pengaruh total pembiayaan dan inflasi terhadap non …eprints.walisongo.ac.id/10141/1/skripsi...

114
i PENGARUH TOTAL PEMBIAYAAN DAN INFLASI TERHADAP NON PERFORMING FINANCING BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013-2017 Skripsi Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S1 Program Studi Perbankan Syariah Oleh: DICKY ISKANDAR DZULQORNAIN AIZ NIM. 1505036047 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM S1 PERBANKAN SYARI’AH 2019

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENGARUH TOTAL PEMBIAYAAN DAN INFLASI

    TERHADAP NON PERFORMING FINANCING BANK UMUM

    SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013-2017

    Skripsi

    Untuk memenuhi sebagai persyaratan

    Mencapai derajat Sarjana S1

    Program Studi Perbankan Syariah

    Oleh:

    DICKY ISKANDAR DZULQORNAIN AIZ

    NIM. 1505036047

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    S1 PERBANKAN SYARI’AH

    2019

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Lamp : 4 (empat) eksemplar

    Hal : Naskah Skripsi

    A.n. Sdr. Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz

    Kpd. Yth.

    Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

    UIN Walisongo

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya

    bersama ini saya kirim naskah skripsi dari saudara:

    Nama : Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz

    NIM : 1505036047

    Judul Skripsi : Pengaruh Total Pembiayaan dan Inflasi Terhadap

    Non Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode

    2013-2017

    Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat

    segera dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Semarang, 31 Mei 2019

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. H. Imam Yahya, M.Ag Nurudin, S.E.,MM.

    NIP. 19700410 199503 1 001 NIP. 19900523 201503 1 004

  • iii

  • iv

    MOTTO

    ِ ئَِله اْلقَْىُم اْلَكافُِزوىَ ِ ۖ ئًِههُ ََل يَْيأَُس ِهْي َرْوِح َّللاه َوََل تَْيأَُسىا ِهْي َرْوِح َّللاه

    “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus

    asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufur” (Q.S Yusuf: 87)

    “Terkadang Allah menjauhkan dari apa yang kita kejar dengan segala daya dan upaya.

    Tapi terkadang Allah memberi hal yang luar biasa yang tak pernah kita bayangkan

    sebelumnya untuk mendapatkannya”

    (Mahfud MD)

    “Work harder when the other person sleep then you can get succes when the other

    person still struggle for their life”

  • v

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karyaku ini untuk:

    Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, rahmat dan

    kemudahan, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

    baik.

    Bapak dan Ibu yang telah merawatku sejak kecil serta mengajarkanku

    nilai-nilai kehidupan dan tidak henti-hentinya mendo’akan ku disetiap

    malam

    Bidikmisi Walisongo yang telah memberikanku kesempatan untuk dapat

    belajar di UIN Walisongo dan memberikan banyak dukungan terhadap

    proses kuliah di UIN Walisongo. Karyaku ini merupakan salah satu bentuk

    tanggung jawabku terhadap amanat yang telah diberikan kepadaku sebagai

    penerima beasiswa Bidikmisi.

    Ibu Dra. Susi Alifah yang telah membiayai beberapa tahapan

    pendidikanku, sehingga penulis dapat berada di titik ini sekarang.

    Pergerakanku PMII Rayon Ekonomi Komisariat UIN Walisongo yang

    kubanggakan

  • vi

    DEKLARASI KEASLIAN SKRIPSI

    Nama : Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz

    NIM : 1505036047

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

    Program Studi : Perbankan Syariah

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Pengaruh

    Total Pembiayaan dan Inflasi Terhadap Non Performing Financing Bank

    Umum Syariah Di Indonesia Periode 2013-2017” adalah benar-benar hasil

    karya sendiri, bukan merupakan hasil plagiasi atau duplikasi dari karya orang lain.

    Pendapat orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik

    ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil plagiasi dari

    karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    Semarang, 31 Mei 2019

    Deklarator

    Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz

    NIM.1505036047

  • vii

    ABSTRAK

    Pertumbuhan Non Performing Financing (NPF) bank syariah dalam 5

    tahun terakhir cukup besar. Bahkan beberapa bank syariah memiliki nilai rasio

    Non Performing Financing diangka dua digit. Hal ini sangat bertolak belakang

    dengan nilai pertumbuhan pembiayaan bank syariah yang mengalami kenaikan.

    Rasio Non Performing Financing yang cukup besar bisa disebabkan oleh faktor

    internal berupa pembiayaan dan faktor eksternal yaitu kondisi makro ekonomi

    salah satunya inflasi. Maka dari itu, penelitian ini mencoba untuk

    mengidentifikasi pengaruh pembiayaan dan inflasi terhadap Non Performing

    Financing bank syariah secara simultan maupun parsial. Tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui Pengaruh Pembiayaan terhadap Non Performing

    Financing Bank Umum Syariah dan Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing

    Financing Bank Umum Syariah. Periode penelitian ini adalah tahun 2013-2017.

    Penelitian ini bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah

    seluruh Bank Umum Syariah Periode 2013 sampai dengan 2017. Metode

    pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling.

    Terdapat 6 Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria sebagai sampel

    penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

    Pengujian dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear

    berganda dengan SPSS versi 24.0.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Variabel Pembiayaan

    memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF)

    dengan koefisien regresi sebesar 2,630 dan memiliki nilai signifikansi sebesar

    0,001, (2) Variabel Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Non

    Performing Financing (NPF) dengan koefisien regresi sebesar -0,072 dan

    memiliki nilai signifikansi sebesar 0,532

    Kata Kunci : Pembiayaan, Inflasi dan Non Performing Financing

  • viii

    ABSTRACT

    The growth of Non Performing Financing (NPF) syariah bank in last five years is

    too big. Some syariah bank even have Non Performing Financing ratio in two digit. This

    is very contrary with value of growth Financing syariah bank that is increased. The big

    Non Performing Financing ratio can be caused by internal factor like a financing and

    eksternal factor like a macro economic condition one of them is inflation. Therefore this

    research try to identify financing and inflation effect toward Non Performing Financing

    syariah bank simultaneously or partially. The purpose of this research is to determine

    Financing effect toward Non Performing Financing (NPF) of Syariah Bank and Inflation

    effect toward Non Performing Financing (NPF) of Syariah Bank. The period of this

    research is 2013-2017.

    This research is quanitative researh. The population of this research is all of

    Syariah Bank periode 2013 until 2017. The sampling method used is the purposive

    sampling method. There are 6 syariah bank that meet the criteria as research

    samples. The data used in this research is secondery data. Testing in this study

    used factor analysis techniques and multiple linear regression analysis with SPSS

    version 24.0.

    The result of this research showed that: (1) Financing Variabel had a

    positive significant effect toward Non Performing Financing (NPF) with coefficent regression of 2,630 and has significant value of 0,001, (2) Inflation Variabel had no

    significant effect toward Non Performing Financing (NPF) with coefficent regression of -0,072 and has significant value of 0,532

    Keyword: Financing, Inflation and Non Performing Financing

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas

    kehadirat Allah SWT yang telah limpahan segala rahmat dan hidayah-Nya. Serta

    shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Atas doa serta

    bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi

    yang berjudul “Pengaruh Total Pembiayaan dan Inflasi Terhadap Non

    Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2013-

    2017”. Penyusunan skripsi ini adalah untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1

    (S1) Program Studi Perbankan Syariah Fakulas Ekonomi Bisnis Islam

    Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

    Selama penulisan Skripsi ini penulis menyadari bahwa ada bantuan dari

    berbagai pihak baik itu berupa pengarahan, pemberian informasi, saran serta

    bimbingan yang sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan

    ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri

    Walisongo Semarang

    2. Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang sekaligus

    dosen pembimbing penulis.

    3. Ibu Hj. Nur Huda, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah

    Fakultas Ekonomi dan Bisnisi Islam Universitas Islam Negeri Walisongo

    Semarang.

    4. Bapak Nurudin, S.E., MM. selaku dosen pembimbing yang dengan

    penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis hingga skripsi

    ini dapat diselesaikan.

    5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam beserta staf karyawan

    Universitas Islam Negeri Walisongi, yang telah memberikan bekal

    berupa ilmu pengetahuan sebagai dasar penulisan skripsi ini.

    6. Ibu dan Bapak yang telah mendoakan, membantu dari segi moril maupun

    materiil, memberikan nasihat dan dorongan yang sangat besar kepada

    penulis.

    7. Teman-teman PBASB 2015 yang telah memberikan motivasi untuk

    segera menyelesaikan skripsi.

  • x

    8. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon

    Ekonomi 2015 yang telah memberikan do’a dan dorongan selama penulis

    menyelesaikan skripsi ini.

    9. Senior-senior Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon

    Ekonomi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas ilmu dan

    pengetahuan diluar perkuliahan yang sangat membantu dalam

    penyusunan skripsi ini.

    10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Perbankan Syariah Universitas Islam

    Negeri Walisongo Angkatan 2015.

    11. Semua kerabat dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

    telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam penyusunan skripsi

    ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena

    keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis mengharapkan segala bentuk saran,

    masukan serta kritik yang membangun agar usulan penelitian ini dapat lebih

    sempurna.

    Semarang, 31 Mei 2019

    Penulis,

    Dicky Iskandar Dzulqornaian Aiz

    NIM. 1505036047

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. .. iii

    HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

    HALAMAN DEKLARASI ................................................................................... vi

    HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................... vii

    ABSTRAK............................................................................................................viii

    ABSTRACT............................................................................................................. ix

    KATA PENGANTAR............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

    DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiii

    DAFTAR GRAFIK.............................................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

    1.5 Sistematika Penulisan............................................................................... 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ ..7

    2.1 Kajian Teori ............................................................................................ ..7

    2.1.1 Gambaran Umum Bank Syariah .................................................... ..7

    2.1.2 Pembiayaan Bank Syariah ............................................................. 17

  • xii

    2.1.3 Inflasi ............................................................................................. 33

    2.1.4 Non Performing Financing............................................................ 39

    2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 43

    2.3 Kerangka Pemikiran................................................................................ 47

    2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 48

    2.4.1 Pengaruh Total Pembiayaan Terhadap Non Performing Financing

    Bank Umum Syariah ........................................................................................ 48

    2.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Non Performing Financing Bank Umum

    Syariah.................................................................. ............................................ 48

    2.4.3 Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 49

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 50

    3.1 Jenis Penelitian........................................................................................ 50

    3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 50

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 51

    3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 52

    3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 52

    3.5.1 Variabel Penelitian ........................................................................ 52

    3.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 53

    3.6 Teknik Analisis Data............................................................................... 54

    3.6.1 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 54

    3.6.2 Regresi Linear Berganda ............................................................... 56

    3.6.3 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 57

    BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 60

    4.1 Deskripsi Sampel .................................................................................... 60

    4.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 60

    4.2.1 Uji Normalitas ............................................................................... 60

    4.2.2 Uji Heterokedastisitas .................................................................... 61

    4.2.3 Uji Autokorelasi ............................................................................ 62

    4.2.4 Uji Multikolinearitas ..................................................................... 63

  • xiii

    4.3 Regresi Linear Berganda......................................................................... 64

    4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................................ 65

    4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................................. 65

    4.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)...................................................... 66

    4.4.3 Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 67

    4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................................ 68

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 73

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 73

    5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 73

    5.3 Saran ....................................................................................................... 74

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75

    LAMPIRAN...........................................................................................................80

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .......................... 11

    Tabel 2.3 Kriterian Penilaian Peringkat Non Performing Financing ................... 42

    Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 45

    Tabel 4.1 Pengambilan Sampel ............................................................................. 60

    Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 61

    Tabel 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................. 62

    Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 63

    Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 64

    Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ....................................................... 65

    Tabel 4.7 Hasil Uji F ............................................................................................. 66

    Tabel 4.8 Hasil Uji T ............................................................................................. 67

    Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 68

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah...................................................... 21

    Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Musyarakah ...................................................... 22

    Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Murabahah........................................................ 23

    Gambar 2.4 Skema Pembiayaan Salam ................................................................ 24

    Gambar 2.5 Skema Pembiayaan Istishna’ ............................................................ 25

    Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Murabahah........................................................ 26

    Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Ijarah ................................................................ 27

    Gambar 2.3 Skema Pembiayaan IMBT ................................................................ 28

    Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 47

  • xvi

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1.1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah ............................................. 2

    Grafik 1.2 Pertumbuhan Non Performing Financing Bank Syariah ..................... 3

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Data Penelitian .................................................................................. 80

    Lampiran 2. Asumsi Klasik .................................................................................. 81

    Lampiran 3. Regresi Linear Berganda .................................................................. 83

    Lampiran 4. Uji Simultan (Uji F) .......................................................................... 90

    Lampiran 5. Uji Parsial (Uji T) ............................................................................. 91

    Lampiran 6. Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 97

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian

    Perkembangan dunia perekonomian di Indonesia semakin maju

    dikarenakan banyaknya permintaan terhadap kebutuhan manusia yang semakin

    kompleks. Salah satu kebutuhan tersebut adalah dalam hal keuangan. Oleh karena

    itu di era sekarang ini lembaga keuangan harus mulai beradaptasi terhadap

    kebutuhan manusia. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

    menawarkan solusi terhadap berbagai kebutuhan keuangan. Sebagai media

    perantara, bank menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus

    dana) kepada masyarakat yang kekurangan dana (defisit dana). Dari hal tersebut

    tidaklah berlebihan jika mengatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan

    kemajuan perekonomian suatu negara adalah dari kondisi lembaga keuangannya

    (Bank).

    Perkembangan perbankan pada era ini sangatlah pesat. Terbukti dengan

    munculnya inovasi dan kreasi produk-produk perbankan hingga munculnya sistem

    perbankan yang baru.1 Jika selama ini masyarakat hanya mengetahui sistem Bank

    Konvensional sekarang masyarakat mulai mengenal sistem Bank Syari’ah. Bank

    Syari’ah muncul untuk memenuhi permintaan pasar akan sistem Bank yang

    terhindar dari praktek Riba. Keraguan masyarakat akan unsur Riba dalam bunga

    bank sudah terjawab dengan dikeluarkannya Keputusan Fatwa Majelis Ulama

    Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Bunga (Intersat/Fa’idah). Dalam fatwa

    tersebut Majelis Ulama Indonesia menyebutkan bahwa bunga telah memenuhi

    kriteria sebagai transaksi ribawi. Selain menjadi jawaban terhadapa kebutuhan

    pasar, Bank Syari’ah juga merupakan implementasi konsep ekonomi syari’ah

    yang diajarkan oleh islam.

    1 Yozika dan Nurul. PENGEMBANGAN INOVASI PRODUK KEUANGAN DAN

    PERBANKAN SYARIAH DALAM MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN

    KEPUASAN NASABAH. Edunomika: Jurnal Ekonomi Islam, [S.l.], v. 1, n. 2, p. 100-107,

    august 2017.

  • 2

    Perkembangan bank syariah mulai signifikan sejak tahun 2008 setelah

    dikeluarkannya undang-undang tentang perbankan syariah. Dimulai pada tahun

    2009 berdiri Bank Bukopin Syari’ah, Bank Panin Syari’ah dan Bank BRI

    Syari’ah. Disusul pada tahun 2010 berdiri BNI Syari’ah, BJB Syari’ah, BCA

    Syari’ah, BJB Syari’ah, Maybank Syari’ah dan Bank Victoria Syari’ah. (Sri

    Nurhayati-Wasilah, 2013). Selain itu pertumbuhan pembiayaan Bank Syari’ah

    mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam kurun waktu lima tahun

    terakhir. Hal itu dapat dilihat dalam grafik berikut ini.

    Grafik 1. 1

    Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syari’ah

    Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2019

    Grafik diatas menunjukkan bahwa pembiayaan bank syariah dari tahun

    2013 hingga tahun 2017 selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata tiap

    tahunnya sebesar 11, 65% atau sekitar 25. 393 milyar rupiah. Peningkatan

    tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 16, 43% yaitu dari 212. 996 milyar

    rupiah pada tahun 2015 menjadi 248.007 milyar rupiah pada tahun 2016.

    Peningkatan tersebut semakin membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat

    terhadap sistem akad Bank Syari’ah semakin besar. Namun pertumbuhan tersebut

    184,120 199,330 212,996

    248,007 285,695

    2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7

    Pembiayaan Bank Syari'ah (dalam miliaran rupiah)

  • 3

    tidak diikuti dengan pengelolaan pembiayaan macet yang ditimbulkan dari resiko

    pembiayaan.

    Pembiayaan macet (Non Performing Financing) bank syariah tidak

    mencatatkan performa yang baik dalam kurun 5 tahun terakhir. Hal ini dapat

    dilihat dalam grafik dibawah ini.

    Grafik 1. 2

    Pertumbuhan Non Performing Financing Bank Syariah

    Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2019

    Pada grafik diatas menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara

    NPF Bank Syari’ah dengan NPL Bank Konvensional. Peningkatan NPF bank

    syariah yang tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,3% dari 2,65% pada

    tahun 2013 menjadi 4,95% pada tahun 2014. Setelah tahun 2014 NPF Bank

    Syari’ah tetap berada dikisaran 4%. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena

    berada dekat pada batas maksimal NPF yang telah ditetapkan oleh BI dan OJK

    yaitu sebesar 5%. Sedangkan Bank Konvensional masih bisa menjaga NPLnya di

    kisaran 3% meskipun mengalami peningkatan setiap tahunnya.

    2.65

    4.95 4.84

    4.42 4.76

    1.77 2.16

    2.49

    2.93 3.09

    2013 2014 2015 2016 2017

    NPF Bank Syariah NPL Bank Konvensional

  • 4

    Non Performing Financing (NPF) merupakan masalah utama pada bank.

    Bank sebagai lembaga intermediate dituntut bisa memutarkan uang sebaik

    mungkin melalui skema funding dan landing. NPF (pembiayaan macet)

    mengakibatkan perputaran uang dalam bank terganggu. Hal ini dikarenakan dana

    yang seharusnya dikembalikan oleh nasabah melalui skema pembiayaan tidak

    dapat dikembalikan, sehingga mengganggu perputaran uang di bank. Permasalaha

    ini sudah mulai disadari oleh bank-bank didunia. Sehingga bank-bank didunia

    mengadakan sebuah konferensi yang dihadiri seluruh bank sentral didunia pada

    tahun 1988 di Basel Swiss. NPF (pembiayaan macet) pada waktu itu menjadi

    salah satu topik utama dalam pembahasan. Dalam konferensi tersebut disepakati

    bahwa untuk mengantisipasi resiko kredit maka bank perlu mencadangkan

    modalnya sebesar 8% dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko).2

    Faktor yang mempengaruhi Non Performing Financing terbagi menjadi 2

    yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal salah satunya berupa

    bentuk perjanjian akad bank seperti uraian sebelumnya. Sedangkan Faktor

    Eksternal yaitu kondisi makro ekonomi salah satunya adalah inflasi. Inflasi

    merupakan gejala dari kondisi overheating ekonomi sebuah negara dikarenakan

    terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat. Inflasi mengakibatkan kenaikan

    harga-harga komoditas sehingga membuat daya beli masyarakat turun.

    Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar

    pengaruh faktor internal dan eksternal NPF dengan menggunakan variabel

    pembiayaan dan inflasi. Sehingga penulis mencoba melakukan penelitian dengan

    judul “Pengaruh Total Pembiayaan dan Inflasi terhadap Non Performing

    Financing Bank Umum Syari’ah di Indonesia Periode 2013-2017”.

    2 Effendi, Tyas Utaminingrum (2018) ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK

    TERHADAP CAPITAL BUFFER PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA. S1 Skripsi,

    Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta

  • 5

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah yang ingin

    diangkat dalam penelitian ini yaitu:

    1. Bagaimana pengaruh total pembiayaan terhadap Non Performing

    Financing Bank Umum Syariah di Indonesia?

    2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing Bank

    Umum Syariah di Indonesia?

    3. Bagaimana pengaruh total pembiayaan dan inflasi secara simultan

    terhadap Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total pembiayaan terhadap Non

    Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia.

    2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Non Performing

    Financing Bank Umum Syariah di Indonesia.

    3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total pembiayaan dan Inflasi

    secara simultan terhadap Non Performing Financing Bank Umum Syariah

    di Indonesia

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Bagi Penulis

    Diharapkan dapat menambah pemahaman penulis tentang

    perbankan syari’ah terkhusus masalah pengaruh pembiayaan dan inflasi

    terhadap Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syari’ah.

    2. Bagi Bank Syari’ah

    Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan

    serta saran dan masukan pada bank syari’ah dalam mengambil keputusan

    terkait resiko pembiayaan agar bisa meminimalisir terjadinya pembiayaan

    macet.

  • 6

    3. Bagi Akademisi

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan mengenai Bank Syari’ah dan juga

    diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta referensi bagi peneliti

    selanjutnya.

    4. Bagi Stakeholder

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

    stakeholder untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil

    kebijakan atau keputusan investasi.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Untuk bisa memahami struktur penulisan penelitian, maka disusun

    sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN berisi tentang Latar Belakang, Rumusan

    Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan

    BAB II KAJIAN PUSTAKA berisi tentang Kajian Teori, Penelitian

    Terdahulu, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

    BAB III METODE PENELITIAN berisi tentang Jenis dan Sumber Data,

    Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Variabel Penelitian

    dan Definisi Operasional, dan Teknik Analisis Data.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN berisi tentang Hasil Pengujian

    Instrumen, Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.

    BAB V PENUTUP berisi tentan kesimpulan yang dapat diambil dalam

    seluruh proses penelitian dan saran yang bisa diambil oleh lembaga terkait dan

    peneliti selanjutnya.

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Gambaran Umum Bank Syariah

    A. Pengertian Bank Syariah

    Bank pada dasarnya adalah sebuah lembaga penghimpun dana dari

    masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dana tersebut ke masyarakat

    kembali dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain lembaga intermediasi.

    Dalam UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah disebutkan bahwa

    negara indonesia adalah negara yang memiliki 2 sistem perbankan yaitu

    perbankan konvensional dan perbankan syari’ah. Definis bank syari’ah menurut

    UU No. 21 tahun 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan

    prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama

    Indonesia. Sedangkan definisi bank syari’ah menurut para ahli adalah sebagai

    berikut:

    1. Siamat Dahlam

    Menurut Siamat Dahlam, bank syariah merupakan bank yang

    menjalankan usaha perbankan dengan berdasar ataupun memperhatikan

    prinsip – prinsip syariah yang tertuang di dalam Al-Qur’an dan Hadist.3

    2. Schaik

    Menurut Scahik, definisi bank syariah adalah suatu bentuk dari

    bank modern yang berlandaskan hukum-hukum agama islam, yang

    dikembangkan pada abad pertengahan islam dengan jalan menggunakan

    konsep bagi hasil dan bagi resiko sebagai sistem utama dan menghapuskan

    3 Dahlan Siamat, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan, LPFEUI, Jakarta, hlm.87

  • 8

    sistem keuangan yang dilandasi dengan anggapan kepastian keuntungan

    yang telah ditentukan sebelumnya.4

    3. Sudarsono

    Menurut Sudarsono, bank syariah merupakan salah satu lembaga

    keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa perbankan lainnya

    di dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang yang beroperasi

    dengan berdasarkan prinsip-prinsip agama islam atau pun prinsip syariah.5

    Ketiga ahli diatas memiliki pandangan yang berbeda dalam

    mendefinisikan bank syari’ah, akan tetapi menekankan hal yang sama dalam

    definisinya yaitu: Lembaga keuangan bank yang menjalankan operasionalnya

    dengan prinsip syari’at islam.

    B. Sejarah Bank Syari’ah di Indonesia

    Rencana pendirian bank syari’ah di Indonesia pada awalnya sudah dimulai

    sejak awal periode 1980-an oleh beberapa tokoh penting yaitu Karnaen A.

    Perwataatmadja, M. Dawan Rahardjo, A. M Saefuddin, M. Amin Azis, dll.

    Pada tahun itu telah dilakukan beberapa uji coba salah satunya adalah pendirian

    Baitul Tamwil Salman di Bandung yang sempat berkembang dengan baik. Di

    Jakarta juga dibangun Koperasi Syari’ah Ridho Gusti.

    Pada tahun 1990 Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) mulai mempelopori

    berdirinya Bank Syari’ah dengan menyelenggarakan Loka Karya Bunga Bank dan

    Perbankan di Cisarua, Bogor. Hasil Loka Karya tersebut kemudian menjadi topik

    bahasan utama pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung pada

    tanggal 22-25 Agustus 1990 di Hotel Sahid Jakarta.6 Pada musyawarah tersebut

    4 Sujarwo, Makmur dan Sari, Adi Inayah, Customer Developing In Using the Islamic

    Banking Product at Bank Syariah Mandiri Tbk, Tegal Branch, Benefit: Jurnal Manajemen dan

    Bisnis; Volume 2 No 1 Juni 2017 5 Heri Sudarsono, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan Ilustrasi,

    Ekosoria, Yogyakarta, hlm.29 6 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di

    Indonesia, Erlangga, Jakarta, hlm.20

  • 9

    dibentuk kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan

    pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait untuk berdirinya bank

    syari’ah di masa mendatang.

    Tim Perbankan MUI kemudian berhasil mendirikan Bank Syari’ah

    pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dengan akte pendirian PT.

    Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 November 1991. Pada awal pendirian

    terkumpul komitmen pembelian saham sebesar RP.106.126.382.000,00. Baru

    pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi.

    Perkembangan bank muamalat pada waktu itu belum bisa mendapat perhatian

    optimal karena landasan hukum yang digunakan yaitu UU No.7 tahun 1992 hanya

    memperbolehkan operasional bank syariah berdasarkan bagi hasil. Sehingga

    sangat sulit bagi bank syariah untuk mengembangkan produknya.

    Pada era reformasi Landasan hukum bank syariah diperbarui dengan UU

    No.10 tahun 1998. Dengan diberlakukannya Undang-Undang ini, maka bangsa

    Indonesia mulai masuk dalam era dual banking system.7 Dalam unduang-undang

    tersesbut bank syari’ah baru diatur dengan rinci terkait landasan hukum serta jenis

    usaha yang dapat dioperasikan oleh bank syariah. Pada era ini mulai berdiri Bank

    Syari’ah Mandiri pada tahun 1999 setelah sebelumnya bernama Bank Susila Bakti

    oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota

    Presasi.

    Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia baru mulai pesat pada tahun

    2008 yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang

    Perbankan Syari’ah pada waktu itu muali bermunculan Bank-bank Syari’ah yang

    baru seperti BRI Syari’ah, Bank Bukopin Syari’ah, Bank Panin Syari’ah dll.

    Dalam pasal 2 UU No 21 tahun 2008 disebutkan bahwa Perbankan Syariah dalam

    melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi,

    dan prinsip kehati-hatian. Kemudian dalam pasal 3 disebutkan bahwa perbankan

    syari’ah bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam

    rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan

    7 Amir Machmud dan Rukmana, loc.cit.

  • 10

    rakyat.8Sehingga sekarang jumlah bank syari’ah yang tercatat oleh OJK per 1

    september sejumlah 14 Bank dengan 1.862 kantor yang tersebar diseluruh

    Indonesia.

    C. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

    Meskipun sama-sama sebagai sebuah Lembaga Intermediasi

    keuangan.Akan tetapi Bank Syari’ah dan Bank Konvensional memiliki banyak

    perbedaan.Menurut pakar keuangan dan perbankan syari’ah terkemuka

    Dr.Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan perbedaan mendasar antara Bank

    Syariah dengan Bank Konvensional adalah sebagai berikut:9

    1. Akad dan Aspek Legalitas

    Dalam perbankan syariah akad/persetujuan pada bank memiliki

    konsekuensi duniawi dan ukhrowi yaitu pertanggung jawaban terhadap

    tuhan.Berbeda dengan bank konvensional yang hanya memiliki

    konsekuensi duniawi saja.

    2. Lembaga Penyelesai Sengketa

    Apabila terjadi perselisihan antara nasabah dengan Bank Syariah,

    maka Bank Syariah tidak menyelesaikan sengketa tersebut di peradilan

    agama seperti pada halnya bank konvensional.Akan tetapi Bank Syariah

    akan menyelesaikannya sesuai dengan materi dan prinsip syari’ah yaitu di

    Bandan Arbitrase Nasional (BASYARNAS).

    3. Struktur Organisasi

    Pada dasarnya bank syariah memiliki struktur yang sama dengan

    bank konvensional seperti komisaris,direksi dll.Akan tetapi berbeda

    dengan bank konvensioanal bank syari’ah mempunyai Dewan Pengawas

    Syariah yang bertujuan untuk mengawasi operasional bank syariah agar

    tidak melanggar hukum syariah.

    4. Bisnis/Usaha yang Dibiayai

    8Khotibul Umam,2016,Perbankan Syariah Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya

    di indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.58 9 M. Syafii Antonio, op.cit hlm.29

  • 11

    Bank syariah tidak bisa sembarang mensetujui pembiayaan yang

    diajukan nasabah.Bank Syariah hanya diperbolehkan untuk membiayai

    bisnis/usaha yang baik dan halal.

    5. Lingkunga Kerja

    Bank syariah memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan

    syariah.Dalam hal etika contohnya sifat amanah dan shidiq harus dimiliki

    oleh setiap karyawan sesuai dengan ajaran islam dalam

    bermuamalah.Begitu juga dalam hal berpakaian, karyawan bank syariah

    harus berpakaian rapi,bersih dan menutup aurat sesuai dengan ajaran

    islam.

    Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional selengkapnya dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel 2. 1

    Tabel Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

    No Aspek Bank Syariah Bank Konvensional

    1. Hukum Berdasarkan Syariat Islam Berdasarkan hukum

    positif yang ada di

    Indonesia

    2. Investasi Jenis usaha yang halal

    saja

    Semua jenis usaha

    3. Orientasi Profit and sosial oriented Profit oriented

    4. Keuntungan Bagi hasil,Margin dan

    ujrah

    Bunga

    5. Hubungan

    nasabah dan bank

    Kemitraan Kreditur dan Debitur

    6. Dewan Pengawas Ada Tidak ada

    Sumber: Antonio (2001:34)

    D. Prinsip Operasional Bank Syariah

    Pada dasarnya hal yang membedakan bank syariah dengan bank

    konvensional terdapat pada prinsip operasionalnya. Bank syariah memiliki rambu-

  • 12

    rambu atau larangan tertentu dalam melaksanakan usahanya. Dalam

    operasionalnya bank syariah harus terhindar dari unsur MAGHRIB (Maisir,

    Gharar dan Riba).Maisir adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa

    kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa kerja10

    dan Gharar menurut imam

    syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita (tidak

    dikehendaki). Sedangkan Riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok

    secara bathil.11

    Untuk terhindar dari MAGHRIB, maka bank syariah menggunakan

    prinsip-prinsip pokokberikut dalam operasionalnya:

    1. Prinsip Titipan/Simpanan (Al-Wadi’ah)

    Al Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari suatu pihak

    ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

    dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.12

    Prinsip Al-Wadi’ah

    berlandaskan pada Q.S Al Baqarah ayat 283 yang berbunyi:

    ... ََربهہٗ فَاِۡى اَِهَي بَۡعُعُکۡن بَۡعًعا فَۡليَُإدِّ الهِذی اۡؤتُِوَي اََهاًَتَٗہ َو ۡليَتهِق َّللّاہ ...

    Artinya: jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka

    hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan

    hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya (Q.S Al Baqarah ayat 283)

    2. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

    Prinsip bagi hasil (Syirkah) dalam perbankan syariah biasanya

    dilakukan dengan 2 akad utama yaitu musyarakah dan

    mudharabah.Pengertian Musyarakah yaitu akad kesepakatan antara dua

    orang atau lebih untuk mendirikan suatu usaha dimana masing-masing

    pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan

    dan resiko akan ditanggung sesuai kesepakatan.13

    Sedangkan mudharabah

    yaitu akad kerja sama usaha antara dua orang pihak dimana pihak pertama

    10

    Mardani, 2015, HUKUM SISTEM EKONOMI ISLAM, Jakarta:Rajawali Pers, hlm.107 11

    Abdul Ghafur Anshori, 2008, Aspek Hukum Reksadana Syariah di Indonesia, Refika

    Adiama, Bandung,hlm.11 12

    M. Syafii Antonio, op.cit hlm.85 13

    Ibid., hlm.90

  • 13

    (Shahibul Mal) menyediakan seluruh modal, sedangakan pihak lainnya

    (mudharib) sebagai pengelola usaha.14

    Prinsip Syirkah berlandaskan pada

    Q.S. Shad ayat 24 yang berbunyi:

    تِ .... لَِحہ َي ٱْلُخلَطَآِء لَيَْبِغى بَْعُعهُْن َعلَىہ بَْعٍط ئَِله ٱلهِذيَي َءاَهٌُى۟ا َوَعِولُى۟ا ٱلصهہ َوئِىه َكثِيًزا هِّ

    Artinya: Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat

    itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali

    orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. (Q.S. Shad

    ayat 24)

    3. Prinsip Jual Beli (Bai’)

    Bai’ adalah tukar menukar harta dengan jalan suka sama suka (an-

    tharadhin) atau memindahkan kepemilikan dengan adanya penggantian

    dengan prinsip tidak melanggar syariah.15

    Prinsip bagi hasil (bai’) dalam

    bank syariah biasanya digunakan dalam akad murabahah, salam dan

    istishna’.

    Murabahah yaitu akad jual beli antara dua orang atau lebih yang

    mana harga pokok diketahui kedua belah pihak dengan tambahan (margin)

    keuntungan sesuai kesepakatan.

    Salam yaitu akad jual beli yang mana pemberian barang dilakukan

    kemudia hari, sedangkan pembayaran dilakukan di awal akad.

    Istishna’ yaitu akad jual beli pembuatan barang yang mana, penjual

    membuatkan barang sesuai dengan spesifikasi pembeli dengan

    pembayaran bisa diawal ataupun diakhir sesuai kesepakatan.16

    Prinsip Bai’ berlandaskan pada Q.S. Al Baqarah ayat 275 yang

    berbunyi:

    ۟ا ۚ... بَىہ َم ٱلزِّ ُ ٱْلبَْيَع َوَحزه ...َوأََحله ٱَّلله

    Artinya: ...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

    riba.. (Q.S.Al Baqarah: 275)

    14

    Ibid., hlm.95 15

    Mardani, 2015, HUKUM SISTEM EKONOMI ISLAM, Jakarta:Rajawali Pers, hlm.167 16

    M. Syafii Antonio, op.cit hlm.113

  • 14

    4. Prinsip Sewa

    Prinsip sewa diimplementasikan bank syariah dalam akad

    Ijarah.Menurut Fatwa DSN MUI, Ijarah adalah pemindahan hak guna

    (manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran

    sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.17

    Prinsip Sewa berlandaskan pada Q.S.Al Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

    ٌْهَُوا َوتََشاُوٍر فَََل ُجٌَاَح َعلَْيِهَوا ۗ َوئِْى أََرْدتُْن أَْى تَْستَْزِظُعىا أَْوََلَدُكْن فَََل فَاِْى أََراَدا فَِصاًَل َعْي تََزاٍض ِه

    َ َوا َ بَِوا تَْعَولُىَى بَِصيز ُجٌَاَح َعلَْيُكْن ئَِذا َسلهْوتُْن َها آتَْيتُْن بِاْلَوْعُزوِف ۗ َواتهقُىا َّللاه ْعلَُوىا أَىه َّللاه

    Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

    tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut

    yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah

    Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S.Al Baqarah:233)

    Yang menjadi dalil dalam ayat tersebut adalah ungkapan “apabila

    kamu memberikan pembayaran yang patut”. Ungkapan tersebut

    menunjukkan adanya kewajiban pembayaran upah/fee yang sepantasnya

    untuk seseorang yang telah melaksanakan kewajibannya.

    E. Produk Bank Syari’ah

    Pada dasarnya produk bank syariah dapat diklasifikasikan menjadi 3

    bagian yaitu:

    1. Penghimpunan Dana (Funding)

    a. Tabungan

    Tabungan adalah jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat

    dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat

    ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan oleh

    itu.18

    Produk tabungan ini menggunakan prinsipwadi’ahdan mudharabah.

    17

    Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah 18

    Khotibul Umam,2016,Perbankan Syariah Dasar-Dasar dan Dinamika

    Perkembangannya di Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, hlm.88.

  • 15

    Adapun landasan hukum produk tabungan bank syariah adalah Fatwa

    DSN No.02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.

    b. Deposito

    Dalanm pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008,

    deposito didesinisikan sebagai investasi dana berdasarkan akad

    mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

    syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

    berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank Syariah /

    UUS.Akad yang digunakan dalam produk dapat menggunakan akad

    mudharabah muthlaqah maupun mudharabah muqayyadah.Mudharabah

    Muthlaqah adalah akad mudharbah yang mana nasabah membebaskan

    pihak bank dalam menggunakannya dananya.Sedangkan Mudharabah

    Muqayyadah adalah akad mudharabah yang mana nasabah memberikan

    batasan terhadap usaha yang akan dipilih bank dengan menggunakan

    dananya.

    Landasan hukum pelaksanaan produk deposito bank syariah adalah

    Fatwa DSN No.03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito. Dalam transaksi

    ini nasabah bertindak sebagai sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan

    bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

    c. Giro

    Giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan

    setiap saat dengan menggunkan cek, bilyet giro, sarana perintah

    pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.19

    Produk giro

    bank syariah menggunakan akad wadi’ah dan mudharabah. Adapun

    landasan hukum pelaksanaan giro bank syariah adalah Fatwa DSN

    No.01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro.

    19

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

  • 16

    2. Penyaluran Dana (Landing)

    Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar

    produk pembiayaan syariah terbagi kedalam 3 kelompok yaitu:20

    a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

    b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

    c. Pembiayaan dengan prinsip sewa

    Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ditujukan untuk membiayai

    usaha yang dilakukan oleh nasabah. Dikarenakan menggunakan prinsip

    bagi hasil, maka keuntungan yang diperoleh bank tidak pasti (uncertainty)

    tergantung pada kondisi usaha nasabah. Bahkan bisa jadi bank

    menanggung kerugian selama kerugian tersebut bukan merupakan

    kelalaian nasabah.

    Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memenuhi

    keinginan nasabah dalam memiliki sesuatu atau untuk memenuhi

    kebutuhan nasabah sehari-hari (konsumtif). Keuntungan yang diperoleh

    bank dalam pembiayaan ini bersifat pasti (certainty). Hal ini dikarenakan

    prinsip jual beli menggunakan tambahan (margin) sebagai keuntungan

    disepakati diawal akad dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual

    oleh bank.

    Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk memenuhi

    kebutuhan nasabah akan jasa dalam kurun waktu tertentu. Keuntungan

    yang diperoleh bank dalam pembiayaan ini adalah berupa ujrah

    (sewa).Berbeda dengan margin, besaran ujrah/sewa dapat dirubah

    sewaktu-waktu oleh bank berdasarkan pertimbangan tertentu.

    d. Produk Jasa

    1) Jual Beli Valuta Asing

    Pelaksanaan jual beli valuta asing pada bank syariah menggunakan

    akad sharf. Dalam jual beli ini bank harus melakukan proses jual beli

    20

    Adhiwarman Karim, 2014, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Raja Grafindo,

    Jakarta, hlm. 97

  • 17

    pada waktu yang sama (spot). Hal ini dimaksudkan untuk terhindar

    dari gharar.

    2) Safe Deposit Box

    Safe Deposit Box adalah penyewaan kotak simpanan harta atau

    surat-surat berharga yang dirancang secara khusus. Bank akan

    mendapatkan ujrah / imbalan sewa dari jasa tersebut.

    2.1.2 Pembiayaan Bank Syariah

    A. Pengertian Pembiayaan

    Pengertian Pembiayaan menurut Kamus Pintar Ekonomi Syariah adalah

    penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi

    bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan dan musyarakah, transaksi sewa-

    menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah

    bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk murabahah salam dan istishna’,

    transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ujrah.21

    Menurut UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dalam Pasal 1 nomor

    12 disebutkan bahwa “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan

    uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

    untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

    dengan imbalan atau bagi hasil.

    Pembiayaan pada bank konvensional disebut dengan loan, sedangkan pada

    bank syariah disebut dengan financing. Keuntungan yang diperoleh bank

    konvensional berdasarkan bunga/interest yang mereka patok. Sementara pada

    bank syariah keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pembiayaan berupa nisbah

    bagi hasil, margin dan ujrah tergantung pada akad yang digunakan.

    21

    Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,

    Jakarta hlm.145

  • 18

    B. Jenis-Jenis Pembiayaan

    Berdasarkan keperluannya, pembiayaan bank syari’ah dapat dikategorikan

    menjadi berikut:22

    1. Pembiayaan Modal Kerja

    Pembiayaan Modal Kerja adalah Pembiayaan jangka pendek yang

    diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja

    usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.23

    Jangka waktu untuk

    pembiayaan modal kerja paling lama adalah satu tahun dan dapat

    diperpanjang sesuai kebutuhan. Pembiayaan modal kerja biasa digunakan

    perusahaan untuk mengatasi masalah likuiditas, piutang dan keterbatasan

    persediaan atau perdagangan

    2. Pembiayaan Investasi

    Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau

    panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:24

    a. Pendirian Proyek Baru yaitu pendirian atau pembangunan

    proyek/pabrik dalam rangka usaha baru.

    b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama yang sudah

    rusak dengan mesin atau peralatan baru yang lebih baik.

    c. Modernisasi, yaitu penggantian menyeluruh mesin/peralatan yang

    telah ada dengan mesin/peralatan yang lebih berteknologi tinggi atau

    modern.

    d. Ekspansi, yaitu Penambahan komponen perusahaan baik mesin,

    peralatan atau bahkan tempat usaha baru guna memperoleh pangsa

    pasar yang lebih luas.

    e. Relokasi Proyek, yaitu pemindahan unit usaha dikarenakan alasan

    tertentu guna untuk menyelamatkan usaha atau untuk memperoleh

    hasil yang lebih baik.

    3. Pembiayaan Konsumtif Syariah

    22

    Adhiwarman karim, op.cit hlm.231 23

    Ibid., hlm.234 24

    Ibid., hlm.237

  • 19

    Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan dalam

    rangka untuk memenuhi kebutuhan individu baik kebutuhan barang

    ataupun jasa dalam kehidupan sehari-hari. Pembiayaan konsumtif dalam

    bank syariah biasa menggunakan akad murabahah, ijarah, IMBT, dan

    istishna’.

    4. Pemiayaan Sindikasi

    Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih

    dari satu lembaga keuangan bank untuk membiayai projek tertentu.25

    Pembiayaan ini biasanya dilakukan untuk membiayai proyek yang nilainya

    sangat besar. Sehingga untuk meminimalisir resiko diperlukan kerja sama

    antar lembaga keuangan untuk membiayai proyek tersebut. Pembiayaan

    sindikasi memiliki 3 bentuk pembiayaan yaitu:

    a. Lead SyndicationadalahPembiayaan suatu proyek yang dilakukan

    oleh beberapa bank secara bersama-sama dengan salah satu bank

    sebagai pemimpin proyek. Dalam pembiayaan ini bank

    mengeluarkan modal dengan proporsinya masing-masing. Modal

    tersebut kemudian dilebur sehingga kerugian dan keuntungan

    proyek akan ditanggung bersama sesuai dengan proporsi

    modalnya. Pemimpin pembiayaan sindikasi biasanya menyetorkan

    modal yang lebih besar dari pada anggota sindikasi lain.

    b. Club Deal adalah Pembiayaan suatu proyek oleh beberapa bank

    secara bersama-sama tanpa disertai dengan peleburan modal

    sehingga antara bank satu dengan bank lainnya tidak memiliki

    hubungan kerja sama bisnis secara langsung. Dalam pembiayaan

    ini masing-masing bank membiayai satu bidang yang berbeda

    dalam proyek tersebut. Sehingga keuntungan dan kerugian bank

    akan ditanggung masing-masing berdasarkan bidang yang mereka

    biayai.

    25

    Binti Nur Aisyah, 2015, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Kalimedia, Yogyakarta,

    hlm. 21

  • 20

    c. Sub Syndication adalah bentuk sindikasi yang terjadi antara satu

    bank dengan salah satu bank anggota sindikasi dan kerja sama

    bisinis antar mereka berdua tidak memiliki hubungan langsung

    dengan peserta sindikasi lain.26

    Hal ini kemungkinan terjadi apabila

    salah satu bank sindikasi tidak dapat memenuhi proporsi modal

    yang telah disepakati dalam sindikasi, sehingga anggota bank

    sindikasi tersebut membentuk sub sindikasi dengan bank lainnya

    guna untuk memenuhi proporsi modal yang telah disepakati.

    C. Produk Pembiayaan

    Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, produk pembiayaan pada bank

    syariah dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan prinsip yang

    digunakan.yaitu:

    1. Prinsip Bagi Hasil

    a. Pembiayaan Mudharabah.

    Produk pembiayaan mudharabah ditujukan untuk pembiayaan

    yang bersifat produktif. Bank akan membiayai kebutuhan modal kerja

    nasabah. Dalam pembiayaan ini nasabah berposisi sebagai mudharib

    (pengelola dana) sedangkan bank sebagai shahibul mal (pemilik dana).

    Pelaksanaan pembiayaan mudharabah dapat dilihat dalam gambar

    2.1 dibawah ini.

    26

    Ibid.,hlm.23

  • 21

    Gambar 2.1

    Skema Pembiayaan Mudharabah

    Sumber: Antonio (2001:98)

    Dalam skema diatas, nasabah yang mengajukan pembiayaan

    kepada bank memilik keahlian dalam bidang usaha tertentu.Kemudian

    bank sebagai pemilik dana membiayai seluruh modal yang dibutuhkan

    nasabah dalam membangun usaha yang dikuasai.Nasabah dan Bank

    Syariah kemudian menyepakati tentang nisbah bagi hasil keuntungan

    usaha.Ketika usaha tersebut menghasilkan keuntungan, maka

    keuntungan dibagi sesuai dengan porsi nisbah bagi hasil.Akan tetapi

    apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut bukan merupakan

    kelalaian dari nasabah dalam mengelola, maka kerugian 100%

    ditanggung oleh bank.Selain memberikan bagi hasil nasabah juga

    berkewajiban mengembalikan modal pokok yang dikeluarkan oleh

    bank.

    Landasan hukum pembiayaan mudharabah berdasarkan Peraturan

    Bank Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan

    Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran

    Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum

  • 22

    tentang pelaksanaan pembiayaan mudharabah telah diatur dalam

    Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

    Mudharabah (Qiradh).

    b. Pembiayaan Musyarakah

    Pembiayaan musyarakah biasanya ditujukan untuk nasabah yang

    sudah memiliki usaha, akan tetapi membutuhkan tambahan modal

    kerja untuk kemajuan usaha nasabah. Meskipun begitu, tidak menutup

    kemungkinan juga pembiayaan ini diberikan kepada nasabah yang

    baru ingin membangun usahanya.

    Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah dapat dilihat dalam gambar

    2.2 dibawah ini:

    Gambar 2.2

    Skema Pembiayaan Musyarakah

    Sumber: Antonio (2001:94)

    Dalam skema diatas nasabah yang mengajukan pembiayaan sudah

    memiliki dana dan keahlian.Akan tetapi dana yang dimiliki belum

    mencukupi atau mungkin bisa saja nasabah sudah mempunyai usaha

    dan ingin mengembangkannya lagi,maka dari itu nasabah

    memperlukan modal tambahan.Nasabah mengajukan pembiayaan

  • 23

    musyarakah ke bank.Nasabah dan Bank sama-sama menyetorkan

    modal untuk menjalankan usaha.Usaha yang telah dibentuk dikelola

    oleh nasabah.Keuntungan yang dihasilkan dari usaha tersebut

    kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati, begitu

    juga sebaliknya ketika usaha tersebut mengalami kerugian.Selain

    menyetorkan nisbah bagi hasil, nasabah juga wajib mengembalikan

    modal pokok yang diberikan oleh bank.

    Landasan hukum pembiayaan musyarakah berdasarkan Peraturan

    Bank Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan

    Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran

    Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum

    tentang pelaksanaan pembiayaan musyarakah telah diatur dalam

    Fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

    Musyarakah.

    2. Prinsip Jual Beli

    a. Pembiayaan Murabahah

    Pada dasarnya pembiayaan Murabahah ditujukan untuk kebutuhan

    konsumtif, meskipun tidak menutup kemungkinan juga pembiayaan

    ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan produktif nasabah.

    Pembiayaan murabahah produktif biasa digunakan untuk membiayai

    kebutuhan jangka pendek perusahaan nasabah seperti pengadaan

    barang baku atau penolong.27

    Pelaksanaan pembiayaan Murabahah dapat dilihat pada gambar

    2.3 dibawah ini.

    27

    M. Syafii Antonio, op.cit hlm.164

  • 24

    Gambar 2.3

    Skema Pembiayaan Murabahah

    Sumber: Antonio (2001:107)

    Nasabah mengajukan pembiayaan murabahah kepada bank untuk

    membelikan barang tertentu.Bank dan nasabah menyepakati margin

    (tambahan) keuntungan bank dan syarat-syarat lain.Setelah disetujui

    bank, bank akan membelikan barang yang diinginkan nasabah melalui

    suplier.Suplier akan mengirimkan barang tersebut ke nasabah.Setelah

    barang diterima, nasabah wajib membayar harga pokok plus margin

    kepada bank secara angsuran.

    Landasan hukum pembiayaan murabahah berdasarkan Peraturan

    Bank Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan

    Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran

    Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum

    tentang pelaksanaan pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa

    DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan murabahah.

    b. Pembiayaan Salam

    Dalam pembiayaan salam spesifikasi barang, waktu dan tempat

    penyerahan harus jelas agar tidak terjadi masalah dikemudian

    hari.Berbeda dengan murabahah, posisi nasabah dan bank justru

    sebaliknya.Bank bertindak sebagai pembeli sedangkan Nasabah

  • 25

    bertindak sebagai penjual.Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk

    pembiayaan pertanian ataupun industri.28

    Pelaksanaan Pembiayaan Salam dapat dilihat pada Gambar2.4

    dibawah ini.

    Gambar 2.4

    Skema Pembiayaan Salam

    Sumber: Antonio (2001:113)

    Contoh dalam hal pertanian.Dalam skema tersebut pertama

    nasabah mengajukan pembiayaan untuk pembelian bibit.Bank akan

    mengarahkan nasabah untuk pembiayaan salam.Nasabah dan Bank

    bernegosiasi untuk kesepakatan harga, waktu dan tempat

    penyerahan.Setelah disepakati, bank akan membayar hasil pertanian

    nasabah dengan uang dibayar dimuka.Sedangkan hasilnya akan

    diserahkan nanti sesuai kesepakatan.Kemudian bank akan menjual

    hasil pertanian tersebut diperusahaan rekanan dengan mengambil

    keuntungan.

    Landasan hukum pembiayaan salam berdasarkan Fatwa DSN

    No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan salam.Adapun

    ketentuan umum tentang pelaksanaan pembiayaan salam telah diatur

    28

    Ibid.,hlm.165

  • 26

    dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.10/14/DPbs tertanggal

    17 Maret 2008 tentang implementasi akad salam dalam produk

    pembiayaan.

    c. Pembiayaan Istishna’

    Pembiayaan istishna’ biasanya digunakan untuk membiayai proyek

    manufaktur, baik yang bersifat produktif maupun konsumtif.

    Pelaksanaan pembiayaan istishna’ dapat dilihat pada gambar 2.5

    dibawah ini

    Gambar 2.5

    Skema Pembiayaan Istishna’

    Sumber: Antonio (2001:115)

    Dalam pembiayaan manufaktur.Nasabah mengajukan pembiayaan

    untuk pembangunan rumah dengan desain spesifikasi yang diinginkan

    oleh nasabah.Bank dan Nasabah menyepakati harga, waktu dan syarat

    ketentuan lain. Bank akan menghubungi perusahaan properti rekanan

    untuk membuatkan rumah dengan spesifikasi yang diinginkan

    nasabah.Pembayaran nasabah kepada bank dalam akad ini bisa

    diangsurkan selama proses pembuatan pesanan.Keuntungan yang

    https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwij1-bP35vfAhUObo8KHe8iCtwQjRx6BAgBEAU&url=http://arsippkuliah.blogspot.com/2017/04/risiko-pasar-pada-pembiayaan-istishna.html&psig=AOvVaw2zv8yJ2KlkPHTkA5suY9zy&ust=1544754052137535

  • 27

    didapat bank adalah berupa selisih harga antara yang disepakati

    dengan nasabah dan perusahaan rekanan.

    Landasan hukum pembiayaan istishna’ berdasarkan DSN

    No.06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan istishna’.Adapun

    ketentuan umum tentang pelaksanaan pembiayaan istishna’ telah

    diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.10/14/DPbs

    tertanggal 17 Maret 2008 tentang implementasi akad istishna’ dalam

    produk pembiayaan.

    3. Prinsip Sewa

    Produk pembiayaan bank syari’ah dengan prinsip sewa menyewa

    adalah Pembiayaan ijarah.Pembiayaan ijarah ditujukan untuk nasabah

    yang membutuhkan manfaat suatu barang/jasa dalam jangka waktu

    tertentu. Pelaksanaan akad ijarah dalam bank syariah dapat dilihat

    pada gambar 2.6 dibawah ini.

    Gambar 2.6

    Skema Pembiayaan Ijarah

    Sumber: Antonio (2001:119)

    Dalam skema tersebut, nasabah yang membutuhkan hak guna

    barang tertentu, menemui bank untuk mengajukan pembiayaan sewa.Bank

    dan nasabah menyepakati harga sewa (ujrah), jangka waktu dan syarat

  • 28

    ketentuan lainnya.Bank menyerahkan barang yang diinginkan nasabah

    untuk dimanfaatkan.Setelah waktu akad sewa habis, barang dikembalikan

    sepenuhnya kepada bank.

    Akad Ijarah kemudian dikembangkan lagi oleh perbankan menjadi

    Akad Ijarah muntahiyah bitamlik (IMBT) yaitu akad sewa menyewa yang

    diakhiri dengan perpindahan kepemilikan.Pengembangan akad ini

    dimaksudkan agar barang yang dimiliki bank tidak terlalu banyak,

    sehingga dapat mengurangi biaya perawatan barang.29

    Selain itu

    dikarenakan permintaan pasar terhadap produk ijarah yang bisa diakhiri

    dengan pemindahan kepemilikan.

    Pelaksanaan IMBT dapat dilihat dalam 2.7 dibawah ini.

    Gambar 2.7

    Skema Pembiayaan IMBT

    Sumber: Sartika dan Adinugraha (2016:111)

    Dalam skema diatas nasabah yang membutuhkan pembiayaan

    IMBT mengajukan pembiayaan ke bank. Bank dan Nasabah menyepakati

    ujrah dan harga barang beserta ketentuan-ketentuan lainnya.Bank membeli

    29

    Ibid., hlm.174

    https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwivlJSl7ZvfAhUGNI8KHXuFBagQjRx6BAgBEAU&url=http://dunia-keuangan.blogspot.com/2012/&psig=AOvVaw0c6J2LhFSd8bJCEMPsqBWp&ust=1544757721742764

  • 29

    objek sewa dari produsen untuk disewakan kepada nasabah.Nasabah

    berkewajiban membayar ujrah beserta cicilan harga setiap bulannya

    kepada bank.Diakhir waktu sewa, Objek sewa spenuhnya menjadi milik

    nasabah.

    Landasan hukum pembiayaan ijarah berdasarkan Peraturan Bank

    Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah

    dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta

    Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum tentang

    pelaksanaan pembiayaan ijarah telah diatur dalam Fatwa DSN

    No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaanijarah.Sedangkan untuk

    pembiayaan IMBT diatur dalam Fatwa DSN No.27/DSN-MUI/III?2002

    Tentang Pembiayaan Ijarah Muntahiyah bi Tamlik.

    D. Prinsip-prinsip penilaian pembiayaan

    Prinsip penilaian pembiayaan merupakan pedoman yang harus

    diperhatikan oleh bank syariah dalam melakukan pembiyaan. Prinsip pembiayaan

    digunakan untuk mengetahui kelayakan pembiayaan, menekan risiko akibat tidak

    terbayarnya pembiayaan dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.

    Adapun prinsip-prinsip pembiayaan tersebut adalah:30

    1. Character

    Character yaitu sifat atau perilaku nasabah pembiayaan. Hal in

    perlu ditekankan bagaimana sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang

    nasabah. Penilaian karakter digunakan untuk mengetahui sejauhmana

    kemauan calon nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willness to pay)

    sesuai perjanjian yang telah disepakati. Untuk memperoleh gambaran

    tentang karakter nasabah pembiayaan, maka dapat ditempuh langkah-

    langkah sebagai berikut:31

    Meneliti riwayat hidup calon nasabah

    30

    Binti nur aisyah, op.cit hlm.80 31

    Ibid.,hlm. 81

  • 30

    Meneliti reputasi calon nasabah

    Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana

    calon nasabah berada

    Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi atau

    berfoya-foya.

    2. Capacity

    Capacity yaitu kemampuan nasabah memperoleh laba dari usaha

    yang dijalankannya sehingga dapat mengembalikan pembiayaannya

    kepada bank dari laba yang dihasilkan. Penilaian ini sangat bermanfaat

    untuk mengetahui sejauh mana kemampuan calon nasabah untuk melunasi

    pembiayaannya secara tepat waktu, dari hasil usaha yang dilakukannya.

    Adapun pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas

    nasabah adalah sebagai berikut:

    Pendekatan historis yaitu menilai perkembangan usaha calon

    nasabah dari waktu ke waktu, apakah menunjukkan

    perkembangan yang cukup baik atau sebaliknya.

    Pendekatan yuridis yaitu apakah secara yuridis calon nasabah

    dapat mewakili untuk melakukan pembiayaan kepada bank

    atau tidak.

    Pendekatan manajerial yaitu mengetahui kemampuan calon

    nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajaemen di

    perusahaannya.

    3. Capital

    Capital yaitu kemampuan modal calon nasabah. Kemampuan

    modal calon nasabah dapat dilihat melalui struktur modal, kinerja hasil

    apabila calon nasabah tersebut adalah perorangan. Semakin besar modal

    sendiri perusahaan, maka semakin besar kepercayaan bank terhadapa calon

    nasabah. Hal ini dikarenakan kemampuan modal sendiri dapat menjadi

    benteng dalam guncangan ekonomi makro. Modal sendiri (self financial)

    tidak selalu harus berbentuk tunai, akan tetapi dapat berupa tanah,

    bangunan, mesin-mesin dll.

  • 31

    4. Collateral

    Collateral yaitu jaminan pinjaman yang dimiliki calon nasabah

    kepada bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai sebuah

    collateral meliputi jenis, lokasi, status kepemilikan jaminan, dan stabilitas

    nilai jaminan. Bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan,

    melainkan juga bisa berbentuk jaminan pribadi, letter of guarantea,

    rekomendasi dan avalis.32

    5. Condition

    Condtion yaitu penilaian terhadap kondisi ekonomi secara spesifik

    dan keterkaitannya terhadap usaha yang dijalankan oleh nasabah. Bank

    memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi prospek usaha

    calon nasabah kedepannya, membandingkan dengan jenis usaha lain

    didaerah dan lingkungannya. Bank juga memperhatikan peraturan

    pemerintah terkait usaha yang dijalankan calon nasabah, apakah perauran

    yang ada cukup mendukung jalannya usaha nasabah atau justru

    sebaliknya. Selain itu bank juga harus memperhatikan situasi politik yang

    ada, apakah cukup ramah dalam menjalankan usaha tersebut atau tidak.

    E. Risiko Pembiayaan

    Risiko pembiayaan adalah risiko yang timbul akibat kegagalan pihak

    nasabah dalam memenuhi kewajibannya kepada bank.33

    Risiko ini dapat terjadi

    akibat aktivitas penyaluran dana bank. Dalam penyaluran dananya bank

    menghadapi lima masalah utama yaitu:34

    1. Ketidakpastian kondisi pasar

    Ketidakpastian kondisi pasar mewajibkan nasabah untuk bijak

    dalam menghadapi perubahan pasar secara tiba-tiba. Perubahan pasar akan

    mengakibatkan faktor-faktor produksi usaha nasabah menjadi tidak

    32

    Ibid., hlm. 83 33

    Veitzal Rivai dan Rifki Ismail, 2013, ISLAMIC RISK MANAGEMENT FOR ISLAMIC

    BANK Risiko bukan untuk ditakuti, tapi dihadapi dengan cerdik, cerdas dan profesional,

    PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.13 34

    Imam Wahyudi dkk, 2013, Manajemen Risiko Bank Islam, Salemba Empat, Jakarta,

    hlm.91

  • 32

    efisien. Perubahan pasar juga dapat mengakibatkan naik dan turunnya

    harga produk nasabah. Sehingga akan mempengaruhi laba yang akan

    diperoleh oleh nasabah.

    2. Perbedaan nilai jual agunan

    Perbedaan nilai jual agunan pada waktu kontrak dengan waktu

    eksekusi mengakibatkan tidak terpenuhinya pengembalian kewajiban

    nasabah kepada bank. Hal ini bisa terjadi apabila bank melakukan

    kesalahan dalam menilai penyusutan agunan.

    3. Kredibilitas informasi

    Informasi yang diberikan oleh nasabah kepada bank yang kurang

    kredibel akan mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan informasi.

    Ketidak seimbangan informasi ini memicu terjadinya kesalahan bank

    dalam memilih nasabah pembiayaan atau kesalahan dalam membuat

    perjanjian pembiayaan seperti penetapan limit, jangka waktu, margin,

    nisabah serta nilai dan bentuk jaminan.

    4. Masalah pengawasanpembiayaan

    Masalah pengawasan pembiayaan terjadi akibat terlalu banyaknya

    debitur yang dibiayai dengan nilai yang kecil-kecil. Hal ini mengakibatkan

    bank malas dalam melakukan pengawasan yang intensif dan kalaupun

    melakukannya, bank akan menanggung biaya pengawasan yang lebih

    sehingga akan mengurangi profit yang diperoleh oleh bank dalam

    pembiayaan tersebut.35

    5. Ketidakmampuan bank dalam menilai sebab terjadinya gagal bayar.

    Kegagalan bayar secara garis besar disebabkan oleh faktor

    kemampuan keuangan (ability to pay) dan faktor itikad debitur

    (willingness to pay). Ketika bank tidak dapat membedakan hal ini, maka

    yang akan terjadi adalah bank akan salah menetapkan kebijakan

    pembiayaan bermasalah debitur.

    35

    Ibid.,hlm.91

  • 33

    2.1.3 Inflasi

    A. Pengertian Inflasi

    Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang dapat

    digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Inflasi perlu

    menjadi pertimbangan bagi perusahaan atau pelaku ekonomi dalam mengambil

    keputusan. Menurut Venieris dan Sebold inflasi dapat diartikan sebagai suatu

    kecenderungan meningkatnya harga umum secara terus menerus sepanjang waktu.

    Sedangkan menurut sadono sukirno inflasi diartikan sebagai proses ketika

    terjadinya suatu kenaikan harga yang berlaku terhadap perekonomian. Ada 3 hal

    penting yang perlu ditekankan dalam pengertian inflasi yaitu:36

    1. Adanya kecenderungan kenaikan harga-harga yang terjadi pada kurun

    waktu tertentu.

    2. Kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus

    (sustained), yang berarti kenaikan tersebut tidak dalam satu waktu tertentu

    akan tetapi dalam jangka waktu yang cukup lama.

    3. Tingkat harga yang dimaksudkan adalah tingkat harga umum yaitu tingkat

    harga semua komoditas bukan hanya pada satu komoditas saja.

    B. Jenis-Jenis Inflasi

    Berdasarkan faktor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke

    dalam tiga macam yaitu:37

    1. Inflasi tarikan permintaan

    Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan

    adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan yang cukup besar dari

    permintaan agregat yang tidak diimbangi dengan penawaran atau produksi

    agregat. Dalam kondisi ini barang-barang yang tersedia di pasar menjadi

    kurang dikarenakan tingkat produksi agregat yang ada sudah mencapai

    36

    Muana Nanga, 2005, MAKRO EKONOMI Teori,Masalah dan Kebijakan, Raja Grafindo

    Persada, Jakarta, hlm.237 37

    Ibid.,hlm.245

  • 34

    maksimum atau produksi tidak dapat ditingkatkan dengan cepat untuk

    mengimbangi permintaan agregat yang meningkat secara tiba-tiba. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva 2.1 dibawah ini.

    Kurva 2.1

    Kurva Inflasi Tarikan Permintaan

    Sumber: Nanga (2005:245)

    Mula-mula kondisi pasar ditunjukkan pada permintaan agregat

    dengan harga dan jumlah permintaan . Kemudian terjadi kenaikan

    permintaan dari ke , sehingga kurva permintaan agregat

    bergeser ke yang menyebabkan tingkat harga naik dari ke

    2. Inflasi dorongan biaya (inflasi sisi penawaran)

    Inflasi dorongan biaya atau disebut juga inflasi sisi penawaran

    adalah inflasi yang terjadi akibat dari adanya kenaikan biaya produksi

    yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi yang

    menyebabkan perusahaan mengurangi penawaran mereka ke pasar.38

    Kondisi ini menyebabkan terjadi pembatasan penawaran dari satu atau

    lebih sumber daya sehingga harga dalam pasar mengalami kenaikan atau

    sengaja dinaikkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva 2.2

    dibawah ini.

    38

    Ibid.,hlm.246

  • 35

    Kurva 2.2

    Kurva Inflasi Sisi Penawaran

    Sumber: Nanga (2005:246)

    Mula-mula kondisi pasar ditunjukkan pada penawaran agregat

    dengan harga dan jumlah permintaan . Kemudian terjadi kenaikan

    biaya produksi yang mengakibatkan produsen mengurangi supply produk

    mereka di pasar dari ke , sehingga kurva penawaran agregat

    bergeser ke yang menyebabkan tingkat harga naik dari ke .

    3. Inflasi struktural

    Inflasi struktural yaitu inflasi yang terjadi dikarenakan adanya

    kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran dalam

    perekonomian menjadi kurang responsif terhadap permintaan yang

    meningkat. Dalam kondisi ini meskipun permintaan agregat terus

    meningkat, akan tetapi dikarenakan adanya kendala tertentu sisi

    penawaran barang tidak memberikan respon terhadap permintaan atau

    kehilangan fleksibilitas penawaran.

    Menurut Paul Samuelson, berdasarkan tingkat keparahannya inflasi

    dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:39

    39

    Naf’an, 2014, Ekonomi Makro Tinjauan Ekonomi Syariah, Graha Ilmu, Yogyakarta,

    hlm.111

  • 36

    a. Moderate Inflation

    Moderate Inflation yaitu dimana inflasi yang terjadi

    mengalami tingkat kenaikan harga yang lambat. Umumnya

    kenaikan yang terjadi hanya sebesar satu digit. Pada tingkatan ini

    orang masih mau memegang uang dan menyimpan kekayaannya

    dalam bentuk cash/tabungan daripada dalam bentuk aset riil.

    b. Galloping Inflation

    Galloping Inflation yaitu inflasi yang terjadi mulai cukup

    parah dikisaran angka 20%-200% pertahun. Dalam kondisi ini

    orang sudah mulai mengurangi penggunaan uang. Penyimpanan

    aset kekayaan mulai dipindahkan dalam bentuk aset riil yaitu

    rumah, tanah, bangunan dll. Uang hanya digunakan seperlunya saja

    dan seminimal mungkin. Kondisi ini juga mengakibatkan pasar

    uang mengalami penyusutan dan pendanaan akan dilakukan

    dengan cara meningkatkan harga jual yang lebih tinggi. Sehingga

    peminjam akan terbebabani dengan biaya yang cukup besar untuk

    pinjamannya. Kondisi ekonomi yang cukup mengalami gangguan

    ini mengakibatkan para investor akan lebih senang

    menginvestasikan dananya ke luar negeri ketimbang didalam

    negeri (capital outflow)

    c. Hyper Inflation

    Hyper Inflation yaitu inflasi yang sudah sangat parah

    bahkan bisa berada di angka jutaan sampai triliunan pertahun.

    Dalam kondisi ini orang sudah tidak mau menggunakan uang dan

    semua aset kekayaannya akan disimpan dalam bentuk aset riil.

    Inflasi ini merupakan inflasi yang sangat mematikan. Didalam

    sejarah, tidak ada satu pun negara di dunia yang dapat bertahan

    dalam menghadi jenis inflasi ini, contohnya adalah Weimar

    Republic di Jerman pada tahun 1920-an.40

    40

    Ibid.,hlm.112

  • 37

    C. Pengukuran Inflasi

    Inflasi dapat diukur dengan menggunakan tingkat inflasi (rate of inflation)

    yaitu tingkat perubahan harga secara umum, dapat diformulasikan sebagai berikut:

    Rate of Inflation =

    Keterangan:

    tingkat harga t :tingkat harga pada waktu t

    tingkat harga t-1 :tingkat harga pada waktu tepat sebelum t

    Indikator harga yang biasa digunakan dalam pengukuran inflasi adalah

    dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu

    ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang

    dikonsumsi masyarakat. Penentuan IHK atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH)

    yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian BPS akan

    memonitoring perkembangan harga barang dan jasa tersebut secara bulanan di

    beberapa kota.41

    Selain menggunakan IHK inflasi juga dapat diukur dengan

    mengunakan indikator berikut:

    1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

    Indeks Harga Perdagangan Besar yaitu harga transaksi yang terjadi

    antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar

    berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama suatu komoditas.

    2. Indeks Harga Produsen (IHP)

    Indeks Harga Produsen yaitu Indeks Harga yang mengukur

    perubahan rata-rata harga yang diterima produsen domestik untuk barang

    yang mereka hasilkan.

    3. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)

    41

    Bank Indonesia, Pengenalan Inflasi

  • 38

    Deflator Produk Domestik Bruto menunjukkan perubahan harga

    dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

    Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar nominal dengan

    PDB atas dasar harga konstan.

    C. Dampak Inflasi

    Inflasi merupakan hal yang lumrah dalam perekonomian. Inflasi tidak

    dapat 100% dicegah, akan tetapi dapat dikendalikan agar pertumbuhannya tidak

    terlalu explosive. Dampak yang diberikan inflasi tidak selalu negatif terhadap

    suatu perkenomian. Akan tetapi pada sektor tertentu juga memberikan dampak

    positif. Adapun dampak inflasi menurut Naf’an adalah sebagai berikut:42

    1. Dampak Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

    Dampak terhadap pendapatan sifatntya tidak merata, ada yang

    dirugikan akan tetapi juga ada yang diuntungkan karena adanya inflasi.

    Pihak yang biasanya dirugikan dengan adanya inflasi adalah pihak yang

    memiliki pendapatan tetap seperti PNS, Tentara, Karyawan dan lain-lain.

    Sedangkan pihak yang diuntungkan dengan adanya inflasi adalah pelaku

    usaha, yang mana harga yang terjadi di pasaran meningkat sehingga

    pendapatan yang dihasilkan pun meningkat searah dengan laju inflasi.

    2. Dampak Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)

    Kenaikan permintaan berbagai macam barang akan mendorong

    perubahan faktor-faktor produksi beberapa barang tertentu, sehingga

    mengakibatkan alokasi faktor produksi kurang efisien. Hal ini akan

    berpengaruh pada penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dan

    perubahan daya beli masyarakat terhadap beberapa jenis barang.

    3. Dampak Terhadap Output (Output Effect)

    Kenaikan harga barang akan memberikan stimulus bagi pelaku

    usaha untuk meningkatkan produksinya. Dalam kondisi inflasi biasanya

    kenaikan harga barang tidak langsung diikuti dengan kenaikan gaji.

    Sehingga dengan begitu produsen akan sangat diuntungkan karena harga

    42

    Naf’an, op.cit hlm 124.

  • 39

    barang meningkat akan tetapi faktor produksi yaitu gaji tetap. Akan tetapi

    jika laju inflasi terlalu tinggi maka tingkat produksi barang akan

    cenderung diturunkan, hal ini dikarenakan nilai riil mata uang menjadi

    tidak berharga sehingga pertukaran dilakukan antara barang dengan

    barang.

    4. Dampak Terhadap Perkembangan Ekonomi

    Inflasi yang tinggi mengakibatkan biaya-biaya terus naik termasuk

    cost produksi. Sehingga aktivitas produksi dinilai tidak menguntungkan.

    Maka dari itu pemilik modal biasanya akan menggunakan modalnya untuk

    membeli aset-aset riil seperti tanah, rumah dan bangunan. Dikarenakan

    aktivitas produksi yang turun drastis maka kegia