pengembangan kapasitas pendampingan

27
Bahan Bacaan Pelatihan Motivator KUB Wanita Industri Kecil z IV. PENGEMBANGAN KAPASITAS PENDAMPING 4.1 Mengenal Motif Dan Kapasitas Pribadi Motif Pribadi Motif atau motivasi ini diartikan sebagai daya dorong di dalam diri seseorang, sehingga orang tersebut melakukan tindakan, pekerjaan atau kegiatan tertentu. Prof. Dr. David C. Mc.Lelland, mengatakan bahwa di dalam diri setiap orang terdapat 3 motif yang sangat berpengaruh dalam berhubungan dengan lingkungan sekelilingnya. Oleh McLelland motif ini dinamakan sebagai motif sosial, yaitu motif affiliasi (Affiliation), motif kekuasaan (Power) dan motif prestasi (Achievemen). Motif Persahabatan (Affiliation Motivation) Yaitu motif yang tampil dalam tingkah laku seseorang yang menyenangi ‘keharmonisan’. maksudnya, dalam tingkah lakunya orang tersebut akan mencari bentuk hubungan yang erat dengan orang lain. Yang menjadi tujuannya adalah suasana yang penuh keakraban, santai dan harmonis. Bagi dirinya keakraban dalam hubungan dengan orang lain adalah tujuan utama. Bila mana berhasil membina hubungan yang harmonis dengan orang, itu merupakan suatu kebahagiaan yang tiada terhingga yang tak dapat diganti dengan apapun juga. Orang-orang yang mempunyai motif sepert ini biasanya adalah seorang teman yang baik; ia mempunyai perhatian yang besar kepada diri orang lain. Persoalan-persoalan orang lain dihayatinya sebagaimana ia menghayati dirinya sendiri. Demikian pula toleransinya cukup besar, kepuasannya didapat bila ia bisa secara bersama-sama dengan orang lain membina suatu keserasian. Motif Kekuasaan (Power Motivation) Motif kekuasaan ialah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominir orang lain. Seseorang yang memiliki motif kekuasaan senang bila dapat mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau berbuat seperti apa yang dikehendakinya. Bagi orang dengan motif kekuasaan, hubungan yang hangat dan harmonis bukanlah hal yang utama, namun kekuasaan atas orang lainlah yang menjadi idam-idamannya. Motif Prestasi (Achievement Motivation) Motif prestasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada tercapainya suatu prestasi tertentu. Bagi orang yang memiliki motif prestasi, yang penting adalah bagaimana caranya ia bisa mencapai sesuatu prestasi tertentu, dan yang lebih tinggi dari apa yang sudah pernah dicapainya. Mencapai atau memperoleh sesuatu yang lebih baik adalah suatu kebutuhan yang sulit dihilangkan dan ia akan berusaha terus menerus sampai pada IV - 1

Upload: kacung-abdullah

Post on 20-Jul-2015

122 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

MENGENAL MOTIF DAN KAPASITAS PRIBADI

z

IV. PENGEMBANGAN KAPASITAS PENDAMPING

4.1Mengenal Motif Dan Kapasitas Pribadi

Motif Pribadi

Motif atau motivasi ini diartikan sebagai daya dorong di dalam diri seseorang, sehingga orang tersebut melakukan tindakan, pekerjaan atau kegiatan tertentu.

Prof. Dr. David C. Mc.Lelland, mengatakan bahwa di dalam diri setiap orang terdapat 3 motif yang sangat berpengaruh dalam berhubungan dengan lingkungan sekelilingnya. Oleh McLelland motif ini dinamakan sebagai motif sosial, yaitu motif affiliasi (Affiliation), motif kekuasaan (Power) dan motif prestasi (Achievemen).

Motif Persahabatan (Affiliation Motivation) Yaitu motif yang tampil dalam tingkah laku seseorang yang menyenangi keharmonisan. maksudnya, dalam tingkah lakunya orang tersebut akan mencari bentuk hubungan yang erat dengan orang lain. Yang menjadi tujuannya adalah suasana yang penuh keakraban, santai dan harmonis.

Bagi dirinya keakraban dalam hubungan dengan orang lain adalah tujuan utama. Bila mana berhasil membina hubungan yang harmonis dengan orang, itu merupakan suatu kebahagiaan yang tiada terhingga yang tak dapat diganti dengan apapun juga.

Orang-orang yang mempunyai motif sepert ini biasanya adalah seorang teman yang baik; ia mempunyai perhatian yang besar kepada diri orang lain. Persoalan-persoalan orang lain dihayatinya sebagaimana ia menghayati dirinya sendiri. Demikian pula toleransinya cukup besar, kepuasannya didapat bila ia bisa secara bersama-sama dengan orang lain membina suatu keserasian.

Motif Kekuasaan (Power Motivation)

Motif kekuasaan ialah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominir orang lain.

Seseorang yang memiliki motif kekuasaan senang bila dapat mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau berbuat seperti apa yang dikehendakinya. Bagi orang dengan motif kekuasaan, hubungan yang hangat dan harmonis bukanlah hal yang utama, namun kekuasaan atas orang lainlah yang menjadi idam-idamannya.

Motif Prestasi (Achievement Motivation)

Motif prestasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada tercapainya suatu prestasi tertentu.

Bagi orang yang memiliki motif prestasi, yang penting adalah bagaimana caranya ia bisa mencapai sesuatu prestasi tertentu, dan yang lebih tinggi dari apa yang sudah pernah dicapainya. Mencapai atau memperoleh sesuatu yang lebih baik adalah suatu kebutuhan yang sulit dihilangkan dan ia akan berusaha terus menerus sampai pada suatu saat ia bisa memperoleh apa yang diinginkannya. Segala tindakan yang dilakukannya selalu dikaitkan dengan keinginan untuk lebih baik dari sebelumnya. Yang ada dalam pikiran orang-orang

dengan motif prestasi ini hanyalah suatu usaha, perjuangan agar ia bisa memperoleh sesuatu prestasi.

Perbedaan ketiga motif tersebut di atas dapat diperhatikan :

Motif affiliasi titik beratnya adalah bagaimana caranya membina hubungan yang baik (harmonis) dengan orang lain, pada motif kekuasaan/power adalah bagaimana caranya bisa menguasai orang lain, sedangkan pada motif prestasi adalah bagaimana caranya mencapai sesuatu tujuan yang bersifat prestatif.

Pada setiap orang ketiga motif tersebut ada bersama dalam dirinya. Akan tetapi kekuatan ketiga motif itu tidak sama, dan biasanya hanya satulah yang cukup kuat (dominan), sehingga akan tampil ke dalam suatu bentuk tingkah laku yang nyata dan hal inipun tidak lepas dari keadaan atau situasi lingkungan, apakah memungkinkan atau tidak lahirnya bentuk tingkah laku yang dikuasai oleh motif tertentu itu.

Penilaian atas motif seseorang, dapat dilakukan berdasarkan penyimpulan dari sejumlah tingkah laku yang ditampilkan. Seseorang dapat menyimpulkannya atas dasar pola berpikirnya atau atas dasar hal-hal yang diinginkan dan dari hal-hal yang tidak diinginkannya. Salah satu cara yang praktis untuk mengetahui motif mana yang dominan dari seseorang adalah dengan menganalisa cerita yang dituliskannya.

A K UTeori tentang A-K-U adalah teori yang didasari pengamatan, bahwa walaupun manusia sering kali tidak menyadari alasan dari tindakannya, namun tidak dapat disangkal bahwa tiap tindakan manusia sesungguhnya merupakan usaha untuk mencapai sesuatu. Dalam kerangka teori A-K-U, hal yang ingin dicapai manusia disebut Ambisi, sedangkan tindakan untuk mencapai ambisi itu disebut sebagai Usaha, yang dengan sendirinya disesuaikan dengan batas-batas Kemampuannya.

Keterpaduan antara ketiga unsur : Ambisi, Kemampuan dan Usaha (AKU) merupakan dasar yang membentuk kepribadian manusia. Setiap manusia memiliki gambaran AKU-nya masing-masing yang berbeda dari AKU manusia lainnya.

AKU tiap manusia adalah sesuatu yang dinamis, yang mungkin berubah dari waktu ke waktu. Perubahan dari AKU merupakan proses perkembangan kepribadian. Adalah hal yang mungkin terjadi apabila gambaran AKU yang dimiliki seseorang pada satu waktu adalah lebih baik dari gambaran AKU-nya di waktu kemudian.

AKU yang ideal terbentuk apabila ada keselarasan antara masing-masing unsurnya. Artinya ambisi yang dimiliki harus didukung oleh kemampuan yang dimiliki dan usaha yang dilakukannya. Untuk mencapai AKU yang ideal, seseorang harus mengenali dirinya.Mengenali dan mengembangkan AKU

Cara-cara mengenali AKU :

Cara yang dapat digunakan untuk mengenali AKU adalah dengan memanfaatkan Feed Back/Umpan Balik. Umpan Balik adalah segala informasi yang kita terima sebagai akibat dari perbuatan kita.

Umpan balik ini dapat berupa :

Kritik orang lain terhadap perbuatan kita dimasa lalu

Reaksi orang lain (diucapkan secara terang-terangan maupun tidak)

Saran orang lain bagi perbuatan kita dimasa datang

Hasil atau akibat dari perbuatan (usaha) kita.

Beberapa petunjuk untuk mengembangkan AKU :

Sadari batas-batas kemampuan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meninjau kembali sejumlah keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami sepanjang kehidupan. Analisa terhadap kegagalan harus dilakukan untuk mengetahui apakah kegagalan tersebut bersumber pada keterbatasan kemampuan, atau pada tidak efektifnya usaha yang dijalankan. Analisa ini dapat dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang telah diuraikan dibagian terdahulu

Ingatlah bahwa dasar dari ambisi adalah kebutuhan. Karena itu, cobalah mengenali kebutuhan dengan cara menyusun jenjang ambisi atau dengan cara menganalisa persamaan-persamaan yang ada dalam berbagai ambisi.

Ingatlah bahwa satu kebutuhan yang sama dapat dipenuhi melalui berbagai cara yang berbeda. Karena itu cobalah mengembangkan berbagai alternatif ambisi dan usaha yang memungkinkan pemuasan kebutuhan, setelah itu pilihan ambisi dan usaha dengan kemampuan yang tidak dapat diubah.

Susunlah skala prioritas dari ambisi agar mudah mengambil keputusan pada saat terjadi konflik ambisi. Penyusunan skala prioritas ini hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan, jangan biarkan konflik ambisi berlarut tanpa penyelesaian.

Biasakanlah membuat kriteria keberhasilan dari tiap ambisi. Dengan kata lain ambisi perlu ditetapkan/dirumuskan secara konkrit dan memiliki batas waktu kemudian gunakan feed back untuk menilai tercapai tidaknya ambisi

Gunakan umpan balik secara efektif

4.2Profile Tenaga Pemberdayaan Masyarakat

Citra Tenaga Pemberdayaan Masyarakat

Sekalipun tidak terdapat persayaratan baku yang dapat diterapkan untuk menjadi seorang pendamping, tetapi beberapa persayarat umum tetap relevan untuk digunakan yaitu :

1.Bersedia :

Bersedia, mengandung pengertian bahwa para pendamping memiliki waktu yang dapat digunakan untuk melakukan pendampingan. Tidak berdasar paksaan dan secara suka rela peduli terhadap persoalan dan tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat.

2.Diterima :

Diterima adalah ungkapan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat yang didampingi terhadap pendamping. Kepercayaan itu dapat berasal dari kemampuan yang memang dimiliki oleh yang bersangkutan maupun sikap yang selama ini dapat menjadi panutan.

3.Berkemampuan :

Sekecil apapun kemampuan mendampingi ada pada tiap orang, dan karena tidak ada pendidikan formal khusus guna "mencetak" pendamping maka kemampuan perlu senantiasa dikembangkan pendamping itu sendiri sejalan dengan tugas yang diterima.

Dengan demikian jelas kiranya bahwa persyaratan pendamping tidak semata-mata ditumpukan pada kemampuannya, tetapi berjenjang dari Bersedia ----- Diterima ------Berkemampuan. Hal ini mengandung pengertian bahwa pendamping bisa berasal dari siapa saja.

4.3Peran dan Fungsi Pendamping

Banyak orang menggunakan kata pembinaan untuk mewadahi suatu kegiatan yang bersifat memberikan pengarahan, petunjuk, melatih, menggurui, mencekoki, menggembalakan manusia. Seolah ada dua pihak yang satu maha tahu dan yang satu pihak tidak tahu apa-apa. Kata pembinaan berkembang dalam alam pikiran feodal, alam pikiran kekuasaan (yang dikuasai - yang menguasai) untuk membedakan siapa yang lebih dan siapa yang kurang atau siapa yang harus dihormati dari yang harus menghormati. Dalam kata pembinaan itu tercermin nuansa jarak, kesenjangan yang satu dengan yang lain. Juga nuansa apriori. Sedangkan komunikasi yang dijalankan biasanya satu arah, monolog bukan dialog.

Tidak begitu halnya dengan pendampingan KSM. Pendampingan adalah pihak yang ada berdekatan, samping menyamping, karenanya kedudukan antara keduanya sejajar/sederjat, tidak ada bawahan ataupun atasan. Hal ini mengandung implikasi bahwa pendamping hanya bisa memberikan alternatif/rekomendasi dalam rangka pengembangan KSM, dan ia tidak bisa mengambilkan keputusan bagi KSM. Namun demikian bila menelaah pengertian kata pendampingan itu sendiri, mencerminkan bahwa pihak yang didampingi merupakan pihak yang memiliki kelemahan, atau kekurangan, dan dipihak yang mendampingi adalah pihak yang memiliki kelebihan, kekuatan, kemampuan, dan sebagainya.

KSM mempunyai prinsip berdiri di atas kaki sendiri dalam mencapai kemandirian. Oleh sebab itu, dalam perkembangannya KSM membutuhkan pendamping, yang mampu mengangkat dan mendukung sehingga cepat berkembang dan mandiri. Dengan pemahaman ini maka pendampingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok untuk pemenuhan kebutuhan yang dibimbing.

Berangkat dari prinsip pengembangan KSM tersebut, maka pendampingan mempunyai pengertian sebagai berikut :

Pendampingan merupakan proses penyadaran diri bagi semua pihak yang terlibat.

Berkeyakinan bahwa kelompok dampingan dalam dirinya mampu berkembang sesuai dengan tujuannya.

Kegiatan pendampingan bermaksud menciptakan situasi yang mendukung perkembangan kelompok.

Pendekatan pendampingan bermaksud menciptakan situasi yang mendukung perkembangan kelompok.

Pendekatan pendampingan berangkat dari lapisan paling bawah (bottom up).

Pendampingan berorientasi pada pengembangan manusia seutuhnya.

Pendampingan dilaksanakan melalui kelompok dalam kelompok

Pendampingan memprioritaskan pada partisipasi, kesetiakawanan dan keswadayaan.

Dari semua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendampingan KSM merupakan kegiatan membantu kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan mereka dengan mendasarkan interaksi dari, oleh dan untuk anggota dalam kelompok serta kesetiakawanan antar kelompok dalam rangka pengembangan manusia seutuhnya.

KSM perlu didampingi karena mereka merasa tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Dikatakan mendampingi karena yang melakukan kegiatan pemecahan masalah itu bukanlah pendamping. Di sini pendamping hanya berperan menfasilitasi bagaimana memecahkan masalah, yang secara bersama-sama dengan masyarakat, mulai dari menelusuri permasalahan, mencari alternatif pemecahan masalah sampai pada peng-implementasiannya. Hal ini berarti bahwa pendamping dalam rangka memecahkan masalah hanya sampai pada memberikan alternatif-alternatif yang dapat diimplementasikan. Perihal alternatif mana yang diambil diserahkan sepenuhnya kepada KSM. Dan manakala masih ditemui kesulitan dalam menentukan alternatif yang paling baik untuk diimplementasikan, pendamping bersedia untuk membantunya. Maka dalam rangka pendampingan ini, hubungan antara pendamping dengan KSM adalah hubungan konsultatif dan partisipatif.

Jika kita lihat ruang lingkup pendampingan dan peran pendamping dalam ruang lingkup tersebut adalah :

NoRuang Lingkup PendampinganPeran Pendamping

1

2KSM

Pemecahan masalah

Pelatihan

Pengelolaan konflik

Koordinasi dengan pihak III

KSM

Lembaga pembina

Lembaga jaringan

Penyampaian informasi timbal balik :

KSM - Lembaga (sebaliknya)

KSM - Lembaga jaringan (sebaliknya)

KSM - KSM lain (sebaliknya)

Pengembangan minat fungsionaris

Meyakinkan fungsionaris

Pembinaan kerjasama dengan fungsionaris

LEMBAGA (di mana pendamping bekerja)

Meyakinkan

Pengembangan kerjasama

Penyampaian informasi/gagasan

Pengembangan hubungan lembaga - KSMKonsultan

Penghubung

Komunikator

Motivator

Koordinasi

Motivator

Komunikator

Penghubung

3LEMBAGA JARINGAN

Pembinaan kerjasama

Kegiatan negosiasi

Pembinaan hubungan

Penyampaian informasi/gagasan

Meyakinkan lembaga jaringan

Koordinasi

Negosiator

Penghubung

Komunikator

Motivator

Berdasarkan ruang lingkup dan peran pendamping di atas, dapat kita simpulkan bahwa peran pendamping adalah sebagai :

a. Fasilitator

Seorang pendamping diharapkan dapat mengkoordinir sumber daya yang ada di sekitar KSM, demi terciptanya situasi dan kondisi yang memungkinkan perkembangan KSM.

b. Motivator

Keberhasilan seorang pendamping KSM ditentukan oleh kemampuannya untuk memotivasi orang, yaitu kemampuan untuk mengarahkan orang untuk menemukan dirinya demi kesejahteraan bersama.

c. Katalisator

Untuk menjembatani hubungan individu dan kelompok, kelompok dan masyarakat, maka seorang pendamping dituntut untuk dapat berperan secara aktif sebagai seorang penghubung.

Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, pendamping harus hadir di tengah mereka, hidup bersama mereka dan menyelami kehidupan mereka. Kehadirannya secara teratur dapat membantu memecahkan masalah mereka demi perkembangan kelompok yang makin mantap ke arah penemuan diri dan kepercayaan diri KSM. Sedangkan untuk dapat melaksanakan perannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendamping, yaitu :

1. Mengusahakan peningkatan kemampuan dan kecakapan untuk kepentingan pendampingan.

2. Mengadakan refleksi tentang kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan.

3. Selalu mencari cara-cara pendampingan yang lebih efektif.

Pengembangan Diri

Manusia hanya dapat mengembangkan diri apabila dia mengenal dan memenuhi kebutuhannya satu-persatu. Kebutuhan itu dapat meliputi; Kebutuhan phisik, kebutuhan sosial dan kebutuhan spiritual. Hal ini dapat dikatakan bahwa kebutuhan hidup yang layak merupakan syarat untuk dapat hidup layak.

1.Kesadaran dan Kebutuhan

Seperti telah diketahui bahwa kesadaran manusia mengalami perubahan dan perkembangan dari tahap satu ke tahap yang lain. Perubahan dan perkembangan ini tentunya saja menuntut pula perubahan-perubahan dalam kebutuhannya sesuai dengan tingkat atau tahap kesadarannya. Makin tinggi tingkat kesadaran seseorang, makin tinggi pula kebutuhannya. Kebutuhan individu berangkat dari jenjang kesadarannya dan sesuai dengan kebutuhan jenjangnya.

Menurut Abraham Maslow maka jenjang kebutuhan itu bertingkat atau bersusun sebagai berikut : Kebutuhan dasar (Basic Needs)

Kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk adanya dan tercukupinya sandang, pangan dan papan. Kebutuhan akan hal tersebut menempati urutan yang pertama.

Kebutuhan rasa aman (Security Needs)

Kebutuhan akan rasa aman baik phisik, psikis maupun sosial

Kebutuhan rasa cinta (Love Needs)

Kebutuhan untuk dicintai orang lain yang kemudian menumbuhkan rasa cinta kepada orang lain. Kebutuhan rasa diterima.

Kebutuhan akan harga diri (Self Esteem Needs)

Kebutuhan untuk dihargai oleh orang lain dan kemudian menumbuhkan rasa penghargaan kepada orang lain serta rasa terima kasih kepada orang lain. Dengan adanya rasa itu ia merasa pantas berada di tengah-tengah orang lain, kerasan/betah dengan yang lain dan kebutuhannya diakui oleh orang lain.

Kebutuhan untuk memberikan diri sendiri (Dedication Needs)

Kebutuhan untuk menyumbangkan dirinya sebagai manusia yang berada guna peningkatan kepentingan orang lain.

Kebutuhan untuk menyatakan sadar diri (Self Recoqnation Needs)

Kebutuhan untuk mengetahui siapa dirinya agar dapat menempatkan diri sebaik-baiknya dalam lingkungan di mana dia berada.

Berpikir Analistis dan Kreatif

Berpikir analistis dan kreatif adalah suatu hal yang diperlukan oleh petugas lapangan, apabila harus memecahkan persoalan/ permasalahan di lapangan. Berpikir analistis memberikan pemecahan, menghasilkan ide-ide yang digunakan untuk menganalisa pemecahan masalah selanjutnya.

Berpikir analistis berlaku peraturan yang memungkinkan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal atau yang dapat diramalkan sebelumnya, karena dalam berpikir analistis terikat oleh fakta yang ada. Sedangkan dalam berpikir kreatif memerlukan imanjinasi atau daya khayal yang penuh untuk memberikan lebih dari satu jawaban.

Berpikir kreatif adalah sangat penting dalam hubungannya dengan tugas pembinaan kelompok swadaya atau pembinaan pengembangan program dari bawah, dimana dalam tugas pembinaan tersebut selalu terlibat dalam pemecahan persoalan, mengambil kebijakan, pendekatan dengan masyarakat, memberikan motivasi, inovasi, hubungan manusia dan lain sebagainya.

Yang dimaksud dengan berpikir kreatif adalah penggunaan daya khayal secara penuh, melampaui batas-batas analisa fakta yang rasional. Dalam banyak program yang dirancang untuk membantu masyarakat yang pada umumnya tingkat motivasinya rendah dan yang menekankan pada pemecahan masalah, terdapat kecenderungan untuk berpikir analistis dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memecahkan permasalahan tersebut. Namun hal ini tidak cukup dan merupakan gaya tradisional dalam memecahkan masalah. Dengan menggunakan daya pikir kreatif, ada kebebasan untuk membayangkan pemecahan-pemecahan yang berdaya cipta (kreatif) karena hal ini tidak pernah terpikirkan hanya atas dasar hal-hal yang bersifat kebijakan, rasional dan pragmatis.

Hambatan-hambatan Berpikir Kreatif

Dalam berpikir kreatif tidak mempunyai peraturan dan hambatan. Sedangkan hambatan-hambatan itu terletak pada peraturan-peraturan untuk memecahkan masalah karena dilatarbelakangi pendidikan, pengalaman, pengetahuan namun sayangnya hal ini menjadikan hambatan-hambatan dalam berpikir kreatif, sehingga banyak pertugas bekerja dengan kaki dekat dengan rem yang setiap saat dapat menginjaknya. Hambatan itu mungkin disadari atau tidak, yakni ia mungkin manyadari dan berusaha menghindarinya, atau mungkin ia tidak mengetahui adanya hambatan tersebut :

Hambatan yang dibuat sendiri

Banyak penafsiran terhadap segala sesuatu berdasarkan analisa atau berdasarkan kerangka berpikir analistis. Dan ini telah mendarah daging dalam diri kita. Kemungkinan hal itu salah menafsirkan tanda-tanda itu. Hal yang penting disini ialah bahwa interpretasi itu tergantung dari sudut pandangan orang yang melihatnya/ memandangnya dan bukan atas dasar maksud pembuat masalah/contoh, atau suatu obyek tertentu.

Hambatan yang tidak berusaha menantang kenyataanKemauan untuk mencoba membawa kita pada hambatan yang kedua. Terlalu sering kita menerima apa yang kita lihat tanpa melihat apakah benar. Dan kita sendiri, seringkali memandang dan tanpa mempersoalkan mengapa demikian ?

Hambatan jawaban tunggal dan tepat

Hambatan lain adalah memberikan suatu yang pas dan lazim atau memberikan jawaban berdasarkan apa yang diingini oleh pihak penanya atau pembuat masalah/contoh.

Hambatan karena kelaziman

Cara berpikir telah membentuk diri kita untuk memberikan jawaban yang tepat dan tunggal didasarkan pada rasional. Sedangkan dalam berpikir kreatif memungkinkan untuk memberikan jawaban lebih dari satu kemungkinan, walaupun kadang-kadang ide tersebut tampaknya aneh, tetapi ide ini dapat diubah menjadi ide yang sangat berguna.

Hambatan karena mengevaluasi terlalu cepat Hambatan ini banyak terjadi karena kebanyakan dari kita cenderung menggunakan cara berpikir analistis. Terutama dalam menerima ide-ide baru, sama dengan memikirkan ide itu sendiri. Hal ini terungkap dengan kata-kata; Itu tidak mungkin, itu tidak masuk akal. Tentu saja hal ini mematikan ide atau gagasan itu sebelum ide tersebut mempunyai kesempatan untuk muncul.

Hambatan takut dianggap bodoh atau gila Sering kali penemuan-penemuan baru oleh para ahli mula-mula dipandang aneh bin ajaib. Dan kita takut untuk dianggap bodoh atau gila dengan gagasan-gagasan yang aneh karena daya cipta (kreatifitas).

Hambatan pandangan masyarakat

Hambatan berpikir kreatif datang juga dari pandangan atau di nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat. Masyarakat tidak menghendaki hal-hal yang sudah dianggap mantap untuk dirubah dengan ide-ide atau gagasan-gagasan baru.

Masih banyak hambatan-hambatan lain yang menunjang pengembangan cara berpikir kreatif.

Cara-cara mengatasi hambatan

Melihat banyaknya hambatan dalam berpikir kreatif, maka cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi hambatan tersebut, yaitu :

Hambatan yang dibuat sendiri

Usaha memotivasi diri sendiri untuk bersikap lebih kritis

Memberikan sebanyak mungkin kemungkinan jawaban dari suatu masalah.

Sikap mau menerima ide-ide dari luar

Berusaha untuk tidak selalu berpendapat bahwa yang nyata itu selalu benar

Hambatan tidak berusaha menentang kenyataan

Harus banyak mencoba dan senang bertukar pikiran/pendapat dengan orang lain.

Mengurangi prasangka/praduga yang ada

Memperhitungkan dan berani mengambil resiko

Berusaha memahami hal-hal yang aneh

Jawaban tunggal dan tepat

Berusaha mencari ide-ide baru dengan jalan sumbang saran, bertukar pikiran.

Mencari dan mengumpulkan argumentasi terhadap beberapa sudut pandang terhadap sesuatu masalah.

Kelaziman

Harus berani mengambil resiko

Menyingkirkan rasa takut

Mengembangkan ide-ide baru

Penyadaran diri

Mengevaluasi terlalu cepat

Berusaha menghargai pendapat yang berbeda

Memberikan kesempatan dan membantu orang lain untuk melengkapi/memperkuat alasan-alasannya.

Mau mempertahankan ide-ide yang dianggap benar oleh pihak lain.

Takut dianggap bodoh/gila

Percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu menciptakan sesuatu yang baru. Percaya pada diri sendiri, kita juga mempunyai pengalaman yang spesifik/unik. Mau menerima diri dan membuka diriHambatan dari pandangan masyarakat

Mau menerima resiko dan menghilangkan ketakutan

Bersedia menerima kecaman dan kritik dari pihak-pihak lain

Bersedia untuk menerima kenyataanSIKAP PENDAMPING

Pengembangan DiriPengenalan Diri

Keteladanan

Adaptasi

Kekeluargaan

Kooperatif

Peduli sosial Tidak menggurui

Menempatkan diri

Terbuka

TOPENG-TOPENG KITA

1. Memakai kata-kata indah/puitis

2. Ilmiah/data-data ilmiah/rasional/nalar

3. Super-Man

4. Musyawarah untuk mufakat

5. Selalu bilang ya walaupun tidak

6. Selalu bilang tidak tahu padahal tahu

7. Selalu menempatkan diri

8. Mengutamakan penampilan

9. Menimbulkan simpatik orang lain

10. Sok tahu padahal tidak tahu

11. Berpura-pura menjadi (seperti) masyarakat yang dimasuki

12. Humor

13. Bahasa yang meyakinkan

14. Diam padahal tahu

15. Sok hebat

16. Sok terbuka

17. Pendengar yang baik

18. Pantomin

19. Bilang ya terus, walaupun tidak dilaksanakan

20. Tampil muda

21. Selalu pakai ayat-ayat suci

KENALKAH ANDA DENGAN DIRI ANDA !

Perubahan positif dalam kehidupan seseorang akan dicapai bila perkembangan kepribadian juga baik

Sikap kita jauh lebih jujur dan konsisten daripada kata-kata yang kita ucapkan

Sikap kita adalah sesuatu hal yang membuat orang lain tertarik atau tidak suka terhadap kita

Sikap kita sangat menentukan banyak hal dalam hidup kita :

Sikap kita terhadap kehidupan menentukan sikap kehidupan itu sendiri terhadap kita

Sikap kita terhadap orang lain akan menentukan sikap mereka terhadap kita

Sikap kita terhadap awal suatu tugas akan menentukan sukses atau tidaknya pekerjaan tersebut

Sikap kita benar-benar merupakan pemacu bagi diri kita sendiri. Akarnya berada di dalam namun buahnya berada di luar

Terlalu sering kita berusaha menjadi seorang manusia yang berbuat, sebelum kita menjadi seorang manusia yang menjadi

Kesuksesan kita lebih banyak dipengaruhi oleh cara kita berpikir. Sedangkan cara berfikir adalah salah satu hal yang dapat kita kedalikan oleh kita sendiri

Kita tidak dapat berlayar menentang angin, tetapi kita dapat mengatur layarnya.

MEMAHAMI ORANG LAIN

Memahami

Orang Lain

4.4Komunikasi dan Motivasi

Di dalam kelompok masyarakat sasaran, pengertian komunikasi adalah saluran untuk menerima informasi yang berguna, hubungan dengan pemerintah, pengetahuan, wadah untuk mendorong dan mempertinggi motivasi serta merupakan alat, sarana yang memungkinkan kelompok mencapai tujuan dengan baik. Pesan yang akan disampaikan oleh pengirim pesan (komunikator) haruslah diterima dan dimengerti sama oleh penerima pesan (komunikan).

Komunikasi dinyatakan sebagai suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Dari proses terjadinya komunikasi dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut :

a) Pemberi Pesan (komunikator)

b) Pesan (berita)

c) Media (saluran)

d) Penerima Pesan (komunikan)

e) Hasil (efek)

Unsur-unsur pokok dalam dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut :

a) Pemberi pesan (komunikator) adalah orang yang menyampaikan pesan.b) Pesan (berita) adalah suatu hal yang dikomunikasikan atau disampaikan.

c) Penerima pesan (komunikan) adalah orang yang menerima pesan.

d) Saluran (medium) adalah alat untuk menyampaikan pesan.

e) Tujuan (efek/hasil) adalah sesuatu yang ingin dicapai dari kegiatan komunikasi.Kelima unsur-unsur di atas dapat dilihat dari contoh sebagai berikut : Pemerintah menginformasikan pelaksanaan suatu Program Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG) kepada masyarakat melalui surat kabar dan televisi. Program KKG adalah suatu program khusus untuk pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat. Program ini ditujukan untuk keluarga miskin yang tergabung dalam dasa wisma. Dari contoh di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pemberi pesan (komunikator) adalah pemerintah yang menginformasikan program KKG sebagai suatu cara untuk pembangunan kesehatan masyarakat.

2. Pesan atau berita yakni Program KKG.

3. Penerima pesan (komunikan) adalah Masyarakat (Dasa Wisma).

4. Saluran adalah media yang digunakan yakni televisi ataupun surat kabar yang digunakan untuk menginformasikan pesan tersebut.

5. Hasil (efek) adalah program yang diterima dan dilakukan oleh Masyarakat.

Dari contoh tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pengirim pesan merasakan suatu kebutuhan untuk melakukan komunikasi, kemudian ia menyusun keinginan-keinginan tersebut dalam bentuk lambang-lambang atau kata-kata.

2. Langkah berikutnya pengirim pesan menyampaikan atau menyalurkan simbol-simbol komunikasi itu melalui media atau saluran komunikasi.

3. Bagi penerima pesan, ketika mendengar atau melihat simbol-simbol itu maka dia segera memberikan arti yang bermakna bagi dirinya.

4.Akhirnya, pengirim pesan dapat mengatakan bahwa dia sudah berhasil me-nyampaikan pesannya jika terjadi reaksi dari penerima pesan sesuai dengan maksud yang diinginkannya.Hambatan Dalam Komunikasi

Dalam berkomunikasi sering terjadi salah paham, hal ini disebabkan karena unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi tersebut ada yang tidak berjalan semestinya. Begitu pula dalam berkomunikasi antara pendamping dengan masyarakat, kadang-kadang dapat menimbulkan hubungan yang tidak baik. Untuk itu kita harus mempelajari hal-hal yang dapat menghambat proses berkomunikasi. Hambatan yang terdapat dalam unsur-unsur proses komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Ditinjau dari penyampai pesan (komunikator)

Keterampilan berkomunikasi, yaitu kemampuan menulis dan membaca serta kemampuan menggunakan daya pikir, sikap mental, percaya diri dan yakin pada ide/pesan yang dikomunikasikan.

Pengetahuan, yakni pengetahuan tentang isi pesan, proses komunikasi dan pengetahuan tentang karakteristik penerima pesan.

Sistem sosial, misalnya siapa teman-temannya, apa rencananya dan apa latar belakangnya

Kebudayaan, yaitu bagaimana kebudayaan dengan tata nilai tertentu mempengaruhi tindakan dan sikap seseorang dalam berkomunikasi.

b. Ditinjau dari pesan

Kode/sandi yang digunakan, simbol yang disusun secara sistematik serta mempunyai arti tertentu harus sesuai dengan kemampuan fisik, sosial, budaya, pihak-pihak yang berkomunikasi dan mudah dimengerti orang lain.

Isi pesan, yaitu apakah isi pesan yang disampaikan sudah sesuai dengan kebutuhan pelaku komunikasi.

Perlakuan terhadap pesan, yaitu bagaimana pesan disampaikan dan dikemas sesuai dengan saluran komunikasi yang dipakai.

c. Ditinjau Dari Saluran/Medium

Media atau saluran yang digunakan harus tepat pilih, disesuaikan dengan isi pesan yang akan disampaikan dan sasaran yang akan dituju. Media atau saluran yang akan dipakai harus bersifat umum (bahasa, isyarat dan lain-lain)

d. Ditinjau Dari Penerima Pesan (Komunikan)Keterampilan berkomuniksi, misalnya kemampuan berbahasa yang serupa dengan pihak komunikan, atau menggunakan bahasa tubuh (gerak gerik, isyarat) pada orang yang tidak dapat berbicara/gagu.

Sikap mental, yaitu bagaimana komunikan menerima suatu pesan yang disampaikan padanya ? Apakah bersifat terbuka, sinis atau bagaimana ?

Dalam melangsungkan suatu komunikasi ada beberapa rintangan-rintangan yang dapat timbul antara lain (1) sifat egois, (2) emosional, (3) perasangka, (4) penga-laman masa lampau, (5) lingkungan fisik yang kurang menguntungkan, (6) per-bedaan status sosial, (7) permusuhan, (8) kharisma, (9) stereotipe, (10) pembelaan diri.

Keterangan :

(1) Sifat EgoisSifat egois dicirikan oleh keinginan untuk selalu memikirkan kepentingan diri sen diri, tindakan atau kebijaksanaan yang diambil juga didasari pada pertimbangan pribadi. Akibatnya, pelaku komunikasi yang bersifat egois seperti ini cenderung kurang menghargai keterangan-keterangan yang dikomunikasikan oleh orang lain kepadanya.

(2) Sifat Emosional

Sifat emosional seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam proses komunikasi sangat mempengaruhi terjadinya proses komunikasi yang efektif. Orang yang emosional akan mudah tersinggung dan cenderung menilai sesuatu dari segi negatif sehingga setiap kegiatan komunikasi yang dilakukannya cen-derung menghasilkan komunikasi yang tidak efektif.

(3) Sifat Prasangka

Prasangka yang timbul dalam interaksi antara komunikator dan komunikan yang tidak harmonis akan menimbulkan kecurigaan sehingga setiap informasi yang didengarnya akan cenderung dihubungkan dan diinterpretasikan dari sisi yang negatif.

(4) Pengalaman Masa Lampau

Pengalaman masa lampau seorang pengirim pesan yang pernah menimbulkan kesan yang tidak baik, akan jauh lebih sulit dalam mengkomunikasikan pesannya.

(5) Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik yang kurang menguntungkan seperti tempat pengap, hujan deras, udara panas, dan suasana yang gaduh akan membuat orang sulit untuk berkonsentrasi menerima pesan-pesan komunikasi yang sedang dikomunikasikan.

(6) Perbedaan Status

Perbedaan status antara komunikator dan komunikan seperti tingkat pendidikan dan budaya acap kali merupakan hambatan yang paling sering ditemui dalam suatu kegiatan komunikasi.

(7) Permusuhan

Seorang komunikan yang mempunyai rasa permusuhan terhadap komunikator akan cenderung bersifat apatis dan antipati terhadap setiap informasi yang didengarnya.

(8) Kharisma

Kharisma (daya tarik) yang dimiliki seorang pengirim pesan yang menyampaikan pesannya dengan cara yang meyakinkan dan menarik, cenderung mengakibatkan penerima pesan terpaku dan tidak menanyakan apa isi pesan yang sebenarnya.

(9) Stereotipe

Steriotipe merupakan gambaran tertentu mengenai pribadi seseorang menurut golongannya, sukunya, jenis kelamin dan berbagai penggolongan lainnya.

(10) Pembelaan Diri

Membela diri merupakan rintangan yang sering menimbulkan permusuhan/ per-tentangan dalam suatu kegiatan komunikasi. Ini sering pada orang yang tidak merasa pasti akan kemampuan dirinya, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya acap kali ditafsirkan sebagai tuduhan atau keinginan untuk menguji.Prinsip KomunikasiAda beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi antara lain : Pada saat kita melakukan suatu komunikasi kita tidak boleh mempunyai prasangka atau praduga terlebih dahulu. Setiap kegiatan komunikasi harus dilakukan secara sungguh-sungguh, misalnya menjadi pembicara yang baik atau menjadi pendengar yang baik. Dalam proses ini kita tidak boleh melakukan penilaian awal baik kepada pembicara maupun kepada para pendengar.

Dalam setiap kegiatan komunikasi, kita harus diawali oleh adanya pendapat dan sikap yang mendasari kejadian komunikasi yaitu untuk mengetahui dan memahami sesuatu persoalan atau bahkan bermaksud mencarikan jalan keluar persoalan tersebut. Setiap pelaku komunikasi apapun status dan kedudukannya harus dapat menempatkan dirinya dengan status dan kedudukannya dan tidak bertindak sebagai penguasa atau orang yang serba tahu.

Setiap kegiatan komunikasi kita harus mampu menjadi pengamat yang baik, artinya bersikap teliti dan tidak melakukan interpretasi sebelum kegiatan komunikasi selesai.Komunikasi Yang EfektifKomunikasi kelompok dirumuskan sebagai hubungan antara pribadi individu-individu sebagian dari kelompok masyarakat cenderung menjalin saling hubungan, dimana salah satu diantaranya adalah dengan cara menjalin komuni-kasi secara terbuka.

Dalam program KKG, komuniksi kelompok sasaran adalah hubungan antara anggota kelompok, yang mana anggota kelompok adalah sebagian dari anggota masyarakat yang menjalin hubungan dengan pendamping dan instansi yang terkait, salah satu anggotanya menjalin komunikasi secara terbuka baik dengan pembina maupun sesama anggota lainnya.

Komunikasi kelompok dapat digolongkan menjadi 2 jenis penerima pesan (komunikan), yaitu :

a) Penerima pesan (komunikan) kelompok kecil.

b) Penerima pesan (komunikan) kelompok besar.

Penjelasan :

1. Suatu komunikan kelompok kecil adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dapat berlangsung dengan salah seorang anggota kelompok dengan tatap muka.

2. Suatu komunikan kelompok besar adalah komunikasi yang dilakukan komunikator tidak dapat langsung dengan anggota kelompok dengan tatap muka tetapi melalui diskusi antar kelompok.

Jenis Komunikasi

Jenis komunikasi terdiri dari : (1) komunikasi pribadi yang terdiri dari : a) komunikasi dengan diri sendiri, b) komunikasi antar orang, (2) komunikasi kelompok, (3) komunikasi massa.

Penjelasan :

(1) Komunikasi pribadi

a. Komunikasi dengan diri sendiri

Jenis komunikasi ini terjadi apabila kita berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Pada tahap komunikasi dengan diri kita sendiri, kita memproses dan menafsirkan informasi mentah yang kita peroleh untuk membuat keputusan. Pada tahap inilah yang sesungguhnya akan menentukan diterima atau ditolaknya suatu informasi dalam kegiatan komunikasi.

b. Komunikasi antar orang

Komunikasi ini terjadi apabila hubungan antara satu individu dengan individu yang lain, baik dalam bentuk verbal, maupun non verbal. Komunikasi ini terjadi biasanya secara berpasang-pasangan yang melibatkan paling tidak dua orang dalam suatu kejadian.

(2) Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan lebih dari dua orang komunikan.

(3) Komunikasi massa

Komunikasi yang menggunakan media massa. Adapun ciri-ciri komunikasi massa tersebut sebagai berikut : (a) sumber utama dalam komunikasi massa adalah organisasi komunikasi atau insan yang terlembagakan, (b) pesan bersifat umum, (c) komunikasi berlangsung satu arah, (d) komunikasi bersifat beragam, (e) medianya bersifat keserempakan, (f) alih reaksi tidak terjadi secara langsung.

Catatan :

Dalam Kelompok, komunikasi efektif selain pada rapat anggota/pertemuan rutin juga dapat dilakukan dengan kunjungan ke rumah masing-masing anggota.

Fungsi Komunikasi

a. Membangun Hubungan Menang - Menang

Analisis Transaksional

Istilah Analisis Transaksional/Transactional Analysist (TA) berkembang dari anggapan bahwa setiap komunikasi antar manusia adalah suatu transaksi. Pola komunikasi yang merupakan rangkaian transaksi dapat berhasil dan memuaskan pihak-pihak yang berkomunikasi, dapat juga gagal.

Analisis Transaksional, ialah metode yang menyelidiki hubungan timbal balik antar individu orang dengan menentukan bagian-bagian apa dari partner-partner hubungan itu ikut bermain.

Status Ego

Dalam diri setiap orang terdapat tiga status ego : Ego Orang Tua, Ego Dewasa dan Ego Anak-anak. Ketiga ego ini membentuk perasaan-perasaan yang mempengaruhi pola reaksi/tingkah laku seseorang. Biasanya status ego mana yang berperan pada saat tertentu ditentukan oleh tuntutan dari situasi pada saat tertentu. Jadi secara sederhana dapat dijelaskan bahwa seorang yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang baik, adalah orang yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan berdasarkan status ego yang dituntut oleh lingkungannya. Ketiga status ego tersebut berperan berganti-ganti sesuai dengan situasi.

Persoalan muncul apabila seseorang dengan status ego tertentu tidak memperoleh reaksi dari status ego mitra komunikasinya.

Contoh :

A:Tidakkah terpikir bahwa iklan di TV itu bisa menyinggung perasaan orang miskin ?

B: Emangnya gue pikirin ?

Si A menggunakan status ego Dewasa yang ditujukan kepada status ego Dewasa si B. Tetapi si B merespons dari status ego Anak-anak menuju ke status ego Orangtua.

Karakteristik masing-masing status ego adalah sebagai berikut :

(Status Ego Orangtua :Pada dasarnya status ego orangtua berupa nilai-nilai yang diajarkan oleh orangtua, bahwa : orangtua selalu benar dan unggul, orangtua selalu mengatakan kerja keras, jujur, taati peraturan, dan sebagainya. Orangtua umumnya menasehati, mendukung, merasa selalu benar dan tahu segalanya. Jika seseorang mengkomunikasikan gagasan yang merupakan aktualisasi dari nilai-nilai ini, berarti pada saat itu status ego orangtua yang sedang berperan.

(Status Ego Dewasa :

Seperti status ego orangtua, status ego dewasa ini juga terbentuk sejak kecil. Nilai-nilai yang menjadi cirinya, adalah : rasional, berpedoman pada kaidah-kaidah logika. Tindakan dewasa selalu berpedoman pada rasio, dan oleh karenanya dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai alasan-alasan yang masuk akal, mampu mengendalikan emosi, runtut dan bertanggungjawab.

(Status Ego Anak-anak :Status ego anak-anak terbentuk menyerupai karakter anak-anak, yang cenderung lugu, bicara apa adanya. Pada status ego ini, kanak-kanak cenderung mengatakan apa yang disenangi atau sebaliknya. Minta dilindungi, minta disayang, suka bermain dan sebagainya.

Model-model Transaksi.

Model-model transaksi komunikasi yang bisa berkembang dari individu-individu yang berkomunikasi, adalah :

(Saya tidak oke - kamu oke

(Saya oke kamu tidak oke

(Saya oke kamu oke.

b. Mempengaruhi Perilaku Orang Lain.

Menyesuaikan rangsangan dengan tingkat motivasi seseorang.

(Teori 2 Faktor dari Herzberg :a. Faktor Pendorong :

Bila faktor ini ada maka akan mendorong, namun bila tidak ada tidak akan berpengaruh apa-apa.

b. Faktor Perawat :

Bila faktor ini ada tidak akan berpengaruh apa-apa, tetapi bila tidak ada akan melemahkan motivasi.

Perpaduan teori A. Maslow dan Herzberg :F a k t o rHerzbergMaslow

Pendorongo Pekerjaan itu sendiri

o Prestasi

o Tanggung Jawab

oPenghargaan

oStatuso Pemenuhan Diri

(Self Aktualization)

o Dihormati, prestise, diakui

(Self Esteem)

Perawato Hubungan antar personal

o Supervisi

o

Kebijakan dan

Administrasi Organisasi.

o Keamanan kerja

o Kondisi pekerjaan

o Gaji

o Kehidupan sosial pribadio

Dimiliki, diperhatikan (Love/belonging)

o

Keamanan fisik dan

psikologis, jaminan hidup

(Safety)

o

Fisiologis, bertahan hidup

(Psychological)

(Teori Peluang :Tingkat motivasi seseorang cenderung tinggi ketika peluang keberhasilan berada pada posisi 50% : 50%. Lebih dari itu atau kurang dari itu akan cenderung melemah.

Motivasi

Motivasi adalah dorongan aktif diri seseorang yang mengakibatkan dia mau melakukan sesuatu dengan tujuan mencapai suatu yang diinginkan. Perbedaan motivasi antar orang di dalam melakukan sesuatu hal diwarnai oleh motif orang yang bersangkutan di dalam melakukan sesuatu.

Adanya dorongan/motivasi dalam menghadapi sesuatu akan berbeda cara pemecahannya tergantung pada tingkat kebutuhan, yaitu : (a) kebutuhan perwujudan diri sehinggga mampu untuk menyadari potensi yang dimilikinya, (b) kebutuhan sosial yaitu, kebutuhan menjadi anggota kelompok masyarakat dan diterima sebagai anggota penuh, (c) kebutuhan untuk memperoleh keamanan dan kesehatan, yaitu : bebas dari ketakutan, (d) kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk memperoleh reputasi, (e) kebutuhan fisik, yaitu : kebutuhan bertahan untuk hidup (sandang dan pangan).

Tujuan motivasi adalah : (a) Mengajak seseorang untuk berbuat sesuatu, (b) Mengajak seseorang untuk menyadari pemanfaatan atas potensi dirinya.

Untuk menggerakkan kelompok sehingga dapat termotivasi untuk mengembangkan usaha ekonomisnya, maka perlu melakukan teknis sebagai berikut :

a) Melibatkan kelompok dalam proses penemuan masalah dan melihat masalah itu perlu diatasi, Pada umumnya kegagalan kita dalam membina kelompok, disebabkan oleh ketidak berhasilan mengajak kelompok melihat permasalahan seperti cara kita melihatnya. Kalau kelompok masih menganggap bahwa masalah itu bukan bagian masalah dia, maka hal ini perlu penyadaran lebih lanjut. Yang menjadi prinsip adalah bahwa antara kelompok dan unsur perubahan harus sama-sama terlibat dalam suatu proses mengetahui perma-salahan.

b) Melibatkan kelompok dalam proses penentuan prioritas, tentang apa yang dikerjakan lebih dahulu, tergantung dari cara kelompok melihat permasalahan yang dihadapi.

c) Melibatkan kelompok di dalam proses pengambilan kebijakan. Setelah permasalahan diketahui bersama, kemudian kelompok diminta untuk menun-jukkan cara-cara penanggulangannya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki.

d) Melibatkan kelompok dalam proses pelaksanaan.

e) Melibatkan masyarakat untuk menilai perkembangan yang sudah dicapai dan usaha-usaha perbaikan untuk masa mendatang.

Teknik-teknik melibatkan kelompok yang telah diuraikan tersebut, dapat disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi. Namun secara garis besar dapat dilihat bahwa proses tersebut terjadi pada saat : perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Jika keterlibatan kelompok dalam ketiga proses tersebut dapat terjamin maka proses yang dilaksanakan dapat dibina oleh mereka, sebab :

a) Telah ada rasa ikut memiliki atau apa yang dikerjakan bersama.

b) Rasa tanggung jawab sudah dibangkitkan sejak awal, dan justru inilah yang paling dasar dalam proses keterlibatan atau motivasi kelompok untuk terlibat secara aktif dalam program pengorganisasian kelompok.

Adapun prinsip motivasi di dalam melakukan teknis tersebut adalah :

a) Harus terencana.

b) Harus jelas tujuan dan sasarannya.

c) Harus sesuai dengan kebutuhan kelompok.

d) Tidak boleh menyinggung perasaan kelompok sasaran.

e) Lebih baik dilakukan dengan orang kunci.

f) Tidak boleh dengan kekerasan.

Teknik motivasi orang secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : Ada 4 tipe orang yaitu : 1. Tipe ( D1) Orang yang malas dan bodoh/tidak terampil, 2. Tipe (D2) Bodoh/tidak terampil tetapi rajin, 3. Tipe (D3) Orang yang terampil tetapi tidak rajin dan 4. Tipe (D4) Orang yang rajin dan terampil. Adapun teknik membangkitkan motivasinya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tidak terampil

dan tidak rajin (D1)Rajin ,tetapi

Tidak terampil

(D2)Tidak rajin,

tetapi terampil

(D3)Rajin dan

terampil

(D4)

Teknik Motivasi Penyadaran

Pelatihan

Penugasan

Pembinaan Pelatihan

Penugasan

Pembinaan

Penyadaran

Konsultatif Pemberian tanggung jawab

Konsultatif

4.5Kepemimpinan

Sementara orang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah ketrampilan yang dapat diberikan kepada orang lain. Setiap orang dapat memperolehnya jika ia mau meluangkan atau menyediakan waktu dan tenaganya. Gagasan ini muncul dari anggapan bahwa setiap orang mempunyai pengaruh atas orang-orang lain, dan karena biasa dilakukan, maka pengaruh tersebut berkembang. Ini berarti bahwa setiap orang dapat mengembangkan potensinya dan menjadi pemimpin. Ordway Tead dalam bukunya The Art of Administration merumuskan bahwa : Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang untuk bekerjasama menuju suatu tujuan yang mereka inginkan.

Pengertian yang senada dengan pendapat tersebut dirumuskan pula oleh George R. Terry yang menyatakan bahwa : Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi manusia untuk mengusahakan secara sukarela tercapainya tujuan kelompok. Kedua definisi di atas tidak menyebutkan suatu jenis organisasi tertentu, karena kepemimpinan terjadi atau terdapat dalam segala situasi dimana seseorang mencoba untuk mempengaruhi tindak-tanduk seseorang atau kelompok. Jadi setiap kesempatan sebenarnya orang terlibat dalam suatu kegiatan kepemimpinan oleh, dari atau bersama orang lain.

Menelaah definisi kepemimpinan, maka kita dapat menemukan 3 unsur penting dalam kepemimpinan itu sendiri yakni :

1. Kemampuan (aktivitas) mempengaruhi

2. Kemampuan menggerakkan kerjasama

3. Kemampuan mengarahkan atau mencapai tujuan

Dalam artian praktis dan dihubungkan dengan fungsi kelompok swadaya, kepemimpinan dapat diartikan atau dapat dilihat sebagai :

1. Sekumpulan sifat-sifat kepribadian (biasanya dijuluki dengan ungkapan kepemimpinan simbolis)

2. Suatu kedudukan atau status, gelar yang terlihat dalam bagan organisasi. Jadi bila orang mendengar istilah kepemimpinan selalu dihubungkan dengan : Ketua I, II, biasanya lalu dikaitkan dengan Bp. Amat, Bp. H. Abas dsb. (kepemimpinan formal).

3. Suatu fungsi atau peranan yang dilakukan dalam suatu kelompok yang terorganisisir (kepemimpinan fungsional)

Inti dari kepemimpinan adalah tenaga yang dapat menimbulkan kegiatan dalam hubungan antar manusia, membimbing kegiatan-kegiatan itu ke arah terentu, memelihara atau membina kegiatan itu dan menyatukan tercapainya tujuan-tujuan bersama.

Kepemimpinan secara umum digolongkan dalam 3 tipe, yaitu :

Kepemimpinan yang OTORITER (OTOKRATIS) Kepemimpinan yang DEMOKRATIS

Kepemimpinan yang LIBERAL1.Ciri - Ciri Kepemimpinan Otoriter

Adapun yang menjadi ciri-ciri kepemimpinan OTORITER secara umum adalah sebagai berikut :

a. Semua keputusan tentang kebijaksanaan dilakukan hanya oleh pemimpin, yang dipimpin tidak diikut sertakan.

b. Cara kerja dan kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaksana ditentukan oleh pemimpin.

c. Pemimpin biasanya mendiktekan pekerjaan apa yang harus dilaksanakan bagi setiap anggota, dan yang lainnya tidak tahu atau tidak perlu tahu.

d. Pemimpin cenderung menganggap bahwa pekerjaan itu adalah dirinya, dan dirinya itu adalah segala-galanya.

2. Ciri - Ciri Kepemimpinan Demokratis

Adapun yang menjadi ciri-ciri kepemimpinan DEMOKRATIS secara umum adalah sebagai berikut :

a. Rencana kerja dan semua kebijaksanaan merupakan wewenang bersama untuk didiskusikan dan diputuskan bersama. Tentu saja dibimbing dan dibantu oleh pimpinan.

b. Apa yang dikerjakan kelompok ditentukan dan dirumuskan dalam pertemuan kelompok. Pimpinan hanya melontarkan kemungkinan-kemungkinan pemecahan untuk dipikirkan dan diputuskan oleh kelompok. Selanjutnya, pemimpin hanya melakukan apa yang telah diputuskan kelompok.

c. Anggota kelompok bebas menentukan jenis usahanya sendiri.

d. Komunikasi pemimpin dan yang dipimpin berjalan dua arah. Setiap persoalan baru sedapat mungkin dibicarakan dengan anggota atau wakil para anggota sehingga partisipasi anggota selalu dinomor satukan.

3. Ciri - Ciri Kepemimpinan LiberalAdapun yang menjadi ciri-ciri umum kepemimpinan LIBERAL adalah sebagai berikut :

a. Kelompok yang memiliki pemimpin yang liberal benar-benar bebas untuk menentukan keputusan mereka sendiri, dengan partisipasi yang sangat minimum dari pemimpin.

b. Berbagai macam kebutuhan kelompok disediakan oleh pimpinan

c. Pimpinan kelompok sedikit sekali ikut berpartisipasi dalam pemecahan masalah kelompok.

d. Pimpinan kelompok jarang sekali memberikan komentar atas apa yang dikerjakan oleh anggota, kecuali bila diminta.

Kepemimpinan sebagai salah satu kegiatan, maupun sebagai proses, tentunya mempunyai ciri-ciri tersendiri dan memerlukan pemikiran-pemikiran yang tertentu pula pada penerapannya. Dalam pelaksanaannya perlu diketahui beberapa prinsip pokok kepemimpinan yang sekaligus merupakan faktor yang mempengaruhi kepemimpinan itu sendiri.

Prinsip-prinsip Kepemimpinan tersebut adalah :

Prinsip Komunikasi

Dalam suatu proses kepemimpinan tentu selalu terkait paling tidak dua pihak yaitu pihak yang memimpin dan pihak yang dipimpin. Kedua-duanya dapat tunggal atau kedua-duanya dapat jamak. Pihak yang memimpin akan berusaha memberikan bantuan seperti apa yang diharapkan oleh yang dipimpin, sedang pihak yang dipimpin diharapkan dapat mewujudkan harapan apa yang sebenarnya diinginkan.

Fungsi kedua belah pihak akan dapat berjalan lancar bila terlebih dahulu terjadi proses komunikasi. Dalam hal ini yang dimaksud dengan komunikasi adalah penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Dalam kepemimpinan bentuk komunikasi yang terjadi mungkin searah atau dua arah, ataupun pula merupakan suatu komunikasi yang berantai. Dengan sendirinya pihak pemimpin harus dapat menentukan bentuk mana yang paling baik yang harus digunakan.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan

Bila terjadi suatu proses komunikasi yang berwujud suatu kepemimpinan, tentu sebelumnya telah terjadi suatu keadaan dimana ada permintaan terlebih dahulu dari pihak yang ingin dipimpin. Atau mungkin pula terjadi sebaliknya, yaitu dari pihak pemimpin yang melihat bahwa seseorang atau sekelompok orang itu perlu dipimpin. Tetapi bagaimanapun juga sebab adanya kepemimpinan tentu karena ada masalah. Hal inilah yang menjadi sumber terjadinya proses kepemimpinan. Sekelompok orang akan merasa memiliki masalah bila keadaan dirinya atau lingkungannya tidak sesuai dengan harapan yanag dimilikinya. Harapan itu dapat berupa suatu harapan yang mendesak untuk segera dipenuhi atau suatau harapan yang sifatnya jangka panjang. Harapan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan langsung dari kehidupannya sering pula disebut kebutuhan.

Prinsip penerimaanTelah dinyatakan bahwa kepemimpinan untuk suatu pemecahan masalah itu selalu menyangkut dua atau lebih pihak. Yaitu, pihak yang dipimpin dan pihak yang memimpin. Biarpun ada dua pihak, tetapi keduanya mempunyai kepentingan yang sama. Jadi hubungan kepemimpinan lebih bersifat hubungan edukatif.

Karena pada prinsipnya kepemimpinan itu bertujuan yang bulat (satu tujuan) maka yang terpenting adalah bahwa kedua belah pihak itu bersatu untuk pemecahan masalah. Untuk terciptanya kesatuan tersebut, sang pemimpin harus mampu menerima orang lain seperti apa adanya, dengan kekuatan dan kelemahannya. Oleh karena itu, syarat pokok bagi seorang pemimpin dalam menghadapi sekelompok orang atau seorang antara lain adalah :

Dapat menjadi pendengar yang baik, artinya mampu menunjukkan kepada yang sedang dipimpin bahwa ia sangat tertarik akan persoalannya. Di samping itu juga dia dapat menangkap semua apa yang dipermasalahkan.

Dia dapat menjadi pendengar tanpa memberi penilaian terlebih dahulu.

Punya sikap yang luwes yang dapat meyakinkan bahwa dia benar-benar ingin membantu memecahkan persoalan.

Prinsip pengatasan masalah

Komunikasi yang teratur dengan para bawahan adalah syarat mutlak yang diperlukan dalam proses kepemimpinan. Komunikasi itu sendiri harus mengarah, artinya harus membicarakan atau mengenai hal yang menjadi masalah dari kelompok yang sedang dipimpin. Agar kepemimpinan dapat mengenai sasarannya dengan tepat, maka pihak pemimpim harus benar-benar dapat menghayati dan menerima kelompok seperti apa adanya. Karena sifat hubungan itulah maka dituntut suatu pengertian yang wajar, bahwa pemecahan masalah itu sendiri haruslah oleh kelompok bersama pemimpinnya, dan bukan hanya oleh si pemimpin saja, ataupun tanpa pengarahan dari si pemimpin.

Semua hal itu didasarkan atas suatu pengertian bahwa sesungguhnya kepemimpinan itu sendiri hanyalah bantuan dan bukannya penyerahan kewajiban. Dengan terpecahkannya masalah oleh kelompok sendiri, setiap anggota kelompok akan merasa bahwa, masalah itulah masalahnya. Penanaman rasa tanggungjawab dalam kelompok atas masalahnya sendiri itu merupakan tujuan juga dalam proses kepemimpinan itu sendiri.

Kepemimpinan Situasional

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa kepeminpinan dipengaruhi oleh situasi dan perubahan situasi akan menyebabkan perubahan dalam kemampuan kepemimpinan yang merupakan gaya pemimpin. Gaya seorang pemimpin dapat digambarkan dalam berbagai cara. Beberapa tokoh tertentu sering disebut gayanya terus terang dan keras kepala, sementara yang lain gayanya murah hati dan serba boleh. Ada pula yang diibaratkan pelatih dan ada lagi yang dijuluki dengan gaya yang meyakinkan. Alhasil ada banyak kata sifat digunakan untuk menggambarkan tindakan dan pernyataan-pernyataan seorang pemimpin pada saat mereka berupaya untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain.

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. Pemimpin atau kepemimpinan adalah pekerjaan mempengaruhi tingkah laku orang lain.

Mempengaruhi tingkah laku orang lain jangan dianggap sepele, karena lebih merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya, apalagi dihadapkan pada situasi yang selalu mengalami perubahan. Dalam konteks ini seorang pemimpin jangan berharap akan menemukan satu formula yang dapat diterapkan pada semua situasi. Untuk itu pahamilah semua jenis pendekatan dan pahamilah konsep kepemimpinan efektif, kemudian praktekanlah dengan penuh keterampilan.

Memilih gaya kepemimpinan yang tepat

Para pemimpin efektif tahu bagaimana caranya menyesuaikan gayanya dalam berbagai situasi, dan pada saat berusaha mempengaruhi orang lain. Mengapa ? Karena dalam kebanyakan situasi, pada saat berhadapan dengan individu maupun kelompok, tidak ada gaya kepemimpinan serba guna.

Pada saat berusaha mempengaruhi orang lain, tujuan utama pemimpin adalah :

(1) mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu,

(2) menunjukan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut.

Kemampuan seorang pemimpin dalam mendiagnosa kemampuan tidak boleh terlalu ditekankan, karena keinginan dan kemampuan para bawahan bervariasi, sehingga pemimpin juga harus memiliki sensitivitas dan kemampuan mendiagnosa dalam mengenali dan menghargai perbedaan-perbedaan. Tanpa kemampuan diagnosa, para pemimpin dapat dikatakan tidak efektif meskipun mereka dapat mengadaptasikan gaya kepemimpinan untuk memenuhi kebutuhan lingkungannya.

Landasan kerja di setiap profesi adalah proses belajar berkesinambungan. Para dokter, misalnya, membuat keputusan diagnosa untuk menentukan cara pengobatan. Jika kondisi dan gejala-gejalanya berubah, cara pengobatan juga mungkin harus diubah. Hal ini bukan merupakan proses trial and error atau tanpa usaha, tetapi lebih merupakan proses rasional. Para pemimpin membutuhkan kerangka kerja sama yang dapat memberikan dasar bagi proses kepemimpinan mereka.

Berkaitan dengan gaya dan cara pemimpin menjalankan kepemimpinaannya, kiranya pelu dipertimbangkan setiap situasi dan kondisi khusus dalam rangka memahami gaya kepemimpinan mana yang lebih tepat untuk diterapkan.

Untuk mendiagnosa berbagai situasi yang berbeda dan menentukan tingkah laku pemimpin mana mempunyai probabilitas kesuksesan tinggi, maka dapat diketahui melalui konsep gaya kepemimpinan situasional. Gaya kepemimpinan situasional telah dianggap relevan dan bisa memenuhi kriteria untuk mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu dan telah menunjukan gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan situasi.

Gaya Kepemimpinan Situasional

Pada dasarnya tidak ada gaya kepemimpinan yang baik seluruhnya dan tidak ada pula yang jelek semuanya. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang mampu memanfaatkan situasi, sikap dan kesempatan antara atasan dengan bawahan, sehingga hanya keserasianlah yang ada. Para pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi.

Meskipun pendekatan situasional dalam kepemimpinan dirasakan perlu, namun hal itu tidak banyak dirasakan membantu para pemimpin yang selama ini memang sudah memimpin, yang memang membuat keputusankeputusan kepemimpinan setiap harinya. Jika memang segalanya tergantung pada situasi ini benar, maka mereka hanya perlu tahu kapan mesti menggunakan gaya yang mana.

Unsur-unsur situasi yang mempengaruhi suatu gaya kepemimpinan tertentu menjadi tepat-guna pada situasi yang dihadapinya, antara lain adalah : unsur waktu, tuntutan tugas-tugas, iklim organisasi, atasan, kerabat kerja (rekan sejawat), dan keterampilan serta harapan-harapan para bawahan. Pada dasarnya, taraf perilaku mengarahkan atau mendorong semangat yang dilakukan oleh seorang pemimpin bergantung pada taraf perkembangan sang bawahan dalam melaksanakan suatu tugas, peran atau sasaran tertentu yang diberikan oleh sang pemimpin secara perorangan maupun melalui kelompok.

Secara umum beberapa hal yang menjadi ciri pokok dari gaya kepemimpinan situasional adalah sebagai berikut :

Pertama, Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan situasional dapat menerapkan beberapa hal pokok seperti : harus menyadari pentingnya pengembangan para bawahannya dari segi motivasi, keahlian, pembuatan keputusan dan keterampilan penyelesaian masalah.

Kedua, Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan situasional selalu menerapkan tanggungjawab pengembangan.

Ketiga, Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan situasional memiliki motivasi pada bawahannya agar tidak tergantung pada orang lain.

Keempat, Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan situasional selalu berperan aktif dalam membentu pertumbuhan bawahannya.

Untuk memperjelas gambaran tentang gaya kepemimpinan situasional, dapat dilihat pada diagram kepemimpinan situasional, terlampir.

Apa Yang Harus Di Pahami

Bagaimana

Rasa takut

Rasa cemas

Rasa khawatir

Harapan-harapan

Kekecewaan (pengalaman)

Potensi diri/kelemahan-kelemahan

Prinsip/nilai/norma yang diyakini

Kepekaan untuk menangkap/ membaca orang lain

Mampu membangun rasa saling percaya, dan ketergantungan

Mampu memanfaatkan semua sarana/bahasa komunikasi

IV - 1