pengukuran kandungan klorofil€¦ · klorofil dapat juga diperoleh dari daun yang begitu rimbun...
TRANSCRIPT
-
i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL
Oleh :
Golongan F/Kelompok 1B
1. Dika Probo P. (161510501011)
2. Kizah Musdalifah (161510501012)
3. Sulam (161510501013)
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
-
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan makhluk hidup yang sangat berperan di bumi sebab
mereka bisa melakukan produksi makanan secara mandiri dan mampu memproduksi
kandungan oksigen. Tumbuhan pada bagian daun yang merupakan organ yang berada
atau tumbuh pada batang yang nantinya akan menghasilkan karbohidrat dan oksigen
melalui konveksi energi dari cahaya menjadi kimia sehingga proses yang telah
dilakukan sebagai metabolisme dan kehidupan tanaman. Karbohidrat dan oksigen
tidak hanya berguna bagi tanaman akan tetapi berguna pula bagi makhluk hidup
lainnya karena nantinya akan menghasilkan kayu sebagai bahan rumah,kertas dan
terlebih lagi tanaman yang menghasilkan buah, serta tanaman akan menghasilkan
oksigen yang berguna sebagai pernafasan manusia.
Tanaman yang mampu menghasilkan makanan sendiri itu disebabkan karena
didalam bagian tanaman terdapat klorofil dengan berwarna hijau yang termasuk
dalam senyawa pada pigmen sehingga memiliki peran sebagai tempat proses
pengolahan fotosintesis, sehingga memiliki peran yang penting dalam
keberlangsungan hidup suatu tanaman. Hasil dari proses fotosintesis tersebut akan
menghasilkan glukosa yang nantinya akan diolah sendiri oleh zat atau enzim
tumbuhan. Fotosintesis tidak akan berjalan tanpa klorofil sebab klorofil perannya
sebagai penyerap cahaya matahari atau radiasi elektromagnetik dari luar untuk diolah
di dalam tubuh tanaman. Klorofil a dan b merupakan macam dari klorofil dengan
terdiri atas enzim sitokrom, hemoglobin, moglobin, dan molekul polfirin. Daun juga
memiliki senyawa pigmen lain seperti xantofil (berwarna kuning), karoten (berwarna
jingga), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman). Tanaman tingkat tinggi utamanya memiliki klorofil yang merupakan zat
hijau daun pada tanaman.
Peran dari klorofil sangat utama pada tanaman, akan tetapi terdapat pula
tanaman yang tidak mampu membentuk klorofil yang sempurna atau yang sering
-
2
disebut dengan abnormal pada saat etiolasi. Tanaman yang terserang hama dan
penyakit juga menyebabkan pertumbuhan atau pembentukan klorofil terganggu
sehingga tanaman yang tidak mampu untuk melakukan metabolisme tersebut akan
mati. Kandungan klorofil pada tanaman disini sifatnya sangat penting, terlebih
sebagai proses kelangsungan hidupnya dalam memproduksi makanan sendiri juga
sebagai bentuk produsen dalam penyebar oksigen di udara. Kandungan pigmen hijau
pada daun yang disebut sebagai klorofil sehingga kadar klorofil tersebut perlu untuk
diketahui, sehingga dilakukan praktikum kali ini sebagai pengetahuan dalam
pengukuran kadar klorofil menggunakan spektofotometer.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara dalam mengukur kadar klorofil menggunakan
spektofotometer
2. Mengetahui kadar klorofil pada setiap daun yang dibawa: belimbing, arbei,
tembakau, sirih, rhoedis color, dan singkong.
-
3
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA
Klorofil merupakan zat pembawa warna hijau atau sering kita sebut sebagai
zat yang berwana hijau. Klorofil memiliki peran penting dalam keberadaannya pada
daun. Peran penting klorofil pada daun yaitu sebagai tempat proses fotosintesis.
Tanaman yang memiliki klorofil tinggi yaitu tanaman alfalfa (Rahmayanti, 2006).
Klorofil ialah pigmen hijau yang mana pigmen tersbut merupakan tempat terjadinya
proses fotosintesis. Klorofil sendiri memiliki daya yang panjang gelombangnya yang
berwarna biru sebesar 400-500 nm. Panjang gelombang yang berwarna merah
memiliki panjang 600-680 nm. Nilai spektral reflektansi pada panjang gelombang
akan semakin tinggi maka tingkat kehijauan pada daun juga akan berpengaruh
samakin tinggi pula (Atmanegara, 2013).
Klorofil dapat juga diperoleh dari daun yang begitu rimbun atau lebat. Daun
rimbun dapat memperlancar proses fotosintesi pada daun dan daun sendiri dapat
menghasilkan makannya sendiri yang kemudian akan digunakan untuk proses
pertumbuhan selanjutnya. Klorofil juga dapat diperoleh dari nitrogen. daun yang
berwarna hijau kelam maka tanaman tersebut memiliki nitogen yang lebih. Daun
yang berwarna kuning pucat merupakan daun yang kekurangan nitrogen (Setyanti,
2013). Klorofil dapat terbentuk dari cahaya dan beberapa unsur lain. Unsur-unsur
lain pembentuk klorofil tersebut ialah unsur N, Mg dan lain-lain. unsur hara N dan
Mg dapat dikatakan sebagai unsur hara yang bersifat mobile. Unsur hara yang bersifat
mobile artinya unsur hara tersebut dapat bergerak sendiri tanpa bantuan apapun.
Unsur hara yang bersifat mobile ini dapat bergerak melalui jaringan floem yang mana
hal tersebut bergerak dari daun tua menuju daun yang lebih muda (Yudha, 2013).
Tanaman yang baik yaitu tanaman yang memiliki klorofil yang tinggi.
Klorofil berperan penting dalam proses penangkapan sinar cahaya matahari.
Penangkapan sinar cahaya matahari dapat menghasilkan suatu energi. Energi yang
dapat dihasilkan dari proses fotosintesi yaitu berupa ATP dan NADPH. Energi
-
4
tersebut nantinya akan digunakan kembali untuk proses pertumbuhan dan
melanjutkan proses fotosintesisnya (Proklamasiningsih, 2012).
Konsentrasi klorofil dapat menurun merupakan salah satu hal respon atau
tanggapan dari fisiologis tanaman itu sendiri. Fisiologis tersebut dapat berupa
kekurangannya air. Kekurangan air tersebut dapat mengakibatkan pembentukan
klorofil yang akan terhambat. Penyebab lain dari penurunan konsentrasi klorofil yaitu
turunnya suatu enzim rubisco, penyerapan unsur hara yang terhambat, dan dapat
berpengaruh pada nitrogen dan magnesium dalam perannya sebagai sintesis klorofil
(Ai, 2012). Tanaman yang dipupuk memiliki daun yang begitu cukup untuk
penyerapan karotenoid yang bergeser dari daerah biru pada spektrum daerah hijau
dan sebagian proses fotosintesis sekitar 500nm. Proses tersebut dapat berlangsung
akibat adanya karotenoid yang aktif, karotenoid sangat berperan aktif untuk
melindungi klorofil dari kerusakan saat proses oksidasi oleh oksigen pada penyinaran
yang cukup lama (Kumari, 2013).
-
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Agrobiosains acara 4 “Pengukuran Kandungan Klorofil”
dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 November 2017 pukul 15.30 – 18.00 WIB di lab
Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian-Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Mortar dan pestle (dinginkan sebelum digunakan)
2. Spektofotometer
3. Alat sentrifugasi
4. Mikropipet
5. Kertas karbon
3.2.1 Bahan
1. Daun Belimbing
2. Daun Arbei
3. Daun Tembakau
4. Daun Sirih
5. Daun Rhoedis color
6. Daun Singkong
7. 10mM Borate pH 8,0 (yang telah didinginkan)
8. Ethanol absolute (dingin 4°C )
9. Nitrogen cair
3.3 Cara kerja
1. Menimbang 0,5 gram jaringan daun segar dan masukkan ke dalam mortar yang
telah didinginkan sebelumnya.
-
6
2. Menambahkan nitrogen cair (bila perlu) ke dalam mortar dan gerus dengan pestle
sampai menjadi tepung.
3. Menambahkan 3 ml larutan 10 mM Borate pH 8,0 yang telah di dinginkan dan di
gerus lagi hingga semua tepung daun tersuspensi
4. Mengambil 40 μl suspense di atas dan masukkan ke dalam tabung mikro
sentrifugasi (eppendorf).
5. Menambahkan 960 μl ethanol absolute dingin 4°C , kemudian divorteks.
6. Menginkubasikan selama 30 menit pada suhu 4°C dalam keadaan gelap.
7. Melakukan sentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm suhu 4°C selama 5 menit.
8. Mengukur optical density (OD) menggunakan spekfotometer pada panjang
gelombang 649 rpm nm dan 665 nm.
9. Menghitung kandungan klorofil dengan rumus:
Klorofil a = (13,7 x Abs 665)-(5,76 x Abs 649)
= ........ μg ml-1
Klorofil b = (25,8 x Abs 649)-(7,60 x Abs 665)
= ........ μg ml-1
Total klorofil (a+b) = (6,10 x Abs 665)+(20,04 x Abs 649)
=..........μg ml-1
3.4 Variabel Pengamatan
Menghitung kandungan klorofil pada daun belimbing, arbei, tembakau, sirih,
rhoedis color, singkong
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan Praktikum, Selanjutnya akan
dianalisis menggunakan analisis data deskriptif.
-
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Grafik 1. Kandungan klorofil beberapa
daun
Keterangan :
Berdasarkan grafik di atas, disebutkan bahwa setiap daun memiliki kadar
klorofil yang berbeda, baik untuk klorofil a maupun klorofil b. Daun belimbing
memiliki kandungan klorofil total 2,77 µg.ml-1 yang terdiri atas klorofil a sebesar
1,75 dan klorofil b 1,02 µg.ml-1. Daun arbei memiliki total klorofil 7,03 µg.ml-1
dengan klorofil a dan b berturut-turut sebesar 4,42 dan 2,61 µg.ml-1 serta merupakan
daun yang memiliki kandungan klorofil total yang paling tinggi diantara daun-daun
yang lain. Daun tembakau memiliki kandungan klorofil tertinggi kedua setelah daun
arbei dengan totol klorofil 4,11 µg.ml-1, korofil a 2,55 µg.ml-1, dan klorofil b sebesar
1,56 µg.ml-1. Daun sirih memiliki kandungan klorofil paling sediki, dimana
-
8
kandungan totalnya hanya 0,89 µg.ml-1, klorofil a 0,47 µg.ml-1, dan klorofil b 0,42
µg.ml-1. Daun Rhuedis color berklorofil total sebesar 2,62 µg.ml-1 yang terdiri atas
klorofil a sebesar 1,58 µg.ml-1 dan klorofil b 1,04 µg.ml-1. Daun yang terkahir yaitu
daun singkong, dimana daun ini memiliki kandungan klorofil terendah kedua setelah
daun sirih dimana kandungan klorofil totalnya sebesar 1,67 µg.ml-1 klorofil a 1,05
µg.ml-1, dan klorofil b 0,62 µg.ml-1.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa klorofil yang
terkandung di dalam jaringan daun dapat diukur dengan beberapa langkah. Langkah
yang pertama dengan menyiapkan sampel daun segar dan menimbang sebesar 0,5
gram. Meletakkan daun ke mortar yang telah didinginkan selama waktu tertentu
selanjutnya menggerus dauntersebut hingga halus dengan pestle serta menambahkan
3 ml larutn 10 mM Borate ber-pH 8 sedikit demi sedekit sambil daun tersebut tetap
digerus agar semua tepung pada daun tersuspensi. Langkah selanjutnya mengambil
suspense dan memasukkanya ke tabung mikro setrifuge selanjutnya divorteks.
Sehubungan dengan terbatasnya alat di laboratorium sehingga hasil gerusan daun
tersebut cukup dikocok selama 30 menit sebagai pengganti dari sentrifugasi
menggunakan alat. Menambahkan ethanol kemudian memvorteksnya kembali
selanjutnya diinkubasi dan mengukur menggunakan spekfotometer denganpanjang
gelombang sebesar 649 dan 665.
Hasil pengukuran kadar klorofil melalaui analisis nilai absorbansi yang
diamati pada setiap sampel daun yang terdiri atas daun belimbing, arbei, tembakau,
sirih, Rhuedis color,dan singkong memiliki kandungan yang berbeda-beda. Hal
tersebut disebabkan karena pembentukan klorofil pada setiap daun dipengaruhi oleh
beberapa faktor sehingga ketika diukur kadar klorofil tersebut bervariasi. Faktor yang
mempengaruhi pembentukan klorofil pada daun diantaraya adalah faktor bawaan,
cahaya, oksigen, karbohidrat, nitrogen, magnesium dan besi, karboohidrat, unsur
mikro (Mn, Cu, dan Zn), air dan temperatur udara. Faktor bawaan yang dimaksud
-
9
adalah gen yang terbawa oleh tanamantersebut. Cahaya yang terlalu banyak hingga
melebihi ambang batas optimum berpengaruh buruk terhadap klorofil yang
terbentuk, karenasinar yang kuat akan merubah klorofil hijau menjadi kekuning-
kuningan karena proses fotosintesis bergeser dari kloroplas ke kromoplas
(Dwidjiseputro,1980).
Oksigen dan karbohidrat sangat penting pada pembentukan klorofil ketika
tanaman ditempatkan di keadaan yang gelap, karena tanaman yang diletakkan di
tempat gelap (etiolasi) tidak akan membentuk klorofil apabila ditambahkan oksigen
dan karbohidrat. Zat yang harus ada ketika proses pembentukan klorofil adalah
nitrogen, magnesium dan besi karena tanpa zat tersebut tanaman akan klorosis begitu
jika tidak ada zat Mn, Cu, dan Zn dalam proses tersebut. Tanaman yang kekurangan
zat-zat tersebut sebagai nutrisinya akan tumbuh tidak tidak normal karena kebutuhan
nutrisinya tidak terpenuhi (Perwtasari, 2012).
Klorofil yang dihasilkan pada daun yang berusia muda masih berupa
protoklorofil. Protoklorofil ini hampir mirip dengan klorofil a dan pada daun
protoklorofil berubah warna menjadi hijau setelah mengalami transformasi
protoklorofil. Klorofil yang letaknya di tengah daun dan pangkal jumlahnya akan
berbeda dengan yang berada di ujung daun, dimana pada bagian tengah dan pangkal
jumlah kandungannya lebih besar daripada di ujung daunnya. Klorofil tersebut akan
mengalami sintesis melalui proses fotoreduksi protoklorofil sehingga menjadi klorofil
a yang diikuti oleh proses esterifikasi fitol hingga benar-benar berubah mebentuk
klorofil a. Klorofil yang berada di pangkal daun memiliki jumlah terbesar karena
terjadi sistesis dari klorofil b menjadi klorofil a. Klorofilb akan berlanjut mengalami
sistesis seiring berkembangnya daun yang dapat dibuktikan dengan tanda berubahnya
daun hijau muda menjadi hijau tua yang memiliki kandungan klorofil dengan jumlah
72 % lebih besar dari kandungan klorofil pada daun yang masih berusia muda
(Pratama dan Laily, 2015).
-
10
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kandungan klorofil pada daun dapat diketahui dan diukur dengan
Spektofometer
2. Kandungan klorofil antara daun yang satu dengan yang lain memiliki jumlah
berbeda-beda yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
3. Kandungan klorofil pada daun arbei memiliki jumlah paling tinggi daripada
daun lain yang dibawa ketika praktikum.
4. Klorofil pada daun terdiri atas klorofil a dan klorofil b.
5. Kandungan klorofil yang letaknya di tengah dan pangkal daun memiliki
jumlah lebih banyak daripada di bagian ujung daun.
6. Klorofil pada daun yag usiannya lebih tua memiliki kadungan yang lebih
besar daripada usia muda.
5.2 Saran
Sebaiknya prosedur praktikum dilakukan sesuai dengan yang ada di modul
dengan alat dan bahan yang sesuai pula sehingga praktikan tidak mengawang-awang
ketika metode yang diterapkan sedikit berbeda dengan di modul.
-
11
DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S, dan Y. Banyo. 2012. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah Sains, 11(2): 166-173.
Atmanegara, P., dan B. M. Sukojo. 2013. Analisa Perbandingan Kandungan Klorofil
Menggunakan Metode Mcari dan Tcari. Teknik Pomits, 2(1): 1-6.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Kumari, S. P. K., Y. S. Vani, V. Sridevi, M.M. V. Lakshmi. 2013. Separation and
Observation of Plants Pigments in Fertilizers Effected Medicinal Plants Using
Paper Chromatography. Ijesat, 2(2): 317-326.
Perwtasari, B., M. Tripatmasari,dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media Tanam
dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica
juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor, 5(1): 14-25.
Pratama, A. J.,dan A. N. Laily. 2015. Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli
(Hedycuhium gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah
Perkembanga Daun yang Berbeda. Agrotechnology, 2(1): 1-4.
Proklamasiningsih, E., I. D. Prijambada, D. Rachmawati, dan R. P. Sacayaningsih.
2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil Kedelai pada Media Tanam
Masam dengan Pemberian Garam Aluminium. Agrotrop, 2(1): 17-24.
Rahmawati, E., dan M. Sitanggang. 2006. Takhlukan Penyakit dengan Klorofil Alfafa.
Bandung: AgroMedia.
Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan
Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago Sativa), pada Tinggi Pemotongan
dan Pemupukan Nitrogen yang Berbeda. Animal Agricultural, 2(1): 86-96.
Yudha, G. P., Z. A. Noli, dan M. Idris. 2013. Pertumbuhan Daun Angsana
(Pterocarpus indicus Willd) dan Akumulasi Logam Timbal (Pb). Biologi
Universitas Andalas, 2(2): 83-89.
-
12
LAMPIRAN DATA
Tabel 1. Tabel kandungan klorofil
No. Sampel Absorbansi (µg.ml-1)
A b
1. Daun belimbing 1,75 1,02
2. Daun Arbei 4,42 2,61
3. Daun Tembakau 2,55 1,56
4. Daun Sirih 0,47 0,42
5. Daun Rhuedis color 1,58 1,04
6. Daun Singkong 1,05 0,62
Perhitungan :
Abs 649 = 0,116 – 0,028 = 0,088
Abs 665 = 0,194 – 0,029 = 0,115
Klorofil a = (13,7 x Abs 665) – (5,76 x Abs 649)
= (13,7 x 0,165) – (576 x 0,088)
= 2,2605 – 0,50688
= 1,75 µg.ml-1
Klorofil b = (25,8 x Abs 649) (7,60 x Abs 665)
= (25,8 x 0,88) – (7,60 x 0,115)
= 2,2704 – 1,254
= 1,02
Total klorofil (a + b) = (6,10 x Abs 665) + (20,04 x Abs 649)
= (6,10 x 0,115) + (20,04 x 0,088)
= 1,0065 + 1,76352 = 2,77 µg.ml-1
-
13
LAMPIRAN
Tabel ACC Kizah Musdalifah
-
14
Tabel ACC SULAM
-
15
DOKUMENTASI
Gambar. 1 Menyiapkan Alat dan bahan
Gambar. 2 Menimbang sampel seberat 0,5 gram
-
16
Gambar. 3 Menggerus halus sample
Gambar. 4 Menambahkan nitrogen cair sambil di gerus sampai halus
-
17
Gambar. 5 Memberi larutan asam borat 3 ml
Gambar. 6 Memasukkan pada ependorf
-
18
Gambar. 7 Mengocok sampai homogen
-
19
LITERATUR
Atmanegara, P, dan B. M. Sukojo. 2013. Analisa Perbandingan Kandungan Klorofil
Menggunakan Metode Mcari dan Tcari. Jurnal Teknik Pomits, 2(1): 1-6.
-
20
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
-
21
Rahmawati, E., dan M. Sitanggang. 2006. Takhlukan Penyakit dengan Klorofil
Alfafa. Bandung: AgroMedia.
-
22
Ai, N. S, dan Y. Banyo. 2012. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah Sains, 11(2): 166-173.
-
23
Kumari, S. P. K., Y. S. Vani, V. Sridevi, M.M. V. Lakshmi. 2013. Separation and
Observation of Plants Pigments in Fertilizers Effected Medicinal Plants Using
Paper Chromatography. Ijesat, 2(2): 317-326.
-
24
Perwtasari, B., M. Tripatmasari,dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media Tanam
dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica
juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor, 5(1): 14-25.
-
25
Yudha, G. P., Z. A. Noli, dan M. Idris. 2013. Pertumbuhan Daun Angsana
(Pterocarpus indicus Willd) dan Akumulasi Logam Timbal (Pb). Biologi
Universitas Andalas, 2(2): 83-89.
-
26
Pratama, A. J.,dan A. N. Laily. 2015. Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli
(Hedycuhium gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah
Perkembanga Daun yang Berbeda. Agrotechnology, 2(1): 1-4.
-
27
Proklamasiningsih, E., I. D. Prijambada, D. Rachmawati, dan R. P. Sacayaningsih.
2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil Kedelai pada Media Tanam
Masam dengan Pemberian Garam Aluminium. Agrotrop, 2(1): 17-24.
-
28
Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan
Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago Sativa), pada Tinggi Pemotongan
dan Pemupukan Nitrogen yang Berbeda. Animal Agricultural, 2(1): 86-96.