pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran pendidikan seni untuk sma
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
1/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
I. PENDAHULUAN.
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada amanat GBHN 1999-2004, UU Nomor 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 25 tahun 2000 tentang
pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP Nomor 25 tahun 2000, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa
kewenangan pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum
nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok.
Berdasarkan hal itu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA,
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan penilaiannya berdasarkan
standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran
tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk
mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang
menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan
belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan penilaian yang menjadikan peserta
didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan lifeskill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup
indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai
bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 1
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
2/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI
Mata pelajaran Pendidikan Seni memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas, dan cita rasa estetis siswa dalam
berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta
terhadap kebudayaan Indonesia.
Mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi bidang seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Setiap bidang seni ini memiliki
substansi, ciri-ciri pembelajaran, dan materinya sendiri. Masing-masing bidang seni memberikan sumbangannya sendiri bagi
pembelajaran siswa. Dalam pelaksanaannya, perlu diupayakan pembelajaran seni secara terpadu dan kolaboratif antar bidang seni.
Pembelajaran setiap bidang seni harus mewujudkan suatu keutuhan sebagai bidang pelajaran tersendiri.
Berdasarkan substansinya, materi pokok seni meliputi apresiasi seni, sejarah seni, estetika, kritik seni, berkarya seni, dan penyajian
seni. Dalam pelaksanaannya materi-materi tersebut tidak diberikan secara terpisah, melainkan disampaikan secara integratif dalam
pembelajaran apresiatif maupun produktif. Sesuai dengan hakikatnya, pelaksanaan pembelajaran seni ditekankan pada pembelajaran
produktif, yaitu berkarya seni dan penyajian seni.
Pembelajaran Pendidikan Seni terkait dengan pembelajaran bidang studi lainnya dalam kurikulum. Sebagai contoh, oleh raga senam
berkaitan dengan tari, teater berkaitan erat dengan sastra, dan desain berkaitan dengan teknologi. Keterkaitan pembelajaran antar
bidang pelajaran ini memungkinkan pembelajaran secara kolaboratif.
Pembelajaran Pendidikan Seni perlu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, dengan latar belakang
budaya yang beraneka ragam. Oleh karena itu, pembelajaran seni perlu memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia. Berkaitan
dengan itu, maka perlu digunakan strategi pembelajaran Pendidikan Seni yang dapat mendukung pelestarian budaya tradisi di seluruh
wilayah Indonesia.
Pembelajaran Pendidikan Seni juga perlu mengembangkan kesadaran ekonomi siswa, yaitu dengan memperkenalkan siswa terhadap
berbagai profesi seni. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan melakukan kunjungan ke galeri, museum, pasar seni, indusri kerajinan,pusat seni pertunjukan, serta pusat-pusat seni rupa tradisional dan modern.
Pembelajaran Pendidikan Seni dalam bentuk berkreasi atau berkarya seni harus mempertimbangkan moral dan etika. Di samping
aspek artistik, estetik, dan kreatif, siswa juga perlu diperkenalkan tentang aspek hukum, seperti hak cipta, kepemilikan karya seni,
pemalsuan karya seni, dan penjiplakan karya seni.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 2
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
3/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Pembelajaran Pendidikan Seni mencakup seni di berbagai kebudayaan, baik kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan manca
negara. Pembelajaran Pendidikan Seni di Indonesia harus memfokuskan pada kesenian Indonesia. Pembelajaran sejarah kesenian di
manca negara difokuskan pada berbagai kebudayaan yang memberikan pengaruh yang besar terhadap kesenian di Indonesia. Dengan
mempelajari sejarah kesenian di Indonesia khususnya, siswa dapat memahami dan menghargai peranan kesenian dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang pluralistik.
A. Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan Seni
Untuk melaksanakan pembelajaran Pendidikan Seni di SMA/MA, dibuat rambu-rambu sebagai berikut:
1. Mata pelajaran Pendidikan Seni merupakan suatu kesatuan yang mencakup empat cabang seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni
tari, dan seni teater. Setiap cabang seni memiliki ciri-ciri khusus dan keutuhan. Di sisi lain saling melengkapi dan membentuk
keterpaduan. Pendidikan Seni menganut pandangan pendidikan melalui seni, bahwa seni berfungsi sebagai media atau sarana
pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cabang seni, baik secara terpisah dalam pengertian
masing-masing cabang seni maupun secara terpadu.
2. Seluruh pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan dengan bertolak dari karya seni, meliputi empat materi kegiatan pokok,
yaitu apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni.
a. Kegiatan apresiasi seni bertujuan untuk mengembangkan kesadaran, pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni,
yang dilakukan melalui pengamatan dan pembahasan karya seni.
1) Pengamatan karya seni bertujuan untuk memperoleh pengalaman estetik, melalui pencerapan nilai-nilai instrinsik pada
bentuk atau komposisi karya seni.
2) Pembahasan karya seni bertujuan untuk memperoleh kesadaran dan pemahaman tentang penciptaan karya seni,
berdasarkan telaah tentang seniman dan latar zamannya, tujuan penciptaannya, dan pengaruh seniman-seniman besar(maestro) terhadapnya, sehingga dapat memberikan penghargaan .
b. Kegiatan berkresiasi seni bertujuan untuk menghasilkan atau membawakan karya seni. Aktivitas berkarya seni dilakukan melalui
kegiatan eksplorasi dan eksperimen dalam mengolah gagasan (konsep), bentuk, dan media (teknik), dengan mengambil unsur-
unsur dari berbagai bentuk seni (tradisi maupun modern), baik sebagai kegiatan individual maupun kegiatan kelompok.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 3
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
4/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
c. Kegiatan kritik seni bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan menilai karya seni, khususnya hasil kreasi
siswa, yang dilakukan secara lisan dan tertulis. Kritik seni misalnya dilaksanakan dalam rangka evaluasi hasil karya siswa,
yang dilakukan oleh siswa terhadap karyanya sendiri (sebagai evaluasi diri) dan terhadap karya siswa lainnya. Kritik seni
meliputi langkah-langkah: deskripsi, analisis bentuk, interpretasi, dan evaluasi.
1) Deskripsi adalah menemukan dan mencatat segala sesuatu yang tampak pada karya seni, dengan menghindari
kecenderungan menarik kesimpulan.
2) Analisis bentuk adalah menelusuri bagaimana segala sesuatu yang ditemukan tersebut terwujud dalam susunan bentuk
(komposisi).
3) Interpretasi adalah menemukan makna-makna pada karya seni, meliputi tema dan cara penggarapannya serta
substansi masalah dan keberhasilan pengungkapannya.
4) Evaluasi adalah menentukan derajat atau mutu karya seni, dengan memperbandingkannya dengan karya-karya lainnya
yang sejenis.
d. Kegiatan penyajian seni meliputi penyajian dalam diskusi kelas dan pameran atau pementasan, baik dalam lingkup kelas,
sekolah, maupun masyarakat.
1) Diskusi kelas bertujuan untuk menampilkan, menjelaskan, dan berdialog tentang hasil karya dan proses kreatif yang
dilakukan siswa. Pembelajaran diskusi seni ini dapat pula dipadukan dengan kritik seni secara lisan.
2) Pameran dan pementasan seni dalam lingkup kelas bertujuan untuk menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka
apresiasi seni di kalangan siswa sekelas.
3) Pameran dan pementasan di lingkup masyarakat dapat dilakukan di dalam atau di luar sekolah dengan tujuan untuk
menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka apresiasi seni di kalangan siswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya.3. Pembelajaran Pendidikan Seni dibedakan menjadi pembelajaran apresiatif dan pembelajaran produktif. Pembelajaran apresiatif
meliputi apresiasi seni dan kritik seni. Pembelajaran produktif meliputi berkarya seni dan penyajian seni. Pembelajaran produktif
mendapat alokasi waktu yang lebih banyak dari pada pembelajaran apresiatif, dengan perbandingan kurang lebih 60% dan 40%.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 4
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
5/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
4. Pembelajaran apresiasi seni di suatu sekolah dimulai dari seni dari daerah setempat, dilanjutkan dengan seni daerah-daerah
lainnya, dan kemudian seni mancanegara. Pembelajaran seni di Indonesia maupun seni dari mancanegara meliputi seni tradisi
dan seni modern (termasuk seni kontemporer), sesuai dengan perkembangan dalam sejarah seni.
5. Materi pokok produktif disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa serta kemampuan sekolah atau keadaan daerah. Materi
pokok produktif yang belum dapat dilaksanakan oleh sekolah dapat diberikan dalam bentuk apresiasi seni.
6. Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah
melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing.
Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan,
seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan
produktif.
7. Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang merupakan perpaduan
antara dua atau lebih bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari,
teater, atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang
melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.
8. Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni,
masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang
seni sesuai dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang
bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai
dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara terpadu, sesuai dengan
kemampuannya.
9. Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni,berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni.
10. Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha
membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 5
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
6/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
11. Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
keterampilan, dan pengetahuan.
12. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk menggambar dengan
mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.
B. Pembelajaran Seni Rupa
Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperanan
dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni
rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan
perasaan. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan.
Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kria, dan desain. Jenis-jenis seni rupa ini menunjukkan proses pembuatan
dan bentuk karya yang dihasilkan, serta nama pembuatnya, yaitu seniman, kriawan, dan desainer. Seni murni menekankan pada
ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni kria menekankan pada keterampilan teknik
pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kria fungsional dan nonfungsional. Seni kria menggunakan berbagai teknik dan media
tertentu, misalnya kria kayu, kria logam, dan kria tekstil. Desain menunjukkan proses pembuatan karya yang maksud dan tujuannya
telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada
persyaratan-persyaratan tertentu. Seniman atau kriawan dapat bekerja secara mandiri, sedangkan desainer bekerja untuk keperluan
klien.
Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan.
Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya
seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk seni rupa
dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern
untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan
bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 6
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
7/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kria, maupun desain bersifat saling melengkapi dan saling berkaitan.
Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kria.
Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa murni, kria, dan desain.
Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti
mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi
apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat
mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pelajaran apresiasi seni di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya
mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni
rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa
dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan
elemen estetik dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan
karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni
yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-
bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti
menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk
lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema
universal, fantasi, dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang,warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan
memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa perlu diberi
kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat pribadi.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 7
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
8/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya teman atau orang lain. Pembahasan karya seni
rupa di sini merupakan proses analisis kritis, meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah
gaya, teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan terminologi seni rupa untuk
mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya
seni rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran kritik seni juga melatih
kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi
penyajian secara lisan di kelas dan pameran di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah
seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan pengorganisasian pameran, meliputi
perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.
C. Pembelajaran Seni Musik
Musik pada dasarnya merupakan seni yang berbentuk aural yang hadir dalam waktu. Orang menanggapi musik terutama melalui
indera pendengaran, tetapi penampilan musik dapat melibatkan gerakan tubuh dan penglihatan. Musik dapat hadir mandiri, tanpa
merujuk pada sesuatu apapun, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang asbtrak, misalnya dibandingkan lukisan yang kadang-
kadang bersifat literal (mengandung tema atau cerita).
Mendengarkan musik bukan sekedar mendengar bunyi, tetapi harus dapat menghubungkan ekspresi yang didengar dengan ekspresi
yang didengar sebelumnya. Kemampuan untuk berpikir dalam bunyi ini merupakan landasan bagi pemahaman karya musik yang
dapat menunjang apresiasi musik seseorang.
Musik merupakan bentuk seni yang berevolusi secara berkesinambungan. Musik mencerminkan pengalaman penciptanya, pemain
dan pendengarnya, dan jiwa budaya di mana musik itu diciptakan. Terdapat kesamaan yang bersifat kultural dalam cara orang
menanggapi musik. Orang memperoleh kepuasan dalam menghayati musik dengan alasan yang berbeda-beda.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 8
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
9/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Musik dapat memenuhi tujuan estetik dan fungsional. Melalui musik, seseorang dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan secara
pribadi. Musik merupakan manifestasi dasar dari kehidupan manusia, yang memberikan sumbangan bagi identitas pribadi, sosial, dan
kultural, dan merupakan media ekspresi dan komunikasi pada setiap kebudayaan.
Musik dapat merupakan bagian dari seni-seni yang lain, misalnya seni rupa, seni tari, teater, dan film. Seseorang dapat memperoleh
rasa kebanggaan dengan menguasai keterampilan bermusik. Musik memberikan kepuasan atas identitas kelompok, misalnya melalui
keanggotaan paduan suara atau ansambel instrumental.
Pembelajaran seni musik harus mencerminkan kegiatan bermusik di masyarakat. Siswa dilibatkan dalam mengamati, membahas,
menganalisis, menggubah, mencipta, dan menilai musik. Musik melibatkan siswa secara emosional maupun intelektual. Pembelajaran
seni musik diharapkan dapat membantu perkembangan siswa secara optimal dan memberikan keseimbangan terhadap pembelajaran
tentang sistem simbol dan makna.
Siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dari kegiatan berapresiasi dan bermain musik. Penghayatan siswa yang mendalam
terhadap ungkapan bunyi memungkinkan siswa mengeksplorasi dan menemukan kesadaran yang mendalam terhadap sifat-sifat
ekspresif musik. Siswa memerlukan pengalaman seperti mendengarkan, menganalisis unsur-unsur, dan menginterpretasikan makna-
makna musik, serta membuat aransemen, menggubah, maupun membuat komposisi musik. Pengalaman ini akan memperkuat
tanggapan dan apresiasi musik siswa dan mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat kriteria penilaian tentang musik.
Materi pokok seni musik meliputi apresiasi seni musik, berkarya seni musik, kritik seni musik, dan pergelaran seni musik. Apresiasi
seni musik berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya
seni musik. Materi apresiasi seni musik pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni
musik. Apresiasi seni musik dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni musik pada berbagai latar budaya.
Apresiasi seni musik juga perlu memberikan pemahaman tentang hubungan seni musik dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta
keberadaan seni musik sebagai bidang profesi. Dalam hal ini, siswa juga perlu mengenal pencipta dan pemain musik masa kini sertaindustri musik di Indonesia.
Dalam bermain musik, siswa memainkan instrumen, dengan menggunakan repertoir atau buah musik atau menggubah karya musik
orang lain. Siswa juga dapat melakukan musikalisasi puisi atau karya sastra lainnya. Untuk itu, diperlukan pengembangan pengetahuan
dan keterampilan dalam membuat komposisi, berimprovisasi, membuat aransemen, dan mempersiapkan pertunjukan musik.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 9
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
10/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Kegiatan kritik seni musik berperan penting dalam pengembangan kemampuan musik siswa. Kritik seni meliputi deskripsi, analisis,
interpretasi, dan evaluasi. Melalui pengamatan terhadap karya musik serta pemahaman teori dan sejarah musik, siswa dapat
mengembangkan kriteria untuk menilai karya musik.
Pergelaran musik merupakan kegiatan pertunjukan, yaitu membawakan karya musik di depan penonton. Penyajian musik merupakan
pengalaman bermain musik bersama orang lain, bagi orang lain, dan untuk kepuasan pribadi. Penyajian musik dapat berupa kegiatan
menyanyi, memainkan instrumen, atau menggunakan alat elektronik (misalnya komputer atau synthesizer).
D. Pembelajaran Seni Tari
Tari dapat merupakan ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak ritmis, dinamis, dan indah. Tari hadir dalam berbagai
bentuk dan digunakan untuk berbagai keperluan, dari hiburan sampai penyajian teatrikal dan upacara keagamaan.
Tari dibedakan dengan bentuk-bentuk seni yang lain berkaitan dengan penggunaan gerak tubuh. Tari dibedakan dengan gerakan
biasa, karena gerakan dalam seni tari digunakan untuk mengkomunikasikan maksud, perasaan, dan pikiran. Tari merupakan sistem
simbol yang memberi makna pikiran, perasaan, dan aktivitas manusia.
Pembelajaran seni tari memberikan pengenalan dan pemahaman tentang berbagai bentuk, konsep atau makna, dan fungsi tari, serta
konteks atau latar belakang yang mempengaruhi penciptaan, pergelaran, dan apresiasi seni tari. Melalui seni tari, siswa dapat
memahami berbagai nilai dalam kebudayan dan berkomunikasi secara sosial. Siswa juga dapat mengeksplorasi bidang-bidang
pelajaran lain melalui seni tari.
Materi pokok seni tari meliputi apresiasi seni tari, berkarya seni tari, kritik seni tari, dan pergelaran tari. Apresiasi seni tari berarti
mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni tari. Materi
apresiasi seni tari pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni tari. Apresiasi seni tari
dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni tari dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pokok apresiasi seni tari di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap tari dalam konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan
budaya mancanegara, baik yang bercorak tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni
tari, materi apresiasi seni tari juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya tari
dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni tari tersebut.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 10
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
11/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Konteks sosial dan budaya menentukan makna dan peranan yang diberikan atau ditimbulkan pada karya seni seni tari. Pengetahuan
tentang periode sejarah seni tari berguna untuk memahami masalah-masalah sosial, politik, dan agama yang terkandung dalam seni
tari.
Dengan mempelajari seni tari dari berbagai latar budaya, siswa dapat memahami alasan penciptaan dan pementasan tari, maksud,
dan tujuannya. Siswa juga dapat memahami konsep atau makna berbagai bentuk tari seperti tari rakyat, tari klasik, tari modern, dan
tari kontemporer.
Siswa juga dapat mengetahui bahwa seni tari memiliki beragam fungsi dan fungsi tersebut dapat berubah dengan perjalanan waktu.
Siswa juga dapat mengenal bentuk koreografi masa lalu dan masa kini, pencipta tari, dan industri tari di Indonesia.
Pembahasan konsep seni tari meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni tari. Pembahasan tentang struktur tari meliptui
unsur-unsur tari dan proses pembuatan karya seni tari. Selain itu, apresiasi seni tari juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara
seni tari dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang pelajaran yang lain, serta keberadaan seni tari sebagai bidang profesi.
Dalam membuat koreografi siswa dilatih mencipta karya tari baru atau menata tari dengan materi gerak yang sudah ada. Penciptaan
tari melibatkan aktivitas dengan beberapa tahapan yaitu eksplorasi, observasi, improvisasi, eksperimentasi, sebelum latihan,
membentuk, memilih, dan menilai gerakan yang mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan gambaran. Penciptaan tari didukung
oleh perkembangan fisik dan kemampuan berekspresi dengan dukungan kecermatan penginderaan dan kepekaan rasa.
Koreografi dapat melibatkan siswa dalam eksplorasi diri. Secara bertahap ia dapat mengembangkan kesadarannya terhadap gerak
dan potensi eskspresifnya serta belajar mengorganisasikan gerak murni untuk menyampaikan pikiran dan perasaan. Selain itu, siswa
dapat mengembangkan pemahaman tentang koreografi dengan mempelajari gerak-gerak khusus yang kemudian dapat
diorganisasikan ke dalam urutan-urutan dan klaster.
Kemampuan mencipta tari berkembang sejalan dengan perkembangan kesadaran dan pemahamannya tentang unsur-unsur dan
proses pembentukan koreografi. Unsur koreografi adalah sebagai berikut:1) Tubuh manusia: bagian-bagian tubuh, gerak tubuh, dan posisi tubuh.
2) Ruang: ketinggian, arah, hubungan, penonjolan, pengelompokan, dan pola lantai.
3) Waktu: penggunaan aksen, pola ritmis, durasi, dan tempo, atau cepat lambatnya gerak.
4) Tenaga: kualitas gerak yang mengungkapkan perasaan, seperti bersemangat atau lembut.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 11
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
12/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Dalam mengorganisasikan dan membentuk struktur tari, unsur-unsur koreografi yakni tubuh, ruang, waktu, dan tenaga ditentukan
oleh proses pembentukan. Perangkat pengorganisasian tari antara lain repetisi, simetri/ asimetri, keserempakan, kontras, dan pakem
(kaidah). Perangkat pembentukan tari adalah motif, naratif, pola repetisi, klimaks, dan improvisasi. Makin banyak siswa memperoleh
pengalaman berkarya, ia makin mampu mengolah unsur-unsur koreografi dan proses pembentukan untuk mengekspresikan
gagasannya. Siswa merefkleksikan apa yang dilihatnya dengan mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasikan, dan menilai
karya seni tari. Mereka memperoleh apresiasi seni tari dengan mengamati kaya seni tari secara kritis dan memahami ungkapan
geraknya.
Dengan mengenali cita rasa pribadi dan preferensi, mengembangkan kemampuan mengobservasi, dan melakukan penilaian, siswa
mampu menghargai karya seni tari dari sudut estetika. Siswa memahami kesan-kesan yang ditimbulkan oleh karya seni tari dan
aspek-aspek kualitatif dari bentuk koreografi dan pertunjukan.
Apresisasi seni tari siswa bergantung pada fokus karya yang telah diciptakan dan disajikannya. Jika siswa telah memahami makna
dan peranan seni tari, ia akan mempertimbangkan bagaimana seni tari dihargai dalam berbagai konteks sosial dan budaya, serta
fungsi seni tari sebagai bagian dari kehidupan manusia.
Pergelaran tari merupakan pertunjukan tari atau penyajian kepada orang lain. Bagi siswa, pergelaran merupakan suatu proses
belajar untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, mengembangkan ketrampilan teknis dalam berbagai bentuk tari, dan untuk
memproyeksikan dirinya kepada berbagai kalangan penonton dan dalam berbagai kesempatan pertunjukan.
E. Pembelajaran Seni Teater
Teater adalah tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Teater merupakan potret kehidupan manusia yang
menggambarkan suka-duka, pahit-manis, dan hitam putih kehidupan manusia. Teater berhubungan dengan bahasa sastra, maka
teater merupakan bagian dari telaah sastra. Pementasan teater merupakan bidang teater.
Pengertian seni teater dibedakan menjadi teater sebagai naskah dan teater sebagai pentas. Setiap naskah teater pada dasarnya memiliki
kemungkinan untuk dipentaskan. Akan tetapi, terdapat teater yang kecil kemungkinannya untuk dipentaskan, karena menggunakan dialog
yang panjang-lebar, dengan bahasa yang indah-indah dan tidak realistik. Jenis teater ini disebut closed teater. Sebaliknya, terdapat
naskah teater yang kecil sekali nilai literernya, karena sengaja ditulis untuk dipentaskan. Jenis teater ini disebut teater teatrikal.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 12
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
13/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Dalam bentuk pentas, teater merupakan pementasan peristiwa-peristiwa nyata maupun khayalan melalui peran dan situasi.
Pembelajaran seni teater melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman, seperti bermain peran, inprovisasi, pergelaran teatrikal,
teater film dan televisi, dan mencakup proses penciptaan dan penyajian seni teater.
Seni teater di sekolah mencakup aktivitas yang luas termasuk penulisan naskah teater, improvisasi, bermain peran, sosio teater,
simulasi, interpretasi teks, pergelaran teatrikal, dan tata-pentas. Seni teater menggunakan unsur-unsur permainan teater seperti
spontanitas, imajinasi, permainan peran, dan eksplorasi.
Materi pokok seni teater meliputi apresiasi seni teater, berkarya seni teater, kritik seni teater, dan pementasan seni teater. Apresiasi
seni teater berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya
seni teater, baik teater naskah maupun teater pentas. Materi apresiasi seni teater pada dasarnya adalah pengenalan dan
pemahaman tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni teater. Apresiasi seni teater dapat mencakup materi yang lebih
luas, yaitu pengenalan seni teater dalam konteks berbagai kebudayaan, tetapi tetap ditekankan pada segi telaah naskah dan pentas
teater.
Materi pokok apresiasi seni teater meliputi pengenalan terhadap teater dalam konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budayamancanegara, baik yang bercorak tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni teater,
materi apresiasi seni teater juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya teater
dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni teater tersebut.
Pembahasan konsep seni teater meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni teater. Pembahasan tentang struktur
teater meliputi unsur-unsur teater dan pembuatan karya seni teater. Selain itu, apresiasi seni teater juga perlu memberikan
pemahaman hubungan antara seni teater dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta keberadaan seni teater sebagai bidang profesi.
Dalam bermain teater, siswa menggunakan naskah atau skenario teater yang sudah ada. Dalam bermain teater, siswa dapat
berimprovisasi untuk menunjukkan tingkat penguasaannya dalam bermain teater. Siswa dapat menggubah teks teater yang ditulisoleh orang lain. Siswa juga dapat melakukan teatertisasi karya sastra seperti puisi, cerpen, atau novel.
Dalam bermain teater, siswa dapat memilih tema, gaya, bentuk, dan struktur teater. Jika siswa ingin menulis naskah teater, ia
dapat mengambil pengalaman atau imajinasinya sendiri atau pengalaman orang lain. Melalui seni teater, siswa dapat mengaitkan
pengalaman hidupnya dengan pengalaman-pengalaman universal.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 13
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
14/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Melalui seni teater, siswa mengembangkan keterampilan fisik, kognitif, dan teknik. Siswa dapat menyusun atau menulis naskah
teater ciptaannya sendiri dengan pemahaman tentang kaidah-kaidah, bentuk, gaya, dan tradisi. Siswa dapat juga menyutradari
teater orang lain. Dalam berkarya teater siswa dapat bekerja secara kolaboratif maupun secara individual.
Dalam kritik seni teater, siswa menerapkan proses analisis kritis, yaitu deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi terhadap karya
teater siswa sendiri maupun karya orang lain. Siswa menanggapi karya seni teater dengan mengidentifikasi dan memberikan
penilaian tentang sifat-sifat, efektivitas, dan nilai-nilai pada karya seni teater.
Siswa dapat menanggapi karya seni teater dengan berbagai cara seperti membahas dan menulis secara formal atau informal. Siswa
dapat menempatkan karya teaternya sendiri dan karya orang lain dalam konteks kritik, dengan menggunakan bahasa dan
terminologi yang memadai.
Dalam penyajian teater, siswa melaksanakan pergelaran dalam durasi, bentuk, dan tujuan yang berbeda-beda. Siswa merancang
teater dengan menyesuaikan ruang dan sarana, serta menggunakan unsur-unsur teknis dan tata pentas seperti tata lampu, tata
suara, tata busana, dan tata rias. Dalam penyajian teater, siswa dapat bekerja secara kolaboratif dalam pementasan teater maupun
secara individual, misalnya dalam bentuk monolog.
III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI
Seni Rupa
1. Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan, prosedur dan keahlian berkarya seni rupa
Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
2. Menunjukkan apresiasi atas keragaman senirupa terapan di wilayah Nusantara dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan budayanya.
3. Berkreasi karya seni rupa terapan dengan menggali dan mengembangkan gagasan kreatif dalam keragamanproses, teknik, prosedur, media, dan bahan dari seni rupa di wilayah Nusantara.
4. Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan, prosedur dan keahlian berkarya seni rupa di
wilayah Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 14
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
15/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
5. Menunjukkan apresiasi atas keragaman seni rupa terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara dengan
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
6. Berkreasi dan memamerkan karya seni rupa terapan dengan menggali dan mengembangkan gagasan kreatif atas
keragaman proses, teknik, prosedur, media, dan bahan dari seni rupa Nusantara dan mancanegara.
7. Mempresentasikan tentang keragaman seni rupa murni tradisi, modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan
mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
8. Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan
mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan kebudayaan.
9. Berkreasi karya seni rupa murni dengan mengembangkan gagasan kreatif dari keragaman unsur seni rupa tradisi,
modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara.
Seni Musik
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan memperhatikan kontekskehidupan budaya masyarakatnya.
2. Mengungkapkan sikap empati atas keragaman musik tradisi Nusantara.
3. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,
prosedur, media, materi dari musik tradisi Nusantara.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan
konteks kehidupan budaya masyarakat.
5. Menunjukkan empati keragaman musik Nusantara dan negara lain.
6. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan negara lain.
7. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
8. Memprersentasikan tanggapan tentang keragaman seni, tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan engara
lain dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 15
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
16/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
9. Menunjukkan empati keragaman musik tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan mancanegara.
10. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,
prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan negara lain.
11. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
Seni Tari
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan
memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.
2. Menunjukkan empati keragaman tari tradisi daerah.
3. Berkreasi taridengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman
materi tari tradisi daerah setempat dan tari kreasi daerah setempat.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tari Nusantara (seluruh wilayah
Indonesia) dengan memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.5. Mendeskripsikan empati keragaman tari Nusantara.
6. Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman
materi dari seni tari Nusantara.
7. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tari modern Nusantara dan
mancanegara dengan memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.
8. Menunjukkan empati keragaman tari modern Nusantara dan negara lain.
9. Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman
materi dari seni tari modern Nusantara dengan negara lain.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 16
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
17/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Seni Teater
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi dan budayanya. Nusantara dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat.
2. Mengidentifikasi empati atas keragaman teater tradisi Nusantara.
3. Merancang bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media,
materi dari seni tradisi modern dan mutakhir Nusantara.
4. Mementaskan teater tradisi Nusantara.
5. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan
konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
6. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi, modern, atau teater kontemporer Nusantara dan negara lain.
7. Menyusun medium dan bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,
prosedur, media, dan materi dari seni tradisi modern Nusantara dan negara lain.
8. Mementaskan teater modern Nusantara dan negara lain.9. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan negara lain dengan
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
10. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi modern, kontemporer Nusantara dan mancanegara.
11. Membuat bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media
dan materi seni tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan mancanegara.
12. Mementaskan bentuk teater total karya sendiri.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 17
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
18/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PENILAIAN
Silabus dan penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan
penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan
penilaian Pendidikan Seni dimulai dengan identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi pokok,
pengalaman belajar, indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen, serta alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat.
Silabus dan penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar,
memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih
baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka,
berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.
A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan penilaian
Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan penilaian meliputi tahap-tahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar
kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang dibutuhkan; dan pemilihan
sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian berikut:
1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata pelajaran,
kelas/program, dan semester.
2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Pendidikan Seni dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan agama Islam dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standarkompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis. Sesuai dengan kewenangannya, Depdiknas telah
merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 18
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
19/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan
pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan
pendekatan prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, pendekatan tematik. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan
materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi
dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk
mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh Depdiknas.
4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi
pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik
maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk
menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat
dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi.
Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan
hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang
disisipkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan jenis
buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun.
Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi pembelajaran dari subject-mater orientedmenjadi life-skill oriented.
Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill(GLS) dan spesific life skill(SLS). General life skill dibagi menjadi
dua, yaitupersonal skill(kecakapan personal) dan social skill(kecakapan sosial). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self-
awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua,
yaitu academic skill(kecakapan akademik) dan vocational skill(kecakapan vokasional/kejuruan).
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 19
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
20/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai
makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi kecakapan
menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial
meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat, kecakapan akademik meliputi
kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian.
Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan
tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap
kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh
format analisis kecakapan hidup.
Tabel 1: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup.
No.
Kecakapan
Hidup
Kompetensi dasar
KesadaranDiri
KecakapanBerpikir
KecakapanSosial
KecakapanAkademik
MakhlukTuhan
Eksistensidiri
Potensidiri
Menggaliinformasi
Mengolahinformasi
Mengambilkeputusan
Memecahkanmasalah
Komunikasilisan
Komunikasitertulis
Bekerjasama
Mengidentifikasivariaabe
l
Menghubungkanvariabe
l
Merumuskanhipotesis
Melaksanakanpenelitian
1 Mengidentifikasikan fungsi dan peranan musik dalamkonteks sosial budaya.
v v v v
2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari karya musikdaerah setempat dari hasil pengamatan pertunjukan.
v V v v v v
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 20
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
21/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Dalam mata pelajaran Pendidikan Senidi SMA kecakapan hidup (life skill) yang dikembangkan adalah general life skill(GLS) dan
academic skill(kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar hendaknya memuat
kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalampengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya:
Menyajikan pergelaran musik di kelas (Kecakapan hidup: kesadaran akan potensi diri, komunikasi lisan, bekerjasama,
menghubungkan variabel, dan mengambil keputusan). Kompetensi Dasar dijabarkan menjadi Indikator yang secara spesifik
dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional
yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian dari
indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
5. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen
penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain:
a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran
dimulai, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang
terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori. Tingkat berpikir yang
terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat
berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam
satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 21
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
22/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan klipping, makalah,
dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang
digunakan salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
g. Responsi atau Ujian Praktik. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang
dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau
tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang
telah dicapai peserta didik dan yang belum.
h. Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa
diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian
objektif, uraian non-objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan
bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat dalam semua ranah.
Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain:
a. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan
mudah. Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.
b. Uraian Obyektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya objektif, diperlukan pedoman penskoran.
Hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat berpikiryang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
c. Uraian Non-obyektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian,
sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya obyektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 22
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
23/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa.
Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, seperti menyajikan
pergelaran musik.
g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya
dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.
7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk
menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.
8. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau literatur, baik untuk
menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat yang
diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat dapat bervariasi sesuai dengan kompetensi
dasar, materi serta pengalaman belajarnya.
B. Penyusunan dan Analisis Instrumen
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian
juga bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
(3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui pencapaian kurikulum, (6) mendorong
siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 23
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
24/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
1. Langkah Penyusunan Instrumen.
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a)
menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen. Tujuan
penilaian telah disebutkan di muka.
Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penyusun
instrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi
tes terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris.
Tabel 2: Kisi-Kisi Silabus dan penilaian Berkelanjutan
Standar Kompetensi: ............................................................................................
KompetensiDasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi
Pokok
PengalamanBelajar
Indikator
PenilaianAlokasiwaktu
Sumber/
Bahan/
Alat
Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan
materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah
peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, menjodohkan,
jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang
akurat tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada
umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 24
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
25/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para
guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat
kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk
mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris.
2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya
a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 10 s/d 100. Untuk
memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Sebutkan jenis-jenis
musik tradisi di lima daerah di Indonesia!
2) Pilihan Ganda.Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir
rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c)
panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban:
semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan
menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa
yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke
bawah.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 25
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
26/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Contoh soal:
Alur melodi yang ada pada karya musik daerah pada umumnya menggunakan tangga nada ...
a. Diatoniks
b. Minor
c. Mayor
d. Pentatoniks
e. Zigana
Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:
100xN
BSkor =
B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
3) Uraian Objektif.Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b)
mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2)
apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah
tepat, (5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.
Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentu berdasarkan langkah-langkah
dalam menjawab soal. Contoh soal: Bagaimana proses pembuatan batik?
4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c)
gunakan bahasa yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk
mengerjakan soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 26
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
27/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Berikan ulasan
tentang lirik lagu-lagu ciptaan Bimbo! Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:
Tabel 3: Pedoman Penilaian Uraian Bebas.
Kriteria Jawaban Skor
1. Ulasan tentang irama lagunya. 1
2. Tema dari syair lagunya. 1
3. Tempo dan dinamik dalam lagunya. 1
4. Harmonisasi paduan nadanya. 1
Jumlah skor 4
5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat.Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang
disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan
melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar danskor 0 untuk jawaban salah.
Contoh soal: Teater tradisional yang terkenal di Jepang ialah ...
6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat
berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal: Jodohkanlah kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan yang ada di sebelah kiri agar dapat mendeskripsikanpengertian, bentuk dan struktur lagu.
1. frase a. bagian penutup lagu2. refrein b. bagian selingan lagu3. introduksi c. penggalan kalimat lagu4. motif d. bagian pembukaan lagu5. interlude e. jawaban kalimat lagu
f. bagian ulangan lagug. bagian kecil dari penggalan kalimat lagu.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 27
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
28/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan
kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan
perkembangan kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan
penilaian proses. Contoh soal: Buatlah suatu ulasan hasil pengamatan Anda terhadap penyajian hasil
aransemen/gubahan/komposisi hasil kreasi salah satu teman Anda.Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini objektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi
pedoman penilaian. Rubrik hendaknya memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep
yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus
mengomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s/d 10 atau 10 s/d 100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (sintesis dan
evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan
kompetensi.
8) Performans (Unjuk Kerja). Performans (unjuk kerja) digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan
praktik.berkreasi seni. Untuk melakukan penilaian terhadap praktik ini dapat digunakan format berikut:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 28
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
29/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Portofolio
No.
Aspek
Nama Siswa
Kejelasankonsep
Kelengkapandata
Sistematika
Penampilan
Keaslian
Dst.........................................
.........................................
.........................................
......................................
.....................................
.....................................
....................................
Nilairata-rata(kualitatif/huruf)
1
2
34
5
Penskoran unjuk kerja di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu
kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 29
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
30/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya
Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan
minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai
berikut: (1) pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya:
kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku rapi; (3) pilih tipe skala yang
digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala: sangat senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah
instrumen oleh sejawat; (5) perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat
hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.
Tabel 5: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa.
No
Indikator Sikap
Nama Siswa
Keterbukaan
Ketekunanbelajar
Kerajinan
Tenggan
grasa
Kedis
iplinan
Kerjasama
Ramahdg
teman
Hormatpad
aguru
Kejujuran
Menepa
tijanji
Kepedulian
Tanggung
jawab
Nilairata-rata
(kualitatif/huruf)
1
23
4
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 30
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
31/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan
dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung
arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor
keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk
mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka skor terendah adalah 10 dan
skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 24 kurang
berminat, 25 32 berminat, dan skala 33 40 sangat berminat. Dapat juga menggunakan frekuensi kegiatan siswa (selalu;
sering; jarang; atau tidak pernah) seperti contoh berikut.
Tabel 6: Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Pendidikan Seni.
Nama: ..............................................
Kelas : ..............................................
Tugas: Isilah dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom frekuensi (selalu; sering; jarang; atau tidak pernah) sesuaidengan kenyataan yang Anda alami terhadap pernyataan berikut ini:
No. Pernyataan
Frekuensi
Selalu Sering JarangTidak
pernah
1
23
4
5
67
89
10
Saya senang pada isi mata pelajaran ini.
Saya mengikuti pelajaran ini sesuai jadwal.Saya mencatat penjelasan guru.
Saya kerjakan tugas pelajaran ini tepat waktu.
Saya mencari informasi untuk mendalami materi pelajaran ini.
Saya kumpulkan kliping yang berhubungan dengan pelajaran ini.Saya mengerjakan tugas latihan di rumah.
Saya mendiskusikan materi pelajaran ini.Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan.
Jumlah
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 31
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
32/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri.
Tabel 7: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa
No Pernyataan
Alternatif
Ya Tidak
1
23
4
56
7
89
1011
Saya sulit mengikuti pelajaran Pendidikan Seni
Saya sulit memainkan alat musikSaya sulit menghafal syair-syair lagu
Saya sulit untuk menulis nada lagu
Saya belum bisa malaksanakan menggubah laguSaya sulit untuk mengharmoniskan nada suara
Saya mudah bekerjasama dengan siapa saja
Saya berusaha memiliki alat musik sendiriSaya rajin mengikuti latihan musik
Saya .rajin membaca buku-buku tentang seniSaya ...............(dan seterusnya)
3. Analisis Instrumen.
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang
sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan
bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah
siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada. Hasil ujicoba bertujuan untuk melihat karakteristik instrumen
seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan
jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 32
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
33/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan
mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes
awal ataupretestdan tes setelah pembelajaran atauposttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif
adalah sebagai berikut :
T
RRI
BA
s
=
RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran.
RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran
T =Banyaknya siswa yang mengikuti ujian
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir.
Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun
demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika
hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak
efektifnya proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.
4. Evaluasi Hasil Penilaian.
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa
sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru
memberikan perbaikan (remedi) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah.
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil
evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar mana, materi mana, atau indikator mana yang belum mencapai ketuntasan.
Dengan mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang
tepat.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 33
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
34/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen penilainnya terlalu sulit, apakah instrumen
penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang kurang tepat. Jika
ternyata instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Tetapi jika instrumen penilaiannya ternyata tidak sulit,
mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada Lampiran 4.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap matapelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Seni dan segala sesuatu yang
terkait. Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya.
Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam empat
kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 24 kurang berminat, 25 32 berminat, dan skala 33 40 sangat berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran Pendidikan Seni, maka guru harus
mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran
Pendidikan Seni, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.
V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil
belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa digunakan
untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.
Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala
sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat.
Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari
sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif diperoleh
melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 34
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
35/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
A. Pelaporan Hasil Penilaian
Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar
tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika
seorang siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Tetapi
jika seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkandalam bentuk deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Pendidikan Seni.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran
Pendidikan Seni dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan
Seni. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat memberikan informasi yang jelas. Oleh
karena itu, pembuatan laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku
rapor yang diisi pada setiap semester
2. Laporan untuk Sekolah.
Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk
mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa akan diperhatikan dan
dipikirkan oleh pihak sekolah.
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa
tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk
deskripsi tentang siswa.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 35
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
36/65
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni
3. Laporan Untuk Masyarakat.
Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa
bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh siswa dari suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi.
B. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1. Untuk Siswa.
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar
ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan
pengamatan. Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b)
mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki
strategi belajar.
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan
kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran,
dan (c) minat siswa pada masing-masing mata pelajaran.
2. Untuk Orang Tua.
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan
informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan
orang tua untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil
belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua
ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta
minat terhadap mata pelajaran.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 36
-
8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA
37/65
Pen