pengukuran kandungan klorofil€¦ · klorofil dapat juga diperoleh dari daun yang begitu rimbun...

29
i LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL Oleh : Golongan F/Kelompok 1B 1. Dika Probo P. (161510501011) 2. Kizah Musdalifah (161510501012) 3. Sulam (161510501013) LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2017

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    LAPORAN PRAKTIKUM

    PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL

    Oleh :

    Golongan F/Kelompok 1B

    1. Dika Probo P. (161510501011)

    2. Kizah Musdalifah (161510501012)

    3. Sulam (161510501013)

    LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2017

  • 1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tanaman merupakan makhluk hidup yang sangat berperan di bumi sebab

    mereka bisa melakukan produksi makanan secara mandiri dan mampu memproduksi

    kandungan oksigen. Tumbuhan pada bagian daun yang merupakan organ yang berada

    atau tumbuh pada batang yang nantinya akan menghasilkan karbohidrat dan oksigen

    melalui konveksi energi dari cahaya menjadi kimia sehingga proses yang telah

    dilakukan sebagai metabolisme dan kehidupan tanaman. Karbohidrat dan oksigen

    tidak hanya berguna bagi tanaman akan tetapi berguna pula bagi makhluk hidup

    lainnya karena nantinya akan menghasilkan kayu sebagai bahan rumah,kertas dan

    terlebih lagi tanaman yang menghasilkan buah, serta tanaman akan menghasilkan

    oksigen yang berguna sebagai pernafasan manusia.

    Tanaman yang mampu menghasilkan makanan sendiri itu disebabkan karena

    didalam bagian tanaman terdapat klorofil dengan berwarna hijau yang termasuk

    dalam senyawa pada pigmen sehingga memiliki peran sebagai tempat proses

    pengolahan fotosintesis, sehingga memiliki peran yang penting dalam

    keberlangsungan hidup suatu tanaman. Hasil dari proses fotosintesis tersebut akan

    menghasilkan glukosa yang nantinya akan diolah sendiri oleh zat atau enzim

    tumbuhan. Fotosintesis tidak akan berjalan tanpa klorofil sebab klorofil perannya

    sebagai penyerap cahaya matahari atau radiasi elektromagnetik dari luar untuk diolah

    di dalam tubuh tanaman. Klorofil a dan b merupakan macam dari klorofil dengan

    terdiri atas enzim sitokrom, hemoglobin, moglobin, dan molekul polfirin. Daun juga

    memiliki senyawa pigmen lain seperti xantofil (berwarna kuning), karoten (berwarna

    jingga), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat

    keasaman). Tanaman tingkat tinggi utamanya memiliki klorofil yang merupakan zat

    hijau daun pada tanaman.

    Peran dari klorofil sangat utama pada tanaman, akan tetapi terdapat pula

    tanaman yang tidak mampu membentuk klorofil yang sempurna atau yang sering

  • 2

    disebut dengan abnormal pada saat etiolasi. Tanaman yang terserang hama dan

    penyakit juga menyebabkan pertumbuhan atau pembentukan klorofil terganggu

    sehingga tanaman yang tidak mampu untuk melakukan metabolisme tersebut akan

    mati. Kandungan klorofil pada tanaman disini sifatnya sangat penting, terlebih

    sebagai proses kelangsungan hidupnya dalam memproduksi makanan sendiri juga

    sebagai bentuk produsen dalam penyebar oksigen di udara. Kandungan pigmen hijau

    pada daun yang disebut sebagai klorofil sehingga kadar klorofil tersebut perlu untuk

    diketahui, sehingga dilakukan praktikum kali ini sebagai pengetahuan dalam

    pengukuran kadar klorofil menggunakan spektofotometer.

    1.2 Tujuan

    1. Mengetahui cara dalam mengukur kadar klorofil menggunakan

    spektofotometer

    2. Mengetahui kadar klorofil pada setiap daun yang dibawa: belimbing, arbei,

    tembakau, sirih, rhoedis color, dan singkong.

  • 3

    BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

    Klorofil merupakan zat pembawa warna hijau atau sering kita sebut sebagai

    zat yang berwana hijau. Klorofil memiliki peran penting dalam keberadaannya pada

    daun. Peran penting klorofil pada daun yaitu sebagai tempat proses fotosintesis.

    Tanaman yang memiliki klorofil tinggi yaitu tanaman alfalfa (Rahmayanti, 2006).

    Klorofil ialah pigmen hijau yang mana pigmen tersbut merupakan tempat terjadinya

    proses fotosintesis. Klorofil sendiri memiliki daya yang panjang gelombangnya yang

    berwarna biru sebesar 400-500 nm. Panjang gelombang yang berwarna merah

    memiliki panjang 600-680 nm. Nilai spektral reflektansi pada panjang gelombang

    akan semakin tinggi maka tingkat kehijauan pada daun juga akan berpengaruh

    samakin tinggi pula (Atmanegara, 2013).

    Klorofil dapat juga diperoleh dari daun yang begitu rimbun atau lebat. Daun

    rimbun dapat memperlancar proses fotosintesi pada daun dan daun sendiri dapat

    menghasilkan makannya sendiri yang kemudian akan digunakan untuk proses

    pertumbuhan selanjutnya. Klorofil juga dapat diperoleh dari nitrogen. daun yang

    berwarna hijau kelam maka tanaman tersebut memiliki nitogen yang lebih. Daun

    yang berwarna kuning pucat merupakan daun yang kekurangan nitrogen (Setyanti,

    2013). Klorofil dapat terbentuk dari cahaya dan beberapa unsur lain. Unsur-unsur

    lain pembentuk klorofil tersebut ialah unsur N, Mg dan lain-lain. unsur hara N dan

    Mg dapat dikatakan sebagai unsur hara yang bersifat mobile. Unsur hara yang bersifat

    mobile artinya unsur hara tersebut dapat bergerak sendiri tanpa bantuan apapun.

    Unsur hara yang bersifat mobile ini dapat bergerak melalui jaringan floem yang mana

    hal tersebut bergerak dari daun tua menuju daun yang lebih muda (Yudha, 2013).

    Tanaman yang baik yaitu tanaman yang memiliki klorofil yang tinggi.

    Klorofil berperan penting dalam proses penangkapan sinar cahaya matahari.

    Penangkapan sinar cahaya matahari dapat menghasilkan suatu energi. Energi yang

    dapat dihasilkan dari proses fotosintesi yaitu berupa ATP dan NADPH. Energi

  • 4

    tersebut nantinya akan digunakan kembali untuk proses pertumbuhan dan

    melanjutkan proses fotosintesisnya (Proklamasiningsih, 2012).

    Konsentrasi klorofil dapat menurun merupakan salah satu hal respon atau

    tanggapan dari fisiologis tanaman itu sendiri. Fisiologis tersebut dapat berupa

    kekurangannya air. Kekurangan air tersebut dapat mengakibatkan pembentukan

    klorofil yang akan terhambat. Penyebab lain dari penurunan konsentrasi klorofil yaitu

    turunnya suatu enzim rubisco, penyerapan unsur hara yang terhambat, dan dapat

    berpengaruh pada nitrogen dan magnesium dalam perannya sebagai sintesis klorofil

    (Ai, 2012). Tanaman yang dipupuk memiliki daun yang begitu cukup untuk

    penyerapan karotenoid yang bergeser dari daerah biru pada spektrum daerah hijau

    dan sebagian proses fotosintesis sekitar 500nm. Proses tersebut dapat berlangsung

    akibat adanya karotenoid yang aktif, karotenoid sangat berperan aktif untuk

    melindungi klorofil dari kerusakan saat proses oksidasi oleh oksigen pada penyinaran

    yang cukup lama (Kumari, 2013).

  • 5

    BAB 3. METODE PRAKTIKUM

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum Agrobiosains acara 4 “Pengukuran Kandungan Klorofil”

    dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 November 2017 pukul 15.30 – 18.00 WIB di lab

    Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian-Universitas Jember.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    1. Mortar dan pestle (dinginkan sebelum digunakan)

    2. Spektofotometer

    3. Alat sentrifugasi

    4. Mikropipet

    5. Kertas karbon

    3.2.1 Bahan

    1. Daun Belimbing

    2. Daun Arbei

    3. Daun Tembakau

    4. Daun Sirih

    5. Daun Rhoedis color

    6. Daun Singkong

    7. 10mM Borate pH 8,0 (yang telah didinginkan)

    8. Ethanol absolute (dingin 4°C )

    9. Nitrogen cair

    3.3 Cara kerja

    1. Menimbang 0,5 gram jaringan daun segar dan masukkan ke dalam mortar yang

    telah didinginkan sebelumnya.

  • 6

    2. Menambahkan nitrogen cair (bila perlu) ke dalam mortar dan gerus dengan pestle

    sampai menjadi tepung.

    3. Menambahkan 3 ml larutan 10 mM Borate pH 8,0 yang telah di dinginkan dan di

    gerus lagi hingga semua tepung daun tersuspensi

    4. Mengambil 40 μl suspense di atas dan masukkan ke dalam tabung mikro

    sentrifugasi (eppendorf).

    5. Menambahkan 960 μl ethanol absolute dingin 4°C , kemudian divorteks.

    6. Menginkubasikan selama 30 menit pada suhu 4°C dalam keadaan gelap.

    7. Melakukan sentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm suhu 4°C selama 5 menit.

    8. Mengukur optical density (OD) menggunakan spekfotometer pada panjang

    gelombang 649 rpm nm dan 665 nm.

    9. Menghitung kandungan klorofil dengan rumus:

    Klorofil a = (13,7 x Abs 665)-(5,76 x Abs 649)

    = ........ μg ml-1

    Klorofil b = (25,8 x Abs 649)-(7,60 x Abs 665)

    = ........ μg ml-1

    Total klorofil (a+b) = (6,10 x Abs 665)+(20,04 x Abs 649)

    =..........μg ml-1

    3.4 Variabel Pengamatan

    Menghitung kandungan klorofil pada daun belimbing, arbei, tembakau, sirih,

    rhoedis color, singkong

    3.5 Analisis Data

    Data yang diperoleh dari hasil pengamatan Praktikum, Selanjutnya akan

    dianalisis menggunakan analisis data deskriptif.

  • 7

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Grafik 1. Kandungan klorofil beberapa

    daun

    Keterangan :

    Berdasarkan grafik di atas, disebutkan bahwa setiap daun memiliki kadar

    klorofil yang berbeda, baik untuk klorofil a maupun klorofil b. Daun belimbing

    memiliki kandungan klorofil total 2,77 µg.ml-1 yang terdiri atas klorofil a sebesar

    1,75 dan klorofil b 1,02 µg.ml-1. Daun arbei memiliki total klorofil 7,03 µg.ml-1

    dengan klorofil a dan b berturut-turut sebesar 4,42 dan 2,61 µg.ml-1 serta merupakan

    daun yang memiliki kandungan klorofil total yang paling tinggi diantara daun-daun

    yang lain. Daun tembakau memiliki kandungan klorofil tertinggi kedua setelah daun

    arbei dengan totol klorofil 4,11 µg.ml-1, korofil a 2,55 µg.ml-1, dan klorofil b sebesar

    1,56 µg.ml-1. Daun sirih memiliki kandungan klorofil paling sediki, dimana

  • 8

    kandungan totalnya hanya 0,89 µg.ml-1, klorofil a 0,47 µg.ml-1, dan klorofil b 0,42

    µg.ml-1. Daun Rhuedis color berklorofil total sebesar 2,62 µg.ml-1 yang terdiri atas

    klorofil a sebesar 1,58 µg.ml-1 dan klorofil b 1,04 µg.ml-1. Daun yang terkahir yaitu

    daun singkong, dimana daun ini memiliki kandungan klorofil terendah kedua setelah

    daun sirih dimana kandungan klorofil totalnya sebesar 1,67 µg.ml-1 klorofil a 1,05

    µg.ml-1, dan klorofil b 0,62 µg.ml-1.

    4.2 Pembahasan

    Berdasarkan hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa klorofil yang

    terkandung di dalam jaringan daun dapat diukur dengan beberapa langkah. Langkah

    yang pertama dengan menyiapkan sampel daun segar dan menimbang sebesar 0,5

    gram. Meletakkan daun ke mortar yang telah didinginkan selama waktu tertentu

    selanjutnya menggerus dauntersebut hingga halus dengan pestle serta menambahkan

    3 ml larutn 10 mM Borate ber-pH 8 sedikit demi sedekit sambil daun tersebut tetap

    digerus agar semua tepung pada daun tersuspensi. Langkah selanjutnya mengambil

    suspense dan memasukkanya ke tabung mikro setrifuge selanjutnya divorteks.

    Sehubungan dengan terbatasnya alat di laboratorium sehingga hasil gerusan daun

    tersebut cukup dikocok selama 30 menit sebagai pengganti dari sentrifugasi

    menggunakan alat. Menambahkan ethanol kemudian memvorteksnya kembali

    selanjutnya diinkubasi dan mengukur menggunakan spekfotometer denganpanjang

    gelombang sebesar 649 dan 665.

    Hasil pengukuran kadar klorofil melalaui analisis nilai absorbansi yang

    diamati pada setiap sampel daun yang terdiri atas daun belimbing, arbei, tembakau,

    sirih, Rhuedis color,dan singkong memiliki kandungan yang berbeda-beda. Hal

    tersebut disebabkan karena pembentukan klorofil pada setiap daun dipengaruhi oleh

    beberapa faktor sehingga ketika diukur kadar klorofil tersebut bervariasi. Faktor yang

    mempengaruhi pembentukan klorofil pada daun diantaraya adalah faktor bawaan,

    cahaya, oksigen, karbohidrat, nitrogen, magnesium dan besi, karboohidrat, unsur

    mikro (Mn, Cu, dan Zn), air dan temperatur udara. Faktor bawaan yang dimaksud

  • 9

    adalah gen yang terbawa oleh tanamantersebut. Cahaya yang terlalu banyak hingga

    melebihi ambang batas optimum berpengaruh buruk terhadap klorofil yang

    terbentuk, karenasinar yang kuat akan merubah klorofil hijau menjadi kekuning-

    kuningan karena proses fotosintesis bergeser dari kloroplas ke kromoplas

    (Dwidjiseputro,1980).

    Oksigen dan karbohidrat sangat penting pada pembentukan klorofil ketika

    tanaman ditempatkan di keadaan yang gelap, karena tanaman yang diletakkan di

    tempat gelap (etiolasi) tidak akan membentuk klorofil apabila ditambahkan oksigen

    dan karbohidrat. Zat yang harus ada ketika proses pembentukan klorofil adalah

    nitrogen, magnesium dan besi karena tanpa zat tersebut tanaman akan klorosis begitu

    jika tidak ada zat Mn, Cu, dan Zn dalam proses tersebut. Tanaman yang kekurangan

    zat-zat tersebut sebagai nutrisinya akan tumbuh tidak tidak normal karena kebutuhan

    nutrisinya tidak terpenuhi (Perwtasari, 2012).

    Klorofil yang dihasilkan pada daun yang berusia muda masih berupa

    protoklorofil. Protoklorofil ini hampir mirip dengan klorofil a dan pada daun

    protoklorofil berubah warna menjadi hijau setelah mengalami transformasi

    protoklorofil. Klorofil yang letaknya di tengah daun dan pangkal jumlahnya akan

    berbeda dengan yang berada di ujung daun, dimana pada bagian tengah dan pangkal

    jumlah kandungannya lebih besar daripada di ujung daunnya. Klorofil tersebut akan

    mengalami sintesis melalui proses fotoreduksi protoklorofil sehingga menjadi klorofil

    a yang diikuti oleh proses esterifikasi fitol hingga benar-benar berubah mebentuk

    klorofil a. Klorofil yang berada di pangkal daun memiliki jumlah terbesar karena

    terjadi sistesis dari klorofil b menjadi klorofil a. Klorofilb akan berlanjut mengalami

    sistesis seiring berkembangnya daun yang dapat dibuktikan dengan tanda berubahnya

    daun hijau muda menjadi hijau tua yang memiliki kandungan klorofil dengan jumlah

    72 % lebih besar dari kandungan klorofil pada daun yang masih berusia muda

    (Pratama dan Laily, 2015).

  • 10

    BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1Simpulan

    Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa:

    1. Kandungan klorofil pada daun dapat diketahui dan diukur dengan

    Spektofometer

    2. Kandungan klorofil antara daun yang satu dengan yang lain memiliki jumlah

    berbeda-beda yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

    3. Kandungan klorofil pada daun arbei memiliki jumlah paling tinggi daripada

    daun lain yang dibawa ketika praktikum.

    4. Klorofil pada daun terdiri atas klorofil a dan klorofil b.

    5. Kandungan klorofil yang letaknya di tengah dan pangkal daun memiliki

    jumlah lebih banyak daripada di bagian ujung daun.

    6. Klorofil pada daun yag usiannya lebih tua memiliki kadungan yang lebih

    besar daripada usia muda.

    5.2 Saran

    Sebaiknya prosedur praktikum dilakukan sesuai dengan yang ada di modul

    dengan alat dan bahan yang sesuai pula sehingga praktikan tidak mengawang-awang

    ketika metode yang diterapkan sedikit berbeda dengan di modul.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    Ai, N. S, dan Y. Banyo. 2012. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator

    Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah Sains, 11(2): 166-173.

    Atmanegara, P., dan B. M. Sukojo. 2013. Analisa Perbandingan Kandungan Klorofil

    Menggunakan Metode Mcari dan Tcari. Teknik Pomits, 2(1): 1-6.

    Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

    Kumari, S. P. K., Y. S. Vani, V. Sridevi, M.M. V. Lakshmi. 2013. Separation and

    Observation of Plants Pigments in Fertilizers Effected Medicinal Plants Using

    Paper Chromatography. Ijesat, 2(2): 317-326.

    Perwtasari, B., M. Tripatmasari,dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media Tanam

    dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica

    juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor, 5(1): 14-25.

    Pratama, A. J.,dan A. N. Laily. 2015. Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli

    (Hedycuhium gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah

    Perkembanga Daun yang Berbeda. Agrotechnology, 2(1): 1-4.

    Proklamasiningsih, E., I. D. Prijambada, D. Rachmawati, dan R. P. Sacayaningsih.

    2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil Kedelai pada Media Tanam

    Masam dengan Pemberian Garam Aluminium. Agrotrop, 2(1): 17-24.

    Rahmawati, E., dan M. Sitanggang. 2006. Takhlukan Penyakit dengan Klorofil Alfafa.

    Bandung: AgroMedia.

    Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan

    Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago Sativa), pada Tinggi Pemotongan

    dan Pemupukan Nitrogen yang Berbeda. Animal Agricultural, 2(1): 86-96.

    Yudha, G. P., Z. A. Noli, dan M. Idris. 2013. Pertumbuhan Daun Angsana

    (Pterocarpus indicus Willd) dan Akumulasi Logam Timbal (Pb). Biologi

    Universitas Andalas, 2(2): 83-89.

  • 12

    LAMPIRAN DATA

    Tabel 1. Tabel kandungan klorofil

    No. Sampel Absorbansi (µg.ml-1)

    A b

    1. Daun belimbing 1,75 1,02

    2. Daun Arbei 4,42 2,61

    3. Daun Tembakau 2,55 1,56

    4. Daun Sirih 0,47 0,42

    5. Daun Rhuedis color 1,58 1,04

    6. Daun Singkong 1,05 0,62

    Perhitungan :

    Abs 649 = 0,116 – 0,028 = 0,088

    Abs 665 = 0,194 – 0,029 = 0,115

    Klorofil a = (13,7 x Abs 665) – (5,76 x Abs 649)

    = (13,7 x 0,165) – (576 x 0,088)

    = 2,2605 – 0,50688

    = 1,75 µg.ml-1

    Klorofil b = (25,8 x Abs 649) (7,60 x Abs 665)

    = (25,8 x 0,88) – (7,60 x 0,115)

    = 2,2704 – 1,254

    = 1,02

    Total klorofil (a + b) = (6,10 x Abs 665) + (20,04 x Abs 649)

    = (6,10 x 0,115) + (20,04 x 0,088)

    = 1,0065 + 1,76352 = 2,77 µg.ml-1

  • 13

    LAMPIRAN

    Tabel ACC Kizah Musdalifah

  • 14

    Tabel ACC SULAM

  • 15

    DOKUMENTASI

    Gambar. 1 Menyiapkan Alat dan bahan

    Gambar. 2 Menimbang sampel seberat 0,5 gram

  • 16

    Gambar. 3 Menggerus halus sample

    Gambar. 4 Menambahkan nitrogen cair sambil di gerus sampai halus

  • 17

    Gambar. 5 Memberi larutan asam borat 3 ml

    Gambar. 6 Memasukkan pada ependorf

  • 18

    Gambar. 7 Mengocok sampai homogen

  • 19

    LITERATUR

    Atmanegara, P, dan B. M. Sukojo. 2013. Analisa Perbandingan Kandungan Klorofil

    Menggunakan Metode Mcari dan Tcari. Jurnal Teknik Pomits, 2(1): 1-6.

  • 20

    Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

  • 21

    Rahmawati, E., dan M. Sitanggang. 2006. Takhlukan Penyakit dengan Klorofil

    Alfafa. Bandung: AgroMedia.

  • 22

    Ai, N. S, dan Y. Banyo. 2012. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator

    Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah Sains, 11(2): 166-173.

  • 23

    Kumari, S. P. K., Y. S. Vani, V. Sridevi, M.M. V. Lakshmi. 2013. Separation and

    Observation of Plants Pigments in Fertilizers Effected Medicinal Plants Using

    Paper Chromatography. Ijesat, 2(2): 317-326.

  • 24

    Perwtasari, B., M. Tripatmasari,dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media Tanam

    dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica

    juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor, 5(1): 14-25.

  • 25

    Yudha, G. P., Z. A. Noli, dan M. Idris. 2013. Pertumbuhan Daun Angsana

    (Pterocarpus indicus Willd) dan Akumulasi Logam Timbal (Pb). Biologi

    Universitas Andalas, 2(2): 83-89.

  • 26

    Pratama, A. J.,dan A. N. Laily. 2015. Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli

    (Hedycuhium gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah

    Perkembanga Daun yang Berbeda. Agrotechnology, 2(1): 1-4.

  • 27

    Proklamasiningsih, E., I. D. Prijambada, D. Rachmawati, dan R. P. Sacayaningsih.

    2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil Kedelai pada Media Tanam

    Masam dengan Pemberian Garam Aluminium. Agrotrop, 2(1): 17-24.

  • 28

    Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan

    Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago Sativa), pada Tinggi Pemotongan

    dan Pemupukan Nitrogen yang Berbeda. Animal Agricultural, 2(1): 86-96.