pengaruh predisposisi, pendukung, dan penguat …

124
PENGARUH PREDISPOSISI, PENDUKUNG, DAN PENGUAT TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATANG KUIS TAHUN 2013 TESIS Oleh ROSIANNA BR SEMBIRING 117032008/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TESIS
Oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCES OF PREDISPOSITION, SUPPORTING FACTORS AND REINFORCES TOWARDS THE UTILITITY OF ELDERS’ POSYANDU IN
THE WORKING AREA OF PUSKESMAS BATANG KUIS IN 2013
THESIS
By
ROSIANNA BR SEMBIRING NIM 117032008/IKM
MAGISTERATE IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
2013
PUSKESMAS BATANG KUIS TAHUN 2013
TESIS
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2013
Menyetuji Komisi Pembimbing
Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes)
Dekan
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji Pada Tanggal : 17 Desember 2013 PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes 2. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si 3. Drs. Tukiman, M.K.M
Universitas Sumatera Utara
Manusia Lanjut Usia (Lansia) adalah kelompok penduduk dari tahun ketahun jumlahnya semakin meningkat. Posyandu lansia merupakan program pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dan mengantisipasi masalah kesehatan penduduk lansia. Menurut SK Menkes RI No 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM), target cakupan pelayanan kesehatan lansia sebesar 70%. Lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, sarana prasarana, perilaku tenaga kesehatan, dukungan PKK dan keluarga lansia. Pemanfaatan posyandu masih kurang disebabkan oleh karena kurangnya sosialisasi dari tenaga kesehatan dan kader PKK tentang manfaat posyandu, dan sarana prasarana yang kurang. Jenis penelitian explanatory research dengan pendekatan crosssectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap, sarana prasarana, perilaku tenaga kesehatan, dukungan PKK dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis tahun 2013. Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan uji statistik menggunakan analisis data univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariate dengan uji regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia adalah pengetahuan, koefesien regresi =3.982 sig = 0, 009 dan nilai Exp (β) = 53.555 dan sikap koefesien regresi = 2.559, sig = 0.020 dan nilai Exp (β) = 12.920. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan kualitas pelayanan pada lansia, dengan cara meningkatkan program yang ada yaitu pemberian makanan tambahan, pemeriksaan gula darah, protein urin, mengajarkan lansia cara merajut, dan mengembangkan ketrampilan lansia membuat jamu tradisional.
Kata Kunci: Predisposisi, Pendukung, Penguat, Lansia, Pemanfaatan Posyandu
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Elders are a group of residents of greater age whose number shows an increase from year to year. Posyandu for elders is a government program which is aimed at both managing them efficiently and anticipating their health problems. With reference to the decree of Indonesia’s Health Minister No. 1457/Menkes/SK/X/2003 about Minimum Service Standard (SPM), the target of this program covers 70% of elders’ health service. When exploiting this Posyandu benefits the elders are influenced by the following characteristics such as knowledge, attitude, equipment and infrastructure, the behavior of health service workers, PKK’s endorsement and the elders’ family support. The exploitation of this Posyandu is considered less and this is caused by the lack of socialization about this program from the health service workers and PKK cadres. This is an explanatory research which uses cross-sectional approach in which both of them are applied to find out the influence of knowledge, attitude, equipment and infrastructure, health service workers’ behavior, PKK’s endorsement and elders’ families support towards the exploitation of this Posyandu in the working area of Batang Kuis Puskesmas in 2013. The population is 2480 old people and 50 of them are selected as the samples where the simple random sampling technique is used. The data collection is primarily done by using questionnaires and the statistic tests usedhere is univariate data analysis. The gathered data were analyzed by using both the uni- and bi-variate analysis with chi square tests and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. The result of this research when using multiple logistic regression tests shows that the variables which influence the use of Posyandu for old people are related to the knowledge withcoefficient regression is 3.981, sig = 0.009 and EXP value (β) = 53.555 and the attitude with coefficient regression is around 0.2559, sig =0.020 and EXP value (β) = 12.920. Based on the result of this research, it is recommended that health care workers should increase the intensity of counseling, conveying communicative message and providing effective information and education in order to improve old people’s health.
Keywords : Predisposition, Supporting Factor, Reinforces, Elders, Posyandu Exploitation
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh
Pridisposisi, Pendukung dan Penguat terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr Syhril Pasaribu, DTM&H,M, Sc (CTM),Sp.A (K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Evawany Aritongang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
4. Drs. Heru Santosa,M.S, Ph.D, selaku dengan ketua komisi pembimbing dan
Siti Khadijah, S.K.M, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
5. Dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan Drs. Tukiman, M.K.M, selaku penguji tesis
yang dengan penuh perhatian dan kesabaran, mengarahkan penulis mulai dari
proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Kepala Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis beserta jajarannya
yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan
sehingga tesis ini selesai.
7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
8. Teristimewa buat suami M. Ali Pawiro, S.S, M.A, beserta anak-anakku Faruq
Ali Pawiro, Dzaky Ali Pawiro, Muzaffar Ali Pawiro, Raihan Ali Pawiro yang
selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorbang baik moril
maupun materil kepada penulis.
9. Orang tuaku tercinta, M. Yusup Sembiring dan Masta br Peranging-angin
yang telah memberikan kasih sayang, pertolongan dan doa selama ini.
10. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Angkatan 2011 Minat Studi Kesehatan Reproduksi.
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan kebijakan di bidang kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2014 Penulis
Rosianna br Sembiring 117032008/IKM
RIWAYAT HIDUP
Rosianna br Sembiring,lahir pada tanggal 12 Mei 1973 di Dolat Rakyat,
anak dari pasangan Ayahanda M. Yusup Sembiring dan Ibunda Masta br Perangin-
angin.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di Sekolah Dasar
Negeri Dolat Rakyat tamat Tahun 1987, Sekolah Menengah Pertama di SMPN I
Berastagi tamat Tahun 1989, Sekolah Menengah Umum Darma Bakti Medan tamat
Tahun 1992, Sekolah DIII Keperawatan Depkes Medan tamat Tahun 1996, DIV
Perawat Pendidik FK USU Medan tamat Tahun 2000, Sekolah DIII Kebidanan Jalur
Khusus Widya Husada Medan tamat Tahun 2010.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun
2013.
Pada tahun 2002 penulis bekerja sebagai staf Dosen di Akademi Kebidanan
Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang hingga sekarang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Permasalahan ................................................................................ 8 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 8 1.4. Hipotesis ....................................................................................... 8 1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10 2.1 Posyandu Lansia ............................................................................ 10
2.1.1 Tujuan Posyandu Lansia .................................................... 10 2.1.2 Manfaat Posyandu Lansia. ................................................. 11 2.1.3 Sasaran Posnyandu Lansia . ............................................... 11 2.1.4 Tingkat Perkembangan Kelompok Lansia . ........................ 11 2.1.5 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia. ............................ 12 2.1.6 Pengorganisasian ............................................................... 15 2.1.7 Indikator Keberhasian Posyandu Lansia. ............................ 15 2.1.8 Upaya Kesehatan Reproduksi Lansia.................................. 16
2.2 Lansia .......................................................................................... 26 2.2.1 Kesehatan Reproduksi Lansia ............................................ 26 2.2.2 Teori-teori Proses Penuaan ................................................. 29 2.2.3 Ciri-Ciri yang di Jumpai pada Lanjut Usia ......................... 34 2.2.4 Tipe Lanjut Usia ................................................................ 35 2.2.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia .................. 36 2.2.6 Karakteristik Penyakit Pada Lansia .................................... 37 2.2.7 Masalah Fisik Sehari-hari pada Lansia. .............................. 39 2.2.8 Penyakit Degeneratif yang Sering Muncul pada Lansia. ..... 39
2.3 Predisposisi, Pendukung dan Penguat Pemanfaatan Posyandu Lansia .......................................................................................... 39 2.3.1 Predisposisi (Pengetahuan, Sikap) ........................................ 40
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Pendukung(Enabling) .......................................................... 46 2.3.3 Penguat (Reinforcing Factor) ............................................... 47
2.4 Landasan Teori .............................................................................. 51 2.5 Kerangka Konsep .......................................................................... 53 BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 55
3.1 Jenis Penelitian . ........................................................................... 55 3.2 Lokasi dan WaktuPenelitian ......................................................... 55 3.3 Populasi dan Sampel..................................................................... 55
3.3.1 Populasi ........................................................................... 55 3.3.2 Sampel .............................................................................. 55
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 58 3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................. ……………… 58 3.6 Metode Pengukuran ...................................................................... 60 3.7 Variabel dan Defenisi Operasional (DO) ...................................... 60
3.7.1. Variabel ........................................................................... 60 3.7.2. Defenisi Operasional (DO) ................................................ 61
3.8. Metode dan Analisis Data ............................................................. 62
BAB 4. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 64 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 64 4.2 Analisis Univariat ......................................................................... 66
4.2.1. Faktor Predisposisi ............................................................. 66 4.2.2. Fakktor Pendukung ............................................................. 70 4.2.3. Faktor Penguat 72
4.2.4. Pemanfatan Posyandu Lansia .............................................. 76 4.3 Analisis Bivariat ............................................................................ 76
4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ................................................................................ 77 4.3.2. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ................................................................................ 77 4.3.3. Hubungan Sarana Pra Sarana dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia …………………………………………. 78
4.3.4. Hubungan Perilaku Tenaga Kesehatan dengan Pemanfaatan Posyandu ..................................................... 79
4.3.5 Hubungan Dukungan PKK dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ........................................................... ... 79
4.3.6. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu ......................................................................... 80
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap PemanfaatanPosyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis ......................... 83 5.2.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis. ............. 83 5.2.2. Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis . ..................... 86 5.2.3. Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap . ........................... 87
5.3. Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis ......................... 88 5.3.1. Pengaruh Sarana Prasarana terhadap Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis. ................................................................................. 88
5.4. Pengaruh Faktor Penguat terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis. ....................... 90 5.4.1. Pengaruh Perilaku Tenaga Kesehatan terhadap
Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis. .................................................................... 90
5.4.2. Pengaruh Dukungan PKK terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis. ................................................................................ 94
5.4.3. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis. ................................................................................ 95
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 97 6.1 Kesimpulan .................................................................................. 97 6.2 Saran ............................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 99
3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ........................................................ 60
4.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Batang Kuis .............................................................................................. 64
4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ........................................... 65
4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Pengetahuan tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia ............... 66 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 ...................................................................................... 68 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Sikap tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia ......................... 68 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 .................. 69 4.7 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 .............................. 70 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Sarana Prasarana tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia ....... 71 4.9 Distribusi Frekuensi Sarana Prasarana Responden tentang Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 ........................................................................... 71 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Perilaku Tenaga Kesehatan tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia di WilayahKerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013................... 72
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2013 ............................................................................................... 73 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Dukungan PKK tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia .......... 73 4.13 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden tentang Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 .. 74 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Dukungan Keluarga tentang Pemanfaatan PosyanduLansia ... 75 4.15 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden tentang Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 .. 75 4.16 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 ........................................................ 76 4.17 Tabulasi Silang Variabel Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013................... 77 4.18 Tabulasi Silang Variabel Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 ................................. 78 4.19 Tabulasi Silang Variabel Sarana Prasarana dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 .................. 78 4.20 Tabulasi Silang Variabel Perilaku Tenaga Kesehatan dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 ............................................................................................... 79 4.21 Tabulasi Silang Variabel Dukungan PKK dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 .................. 80 4.22 Tabulasi Silang Variabel Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 . 80 4.23 Pengaruh Predisposisi (Pengetahuan, Sikap) terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 ......................................................................................................... 81
Universitas Sumatera Utara
4.24 Probabilitas Lansia untuk Memanfaatkan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013 ............................................... 82
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Manusia Lanjut Usia (Lansia) adalah kelompok penduduk dari tahun ketahun jumlahnya semakin meningkat. Posyandu lansia merupakan program pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dan mengantisipasi masalah kesehatan penduduk lansia. Menurut SK Menkes RI No 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM), target cakupan pelayanan kesehatan lansia sebesar 70%. Lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, sarana prasarana, perilaku tenaga kesehatan, dukungan PKK dan keluarga lansia. Pemanfaatan posyandu masih kurang disebabkan oleh karena kurangnya sosialisasi dari tenaga kesehatan dan kader PKK tentang manfaat posyandu, dan sarana prasarana yang kurang. Jenis penelitian explanatory research dengan pendekatan crosssectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap, sarana prasarana, perilaku tenaga kesehatan, dukungan PKK dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis tahun 2013. Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan uji statistik menggunakan analisis data univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariate dengan uji regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia adalah pengetahuan, koefesien regresi =3.982 sig = 0, 009 dan nilai Exp (β) = 53.555 dan sikap koefesien regresi = 2.559, sig = 0.020 dan nilai Exp (β) = 12.920. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan kualitas pelayanan pada lansia, dengan cara meningkatkan program yang ada yaitu pemberian makanan tambahan, pemeriksaan gula darah, protein urin, mengajarkan lansia cara merajut, dan mengembangkan ketrampilan lansia membuat jamu tradisional.
Kata Kunci: Predisposisi, Pendukung, Penguat, Lansia, Pemanfaatan Posyandu
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Elders are a group of residents of greater age whose number shows an increase from year to year. Posyandu for elders is a government program which is aimed at both managing them efficiently and anticipating their health problems. With reference to the decree of Indonesia’s Health Minister No. 1457/Menkes/SK/X/2003 about Minimum Service Standard (SPM), the target of this program covers 70% of elders’ health service. When exploiting this Posyandu benefits the elders are influenced by the following characteristics such as knowledge, attitude, equipment and infrastructure, the behavior of health service workers, PKK’s endorsement and the elders’ family support. The exploitation of this Posyandu is considered less and this is caused by the lack of socialization about this program from the health service workers and PKK cadres. This is an explanatory research which uses cross-sectional approach in which both of them are applied to find out the influence of knowledge, attitude, equipment and infrastructure, health service workers’ behavior, PKK’s endorsement and elders’ families support towards the exploitation of this Posyandu in the working area of Batang Kuis Puskesmas in 2013. The population is 2480 old people and 50 of them are selected as the samples where the simple random sampling technique is used. The data collection is primarily done by using questionnaires and the statistic tests usedhere is univariate data analysis. The gathered data were analyzed by using both the uni- and bi-variate analysis with chi square tests and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. The result of this research when using multiple logistic regression tests shows that the variables which influence the use of Posyandu for old people are related to the knowledge withcoefficient regression is 3.981, sig = 0.009 and EXP value (β) = 53.555 and the attitude with coefficient regression is around 0.2559, sig =0.020 and EXP value (β) = 12.920. Based on the result of this research, it is recommended that health care workers should increase the intensity of counseling, conveying communicative message and providing effective information and education in order to improve old people’s health.
Keywords : Predisposition, Supporting Factor, Reinforces, Elders, Posyandu Exploitation
Universitas Sumatera Utara
1.1 Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat termasuk usia lanjut. Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan
mengakibatkan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH)71,1% yaitu pada tahun
2010 perkiraan penduduk lansia mencapai 28,8 juta atau 11, 34%. Perkembangan
penduduk lansia ini menarik untuk diamati dimana jumlahnya dari tahun ke tahun
jumlahnya cenderung makin meningkat (Nugroho, 2008).
Selain di Indonesia, negara lain juga mengalami peningkatan jumlah
populasi lansia berusia60 tahun. Populasi lansia diperkirakan mencapai 600 juta
orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada 2050. Saat itu lansia akan melebihi
jumlah populasi anak (0-14 tahun). Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dekade
tahun 2005 sampai dengan tahun 2025 penduduk lansia di dunia meningkat hingga
77,37%, sedangkan usia produktif hanya mencapai 20,95%. Penduduk lansia dunia
tahun 2025 diperkirakan akan mencapai sekitar 1,2 milyar orang dan memasuki tahun
2050 diperkirakan mencapai angka 2 milyar orang (Maryam dkk, 2008).
Pertumbuhan penduduk lansia yang dari tahun ke tahun terus meningkat
akan menimbulkan permasalahan pada kesehatan lansia yang suatu saat akan
Universitas Sumatera Utara
berpotensi menjadi “beban” masyarakat jika tidak dipersiapkan sejak dini. Secara
fisik lansia mengalami kemunduran sel-sel yang berakibat pada kelemahan organ dan
timbulnya dan timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif dan secara psikologis
lansia menjadi mudah lupa, mengalami rasa kebosanan apalagi jika kehilangan
pekerjaan dan rentan terhadap berbagai masalah psikososial dan rawan kesehatan,
khususnya terhadap kemungkinan jatuh sakit dan ancaman kematian (Depkes RI,
2005).
Penyakit lanjut usia yang sering muncul di Inodensia adalah rheumatic,
osteoporosis, osteoarthritis, hipertensi, kholesterolemeia, angina, cardiac attack,
stroke, trigliserida tinggi, anemia, gastritis,ulkus pepticum, konstipasi, infeksi saluran
kemih (ISK), gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, prostat hyperplasia, diabetes
mellitus, obesitas, TB paru, carcinoma/kanker (Wahyunita dan Fitrah, 2010).
Masalah-masalah fisik yang sering terjadi pada lansia antara lain : mudah
jatuh,mudah lelah,kekacauan mental akut,nyeri dada, sesak nafas saat beraktifitas,
palpitasi/berdebar-debar, edema pada ekstremitas bawah, nyeripunggung, nyeri pada
sendi pinggul, penurunan berat badan, sukar menahan buang air kecil, sukar menahan
buang air besar, gangguan tidur dan gangguan pendengaran (Murwani dan Priyantari,
2011).
program yang terjangkau dan bermutu harus diupayakan agar keberadaan lansia
mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin.
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti
Sosial Tresna Wreda (PSTW), sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer),
tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi pada lansia (Maryam dkk, 2008).
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan posyandu lansia diupayakan oleh
pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan dasar puskesmas.Upaya
kesehatan melalui puskesmas merupakan upaya menyeluruh dan terpadu yang
meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Departemen
Kesehatan dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
telah merumuskan tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk posyandu, yang
diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin setiap bulannya
(Depkes RI, 2004).
lansia di setiap wilayah harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
demikian wilayah dengan jumlah lansia yang banyak dan terdapat kasus penyakit
yang tinggi pada lansia,maka pada wilayah tersebut dibutuhkan pelaksanaan program
posyandu lansia. Sebagai Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat(UKBM),maka keberhasilan pelaksanaan kegiatan posyandu lansia sangat
ditentukan oleh peran serta masyarakat (khususnya penduduk lansia) serta aparat
pemerintah desa/kelurahan dimana kegiatan posyandu lansia tersebut dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
upaya.Upaya kesehatan dalam hal ini dikelompokkan menjadi dua yakni upaya
kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan.Upaya kesehatan desa terdiri
dari upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan
anak dan keluaraga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat serta upaya
pengobatan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan yakni : upaya kesehatan
sekolah, upaya kesehatan olahraga, upayaperawatan kesehatan masyarakat, upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatangigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya
kesehatan mata, upaya kesehatan lansia dan upaya pembinaan pengobatan tradisioanl
(Depkes RI, 2004).
hidup lansia karena pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat mendeteksi penyakit
sedini mungkin sehingga mencegah risiko yang berat.Seharusnya para lansia
berupaya memanfaatkan posyandu sebaik mungkin.
Penelitian Masbiran, (2010) tentang Fakor-faktor yang berhubungan dengan
Kunjungan Lansia ke posyandu lansia di RW 03 Kurao Pangan Wilayah Kerja
Puskesman Nanggalo Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2010,
menemukanhubungan yang bermakna tingkat pengetahuan lansia, sikap kunjungan
lansia ke posyandu lansia, dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia antara jarak dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia, sarana dengan
kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2011, menyatakan bahwa ada pengaruh peran
keluarga dan peran kader terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Peran
keluarga dan kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia memiliki peranan yang
sangat penting terhadap kesehatan lansia.
Penelitian Munadhiroh, (2011), menyatakan bahwa responden mayoritas
lansia (51,3%), berjenis kelamin perempuan (85,5%), berpendidikan dasar (57,9%),
tidak bekerja (67,1%),memiliki pengetahuan dan sikap yang baik (60,5%) serta
memiliki motivasi tinggi (53,9%), ketersediaan fasilitas baik (69,7%) dan peran
petugas kesehatan baik (68,4%) serta pemanfaatan posyandu oleh lansia sudah tinggi
(64,5%).
Khotimah, (2011)menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 55 –
64 tahun, berjenis kelamin perempuan, tinggal sama bersama suami/istri dan anak,
berstatus kawin, pendidikan tamat SD, pekerjaan petani, jarak ke posyandu dekat
sedangkan pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan sosial dan peran kader
termasuk katagori kurang. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan
pemanfaatan posyandu lansia yaitu pengetahaun, sikap, dukungan sosial dan peran
kader.Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan posyandu
lansia yaitu umur, jenis kelamin, status tinggal, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan, kualitas pelayanan, jarak tempuh, petugas kesehatan, ada pengaruh
dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Sedangkan variabel umur, jenis
kelamin, pendidikan, jumlah kader tidak ada pengaruh dengan pemanfaatan
pelayanan posyandu lanjut usia. Berdasarkan hasil uji regresi logistik ganda
diperoleh variabel yang dominan berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lanjut
usia adalah jarak.
tentang posyandu lansia : sumber informasi, sasaran, pengertian, status lansia,
manfaat posyandu lansia, orang yang bertugas di posyandu dan peranan lansia
mempengaruhi keafktifanlansia dalam pemanfaatan posyandu. Sikap lansia terhadap
posyandu sangat positif, lansia tidak terbebani terkait kegiatanposyandu lansia yang
rutin. Lansia bersifat negatif terkait rencana perubahan fungsi posyandu yang
melayani masyarakat umum.Keluarga terutama anak-anak lansia berperan sebagai
support sisterm. Kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu lansia yang intinya semakin dekat
jarak rumah semakin aktif lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia.
Menurut Anderson, (1974) dalam Notoatmodjo (2007), pemanfaatan
pelayanan kesehatan memiliki tiga faktor yang berperan, yaitu faktor
predisposisi,faktor pendukung dan faktor kebutuhan.Pemanfaatan pelayanan
kesehatan bergantung pada faktor-faktor sosiodemografis, tingkat pendidikan,
kepercayaan dan praktek kultural, diskriminasi gender, statusperempuan, kondisi
Universitas Sumatera Utara
lingkungan, sistem politik dan ekonomi, pola penyakit serta sistem pelayanan
kesehatan.
Pelayanan Minimun (SPM), target pencakupan pelayanan kesehatan pada lansia
sebesar 70%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan ProvinsiSumatera Utara cakupan
pelayanan kesehatan lanjut usia di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 adalah
60,85% dan mengalami penurunan pada 2012 yaitu 60,74% (Dinkes Kabupaten Deli
Serdang, 2013).
Puskesmas Batang Kuis mempunyai 9 posyandu, yang terdiridari 1
kelompok lansia Madya dan 8 kelompok lansia Pratama. Jumlah lansia yang terdaftar
di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis sebanyak 2.480 jiwa laki-laki dan
perempuandengan perincian jumlah lansia yang memanfaatkan posyandu sebanyak
946 jiwa dengan cakupan pelayanan kesehatan sekitar (38,1%).
Berdasarkan gambaran diatas, maka penulis mengangkat beberapa asumsi
diantaranya adalah : pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang manfaat
posyandu lansia, ketidaksiapan petugas kesehatan maupun kader dalam memberikan
pelayanan, sarana dan prasaranayang kurang yaitu minimnya peralatan dan tempat
posyandu yang belum ada.
Universitas Sumatera Utara
Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
Predisposisi (pengetahuan, sikap), Pendukung (sarana prasarana), Penguat (perilaku
tenaga kesehatan, dukungan PKK, dukungan keluarga) Terhadap Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
1.4 Hipotesis
Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
1.4.2 Ada Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
1.4.3 Ada Pengaruh Sarana prasarana Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
1.4.4 Ada Pengaruh Perilaku Tenaga Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
1.4.5 Ada Pengaruh Dukungan PKK Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kuis Tahun 2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebagai bahan masukan untuk membuat suatu kebijakan yang mendukung dan
meningkatkan pelayanan kesehatan pada lansia.
1.5.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Menambah bahan masukan dan kontribusi dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat
yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi lansia.
1.5.3 Bagi Lansia
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi lansia dalam upaya meningkatkan
kesehatannya.
Menambah pengalaman dan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
dan referensi perpustakaan hingga menjadi dasar pemikiran untuk pelaksanaan
penelitian selanjutnya.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu Lansia atau
Kelompok Usia Lanjut di masyarakat, dimana diproses pembentukan
danpelaksanaanya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi
sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan
preventif (Notoatmodjo, 2007). Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas, dengan melibatkan peran serta para
lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
2.1.1 Tujuan Posyandu Lansia
Lansia melalui kegiatan Posyandu Lansia yang mandiri dalam masyarakat.
Tujuan khsusus Posyandu Lansia adalah :
1. Meningkatnya kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan.
Universitas Sumatera Utara
peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan
pemulihan
kualitas yang baik secara berkesinambungan (Depkes RI, 2003).
2.1.2 Manfaat Posyandu Lansia
Manfaat dari posyandu lansia adalah pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat menorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegaiatan posyandu lansia sehingga lebih percayadiri
dihari tuanya.
1. Sasaran Langsung :
a. Kelompok pra lansia (45-59 tahun), kelompok lansia (60 tahun keatas)
b. Kelompok lansia dengan risiko tinggi (70 tahun keatas)
2. Sasaran Tidak Langsung :
lansia dan masyarakat luas
Tingkat Perkembangan Kelompok Lansia dapat digolongkan menjadi 4
tingkatan yaitu : Penentuan tingkat perkembangan kelompok Lansia
didasarkanindikator terendah yang terdiri dari pratama, madya, purnama dan mandiri.
Universitas Sumatera Utara
1. Kelompok lansia pratama adalah kelompok yang belum mantap, kegiatan yang
terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8 kali, jumlah kader aktif
terbatas, serta masih memerlukan dukungan dan dari pemerintah.
2. Kelompok lansia madya adalah kelompok yang telah berkembang dan
melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan paling sedikit 8 kali setahun, jumlah
kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program ≤ 50% serta masih memerlukan
dukungan dana dari pemerintah.
3. Kelompok lansia purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan melaksanakan
kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali stahun dengan beberapa kegiatan
tambahan diluar kesehatan dan cakupan lebih tinggi (≥60%).
4. Kelompok lansia mandiri adalah kelompok purnama dengan kegiatan tambahan
yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri
(Depkes RI, 2003).
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia
dikelompokkan, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah
sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :
1. Meja 1 : Pencatatan/registrasi data demografi dan data kesehatan lansia :
a) Lansia menuju meja 1 untuk dilakukan pencatatan/registrasi
b) Registrasi dilakukan oleh kader, bagian dari registrasi antara lain :
nomor urut, nomor register, nama , jenis kelamin , umur, alamat
Universitas Sumatera Utara
lansia, lansia diberikan kartu status kesehatan yang sudah berisi
identitas lansia. Lansia menuju meja 2 untuk dilakukan pemeriksaan
2. Meja 2 : Pemeriksaan status kesehtan dan indeks massa tubuh lansia
a) Lansia membawa kartu status kesehatan menuju meja 2 untuk
dilakukan pemeriksaan oleh kader kesehatan anggota
Pokjakes.Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
ditentukan IMT lansia
3. Pemeriksaan fisik yang lain, misalnya gigi, mulut, paru, jantung
dll
b) Semua hasil pemeriksaan ditulis ke dalam kartu status
kesehatan lansia di ikuti pembubuhan tanda tangan pemeriksa
c) Dilakukan pengisian KMS oleh petugas
d) Lansia menuju meja 3 untuk dilakukan penilaian
kemandiriannya dengan tetap membawa kartu status kesehatan
dan KMS
a) Lansia menuju meja 3 untuk dilakukan penilaian tingkat
kemandiriannya
lansia
tertentu untuk selanjutnya diberikan HE(Health Education) untuk
memenuhi kebutuhan tersebut
d) Lansia menuju meja ke 4 untuk dilakukan penyuluhan dan pemberian
makanan tambahan sambil tetap membawa kartu status kesehatan dan
KMSnya
a) Lansia menuju meja 4 untuk dilakukan penyuluhan dan pemberian
makanan tambahan oleh kader kesehatan anggota Pojakes.
b) Penyuluhan atau Health Education yang dilakukan secara individual
sesuai dengan permasalahan lansia secara umum, khususnya dan
merujuk padatingakat kemandirian lansia.
c) Lansia menuju meja 5 untuk diberikan pelayanan kesehatan yaitu
pengobatan.
e) Lansia menuju meja 5 untuk diberikan pengobatan dengan
menunjukkan kartu status kesehatannya kepada dokter/petugas
f) Dokter/petugas memberikan obat sesuai dengan keluhan lansia
g) Kartu status kesehatan lansia disimpan oleh petugas sebagai data
simpanan, sedangkan KMS dibawa oleh lansia.
Universitas Sumatera Utara
puskesmas, pemerintah daerah, organisasi sosial, dinas pendidikan, pertanianan,
agama dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Sebagai kegiatan
swadayamasyarakat yang semula dikenal kegiatan Pembangunan Masyarakat Desa
(Depkes RI, 1998).
Mengingat kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat
setempat, maka yang menjadi tugas dari kader, pemimpin kader dan pemuka
masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa
posyandu adalah milik warga, pemerintah khususnya petugas kesehatan hanya
berperan membantu, di Indonesia dana digunakan untuk pelaksanaan posyandu lansia
dari dan oleh masyarakat (Azwar, 2002).Penyelenggaraan kegiatan posyandu itu
sendiri adalah kader dan koordinator kader yang telah mendapatkan pelatihan
tehnis.Pada prinsipnya pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap individu, tim dan organisasi (Depkse RI, 2005).
2.1.7 Indikator Keberhasilan Posyandu Lansia
Penilaian keberhasilan upaya pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan digunakan dengan menggunakan data pencatatan danpelaporan,
pengamatan khsusus dan penilaian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :
a. Meningkatkan sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah
organisasi masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.
Universitas Sumatera Utara
kesehatan bagi lansia
c. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
e. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia antara lain
:hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain baik dirumah
maupun di puskesmas (Depkes, 2005).
2.1.8 Upaya Kesehatan Reproduksi Lansia
Menindaklanjuti Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi pada tahun
1996 dibentuk Pokja Kesehatan Reproduksi Lansia sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK). Menurut Pokja Kesehatan Reproduksi
Lansia dalam Pinem (2009), Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan
secara integrasi dan dikatagorikan dalam paket pelayanan sebagai berikut :
1. Paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial meliputi : kesehatan ibu dan bayi
baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanggulan infeksi saluran reproduksi termasuk PMS-HIV/AIDS.
2. Paket pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK) yang terdiri dari
PKRE ditambah dengan kesehatan reproduksi pada lanjut usia (Djaja dkk, 2002).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Upaya mewujudkan kesehatan dilakukan oleh individu,kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah ataupun swadaya masyarakat (LSM). Upaya mewujudkan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan dapat dilihat dari dua aspek yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan.Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek yakni aspek kuratif
(pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh
dari sakit atau cacat, sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu aspek
preventif (pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan kesehatan itu
sendiri).
wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Upaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi 3 yakni : sarana
pemeliharaan kesehatan tingkat primer, sekunder dan tertier (Notoatmodjo, 2007).
Pelayanan kesehatan di Posyandu lansia meliputi permeriksaan kesehatan
fisik maupun mental emosional.Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia sebagai alat
pencatatan dan pemantauan untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman maslah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) lansia atau
catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas (Depkes RI, 2003).
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Landia di Posyandu
adalah sebagai berikut :
kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan,mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (lihat KMS Usia
Lanjut).
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli.
6. Pemeriksaan adanya gula darah dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus).
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7
9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam maupun diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
POKSILA.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health
Nursing).
menggunakan bahanmakanan yang berasal dari daerah tersebut.
12. Kegiatan olah raga antara lain senam lansia, gerak jalan santai, dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. Kecuali kegiatan pelayanan
kesehatan seperti uraian diatas, kelompok dapat melakukan kegaiatan
kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran hobi
dan lain-klain (Depkes RI, 2003).
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
terhadap lansia adalah :
a. Kegiatan Promotif : Memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi,
penyakit degeneratif, kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta
produktivitas lanjut usia.
b. Kegiatan Preventif : Kegiatan yng bertujuan untuk mencegah sendini mungkin
terjadinya penyakit dan komplikasi melalui deteksi dini dan pemantauan kesehatan
lansia. Kegiatan ini dapat dilakukan dikelompok lansia/posbindu dengan
menggunakan kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia
c. Kegiatan kuratif : Kegiatan pengobatan ringan bagi lansia yang sakit dapat
dilakukan di Puskesmas serta bagi yang membutuhkan penanganan dengan
fasilitas lebih lengkap dapat dirujuk ke Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
d. Kegiatan Rehabilitatif : Kegiatan ini dapat berupa upaya medis, psikososial,
edukatif maupun upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lansia (Maryam dkk, 2010).
Menurut Levely dan Loomba dan Ilyas (2003), pelayanan kesehatan adalah
setiap upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, kelompok ataupun
masyarakat.Beberapa syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah sebagai
berikut :
berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat, tidak sulit ditemukan serta keberadaanya dalam masyarakat ada pada
setiap saat dibutuhkan.
Pelayanan kesehatan dapat diterima (acceptable)oleh masyarakat serta bersifat
wajar, artinya pelayanan ksehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan
dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah pelayanan
kesehatan yang baik.
3. Mudah Dicapai
ketercapaian yang dimaksudkan terutama dari sudut lokasi.Dengan demikian
untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
Universitas Sumatera Utara
terlalu berkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan
didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan yang baik.Apabila fasilitas kesehatan ini
mudah dijangkau dengan alat transportasi yang tersedia,maka fasilitas kesehatan
tersebut akan banyak digunakan.
dapat dilihat dari sudut biaya.Biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
harus sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.Pelayanan kesehatan yang
mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.
kesehatan yang menunjukkan kepada tingkat kesempurnaan, disatu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan
pemberi pelayanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan antara lain :
1. Faktor Sosiokultural
yang ada dimasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
faktor organisasi untuk menunjukkan kontrol yang relatif kecil dari pimpinan
pelayanan kesehatan yang menanganinya.Kemajuan tehnologi dapat
mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan menurunkan angka
kesakitan atau kebutuhan untuk perawatan seperti penemuan vaksin. Tetapi
disisi lain, kemajuan tehnologi dapat juga meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan seperti transplantasi jantung, ginjal, penemuan organ-
organ buatan, serta kemajuan dibidang radiologi (Dever, 1984).
b. Nilai-nilai sosial yang ada dimasyarakat
Norma, nilai dan keyakinan yang ada dimasyarakat akan mempengaruhi
seseorang dalam bertindak termasuk dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah
struktur dan proses yang memberi kebijakan kepada organisasi pelayanan
kesehatan dan lingkungan sekitar yang mempengaruhi proses perawatan
kesehatan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berkut :
a. Ketersediaan sumber daya
Sumber daya dikatakan tersedia jika ada dan dapat diperoleh tanpa
mempertimbangkan mudah atau sulit untuk digunakan.Ketersediaan
mempengaruhi pemanfaatan karena suatu pelayanan hanya dapat digunakan
jika tersedia.Ketersediaan biasanya dibuat berdasarkan luas geografi dan
Universitas Sumatera Utara
pengguna.
memudahkandan menghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan
dengan jarak tembuh dan biaya tempuh.Hubungan antara akses geografi dengan
jumlah pengguna tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang
ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh berkurangnya jarak, waktu
tempuh atau biaya mengakibatkan peningkatan pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan keluhan-keluhan atau pemakaian pelayanan preventif akan
lebih tinggi dari pelayanan kuratif, sebagaimana halnya dengan pemanfaatan
pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis.
c. Akses sosial
Akses sosial terdiri atas dua dimensi yaitu dapat diterima dan terjangkau.Dapat
diterima dari segi psikologis, sosial dan budaya sedangkan terjangkau
mengarah kepada faktor ekonomi.Konsumen memperhitungkan sikap dan
karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras dan
hubungan keagamaan (Dever, 1984).
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar berupa upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.Untuk itu puskesmas perlu ditunjang dengan
Universitas Sumatera Utara
gedung maupun untuk biaya rutin seperti gaji karyawan dan biaya
operasional.Pembiayaan puskesmas saat ini berasal dari pemerintah dan
pendapatan puskesmas serta sumber-sumber lain seperti Askes dan Jamkesmas.
Penggunaan danasesuaidengan usulan kegiatan yangdisetujui dengan
memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Depkes, 2005).Cara pelayanan terhadappetugas kesehatan itu sendiri
mungkin mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan.Sistem pemberian
upah merupakan salah satufaktor yang membentuk insentif bagi mereka.Bentuk
alternatif seperti praktek dokter tunggal, praktek dokter bersama, kelompok
dokter spesialisdan lain-lainnya membuat pola pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang berbeda (Dever, 1984).
3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan
pemberian pelayanan.Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh
konsumen berhubungan dengan penggunaan atau pemintaan tehadap pelayanan
kesehatan. Kebutuhan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan dan diagnose
klinis. Kebutuhan yang dirasakan ini dipengaruhi oleh :
a. Faktor sosiodemografi yangterdiridari umur,jenis kelamin, ras, suku bangsa,
status perkawinan, jumlah keluarga dan staus sosial ekonomi (pendidikan,
pekerjaan, penghasilan).
b. Faktor sosiopsikologis yang terdiri dari persepsi dan kepercayaan terhadap
pelayanan medis atau dokter.
Faktor yang berhubungan dengan provider ini terutama dokter, terdiridari dua
faktor yaitu faktor ekonomi dan karakteristik pemberi pelayanan :
a. Faktor ekonomi
interaksi tradisional antara penawaran dan permintaan tidak sesungguhnya
mengikat pada pasar kesehatan.Ada dugaan yang menyatakan bahwa kurva
permintaan dapat diubah oleh dokter atau petugas kesehatan. Hal ini
disebabkan antara lain karena konsumen tidak mengerti kebutuhan mereka
akan kesehatan, tidak mampu mengevaluasi pelayanan kesehatan yang lebih
baik, kejadian sakit yang tidak terduga-duga sehingga menerima saja
perawatan kesehatan yang diberikan atau konsumen tidakdapat memutuskan
rasional untuk menggunakan pelayanan. Akibat keputusan penggunaan
pelayanan kesehatan umumnya ditentukan oleh dokter atau petugas
kesehatan.
kesehatan secara umum berhubungan dengan tingkat spesialis, sekolah
asalmereka, lokasi puskesmas dan lama mereka bekerja. Situasi ditempat
Universitas Sumatera Utara
yang pada akhirnya membentuk norma dan peraturan yang mempengaruhi
perilaku mereka. Demikian juga dengan jumlah dan jenis tenaga
kesehatantambahan, pekerjaanlain, peralatan dan penggunaan perawatan
yang inovatif juga mempengaruhi perilakupetugas kesehatan.Dengan kata
lain karakteristik ini adalah sikap dan ketrampilan petugas kesehatan (Dever,
1984).
pelayanan kesehatan memiliki tiga faktor yang berperan, yaitu faktor predisposisi,
faktor pendukung dan faktor kebutuhan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan
bergantung pada faktor-faktor sosio demografis, tingkat pendidikan, kepercayaan dan
praktek kultural, diskriminasi gender, status perempuan, kondisi lingkungan, sistem
politik dan ekonomi, pola penyakit serta sisterm pelayanan kesehatan.
2.2 Lansia
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Pinem, 2009).
Proses seseorang dari usia dewasa menjadi usia tua merupakan suatu proses
yang harus dijalani dan disyukuri. Proses ini basanya menimbulkan suatu beban
karena menurunnya fungsi organ tubuh orang tersebut sehingga menurunkankualitias
hidup. Berdasarkan undang-undang No. 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang
kesejahteraan lanjut usiadinyatakan bahwa lanjut usia (lansia) adalah seseoarang yang
Universitas Sumatera Utara
telah mencapai usia 60 tahun keatas. Sedangkan menurut UU RI Nomor 4 tahun 1965
lanjut usia adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas. Secara umum seseorang
dikatakan lansia jika sudah berusia 60 tahun, tetapi defenisi ini sangat bervariasi
tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologi dan kronologis. Manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial (Maryam, 2008).
termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut usia perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar Selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai kemampuannya sehingga dapat ikut
serta berperan aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 138
dalam (Muwarni dan Priyantari, 2011).
Wujud atau indikator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan
individu antara lain :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang merasa sakit dan memang secara
klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada
gangguan fungsi tubuh.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni : pikiran, emosional dan
spiritual
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa
Universitas Sumatera Utara
membedakan ras, suku, agama, kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik dan
sebagainya, saling menghargai dan toleransi
4. Kesehatan dari aspek ekonomis terlihat dari produktivitas seseorang (dewasa)
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong hidupnya atau keluarganya secara finansial (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Nugroho, (2000) dalam Murwani dan Priyantari (2011) proses
menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untukmemperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidakdapat bertahan terhadapinfeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses alami yang disertai dengan penurunan kondisi fisik, psikologis,
maupun sosial akan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Proses menua yang
terjadi pada lanjut usia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahapan, yaitu :
1. Kelemahan (imparment)
3. Keterhambatan (handicap)
Tiga tahap tersebut akan mengalami bersamaan dengan proses kemunduran.
Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan jiwa (psokologis)
pada lanjut usia. Sehubungan dengan hal tersebut Birenn dan Jenner (1977) dalan
Nugroho (2008) mengusulkan untuk membedakan usia lansia menjadi :
1. Usia biologis, yang menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya
berada dalam keadaan hidup tidak mati.
Universitas Sumatera Utara
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
3. Usia sosial menunjukkan kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan
masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Menurut Kartari dalam Muwarni dan Priyantari (2011), beberapa ahli
membedakan umur menjadi dua yaitu umur kronologis dan biologis. Umur
kronologis adalah umur yang dicapai seseorang dalam kehidupannya dihitung dengan
tahun kalender (di Indonesia belum ada) dan umur biologis adalah umur sebenarnya.
Menurut organisasi kesehatan dunia kesehatan dunia, WHO dalam Nugroho
(2008) pembagian lanjut usia meliputi empat tahapan yakni :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 49 sampi 59 tahun
2. Lanjut usia (erderly), antara 60 dan 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antar 76 dan 90 tahun
4. Usia sangat tua diatas 90 tahun
Menurut Harlock (1979) dalam Nugroho (2008), pembagian lanjut usia
terbagi dalam dua tahap, yakni :
1. Early old age (usia 60-70 tahun)
2. Advanced old age (usia 70 tahun keatas)
2.2.2 Teroi-Teori Proses Penuaan
Universitas Sumatera Utara
a. Teori jam biologi(biological clock theory), adalah proses menua yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan dari dalam. Umur seseorang
seolah-olah distel seperti jam.
b. Teori menua yang terprogram (program aging theory), menjelaskan bahwa
sel tubuh manusia hanya dapat membagidiri sebanyak 50 kali.
c. Teori mutasi (somatic multatie theory), menjelaskan bahwasetiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Menua terjadi sebagai akibar dari
perubahan biokimia yang di program oleh molekul-molekul/DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, contoh : mutasi dari sel-sel
kelamin).
d. The error teory,”pemakaian dan rusak” kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
e. Teori akumulasi,menerangkan bahwa pengumpulan dari pigmen atau
lemak dalam tubuh. Sebagai contoh adanya pigmen lipofuchinedi sel otot
jantung dan sel susunan syaraf pusat padaorang lansia yang
mengakibatkan terganggunyafungsi sel itu sendiri.
f. Peningkatan jumlah kologen dalam jaringan.
g. Reaksi kekebaln sendiri (auto immune theory), didalam proses metabolism
tubuh,suatu saat diproduksi suatu zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu
yang tidak tahap terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
Universitas Sumatera Utara
h. Teory immunologi slow virus, teoriini menjelaskan, bahwa sistem imun
menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
i. Teori rantai silang, teori inimenjelaskan bahwa sel-sel yang tua atau
usang, reaksi kimianya dapat menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan elastisitas berkurang dan
menurunnya fungsi.
menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
Perubahan biologi yang berasal dari luar (ekstrinsik)/teori non genetika :
a. Teori radikal bebas, menjelaskan meningkatnya bahan-bahan radikal bebas
sebagai akibat pencemaran lingkungan akan menimbulkan perubahan pada
kromosom pigmen dan jaringan kolagen.
b. Teori immunologi, menjelaskan perubahan jaringan getah bening akan
mengakibatkan ketidak seimbangan sel T dan terjadi penurunan fungsi sel-sel
kekebalan tubuh, akibatnya lanjut usia mudah terkena infeksi
c. Teori stress, menerangkan bahwa menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang
bisa digunakan tubuh, regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
diri).
b. Jung’s Theory of Insvidualsm, teoriindividualsm yang dikemukakan Carl Jung
(1960) dalam Murwani dan Priyanrati (2011) mengungkapkan perkembangan
personaliti dari anak remaja, dewasa muda, dewasa pertengahanhingga
dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi baik internal maupun eksternal.
c. Course of Human Life Theory. Chorlotte Buhler dalam Murwani dan
Priyantari (2011) juga merupakan penganut teori psikologik yang
mengungkap bahwa teori perkembangan dasar manusia yang difokuskan pada
identifikasi pencapaian tujuan hidup seseorang dalam melalui fase-fase
perkembangan.
d. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory), teori ini mengatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukes adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial dan berusaha untuk mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan berusaha untuk mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usaha pertengahan sampai lanjut usia.
e. Kepribadian berkelanjutan (Continuity Theoriy), dasar kepribadian dan
tingkah laku yang tidak berubah pada lanjut usai. Teoriini merupakan
gabungan dari toeri diatas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada seorang yang lansia dipengaruhi oleh type ressonality yang
dimilikinya.
seseorang, secara berangsur-angsur akan melepasakan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksinya menurun baik secara kualitas maupun secara
kuantitas sehingga seseorang sering terjadi kehilangan ganda (triple loss) :
kehilangan peran (loss of role), hambatan kontaksosial (restration of contacts
and relation ship), berkurangnya komitmen (reuced commitment to social
mores andavalue.).
g. Eight stages of life theory adalah teori yang dikemukakan Erikson (1950)
dalam Muwarni dan Priyantari (2011). Hal ini adalah suatu teori
perkembangan psikososial yang terbagi atas 8 tahap, yang mempunyai tugas
dan peran yang perlu diselesaikan dengan baik :
Tahap I : masa bayi timbul kepercayaan dasar (basic trust)
Tahap II : tahap penguasaan diri (autonomi)
Tahap III : tahap inisiatip
Tahap V : mencari identitas diri (identy)
Tahap VI : timbulnya keintiman (intimacy)
Tahap VII : mencapai kedewasaan (generativity)
Universitas Sumatera Utara
(ego integrity), dia merupakan orang yang memiliki
integritasdalam kepribadiansehingga mampu berbuat untuk
kepentingan umum. Kegagalan pada tahap ini menyebabkan
cepat putus asa (Murwani dan Priyantari, 2011).
Tabel 2.1 Teori Erikson
Age Conflict Resolution of “vitue” Culmination in all age Infancy (0-1 year) Basic trust vs
mistrust Hope Appreciation of interdependence and
relatedness Early childhood (1-3 year)
Autonomyvs shame
Play age (3-6 year)
Pupose Acceptance of the cycle life, from intergration to disintegration
Scool age (6-12 year)
Identity vs confusion
Fidelity Humility, acceptance of the course of one’s life and unfulfilled hope
Early adulthood (20-25 year)
Inimacy vs isolation
Love Sese of complexity of relationship ; value of tenderness and loving freely
Adulthood (26-64 year)
Care Caritas, caring fo others and agape, empathy and concern
Old age (65-death Integrity vs despair
Wisdom Existential identity ; asense of integrity strong enough to withstand physical disintegration
Tahap perkembangan ini harus dilalui dengan baik sehingga individu akan
merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.
2.2.3 Ciri-ciri yangdijumpai pada Lanjut Usia
Ciri-ciri yang dijumpai pada lanjut usai (lansia) adalah :
1. Dari Fisik : penglihatan dan pendengaran menurun, kulit tampakkendur, aktivitas
tubuh menurun danpenumpukan lemak dibagian perut dan panggul
Universitas Sumatera Utara
2. Dari Psikologis : merasa kurang percaya diri, sering merasa kesepian dan merasa
sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak berguna (Wahyuita dan Fitrah, 2010).
2.2.4 Tipe Usia Lanjut
tersebut antara lain :
1) Tipe arif bijaksana : Kaya akan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, keibuan, bersifat ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri : Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi undangan
3) Tipe tidak puas : Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4) Tipe pasrah : Menerima dan menunggu nasib baik,mengikuti kegiatan agama,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan
5) Tipe bingung : kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
Tipe lain dari lanjut usia adalah : optimis, konstruktif, dependen, defensif
(bertahan), militant dan serius,marah/frustasi dan tipe putus asa (Maryam dkk, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nugroho, 1999 dalam Murwani dan Priyantari (2011), seseorang
yang mengalami lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan
fisik maupun perubahan mental dan psikososial. Perubahan ini sifatnya adalah
normal dan dapat dihindari. Perubahan fisikyang biasanya terjadi pada proses
penuaan mencakup semua sistem tubuh, diantaranya adalah kulit, pernafasan, sistem
pencernaan, sistem perkemihan, reproduksi, otot dan tulang, saraf, sistem endokrin
dan kardiovaskuler. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
jiwa lansia diantaranya :
e. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
f. Perubahan seksual pada lansia
2.2.6 Karakteristik Penyakit pada Lansia
Menurut Nugroho (1999), dalam Murwani dan Priyantari (2011), seseorang
yang mengalami lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan
fisik maupun perubahan mental dan psikososial. Dimana perubahan ini sifatnya
adalah normal dan dapat dihindari. Keadaan ini cenderung akan menimbulkan
masalah kesehatan atau penyakit. Karakter penyakit yang sering dialami oleh para
lansia antara lain :
Universitas Sumatera Utara
2. Penyakit bersifat degeneratif
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
6. Sering terjadi penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan prosesberkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalammaupun dari luar
tubuh.Penyakit yang sering dialami oleh lansia di Indonesaia meliputi :
1. Penyakit-penyakit sistem pernafasan
Penyakit infeksi yang sering diderita pada lansia adalah pneumonia, TBC dan
kanker paru yang sering dijumpai pada perokok berat.
2. Penyakit system kardiovaskuler dan pembuluh darah
Penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut antara lain : hipertensi,
arterisklerosis, penyakit jantung coroner ; meliputi angina pectoris, infark
miokard akut dan stroke.
3. Penyakit sistem pencernaan
Keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak diperut dan sebagainya, seringkali
disebabkan makanan yang kurang bisa dicerna akibat menurunnya fungsi kelenjar
pencernaan, juga dapat disebabkan berkurangnya toleransi terhadap makanan yang
terutama mengandung lemak. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah
konstipasi, gastritis dan ulkus peptikum.
Universitas Sumatera Utara
Peradangan dalam sistem urogenital terutama dijumpai pada wanita lansia berupa
peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal. Pria yang berusia lebih dari
50 tahun banyak dijumpai pembesaran kelenjar prostat dan kanker pada kelenjar
prostat.
manis dan osteoporosis.
6. Penyakit persendian tulang
Hampir 80% orang berusia 50 tahun keatas mempunyai keluhan pada sendi-
sendi,misalnya : linu-linu, pegal dan kadang terasa nyeri.
7. Penyakti yang disebabkan oleh keganasan
Pada wanita, kanker dijumpai pada rahim, payudara dan saluran pencernaan.
Biasanya kanker pada wanita dimulai pada usia 50 tahun.Kanker pada pria banyak
dijumpai pada paru-paru, saluran pencernaan dan kelenjar prostat.
8. Penyakit-penyakit lain
Penyakit saraf yang penting adalah akibat pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (Murwani dan
Priyantari, 2011).
Masalah-masalah fisik yang sering terjadi pada lansia antara laian : mudah
jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut,nyeri dada, sesak nafas saat beraktifitas,
palpitasi/berdebar-debar, edema pada ekstremitas bawah, nyeri punggung, nyeri pada
sendi pinggul, penurunan berat badan, sukar menahan buang air kecil, sukar menahan
air besar, gangguan tidur dan gangguan pendengaran (Murwani dan Priyantari, 2011).
2.2.8 Penyakit Degeneratif yang Sering Muncul pada Lanjut Usia
Penyakit degeneratif yang sering muncul padalanjut usia adalah osteo
arthritis (OA), osteoporosis, tekanan darah tinggi, kecing manis (diabetes mellitus),
sering luap (dimensia), penyakit jantung atau kardiovaskuler (Wahyunita dan Fitrah,
2010).
diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau
masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku lansia ke
kunjungan posyandu lansia akan dipermudah apabila lansia tersebut tahu apa
manfaatkunjungan ke posyandu lansia ke kesehatannya, tahu siapa dan bagaimana
cara menjaga kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Predisposisi (Pengetahuan, Sikap)
manusia sebagai hasil penggunaan pancaindranya.Pengetahuan sangat berbeda
dengan kepercayaan (beliefs), takhyul (superstition), dan penerangan-penerangan
yang keliru (misinformation).Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapat oleh setiap manusia.
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah merupakan hasil “tahu”
dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahunnya.
Namun tidak mutlak pendidikan rendah pengetahuan juga rendah, karena seseorang
yang pendidkkannya rendah mendapatkan pengetahuan dari pendidikan non formal.
Pengetahuan tidak mutlak di dapat dari pendidikan formal dapat juga dari
pendidikn non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif, kedua aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yng diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulis atau objek. Menurut Thomas
dan Znanekci (1920), dalam Wawan dan Dewi (2010) menegaskan sikap adalah
predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga
sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely
psychic inner state) , tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya
individual. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain. Sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan
nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain :
a. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
pengalaman orang lain
c. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang
f. Sumber-sumber daya, mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
g. Perilaku normal, kebiasaan dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang ada pada umumnya disebut
kebudayaan.
h. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan (Notoatmodjo, 2002)
Universitas Sumatera Utara
sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tren to behave)
Menurut Azwar 2005 dalam Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :
1. Pengalaman pribadi : untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting : pada umumnya, individu cenderung
untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orangyang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dengan keinginan untuk menghindari komplik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya
4. Media Massa : dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disamakan secara obyektif
Universitas Sumatera Utara
sikap konsumennya.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama : konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan
tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut menpengaruhi
sikap.
6. Faktor emosional : kadang, suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Menurut Katz dalan Secord dan Bacman (1964) yang dikuti dalam Wawan
dan Dewi (2010) sikap mempunyai 4 fungsi yaitu :
1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat :
Fungsi ini berkaitan dengan sarana – tujuan.Sikap disini merupakan sarana
mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek sikap dapat digunakan
sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai tujuannya, maka orang
akan bersikap positif terhadap obyek tersebut, demikian sebaliknya bila obyek
sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif
terhadap obyek sikap yang bersangkutan, karena itu fungsi ini juga disebut fungsi
manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana obyek sikap dalam rangka pencapaian
tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian karena dengan sikap
yang diambil oleh seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan secara baik
terhadap sekitarnya, misalnya orang yang mempunyai sikap anti kemewahan,
Universitas Sumatera Utara
karena dengan sikap tersebut orang yang bersangkutan mudah diterima oleh
kelompoknya, karena ia tergabung dalam kelompok yang anti kemewahan.
2. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan
ego atau akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang
bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.Demi untuk mempertahankan
egonya, orang yang bersangkutan mengambil sikap tertentu untuk
mempertahankan egonya.
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalanbagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan kepada dirinya. Dengan individu
mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ia menggambarkan keadaan
sistem nilai yang ada pada individu bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada pada
diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu yang bersangkutan
terhadapnilai tertentu.
untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya adalah tidak
konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau
diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang
Universitas Sumatera Utara
5. Kepercayaan/budaya
Menurut Suliha (2002) yang dikutip Masbiran (2010), kepercayaan di masyarakat
sangat mempengaruhi tingkah laku kesehatan. Beberapa pandangan yang berasal
dari kepercayaan atau agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh yang
negatif terhadap program pendidikan kesehatan.Kepercayaan seringdiperoleh dari
orang tua,kakek atau nenek.Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan
keyakinan dan tanpa adapembuktiannya terlebih dahulu (Notoatmodjo,
2002).Hubungan antara situasi sosial budaya dengan status kesehatan masyarakat
menyangkut tiga hal yaitu : status sosial berpengaruh terhadap status kesehatan,
karakteristik status sosial berpengaruh terhadap akses pelayanan kesehatan dan
norma dan nilai-nilai budaya berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat.
6. Nilai
Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran,
keyakinan mengenai ide-ide, obyek atau perilaku. Nilai budaya adalah suatu yang
dianggap berharga atau keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang
sesuai dengan tuntutan naluri.Nilai tersebut dijadikan landasan, alasan dan
motivasi dalam perbuatannya (Mubarak, 2011).Nilai dalam suatu masyarakat apa
pun selalu nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyeleggarakan
hidup bermasyarakat, misalnya : gotong royong adalah suatu nilai yang selalu
hidup dimasyarakat (Notoatmodjo, 2002).
lansia ke posyandu adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat.Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin
terjadinya perilaku, disamping itu diperlukan adanya sarana atau fasilitas untuk
memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Segi kesehatan masyarakat, agar
masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan
prasarana atau asilitas kesehatan,misalnya untuk terjadinya perilaku lansia yang
selalu menjaga agar tetap sehat,makaperlu dilakukan kunjungan keposyandu lansia.
Menurut Notoatmodjo (2005), hambatan yang paling besar dirasakan dalam
mewujudkan perilaku hidup sehat yaitu faktor pendukung. Menurut Bank Dunia
hambatan utama yang dihadapi oleh masyarakat sosial ekonomi rendah untuk
memperoleh pelayanan kesehatan adalah kurangnya infrastruktur fisik.Hal ini masih
dialami di Negara yang sedang berkembang, yang menunjukkan ketidak adilan yang
besar dalam distribusi petugas dan fasilitas kesehatan yng memadai, serta
infrastrusktur komunikasi dan transportasi yng belum dikembangkan secara
memadai.
untuk daerah perkotaan dibandingkan pelayanan primer dipedesaan, sehingga yang
terjadi adalah ketidakadilan pelayanan di daerah perkotaan dan pedesaan.Jarak
membatasi kemampuan dan kemauan lansia untuk mencari pelayanan, terutama jika
Universitas Sumatera Utara
tidak tersedia tempat pelayanan.
saranadan prasarana penunjang yaitu :
2. Meja dan kursi
4. Buku pencatatan kegiatan (buku regetrasi bantu)
5. Kit lansia yang berisi : timbangan dewasa, meteran, pengukuran tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer.
6. Kartu menuju sehat (KMS) lansia
7. Buku pedoman pemeliharaan kesehatan (BPPK) Lanisa (Depkes RI, 2003).
2.3.3. Penguat (Renforcing Faktor)
menjamin terjadinya perilaku. Sering terjadi, bahwa individu/keluarga sudah tahu
manfaat dari melakukan kunjungan ke posyandu lansia dan sarana prasarana
mendukung, tapi tidak melakukannya karena alasan yang sederhana, misalnya orang
yang disegani didalam masyarakat belum memanfaatkan posyandu lansia dengan
maksimal.
Perilaku dari segi biologis, adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu,dari sudut pandang biologis semau
Universitas Sumatera Utara
mahluk hidup mulai dari tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Jadi perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Skiner (1938) seorang
ahli psikologis dalam Alin (2009), merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
2. Dukungan pemerintah
Salah satu gerakan organisasi yang telah ada dan diakui manfaatnya bagi
masyarakat, terutama dalam upaya meningkatkan keberdayaan dan kesejahtraan
keluarga adalah Pemberdayaan dan Kesejahteran Keluarga (PKK). Selain
ekonomi atau pendapatan keluarga, yang tak kalah penting diberdayakan dalam
PKK adalah peningkatan kesehatan dan spritual.
Peran PKK diharapkan dapat mengugah masyarakat agar termotivasi untuk selalu
dinamis, mau mengubah keadaan kepada yang lebih maju lagi. Seperti dalam hal
upaya peningkatan kesejahtraan keluarga. Dasawisma sebagai kelompok terkecil
dari kelompok-kelompok PKK memiliki peran strategis mewujudkan sejahtera
(Syahlan, 1996).
Dukungan keluarga didefenisikan oleh Gottlieb (1983) dalam Zainudin (2002)
yang dikutip oleh Nasution (2013) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal yang
Universitas Sumatera Utara
penerimaannya.Keluarga merupakan unit terkecil dalam manyarakat namun
keberadaannya sangat penting untuk mengayomi dan melindungi para lanjut usia.
Lansia akan merasa aman dan tentram bila berada didalam lingkungan keluarga
yang masih mau memberikan perhatian dan dukungan para lansia dalam
menjalani sisa hidupnya (Depkes RI,2006).
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap keluarga memiliki
peran yang sangat penting, diantaranya adalah :
1. Melakukan pembicaraan terarah
2. Mempertahankan kehangatan keluarga
4. Membantu dalam hal transportasi
5. Membantu dalam hal sumber-sumber keuangan
6. Memberikan kasih sanyang, menghormati dan menghargai
7. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
8. Menyedikan waktu dan perhatian
9. Jangan menganggapnya sebagai beban
10. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
11. Memintanya nasehat dalam peristiwa-peristiwa penting
12. Mengajaknya dalam acara-ac