penggunaan kata sapaan bahasa indonesia dialek …
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA INDONESIA
DIALEK MAKASSAR DALAM DIALOG FILM MAKASSAR
DI YOUTUBE
OLEH:
JUWITA HERISANTI
F011171004
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar
Sarjana Sastra di Departemen Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wataala
atas rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya serta kesehatan yang diberikan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Penggunaan Kata
Sapaan Bahasa Indonesia Dialek Makassar dalam Dialog Film Makassar di
YouTube” diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Selama penyusunan skripsi ini penulis tentu mengalami berbagai kesulitan,
mulai dari pengumpulan data sampai tekhnik penyusunan apalagi pada kondisi
pandemi covid-19 saat ini mengharuskan untuk lebih menjaga kesehatan demi
proses penyusunan skripsi yang lancar, Akan tetapi, kesulitan itulah yang menjadi
pendorong penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini demi memperoleh gelar
sarjana.
Skripsi ini tidak hanya lahir dari hasil usaha penulis, tetapi juga berkat bantuan
dari berbagai pihak yang senantiasa membantu sehingga semuanya dapat dilewati
dengan mudah. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang berharga ini pula penulis
mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Darwis, M.S., sebagai Pembimbing I yang telah
merekomendasikan judul penelitian ini, yang senantiasa memberikan ide,
solusi, motivasi, selalu menyediakan waktunya dan dengan sabar
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berguna dalam
penyelesaian skripsi ini.
vii
2. Dr. Hj. Asriani Abbas, M.Hum., sebagai Pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, masukan kepada
penulis yang tiada henti selama penyusunan skripsi ini, serta meluangkan
waktunya di tengah kesibukan lain yang harus dikerjakan.
3. Prof. Dr. Tadjuddin Maknun, S.U., sebagai Penguji I dan Dr. Kaharuddin,
M.Hum., sebagai Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan kritik dan saran bagi penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Dr. Ikhwan M. Said. M.Hum., sebagai Ketua panitia seminar hasil penelitian
dan Dr. H. Tammasse, M.Hum., sebagai panitia Sekretaris seminar hasil
penelitian.
5. Prof. Dr. H. AB Takko Bandung, M.Hum., sebagai Ketua Departemen Sastra
Indonesia, yang telah membantu proses administrasi perkuliahan.
6. Dra. St. Nursa’adah, M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Sastra
Indonesia, dan seluruh dosen Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Hasanuddin yang telah banyak memberikan bimbingan,
ilmu, nasihat, dan motivasi selama duduk di bangku kuliah.
7. Dra. Muslimat, M.Hum., sebagai Penasihat Akademik (PA) yang telah
membantu dalam proses administrasi perkuliahan dan mengarahkan penulis
selama proses kuliah.
8. Staf Departemen Sastra Indonesia, khususnya Ibu Sumartina, S.E. sebagai
Kepala Sekretariat Departemen Sastra Indonesia dan karyawan Fakultas Ilmu
Budaya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan segala urusan
administrasi selama duduk di bangku kuliah.
viii
9. Untuk Bilhaeri, Normajayanti, Normajayana, Faidur Rahman, dan
Nurhidayat Syaputra sebagai saudara penulis yang selalu mendoakan,
memberi dukungan untuk penulis.
10. Teman-teman sastra Indonesia angkatan 2017 yang selalu memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
11. Kepada kawan seperjuangan penulis, Usti, Devianti Tajuddin, Waritz
Kramadanu, Sriainun Almasita, Uly Florensa Sagala. Terima kasih telah
saling menyemangati dan mendukung serta membantu proses penyusunan
skripsi ini.
12. Teman organisasi UKM PSM Unhas. Terima kasih telah memberikan
pengalaman yang luar biasa selama menjadi anggota paduan suara dan
memberikan semangat kepada penulis.
13. Teman KKN gelombang 104 di desa Patani Kecamatan Mappakasunggu
Kabupaten Takalar yang telah memberi dukungan dan semangat kepada
penulis.
Terima kasih kepada ayahanda tercinta Abd. Jalil dan ibunda tersayang Mariati
yang selalu mendoakan dan memberikan semangat yang luar biasa serta dukungan
moril maupun materil. Terima kasih atas doa, kasih sayang, dan banyak hal yang
tidak terhingga yang telah ayahanda dan ibunda berikan kepada penulis. Terima
kasih atas kerja keras ayah dan ibunda yang tidak mengenal lelah untuk membiayai
pendidikan penulis selama ini.
ix
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak
yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca. Namun demikian, penulis juga tetap berharap agar skripsi ini dapat
memberi manfaat kepada siapa pun yang membacanya.
Makassar, 1 Juli 2021
Juwita Herisanti
x
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENERIMAAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .....................................................................................................x
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................4
1.3 Batasan Masalah..........................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................4
1.5 Tujuan Masalah ...........................................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................7
2.1 Landasan Teori .............................................................................................7
2.1.1 Sosiolinguistik ...........................................................................................7
2.1.2 Variasi Bahasa ...........................................................................................9
2.1.3 Penggunaan Variasi Bahasa ......................................................................10
2.1.4 Bentuk Komunikasi .................................................................................12
2.1.5 Kata Sapaan .............................................................................................13
2.1.6 Jenis Kata Sapaan ...................................................................................15
2.1.7 Faktor yang Memengaruhi Penggunaan Kata Sapaan .............................19
2.1.8 Fungsi Sapaan .........................................................................................21
2.1.9 Sistem Kekerabatan Masyarakat Bugis – Makassar ..............................23
2.1.10 Suku Makassar .......................................................................................25
2.1.11 YouTube ................................................................................................26
xi
2.2 Hasil Penelitiann Relevan ...........................................................................26
2.3 Kerangka Pikir ...........................................................................................28
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................3
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................31
3.3 Sumber Data ...............................................................................................31
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .....................................................31
3.5 Metode dan Teknik Analisi Data ...............................................................33
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................35
4.1 Kata Sapaan pada Komunikasi Simetris dan Tidak Simetris dalam
Dilaog Film Makassar di Youtube .............................................................35
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................76
5.1 Simpulan ....................................................................................................76
5.2 Saran ...........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................78
LAMPIRAN .....................................................................................................80
xii
ABSTRAK
JUWITA HERISANTI. Penggunaan Kata Sapaan Bahasa Indonesia Dialek
Makassar dalam Dialog Film Makassar di YouTube. (dibimbing oleh
Muhammad Darwis dan Asriani Abbas).
Penelitian ini bertujuan menjelaskan penggunaan kata sapaan pada
komunikasi simetris dan tidak simetris dalam dialog film Makassar di youtube.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan sosiolinguistik. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Takalar dan
Makassar, selama lima bulan, yakni dari bulan Februari hingga Juni 2021.
Sumber data penelitian adalah film Makassar di youtube. Penelitian ini
mengambi populasi 110 dan sampel 33 kata sapaan. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata sapaan bahasa Indonesia
dialek Makassar yang berkategori kekerabatan dan nonkekerabatan dalam
penggunaannya. Kategori yang disebutkan di atas dikenal dengan istilah
komunikasi simetris dan komunikasi tidak simetris. Pada komunikasi simetris
ditemukan kata sapaan nonkekerabatan seperti Cika, Songkolo, Sambala,
Gondrong, Longga, Kanda, Beb, Daeng, Andi, Puang, Cess, Kace, Mamah,
Mbak, Pak, Tante, You, Bang, Sist, Bro, Tuan, Guys, Boss, dan, Mas. Pada
komunikasi tidak simetris terdapat kata sapaan kekerabatan yaitu Dato’, Mak,
Nak, Tetta, Karaeng, Om, Mami, Papa, dan, Daddy. Kata sapaan tersebut
terbagi atas (1) kata sapaan yang berasal dari bahasa Makassar seperti Cika,
Songkolo, puang, dll, (2) kata sapaan yang berasal dari bahasa Indonesia yang
dipengaruhi oleh dialek Jakarta seperti Tante, Mbak, Tuan, dll., dan (3) kata
sapaan yang berasal dari bahasa Asing seperti Sist, Bro, Guys, dll.
Kata kunci: sosiolingustik, kata sapaan, Film Makassar, Youtube
xiii
ABSTRACT
JUWITA HERISANTI. Use of Indonesian Greeting Words in Makassar Dialect
in Makassar Film dialogue on YouTube. (guided by Muhammad Darwis and
Asriani Abbas).
This study aims explain the use of greeting words in symmetrical and
asymmetrical communication in Makassar film dialogue on YouTube.
The type of research used is descriptive qualitative research with a
sociolinguistic approach. This research was conducted in Takalar and Makassar
regencies, for five months, from February to June 2021. The source of research data
is the Makassar film on youtub. This study took a population of 110 and a sample
of 33 greeting words. The data collection method used is the method of listening to
the technique of note. This study used descriptive qualitative method.
The results of this study indicate that there are Indonesian greeting words in
the Makassar dialect which are categorized as kinship and non-kinship in their use.
The categories mentioned above are known as symmetrical communication and
assyimmetrical communication. In symmetrical communication, non-kinship
greeting words are found such as Cika, Songkolo, Sambala, Gondrong, Longga,
Kanda, Beb, Daeng, Andi, Puang, Cess, Kace, Mama, Mbak, Pak, Tante, You, Bang,
Sist, Bro, Tuan, Guys, Boss, and, Mas. In asyimmetrical communication, there are
kinship greeting words, namely Dato’, Mak, Nak, Tetta, Karaeng, Om, Mami, Papa,
and Daddy. The greeting words are divided into (1) greeting words that come from
the Makassar language such as Cika, Songkolo, Puang, and others. (2) greeting
words originating from Indonesian which are influenced by the Jakarta dialect such
as Tante, Mbak, Tuan, and others and (3) greeting words from foreign languages
such as Sist, Bro, Guys, and others.
Keywords: sociolingustic, greeting words, Film Makassar, Youtube
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan bukan hanya untuk saling melengkapi melainkan untuk
saling memenuhi kebutuhan individu. Sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain dalam menciptakan hubungan
bermasyarakat agar mencapai kehidupan yang harmonis. Tentunya hal tersebut
dibutuhkan hubungan komunikasi yang baik dan dapat dipahami oleh masyarakat.
Alat komunikasi ini tentunya melalui bahasa.
Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi
dengan manusia lainnya menggunakan tanda. Menurut Ferdinand De Saussure
Bahasa adalah salah satu ciri pembeda sehingga bahasa memiliki peran yang sangat
penting dalam berkomunikasi, berinteraksi dan menyampaikan gagasan, ide, dan
perasaan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini tidak lepas dari
tujuan bahasa yaitu salah satunya dalam hal kepraktisisan bahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi sehari-hari. Hal ini menunjukkan pengertian bahasa secara
umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa pun terdiri atas bahasa lisan dan bahasa
tulisan. Bahasa lisan digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan sesamanya
dimasyarakat sedangkan bahasa tulis misalnya terdapat dalam wacana tulis artinya
wacana yang disampaikan secara tertulis.
Sebagai bentuk komunikasi, masyarakat menggunakan media yang berbeda-
beda. Salah satunya di media sosial seperti youtube. Masyarakat tentunya tidak
2
lepas dari kehidupan media sosial apalagi di masa pandemi ini kebanyakan
meluangkan waktu dengan bermain gawai seperti menonton film di youtube karena
masyarakat semakin dimudahkan dalam hal perfilman, hal itu dikarenakan youtube
menjadi salah satu sarana menonton film atau konten tanpa harus berhadapan TV
secara langsung. Selain menyediakan video film, juga menyediakan berbagai
tontonan seperti vlog, konten video, dll. Penulis memilih film sebab film memiliki
waktu pemutaran yang cukup lama dan tentunya punya kelebihan tersendiri.
Masyarakat Makassar dikenal dengan penggunaan dialek yang unik terlepas
dari itu dalam proses komunikasi penyapa biasanya menggunakan kata sapaan
untuk menyapa lawan bicaranya. Hubungan ini dapat berupa hubungan kekerabatan
atau nonkekerabatan, kata sapaan yang diungkapkan oleh Chaer (2011: 107)
merupakan kata-kata yang digunakan seseorang untuk menyapa, menegur, atau
menyebut orang kedua, atau orang yang diajak bicara. Oleh karena itu penggunaan
kata sapaan mencerminkan budaya dan sistem interaksi sosial masyarakat
penuturnya. Hal ini dapat terjadi karena setiap budaya memiliki kaidah bahasa dan
nilai masyarakat yang berbeda. Kata sapaan berguna sebagai ajakan bercakap,
teguran, ucapan, serta penggunaan kata yang berbeda sesuai pada siapa, oleh siapa
dan dimana kata sapaan itu digunakan.
Peristiwa dialog percakapan dilihat dari salah satu film Makassar di youtube
yaitu film uang panaik, salah satu contoh dialog percakapan yang kalimatnya
mengandung kata sapaan yaitu percakapan antara seorang anak kepada ayahnya
sendiri, bunyi kalimatnya “rencana mauka cari kerja tetta” dialog tersebut terjadi
di rumah tepatnya di ruang meja makan. Jelas bahwa kata sapaan yang digunakan
3
pada kalimat tersebut menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yaitu seorang
anak dan ayah. Berbeda pada kalimat “we kenapa ko cika?” penyapa yang
dituturkan tokoh Abu kepada tersapa tokoh Ancha di teras rumah. Keduanya
merupakan teman yang sangat akrab dengan profesi yang sama. Kata sapaan cika
masuk dalam kategori nonkekerabatan, dilihat dari arti cika yaitu cikali artinya
sepupu satu kali, sapaan ini mengalami perluasan makna artinya seseorang yang
dianggap seperti kerabat sendiri.
Selain kata sapaan yang dominan ditemukan dalam bahasa Makassar,
ditemukan penggunaan kata sapaan bahasa Indonesia yang dipengaruhi dialek
Jakarta salah satunya penggunaan kata sapaan tante yang penggunaannya dalam
kalimat “tante lapar ka ini tante, tidak ada kasih ingatkan ka tadi pagi”. Penyapa
yang dituturkan tokoh Abu kepada tersapa tokoh penjual makanan di warung di
pinggir jalan. Termasuk dalam kategori nonkekerabatan karena antara penyapa dan
tersapa hanya sebatas saling mengenal.
Bukan hanya dari bahasa Makassar ternyata dalam film tersebut penggunaan
kata sapaan juga ada dari bahasa Asing salah satunya penggunaan kata sapaan bro.
Seperti pada penggunaan kata sapaan dalam kalimat “iya pale bro sabar ko nah!”
penyapa yang dituturkan tokoh Abu kepada tersapa tokoh Anca di teras rumah.
Jenis sapaan ini masuk dalam kategori nonkekerabatan karena digunakan untuk
orang yang sudah akrab atau sebaya. Peristiwa atau fenomena bentuk-bentuk
penggunaan sapaan dalam dialog pada film Makassar di youtube tentunya beragam.
Penulis tertarik meneliti hal tersebut karena kita ketahui bahwa bahasa berkembang
bersamaan dengan perkembangan masyarakat pemakainya, karena bahasa juga
4
merupakan alat penghormat yang konvensional. Oleh karena itu, dalam bertutur
sapa tidak lepas dari sapaan yang dipakai sebagai bentuk memuliakan atau
menghargai keberadaan seseorang.
1.2 Identifiksi Masalah
Untuk membahas lebih lanjut, bentuk-bentuk penggunaan kata sapaan pada film
Makassar di youtube, perlu dilakukan identifikasi masalah yang terkait dengan
topik yang akan dibahas. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Terdapat penggunaan kata sapaan pada komunikasi simetris dalam dialog
film Makassar di youtube
2. Terdapat penggunaan kata sapaan pada komunikasi tidak simetris dalam
film Makassar di youtube.
1.3 Batasan Masalah
Masalah-masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, semuanya menarik untuk
dikaji. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, dalam
penelitian ini dibatasi pada bentuk-bentuk penggunaan kata sapaan oleh pemain
dalam film tersebut.
1.4 Rumusan Masalah
Pada peneltian ini hanya dibatasi pada bentuk-bentuk penggunaan kata sapaan
oleh pemain film Makassar, oleh karena itu ditemukan dua rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana penggunaan kata sapaan pada komunikasi simetris dalam dialog film
Makassar di youtube.
5
2. Bagaimana penggunaan kata sapaan pada komunikasi tidak simetris dalam
dialog film Makassar di youtube.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Menjelaskan penggunaan kata sapaan pada komunikasi simetris dalam dialog
film Makassar di youtube.
2. Menjelaskan penggunaan kata sapaan pada komunikasi tidak simetris dalam
dialog film Makassar di youtube.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi atas dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Penjelasannya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya penelitian
tentang keragaman bahasa, khususnya dalam penggunaan bentuk kata sapaan yang
digunakan oleh para pemain dalam film Makassar tersebut serta menjadi bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat pada umumnya,
khususnya bagi masyarakat Makassar dalam memilih kata sapaan yang benar dan
tepat oleh masyarakat Makassar dalam berinteraksi sosial. Agar masalah-masalah
sosial khususnya kesalahpahaman dan ketersinggungan akibat kesalahan memilih
kata sapaan dapat dihindari.
6
Diharapkan juga penelitian ini menjadi penelitian yang bermanfaat bagi dosen
pengajar dan mahasiswa fakultas ilmu budaya dalam mengembangkan teori tentang
sapaan serta masyarakat Makassar agar memahami penggunaan kata sapaan yang
baik dan tepat.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Adapun landasan teori sehubungan penelitian ini sebagai berikut.
2.1.1 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisipliner antara sosiologi dan
linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi
adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan
mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat.
Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa, atau
bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian,
secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu
antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa
itu di dalam masyarakat.
De Saussure (1916) pada awal abad ke-20 ini telah menyebutkan bahwa bahasa
adalah salah satu lembaga kemasyarakatan, yang sama dengan lembaga
kemasyarakatan lainnya, seperti perkawinan, pewarisan harta, peninggalan, dan
sebagainya. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati
sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat
atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat
manusia.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk
menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab seperti dikemukakan
8
Fishman (1972) bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak
what language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi
bahasa itu antara lain, dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan
amanat pembicara.
Ditulis Suwito dalam skripsinya Mutmainnah (2016:8) dalam sosiolinguistik
memfokuskan menggarap masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya
dengan masalah-masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. Sosiolinguistik
merupakan kajian ilmu kebahasaaan yang memiliki hubungan dengan masyarakat
dalam kebudayaan.
Sosiolinguistik sebagai bahasa yang berhubungan dengan lapisan masyarakat.
Dalam sosiolinguistik mempelajari aspek-aspek kemasyarakatan bahasa,
khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang
berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial). Alwi, dkk (2003:1085)
memberi batasan tentang sosiolinguistik, yaitu cabang linguistik tentang struktur
sosial, proses sosial dan perubahannya. Beberapa penjelasan diatas, dapat ditarik
simpulan bahwa sosiolinguistik merupakan paduan antara sosiologi (hubungan
sosial masyarakat) dan linguistik (bahasa).
Sosiolinguistik menempatkan kedudukan dalam hubungannya dengan
masyarakat. Sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem
sosial dan sistem komunikasi yang merupakan bagian dari masyarakat dan
kebudayaan tertentu. Masyarakat sebagai pemakai bahasa adalah objek dari kajian
bidang ini, yaitu bagaimana masyarakat menjalin hubungan yang baik dalam
berinteraksi dengan cara bertegur sapa. Saat berinteraksi, masyarakat memiliki
9
beragam variasi bahasa untuk menyapa orang yang diajak berbicara. Pemilihan
kata sapaan dalam suatu budaya tertentu, dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
konteks yang melingkupinya, seperti: penuturnya, tuturan yang disampaikan, latar
tempat, waktu penuturan, topik tuturan, dan sebagainya.
2.1.2 Variasi Bahasa
Dalam sosiolinguistik, keanekaragaman pemakaian bahasa disebut sebagai
variasi bahasa. Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalam sejumlah
lingkungan masyarakat dengan adat istiadat dan tata cara pergaulan yang berbeda.
Hal tersebut sangat berpengaruh pada timbulnya berbagai macam variasi bahasa
dalam lapisan masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya variasi
bahasa adalah pemilihan terhadap salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya
variasi bahasa adalah pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa yang
dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur akan alat komunikasi yang sesuai
dengan situasi. Pateda (1990: 52) variasi bahasa itu dapat dilihat dari berbagai
segi, yaitu waktu, pemakai, pemakaiannya, situasi, dan status sosialnya. Dalam
variasi bahasa terdapat pola-pola bahasa yang sama. Pola-pola bahasa itu dapat
dianalisis secara deskriptif dan pola-pola yang dibatasi oleh makna tersebut
dipergunakan penuturnya untuk berkomunikasi. Menurut Alwi (1988:47) variasi
bahasa merupakan suatu hukum perubahan pemakaian bahasa oleh penutur yang
disebabkan oleh faktor sejarah dan perkembangan masyarakat.
Berdasarkan pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa
merupakan pola komunikasi oleh sekelompok masyarakat yang beraneka ragam
10
bergantung dari situasi dan kondisi pemakain bahasa atau perubahan bahasa yang
terjadi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh perkembangan masyarakat.
2.1.3 Penggunaan Variasi Bahasa
Ditulis Moeliono dalam skripsinya Mutmainnah (2016:10) mengelompokkan
variasi bahasa dalam dua golongan, yaitu variasi dari segi penutur dan variasi dari
segi pemakaiannya. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada uraian berikut.
2.1.3.1 Variasi dari Segi Penutur
Variasi dari segi penutur dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu.
1. Variasi bahasa daerah
Variasi bahasa daerah dikenal dengan logat atau dialek. Para penutur dalam suatu
dialek, dapat memahami bahasanya secara timbal balik oleh penuturnya atau
penutur dialek yang daerahnya berdampingan. Dalam kesehariannya, variasi ini
memiliki hubungan erat dengan bahasa ibu si penutur.
2. Variasi bahasa pendidikan
Variasi bahasa pendidikan formal dan tidak formal memiliki perbedaan bahasa
dari segi tata bunyi bahasa Indonesia pada struktur fonologinya. Contoh pada bunyi
/f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/, pada orang berpendidikan biasa menyebut fiktif,
film, rileks sedangakan tidak berpendidikan terkadang menyebut piktip, pilem, rilek.
3. Variasi bahasa menurut sikap penutur
Sikap penutur sangat bergantung pada orang yang diajak berbicara. Sikap
penutur terkadang dingin, hambar, akrab, bahkan santai. Sikap itu dipengaruhi oleh
umur, kedudukan orang yang disapa, pokok persoalan yang hendak disampaikan,
dan tujuan penyampaian informasinya.
11
2.1.3.2 Variasi dari Segi Pemakainya
Dari segi pemakaianya terdapat 3 ragam bahasa, berikut urainnya.
1) Ragam bahasa dari sudut pandang bidang atau pokok permasalahan pada ragam
ini, kemampuan seseorang terhadap suatu bidang terbatas. Ini disebabkan oleh
seseorang hanya bergantung pada luas pergaulanya, pendidikannya, dan profesinya.
Bidang yang dimaksudkan, misalnya ragam agama, ragam politik, ragam ilmu,
ragam hukum, ragam bisnis, ragam diplomat, dan lain-lain. Seringkali peralihan
ragam itu berkisar pada pemilihan sejumlah kata atau ungkapan yang khusus
digunakan dalam bidang atau dalam pokok persoalan yang bersangkutan, misalnya
kuorum, pemilu (politik), sajak, alur, rima (seni sastra), hakim, terdakwa, pidana
(hukum perundang-undangan), manajer, direktur, dan pangsa (bisnis). Pemakaian
ragam menurut bidang atau pokok persoalan sering beranggapan adanya pemakaian
ragam bahasa yang lain, misalnya kalimat yang berkaitan dengan pokok dalam
bidang bisnis atau ekonomi mengisyaratkan pemakaian ragam bahasa yang
berpendidikan formal.
2) Ragam bahasa menurut sarana atau mediumnya. Ragam ini dibagi atas ragam
lisan (ujaran) dan ragam tulisan. Hal ini disebabkan dalam setiap masyarakat bahasa
memiliki ragam lisan, sedangkan ragam tulisan baru muncul kemudian setelah
ragam lisan telah ada. Maka hal yang perlu ditelaah adalah bagaimana orang
menuangkan ujarannya ke dalam bentuk tulisan karena banyak masyarakat bahasa
yang hanya mengenal ragam lisan.
3) Ragam bahasa yang mengalami gangguan pencampuran. Ragam ini disebabkan
oleh adanya proses yang memengaruhi antara bahasa yang digunakan secara
12
berdampingan. Penyerapan unsur bahasa nusantara ataupun bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia diaggap wajar, apabila tidak menganggu keefektifan
penyampaian informasi masyarakat Indonesia karena hal tersebut dapat mengisi
kekosongan atau memperkaya kesinoniman dalam kosakata.
2.1.4 Bentuk Komunikasi
Menurut Darwis (1995:35) Sejalan dengan adanya pelapisan sosial dalam
masyarakat Bugis, dalam bertutur pun dikenal adanya tingkatan berbahasa, dalam
hal ini, dikenal dengan bentuk komunikasi yaitu congaa, sanraa, dan cukuk. Istilah
congaa merupakan suatu bentuk komunikasi vertical ke atas termasuk dalam
komunikasi tidak simetris yang menunjukkan adanya sikap santun ataupun hormat
dari penyapa kepada si tersapa. Sikap santun ataupun hormat timbul karena si
tersapa memiliki kelebihan. Dalam hal ini digunakan beberapa parameter sebagai
ukuran, yaitu (1) status atau derajat kebangsawaan, (2) status keanggotaan dalam
keluarga, (3) umur, (4) status sosial dan ekonomi. Kemudian ada istilah sanraa
yang merupakan bentuk komunikasi horizontal (simetis). Di sini penyapa dan si
tersapa berada pada posisi sejajar. Tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih
rendah dari yang lain. Pada umumnya terjadi pada mereka yang saling akrab satu
sama lain. terakhir ada istilah cukuk yang merupakan bentuk komunikasi vertical
ke bawah (tidak simetris). Variasi bahasa yang kasar dalam situasi informasi dalam
masyarakat bugis pada umumnya.
Dalam tingkat tutur terdapat pola komunikasi vertical/ komplementari.
Vertical ke atas yang menunujukkan adanya sikap santun ataupun hormat dari
penyapa kepada si tersapa. Sikap santun ataupun hormat timbul karena si tersapa
13
memiliki kelebihan dan vertical ke bawah artinya bahasa yang kasar/ tidak santun
lazimnya digunakan dalam komunikasi akrab antar remaja. Kemudian ada pola
komunikasi horizontal (simetris) di sini penyapa dan si tersapa berada pada posisi
sejajar. Tidak ada yang merasa tinggi atau lebih rendah dari yang lain atau pada
mereka yang saling akrab satu sama lain (Darwis, 1995: 42).
2.1.5 Kata Sapaan
Kata sapaan merupakan kata pengganti nama dari lawan tutur yang
digunakan untuk memanggil atau menyapa lawan tutur atau seseorang yang diajak
berbicara dalam berkomunikasi, yang dilakukan bertujuan mendapatkan respon dari
lawan tutur dalam peristiwa bahasa. Ditulis Sarifuddin (1989) dalam skripsinya
mengemukakan bahwa bahasa sapaan salah satu faktor pendukung dalam hubungan
komunikasi di dalam masyarakat. Dapat dimaklumi bahwa perkembangan tingkat
kehidupan manusia berbarengan dengan pergeseran waktu dan nilai sosial
kemasyarakatan yang menyebabkan terjadinya perubahan sikap, selera, dan gaya
bahasa menurut tingkat pemakainya. Karena sapaan adalah unsur kebahasaan yang
berjalan berbarengan dengan perkembangan manusia, maka suatu bahasa sapaan
dengan ungkapan-ungkapan sopan merupakan faktor dominan dalam pola hidup
kemasyarakatan
Menurut Kartomihardjo (1988: 238), sapaan merupakan salah satu komponen
bahasa yang paling penting karena dalam sapaan itu dapat ditentukan suatu interaksi
tertentu akan berlanjut atau tidak. Berdasarkan pendapat di atas bahwa sapaan
adalah memulai percakapan antara pengguna bahasa tertentu yang akan berlanjut
ke dalam bagian-bagian bahasa.
14
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari kegiatan komunikasi yang
mengharuskan kita untuk menyapa seseorang. Untuk menyapa seseorang, kita
menggunakan kata sapaan. Jadi kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk
menyapa orang yang diajak berbicara. Kata sapaan adalah kata ungkapan yang
dipakai dalam sistem tutur sapa.
Berbagai bentuk sapaan dipakai dalam banyak bentuk dan acuan. Mengikuti
pandangan Sumampouw dalam skripsinya Mutmainnah (2016:13) menyatakan
bahwa setiap tindakan atau ujaran yang dihasilkan dalam peristiwa itu akan tercipta
karena adanya interaksi sosial bersemuka dalam ragam apa pun melibatkan salah
satu segi yang penting, yakni sistem penyapaan. Selanjutnya Chaer (2011:107),
menyatakan bahwa kata sapaan merupakan kata-kata yang digunakan untuk
menyapa, menegur, atau menyebut orang kedua yang diajak bicara sebagai awal
memulai percakapan dalam suatu masyarakat.
Hal demikian dapat disimpulkan, bahwa kata sapaan adalah sebuah kata yang
digunakan untuk menyapa lawan bicara yang berupa morfem, kata, atau frase yang
digunakan untuk saling merujuk dalam situasi pembicaraan sebagai nama orang
kedua, baik tunggal maupun jamak, atau ketiga. Penggunaaan kata sapaan harus
memperhatikan etika dan norma berbahasa. Artinya, kita harus memperhatikan
lawan bicara dan kata sapaan apa yang tepat digunakan.
2.1.6 Jenis Kata Sapaan
Jenis-jenis kata sapaan yang dibahas dalam penelitian ini ada dua jenis kata
sapaan yaitu kata sapaan kekerabatan dan nonkekerabatan yang berdasarkan referen.
Referen merupakan bentuk dari argumentasi ataupun teori yang dapat menimbulkan
15
suatu ide atau gagasan, argumentasi dapat mempertegas maksud yang ingin
disampaikan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa
keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota
kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi,
kakek, nenek, dan seterusnya (Nika Sari, 2013:514). Mahmud (2013:15)
menyatakan bahwa kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang
terjadi karena keturunan (consanguinity) dan perkawinan (affinity). Seseorang
disebut berkerabat apabila ada pertalian darah atau pertalian perkawinan sedangkan
di luar kekerabatan untuk hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat umum.
Syafyahya (2000:7) menyatakan bahwa seseorang dikatakan kerabat apabila ada
pertalian darah atau pertalian langsung dan pertalian tidak langsung. Oleh sebab itu,
kekerabatan memegang peranan penting dalam membina ikatan kelompok para
anggotanya. Kemudian Syafyahya, dkk (2000:12) menggolongkan sapaan itu
menjadi tiga bagian yaitu kata sapaan kekerabatan, nonkekerabatan, dan kesantunan.
Kekerabatan dalam suatu bahasa akan timbul karena keperluan untuk menyatakan
kedudukan atau keberadaan diri seseorang secara komunikatif dalam suatu keluarga.
2.1.6.1 Jenis-Jenis Kata Sapaan Kekerabatan
Kata sapaan kekerabatan adalah seseorang yang masih memiliki ikatan
hubungan perkawinanan atau hubungan darah. Kata sapaan kekerabatan terdiri atas
kakek, nenek, ayah, ibu, kakak, adik, anak, cucu, paman, bibi, dan seterusnya.
Aslinda, dkk (2007:7-12) menyatakan bahwa kata sapaan kekerabatan adalah
sapaan yang memiliki hubungan darah disebut juga sebagai pertalian langsung.
Kemudian pertalian tidak langsung disebut sebagai hubungan perkawinan. Seperti
16
pendapat yang telah dikemukakan di atas bahwa kata sapaan kekerabatan memiiliki
hubungan darah dan perkawinan, contoh kata sapaan kerabatan hubungan darah
Ayuk ‘kakak’ disebut sebagai pertalian langsung karena Ayuk ‘kakak’ kandung
penutur, sedangkan untuk pertalian tidak langsung adalah kata sapaan Pak Ngah
‘paman’ sebagai hubungan perkawinan.
Menurut Kridalaksana (2001:191), kata sapaan merupakan morfem, kata atau
frase yang digunakan untuk saling menunjuk dalam situasi pembicara yang
berbeda-beda menurut sifat hubungan atau pembicara”. Oleh karena itu, tuturan
pembicara menentukan kemana kata sapaan tersebut yang berkaitan dengan jenis
kata sapaan kekerabatan atau nonkekerabatan.
Syahyahya (2000:8), menyatakan kata sapaan kekerabatan keluarga inti dan
kata sapaan kekerabatan keluarga luas”. Kata sapaan kekerabatan inti merupakan
hubungan darah antara Ibu, Bapak, Kakak, dan Adik, kemudian kekerabatan
keluarga luas yakni menyangkut hubungan kekerabatan perkawinan misalnya,
paman, bibi, nenek,kakaek, dan lain-lain. Mahmud (2003:15), menyatakan bahwa
hubungan kekerabatan adalah faktor-faktor sosial yang disebutkan oleh hubungan
perkawinan dan keturunan, apabila seseorang memiliki ikatan kekerabatan maka
seseorang tersebut memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
2.1.6.2 Jenis-Jenis Kata Sapaan Nonkekerabatan
Kata sapaan nonkekerabatan merupakan kata yang diucapkan dan dipakai
untuk memanggil atau julukan lawan tutur di luar hubungan perkawinan atau
hubungan darah. Kata sapaan nonkekerabatan dalam masyarakat memberikan unsur
kesopanan dan saling menghormati walaupun tidak memiliki hubungan darah atau
17
ikatan perkawinan. Menurut Syafyahya (2000:120), kata sapaan nonkekerabatan
dalam masyarakat, dibagi menjadi tiga bagian, yaitu.
1. Kata Sapaan dalam Agama
Syafyahya (2000: 12) menyatakan kata sapaan keagamaan merupakan
kata sapaan yang digunakan untuk orang yang mendalami dan bekerja di
dalam agama. Kata sapaan dalam agama terkhusus untuk agama islam
adalah kata sapaan yang dilakukan oleh penutur untuk memanggil atau
menyebut seseorang yang memiliki ruang lingkup keagamaan yang kuat.
Misalnya, kata sapaan kepada pengurus masjid yaitu kata sapaan pak kaum.
Contoh kalimatnya. Pak kaum, apakah masjid sudah dibersihkan?.
2. Kata Sapaan dalam Profesi atau Jabatan
Kata sapaan dalam profesi atau jabatan merupakan faktor-faktor
bahasa yang mengikat, ditandai dalam perbedaan bentuk dan fungsi peserta
dalam komunikasi sesuai jabatan yang diduduki oleh seseorang. Misalnya,
kata sapaan seseorang yang menduduki jabatan di suatu desa yaitu dengan
kata sapaan Kepala Desa. Contoh kalimat: pak Kades, hari ini ada rapat di
kantor desa.
3. Kata Sapaan dalam Adat
Syafyahya (2000: 12) menyatakan bahwa kata sapaan dalam adat
merupakan kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang
memangku jabatan dalam adat. Mislanya, untuk menyapa pemngku adat
dengan sapaan datuk. Contoh kalimat, datuk, mau ke mana?
18
2.1.6.3 Kesantunan
Kesantunan merupakan unsur penting di dalam tindakan berbahasa.
Kesantunan dapat dilihat pada tingkah laku sosial dalam masyarakat. Menurut Yule
(2006:104) mengemukakan bahwa kesantunan yang disinonimkan dengan
kesantunan yang menekankan pada tingkah laku sosial atau etika di dalam budaya.
Selain pendapat Syafyahya di atas tentang kata sapaan, ada juga pendapat
dari pakar lain, yaitu pendapat Kridalaksana yang menjelaskan bahwa kata sapaan
merujuk pada kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil
para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Adapaun para pelaku yang dimaksud
merujuk pada pembicara, lawan bicara, dan orang yang sedang dibicarakan.
Kridalaksana menggolongkan kata sapaan menjadi sembilan jenis. Berikut uraian
penjelasannya.
1. Kata ganti, seperti: aku, kamu, dan ia.
2. Nama diri, seperti: Galih dan Ratna.
3. Istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu.
4. Profesi seperti: dokter dan guru.
5. Bentuk pe+V (verbal) atau kata pelaku, seperti: penonton dan pendengar.
6. Bentuk N (nominal) + ku, seperti: kekasihku dan tuhanku.
7. Kata deiksis atau petunjuk, seperti: sini dan situ.
8. Kata benda lain, seperti: tuan dan nyonya.
19
9. Ciri Zero atau nol, yakni adanya suatu makna kata tanpa disertai bentuk kata
tersebut.
Kedua pendapat di atas menjelaskan tentang jenis kata sapaan. Menurut
Syafyahya jenis kata sapaan hanya ada tiga bagian, yaitu kekerabatan,
nonkekerabatan, dan kesantunan. Sementara Kridalaksana menjelaskan ada
sembilan bagian, yaitu kata ganti, nama diri, istilah kekerabatan, bentuk N (nominal)
+ ku, kata deiksis, kata benda lain, dan ciri zero. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut maka penulis lebih cenderung pada pendapat Syafyahya dalam
menganalisis jenis kata sapaan.
Berdasarkan teori dan pembahasan di atas, teori yang paling mendekati dalam
penelitian ini yaitu Mahmud dan Syahyahya, dkk yang masing-masing membahas
kata sapaan kekerabatan dan nonkekerabatan. Dalam penelitian ini, penulis
memilih teori dari Syafhyahya karena pembahasaannya lebih lengkap dan lebih
mudah dipahami.
2.1.7 Faktor yang Memengaruhi Penggunaan Kata Sapaan
Setiap peristiwa interaksi verbal selalu terdapat beberapa faktor (unsur) yang
mengambil peranan dalam peristiwa itu (Suwito, 1985:30). Faktor-faktor itu
termasuk penutur, lawan, topik setting, situasi dan sebagainya. Perilaku budaya
manusia termasuk interaksi (komunikasi) verbal tidak terjadi dalam keadaan vakum,
tetapi pada waktu dan tempat tertentu. Mengobrol bisa sambil berdiri, duduk di
warung dan sebagainya. Selain pendapat di atas, ada juga pendapat dari Syafyahya,
dkk (2000:134) yang menjelaskan tentang hal-hal yang memengaruhi kata sapaan.
20
Hal-hal tersebut ialah pendidikan, jenis kelamin, profesi, usia, dan ekonomi.
Adapun penjelasannya dapat dilihat pada uraian berikut.
2.1.7.1 Pendidikan
Dalam menggunakan kata sapaan, orang yang biasanya berpendidikan
tinggi menggunakan kata sapaan yang lebih sopan untuk menyapa lawan
bicaranya. Berbeda halnya dengan orang yang tidak berpendidikan,
biasanya menyapa lawan bicaranya dengan sapaan yang kurang sopan,
bernada tinggi dan terdengar kasar.
2.1.7.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin penggunaan kata sapaan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu kategori untuk laki-laki dan kategori untuk perempuan.
Kategori untuk laki-laki, seperti ayah, kakek, paman, dan sapaan nama diri.
Kategori perempuan, seperti ibu, bibi, nenek, dan sapaan nama diri.
2.1.7.3 Profesi
Kata sapaan seseorang yang memiliki profesi biasanya disapa sesuai
dengan profesinya, seperti guru, dokter, Pak Camat untuk camat, dan lain-
lain.
2.1.7.4 Usia
Usia seseorang juga merupakan faktor penentu munculnya kata sapaan,
faktor usia ini sama halnya dengan kata sapaan berdasarkan jenis kelamin
artinya pada faktor jenis kelamin ditentukan juga sapaannya, seperti ayah,
kakek, nenek, ibu, dan lain-lain
2.1.7.5 Status Ekonomi
21
Adanya perbedaan status ekonomi seseorang, sangat berpengaruh dalam
kata sapaan. Seseorang yang memiliki status ekonomi yang tinggi biasanya
memilki sapaan yang berbeda, seperti bapak, mas, ibu, sedangkan status
sosial yang rendah biasanya hanya disapa dengan nama diri saja.
2.1.8 Fungsi Sapaan
Dalam bertutur sapa, bahasa merupakan alatnya baik lisan mauapun tulisan.
Sapaan melalui ungkapan aatau secara tertulis mempunyai fungsi berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan pemakainya: seperti
2.1.8.1 Sapaan Sebagai Awal Komunikasi
Komunikasi dan perubahan merupakan gejala yang melekat dalam
kehidupan sosial. Dengan demikian kita dapat menganalisis bahwa perubahan
manusia dengan gejala-hejala sosial lainnya adalah akibat komunikasi.
Komunikasi itu sendiri bisa lancar apabila pada awalnya di mulai dengan sapaan
yang mengandung ungkapan-ungkapan dan nilai rasa yang dianggap sopam oleh
masyaarakat pemakai bahas atersebut. Sebeblum dimulainya suatu komunikasi
senantiasa diawali dengan sapaan, yang akan melibatkan dua pihak, yaitu pihak
penyapa dan pihak tersapa atau orang yang disapa.
2.1.8.2 Sapaan Kekerabatan
Pola saapa dengan ungkapan-ungkapan sopan dalam keluarga merupakan
tolak ukur pribadi seorang anak untuk melangkah lebih jauh dalam pergaulan yang
lebih luas, yakni masyarakat. Sebagai makhluk sosila, seorang anak harus
ditanamkan pribadi yang baik, sehingga senantiasa menampilkan sifat atau karakter
yang terpuji dalam berinteraksi dengan kelompok masyarakat lainnya. Dengan
22
kata-kata atau ungkapan-ungkapann ynag kurang sopan, seorang anak akan tersisih
dari pergaulan masyarakat umum. Bertolak dari hal tersebut, maka setiap sapaan
harus dipikrkan apa makna yang terkandung di dalamnya. Seorang anak yang
merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang majemuk haruslah dibentuk jiwa,
peribadi serta tingkah lakunya dengan akhlak serta katak-kata atau ungkapan yang
baik. Memang wajar kalau setiap anggota keluarga/ kerabat senantiasa berusaha
untuk menampilkan sesuatu yang terbaik, termsuk kata-kata sapaan yang sopan
dalam pola hidup sehari-hari dalam lingkungan keluarga maupun terhadap
masyarakat sekelilingnya.
Dalam berbagai bahasa, istilah kekerabatan malah menempati kedudukan awal
dalam proses pengembangan kata sapaan (Yatim, 1983:92). Berasarkan pendapat
tersebut, keluarga atau rumah tangga senantiasa menduduki peringkat paling atas
dan merupakan titik sentral dalam [pembinaan mental dan sikap hidup anak dalam
pergaulan. Seorang anak dalam rumah tangga terbiasa menyapa ornag tua dengan
panggilan (ayah dan ibu), nenek, kakak, kakek dan lain sebagainya.
2.1.8.3 Sapaan Terhadap Sekelompok Anggota Masyarakat.
Sapaan dengan ungkapan-ungapan sopan, baik terhadap keluarga maupun
terhadap setiap individu dalam masyarakat sangat berbeda dengan sapaan terhadap
sekelompok anggota masyarakat. Masyarakat kita yang majemuk dengan latar
belakang nilai rasa yang berbeda alam menanggapi, membuat kita harus berhati-
hati dan pandai dalam menggunakan pilihan kata sapaan yang tepat saat
berkomuniksi. Kepandaian seseorang merangkaikan kata-kata menjadi satu
23
ungkapan yang tersusun baik dalam suatu pecakapan, merupakan sumber
terwujudnya satu keakraban.
Dapatlah diambil suatu pengertian bahwa setiap sapaan terhadap oranag atau
sekelompok orang haruslah memperhitungkan kata-kata sapaan apa yang
seharusnya diungkapkan. Pada dasarnya setiap penerima sapaan itu berbeda nilai
rasa dalam komunikasi. Kata saudara bagis ekeklompok masyarakatt pedesaan
kurang begitu akrab bagi sekeklompok masyarakat karena teguhnya adat-istiadat.
2.1.9 Sistem Kekerabatan dalam Suku Bugis-Makassar
Murdiyono (2013) menyatakan bahwa dalam sistem kekerabatan Suku
Makassar, setidaknya ada dua kategori keluarga, yaitu keluarga inti (batih) atau
keluarga disebut pula dengan sinakang dan keluarga luar (bija pammarakang).
Keluarga batih biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak sedangkan keluarga luar
terdiri dari ipara’, latoa, dll. Semua kekerabatan yang disebut di atas terjalin erat
antar satu dengan yang lain. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan. Oleh
karena jika ada seorang membutuhkan yang lain, bantuan dan harapannya akan
terpenuhi, bahkan mereka bersedia untuk segalanya.
Suku bugis Makassar adalah suku bangsa yang mendiami bagian terbesar dari
jazirah selatan dari pulau Sulawesi. Dalam sistem kekerabatan Makassar: bija
pammanakkang dikenal reppe mareppe, harus ada siri pada keluarga dekat dan
siteppang mareppe. Hal ini juga menyangkut pada pengaturan siapa dan bagaimana
seharusnya atau tidak pantas orang yang dikawini dalam siklus kekerabatan. Dalam
hubungan siri’, semua orang yang masuk dalam lingkaran kekerabatan bisa saling
“sipakasiriki” (saling memiliki rasa malu dan segan) terhadap satu sama lain, bisa
24
terkit dengan sifat dan kelakuan, ketauladanan, etos kerja, dan lain sebagaianya,
baik bersifat masalah pribadi keluarga maupun dalam lingkup sosial. Seseorang
hanya dapat dipandnag dalam lingkungan kerabat dan masyarakatnya jika ia
menanamkna dan memegang nilai-nilai moral, prinsip adat serta keteguhan dalam
memperjuangkan sesuatu. Semua itu bisa dicapai jika kita memiliki siri’ dan
dipassiriki’, dalam konteks sosial, memiliki kepedulian (pace/pesse) terhadap siapa
saja yang berada dilingkungannya dimana semuanya dipandnag kerabat dan
diperlakukan layaknya kerabat.
Berikut sapaan keluarga dalam silsilah kekeluargaan
Kakek: dato’/ nene’
Nenek: nene’
Bapak: bapa’ (tetta u/keturunan kareng)
Ibu: amma’
Paman: purina
Tante : tanta (kaeng / keturunan karaeng)
Kakak: kaka’ / daeng
Adek : andi’
Sepupuh 1 kali: sampu cikali/ cikali
Sepupuh dua kali : sampu pinruang/ pindu’
Sepupuh tiga kali: sampu pintallung/ pinta’
Kerabat: bija
Saudara : sa’ri battang
Kemenakan : kamanakang
25
Anak: ana’
Cucu: cucu
Cicit: cucu kulantu’
Piut: cucu pala’ bangkeng
Anak tiri: anak Ao
Anak sambung : anak parauang
2.1.10 Suku Makassar
Sejarah Suku Makassar sendiri lebih suka menyebut dirinya mereka sebagai
orang Mangasara. Sebagian besar berdiam di kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto,
Makassar, Bantaeng, Maros, dan Pangkajene di Provinsi Sulawesi Selatan. Sama
dengan suku bangsa Bugis, masyarakat ini juga memiliki kebiasaan merantau
melintas laut. Bahasa Makassar atau mangasara dapat di bagi atas beberapa dialek,
antara lain dialek Lakiung, Turatea, Bantaeng, Konjo, dan Selayar. Sama nilai
tradisi yang masih tetap menjadi pegangan sampai sekarang yang mencerminkan
identitas serta watak orang Bugis-Makassar, yaitu siri’ na pace. Dalam suatu
perkawinan dapat dianggap sah apabilah sesuai dengan hukum agama, hukum adat,
pandangan masyarakat dan undang-undang yng mengatur tentang perkawinan.
2.1.11 YouTube
Youtube adalah sebuah situs web berbagi video yang dibuat oleh tiga mantan
karyawan PayPal pada februari 2005. Situs web ini memungkinkan pengguna
mengunggah, menonton, dan berbagi video. Perusahaan ini berkantor pusat di San
Bbruno, California, dan memakai teknologi Adobe flash Video dan HTML5 untuk
menampilkan berbagai macam konten video buatan pengguna/creator, termasuk
26
klip film, klip TV, dan video music. Selain itu konten amatir seperti blog video,
video orisinal pendek, dan video pendidikan juga ada dalam situs ini.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penyusunan ini, penulis juga akan meninjau tulisan atau hasil penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan dalam karya ilmiah ini,
sekaligus sebagai penelitian yang relevan.
Adapun hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Mutmainnah (2017) dalam skripsinya yang berjudul
“ Bentuk Sapaan Mahasiswa Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin:
Tinjauan Sosiolinguistik”. Skripsi ini membahas penggunaan kata sapaan dalam
lingkungan mahasiswa dan dosen di Fakultas Ilmu Budaya.
Penelitian relevan yang kedua oleh Ribut Setyarini (2014) dalam skripsinya
yang berjudul “Analisis Penggunaan Kata Sapaan pada Judul Berita Tabloid
Soccer”. Penelitian ini mengaitkan bentuk sapaan berdasarkan fisik, sifat, nama asli,
dan nama hewan.
Penelitian ketiga berupa jurnal ilmiah yang tulis oleh Yuni Ertinawati dan Ai
Sitti Nurjamilah (2020) dalam tulisannya yang berjudul “ Analisis Variasi Kata
Sapaan Antara Penjual dan Pembeli di Pasar Induk Cikurubuk Tasikmalaya
Ditinjau dari Perspektif Pragmati”. Penelitian ini juga membahas penggunaan
variasi kata sapaan dan faktor yang berperan dalam pengucapan kata sapaan dalam
percakapan tersebut seperti tingkat usia penutur dan jenis kelamin.
Setelah melihat penelitian relevan yang pertama yang membahas masalah
penggunaan sapaan dan bentuk sapaan dengan tinjaun sosiolinguistik tentunya
27
terdapat perbedaan dalam analisis yang dilakukan dalam peneltian ini.
Persamaannya yaitu sama-sama membahas masalah bentuk sapaan. Penelitian
relevan yang kedua juga memiliki persamaan dengan penenlitian in, yaitu
membahas penggunaan kata sapaan, namun lebih membahas berdasarkan faktor-
faktor yang terjadi dalam penggunaan kata sapaan tersebut.
Terakhir ada jurnal ilmiah yang sama-sama membahas bentuk sapaan yang juga
mengarah pada kepartisipan dan setting dengan tinjaun pragmatik yang bisa
dikatakan hampir mendekati dengan penelitian ini.
28
2.1 Kerangka Pikir
Dari film Makassar di youtube, diperoleh data yang memuat kata-kata
sapaan. Data ini dianalisis denga pisau bedah sosiolinguistik, kemudian dalam
analisis sosiolinguistik, ditemukan dua bentuk komunikasi yaitu sistem
komunikasi simetris dan sistem komunikasi tidak simetris sehingga
menghasilkan keluaran yaitu bentuk dan sistem sapaan dalam dialog film
Makassar di youtube.
29
BAGAN KERANGKA PIKIR
FILM MAKASSAR DI
YOUTUBE
KATA-KATA SAPAAN
SISTEM SAPAAN
SIMETRIS
SISTEM SAPAAN
TIDAK SIMETRIS
BENTUK DAN SISTEM SAPAAN DALAM DIALOG FILM
MAKASSAR DI YOUTUBE
SOSIOLINGUISTIK