penggunaan antconc dalam analisis makna kukuru’u …

17
142 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 ) Penggunaan AntConc ... PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U DAN LU’U SEBAGAI PADANAN STAY AT HOME DALAM BAHASA MELAYU KUPANG THE USE OF ANTCONC IN ANALYZING THE MEANING OF ‘KUKURU’U’ AND ‘LU’U’ AS THE TRANSLATION OF ‘STAY AT HOME’ IN KUPANG MALAY LANGUAGE Haniva Yunita Leo Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur Jalan Jenderal Soeharto Nomor 57-A, Naikoten I, Kota Kupang Pos-el: [email protected]; [email protected] Abstrak Selama pandemi Covid-19, anjuran untuk stay at home mulai dikampanyekan melalui berbagai media. Frasa tersebut kemudian dipadankan dalam bahasa daerah dengan tujuan keefektifan penyampaian informasi. Dalam bahasa Melayu Kupang, stay at home dipadankan dengan dua frasa; kukuru’u di rumah dan lu’u di rumah. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis makna kata kukuru’u dan lu’u untuk mencari padanan yang lebih tepat dengan menggunakan metode analisis korpus. Korpus bahasa Melayu Kupang kemudian dianalisis menggunakan AntConc untuk membandingkan kolokasi kedua kata yang berdekatan makna (near-synonyms). Hasil analisis korpus menunjukkan bahwa kukuru’u lebih banyak berkolokasi dengan aktivitas di dalam rumah, sedangkan lu’u mengandung konotasi negatif dan merupakan aktivitas yang tidak hanya berlangsung di dalam rumah. Dengan demikian, kukuru’u dapat digunakan sebagai padanan yang lebih tepat untuk anjuran stay at home. Kata-kata kunci: Kukuru’u, Lu’u, Analisis Korpus, AntConc, Sinonim, Bahasa Melayu Kupang Abstract During Covid-19 pandemic, people have been suggested to stay at home, resulting in the campaign of ‘stay at home’ in various types of media. For the sake of communication effectiveness, the phrase has been translated into local languages, one of which is Kupang Malay Language. In Kupang Malay Language, ‘stay at home’ is translated into two phrases, namely ‘kukuru’u di rumah’ and ‘lu’u di rumah’. This paper is aimed at analysing the meaning of ‘kukuru’u’ and lu’u’ in order to find the most appropriate equivalence by using corpus analysis method. The corpus of Kupang Malay Language was analysed using AntConc to compare the collocation of the two near-synonyms. The result of corpus analysis indicated that kukuru’u is mostly collocated with activities in house, while lu’u has a negative connotation and is related to activities conducted not only at home but outside home as well. Thus, kukuru’u is suggested as the most suitable equivalence of ‘stay at home’. Keywords: Kukuru’u, Lu’u, Corpus Analysis, AntConc, Near-synonyms, Kupang Malay Language. Naskah Diterima 20 Agustus 2020—Direvisi Akhir 2 Oktober 2020—Diterima 6 Oktober 2020

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

142 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U DAN LU’U SEBAGAI PADANAN STAY AT HOME

DALAM BAHASA MELAYU KUPANG

THE USE OF ANTCONC IN ANALYZING THE MEANING OF ‘KUKURU’U’ AND ‘LU’U’ AS THE TRANSLATION OF ‘STAY AT

HOME’ IN KUPANG MALAY LANGUAGE

Haniva Yunita LeoKantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur

Jalan Jenderal Soeharto Nomor 57-A, Naikoten I, Kota KupangPos-el: [email protected]; [email protected]

AbstrakSelama pandemi Covid-19, anjuran untuk stay at home mulai dikampanyekan melalui berbagai media. Frasa tersebut kemudian dipadankan dalam bahasa daerah dengan tujuan keefektifan penyampaian informasi. Dalam bahasa Melayu Kupang, stay at home dipadankan dengan dua frasa; kukuru’u di rumah dan lu’u di rumah. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis makna kata kukuru’u dan lu’u untuk mencari padanan yang lebih tepat dengan menggunakan metode analisis korpus. Korpus bahasa Melayu Kupang kemudian dianalisis menggunakan AntConc untuk membandingkan kolokasi kedua kata yang berdekatan makna (near-synonyms). Hasil analisis korpus menunjukkan bahwa kukuru’u lebih banyak berkolokasi dengan aktivitas di dalam rumah, sedangkan lu’u mengandung konotasi negatif dan merupakan aktivitas yang tidak hanya berlangsung di dalam rumah. Dengan demikian, kukuru’u dapat digunakan sebagai padanan yang lebih tepat untuk anjuran stay at home.

Kata-kata kunci: Kukuru’u, Lu’u, Analisis Korpus, AntConc, Sinonim, Bahasa Melayu Kupang

AbstractDuring Covid-19 pandemic, people have been suggested to stay at home, resulting in the campaign of ‘stay at home’ in various types of media. For the sake of communication effectiveness, the phrase has been translated into local languages, one of which is Kupang Malay Language. In Kupang Malay Language, ‘stay at home’ is translated into two phrases, namely ‘kukuru’u di rumah’ and ‘lu’u di rumah’. This paper is aimed at analysing the meaning of ‘kukuru’u’ and ‘lu’u’ in order to find the most appropriate equivalence by using corpus analysis method. The corpus of Kupang Malay Language was analysed using AntConc to compare the collocation of the two near-synonyms. The result of corpus analysis indicated that kukuru’u is mostly collocated with activities in house, while lu’u has a negative connotation and is related to activities conducted not only at home but outside home as well. Thus, kukuru’u is suggested as the most suitable equivalence of ‘stay at home’.

Keywords: Kukuru’u, Lu’u, Corpus Analysis, AntConc, Near-synonyms, Kupang Malay Language.

Naskah Diterima 20 Agustus 2020—Direvisi Akhir 2 Oktober 2020—Diterima 6 Oktober 2020

Page 2: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1432020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

1. PENDAHULUAN

Setelah virus korona mulai menyerang Indonesia, pemerintah menetapkan aturan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah (Ihsanuddin, 2020). Sejak itu, kampanye untuk tinggal di rumah mulai tersebar melalui media sosial, bahkan tagar #dirumahsaja menjadi viral di Instagram dan Twitter. Kampanye #dirumahsaja dilakukan oleh berbagai kalangan, termasuk pemerintah daerah dan organisasi masyarakat yang turut mengampanyekan anjuran tersebut menggunakan bahasa lokal. Salah satu contoh kampanye tersebut dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kupang dengan membuat baliho yang memuat imbauan dalam bahasa Melayu Kupang “Mo duduk ko berdiri, kalo baomong na jaga jarak. Jang lupa pake masker, lu’u di rumah sa! Jang tapaleuk lai! Tidak hanya pemerintah, lembaga atau organisasi kemasyarakatan lainnya juga membuat imbauan yang sama, tetapi diformulasikan dengan cara yang berbeda menggunakan bahasa Melayu Kupang. Kampanye untuk diam di rumah (#dirumahsaja) tidak dipublikasikan melalui spanduk, melainkan dibuat dalam bentuk infografis yang disebarkan melalui media sosial seperti gambar berikut.

Gambar 1. Spanduk Posko Gabungan Covid-19Sumber: Instagram Kantor Bahasa NTT

Gambar 2. Infografis Covid-19Sumber: WhatsApp Story

Kampanye untuk tinggal di rumah selama pandemi yang dibuat menggunakan bahasa daerah dipandang lebih efektif karena bahasa daerah dianggap lebih maksimal dalam mengomunikasikan pesan. Penyampaian pesan dalam bahasa daerah lebih efektif karena dapat diterima masyarakat dengan lebih baik. Sebagai contoh, proyek pendidikan kesehatan masyarakat (community based health education) dalam penyampaian pesan moral tinggi yang digunakan oleh pihak gereja, bahasa daerah lebih dipilih karena dapat mendukung tercapainya kemaksimalan tujuan penyampaian pesan tersebut (Grimes, 1999). Untuk itu, kampanye stay at home atau #dirumahsaja diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu Kupang dengan tujuan agar pesan yang

Page 3: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

144 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

dimaksudkan dapat lebih dipahami oleh masyarakat dari berbagai kalangan yang menggunakan bahasa tersebut. Teks terjemahan anjuran stay at home yang digunakan di media sosial dan spanduk menunjukkan bahwa frasa stay at home dipadankan dengan dua frasa dalam bahasa Melayu Kupang, yakni kukuru’u di rumah dan lu’u di rumah. Berdasarkan penggunaan kedua kata tersebut dalam kampanye di rumah saja, tersirat bahwa kedua kata tersebut memiliki makna yang sama atau bersinonim. Hal ini kemudian mendorong penulis sebagai penutur jati bahasa Melayu Kupang untuk mencari tahu makna kedua kata tersebut dalam kamus. Dari hasil penelurusan dalam Kamus Pengantar Bahasa Kupang yang disusun oleh Jacob dan Grimes (2003), ditemukan bahwa kukuru’u dan lu’u didefinisikan sebagai berikut.

kukuru’u kki. konci badan. menghilangkan rasa dingin dgn membungkus diri. Pinjaman: Rote, Uab Meto.dudu kukuru’u kki duduk jongkok di perapian dengan selimut; duduk lipat badan.lu’u Ungkapan. mengeram. Pinjaman: Rote, Uab Meto.

Lema kukuru’u dikategorikan dalam kelas kata kerja intransitif dengan makna ‘menghilangkan rasa dingin dengan membungkus diri’. Lema tersebut bersinonim dengan konci badan dan merupakan pinjaman dari bahasa Rote dan Uab Meto. Lema kukuru’u memiliki satu sublema, yakni dudu kukuru’u yang merupakan kata kerja intransitif dengan makna ‘duduk jongkok di perapian dengan selimut’; ‘duduk lipat badan’. Sementara itu, lema lu’u dikategorikan sebagai ungkapan dengan makna ‘mengeram’ dan merupakan kata pinjaman dari bahasa Rote dan Uab Meto. Berdasarkan pendefinisian kedua kata tersebut, dapat diidentifikasi dua hal. Pertama, Kamus Pengantar Bahasa Kupang (Jacob dan Grimes, 2003) belum merekam penggunaan kukuru’u dan lu’u dalam konteks ‘diam’ atau ‘tinggal’. Kedua, Kamus Pengantar Bahasa Melayu Kupang (Jacob dan Grimes, 2003) tidak merekam kukuru’u dan lu’u sebagai kata bersinonim. Walaupun kedua kata tersebut merupakan pinjaman dari bahasa Rote dan Uab Meto, lema kukuru’u hanya bersinonim dengan konci badan dan memiliki satu sublema, yakni dudu kukuru’u, sementara lema lu’u terekam sebagai ungkapan dalam bahasa Melayu Kupang. Dalam kamus tersebut, lu’u didefinisikan sebagai ‘mengeram’ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kelima merupakan ragam cakap dengan makna ‘tinggal dalam rumah (tidak pernah pergi ke luar rumah)’; ‘mengurung diri di rumah’. Karena itu, penulis sebagai penutur jati bahasa Melayu Kupang tertarik untuk menganalisis makna kedua kata tersebut untuk melihat persamaan dan perbedaannya melalui analisis korpus, sehingga dapat ditemukan padanan yang tepat untuk menerjemahkan ‘stay at home’ atau ‘di rumah saja’. Selain itu, kajian yang berkaitan dengan leksikosemantik dalam bahasa Melayu

Page 4: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1452020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

Kupang tidak banyak ditemukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan bidang tersebut antara lain How to Map the Meaning of ‘See’ in Kupang Malay (Latuperissa, 2016) dan Documenting the Languages Using Semantic Metalanguage Theory: A Case Study of ‘See’ and ‘Fall’ in Kupang Malay Language (Latuperissa, 2020). Kedua penelitian tersebut mengkaji makna leksikon ‘jatuh’ yang memiliki tujuh bentuk dalam bahasa Melayu Kupang, yakni ‘jato’, ‘rubu’, ‘malenggang’, ‘tikam mulu’, ‘tikam kapala’, ‘taroso’, ‘puku panta’ dan leksikon ‘lihat’ yang memiliki empat bentuk dalam bahasa Melayu Kupang, yakni ‘lia’,‘loti’,‘malerok’, ‘maloi’, dan ‘pe’emata’. Kedua penelitian tersebut menggunakan pendekatan teori Natural Semantic Metalanguage (NSM). Dengan kata lain, belum ditemukan kajian dengan pendekatan linguistik korpus dalam bahasa Melayu Kupang sehingga kajian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam kerangka teori dan memperkaya kajian leksikosemantik dalam bahasa Melayu Kupang. Makalah ini membahas persamaan dan perbedaan makna kukuru’u dan lu’u dalam bahasa Melayu Kupang menggunakan pendekatan linguistik korpus untuk menentukan padanan yang tepat untuk anjuran stay at home. Dengan akar permasalahan tersebut, kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan makna kukuru’u dan lu’u dalam bahasa Melayu Kupang menggunakan pendekatan linguistik korpus, kemudian memberikan rekomendasi mengenai pilihan kata yang tepat untuk memadankan kampanye stay at home. Dalam menganalisis persamaan dan perbedaan makna kukuru’u dan lu’u, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah linguistik korpus. Metode linguistik korpus digunakan untuk menganalisis gejala-gejala linguistik dengan menggunakan korpus (Puspita, 2016). Metode ini telah digunakan sebagai sarana untuk menganalisis pola aktual penggunaan bahasa dan juga sebagai alat untuk mengembangkan materi pengajaran bahasa di kelas (Reppen & Simpson-Vlach, 2020). Dalam kaitannya dengan pengembangan teori linguistik, Biber (2012) menjelaskan bahwa kontribusi utama korpus linguistik adalah untuk mendokumentasi keberadaan konstruksi linguistik yang tidak dikenali oleh teori linguistik terkini. Lebih jauh lagi Hunston (2002) menyatakan bahwa korpus linguistik berkontribusi dalam bidang penerjemahan dan pengajaran bahasa. Selain itu, korpus linguistik juga dapat dimanfaatkan pada bidang leksikografi dan terminologi, studi ideologi dan budaya, karakterisasi register dan genre, serta di bidang linguistik forensik. Terdapat empat karakteristik utama dalam metode ini, yakni pendekatan empirisnya, fokus pada data otentik, pendekatan makna, dan penggunaan perangkat digital untuk memproses data bahasa yang memberikan hasil yang objektif (Puspita, 2016). Penelitian ini menggunakan data korpus yang bersumber dari Alkitab Bahasa Melayu Kupang, artikel-artikel dari kolom Tapaleuk Pos Kupang, dan artikel dari laman atau blog yang menggunakan bahasa Melayu Kupang. Data korpus adalah teks berbahasa Melayu Kupang dari laman-laman yang diakses secara daring

Page 5: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

146 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

melalui internet. Sesuai tujuan penelitian, data korpus yang dikumpulkan mengikuti kriteria korpus umum sehingga semua teks berbahasa Melayu Kupang yang diakses secara daring diunduh untuk dijadikan data korpus. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data korpus bahasa Melayu Kupang adalah teknik dokumentasi. Setelah data korpus terkumpul, data tersebut kemudian dialihkan menjadi file txt dengan kode enkoding (encoding) UTF-8 lalu diunggah untuk dianalisis menggunakan program pengolah korpus AntConc Windows (3.5.8) yang dikembangkan oleh Anthony Laurence (2004). Program pengolah korpus ini adalah aplikasi non-berbayar yang banyak digunakan untuk mengolah korpus mentah baik oleh para pemula maupun tingkat mahir (Prihantoro, 2016). Karena data korpus berbahasa Melayu Kupang belum tersedia seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, program ini dipilih untuk menganalisis korpus mentah bahasa Melayu Kupang yang telah terkumpul dari sumber-sumber teks tertulis dan tersimpan pada penyimpanan lokal di komputer. Setelah data diunggah ke dalam program AntConc, data korpus tersebut dianalisis menggunakan aplikasi pengolah korpus dengan memanfaatkan beberapa fitur pada aplikasi tersebut untuk melihat frekuensi kemunculan, konkordansi, dan kolokasi kedua kata tersebut dalam teks. Hasil yang diberikan oleh perangkat korpus adalah data statistik. Oleh karena itu, data tersebut tetap memerlukan tafsiran agar hasilnya dapat dipahami. Dengan demikian, teori dan hipotesis linguistik tetap diperlukan (Hunston, 2002) karena korpus hanya menawarkan bukti otentik penggunaan bahasa, sedangkan interpretasi data membutuhkan penerapan teori linguistik.

2. KAJIAN TEORI2. 1. Pengembangan Korpus

Korpus didefinisikan berdasarkan bentuk dan tujuannya (Hunston, 2002). Berkaitan dengan bentuk, para linguis mendeskripsikan korpus sebagai sebuah kumpulan contoh bahasa yang terjadi secara alami, terdiri atas segala sesuatu yang berkaitan dengan teks, mulai dari beberapa kalimat sampai satu set teks tertulis atau rekaman kaset, yang dikumpulkan untuk studi linguistik. Sementara itu, berkaitan dengan tujuan, korpus direncanakan dan didesain untuk beberapa tujuan linguistik. Tujuan khusus perancangan korpus menentukan pemilihan teks dengan mempertimbangkan prinsip keterwakilan dan keseimbangan (Reppen & Simpson-Vlach, 2020). Penyusunan korpus umum yang dapat digunakan untuk segala macam keperluan, data kebahasaan yang dikumpulkan dibagi menjadi tujuh kategori, yakni (1) karya imaginatif, (2) karya jurnalistik, (3) buku, (4) karya akademik, (5) efemeral, (6) dokumen, dan (7) rujukan (Suhardijanto dan Dinakaramani, 2018). Sedangkan dalam hal ukuran korpus, menurut Reppen dan Simpson-Vlach (2020) tidak ada ukuran miminum untuk menentukan sebuah kumpulan teks disebut korpus. Namun, jika

Page 6: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1472020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

merujuk pada ukuran standar awal yang digunakan pada Brown Corpus, jumlah kata (token) minimal yang dijadikan standar adalah satu juta kata. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pritchett (2020) dengan menggunakan korpus khusus yang diambil dari publikasi artikel ilmiah bidang teknik dengan jumlah token kurang dari dua juta kata dalam analisis frasa-frasa bahasa Inggris untuk tujuan akademik, khususnya bidang teknik. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, yakni menganalisis makna kata bersinonim, dalam makalah ini pemilihan korpus cenderung mengikuti korpus umum. Namun, karena keterbatasan sumber daya, data yang dijadikan korpus hanyalah tes tulis karena jauh lebih mudah dan murah untuk dikompilasi daripada transkirpsi audio (Reppen dan Simpson-Vlach, 2020). Selain itu, dengan keterbatasan waktu, jumlah token yang dianalisis masih terbatas jumlahnya yakni kurang dari satu juta kata. Akan tetapi, ukuran korpus ini masih dapat dikembangkan lebih jauh untuk penelitian selanjutnya.

2.2. Analisis Kata Bersinonim Analisis kata bersinonim atau kata yang berdekatan makna (near-synonym) dalam bahasa Inggris telah banyak dikaji dengan metode linguistik korpus. Beberapa di antaranya adalah dua kata bersinonim ‘create’ dan ‘produce’ (Chung, 2011) dan tiga kata yang bersinonim dengan ‘become’, yakni ‘turn’, ‘go’, dan ‘come’ (Biber et al., 1999 dalam Reppen dan Simpson-Vlach, 2020). Kedua kajian tersebut memanfaatkan korpus dengan melihat konkordasi dan kolokasi kata-kata bersonim tersebut. Dengan melihat konkordansi dan kolokasi, kata-kata yang tampaknya mirip makna ternyata berbeda drastis dalam konteks penggunaan yang khas. Sedangkan dalam kajian analisis korpus bahasa Indonesia, Puspita (2016) pernah meneliti persamaan dan perbedaan makna empat kata bersinonim ‘mau’, ‘ingin’, ‘hendak’, dan ‘akan’. Kajian dengan pendekataan korpus tersebut menggunakan dua perangkat korpus yakni Leipzig Corpora dan Sketch Engine. Karena menggunakan dua perangkat yang berbeda, hasil analisis korpus yang dihasilkan pun berbeda.

Lebih jauh lagi mengenai analisis kata bersinonim, Cruse (dalam Chung, 2011) menjelaskan bahwa makna kata yang berkaitan erat dapat dibedakan dengan dua cara, yakni dengan membandingkan 1) titik temu antara maksud penutur dan bahasa yang digunakan; dan 2) interaksi antara item linguistik. Dalam kajian ini untuk membandingkan makna kukuru’u dan lu’u, teori yang digunakan hanya berfokus pada interaksi antara item linguistik, yakni makna yang diandaikan (presupposed meaning) dengan meneliti pembatasan selektif dan kolokasi makna linguistik antara kukuru’u dan lu’u.

Page 7: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

148 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

3. PEMBAHASANSebelum melihat persamaan dan perbedaan makna kukuru’u dan lu’u untuk

menentukan padanan kata yang tepat dalam pemadanan stay at home, terlebih dahulu ditampilkan profil kedua kata tersebut dengan melihat frekuensi kemunculannya. Berdasarkan hasil analisis konkordansi menggunakan AntConc, ditemukan frekuensi kemunculan kata kukuru’u dari 480.370 token kata sebagai berikut.

Gambar 3. Hasil Analisis Konkordansi Kukuru’u

Gambar 4. Hasil Analisis Konkordansi Kukuruu

Hasil pencarian menggunakan konkordansi, ditemukan bahwa kata kukuru’u muncul dalam dua bentuk ortografi yang berbeda, yakni kukuru’u dan kukuruu. Penulisan kukuru’u yang pertama menggunakan glotal yang disimbolkan dengan tanda

Page 8: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1492020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

petik tunggal (‘) sementara penulisan yang kedua tanpa menggunakan simbol untuk bunyi glotal. Perbedaan ini lazim terjadi karena bahasa Melayu Kupang merupakan bahasa ragam cakap yang belum memiliki tata bahasa baku seperti bahasa Indonesia sehingga penulisan kata masih bergantung pada pilihan penulis. Dari teks tersebut --terlepas dari adanya kesalahan pengetikan--terlihat bahwa penulisan kukuruu tanpa tanda (‘) kemungkinan dipengaruhi oleh ejaan bahasa Indonesia yang tidak menggunakan simbol untuk bunyi glotal, seperti pada kata telaah dan taat. Sementara penulisan kukuru’u dengan tanda (‘) mengikuti kaidah penulisan yang dibuat dalam Kamus Pengantar Bahasa Kupang yang disusun Jacob dan Grimes (2003). Untuk itu, dalam kajian ini, bentuk kukuru’u dan kukuruu diasumsikan sebagai dua kata yang sama dan berdasarkan frekuensi kemuculan, kedua bentuk tersebut muncul sebanyak 15 kali dalam data konkordansi korpus. Sementara itu, fenomena kebahasaan yang sama pun terjadi pada kata lu’u, seperti pada gambar tangkapan layar berikut.

Gambar 5. Hasil Analisis Konkordansi Lu’u

Gambar 6. Hasil Analisis Konkordansi Luu

Page 9: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

150 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

Sama seperti kukuru’u, penulisan lu’u pun memiliki dua variasi, yakni dengan tanda (‘) dan tanpa tanda petik tunggal. Namun, frekuensi kemuculan kata lu’u dari 480.370 token kata lebih sedikit daripada kata kukuru’u, yakni hanya 8 kali. Dengan demikian, berdasarkan frekuensi kemunculan dapat disimpulkan bahwa kukuru’u lebih sering muncul daripada kata lu’u. Setelah melihat frekuensi kemunculan kedua kata tersebut, selanjutnya dengan menggunakan fitur collocates pada aplikasi AntConc, kolokasi kedua kata tersebut akan dianalisis. Akan tetapi, hal yang perlu diperhatikan adalah analisis kolokasi dengan perangkat seperti AntConc menggunakan pendekatan statistik sehingga rentang yang digunakan dalam pengaturan akan memengaruhi validitas hasil analisis (2016). Sebagai contoh, dalam analisis kolokasi bahasa Mandarin, Li dan Guo (2016) tidak menggunakan pengaturan awal (default setting) 5L dan 5R (5 kata di bagian kiri dan 5 kata di bagian kanan), tetapi menggunakan pengaturan yang diusulkan oleh Sun dan Huang (dalam Li dan Guo, 2016) sehingga pengaturan rentang setiap kelas kata berbeda. Namun, karena belum ada penelitian korpus dalam bahasa Melayu Kupang yang dapat dijadikan rujukan, kajian ini tetap menggunakan pengaturan awal pada fitur kolokasi AntConc untuk mendapatkan hasil analisis data terlebih dahulu. Setelah itu, data akan disaring dengan memperhatikan validitas psikolinguistik. Selain itu, kolokasi dengan frekuensi tertinggi yang ditampilkan pada fitur collocates juga akan dikonfirmasi secara manual dengan melihat konteks penggunaan kata tersebut dalam konkordansi. Dengan menggunakan pengaturan awal pada fitur collocates, hasil analisis kolokasi kata kukuru’u dan kukuruu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Analisis Kolokasi Kukuru’uRank Freq Freq (L) Freq (R) Stat Collocate

1 13 0 13 11.06891 u2 7 0 7 4.80476 di3 4 0 4 5.26915 sa4 3 0 3 8.10450 rumah5 4 1 3 5.80618 ama6 2 0 2 8.97897 ujan7 2 0 2 6.02977 ruma8 3 1 2 3.16427 ko9 3 2 1 5.56716 tobo10 1 0 1 10.20136 tinggal11 2 1 1 8.18641 tidor12 1 0 1 4.96614 tenga13 1 0 1 5.37906 tampa14 1 0 1 5.29247 son15 1 0 1 6.09284 sana16 1 0 1 3.54494 sama17 1 0 1 8.95343 panyaki

Page 10: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1512020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

18 2 1 1 7.71486 padahal19 2 1 1 2.61609 orang20 1 0 1 6.89151 maitua21 1 0 1 13.78632 labat22 1 0 1 3.82560 ke23 1 0 1 5.93146 karna24 1 0 1 8.24716 kantor25 1 0 1 8.08588 kaen26 1 0 1 3.14382 jadi27 1 0 1 7.91596 gara28 1 0 1 10.97897 gar29 2 1 1 1.93545 dong30 1 0 1 9.20136 dingin31 2 1 1 2.67649 deng32 1 0 1 4.70019 dalam33 1 0 1 11.97897 boslak34 1 0 1 7.06522 balakang35 1 0 1 6.75290 atas36 1 0 1 3.24039 ais37 2 1 1 3.19013 ada38 2 2 0 2.40141 yang39 1 1 0 7.50092 toe40 1 1 0 12.78632 takurung41 3 3 0 3.53919 su42 1 1 0 2.31745 sonde43 1 1 0 0.59882 pung44 1 1 0 10.78632 pukul45 1 1 0 9.78632 pamalas46 1 1 0 9.50092 pada47 1 1 0 3.94791 ni48 1 1 0 5.51954 ndu49 1 1 0 3.84748 na50 4 4 0 7.77230 masi51 1 1 0 5.34338 mana52 1 1 0 6.45989 mamtua53 1 1 0 9.61640 maju54 1 1 0 2.88357 ma55 1 1 0 4.56474 laki56 1 1 0 3.54852 lai57 1 1 0 10.87943 karang58 1 1 0 5.23365 kaluar59 1 1 0 3.20465 kalo60 1 1 0 8.80904 jola61 1 1 0 4.47798 ina62 1 1 0 6.31059 i63 1 1 0 4.79906 hari64 1 1 0 6.01814 hanya65 1 1 0 9.08588 gigi66 1 1 0 4.68172 feok

Page 11: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

152 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

67 1 1 0 6.14970 e68 5 5 0 7.84147 dudu69 1 1 0 4.81048 dua70 1 1 0 8.41128 do71 1 1 0 0.97455 dia72 1 1 0 9.57687 de73 1 1 0 3.07165 dari74 1 1 0 5.44870 bini75 1 1 0 6.54792 batu76 1 1 0 6.95978 baptua77 1 1 0 8.12811 bajalan78 2 2 0 7.88546 baitua79 1 1 0 9.57687 atau80 1 1 0 3.97816 apa81 1 1 0 5.94397 aer

#Total No. of Collocate Types: 81

#Total No. of Collocate Tokens: 130

Tabel 2. Hasil Analisis Kolokasi Kukuruu Rank Freq Freq (L) Freq (R) Stat Collocate

1 1 0 1 10.75485 we2 1 0 1 9.60700 rumah3 1 0 1 5.93054 pi4 1 0 1 8.57458 muka5 1 0 1 7.77839 mo6 1 0 1 6.16212 lu7 1 0 1 6.63598 lai8 1 0 1 6.72595 ini9 1 0 1 9.23716 e10 1 0 1 5.08486 di11 1 1 0 10.27387 tidor12 1 1 0 10.24443 tarus13 1 1 0 9.34241 tamba14 1 1 0 6.35661 sa15 1 1 0 10.54287 pasar16 1 1 0 9.89079 pagi17 1 1 0 9.54736 mamtua18 1 1 0 15.28882 mala19 1 1 0 8.60700 dudu20 1 1 0 9.24443 bangun

#Total No. of Collocate Types: 20

#Total No. of Collocate Tokens: 20

Tabel 1 dan 2, dapat dilihat hasil analisis kolokasi kukuru’u dan kukuruu. Kukuru’u berkolokasi dengan 81 kata sementara kukuruu berkolokasi dengan 20 kata. Namun, setelah ditelusuri melalui konkordansi, tidak ditemukan konkordansi untuk ‘u’ sehingga data nomor 1 dapat dieliminasi. Selain itu partikel, nama diri, dan preposisi

Page 12: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1532020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

juga dapat dieliminasi. Sementara itu beberapa kata penuh/kata leksikal seperti bajalan, pamalas, dan kaluar merupakan kata-kata yang tidak berkolokasi langsung dengan kukuru’u, tetapi kata-kata tersebut merupakan bagian dari frasa verbal yang dapat menjelaskan konteks yang sama, yakni pamalas kaluar ‘enggan keluar’ dan belom ada yang bajalan ‘belum ada yang jalan/keluar’. Kedua frasa tersebut dapat diwakilkan oleh takurung dan tinggal sehingga penulis memilih untuk mengeliminasi data tersebut. Hal yang sama pun dilakukan pada data kolokasi kukuruu. Setelah melakukan pengecekan kembali data kolokasi pada konkordansi untuk mengeliminasi data yang tidak berkaitan langsung, ditemukan bahwa kukuru’u banyak berkolokasi dengan kata-kata berikut.

Tabel 3. Hasil Penyortiran Data Kolokasi Kukuru’u dan Kukuruu Nomor Frekuensi Frekuensi (L) Frekuensi (R) Kolokasi

1 6 6 0 dudu2 4 0 4 rumah 3 4 0 4 sa4 3 2 1 tidor5 2 0 2 ruma6 2 0 2 ujan7 1 0 1 tinggal8 1 0 1 tenga9 1 0 1 tampa10 1 0 1 panyaki11 1 0 1 kantor12 1 0 1 kaen13 1 0 1 dingin14 1 0 1 dalam15 1 0 1 boslak16 1 1 0 takurung17 1 1 0 pagi18 1 1 0 bangun

Tabel 3, menunjukkan bahwa kukuru’u banyak berkolokasi dengan dudu, rumah, ruma, tidor, dan ujan dengan frekuensi kemunculan >1. Sementara sisanya dengan frekuensi kemuculan satu kali, kata kukuru’u berkolokasi dengan tinggal, tenga, tampa, panyaki, kantor, kaen, dingin, dalam, boslak, takurung, pagi, dan bangun. Berkaitan dengan frekuensi kemuculan di sebelah kiri, kukuru’u berkolokasi langsung dengan dudu dan tidor sehingga dibentuk frasa verbal dudu kukuru’u dan tidor kukuru’u, sedangkan pada frekuensi kemuculan di sebelah kanan, kukuru’u lebih banyak berkolokasi dengan rumah, ruma, sa, dan ujan. Data tersebut menunjukkan bahwa kukuru’u lebih banyak berkolokasi dengan aktivitas di dalam rumah atau gedung, seperti tidor, dudu, takurung, sementara itu data yang berkaitan dengan konteks aktivitas selain di dalam rumah hanya mucul satu kali, yakni kantor. Sementara itu, kata tampa ‘tempat’ yang muncul pada data tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan

Page 13: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

154 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

dengan kata tenga yang merupakan ungkapan dalam bahasa Melayu Kupang, yakni tenga tampa ‘tinggal di tempat’. Selanjutnya dengan pengaturan yang sama, dilakukan analisis dengan fitur collocates untuk kata lu’u dan luu dengan hasil analisis sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Analisis Kolokasi Lu’uRank Freq Freq (L) Freq (R) Stat Collocate

1 6 0 6 2.32923 u2 5 1 4 -3.30487 di3 3 0 3 -2.77010 sa4 1 0 1 -1.12790 turun5 1 0 1 -1.01779 tunggu6 1 0 1 4.84019 terminal7 1 0 1 -2.24515 tampa8 1 0 1 -2.59444 ruma9 2 1 1 0.17343 pohon10 2 1 1 -3.78113 pi11 1 0 1 -2.13709 muka12 1 0 1 -4.74063 ma13 1 0 1 -3.05947 laki14 1 0 1 -2.97102 laen15 1 0 1 -6.04489 ko16 1 0 1 0.62296 kantor17 1 0 1 -5.61328 itu18 1 0 1 2.40723 ilmu19 1 0 1 -6.64966 dia20 1 0 1 -2.57259 bawa21 1 1 0 -4.20530 tu22 1 1 0 -3.64201 tobo23 1 1 0 4.16212 tampias24 2 2 0 -4.66998 su25 1 1 0 1.40723 selasa26 1 1 0 1.91419 panting27 1 1 0 -3.67630 ni28 1 1 0 3.57716 masraka29 1 1 0 2.46168 mangan30 1 1 0 -2.60937 kas31 1 1 0 -5.51934 ju32 2 2 0 -2.52263 jang33 1 1 0 -2.82514 hari34 1 1 0 -1.60606 hanya35 2 2 0 -1.10467 dudu36 2 2 0 -1.81373 dua37 4 4 0 -4.68875 dong38 1 1 0 -0.87130 atas39 1 1 0 -3.81802 ama40 1 1 0 2.40723 agustus#Total No. of Collocate Types: 40#Total No. of Collocate Tokens: 60

Page 14: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1552020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

Tabel 5. Hasil Analisis Kolokasi Lu’uRank Freq Freq(L) Freq(R) Stat Collocate

1 2 0 2 14.11890 mei2 1 0 1 7.06966 tobo3 1 0 1 11.70386 senin4 1 0 1 12.11890 selasa5 1 0 1 6.35661 sa6 1 0 1 15.06643 lura7 1 0 1 5.08486 di8 1 0 1 6.89365 ama9 1 0 1 5.27760 ada10 2 2 0 8.18904 jang11 1 1 0 8.60700 dudu#Total No. Of Collocate Types: 11

#Total No. Of Collocate Tokens: 13

Tabel 4 dan 5 menunjukkan hasil analisis lu’u dan luu dengan fitur collocates. Dari data tersebut terlihat bahwa lu’u berkolokasi dengan 40 kata sedangkan luu dengan 11 kata. Dari total 51 kata data kolokasi tersebut dilakukan penyaringan data dengan melihat konkordansi kata-kata tersebut. Berdasarkan hasil penelurusan konkordansi ditemukan bahwa ‘u’ dengan frekuensi tertinggi merupakan bagian dari kata lu’u sehingga data tersebut dapat dieliminasi. Sedangkan kata-kata lain seperti nama orang (Tobo) dan nama hari serta bulan juga dieliminasi untuk mendapatkan data kolokasi yang valid. Dari hasil penyaringan dengan melihat konteks kata tersebut dalam konkordansi, ditemukan bahwa lu’u banyak berkolokasi dengan kata-kata berikut.

Tabel 6. Hasil Penyortiran Data Kolokasi Lu’u dan LuuNomor Frekuensi Frekuensi (L) Frekuensi (R) Kolokasi

1 4 4 0 jang2 4 0 4 sa3 3 3 0 dudu4 2 1 1 pohon5 2 1 1 pi6 1 0 1 tunggu7 1 0 1 terminal8 1 0 1 tampa9 1 0 1 ruma10 1 0 1 kantor11 1 1 0 tampias12 1 1 0 hanya13 1 0 1 lura

Setelah dilakukan penyeleksian data untuk memastikan kata yang benar-benar berkolokasi dengan lu’u, ditemukan 13 kata yang berkolokasi langsung dengan lu’u.

Page 15: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

156 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

Dari data tersebut, jang, sa, dudu, pohon, dan pi memiliki frekuensi tertinggi yakni >1, sedangkan 8 kata lainnya hanya memiliki frekuensi kemunculan satu kali. Berkaitan dengan frekuensi kolokasi di sebelah kiri, lu’u lebih banyak berkolokasi dengan adverbia jang ‘jangan’ sebanyak empat kali dan verba dudu ‘duduk’ sebanyak tiga kali. Sementara itu, untuk frekuensi di sebelah kanan, lu’u lebih banyak berkolokasi dengan adverbia sa ‘saja’. Selain itu, terlihat bahwa pohon, terminal, ruma, tampa, kantor, dan lura adalah kata-kata yang memiliki kolokasi dengan lu’u walaupun frekuensi kemuculannya hanya satu kali. Dari kolokasi tersebut tersirat makna bahwa lu’u memiliki konotasi negatif karena banyak berkolokasi dengan jang ‘jangan’ yang merupakan adverbia untuk menyatakan larangan dan menyatakan aktivitas yang tidak hanya dilakukan di dalam rumah, tetapi juga di luar rumah seperti di pohon, terminal, tampa laen ‘tempat lain’, kantor, dan lura ‘lurah’.

Data hasil analisis kolokasi kukuru’u dan lu’u dengan jelas menampilkan persamaan dan perbedaan makna kedua kata tersebut. Dalam hal persamaan, kedua kata tersebut berkolokasi dengan dudu ‘duduk’, ruma ‘rumah’, dan kantor. Terlepas dari definisi dalam kamus, baik kukuru’u maupun lu’u mengandung makna aktivitas yang berkaitan dengan duduk dan dilakukan di dalam bangunan yakni rumah dan kantor. Akan tetapi, perbedaan kedua kata tersebut juga terlihat jelas dari konotasi dan lokasi aktivitas itu dilakukan. Walaupun lu’u memiliki makna mengeram yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘tinggal atau diam di rumah’, kata tersebut banyak berkolokasi dengan jang ‘jangan’ yang menyatakan larangan sehingga lu’u mengandung makna yang berkonotasi negatif. Selain itu, lu’u tidak hanya berkolokasi dengan rumah tapi juga dengan terminal, pohon, kantor, dan lurah/kantor lurah yang menjelaskan lokasi di luar rumah. Berbeda dari lu’u, kukuru’u banyak berkolokasi dengan ruma ‘rumah’, tidor ‘tidur’, kaen ‘kain’, boslak ‘kasur’, takurung ‘terkurung’ yang konteksnya berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukan dan ada di dalam rumah. Kukuru’u tidak berkolokasi dengan negasi atau pun adverbia yang menyatakan larangan sehingga kata tersebut tidak berkonotasi negatif.

Dalam kaitannya dengan pemadanan anjuran stay at home, dapat dilihat bahwa anjuran tersebut memiliki maksud yang baik (berkonotasi positif). Masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas di luar rumah agar penyebaran virus Covid-19 dapat terputus mata rantainya. Dengan demikian, akan lebih tepat jika frasa stay at home dipadankan dengan kukuru’u di ruma karena kukuru’u lebih berkonotasi positif dan mengandung makna yang sesuai dengan konteks anjuran tersebut.

4. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis kolokasi korpus bahasa Melayu Kupang, disimpulkan bahwa kukuru’u dan lu’u memiliki kesamaan makna dalam kaitannya dengan aktivitas yang dilakukan dengan cara duduk dan dilakukan di dalam bangunan. Akan tetapi,

Page 16: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

1572020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Haniva Yunita Leo

kedua kata tersebut memiliki perbedaan mutlak dalam hal konotasi dan lokasi dilakukannya aktivitas tersebut. Lu’u mengandung konotasi negatif sedangkan kukuru’u tidak berkonotasi negatif. Selain itu, lu’u lebih banyak berkolokasi dengan tempat yang konteksnya di luar rumah, sedangkan kukuru’u lebih banyak berkolokasi dengan rumah dan konteks yang mendukung situasi diam di rumah. Dengan demikian, padanan kata yang lebih tepat untuk anjuran stay at home adalah kukuru’u karena dalam hal konteks pemakaian, kata tersebut lebih memenuhi makna dan maksud dari anjuran stay at home.

Untuk kajian-kajian selanjutnya dalam bahasa Melayu Kupang, penelitian sejenis masih dapat dikembangkan dengan menambahkan data korpus bahasa Melayu Kupang yang bersumber dari teks lisan dengan ukuran yang lebih besar untuk memperkaya kajian yang berkaitan dengan linguistik korpus dalam bahasa Melayu Kupang.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, L., Fujita, S., & Harada, Y. 2004. AntConc: A Learner and Classroom Friendly, Multi-Platform Corpus Analysis Toolkit. Dalam Proceedings of IWLeL 2004: An Interactive Workshop on Language E-learning.Tokyo: Waseda University

Biber, D. 2012. Corpus-Based and Corpus-driven Analyses of Language Variation and Use. Dalam Bernd Heine and Heiko Narrog (Ed). The Oxford Handbook of Linguistic Analysis. https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199544004.013.0008

Chung, S.-F. 2011. A Corpus-based Analysis of “Create” and “Produce”. Dalam Chang Gung Journal of Humanities and Social Sciences, 4(2), hlm. 399–425.

Grimes, C. E. 1999. Implikasi Penelitian Fonologis Untuk cara menulis bahasa-bahasa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Dalam S. Dardjowidjojo & Y. Nasanius (Eds.), PELBBA 12: Pertemuan Linguistik Bahasa dan Budaya Atma Jaya ke-12, hlm. 173--197. Yogyakarta: Kanisius

Hunston, S. 2002. Corpora in Appllied Linguistics. Dalam Introduction to a corpus in use. In www.cambridge.org/9780521801713 (Ed.), hlm. 1–24.

Ihsanuddin. 2020. Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di Rumah Perlu Digencarkan. Kompas.Com - 16/03/2020.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/16/15454571/jokowi-kerja-dari-rumah-belajar-dari-rumah-ibadah-di-rumah-perlu-digencarkan?page=all. Diakses tanggal 29 Juli 2020

Jacob, J., Grimes, C. E. 2003. Kamus Pengantar Bahasa Kupang. Kupang: ParadigmaLatuperissa, D. S. 2016. How To Map the Meaning of “See” in Kupang Malay. Dalam

Lingual: Journal of Language and Culture, 1(1). https://doi.org/10.24843/ljlc.2016.v01.i01.p02

Latuperissa, D. S. 2020. Documenting Languages Using Natural Semantic Metalanguage Theory: A Case Study of “See” and “Fall” in Kupang Malay Language. Dalam International Journal of Linguistics and Discourse Analytics, 1(2), hlm. 46–58.

Li, S., Guo, S. 2016. Collocation Analysis Tools for Chinese Collocation Studies. Dalam

Page 17: PENGGUNAAN ANTCONC DALAM ANALISIS MAKNA KUKURU’U …

158 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Penggunaan AntConc ...

Journal of Technology and Chinese Language Teaching, 7(1), hlm. 56–77. http://www.tclt.us/journal/2016v7n1/li.pdfPrihantoro. 2016. Survei Program Pengolah Korpus untuk Data Bahasa Indonesia dan Bahasa

Daerah di Indonesia. Dalam Prosiding Seminar Leksikografi Indonesia: Tantangan Leksikografis Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia, hlm. 59--72.

Pritchett, M. J. 2020. The Use of Corpus and Network Analysis in Teaching Engineering EAP Phrases. Indiana: Purdue University

Puspita, D. 2016. Pemanfaatan Korpus dalam Analisis Makna Kata Bersinonim mau, ingin, hendak, dan akan. Dalam Prosiding Seminar Leksikografi Indonesia: Tantangan Leksikografis Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia, hlm. 31--40.

Reppen, R., Simpson-Vlach, R. 2020. Corpus Linguistics. Dalam N. Schmitt & M. P. H. Rodgers (Eds.), An Introduction to Applied Linguistics (Edisi ke-3), hlm. 91--108. New York: Routledge

Suhardijanto, T., Dinakaramani, A. 2018. Korpus Beranotasi: Ke Arah Pengembangan Korpus Bahasa-Bahasa di Indonesia. Dalam

http://repositori.kemdikbud.go.id/10088/. Diunduh tanggal 29 Juli 2020