pengunyahan
DESCRIPTION
pengunyahanTRANSCRIPT
BLOK BASIC MEDICAL SCIENCE 2
SELF LEARNING REPORT
SMALL GROUP DISCUSSION 2
MEKANISME MENGUNYAH, FISIOLOGI GLANDULA SALIVA DAN
PENELANAN
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
Arief Budiman
G1G 013 046
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2014
Mekanisme Pengunyahan, Fisiologi Glandula Salivarius, dan Mekanisme
Penelanan
A. Mekanisme Pengunyahan
Pengunyahan adalah suatu proses penghancuran makanan di dalam mulut
dengan bantuan saliva yang dihasilakn oleh kelenjar saliva sehingga merubah
ukuran makanan menjadi bolus yang mudah untuk ditelan. Penghancuran
makanan ini dilakukan oleh gigi-geligi dengan bantuan otot-otot pengunyahan dan
pergerakan kondilus mandibula melalui artikulasi temporomandibula. Gerakan
artikulasi temporomandibula adalah gerakan kapitulu mandibula yang terjadi pada
waktu mengunyah seperti gerakan memajukan mandibula, memundurkan
mandibula, dan gerakan kesamping kanan dan kiri mandibula (Andriyani, 2001).
Tujuan mengunyah menurut Sherwood (2001) yaitu:
1. Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan yang lebih kecil
untuk mempermudah proses menelan.
2. Mencampur makanan dengan saliva.
3. Merangsang papila pengecap yang secara refleks memicu sekresi saliva,
lambung, pankreas, dan empedu untuk mempersiapkan proses berikutnya
Awalnya, bolus makanan menghambat refleks otot untuk mengunyah yang
menyebabkan rahang bawah turun. Hal ini menimbulkan refleks regang pada
otot-otot rahang bawah yang menimbulkan kontraksi rebound, sehingga secara
otomatis rahang bawah terangkat kemudian terjadi oklusi gigi namun menekan
bolus melawan dinding mulut. Rahang bawah kembali turun dan mengalami
rebound, hal ini terjadi berulang kali selama proses mengunyah (Guyton dan
Hall, 2008).
Guyton dan Hall (2008) menambahkan, pengunyahan mempercepat pencernaan
makanan karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan
partikel makanan, memudahkan pengosongan makanan dari lambung ke usus
halus lalu ke semua segmen usus berikutnya.
Otot-otot yang berkerja saat proses pengunyahan adalah m. masseter, m.
temporalis, m. pterygoideus lateralis, m. pterygoideus mendalis. Otot
pengunyahan tambahan seperti m. mylohyoideus, m. geniohyoideus, m.
stylohyoideus, m. infrahyiodeus, m. buksinator, dan labium oris (Andriyani,
2001).
Gerakan saat membuka mandibula otot yang berkerja adalah m.
pterygoideus lateralis dan pada saat bersamaan m. temporalis, m. masseter, dan m.
pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar tidak melakukan
aktivitas selama mulut terbuka. Gerakan menutup mandibula disebabkan oleh m.
masseter, m. temporalis, dan m. pterygoideus medialis. Ketika mandibula
menutup perlahan, m. temporalis dan m. masseter juga berkontraksi membantu
gigi-geligi saat oklusi normal (Andriyani, 2001).
Lidah berperan penting dalam proses pengunyahan, karena berfungsi
membawa makanan diantara oklusal gigi, membuang benda asing dalam
makanan, merasakan makanan, dan membawa bolus ke palatum sebelum ditelan.
Lidah juga berperan dalam membersihan rongga mulut, menghilangkan debris
pada gingiva, vestibulum, dan dasar mulut (Andriyani, 2001).
Nervus yang menginervasi saat proses pengunyahan terdapat pada
lidah, mulut, bibir dan mandibular.
Persarafan pada lidah dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Saraf sensoris :
Duapertiga anterior oleh nervus lingualis dan sepertiga posterior oleh
nervus lingualis, glosofaring dan vagus
b. Saraf pengecap :
Duapertiga anterior oleh serabut-serabut nervus fasialis, dan satupertiga
posterior oleh nervus glosofaring
c. Saraf motorik :
Mempersarafi otot-otot lidah yaitu otot stiloglosus, hioglosus dan
genioglosus
Pada mandibular, mulut dan bibir oleh n. V.2 (maksilaris) sebagai saraf
sensorik. Pada bibir dan mulut, inervasi saraf motorik oleh n. VII (facialis)
dan percabangannya.
B. Glandula Salivarius
Saliva adalah suatu cairan yang sangat penting di rongga mulut. Saliva
diproduksi di kelenjar saliva yang berbeda-beda tergantung kelenjar saliva yang
menghasilkan. Kelenjar saliva terdiri dari sel asinar, sistem ductus, sel myoepitel,
sistem saraf dan jaringan ikat. Secara anatomis kelenjar saliva dibagi dua
kelompok yaitu :
1. Kelenjar saliva mayor
Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar yang paling banyak diproduksi dan
ditemui berpasangan yang terletak diekstraoral dan memiliki ductus yang sangat
panjang. Struktur anatomis kelenjar saliva mayor dibagi tiga tipe yaitu: parotis,
submandibularis, dan sublingual.
a. Kelenjar parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dibandingkan
kelenjar saliva lainnya. Kelenjar ini terletak di bawah telinga. Kelenjar ini
memiliki ductus utama yaitu ductus Stensen, ductus ini berjalan menembus
pipi dan bermuara pada vestibulum, dan kelenjar ini terbungkus oleh suatu
kapsul dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfasialis,
vena retromandibular, dan nervus fasialis.
b. Kelenjar submandibularis
Kelenjar submandibularis berbentuk seperti kacang dan terdapat
arteri fasialis yang melekat pada kelenjar ini. Kelenjar ini terletak di dasar
mulut. Kelenjar submandibularis memiliki ductus Wharton yang bermuara
di ujung lidah.
c. Kelenjar sublingual
Kelenjar sublingal terletak diantar dasar mulut dan muskulus
mylohyoid dan merupakan kelenjar paling kecil di antara kelenjar mayor
lainnya. Kelenjar ini memiliki ductus Bartholin dan tidak memiliki kapsul
yang melindunginnya.
2. Kelenjar saliva minor
Kelenjar saliva minor dapat ditemui hampir seluruh epitel dibawah rongga
mulut dan merupakan unit sekresi kecil. Kelenjar saliva minor tidak memiliki
kapsul yang jelas seperti kelenjar saliva mayor. Menurut Short (2002), kelenjar
saliva minor memiliki lima tipe yaitu:
a. Kelenjar labial
Kelejar ini terletak di submukosa bibir, banyak ditemui pada
midline dan mempunyai banyak ductus
b. Kelenjar bukal
Kelenjar ini terletak di pipi, kelenjar ini hampir sama dengan
kelenjar labial.
c. Kelenjar glossopalatina
Kelenjar ini terletak di dalam isthimus dari lipatan glossopalatina
dan meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang
ada di palatum molle.
d. Kelenjar palatina
Kelenjar ini ditemui di sepertiga posterior palatal dan palatum
molle.
e. Kelenjar lingual
Kelenjar ini dapat dikelompokan beberapa tipe yaitu: kelenjar
anterior lingual, kelenjar lingual Van Ebner, dan kelenjar posterior lingual.
Kelenjar saliva merupakan kelenjar eksokrin yang berperan
penting dalam kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mayor dan minor
menghasilkan saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang
diterimanya. Rangsangan ini dapat berupa rangasngan mekanis, kimiawi
( manis, asam, pahit, dan asin), neural, psikis ( enosi dan stress), dan
rangsangan sakit. Sekresi saliva normal oleh semua kelenjar kira-kira 1-
1,5 liter perhari
C. Mekanisme Penelanan
Proses penelanan adalah proses yang terkoordinasi yang melibatkan
beberapa macam otot-otot dalam mulut, otot palatum lunak, otot faring, dan otot
laring. Aktifitas otot penelanan dimulai dari kerja volunter dan kemudian berubah
menjadi reflek involunter.
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap bukal, tahap
faringeal dan tahap esophageal. Aktivitas otot penelanan dimulai dengan kerja
secara volunter dan akan berubah menjadi refleks involunter. Refleks lain yang
dapat terjadi pada aktivitas penelanan adalah batuk, muntah dan menghisap,
diakibatkan rangsangan-rangsangan sensorik (Andriyani, 2001).
1. Tahap Bukal atau Tahap Volunter
Setelah makanan dikunyah dan berbentuk bolus, pergerakan
vertical lidah akan mendorong bolus kearah isthmus faucium. Isthmus
faucium merupakan daerah paling dorsal kavum oris yang dibatasi oleh
palatum bagian superior dan bagian inferior oleh radiks lidah. Pada waktu
makanan melewati isthmus faucium muskulus palatoglossus berkontraksi
menyempitkan isthmus faucium sehingga mencegah kembalinya makanan
ke dalam rongga mulut. Setelah makanan sampai pada orofaring dengan
diikuti oleh kontraksi muskulus levator dan muskulus tensor veli palatini
dibantu oleh muskulus palatofaringeus sehinggga menutup hubungan
antara nasofaring dan orofaring. Keadaan ini terjadi agar makanan tidak
masuk ke dalam nasofaring menuju hidung akan tetapi makanan akan
terdorong ke dalam orofaring (Andriyani, 2001).
2. Tahap Faringeal atau Tahap Involunter
Pada tahap ini faring mulai berperan, yaitu muskulus
stylofaringeus dan muskulus palatofaringeus berkontraksi sehingga
menarik faring kea rah cranial yang memungkinkan makanan terdororng
kearah laringofaring. Pada saat yang bersamaan otot-otot laring yaitu
muskulus aritenoideus obliqus dan muskulus transversus serta muskulus
krikoariteniodeus lateral berkontraksi yang menyebabkan penyempitan
aditus laringis. Kedua kartilago aritenoidea pada saat ini berkontraksi,
kemudian tertarik dan saling mendekati sampai bertemu dengan epiglotis,
rima glotidis tertutup sehingga makanan tidak masuk kedalam laring tetapi
berada dalam laringofaring (Andriyani, 2001).
3. Tahap Esofageal
Pada tahap ini muskulus konstriktor faring berkontraksi bergantian
dari atske bawah mendorong bolus makanan ke bawah melewati laring.
Dengan terangkatnya laring dan relaksasi sfingter faringoesofageal,
seluruh otot-otot dinding faring berkontraksi. Makanan yang telah
memasuki esophagus akan dialirkan ke lambung melalui gerak peristaltic.
Gerak peristaltic esophagus ada dua tipe, yaitu: peristaltic primer dan
peristaltic sekunder. Gerak peristaltic primer merupakan gelombang
peristaltik yang mendorong makanan di faring menuju esophagus selama
tahap faringeal. Jika gelombang peristaltic primer gagal mendorong semua
makanan yang ada di esophagus ke lambung maka gelombang peristaltic
sekunder yang dihasilkan dari peregangan esophagus oleh makanan yang
tertahan akan mendorong sisa makanan ke lambung (Andriyani, 2001).
Refleks pada proses menelan dikarenakan adanya susunan syaraf
dan fungsionalnya adalah lengkungan refleks. Lengkungan refleks
merupakan dasar anatomi untuk kegiatan refleks di luar kendali tubuh.
Refleks ini bersifat otomatik yang dikeluarkan dari kavum oris. Proses
penelanan terbentuk secara refleks ataupun sadar.
Andriyani, A., 2001, Aspek Fisiologis Penunyahan Dan Penelan Pada Sistem
Stomatognasi, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Indrawati, A., 1999, Peran Otot Dalam Peristiwa Menelan dan Bicara, Majalah
Ilmiah Kedokteran Gigi.
Short M., 2002, Head, neck, and, dental anatomy, 3rd ed, Australia: THAMSON
Delmar Learning.
Guyton, A.C., Hall, J.E., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Edisi 11, EGC,
Jakarta.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi kedua. EGC: Jakarta
http://arif-healthy.blogspot.com/2011/11/sistem-stomatognasi.html
https://www.scribd.com/fullscreen/15767100?access_key=key-
28hx742deqw1dx8eltr2&allow_share=true&escape=false&view_mode=scroll
https://www.scribd.com/doc/222324278/Sgd1-Mekanisme-Mengunyah-Menelan