pengaruh total pembiayaan dan inflasi terhadap non …eprints.walisongo.ac.id/10141/1/skripsi...
TRANSCRIPT
-
i
PENGARUH TOTAL PEMBIAYAAN DAN INFLASI
TERHADAP NON PERFORMING FINANCING BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013-2017
Skripsi
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S1
Program Studi Perbankan Syariah
Oleh:
DICKY ISKANDAR DZULQORNAIN AIZ
NIM. 1505036047
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
S1 PERBANKAN SYARI’AH
2019
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
A.n. Sdr. Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz
Kpd. Yth.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Walisongo
Assalamualaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya
bersama ini saya kirim naskah skripsi dari saudara:
Nama : Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz
NIM : 1505036047
Judul Skripsi : Pengaruh Total Pembiayaan dan Inflasi Terhadap
Non Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode
2013-2017
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat
segera dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Semarang, 31 Mei 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Imam Yahya, M.Ag Nurudin, S.E.,MM.
NIP. 19700410 199503 1 001 NIP. 19900523 201503 1 004
-
iii
-
iv
MOTTO
ِ ئَِله اْلقَْىُم اْلَكافُِزوىَ ِ ۖ ئًِههُ ََل يَْيأَُس ِهْي َرْوِح َّللاه َوََل تَْيأَُسىا ِهْي َرْوِح َّللاه
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufur” (Q.S Yusuf: 87)
“Terkadang Allah menjauhkan dari apa yang kita kejar dengan segala daya dan upaya.
Tapi terkadang Allah memberi hal yang luar biasa yang tak pernah kita bayangkan
sebelumnya untuk mendapatkannya”
(Mahfud MD)
“Work harder when the other person sleep then you can get succes when the other
person still struggle for their life”
-
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, rahmat dan
kemudahan, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Bapak dan Ibu yang telah merawatku sejak kecil serta mengajarkanku
nilai-nilai kehidupan dan tidak henti-hentinya mendo’akan ku disetiap
malam
Bidikmisi Walisongo yang telah memberikanku kesempatan untuk dapat
belajar di UIN Walisongo dan memberikan banyak dukungan terhadap
proses kuliah di UIN Walisongo. Karyaku ini merupakan salah satu bentuk
tanggung jawabku terhadap amanat yang telah diberikan kepadaku sebagai
penerima beasiswa Bidikmisi.
Ibu Dra. Susi Alifah yang telah membiayai beberapa tahapan
pendidikanku, sehingga penulis dapat berada di titik ini sekarang.
Pergerakanku PMII Rayon Ekonomi Komisariat UIN Walisongo yang
kubanggakan
-
vi
DEKLARASI KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz
NIM : 1505036047
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi : Perbankan Syariah
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Pengaruh
Total Pembiayaan dan Inflasi Terhadap Non Performing Financing Bank
Umum Syariah Di Indonesia Periode 2013-2017” adalah benar-benar hasil
karya sendiri, bukan merupakan hasil plagiasi atau duplikasi dari karya orang lain.
Pendapat orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik
ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil plagiasi dari
karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Semarang, 31 Mei 2019
Deklarator
Dicky Iskandar Dzulqornain Aiz
NIM.1505036047
-
vii
ABSTRAK
Pertumbuhan Non Performing Financing (NPF) bank syariah dalam 5
tahun terakhir cukup besar. Bahkan beberapa bank syariah memiliki nilai rasio
Non Performing Financing diangka dua digit. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan nilai pertumbuhan pembiayaan bank syariah yang mengalami kenaikan.
Rasio Non Performing Financing yang cukup besar bisa disebabkan oleh faktor
internal berupa pembiayaan dan faktor eksternal yaitu kondisi makro ekonomi
salah satunya inflasi. Maka dari itu, penelitian ini mencoba untuk
mengidentifikasi pengaruh pembiayaan dan inflasi terhadap Non Performing
Financing bank syariah secara simultan maupun parsial. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Pengaruh Pembiayaan terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah dan Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah. Periode penelitian ini adalah tahun 2013-2017.
Penelitian ini bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh Bank Umum Syariah Periode 2013 sampai dengan 2017. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling.
Terdapat 6 Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria sebagai sampel
penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear
berganda dengan SPSS versi 24.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Variabel Pembiayaan
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF)
dengan koefisien regresi sebesar 2,630 dan memiliki nilai signifikansi sebesar
0,001, (2) Variabel Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Non
Performing Financing (NPF) dengan koefisien regresi sebesar -0,072 dan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,532
Kata Kunci : Pembiayaan, Inflasi dan Non Performing Financing
-
viii
ABSTRACT
The growth of Non Performing Financing (NPF) syariah bank in last five years is
too big. Some syariah bank even have Non Performing Financing ratio in two digit. This
is very contrary with value of growth Financing syariah bank that is increased. The big
Non Performing Financing ratio can be caused by internal factor like a financing and
eksternal factor like a macro economic condition one of them is inflation. Therefore this
research try to identify financing and inflation effect toward Non Performing Financing
syariah bank simultaneously or partially. The purpose of this research is to determine
Financing effect toward Non Performing Financing (NPF) of Syariah Bank and Inflation
effect toward Non Performing Financing (NPF) of Syariah Bank. The period of this
research is 2013-2017.
This research is quanitative researh. The population of this research is all of
Syariah Bank periode 2013 until 2017. The sampling method used is the purposive
sampling method. There are 6 syariah bank that meet the criteria as research
samples. The data used in this research is secondery data. Testing in this study
used factor analysis techniques and multiple linear regression analysis with SPSS
version 24.0.
The result of this research showed that: (1) Financing Variabel had a
positive significant effect toward Non Performing Financing (NPF) with coefficent regression of 2,630 and has significant value of 0,001, (2) Inflation Variabel had no
significant effect toward Non Performing Financing (NPF) with coefficent regression of -0,072 and has significant value of 0,532
Keyword: Financing, Inflation and Non Performing Financing
-
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah limpahan segala rahmat dan hidayah-Nya. Serta
shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Atas doa serta
bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi
yang berjudul “Pengaruh Total Pembiayaan dan Inflasi Terhadap Non
Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2013-
2017”. Penyusunan skripsi ini adalah untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1
(S1) Program Studi Perbankan Syariah Fakulas Ekonomi Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Selama penulisan Skripsi ini penulis menyadari bahwa ada bantuan dari
berbagai pihak baik itu berupa pengarahan, pemberian informasi, saran serta
bimbingan yang sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang
2. Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang sekaligus
dosen pembimbing penulis.
3. Ibu Hj. Nur Huda, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnisi Islam Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.
4. Bapak Nurudin, S.E., MM. selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis hingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam beserta staf karyawan
Universitas Islam Negeri Walisongi, yang telah memberikan bekal
berupa ilmu pengetahuan sebagai dasar penulisan skripsi ini.
6. Ibu dan Bapak yang telah mendoakan, membantu dari segi moril maupun
materiil, memberikan nasihat dan dorongan yang sangat besar kepada
penulis.
7. Teman-teman PBASB 2015 yang telah memberikan motivasi untuk
segera menyelesaikan skripsi.
-
x
8. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon
Ekonomi 2015 yang telah memberikan do’a dan dorongan selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
9. Senior-senior Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon
Ekonomi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas ilmu dan
pengetahuan diluar perkuliahan yang sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Perbankan Syariah Universitas Islam
Negeri Walisongo Angkatan 2015.
11. Semua kerabat dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis mengharapkan segala bentuk saran,
masukan serta kritik yang membangun agar usulan penelitian ini dapat lebih
sempurna.
Semarang, 31 Mei 2019
Penulis,
Dicky Iskandar Dzulqornaian Aiz
NIM. 1505036047
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. .. iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI ................................................................................... vi
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................... vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ ..7
2.1 Kajian Teori ............................................................................................ ..7
2.1.1 Gambaran Umum Bank Syariah .................................................... ..7
2.1.2 Pembiayaan Bank Syariah ............................................................. 17
-
xii
2.1.3 Inflasi ............................................................................................. 33
2.1.4 Non Performing Financing............................................................ 39
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 43
2.3 Kerangka Pemikiran................................................................................ 47
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 48
2.4.1 Pengaruh Total Pembiayaan Terhadap Non Performing Financing
Bank Umum Syariah ........................................................................................ 48
2.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Non Performing Financing Bank Umum
Syariah.................................................................. ............................................ 48
2.4.3 Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 50
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................ 50
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 50
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 51
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 52
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 52
3.5.1 Variabel Penelitian ........................................................................ 52
3.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 53
3.6 Teknik Analisis Data............................................................................... 54
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 54
3.6.2 Regresi Linear Berganda ............................................................... 56
3.6.3 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 57
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 60
4.1 Deskripsi Sampel .................................................................................... 60
4.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 60
4.2.1 Uji Normalitas ............................................................................... 60
4.2.2 Uji Heterokedastisitas .................................................................... 61
4.2.3 Uji Autokorelasi ............................................................................ 62
4.2.4 Uji Multikolinearitas ..................................................................... 63
-
xiii
4.3 Regresi Linear Berganda......................................................................... 64
4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................................ 65
4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................................. 65
4.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)...................................................... 66
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 67
4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................................ 68
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 73
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 73
5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 73
5.3 Saran ....................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN...........................................................................................................80
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .......................... 11
Tabel 2.3 Kriterian Penilaian Peringkat Non Performing Financing ................... 42
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 45
Tabel 4.1 Pengambilan Sampel ............................................................................. 60
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 61
Tabel 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................. 62
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 63
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 64
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ....................................................... 65
Tabel 4.7 Hasil Uji F ............................................................................................. 66
Tabel 4.8 Hasil Uji T ............................................................................................. 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 68
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah...................................................... 21
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Musyarakah ...................................................... 22
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Murabahah........................................................ 23
Gambar 2.4 Skema Pembiayaan Salam ................................................................ 24
Gambar 2.5 Skema Pembiayaan Istishna’ ............................................................ 25
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Murabahah........................................................ 26
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Ijarah ................................................................ 27
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan IMBT ................................................................ 28
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 47
-
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah ............................................. 2
Grafik 1.2 Pertumbuhan Non Performing Financing Bank Syariah ..................... 3
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian .................................................................................. 80
Lampiran 2. Asumsi Klasik .................................................................................. 81
Lampiran 3. Regresi Linear Berganda .................................................................. 83
Lampiran 4. Uji Simultan (Uji F) .......................................................................... 90
Lampiran 5. Uji Parsial (Uji T) ............................................................................. 91
Lampiran 6. Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 97
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia perekonomian di Indonesia semakin maju
dikarenakan banyaknya permintaan terhadap kebutuhan manusia yang semakin
kompleks. Salah satu kebutuhan tersebut adalah dalam hal keuangan. Oleh karena
itu di era sekarang ini lembaga keuangan harus mulai beradaptasi terhadap
kebutuhan manusia. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang
menawarkan solusi terhadap berbagai kebutuhan keuangan. Sebagai media
perantara, bank menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus
dana) kepada masyarakat yang kekurangan dana (defisit dana). Dari hal tersebut
tidaklah berlebihan jika mengatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan
kemajuan perekonomian suatu negara adalah dari kondisi lembaga keuangannya
(Bank).
Perkembangan perbankan pada era ini sangatlah pesat. Terbukti dengan
munculnya inovasi dan kreasi produk-produk perbankan hingga munculnya sistem
perbankan yang baru.1 Jika selama ini masyarakat hanya mengetahui sistem Bank
Konvensional sekarang masyarakat mulai mengenal sistem Bank Syari’ah. Bank
Syari’ah muncul untuk memenuhi permintaan pasar akan sistem Bank yang
terhindar dari praktek Riba. Keraguan masyarakat akan unsur Riba dalam bunga
bank sudah terjawab dengan dikeluarkannya Keputusan Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Bunga (Intersat/Fa’idah). Dalam fatwa
tersebut Majelis Ulama Indonesia menyebutkan bahwa bunga telah memenuhi
kriteria sebagai transaksi ribawi. Selain menjadi jawaban terhadapa kebutuhan
pasar, Bank Syari’ah juga merupakan implementasi konsep ekonomi syari’ah
yang diajarkan oleh islam.
1 Yozika dan Nurul. PENGEMBANGAN INOVASI PRODUK KEUANGAN DAN
PERBANKAN SYARIAH DALAM MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN
KEPUASAN NASABAH. Edunomika: Jurnal Ekonomi Islam, [S.l.], v. 1, n. 2, p. 100-107,
august 2017.
-
2
Perkembangan bank syariah mulai signifikan sejak tahun 2008 setelah
dikeluarkannya undang-undang tentang perbankan syariah. Dimulai pada tahun
2009 berdiri Bank Bukopin Syari’ah, Bank Panin Syari’ah dan Bank BRI
Syari’ah. Disusul pada tahun 2010 berdiri BNI Syari’ah, BJB Syari’ah, BCA
Syari’ah, BJB Syari’ah, Maybank Syari’ah dan Bank Victoria Syari’ah. (Sri
Nurhayati-Wasilah, 2013). Selain itu pertumbuhan pembiayaan Bank Syari’ah
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam kurun waktu lima tahun
terakhir. Hal itu dapat dilihat dalam grafik berikut ini.
Grafik 1. 1
Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syari’ah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2019
Grafik diatas menunjukkan bahwa pembiayaan bank syariah dari tahun
2013 hingga tahun 2017 selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata tiap
tahunnya sebesar 11, 65% atau sekitar 25. 393 milyar rupiah. Peningkatan
tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 16, 43% yaitu dari 212. 996 milyar
rupiah pada tahun 2015 menjadi 248.007 milyar rupiah pada tahun 2016.
Peningkatan tersebut semakin membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat
terhadap sistem akad Bank Syari’ah semakin besar. Namun pertumbuhan tersebut
184,120 199,330 212,996
248,007 285,695
2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
Pembiayaan Bank Syari'ah (dalam miliaran rupiah)
-
3
tidak diikuti dengan pengelolaan pembiayaan macet yang ditimbulkan dari resiko
pembiayaan.
Pembiayaan macet (Non Performing Financing) bank syariah tidak
mencatatkan performa yang baik dalam kurun 5 tahun terakhir. Hal ini dapat
dilihat dalam grafik dibawah ini.
Grafik 1. 2
Pertumbuhan Non Performing Financing Bank Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2019
Pada grafik diatas menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara
NPF Bank Syari’ah dengan NPL Bank Konvensional. Peningkatan NPF bank
syariah yang tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,3% dari 2,65% pada
tahun 2013 menjadi 4,95% pada tahun 2014. Setelah tahun 2014 NPF Bank
Syari’ah tetap berada dikisaran 4%. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena
berada dekat pada batas maksimal NPF yang telah ditetapkan oleh BI dan OJK
yaitu sebesar 5%. Sedangkan Bank Konvensional masih bisa menjaga NPLnya di
kisaran 3% meskipun mengalami peningkatan setiap tahunnya.
2.65
4.95 4.84
4.42 4.76
1.77 2.16
2.49
2.93 3.09
2013 2014 2015 2016 2017
NPF Bank Syariah NPL Bank Konvensional
-
4
Non Performing Financing (NPF) merupakan masalah utama pada bank.
Bank sebagai lembaga intermediate dituntut bisa memutarkan uang sebaik
mungkin melalui skema funding dan landing. NPF (pembiayaan macet)
mengakibatkan perputaran uang dalam bank terganggu. Hal ini dikarenakan dana
yang seharusnya dikembalikan oleh nasabah melalui skema pembiayaan tidak
dapat dikembalikan, sehingga mengganggu perputaran uang di bank. Permasalaha
ini sudah mulai disadari oleh bank-bank didunia. Sehingga bank-bank didunia
mengadakan sebuah konferensi yang dihadiri seluruh bank sentral didunia pada
tahun 1988 di Basel Swiss. NPF (pembiayaan macet) pada waktu itu menjadi
salah satu topik utama dalam pembahasan. Dalam konferensi tersebut disepakati
bahwa untuk mengantisipasi resiko kredit maka bank perlu mencadangkan
modalnya sebesar 8% dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko).2
Faktor yang mempengaruhi Non Performing Financing terbagi menjadi 2
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal salah satunya berupa
bentuk perjanjian akad bank seperti uraian sebelumnya. Sedangkan Faktor
Eksternal yaitu kondisi makro ekonomi salah satunya adalah inflasi. Inflasi
merupakan gejala dari kondisi overheating ekonomi sebuah negara dikarenakan
terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat. Inflasi mengakibatkan kenaikan
harga-harga komoditas sehingga membuat daya beli masyarakat turun.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar
pengaruh faktor internal dan eksternal NPF dengan menggunakan variabel
pembiayaan dan inflasi. Sehingga penulis mencoba melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Total Pembiayaan dan Inflasi terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syari’ah di Indonesia Periode 2013-2017”.
2 Effendi, Tyas Utaminingrum (2018) ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK
TERHADAP CAPITAL BUFFER PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA. S1 Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
-
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah yang ingin
diangkat dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh total pembiayaan terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing Bank
Umum Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh total pembiayaan dan inflasi secara simultan
terhadap Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total pembiayaan terhadap Non
Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total pembiayaan dan Inflasi
secara simultan terhadap Non Performing Financing Bank Umum Syariah
di Indonesia
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pemahaman penulis tentang
perbankan syari’ah terkhusus masalah pengaruh pembiayaan dan inflasi
terhadap Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syari’ah.
2. Bagi Bank Syari’ah
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan
serta saran dan masukan pada bank syari’ah dalam mengambil keputusan
terkait resiko pembiayaan agar bisa meminimalisir terjadinya pembiayaan
macet.
-
6
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan mengenai Bank Syari’ah dan juga
diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta referensi bagi peneliti
selanjutnya.
4. Bagi Stakeholder
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
stakeholder untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan atau keputusan investasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk bisa memahami struktur penulisan penelitian, maka disusun
sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN berisi tentang Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA berisi tentang Kajian Teori, Penelitian
Terdahulu, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN berisi tentang Jenis dan Sumber Data,
Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Variabel Penelitian
dan Definisi Operasional, dan Teknik Analisis Data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN berisi tentang Hasil Pengujian
Instrumen, Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.
BAB V PENUTUP berisi tentan kesimpulan yang dapat diambil dalam
seluruh proses penelitian dan saran yang bisa diambil oleh lembaga terkait dan
peneliti selanjutnya.
-
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Gambaran Umum Bank Syariah
A. Pengertian Bank Syariah
Bank pada dasarnya adalah sebuah lembaga penghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dana tersebut ke masyarakat
kembali dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain lembaga intermediasi.
Dalam UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah disebutkan bahwa
negara indonesia adalah negara yang memiliki 2 sistem perbankan yaitu
perbankan konvensional dan perbankan syari’ah. Definis bank syari’ah menurut
UU No. 21 tahun 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia. Sedangkan definisi bank syari’ah menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
1. Siamat Dahlam
Menurut Siamat Dahlam, bank syariah merupakan bank yang
menjalankan usaha perbankan dengan berdasar ataupun memperhatikan
prinsip – prinsip syariah yang tertuang di dalam Al-Qur’an dan Hadist.3
2. Schaik
Menurut Scahik, definisi bank syariah adalah suatu bentuk dari
bank modern yang berlandaskan hukum-hukum agama islam, yang
dikembangkan pada abad pertengahan islam dengan jalan menggunakan
konsep bagi hasil dan bagi resiko sebagai sistem utama dan menghapuskan
3 Dahlan Siamat, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan, LPFEUI, Jakarta, hlm.87
-
8
sistem keuangan yang dilandasi dengan anggapan kepastian keuntungan
yang telah ditentukan sebelumnya.4
3. Sudarsono
Menurut Sudarsono, bank syariah merupakan salah satu lembaga
keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa perbankan lainnya
di dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang yang beroperasi
dengan berdasarkan prinsip-prinsip agama islam atau pun prinsip syariah.5
Ketiga ahli diatas memiliki pandangan yang berbeda dalam
mendefinisikan bank syari’ah, akan tetapi menekankan hal yang sama dalam
definisinya yaitu: Lembaga keuangan bank yang menjalankan operasionalnya
dengan prinsip syari’at islam.
B. Sejarah Bank Syari’ah di Indonesia
Rencana pendirian bank syari’ah di Indonesia pada awalnya sudah dimulai
sejak awal periode 1980-an oleh beberapa tokoh penting yaitu Karnaen A.
Perwataatmadja, M. Dawan Rahardjo, A. M Saefuddin, M. Amin Azis, dll.
Pada tahun itu telah dilakukan beberapa uji coba salah satunya adalah pendirian
Baitul Tamwil Salman di Bandung yang sempat berkembang dengan baik. Di
Jakarta juga dibangun Koperasi Syari’ah Ridho Gusti.
Pada tahun 1990 Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) mulai mempelopori
berdirinya Bank Syari’ah dengan menyelenggarakan Loka Karya Bunga Bank dan
Perbankan di Cisarua, Bogor. Hasil Loka Karya tersebut kemudian menjadi topik
bahasan utama pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung pada
tanggal 22-25 Agustus 1990 di Hotel Sahid Jakarta.6 Pada musyawarah tersebut
4 Sujarwo, Makmur dan Sari, Adi Inayah, Customer Developing In Using the Islamic
Banking Product at Bank Syariah Mandiri Tbk, Tegal Branch, Benefit: Jurnal Manajemen dan
Bisnis; Volume 2 No 1 Juni 2017 5 Heri Sudarsono, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan Ilustrasi,
Ekosoria, Yogyakarta, hlm.29 6 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, Erlangga, Jakarta, hlm.20
-
9
dibentuk kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan
pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait untuk berdirinya bank
syari’ah di masa mendatang.
Tim Perbankan MUI kemudian berhasil mendirikan Bank Syari’ah
pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dengan akte pendirian PT.
Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 November 1991. Pada awal pendirian
terkumpul komitmen pembelian saham sebesar RP.106.126.382.000,00. Baru
pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi.
Perkembangan bank muamalat pada waktu itu belum bisa mendapat perhatian
optimal karena landasan hukum yang digunakan yaitu UU No.7 tahun 1992 hanya
memperbolehkan operasional bank syariah berdasarkan bagi hasil. Sehingga
sangat sulit bagi bank syariah untuk mengembangkan produknya.
Pada era reformasi Landasan hukum bank syariah diperbarui dengan UU
No.10 tahun 1998. Dengan diberlakukannya Undang-Undang ini, maka bangsa
Indonesia mulai masuk dalam era dual banking system.7 Dalam unduang-undang
tersesbut bank syari’ah baru diatur dengan rinci terkait landasan hukum serta jenis
usaha yang dapat dioperasikan oleh bank syariah. Pada era ini mulai berdiri Bank
Syari’ah Mandiri pada tahun 1999 setelah sebelumnya bernama Bank Susila Bakti
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota
Presasi.
Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia baru mulai pesat pada tahun
2008 yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syari’ah pada waktu itu muali bermunculan Bank-bank Syari’ah yang
baru seperti BRI Syari’ah, Bank Bukopin Syari’ah, Bank Panin Syari’ah dll.
Dalam pasal 2 UU No 21 tahun 2008 disebutkan bahwa Perbankan Syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi,
dan prinsip kehati-hatian. Kemudian dalam pasal 3 disebutkan bahwa perbankan
syari’ah bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan
7 Amir Machmud dan Rukmana, loc.cit.
-
10
rakyat.8Sehingga sekarang jumlah bank syari’ah yang tercatat oleh OJK per 1
september sejumlah 14 Bank dengan 1.862 kantor yang tersebar diseluruh
Indonesia.
C. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Meskipun sama-sama sebagai sebuah Lembaga Intermediasi
keuangan.Akan tetapi Bank Syari’ah dan Bank Konvensional memiliki banyak
perbedaan.Menurut pakar keuangan dan perbankan syari’ah terkemuka
Dr.Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan perbedaan mendasar antara Bank
Syariah dengan Bank Konvensional adalah sebagai berikut:9
1. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam perbankan syariah akad/persetujuan pada bank memiliki
konsekuensi duniawi dan ukhrowi yaitu pertanggung jawaban terhadap
tuhan.Berbeda dengan bank konvensional yang hanya memiliki
konsekuensi duniawi saja.
2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Apabila terjadi perselisihan antara nasabah dengan Bank Syariah,
maka Bank Syariah tidak menyelesaikan sengketa tersebut di peradilan
agama seperti pada halnya bank konvensional.Akan tetapi Bank Syariah
akan menyelesaikannya sesuai dengan materi dan prinsip syari’ah yaitu di
Bandan Arbitrase Nasional (BASYARNAS).
3. Struktur Organisasi
Pada dasarnya bank syariah memiliki struktur yang sama dengan
bank konvensional seperti komisaris,direksi dll.Akan tetapi berbeda
dengan bank konvensioanal bank syari’ah mempunyai Dewan Pengawas
Syariah yang bertujuan untuk mengawasi operasional bank syariah agar
tidak melanggar hukum syariah.
4. Bisnis/Usaha yang Dibiayai
8Khotibul Umam,2016,Perbankan Syariah Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya
di indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.58 9 M. Syafii Antonio, op.cit hlm.29
-
11
Bank syariah tidak bisa sembarang mensetujui pembiayaan yang
diajukan nasabah.Bank Syariah hanya diperbolehkan untuk membiayai
bisnis/usaha yang baik dan halal.
5. Lingkunga Kerja
Bank syariah memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan
syariah.Dalam hal etika contohnya sifat amanah dan shidiq harus dimiliki
oleh setiap karyawan sesuai dengan ajaran islam dalam
bermuamalah.Begitu juga dalam hal berpakaian, karyawan bank syariah
harus berpakaian rapi,bersih dan menutup aurat sesuai dengan ajaran
islam.
Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional selengkapnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. 1
Tabel Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
No Aspek Bank Syariah Bank Konvensional
1. Hukum Berdasarkan Syariat Islam Berdasarkan hukum
positif yang ada di
Indonesia
2. Investasi Jenis usaha yang halal
saja
Semua jenis usaha
3. Orientasi Profit and sosial oriented Profit oriented
4. Keuntungan Bagi hasil,Margin dan
ujrah
Bunga
5. Hubungan
nasabah dan bank
Kemitraan Kreditur dan Debitur
6. Dewan Pengawas Ada Tidak ada
Sumber: Antonio (2001:34)
D. Prinsip Operasional Bank Syariah
Pada dasarnya hal yang membedakan bank syariah dengan bank
konvensional terdapat pada prinsip operasionalnya. Bank syariah memiliki rambu-
-
12
rambu atau larangan tertentu dalam melaksanakan usahanya. Dalam
operasionalnya bank syariah harus terhindar dari unsur MAGHRIB (Maisir,
Gharar dan Riba).Maisir adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa
kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa kerja10
dan Gharar menurut imam
syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita (tidak
dikehendaki). Sedangkan Riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok
secara bathil.11
Untuk terhindar dari MAGHRIB, maka bank syariah menggunakan
prinsip-prinsip pokokberikut dalam operasionalnya:
1. Prinsip Titipan/Simpanan (Al-Wadi’ah)
Al Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari suatu pihak
ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.12
Prinsip Al-Wadi’ah
berlandaskan pada Q.S Al Baqarah ayat 283 yang berbunyi:
... ََربهہٗ فَاِۡى اَِهَي بَۡعُعُکۡن بَۡعًعا فَۡليَُإدِّ الهِذی اۡؤتُِوَي اََهاًَتَٗہ َو ۡليَتهِق َّللّاہ ...
Artinya: jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya (Q.S Al Baqarah ayat 283)
2. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip bagi hasil (Syirkah) dalam perbankan syariah biasanya
dilakukan dengan 2 akad utama yaitu musyarakah dan
mudharabah.Pengertian Musyarakah yaitu akad kesepakatan antara dua
orang atau lebih untuk mendirikan suatu usaha dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan resiko akan ditanggung sesuai kesepakatan.13
Sedangkan mudharabah
yaitu akad kerja sama usaha antara dua orang pihak dimana pihak pertama
10
Mardani, 2015, HUKUM SISTEM EKONOMI ISLAM, Jakarta:Rajawali Pers, hlm.107 11
Abdul Ghafur Anshori, 2008, Aspek Hukum Reksadana Syariah di Indonesia, Refika
Adiama, Bandung,hlm.11 12
M. Syafii Antonio, op.cit hlm.85 13
Ibid., hlm.90
-
13
(Shahibul Mal) menyediakan seluruh modal, sedangakan pihak lainnya
(mudharib) sebagai pengelola usaha.14
Prinsip Syirkah berlandaskan pada
Q.S. Shad ayat 24 yang berbunyi:
تِ .... لَِحہ َي ٱْلُخلَطَآِء لَيَْبِغى بَْعُعهُْن َعلَىہ بَْعٍط ئَِله ٱلهِذيَي َءاَهٌُى۟ا َوَعِولُى۟ا ٱلصهہ َوئِىه َكثِيًزا هِّ
Artinya: Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. (Q.S. Shad
ayat 24)
3. Prinsip Jual Beli (Bai’)
Bai’ adalah tukar menukar harta dengan jalan suka sama suka (an-
tharadhin) atau memindahkan kepemilikan dengan adanya penggantian
dengan prinsip tidak melanggar syariah.15
Prinsip bagi hasil (bai’) dalam
bank syariah biasanya digunakan dalam akad murabahah, salam dan
istishna’.
Murabahah yaitu akad jual beli antara dua orang atau lebih yang
mana harga pokok diketahui kedua belah pihak dengan tambahan (margin)
keuntungan sesuai kesepakatan.
Salam yaitu akad jual beli yang mana pemberian barang dilakukan
kemudia hari, sedangkan pembayaran dilakukan di awal akad.
Istishna’ yaitu akad jual beli pembuatan barang yang mana, penjual
membuatkan barang sesuai dengan spesifikasi pembeli dengan
pembayaran bisa diawal ataupun diakhir sesuai kesepakatan.16
Prinsip Bai’ berlandaskan pada Q.S. Al Baqarah ayat 275 yang
berbunyi:
۟ا ۚ... بَىہ َم ٱلزِّ ُ ٱْلبَْيَع َوَحزه ...َوأََحله ٱَّلله
Artinya: ...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.. (Q.S.Al Baqarah: 275)
14
Ibid., hlm.95 15
Mardani, 2015, HUKUM SISTEM EKONOMI ISLAM, Jakarta:Rajawali Pers, hlm.167 16
M. Syafii Antonio, op.cit hlm.113
-
14
4. Prinsip Sewa
Prinsip sewa diimplementasikan bank syariah dalam akad
Ijarah.Menurut Fatwa DSN MUI, Ijarah adalah pemindahan hak guna
(manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.17
Prinsip Sewa berlandaskan pada Q.S.Al Baqarah ayat 233 yang berbunyi:
ٌْهَُوا َوتََشاُوٍر فَََل ُجٌَاَح َعلَْيِهَوا ۗ َوئِْى أََرْدتُْن أَْى تَْستَْزِظُعىا أَْوََلَدُكْن فَََل فَاِْى أََراَدا فَِصاًَل َعْي تََزاٍض ِه
َ َوا َ بَِوا تَْعَولُىَى بَِصيز ُجٌَاَح َعلَْيُكْن ئَِذا َسلهْوتُْن َها آتَْيتُْن بِاْلَوْعُزوِف ۗ َواتهقُىا َّللاه ْعلَُوىا أَىه َّللاه
Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S.Al Baqarah:233)
Yang menjadi dalil dalam ayat tersebut adalah ungkapan “apabila
kamu memberikan pembayaran yang patut”. Ungkapan tersebut
menunjukkan adanya kewajiban pembayaran upah/fee yang sepantasnya
untuk seseorang yang telah melaksanakan kewajibannya.
E. Produk Bank Syari’ah
Pada dasarnya produk bank syariah dapat diklasifikasikan menjadi 3
bagian yaitu:
1. Penghimpunan Dana (Funding)
a. Tabungan
Tabungan adalah jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan oleh
itu.18
Produk tabungan ini menggunakan prinsipwadi’ahdan mudharabah.
17
Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah 18
Khotibul Umam,2016,Perbankan Syariah Dasar-Dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, hlm.88.
-
15
Adapun landasan hukum produk tabungan bank syariah adalah Fatwa
DSN No.02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.
b. Deposito
Dalanm pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008,
deposito didesinisikan sebagai investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank Syariah /
UUS.Akad yang digunakan dalam produk dapat menggunakan akad
mudharabah muthlaqah maupun mudharabah muqayyadah.Mudharabah
Muthlaqah adalah akad mudharbah yang mana nasabah membebaskan
pihak bank dalam menggunakannya dananya.Sedangkan Mudharabah
Muqayyadah adalah akad mudharabah yang mana nasabah memberikan
batasan terhadap usaha yang akan dipilih bank dengan menggunakan
dananya.
Landasan hukum pelaksanaan produk deposito bank syariah adalah
Fatwa DSN No.03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito. Dalam transaksi
ini nasabah bertindak sebagai sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
c. Giro
Giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunkan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.19
Produk giro
bank syariah menggunakan akad wadi’ah dan mudharabah. Adapun
landasan hukum pelaksanaan giro bank syariah adalah Fatwa DSN
No.01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro.
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
-
16
2. Penyaluran Dana (Landing)
Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi kedalam 3 kelompok yaitu:20
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ditujukan untuk membiayai
usaha yang dilakukan oleh nasabah. Dikarenakan menggunakan prinsip
bagi hasil, maka keuntungan yang diperoleh bank tidak pasti (uncertainty)
tergantung pada kondisi usaha nasabah. Bahkan bisa jadi bank
menanggung kerugian selama kerugian tersebut bukan merupakan
kelalaian nasabah.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memenuhi
keinginan nasabah dalam memiliki sesuatu atau untuk memenuhi
kebutuhan nasabah sehari-hari (konsumtif). Keuntungan yang diperoleh
bank dalam pembiayaan ini bersifat pasti (certainty). Hal ini dikarenakan
prinsip jual beli menggunakan tambahan (margin) sebagai keuntungan
disepakati diawal akad dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual
oleh bank.
Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan nasabah akan jasa dalam kurun waktu tertentu. Keuntungan
yang diperoleh bank dalam pembiayaan ini adalah berupa ujrah
(sewa).Berbeda dengan margin, besaran ujrah/sewa dapat dirubah
sewaktu-waktu oleh bank berdasarkan pertimbangan tertentu.
d. Produk Jasa
1) Jual Beli Valuta Asing
Pelaksanaan jual beli valuta asing pada bank syariah menggunakan
akad sharf. Dalam jual beli ini bank harus melakukan proses jual beli
20
Adhiwarman Karim, 2014, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Raja Grafindo,
Jakarta, hlm. 97
-
17
pada waktu yang sama (spot). Hal ini dimaksudkan untuk terhindar
dari gharar.
2) Safe Deposit Box
Safe Deposit Box adalah penyewaan kotak simpanan harta atau
surat-surat berharga yang dirancang secara khusus. Bank akan
mendapatkan ujrah / imbalan sewa dari jasa tersebut.
2.1.2 Pembiayaan Bank Syariah
A. Pengertian Pembiayaan
Pengertian Pembiayaan menurut Kamus Pintar Ekonomi Syariah adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi
bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan dan musyarakah, transaksi sewa-
menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah
bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk murabahah salam dan istishna’,
transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ujrah.21
Menurut UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dalam Pasal 1 nomor
12 disebutkan bahwa “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan pada bank konvensional disebut dengan loan, sedangkan pada
bank syariah disebut dengan financing. Keuntungan yang diperoleh bank
konvensional berdasarkan bunga/interest yang mereka patok. Sementara pada
bank syariah keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pembiayaan berupa nisbah
bagi hasil, margin dan ujrah tergantung pada akad yang digunakan.
21
Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta hlm.145
-
18
B. Jenis-Jenis Pembiayaan
Berdasarkan keperluannya, pembiayaan bank syari’ah dapat dikategorikan
menjadi berikut:22
1. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan Modal Kerja adalah Pembiayaan jangka pendek yang
diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.23
Jangka waktu untuk
pembiayaan modal kerja paling lama adalah satu tahun dan dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan. Pembiayaan modal kerja biasa digunakan
perusahaan untuk mengatasi masalah likuiditas, piutang dan keterbatasan
persediaan atau perdagangan
2. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau
panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:24
a. Pendirian Proyek Baru yaitu pendirian atau pembangunan
proyek/pabrik dalam rangka usaha baru.
b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama yang sudah
rusak dengan mesin atau peralatan baru yang lebih baik.
c. Modernisasi, yaitu penggantian menyeluruh mesin/peralatan yang
telah ada dengan mesin/peralatan yang lebih berteknologi tinggi atau
modern.
d. Ekspansi, yaitu Penambahan komponen perusahaan baik mesin,
peralatan atau bahkan tempat usaha baru guna memperoleh pangsa
pasar yang lebih luas.
e. Relokasi Proyek, yaitu pemindahan unit usaha dikarenakan alasan
tertentu guna untuk menyelamatkan usaha atau untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
3. Pembiayaan Konsumtif Syariah
22
Adhiwarman karim, op.cit hlm.231 23
Ibid., hlm.234 24
Ibid., hlm.237
-
19
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan individu baik kebutuhan barang
ataupun jasa dalam kehidupan sehari-hari. Pembiayaan konsumtif dalam
bank syariah biasa menggunakan akad murabahah, ijarah, IMBT, dan
istishna’.
4. Pemiayaan Sindikasi
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih
dari satu lembaga keuangan bank untuk membiayai projek tertentu.25
Pembiayaan ini biasanya dilakukan untuk membiayai proyek yang nilainya
sangat besar. Sehingga untuk meminimalisir resiko diperlukan kerja sama
antar lembaga keuangan untuk membiayai proyek tersebut. Pembiayaan
sindikasi memiliki 3 bentuk pembiayaan yaitu:
a. Lead SyndicationadalahPembiayaan suatu proyek yang dilakukan
oleh beberapa bank secara bersama-sama dengan salah satu bank
sebagai pemimpin proyek. Dalam pembiayaan ini bank
mengeluarkan modal dengan proporsinya masing-masing. Modal
tersebut kemudian dilebur sehingga kerugian dan keuntungan
proyek akan ditanggung bersama sesuai dengan proporsi
modalnya. Pemimpin pembiayaan sindikasi biasanya menyetorkan
modal yang lebih besar dari pada anggota sindikasi lain.
b. Club Deal adalah Pembiayaan suatu proyek oleh beberapa bank
secara bersama-sama tanpa disertai dengan peleburan modal
sehingga antara bank satu dengan bank lainnya tidak memiliki
hubungan kerja sama bisnis secara langsung. Dalam pembiayaan
ini masing-masing bank membiayai satu bidang yang berbeda
dalam proyek tersebut. Sehingga keuntungan dan kerugian bank
akan ditanggung masing-masing berdasarkan bidang yang mereka
biayai.
25
Binti Nur Aisyah, 2015, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Kalimedia, Yogyakarta,
hlm. 21
-
20
c. Sub Syndication adalah bentuk sindikasi yang terjadi antara satu
bank dengan salah satu bank anggota sindikasi dan kerja sama
bisinis antar mereka berdua tidak memiliki hubungan langsung
dengan peserta sindikasi lain.26
Hal ini kemungkinan terjadi apabila
salah satu bank sindikasi tidak dapat memenuhi proporsi modal
yang telah disepakati dalam sindikasi, sehingga anggota bank
sindikasi tersebut membentuk sub sindikasi dengan bank lainnya
guna untuk memenuhi proporsi modal yang telah disepakati.
C. Produk Pembiayaan
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, produk pembiayaan pada bank
syariah dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan prinsip yang
digunakan.yaitu:
1. Prinsip Bagi Hasil
a. Pembiayaan Mudharabah.
Produk pembiayaan mudharabah ditujukan untuk pembiayaan
yang bersifat produktif. Bank akan membiayai kebutuhan modal kerja
nasabah. Dalam pembiayaan ini nasabah berposisi sebagai mudharib
(pengelola dana) sedangkan bank sebagai shahibul mal (pemilik dana).
Pelaksanaan pembiayaan mudharabah dapat dilihat dalam gambar
2.1 dibawah ini.
26
Ibid.,hlm.23
-
21
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Mudharabah
Sumber: Antonio (2001:98)
Dalam skema diatas, nasabah yang mengajukan pembiayaan
kepada bank memilik keahlian dalam bidang usaha tertentu.Kemudian
bank sebagai pemilik dana membiayai seluruh modal yang dibutuhkan
nasabah dalam membangun usaha yang dikuasai.Nasabah dan Bank
Syariah kemudian menyepakati tentang nisbah bagi hasil keuntungan
usaha.Ketika usaha tersebut menghasilkan keuntungan, maka
keuntungan dibagi sesuai dengan porsi nisbah bagi hasil.Akan tetapi
apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut bukan merupakan
kelalaian dari nasabah dalam mengelola, maka kerugian 100%
ditanggung oleh bank.Selain memberikan bagi hasil nasabah juga
berkewajiban mengembalikan modal pokok yang dikeluarkan oleh
bank.
Landasan hukum pembiayaan mudharabah berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum
-
22
tentang pelaksanaan pembiayaan mudharabah telah diatur dalam
Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh).
b. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah biasanya ditujukan untuk nasabah yang
sudah memiliki usaha, akan tetapi membutuhkan tambahan modal
kerja untuk kemajuan usaha nasabah. Meskipun begitu, tidak menutup
kemungkinan juga pembiayaan ini diberikan kepada nasabah yang
baru ingin membangun usahanya.
Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah dapat dilihat dalam gambar
2.2 dibawah ini:
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Musyarakah
Sumber: Antonio (2001:94)
Dalam skema diatas nasabah yang mengajukan pembiayaan sudah
memiliki dana dan keahlian.Akan tetapi dana yang dimiliki belum
mencukupi atau mungkin bisa saja nasabah sudah mempunyai usaha
dan ingin mengembangkannya lagi,maka dari itu nasabah
memperlukan modal tambahan.Nasabah mengajukan pembiayaan
-
23
musyarakah ke bank.Nasabah dan Bank sama-sama menyetorkan
modal untuk menjalankan usaha.Usaha yang telah dibentuk dikelola
oleh nasabah.Keuntungan yang dihasilkan dari usaha tersebut
kemudian dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati, begitu
juga sebaliknya ketika usaha tersebut mengalami kerugian.Selain
menyetorkan nisbah bagi hasil, nasabah juga wajib mengembalikan
modal pokok yang diberikan oleh bank.
Landasan hukum pembiayaan musyarakah berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum
tentang pelaksanaan pembiayaan musyarakah telah diatur dalam
Fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah.
2. Prinsip Jual Beli
a. Pembiayaan Murabahah
Pada dasarnya pembiayaan Murabahah ditujukan untuk kebutuhan
konsumtif, meskipun tidak menutup kemungkinan juga pembiayaan
ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan produktif nasabah.
Pembiayaan murabahah produktif biasa digunakan untuk membiayai
kebutuhan jangka pendek perusahaan nasabah seperti pengadaan
barang baku atau penolong.27
Pelaksanaan pembiayaan Murabahah dapat dilihat pada gambar
2.3 dibawah ini.
27
M. Syafii Antonio, op.cit hlm.164
-
24
Gambar 2.3
Skema Pembiayaan Murabahah
Sumber: Antonio (2001:107)
Nasabah mengajukan pembiayaan murabahah kepada bank untuk
membelikan barang tertentu.Bank dan nasabah menyepakati margin
(tambahan) keuntungan bank dan syarat-syarat lain.Setelah disetujui
bank, bank akan membelikan barang yang diinginkan nasabah melalui
suplier.Suplier akan mengirimkan barang tersebut ke nasabah.Setelah
barang diterima, nasabah wajib membayar harga pokok plus margin
kepada bank secara angsuran.
Landasan hukum pembiayaan murabahah berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum
tentang pelaksanaan pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa
DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan murabahah.
b. Pembiayaan Salam
Dalam pembiayaan salam spesifikasi barang, waktu dan tempat
penyerahan harus jelas agar tidak terjadi masalah dikemudian
hari.Berbeda dengan murabahah, posisi nasabah dan bank justru
sebaliknya.Bank bertindak sebagai pembeli sedangkan Nasabah
-
25
bertindak sebagai penjual.Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk
pembiayaan pertanian ataupun industri.28
Pelaksanaan Pembiayaan Salam dapat dilihat pada Gambar2.4
dibawah ini.
Gambar 2.4
Skema Pembiayaan Salam
Sumber: Antonio (2001:113)
Contoh dalam hal pertanian.Dalam skema tersebut pertama
nasabah mengajukan pembiayaan untuk pembelian bibit.Bank akan
mengarahkan nasabah untuk pembiayaan salam.Nasabah dan Bank
bernegosiasi untuk kesepakatan harga, waktu dan tempat
penyerahan.Setelah disepakati, bank akan membayar hasil pertanian
nasabah dengan uang dibayar dimuka.Sedangkan hasilnya akan
diserahkan nanti sesuai kesepakatan.Kemudian bank akan menjual
hasil pertanian tersebut diperusahaan rekanan dengan mengambil
keuntungan.
Landasan hukum pembiayaan salam berdasarkan Fatwa DSN
No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan salam.Adapun
ketentuan umum tentang pelaksanaan pembiayaan salam telah diatur
28
Ibid.,hlm.165
-
26
dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.10/14/DPbs tertanggal
17 Maret 2008 tentang implementasi akad salam dalam produk
pembiayaan.
c. Pembiayaan Istishna’
Pembiayaan istishna’ biasanya digunakan untuk membiayai proyek
manufaktur, baik yang bersifat produktif maupun konsumtif.
Pelaksanaan pembiayaan istishna’ dapat dilihat pada gambar 2.5
dibawah ini
Gambar 2.5
Skema Pembiayaan Istishna’
Sumber: Antonio (2001:115)
Dalam pembiayaan manufaktur.Nasabah mengajukan pembiayaan
untuk pembangunan rumah dengan desain spesifikasi yang diinginkan
oleh nasabah.Bank dan Nasabah menyepakati harga, waktu dan syarat
ketentuan lain. Bank akan menghubungi perusahaan properti rekanan
untuk membuatkan rumah dengan spesifikasi yang diinginkan
nasabah.Pembayaran nasabah kepada bank dalam akad ini bisa
diangsurkan selama proses pembuatan pesanan.Keuntungan yang
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwij1-bP35vfAhUObo8KHe8iCtwQjRx6BAgBEAU&url=http://arsippkuliah.blogspot.com/2017/04/risiko-pasar-pada-pembiayaan-istishna.html&psig=AOvVaw2zv8yJ2KlkPHTkA5suY9zy&ust=1544754052137535
-
27
didapat bank adalah berupa selisih harga antara yang disepakati
dengan nasabah dan perusahaan rekanan.
Landasan hukum pembiayaan istishna’ berdasarkan DSN
No.06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan istishna’.Adapun
ketentuan umum tentang pelaksanaan pembiayaan istishna’ telah
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.10/14/DPbs
tertanggal 17 Maret 2008 tentang implementasi akad istishna’ dalam
produk pembiayaan.
3. Prinsip Sewa
Produk pembiayaan bank syari’ah dengan prinsip sewa menyewa
adalah Pembiayaan ijarah.Pembiayaan ijarah ditujukan untuk nasabah
yang membutuhkan manfaat suatu barang/jasa dalam jangka waktu
tertentu. Pelaksanaan akad ijarah dalam bank syariah dapat dilihat
pada gambar 2.6 dibawah ini.
Gambar 2.6
Skema Pembiayaan Ijarah
Sumber: Antonio (2001:119)
Dalam skema tersebut, nasabah yang membutuhkan hak guna
barang tertentu, menemui bank untuk mengajukan pembiayaan sewa.Bank
dan nasabah menyepakati harga sewa (ujrah), jangka waktu dan syarat
-
28
ketentuan lainnya.Bank menyerahkan barang yang diinginkan nasabah
untuk dimanfaatkan.Setelah waktu akad sewa habis, barang dikembalikan
sepenuhnya kepada bank.
Akad Ijarah kemudian dikembangkan lagi oleh perbankan menjadi
Akad Ijarah muntahiyah bitamlik (IMBT) yaitu akad sewa menyewa yang
diakhiri dengan perpindahan kepemilikan.Pengembangan akad ini
dimaksudkan agar barang yang dimiliki bank tidak terlalu banyak,
sehingga dapat mengurangi biaya perawatan barang.29
Selain itu
dikarenakan permintaan pasar terhadap produk ijarah yang bisa diakhiri
dengan pemindahan kepemilikan.
Pelaksanaan IMBT dapat dilihat dalam 2.7 dibawah ini.
Gambar 2.7
Skema Pembiayaan IMBT
Sumber: Sartika dan Adinugraha (2016:111)
Dalam skema diatas nasabah yang membutuhkan pembiayaan
IMBT mengajukan pembiayaan ke bank. Bank dan Nasabah menyepakati
ujrah dan harga barang beserta ketentuan-ketentuan lainnya.Bank membeli
29
Ibid., hlm.174
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwivlJSl7ZvfAhUGNI8KHXuFBagQjRx6BAgBEAU&url=http://dunia-keuangan.blogspot.com/2012/&psig=AOvVaw0c6J2LhFSd8bJCEMPsqBWp&ust=1544757721742764
-
29
objek sewa dari produsen untuk disewakan kepada nasabah.Nasabah
berkewajiban membayar ujrah beserta cicilan harga setiap bulannya
kepada bank.Diakhir waktu sewa, Objek sewa spenuhnya menjadi milik
nasabah.
Landasan hukum pembiayaan ijarah berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 10/16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah.Adapun ketentuan umum tentang
pelaksanaan pembiayaan ijarah telah diatur dalam Fatwa DSN
No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaanijarah.Sedangkan untuk
pembiayaan IMBT diatur dalam Fatwa DSN No.27/DSN-MUI/III?2002
Tentang Pembiayaan Ijarah Muntahiyah bi Tamlik.
D. Prinsip-prinsip penilaian pembiayaan
Prinsip penilaian pembiayaan merupakan pedoman yang harus
diperhatikan oleh bank syariah dalam melakukan pembiyaan. Prinsip pembiayaan
digunakan untuk mengetahui kelayakan pembiayaan, menekan risiko akibat tidak
terbayarnya pembiayaan dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
Adapun prinsip-prinsip pembiayaan tersebut adalah:30
1. Character
Character yaitu sifat atau perilaku nasabah pembiayaan. Hal in
perlu ditekankan bagaimana sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang
nasabah. Penilaian karakter digunakan untuk mengetahui sejauhmana
kemauan calon nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willness to pay)
sesuai perjanjian yang telah disepakati. Untuk memperoleh gambaran
tentang karakter nasabah pembiayaan, maka dapat ditempuh langkah-
langkah sebagai berikut:31
Meneliti riwayat hidup calon nasabah
30
Binti nur aisyah, op.cit hlm.80 31
Ibid.,hlm. 81
-
30
Meneliti reputasi calon nasabah
Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana
calon nasabah berada
Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi atau
berfoya-foya.
2. Capacity
Capacity yaitu kemampuan nasabah memperoleh laba dari usaha
yang dijalankannya sehingga dapat mengembalikan pembiayaannya
kepada bank dari laba yang dihasilkan. Penilaian ini sangat bermanfaat
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan calon nasabah untuk melunasi
pembiayaannya secara tepat waktu, dari hasil usaha yang dilakukannya.
Adapun pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas
nasabah adalah sebagai berikut:
Pendekatan historis yaitu menilai perkembangan usaha calon
nasabah dari waktu ke waktu, apakah menunjukkan
perkembangan yang cukup baik atau sebaliknya.
Pendekatan yuridis yaitu apakah secara yuridis calon nasabah
dapat mewakili untuk melakukan pembiayaan kepada bank
atau tidak.
Pendekatan manajerial yaitu mengetahui kemampuan calon
nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajaemen di
perusahaannya.
3. Capital
Capital yaitu kemampuan modal calon nasabah. Kemampuan
modal calon nasabah dapat dilihat melalui struktur modal, kinerja hasil
apabila calon nasabah tersebut adalah perorangan. Semakin besar modal
sendiri perusahaan, maka semakin besar kepercayaan bank terhadapa calon
nasabah. Hal ini dikarenakan kemampuan modal sendiri dapat menjadi
benteng dalam guncangan ekonomi makro. Modal sendiri (self financial)
tidak selalu harus berbentuk tunai, akan tetapi dapat berupa tanah,
bangunan, mesin-mesin dll.
-
31
4. Collateral
Collateral yaitu jaminan pinjaman yang dimiliki calon nasabah
kepada bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai sebuah
collateral meliputi jenis, lokasi, status kepemilikan jaminan, dan stabilitas
nilai jaminan. Bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan,
melainkan juga bisa berbentuk jaminan pribadi, letter of guarantea,
rekomendasi dan avalis.32
5. Condition
Condtion yaitu penilaian terhadap kondisi ekonomi secara spesifik
dan keterkaitannya terhadap usaha yang dijalankan oleh nasabah. Bank
memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi prospek usaha
calon nasabah kedepannya, membandingkan dengan jenis usaha lain
didaerah dan lingkungannya. Bank juga memperhatikan peraturan
pemerintah terkait usaha yang dijalankan calon nasabah, apakah perauran
yang ada cukup mendukung jalannya usaha nasabah atau justru
sebaliknya. Selain itu bank juga harus memperhatikan situasi politik yang
ada, apakah cukup ramah dalam menjalankan usaha tersebut atau tidak.
E. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang timbul akibat kegagalan pihak
nasabah dalam memenuhi kewajibannya kepada bank.33
Risiko ini dapat terjadi
akibat aktivitas penyaluran dana bank. Dalam penyaluran dananya bank
menghadapi lima masalah utama yaitu:34
1. Ketidakpastian kondisi pasar
Ketidakpastian kondisi pasar mewajibkan nasabah untuk bijak
dalam menghadapi perubahan pasar secara tiba-tiba. Perubahan pasar akan
mengakibatkan faktor-faktor produksi usaha nasabah menjadi tidak
32
Ibid., hlm. 83 33
Veitzal Rivai dan Rifki Ismail, 2013, ISLAMIC RISK MANAGEMENT FOR ISLAMIC
BANK Risiko bukan untuk ditakuti, tapi dihadapi dengan cerdik, cerdas dan profesional,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.13 34
Imam Wahyudi dkk, 2013, Manajemen Risiko Bank Islam, Salemba Empat, Jakarta,
hlm.91
-
32
efisien. Perubahan pasar juga dapat mengakibatkan naik dan turunnya
harga produk nasabah. Sehingga akan mempengaruhi laba yang akan
diperoleh oleh nasabah.
2. Perbedaan nilai jual agunan
Perbedaan nilai jual agunan pada waktu kontrak dengan waktu
eksekusi mengakibatkan tidak terpenuhinya pengembalian kewajiban
nasabah kepada bank. Hal ini bisa terjadi apabila bank melakukan
kesalahan dalam menilai penyusutan agunan.
3. Kredibilitas informasi
Informasi yang diberikan oleh nasabah kepada bank yang kurang
kredibel akan mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan informasi.
Ketidak seimbangan informasi ini memicu terjadinya kesalahan bank
dalam memilih nasabah pembiayaan atau kesalahan dalam membuat
perjanjian pembiayaan seperti penetapan limit, jangka waktu, margin,
nisabah serta nilai dan bentuk jaminan.
4. Masalah pengawasanpembiayaan
Masalah pengawasan pembiayaan terjadi akibat terlalu banyaknya
debitur yang dibiayai dengan nilai yang kecil-kecil. Hal ini mengakibatkan
bank malas dalam melakukan pengawasan yang intensif dan kalaupun
melakukannya, bank akan menanggung biaya pengawasan yang lebih
sehingga akan mengurangi profit yang diperoleh oleh bank dalam
pembiayaan tersebut.35
5. Ketidakmampuan bank dalam menilai sebab terjadinya gagal bayar.
Kegagalan bayar secara garis besar disebabkan oleh faktor
kemampuan keuangan (ability to pay) dan faktor itikad debitur
(willingness to pay). Ketika bank tidak dapat membedakan hal ini, maka
yang akan terjadi adalah bank akan salah menetapkan kebijakan
pembiayaan bermasalah debitur.
35
Ibid.,hlm.91
-
33
2.1.3 Inflasi
A. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang dapat
digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Inflasi perlu
menjadi pertimbangan bagi perusahaan atau pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan. Menurut Venieris dan Sebold inflasi dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan meningkatnya harga umum secara terus menerus sepanjang waktu.
Sedangkan menurut sadono sukirno inflasi diartikan sebagai proses ketika
terjadinya suatu kenaikan harga yang berlaku terhadap perekonomian. Ada 3 hal
penting yang perlu ditekankan dalam pengertian inflasi yaitu:36
1. Adanya kecenderungan kenaikan harga-harga yang terjadi pada kurun
waktu tertentu.
2. Kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus
(sustained), yang berarti kenaikan tersebut tidak dalam satu waktu tertentu
akan tetapi dalam jangka waktu yang cukup lama.
3. Tingkat harga yang dimaksudkan adalah tingkat harga umum yaitu tingkat
harga semua komoditas bukan hanya pada satu komoditas saja.
B. Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan faktor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke
dalam tiga macam yaitu:37
1. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan
adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan yang cukup besar dari
permintaan agregat yang tidak diimbangi dengan penawaran atau produksi
agregat. Dalam kondisi ini barang-barang yang tersedia di pasar menjadi
kurang dikarenakan tingkat produksi agregat yang ada sudah mencapai
36
Muana Nanga, 2005, MAKRO EKONOMI Teori,Masalah dan Kebijakan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm.237 37
Ibid.,hlm.245
-
34
maksimum atau produksi tidak dapat ditingkatkan dengan cepat untuk
mengimbangi permintaan agregat yang meningkat secara tiba-tiba. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva 2.1 dibawah ini.
Kurva 2.1
Kurva Inflasi Tarikan Permintaan
Sumber: Nanga (2005:245)
Mula-mula kondisi pasar ditunjukkan pada permintaan agregat
dengan harga dan jumlah permintaan . Kemudian terjadi kenaikan
permintaan dari ke , sehingga kurva permintaan agregat
bergeser ke yang menyebabkan tingkat harga naik dari ke
2. Inflasi dorongan biaya (inflasi sisi penawaran)
Inflasi dorongan biaya atau disebut juga inflasi sisi penawaran
adalah inflasi yang terjadi akibat dari adanya kenaikan biaya produksi
yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi yang
menyebabkan perusahaan mengurangi penawaran mereka ke pasar.38
Kondisi ini menyebabkan terjadi pembatasan penawaran dari satu atau
lebih sumber daya sehingga harga dalam pasar mengalami kenaikan atau
sengaja dinaikkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva 2.2
dibawah ini.
38
Ibid.,hlm.246
-
35
Kurva 2.2
Kurva Inflasi Sisi Penawaran
Sumber: Nanga (2005:246)
Mula-mula kondisi pasar ditunjukkan pada penawaran agregat
dengan harga dan jumlah permintaan . Kemudian terjadi kenaikan
biaya produksi yang mengakibatkan produsen mengurangi supply produk
mereka di pasar dari ke , sehingga kurva penawaran agregat
bergeser ke yang menyebabkan tingkat harga naik dari ke .
3. Inflasi struktural
Inflasi struktural yaitu inflasi yang terjadi dikarenakan adanya
kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran dalam
perekonomian menjadi kurang responsif terhadap permintaan yang
meningkat. Dalam kondisi ini meskipun permintaan agregat terus
meningkat, akan tetapi dikarenakan adanya kendala tertentu sisi
penawaran barang tidak memberikan respon terhadap permintaan atau
kehilangan fleksibilitas penawaran.
Menurut Paul Samuelson, berdasarkan tingkat keparahannya inflasi
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:39
39
Naf’an, 2014, Ekonomi Makro Tinjauan Ekonomi Syariah, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hlm.111
-
36
a. Moderate Inflation
Moderate Inflation yaitu dimana inflasi yang terjadi
mengalami tingkat kenaikan harga yang lambat. Umumnya
kenaikan yang terjadi hanya sebesar satu digit. Pada tingkatan ini
orang masih mau memegang uang dan menyimpan kekayaannya
dalam bentuk cash/tabungan daripada dalam bentuk aset riil.
b. Galloping Inflation
Galloping Inflation yaitu inflasi yang terjadi mulai cukup
parah dikisaran angka 20%-200% pertahun. Dalam kondisi ini
orang sudah mulai mengurangi penggunaan uang. Penyimpanan
aset kekayaan mulai dipindahkan dalam bentuk aset riil yaitu
rumah, tanah, bangunan dll. Uang hanya digunakan seperlunya saja
dan seminimal mungkin. Kondisi ini juga mengakibatkan pasar
uang mengalami penyusutan dan pendanaan akan dilakukan
dengan cara meningkatkan harga jual yang lebih tinggi. Sehingga
peminjam akan terbebabani dengan biaya yang cukup besar untuk
pinjamannya. Kondisi ekonomi yang cukup mengalami gangguan
ini mengakibatkan para investor akan lebih senang
menginvestasikan dananya ke luar negeri ketimbang didalam
negeri (capital outflow)
c. Hyper Inflation
Hyper Inflation yaitu inflasi yang sudah sangat parah
bahkan bisa berada di angka jutaan sampai triliunan pertahun.
Dalam kondisi ini orang sudah tidak mau menggunakan uang dan
semua aset kekayaannya akan disimpan dalam bentuk aset riil.
Inflasi ini merupakan inflasi yang sangat mematikan. Didalam
sejarah, tidak ada satu pun negara di dunia yang dapat bertahan
dalam menghadi jenis inflasi ini, contohnya adalah Weimar
Republic di Jerman pada tahun 1920-an.40
40
Ibid.,hlm.112
-
37
C. Pengukuran Inflasi
Inflasi dapat diukur dengan menggunakan tingkat inflasi (rate of inflation)
yaitu tingkat perubahan harga secara umum, dapat diformulasikan sebagai berikut:
Rate of Inflation =
Keterangan:
tingkat harga t :tingkat harga pada waktu t
tingkat harga t-1 :tingkat harga pada waktu tepat sebelum t
Indikator harga yang biasa digunakan dalam pengukuran inflasi adalah
dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu
ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Penentuan IHK atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH)
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian BPS akan
memonitoring perkembangan harga barang dan jasa tersebut secara bulanan di
beberapa kota.41
Selain menggunakan IHK inflasi juga dapat diukur dengan
mengunakan indikator berikut:
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Indeks Harga Perdagangan Besar yaitu harga transaksi yang terjadi
antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar
berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama suatu komoditas.
2. Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks Harga Produsen yaitu Indeks Harga yang mengukur
perubahan rata-rata harga yang diterima produsen domestik untuk barang
yang mereka hasilkan.
3. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)
41
Bank Indonesia, Pengenalan Inflasi
-
38
Deflator Produk Domestik Bruto menunjukkan perubahan harga
dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar nominal dengan
PDB atas dasar harga konstan.
C. Dampak Inflasi
Inflasi merupakan hal yang lumrah dalam perekonomian. Inflasi tidak
dapat 100% dicegah, akan tetapi dapat dikendalikan agar pertumbuhannya tidak
terlalu explosive. Dampak yang diberikan inflasi tidak selalu negatif terhadap
suatu perkenomian. Akan tetapi pada sektor tertentu juga memberikan dampak
positif. Adapun dampak inflasi menurut Naf’an adalah sebagai berikut:42
1. Dampak Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Dampak terhadap pendapatan sifatntya tidak merata, ada yang
dirugikan akan tetapi juga ada yang diuntungkan karena adanya inflasi.
Pihak yang biasanya dirugikan dengan adanya inflasi adalah pihak yang
memiliki pendapatan tetap seperti PNS, Tentara, Karyawan dan lain-lain.
Sedangkan pihak yang diuntungkan dengan adanya inflasi adalah pelaku
usaha, yang mana harga yang terjadi di pasaran meningkat sehingga
pendapatan yang dihasilkan pun meningkat searah dengan laju inflasi.
2. Dampak Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)
Kenaikan permintaan berbagai macam barang akan mendorong
perubahan faktor-faktor produksi beberapa barang tertentu, sehingga
mengakibatkan alokasi faktor produksi kurang efisien. Hal ini akan
berpengaruh pada penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dan
perubahan daya beli masyarakat terhadap beberapa jenis barang.
3. Dampak Terhadap Output (Output Effect)
Kenaikan harga barang akan memberikan stimulus bagi pelaku
usaha untuk meningkatkan produksinya. Dalam kondisi inflasi biasanya
kenaikan harga barang tidak langsung diikuti dengan kenaikan gaji.
Sehingga dengan begitu produsen akan sangat diuntungkan karena harga
42
Naf’an, op.cit hlm 124.
-
39
barang meningkat akan tetapi faktor produksi yaitu gaji tetap. Akan tetapi
jika laju inflasi terlalu tinggi maka tingkat produksi barang akan
cenderung diturunkan, hal ini dikarenakan nilai riil mata uang menjadi
tidak berharga sehingga pertukaran dilakukan antara barang dengan
barang.
4. Dampak Terhadap Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi mengakibatkan biaya-biaya terus naik termasuk
cost produksi. Sehingga aktivitas produksi dinilai tidak menguntungkan.
Maka dari itu pemilik modal biasanya akan menggunakan modalnya untuk
membeli aset-aset riil seperti tanah, rumah dan bangunan. Dikarenakan
aktivitas produksi yang turun drastis maka kegia