pengembangan model komunikasi dalam pemberdayaan

12
INDARDI Program Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected] Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan Masyarakat Tani ABSTRACT The aims of this study were to portrait and understand a communication model for farmer community empowerment in the field and development efforts for the success of the farming community in the future. This study use constructivistic qualitative-interpretive paradigm. By understanding the phenomena that occur in the communication process in Lestari Makmur mushroom farmer group, identify important categories and con- struct as a portrait communication model. Based on the portrait of commu- nication model, researchers tried to find alternative communication model for the future successfully of the farmer groups. This study has found an early model, which describes a communication model of mushroom farmer community em- powerment that tend to be authoritarian. The leader of the farmer groups dominate in many things. It has been found two alternative community empowerment communication model: 1) Communication model of farmer community empowerment with the professional assistance, 2) Communica- tion model of farmer community empowerment with democratic leadership. It was concluded that the communication model of empowerment should be directed at the professional assistance, and for the future sustainability of the group, they are directed at the communication model with democratic leadership. It is important to suggest to the farmer groups about the substan- tive of community empowerment, to understand on a mushroom farmer groups that responsibility is not only the cultivation of course, there are still many things to be done as a group of farmers to be more advanced in the future. Keywords: communication model, farmers community empowerment, mushroom farmers INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk memotret dan memahami suatu model komunikasi pemberdayaan masyarakat tani di lapangan dan upaya pengembangannya untuk keberhasilan masyarakat tani ke depannya. Kajian ini menggunakan paradigma kualitatif-interpretatif konstruktifistik, untuk memahami fenomena proses komunikasi yang terjadi di kelompok tani jamur merang Lestari Makmur, mengidentifikasi kategori-kategori penting dan mengkonstruksinya sebagai suatu potret model komunikasi. Berdasarkan potret model komunikasi yang ditemukan, peneliti mencoba mencari alternatif model komunikasi untuk keberhasilan kelompok tani ke depannya. Penelitian ini menemukan suatu model awal, yang menggambarkan suatu model komunikasi pemberdayaan masyarakat tani jamur merang yang cenderung otoriter, k etua kelompok tani mendominasi dalam berbagai hal. Ditemukan dua (2) model komunikasi pemberdayaan masyarakat alternatif, yakni Model DOI:10.18196/agr.2128

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

INDARDIProgram Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah [email protected]

Pengembangan Model Komunikasidalam Pemberdayaan MasyarakatTani

ABSTRACTThe aims of this study were to portraitand understand a communication modelfor farmer community empowerment inthe field and development efforts for thesuccess of the farming community in thefuture. This study use constructivisticqualitative-interpretive paradigm. Byunderstanding the phenomena that occurin the communication process in LestariMakmur mushroom farmer group,identify important categories and con-struct as a portrait communicationmodel. Based on the portrait of commu-nication model, researchers tried to findalternative communication model for thefuture successfully of the farmer groups.This study has found an early model,which describes a communication modelof mushroom farmer community em-

powerment that tend to be authoritarian. The leader of the farmer groupsdominate in many things. It has been found two alternative communityempowerment communication model: 1) Communication model of farmercommunity empowerment with the professional assistance, 2) Communica-tion model of farmer community empowerment with democratic leadership.It was concluded that the communication model of empowerment should bedirected at the professional assistance, and for the future sustainability of thegroup, they are directed at the communication model with democraticleadership. It is important to suggest to the farmer groups about the substan-tive of community empowerment, to understand on a mushroom farmergroups that responsibility is not only the cultivation of course, there are stillmany things to be done as a group of farmers to be more advanced in thefuture.Keywords: communication model, farmers community empowerment,mushroom farmers

INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk memotret dan memahami suatu modelkomunikasi pemberdayaan masyarakat tani di lapangan dan upayapengembangannya untuk keberhasilan masyarakat tani ke depannya. Kajian inimenggunakan paradigma kualitatif-interpretatif konstruktifistik, untukmemahami fenomena proses komunikasi yang terjadi di kelompok tani jamurmerang Lestari Makmur, mengidentifikasi kategori-kategori penting danmengkonstruksinya sebagai suatu potret model komunikasi. Berdasarkanpotret model komunikasi yang ditemukan, peneliti mencoba mencari alternatifmodel komunikasi untuk keberhasilan kelompok tani ke depannya. Penelitianini menemukan suatu model awal, yang menggambarkan suatu modelkomunikasi pemberdayaan masyarakat tani jamur merang yang cenderungotoriter, k etua kelompok tani mendominasi dalam berbagai hal. Ditemukandua (2) model komunikasi pemberdayaan masyarakat alternatif, yakni Model

DOI:10.18196/agr.2128

Page 2: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

76Jurnal AGRARIS

Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Tani denganPendampingan Profesional dan Model KomunikasiPemberdayaan Masyarakat Tani dengan KepemimpinanDemoktaris. Disimpulkan bahwa model komunikasipemberdayaan harus diarahkan pada pendampinganprofesional, dan untuk keberlanjutan kelompok kedepannya diarahkan pada model komunikasi dengankepemimpinan demokratis. Penting disarankanmemahamkan kepada kelompok tani tentang hakekatpemberdayaan masyarakat, memahamkan pada kelompoktani jamur merang bahwa tanggung jawabnya tidak hanyabudidaya saja, masih banyak hal yang harus dikerjakansebagai sebuah kelompok tani agar lebih maju kedepannya.Kata Kunci: model komunikasi, pemberdayaan masyarakattani, petani jamur merang.

PENDAHULUANProgram pembangunan diantaranya bertujuan untuk

menghasilkan manusia berkualitas pembangunan; untukitu “partisipasi orang banyak (masyarakat) sangatdiperlukan”; dan keterbukaan adalah kunci memperolehketerlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan.Rogers dan Shoemaker (1971) mendefinisikan partisipasisebagai tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam“proses pengambilan keputusan”. Partisipasi masyarakatsemakin besar apabila mereka semakin banyak terlibatdalam pengambilan keputusan mulai dari perencanaansampai akhir kegiatan pembangunan. Pengertianpartisipasi secara luas meliputi proses perencanaan,pelaksanaan, pengambilan keputusan, evaluasi sertaakhirnya menikmati hasil pembangunan itu sendiri(Levis, 1996).

Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pembangunanpertanian di Bantul, sangat ditentukan oleh sejauh manakeberhasilan membangun sumber daya manusianya, yaitupetani. Karena petanilah yang menjadi pelaku utama danpertama (produsen) dalam memproduksi berbagaikomoditas yang ada. Oleh karena itu, pemberdayaanmasyarakat petani menjadi pendekatan pembangunanpertanian yang penting di era otonomi daerah.

Otonomi daerah telah mengubah secara mendasarpenyelenggaraan pemerintahan, yang semula serbaterpusat, kini ada pengaturan pembagian kewenanganantara pusat dan daerah secara terperinci untuk semuabidang. Secara lengkap pembagian urusan pemerintahantara pemerintah, pemerintah daerah propinsi dan

pemerintah daerah kabupaten/kota telah diatur dalam PPRepublik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 (Fokusmedia,2007). Peraturan ini mengatur pembagian urusan yangmeliputi 31 bidang, mulai dari bidang pendidikan,kesehatan, perdagangan, koperasi dan usaha kecil,kehutanan, termasuk sektor pertanian. Sektor pertaniandalam PP tersebut menjadi satu bidang dengan ketahananpangan, dengan nama “bidang pertanian dan ketahananpangan”.

Pertanian merupakan salah satu sektor yangkegiatannya diotonomikan di tingkat kabupaten. Olehkarena itu bidang pertanian (dan ketahanan pangan)merupakan bidang pemerintahan yang kewenangannyajuga diatur antara pemerintah, pemerintah daerah danpemerintah daerah Kabupaten/Kota. Pengalihankewenangan ke daerah, menjadikan pemerintah daerahkabupaten memiliki tanggung jawab besar, sehingga upayapemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakattaninya merupakan masalah penting.

Di era yang sering disebut sebagai era informasi, aspekkomunikasi dipercaya sebagai salah satu faktor pentinguntuk mencapai keberhasilan pembangunan, khususnyadalam pemberdayaan masyarakat tani. Penguasaaninformasi menjadi kebutuhan untuk keberhasilan usaha.Keberhasilan suatu kegiatan atau usaha sangat ditentukanoleh kecepatan, ketepatan dan kebenaran informasi yangmasyarakat tani kuasai. Masyarakat tani dalam melakukankegiatan usahataninya selalu dihadapkan pada berbagaialternatif atau pilihan yang mengharuskannyamemutuskan dengan cermat, tepat, dan cepat terhadapberbagai alternatif kegiatan usahataninya.

Di era reformasi dan otonomi daerah kebebasanberusahatani seakan-akan diserahkan sepenuhnya kepadapetani. Petani menggunakan pemahaman, pengetahuan,pengalaman, dan keyakinannya dalam bertani (yangbelum tentu lebih baik), untuk memberdayakan dirinyadan atau kelompoknya dalam rangka mencapaikeberhasilan. Berbagai model komunikasi dalampembangunan pertanian dengan berbagai perspektifnyapernah terjadi di Indonesia, seperti perspektifkomunikasi linear, interaktif, maupun transaksional.

Setiap model komunikasi memiliki kelebihan dankelemahannya masing-masing terkait dengan konteksmasanya. Pada masa Orde Baru, dominasi pemerintahcukup kuat, sehingga komunikasi cenderung top-down,sedangkan pada masa awal reformasi cenderung laize faire-democratic, sepenuhnya diserahkan petani. Pendekatanpembangunan pertanian di era otonomi daerah lebih

Page 3: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

77Vol.2 No.1 Januari 2016

menekankan pendekatan pemberdayaan masyarakat, dannampaknya lebih besifat bottom-up dan menekankanperan aktif petani. Pertanyaannya adalah apakah programpemberdayaan masyarakat tani saat ini telah merubahparadigma? yang dalam implementasinya berarti proseskomunikasi terjadi di dalam kelompok tani. Berdasarkanfenomena tersebut, melalui studi kasus, kajian inibarmaksud untuk memotret dan memahami suatu modelpemberdayaan masyarakat di lapangan dan upayapengembangannya untuk keberhasilan masyarakat tani kedepannya.

METODE PENELITIANMenurut Salim (2006) paradigma adalah suatu

kepercayaan utama atau metafisika dari sistem berpikiryang menjadi basis dari ontologi, epistemologi, danmetodologi. Paradigma memberi representasi dasar yangsederhana dari suatu pandangan yang kompleks, sehinggaorang dapat memilih untuk bersikap atau mengambilkeputusan.

Dalam metodologi penelitian, paradigma merujukpada seperangkat pranata kepercayaan bersama metodeyang menyertainya (Alwasilah, 2003). Paradigmamerupakan distilasi atau esensi yang menjadi kepercayaanikhwal dunia dan alam sekitar. Alwasilahmengungkapkan adanya dua paradigma besar, yakniparadigma naturalistik (kualitatif) dan paradigmakonvensional (eksperimental). Hal yang senadadiungkapkan Creswell (2002) tentang adanya paradigmakuantitatif dan kualitatif. Paradigma kuantitatifdinyatakan sebagai paradigma tradisional, positivist,eksperimental atau empirisist. Menurut Lincoln & Guba(Creswell, 2002), pemikiran kuantitatif berasal daritradisi empirisist yang dikembangkan oleh para ahliseperti Comte, Mill, Durkheim, Newton dan Locke.Sementara paradigma kualitatif dinyatakan sebagaipendekatan konstruktif atau naturalistik. Simth 1893(Cresswell, 2002) menyebutnya sebagai pendekataninterpretif atau sudut pandang postpositivist ataupostmodern menurut Quant,1882 (Creswell, 2002).

Terkait dengan pemahaman tersebut, maka kajian inilebih merupakan penelitian dengan menggunakanparadigma kualitatif-interpretif konstruktifistik. Penelitian“Pengembangan Model Komunikasi untuk PemberdayaanMasyarakat Tani” lebih dimaksudkan untuk memahamifenomena proses komunikasi yang terjadi di kelompoktani jamur merang Lestari Makmur, dengan

mengidentifikasi kategori-kategori penting danmengkonstruksinya sebagai suatu potret modelkomunikasi. Berdasarkan potret model komunikasi yangditemukan, peneliti mencoba mencari alternatif modelkomunikasi yang pengembangannya untuk keberhasilankelompok ke depannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,dengan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraiandan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspekseorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi(komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial(Mulyana, 2001). Studi kasus digunakan apabilafenomena yang akan dikaji menyangkut pertanyaan howdan atau why. Yin (2005) mengilustrasikan penggunaanmasing-masing pertanyaan penelitian tersebut dalamkajian yang berbeda. Studi kasus digunakan jika sedikitpeluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yangdiselidiki dan fokus penelitiannya pada fenomenakontemporer.

Studi kasus digunakan dalam kerangkamendeskripsikan fenomena-fenomena berupa kategori-kategori yang berkaitan, dan berdasarkan fenomena yangditemukan di lapangan (di wilayah penelitian) saat ini(era otonomi daerah), kemudian disusun modelkomunikasi dalam kegiatan pemberdayaan masayarakat.Langkah penyelenggaraan penelitian dengan pendekatanstudi kasus ini terutama mengacu pada apa yangdisarankan oleh Yin (2005), mulai dari kegiatanpersiapan pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulandata, tahap analisis bukti studi kasus, sampai padapenulisan laporannya.

Dengan demikian tipe studi kasus yang digunakanlebih merupakan studi kasus deskriptif-kualitatif, danbukan deskriptif-kuantitatif. Dalam hal ini, penelitimencoba mendeskrepsikan kategori/konsep-konsep yangada dan mencoba menatanya sehingga memiliki salingketerkaitan/hubungan antara kategori atau konsep yangsatu dengan yang lainnya dalam kerangka menyusunsuatu model komunikasi pemberdayaan masyarakat secarainduktif dan kemungkinan perbaikannya.

Subyek penelitian dalam kajian ini terutama ditujukankepada 8 petani anggota kelompok dalam proses produksijamur merang yang terlibat langsung dalam kegiatanpemberdayaan masyarakat tani di Desa Argorejo. Subyekpenelitian diambil secara purposif, yakni informan yangdipandang memahami, mampu memberikan penjelasanyang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakattani untuk melakukan kegiatan usahatani jamur merang,

Page 4: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

78Jurnal AGRARIS

terkait dengan permasalahan yang akan dipecahkandalam penelitian ini. Kedelapan informan tersebutadalah: Marjan, Suwit, Mujiman, Subandi, Martoyo,Sastrodiyono, Gabriel Jefrianus Naha, dan Mujiono.

Informan lain yang penulis perlukan terkait denganpendekatan pembangunan dan kebijakan pemberdayaanmasyarakat antara lain para pejabat atau petugas yangterkait pada beberapa level (tingkat kabupaten, kecamatandan desa) yang dipandang bisa memberikan penjelasanterkait konsep pemberdayaan masyarakat tersebut.Informan tersebut adalah pejabat yang memilikikewenangan dalam pengambilan keputusan padalevelnya, yakni dari pejabat dinas pertanian, pejabat dariUPTD BIPP (Unit Pelaksana Teknis Daerah BalaiInformasi dan Penyuluhan Pertanian), pejabat kecamatan,pejabat desa setempat dan dipandang memahamikebijakan pemberdayaan masyarakat tani yang berada diwilayah kerjanya. Informan tersebut adalah: Kepala DinasPertanian dan Kehutanan Bantul, Kepala UPTD BIPPBantul, Camat Sedayu dan, Kepala Desa Argorejo.

Obyek dalam penelitian ini adalah kajian tentangaspek komunikasi pemberdayaan masyarakat yangmenjadi anggota kelompok tani jamur merang LestariMakmur di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, wilayahKabupaten Bantul. Bahan penelitiannya meliputi berbagaiinformasi dan permasalahannya yang terkait denganproses komunikasi dalam kegiatan kelompokpemberdayaan masyarakat tani jamur merang.

Data penelitian yang dikumpulkan terdiri dari dataprimer dan data sekunder. Data primer diperolehlangsung dari sumber yang terlibat secara langsung terkaitdengan objek penelitian, bisa berupa penjelasan verbal,non verbal, ataupun berbagai tindakan atau perilaku yangditunjukkan (yang teramati) petani yang terlibat dalampemberdayaan masyarakat. Jenis data sekunder diperolehdari pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung (baikverbal maupun non verbal) namun dipandangmengetahui atau memahami terkait dengan objekpenelitian, ataupun berupa hasil-hasil laporan,dokumentasi, dan lainnya yang ada di sejumlah instansiyang terkait dengan objek penelitian yang dipelajari.

Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Jamur MerangLestari Makmur di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu,Bantul, tepatnya di Dusun Polaman dan di DusunKepuhan, tempat rumah produksi jamur berada dankegiatan usahatani dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASANBanyak dikaji oleh ahli-ahli berkompeten tentang

berbagai model komunikasi dalam berbagai perspektif,dan telah diteorikan dalam berbagai buku komunikasi.Selanjutnya berbagai teori tentang model-modelpemberdayaan masyarakat dan model-model komunikasiyang sudah ada pada hakekatnya hanya sebagaipemahaman dan hanya sebagai pembanding saja bagipeneliti di dalam menyusun suatu model komunikasipemberdayaan masyarakat. Peneliti menyusun modelkomunikasi pemberdayaan masyarakat secara induktifberdasarkan pada hasil kajian tentang kegiatanpemberdayaan masyarakat di Desa Argorejo, denganproses komunikasi yang menyertainya. Model komunikasipemberdayaan masyarakat yang tersusun sangatditentukan dan tidak lepas dari konteks situasi dankondisi yang ada di lapangan. Berbagai kategori yangditemukan dicoba disusun dan dianalisis untukmenemukan konsep-konsep (construct) yang dipandangpenting sebagai bagian yang saling terkait.

Berdasar hasil kajian terlihat bahwa kondisi dalamkelompok tani yang penting mendapat perhatian adalahadanya gap yang cukup signifikan antara kemampuanketua kelompok di satu pihak dengan anggota-anggotakelompoknya di pihak lain. Ketua kelompok memilikistatus ekonomi dan status sosial yang jauh lebih tinggidibanding dengan anggotanya; memiliki berkarakter danprinsip yang kuat dalam berbisnis; memiliki ciri pribadiyang jauh lebih cerdas, bersifat kosmopolit, dankemampuan relationship yang jauh lebih baik dari padaanggota. Anggota kelompok hanya memfokuskanpikirannnya ke teknis budidaya dan bersifat lokalit;kurang memiliki orientasi ke depan yang kuat, danmudah “narimo ing pandum”. Struktur kualitas SDMyang demikian ternyata memunculkan permasalahantersendiri bagi kelompok tersebut, yang jelas adanyadominasi ketua dalam berbagai hal terhadap anggotanyadalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan, baikmenyangkut pemaknaan petani terhadap pemberdayaanmasyarakat, proses komunikasi yang terjadi di dalamnya,maupun bagaimana petani memaknai keberhasilan usahadan keberhasilan dalam hidupnya, setidaknya penelitiingin mengungkapkan 3 model komunikasi. Ketigamodel komunikasi pemberdayaan masyarakat yangdimaksud adalah: i) model awal, yang cenderung otoriter;ii) model dengan pendampingan profesional; dan iii)

Page 5: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

79Vol.2 No.1 Januari 2016

model dengan mengembangkan kepemimpinankelompok yang demokratis. Ketiga model komunikasipemberdayaan masyarakat tersebut dapat dikategorikansebagai model verbal (Mulyana, 2007).

Model awal yang dimaksud yaitu potret modelkomunikasi pemberdayaan masyarakat yang dibangunberdasarkan berbagai informasi yang digali dari lapangansebagaimana adanya. Model dengan pendampinganprofesional yang dimaksud adalah model komunikasipemberdayaan masyarakat yang mendasarkan pada situasidan kondisi yang ada untuk diarahkan padaberkembangya berbagai fungsi kelompok tani melaluiintervensi dari luar. Model ini menekankan peran danfungsi pendampingan oleh lembaga yang berkompeten,baik oleh pemerintah, LSM, ataupun perguruan tinggi.Adapun yang dimaksud model dengan mengembangkankepemimpinan kelompok yang demokratis adalah modelkomunikasi pemberdayaan masyarakat yang lebihmenekankan pada pembentukan kepemimpinan kedepan dengan nilai-nilai demokratis dengan tetapdilakukan pendampingan oleh lembaga yangberkompeten. Ketiga model komunikasi pemberdayaanyang dapat dikonstruksi secara induktif tersebut,merupakan model verbal yang secara deskriptifdilengkapi dengan bagan tentang komunikasipemberdayaan masyarakat dalam kelompok tani jamurmerang di Argorejo.

Model awal. Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan dapat diungkapkan bahwa pemaknaanpemberdayaan akan mempengaruhi tindakan danperilaku petani dalam keterlibatannya di usahatatanijamur merang. Apakah petani hanya terlibat dalam artifisik ataukah sampai terlibat dalam setiap tahapankegiatan dari perancanaan, pelaksanaan sampai evaluasikegiatan terutamanya ikut serta dalam pengambilankeputusan di setiap tahapan kegiatan tersebut. Hal inisangat dipengaruhi oleh bagaimana petani memaknaipemberdayaan masyarakat tersebut. Realita di lapanganmenunjukkan bahwa pemaknaan petani terhadap konseppemberdayaan masyarakat dimaknai secara parsial saja.Kebanyakan petani hanya memberikan makna praktisdan sebagian petani yang lain memberikan maknakonseptual terhadap konsep pemberdayaan masyarakat.Tenyata pada level pemerintah yang memiliki kewajibanuntuk membimbing petani pun juga demikiankeadaannya. Pemberdayaan masyarakat dimaknai secaraparsial, yang semestinya pemberdayaan haruslahdimaknai secara komprehensif baik makna konseptual

maupun makna praktis sebagai satu kesatuan berpikirdari setiap pejabat pemerintah yang memiliki tanggungjawab untuk membimbing petani dalam kegiatanpembangunan masyarakat dengan pendekatanpemberdayaan masyarakat ini. Persamaan persepsi harusada pada level pemerintah, persamaan persepsi pun jugabisa dibangun pada level petani sebagai pelaku utamakegiatan pembangunan dengan pendekatanpemberdayaan masyarakat tersebut.

Pemaknaan terhadap pemberdayaan masyarakat secaraparsial tersebut dalam realitanya di lapangan memberikankonsekuensi lanjutan. Benar adanya bahwa pemaknaanketerlibatan petani anggota dalam usahatani jamurmerang lebih merupakan sebagai tenaga kerja saja. Lebihtepatnya anggota dan pengurus cluster adalah sebagaipihak yang melaksanakan teknis budidaya jamur merang.Oleh karena itu proses komunikasi kelompok yangpaling menonjol adalah dalam hal teknis budidaya jamurmerang. Hal ini di dukung oleh situasi dan kondisi yangmenunjukkan dominasi ketua kelompok dalam berbagaihal. Posisi ketua kelompok secara sosial ekonomi jauhlebih kuat dibanding anggota-anggotanya. Norma/ aturan-aturan kelompok lebih banyak ditentukan oleh ketuakelompok secara otoritas dari pada merupakan keputusanbersama melalui proses demokrasi, yakni musyawarahdan mufakat. Banyaknya aturan-aturan yang ditentukanoleh ketua kelompok berdampak pada sempitnya potensimunculnya makna-makna baru yang tumbuh secaraalamiah di antara anggota kelompok, yang pada gilrannyahal ini memberi makna penting dalam membangunkekohesifan kelompok.

Proses komunikasi kelompok tani jamur merangtereduksi sebagai proses komunikasi dalam konteksteknis budidaya jamur merang. Jaringan komunikasikelompok bisa berupa bintang, rantai ataupun segitigadengan ketua kelompok sebagai pemeran utamannya.Berbagai tipe dan gaya komunikasi anggota harus tundukdibawah komunikasi linear secara top down dari ketuakelompok. Disamping memiliki gaya komunikasi lugas,dengan komunkasi seperlunya juga dengan tipe komunikasihati-hati dari seorang ketua kelompok, setidaknya memberiruang munculnya norma-norma baru secara alamiah yangtumbuh di antara anggota kelompok. Hal ini akanmemberi spirit baru bagi anggota untuk ikut bertanggungjawab terhadap keberlangsungan kelompok tani jamurmerang tersebut.

Dengan pemaknaan pemberdayaan masyarakat darikelompok tani jamur merang Lestari Makmur yang

Page 6: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

80Jurnal AGRARIS

demikian, dan proses komunikasi kelompok sebagaiproses komunikasi seperlunya, linear top down, dalamproses budidaya jamur; maka pemaknaan keberlanjutanusahatani jamur merang menjadi lebih ditentukan olehketua kelompoknya dari pada hasil pemikiran bersamadari seluruh anggotanya. Dalam prakteknya, prosesproduksi jamur tidak optimal, hanya sebagian kumbungyang berproduksi, alasannya sulit mendapatkan bahanbaku.

Akhirnya hal ini berdampak pada kurang yakinnya/skeptisnya anggota kelompok apakah ke depannyamereka akan meraih keberhasilan pemberdayaanmasyarakat melalui usahatani jamur merang tersebut.Petani anggota tidak begitu yakin terhadap keberhasilanusaha pemberdayaan masyarakat. Lebih lanjut petanianggota pun juga semakin jauh dari harapan dalammencapai keberhasilan hidupnya apabila hanya semata-mata menggantungkan usahanya di jamur merang.Diperlukan berbagai upaya baik itu menyangkutusahatani di dalam jamur merang itu sendiri maupunusaha-usaha lain di luar usahatani jamur merang, agarlebih memiliki keyakinan dan keberhasilan lebihmungkin bisa dicapai. Secara lebih jelasnya diungkapkandalam gambar model verbal seperti tersaji dalam Gambar 1.

Model dengan pendampingan profesional. Dengan melihatsituasi dan kondisi kelompok tani jamur merang yang ada

di Argorejo dengan peran dan posisi ketua kelompokyang lebih kuat dan dominan dibanding para anggotanya,maka peran pendamping yang profesional menjadi sangatpenting. P endampingan dari lembaga yang berkompetenbaik dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat(LSM), perguruan tinggi (PT) ataupun dari lembagalainnya secara total dari awal kegiatan pemberdayaansampai akhir sehingga kelompok tani jamur merangbenar-benar bisa berjalan sebagai mana mestinya menjadiurgen dilakukan. Setiap tahapan kegiatan memerlukanpendampingan oleh lembaga tertentu yang profesional dibidangnya.

Pelaksanaan pembangunan dengan pendekatanpemberdayaan masyarakat ini harus segera dilakukankoordinasi oleh pihak yang berkompeten dan secaraperlahan memberikan pemahaman yang benar danpersepsi yang sama di antara orang-orang atau pihak-pihak yang yang terlibat tentang pemaknaanpemberdayaan masyarakat itu sendiri. Di antara anggotakelompok ataupun dengan pengurus dan ketuakelompoknya secara hati-hati haruslah memberikanpemahaman yang benar dan persepsi yang sama di antaraorang-orang atau pihak-pihak yang terlibat tentangpemaknaan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Diantara anggota kelompok ataupun dengan pengurus danketua kelompoknya secara hati-hati haruslah

GAMBAR 1. MODEL AWAL KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI USAHATANI JAMUR MERANG(MODEL KOMUNIKASI YANG CENDERUNG OTORITER)

Page 7: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

81Vol.2 No.1 Januari 2016

mendapatkan pengetahuan yang sama pada tataranteorinya dan juga memiliki persepsi yang sama puladalam menterjemahkan pengetahuan tersebut dalamimplementasinya pada berbagai kegiatan yang ada dilapangan.

Sosialisasi tentang pemahaman pemberdayaanmasyarakat secara komprehensif ini harus dilakukansecara perlahan dan hati-hati, terutama kalau itumenyangkut perbaikan gaya kepemimpinan yang selamaini berjalan. Harmoni dan hubungan yang baik di antaraberbagai pihak, baik itu dari internal para petani denganketua kelompoknya maupun hubungannya denganpendamping haruslah dijaga. Intervensi dari luar, yakniperan pendamping sangat penting dalam membantumelakukan dinamisasi kelompok ke arah hal-hal baruyang lebih baik dengan tetap memelihara keseimbanganhubungan baik yang selama ini telah berjalan di antaraanggota, pengurus dan ketua kelompok tani jamurmerang.

Pendampingan yang profesional dalam mengarahkanberbagai kegiatan kelompok sangat dituntut demikeberhasilan model ini. Sedemikian rupa sehinggakomunikasi kelompok yang terjadi mengarah padaberbagai objek kegiatan yang seharusnya ada dalam suatukelompok. Komunikasi kelompok tidak hanya terfokuspada budidaya jamur merang saja, tetapi juga adanyakeseimbangan objek-objek lainnya seperti komunikasidalam pengambilan keputuan, komunikasi dalamperencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, komunikasidalam pengadaan bahan baku, komunikasi dalampengelolaan keuangan, komunikasi dalam pembuatanadministrasi yang baik, komunikasi dalam pembuatanlaporan kegiatan dan sebagainya.

Melalui proyek-proyek kegiatan yang ada, yangbiasanya juga disertai dengan petunjuk pelaksanaan(juklak) atau petunjuk teknis (juknis), maka juklakataupun juknis tersebut diarahkan pada terwujudnyaberbagai objek-objek kegiatan kelompok yang sudahdiungkapkan tadi. Dengan demikian akan terbentuknorma ataupun aturan-aturan kelompok baru yang lebihterarah. Kegiatan kelompok tani jamur merang mengacupada aturan-aturan yang sudah ada tersebut. Aturan-aturan baru yang muncul dengan adanya proyek kegiatanyang disertai sejumlah aturan berupa juklak dan juknistersebut akan lebih mudah diterima oleh seluruh anggotakelompok khususnya bagi ketua kelompok yangcenderung mendominasi dan otoriter. Penekanan darimodel dengan pendampingan profesional ini adalah,

bagaimana fungsi pendamping yang berkompeten untukbenar-benar bisa mengawal secara ketat berbagai kegiatanyang ada mulai dari awal sampai akhir sesuai denganketentuan dan aturan (juklak dan juknis) yang ada. Halterpenting yang harus dilakukan oleh pendamping adalahbagaimana menerapkan konsep pemberdayaan sebagaipilihan pendekatan pembangunan tersebut agar selarasmulai dari tataran konseptual sampai tataran praksisnya.Praktek-praktek di lapangan, khsusunya dalam usahatanijamur merang yang dikelola secara berkelompok tersebutharus sesuai dengan substansi dari konsep daripemberdayaan masyarakat. Pendampingan yangprofesional harus mampu berperan sebagai pengawal,sehingga ada kesatuan bahasa antara konsep danprakteknya di lapangan.

Dengan pendampingan yang sunguh-sungguh daripihak yang berkompeten pada berbagai kegiatankelompok yang ada, maka keberhasilan usahapemberdayaan masyarakat akan lebih terarah.Pendampingan yang profesional juga diperlukan untukpemeliharaan atau bahkan mengarahkan pada nilai-nilaiindividu (tentu saja yang positif). Jadi penekanan darimodel dengan pendampingan profesional ini adalahadanya regulasi atau pembentukan aturan-aturan sesuaidengan tuntutan proyek dengan pendekatanpemberdayaan masyarakat dan upaya-upaya mengarahkanberbagai kegiatan kelompok ke arah tujuannya. Dengandemikian maka keberhasilan dalam jangka panjangnya,yakni keberhasilan hidup seluruh anggota petani akanlebih terarah dan lebh memungkinkan untuk dicapai.Model dengan pendampingan profesional apabiladiungkapkan dalam bentuk bagan, bisa dilihat sepertiyang tersaji pada Gambar 2.

Model dengan mengembangkan kepemimpinan demokratis.Model kedua, yakni model dengan pendampinganprofesional lebih diorientasikan untuk memecahkanmasalah yang ada pada kelompok yang ada saat ini yangmemiliki kepemimpinan yang cenderung otoriter danmendominasi dalam berbagai kegiatan kelompok. Makamodel ketiga, dengan mengembangkan kepemimpinandemokratis lebih diorientasikan dalam pendampinganuntuk keberlanjutan pemberdayaan masyarakat untukkepemimpinan berikutnya/ke depannya. Model kedua diatas dipilih sebagai salah satu alternatif mengingat bukanhal yang mudah untuk merubah gaya kepemimpinanseseorang, yang semula otoriter menjadi demokratis.Apalagi apabila ketua kelompok memiliki banyakkelebihan dibandingkan anggotanya.

Page 8: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

82Jurnal AGRARIS

Kekuatan dan kemampuan yang jauh lebih tinggi dariketua kelompok, baik dari aspek ekonomi, sosial,kekosmopolitan, akses terhadap sumber-smber informasi,akses terhadap sumber-sumber pendanaan, memilikijarimgan bisnis yang kuat dari hulu sampai hilir, dansebagainya akan membuatnya sebagai pengatur tunggal dikelompoknya. Sesungguhnya permasalahan utamanyabukan terletak padanya, tetapi justru pada para anggotayang memiliki banyak keterbatasan. Berbagai kekuatandan kemampuan yang ada pada ketua kelompok tersebutsangat kurang dimiliki oleh anggota kelompok tani jamurmerang yang ada di Desa Argorejo ini. Juga kondisi SDManggota yang memiliki keterbatasan berpikir atau kurangmau berpikir keras untuk kemamdiriannya sendiri.Dengan keterbatan ekonomi, anggota lebih memilihmemperoleh pendapatan kecil asal rutin dari padamelangkah dan berpikir besar ke depan denganpendapatan yang belum jelas baginya. Barangkali paraanggota belum memiliki jiwa entrepereneurship(kewirausahaan) yang berkembang. Hal inilah yang perludiperhatikan oleh seorang pendamping untuk mengasah

dan mengembangkan jiwa kewirausahaan para anggotasecara team work dalam kelompok tani jamur merang.

Model dengan mengembangkan kepemimpinandemokratis bukan berarti tidak perlu pendampingan yangprofesional. Pendampingan profesional tetap memilikiperan yang penting seperti halnya model kedua.Disamping peran dan fungsi pendamping seperti yangtelah dilakukan dalam model kedua tersebut, makapendamping memiliki peran penting untuk membantukelompok dalam mengembangkan kepemimpinankelompok yang demokratis. Dengan mengembangkankepemimpinan yang demokratis, maka sikap saling asah,saling asih dan saling asuh bisa dibiasakan menjadi nilaikolektif kelompok tani jamur merang tersebut.Pendamping harus mampu membantu khususnya ketuakelompok dalam menciptakan iklim kerja yangdemokratis dalam kelompok tersebut. Pendamping harusmampu membantu kelompok untuk menciptakankesadaran bagi seluruh angota kelompok tanpa terkecualiakan pentingnya kemandirian dan kerja sama serta jiwakewirausahaan dalam berusaha. Kesadaran tersebut harus

GAMBAR 2. MODEL KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PENDAMPINGAN PROFESIONAL

Page 9: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

83Vol.2 No.1 Januari 2016

dikembangkan, sehingga pada akhirnya menjadikebiasaan dalam bersikap dan bertindak sehari-haridalam berusahatani atau bahkan dalam kehidupan yanglebih luas.

Hubungan antara ketua dengan pengurus dan anggotalebih merupakan hubungan fungsional yang didasarkanpada prinsip duduk sama rendah berdiri sama tinggi.Pendamping juga harus bisa menanamkan pentingnyapemahaman bahwa semua elemen dalam kelompokadalah mitra kerja, semuanya memiliki peran yangpenting dalam mencapai tujuan bersama dan untuk ituharus mampu bekerja sama secara sinergi dalam suatuteam work yang baik. Perbedaan posisi dalam kelompok(ketua, pengurus dan anggota) bukanlah mencerminkankekuatan seseorang untuk mendominasi satu denganyang lain. Perlu ditumbuh-kembangkan kesadaran bahwasetiap anggota memliki kemampuan, kekuatan/daya yangharus dioptimalkan yang dalam implementasinya berupapartisipasi baik bentuk pemikiran (keterlibatannya dalampengambilan keputusan) maupun ketrampilan teknismelalui kerjasama kelompok yang kompak.

Pada awalnya sama dengan model kedua (modeldengan pendampingan profesional), penting adanyapemahaman yang benar dan kesamaan persepsi tentangpemaknaan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Semulapada level pembimbing atau pendamping yang akhirnyaditeruskan untuk level seluruh anggota kelompok tani,termasuk ketua dan semua pengurusnya. Pemahamanpemaknaan pemberdayaan masyarakat secarakomprehensif perlu dimengerti oleh semua pihak yangterlibat pemberdayaan, baik pendamping maupun petani.

Sama halnya dengan model kedua bahwa pendampingjuga harus bisa memberikan bimbingan lapangan secaraefektif. Pendamping juga memberikan bimbinganberbagai objek kegiatan apa saja yang mestinya harusdilakukan dalam kelompok tani jamur merang denganpendekatan pemberdayaan ini. Pihak yang berkompetenharus mendampingi dalam pembelajaran pengambilankeputuan kelompok, belajar dalam perencanaan sampaievaluasi, memikirkan bersama dalam pengadaan bahanbaku, belajar mengelola keuangan kelompok, belajarmendelegasikan tugas secara baik, memusyawarahkansistem bagi hasil secara adil, belajar membuat laoprankegiatan, belajar membuaat administrasi yang baik, dansebagainya. Dengan demikian, komunikasi kelompokyang terjadi juga menyangkut berbagai objek kegiatankelompok tersebut. Aturan-aturan ataupun norma-normakelompok yang mendukung berjalannya berbagai objek

kegiatan beserta proses komunikasinya secara otomatisjuga penting untuk dikembangkan secara musyawarahyang dipimpin oleh seorang ketua kelompok tani jamurmerang yang demokratis.

Dengan musyawarah sebagai jalan utama dalammemecahkan berbagai persoalan kelompok, makadiharapkan setiap anggota akan lebih merasa memilikidan ikut bertanggung jawab terhadap apa yang telah iaputuskan bersama. Kekohesifan kelompok akan lebihbaik. Selanjutnya dengan berjalannya dan berkembangnyaberbagai objek kegiatan yang dipandang penting melaluiproses komunikasi kelompok yang lebih berkualitastersebut, maka akan lebih memungkinkan bagi kelompoktani jamur merang mencapai keberhasilan usahapemberdayaan masyarakat. Keberhasilan usahapemberdayaan pun akan lebih optimis untuk bisa dicapai.

Pendamping juga memiliki peran untukmengembangkan nilai-nilai positif yang dimiliki secarapersonal dari setiap anggota kelompok. Pendamping ikutserta membantu kelompok dalam mengkomunikasikannilai-nilai individual seperti kerja keras, tolongmenolong, tanggung jawab keluarga dan sebagainya didalam diskusi/forum kelompok, sehingga menjadi isubersama dan terjadilah proses konvergensi simbolik, yangpada akhirnya menjadi nilai-nilai kolektif. Dengandemikian kelompok tani jamur merang tersebut akansemakin kaya dengan nilai-nilai kolektif yang bisamendukung ke arah keberhasilan usaha pemberdayaanmasyarakat.

Dalam model dengan pendampingan profesional(model kedua) peran pendamping lebih ditekankandalam upaya mengarahkan dan menjamin agar regualasi(aturan main) bisa berjalan seperti yang seharusnya. Halini ditujukan untuk membatasi kecenderungan dominasiketua kelompok. Dalam model ketiga ini, arahan danaturan (regulasi) lebih ditujukan agar seluruh sistemberjalan dengan baik. Tidak hanya itu, pendamping jugaikut serta mengawal dan membantu kelompok dalamberbagai proses pelatihan, pemecahan masalah (problemsolving), dan berbagai bimbingan lapangan. Sekali lagidengan model ketiga ini, keberhasilan usahapemberdayaan melalui usahatani jamur merang lebihoptimis dicapai. Akhirnya keberhasilan hidup kedepannya pun lebih mungkin dicapai.

Tentu saja model dengan mengembangkankepemimpinan demokratis ini tidak semata-mata untukkepemimpinan kelompok tani jamur merang ke depan.Juga sangat mungkin model ketiga ini diterapkan pada

Page 10: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

84Jurnal AGRARIS

kepemimpinan yang sekarang. Apabila pendamping bisamembantu kelompok untuk melakukan pendekatan-pendekatan khususnya melakukan komunikasi persuasifkepada ketua kelompok saat ini (yang cenderungmendominasi), maka proses kemajuan kelompok tanijamur merang Lestari Makmur di Desa Argorejo akanlebih cepat berkembang dan maju ke arah keberhasilandengan model ke tiga ini. Model komunikasi denganmengembangkan kepemimpinan demokratis dalambentuk bagan dapat dilihat seperti yang tersaji padaGambar 3.

Lebih jelasnya perbedaan antara model awal denganmodel komunikasi pemberdayaan masyarakatalternatifnya, yakni model dengan pendampinganprofesional dan model dengan kepemimpinan

demokratis tersebut dapat diungkapkan dalam matrikyang tersaji dalam Lampiran 1.

KESIMPULAN DAN SARANDitemukan adanya model awal, yakni potret model

komunikasi yang ditemukan berdasarkan fenomena riilapa adanya yang ditemukan di Kelompok Tani JamurMerang di Desa Argorejo. Model komunikasi awalmenggambarkan suatu model komunikasi pemberdayaanmasyarakat tani yang cenderung otoriter. Terlihat bahwapemaknaan petani terhadap konsep pemberdayaanmasyarakat dimaknai secara parsial. Keterlibatan petanianggota dalam usahatani jamur merang lebih merupakansebagai tenaga kerja saja. Anggota dan pengurus sebagaipihak yang melaksanakan teknis budidaya jamur merang.

GAMBAR 3. MODEL KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN KEPEMIMPINAN DEMOKTARIS

Page 11: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

85Vol.2 No.1 Januari 2016

Proses komunikasi kelompok yang paling menonjoladalah dalam hal teknis budidaya jamur merang. Posisiketua kelompok secara sosial ekonomi jauh lebih kuatdibanding anggota-anggotanya. Situasi dan kondisimenunjukkan dominasi ketua kelompok dalam berbagaihal.

Upaya pengembangan model komunikasipemberdayaan masyarakat alternatif dapat diarahkan ke“Model komunikasi pemberdayaan masyarakat denganpendampingan profesional” ataupun “Model komunikasipemberdayaan masyarakat dengan mengembangkankepemimpinan demokratis”. Model denganpendampingan profesional lebih menekankan perananpendamping (seperti: LSM, pemerintah, perguruan tinggi)dengan aturan-aturan yang tegas yang mengarah padakeberdayaan anggota. Aturan-aturan yang ketat daripemerintah untuk menghindari pembiasanpemberdayaan karena terlalu kuatnya peran ketuakelompok. Sementara itu pengembangan model dengankepemimpinan demokratis lebih diarahkan padakepemimpinan kelompok selanjutnya. Hal mana diyakinibahwa keberdayaan akan dicapai dalam pengertian yangsesungguhnya apabila adanya atmosfer yang demokratisbahwa diarahkan pada kemandirian setiap anggota untukberpartisipasi aktif khususnya dalam pengambilankeputusan.

Disarankan adanya upaya memahamkan kelompoktani tentang hakekat pemberdayaan masyarakat,memahamkan pada kelompok tani jamur merang bahwabanyak hal yang harus dikerjakan sebagai sebuahkelompok tani jamur merang (tidak hanya budidaya saja).

DAFTAR PUSTAKAAlwasilah, A.C. 2003. Pokoknya Kualitatif, Dasar-Dasar

Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Crain, W. 2007. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, J.W. 2002. Research Design, Qualitative & Quanti-

tative Approaches. Jakarta: KIK Press.

Team Redaksi Fokusmedia. 2007. Pembagian Urusan

Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Bandung:

Penerbit Fokusmedia.

Hikmat, H. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Edisi

Revisi. Bandung: Humaniora Utama.

Kartasasmita, G. 1996. Pemberdayaan Masyarakat: Strategi

Pembangunan yang Berakar Kerakyatan. Jakarta: BPPN.

Levis, L.R. 1996. Komunikasi penyuluhan Pedesaan.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

McQuail, D. and S. Windahl, 1981. Communication

Models. New York: Longman Inc.

Mulyana, D. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma

Baru lmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

———————. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rogers, E.M & F F. Shoemaker. 1971. Communication of

Innovations, A Cross-cultural Approach, Second Edition.

New York: The Free Press.

Sevilla, C.G. et al 1993. Pengantar Metode Penelitian,

Cetakan Pertama. Jakarta: UI Press.

Yin, R. K. 2005. Studi Kasus, Desain dan Metode, Edisi

Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 12: Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan

86Jurnal AGRARIS

LAMPIRAN 1.

TABEL 1. MATRIK PERBEDAAN ANTARA MODEL AWAL, MODEL DENGAN PENDAMPINGAN