pengukuran koefisien absorpsi bunyi dari bahan ampas …€¦ · program studi : pendidikan fisika...
TRANSCRIPT
1
PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU
DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL
Oleh:
Arif Widihantoro
NIM: 192008023
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika,
Fakultas Sains dan Matematikaguna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
memperoleh gelarSarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2
3
2013PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Arif Widihantoro
NIM : 192008023
Program Studi : Pendidikan Fisika
Fakultas : Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU
DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL
Yang dibimbing oleh:
1. Adita Sutresno, S.Si, M.Sc.
2. Nur Aji Wibowo, S.Si, M.Si.
adalah benar-benar karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya
sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 12 September 2013
Yang memberi pernyataan,
Arif Widihantoro
4
5
MOTO RAWE RAWE RANTAS
MALANG MALANG PUTUNG
KEBAHAGIAAN TERBESAR AKAN TERASA KETIKA KITA DAPAT
MEMBAHAGIAKAN ORANGTUA
6
PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS
TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL
Arif Widihantoro1, Nur Aji Wibowo,1,2
Adita Sutresno1,2*
1Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
2Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia
*e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Dalam penelitian ini digunakan bahan ampas tebu yang dipres diletakkan kedalam ruang
akustik kecil kesemua sisi kotak. Alat multi-instrument digunakan untuk mendapatkan
rekaman waktu dengung tanpa bahan sebagai acuan dengan bahan uji akustik untuk
mencari hasil koefisien absorpsi. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam microsoft office
excel. Persamaan sabine digunakan untuk menghitung koefisien absorpsi yang dihasilkan
pada masing-masing bahan. Dari perhitungan didapatkan hasil koefisien absorpsi yang
berbeda-beda dari rentang frekuensi 1/3 oktaf. Peningkatan koefisien absorpsi terjadi pada
penambahan bahan dan Penambahan masa jenis bahan. Hasil koefisien absorpsi terhadap
frekuensi dapat dilihat dalam tabel dan grafik.
Kata kunci: koefisien absorpsi bunyi, persamaan sabine
7
1. PENDAHULUAN
Saat ini telah banyak upaya yang dilakukan untuk dapat mereduksi kebisingan pada suatu
ruangan yaitu dengan menggunakan bahan-bahan peredam dan penyerap suara. Bahan
tersebut dalam suatu bangunan biasanya berperan sebagai panel akustik yang dipasang
menjadi dinding pemisah (partisi) dan plafon. Bahan yang telah diketahui dan banyak
digunakan sebagai penyerap dan peredam suara antara lain glasswool, rockwool, dan bahan
ligno-cellulose. Bahan ligno-cellulose yang diketahui memiliki sifat penyerapan yang baik
adalah sekam padi, jerami, serat rami, dan sabut kelapa [1]. Bahan lain yang mengandung
ligno-cellulose yaitu Ampas tebu yang sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang
seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 0,02 mm, sehingga ampas tebu ini
dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan dan bahan peredam
alami [1].
Pada dasarnya sebuah bahan peredam berfungsi untuk meredam bunyi yang keluar atau
masuk ruangan, khususnya untuk meredam bunyi yang bising yang dapat mengganggu serta
meresahkan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
Kebisingan juga dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak disukai oleh orang, bunyi yang
mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan [8].
Untuk mengurangi kebisingan dalam suatu ruangan digunakan bahan yang bersifat ligno-
cellulose yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan absorpsi bunyi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui koefisisen absorpsi bunyi dari bahan ampas tebu dalam suatu ruang
absorpsi kecil dengan ukuran 1 m3.
2. DASAR TEORI
2.1 Pengertian Akustik
Akustik adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bunyi. Dimana bunyi
merambat melalui suatu medium yang berasal dari sumber bunyi ke penerima [3,4,7].
2.2 Absorbsi Bunyi (Penyerapan Bunyi)
Ketika bunyi menumbuk pada permukaan bahan yang lembut dan berpori, bunyi akan
diserap oleh permukaan, sehingga permukaan tersebut disebut penyerap bunyi. Bahan-bahan
tersebut menyerap bunyi sampai batas tertentu, namun pengendalian akustik yang baik
dibutuhkan daya serap bunyi yang besar. Lapisan permukaan dinding, lantai, langit-langit, isi
8
ruang seperti penonton dan bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak, karpet serta serta
udara dalam ruang dapat dikategorikan sebagai bahan penyerap bunyi [2].
2.3 Waktu Dengung Sabine
Fisikawan yang berasal dari Amerika pertama kali melakukan penelitian untuk
menentukan waktu rata-rata peluruhan bunyi adalah Wallace Clement Sabine sekitar tahun
1898. Dengan penelitian ini Sabine menemukan bahwa semakin besar volume ruang ( V ),
waktu dengungnya ( T ) semakin panjang. Sebaliknya, semakin banyak bahan absorpsi yang
berada didalam ruang maka waktu dengungnya semakin pendek. Secara matematis
pesamaannya sebagai berikut:
VT K
A
(1)
dengan T adalah waktu dengung (s), V adalah volume ruang (m3), A adalah total penyerapan
ruang sabine (S1α1 + S2α2 + S3α3 +...+ Sn αn ), Sn adalah luas permukaan bahan dengan
koefisien absorpsi αn (m2), αn adalah koefisien absorpsi bahan, K adalah konstanta
kesebandingan (s/m).
Pengukuran waktu dengung yang diteliti oleh sabine terhadap beberapa ruang tertutup
memiliki karakteristik yang tidak sama, didapatkan nilai konstanta kesebandingan (K)
0,16 (s/m). Dengan demikian rumus waktu dengung sabine dapat ditulis sebagai berikut
A
VT 16,01 (2)
Pada saat ruang dalam keadaan kosong (tanpa bahan absorpsi), waktu dengungnya
Dinyatakan dalam persamaan dibawah ini [4,5].
A
VT 16,01
(3)
Pada saat ruang dilapisi bahan absorpsi, maka waktu dengung ruang berubah menjadi:
AA
VT
16,02
(4)
2
16,0
T
VAA
(5)
1
16,0
T
VA
(6)
9
AT
VA
2
16,0
(7)
12
16,016,0
T
V
T
VA
(8)
12
1116,0
TTVA
(9)
dengan T1 adalah waktu dengung ruang (sekon), T2 adalah waktu dengung ruang dengan bahan
(sekon), A adalah total penyerapan ruang.
Sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut [3] :
S
A
(10)
Dengan α adalah koefisien absorpsi bunyi, S adalah luas permukaan bahan (m2).
3. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, bahan yang digunakan adalah ampas tebu yang disusun menjadi
bujur sangkar seperti pada Gambar 3.1, 4.1. 4 bahan ampas tebu dipasang pada salah satu sisi
kedalam ruang absorpsi kecil dengan dimensi 1 m × 1 m × 1 m . Alat yang digunakan untuk
pengukuran yaitu mikrofone sebagai penerima, speaker sebagai sumber bunyi, amplifier serta
multi– Instrument. Setelah semua data pengukuran direkam, data tersebut diambil dan
dimasukan kedalam Microsoft Office Excel.
Gambar 3.1 Skema penyusunan bahan uji pada tiap dinding.
Gambar 3.2. Skema pengukuran awal tanpa bahan
Laptop
Amplifier
Mikrofone Multi Instrument
Speaker
10
3.1 Teknik Pengambilan Data
Nilai T1 diukur pada saat ruang dalam keadaan kosong atau tanpa bahan absorpsi. Dari
data T1 kemudian mengambil nilai T2 pada saat ruang sudah dilapisi bahan absorpsi.
Langkah berikutnya mengukur nilai T2. Pengukuran nilai T2 hampir sama dengan
pengukuran nilai T1. Hanya saja nilai T2 diukur pada saat ruang dipasang bahan atau dilapisi
bahan absorpsi, pengolahan data yang diperoleh dengan Microsoft Office Excel. Dengan
frekuensi yang digunakan untuk mengukur waktu dengung pada ruang tanpa bahan dan
dengan bahan yaitu 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 800 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz dalam
1/3 oktaf.
Proses pemasangan bahan absorpsi dalam ruang absorpsi kecil yaitu tempelkan bahan
absorpsi ampas tebu yang sudah disusun menjadi bujur sangkar ke dalam ruang pada sisi
pertama, setelah pengambilan data selesai untuk sisi pertama, langkah selanjutnya bahan
absorpsi ditambah dan tempelkan pada sisi kedua, kemudian ulangi langkah pemasangan
bahan absorpsi berikutnya hingga ke lima sisi.
Untuk mencari nilai koefisien absorpsi bunyi (α) digunakan persamaan sabine yaitu total
penyerapan ruang dibagi dengan luas permukaan bahan.
4. PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh penambahan dan pemasangan bahan akustik terhadap nilai koefisien
penyerapan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ampas tebu didapatkan tabel dan grafik koefisien
absorpsi bunyi terhadap frekuensi 1/3 oktaf dan pemasangan bahan uji didalam ruang akustik
pada dinding seperti dibawah ini :
Gambar 4.1 Skema Penyusunan bahan uji pada tiap dinding.
11
Tabel IV.I Frekuensi dan Koefisien absorpsi dari 1- 5 bahan
Frekuensi (Hz)
Bahan
1 2 3 4 5
α
125 0,06 0,34 0,41 0,57 0,65
250 0,009 0,11 0,6 0,8 0,96
500 0,25 0,27 0,36 0,58 0,96
800 0,32 0,35 0,42 0,82 0,92
1000 0,18 0,26 0,33 0,6 0,8
2000 0,17 0,17 0,83 0,92 0,95
4000 0,27 0,65 0,68 0,79 0,98
Berdasarkan Tabel IV.I dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien absorpsi yang didapatkan
dari frekuensi 1/3 oktaf bervariasi artinya dari 1 bahan sampai 5 bahan, memilki nilai koefisien
absorpsi tiap frekuensi berbeda-beda.
Hasil penelitian pada penambahan bahan akustik ampas tebu dalam kotak meningkatkan
nilai koefisien absorpsi dari 1 bahan hingga 5 bahan pada frekuensi 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz,
800 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz. Salah satunya seperti nilai koefisien absorpsi 1 bahan
pada frekuensi 125 Hz sebesar (α) = 0,06 lebih kecil dibandingkan dengan nilai koefisien
absorpsi 2 bahan pada frekuensi 125 Hz sebesar (α) = 0,34 sedangkan frekuensi 125 Hz pada 3
bahan memiliki nilai koefisien absorpsi (α) sebesar = 0,41 lebih besar dari 1 bahan dan 2
bahan. Selain itu, nilai koefisien absorpsi untuk 4 bahan dari frekuensi 125 Hz (α) sebesar =
0,57 relatif lebih besar dari 1, 2, dan 3 bahan. Jika dibandingkan dengan nilai koefisien
absorpsi 5 bahan pada frekuensi 125 Hz (α) yaitu = 0,65 relatif lebih besar. Jadi semakin
banyak bahan yang diuji maka semakin besar nilai koefisien absorpsinya.
12
Gambar 4.2. Pengaruh Frekuensi terhadap koefisien absorpsi (ket: 1bahan, 2bahan,
3bahan, 4bahan, 5bahan, α = absorpsi )
Dari Gambar 4.2 koefisien absorpsi dari 1 bahan, lebih kecil dari 2 bahan, lebih kecil dari 3
bahan, lebih kecil dari 4 bahan, lebih kecil dari 5 bahan. Jadi koefisien absorpsi yang paling
besar tedapat pada 5 bahan pada masing – masing frekuensi.
4.2 Pengaruh penambahan bahan akustik dan pemasangan bahan akustik terhadap nilai
koefisien penyerapan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ampas tebu didapatkan Tabel IV.II dan Gambar
4.3 koefisien absorpsi bunyi terhadap frekuensi 1/3 oktaf seperti dibawah ini :
Gambar 4.2 Skema Pemasangan bahan uji pada tiap dinding.
13
Tabel IV.II. Pengaruh Frekuensi dan Koefisien absorpsi dari 1-5 bahan
Frekuensi (Hz)
Bahan
1 2 3 4 5
α
125 0,23 0,36 0,49 0,51 0,88
250 0,26 0,52 0,59 0,6 0,87
500 0,23 0,36 0,47 0,54 0,71
800 0,54 0,61 0,62 0,76 0,78
1000 0,31 0,56 0,72 0,73 0,76
2000 0,36 0,47 0,65 0,83 0,88
4000 0,35 0,49 0,84 0,85 0,95
Berdasarkan Tabel IV.II dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien absorpsi yang didapatkan
dari frekuensi 1/3 oktaf bervariasi; artinya dari 1 bahan sampai 5 bahan, memiliki nilai
koefisien absorpsi tiap frekuensi berbeda-beda. Hasil penelitian pada penambahan bahan
akustik ampas tebu dalam kotak meningkatkan nilai koefisien absorpsi dari 1 bahan hingga 5
bahan pada frekuensi 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 800 Hz, 1000Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz.
Salah satunya seperti nilai koefisien absorpsi 1 bahan pada frekuensi 125 Hz (α) sebesar =
0,23 lebih kecil dibandingkan dengan nilai koefisien absorpsi 2 bahan pada frekuensi 125 Hz
(α) sebesar = 0,36 sedangkan frekuensi 125 Hz pada 3 bahan memiliki nilai koefisien
absorpsi (α) sebesar = 0,49 lebih besar dari 1 bahan dan 2 bahan. Selain itu, nilai koefisien
absorpsi untuk 4 bahan dari frekuensi 125Hz (α) sebesar = 0,51 relatif lebih besar dari 1, 2,
dan 3 bahan. Jika dibandingkan dengan nilai koefisien absorpsi 5 bahan pada frekuensi 125
Hz (α) yaitu = 0,88 relatif lebih besar. Jadi semakin banyak bahan yang diuji maka semakin
besar nilai koefisien absorpsinya.
Gambar 4.3. Pengaruh Frekuensi terhadap Koefisien absorpsi (ket : 1bahan, 2bahan,
3bahan, 4bahan, 5bahan,α= absorpsi )
14
Dari Gambar 4.3 koefisien absorpsi dari 1 bahan, lebih kecil dari 2 bahan, lebih kecil dari
3 bahan, lebih kecil dari 4 bahan, lebih kecil dari 5 bahan. Jadi koefisien yang paling besar
tedapat pada 5 bahan pada masing – masing frekuensi.
4.3 Pengaruh masa jenis bahan akustik terhadap nilai koefisien absorpsi.
Hasil pengujian sampel bahan akustik ampas tebu dengan penambahan kerapatan masa
disajikan pada Gambar 4.4. penambahan serat ampas tebu mampu meningkatkan nilai koefisien
penyerapan suara pada rentang frekuensi 125 Hz hingga 1000 Hz dan 4000 Hz. Peningkatan
Nilai koefisien penyerap suara tertinggi dicapai pada frekuensi 1000 Hz dengan masa jenis
0,25 gr/cm3.
Gambar 4.4. Pengaruh Frekuensi terhadap Koefisien absorpsi (ket: rapat masa 0,159gr/cm3,
rapat masa 0,18gr/cm3, rapat masa 0,23gr/cm3, rapat masa 0,25,gr/cm3
Dari Gambar 4.4 masa jenis sampel mempengaruhi nilai koefisien serap bunyi (α) semakin
besar nilai masa jenisnya semakin besar pula nilai koefisien serap bunyinya (α).
15
5.KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. penambahan bahan akustik memberi pengaruh terhadap koefisien absorpsi bunyi karna
semakin luas bahan akustik semakin besar pula penyerapan bunyinya.
2. peningkatan nilai koefisien absorpsi terjadi pada penambahan bahan akustik ampas tebu
dari bahan 1 hingga 5 bahan.
3. koefisien peyerapan bunyi bahan akustik ampas tebu dengan masa jenis yang berbeda-beda
mempengaruhi penyerapan bunyinya karna semakin besar masa jenisnya semakin besar
pula penyerapan bunyinya.
4. serat alami yang berasal dari ampas tebu memiliki nilai ekonomis dan ramah lingkungan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Metalurgical Physics. 2011. Pengaruh Komposisi Serat Nanas Terhadap Koefisien
Penyerapan Bunyi [skripsi]. FMIPA UNP, Padang http://wahyudilhayat.blogspot.com [14
mei 2012]
2. Doelle, Leslie E. 1990. Akustik Lingkungan. Erlangga, Jakarta.
3. Gabriel J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Hipokrates, Jakarta.
4. Lord, P., dan Templeton, D.2001. Detail Akustik. Erlangga, Jakarta.
5. Anonimous. 1985. Acoustik Measurement of Sound Absorption in a Reverberation Room.
ISO 34.
6. Rizky A. M, Rista D. P. Waktu Dengung Sabine. Erlangga, Jakarta.
7. Rossing, Thomas D. 2007. Spinger Handbook of Acoustics. New York : Springer.
8. Lee, Y and Changwhan Joo. 2003. Sound Absorption Properties of Recyled Polyester
fibrous Assembly Absorbers ( AUTEX research Journal Vol.3, no2, June 2003)
17