pengendalian organisme pengganggu …. petlap pengendalian opt... · untuk pengendalian opt, ......
TRANSCRIPT
-
47
PETUNJUK LAPANGAN
(PETLAP)
PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TANAMAN (OPT)
TANAMAN KEDELAI
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN PERTANIAN
2015
-
48
PETUNJUK LAPANGAN
(PETLAP)
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN (OPT) KEDELAI
A. DEFINISI
Petunjuk lapangan (PETLAP) ini berisikan beberapa kompetensi tentang
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Serangan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam
peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang
sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan
pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain
terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
Beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya Pengendalian OPT pada
tanaman sebagai berikut :
1. Lemahnya dalam identifikasi hama dan penyakit maupun gejala
serangannya;
2. Tindakan pengendalian yang terlambat;
3. Aplikasi pestisida yang kurang tepat;
4. Belum cukup informasi bioekologi hama.
B. TUJUAN
Setelah berlatih peserta diharapkan dapat melaksanakan pengendalian OPT
yang diawali dengan melakukan pengamatan OPT (Identifikasi hama, penyakit
serta musuh alami), menyiapkan bahan pengendalian, melakukan pengambilan
keputusan dan pengendalian serta mampu membuat dan mengaplikasikan
agensia hayati.
-
49
C. MANFAAT :
Peserta Diklat dapat melaksanakan kegiatan pengendalian OPT sehingga
dalam praktek budidaya tanaman kedelai pada pertanaman berikutnya dapat
dilakukan dengan baik dan benar
D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Ungkapan pengalaman
4. Penggalian
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
a. ATK
b. Komputer
c. Infokus
2. Bahan:
a. Kertas HVS
b. Kertas koran
c. Whiteboard
d. Spidol
e. Blanko-blanko
F. TEMPAT
Lokasi di Ruang Pembelajaran dan Lahan usahatani kedelai
G. WAKTU
5 jam pelajaran @ 45 menit/jam pelajaran ( 1 teori, 4 jam praktek)
-
50
H. LANGKAH KERJA
NO TAHAPAN URAIAN KEGIATAN ALAT BANTU
1. Pengamatan Agroekosistem
1. Peserta dalam kelompok kecil mengambil sampling untuk menentukan tanaman sampel.
2. Tanaman sampel yang diambil diberi tanda dengan menancapkan patok atau ajir.
3. Lakukan penghimpunan semua keragaan komponen agribisnis seperti keragaan OPT, keragaan Musuh Alami, Keragaan Komoditas, Keragaan Iklim mikro dan perlakuan petani yang ditemui di lahan kedelai.
4. Mengisi form isian (Tabel 1 dan Tabel 2) yang sudah disediakan berdasarkan temuan pada tanaman sampling.
2. Analisa Agroekosistem
1. Peserta menggambarkam kembali hasil pengamatannya di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada (Gambar 1).
2. Lakukan pengelompokan hasil pengamatan berdasarkan keragaan yang ada.
3. Lakukan identifikasi jenis hama, penyakit, gulma dan musuh alami berdasarkan kriteria dan ciri-ciri yang dimiliki.
4. Lakukan penghitungan populasi hama, musuh alami dan intensitas serangan penyakit
5. Presentasikan hasil diskusi kelompok
-
51
3. Tindakan
Pengendalian
Tindakan pengendalian
dilakukan berdasarkan
kesimpulan kegiatan
sebelumnya.
1. Bilamana perlu fasilitator
mendemonstrasikan salah
satu pengendalian hama
atau penyakit.
2. Peserta melakukan praktek
pengendalian
hama/penyakit sesuai
dengan yang
didemonstrasikan oleh
fasilitator.
Tabel 1. Keragaan OPT
No Item Keragaan Jumlah Keterangan
1 Serangga/Organisme
2 Penyakit
-
52
3 Gulma
Tabel 2. Keragaan Iklim Mikro, Keragaan Komoditas, dan Keragaan Perlakuan
Petani.
No Item Kondisi Lapangan
A Keragaan Iklim Mikro
1. Sinar Matahari Cerah/Mendung/Hujan
2. Tanah Kering/Macak-macak/Tergenang
3. Kecepatan angin, dan Arah angina
4. Kebersihan lahan Bersih/banyak gulma
B. Keragaan Komoditas
1. Varietas yang ditanam
2. Umur Tanaman
3. Tinggi Tanaman
4. Fase Pertumbuhan Tanaman
-
53
C. Keragaan Perlakuan Petani
1. Melakukan aplikasi Pestisida
2. Melakukan penyiangan
3. Melakukan Pemupukan
4. Tindakan Pengendalian yang
dilakukan
-
54
Gambar 1. Analisa Agroekosistem
Varietas :
Umur :
Tinggi Tanaman :
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
: 1. MUSUH ALAMI
: 1.
: 2. 2.
: 3. 3.
4. 4.
AGROEKOSISTEM KEDELAI
Kondisi : air ? Tanah ?
angin? Gulma ?
-
55
I. HASIL :
Bagaimana hasil kerja Saudara dalam mengiendalikan OPT tanaman kedelai ?.
I. EVALUASI DIRI
Dalam proses mengendalikan OPT kedelai, apakah saudara mengalami kesulitan
?
Beri tanda pada gambar berikut !!!
. .. .
bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai tanpa dibimbing
bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai dengan bimbingan
belum bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai
-
56
K. INFORMASI
PENGENDALIAN OPT KEDELAI
I. Hama Utama Tanaman Kedelai
1. Lalat Kacang (Agromyza phaseoli/Ophiomya
phaseoli/Melanagromyza phaseoli)
Gambar 1. Lalat kacang dewasa dan pupa
Tanda dan Gejala Serangan :
a. Gejala awal berupa tanda bintik-bintik putih pada keping biji, daun
pertama atau daun kedua.
b. Bintik-bintik tersebut merupakan bekas tusukan alat peletak telur.
Pada keping biji dan pasangan daun pertama terdapat alur atau
garis berkelok- kelok berwarna coklat yang merupakan lubang
gerekan belatung.
c. Selanjutnya belatung menggerek batang sampai ke pangkal batang
dan ditempat itu juga kepompong terbentuk.
d. Akibat gerekan belatung, jaringan pengangkut terputus sehingga
tanaman layu dan mati.
e. Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14 30 hst.
f. Alur gerekan larva dari keping biji ke pangkal akar berupa spiral.
Serangan larva lalat kacang menyebabkan tanaman kedelai layu,
mengering, dan mati. Serangan pada tanaman yang berumur lebih
dari sepuluh hari mengakibatkan tanaman kerdil dan daun
berwarna kekuning-kuningan.
-
57
Gambar 2. Gejala serangan lalat kacang
2. Penggerek Batang (Agromyza sojae, Melanogromyza sojae)
Hama ini juga dikenal dengan nama Agromyza sojae,
Melanogromyza sojae, stem fly dan stem borer. Pada umumnya
penggerek batang menyerang tanaman muda. Tanaman inang hama
ini antara lain kacang hiris, kacang uci, dan kacang hijau.
Tanda dan Gejala serangan :
a. Serangan biasanya pada umur di bawah satu bulan.
b. Tusukan ovipositor menimbulkan bintik-bintik pada daun muda.
c. Larva makan jaringan daun dan keping biji, terus menuju batang
melalui tangkai daun, kemudian masuk dan menggerek melalui
empulur.
d. Pupa terbentuk di dalam batang.
e. Lubang gerekan larva dapat menyebabkan ranting patah,
tanaman layu, mengering dan mati.
Gambar 3. Penggerek batang dan pupa dalam batang
4/15/20114/15/2011 sumber : w. sunada & dll.sumber : w. sunada & dll.
Gejala seranganGejala serangan
Gejala awal: bintik-bintik putih pada keping biji atau daun bekas tusukan alat peletak telur.
Pada keping biji atau daun terdapat alur berkelok-kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan larva.
Selanjutnya larva menggerek sampai ke pangkal batang dan ditempat itu berkepompong .
Akibat gerekan, jaringan pengangkut terputus sehingga tanaman layu dan mati.
Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14 30 hst.
4/15/20114/15/2011 sumber : w. sunada & dll.sumber : w. sunada & dll.
Gejala seranganGejala serangan
Gejala awal: bintik-bintik putih pada keping biji atau daun bekas tusukan alat peletak telur.
Pada keping biji atau daun terdapat alur berkelok-kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan larva.
Selanjutnya larva menggerek sampai ke pangkal batang dan ditempat itu berkepompong .
Akibat gerekan, jaringan pengangkut terputus sehingga tanaman layu dan mati.
Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14 30 hst.
-
58
3. Penggerek Pucuk (Agromyza dolichostigma/ Melanogromyza
dolichostigma)
Penggerek pucuk juga dikenal dengan nama Agromyza
dolichostigma, Melanogromyza dolichostigma dan shoot borer.
Tanda dan Gejala serangan :
a. Terdapatnya bekas tusukan alat peletak telur pada permukaan
daun bagian atas.
b. Selanjutnya, terdapat lubang gerekan larva pada daun, tulang
daun, tangkai daun dan pucuk daun.
c. Daun pucuk menjadi layu, mengering, dan mati, kemudian
terbentuk banyak cabang baru namun kurang produktif.
4. Kumbang Tanah Kuning (Longitarsus suturellinus)
Kumbang tanah kuning dikenal dengan nama Longitarsus
suturellinus, Insect Feeding, Flea Beetle, dan Kumbang Longitarsus.
Hama ini juga merupakan hama penting pada pertanaman kedelai
dan menyerang tanaman sejak benih hingga pembentukan daun
terakhir. Tanaman inang hama ini antara lain kacang hijau, kacang
panjang dan kacang tunggak.
Gejala kerusakan akibat serangan kumbang tanah kuning adalah
terdapatnya lubang-lubang kecil bekas gigitan serangga pada keping
biji, daun muda, pucuk, atau cabang tanaman.
5. Ulat Grayak (Spodoptera litura/ Prodenia litura )
Ulat grayak dikenal dengan nama Spodoptera litura, Prodenia litura
dan Army Worm. Hama ini dikenal polifag dan menyerang tanaman
pada berbagai fase pertumbuhan. Tanaman inang hama ini antara
lain tembakau, kacang tanah, ketela rambat, cabai, bawang merah,
kacang hijau, jagung dan lain-lain.
-
59
Tanda dan Gejala Serangan
a. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun
tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak,
atau seluruh tanaman rusak. Gejala yang nampak tergantung
pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva
muda serta larva dewasa.
b. Kerusakan pada umumnya oleh larva muda yang makan secara
bergerombol, meninggalkan tulang-tuang daun dan epidermis
daun bagian atas.
c. Dari jauh daun yang terserang tampak keputihputihan.
d. Larva dewasa dapat memakan tulang daun muda, sedang pada
daun tua tulang-tulangnya tersisa.
e. Selain merusak daun, larva juga memakan polong muda.
Telur baru menetas
. Imago . Larva instar 1
. Larva instar 2 . Larva instar
1 . Larva instar 1
Imago jantan dan betina
1 . Larva instar 1
Telur
Gambar 4. Ulat grayak pada kedelai
http://www.eppo.org/QUARANTINE/insects/Spodoptera_litura/PRODLI_01.jpghttp://www.eppo.org/QUARANTINE/insects/Spodoptera_litura/PRODLI_02.jpg
-
60
6. Ulat Penggulung Daun (Lamprosema indicata)
Tanda dan Gejala Serangan
a. Ulat merusak tanaman kedelai ber-umur 3 4 minggu setelah
tanam.
b. Ulat makan daun dari gulungan daun. Apabila gulungan tersebut
dibuka, daun akan tampak tinggal tulang-tulangnya.
Gambar 5. Ulat penggulung daun kedelai
7. Ulat Jengkal (Plusia chalcites)
Tanda dan Gejala Serangan
a. Larva memakan daun tanaman kedelai.
b. Ulat jengkal bersifat polifag.
Gambar 6. Ulat Jengkal pada kedelai
Larva Iimago
Larva Imago
Imago Larva
javascript:;
-
61
8. Kumbang Kedelai (Phaedonia inclusa)
Tanda dan Gejala Serangan :
a. Hama menyerang tanaman sejak tanaman muncul di atas
permukaan tanah hingga panen.
b. Gejala kerusakan tanaman akani terlihat pada pucuk tanaman,
daun, bunga dan polong.
c. Serangan pada tanaman muda dapat mengakibatkan kematian.
d. Serangann pada fase selanjutnya, mengakibatkan terganggunya
pembentukan bunga, pembentukan polong, dan pengisian biji
sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas biji kedelai.
e. Serangan pada fase vegetatif akan tampak tanaman kedelai
terkulai layu dan akhirnya kering seperti terserang M.
dolichostigma.
f. Pada tanaman teserang tesebut dapat dijumpai imago, telur
pada permukaan daun bagian bawah, dan larva pada batang
pucuk atau daun.
Gambar 7. Imago kumbang daun kedelai
9. Kutu Hijau (Aphis glycines)
a. Kutu berwarna hijau.
b. Berkembang biak secara partenogenesis.
c. Bila makanan banyak serangga ini sebagian besar tidak bersayap
dan sebaliknya.
d. Waktu dari nimfa-dewasa lebih kurang 1 minggu.
e. Kutu ini menjadi vektor virus.
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.forestryimages.org/images/768x512/5368035.jpg&imgrefurl=http://www.forestryimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5368035&h=712&w=768&sz=87&tbnid=2EDlq0TYirzyjM:&tbnh=132&tbnw=142&prev=/images?q=phaedonia+inclusa+photo&zoom=1&q=phaedonia+inclusa+photo&hl=en&usg=__B5_3FtY81a43WEaWIHFbioIPvig=&sa=X&ei=9w2UTaDcBcjsrAfSh53-Cw&ved=0CA4Q9QEwAA
-
62
f. Serangan pada tanaman muda menyebabkan tanaman kerdil, daun
menguning, akhirnya gugur.
g. Serangan pada bunga akan menyebabkan bunga gugur.
Gambar 8. Kutu Aphis (imago & nimfa)
10. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
a. Kutu kebul juga dikenal dengan nama Bemisia tabacci dan
Whitefly.
b. Tanaman inang ini antara lain tanaman jenis Leguminosae, semak-
semak (Desmodium), tanaman pakan ternak, dan tanaman kacang-
kacangan.
c. Kutu kebul juga berperan sebagai pengantar virus mosaik kuning
(Yellow Mosaic Virus) yang merusak tanaman kedelai.
d. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan kutu kebul adalah
terdapatnya kutu-kutu berwarna pucat sampai kuning kehijauan
pada bagian bawah daun atau daun pucuk. Kadang-kadang juga
terdapat cendawan jelaga yang hidup dari ekskreta kutu yang
berupa embun madu.
e. Serangan berat menyebabkan daun tanaman tampak terhambat
pertumbuhannya, mengerupuk, dan lebih kaku.
Gambar 9. Hama kutu kebul
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.plantmanagementnetwork.org/search/image/element/sample/aphid1.jpg&imgrefurl=http://www.plantmanagementnetwork.org/search/image/imageview.aspx?ID=459&h=299&w=460&sz=54&tbnid=70D9BoNjoVAxdM:&tbnh=83&tbnw=128&prev=/images?q=Aphis+glycines+photos&zoom=1&q=Aphis+glycines+photos&hl=en&usg=__zIuHEYMAPo7_tkUIC3tWR7Q5sak=&sa=X&ei=7xKUTfixEMTXrQepkbXrCw&ved=0CA4Q9QEwAAhttp://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.ent.iastate.edu/soybeaninsects/files/images/soybean%20aphid%20ant%205%20copy.jpg&imgrefurl=http://www.ent.iastate.edu/soybeaninsects/node/200&h=400&w=600&sz=317&tbnid=6jv2wyoHCHQ_iM:&tbnh=90&tbnw=135&prev=/images?q=Aphis+glycines+photos&zoom=1&q=Aphis+glycines+photos&hl=en&usg=__wS9qkRWOxjj0fM2Q3VCdrI0raIE=&sa=X&ei=7xKUTfixEMTXrQepkbXrCw&ved=0CBAQ9QEwAQhttp://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.maine.gov/agriculture/pi/images/pests/soybean/SA_soybeanaphid.jpg&imgrefurl=http://www.maine.gov/agriculture/pi/pestsurvey/pestinfo/soybeanaphid.htm&h=219&w=288&sz=26&tbnid=tfijRcN30fsFMM:&tbnh=87&tbnw=115&prev=/images?q=Aphis+glycines+photos&zoom=1&q=Aphis+glycines+photos&hl=en&usg=__YDoBhv9koeD96G0ojxwFvNkFiLg=&sa=X&ei=7xKUTfixEMTXrQepkbXrCw&ved=0CBIQ9QEwAg
-
63
11. Kutu Putih (Aleurodicus dispersus)
Sebagaimana jenis kutu-kutuan yang lain, hama kutu putih
berkembang pesat pada musim kemarau. Hama ini menyerang daun-
daun yang relatif sudah tua. Hidup dan menyerang daun bagian
bawah.
Ciri khasnya adalah telur diletakkan secara teratur di balek daun
dengan bentuk lingkaran. Setelah menetas kutu muda akan
menyerang daun secara berkoloni.
Gambar 10. Imago hama kutu putih
12. Kepik Polong (Riptortus linearis)
Tanda dan Gejala Serangan :
a. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan
perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian
mengering dan gugur.
b. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji
busuk dan menghitam.
c. Serangan terhadap polong tua menyebabkan bintik hitam pada biji.
Telur Telur
Telur Telur
r 4/16/20114/16/2011 sumber : w. sunada & dll.sumber : w. sunada & dll.
Gejala serangan :Gejala serangan :
Nimfa dan kepik dewasa
menghisap cairan polong dan
biji, dengan cara menusukkan
alat mulutnya (stilet) pada kulit
polong dan terus ke biji.
Menyebabkan biji tidak bernas,
polong gugur, polong hampa
dan mengering, biji menjadi
busuk dan hitam, bintik-bintik
pada biji.
Imago Telur r
http://buckleyplantecologylab.files.wordpress.com/2009/10/whiteflies-bemisia-tabaci.jpghttp://www.insectimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5368231
-
64
Gambar 11. Kepik polong
13. Kepik Hijau (Nezara viridula)
Tanda dan Gejala Serangan :
a. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan
perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian
mengering.
b. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan
seringkali polong gugur.
c. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji
menghitam dan busuk.
Gambar 12. Kepik hijau
14. Ulat Buah (Heliothis armigera/ Helicoverpa armigera)
Tanda dan Gejala Serangan :
a. Larva muda memakan jaringan daun, setelah memasuki instar 3
akan menuju bagian polong untuk memakan biji.
b. Larva merusak polong dengan cara menggigit kulit polong lalu
memakan biji.
nimfa
a Telur r
nimfa
a Telur r
Imago
a Telur r
telur Telur
r
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://2.bp.blogspot.com/_PdgiBvxLf3g/TAJJeo7fyRI/AAAAAAAAAKc/WXuyHKoEv8Y/s200/riptortus+linearis1.jpg&imgrefurl=http://disismeela.blogspot.com/2010/05/mengenal-hama-penting-tumbuhan.html&h=94&w=121&sz=3&tbnid=JknlwOBpHrs8WM:&tbnh=69&tbnw=89&prev=/images?q=Riptortus+linearis+photo&zoom=1&q=Riptortus+linearis+photo&hl=en&usg=__Pdo8w50VhzQmt4o3gXtVHRm212g=&sa=X&ei=exCUTd6gLsXXrQepi6XjCw&ved=0CA4Q9QEwAAhttp://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.insectimages.org/images/192x128/5368232.jpg&imgrefurl=http://www.insectimages.org/browse/TaxThumb.cfm?fam=140&h=111&w=191&sz=6&tbnid=r1LWdsu7brXdKM:&tbnh=60&tbnw=103&prev=/images?q=Riptortus+linearis+photo&zoom=1&q=Riptortus+linearis+photo&hl=en&usg=__GxmYBR8QxpfrWSiuMSjumFYx3Kg=&sa=X&ei=exCUTd6gLsXXrQepi6XjCw&ved=0CBIQ9QEwAghttp://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://insects.tamu.edu/images/animalia/arthropoda/insecta/heteroptera/pentatomidae/nezara_viridula%20_adult_oblique_m_02.jpg&imgrefurl=http://insects.tamu.edu/extension/youth/bug/bug034.html&h=418&w=640&sz=29&tbnid=L2rEBMDwl429EM:&tbnh=89&tbnw=137&prev=/images?q=Nezara+viridula+photo&zoom=1&q=Nezara+viridula+photo&hl=en&usg=__R9gcat4HQ203n91HA4R61_T8z_Q=&sa=X&ei=sxGUTcqdF8jTrQfEy5TzCw&ved=0CBQQ9QEwAghttp://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.ctahr.hawaii.edu/wrightm/i_SGSJo.jpg&imgrefurl=http://www.ctahr.hawaii.edu/wrightm/images.htm&h=254&w=340&sz=18&tbnid=-F5tRJS6a_drVM:&tbnh=89&tbnw=119&prev=/images?q=Nezara+viridula+photo&zoom=1&q=Nezara+viridula+photo&hl=en&usg=__wjRu9EWp3M7eseyeLp1qm6um9lw=&sa=X&ei=sxGUTcqdF8jTrQfEy5TzCw&ved=0CBIQ9QEwAQ
-
65
c. Pada waktu makan, biasanya kepala dan sebagian badannya
masuk ke dalam polong.
d. Bentuk lubang bekas makannya tidak beraturan, tidak dijumpai
larva dan kotoran didalam polong yang bijinya terserang
15. Penggerek Polong (Etiella zinckenella Hobsoni )
Penggerek polong dikenal dengan nama Etiella zinckenella, E.
Hobsoni, Pod Borer, atau Lima Bean Borer. Hama ini merupakan
hama utama pada kedelai, selain kumbang kedelai. Tanaman inang
hama ini antara lain Crotalaria strata, orok-orok, kacang tunggak,
kacang krotok, dan Teprosia candida.
Tanda dan Gejala Serangan
a. Larva menggerek kulit polong kemudian masuk dan menggerek biji.
b. Sebelum larva menggerek kulit polong, larva menutupi dirinya
dengan benang pintal berwarna putih, dengan demikian lubang
gerekan dan selubung putih tersebut merupakan ciri khas polong
yang terserang penggerek ini.
c. Tanda serangan pada biji berupa gerekan dan adanya butiran
kotoran berwarna coklat yang terikat oleh benang pintal
Gambar 13. Penggerek polong kedelai
Ulat pd polong
Ulat pada batang Ulat pada daun
Imago
Ulat di luar polong
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.agroatlas.ru/content/pests/Etiella_zinckenella/Etiella_zinckenella.jpg&imgrefurl=http://www.agroatlas.ru/en/content/pests/Etiella_zinckenella/&h=252&w=450&sz=164&tbnid=t6wLjQiaqgkfsM:&tbnh=71&tbnw=127&prev=/images?q=Etiella+zinckenella+photo&zoom=1&q=Etiella+zinckenella+photo&hl=en&usg=__3KUBIHLgfWYZ1LBO2CfABpj9JBU=&sa=X&ei=XReUTdDZG8P3rQeGlez0Cw&ved=0CA4Q9QEwAA
-
66
17. Kepik Penghisap (Anoplocnemis phasiana)
Bioekologi :
a. Hama ini hidup pada banyak jenis tanaman terutama kacang-
kacangan
b. Hama ini menyerang pucuk dengan cara menghisap
c. Kadang-kadang dapat membuat tanaman mati
II. Jenis-jenis Penyakit Penting dan Gejala Serangannya
No PENYAK
IT
PATOGEN GEJALA SERANGAN
1. Karat
daun
Phakopsora
pachyrhizi
Terdapat bintik-bintik kecil kemudian
menjadi bercak-bercak berwarna
coklat pada bagian bawah daun.
Serangan berat menyebabkan daun
gugur dan polong hampa.
2. Antrakno
se
Colletotrichum
dematium
Terlihat pada batang, tangkai daun dan
polong ada bercak coklat-hitam tak
teratur. Daun nekrosis pada tulang
daun dan menggulung atau kanker
pada tangkai daun. Biji terinfeksi
berbercak coklat. Kotiledon kecambah
bercak coklat-i hitam.
-
67
3. Mata
Kodok/
Bercak
Daun
Cercospora
sojina
Pada permukaan bawah daun
mengalami klrorosis, bercak ukuran
1-2 cm. Berkembang dari warna
coklat muda menjadi coklat keabu-
abuan di bagian tepi. Dalam
keadaaan lembab daun yang
kholoris akan berubah warna.
Bagian dalam bercak berwarna abu-
abu muda, bagian tepi dikelilingi
warna ungu keabu-abuan.
4. Busuk
Pangkal
Batang
Sclerotium rolfsii Pada umur 1-2 minggu tanaman
tampak layu dan daun menjadi
cokklat. Pangkal batang terdapat
massa miselia putih dan butir-butir
coklat muda sampai coklat
-
68
5. Busuk
Polong
Rhizoctonia
Solani
Terjadi pembusukan pada polong,
dengan miselia berwarna putih
kecoklatan. Kadang-kadang
ditemukan sklerotia yang hampir
sama warnanya dengan miselianya.
6.
Embun
Tepung
Peronospora
mashurica
Permukaan bawah daun timbul
bercak warna putih kekuningan atau
bulat dengan batas jelas berukuran
1-2 mm. Bercak menyatu
membentuk bercak lebih lebar.
7. Kerdil
kedelai
Soybean stunt
virus (SSV)
Tanaman kerdil. Helai daun tampak
adanya mosaik, daun agak
menggulung dan keriput, tulang
daun terang (vein clearing).
Terdapat belang coklat konsentris
pada kulit biji.
-
69
8. Mosaik
kedelai
Soybean mosaic
virus (SMV)
Daun melilit, melengkung, tulang
daun jernih (vein clearing), mosaik,
berwarna lebih tua dibandingkan
dengan daun sehat, dan rapuh.
Bentuk polong tidak normal. Kulit
biji yang terdapat belang coklat
yang radial.
9.
Mosaik
Kuning
kedelai
Soybean yellow
mosaic virus
(SYMV)
Adanya perubahan warna daun
menjadi belang hijau kuning secara
tidak merata pada seluruh
permukaan daun..
10.
Katai
kedelai
Soybean dwarf
virus (SDV)
Terjadi perubahan warna daun
menjadi belang hijau kuning secara
-
70
tidak merata pada seluruh
permukaan daun.
11.
Bakteri
hawar
Pseudomonas
syringe
Pada daun, batang, tangkai polong
dan polong terdapat titik kecil
kebasahan seperti terpecik air
panas, dan berkembang menjadi
lebih besar, tembus cahaya,
kebasahan dan berwarna kuning
atau coklat muda.
12.
Bakteri
pustul
Xanthomonas
campestris
Terdapat titik kecil, hijau kebasahan
seperti terpercik air panas dengan
bagian tengah agak menojol ke
permukaan daun. Titik ini
berkembang menjadi bercak kecil
dengan bagian tengah nya terdapat
tonjolan (pustul) yang berwarna
-
71
pucat. Tidak memberi gejala
adanya kebasahan.
13. Sapu
setan
Mikoplasma Tanaman terserang berbentuk
seperti sapu lidi. Terjadi filodi yakni
bentuk bunga menjadi daun. Tunas
ketiak yang abnormal.
III. Cara-Cara Pengendalian HPT
1. Cara-Cara Budidaya Tanaman Atau Penggunaan Praktek
Agronomi.
a. Penggunaan Varietas resisten
b. Rotasi tanaman.
c. Penghancuran tanaman yang tidak berguna
d. Pembajakan /pengolahan tanah dengan baik
e. Keseragaman waktu tanam atau waktu panen
f. Pemupukan
g. Sanitasi dan Pengelolaan air
2. Cara-Cara Mekanik
a. Penghancuran dengan tangan
b. Pencegahan dengan tirai atau pembatas
c. Perangkap, alat penghisap.
-
72
3. Cara-Cara Fisik
a. Temperatur panas atau dingin
b. Kelembaban
c. Energi, perangkap lampu .
d. Suara
4. Cara-Cara Biologi
a. Perlindungan dan pemantapan musuh alami
b. Introduksi, pemanfaatan parasit dan predator.
c. Perbanyakan dan penyebaran patogen (bakteri, virus, fungi
dan protozoa).
5. Cara-Cara Kimiawi
a. Bahan penarik (attractants)
b. Bahan penolak (repellents)
c. Pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida,dll).
d. Bahan penghambat pertumbuhan (growt regulator)
6. Cara-Cara Genetik
Perbanyak dan pelepasan HPT steril atau yang secara genetic
tidak kompatibel
7. Cara-Cara Pengaturan
Cara ini dapat dilakukan melaui Karantina tumbuhan dan hewan
IV. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Pengendalian Hama terpadu adalah tindakan pengendalian dengan
berbagai cara untuk mengatasi masalah hama dengan cara
pengamatan agroekosistem,, analisis, pengambilan keputusan dan
melaksanakan tindakan pengendalian.
Perlu tindakan pengendalian OPT dengan PHT karena :
1. Terjadi kerusakan lingkungan
2. Terjadi eksplosi (ledakan) hama
3. Terjadi pengurangan drastis musuh alami
-
73
4. Terjadi residu pestisida yang tinggi
5. Terjadi gangguan kesehatan bagi manusia
Prinsip PHT adalah sebagai berikut
1. Pengamatan agroekosistem (mingguan)
2. Lestarikan musuh alami
3. Penggunaan pestisida kimia hanya sebagai upaya terakhir
4. Petani menjadi ahli pht
V Potensi dan Peluang biopestisida
Biopestisida adalah bahan organik yang terbuat dari virus, jamur,
fungi, dan bahan nabati yang digunakan untuk mengendalikan,
menolak, memikat, atau mengendalikani organisme pengganggu
tanaman.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah:
1. Hama menjadi kebal (resisten).
2. Peledakan hama baru (resurjensi).
3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen.
4. Terbunuhnya musuh alami.
5. Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia.
6. Kecelakaan bagi pengguna.
Pestisida organik memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau
yang menyengat.
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah
disemprot.
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
4. Menghambat reproduksi serangga betina.
5. Racun syaraf.
6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga.
-
74
7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada
perangkap serangga.
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
Bioinsektisida
Bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat
makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas
lainnya yang dapat mempengaruhi organisme pengganggu tanaman.
Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida
sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida
Alternatif ini dianggap perlu karena kandungan residu insektisida
sintetik yang dianggap dapat berakibat fatal, bukan hanya terhadap
kesehatan tetapi juga merugikan perdagangan karena ditolaknya
produk pertanian yang diekspor. Tumbuhan yang dikenal terlebih
dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara
komersial diberbagai negara adalah Chrysanthenum cenerariaefolium
(piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon)
1. Tercatat ada dua genus Nematoda Patogen Serangga (NPS), yaitu
Seinernema dan Heterorhabditis yang menjadi andalan kita untuk
dimanfaatkan. Karena mereka ini, mempunyai keunggulan sebagai
agensia pengendali biologis serangga hama, dibandingkan dengan
musuh alami kita.
2. Keunggulannya adalah memiliki daya bunuh yang cepat, kisaran
efektif untuk pengendalian serangga jaringan. Sementara itu makhluk
hidup mikro ini tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak.
http://id.wikipedia.org/wiki/Racunhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pertumbuhan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Perkembanganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hormonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mandulhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pestisidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nikotinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rotenon&action=edit&redlink=1
-
75
3. NPS dapat dengan mudah diisolasi dari sampel tanah berpasir yang
porositasnya tinggi. Sampel tanah ditempatkan dalam botol. Kemudian
diinfestasi dengan ulat lilin, ulat hongkong (Tenebrio Molitor) atau ulat
bambu.
4. Setelah diinkubasi selama lima hari, ulat akan mati terinfeksi oleh
nemathoda. Ulat yang mati terinfeksi Steinernema tubuhnya tampak
berwarna coklat muda. Sedangkan yang terinfeksi Heterorhabditis
akan berwarna coklat tua agak kemerah-merahan.
5. Perbanyakan NPS secara invitro dilakukan dengan menggunakan ulat
hongkong (T. molitor). Ulat Hongkong dimasukan ke dalam plastik atau
tampan yang dialasi dengan kertas saring atau kertas koran. Suspensi
JI diinokulasi secara merata pada kertas tersebut.
6. Dalam waktu 7 hari, 80-90 persen ulat sudah terinfeksi oleh NPS. Ulat
yang terinfeksi dipindahkan ke rak perangkap yang dialasi kain.
Kemudian ditempatkan dalam bak plastik yang berisi air.
7. Setelah diinkubasi selama 3-5 hari, JI NPS akan keluar dari serangga
dan masuk ke dalam air. Satu gram ulat Hongkong bias menghasilkan
65.000 JI.
Bioinsektisida NPS telah terbukti efektif mengendalikan penggerak
padi, hama lanas (Cylas formicarius) Lyriomza, ulat grayak
(Spodoptera litura), penggerek tongkol jagung (Ostrinia furnakalis), ulat
kantong dan penggerek polong kedelai (Etiela zinkenella), dan lain
sebagainya.
Cara Pembuatan Biopestisida
1. Serbuk Daun Pacar Cina
a. Bahan aktif : minyak asiri, alkoloid, saponin, flaponoid dan tanin.
b. Cara kerja : Racun perut, kontak, menghambat proses makan.
c. Cara pembuatannya :
1) 50 gram daun pacar cina diserbuk halus
-
76
2) Serbuk direndam 24 jam dalam 1 liter air dan 1 gram deterjen.
3) Larutan disaring dan siap disemprotkan.
d. Efektif untuk :
1) Nezara viridula
2) Ripthortus liniaris
3) Spodophtera litura
4) Helicoverpa armigera
e. Mortalitas hama mencapai > 80%.
2. Serbuk Biji Mimba
a. Bahan aktif : Azadirachtin
b. Cara kerja :
1) Menghambat perkembangan hama
2) Menghambat pergantian kulit
3) Penolakan makanan atau mengurangi napsu makan
c. Cara pembuatannya :
1) 200-300 gram biji diserbuk sampai halus
2) Serbuk direndam 24 jam dalam 10 liter air ditambah 1 gram
deterjen
3) Larutan disaring dan siap disemprotkan
d. Efektif terhadap :
1) Spodoptera litura
2) Helicoverpa armigera
e. Mortalitas hama > 80%
3. Serbuk Biji Srikaya
a. Bahan aktif : Annonain dan resin
b. Cara kerja : Racun kontak, perut, repellent dan antifeedan
c. Cara pembuatannya :
1) 15-25 gram biji diserbuk hingga halus
-
77
2) Serbuk direndam 24 jam dalam 1 liter air ditambah 1 gram
deterjen
3) Larutan disaring dan siap disemprotkan
d. Efektif untuk : Nezara viridula dan Ripthortus linearis
e. Mortalitas hama dapat > 80%
4. Umbi Gadung (Dioscorea hispida)
a. Bahan aktif : Diosgenin, Steroid saponin, Alkoloid, Fenol
b. Cara pembuatannya :
1) 500 gram umbi gadung ditumbuk dan diperas dengan kain
halus
2) Tambahkan 10 liter air ke dalam larutan
3) Aduk sampai rata, larutan disaring siap disemprotkan.
c. Efektif untuk : Ulat dan hama pengisap
5. Rendaman Daun Tembakau
a. Bahan aktif : Nikotin
b. Cara pembuatannya :
1) 250 gram daun tembakau dirajang, rendam semalam dalam
8 liter air
2) Ambil daunnya dan tambahkan 2 sendok teh deterjen
3) Aduk sampai rata, larutan disaring dan siap disemprotkan
ke tanaman.
a. Efektif : hama pengisap
6. Biji Jarak
a. Bahan aktif : Alkaloid dan Rosinin
b. Cara pembuatannya :
1) 0,75 kg biji diserbuk
-
78
2) Panaskan selama 10 menit dalam 2 liter air ditambah 2
sendok makan minyak tanah dan 50 gram deterjen
3) Larutan disaring ditambahkan 10 liter air, siap
disemprotkan.
c. Efektif untuk : Ulat dan penghisap polong.
7. Serbuk Bunga Piretrum (Chrysanthenum cinerariaefolium Trev.)
a. Bahan aktif : Piretrin
b. Cara pembuatannya :
1) Bagian bunga diserbuk halus
2) Serbuk bunga 25 gram ditambah 10 liter air dan 10 gram
deterjen diaduk merata direndam semalam.
c. Efektif :
1) Membunuh ulat
2) Serbuk bunga efektif untuk hama gudang.
8. Daun Pepaya
a. Bahan aktif : Papain
b. Cara pembuatannya :
1) 1 kilogram daun segar dirajang
2) Rendam semalam dalam 10 liter air ditambah 2 sendok
makan minyak tanah dan 50 gram deterjen
3) Larutan disaring, hasil saringan siap disemprotkan
c. Efektif : Ulat dan hama pengisap.
9. Sebuk Biji Bengkuang
a. Bahan aktif : Pachyrhizid
b. Cara pembuatannya :
1) Biji diserbuk halus
2) Serbuk biji 50 gram ditambah 10 liter air dan 1 gram
deterjen diaduk merata direndam semalam.
c. Efektif : Mengendalikan hama tungau dan thrips
-
79
10. Serbuk Batang Serai
a. Bahan aktif : Minyak atsiri (sitral, sitronella, geraniol, mirsena,
nerol, farnisol, methyl heptanon dipentana)
b. Cara pembuatannya :
1) Batang serai diserbuk halus
2) Serbuk batng 50 gram ditambah 10 liter air dan 1 gram
deterjen diaduk merata direndam semalam
c. Efektif : mengendalikan hama tungau dan thrip.
11. Daun Sirsak (Annona muricata L.)
a. Bahan aktif : Annonain
b. Cara kerja : kontak, perut, repellent, antifeedant.
c. Cara pembuatannya :
1) Daun sirsak 50-100 lembar ditumbuk halus ditambah 5
liter air dan 15 gram deterjen diaduk rata direndam
semalam
2) Satu liter larutan diencerkan dengan 10-15 liter air, siap
disemprotkan.
d. Efektif : Ulat dan thrips
12. Pemanfaatan Nuclear Polyhedrosis Virus (Npv)
a. Untuk mengendalikan hama ulat SpodophTera litura dan
Helicoverpa armigera pada tanaman pangan.
b. Nuclear Polyhedrosis Virus :
1) Patogen serangga yang mematikan
2) Efektif sebagai agens pengendali hayati
3) Tidak berbahaya bagi organisme hidup lainnya
c. Cara pembuatannya :
1) Kumpulkan ulat S. litura atau H. armigera sebanyak 1.500
ekor.
2) Infeksikan dengan larutan NPV.
-
80
3) Ulat yang terinfeksi NPV. lumatkan dengan air 400 liter
untuk 1 ha.
4) Saring larutan dan siap disemprotkan.
d. Teknik aplikasi :
1) Bahan NPV tidak tahan sinar matahari.
2) Aplikasi siang, efektivitasnya berkurang.
3) Aplikasikan pada pagi hari.