penggunaan variasi media pembelajaran ipa untuk …

12
1031 PENGGUNAAN VARIASI MEDIA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENANAMKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SEKOLAH DASAR Ayu Rahayu 1 , Retno Utaminingsih 2 , Dinar Westri Andini 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1,2,3 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa E-mail: [email protected] 1 Abstract: The purpose of this study is to describe the variation of the science learning media used to instill high order thinking skills in elementary school students. The research method used is descriptive qualitative. The study was conducted at Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta Elementary School in the odd semester of the academic year 2018-2019. The subjects were students of class III, which amounted to 12 people. Data collection techniques are tests, observations, and interviews. Analysis of the data used in this study consisted of descriptive analysis consisting of data reduction, data presentation, and conclusion. The results showed the fact that the variation of science learning media used to instill high order thinking skills in Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta Elementary School is the surrounding environment, concrete objects, learning videos, concept map boards, and worksheets. The media is used according to the models and methods in learning. Keywords: Learning media, natural science, high order thinking skills, elementary school PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan alam dan isinya yang diperoleh melalui cara ilmiah dan sikap ilmiah. Melalui pembelajaran IPA, seorang siswa tidak hanya memperoleh kumpulan pengetahuan saja, namun juga mengetahui dan dapat melakukan berbagai macam pengamatan dan eksperimentasi untuk memperoleh pengetahuan itu. Pelaksanaan pengamatan dan eksperimentasi ini dilandasi dengan sikap-sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur, teliti, dan sebagainya. Oleh karenanya, melalui pembelajaran IPA diharapkan siswa memiliki pengetahuan yang komprehensif serta mampu menganalisis, kritis, dan kreatif dalam melihat dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Hasil studi PISA (Programe for International Student Assessment) menggambarkan bahwa dibandingkan negara lain, siswa di Indonesia memiliki kemampuan yang rendah dalam mengidentifikasi masalah. Hal tersebut diketahui bahwa Indonsesia berada pada peringkat ke-60 dari 65 negara peserta untuk literasi sains (Tim PISA Indonesia Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemdikbud dalam Rahayu, 2014). Literasi sains dalam PISA diukur berdasarkan kemampuan siswa menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah (keterampilan berpikir tingkat tinggi). Selain itu, berdasarkan studi TIMSS (The Third International Mathematics and Science Study) bahwa di antara 49 negara peserta, Indonesia berada pada urutan ke-35 untuk bidang sains, (Tim TIMSS Indonesia Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemdikbud dalam Rahayu, 2014). Dasar penilaian prestasi dalam TIMSS dikategorikan dalam domain isi dan kognitif yang terdiri dari pengetahuan, penerapan, dan penalaran. Dalam domain kognitif Bloom, keterampilan penalaran termasuk dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan kata lain, berdasarkan studi TIMSS diketahui bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di Indonesia masih rendah. Hal tersebut pula yang menjadi dasar perubahan dalam kurikulum yang ada di Indonesia. Dalam kurikulum 2013, siswa diharapkan memiliki kompetensi yang menyeluruh baik dalam aspek sikap, keterampilan, maupun pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1031

PENGGUNAAN VARIASI MEDIA PEMBELAJARAN IPA UNTUK

MENANAMKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

SISWA SEKOLAH DASAR

Ayu Rahayu1, Retno Utaminingsih

2, Dinar Westri Andini

3

1,2,3Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

1,2,3Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

E-mail: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to describe the variation of the science learning media

used to instill high order thinking skills in elementary school students. The research method

used is descriptive qualitative. The study was conducted at Taman Muda Ibu Pawiyatan

Yogyakarta Elementary School in the odd semester of the academic year 2018-2019. The

subjects were students of class III, which amounted to 12 people. Data collection techniques are

tests, observations, and interviews. Analysis of the data used in this study consisted of

descriptive analysis consisting of data reduction, data presentation, and conclusion. The results

showed the fact that the variation of science learning media used to instill high order thinking

skills in Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta Elementary School is the surrounding

environment, concrete objects, learning videos, concept map boards, and worksheets. The media

is used according to the models and methods in learning.

Keywords: Learning media, natural science, high order thinking skills, elementary school

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah

pengetahuan alam dan isinya yang diperoleh

melalui cara ilmiah dan sikap ilmiah. Melalui

pembelajaran IPA, seorang siswa tidak hanya

memperoleh kumpulan pengetahuan saja,

namun juga mengetahui dan dapat melakukan

berbagai macam pengamatan dan

eksperimentasi untuk memperoleh pengetahuan

itu. Pelaksanaan pengamatan dan

eksperimentasi ini dilandasi dengan sikap-sikap

ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur, teliti, dan

sebagainya. Oleh karenanya, melalui

pembelajaran IPA diharapkan siswa memiliki

pengetahuan yang komprehensif serta mampu

menganalisis, kritis, dan kreatif dalam melihat

dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada

di lingkungan sekitarnya.

Hasil studi PISA (Programe for

International Student Assessment)

menggambarkan bahwa dibandingkan negara

lain, siswa di Indonesia memiliki kemampuan

yang rendah dalam mengidentifikasi masalah.

Hal tersebut diketahui bahwa Indonsesia berada

pada peringkat ke-60 dari 65 negara peserta

untuk literasi sains (Tim PISA Indonesia Pusat

Penilaian Pendidikan Balitbang Kemdikbud

dalam Rahayu, 2014). Literasi sains dalam

PISA diukur berdasarkan kemampuan siswa

menggunakan pengetahuan dan

mengidentifikasi masalah (keterampilan

berpikir tingkat tinggi).

Selain itu, berdasarkan studi TIMSS (The

Third International Mathematics and Science

Study) bahwa di antara 49 negara peserta,

Indonesia berada pada urutan ke-35 untuk

bidang sains, (Tim TIMSS Indonesia Pusat

Penilaian Pendidikan Balitbang Kemdikbud

dalam Rahayu, 2014). Dasar penilaian prestasi

dalam TIMSS dikategorikan dalam domain isi

dan kognitif yang terdiri dari pengetahuan,

penerapan, dan penalaran. Dalam domain

kognitif Bloom, keterampilan penalaran

termasuk dalam keterampilan berpikir tingkat

tinggi. Dengan kata lain, berdasarkan studi

TIMSS diketahui bahwa keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa di Indonesia masih rendah.

Hal tersebut pula yang menjadi dasar

perubahan dalam kurikulum yang ada di

Indonesia. Dalam kurikulum 2013, siswa

diharapkan memiliki kompetensi yang

menyeluruh baik dalam aspek sikap,

keterampilan, maupun pengetahuan.

Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

1032 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An, Vol. 7, Nomor 1, September 2020, Hlm. 1031-1042

“mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, mencipta”

(Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah). Kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta termasuk dalam

keteranpilan berpikir tingkat tinggi

(Anderson&Krathwoll, 2001).

Stein dan Lane dalam Sani (2015: 61)

mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat

tinggi adalah menggunakan pemikiran yang

kompleks dan non algoritmik untuk

menyelesaikan suatu tugas serta menggunakan

pendekatan yang berbeda dengan tugas yang

telah ada dan berbeda dengan contoh. Beberapa

aspek yang menunjukkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang

yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir

kreatif, serta memecahkan masalah (Rahayu

dan Utaminingsih, 2015). Jadi keterampilan

berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir

yang melibatkan aktivitas mental yang meliputi

tingkat berpikir analitis, evaluatif, dan kreatif.

Berdasarkan taksonomi Bloom, dapat

diketahui bahwa keterampilan berpikir tingkat

tinggi terdiri dari kemampuan menganalisis

(C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

Kemampuan menganalisis adalah memecah

materi ke dalam bagian-bagiannya dan

menentukan bagaimana bagian-bagian itu

terhubungkan antarbagian dan ke struktur atau

tujuan keseluruhan. Kemampuan mengevaluasi

adalah membuat pertimbangan berdasarkan

kriteria atau standar. Kemampuan mencipta

adalah menempatkan unsur-unsur secara

bersama-sama untuk membentuk keseluruhan

secara koheren atau fungsional menyusun

kembali unsur-unsur ke dalam pola atau unsur

baru (Ariyana, Bestary, & Mohandas, 2018: 6).

Secara umum, indikator keterampilan

berpikir tingkat tinggi yaitu seperti ditunjukkan

pada Tabel 1 (Anderson. & Krathwohl,

2001:72).

Tabel 1. Indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi

Proses Kognitif Indikator

Menganalisis (C4) Menganalisis dan membagi-bagi informasi yang masuk

ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola

atau hubungannya.

Mengenali serta membedakan faktor penyebab dan

akibat dari sebuah skenario yang rumit.

Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan.

Mengevaluasi (C5) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan

metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok

atau standar yang ada untuk memastikan efektivitas

atau manfaatnya.

Membuat hipotesis, mengkritik, dan melakukan

pengujian.

Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan.

Mengkreasi (C6) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang

terhadap sesuatu.

Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.

Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian

menjadi struktur baru yang belum pernah ada

sebelumnya.

Berdasarkan pengamatan, pembelajaran

di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan selama ini

belum cukup untuk mengukur keterampilan

berpikir tingkat tinggi. SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan adalah salah satu sekolah dasar yang

telah melaksanakan praktik pendidikan inklusif.

Berdasarkan penelitian (Rahayu, Utaminingsih,

& Andini, 2018) diketahui bahwa di kelas III

tahun ajaran 2018-2019 terdapat dua orang

siswa berkebutuhan khusus dengan kategori

learning disabilities. Siswa tersebut memiliki

kesulitan dalam membaca dan mengikuti

Ayu Rahayu, R. Utaminingsih, Dinar W. Andini ., Penggunaan Variasi Media… 1033

pembelajaran serta mengerjakan soal yang

membutuhkan tingkat penalaran tinggi. Hal

tersebut pula yang menjadi salah satu faktor

guru sulit dalam mengembangkan

pembelajaran yang dengan penanaman aspek

keterampilan berpikir tingkat tinggi bagi siswa

yang lain.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang dibuat oleh guru juga belum

mengakomodasi keterampilan berpikir tingkat

tinggi. Pembelajaran yang dilaksanakan masih

sekedar transfer pengetahuan yang ada di buku.

Soal-soal yang diberikan masih sekedar dalam

ranah mengetahui (C1) dan memahami (C2).

Seharusnya, soal-soal HOTS dapat mengukur

kemampuan yaitu: (1) transfer satu konsep ke

konsep lainnya, (2) memproses dan

menerapkan informasi, (3) mencari kaitan dari

berbagai informasi yang berbeda-beda, (4)

menggunakan informasi untuk menyelesaikan

masalah, (5) menelaah ide dan informasi secara

kritis.

Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam

upaya menanamkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa. Salah satunya adalah

penggunaan variasi media pembelajaran. Media

pembelajaran adalah segala sesuatu (benda atau

cara) yang digunakan sebagai perantara dalam

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran (Wardani & Rahayu, 2018). Ada

banyak sekali jenis atau variasi media yang

digunakan dalam pembelajaran. Media

pembelajaran dapat berupa benda fisik

(hardware) maupun nonfisik (software).

Berdasarkan dimensinya, media dapat

dikategorikan sebagai media dua dan tiga

dimensi. Berbasarkan kemampuan indera,

media dapat digolongkan menjadi media visual,

audio, maupun visualaudio (video). Berbagai

jenis media digunakan dengan tujuan agar

tercipta efektivitas dan efisiensi pembelajaran,

termasuk mencapai hasil belajar yang optimal

yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi.

METODE

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitatif. Metode

penelitian yang digunakan dalam adalah

deskriptif kualitatif. Penelitian ini

menggambarkan dan menginterpretasi objek

secara apa adanya engan deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Waktu

penelitian pada semester gasal tahun ajaran

2018-2019 bulan Agustus 2018.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah

pembelajaran IPA, media pembelajaran, dan

siswa Kelas III SD Taman Muda Ibu Pawiyatan.

Siswa kelas III ini berjumlah 12 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini meliputi metode dokumentasi

untuk mendapatkan catatan-catatan penting

yang berhubungan dengan media pembelajaran

IPA dan keterampulan berpikir tingkat tinggi,

observasi untuk mengadakan pencatatan secara

sistematis mengenai tingkah laku secara

langsung kelompok ataupun individu, serta

wawancara untuk mengungkap data tentang

pelaksanaan pembelajaran IPA.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa analisis deskriptif.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah,

seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber

yaitu dari wawancara, observasi, catatan

lapangan dan dokumen lainnya. Analisis data

yang dilakukan menggunakan analisis data

kualitatif yang terdiri dari 3 tahap yaitu reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Reduksi data dilaksanakan dengan

merangkum data hasil observasi dan

wawancara serta dokumentasi yang dilakukan

selama penelitian di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan. Penyajian data dilaksanakan dengan

menampilkan data secara lebih sederhana

dalam bentuk uraian singkat. Penarikan

kesimpulan dilaksankan dengan memberikan

kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan

evaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pembelajaran dilaksanakan pada materi

“Pertumbuhan dan Perkembangbiakan

1034 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An, Vol. 7, Nomor 1, September 2020, Hlm. 1031-1042

Tanaman. Pembelajaran dilaksanakan untuk

tiga pertemuan. Pertemuan pertama yaitu

pembelajaran dengan materi “Cara Merawat

Tanaman”. Pertemuan kedua yaitu

pembelajaran “Perkembangbiakan Tumbuhan”

dan pertemuan ketiga yaitu pembelajaran “Daur

Hidup Tumbuhan”.

Pertemuan Pertama

Media pembelajaran yang digunakan

dalam pertemuan pertama adalah alat-alat

berkebun, taman sekolah, dan LKS. Alat-alat

berkebun yang dimaksud yaitu “gembor” atau

penyiram tanaman, gunting tanaman, dan

“cethok” atau sekop kecil.

a. Penyiram tanaman (gembor)

b. Sekop kecil (cethok)

c. Gunting kecil

Gambar 1. Alat-alat yang digunakan sebagai media pembelajaran materi “Cara Merawat Tanaman”

Pembelajaran materi “Cara Merawat

Tanaman” juga dilengkapi dengan LKS

(Lembar Kerja Siswa). LKS berisi orientasi

permasalahan mengenai tumbuhan sehat dan

tumbuhan layu, analisis permasalahan, dan cara

merawat tanaman yang baik. Tampilan LKS

ditunjukan pada Gambar 2. Pembelajaran

dilaksanakan di taman sekolah. Siswa

mengamati tanaman yang sehat dan layu yang

ada di taman lalu menganalisis mengapa hal

tersebut terjadi dan apa yang perlu dilakukan.

Gambar 3 menunjukan pembelajaran yang

dilaksanakan dengan media yaitu lingkungan

sekitar tepatnya taman sekolah.

a. LKS Pembelajaran 1 halaman 1

b. LKS Pembelajaran 1 halaman 2

Ayu Rahayu, R. Utaminingsih, Dinar W. Andini ., Penggunaan Variasi Media… 1035

c. LKS Pembelajaran 1 halaman 3

d. LKS Pembelajaran 1 halaman 4

Gambar 2. LKS Pembelajaran 1 Materi “Cara Merawat Tumbuhan”

a. Siswa berbaris menuju taman

sekolah setelah mendapatkah

pengarahan pembelajaran hari

itu

b. Siswa mengamati banyak

tanaman yang layu dan kurang

sehat

c. Siswa menyirami tanaman an

memberi pupuk

d. Siswa mengerjakan LKS dan

membuat kesimpulan

Gambar 3. Media pembelajaran lingkungan sekitar yang digunakan dalam pembelajaran

Pertemuan Kedua

Materi pembelajaran kedua adalah

“Perkembangbiakan Tumbuhan”. Media

pembelajaran yang digunakan pada pertemuan

kedua adalah lingkungan sekitar, LKS, dan

papan tempel. LKS Pembelajaran kedua ini

dapat dilihat pada Gambar 4.

1036 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An, Vol. 7, Nomor 1, September 2020, Hlm. 1031-1042

a. LKS Pembelajaran 2 halaman 1

b. LKS Pembelajaran 2 halaman 2

c. LKS Pembelajaran 2 halaman 3

Gambar 4. LKS Pembelajaran 2 “Perkembangbiakan Tumbuhan”

Siswa mengamati tumbuhan yang ada di

lingkungan sekitarnya, lalu mengidentifikasi

cara perkembangbiakan tumbuhan tersebut dan

mencatatnya dalam LKS. Setelah itu siswa

masuk ke dalam kelas dan diberikan

potongan-potongan kertas beberapa jenis

perkembangbiakan tumbuhan. Siswa

menempelkan potongan kertas ke papan tempel

sesuai peta konsep yang sesuai.

Gambar 5. Siswa mengerjakan LKS “Perkembangbiakan Tumbuhan” secara berkelompok

Ayu Rahayu, R. Utaminingsih, Dinar W. Andini ., Penggunaan Variasi Media… 1037

Masing-masing siswa dibagikan selembar

kertas yang berisi gambar tanaman dan cara

perkembangbiakannya, misalnya kacang hijau

yang berbiji, bawang merah dengan umbi

lapisnya, tanaman mangga yang dicangkok, dan

lain sebagainya. Setelah itu siswa

menempelkannya kertas gambar di papan

tempel sesuai jenis perkembangbiakannya.

Jenis perkembangbiakan pada tumbuhan yaitu

perkembangbiakan generatif dan vegetatif.

Perkembangbiakan vegetatif terdiri dari

vegetatif alami dan vegetatif buatan. Kacang

hijau yang berbiji termasuk berkembangbiak

secara generatif. Bawang merah dengan umbi

lapisnya termasuk berkembangbiak secara

vegetatif alami. Tanaman mangga yang

dicangkok termasuk berkembangbiak secara

vegetatif buatan.

Gambar 6. Siswa menggunakan media peta konsep “Perkembangbiakan Tumbuhan” secara

berkelompok

Pertemuan 3

Media pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran pertemuan ketiga adalah: 1)

buah cabai serta umbi bawah merah dan

bawang putih. 2) video “Daur Hidup Tumbuhan”

dan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Buah cabai

serta umbi bawah merah dan bawang putih

digunakan saat kegiatan apersepsi. Guru

bertanya kepada siswa, apakah pernah

mengamati ibu memasak di dapur? Apakah

siswa tau apa yang dibawa oleh gurunya itu?

Apakah siswa tahu bagaimana cara agar cabai

dan bawang bisa bertambah banyak

(dikembangbiakkan)?

Setelah melaksanakan apersepsi dan

tanya jawab tentang pertumbuhan tanaman

cabai dan bawang, guru menayangkan video

pertumbuhan tanaman. Video pertama adalah

“pertumbuhan tanaman cabai” dan video kedua

adalah “pertumbuhan tanaman bawang merah”.

Kedua video ini didownload dari aplikasi

youtube. Video “pertumbuhan tanaman cabai”

berisi tentang bagaimana tumbuhan mulai dari

biji bertambah besar sampai dengan berbunga

dan kembali menghasilkan biji seperti pada

Gambar 7.

Video “pertumbuhan tanaman bawang

merah” berisi tentang bagaimana bawang

merah tumbuh dari umbi sampai bertambah

besar dan banyak. Video ini ditunjukkan seperti

pada Gambar 8. Jika pertumbuhan cabai

dimulai dari biji dan menghasilkan biji maka

dinamakan perkembangbiakangeneratif.

Sedangkan pada bawang merah, pertumbuhan

tidak berkaitan dengan biji oleh karenanya

dinamakan perkembangbiakan vegetative.

a. Tanaman cabai tumbuh dari biji

b.Tanaman cabai mulai bertambah tinggi

1038 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An, Vol. 7, Nomor 1, September 2020, Hlm. 1031-1042

c. Tanaman cabai mulai berbunga

d. Tanaman cabai mulai berbuah

Gambar 7. Video “pertumbuhan tanaman cabai”

a. umbi bawang merah mulai bertunas

b. tunas umbi mulai bertambah besar

d. daun umbi mulai terlihat

e. umbi siap untuk menjadi individu baru

Gambar 8. Video “pertumbuhan tanaman bawang merah”

Pembelajaran materi daur hidup

dilengkapi dengan LKS sebagai latihan lanjutan

bagi siswa. LKS berisi pertanyaan bagaimana

pertumbuhan kacang hijau. Setekah itu siswa

mengurutkan fase-fase daur hidup kacang hijau

mulai dari biji, kecambah kecil, kecambah

besar, tanaman kecil, dan tanaman dwasa.

a. LKS Pembelajaran 3 halaman 1

b. LKS Pembelajaran 3 halaman 2

Ayu Rahayu, R. Utaminingsih, Dinar W. Andini ., Penggunaan Variasi Media… 1039

c. LKS Pembelajaran 3 halaman 3

Gambar 9. LKS Pembelajaran 3 “Daur Hidup Tumbuhan”

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat

diketahui bahwa media pembelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran materi

“Pertumbuhan dan Perkembangbiakan

Tanaman” di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa adalah: (1) lingkungan sekitar; (2)

media pembelajaran benda konkrit; (3) video

pembelajaran; dan (4) LKS yang telah

disesuaikan dengan metode pembelajaran yang

digunakan.

1. Lingkungan sekitar sebagai media

pembelajaran

Lingkungan sekitar yang digunakan

sebagai media pembelajaran yaitu taman

sekolah. Siswa dapat mengamati secara

langsung berbagai tumbuhan yang ada di

taman sekolah sehingga yang dipikirkan

siswa adalah hal yang nyata yang ada di

kehidupan sehari-hari. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa lingkungan sekitar

adalah media pembelajaran yang efektif

dalam meningkatkan hasil belajar (Susanti,

N. D., 2013:10; Ifrianti, S., & Emilia, Y.,

2016: 1). Keterampilan berpikir tingkat

tinggi. Disini termasuk hasil belajar siswa.

2. Media pembelajaran benda konkrit

Menurut pendapat Asyhar (2012: 54)

“Media konkrit adalah benda yang dapat

dilihat, didengar, atau dialami oleh siswa

sehingga memberikan pengalaman

langsung pada mereka”. Susilana, Rudi dan

Riyana (2009: 23) mendefinisikan bahwa

media konkrit merupakan media atau objek

yang menyampaikan informasi dalam

bentuk penyajian yang sebenarnya. Media

pembelajaran konkrit ini berfungsi sebagai

alat bantu dalam pembelajaran sehingga

siswa dapat memperoleh keterampilan

berpikirnya.

Media konkrit yang digunakan dalam

pembelajaran ini adalah buah cabai serta

umbi bawah merah dan bawang putih yang

dapat ditemui siswa di kehidupan

sehari-hari. Selain itu terdapat benda

konkrit berupa alat untuk merawat tanaman

yaitu penyiram tanaman, sekop kecil, dan

gunting tanaman. Pembelajaran berbantuan

media konkrit dengan metode atau model

pembelajaran tertentu dapat menanamkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

(Indriyani, D., Mawardi, M., & Wardani, K.

W., 2019: 233; Hardini, A. T. A., & Akmal,

A., 2017: 27). Dalam pembelajaran materi

Pertumbuhan dan Perkembangbiakan

Tanaman, siswa dapat mempelajari dan

mengembangkan keterampilan berpikir

tingkat tingginya diawali dari pengamatan

terhadap benda konkrit yaitu cabai,

bawang merah, dan bawang putih.

Terkadang terdapat siswa yang tidak tahu

mana bawang merah dan mana bawang

putih, sehingga perlu ditunjukkan benda

konkritnya dalam pembelajaran.

Penggunaan benda konkrit ini harus

dengan pengawasan guru dalam

penggunaannya sebagai media

pembelajaran.

3. Video pembelajaran

Video adalah media pembelajaran

yang memfokuskan pada penerimaan dua

indra yaitu indra penglihatan dan indra

1040 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An, Vol. 7, Nomor 1, September 2020, Hlm. 1031-1042

pendengaran. Penggunaan video

disesuaikan dengan materi dan metode

pembelajaran dapat meningkatkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

sekolah dasar (Ichsan, I. Z., Iriani, E., &

Hermawati, F. M., 2018: 12; Gowasa, S.,

Harahap, F., & Suyanti, R. D., 2019: 19).

Video yang digunakan dalam pembelajaran

materi “Pertumbuhan dan

Perkembangbiakan Tumbuhan” adalah

video “pertumbuhan tanaman bawang

merah” dan video “pertumbuhan tanaman

cabai”. Dari kedua video tersebut, siswa

dapat menganalisis perbedaan serta

membuat definisi perkembangbiakan

vegetatif dan generatif pada tumbuhan.

4. Papan tempel peta konsep

Papan tempel biasa termasuk media

pembelajaran konvensional. Media papan

tempel dapat dimodifikasi dengan peta

konsep sehingga menjadi papan tempel

peta konsep. Media ini termasuk mudah

dan murah untuk dibuat. Pembuatan media

ini memerlukan bahan seperti papan lebar

(bisa dari kertas lebar), kertas HVS, dan

tinta. Walaupun mudah pembuatannya

namun memerlukan kreativitas guru dalam

mengembangkan peta konsep dan

menjadikan media tersebut lebih menarik.

Melalui peta konsep, siswa dapat

mengembangkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi (Wulandari, F. A., Mawardi,

M., & Wardani, K. W., 2019; Larasati, N.,

Santosa, S., & Sari, D. P., 2018). Melalui

media papan tempel peta konsep siswa

dapat melakukan pengamatam, analisis,

dan evaluasi.

5. LKS (Lembar Kerja Siswa)

LKS merupakan salah satu media

yang digunakan dalam proses

pembelajaran. LKS ini berisi

petunjuk-petunjuk baik berupa pertanyaan

atau pernyataan yang harus dijawab oleh

siswa. LKS dapat digunakan untuk

menanamkan keterampilan berpikir tingkat

tinggi siswa disesuaikan dengan metode

pembelajaran yang digunakan, seperti

metode inkuiri (Purnamawati, D., Ertikanto,

C., & Suyatna, A., 2017: ), STEM atau

Science Environment Enginering and

Mathematics (Agustin, H. M., 2019),

pendekatan keterampilan proses (Vikhas,

A., 2019), dan lain sebaginya. Dalam

pembelajaran materi “Pertumbuhan dan

Perkembangbiakan Tanaman”, LKS yang

digunakan berbasis model problem based

learning. Dalam LKS berbasis model

problem based learning ini siswa

mengamati permasalahan yang ada di

lingkungan sehari-hari, menganalisis

permasalahan berdasarkan teori yang ada,

serta mencoba memberikan solusi terhadap

permasalahan tersebut. Oleh karenanya

melalui LKS dapat ditanamkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa

keterampilan menganalisis, mengevaluasi,

dan mengkreasi (mencipta).

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Variasi media pembelajaran IPA yang

digunakan untuk menanamkan keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta pada materi

Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Tanaman

adalah lingkungan sekitar, benda konkrit, video

pembelajaran, papan tempel peta konsep, dan

LKS. Media digunakan sesuai dengan model

dan metode dalam pembelajaran.

Saran

Pendidik dapat mengembangkan media

pembelajaran lainnya disesuaikan dengan

model dan metode pembelajaran, karakteristik

siswa, serta dukungan sarana dan prasarana.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, H. M. 2019. Pengembangan Lembar

Kerja Siswa Berbasis STEM Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Kreatif Siswa Kelas V Sekolah

Dasar (Doctoral dissertation, Universitas

Peradaban).

Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R. 2001. A

taxonomy for learning, teaching, and

assessing. New York: Longman

Ariyana, Y., Bestary, R., & Mohandas, R. 2018.

Buku pegangan pembelajaran berorientasi

pada keterampilan berpikir tingkat

tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan

Ayu Rahayu, R. Utaminingsih, Dinar W. Andini ., Penggunaan Variasi Media… 1041

Tenaga Kependidikan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Hak.

Asyhar, H. 2012. Kreatif Mengembangkan

Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

Gowasa, S., Harahap, F., & Suyanti, R. D. 2019.

Perbedaan Penggunaan Media Powerpoint

Dan Video Pembelajaran Terhadap

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dan

Retensi Memori Siswa Pada Mata

Pelajaran Ipa Di Kelas V SD. Jurnal

Tematik, 9(1), 19-27.

Hardini, A. T. A., & Akmal, A. 2017. Penerapan

Metode Snowball Throwing Berbantuan

Media Konkret untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas IV Sekolah Dasar. JURNAL

PENDIDIKAN DASAR PERKHASA:

Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, 3(1),

233-245.

Ichsan, I. Z., Iriani, E., & Hermawati, F. M.

2018. Peningkatkan Keterampilan

Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order

Thinking Skills) Pada Siswa Sekolah

Dasar Melalui Video Berbasis Kasus

Pencemaran Lingkungan. Edubiotik:

Jurnal Pendidikan, Biologi Dan

Terapan, 3(02), 12-18.

Ifrianti, S., & Emilia, Y. 2016. Pemanfaatan

lingkungan sekitar Sebagai media

pembelajaran ips untuk meningkatkan

Aktivitas dan hasil belajar peserta didik

Kelas III MIN 10 Bandar

Lampung. TERAMPIL: Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran

Dasar, 3(2), 22-42

Indriyani, D., Mawardi, M., & Wardani, K. W.

2019. Peningkatan Keterampilan Berpikir

Kritis melalui Model Inkuiri Berbantuan

Media Konkret pada Siswa Kelas 5 SD

Negeri Mangunsari 05 Tahun Pelajaran

2018/2019. Jurnal Basicedu, 3(1), 27-32.

Larasati, N., Santosa, S., & Sari, D. P. 2018,

October). Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation

Dipadu Peta Konsep terhadap

Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa The

Influence of Cooperative Learning Model

of Group Investigation Type Combined

Concept Map to Student’. In Proceeding

Biology Education Conference: Biology,

Science, Enviromental, and Learning, 15

(1),130-137.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2016 Tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah

Purnamawati, D., Ertikanto, C., & Suyatna, A.

2017. Keefektifan lembar kerja siswa

berbasis inkuiri untuk menumbuhkan

keterampilan berpikir tingkat

tinggi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika

Al-Biruni, 6(2), 209-219.

Rahayu, A. 2014. Pengembangan SSP Berbasis

Model Learning Cycle Untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses dan

Pemahaman Konsep Fisika. JURNAL

PENDIDIKAN SAINS (JPS), 2(2), 4-19.

Rahayu, A., & Utaminingsih, R. 2016.

Efektivitas Penggunaan Teknik Effective

Questioning pada Mata Kuliah IPA 1

untuk Meningkatkan Keterampilan

Berpikir Tingkat Tinggi

Mahasiswa. SOSIOHUMANIORA: Jurnal

Ilmiah Ilmu Sosial Dan Humaniora, 2(1).

Rahayu, A., Utaminingsih, R., & Andini, D.

2018. Cooperative Problem Based

Learning to Accomodate Learning

Disabilities Students in Science.

In Proceedings of the 1st International

Conference on Science and Technology

for an Internet of Things. European

Alliance for Innovation (EAI).

Sani, A. H. 2015. Pembelajaran Matematika

Berbasis Pendekatan Saintifik dan

Kaitannya dengan Menumbuhkan

Keterampilan Berpikir Tingkat

Tinggi. Jurnal Pendidikan.

Susanti, N. D. 2013. Memanfaatkan

Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber

Belajar Dengan Tema Lingkungan Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas

Iii Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(2),

1-11.

Vikhas, A. 2019. Pengembangan Lembar Kerja

Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan

Proses Sains Untuk Meningkatkan

1042 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An, Vol. 7, Nomor 1, September 2020, Hlm. 1031-1042

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Madrasah Ibtidaiyah. In Proceeding

International Conference on Islamic

Education (ICIED) (Vol. 4, No. 1, pp.

38-46).

Wardani, K. & Rahayu, A., 2018. Media

Pembelajaran SD. Yogyakarta: K Media.

Wulandari, F. A., Mawardi, M., & Wardani, K.

W. 2019. Peningkatan Keterampilan

Berpikir Kreatif Siswa Kelas 5

Menggunakan Model Mind

Mapping. Jurnal Ilmiah Sekolah

Dasar, 3(1), 10-16.