pengaruh promosi kesehatan tentang sumber vitamin a terhadap pengetahuan dan sikap dalam...

Upload: hilda-indah-ratmelia

Post on 15-Oct-2015

115 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

promkes

TRANSCRIPT

BAB I

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG SUMBER VITAMIN A TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGKONSUMSI SUMBER VITAMIN A PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD 031 TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR KALIMANTAN TIMURTAHUN 2005

D A N I Y A HK. 111 03 254

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2005

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSalah satu tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang ditegaskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan iptek serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Peningkatan kualitas manusia berkaitan dengan banyak faktor dan faktor gizi mempunyai peranan yang sangat strategis. Gizi baik merupakan hasil dari konsumsi makanan dengan kecukupan yang dianjurkan dan keseimbangan antar zat-zat gizi tersebut. Jika keseimbangan ini tidak tercapai, maka akan timbul berbagai kelainan gizi. Anak-anak yang mengalami kurang gizi berat berada pada risiko yang tinggi dari perkembangan kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A. Selain anak-anak, kelompok yang juga rentan defisiensi gizi adalah wanita hamil yang selanjutnya akan membahayakan janin yang dikandungnya (www.gizi.net, 2004 ). Menurut UNICEF ( 1997 ), bhawa kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat ( Xeropthalmia ) diantaranya menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan anak berada dalam risiko besar mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar 30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan rekan-rekannya yang tidak kekurangan vitamin A (Myrnawati, 1997 ). Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan survai kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia 1,5% dari jumlah penduduk atau setara dengan tiga juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding Bangladesh (1%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%) ( www.gizi.net, 2004 ).Kekurangan vitamin A ( defisiensi vitamin A ) yang mengakibatkan kebutaan pada anak-anak telah dinyatakan sebagai salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kebutaan karena kekurangan vitamin A terutama dikalangan anak pra sekolah masih banyak terdapat di daerah-daerah. Dari hasil survei karakterisasi defisiensi dan xeropthalmia yang dilaksanakan pada tahun 1976-1979 ternyata di Indonesia 60.000 anak pra sekolah terancam korneal xeropthalmia, lebih dari satu juta orang menderita buta. Penyebab utama kebutaan yang terjadi pada anak-anak adalah karena kekurangan vitamin A. Untuk Sumatera Barat penderita kekurangan vitamin A merupakan nomor lima terbesar di Indonesia setelah Aceh, Kalimantan Tengah, Bengkulu dan Sumatera Utara (Soehadi,1994 ).Menurut kriteria WHO bila lebih dari 5% masyarakat mempunyai nilai serum vitamin A di bawah 10 g/dl maka kekurangan vitamin A masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Studi prevalensi defisiensi vitamin A dan gizi lainnya di wilayah Indonesia timur yang dilakukan pada tahun 1991 menunjukkan bahwa kadar serum vitamin A dalam darah di bawah 10 g/dl di provinsi Timor-Timur adalah 14,7%, NTT 9,1%, Maluku 12,4% ( Myrnawati, 1997 ).Selama krisis ekonomi melanda Indonesia insiden kurang vitamin A (KVA) pada ibu dan balita di daerah miskin perkotaan meningkat. Beberapa data menunjukkan hampir 10 juta balita menderita KVA sub klinis, 60.000 diantaranya disertai dengan bercak bitot yang terancam buta. Selain itu, dibeberapa provinsi di Indonesia ditemukan kasus-kasus baru KVA yang terjadi pada balita bergizi buruk di provinsi NTB misalnya pada tahun 2000 ditemukan beberapa kasus kekurangan vitamin A tingkat berat ( X3 ). Kondisi ini berbeda dengan survai nasional xeropthalmia tahun 1978-1980 yang tidak banyak menemukan kasus tersebut, terlebih lagi pada tahun 1994 pemerintah Indonesia memperoleh piagam Helen Keller Award, karena dinilai berhasil menurunkan angka xeropthalmia dari 1,34 % atau sekitar tiga kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia ( WHO ) pada tahun 1978 menjadi 0,33% pada tahun 1992 ( www.suarapembarharuan.com, 2004 ).Survai di beberapa daerah di Indonesia oleh Oey ( 1967 ) didapatkan prevalensi xeropthalmia 7%. Survai serupa di tiga provinsi yang dilakukan oleh Darwin karyadi, dkk (1990), Jawa Barat, Sulsel dan Kalimantan Barat didapatkan prevalensi bitot spot rata-rata 0,2% dan xerosis kornea 0%. Khusus di Bogor diperiksa kadar vitamin A dalam serum didapatkan kadar di bawah 10 g/dl (Deficient) 1,2% ; antara 10-19 g/dl (Low) 38% dan 20 g/dl (Acceptable) 67% ( Agus, 1994 ).Pada tahun 1978-1980 Depkes, HKI dan rumah sakit mata cicendo, Bandung mengadakan survai ihwal gangguan mata akibat kekurangan vitamin A. Didapat hasil bahwa prevalensi xeropthalmia status X1B sebanyak 1,2 % dan status X2 dan X3 sebanyak 9,8 per 10.000. Dari sini tergambar bahwa problem ini tergolong masalah kesehatan masyarakat. ( www.gizi.net, 2004 )Dari data terakhir WHO Mei 2003, ditemukan bahwa hingga kini masih ditemukan tiga provinsi yang paling kekurangan vitamin A. Ketiga provinsi tersebut adalah provinsi Sulsel yang memiliki tingkat prevalensi hingga 2,9%, selanjutnya provinsi Maluku setinggi 0,8% dan Sulawesi Utara mencapai prevalensi sebesar 0,6% ( www.gizi.net, 2004 ) Dalam program perbaikan gizi, khususnya kegiatan UPGK di Posyandu, diadakan penimbangan berat badan balita bulanan. Kegiatan ini berfokus pada pertumbuhan berat badan yang lebih bersifat memantau kesehatan umum. Oleh karena KVA menghambat pertumbuhan anak terutama melalui terhambatnya pertumbuhan tinggi badan, maka sebaiknya kegiatan pemantauan pada penanggulangan KVA adalah pemantauan tinggi badan. Upaya ini biayanya lebih sedikit dibandingkan pengukuran berat badan.Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan penanggulangan kekurangan vitamin A, dilakukan kegiatan SOMAVITA ( Social Marketing Vitamin A ) berupa kampanye peningkatan cakupan penggunaan kapsul vitamin A dan peningkatan konsumsi makanan kaya vitamin A. ( Purjanto, 1994).B. Rumusan Masalah Hasil penelitian HKI tentang kecukupan gizi balita tahun 1999 memperlihatkan 50% atau hampir 10 juta balita Indonesia tidak mendapatkan makanan yang cukup kandungan vitamin A, sehingga berisiko untuk kekurangan vitamin A.Berbagai upaya telah banyak dilakukan dalam menurunkan angka kejadian KVA, baik bersifat promotif-preventif maupun kuratif-rehabilitatif. Bentuk promosi kesehatan dalam upaya penanggulangan tersebut adalah melalui kegiatan SOMAVITA ( Social Marketing Vitamin A ).Strategi yang dilakukan umumnya berjangka pendek dan menengah, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam penanggulangan KVA yang berkelanjutan dan berdampak secara jangka panjang, diantaranya adalah memberikan pendidikan gizi melalui jenjang pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar. Sehingga dengan pengetahuan yang diberikan pada usia sekolah dasar dapat diperkenalkan secara dini makanan kaya vitamin A dan mengkonsumsi makanan tersebut, selanjutnya angka kekurangan vitamin A dapat dieleminir.Dalam Penelitian ini perumusan masalahnya adalah bagaimana pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang sumber Vitamin A terhadap pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar.C. Pertanyaan PenelitianSejauh mana pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur ?D. Tujuan Penelitian1. Tujuan umum :Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan tentang sumber Vitamin A terhadap pengetahuan dan sikap dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.2. Tujuan khusus : a. Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang sumber Vitamin A terhadap pengetahuan dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.b. Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang sumber Vitamin A terhadap sikap dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.Manfaat Penelitian1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang terkait terutama pihak kesehatan ( Dinas Kesehatan dan Puskesmas ) dalam upaya penanggulangan kekurangan Vitamin A, khususnya pada anak sekolah dasar.2. Hasil penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan serta diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.3. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam rangka mengembangkan wawasan keilmuan dalam penelitian di lapangan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Tentang Promosi KesehatanDefinisi WHO mengenai promosi kesehatan adalah salah satu proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap dan memperbaiki kesehatan mereka ( WHO dalam Ewles dan Simnet, 1994 ).Sedangkan menurut Ewles dan Simnett, bahwa promosi dalam konteks kesehatan diartikan sebagai memperbaiki kesehatan : memajukan, mendukung, mendorong dan mendapatkan kesehatan lebih tinggi pada agenda perorangan maupun masyarakat umum.Promosi kesehatan adalah juga pendidikan/penyuluhan kesehatan, karena mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Tetapi promosi kesehatan lebih dari aspek perilaku saja. Ia mencakup berbagai aspek, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan, iklim dan lain-lain yang mempengaruhi perilaku tersebut ( Dachroni, 1998 ).Bidang kegiatan promosi kesehatan meliputi :1. Program Pendidikan Kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk orang-orang, agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku mereka.Program pendidikan kesehatan terdiri dari :a. Pendidikan kesehatan primer ; diarahkan kepada orang yang sehat dan bertujuan untuk mencegah gangguan kesehatan sejak dini.b. Pendidikan kesehatan sekunder ; diarahkan dalam upaya mengembalikan seseorang ke dalam kesehatan semula, dapat melibatkan pasien dalam perubahan perilaku atau dalam mengupayakan kepatuhan kepada rencana pengobatan dan mungkin belajar tentang keperawatan diri dan menolong diri sendiri.c. Pendidikan kesehatan tersier ; diarahkan dalam upaya mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana mengambil hal positif dari potensi sisa yang ada untuk kehidupan yang sehat dan bagaimana menghindari kesulitan, hambatan dan komplikasi yang tidak perlu.2. Pelayanan Kesehatan Preventif. Ini terdiri dari pelayanan medik yang bertujuan untuk mencegah kesakitan, pemeriksaan kesehatan pribadi dan pelayanan kesehatan preventif yang lebih luas.3. Kegiatan Berbasis Masyarakat. Ini suatu pendekatan promosi kesehatan dari bawah, bekerja dengan dan untuk penduduk dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan kesehatan.4. Pengembangan Organisasi. Ini adalah tentang pengembangan pelaksanaan kebijakan dalam organisasi-organisasi yang berupaya meningkatkan kesehatan dari staf dan pelanggan mereka.5. Kebijakan Publik yang Sehat. Menyangkut badan-badan yang berstatus maupun sukarela, kelompok profesional dan masyarakat umum bekerjasama mengembangkan perubahan-perubahan dalam kondisi dan situasi kehidupan.6. Tindakan-Tindakan Kesehatan Environmental. Ini tentang membuat lingkungan fisik menjadi pendukung untuk kesehatan, apakah itu di rumah, tempat kerja atau tempat-tempat umum.7. Kegiatan-Kegiatan Ekonomi dan yang Bersifat Peraturan. Ini adalah kegiatan politik dan edukasional yang ditujukan kepada politisi, pengambil kebijakan dan perencanaan yang melibatkan upaya lobby untuk dan implementasi perubahan-perubahan legislatif, seperti peraturan-peraturan pemberian label makanan, mendorong praktek etik yang sukarela ( Ewles dan Simnett, 1994 ).Masih menurut Ewles dan Simnett ( 1994 ), ada lima pendekatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu :a. Pendekatan Medik, tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara medik. Pendekatan ini melibatkan intervensi kedokteran untuk mencegah dan mengurangi gangguan kesehatan.b. Pendekatan Perubahan Perilaku, bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku individual masyarakat, sehingga mengambil gaya hidup sehat.c. Pendekatan Edukasional, bertujuan memberikan informasi dan memastikan pengetahuan serta pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan berdasarkan informasi yang ada.d. Pendekatan Berpusat pada Klien, bertujuan bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan serta membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka.e. Pendekatan Perubahan Sosial, bertujuan melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan, yaitu fisik, sosial dan ekonomi supaya dapat membuatnya lebih mendorong untuk keadaan yang sehat.Berdasarkan tatanan ( setting ) atau tempat pelaksanaan, maka ruang lingkup promosi kesehatan dapat dikelompokkan menjadi :1. Tatanan Keluarga ( Rumah Tangga )Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh karena itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga.2. Tatanan SekolahSekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak ( murid ).

3. Tatanan Di Tempat KerjaLingkungan kerja yang sehat ( fisik dan non fisik ) akan mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktifitas yang optimal.4. Tatanan Di Tempat-Tempat UmumTempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama wc umum dan sarana air bersih serta tempat sampah.5. Tatanan Fasilitas Pelayanan KesehatanFasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan dan merupakan contoh dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat ( Notoatmodjo, 2003 ).B. Tinjauan Umum Tentang PosterDalam dunia pendidikan dewasa ini poster telah mendapat perhatian yang cukup besar sebagai media untuk menyampaikan informasi, seruan, pengertian dan ide-ide lainnya. Para dokter, ahli kesehatan masyarakat, petugas pertanian, polisi lalu lintas dan guru telah memakai poster sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat dan siswa.Poster adalah suatu gambar besar yang memberi tekanan pada satu atau dua ide pokok, fakta, keterangan, isinya berupa pendidikan/penyuluhan, politik, komersil, kebuadayaan dan lain-lain. Bila melihatnya sepintas lalu dapat dimengerti biasanya di tempel atau dipasang pada tempat-tempat yang strategis, di sudut ruang, di sudut kota dan sebagainya.Menurut Hamzah, poster adalah gambar besar yang memberi tekanan satu atau dua ide pokok sehingga dapat dimengerti. Sedangkan menurut Sugilar, bahwa poster adalah media komunikasi massa yang bersifat visual, merupakan lembar informasi yang biasanya ditempel atau dipancangkan di tempat tertentu agar audiens mudah melihat dan membacanya.Secara umum ciri-ciri poster adalah sebagai berikut :a. Berupa suatu lukisan atau gambar.b. Menyampaikan suatu pesan atau ide tertentu.c. Memberikan kesan yang kuat dan menarik perhatian.Fungsi poster, yaitu :1. Bahan untuk mengembangkan ide.2. bahan pelajaran/pesan untuk suatu topik atau masalah tertentu.3. Alat membangkitkan motivasi atau rasa estetis.4. Alat pendidikan preventif.Kelebihan poster sebagai media promosi/pendikan kesehatan antara lain :a. Dapat membantu petugas dalam menyampaikan pesan kesehatan dan membantu masyarakat/sasaran dalam menerima pesan.b. Menarik perhatian dan dengan demikian mendorong masyarakat sasaran untuk lebih mempelajari atau menghayati dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari.c. Dapat mengharapkan perubahan tingkah laku kepada masyarakat/sasaran untuk melihatnya.Keterbatasan poster, yaitu :a. Sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat/sasaran yang melihatnya.b. Karena tidak adanya penjelasan terperinci, maka dapat menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam danmungkin merugikan.c. Suatu poster akan banyak mengandung arti untuk kalangan tertentu dan mungkin tidak menarik perhatian untuk kalangan lain.Bila poster terpancang/terpasang terlalu lama, maka nilainya akan berkurang bahkan membosankan orang melihatnya ( Syafar, 2004 ).C.Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan dan Sikap1. PengetahuanPengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengideraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( over behavior ).Menurut Bloom dalam Ngatimin ( 2003 ) bahwa pengetahuan merupakan bagian dari cognitive domain yang secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut :a. Knowledge, bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya.b. Comprehension, bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar dan dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya.c. Application, bila seseorang telah mampu menggunakan apa yang telah dipelajarinya dari suatu situasi untuk diterapkan pada situasi yang lain.d. Analisys, bila kemampuan seseorang lebih meningkat lagi sehingga ia dapat menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan yang lainnya.e. Synthesis, bila seseorang disamping mempunyai kemampuan untuk menganalisis, ia pun mampu menyusun kembali kebentuk semula atau kebentuk lain.f. Evalutation, bila seseorang telah mampu untuk mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya.Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.Mengukur pengetahuan seseorang tentang apapun hanya dapat diukur dengan membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelomponya dalam arti luas.2. SikapSikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. ( Notoatmodjo, 2003 )Newcomb, menyatakan bahwa sikap iut merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakan suatu reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. ( Notoatmodjo, 2003 )Menurut Krathwohl dalam Ngatimin ( 2003 ) bahwa Affective Domain terdiri dari lima tingkatan, yaitu :a. Receiving, dapat diartikan bahwa orang ( subyek ) telah mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan ( obyek ).b. Responding, berarti bahwa rangsangan telah mampu merubah seseorang untuk memberi pehatian dan ikut serta.c. Valuing, ditandai dengan sadarnya seseorang akan adanya nilai baru dalam masyarakat tetapi nilai itu belum merupakan nilai khas bagi masyarakat bersangkutan.d. Organisation, berupa kemampuan seseorang menyadari bahwa nilai yang baru itu telah terorganisasi dan menjadi milik masyarakat.e. Characterzition by a value complex, dimana masyarakat yang bersangkutan telah memiliki nilai khusus dan khas bagi mereka.Allport dalam Notoatmodjo ( 2003 ), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni : i. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu obyek.ii. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.iii. Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave )Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ).D.Tinjauan Umum Tentang Vitamin A1. Sejarah Vitamin AVitamin A ditemukan pada tahun 1917 oleh Mc. Collum dan tim-timnya dari Johns Hopkins University, Baltimore. Mereka menemukan bahwa penyakit mata (xerophthalmia) disebabkan oleh kekurangan substansi yang disebut vitamin A. Rumus kimia vitamin A adalah C20 H29 OH, larut dalam lemak dan tidak larut dalam air dan stabil pada pemanasan. Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh oleh karena itu harus didatangkan dari makanan. Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan secara luas. Vitamin A merupakan nama generik yang mensyaratkan semua retinoid dan prekursor atau provitamin A atau karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinal.2. Macam-macam vitamin ADewasa ini dikenal beberapa senyawa yang struktur kimia dan sifatnya mirip vitamin A yang terdapat dalam tubuh hewan disebut Vitamin A1 atau retinol dan Vitamin A2 atau dehidroretinol. Dalam tumbuh-tumbuhan terdapat senyawa yang mempunyai struktur dan sifat seperti Vitamin A disebut karoten, yang dalam tubuh dapat diubah menjadi Vitamin 3. Sumber-Sumber vitamin ASumber vitamin A didapatkan dari makanan sehari-hari sebagai vitamin A ( preformed Vitamin A ) dari makanan hewani, terutama dari lemak dan hati sebagai provitamin A ( karoten ) terdapat pada makanan nabati atau campuran keduanya. Vitamin A yang berasal dari makanan hewani adalah retinol (vitamin A Alkohol ) dan retinil ester, bentuk lain dalah retinol.Karoten ( C40 H56 ) terdapat pada makanan dan tubuh hewan. Pada tanaman terdapat di dalam jaringan foto sintetik, akar, biji-bijian, bunga dan sayur-sayuran seperti bayam, brokoli dan terdapat juga pada berbagai jamur, dan bakteri. Karoten berguna sebagai zat pemberi warna pada makanan disamping sebagai sumber vitamin A pigmen berwarna kuning dan kemerahan pada daging, udang, kerang, dan ikan adalah juga karoten.Bentuk lain sumber vitamin A berasal dari makanan hewani seperti hati, ginjal, cream, mentega dan kuning telur, karoten yang paling penting untuk manusia adalah beta karoten sebagai sumber vitamin A bentuk dari beta karoten lain :a. Lycopane merupakan prekursor beta karoten, berfungsi sebagai anti oksidan (oxygnated carotenoid lutein) yang dapat mencegah terjadi arterosklerosis pada penyakit jantung koroner dan stroke, banyak terdapat pada tomat (saus pasta) dan lain-lain.b. Lutein adalah pigmen yang banyak dijumpai pada buah-buahan, sayuran dan daun-daunan;c. Lycopin, lutein dan beta karoten merupakan karotinoid yang bila diberikan bersamaan akan meningkatkan aktifitas anti oksidannya.4. Metabolisme Vitamin A Pada umumnya manusia mengkonsumsi vitamin A dalam bentuk preform vitamin A dan provitamin A. Seperti jumlah Vitamin A yang dikonsumsi berasal dari karoten, yang terdapat pada buah-buahan, sayuran selama pencernaan mengalami beberapa reaksi esterase lipase dan protase yang menghasilkan karoten. yang dapat larut didalam garam empedu. Vitamin A dan karoten dari makanan bergabung dengan protein dalam lambung menjadi retinol untuk digunakan. Sebagian besar Vitamin A dalam tubuh lebih kurang 50%-80% disimpan dalam hati, dan jika dibutuhkan kembali, Vitamin A dikeluarkan dari hati dan diangkut ke jaringan tubuh. Sisa dari retinol dalam bentuk glukuronik diekresikan melalui feses. Reaksi oksidasi dan reduksi dari retinol berubah menjadi retinol kemudian menjadi asam retinoik. Hasil oksidasi yang aktif dikeluarkan melalui urin.5. Fungsi Vitamin AVitamin A di dalam tubuh mempunyai fungsi, sebagai berikut : a. Vitamin A Alkohol (retinol) berperan penting pada proses penglihatan, kamampuan mata melihat dalam keadaan remang-remang tergantung pada rhodopsin. Rhodopsin adalah semacam apoprotein, opsin bersenyawa dengan 11-cis retinal, merupakan pigmen yang sangat sensitif terhadap cahaya. Adanya rhodopsin di rod memberikan stimulus atau rangsangan kepada sel rod pada retina yang berjuta-juta banyaknya yang membentuk struktur yang spesifik (visual purple). Dalam sel rod ditemukan mitokondria yang mensuplai energi untuk terjadinya suatu reaksi kimia yang akan berubah menjadi implus listrik waktu cahaya mengenai pigmen yang berada dibagian depan dari sel rod. Saat cahaya mengenai pigmen (rhodopsin) berarti proses penglihatan dimulai. Kemudian reaksi ini diteruskan ke sel retina, lalu ditrasformasikan ke dalam susunan saraf penglihatan dan selanjutnya diterjemahkan di otak. Apabila vitamin A tidak cukup tersedia maka rhodopsin akan mengalami kesulitan melihat di tempat gelap. Gradasi kekurangan vitamin A menimbulkan gejala sesuai stadium penyakit-penyakit stadium pertama dari xeropthalmia disebut buta malam atau Niktalopia.b. Vitamin A juga berfungsi untuk pertumbuhan jaringan terutama jaringan epitel. Jaringan ini berfungsi sebagai barier menghadapi infeksi (epitel kulit) dan epitel pada intestinal, berguna untuk absorbsi. Membran mukosa pada kornea, mulut, traktus gastroin testinal, traktus respiratorius dan traktus urogenital berfungsi membersihkan benda asing. Tanpa vitamin A epitel menjadi kering, rata dan kasar, proses ini disebut keratinisasi. Hal ini akan mempercepat timbulnya penyakit seperti diare, gangguan absorbsi atau pnemonia.c. Pertumbuhan dan perkembangan gigi (ameloblast) yang berguna untuk pembentukan email gigi juga memerlukan vitamin Ad. Mencegah terjadi penyakit kanker usus. Berbagai penelitian menunjukkan vitamin A berperan dalam mencegah penyakit kanker. Penelitian terhadap penduduk di Jepang melalui pemantauan makanan mereka selama beberapa tahun menunjukkan konsumsi sayuran yang kaya akan karoten dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit kanker usus.e. Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi semulanya perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, sepertinya pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua.f. Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinol berperan dalam reproduksi pada tikus, pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan struktur vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. 6. Dampak Defisiensi Vitamin ADefisiensi/kekurangan vitamin A di Indonesia telah diselidiki sejak permulaan abad XX dalam rangka penelitian kesehatan gizi para karyawan perkebunan kolonial. Setelah fungsi dan patologi dari defisiensi vitamin A semakin banyak diketahui dan banyak ahli yang mengadakan penelitian kesehssatan gizi vitamin A, menjadi semakin jelas bahwa kasus defisiensi vitamin A di Indonesia terdapat cukup banyak. Gejala-gejala defisiensi vitamin ini yang menimbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan dan gizi adalah yang berhubungan dengan kondisi mata, sedangkan gejala-gejala yang menyerang sistim tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran tersebut di atas. Tidak ada laporan penderita defisiensi vitamin A yang meninggal secara jelas disebabkan langsung oleh penyakit tersebut. Gambaran defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata disebut xeropthalmia. Ternyata banyak kasus xeropthalmia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen, bahkan sampai jadi buta, terutama terdapat pada kelompok umur dewasa muda, padahal kondisi ini dapat diobati atau dihindarkan dengan mudah dan biaya murah. Faktor penyebab defisiensi vitamin A ini multipel, tidak saja terletak di dalam jangkauan para profesional kesehatan, melainkan juga banyak faktor yang merupakan kompetensi keahlian diluarnya. Interrelasi berbagai faktor penyebab ini digambarkan pada bagan berikut ini:Bagan : Sistem yang mendukung timbulnya defisiensi vitamin A

Higiene kurangPendidikan umum dan pengetahuan gizi kurang

Kebiasaan makan salahPekerjaan sulit/rendah

Infeksi dan Infestasi parasitKonsumsi vitamin A dan karoten kurangDaya beli rendah

Defisiensi vitamin ADiarrhoea, steathorreaAbsorpsi dan utilisasi terhambat

Konsumsi lemak dan protein rendahSumber : Sediaoetama, 1999.Defisiensi vitamin A primer disebabkan oleh kekurangan vitamin tersebut, sedangkan defisiensi sekunder karena absorpsi dan utilisasinya yang terhambat. Konsumsi vitamin A yang prekursornya kurang karena kebiasaan makan yang salah, tidak suka makan sayur dan buah, atau karena daya beli yang rendah, tidak sanggup membeli bahan makanan hewani maupun nabati yang kaya vitamin A dan karoten tersebut. Sebenarnya kekurangan sumber karoten tidak perlu terjadi, karena sayur daun berwarna hijau di Indonesia terdapat banyak sepanjang tahun dengan harga cukup terjangkau oleh rakyat pada umumnya, atau dapat diproduksi sendiri di halaman atau di kebun sekitar rumah bagi sebagian besar dari masyarakat kita di pedesaan. Hambatan absorpsi vitamin A dan karoten terjadi karena hidangan rata-rata rakyat umum di Indonesia mengandung rendah lemak dan protein yang diperlukan dalam metabolisme vitamin A. Penyakit yang menyebabkan diarrhoea dan steatorhoea juga menghambat penyerapan vitamin A dengan prekursornya. Sebagian besar kasus defisiensi vitamin A di Indonesia menyangkut anak balita karena konsumsi kurang dan hambatan absorpsi. Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu. Akibat yang ditimbulkan jika terjadi defisiensi vitamin A dalam tubuh, yaitu :a. Buta Senja Salah satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah buta senja (niktalopia), yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samar-samar/senja, seperti bila memasuki kamar gelap dari kamar terang. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga kadar vitamin A dalam darah menurun yang berakibat vitamin A tidak cukup diperoleh retina mata untuk membentuk pigmen penglihatan rodopsin. Kemampuan melihat dalam keadaan samar-samar, dihubungkan dengan ujung-ujung saraf (rod dan cone) yang terdapat dalam retina. Cone terutama berperan dalam cahaya siang dan membedakan warna sedangkan rod mengontrol penglihatan pada malam hari. b. Perubahan pada mata Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. Kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Ini diikuti oleh artropi kelenjar mata, keratinisasi conjungtiva (selaput yang melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata dan bola mata), pemburaman, pelepasan sel-sel epitel kornea yang akhirnya berakibat melunaknya dan pecahnya kornea. Mata terkena infeksi, dan terjadi perdarahan. Gejala-gejala ini dalam bentuk ringan dinamakan xerosis conjungtiva, yaitu conjungtiva menjadi kering, bercak Bitot (disebut bitot spot berdasarkan nama dokter Perancis yang pertama menemukan), yaitu berupa bercak putih keabu-abuan pada conjungtiva. Dalam bentuk sedang dinamakan xerosis kornea, yaitu kornea menjadi kering dan kehilangan kejernihannya. Tahap akhir adalah keratomalasia, dimana kornea menjadi lunak dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Istilah xeropthalmia meliputi semua aspek klinik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin A. WHO (1982) membuat klasifikasi defisiensi vitamin A sebagai berikut :XNButa senja

X1AXerosis conjungtiva

X1BBercak bitot

X2Xerosis kornea

X3AUlkus kornea dengan xerosis

X3BKeratomalasia

XSParut Kornea

XFXeropthalmia Fundus

Sumber : WHO Technical report series no.672,1982.c. Infeksi Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trachea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudahdimasuki mikroorganisme atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Bila terjadi pada permukaan dinding usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantung kemih, serta vagina. Perubahan ini dapat pula meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan batu ginjal dan gangguan kantung kemih. Kekurangan vitamin A pada anak-anak disamping itu dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat menyebabkan kematian. Vitamin A dinamakan juga vitamin anti infeksi. d. Perubahan pada kulit Kulit menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, mengeras dan mengalami keratinisasi yang dinamakan hiperkeratosis folikular. Mula-mula terkena lengan dan paha, kemudian dapat menyebar keseluruh tubuh. Asam retinoad sering diusapkan ke kulit untuk menghilangkan kerutan kulit, jerawat dan kelainan kulit lain. e. Gangguan pertumbuhan Kekurangan vitamin A menghambat pertumbuhan sel-sel termasuk sel-sel tulang. Fungsi sel-sel yang membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi artropi sel-sel yang membentuk dentin sehingga gigi mudah rusak. f. Lain-lain Perubahan lain yang dapat terjadi adalah keratinisasi sel-sel rasa pada lidah yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan dan anemia.E. Tinjauan Umum Tentang Anak Sekolah Dasar Anassk usia sekolah adalah periode perkembangan anak usia antara 6-12 tahun dikenal sebagai periode laten. Tidak seperti bayi dan usia prasekolah, anak usia sekolah sudah dapat menentukan kehendak/keinginan sesuai dengan kemampuan mereka untuk memilih yang lebih baik ( Diktat Anak, 1999 ).Pada usia 7-12 tahun gigi geligi susu tanggal secara berangsur dan diganti dengan gigi permanen. Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan aktifitas fisik, misalnya berolahraga, bermain, dan membantu orang tua. Pada usia sekolah, secara fisik anak mengalami perubahan dalam proporsi bentuk tubuh. Pertumbuhan fisik anak tidak secepat pada masa-masa sebelumnya. Anak tumbuh antara 5-6 cm setiap tahunnya. Pada masa ini pertumbuhan anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki. Namun pada usia 10 tahun ke atas pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul. Perbedaan yang terlihat pada anak laki-laki dan perempuan adalah anak laki-laki lebih berotot dan anak perempuan lebih lentur ( Qustian,2001).Perkembangan mental intelektual anak mencapai tahap kematangan pada saat memasuki usia anak sekolah. Masa ini disebut masa intelektual karena keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman (Qustian,2001 ).Menurut Piaget ( Friedman dan Clark,1987 ), perkembangan anak pada masa ini berada pada tahap konkret operasional. Konkret karena anak hanya mampu memahami hal-hal berbentuk (tangible) dan operasional karena mampu berfikir dengan cara sistematis dan logis.Kebutuhan gizi mulai umur 10-12 tahun pada anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga butuh energi lebih banyak. Sedangkan anak perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dalam jumlah yang lebih banyak.Golongan umur ini biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktifitas di luar rumah sehingga sering melupakan waktu makan. Golongan usia anak sekolah ini mempunyai daya tahan yang cukup terhadap berbagai penyakit (RSCM,1997).Angka kecukupan vitamin A rata-rata yang dianjurkan dinyatakan dalam Retinol Ekuivalen (RE). Pada orang yang mempunyai status vitamin A baik, konsentrasi vitamin A dalam hati minimal 20 g/g. Penggunaan setiap harinya sekitar 0,5% dari persediaan tersebut. Berdasarkan AKG WKPG VI 1998 untuk kebutuhan vitamin A umur 7-9 tahun adalah 400 RE sedangkan untuk anak umur 10-12 tahun adalah 500 RE.

F. Tinjauan Umum mengenai Penanggulangan Kekurangan Vitamin A ( KVA )Pada tahun 1986 WHO menetapkan program 10 tahun untuk pencegahan dan pengawasan KVA dengan penekanan pada tiga Strategi Dasar, yaitu :1. Peningkatan produksi dan konsumsi makanan yang kaya vitamin A melalui pembangunan pertanian dan pendidikan gizi. Tujuan utama adalah terjadinya perubahan tingkah laku keluarga sehingga kebiasaan memberi bahan makanan sumber vitamin A terutama sayur-sayuran dan buah-buahan, membudaya dan kebutuhan fisiologis anak akan vitamin ini tercukupi.2. Fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A. Bahan makanan yang dipilih untuk tujuan ini adalah bahan makanan yang dikonsumsi secara merata di lapisan masyarakat yang banyak menderita KVA. Strategi seperti ini disebut strategi jangka menengah.3. Distribusi suplemen berupa kapsul vitamin A dosis tinggi pada semua anak yang mempunyai resiko Xerophthalmia. Strategi ini pada umumnya disebut strategi jangka pendek, meskipun dalam kenyataannya program ini sudah berjalan puluhan tahun di berbagai negara. ( Purjanto, 1994).Kegiatan penanggulangan Kekurangan Vitamin A di Indonesia diintegrasikan ke dalam kegiatan UPGK ( Upaya Perbaikan Gizi Keluarga ),, sedangkan pelaksanaan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 IU dilaksanakan di Posyandu. Kini distribusi KVA telah tersebar di seluruh desa sejalan dengan telah tersebarnya Posyandu di desa-desa tersebut. Bahkan berdasarkan SK Menteri Kesehatan yang diperkuat oleh himbauan Ketua Tim Penggerak PKK Pusat kepada seluruh anggota PKK, dan dengan dukungan sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah, telah ditetapkan bulan Februari dan bulan Agustus sebagai Bulan Kapsul Vitamin A di seluruh Posyandu, dengan dosis seperti yang tampak pada Tabel 1 dan Tabel. 2 ( Budiman, 1994 ).Tabel 1 Jadwal Pemberian Kapsul Vitamin A Sebagai Upaya PencegahanSasaranDosis yang diberikan

Anak Balita (usia 1 5 Tahun)Satu kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)

Ibu Nifas (paling lambat 30 hari pasca melahirkan)Satu kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan : Segera setelah melahirkan Pada kunjungan pertama neonatal Pada kunjungan kedua neonatal

Tabel 2 Jadwal Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Keadaan TertentuSasaranDosis yang diberikan

Seseorang dengan salah satu tanda Xerphthalmia seperti : Buta senja Bercak putih Bitot Mata keruh atau kuningSaat ditemukan segera diberi 1 kapsul vitamin A 200.000 SIHari berikutnya : 1 Kapsul vitamin A 200.000 SIEmpat minggu berikutnya : 1 kapsul vitamin A 200.000 SI

Program fortifikasi bahan makanan dengan suatu zat gizi bertujuan untuk menanggulangi suatu masalah gizi memerlukan persyaratan sebagai berikut :1. Zat gizi yang ditambahkan adalah zat yang komsumsinya sehari-hari kurang dari kebutuhan. Perlu diingat bahwa fortifikasi ganda tidak selalu menguntungkan karena campuran dua macam zat gizi yang ditambahkan pada makanan dapat pula saling merusak. Misalnya, penambahan yodium dan besi bersama-sama akan mempercepat hilangnya yodium. Demikian juga penambahan vitamin A bersama-sama zat besi akan mempercepat kerusakan vitamin A.2. Bahan makanan tersebut dikomsumsi oleh sebagian besar penduduk yang memerlukan zat gizi bersangkutan. Penetapan bahan makanan apa yang sesuai untuk wahana fortifikasi perlu dilakukan melalui survai pendahuluan yang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang kekurangan zat gizi tertetu itu.3. Bahan makanan tersebut proses produksinya harus terpusat pada beberapa pabrik saja. Pelaksanaan fortfikasi akan mengalami beberapa hanbatan bila produksi bahan makanan tersebar pada pabrik-pabrik kecil.4. Bahan makanan tidak mengalami perubahan organoleptik setelah difortifikasi. Perubahan organoleptik akan membuat masyarakat enggan mengkomsumsi bahan makanan yang difortifikasi itu. Utuk mencapai tujuan itu diperlukan teknologi fortifikasi.5. Bahan makanan itu tidak menjadi mahal setelah difortifikasi. Bila harga bahan makanan setelah difortifikasi menjadi terlalu mahal, maka tidak akan dibeli oleh konsumen.6. Zat gizi yang ditambahkan tidak cepat rusak.

BAB IIIKERANGKA KONSEP

Dasar Pemikiran Variabel yang DitelitiMerubah suatu perilaku merupakan sesuatu yang memerlukan waktu. Namun dengan menjabarkan, bahwa perilaku terdiri dari komponen pengetahuan, sikap dan tindakan, maka melalui perubahan komponen ini perilakupun dapat berubah.Peningkatan dan perhatian masyarakat terhadap suatu masalah sangat ditentukan oleh intervensi yang mereka terima. Promosi kesehatan dengan menggunakan media poster merupakan salah satu bentuk intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan proses pembelajaran bagi masyarakat termasuk juga anak sekolah dasar.Dengan menggunakan tatanan sekolah sebagai perpanjangan tangan dalam kegiatan promosi kesehatan dengan menggunakan media poster, maka proses perubahan perilaku dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar serta memperkenalkan secara dini makanan sumber Vitamin A.Pengetahuan dan sikap inilah yang nantinya mempengaruhi tindakan dalam mengkonsumsi sumber Vitamin A, sehingga dimasa datang masalah kekurangan Vitamin A dapat dieliminir. Dari dasar pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan alur pikir variabel yang diteliti sebagai berikut :

Alur Pikir Variabel Yang Diteliti

Promosi Kesehatan

Pengetahuan dan Sikapdalam MengkonsumsiSumber Vitamin APerilakuAnak

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi variabel yang diteliti, maka ditetapkan batasan atas variabel, yaitu :1. Promosi Kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap dan memperbaiki kesehatan mereka.2. Poster adalah suatu gambar yang menjelaskan makanan kaya Vitamin A dan ditempel pada tempat-tempat yang strategis agar audiens mudah melihat dan membacanya.3. Anak sekolah dasar adalah anak yang sementara belajar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.4. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui oleh anak sekolah dasar tentang makanan kaya Vitamin A sesuai dengan kuesioner yang diberikan.Baik : Bila responden memperoleh skor 66,7% atau lebih dari total skor pertanyaan yang berhubungan dengan Vitamin A.Kurang : Bila responden memperoleh skor kurang dari 66,7% dari total skor pertanyaan yang berhubungan dengan Vitamin A.5. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari anak sekolah tentang makanan kaya Vitamin A sebagaimana yang tercantum dalam kuesioner.Baik : Bila responden memperoleh skor 60% atau lebih dari total skor pertanyaan yang berhubungan dengan Vitamin A.Kurang : Bila responden memperoleh skor kurang dari 60% dari total skor pertanyaan yang berhubungan dengan Vitamin A.C. Hipotesis Penelitiana. Hipotesis Nol ( Ho )1. Tidak ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang makanan kaya Vitamin A terhadap pengetahuan dalam mengkonsumsi Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.2. Tidak ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang makanan kaya Vitamin A terhadap sikap dalam mengkonsumsi Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.b. Hipotesis Alternatif ( Ha )1. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang makanan kaya Vitamin A terhadap pengetahuan dalam mengkonsumsi Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.2. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster tentang makanan kaya Vitamin A terhadap sikap dalam mengkonsumsi Vitamin A pada anak sekolah dasar di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.

BAB IVMETODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan pre-test dan post-test design. Bentuk perlakuan dalam penelitian ini adalah promosi kesehatan dengan kegiatan yang dilakukan, berupa :a. Pre-test pada sampel.b. Kegiatan penyuluhan dengan materi tentang vitamin A. Adapun mekanisme kegiatan penyuluhan, sebagai berikut :1) Penyuluhan dilakukan satu hari setelah kegiatan pre-test.2) Tempat pelaksanaan dimasing-masing ruangan kelas selama tiga hari berturut-turut ( hari pertama di kelas VI, hari kedua di kelas V dan hari ketiga di kelas IV ).3) Penyuluhan dilakukan oleh peneliti.4) Durasi penyuluhan selama 20 menit.5) Alat bantu yang digunakan adalah poster tentang vitamin A.c. Pemasangan poster yang berisi tentang makanan kaya vitamin A di tempat yang strategis di sekolah selama satu bulan, seperti : ruangan kelas, papan pengumuman dan kantin sekolah. Contoh poster ada pada lampiran. d. Display bahan makanan sumber Vitamin A dengan food model.

e. Setelah satu bulan dilakukan post-test pada sampel yang sama dan hasilnya diuji secara statistik.A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur dan akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2005.B. Populasi dan Sampel1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas IV, V dan kelas VI pada SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur, yaitu sebanyak 284 murid, yang terdiri dari kelas IV sebanyak 111 murid, kelas V sebanyak 91 murid dan kelas VI sebanyak 82 murid.2. SampelSampel dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas IV, V dan kelas VI pada 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur yang terpilih sebagai sampel sebanyak 166 sampel, yang diperoleh melalui rumus :

sampel

Dimana ;N= Besar populasin= Besar sampeld= Tingkat ketepatan yang diinginkan( Notoatmodjo, 1997 )C. Metode Pengambilan SampelCara pengambilan sampel dengan menggunakan Proposional Stratified Random Sampling, yaitu dengan menghitung proporsi sampel pada tiap kelas, kemudian dipilih secara sistematik berdasarkan daftar absensi kelas, dengan rumus :

nSehingga diperoleh jumlah sampel perkelas sebagai berikut :a. Untuk kelas IV: sampelb. Untuk kelas V: sampelc. Untuk kelas VI: sampel

Interval untuk setiap pengambilan sampel adalah : .Pengambilan sampel berdasarkan daftar absensi setiap kelas.

Pengumpulan Dataa. Data primer diambil secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.b. Data sekunder diperoleh dari bagian tata usaha SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.Pengolahan dan Penyajian DataPengolahan data dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan komputer dengan program SPSS versi 11.0 dan penyajian data dalam bentuk tabel disertai narasi.Pengujian HipotesisHipotesis yang diuji adalah Ho dengan tingkat kemaknaan yang dipilih adalah = 0,05, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah Mc. Nemar Test dan uji Wilcoxon. Uji Mc. Nemar test digunakan untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan dari variabel yang mempunyai skala nominal/ordinal dikotomi ( data sudah dikategorikan dalam dua kategori). Sementara uji wilcoxon digunakan pada data yang tidak berdistibusi normal dengan tujuan melihat perbedaan rata rata rangking sebelum dan sesudah perlakuan. Hipotesis Nol diterima bila p > pada tingkat kemaknaan = 0,05 dan ditolak bila p < pada tingkat kemaknaan yang sama.

Asumsi :Bila hasil uji hipotesis nol bermakna dalam penelitian ini maka dianggap ada pengaruh.

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur dengan periode pengumpulan data mulai Mei Juni 2005. Sampel dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas IV, V, dan kelas VI dan jumlah sampel yang terpilih adalah 166 orang. Hasil selengkapnya dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut :1. Karakteristik Respondena. Berdasarkan Suku RespondenTabel 5.1Distribusi Responden Menurut Suku Di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur Tahun 2005SukuJumlah

n%

Bugis Pasir7746,4

Jawa4024,1

Banjar2414,5

Batak137,8

Dayak31,8

Bugis Makassar31,8

Buton21,2

Bali21,2

Manado10,6

Toraja10,6

Total166100,0

Sumber : Data SekunderTabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah suku Bugis Pasir yakni sebanyak 77 orang (46,4%). Sedangkan yang paling sedikit adalah suku Manado dan Toraja masing-masing sebanyak 1 orang (0,6%).b. Berdasarkan Agama RespondenTabel 5.2Distribusi Responden Menurut Agama Di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur Tahun 2005AgamaJumlah

N%

Islam15090,4

Kristen137,8

Hindu31,8

Total166100,0

Sumber : Data SekunderTabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden beragama Islam yakni sebanyak 150 orang (90,4%). Sedangkan yang paling sedikit adalah beragama Hindu yakni sebanyak 3 orang (1,8%).2. Tahap Pelaksanaan IntervensiPengisian daftar pertanyaan pre test pada anak SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur dilakukan pada tanggal 10 Mei 2005 untuk murid kelas VI, 12 Mei 2005 untuk murid kelas V, dan 14 Mei 2005 untuk murid kelas IV, dimana anak sekolah dasar yang terpilih sebagai sampel diberi kesempatan untuk mengerjakan kuesioner dalam waktu 20 menit. Kemudian dilakukan promosi kesehatan dengan menggunakan media poster pada tanggal 11 Mei 2005 untuk murid kelas VI, 14 Mei 2005 untuk murid kelas V, dan 16 Mei 2005 untuk murid kelas IV. Selanjutnya setelah dilakukan promosi kesehatan dengan menggunakan media poster selama satu bulan dilakukan kembali penelitian yaitu pengisian post test pada anak sekolah dasar yang terpilih sebagai sampel dan diberi waktu selama 20 menit untuk mengerjakan kuesioner pada tanggal 1 Juni 2005 untuk murid kelas VI, 4 Juni 2005 untuk murid kelas V, dan kelas IV.Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan serta disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka disusunlah hasil penelitian sebagai berikut :a. Pengetahuan Tentang Vitamin ATabel 5.3Hasil Skor Rata-rata (Mean) Pre test dan Post test Pengetahuan Murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur10 Mei 10 Juni Tahun 2005Tingkatan KelasJumlah MuridMean (skor rata-rata)

Pre TestPost Test

IV6525,528,5

V5325,628,7

VI4825,428,6

Total16625,528,6

Sumber : Data SekunderBerdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata (mean) pengetahuan berdasarkan kelas sebelum dan sesudah pelaksanaan test yaitu diatas 20,01 (batas skoring pengetahuan berkategori baik) berarti secara keseluruhan untuk semua kelas rata-rata memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Untuk lebih jelasnya perubahan rata rata pengetahuan siswa saat pre dan post test dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 1Perubahan Nilai Rata- Rata Pengetahuan Siswa Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur 10 Mei 10 Juni Tahun 2005

p = 0,008Sumber : Data Primer, 2005

Tabel 5.4Hasil Pre test dan Post test Pengetahuan Berdasarkan Kelas Pada Murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur 10 Mei 10 Juni Tahun 200511 KelasPengetahuanPre testPost test

n%n%

IVBaik6036,16539,2

Kurang baik53,000

VBaik5130,75331,9

Kurang baik21,200

VIBaik4728,34828,9

Kurang baik10,600

Total166100,0166100,0

Sumber : Data SekunderBerdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat dilihat bahwa dari 65 sampel untuk kelas 4 yang diobservasi sebanyak 60 murid yang berpengetahuan baik sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan 5 murid yang berubah pengetahuannya menjadi baik. Demikian pula dari 53 sampel untuk kelas 5 yakni sebanyak 51 murid yang berpengetahuan baik sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan 2 murid yang berubah pengetahuannya menjadi baik. Dan untuk kelas 6, dari total 48 sampel, yakni sebanyak 47 murid yang berpengetahuan baik sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan 1 murid yang berubah pengetahuannya menjadi baik. Adapun pengetahuan tentang vitamin A dapat dilihat pada tabel 5.5 yaitu : Tabel 5.5Hasil Pre test dan Post test Pengetahuan Murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur 10 Mei 10 Juni Tahun 2005

PengetahuanPre testPost test

n%n%

Baik15895,2166100,0

Kurang baik84,800

Total166100,0166100,0

Sumber : Data SekunderTabel 5.5 menunjukkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster terhadap pengetahuan tentang vitamin A pada murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.

b. Sikap Tentang Konsumsi Sumber Vitamin ATabel 5.6Hasil Skor Rata-rata (Mean) Pre test dan Post test SikapMurid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur10 Mei 10 juniTahun 2005TingkatanKelasJumlah MuridMean (skor rata-rata)

Pre TestPost Test

IV6535,842,2

V5333,642,0

VI4834,644,2

Total16634,742,8

Sumber : Data SekunderBerdasarkan tabel 5.6 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata (mean) sikap berdasarkan kelas sebelum dan setelah pelaksanaan test yaitu diatas 30,00 (batas skoring sikap berkategori baik) berarti secara keseluruhan untuk semua kelas rata-rata memiliki sikap dengan kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilhat pada grafik berikut :

Grafik 2Perubahan Nilai Rata- Rata Sikap Siswa Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur 10 Mei 10 Juni Tahun 2005

p = 0,0001 Sumber : Data Primer, 2005

Tabel 5.7Hasil Pre test dan Post test Sikap Berdasarkan KelasPada Murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur10 Mei 10 Juni Tahun 2005KelasSikapPre testPost test

N%n%

IVBaik6438,66539,2

Kurang baik1600

VBaik4527,15331,9

Kurang baik84,800

VIBaik4426,54828,9

Kurang baik42,400

Total166100,0166100,0

Sumber : Data SekunderBerdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa dari 65 sampel untuk kelas 4 yang diobservasi sebanyak 64 murid yang memiliki sikap dengan kategori baik sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan 1 murid yang berubah sikapnya menjadi baik. Demikian pula dari 53 sampel untuk kelas 5 yakni sebanyak 45 murid yang memiliki sikap dengan kategori baik sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan 8 murid yang berubah sikapnya menjadi baik. Dan untuk kelas 6, dari total 48 sampel, yakni sebanyak 44 murid yang memiliki sikap dengan kategori baik sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan 4 murid yang berubah sikapnya menjadi baik. Adapun sikap tentang konsumsi sumber vitamin A dapat dilihat pada tabel 5.8 yaitu :Tabel 5.8Hasil Pre test dan Post test Sikap Murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur 10 Mei 10 juni Tahun 2005SikapPre testPost test

N%n%

Baik15392,2166100,0

Kurang baik137,800

Total166100,166100,0

Sumber : Data Sekunder

Tabel 58 menunjukkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster terhadap sikap tentang konsumsi sumber vitamin A pada murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.B. PembahasanSampel dalam penelitian ini adalah murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur. Promosi kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyuluhan tentang Sumber Vitamin A disertai bantuan media poster dan food model berupa sayuran sumber vitamin A. Dengan metode ini diharapkan informasi yang diterima siswa akan lebih banyak hingga informasi yang diserap juga makin banyak.Adapun penyajian materi penyuluhan dibagi dalam beberapa topik, yaitu topik mengenai kegunaan vitamin A, Sayuran dan buah-buahan yang banyak engandung Vitamun A, penyakit akibat kekurangan Vitamin A dan cara pencegahannya. Setelah penyajian materi dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai pengetahuan dan sikap siswa tentang Vitamin A. 1. Pengetahuan Hasil pre test menunjukkan bahwa pengetahuan murid yang baik sebanyak 158 murid dan 8 murid yang mempunyai pengetahuan kurang baik sebelum dilakukan promosi kesehatan dengan menggunakan media poster. Setelah dilakukan promosi kesehatan, sebanyak 158 murid yang tetap berpengetahuan baik dan 8 murid yang berubah pengetahuannya menjadi baik. Hal ini disebabkan karena besarnya perhatian/pemahaman terhadap materi yang disajikan melalui bantuan media poster dan food model. Hasil uji statistik dengan menggunakan Mc Nemar Test = 0,05 didapatkan nilai p untuk pengetahuan = 0,008 < = 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan murid sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan food model. Demikian pula berdasarkan uji wilcoxon menunjukkan hasil yang sama yakni diperoleh nilai p untuk pengetahuan = 0,005 < = 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan murid SD sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan food model. Jadi dalam hal ini ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan food model terhadap pengetahuan tentang vitamin A pada murid SD 031 Tanah Grogot kabupaten Pasir Kalimantan Timur. Pemberian penyuluhan dengan bantuan media poster mampu meningkatkan pengetahuan secara maksimal. Peningkatan tersebut terbukti secara. signifikan secara statistik. Rumusan hipotesa yang mengatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikap setelah penyuluhan dengan media poster dan food model terbukti dalam penelitian ini. Dengan demikian penyuluhan dengan bantuan poster dan food model merupakan salah satu metode yang efektif digunakan dalam program penyuluhan kesehatan.Penyuluhan dengan media poster melibatkan ketiga aktivitas tersebut. Adanya aktivitas mendengar, berbicara dan melihat yang membuat metode ini efektif. Dalam penelitian ini digunaakan alat peraga berupa food model dan poster tentang vitamin yang memuat tentang buah-buahan dan sayuran yang mengandung Vitamin A. poster dan food model ini dimaksudkan untuk mengarahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi. Menurut Snehenda (1983) menganalisa bahwa informasi berperan dalam menunjang perubahan perilaku seseorang. Informasi yang diterima melalui media cetak, elektronik, pendidikan/penyuluhan, buku-buku dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga ia akan biasa memperbaiki atau merubah perilakunya menjadi lebih baik. (dikutip dari : Ali, 2001)Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil posttest menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan Hal ini sesuai penelitian (Socony) di Amerika mengenai kelekatan ingatan dari bahan yang disampaikan ada 85% pesan yang masih lekat pada ingatan responden dan 3 hari kemudian ingatan tersebut lekat sekitar 65%.Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin Ali (2001) yang meneliti tentang pengaruh promosi dengan media poster terhadap perilaku merokok pada tenaga kerja di PT. Semen Tonasa yang menyatakan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan media poster pada pengetahuan responden tentang merokok. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian A.Nurlinda (2003) yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang reproduksi sehat sebelum dan sesudah perlakuan yaitu pemberian modul reproduksi sehat.2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. ( Notoatmodjo, 2003 )Hasil sikap pre test menunjukkan bahwa sikap murid yang baik sebanyak 153 murid dan 13 murid yang mempunyai sikap yang kurang baik sebelum dilakukan promosi kesehatan dengan menggunakan media poster. Setelah dilakukan promosi kesehatan, sebanyak 153 murid yang mempunyai sikap tetap baik dan 13 murid yang berubah sikapnya menjadi baik. Perubahan sikap ini disebabkan murid murid tersebut mau memperhatikan pesan pesan yang disampaikan melalui media poster dan food model yang disajikan. Hasil uji statistik dengan menggunakan Mc. Nemar didapatkan nilai p untuk sikap 0,000 < = 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara sikap murid sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster. Demikian pula berdasarkan uji wilcoxon menunjukkan hasil yang sama yakni diperoleh nilai p untuk pengetahuan adalah 0,000 lebih kecil dari = 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan murid SD sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan menggunakan media poster.Hal ini sejalan dengan penelitian formatif yang dilaksanakan di Sumatera Barat bahwa dampak dari kampanye yang dilanjutkan dengan promosi ternyata mampu merubah sikap masyarakat Sumatera Barat (Kabupaten Pariaman) terhadap suvital khususnya sayuran hijau.Menurut penelitian pada ahli ( Notoadmodjo, 1997) bahwa indera yang paling banyak mengalirkan informasi ke dalam otak adalah mata yakni lebih 75 % sampai 87 %. Sedangkan 13 % 75 % lainnya tersalur melalui idera yang lain. Dijelaskan pula bahwa manusia belajar lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan dan berbicara dan lebih baik lagi kalau disamping itu ia dapat melihat (Notoatmodjo, 1997). Penyuluhan dengan media poster melibatkan ketiga aktivitas tersebut. Adanya aktivitas mendengar, berbicara dan melihat yang membuat metode ini efektif. Dalam penelitian ini digunakan alat peraga berupa poster tentang vitamin yang memuat tentang buah-buahan dan sayuran yang mengandung Vitamin A dan food model tentang sayuran dan buah-buahan sumber vitamin A. poster ini dimaksudkan untuk mengarahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi. Menurut Snehenda (1983) menganalisa bahwa informasi berperan dalam menunjang perubahan perilaku seseorang. Informasi yang diterima melalui media cetak, elektronik, pendidikan/penyuluhan, buku-buku dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga ia akan bias memperbaiki atau merubah perilakunya menjadi lebih baik. (dikutip dari : Ali, 2001)Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil posttest menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan Hal ini sesuai penelitian (Socony) di Amerika mengenai kelekatan ingatan dari bahan yang disampaikan ada 85% pesan yang masih lekat pada ingatan responden dan 3 hari kemudian ingatan tersebut lekat sekitar 65%.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN1. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan food model terhadap pengetahuan tentang vitamin A pada murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.2. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media poster dan food model terhadap sikap tentang konsumsi sumber vitamin A pada murid SD 031 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.

SARAN1. Perlunya penyuluhan disertai bantuan media poster tentang sumber vitamin A dan dampak kekurangan vitanin A pada siswa. 2. Perlu adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan dinas kesehatan dalam sosialisasi Vitamin A dilanagan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Zainal Arifin Nang, Vitamin A Dan Malnutrisi ; Suatu Tinjauan Biokimia, Medika, No. 12, Tahun Ke-XXI, Jakarta, 1995.

Almatsier Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Beaton, G H.dkk, Effecveness of vitamin A Supplementatiaon in The Control,of Young Child Morbidity and Mortality in Developemnt Countries, United Nations, Canada, 1993.

Dachroni, Upaya Peningkatan Kesehatan ( Promosi Kesehatan, Health Education ), Bahan Informasi dalam Rakerkesmas, Jakarta, 1998.

Dahlan, M. Sopiyudin, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, PT. Arkans, Jakarta, 2004.

Ewles Linda, Simnet Ina, Promosi Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.

Haris Fauzia, Studi Kecukupan konsumsi energi,Protein,Vitamin A, Zat Besi Dan Infeksi Terhadap Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah Dasar ( 9-12-tahun ) Di Panti Asuhan Kecamatan Tallo Makasar, FKM-UNHAS, Makassar, 2002.

Ishak Fahria, Konsumsi Suvita Melalui Sayuran dan Hewani dengan Tingkat Vitamin A Pada Sekolah Kelas IV-V Tamamaung VI, FKM-UNHAS, Makassar, 2000.

Kelana Abdi Putra, Defisiensi Vitamin A Pada Mata, Majalah Kedokteran Amajaya Volume 3 N0. 2. Jakarta, Mei 2004.

Myrnawati, Kebijakan Pemberian Vitamin A dan Dampaknya Pada Kesehatan dan Kematian Bayi dan Anak, Jurnal kedokteran Yarsi, Volume 5 N0. 1, Jakarta, Januari April 1997.

Moehji Sjahmien, Ilmu Gizi 1, Papas Sinar Sinti, Jakarta, 2002.

Ngatimin H. M. Rusli, Ilmu Perilaku Kesehatan, Yayasan PK-3, Makassar, 2003. Notoatmojo Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Cetakan Ke-2, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.Syafar HM, Teknologi Pengembangan Media, Materi Kuliah Jurusan PKIP, FKM-UNHAS, Makassar, 2004.

Saidin M, dkk, Efektivitas Penambahan Vitamin A pada Garam Yodium Terhadap Status Gizi dan Konsentrasi Belajar Anak Sekolah Dasar Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan,Volume 25 N0. 1, Bogor, Juni, 2002.

Suwardi, Susi S,dkk, Efektivitas Suplementasi Vitamin A Dosis Tinggi Terhadap Tingkat Penyembuhan dan Status Iron Anak Balita Penderita TB Paru, Jilid 22, Bogor, 1999.

Sediaoetama Achmad Djaeni, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Dian Rakyat Jakarta,1999.

Soehadi R, Kebutaan Anak Karena Kekurangan Vitamin A Dan Cara Penanggulangannya, Majalah Kesehatan, Vol. 5, No. 95, Jakarta, 1194.

Sommer Alfred, Keith P, West Jr, Vitamin A Deficiency (Health,Survival and Vision), Oxford University Press,York, 1996.

Pasaka Marlinda, Studi Tingkat Kecukupan Konsumsi Vitamin A Pada Anak SD Kampus Unhas I dan SD Galangan Kapal III, FKM-UNHAS, Makassar, 2002.

Purjanto, Social Marketing Vitamin A, Majalah Kesehatan, Depkes R.I, No. 49 Tahun Ke-XXIII, Jakarta, 1994.

T Muhilal, Ig Tarwotjo, Prospek penanggulangan Kekurangan Vitamin A Melalui Fortifikasi Bahan Makanan Tertentu,Gizi Indonesia, Volume XI, N0 1:7-12,1996.

Akibat Defisiensi Vitamin A, www.sinarharapan.com, diakses tanggal 29 Oktober 2004.

Angka Kebutaan di Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara, www.gizi.net, diakses tanggal 29 Oktober 2004.

Upaya Meningkatkan Kualitas Balita Dengan Vitamin A, www.gizi.net, diakses tanggal 29 Oktober 2004.

Manfaat Vitamin A dan Tanda-Tanda Kekurangan Vitamin A, www.pediatrik.com, diakses tanggal 29 Oktober 2004.

11