pada
instrumen yang digunakan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang
dihitung dengan rumus:
(3)
Notasi :
PBV : Price Book Value
Variabel independen dalam penelitian ini adalah CSR disclosure Indeks
(CSRI). Instrumen ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Sayekti
dan Ludovicus (2007), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam enam
kategori: lingkungan, energi, tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat
sahamlembarperbukuNilaitahunanpenutupan sahamlembarperpasarHarga
PBV =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
perusahaanberedar sahamJumlah institusiinvestor dimiliki yang sahamJumlah
=hipnal OwnersInstitutio
dan umum. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada penelitian ini
menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen
penelitian diberi score 1 jika diungkapkan, dan score 0 jika tidak
diungkapkan. Rumus yang dipergunakan dalam perhitungan CSRI:
j
ijj n
XCSRI å=
(4)
Notasi:
CSRIj : Corporate Social Responsibility disclosure Indeks perusahaan j, nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj 6£ , dan
Xij : Nilai 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
Variabel moderasi merupakan yang mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan variabel independen dan variabel dependen
(Sugiyono, 2007:33). Skala pengukuran variabel ini menggunakan rasio
persentase saham yang dimiliki oleh institusi. Intrumen ini mengacu pada
Wahidahwati (2002). Institutional ownership diproksikan dengan persentase
jumlah institusional yang menjadi investor pada tiap perusahaan. Rumus yang
dipergunakan adalah:
(5)
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, perlu dilakukan pengujian
untuk mendeteksi ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
metode analisis regresi berganda yang dilakukan. Pengujian asumsi
klasik yang dilakukan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian berasal dari populasi yang didistribusikan secara
normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebelum pengujian
hipotesis.Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel independent atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak, untuk menguji apakah
sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal maka
digunakan grafik probability-plot. Grafik normal probabilyty-plot
adalah grafik yang berisi penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi distribusi normal (Ghozali, 2001).
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan
rasio skewness dan kurtosis dijadikan petunjuk apakah suatu data
berdistribusi normal dan tidak. Sebagai pedoman, bila rasio
skewness dan kurtosis berada di antara – 2 hingga 2, maka
distribusi data normal (Santoso, 2000:53).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terdapat adanya korelasi antar variabel independen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Dalam penelitian ini, ada tiga variabel independen
yang digunakan yaitu CSRI (Corporate Social Responsibility
Index), INT (Institutional ownership), dan CSRI*INT yang
merupakan interaksi antara variabel CSRI dan INT yang
menunjukkan variabel moderasi. Dengan demikian, uji
multikolinierias menguji apakah dalam model regresi ini terdapat
korelasi antara ketiga variabel ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah apabila terdapat homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2001).
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
uji Park. Uji Park dilakukan dengan meregresi nilai logaritma dari
kuadrat residual regresi awal terhadap variabel-variabel
independennya. Kriteria pengujiannya adalah dengan melihat nilai
koefisien regresi pada persamaan hasil estimasi. Apabila nilai t
hitung < nilai t tabel atau p > 0,05, maka Ho diterima yang berarti
menunjukkan adanya homoskedastisitas (tidak menunjukkan
gejala heterokedastisitas), sebaliknya apabila t hitung > t tabel
atau p < 0,05, maka kesimpulannya adalah menolak Ho dan
menerima H1. Ini berarti bahwa dalam model yang diestimasi
menunjukkan adanya gejala heteroskedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun
dalam rangkaian waktu dan rangkaian ruang. Uji autokorelasi
bertujuan untuk meguji apakah dalam suatu model analisis ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka ada problem autokorelasi.
Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson statistik (DW)
yaitu dengan melihat koefisien korelasi DW.
e. Moderating Regression Analisis
Adapun formula dari Moderating Regression Analisis adalah
sebagai berikut (Ghozali, 2005):
Y = β0 + X β1 + (X*Z) β2 (6)
Notasi:
Y = Firm Value, X = CSR, Z = Institutional Ownership, (X*Z) = Nilai interaksi antara CSR dengan Institutional Ownership, β0 = Konstanta, dan β1 = Koefisien regresi.
3.6.2 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis regresi
moderasian (moderated regression analysis), dimana mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
bentuk interaksi antara variabel independen dan variabel moderasi.
Bentuk interaksi ini mewakili efek moderasi (moderating effect) dari
variabel moderating terhadap hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen (Jogiyanto, 2004:143).
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini :
PBV = α1 + β1CSRI+ β2INT + β3 CSRI*INT + e (7)
Notasi:
PBV : Firm value (nilai perusahaan) yang diproksikan dengan Price Book Value (PBV),
a : konstanta,
1b , 2b , b 3 : koefisien regresi, e : error, CSRI : Corporate Social Responsibility Index, INT : Institutional ownership, dan CSRI*INT : Interaksi antara variabel CSRI dan INT.
Pengujian koefisien regresi dilakukan dalam dua cara, yaitu:
a. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui besarnya signifikansi
pengaruh variabel X terhadap Y secara individual (parsial). Caranya
adalah dengan melakukan pengujian hipotesis terhadap koefisien
regresi semua variabel independen (Algifari, 2003:228).
Hipotesis-hipotesis yang diajukan sebelumnya dirumuskan
sebagai berikut:
1) Ho : 1b = 0, berarti tidak ada pengaruh X (CSR) terhadap Firm
Value
2) Ho : 1b ≠ 0, berarti ada pengaruh X (CSR) terhadap Firm Value
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3) Ho : 2b = 0, berarti tidak ada pengaruh M (Institutional
Ownership) terhadap Firm Value
4) Ho : 2b ≠ 0, berarti ada pengaruh M (Institutional Ownership)
terhadap Firm Value
Perhitungan uji statistik t menggunakan rumus sebagai berikut:
212
rnr
t--
= (8)
Notasi :
r = koefisien korelasi ganda, dan
n = jumlah sampel.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-
hitung dengan t-tabel dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai t-hitung > t-tabel maka variabel X secara individual
(parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Y.
2) Jika nilai t-hitung < t-tabel maka variabel X secara individual
(parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
b. Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh
terhadap variabel dependen. Pengujian secara bersama-sama ini perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dilakukan karena sebagaimana dalam uji regresi berganda ini, ada tiga
variabel yang digunakan yaitu CSRI (Corporate Social Responsibility
Index), INT (Institutional ownership), dan CSRI*INT yang merupakan
interaksi antara variabel CSRI dan INT yang menunjukkan variabel
moderasi, sehingga perlu diuji apakah ketiga variabel ini secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap firm value. Uji F
digunakan untuk menghitung besarnya perubahan nilai variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel
independen (Algifari, 2003: 232).
Hipotesis untuk pengujian secara simultan ini dirumuskan sebagai
berikut:
1) Ho : 1b = 2b = 0, berarti tidak ada pengaruh X (CSR) dan
M (Institutional Ownership) terhadap Y (Firm Value).
2) Ho : 1b ≠ 2b ≠ 0, berarti ada pengaruh X (CSR) dan M
(Institutional Ownership) terhadap Y (Firm Value).
Uji regresi simultan (Uji-F) dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
1) Menentukan F-hitung
Nilai F-hitung digunakan sebagai perbandingan terhadap nilai
F-tabel untuk menguji signifikansi pengaruh variabel X terhadap
variabel Y secara bersama-sama. Nilai F-hitung dicari dengan
mengunakan rumus berikut (Sugiyono, 2007:223):
(9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Notasi :
R = koefisien korelasi ganda, k = jumlah variabel independen, dan n = jumlah anggota sampel.
Kriteria pengujian untuk hasil F-hitung adalah:
(1) Jika nilai F-hitung > F-tabel maka variabel X dan M secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
(2) Jika nilai F-hitung < F-tabel maka variabel X dan M secara
bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Y.
2) Menghitung Koefisien Determinasi (R²)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai koefisien
determinan yang menjadi indikator untuk mengukur kemampuan
variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskan
perubahan yang terjadi pada variabel dependen. Penghitungan
koefisien determinasi (R²) dilakukan melalui rumus berikut
(Sugiyono, 2003) :
(10)
Notasi:
R² = koefisien determinan, JK (Reg) = jumlah kuadrat regresi, dan Y² = kuadrat total dikoreksi {JK (TD)}.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dalam analisis data dimulai dengan analisis mengenai masing-
masing variabel penelitian, baik variabel bebas yang terdiri dari indeks Corporate
Social Responsibility, dan kepemilikan institusional, maupun variabel tergantung
yaitu nilai perusahaan (firm value) selama tahun 2011. Analisis dilanjutkan
dengan pembahasan mengenai uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Setelah
penghitungan dan analisis uji asumsi klasik, analisis diakhiri dengan pembahasan
mengenai uji regresi berganda yang diikuti dengan uji statistik berupa uji F, uji t,
dan uji koefisien determinasi.
4.1 Deskripsi Data
Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 95
perusahaan. Jumlah perusahaan ini merupakan semua perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 yang memiliki data keuangan yang
lengkap sesuai dengan kriteria penelitian dalam sampling tentang pengungkapan
pertanggung jawaban sosial perusahaan (CSR), data tentang saham, data akuntansi
perusahaan berupa laporan dan kepemilikan institusional perusahaan.
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2011 triwulan 1
berjumlah 234 perusahaan yang dapat digunakan sampel adalah 95 perusahaan.
Namun demikian, tidak semua perusahaan memiliki data-data yang lengkap yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Sebanyak 95 perusahaan diambil sebagai sampel
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
adalah perusahaan yang memiliki data keuangan yang lengkap berkaitan dengan
pengungkapan pertanggung jawaban sosial perusahaan (CSR), data tentang
saham, data akuntansi perusahaan berupa laporan dan kepemilikan institusional
perusahaan pada tahun 2011.
4.2 Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini, ada dua variabel yang diteliti, yaitu Indeks CSR
(CSRI), Kepemilikan institusional, serta firm value (Y). Berikut ini adalah uraian
perkembangan variabel penelitian selama periode penelitian tahun 2011.
4.2.1 Firm Value
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur berdasarkan pada Price
Book Value (PBV). Instrumen pengukuran PBV dalam penelitian ini
mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Rachmawati dan Triatmoko
(2010). Berikut ini adalah perkembangan Price Book Value (PBV) selama
tahun 2011.
Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Price Book Value (PBV) Tahun 2011
Keterangan Price Book Value (PBV)
Nilai Minimum 0,12
Nilai Maksimum 1,04
Rata-Rata 0,9193
Median 1,000
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan pada Tabel 4.1, Price Book Value (PBV) pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 mencapai
rata-rata 0,9193. Ini berarti bahwa sebagian besar perusahaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
terdaftar di BEI selama periode tersebut mempunyai perbandingan harga
pasar per lembar saham penutupan dengan nilai buku per lembar saham
sebesar rata-rata 0,9193. Adapun nilai minimum Price Book Value (PBV)
adalah 0,12 dengan nilai maksimum Price Book Value (PBV) sebesar
1,04.
4.2.2 Indeks Corporate Social Responsibility
Dalam penelitian ini, Corporate Social Responsibility Index (CSRI)
diukur dengan mengelompokkan informasi CSR ke dalam enam kategori:
lingkungan, energi, tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan
umum. Berikut ini adalah perkembangan Corporate Social Responsibility
Index (CSRI) selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2011.
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Corporate Social Responsibility Index (CSRI) Tahun 2011
Keterangan Corporate Social Responsibility
Index (CSRI)
Nilai Minimum 0,00
Nilai Maksimum 0,18
Rata-Rata 0,0578
Median 0,0300
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan pada Tabel 4.2, Corporate Social Responsibility Index
(CSRI) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode tahun 2011 mencapai rata-rata 0,0578. Ini berarti bahwa
secara rata-rata pada keenam indikator CSR (lingkungan, energi, tenaga
kerja, produk, keterlibatan, dan umum) berada di bawah 0,5 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
menunjukkan rendahnya tingkat CSR pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011. Adapun nilai
minimum Corporate Social Responsibility Index (CSRI) adalah 0 dengan
nilai maksimum Corporate Social Responsibility Index (CSRI) sebesar
0,18.
4.2.3 Kepemilikan Institusional
Dalam penelitian ini, kepemilikan institusional diukur berdasarkan
pada tingkat kepemilikan saham untuk pihak dari luar atau pihak
institusional atau persentase jumlah institusional yang menjadi investor
pada tiap perusahaan. Berikut ini adalah perkembangan kepemilikan
institusional selama tahun 2011.
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Kepemilikan Institusional Tahun 2011
Keterangan Kepemilikan Institusional
Nilai Minimum 0,22
Nilai Maksimum 0,99
Rata-Rata 0,4815
Median 0,4100
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan pada Tabel 4.3, kepemilikan institusional pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mencapai rata-rata 0,4815%. Ini
berarti bahwa sebagian besar perusahaan yang terdaftar di BEI selama
periode tersebut dimiliki oleh pihak dari luar atau pihak institusional yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
memiliki pengaruh pada perusahaan. Adapun nilai minimum kepemilikan
institusional adalah 0,22% dengan nilai maksimum kepemilikan
institusional sebesar 0,99%.
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan rasio
skewness dan kurtosis dijadikan petunjuk apakah suatu data
berdistribusi normal dan tidak. Sebagai pedoman, bila rasio skewness
dan kurtosis berada di antara – 2 hingga 2, maka distribusi data
normal (Santoso, 2000:53). Adapun hasil pengujian normalitas
dirangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
Skewness Kurtosis Statistik Std Error Statistik Std Error
Unstandardized
Residual
- 1,673 0,847 1,427 0,890
- 1,975 1,603
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan pada hasil pengujian normalitas dengan menggunakan
dengan Rasio skewness dan kurtosis diantara -2 hingga 2 maka dapat
disimpulkan bahawa distribusi data adalah normal untuk semua
variabel yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4.3.2 Uji Multikolinieritas
Salah satu deteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan
melihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF
diperoleh dengan melakukan regresi secara parsial dan kemudian
menghitung nilai VIF. Jika VIF dari suatu variabel melebihi 10,
dimana hal ini terjadi ketika nilai R2 melebihi 0,90, maka suatu
variabel dikatakan berkorelasi sangat tinggi. Berikut ini adalah
rangkuman nilai VIF pada periode penelitian:
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel VIF Kesimpulan
CSRI 5,540 Tidak Ada Multikolinierietas
Kepemilikan Institusional 2,095 Tidak Ada Multikolinierietas
Interaksi CSRI dengan Kepemilikan Institusional 6,058
Tidak Ada Multikolinierietas
Sumber: Lampiran 5 Dari tabel di atas terlihat bahwa semua nilai VIF dari hasil regresi
parsial masih dibawah 10. Dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan
bebas dari masalah multikolinearitas.
4.3.3 Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya varians yang berbeda yang
dapat membiaskan hasil yang telah dihitung, serta menimbulkan
konsekuensi adanya model yang akan menaksir terlalu rendah varians
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
yang sesungguhnya. Heteroskedastisitas bisa dideteksi dengan
berbagai macam uji. Salah satu uji yang digunakan adalah uji Park.
Uji Park dilakukan dengan meregresi logaritma dari kuadrat
residual hasil regresi awal terhadap variabel-variabel independennya.
Kriteria pengujiannya adalah dengan melihat nilai koefisien regresi
pada persamaan. Apabila t hitung < t tabel atau signifikansi > 0,05,
maka Ho diterima yang berarti menunjukan adanya homoskedastisitas
(tidak menunjukkan gejala heterokedastisitas), sebaliknya apabila t
hitung > t tabel, maka menolak Ho dan menerima H1 yang berarti
menunjukan adanya gejala heteroskedastisitas.
Berikut ini adalah rangkuman hasil uji heteroskedastisitas dengan
Uji Park.
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel T-Hitung Sig. Kesimpulan
CSRI 0,408 0,684 Tidak ada
heteroskedastisitas Kepemilikan Institusional 1,390 0,168
Tidak ada heteroskedastisitas
Interaksi CSRI dengan Kepemilikan Institusional
-0,293 0,770 Tidak ada heteroskedastisitas
Sumber : Lampiran 5
Dari hasil perhitungan tersebut ternyata dalam model regresi
tersebut semua menunjukan t-hitung < t-tabel atau signifikansi > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak
terjadi masalah heterokedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4.3.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila gangguan dalam periode tertentu
berhubungan dengan nilai gangguan periode sebelumnya.
Konsekuensi adanya autokorelasi adalah selang keyakinan menjadi
besar serta varians dan kesalahan standar akan ditaksir terlalu rendah.
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Pengujian Durbin Watson ini dilakukan dengan menggunakan
nilai Durbin Watson dari hasil estimasi. Menurut Durbin Watson,
besarnya koefisien Durbin Watson adalah antara 0-4. Kalau koefisien
Durbin Watson sekitar 2, dapat dikatakan tidak ada korelasi. Kalau
besarnya mendekati nol, maka terdapat autokorelasi positif, dan jika
besarnya mendekati 4, maka terdapat autokorelasi negatif. Berikut ini
tabel yang dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi (Gujarati, 2003):
4-dL < d < 4 Mempunyai autokorelasi negatif,
4-dU < d < 4-dL Pengujian tidak meyakinkan,
2 < d < 4-dU Tidak mempunyai autokorelasi,
dU < d < 2 Tidak mempunyai autokorelasi,
dL < d < dU Pengujian tidak meyakinkan, dan
0 < d < dL Mempunyai autokorelasi positif.
Penentuan dL dan dU tergantung dari besarnya derajat kebebasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dari tabel Durbin Watson pada tingkat a = 0,05 dan dengan
n=95, diketahui dL sebesar 1,580 dan dU sebesar 1,755 (Gujarati,
2003), sehingga batasan autokorelasinya menjadi :
2,42 < d < 4 Mempunyai autokorelasi negatif,
2,245 < d < 2,420 Pengujian tidak meyakinkan,
2 < d < 2,245 Tidak mempunyai autokorelasi,
1,755 < d < 2 Tidak mempunyai autokorelasi,
1,534 < d < 1,755 Pengujian tidak meyakinkan, dan
0 < d < 1,580 Mempunyai autokorelasi positif.
Adapun hasil perhitungan Durbin Watson untuk periode tahun
2011 diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,766. Nilai ini berada
pada daerah 1,755 < d < 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
data tersebut telah berada pada daerah pengujian tidak mempunyai
autokorelasi.
4.4 Pengujian Regresi Berganda
Analisis regresi berganda berguna untuk mengetahui pengaruh CSRI,
kepemilikan institusional dan interaksi CSRI dengan kepemilikan
institusional terhadap firm value pada perusahaan yang tergabung dalam
emiten selama tahun 2011. Berikut ini adalah rangkuman hasil regresi
berganda tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi
Variabel Koef Regresi thitung Sig. Keterangan
Konstanta 0,991 13,641 0,000 Signifikan
CSRI 0,579 2,575 0,047 Signifikan
Kepemilikan Institusional 0,124 2,851 0,043 Signifikan
Interaksi CSRI dengan Kepemilikan Institusional
0,786 2,412 0,047 Signifikan
R = 0,573
R Square = 0,500
N = 95
F hitung = 14,393
Sig. = 0,000
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan hasil perhitungan regresi, secara keseluruhan diperoleh hasil
persamaan regresi sebagai berikut:
PBV = 0,991 + 0,579CSRI + 0,124INT + 0,786CSRI*INT
Hasil persamaan regresi secara keseluruhan ini menunjukkan hasil
interpretasi sebagai berikut:
1. Koefisien regresi CSRI menunjukkan nilai sebesar 0,579. Tanda
koefisien regresi ini adalah positif. Ini berarti peningkatan pada CSRI
akan mendorong peningkatan pada firm value. Begitu pula sebaliknya,
penurunan dalam CSRI akan mendorong pada penurunan dalam firm
value. Dengan demikian, perubahan (peningkatan atau penurunan) CSRI
sebesar 1 persen akan direspons dengan perubahan (peningkatan atau
penurunan) dalam firm value sebesar 0,579 persen.
2. Koefisien regresi kepemilikan institusional menunjukkan nilai sebesar
0,124. Tanda koefisien regresi ini adalah positif. Ini berarti
peningkatan pada kepemilikan institusional akan mendorong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
peningkatan pada firm value. Begitu pula sebaliknya, penurunan
dalam kepemilikan institusional akan mendorong pada penurunan
dalam firm value. Dengan demikian, perubahan (peningkatan atau
penurunan) kepemilikan institusional sebesar 1 persen akan direspons
dengan perubahan (peningkatan atau penurunan) dalam firm value sebesar
0,124 persen.
3. Koefisien regresi interaksi CSRI dengan kepemilikan institusional
menunjukkan nilai sebesar 0,786. Tanda koefisien regresi ini adalah
positif. Ini berarti peningkatan pada interaksi CSRI dengan
kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pada firm
value. Begitu pula sebaliknya, penurunan dalam interaksi CSRI
dengan kepemilikan institusional akan mendorong pada penurunan
dalam firm value. Dengan demikian, perubahan (peningkatan atau
penurunan) interaksi CSRI dengan kepemilikan institusional sebesar 1
persen akan direspons dengan perubahan (peningkatan atau penurunan)
dalam firm value sebesar 0,786 persen.
4.5 Uji Statistik
4.5.1 Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
dalam model mempengaruhi secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Dari hasil estimasi, diperoleh nilai F hitung sebesar 14,395
dengan tingkat signifikansi 0,046. Nilai ini signifikan secara statistik,
karena tingkat signifikansinya di bawah 0,05 yang berarti variabel-
variabel independennya secara bersama-sama berpengaruh terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
variabel dependennya. Ini juga berarti bahwa variabel CSRI,
kepemilikan institusional dan interaksi CSRI dengan kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel firm value.
4.5.2 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara sendiri-sendiri atau parsial terhadap variabel dependennya.
Adapun hasil rangkuman uji t untuk model diatas dapat
ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.8 Hasil Uji t
Variabel t-Hitung Sig. Kesimpulan
CSRI 2,575 0,047 Signifikan
Kepemilikan Institusional 2,851 0,043 Signifikan
Interaksi CSRI dengan Kepemilikan Institusional
2,412 0,047 Signifikan
Sumber : Lampiran 4
Dari hasil tersebut di atas dapat dilihat bahwa semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai nilai t-hitung
yang tingkat signifikansinya kurang dari 0,05. Pada keseluruhan
periode, pada a= 5%, semua variabel independen signifikan secara
statistik dan berpengaruh secara sendiri-sendiri (parsial) terhadap
variabel dependennya. Variabel CSRI, dan interaksi CSRI serta
Kepemilikan Institusional yang mempunyai pengaruh yang signifikan
secara sendiri-sendiri terhadap firm value.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4.5.3 Uji Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independent dalam model mempengaruhi variabel dependent.
Nilai ini ditunjukkan dengan nilai R2 (R-square).
Dari hasil estimasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,500, yang artinya
50,0% variasi dalam variabel dependen (firm value) dapat dijelaskan
oleh variabel independen yang dimasukkan dalam model (CSRI,
Kepemilikan Institusional, dan interaksi CSRI dengan Kepemilikan
Institusional). Sedangkan sisanya sebesar 50,0% dipengaruhi oleh
variabel yang tidak dijelaskan dalam model atau selain ketiga variabel
tersebut.
4.6 Pembahasan
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila
perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup
karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-
kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dengan adanya praktik
CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh
investor.
Dalam penelitian ini, Corporate Social Responsibility menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan dengan thitung sebesar
2,575 pada tingkat signifikansi 0,047 atau probabilitas di bawah a = 5 %.
Artinya bahwa penerapan CSR perusahaan merupakan salah satu faktor yang
menentukan nilai perusahaan. Dengan demikian kualitas pengungkapan CSR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
di dalam perusahaan menjadi faktor yang menyebabkan praktik CSR
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan
paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan
kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya akan dapat dicapai jika
perusahaan juga memasukkan unsur tanggung jawab sosial kepada
masyarakat paling tidak dalam tingkat yang minimal (Nurlela, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Becchetti et al. (2005) yang menyatakan bahwa pengungkapan informasi
CSR oleh perusahaan merupakan strategi untuk memperbaiki dan
memaksimalkan kinerja perusahaan. Pengungkapan CSR merupakan motivasi
perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial yang dipengaruhi oleh
usaha untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai
manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang kepada stakeholder. Jika
dilihat dari perspektif ekonomi, suatu informasi akan diungkapkan
perusahaan apabila informasi tersebut dianggap dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Melakukan program CSR yang berkelanjutan akan memberikan dampak
positif dan manfaat yang lebih besar baik kepada perusahaan itu sendiri
maupun para stakeholder yang terkait. Stakeholder yang dimaksud di
antaranya adalah para shareholder, karyawan (buruh), pelanggan, komunitas
lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lain sebagainya.
Selain itu, CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan
untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan
menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para
pesaing. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus
menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu iklim bisnis
yang menguntungkan semua pihak (true win win situation) dimana konsumen
mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan dan produsen
mendapatkan profit sesuai yang diharapkan.
Pada penelitian ini CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, sedangkan pengaruh kepemilikan institusional secara parsial
terhadap nilai perusahaan didukung. Hasil ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lins (2002) yang dalam penelitiannya menyelidiki apakah
hubungan antara ownership dan firm value dipengaruhi oleh level
perlindungan external shareholders di dalam suatu negara. Dalam
penelitiannya ditemukan bahwa kelompok manajemen mengendalikan
perusahaan melebihi proporsi kepemilikan yang dimilikinya. Hasil penelitian
Roberts dan Yuan (2006) menemukan bukti kuat bahwa institutional
ownership dapat mengurangi agency cost secara signifikan. Secara nyata,
institutional ownership mempunyai pengaruh negatif terhadap agency cost.
Artinya, apabila jumlah institutional ownership meningkat, maka agency cost
akan menurun. Hal ini dikarenakan monitoring yang dilakukan institutional
investor dengan pihak holding company efektif, dalam arti manajer (agent)
gerak-geriknya terutama dalam membuat keputusan-keputusan keuangan
merasa selalu diawasi, dan akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Praktiknya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
manajer dalam melakukan setiap keputusan keuangan harus melaporkan pada
holding company, dan holding company yang akan melakukan evaluasi
apakah keputusan keuangan tersebut reasonable (masuk akal) atau tidak.
Sebaliknya, apabila jumlah institutional investor kecil, maka monitoring yang
dilakukan tidak efektif, karena institutional investor tidak cukup berwibawa
memonitor sepak terjang manajer (agent). Keadaan tersebut membuat agent
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan utang yang tinggi bukan
untuk memaksimumkan nilai perusahaan, melainkan untuk kepentingan
oportunistik manajer. Utang yang tinggi tersebut akan meningkatkan beban
bunga, dan dapat menyebabkan risiko kebangkrutan perusahaan meningkat.
Pada akhirnya, agency cost of debt semakin tinggi. Agency cost of debt yang
tinggi pada gilirannya akan berpengaruh pada penurunan nilai perusahaan
(Soliha & Taswan, 2002).
Ditambahkan oleh Cook dan Jeon (2006,) bahwa, institutional investor
dapat memainkan monitoring yang penting melalui usahanya yang gigih dan
informasi yang unggul, sehingga mengurangi agency problem antara
managers dan pemegang saham. Itulah sebabnya, agency theory menyatakan
bahwa institutional investor yang tinggi dapat membawa perusahaan
meningkatkan kinerja perusahaan dalam memperoleh laba, dan laba yang
besar akan mendorong pemberian dividen yang relatif besar juga. Tingginya
dividen akan menyenangkan para investor dan dapat membuat nilai
perusahaan naik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Nilai perusahaan (firm value) dipengaruhi oleh tingkat pengungkapan
informasi pertanggungjawaban sosial. Agar penggunaan informasi
pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial tersebut lebih
bermanfaat dalam menunjukkan pengaruhnya terhadap firm value maka
dibutuhkan informasi lain yang dapat meningkatkan pengaruh tingkat
pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial terhadap firm value.
Informasi lain tersebut adalah informasi mengenai struktur kepemilikan
perusahaan, yang didalamnya termasuk kepemilikan institusional. Informasi
lain tentang kepemilikan institusi (institutional ownership) perusahaan dapat
meningkatkan pengaruh tingkat pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial terhadap firm value.
Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan
menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan. Kondisi seperti ini yang pada gilirannya dapat memberikan
keuntungan ekonomi-bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan.
Keuntungan ekonomi-bisnis perusahaan ditandai dengan meningkatnya nilai
perusahaan (firm value) dan laba perusahaan (earnings). Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Achda (2006) yang menemukan ada
korelasi positif antara pelaksanaan CSR dengan meningkatnya apresiasi dunia
internasional maupun domestik terhadap perusahaan tersebut. Oleh karena
itu, penerapan CSR tidak seharusnya dianggap sebagai cost semata-mata,
melainkan sebagai sebuah investasi jangka panjang yang menguntungkan.
Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa nilai perusahaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi oleh
peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif
tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga
meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling
theory).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat
pengungkapan informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR
disclosure) dalam laporan tahunan terhadap nilai perusahaan (firm value)
serta pengaruh institutional ownership dan interaksi antara pengungkapan
informasi pertangggungjawaban sosial perusahaan (CSR disclosure) dalam
laporan tahunan terhadap nilai perusahaan (firm value). Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan
(corporate social responsibility disclosure) dalam laporan tahunan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap firm value baik secara parsial
maupun secara bersama-sama dengan variabel institutional owership dan
interaksi CSRI dengan institutional owership.
2. Persentase kepemilikan manajemen (Institutional ownership) memiliki
pengaruh signifikan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara
Corporate Social Responsibility dan firm value.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sampel penelitian ini terbatas, perusahaan yang tidak memiliki
data yang lengkap pada tiap-tiap tahunnya.
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Emiten (perusahaan) yang dijadikan sampel adalah perusahaan-
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonessia (BEI). Penelitian pada
mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang komplek kemungkinan
dapat mempengaruhi hasil analisis, keragaman dari berbagai sektor
industri yang go public di Bursa Efek Indonesia dapat berpengaruh pada
hasil analisis.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik dari hasil analisis dan
pembahasan, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini, CSR disclosure terbukti mempengaruhi nilai
perusahaan (firm value), maka perlu dukungan yang kuat dari pemerintah
(baik Kementerian Hukum dan HAM, maupun Kementerian
Perindustrian) untuk mendukung program bahwa CSR disclosure
hendaknya menjadi program setiap perusahaan sebagai langkah strategis
perusahaan untuk bisa eksis dalam jangka panjang.
2. Secara manajerial, perusahaan harus memberikan penekanan pada
variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap firm value yang
dalam penelitian ini terutama adalah dalam hal Corporate Social
Responsibility. Peningkatan Corporate Social Responsibility dapat
meningkatkan firm value yang berarti memberikan keuntungan bagi
investor dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3. Penelitian selanjutnya perlu memasukkan variabel lainnya yang
kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap firm value, misalnya dengan
tidak hanya memasukkan struktur kepemilikan institusional, tetapi juga
memasukkan struktur kepemilikan manajerial yang juga diperkirakan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap firm value. Pada penelitian
selanjutnya ini perusahaan dapat diklasifikasikan dari jenis perusahaan
sehingga hasil penelitian menjadi lebih obyektif.