pengaruh skarifikasi pada benih saga

Upload: willis-rinjani

Post on 15-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal praktikum

TRANSCRIPT

  • Juhanda et al.: Pengaruh Skarifikasi pada Pola Imbibisi dan Perkecambahan 45 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993

    Vol. 1, No. 1: 45 49, Januari 2013

    PENGARUH SKARIFIKASI PADA POLA IMBIBISI DANPERKECAMBAHAN BENIH SAGA MANIS (Abruss precatorius L.)

    Juhanda , Yayuk Nurmiaty & Ermawati

    Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas LampungJl. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1 Bandar Lampung 35145

    E-mail:[email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi pada pola imbibisi dan perkecambahan benih saga manis(Abruss precatorius L.). Benih saga manis yang diberi perlakuan skarifikasi diduga memiliki pola imbibisi dan perkecambahanyang berbeda dibandingkan dengan benih saga manis tanpa skarifikasi. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Benihdan Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung dari Pebruari 2012 sampai dengan Maret 2012. Normalitas data diujimenggunakan uji Kolmogorov-Smirnov/Shapiro-Wilk. Pengujian homogenitas ragam menggunakan uji F. Untuk mengujihipotesis komparatif dua sampel independen, menggunakan uji-t. Hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) pola imbibisi danperkecambahan benih saga manis yang diskarifikasi meningkat secara linier dari pelembaban 0-24 jam, pola ini konstan daripelembaban 24-68 jam (2) perkecambahan benih saga manis yang diskarifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa skarifikasimelalui peningkatan daya berkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah, dan bobot kering kecambahnormal.

    Kata kunci: Dormansi benih, pola imbibisi, Saga manis, skarifikasi

    PENDAHULUAN

    Industri obat tradisional di Indonesia berkembangcukup pesat. Perkembangan industri obat yang pesattercermin dari jumlah perusahaan obat sebagaipendukungnya. Permasalahan pengembangan industriobat tradisional adalah sebagian besar bahan baku(sekitar 80%) masih mengandalkan hasil pemanenan darihutan atau habitat alami, sisanya (20%) berasal dari hasilbudidaya secara tradisional (Hasanah dan Rusmin,2006). Indonesia yang beriklim tropis merupakan negaradengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di duniasetelah Brazil. Di Indonesia terdapat 25.000-30.000spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenistanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia.Hasil inventarisasi yang dilakukan PT Eisai pada 1986mendapatkan sekitar tujuh ribu spesies tanaman diIndonesia digunakan masyarakat sebagai obat,khususnya oleh industri jamu spesies yang didaftarkanke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)Republik Indonesia berjumlah 283 spesies tanaman.Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun1986 mendokumentasi 940 tanaman obat dan jumlahtersebut tidak termasuk tanaman obat yang telah punahatau langka dan mungkin ada juga tanaman obat yangbelum dicantumkan (Dewoto, 2007).

    Saga manis merupakan tanaman obat asliIndonesia yang telah banyak dikenal luas oleh

    masyarakat umum. Saga manis yang pertumbuhannyamerambat di pohon atau pagar, telah biasa ditanam olehmasyarakat (Purwantoro dan Roemantyo, 1993).Bagian tanaman yang banyak dimanfaatkan adalah daundan biji. Beberapa manfaat tanaman saga yaitu dapatdigunakan sebagai obat batuk, sariawan, bronchitis,amandel, sakit tenggorokan, peluruh kencing (deuretik),dan hepatitis (Wijayakusuma dan Dalimatha, 1998 yangdikutip oleh Ahmad, 2010).

    Tanaman saga manis memiliki persentase benihdorman cukup tinggi. Dormansi benih terjadi karenasifat impermeabel kulit benih. Impermeabilitas benihsaga manis disebabkan oleh kulit benih yang keras dandilapisi oleh lapisan lilin sehingga kulit benih kedapterhadap air dan gas.

    Skarifikasi merupakan salah satu upayapretreatment atau perlakuan awal pada benih yangditujukan untuk mematahkan dormansi danmempercepat terjadinya perkecambahan benih yangseragam (Schmidt, 2000). Skarifikasi (pelukaan kulitbenih) adalah cara untuk memberikan kondisi benih yangimpermeabel menjadi permeabel melalui penusukan;pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresandengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas,amplas, dan alat lainnya (Schmidt, 2000). Kulit benihyang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masukke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi.Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan proses

  • 46 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):45-49, 2013

    imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih cepatmasuk ke dalam benih karena kulit benih yangpermeabel. Air yang masuk ke dalam benihmenyebabkan proses metabolisme dalam benih berjalanlebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkanakan semakin baik. Benih saga manis yang diskarifikasididuga akan berkecambah lebih baik dibandingkandengan benih yang tidak diskarifikasi. Kecambah normalyang dihasilkan dari benih yang diskarifikasi akandihitung dan dibandingkan dengan benih saga manis yangtidak diskarifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui apakah pola imbibisi dan perkecambahanbenih saga manis berbeda antara yang diskarifikasi dantidak diskarifikasi.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benihdan Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, BandarLampung pada Januari sampai Februari 2012.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaanini adalah benih saga manis yang dipanen pada tanggal2 Januari 2012 dan telah mengalami masa penyimpananselama tujuh minggu. Alat-alat yang digunakan adalahamplas halus, alat timbang elektrik ScoutTM Pro 200 g,termometer, erlenmeyer, pinset, pengukur waktu, kertaskoran polos, alat pengecambah benih tipe IPB 73-2B,cawan petri, dan alat tulis.

    Pada penelitian ini diterapkan dua perlakuan yaitubenih yang diskarifikasi dengan menggunakan amplashalus dan benih tanpa skarifikasi. Pengamplasandilakukan pada kulit benih pada bagian cadanganmakanan yang berwarna merah sampai kulit benihberwarna putih kekuning-kuningan. Masing-masingperlakuan diulang sebanyak sembilan kali. Variabel yangdiamati pada penelitian ini yaitu imbibisi air, dayaberkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakanberkecambah, dan bobot kering kecambah normal.Untuk variabel imbibisi air, benih dengan masing-masingperlakuan dilembabkan pada kertas koran polos yangtelah dibasahi dengan air. Pelembaban dilakukan selama68 jam dan diamati setiap empat jam sekali denganmenimbang bobot benih yaitu pada 0, 4, 8, 12, danseterusnya sampai benih mengembang penuh dan mulaimuncul tanda-tanda keluarnya radikel. Penimbanganbobot benih dilakukan pada smua benih dalam setiapulangan, dan diambil nilai rata-rata bobot dari semuaulangan. Untuk variabel perkecambahan diuji denganmetode uji kertas digulung didirikan dalam plastik(UKDDP) (ISTA, 2006). Pengamatan dan pengambilandata dilakukan pada semua satuan percobaan. Hal ini

    karena jumlah variabel dan satuan percobaan yangdiamati sedikit.

    Pengujian hipotesis komparatif dua sampelindependen, menggunakan Uji-t. Pengujian homogenitasragam dengan menggunakan uji F. Normalitas data diujimenggunakan uji Kolmogorov-Smirnov/Shapiro-Wilk.Hipotesis yang diajukan untuk uji homogenitas ragamadalah H0 bila ragam antara yang diskarifiksi dan tidakdiskarifikasi homogen, sedangkan H1 bila ragam antarayang diskarifikasi dan tidak diskarifikasi tidak homogen.Bila F hitung d F tabel, maka H0 diterima yang berartiragam homogen; sedangkan hasil uji homogenitas ragamtersebut homogen bila F hitung > F tabel, maka H0 ditolakdan terima H1 yang berarti ragam tidak homogen.Ragam homogen mengunakan Uji-t dengan derajatkebebasan (dk) = n1 + n2 2, bila ragam tidak homogen,maka uji t pada derajat kebebasan dk1 = n1 1 atau dk2= n2 1.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuanskarifikasi mekanik lebih baik dalam menghasilkanperkecambahan benih saga manis (Abrus precatoriusL.) yang ditunjukkan oleh setiap peubah yang diamatiyaitu daya berkecambah, kecepatan berkecambah,keserempakan berkecambah, dan bobot keringkecambah normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwaskarifikasi mekanik menggunakan amplas memberikanpengaruh yang nyata pada semua peubah yang diamati(Tabel 1).

    Daya berkecambah, kecepatan berkecambah,keserempakan berkecambah, dan bobot keringkecambah normal dari benih saga manis yangdiskarifikasi menggunakan amplas lebih tinggi daripadatanpa skarifikasi (Tabel 1).

    Laju imbibisi benih yang telah dilembabkan sampai68 jam yang mendapat perlakuan skarifikasi mekanikdengan diamplas menunjukkan bobot benih lebih tinggidibandingkan dengan benih yang tidak diberi perlakuanskarifikasi. Laju imbibisi benih saga manis yangdiskarifikasi mekanik menunjukkan bobot benihmeningkat secara linier setelah dilembabkan sampai 24jam (Gambar 1). Lebih lanjut dihasilkan bahwa benihyang telah dilembabkan lebih dari 24 jam sampai 68 jam,laju imbibisi cenderung konstan (Gambar 1). Laju imbibisibenih saga manis tanpa diskarifikasi dan telahdilembabkan sampai 68 jam menunjukkan bobot benihyang konstan (stabil) (Gambar 1).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih sagamanis yang diskarifikasi mekanik dengan diamplasmenghasilkan laju imbibisi yang berbeda dibandingkan

  • Juhanda et al.: Pengaruh Skarifikasi pada Pola Imbibisi dan Perkecambahan 47

    Tabel 1. Rekapitulasi hasil Uji-t untuk pengaruh cara skarifikasi pada perkecambahan benih saga manis

    Keterangan: Db (daya berkecambah), Kcb (kecepatan berkecambah), Ksp (keserempakan berkecambah), Bkkn(bobot kering kecambah normal), dk (derajat kebebasan), dan * (berbeda pada 0,05).

    Variabel Perlakuan dk N Rata-rata t-hitung t-tabel

    Db (%) Kontrol 16 9 11,78 27,73* 1,75 Amplas 16 9 87,56

    Kcb (%/hari) Kontrol 8 9 0,93 19,56* 1,86 Amplas 8 9 14,19

    Ksp (%) Kontrol 8 9 5,78 23,97* 1,86 Amplas 8 9 81,78

    Bkkn (g) Kontrol 8 9 0,42 5,04* 1,86 Amplas 8 9 0,74

    Gambar 1. Laju imbibisi benih Saga manis pada pelembaban selama 68 jam.

    Kontrol

    Amplas

    dengan benih saga manis tanpa skarifikasi setelahdilembabkan sampai 68 jam. Laju imbibisi terusmengalami peningkatan secara linier sampai pelembabanselama 24 jam, selanjutnya imbibisi mulai konstan (stabil)sampai 68 jam (Gambar 1). Secara umum benihmengalami tiga fase penyerapan air yaitu fasepenyerapan cepat, fase penyerapan lambat, dan fasepenyerapan aktif.

    Tanaman saga manis termasuk dalam familiLeguminoceae yang diperbanyak dengan benih.Menurut Schmidt (2000), benih tanaman legum padaumumnya mengalami dormansi fisik yang disebabkanoleh morfologis kulit benih yang menyebabkan kulit benihbersifat impermeabel. Kulit benih saga manis yangbersifat impermeabel menyebabkan benih tidak dapat

    berimbibisi terlihat dari pola imbibisi yang tidakdiskarifikasi. Dalam penelitian ini pematahan sifatdorman pada benih saga manis dilakukan dengan caraskarifikasi mekanik dengan diamplas. Skarifikasimekanik dengan amplas dilakukan pada bagian kulitcadangan makanan yang berwarna merah menyebabkanbenih bersifat permeabel sehingga air dapat masuk kedalam benih yang diskarifikasi.

    Benih saga manis yang diberi perlakuan skarifikasimekanik menghasilkan laju imbibisi yang baik, lajuimbibisi meningkat secara linier sampai pelembaban 24jam, juga diikuti pada peningkatan bobot benih.Penyerapan air setelah 24 jam sampai 68 jam konstan.Pola penyerapan air ini didukung oleh pendapat Bewleydan Black (2006) yaitu penyerapan air dimulai dari

  • 48 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):45-49, 2013

    proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam yang merupakanfase penyerapan cepat dan diikuti oleh (fase II) yangditandai dengan penyerapan air yang cenderung konstan24 68 jam. Dengan laju imbibisi yang baik menyebabkankebutuhan air untuk benih terpenuhi sehingga prosesmetabolisme benih dapat berjalan dengan baik. Prosesmetabolisme benih yang baik menyebabkan terjadinyaperkecambahan yang baik. Skarifikasi menyebabkanterjadinya peningkatan permeabilitas kulit benih sehinggalaju imbibisi benih tinggi. Laju imbibisi yang tinggi diikutidengan penguraian cadangan makanan yang tinggi, halini ditunjukkan oleh variabel perkecambahan yang diamatiseperti daya berkecambah, kecepatan berkecambah,dan keserempakan berkecambah (Tabel 1). Peningkatanperkecambahan benih saga manis yang diskarifikasidapat dibuktikan dengan nilai bobot kering kecambahnormal yang meningkat (Tabel 1).

    Hal ini berarti dengan proses metabolisme yangbaik akan menghasilkan perkecambahan yang baikkarena benih yang berkecambah dapat memanfaatkancadangan makanan dalam benih dengan baik. Denganadanya air, oksigen akan masuk ke dalam benih danmengurai cadangan makanan yang digunakan sebagaisumber energi untuk pertumbuhan kecambah normaldalam waktu yang cepat dan serentak. Hal iniditunjukkan dari hasil benih saga manis yang diskarifikasimengalami perkecambahan yang meningkat.Peningkatan perkecambahan dapat dilihat pada variabelperkecambahan yang diamati yaitu daya berkecambah,kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah,dan bobot kering kecambah normal. Menurut Yuniarti(2002), untuk benih saga dengan perlakuan dikikirkemudian direndam dalam air dingin selama 24 jam,dapat menghasilkan nilai daya berkecambah cukup tinggiyaitu sebesar 77,33%. Hal ini berarti bahwa perendamandalam air dingin selama 24 jam setelah pengikiran benihdapat merangsang perkecambahan benih saga pohon.Hasanah dan Rusmin (2006) menyatakan bahwadormansi benih saga dapat dipecahkan dengan perlakuanskarifikasi dengan pengikisan kulit benih.Denganperlakuan tersebut, daya berkecambah benih dapatmencapai 97% dibandingkan kontrol hanya 6%.

    Benih saga manis tanpa skarifikasi tidakmengalami peningkatan bobot benih setelah dilembabkansampai 68 jam. Bobot benih cenderung konstan (stabil)sampai pada pelembaban 68 jam (Gambar 1). Hasil inimembuktikan bahwa benih saga manis mengalamidormansi kulit benih. Benih saga manis tanpa skarifikasitidak mengalami peningkatan laju imbibisi setelahdilembabkan selama 68 jam karena sifat kulit benih yangmasih tetap impermeabel, sehingga air dan gas tidakdapat masuk kedalam benih. Menurut Schmidt (2000),

    impermeabilitas benih legum disebabkan oleh dua lapisanpaling luar kulit benih yaitu kutikula dan palisade.Kutikula adalah lapisan paling luar yang berlilin danbersifat menolak air sedangkan palisade merupakanlapisan yang terdiri dari sel-sel yang panjang, sempit,terbungkus rapat, dan vertikal sehingga sulit untukdilewati air. Benih saga manis tanpa diskarifikasicenderung memiliki laju imbibisi yang konstan (stabil).

    Laju imbibisi yang terjadi setelah benihdilembabkan selama 68 jam sangat rendah sehinggakebutuhan air benih tidak terpenuhi. Rendahnya lajuimbibisi pada benih saga manis tanpa diskarifikasidisebabkan oleh sifat kulit benih saga manis yang masihimpermeabel, sehingga air dan gas tidak dapat masukke dalam benih. Air tidak masuk ke dalam benihmenyebabkan proses metabolisme benih tidak berjalandengan baik. Proses metabolisme benih yang kurangbaik menyebabkan persentase perkecambahan benihsaga manis rendah, hal ini ditunjukkan oleh rendahnyanilai variabel perkecambahan yang diamati yaitu dayaberkecambah, kecepatan berkecambah, dankeserempakan bekecambah. Nilai perkecambahan benihsaga manis tanpa skarifikasi yang rendah juga dibuktikanoleh rendahnya nilai bobot kering kecambah normal yangrendah (Tabel 1).

    KESIMPULAN

    Pola imbibisi dan perkecambahan benih sagamanis yang diskarifikasi meningkat secara linier sampaipola ini konstan pada pelembaban 24-68 jam.Perkecambahan benih saga manis yang diskarifikasi lebihtinggi dibandingkan dengan tanpa skarifikasi melaluipeningkatan daya berkecambah, kecepatanberkecambah, keserempakan berkecambah, dan bobotkering kecambah normal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, I. N. 2010. Pembuatan tablet hisap ekstraketanolik daun saga (Abrus precatorius L.) denganamilum manihot sebagai bahan pengikatmenggunakan metoda granulasi basah. Skripsi.Universitas Muhamadiyah. Surakarta. 59 hlm.

    Bewley, J.D. and M. Black. 2006. Seeds, Physiologyof Development And Germination. PlenumPress. New York. 367 p.

    Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principlesof Seed Science and Technology. KluwerAcademic Publishers. 467 p.

  • Juhanda et al.: Pengaruh Skarifikasi pada Pola Imbibisi dan Perkecambahan 49

    Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan obat tradisionaldi Indonesia menjadi fitofarmaka. DepartemenFarmakologi Fakultas Kedokteran. UniversitasIndonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 57(7):205 211.

    Hasanah, M. dan D. Rusmin. 2006. Teknologipengelolaan benih beberapa tanaman obat diIndonesia. Balai penelitian tanaman obat danaromatik.Jurnal Litbang Pertanian. 25(2):69-70.

    ISTA. 2006. International Rules for Seed Testing. TheInternational Seed Testing Association .Bassersdorf. CH-. Switzerland. 397 p.

    Purwantoro, R.S. dan Roemantyo. 1993. Konservasitempuyung dan saga manis suatu studi KebunRaya Bogor. Jurnal Warta Tumbuhan ObatIndonesia, Pusat Penelitian dan PengembanganFarmasi. 2(2): 18 20.

    Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan BenihTanaman Hutan Tropis dan Subtropis .Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral RehabilitasiLahan dan Perhutanan Sosial DepartemenKehutanan. PT Gramedia. Jakarta. 530 hlm.

    Yuniarti, N. 2002. Penentuan cara perlakuanpendahuluan benih saga pohon. JurnalManajemen Hutan Tropika. 8(2): 97-101.