pengus cher depa sahaan rry di pt arteme ins sayura
TRANSCRIPT
PENGUS
CHER
DEPA
SAHAAN
RRY di PT
ARTEME
INS
SAYURA
T. SAUNG
WENIN
A
EN AGRO
FAKULT
STITUT P
AN PAKC
G MIRWA
BOGOR
G PRABA
A24061418
ONOMI DA
TAS PERT
ERTANIA
2011
CHOI BAB
AN, MEGA
AWATI
8
AN HORT
TANIAN
AN BOGO
BY dan T
AMENDU
TIKULTU
OR
TOMAT
UNG,
URA
RINGKASAN WENING PRABAWATI. Pengusahaan Sayuran Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor. (Dibimbing oleh Bambang Sapta Purwoko) Kegiatan magang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman kerja secara praktis di lapangan, mengetahui dan membandingkan
kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran (khususnya pakchoi baby dan tomat
cherry) antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem
budidaya tanaman di mitra tani, serta mengetahui jumlah kehilangan hasil selama
panen, penanganan pasca panen, dan pemasaran yang dilakukan di PT. Saung
Mirwan, Megamendung, Bogor pada Maret hingga Juli 2010.
Metode pelaksanaan magang dengan mengikuti seluruh kegiatan yang
dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan yang berhubungan dengan aspek budidaya
tanaman serta survei dengan mempersiapkan kuesioner untuk mengetahui
perbandingan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dengan
mengambil sampel 5 petani yang berstatus sebagai mitra tani.
Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan
budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi
lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam, dan kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan oleh keduanya. PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby di
dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanamnya di lahan terbuka. Pola
tanam yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan adalah pola tanam monokultur
dengan metode penanaman langsung, sedangkan mitra tani menerapkan pola
tanam tumpang sari dengan metode penanaman menggunakan persemaian terlebih
dahulu, sehingga tidak melakukan kegiatan penjarangan dan penyulaman.
Penanganan pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani terdiri atas
trimming dan pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi
pengemasan PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti yang terdiri atas trimming,
penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Penanganan pasca
panen yang dilakukan divisi pengemasan PT. Saung Mirwan pada tomat cherry
terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa persentase hasil yang dapat dipasarkan
untuk komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung
Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh
tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk
dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan mitra tani, yaitu sebesar 90-96
%. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani hanya
membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat panen di
lahan hanya dalam jumlah kecil. Kehilangan hasil pakchoi baby selama
penanganan pasca panen pada periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %.
Kehilangan hasil tomat cherry selama penanganan pasca panen mencapai nilai
yang tertinggi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %.
Kegiatan pasca panen yang dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan
lebih teliti dibandingkan mitra tani. Kehilangan hasil pada komoditi pakchoi baby
selama penanganan pasca panen disebabkan oleh banyaknya hasil panen tidak
memenuhi syarat atau disebut dengan istilah broken stock (BS) akibat trimming,
sedangkan untuk komoditi tomat cherry disebabkan oleh banyaknya jumlah BS
akibat penyimpanan dalam cool room.
Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi
penjualan sayuran PT. Saung Mirwan melalui dua jalur, yaitu sayuran hasil
produksi dari bidang produksinya serta mitra tani, dan pembelian dari mitra beli,
yang kemudian disalurkan ke konsumen seperti supermarket, hotel, dan restoran.
Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem penjualan
putus, dengan pembayaran melalui transfer. Harga pakchoi baby dari bidang
produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang sama yaitu
Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan juga sama yaitu sebesar
23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran berbeda-beda. Harga dari
bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra
beli sebesar Rp 8 500, sehingga farmer’s share yang diterima berturut-turut
adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %.
Kegiatan magang telah memberikan keterampilan dan pengetahuan
budidaya sayuran baik dari segi budidaya, panen dan pasca panen, serta
pemasaran.
PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan TOMAT
CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG,
BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor
WENING PRABAWATI
A24061418
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan
TOMAT CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN,
MEGAMENDUNG, BOGOR
Nama : WENING PRABAWATI
NRP : A24061418
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc.)
NIP 19610218.198403.1.002
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr)
NIP 19611101.198703.1.003
Tanggal Lulus : …………………………
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1988 dari bapak
Suyono dan ibu Siti Chodijah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara.
Tahun 2000 penulis lulus Sekolah Dasar Cijantung 02 Pagi kemudian
melanjutkan di SLTP Negeri 103 Jakarta sampai tahun 2003. Pada tahun 2006,
penulis menamatkan pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Negeri 88
Jakarta, yang kemudian diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Semasa menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan
kemahasiswaan, diantaranya sebagai Panitia Masa Perkenalan Departeman (MPD)
pada tahun 2007. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang
liburan di Unit Teaching Farm Agricultural Development Center, Cikarawang
ICDF-IPB. Penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Tanaman Buah
selama satu semester.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaiakan dengan baik.
Kegiatan magang pengusahaan sayuran dilaksanakan terdorong oleh keinginan
penulis untuk mempelajari aspek pengelolaan komoditi tanaman sayuran dan
meningkatkan kemampuan profesional penulis dalam memahami dan menghayati
proses kerja secara nyata.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dan semangat kepada
penulis sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si dan Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Maryati Sari, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah
memberikan bekal ilmu dan staf komisi pendidikan atas bantuan selama
penulis menempuh pendidikan.
5. Bapak Tatang Hadinata dan Bapak Dudi Rusiyadi yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di PT. Saung Mirwan,
serta kepada seluruh karyawan yang telah membantu penulis selama kegiatan
magang.
6. Kedua orang tua, Bapak Suyono dan Mama Siti Chodijah; kakak, Bani
Achmadi; dan adik, Fitri Saraswati; tersayang yang telah memberikan doa,
semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga.
7. Teman-teman seperjuangan AGH 43 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, terima kasih untuk segala kebersamaannya.
8. Teman-teman dekatku di AGH 43 yang tak pernah luput dari candaan : cha2,
syifa, dan isti; semoga jadi kenangan terindah yang takkan terlupakan.
9. Leni dan Firman yang telah membantu penulis selama kegiatan magang di
PT. Saung Mirwan, terima kasih atas kebersamaannya.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4 Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) .......................... 4 Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) ............... 5 Pemanenan .......................................................................................................... 6 Pasca Panen ......................................................................................................... 7
Pembersihan ..................................................................................................... 7 Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading) ........................................... 8 Pengemasan (Packaging) ................................................................................ 8 Penyimpanan (Storage) ................................................................................... 9 Pengangkutan ................................................................................................... 9 Pemasaran ...................................................................................................... 10
Kehilangan Hasil Panen .................................................................................... 11
METODE MAGANG ........................................................................................... 13 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 13 Metode Pelaksanaan .......................................................................................... 13 Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................. 14 Analisis Data dan Informasi .............................................................................. 14
KEADAAN UMUM ............................................................................................. 16 Lokasi ................................................................................................................ 16 Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................................. 16 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ...................................................................... 17 Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................................... 18 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................... 24
Struktur Organisasi ........................................................................................ 24 Ketenagakerjaan ............................................................................................ 25
BUDIDAYA DAN PANEN ................................................................................. 27 Budidaya Pakchoi Baby .................................................................................... 27
Persiapan Lahan ............................................................................................. 27 Penanaman ..................................................................................................... 28 Pemeliharaan ................................................................................................. 29 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 31 Pemanenan ..................................................................................................... 33
Budidaya Tomat Cherry .................................................................................... 34
Persiapan Bahan Tanam ................................................................................ 34 Persiapan Lahan ............................................................................................. 36 Penanaman ..................................................................................................... 37 Pemeliharaan ................................................................................................. 39 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 45 Pemanenan ..................................................................................................... 48
MANAJEMEN BUDIDAYA ............................................................................... 50 Bidang Produksi ................................................................................................ 50 Kemitraan .......................................................................................................... 51
PENANGANAN PASCA PANEN ....................................................................... 54 Pasca Panen ....................................................................................................... 54
Pembersihan ................................................................................................... 55 Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) ........................................ 56 Pengemasan (Packaging) .............................................................................. 57 Penyimpanan (Storage) ................................................................................. 60 Pengangkutan ................................................................................................. 60
Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran........................................... 62
PEMASARAN ...................................................................................................... 76 Volume Pemesanan dan Volume Penjualan ...................................................... 78 Sistem Penjualan dan Pembayaran .................................................................... 79 Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry ............................................................ 80 Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) ...................... 82
ANALISIS USAHA TANI ................................................................................... 84 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (Mitra Tani) .............................................. 85 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) ................................. 87 Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) ................................. 89
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 92 Kesimpulan ........................................................................................................ 92 Saran .................................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN .......................................................................................................... 98
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010 ................................................ 16
2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ............................... 19
3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ......................... 20
4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan .................................. 20
5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan .............................. 20
6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani ................................................... 22
7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli ............................................................. 23
8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani .... 31
9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter .......................................................... 39
10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter ............................... 40
11. Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani ...... 52
12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan .......... 54
13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan ............................................... 56
14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang Produksi PT. Saung Mirwan ........................................................................... 63
15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra Tani ................................................................................................................. 64
16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 66
17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 69
18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari- Juni 2010 ......................................................................................................... 71
19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 72
20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari- Juni 2010 ......................................................................................................... 74
21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 74
22. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 78
23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 79
24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ............................................................................................................ 81
25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ............................ 82
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah ............................................................................ 27
2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan ..................................................................................... 28
3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut ............................................................................................................... 29
4. Gejala Serangan Ulat Grayak .......................................................................... 32
5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby .................................. 32
6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby.................... 33
7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh .......... 34
8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry ........ 35
9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam ........... 37
10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag ............................................................................................................ 38
11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry .. 39
12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter ............ 42
13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry ...................................... 43
14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang ...................... 44
15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa ............................................................. 44
16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah ............. 45
17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST ............................................ 45
18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry ............................... 46
19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot) ............... 47
20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat .............................................. 48
21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan ......................................................... 49
22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria Warna .............................................................................................................. 57
23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi, (b) Mitra Tani .................................................................................................. 61
24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup Berpendingin (AC) .......................................................................................... 61
25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual) ............................... 65
26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk ............................................................. 68
27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan ................................. 77
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Lay Out Bangunan ............................................................................................ 99
2. Lay Out Green House ..................................................................................... 100
3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan .......................................................... 101
4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 ....................................................... 102
5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pakchoi Baby ................................................................... 104
6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat Cherry ................................................................... 104
7. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis ............................ 105
8. Skema Jaringan Irigasi Tetes .......................................................................... 106
9. Lay Out Jaringan Irigasi Tetes ........................................................................ 107
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sangat besar
untuk mengembangkan sumber keanekaragaman hayati. Berbagai macam sayuran
dapat ditanam di Indonesia, tidak hanya sayuran asli Indonesia tetapi juga yang
berasal dari negeri lain. Sayuran memiliki peran penting dalam pemenuhan
kebutuhan gizi manusia terutama sebagai sumber vitamin, mineral, serat, dan
antioksidan. Mengonsumsi berbagai macam sayuran secara rutin setiap hari sangat
dianjurkan karena dapat menyehatkan tubuh, dan mengurangi risiko berbagai
penyakit kanker, penyakit jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya.
Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2006 hanya
sebesar 37.94 kg/kapita/tahun dan masih berada di bawah standar konsumsi yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 65.75 kg/kapita/tahun (http://jakarta.litbang.deptan.
go.id). Menurut data statistik Ditjen Hortikultura (2009) pada tahun 2008 total
produksi sayuran yang dihasilkan Indonesia mencapai 9.57 juta ton. Jumlah ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 9.46 juta
ton. Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya mutu makanan termasuk sayuran. Oleh karena itu, perlu
diantisipasi peningkatan keperluan komoditi sayuran yang dihasilkan petani
Indonesia.
Salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan berbagai macam
sayuran adalah PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Jawa Barat. PT. Saung
Mirwan memiliki empat kebun produksi yaitu di Desa Sukamanah (Bogor)
dengan luas kebun ± 11 ha, Kampung Lemah Neundeut (Bogor) dengan luas
kebun 3 ha, Cipanas dengan luas kebun ± 1 ha, dan Garut dengan luas kebun
9 ha. Selain mengembangkan produksi sendiri, perusahaan tersebut juga menjalin
kemitraan dengan petani di wilayah Bogor dan Garut dengan luasan sekitar 30 ha
(Marliana, 2008). Sayuran yang diproduksi di perusahaan tersebut terdiri atas
berbagai macam sayuran daun maupun sayuran buah. Dua diantara sayuran yang
diproduksi ialah pakchoi baby dan tomat cherry yang memiliki harga dan daya
saing cukup tinggi.
2
Pakchoi atau bok choy yang dikenal sebagai sawi China banyak digunakan
sebagai komposisi sup dalam masakan China. Sayuran ini banyak mengandung
vitamin dan mineral. Bagian yang dikonsumsi adalah daun dan petiolnya yang
berwarna hijau. Selain untuk masakan, pakchoi biasanya juga digunakan sebagai
penghias hidangan. Sayuran pakchoi mulai banyak dikenal di berbagai kalangan
masyarakat. Produksi komoditi ini di Indonesia mengalami peningkatan dari
1.29 juta ton pada tahun 2007 menjadi 1.31 juta ton pada tahun 2008. Tingkat
konsumsinya juga mengalami peningkatan dari 0.47 kg/kapita pada tahun 2006
menjadi 0.73 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura, 2009).
Tomat merupakan salah satu komoditi sayuran unggulan yang prospektif.
Tomat dimanfaatkan sebagai konsumsi buah segar, bumbu masak, serta bahan
baku industri di antaranya aneka minuman, zat pewarna, saus, dan lain-lain.
Tomat cherry biasanya digunakan untuk salad. Tomat mengandung vitamin A dan
C yang baik untuk kesehatan. Permintaan tomat terus meningkat karena selain
dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di supermarket, mal-mal,
maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. Produksi tomat di Indonesia
mengalami peningkatan dari 0.64 juta ton pada tahun 2007 menjadi 0.70 juta ton
pada tahun 2008. Tingkat konsumsi tomat mengalami peningkatan dari 1.17
kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 2.09 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen
Hortikultura, 2009).
Salah satu permasalahan yang sangat penting pada pemasaran produk
sayuran secara umum adalah penanganan pasca panen. Sayuran merupakan
komoditi yang sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif
singkat sehingga mutunya menurun. Kerusakan suatu komoditi yang terjadi pada
saat panen hingga penanganan pasca panen mengakibatkan kehilangan (loss).
Kehilangan tersebut mengakibatkan produk tidak layak dijual maupun untuk
dikonsumsi. Menurut Spinks dan Abbot (1986) tingkat kehilangan hasil pasca
panen yang terjadi pada produk hortikultura dalam pertanian di daerah tropika
sangat tinggi, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen Pertanian (2008) menyatakan bahwa pada tahun
2007 tingkat kehilangan hasil sayuran di Indonesia mencapai 25-40 %. Menurut
Haryanto dan Rochani (2006) penanganan pasca panen di Indonesia yang buruk
3
disebabkan oleh keterbatasan fasilitas dan kualitas sumber daya manusia yang
rendah. Kondisi ini menuntut adanya usaha penanganan pasca panen sayuran yang
baik untuk menekan kehilangan hasil, menjaga kualitas nutrisi yang dimiliki
sayuran serta menjamin keamanannya. Penerapan teknologi yang dapat
mengurangi kerusakan dan kehilangan hasil pada sayuran sangat diperlukan dalam
upaya memperpanjang masa simpan khususnya pada saat panen raya.
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan. Tujuan khusus
magang yaitu mengetahui kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran,
khususnya pakchoi baby dan tomat cherry, mengetahui jumlah kehilangan hasil
selama penanganan pasca panen, serta membandingkan produksi sayuran antara
sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman
di mitra tani.
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)
Pakchoi memiliki nama latin Brassica rapa L. cv. group Pakchoi atau
Brassica chinensis yang termasuk dalam famili Brasicaceae. Kultivar pakchoi
yang memiliki rasio panjang petiol terhadap panjang daun lebih pendek disebut
dengan kultivar tipe kecil atau pakchoi baby. Pakchoi diketahui berasal dari China
dan telah dibudidayakan sejak abad ke lima setelah Masehi. Budidaya pakchoi
meluas hingga ke China Selatan, China Tengah, dan Taiwan. Kelompok sayuran
ini relatif baru diperkenalkan di Jepang dimana masih disukai sebagai “sayuran
China”. Sayuran ini telah diperkenalkan di Asia Tenggara tepatnya di Selat
Malaka pada abad ke 15. Saat ini budidayanya meluas ke Filipina dan Malaysia,
dan masih terbatas di Indonesia dan Thailand (Tay dan Toxopeus, 1994).
Pakchoi merupakan tanaman herba dua musim tetapi bisa dibudidayakan
sebagai tanaman semusim tergantung kultivar dan lingkungan. Pakchoi
diperbanyak dengan menggunakan biji. Penanamannya dapat dilakukan dengan
penanaman benih langsung atau disemai terlebih dahulu. Jarak tanam antar
tanaman yang biasanya digunakan ialah 10-20 cm (Tay dan Toxopeus, 1994).
Tanaman ini sedikit sensitif terhadap suhu dibandingkan dengan petsai,
sehingga perlu adaptasi yang lebih luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Suhu
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah 20-25 ºC (Tay
dan Toxopeus, 1994).
Tanah yang digunakan untuk penanaman perlu digemburkan, serta dibuat
bedengan. Sebelumnya lahan harus benar-benar bersih dan tidak boleh ternaungi.
Saat dilakukan penggemburan, tanah diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar.
Pemupukan tambahan dilakukan saat 3 minggu setelah tanam (MST) dengan
pemberian urea 50 kg/ha, dengan ditabur dalam larikan, ditutup tanah atau
dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada bedengan penanaman.
Penyiraman tanaman pakchoi perlu dilakukan secara teratur, terutama pada musim
kemarau. Kegiatan penjarangan dilakukan pada saat 2 MST, sedangkan
penyulaman dilakukan hanya jika diperlukan (Susila, 2006).
5
Menurut Tay dan Toxopeus (1994) tipe kultivar pakchoi kecil atau
pakchoi baby memiliki produktivitas 10-20 ton/ha, sedangkan untuk tipe kultivar
yang besar produktivitasnya mencapai 20-30 ton/ha. Dalam 100 g pakchoi
mengandung 93 g air, 1.7 g protein, 0.2 g lemak, 3.1 g karbohidrat, dan 0.7 g
serat. Sayuran ini baik sebagai sumber vitamin dan mineral karena mengandung
2.3 g β–karoten, 53 mg vitamin C, 102 mg Ca, 46 mg P, dan 2.6 mg Fe. Nilai
energi yang dihasilkan adalah 86 kJ per 100 g pakchoi.
Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)
Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae.
Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati
tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di
beberapa negara tropik menjadi berkembang secara alami (Harjadi, 1989). Tomat
cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang
berdiameter 3.1-3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2-2.5 cm (Jones
et al., 1980), Oregon Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan bobot 11-15 g
(Baggett dan Frazier, 1978), serta Golden Pearl yang bobotnya 8-10 g dan Season
Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono,
2008).
Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk perdu atau semak.
Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih dahulu. Penanaman
dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di persemaian (Nurtika dan
Abidin, 1997). Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar 150-180 cm.
Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam dalam
baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8 000-14 000
tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya
agar diperoleh produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan
dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22 ºC. (Peet dan
Bartholemew, 1986).
6
Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan bersamaan dengan
penyiraman (fertigasi). Jumlah nutrisi yang digunakan tidak sama tergantung
umur tanaman dan kondisi cuaca. Tanaman tomat diajir pada umur 2-3 MST
menggunakan ajir benang yang dililitkan pada kawat yang dibentangkan pada
greenhouse setinggi 3 m. Pengikatan dilakukan dengan kuat dan tepat, akan tetapi
jangan sampai melukai atau memotong tanaman. Kondisi nutrisi tanaman
dikontrol secara rutin menggunakan EC (Electrical Conductivity) meter untuk
mengukur kandungan garam total di dalam larutan nutrisi (Susila, 2006).
Produksi buah tomat cherry per satuan luas lahan bervariasi tergantung
varietasnya. Pada pertanaman yang baik dan dipelihara secara intensif, dapat
berproduksi antara 10-60 ton ton/ha. Tomat hibrida seperti Santa memiliki
produktivitas 500 buah/tanaman dan bobotnya ± 4 g/buah, dapat berproduksi
antara 32-26 ton/ha (Rukmana, 1994)
Menurut Opena dan Vossen (1994) dalam 100 g buah tomat mengandung
94 g air, 1.0 g protein, 0.2 g lemak, 3.6 g karbohidrat, 10 mg Ca, 0.6 mg Fe,
10 mg Mg, 16 mg P, 1 700 IU vitamin A, 0.1 mg vitamin B1, 0.02 mg vitamin
B2, 0.6 mg niasin, dan 21 mg vitamin C. Nilai energi yang dihasilkan sebesar
80 kJ per 100 g buah tomat. Tomat sangat baik sebagai sumber vitamin A dan
vitamin C.
Pemanenan
Menurut Thompson et al. (1986) pemanenan dan penanganan perlu
dilakukan dengan hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu buah-buahan dan
sayur-sayuran. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di kebun dapat
mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung. Kader (1990) mengemukakan
bahwa tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun
dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang
terjadi rendah.
Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pemanenan pakchoi dapat dilakukan
lebih awal yaitu sekitar tiga minggu setelah penanaman tetapi ada juga yang pada
umur antara 30-45 hari, tergantung varietas dan metode penanamannya. Jika
pakchoi dibiarkan tumbuh terlalu lama di lahan maka dapat menurunkan nilainya
7
secara cepat. Pemanenan pakchoi pada cuaca yang sangat panas harus dihindari.
Williams et al. (1993) menyatakan bahwa jika saat penanaman pakchoi
menggunakan bibit semai besar, maka tanaman dapat dipanen pada 25 hari setelah
pindah tanam dan menghasilkan sampai 30 ton/ha, sedangkan dari pertanaman
berumur enam minggu dapat dipanen hasil sebesar 50 ton/ha.
Cara panen pakchoi adalah tanaman dicabut dari tanah atau dipotong
setinggi tanah dengan pisau. Tanaman yang sudah dipanen jangan dibiarkan
terkena sinar matahari karena mudah layu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada
pagi hari dan hasilnya dibawa ke tempat yang teduh (Thompson
et al., 1986 ).
Marpaung (1997) menyatakan bahwa kematangan buah tomat dari tingkat
kematangan masih muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah
warna, kekuning-kuningan, merah jambu, merah cerah, dan merah masak
sempurna. Pada umumnya tomat yang sudah siap dipanen pertama pada umur
± 75 hari setelah pindah tanam atau ± 3 bulan setelah menyebar benih. Saat
pemetikan buah yang tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun sasaran
pemasaran. Bila tujuan pemasaran jarak jauh atau diekspor, idealnya dipanen pada
waktu buah stadium hijau matang kira-kira 3-7 hari sebelum menjadi merah.
Sementara untuk tujuan pemasaran jarak dekat (pasar lokal), dapat dipanen
sewaktu tomat berwarna kekuning-kuningan.
Cara panen tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak rusak. Panen
pada tomat cherry disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen dilakukan
secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak
dan waktu panen yang tepat adalah pada cuaca terang.
Pasca Panen Pembersihan Pembersihan (cleaning) bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat
pada sayuran untuk memperbaiki penampakan sayuran dan menghilangkan bagian
yang busuk atau rusak (Akamine et al., 1986). Pembersihan penting bukan hanya
8
untuk menghemat waktu dan tenaga pada proses yang lebih lanjut, tetapi juga
menyingkirkan sumber-sumber kontaminasi (Rahardi et al., 2001).
Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading) Menurut Akamine et al. (1986) buah-buahan dan sayur-sayuran
mempunyai variasi mutu yang luas, yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik,
lingkungan, dan agronomi. Sortasi mutu diperlukan untuk mendapatkan
keuntungan yang memadai sesuai dengan mutu barang. Setelah sortasi mutu, hasil
dipilah-pilah menurut ukurannya untuk mendapatkan keseragaman. Rahardi et al.
(2001) mengemukakan bahwa kegiatan sortasi biasanya dilakukan berdasarkan
standar mutu yang telah ditetapkan untuk pemasaran dalam negeri maupun
ekspor.
Trisnawati dan Setiawan (2002) mengemukakan bahwa pengkelasan
(grading) merupakan pemilahan dalam hal mutu. Penentuan mutu buah
didasarkan pada kesehatan, ketegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk,
kematangan, kebebasan dari bahan asing dan penyakit, serta kerusakan oleh
serangga dan luka-luka mekanik.
Pengemasan (Packaging) Menurut Hardenberg (1986) perbaikan-perbaikan dalam pengemasan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan
sayur-sayuran segar yang lebih efisien. Persyaratan pengemasan sangat
berbeda-beda, tergantung pada barang yang harus dikemas dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh hasil dari petani atau pengemas sampai konsumen.
Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu hanya hasil yang
paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh
dari pengemasan diantaranya adalah merupakan unit penanganan yang efisien,
merupakan unit penyimpanan yang mudah disimpan di gudang-gudang atau di
rumah, melindungi mutu dan mengurangi pemborosan, memberikan pelayanan
dan motivasi penjualan, mengurangi biaya pengangkutan dan pemasaran, serta
memungkinkan penggunaan cara-cara pengangkutan baru.
9
Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pakchoi dikemas dengan kontainer
kaku yang kuat dengan diberi lubang pada sisi-sisinya untuk menghindari panas
akibat transpirasi, contohnya keranjang plastik dengan ukuran panjang 72 cm
x lebar 47 cm x tinggi 33 cm dengan kapasitas 30 kg. Menurut Opena dan Vossen
(1994) buah tomat yang dipasarkan dikemas dalam wadah yang cocok, sering
menggunakan kotak kayu 20 kg, keranjang bambu, kotak plastik, atau bahan
pengemas lain yang tersedia di tempat.
Penyimpanan (Storage) Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan
sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan
tertentu memperbaiki mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk
menghindarkan melimpahnya produk ke pasar, membantu pemasaran yang
teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu
produk-produk yang masih hidup. Umur simpan dapat diperpanjang dengan
pengendalian penyakit-penyakit pasca panen, pengaturan atmosfer, perlakuan
kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai sekarang pendinginan merupakan
satu-satunya cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi
buah-buahan dan sayur-sayuran segar.
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa pakchoi memiliki
umur simpan yang singkat setelah pasca panen, tetapi kualitas produk dapat
dipertahankan pada suhu 0 ºC dan kelembaban udara 95 % dalam waktu 10 hari.
Opena dan Vossen (1994) menyatakan bahwa umur simpan tomat tergantung pada
tingkat kematangan pada saat panen dan kualitas buah yang diinginkan. Idealnya
tomat yang hijau masak dapat disimpan dalam waktu 7-10 hari pada suhu
13-18 ºC dan kelembaban udara 85-90 %.
Pengangkutan Chace dan Pantastico (1986) menyatakan bahwa pengangkutan merupakan
mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan
dan sayur-sayuran. Pengangkutan hasil dimulai dari kebun ke tempat-tempat
pengumpulan. Setelah melewati proses penanganan bahan ditransportasikan.
10
Di daerah tropika terjadi kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam
urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar,
kelambatan-kelambatan yang tidak dapat dihindarkan, pemuatan dan
pembongkaran secara tidak hati-hati, penggunaan wadah-wadah untuk
pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang
memadai. Oleh karena itu, azas pengangkutan komoditi yang mudah rusak
menyangkut perangkutan dan penerapan informasi dari banyak disiplin ilmu,
seperti biokimia, fisiologi, hortikultura, patologi, pengemasan, pendinginan,
pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan (engineering).
Pemasaran Menurut Rahardi et al. (2001) aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk
mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak.
Manajemen yang baik diperlukan untuk melakukan pemasaran agar pengusaha
mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Tata niaga dapat dikatakan efisien
apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil
dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut
serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.
Cahyono (2008) menyatakan bahwa penentuan harga jual hendaknya
bertumpu pada harga pokok sebagai standar untuk menentukan harga yang
menguntungkan menurut mutu kelas yang ditetapkan pada tahapan grading dan
sortasi. Sistem pemasaran dengan mata rantai yang panjang menyebabkan harga
di tingkat petani menjadi rendah dan harga di tingkat konsumen menjadi tinggi.
Terbentuknya margin pemasaran yang tinggi ini tidak menguntungkan kedua
belah pihak. Oleh karena itu, pengenalan lembaga tata niaga yang terlibat dalam
pemasaran hasil-hasil pertanian perlu diketahui dan dipelajari oleh para petani
produsen sebagai bahan untuk menyusun program atau strategi pemasaran yang
efektif dan efisien.
11
Kehilangan Hasil Panen Muchtadi dan Anjarsari (1996) menyatakan bahwa kehilangan hasil (loss)
dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal ketersediaan (availability),
jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya dapat menyebabkan bahan
tersebut tidak dapat dikonsumsi. Menurut Winata (2006) beberapa kendala yang
dihadapi oleh pemasok pasar swalayan yang berkaitan dengan kegiatan pasca
panen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sayuran antara lain adalah
adanya kelebihan stok sayuran dari petani atau bandar yang tidak dapat ditampung
pemasok pasar swalayan, volume penjualan sayuran dari pasar swalayan yang
kurang stabil, dan banyaknya penolakan sayuran di pasar swalayan akibat tidak
memenuhi standar.
Rapusas (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil sayuran di Filipina
pada komoditi pakchoi adalah sebesar 10 % dari tingkat petani hingga ke
pedagang pengecer, sedangkan total kehilangan hasil pada komoditi tomat sebesar
24 % dengan jumlah kehilangan hasil setelah panen 11.9 % dan kehilangan
setelah penyimpanan sebesar 12.1 %. Menurut Nugrohaini (2005) kehilangan
hasil pada komoditi tomat di masing-masing titik pemasaran mencapai 5 %.
Sarumaha (2005) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi caisin di
Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 60.5 %. Kehilangan pasca panen yang tinggi
pada tingkat petani disebabkan oleh faktor budidaya (benih, pengolahan lahan,
nutrisi mineral, jarak tanam, penyemprotan bahan kimia, dan irigasi) dan faktor
lingkungan. Winata (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi selada
daun di CV Putri Segar sebesar 4 % dan di PD Pacet Segar sebesar 3.7 %.
Kehilangan hasil sayuran yang terjadi merupakan dampak dari kerusakan pada
sayuran. Yulianti (2009) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi petsai di
bagian pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 32.2 %. Kehilangan hasil
dapat disebabkan oleh penerapan cara budidaya yang tidak sesuai, ketidaktelitian
petani saat panen, serta adanya pengaruh faktor musim hujan.
Sarumaha (2005) mengemukakan bahwa semakin panjang jalur pemasaran
maka semakin besar kehilangan pasca panen yang terjadi. Penanganan pasca
panen yang baik dapat menekan tingkat kehilangan pasca panen. Selain itu
kegiatan pasca panen yang tepat dapat meningkatkan nilai jual produk sayuran.
12
Pentingnya aspek ekonomi program-program untuk mengurangi kerugian-
kerugian (kehilangan hasil) baik dalam kualitas maupun kuantitas, sering masih
terlewati karena biaya untuk mengurangi kehilangan hasil sampai pada tingkat
tertentu dapat melebihi nilai produk yang dapat diselamatkan. Apapun yang
dilakukan untuk memperbaiki saluran-saluran pemasaran, terjadinya kehilangan
hasil pada komoditi hortikultura yang relatif besar tidak dapat dihindarkan.
Namun, kehilangan hasil itu untuk masing-masing komoditi dapat dikurangi
sampai tingkat yang dapat diterima (Spinks dan Abbot, 1986).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2010 di
PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah,
Kecamatan Megamendung, Bogor.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan dalam kegiatan magang meliputi :
1. Penulis mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan
yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman, yang meliputi persiapan
media tanam, penyemaian, pembibitan, pindah tanam (transplanting),
penanaman, pemupukan, panen, pasca panen, hingga pemasaran, dengan fokus
komoditi pakchoi baby dan tomat cherry.
2. Survei dengan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya
tanaman pakchoi baby, kuantitas produksi, serta kehilangan hasil selama
penanganan pasca panen antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung
Mirwan dengan sistem budidaya tanaman yang dilakukan oleh mitra tani
dengan jumlah sampel petani sebanyak 5 orang. Kuesioner yang diberikan
kepada petani berisi : kegiatan budidaya (cara pengolahan tanah, pola
penanaman, pupuk yang digunakan, pengendalian hama dan penyakit, serta
pemeliharaan), kegiatan panen (cara panen, alat yang digunakan, dan jumlah
hasil panen yang rusak), kegiatan pasca panen (pembersihan, sortasi dan
grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran, serta tujuan
pasar).
3. Mengetahui sistem saluran pemasaran sayuran serta harga jual produsen dan
lembaga pemasaran perantara.
4. Melakukan perhitungan prestasi kerja (banyaknya hasil kerja per tenaga kerja)
pada satuan waktu tertentu (jam) yang dilakukan oleh karyawan dan penulis.
14
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan saat bekerja di lapangan dan pengumpulan data
yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung menggunakan data primer
yang diperoleh dari pengisian kuesioner dengan mengambil 5 sampel petani untuk
mengetahui perbedaan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen
serta data panen dan kehilangan hasil komoditi pakchoi baby, sedangkan pada
komoditi tomat cherry tidak dilakukan karena tidak terdapat sampel petani. Selain
itu data primer juga diperoleh melalui penimbangan hasil panen, wawancara, atau
diskusi langsung dengan pelaku produksi.
Metode tidak langsung menggunakan data sekunder yang diperoleh dari arsip
kebun, laporan manajemen, dan dokumentasi lainnya. Data sekunder tersebut
meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna
lahan, keadaan tanaman (jenis tanaman dan populasi tanaman), struktur organisasi
dan ketenagakerjaan, produksi dan produktivitas tanaman, peta lokasi, dan sarana/
prasarana penunjang yang tersedia di lokasi. Informasi lainnya diambil dari
beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang
tersebut.
Analisis Data dan Informasi
Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan
rataan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengamatan yang
dilakukan penulis di lapangan (kebun PT. Saung Mirwan dan petani) meliputi
kegiatan budidaya hingga penanganan pasca panen sayuran, untuk komoditi
pakchoi baby dan tomat cherry yang meliputi :
1. Budidaya Pakchoi Baby dan Tomat Cherry
Kegiatan budidaya meliputi penyemaian, pembibitan, pengolahan tanah,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit
2. Teknik Pemanenan
Kegiatan pemanenan meliputi alat yang digunakan saat panen dan cara panen
yang dilakukan
15
3. Teknik Penanganan Pasca Panen
Kegiatan pasca panen meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan,
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan
4. Kehilangan Hasil Pasca Panen
Kehilangan hasil pasca panen untuk mengetahui perbandingan persentase
kehilangan hasil komoditi yang berasal dari bidang produksi PT. Saung
Mirwan dengan yang berasal dari mitra tani selama penanganan pasca panen
di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan
5. Harga Jual Tiap Saluran Pemasaran
KEADAAN UMUM
Lokasi
PT. Saung Mirwan berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134, Desa
Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa
Barat. Desa Sukamanah berbatasan dengan Desa Sukamaja di sebelah utara, Desa
Suka Karya dan Desa Suka Galih di sebelah Timur, Desa Suka Resmi dan Desa
Bojong Murni di sebelah Selatan dan Desa Jambu Luwuk di sebelah Barat. Lokasi
tersebut berada di kaki Gunung Pangrango dengan ketinggian 670 m di atas
permukaan laut (dpl). Secara geografis PT. Saung Mirwan terletak pada
106º54’ BT dan 6º41’ LS.
Keadaan Iklim dan Tanah Desa Sukamanah memiliki topografi yang berbukit-bukit, datar, dan
miring. Jenis tanah di daerah ini adalah tanah latosol yang berwarna kecoklatan.
Jenis tanah ini memiliki sifat liat, remah, gembur, mudah menginfiltrasi air, daya
menahan air cukup baik, dan tahan erosi. Tanah sesuai untuk budidaya tanaman
sayuran. Suhu tertinggi yang dicapai dalam greenhouse adalah 35-38 ºC pada
siang hari dan suhu terendah 18-25 ºC pada malam hari. Kelembaban udara relatif
(RH) dapat mencapai titik tertinggi lebih dari 90 % dan titik terendah 50 % pada
siang hari. Adapun data iklim rata-rata yang diperoleh pada bulan Januari hingga
Juni 2010, seperti tercantum pada pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010
Bulan Temperatur (°C) Kelembaban
(%)
Curah Hujan (mm)
Lama Penyinaran
(jam) Rata-rata Max Min
Januari 20.6 24.8 18.3 90 416.2 2.1 Februari 21.3 25.8 19.0 86 531.0 2.9 Maret 21.6 26.2 19.2 88 470.7 3.3 April 22.5 27.6 19.5 80 81.5 5.5 Mei 22.4 27.4 19.6 85 288.8 4.7 Juni 21.5 26.1 19.0 86 254.8 3.4
Sumber : Data Stasiun Meteorologi Citeko, 2010
17
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
1. Desa Sukamanah, Bogor
Pusat kegiatan yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan mulai dari proses
produksi, pengemasan, penjualan, sampai administrasi berada di Desa
Sukamanah. Luas areal yang dimiliki saat ini kurang lebih 11 ha. Hampir 4 ha
adalah bangunan greenhouse. Bangunan lain yang ada di lokasi ini seperti rumah
pemilik, kantor, gudang pengemasan, bengkel, sarana olah raga, sarana ibadah,
mess karyawan, serta sarana dan prasarana lain yang menunjang kegiatan
produksi hingga distribusi dari produk yang dihasilkan. Lay out bangunan kebun
Sukamanah dapat dilihat pada Lampiran 1.
Komoditi sayur yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah
tomat cherry, tomat besar (dikenal dengan tomat beef atau tomat rianto), pakchoi
baby, kailan baby, dan baby lettuce dengan luasan sekitar 0.7 ha. Komoditi bunga
yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah krisan potong, krisan pot,
kalanchoe, kalandiva, dan kastuba dengan luasan sekitar 0.9 ha. Lokasi tanaman
induk krisan untuk produksi stek pucuk terbagi menjadi dua, yaitu 0.5 ha untuk
induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar lokal dan 0.9 ha untuk
induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar ekspor. Sisanya terdiri
atas tempat persemaian, demplot (showroom), dan rumah koleksi anggrek. Lahan
luar dimanfaatkan untuk produksi benih edamame, bawang daun, buncis mini,
lettuce, selada keriting, dan rukulla.
2. Kampung Lemah Neundet, Bogor
Kampung Lemah Neundet terletak di sebelah tenggara Desa Sukamanah
yang lokasinya lebih tinggi dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit dari desa
tersebut. Lahan ini merupakan lahan sewa kepada PTPN VII Gunung Mas-Bogor.
Luas lahan di lokasi ini sekitar 3.5 ha. Penggunaan lahan antara lain untuk
bangunan greenhouse sekitar 1.2 ha yang terdiri atas komoditi paprika hijau,
paprika kuning, paprika merah, bawang daun, pakchoi baby, kailan baby, krisan
potong, dan lisianthus. Lahan luar dimanfaatkan untuk menanam bawang daun,
pakchoi baby, daikon, dan rukulla. Bangunan lain yang ada di lokasi ini adalah
kantor, tempat persemaian, instalasi nutrisi, dan embung (tempat penampungan
air).
18
3. Cipanas
Luas lahan produksi yang berada di Cipanas sekitar 1 ha. Komoditi yang
ditanam di lahan ini diantaranya adalah coriander, kailan baby, pakchoi putih,
shisito, selada keriting, timun jepang, timun mini, tomat cherry, dan tomat rianto.
4. Garut
Luas lahan produksi yang berada di Garut sekitar 9 ha yang diperoleh
dengan menyewa kepada para petani yang bermukim di sekitar areal pertanaman.
Lahan tersebut tersebar di sekitar Kecamatan Cisurupan, yaitu di Desa Cisurupan,
Desa Tambakbaya, Desa Cilame, Desa Barusuda, dan Desa Balewangi. Komoditi
yang ditanam di lahan ini diantaranya adalah butter head, endive, kol merah,
lettuce head, lettuce romance demiscus, lolorosa A, lolorosa C, radichio, red
batavia, selada merah, seledri, salanova, selada oakleaf, dan zuchini.
5. Mitra Tani Gadog dan Garut
Luas keseluruhan lahan mitra tani di wilayah Gadog dan Garut adalah
sekitar 30 ha yang menyebar di wilayah tersebut. Komoditi yang diproduksi oleh
mitra tani di wilayah Gadog adalah buncis mini, edamame, okra, pakchoi baby,
pakchoi hijau, shisito, tomat cherry, tomat rianto, tomat jenis TW, dan benih
edamame. Komoditi yang diproduksi oleh mitra tani di wilayah Garut diantaranya
adalah batavia, butter head, brokoli, buncis, bawang daun, edamame, endive,
jagung acar, kapri, kol, lettuce, lolorosa, nasubhi, paprika, salanova, radichio,
selada, seledri, tomat jenis TW, dan zuchini.
Keadaan Tanaman dan Produksi PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan perdagangan yang bergerak di
bidang agribisnis, tepatnya sebagai produsen dan perusahaan perdagangan pada
bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai
produsen sayuran dengan menerapkan teknik budidaya secara hidroponik untuk
berbagai macam sayuran eksklusif seperti tomat besar (dikenal sebagai tomat beef
atau tomat rianto), tomat cherry, timun jepang (kyuuri), cabe jepang (shisito), dan
paprika. Sejak tahun 1991 perusahaan ini memperluas usahanya dengan budidaya
stek bunga krisan, bunga pot krisan, dan bunga potong. Komoditi yang saat ini
dibudidayakan oleh PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 2, 3, 4, dan 5.
19
Tabel 2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan
No Jenis Sayuran Daun No Jenis Sayuran Buah
1 Bawang Daun (Allium fistulosum) 1 Paprika Hijau (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)
2 Coriander (Coriandrum sativum) 2 Paprika Kuning (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)
3 Kailan Baby (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale)
3 Paprika Merah (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)
4 Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)
4 Timun Jepang (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber)
5 Pakchoi Putih (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)
5 Timun Mini (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber)
6 Selada Keriting (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)
6 Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)
7 Rukulla (Eruca vesicaria L. subsp. sativa)
7 Tomat Rianto (Lycopersicon esculentum var. esculentum)
8 Butter Head (Lactuca sativa L. cv. group Butterhead Lettuce)
8 Zuchini (Cucurbita pepo L. cv. group Zucchini)
9 Endive (Cichorium endivia L.) 10 Kol Merah (Brassica oleracea L. cv.
group Red Headed Cabbage)
11 Lettuce Head (Lactuca sativa L. cv. group Butterhead Lettuce)
12 Lettuce Romance Demiscus (Lactuca sativa L. cv. group Cos Lettuce)
13 Lolorosa A (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)
14 Lolorosa C (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)
15 Radichio (Cichorium intybus) 16 Red Batavia (Lactuca sativa L. cv.
group Summer Crisp)
17 Selada Merah (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)
18 Seledri (Apium graveolens) 19 Salanova (Lactuca sativa L.) 20 Selada Oakleaf (Lactuca sativa L. cv.
Oakleaf)
21 Baby Lettuce (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
20
Tabel 3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan
No. Jenis Sayuran Daun No. Jenis Sayuran Buah 1 Kemangi (Ocimum americanum L.) 1 Cabai (Capsicum annuum L.) 2 Coriander (Coriandrum sativum) 3 Seledri (Apium graveolens) 4 Chives (Allium tuberosum) 5 Rosemary (Rosmarinus officinalis) 6 Dill (Anethum graveolens) 7 Chervil (Anthriscus cerefolium)
8 Oregano (Origanum vulgare subsp. hirtum)
9 Thyme (Thymus serpyllum)
10 Sweet Marjoram (Origanum majorana)
11 Basil (Ocimum basilicum) 12 Summer Savory (Satureja hortensis) 13 Sage (Salvia officinalis)
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
Tabel 4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan
No. Jenis Bunga Pot No. Jenis Bunga Potong 1 Krisan tipe standar
(Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)
1 Krisan tipe standar (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)
2 Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)
2 Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)
3 Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana)
3 Lisianthus (Eustoma gandiflorum)
4 Kalandiva (Kalanchoe sp.) 5 Kastuba (Euphorbia
pulcherrima) Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
Tabel 5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan
No. Komoditi 1 Stek pucuk krisan untuk lokal 2 Stek pucuk krisan untuk ekspor 3 Sekam Mentah 4 Benih Edamame
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
Sebagian besar tanaman yang ada dibudidayakan di dalam greenhouse.
Greenhouse yang ada di Desa Sukamanah memiliki tipe rumah susun berganda
(Shape Frame) dengan ventilasi di bagian atasnya, sehingga sirkulasi udara dapat
21
berjalan dengan baik. Bangunan ini terbuat dari konstruksi besi dengan peralatan
modern seperti drip irrigation, ebb and flow irrigation, dan mist irrigation dengan
segala sarana penunjangnya. Umur teknis dari greenhouse yang terbuat dari
konstuksi besi ini selama 25 tahun. Atap greenhouse berupa plastik polyvinyl
chloride (PVC) berwarna putih. Plastik ini memiliki umur teknis sekitar 6 bulan
hingga satu tahun, tergantung dari kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca kurang baik
seperti sering terjadi angin kencang maka plastik akan lebih cepat rusak. Dinding
greenhouse berupa kasa nilon yang berwarna hijau. Penggunaan kasa bertujuan
untuk memudahkan aliran udara yang masuk sehingga suhu di dalam greenhouse
dapat dikurangi. Lay out greenhouse dapat dilihat pada Lampiran 2.
Bangunan greenhouse di PT. Saung Mirwan memiliki ukuran yang tidak
sama antara greenhouse satu dengan greenhouse yang lainnya. Antara lokasi yang
satu dengan lokasi lainnya di dalam greenhouse dibatasi dengan jalan. Setiap
greenhouse terdiri atas beberapa atap yang berfungsi sebagai unit produksi untuk
pengaturan penanaman, baik sayuran maupun bunga. Ukuran satu atap dengan
atap lainnya juga tidak sama karena panjangnya disesuaikan dengan kondisi
lapangan, namun untuk ukuran lebarnya memiliki satu standar ukuran yaitu 6.4 m.
Satu atap terdiri atas empat bedengan yang berfungsi sebagai unit terkecil dalam
produksi. Panjang bedengan disesuaikan dengan panjang atap, sedangkan
lebarnya 1.2 m dengan jarak antar bedengan 40 cm dan batas pinggir bedengan 20
cm. Arah bedengan disesuaikan dengan arah atap yaitu utara-selatan. Selain
membudidayakan tanaman di dalam greenhouse, PT. Saung Mirwan juga
memanfaatkan lahan luar untuk membudidayakan tanaman.
Pemenuhan kebutuhan pasar memerlukan kontinuitas produksi yang
berjalan dengan baik. Namun, pihak perusahaan menyadari adanya keterbatasan-
keterbatasan yang dimilikinya terutama dalam hal luas lahan dan besarnya biaya
investasi. Oleh karena itu, dibentuk suatu pola kerjasama berupa kemitraan
dengan petani di sekitar wilayah Gadog dan Garut. Sistem kemitraan yang terjalin
dilakukan dengan dua macam yaitu mitra tani dan mitra beli. Jenis komoditi yang
diperoleh dari mitra tani dan mitra beli dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
22 Tabel 6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani
No Komoditi No Komoditi No Komoditi 1 Benih Edamame 22 Kacang panjang (Vigna unguiculata L.) 43 Paprika Orange 2 Benih Kapri Manis 23 Kentang Besar (Solanum tuberosum L.) 44 Paprika Kuning 3 Brocolli (B. oleracea cv. group Broccoli) 24 Kembang Koll (B. oleracea cv. group Cauliflower) 45 Radhicio 4 Brocolli B (B. oleracea cv. group
Broccoli) 25 Kol Bulat Green (B. oleracea cv. group White Headed
Cabbage) 46 Selada Oaklife
5 Butter Head 26 Kol Merah (B. oleracea cv. group Red Headed Cabbage) 47 Selada Merah 6 Buncis Mini (Phaseolus vulgaris L.) 27 Kol Putih baby (B. oleracea cv. group White Headed
Cabbage) 48 Shisito (Capsicum annuum
L. cv. group Abbreviatum) 7 Buncis Lokal (Phaseolus vulgaris L.) 28 Kol Merah baby (B. oleracea cv. group Red Headed
Cabbage) 49 Seledri Lokal
8 Buncis Tw (Phaseolus vulgaris L.) 29 Lettuce Head A 50 Selada Keriting 9 Batavia Red 30 Lettuce Head B 51 Salanova 10 Caisin (B. rapa L. cv. group Caisin) 31 Lettuce Head A 52 Timun acar 11 Cabe Merah (Capsicum annuum L. cv.
group Acuminatum) 32 Lettuce Romance 53 Terong sayur (Solanum
melongena) 12 Daun Bawang 33 Lolorosa 54 Timun Jepang B 13 Daikon Large (Raphanus sativus L.) 34 Melinjo (Gnetum gnemon L.) 55 Timun Jepang P 14 Edamame (Glycine max (L.) Merr.) 35 Nasubhi (Solanum sp. L.) 56 Tomat Jepang 15 Edamame Pack 36 Nasubhi P (Solanum sp. L.) 57 Tomat Tw 16 Endive 37 Okra (Abelmoschus esculentus L.) 58 Tomat Tw Bk 17 Jagung Acar (Zea mays L.) 38 Pakchoi Baby 59 Tomat Cherry 18 Kailan 39 Pakchoi Hijau 60 Tomat Rianto 19 Kailan Baby 40 Pakchoi Putih 61 Zuchini 20 Kapri Snow pea (Pisum sativum L.) 41 Paprika Hijau 62 Zuchini Baby 21 Kapri Manis (Pisum sativum L.) 42 Paprika Merah
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
23 Tabel 7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli
No Komoditi No Komoditi No Komoditi No Komoditi 1 Asem 18 Daun Mint (Mentha spp.) 35 Kailan Baby 52 Paprika Kuning 2 Asparagus (Asparagus
officinalis L.) 19 Daun Oregano 36 Kapri Lokal 53 Paprika Merah
3 Bawang Bombay (Alliun cepa cv. group Common Onion)
20 Daun Rosemary 37 Kapri Manis 54 Peterselly
4 Bawang Merah (Alliun cepa cv. group Aggregatum)
21 Daun Sage 38 Kembang Kol 55 Pisang Ambon (Musa L.)
5 Bawang Putih (Alliun sativum L.)
22 Daun Taragon (Artemisia dracunculus)
39 Kemiri (Aleurites moluccana)
56 Sawi Putih
6 Brocolli 23 Daun Thyme 40 Kentang Besar 57 Selada Keriting 7 Buncis Lokal 24 Edamame 41 Kol Green C 58 Seledri Lokal 8 Buncis Mini 25 Horinso (Spinacia oleracea L.) 42 Kol Merah 59 Seledri Stik 9 Cabe Hijau 26 Jagung Acar 43 Kol Merah Baby 60 Terasi
10 Cabe Merah 27 Jagung Manis Kulit (Zea mays L. cv. group Sweet Corn)
44 Kol Putih Baby 61 Terong Sayur
11 Caisin 28 Jagung Manis Kupas (Zea mays L. cv. group Sweet Corn)
45 Labu Siam (Sechium edule L.)
62 Timun Jepang
12 Coriander 29 Jahe (Zingiber sp.) 46 Lengkuas (Alpinia galanga)
63 Tomat Cherry
13 Daikon Large 30 Jamur Campignon (Agaricus campestris)
47 Lettuce Head 64 Tomat Rianto
14 Daun Bawang 31 Jamur Kuping (Auricularia auricula) 48 Melinjo 65 Tomat Tw
15 Daun Dill 32 Jeruk Lemon (Citrus medica Linn) 49 Mitshuba (Cryptotaenia canadensis L.)
66 Wortel (Daucus carota L.)
16 Daun Marjuran 33 Kacang Panjang 50 Pakchoi Baby 67 Wortel Import (Daucus carota L.)
17 Daun Melinjo 34 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) 51 Pakchoi Hijau 68 Zuchini Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
24
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan dipimpin oleh seorang Presiden Direktur (Presdir) yang
sekaligus sebagai pemilik perusahaan, yaitu Tatang Hadinata. Presdir dibantu oleh
seorang Wakil Direktur, yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh bagian
Research and Development (R&D), Teknik Informatika (IT), dan Quality
Assurance (QA). Struktur organisasi dalam perusahaan tersebut terdiri atas tiga
bidang utama, yaitu Bidang Produksi, Bidang Komersial, dan Bidang Umum.
Setiap bidang dipimpin oleh seorang Direktur. Bidang Produksi terdiri atas empat
kebun produksi, yaitu Kebun Gadog, Kebun Lemah Neundet, Kebun Cipanas, dan
Kebun Garut. Setiap kebun produksi tersebut dipimpin oleh seorang Kepala
Bagian (Kabag). Bidang Komersial terdiri atas lima divisi, yaitu Divisi Penjualan
Sayur, Divisi Penjualan Bunga, Divisi Pengadaan, Divisi Pengemasan, dan Divisi
Kemitraan. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang Manajer. Divisi
Pengadaan terdiri atas Bagian Pengadaan Sayur dan Bagian Pengadaan Non-
Sayur. Divisi Pengemasan terdiri atas Bagian Penerimaan Sayur, Bagian Fresh
Vegetable, Bagian Fresh Cut Vegetable, dan Bagian Umum. Bidang umum terdiri
atas empat divisi, yaitu Divisi General Affair (GA), Divisi Human Resources
(HR), Divisi Keuangan, dan Divisi Teknik. Stuktur organisasi perusahaan dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Setiap Kabag dibantu oleh Kepala Seksi (Kasi), sedangkan Kasi dibantu
oleh Kepala Sub Seksi (Kasubsi). Kasi dan Kasubsi merupakan satu kesatuan
yang menunjang kemajuan perusahaan yang berada di bawah Manajer dan Kabag.
Kasubsi bertugas dalam mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan harian yang
berlangsung dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap Kasi. Kasi
mendapatkan wewenang dan bertanggung jawab terhadap Kabag, sedangkan
Kabag bertanggung jawab atas semua proses produksi terhadap Manajer.
Karyawan harian bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing, misalnya
karyawan bidang produksi melakukan kegiatan dalam budidaya tanaman atau
karyawan divisi pengemasan melakukan kegiatan dalam pengemasan produk yang
dihasilkan.
25
Sistem perekrutan tenaga kerja dilakukan oleh Divisi Human and
Resources (H&R) bagian Personalia berdasarkan jenjang pendidikan. Karyawan
harian minimal tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan umur minimal 18 tahun dan
karyawan bulanan minimal tamatan SD sampai Sekolah Menengah Umum
(SMU). Bagi yang memiliki pendidikan minimal SMU atau tamatan SD yang
telah bekerja selama lima tahun dapat menjadi Kasubsi. Jabatan Kasi disyaratkan
memiliki pendidikan D3, sedangkan Kabag sampai Manajer bagi yang memiliki
pendidikan S1. Perekrutan karyawan bulanan menggunakan sistem jenjang karir
dengan masa percobaan selama tiga bulan. Kenaikan jabatan dilakukan jika telah
bekerja selama dua tahun terus menerus yang otomatis diikuti dengan perubahan
dalam gaji, wewenang, dan tunjangan.
Ketenagakerjaan PT. Saung Mirwan memiliki jumlah karyawan sebanyak 455 orang.
Karyawan tersebut terdiri atas 66 orang di bidang umum (14.51 %), 114 orang di
bidang komersial (25.05 %), dan 275 orang di bidang produksi (60.44 %). Jumlah
karyawan yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Jam kerja karyawan
yang berlaku untuk seluruh karyawan adalah pukul 08.00-16.00 WIB (Senin-
Kamis) dengan satu kali istirahat, yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB. Pada hari
Jumat jam kerja karyawan sama seperti hari biasanya, namun waktu istirahat lebih
panjang dari hari biasanya, yaitu pukul 11.00-13.00 WIB. Hal ini dimaksudkan
untuk memberi kesempatan pada karyawan muslim laki-laki yang akan
melaksanakan sholat Jumat. Karyawan bidang produksi tetap masuk kerja pada
hari Sabtu dengan jam kerja lebih singkat dibandingkan hari biasanya (setengah
hari kerja) yaitu pukul 08.00-12.00 WIB. Pada hari Minggu diberlakukan kerja
lembur secara bergantian untuk melakukan penyiraman. Namun, karyawan divisi
pengemasan sayur tetap bekerja sepanjang hari dari hari Senin hingga Minggu
dengan pemberlakuan dua shift kerja, yaitu shift pagi dan shift siang. Shift pagi
dengan jam kerja pukul 07.30-15.00 WIB dengan jam istirahat sama dengan
karyawan lainnya. Shift siang bekerja mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00
WIB. Pekerjaan dilanjutkan kembali pukul 20.00 WIB hingga selesai, biasanya
hingga pukul 03.00 WIB.
26
Setiap karyawan di PT. Saung Mirwan wajib mengisi daftar hadir sebagai
tanda kehadiran. Kehadiran karyawan tetap ditandai dengan menggunakan finger
print, sedangkan bagi karyawan harian dilakukan secara manual dengan mengisi
daftar hadir yang disediakan di pos penjagaan. Pengisian daftar hadir bagi
karyawan harian wajib dilakukan karena berhubungan dengan pembayaran upah
mingguan. Pengisian daftar hadir dilakukan empat kali dalam satu hari, yaitu pagi
saat datang, saat istirahat pukul 12.00 WIB (Senin-Kamis) atau pukul 11.00 WIB
(Jumat), saat masuk setelah istirahat pukul 13.00 WIB, dan saat pulang.
Pembagian kerja untuk karyawan di bidang produksi berlaku untuk
karyawan pria dan wanita. Pekerjaan karyawan pria meliputi pengolahan lahan,
pemupukan, penyiraman (bagian nutrisi), penyemprotan pestisida, pemanenan,
dan pengangkutan hasil panen. Pekerjaan karyawan wanita meliputi pengisian
polybag, penanaman, penyulaman, pengajiran, pewiwilan, penyiangan gulma,
sanitasi kebun (menyapu jalan kebun), pemanenan, dan pengemasan. Gaji yang
diterima oleh karyawan harian dan borongan menggunakan sistem upah
mingguan. Upah yang diterima antara karyawan pria dan wanita berbeda karena
perbedaan jenis pekerjaan tersebut. Besarnya upah karyawan pria per hari adalah
Rp 19 000, sedangkan karyawan wanita Rp 13 500. Jumlah upah yang diterima
karyawan harian disesuaikan jumlah jam kerja dan hari masuk berdasarkan daftar
hadir karyawan. Jumlah upah yang diterima karyawan borongan berdasarkan
jumlah kerja yang dihasilkan. Jumlah gaji yang diterima karyawan bulanan tidak
hanya dari gaji pokok bulanan, tetapi ditambah dengan adanya uang kerajinan,
uang kehadiran tepat waktu, uang makan, tunjangan asrama, tunjangan kesehatan,
tunjangan pengobatan, kacamata, tunjangan persalinan, tunjangan hari raya, serta
tunjangan jabatan. Bagi karyawan bulanan, keterlambatan yang tercatat dalam
daftar hadir akan menyebabkan pemotongan besar bonus yang diterima.
BUDIDAYA DAN PANEN
Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi
PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung
Mirwan dilakukan secara mekanik menggunakan mesin traktor (Gambar 1a),
sedangkan mitra tani masih secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan
tanah yang pertama dilakukan adalah membalikkan tanah bekas pertanaman
sebelumnya. Tanah-tanah yang masih berbentuk gumpalan perlu diremahkan agar
lebih gembur dan halus. Setelah tanah menjadi gembur dilakukan perataan untuk
selanjutnya dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat oleh PT. Saung Mirwan
memiliki kesamaan dalam ukuran lebar bedengan yaitu 1.2 m, sedangkan untuk
ukuran panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pupuk
kandang diberikan sebelumnya (Gambar 1b), sehingga saat pengolahan tanah
dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pemupukan dasar yang dilakukan
oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani dengan menggunakan
pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Selain itu PT. Saung
Mirwan juga menggunakan pupuk TSP dengan dosis 1 ton/ha.
(a) (b)
Gambar 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah
28
Penanaman Penanaman pakchoi baby di PT. Saung Mirwan menggunakan metode
tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah lahan terlebih dahulu lalu
dibuat lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah
ditentukan (Gambar 2a). Namun, mitra tani menanam pakchoi baby berbeda
dengan PT. Saung Mirwan, kebanyakan dari mereka menanam dengan metode
tidak langsung. Benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih
dahulu. Persemaian dilakukan di tanah dengan dibuat bedengan. Bibit pakchoi
baby mulai dipindahtanam pada umur 3 minggu setelah semai (MSS). Sebelum
dilakukan penanaman, baik PT. Saung Mirwan dan mitra petani menaburkan
Furadan di lahan yang digunakan sebagai insektisida atau nematisida. Benih
pakchoi baby yang digunakan dalam penanaman tidak diproduksi sendiri oleh
perusahaan, melainkan benih dari perusahaan Takii & Co., Jepang (Gambar 2b).
Benih yang digunakan oleh mitra tani sama dengan yang digunakan oleh PT.
Saung Mirwan, sehingga tanaman yang dihasilkan seragam.
(a) (b)
Gambar 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan
Pola penanaman yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan yaitu pola tanam
monokultur, sedangkan mitra tani ada yang menerapkan pola tanam monokultur
dan ada pula pola tanam tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan oleh mitra
tani berbeda-beda, contohnya pakchoi baby dengan edamame atau pakchoi baby
dengan cabai. Bidang produksi PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby
dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, sedangkan mitra tani yang menerapkan pola
tumpang sari menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman
menggunakan satu benih per lubang dan satu bibit per lubang di mitra tani.
29
Namun, terdapat pula petani yang menanam dengan cara benih ditabur pada alur.
Kebutuhan benih dengan sistem tabur ini lebih besar dibandingkan dengan
penanaman pada lubang. Selain itu tanaman yang dihasilkan lebih kecil karena
tanaman yang tumbuh saling berhimpitan.
Pemupukan yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan berbeda dengan
mitra tani. Aplikasi pupuk kandang di bidang produksi ada yang sebelum tanam
dan saat tanam, sedangkan kebanyakan mitra tani mengaplikasikan sebelum
tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran kambing dan kotoran
ayam. PT. Saung Mirwan mengaplikasikan pupuk dari kotoran kambing sebelum
tanam, sehingga ikut tercampur saat pengolahan tanah. Pupuk dari kotoran ayam
diaplikasikan saat tanam. Pupuk ini ditaburkan di atas bedengan sebagai penutup,
karena setelah benih dimasukkan ke dalam lubang tidak ditutup dengan tanah lagi
(Gambar 3a). Setelah itu dilakukan penyiraman dengan cara pengkabutan (mist
irrigation) (Gambar 3b). Mitra tani menggunakan pupuk campuran dari kotoran
kambing dan kotoran ayam. Pupuk diberikan saat pengolahan tanah.
(a) (b)
Gambar 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman pakchoi baby dilakukan dengan melakukan
penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan gulma, dan pemupukan.
Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman. PT. Saung Mirwan melakukan
penyiraman untuk lahan sayuran dengan sistem irigasi kabut (mist irrigation),
sedangkan mitra tani melakukan penyiramannya secara manual dengan
menggunakan gembor. Bidang produksi PT. Saung Mirwan melakukan
penyiraman tiga kali dalam sehari, tergantung cuaca dan kondisi tanah di lahan.
30
Jika cuaca panas, pengairan dilakukan tiga kali dalam sehari, sedangkan jika
cuaca mendung atau hujan pengairan dilakukan hanya satu atau dua kali dalam
sehari tergantung kondisi tanah masih basah atau tidak. Mitra tani melakukan
penyiraman tiga kali dalam seminggu. Perbedaan intensitas penyiraman ini
disebabkan oleh perbedaan lokasi penanamannya. PT. Saung Mirwan menanam di
dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanam di lahan luar. Selain dari
penyiraman yang dilakukan oleh mitra tani, kebutuhan air diperoleh dari air hujan
yang masuk ke dalam tanah. Akibatnya intensitas penyiraman mitra tani lebih
rendah dibandingkan penanaman di dalam greenhouse yang dilakukan PT. Saung
Mirwan. Penggunaan greenhouse menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke
dalam tanah di lahan penanaman, sehingga tidak terdapat cadangan air. Oleh
karena itu, penyiraman PT. Saung Mirwan harus dilakukan lebih sering agar
tanaman tidak kekeringan.
Penjarangan tanaman hanya dilakukan oleh PT. Saung Mirwan karena
penanaman langsung mungkin lebih dari satu benih per lubang tanam.
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST karena pada saat itu sudah
muncul di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah memelihara satu
tanaman pada satu lubang tanam agar tanaman yang dihasilkan sesuai ukuran. Jika
tidak dilakukan penjarangan maka tanaman yang tumbuh akan saling berhimpitan,
sehingga dihasilkan tanaman yang ukurannya lebih kecil. Kegiatan penjarangan
ini bersamaan dengan kegiatan penyulaman. Tanaman yang telah dicabut saat
penjarangan, langsung dipindahkan secara hati-hati ke lubang yang tanamannya
tidak tumbuh atau mati, sehingga tanaman tumbuh secara merata dan seragam.
Kegiatan penjarangan dan penyulaman hanya dilakukan satu kali saat umur 1
MST tersebut. Mitra tani yang kebanyakan menanam dengan metode persemaian
terlebih dahulu tidak melakukan kegiatan penjarangan, karena bibit yang ditanam
hanya satu bibit per lubang tanam.
Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah penyiangan gulma. Baik
PT. Saung Mirwan maupun mitra tani melakukan kegiatan ini saat tanaman mulai
berumur 2 MST hingga panen. Penyiangan gulma dilakukan 2 kali dalam satu
minggu untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat
petumbuhan tanaman. Setelah dilakukan penyiangan gulma yang pertama
31
dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan yang dilakukan PT. Saung
Mirwan dan mitra tani sama. Pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk urea
dengan dosis 500 kg/ha. Perbedaan cara budidaya pakchoi baby yang dilakukan
oleh PT. Saung Mirwan dan mitra tani dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan
Mitra Tani
Tahapan Budidaya PT. Saung Mirwan Mitra Tani Alat pengolahan tanah Traktor Cangkul Pengolahan tanah Pembalikan tanah Pembalikan tanah Metode penanaman Penanaman langsung Persemaian (pindah tanam 3
MSS) Jarak tanam 10 cm x 10 cm 20 cm x 20 cm Pola penanaman Monokultur Tumpang sari Pupuk dasar TSP (1 ton/ha);
kotoran kambing (8.5 ton/ha); kotoran ayam (4.8 ton/ha)
Ayam+kambing (20.8 ton/ha)
Waktu aplikasi Sebelum tanam Sebelum tanam Cara aplikasi pupuk Diolah dengan tanah;
disebar Diolah dengan tanah
Pupuk susulan Urea (500 kg/ha) Urea (500 kg/ha) Waktu aplikasi 2 MST 2 MST Cara aplikasi pupuk Disebar Disebar Penjarangan 1 MST - Penyulaman 1 MST - Penyiangan 2 MST hingga panen 2 MST hingga panen Penyiraman 3 x sehari 3 x seminggu
Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : MSS : Minggu Setelah Semai MST : Minggu Setelah Tanam Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah ulat grayak
(Spodoptera litura). Ulat ini membuat lubang pada daun dan suka bersembunyi di
tempat yang lembab. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan
menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya banyak ulat bersama-sama pindah
dari tanaman yang telah habis daunnya menuju ke tanaman lainnya. Selain itu,
ditemui ulat Crocidolomia binotalis yang hidup secara bergerombol dan
menyerang bagian pucuk daun. Hama lain pada tanaman pakchoi baby adalah
32
kutu loncat. Kutu ini menghisap cairan pada pucuk daun yang menggakibatkan
daun menjadi berkerut. Gejala serangan ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Gejala Serangan Ulat Grayak Penyakit yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah semai roboh
(Pythium sp.) dan busuk basah (Erwinia carotovora). Cendawan Pythium
menyerang jaringan tanaman yang mengakibatkan semai akan roboh. Bila
serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah.
Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi bila temperatur dan
kelembaban udara cukup tinggi. Penyakit busuk basah disebabkan oleh bakteri
Erwinia carotovora. Tanaman yang terserang penyakit ini akan menjadi lunak,
berlendir, baunya busuk, bila keadaan memungkinkan penyakit akan cepat sekali
menjalar ke seluruh tubuh tanaman.
Gambar 5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan
mitra tani pada tanaman pakchoi baby adalah dengan cara penyemprotan pestisida
(Gambar 5). Penyemprotan pestisida pada pakchoi baby di PT. Saung Mirwan
dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Waktu
pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang
33
digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis
pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaanya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pemanenan Pemanenan pakchoi baby yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan
dengan mitra tani tidak berbeda. Keduanya memanen pakchoi baby pada saat
umur tanaman 5 minggu (Gambar 6a). Mitra tani yang melakukan penanaman
dengan metode persemaian terlebih dahulu, melakukan panen saat tanaman
berumur 2 minggu di lapangan. Hal ini dilakukan karena bibit semai yang ditanam
berumur 3 minggu di persemaian, sehingga total umur tanaman pakchoi yang
dipanen 5 minggu.
Waktu pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari. Namun, ada
kemungkinan panen dilakukan pada saat siang hari karena kegiatan panen yang
dilakukan sejak pagi hari belum selesai sehingga tetap dilanjutkan pada siang
harinya. Cara panen yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dengan mitra tani
sama, yaitu dengan memotong tanaman setinggi tanah (Gambar 6b). Alat yang
digunakan untuk memotong adalah pisau. Perbedaan saat panen antara PT. Saung
Mirwan dengan mitra tani adalah perlakuan terhadap tanaman sesaat setelah
panen. Pekerja PT. Saung Mirwan langsung memasukkan hasil panen ke dalam
kontainer plastik setelah dilakukan sortasi dan trimming, sedangkan mitra tani
mengumpulkan hasil panen ke tempat yang teduh terlebih dahulu yang diangkut
menggunakan karung (Gambar 7). Mitra tani juga melakukan trimming di lahan
saat panen dilakukan. Setelah panen selesai dilakukan maka hasil panen siap
diangkut ke divisi pengemasan.
(a) (b)
Gambar 6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby
34
(a) (b)
Gambar 7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh
Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya pakchoi baby
lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung
Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara
penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi
karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume
dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.
Budidaya Tomat Cherry Persiapan Bahan Tanam
Benih merupakan salah satu pendukung keberhasilan produksi tomat,
sehingga dalam pemilihan benih harus dilakukan dengan hati-hati. PT. Saung
Mirwan tidak memproduksi benih tomat cherry yang digunakan dalam setiap
penanamannya melainkan harus mengimpor dari luar negeri. Benih tomat cherry
yang digunakan adalah varietas Cheresita yang merupakan benih hasil produksi
perusahaan De Ruiter dari Belanda. Persentase tumbuh dari benih ini sebesar
85-90 %. Benih ini memiliki keseragaman bentuk, permukaan kulit bersih, tidak
keriput, tidak cacat, warna kulit cerah, daya tumbuh baik, serta bebas dari hama
dan penyakit. Alasan perusahaan memilih benih ini karena buah yang dihasilkan
mempunyai bentuk, rasa, dan warna yang diinginkan konsumen. Selain itu
tanaman yang tumbuh memiliki sifat tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga
mampu berproduksi dengan baik.
35
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry
Penanaman tomat cherry dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu
benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Tujuan
penyemaian ini adalah untuk mengurangi risiko rendahnya daya tumbuh benih
jika langsung ditanam di lapangan. Penyemaian dilakukan di lokasi pembibitan
yang atapnya diberi paranet (Gambar 8a). Tujuan pengunaan paranet adalah untuk
mengurangi intensitas sinar matahari pada tanaman muda.
Awalnya benih tomat cherry disemai dalam baki berukuran 40 cm x 25 cm
x 5 cm dengan media arang sekam (Gambar 8b). Arang sekam yang digunakan
sebagai media persemaian ini melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sehingga
medianya halus. Tujuan persemaian dengan menggunakan baki adalah hanya
untuk mengecambahkan benih. Kecambah berumur 9 hari (Gambar 8c),
dipindahkan ke tray ukuran 36 (Gambar 8d) atau pot berdiameter 10 cm. Bibit
tomat berada dalam tray atau pot selama 12 hari. Pemberian larutan nutrisi
dimulai sejak pemindahan kecambah tersebut. Komposisi larutan nutrisi yang
diberikan sama dengan tanaman tomat yang telah ditanam di lapangan, namun
dengan nilai Electric Coductivity (EC) yang lebih rendah karena dilakukan
36
pengenceran 2 kali lipat dari nutrisi tanaman yang diberikan di lapangan
(1:1:600).
Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan untuk pertanaman tomat cherry harus
dibersihkan dan disterilkan terlebih dahulu. Persiapan lahan meliputi pembersihan
dari sisa-sisa tanaman dan arang sekam bekas pertanaman sebelumnya dengan
cara disapu hingga bersih. Setelah lantai bersih kemudian dicuci dengan cara
menyikat lantai agar lumut dan sisa-sisa garam mineral yang melekat dapat
dihilangkan. Kemudian lantai dibilas dengan air bersih menggunakan power
sprayer.
Kondisi lahan yang telah bersih tidak menjamin tanaman tomat cherry
yang akan ditanam dapat terhindar dari serangan bibit penyakit yang tertinggal di
lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sterilisasi lantai. Bahan yang digunakan
untuk sterilisasi lantai adalah formalin dengan konsentrasi 5 cc/l. Sterilisasi
dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan formalin tersebut ke lantai
menggunakan power sprayer. Penyemprotan harus secara merata, dilakukan
dengan berjalan mundur agar lantai yang telah steril tidak terinjak kembali oleh
penyemprot.
Persiapan selanjutnya adalah persiapan media tanam di lahan. Media
tanam yang digunakan untuk tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah
arang sekam. Arang sekam yang digunakan diproduksi sendiri oleh perusahaan di
bagian rumah pembakaran sekam. Sekam mentah yang akan dijadikan arang
sekam diperoleh dengan cara membeli dari penggilingan padi atau tempat-tempat
lain yang menyediakan sekam mentah. Pembelian dilakukan oleh divisi
pengadaan non-sayur. Rasio pembakaran dari sekam mentah menjadi arang sekam
sekitar 100 : 40, yaitu dari 100 karung sekam mentah dapat menghasilkan 40
karung arang sekam. Proses pembakaran di rumah pembakaran sekam dilakukan
mulai pukul 15.00 WIB hingga keesokan harinya pukul 07.00 WIB. Cara
pembakarannya adalah dengan menyalakan tungku api terlebih dahulu dengan
bantuan kayu bakar di dalamnya. Selanjutnya sekam mentah diletakkan
mengelilingi tungku api secara merata (Gambar 9a) dan proses pembakaran akan
37
selesai keesokan paginya. Sekam yang telah terbakar merata (Gambar 9b) disiram
dengan air agar tidak terjadi abu sekam. Air yang digunakan adalah air yang
berasal dari bawah permukaan karena bebas dari kotoran atau biji-bijian tanaman
yang dapat menyebabkan gulma pada saat pertanaman.
(a) (b)
(c)
Gambar 9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam
Wadah tanam yang digunakan untuk penanaman tomat cherry adalah
polibag. Polibag yang digunakan berwarna hitam dengan ukuran 35 cm x 40 cm
yang memiliki daya tampung arang sekam sebanyak 2-2.5 kg. Bagian bawah
polibag diberi lubang yang berfungsi sebagai drainase. Sebelum polibag diisi
dengan media terlebih dahulu direndam dalam larutan lysol agar wadah yang
digunakan tersebut steril. Polibag diisi dengan arang sekam sebanyak 2/3 bagian
(Gambar 9c). Polibag yang telah diisi kemudian disusun di lahan dengan jarak
antar baris 120 cm dan jarak dalam baris 50 cm.
Penanaman Penanaman tomat cherry ke polibag dilakukan saat bibit tomat telah
berumur tiga minggu di persemaian (3 MSS). Bibit tomat yang telah siap
38
dipindahkan ke polibag dapat dilihat pada Gambar 10a. Tujuan pindah tanam ini
adalah untuk pembesaran sehingga akan menghasilkan buah yang diharapkan baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Satu hari sebelum tanam, polibag
diletakkan di greenhouse dan disiram dengan larutan pupuk dasar melalui irigasi
tetes. Pemberian pupuk dasar bertujuan agar pada saat tanam media masih basah
sehingga akar bibit tomat tidak mengalami stres kekeringan dan merangsang
pertumbuhan akar agar tumbuh optimal. Komposisi pupuk dasar yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 9.
Pemindahan bibit dari tray harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak perakaran dan batang bibit yang masih muda tersebut. Sebelum bibit
dikeluarkan dari tray, sebaiknya tray disiram terlebih dahulu dengan air agar akar
bibit mudah diangkat dan tidak rusak. Pembuatan lubang tanam pada media arang
sekam dilakukan sebelum bibit dikeluarkan dari tray. Lubang tanam yang dibuat
dengan kedalaman sekitar 5-8 cm. Setelah dikeluarkan, bibit dimasukkan beserta
medianya ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan hati-hati agar batang
dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya lubang tanam ditutup dengan sedikit ditekan
agar tanaman berdiri tegak. Jumlah bibit tomat yang ditanam dalam setiap polibag
berjumlah dua bibit. Penanaman dilakukan jika lahan benar-benar telah disiapkan,
yaitu meliputi sanitasi, pemasangan saluran irigasi, dan penyusunan polibag
(Gambar 10b).
(a) (b)
Gambar 10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag
39
Tabel 9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter
Komposisi Jumlah Satuan Stok A HNO3 16 g CaNO3 1 243 g
FeEDTA 7 g
Stok B KH2PO4 170 g KNO3 339 g K2SO4 13 g MgSO4 554 g MnSO4 2 g ZnSO4 1 g Borax 4 g
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman tomat cherry yang dilakukan meliputi penyiraman,
pemasangan tali ajir, pewiwilan, penyerbukan bantuan, pemangkasan daun bawah,
dan pemotongan titik tumbuh. Budidaya tomat cherry di PT. Saung Mirwan
dilakukan dengan sistem hidroponik, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak
hanya memberikan air tetapi dengan larutan nutrisi. Komposisi larutan nutrisi
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Komposisi pupuk tersebut dilarutkan
dalam 90 liter air untuk mencukupi kebutuhan selama satu minggu (Gambar 11a).
(a) (b)
Gambar 11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry
40
Tabel 10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter
Komposisi Jumlah Satuan Stok A CaNO3 24.8 kg
FeEDTA 175 g
Stok B MgSO4 12.0 kg KNO3 12.6 kg K2SO4 8.6 kg
KH2PO4 4.4 kg Borax 77.0 g
MNSO4 46.0 g ZnSO4 39.0 g
Na2MoO4 3.3 g CuSO4 5.0 g
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Penyiraman dilakukan menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation)
(Gambar 11b) sebanyak empat kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 11.00,
13.00, dan 15.00 WIB. Namun, penyiraman tersebut juga disesuaikan dengan
kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca panas atau cerah, maka penyiraman dilakukan
sesuai jadwal tersebut. Sebaliknya jika cuaca berawan, maka penyiraman hanya
dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya pukul 07.00 dan 13.00 WIB tergantung
kondisi media. Lamanya waktu penyiraman tergantung dengan banyaknya larutan
nutrisi yang diberikan pada saat penyiraman. Tujuan penyiraman adalah untuk
mempertahankan kondisi ketersediaan air pada media sehingga dapat
mengimbangi transpirasi yang cukup tinggi.
Larutan nutrisi dialirkan dari nutrisi pusat yang bersumber dari tangki
berkapasitas 3 000 l air. Jumlah larutan stok A dan stok B yang dilarutkan dalam
tangki tersebut masing-masing adalah 10 l, sehingga perbandingan antara stok A,
stok B, dan air adalah 1:1:300. Pencampuran larutan stok pada tangki dilakukan
pada saat bersamaan dengan pengisian air agar pencampurannya merata. Larutan
nutrisi akan mengalir dari tangki ke jaringan nutrisi hingga masuk ke lahan
pertanaman di dalam greenhouse. Awalnya larutan nutrisi akan mengalir melalui
pipa primer (HDPE 32 mm) terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke pipa sekunder
(LDPE 13 mm), tetapi sebelumnya larutan akan melalui kran pengontrol yang
berfungsi untuk mengatur volume larutan nutrisi yang sampai ke tanaman. Setelah
41
melalui pipa sekunder, larutan masuk ke pipa tersier (LDPE 5 mm) dan berujung
pada regulation stick (emitter) yang tertancap pada media dalam polibag. Skema
dan lay out jaringan irigasi tetes dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.
Jumlah larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman perlu disesuaikan
dengan umurnya. Tanaman tomat muda atau umur 0-2 MST diberi larutan
sebanyak 50-100 ml, umur 2-4 MST sebanyak 150-250 ml, dan tanaman dewasa
atau mulai berbunga sebanyak 250-400 ml pada setiap aplikasinya. Pengukuran
volume yang diperoleh tanaman dilakukan dengan menggunakan gelas ukur yang
diletakkan di samping salah satu polibag yang dijadikan sampel (Gambar 12a).
Emitter pada polibag sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga larutan
nutrisi yang keluar dapat diketahui jumlahnya. Setelah itu larutan nutrisi
dimasukkan kembali ke dalam polibag sampel. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan pada tanaman dewasa diketahui bahwa tanaman mendapatkan larutan
nutrisi sebanyak 400 ml dalam waktu lima menit, sehingga dapat diketahui debit
larutan yang keluar dari emitter yaitu 1.33 ml/detik.
Electrical Conductivity (EC) merupakan kemampuan media
menghantarkan listrik dalam kaitannya dengan penyerapan unsur hara oleh
tanaman. Tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui larutan nutrisi
dalam bentuk ion-ion. Ion tersebut akan saling berinteraksi membentuk garam-
garam mineral. Pengukuran nilai EC dan pH dilakukan menggunakan EC meter
(Gambar 12b). Nilai EC yang normal untuk tanaman tomat berkisar 1.5-2 mS/m,
sedangkan untuk nilai pH yang normal berkisar antara 5.5-6.5. Pada kondisi
tersebut tanaman dapat menyerap unsur hara yang diberikan melalui nutrisi secara
optimal, sehingga nilainya harus tetap dipertahankan. Oleh karena itu pengukuran
nilai EC dan pH pada larutan nutrisi tomat di bidang produksi seharusnya rutin
dilakukan setiap satu minggu sekali. Namun, pada kenyataannya di lapangan tidak
rutin dilaksanakan.
Pengukuran nilai EC pada media tanaman tomat dilakukan terhadap EC
masuk dan EC keluar. EC masuk merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang
akan diberikan ke tanaman, sedangkan nilai EC keluar merupakan nilai EC dari
larutan nutrisi yang tidak terserap akar tanaman sehingga keluar dari polibag dan
telah melewati media arang sekam. Whipker dan Cavins dalam Arif (2008)
42
menyatakan bahwa nilai EC larutan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
tanaman tumbuh lambat dan biaya produksi yang tinggi dalam proses budidaya.
Sebaliknya, konsentrasi larutan nutrisi yang terlalu rendah akan menyebabkan
produktivitas tanaman menurun. Oleh karena itu, pada larutan nutrisi dengan nilai
EC yang tinggi perlu dilakukan pengenceran dengan penambahan volume air atau
pengurangan larutan nutrisi pekat. Sebaliknya pada larutan nutrisi dengan nilai EC
rendah perlu dilakukan pengurangan volume air atau penambahan larutan nutrisi
pekat.
(a) (b)
Gambar 12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter
Tomat cherry memiliki pertumbuhan yang bersifat indeterminate, yaitu
pertumbuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, tanaman tomat cherry
memerlukan penyangga agar tanaman tetap dapat tumbuh dengan tegak.
Penyangga yang diberikan pada tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan
berupa tali ajir (Gambar 13). Tali ajir berfungsi untuk mempertahankan tanaman
agar tidak rebah karena kelebihan beban saat berbuah, sehingga buah yang
dihasilkan pun bersih karena tidak menyentuh lantai. Pemasangan tali ajir mulai
dilakukan pada tanaman tomat berumur 2 MST hingga tanaman akan dibongkar.
Tali ajir yang digunakan adalah benang kasur. Cara memasang tali ajir pada
tanaman adalah dengan cara dililitkan pada batang tanaman dari kiri ke kanan.
Tali ajir diikat pada batang dengan simpul hidup agar memudahkan pelepasan tali
pada saat penaikan maupun penurunan tali tersebut. Pada saat tanaman berumur 5,
7, 9, dan 12 MST dilakukan penaikan tali ajir, kemudian saat tanaman berumur 14
MST tali ajir diturunkan kembali dan setiap satu minggu seterusnya hingga panen.
Penaikan tali ajir dimaksudkan agar tanaman dan buah yang terbentuk tidak
43
sampai menyentuh tanah serta memudahkan saat pemeliharaan, sedangkan
penurunan tali ajir dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan dan
pemotongan titik tumbuh.
Gambar 13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry
Pewiwilan pada tomat cherry mulai dilakukan saat tanaman berumur
3 MST. Pewiwilan dilakukan dengan cara membuang tunas-tunas air, karena
dapat mempengaruhi produksi buah pada tanaman tomat. Tunas air merupakan
tunas yang bersifat tidak produktif dan banyak tumbuh di ketiak daun
(Gambar 14). Pertumbuhan tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman
terutama pertumbuhan generatif karena sebagian besar hasil fotosintesis diserap
oleh tunas air tersebut. Kegiatan ini dilakukan tiga kali dalam seminggu.
Proses penyerbukan yang terjadi pada tanaman tomat cherry dapat
berlangsung secara alami. Namun, penyerbukan tanaman tomat di PT. Saung
Mirwan dibantu dengan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan ini dilakukan
karena pergerakan udara di dalam greenhouse umumnya terbatas dan kehadiran
serangga penyerbuk juga jarang ada karena terisolasi dari udara luar. Jika
penyerbukan bantuan ini tidak dilakukan, maka pembentukan buah sedikit terjadi.
Penyerbukan bantuan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tanaman
dengan menggunakan tongkat yang dilapisi dengan busa agar batang tidak terluka
(Gambar 15). Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari setelah ada cahaya
matahari. Menurut Heddy et al. (1994) intensitas cahaya yang lemah atau suhu
yang rendah pada tanaman tomat mengakibatkan tidak adanya penyerbukan.
Kondisi ini mengubah struktur bunga, antera tidak mau membuka atau pecah pada
44
waktu stigma menerobos cincin antera. Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan
pada pukul 09.00 WIB.
Gambar 14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang
Gambar 15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa
Kegiatan pemangkasan dilakukan terhadap daun bagian bawah yang telah
menguning karena tua, layu, atau terkena penyakit. Kondisi daun yang rimbun
juga dapat memicu perkembangan hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan
pemangkasan. Selain itu kegiatan pemangkasan ini dapat mengurangi transpirasi
tanaman dan memudahkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan
daun bawah dimulai setelah tanaman panen pertama kali, yaitu pada daun-daun
yang telah menyentuh lantai setelah penurunan ajir. Jumlah daun yang dipangkas
sebanyak dua pelepah daun atau lebih, namun tidak terlalu banyak karena dapat
mengakibatkan tanaman stres. Tanaman tomat cherry yang belum dan sudah
dipangkas padat dilihat pada Gambar 16.
45
(a) (b)
Gambar 16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah
Umur ekonomis tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah
26 minggu. Setelah itu tanaman dibongkar untuk diganti lagi dengan tanaman
yang baru. Sebelum tanaman dibongkar, pemotongan dilakukan pada titik tumbuh
tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman terhenti dan nutrisi yang
diberikan pada tanaman digunakan untuk pertumbuhan generatif atau
pembentukan dan pematangan buah. Pemotongan ini bertujuan untuk memelihara
buah terakhir pada tanaman agar dapat dipanen mencapai ukuran normal.
Pemotongan titik tumbuh dilakukan tiga minggu sebelum tanaman dibongkar.
Pemotongan titik tumbuh minimal dua pelepah daun di atas buah terakhir
(Gambar 17). Jika masih muncul bunga maka bunga tersebut dibuang, karena
hanya buah terakhir yang dipelihara sampai panen.
Gambar 17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang menyerang tanaman tomat cherry adalah white fly (Bemisia
tabaci), leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera).
46
White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan
menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi keriput kecoklatan.
Hama leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara
membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun
menjadi kering kuningan. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda,
bunga, dan buah. Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun. Ulat buah
menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga terbentuk lubang.
Gejala pada tanaman yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Gambar 18.
(a) (b
Gambar 18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry
Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry dapat disebabkan oleh
cendawan dan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas
penyakit layu (Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica),
bercak daun (Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit
layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di
persemaian dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian
yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir
berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik
berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabu-
abuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk
lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah
lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman.
Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi
47
lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat
sehingga menyebabkan kematian.
Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah
penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen
dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan
hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya
mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan
berwarna putih seperti lendir.
Selain penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri, terdapat
penyakit lain yang disebabkan oleh defisiensi unsur hara, yaitu busuk ujung buah
(Blossom end rot) akibat defisiensi unsur Ca. Gejala yang ditimbulkan yaitu
terdapat bercak pada ujung buah dan warna kulit menjadi coklat tua. Bercak
tersebut menandakan jaringan yang berada di bawahnya mati, sehingga bagian
tersebut cenderung matang lebih cepat. Pengendalian penyakit Blossom end rot
adalah dengan penyemprotan tanaman menggunakan CaNO3 dengan konsentrasi
5-7 g/l. Pantastico dan Venter (1986) menyatakan bahwa selain pemberian
Ca(NO3)2 untuk mengurangi penyakit ujung buah juga dapat dilakukan dengan
pemberian gips atau penyemprotan CaCl2. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
kelebihan unsur K yang mengakibatkan kekurangan Ca. Gejala serangan penyakit
pada tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 19.
(a) (b)
Gambar 19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot)
48
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan pada
tanaman tomat cherry adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 20).
Penyemprotan pestisida pada tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dilakukan dua
kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Waktu pelaksanaannya
adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang digunakan terdiri atas
golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang
digunakan, dosis, serta kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Gambar 20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat
Pemanenan Menurut Kader (1990) tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan
komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan
kehilangan hasil yang terjadi rendah. Tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan
biasanya mulai dipanen pada umur 8 MST. Namun, pada saat musim hujan
biasanya umur panen lebih lama yaitu pada 9 MST. Buah yang dipanen saat
berwarna kekuning-kuningan dengan tingkat kemasakan sekitar 80 % (Gambar
21a). Jika buah dipanen pada tingkat kemasakan 90 %, maka buah akan terlalu
lunak pada saat pemasaran.
Pemanenan dapat dilakukan setiap hari atau dua hari sekali tergantung
keadaan buah yang masak di lahan. Biasanya panen dilakukan pada pagi hari
pukul 07.00-09.00 WIB. Cara panen tomat cherry adalah dengan memetik buah
secara hati-hati agar tidak rusak dengan disertakan tangkai atau gagang buahnya
(Gambar 21b). Tujuan pemanenan tomat cherry menggunakan tangkai atau
gagang buah adalah untuk mengindikasikan lama simpan buah di divisi
pengemasan. Tomat cherry yang dipanen dimasukkan ke dalam ember, kemudian
49
dipindahkan ke dalam keranjang untuk pengangkutan ke divisi pengemasan
(Gambar 21c).
(a) (b)
(c)
Gambar 21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna
Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan
Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya tomat cherry
lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung
Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara
penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi
karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume
dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.
MANAJEMEN BUDIDAYA
Bidang Produksi
Manajemen produksi merupakan hal yang sangat penting dalam mengatur
dan mengkoordinasikan kegiatan atau proses produksi agar tercapai tujuan yang
efektif dan efisien. Menurut Rahardi et al. (2001) manajemen produksi mencakup
perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi yang di dalamnya
terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi
untuk jangka pendek menengah atau panjang.
Proses produksi sayuran di PT. Saung Mirwan diawali dengan pembuatan
rencana program tanam yang dilakukan oleh Kepala Seksi yang bekerjasama
dengan Kepala Sub Seksi. Perencanaan program tanam sayuran sangat penting
dalam menghasilkan produksi sayuran yang sesuai dengan target penjualan dari
divisi penjualan sayur. Perencanan dan penyusunan program tanam dibuat setahun
sekali dengan kategori per minggu. Rencana program tanam ini bersifat fleksibel
karena setiap minggu dilakukan revisi atau perbaikan. Misalnya, jadwal
penanaman diundur karena jadwal panen dari pertanaman sebelumnya yang tidak
sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan karena belum layak panen.
Pengorganisasian dilakukan dengan mengkoordinasikan rencana hasil
panen dari divisi penjualan sayur kepada bidang produksi untuk pembuatan
anggaran biaya produksi. Setelah itu anggaran biaya produksi diajukan kepada
bagian pengadaan non-sayur untuk mengetahui jumlah kebutuhan benih, pupuk,
pestisida, serta segala sarana dan prasarana penunjang kegiatan produksi sayuran
tersebut. Kemudian bagian pengadaan non-sayur mengajukan anggaran tersebut
ke divisi keuangan untuk membelanjakan seluruh kebutuhan kegiatan produksi.
Kegiatan menanam di lapangan dimulai setelah tersedianya bahan baku produksi.
Jumlah tanaman yang akan ditanam disesuaikan dengan luas areal dan
jumlah modal yang tersedia. Kebutuhan sayur dari divisi penjualan sayur yang
tidak dapat dipenuhi oleh bidang produksi diusahakan dari luar perusahaan
dengan sistem kerjasama melalui kemitraan dengan petani. Sebagian kebutuhan
sayuran ditanam oleh mitra tani, tetapi jika masih ada kekurangan untuk
mencukupi pemesanan dari divisi penjualan sayur maka bagian pengadaan sayur
51
yang bertugas mencari untuk menutupi kekurangan tersebut. Bagian pengadaan
sayur mencari sayuran dari petani atau pengumpul yang berada di sekitar wilayah
perusahaan dan berstatus sebagai mitra beli. Jenis-jenis sayuran yang tidak
diproduksi sendiri oleh bidang produksi maupun mitra tani seluruhnya dibeli dari
mitra beli maupun dari pasar lokal setempat.
Kemitraan Salah satu strategi PT. Saung Mirwan untuk mencapai target dan
kontinuitas produksi sesuai dengan kebutuhan pasar adalah dengan membentuk
suatu pola kerjasama, yaitu sistem kemitraan dengan para petani. Tujuan dari
sistem kemitraan adalah untuk meringankan beban biaya produksi, karena pihak
perusahaan menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya
terutama dalam hal luas lahan dan besarnya biaya investasi. PT. Saung Mirwan
menginginkan kehadirannya bermanfaat bagi petani, dengan nilai jual dan harga
komoditi yang pasti. Petani dapat memproyeksikan atau menganalisis laba
ruginya karena biaya produksi yang jelas dan harga jual yang pasti dibandingkan
dengan menjual ke pasar lokal.
Sistem kemitraan yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan terdiri atas dua
macam, yaitu mitra tani dan mitra beli. Mitra tani merupakan kerjasama yang
dilakukan dengan cara petani menanam komoditi sesuai yang telah diprogramkan
dengan mendapat bimbingan dari penyuluh pertanian perusahaan dan seluruh hasil
produksi yang memenuhi standar kualitas perusahaan wajib dijual ke PT. Saung
Mirwan. Jenis komoditi yang ditanam meliputi lima macam, yaitu edamame,
kailan baby, buncis mini, pakchoi baby, dan pakchoi hijau. Mitra beli merupakan
kerjasama yang dilakukan dengan pengumpul atau petani yang produknya hanya
dibutuhkan saat hasil produksi dari perusahaan dan mitra tani tidak mencukupi
jumlah pemesanan dari konsumen.
Mekanisme untuk bergabung menjadi mitra dilakukan dengan memenuhi
beberapa persyaratan, diantaranya adalah dengan mengisi formulir perjanjian
kemitraan dan menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP). Setelah petani
resmi menjadi mitra, maka terdapat kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
52
kedua belah pihak. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan perusahaan dan
mitra tani dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 . Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan
Mitra Tani
No Kewajiban Perusahaan No Kewajiban Mitra Tani 1 Memprogram semua lahan yang
akan dimitrakan 1 Membayar kebutuhan bibit/benih
yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan lahan
2 Menyediakan benih-benih yang direncanakan tanam
2 Membiayai kebutuhan operasional
2 Membantu dalam teknis budidaya 3 Menyediakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
4 Membeli semua produk yang dihasilkan oleh mitra tani yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan
4 Mengikuti petunjuk dari penyuluh lapangan tentang teknis budidaya
5 Mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan perusahaan
6 Menjual seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan perusahaan
7 Mengantar sendiri hasil panen ke tempat penerimaan PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kp. Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor
Sumber : Divisi Kemitraan PT. Saung Mirwan Kualitas produk yang dihasilkan oleh petani harus memenuhi standar yang
telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu sesuai dengan yang tertera dalam dokumen
standar penerimaan sayur yang terdapat di bagian penerimaan PT. Saung Mirwan.
Jika produk petani tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan, maka
produk tersebut dikembalikan ke petani. Biasanya produk tersebut kemudian
dijual ke pasar lokal, dengan harga yang lebih rendah dibandingkan PT. Saung
Mirwan.
Harga pembelian produk oleh perusahaan telah disepakati sejak awal
perjanjian dimulai. Harga produk yang berlaku tersebut bersifat tetap. Perubahan
harga hanya terjadi apabila terjadi kenaikan biaya produksi di petani dan telah
53
disetujui oleh kedua pihak. Besarnya timbangan dari produk yang akan diterima
dan dibayar adalah produk setelah dilakukan sortasi oleh bagian penerimaan
PT. Saung Mirwan. Sistem pembayaran yang dilakukan terhadap produk yang
dikirim oleh mitra, baik mitra tani maupun mitra beli akan dibayarkan oleh
perusahaan dua minggu setelah hasil panen diterima oleh bagian penerimaan PT.
Saung Mirwan. Jumlah yang diterima oleh mitra adalah jumlah timbangan produk
yang diterima oleh bagian penerimaan dikalikan dengan harga produk, kemudian
dikurangi dengan nilai bibit/benih yang diterima oleh mitra.
Perjanjian kemitraan terhitung sejak tanggal ditandatanganinya surat
perjanjian hingga waktu yang tidak terbatas. Kerjasama dapat berakhir karena
terjadi masalah atau pemberitahuan antara kedua belah pihak. Misalnya, petani
mengundurkan diri dari program kemitraan. Selain itu perjanjian diakhiri karena
perusahaan sudah tidak memberi program penanaman atau petani tidak
melanjutkan program penanaman komoditi yang diberikan oleh perusahaan.
PENANGANAN PASCA PANEN
Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang
tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu
kegiatan pasca panen dapat menjadikan sayuran lebih menarik sehingga
memenuhi standar perdagangan. Adanya penanganan pasca panen yang tepat
mengakibatkan hasil sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu dapat digunakan atau
dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin.
Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh divisi pengemasan
PT. Saung Mirwan berbeda dengan yang dilakukan oleh mitra tani. Penanganan
pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani hanya terdiri atas trimming dan
pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi pengemasan
PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti untuk memenuhi permintaan
konsumen. Kegiatan pasca panen yang dilakukan pada pakchoi baby terdiri atas
trimming, penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan, sedangkan
yang dilakukan pada tomat cherry terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan. Hasil pengamatan dan wawancara terhadap kegiatan pasca panen
pakchoi baby dan tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung
Mirwan
Saluran Pemasaran
Pem
bers
ihan
Trim
min
g
Peny
ortir
an
Peng
kela
san
Peng
emas
an
Peny
impa
nan
Peng
angk
utan
Pem
bers
ihan
Peny
ortir
an
Peng
kela
san
Peng
emas
an
Peny
impa
nan
Peng
angk
utan
Pakchoi Baby Tomat Cherry Bag. Pengemasan PT. Saung Mirwan
- √ √ - √ √ √ - - - √ √ √
Mitra Tani - √ - - - - √ Mitra Beli (Pengumpul) - - - - - - √
Supermarket - - √ - - √ - - √ - - √ - Hotel dan Restoran √ - - - - - - √ - - - - -
Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : : Tidak diperoleh data
55
Pembersihan Pembersihan merupakan salah satu tindakan penting sebelum sayuran
diproses lebih lanjut. Menurut Akamine et al. (1986) pembersihan (cleaning)
bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat pada sayuran agar memperbaiki
penampakan sayuran dan menghilangkan bagian yang busuk atau rusak. Kegiatan
pembersihan yang dilakukan misalnya dengan dicuci untuk membersihkan
sayuran dari kotoran/tanah yang masih melekat sewaktu dipanen ataupun
memangkas bagian-bagian yang rusak/cacat (trimming).
Pengendalian mutu yang diterapkan oleh divisi pengemasan PT. Saung
Mirwan adalah dengan cara membuang atau menghilangkan bagian yang tidak
diperlukan atau rusak. Prosedur pelaksanaannya adalah dengan memotong bagian
yang tidak diperlukan, kemudian memeriksa secara visual kondisi sayur setelah
dibersihkan untuk melihat ada tidaknya material lain di bagian dalam sayur.
Pembersihan lain dilakukan dengan cara menghilangkan kotoran yang dapat
menjadi kontaminan fisik terhadap produk. Proses penghilangan kotoran
dilakukan dengan cara pencucian menggunakan air yang memenuhi persyaratan
air minum. Pencucian produk segar hanya dilakukan terhadap beberapa jenis
sayuran yang dapat dicuci.
Sayuran daun seperti pakchoi baby memiliki sifat yang mudah rusak,
sehingga menuntut adanya pelaksanaan panen dan penanganan pasca panen yang
tepat. Pelaksanaan panen di lapangan harus dilakukan dengan hati-hati dan lebih
teliti agar produk yang dihasilkan tidak kotor, sehingga tidak perlu dilakukan
pencucian dalam bak air. Pencucian sayuran pada pakchoi baby akan
mengakibatkan tingkat kehilangan hasil yang lebih tinggi. Oleh karena itu, baik
PT. Saung Mirwan dan mitra tani tidak melakukan pencucian terhadap pakchoi
baby. Pembersihan yang dilakukan hanya trimming, yaitu membuang pangkal
batang serta lapisan luar daun yang tua, patah, busuk, ataupun berlubang.
Trimming yang dilakukan saat panen di lahan oleh bidang produksi PT. Saung
Mirwan lebih teliti dibandingkan oleh mitra tani. Hal ini disebabkan karena saat
penerimaan barang di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan sayuran akan
mengalami trimming kembali. Oleh karena itu, apabila trimming yang dilakukan
oleh mitra tani lebih teliti maka akan semakin mengurangi timbangan hasil panen.
56
Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) Penanganan pasca panen setelah pembersihan adalah penyortiran (sortasi).
Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan hasil panen yang berpenampilan baik
dengan yang rusak, busuk, terserang hama, atau terkena penyakit. Kegiatan sortasi
pada pakchoi baby dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan saat masih di
lapangan. Hanya produk yang memenuhi standar yang dikirim ke divisi
pengemasan. Standar penerimaan yang ditetapkan oleh divisi pengemasan PT.
Saung Mirwan untuk pakchoi baby dan tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan
Komoditi Kriteria Tomat cherry Diameter buah : 2.5-3 cm
Bobot : 15-25 g Warna : Semburat merah-merah penuh Keadaan produk : a. tidak busuk b. tidak pecah c. tidak lembek d. masih ada tangkai buah/cupat
Pakchoi baby Warna : Hijau Ukuran : Bobot 25-35 g Keadaan produk : a. tidak busuk b. tidak berlubang pada daun c. tidak layu
Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan Produk yang akan masuk ke divisi pengemasan harus melalui bagian
penerimaan sayur terlebih dahulu. Bagian penerimaan sayur bertugas untuk
melakukan pemeriksaan kuantitas, kualitas, dan ada tidaknya residu pestisida
secara visual, serta melakukan penyortiran kembali terhadap produk yang
diterima.
Setelah dilakukan sortasi, kemudian dilakukan pengkelasan (grading) pada
produk. Menurut Winata (2006) kriteria pengkelasan umumnya adalah bentuk,
warna, tingkat kematangan, dan tingkat kerusakan. Yulianti (2009) menyatakan
bahwa pengkelasan dilakukan untuk melihat perbedaan mutu dan kualitas sayur
serta digunakan sebagai penentu harga jual di beberapa saluran pemasaran.
57
Pengendalian mutu yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan
adalah dengan cara mengelompokkan sayuran berdasarkan ukuran, bentuk, dan
bobot sesuai dengan spesifikasi dari konsumen.
Divisi pengemasan tidak melakukan pengkelasan pada pakchoi baby.
Namun, pakchoi baby yang berukuran besar masuk ke dalam golongan pakchoi
hijau. Pada dasarnya saat penanaman menggunakan benih yang sama, hanya
dibedakan karena ukurannya lebih besar dan umur panennya lebih lama
dibandingkan pakchoi baby. Pengkelasan pada tomat cherry hanya dilakukan
dengan mengelompokkan buah berdasarkan kriteria warna saat pengemasan.
Gambar 22 merupakan pengelompokan tomat cherry berdasarkan kriteria warna
yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan.
Gambar 22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria Warna
Pengemasan (Packaging) Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan. Selain itu, pengemasan juga merupakan penunjang
bagi transportasi, distribusi, dan merupakan bagian penting dari usaha untuk
mengatasi persaingan dalam pemasaran karena kemasan dapat memperindah
penampilan produk. Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu
hanya hasil yang paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Pengendalian mutu
yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan adalah dengan cara
mengemas sayuran menggunakan kemasan berupa plastik film (wrapping film),
seal tape, plastik, trayfoam, krat boks, karton boks, ataupun styrofoam. Kemasan
dan bagian dalam kemasan harus dalam keadaan bersih. Prosedur pelaksanaan
proses pengemasan antara lain mempersiapkan kemasan, peralatan pengemasan,
58
dan meja pengemas yang akan digunakan dalam kondisi bersih untuk menjamin
kebersihan saat proses pengemasan.
Kegiatan pengemasan telah dilakukan sejak di lapangan. Sayuran yang
telah dipanen, dikemas sementara dalam wadah kontainer plastik atau keranjang
bambu. Bidang produksi PT. Saung Mirwan biasanya menggunakan kontainer
plastik untuk mengangkut sayuran setelah panen, sedangkan mitra tani biasanya
menggunakan keranjang bambu. Penumpukan dalam wadah sementara ini
sebaiknya tidak terlalu padat agar tidak terjadi kerusakan selama proses
pengangkutan. Kerusakan yang terjadi seperti luka atau lecet dapat mempercepat
terjadinya pembusukan.
Pengemasan sayuran di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan tergantung
pada jenis, bentuk, ukuran dan tujuan pasarnya. Pengemasan sayuran disesuaikan
dengan permintaan dari masing-masing konsumen. Pengemasan yang dilakukan
untuk pakchoi baby dan tomat cherry menggunakan sistem pengemasan curah dan
pack. Sistem pengemasan curah ditujukan untuk konsumen seperti restoran dan
hotel (Gambar 23a). Kemasan yang digunakan biasanya menggunakan plastik
dengan ukuran sesuai bobot yang dipesan oleh konsumen tersebut. Sistem
pengemasan pack ditujukan untuk konsumen pengecer (retail) yaitu supermarket.
Tujuan digunakannya kemasan ini untuk memberi nilai estetika agar menarik
konsumen. Daya tarik konsumen sebelum melihat suatu produk adalah melihat
tampilan kemasannya terlebih dahulu. Menurut Winata (2006) kemasan konsumen
dapat dimanfaatkan sebagai sarana informasi dan promosi dari komoditi sayuran
yang dikemas tersebut.
Pengemasan pada pakchoi baby menggunakan trayfoam dengan bobot
masing-masing kemasan adalah 250 g (Gambar 23b). Tomat cherry juga dikemas
menggunakan trayfoam dengan bobot masing-masing kemasan 200 g
(Gambar 23c). Setelah sayuran disusun pada trayfoam maka dilakukan
penimbangan, kemudian dibungkus menggunakan wrapping film. Sayuran yang
telah dibungkus diberi label dengan logo ”Fresh and Quality” dari PT. Saung
Mirwan. Label tersebut biasa digunakan untuk konsumen seperti Carrefour, Super
Indo, dan Yogya. Namun, ada perbedaan kemasan yang dilakukan pada tomat
cherry untuk konsumen dari Matahari yaitu menggunakan kemasan berupa mika
59
plastik dengan bobot masing-masing kemasan 250 g dan diberi label dengan logo
yang berbeda (Gambar 23d). Alat timbangan yang digunakan untuk pakchoi baby
dan tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 24.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 23. (a) Kemasan Curah Tomat Cherry, (b) Kemasan Pakchoi Baby, (c) Kemasan Tomat Cherry, (d) Kemasan Tomat Cherry untuk Matahari
(a) (b)
Gambar 24. Alat Timbangan : (a) Pakchoi Baby, (b) Tomat Cherry
60
Penyimpanan (Storage) Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan
sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan
tertentu memperbaiki mutunya. Pendinginan merupakan cara yang ekonomis
untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar.
Sayuran yang disimpan adalah sayuran yang telah masuk di bagian penerimaan
sebelum dikemas dan sayuran yang telah dikemas sebelum dikirim ke konsumen.
Divisi pengemasan PT. Saung Mirwan memiliki dua cool room, sehingga sayuran
yang belum dikemas disimpan di cool room yang terpisah dengan sayuran yang
telah dikemas. Suhu cool room diperiksa setiap 4 jam sekali dengan
mempertahankan suhu 4-8 ºC. Penyimpanan sayuran yang belum dikemas
dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sedangkan untuk sayuran yang telah
dikemas dikelompokkan berdasarkan kode produk dan kode konsumen. Sayuran
yang belum dikemas berada di dalam cool room hingga adanya pemesanan dari
konsumen. Setelah adanya pemesanan maka sayuran dikeluarkan dari cool room
untuk dikemas kemudian dipindahkan ke cool room lainnya untuk dikirim
keesokan paginya.
Pengangkutan Mitra tani dan mitra beli melakukan pengiriman sayuran ke divisi
pengemasan PT. Saung Mirwan pada siang hingga sore hari. Hal tersebut
dilakukan karena bagian penerimaan sayur mulai dibuka pukul 14.00 WIB dan
ditutup pukul 17.00 WIB. Namun, untuk sayuran dari bidang produksi dikirim ke
divisi pengemasan setelah panen selesai agar tidak layu karena terlalu lama di
lahan, sedangkan untuk sayuran yang berasal dari kebun Cipanas atau Garut
diangkut sore hari dan akan sampai di bagian penerimaan pada malam hari sekitar
pukul 22.00 WIB. Bidang produksi mengangkut hasil panen dengan cara
memasukkan sayuran ke dalam kontainer plastik, sedangkan mitra tani dan mitra
beli ada yang menggunakan kontainer plastik dan ada pula yang menggunakan
keranjang bambu. Alat angkutan yang digunakan oleh mitra tani dan mitra beli
adalah mobil bak terbuka. Wadah yang digunakan untuk pengangkutan ke divisi
pengemasan dapat dilihat pada Gambar 25.
61
(a) (b)
Gambar 23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi, (b) Mitra Tani
Bagian distribusi PT. Saung Mirwan memiliki alat transportasi sebanyak
12 mobil, 4 diantaranya merupakan mobil truk dengan ban ganda. Mobil truk
dengan ban double memiliki kapasitas angkut sebanyak 4 ton, sedangkan
kapasitas truk lainnya hanya 2-3 ton. Semua mobil yang dimiliki merupakan truk
tertutup yang dilengkapi dengan alat pendingin (Gambar 26). Suhu pendingin
yang baik untuk mobil distribusi adalah 0-1 ºC. Namun, pada kenyataannya suhu
pada mobil distribusi PT. Saung Mirwan mencapai 3-4 ºC. Hal ini disebabkan
oleh kerusakan alat pendingin akibat perawatan yang kurang baik. Pengiriman
sayur dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu. Jadwal keberangkatan
pengiriman sayur pukul 05.00 WIB, sampai kepada konsumen di titik pertama
sekitar pukul 06.00-06.30 WIB, dan sampai di kantor kembali pukul 12.00 WIB.
Kondisi tersebut tergantung kondisi kemacetan di jalur distribusi tersebut. Setiap
mobil mengirim sayuran paling sedikit ke 9 titik tujuan dan paling banyak ke 15
titik di setiap jalur distribusi, tergantung banyaknya jumlah konsumen yang
memesan. Setelah itu pada siang harinya mobil distribusi digunakan untuk
mengambil hasil panen dari kebun Cipanas dan kebun Garut.
Gambar 24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup Berpendingin (AC)
62
Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran Sayuran yang telah dipanen tidak secara keseluruhan dapat dipasarkan
karena terdapat bagian-bagian tertentu yang tidak memiliki nilai jual, seperti akar
tanaman, daun yang berlubang, tua, maupun menguning, serta bagian tanaman
lainnya yang tidak dapat dikonsumsi. Hal tersebut mengakibatkan adanya nilai
persentase hasil panen yang dapat dipasarkan (marketable yield) setelah dilakukan
trimming dan sortasi di lapangan.
Pengamatan persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi
pakchoi baby di bidang produksi PT. Saung Mirwan dilakukan selama delapan
kali setiap ada kegiatan panen di lahan. Persentase hasil panen pakchoi baby yang
dapat dipasarkan diperoleh dari 32 bedengan dengan pengambilan sampel 1 m2
tiap bedengan. Pada komoditi tomat cherry persentase hasil panen yang dapat
dipasarkan mencapai 100 %. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya
kegiatan sortasi di lahan. Oleh karena itu, seluruh hasil panen dari lahan dibawa
ke divisi pengemasan sehingga tidak ada hasil panen yang dibuang.
Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby
di bidang produksi PT. Saung Mirwan disajikan pada Tabel 14. Rata-rata
persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada pakchoi baby berkisar antara
61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh tingginya kehilangan
bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk dipasarkan.
Kehilangan bobot yang tinggi disebabkan oleh kondisi tanaman banyak yang
berlubang karena terserang hama ulat sehingga banyak yang dibuang saat sortasi.
Nilai persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby di
bidang produksi PT. Saung Mirwan ini lebih kecil dibandingkan yang terjadi di
mitra tani. Hal ini disebabkan oleh kegiatan trimming dan sortasi yang dilakukan
oleh bidang produksi pada produk panen sangat teliti, sehingga banyak rompesan
dan produk yang tidak sesuai standar penerimaan dibuang. Hal tersebut
mengakibatkan semakin kecil bobot bersih yang dapat dipasarkan untuk dibawa
ke divisi pengemasan.
63
Tabel 14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
No Tanggal Bedengan Bobot Kotor (kg)
Bobot Bersih yang Dapat Dipasarkan
(kg)
Kehilangan Bobot (%)
Persentase yang Dapat Dipasarkan
(%) 1 13 April
2010 1 3.25 2.55 21.54 78.46
2 3.10 2.45 20.97 79.03 3 3.35 2.85 14.93 85.07 4 2.90 2.35 18.97 81.03 Rata-rata 3.15 2.55 19.10 80.90 2 16 April
2010 1 3.00 2.20 26.67 73.33
2 3.20 2.20 31.25 68.75 3 3.70 2.95 20.27 79.73 4 4.15 2.75 33.73 66.27 Rata-rata 3.51 2.53 27.98 72.02 3 23 April
2010 1 3.75 2.70 28.00 72.00
2 4.70 3.45 26.60 73.40 3 4.10 3.20 21.95 78.05 4 4.05 2.55 37.04 62.96 Rata-rata 4.15 2.98 28.40 71.60 4 27 April
2010 1 2.30 1.30 43.48 56.52
2 2.00 1.20 40.00 60.00 3 1.60 1.15 28.13 71.88 4 2.55 1.45 43.14 56.86 Rata-rata 2.11 1.28 38.69 61.31 5 4 Mei
2010 1 3.35 2.55 23.88 76.12
2 3.45 1.75 49.28 50.72 3 4.50 3.30 26.67 73.33 4 3.45 2.40 30.43 69.57 Rata-rata 3.69 2.50 32.56 67.44 6 17 Mei
2010 1 1.65 1.25 24.24 75.76
2 2.90 1.95 32.76 67.24 3 3.20 1.90 40.63 59.38 4 3.80 2.65 30.26 69.74 Rata-rata 2.89 1.94 31.97 68.03 7 20 Mei
2010 1 1.90 1.30 31.58 68.42
2 2.70 1.85 31.48 68.52 3 1.65 1.15 30.30 69.70 4 2.3 1.50 34.78 65.22 Rata-rata 2.14 1.45 32.04 67.96 8 21 Mei
2010 1 2.95 1.70 42.37 57.63
2 2.45 1.45 40.82 59.18 3 2.65 2.00 24.53 75.47 4 2.70 2.15 20.37 79.63 Rata-rata 2.69 1.83 32.02 67.98
Rata-rata total 3.04 2.13 30.34 69.66 Sumber : Hasil Pengamatan
64
Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby
dari lahan mitra tani disajikan pada Tabel 15. Pengamatan persentase hasil panen
yang dapat dipasarkan hanya dilakukan satu kali di lahan salah seorang mitra tani
yang berlokasi sekitar 2 km dari divisi pengemasan PT. Saung Mirwan.
Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada pakchoi baby diperoleh dari
4 bedengan dengan pengambilan sampel 1 m2 tiap bedengan.
Tabel 15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra Tani
No Nama Petani Bedengan
Bobot Kotor (kg)
Bobot Bersih yang
Dipasarkan (kg)
Kehilangan Bobot (%)
Persentase yang Dapat Dipasarkan
(%) 1 Yusuf
Solihin 1 2.00 1.82 9.00 91.00
2 2.00 1.80 10.00 90.00 3 1.80 1.65 8.33 91.67 4 3.50 3.38 3.43 96.57 Rata-rata 2.33 2.16 7.69 92.31
Sumber : Hasil Pengamatan Tanggal 26 Juli 2010 Persentase hasil panen mitra tani yang dapat dipasarkan berkisar antara
90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani
hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat
panen di lahan hanya dalam jumlah kecil. Petani hanya membuang daun tua agar
tidak mengurangi bobot yang dikirim ke divisi pengemasan. Hal ini dikarenakan
akan dilakukan trimming dan sortasi kembali di bagian penerimaan sayur
PT. Saung Mirwan. Trimming dilakukan untuk membuang daun-daun yang rusak
selama pengangkutan dari lahan mitra tani. Kerusakan yang terjadi selama proses
pengangkutan menyebabkan kehilangan hasil (loss). Jika kegiatan trimming dan
sortasi yang dilakukan di lahan lebih teliti maka semakin mengurangi bobot yang
diterima bagian penerimaan, sehingga jumlah pembayaran yang diterima semakin
sedikit. Pengambilan sampel yang dilakukan hanya sekali dan hanya pada satu
orang petani mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan nilai persentase
hasil panen yang dapat dipasarkan.
Kehilangan hasil (loss) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal
ketersediaan (availability), jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya
65
dapat menyebabkan bahan tersebut tidak dapat dikonsumsi (Muchtadi dan
Anjarsari, 1996). Kehilangan hasil pada sayuran di PT. Saung Mirwan terdiri atas
sayuran yang busuk, berlubang, tidak sesuai standar penerimaan, rompesan dari
trimming, dan pecah (sayuran buah). Kehilangan hasil ini sering disebut dengan
istilah broken stock (BS). Sayuran BS ini merupakan sayuran yang tidak layak
jual ke konsumen supermarket, restoran ataupun hotel. Biasanya sayuran BS ini
tidak dijual tetapi dibuang begitu saja karena sudah tidak memiliki nilai jual
menurut perusahaan.
Pengamatan kehilangan hasil harian pada komoditi pakchoi baby
dilakukan dengan pengumpulan data selama delapan kali. Kegiatan pengamatan
dilakukan dengan mengikuti proses pengemasan produk. Selama kegiatan
pengemasan dilakukan sortasi dan trimming kembali terhadap semua komoditi
pakchoi baby yang masuk melalui bagian penerimaan sayur. Jumlah sayuran yang
masuk telah ditimbang terlebih dahulu dan dilakukan pencatatan di bagian
penerimaan tersebut. Pakchoi baby yang termasuk dalam kriteria BS dan
rompesan hasil dari trimming (Gambar 25a) dipisahkan ke dalam kontainer plastik
(Gambar 25b) yang selanjutnya ditimbang untuk mengetahui bobot yang ditolak,
sehingga diketahui bobot bersih yang diterima oleh divisi pengemasan.
(a) (b)
Gambar 25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual)
Pakchoi baby yang berasal dari mitra tani dan mitra beli, produk BS dan
rompesannya dikembalikan kepada pengirimnya. Biasanya produk BS tersebut
dijual ke pasar lokal, dengan harga jual lebih murah dibandingkan di PT. Saung
Mirwan. Begitu pula untuk pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi,
66
produk BSnya yang hanya berlubang sedikit masih dapat dijual ke pasar lokal
melalui divisi pengemasan, sedangkan yang sudah tidak layak jual dibuang.
Tabel 16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan
No Tanggal Asal Sayur Penerimaan (kg)
BS (Broken Stock) (kg)
Kehilangan Hasil (%) Keterangan
1 15 April 2010
Lokasi BRC 24 3 12.50 Trimming Lokasi BLN 37 6 16.22 BS dan
trimming 2 19 April
2010 Lokasi BLN 105 13 12.38 BS dan
trimmingMitra Tani 70 43 61.43 BS dan
trimming3 29 April
2010 Lokasi BXC 53 22 41.51 BS dan
trimmingLokasi BLN 45 9.5 21.11 BS dan
trimming Mitra Tani 35 6 17.14 BS dan
trimming 4 4 Mei
2010 Mitra Tani 20 5 25.00 BS Lokasi BXC 196 30 15.31 BS Lokasi BLN 15 2 13.33 Ulat
5 4 Mei 2010
Mitra Beli 20 0 0.00 Mitra Tani 105 43 40.95 BS dan
trimmingMitra Tani 14 14 100.00 Ulat Mitra Tani 21 10 47.62 BS dan
trimming6 9 Juni
2010 Mitra Beli 31 0 0.00 Lokasi BLN 146 26 17.81 BS
7 16 Juni 2010
Lokasi BLN 19 0 0.00 Mitra Tani 115 36 31.30 BS dan
trimming Lokasi BXC 106 0 0.00
8 22 Juni 2010
Mitra Tani 38 18 47.37 BS dan trimming
Mitra Tani 76 31 40.79 BS dan trimming
Mitra Tani 80 24 30.00 BS dan trimming
Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan
67
Kehilangan hasil harian pada komoditi pakchoi baby selama proses
pengemasan disajikan pada Tabel 16. Kehilangan hasil pakchoi baby yang berasal
dari bidang produksi 0-41 %, mitra tani 17-100 %, dan mitra beli 0 %. Tingkat
kehilangan hasil pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi selama proses
pengemasan lebih rendah dibandingkan yang berasal dari mitra tani. Hal itu
disebabkan karena kegiatan trimming dan sortasi saat panen di lahan bagian
produksi lebih teliti dibanding yang dilakukan oleh mitra tani. Tingkat kehilangan
hasil pada pakchoi baby yang berasal dari mitra tani dapat mencapai 100 %
disebabkan karena tidak adanya kegiatan sortasi saat panen di lahan, sehingga
sayuran yang tidak memenuhi kriteria standar penerimaan sayur PT. Saung
Mirwan tersebut ditolak dan dikembalikan kepada petani.
Selain itu, tingkat kehilangan hasil pakchoi baby yang tinggi dari mitra
tani disebabkan karena lokasi lahan petani memiliki jarak cukup yang jauh dari
divisi pengemasan PT. Saung Mirwan, yaitu lebih dari 2 km. Hal tersebut
mengakibatkan tingginya risiko kerusakan selama proses pengangkutan
dibandingkan dari lahan bidang produksi yang hanya berjarak sekitar 200 m.
Pakchoi baby yang berasal dari mitra beli tidak mengalami kehilangan
hasil, yang berarti tingkat kehilangan hasilnya mencapai 0 %. Hal tersebut
disebabkan karena jumlah sayuran yang dipesan kepada pengumpul (mitra beli)
hanya sejumlah kekurangan untuk memenuhi pemesanan dari konsumen. Oleh
karena itu mitra beli hanya mengirimkan sayuran yang sesuai dengan standar
penerimaan dan telah dilakukan trimming dan sortasi yang lebih teliti agar jumlah
yang diterima oleh PT. Saung Mirwan sesuai dengan jumlah pemesanannya,
sehingga mampu untuk mencukupi pemesanan dari konsumen.
Pengamatan kehilangan hasil harian pada komoditi tomat cherry dilakukan
dengan pengumpulan data selama delapan kali. Kegiatan pengamatan dilakukan
dengan mengikuti proses pengemasan produk. Selama kegiatan pengemasan
dilakukan sortasi terhadap semua komoditi tomat cherry yang masuk melalui
bagian penerimaan sayur. Jumlah tomat cherry yang masuk telah ditimbang
terlebih dahulu dan dilakukan pencatatan di bagian penerimaan tersebut. Tomat
cherry yang termasuk dalam kriteria BS seperti pecah, memar, dan tidak sesuai
ukuran dipisahkan ke dalam kontainer plastik yang selanjutnya ditimbang untuk
68
mengetahui bobot yang ditolak, sehingga diketahui bobot bersih yang diterima
oleh divisi pengemasan. Tomat cherry yang masuk dalam kriteria BS dapat dilihat
pada Gambar 27. Pada saat pengamatan dilakukan tomat cherry yang ada hanya
berasal dari bidang produksi, sehingga tidak diperoleh data kehilangan hasil saat
pengemasan untuk tomat cherry yang berasal dari mitra tani dan mitra beli.
Gambar 26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk
Kehilangan hasil harian pada komoditi tomat cherry saat pengemasan
disajikan pada Tabel 17. Tingkat kehilangan hasil yang terjadi berkisar antara
0-16 %. Rendahnya tingkat kehilangan hasil ini disebabkan karena hasil panen
dari bidang produksi memiliki mutu yang baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh
produk yang menjadi BS disebabkan oleh ukuran buah yang tidak sesuai dengan
standar penerimaan dan buah memar yang biasanya terjadi saat pengangkutan,
bukan karena buah tomat yang busuk atau rusak karena hama dan penyakit. Mutu
buah yang baik diperoleh dari proses budidaya yang baik, nutrisi yang mencukupi,
dan rendahnya tingkat serangan hama dan penyakit yang dapat merusak buah.
Kondisi tersebut mengakibatkan hasil panen yang ditolak oleh bagian pengemasan
hanya dalam jumlah kecil. Tomat cherry yang menjadi BS biasanya dibuang
karena buah yang memar menjadi terlalu lembek sehingga sudah tidak layak
untuk dikonsumsi.
69
Tabel 17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan
No Tanggal Asal Sayur Penerimaan (kg)
BS (Broken Stock) (kg)
Kehilangan Hasil (%) Keterangan
1 6 April 2010
Kebun Cipanas 60 1 1.67 Memar Lokasi BPT 9 0.5 5.56 Memar
2 8 April 2010
Kebun Cipanas 37 0 0.00 Lokasi BPT 9 0.5 5.56 Ukuran
tidak sesuai dan memar
3 13 April 2010
Kebun Cipanas 27 1 3.70 Ukuran tidak sesuai dan memar
Lokasi BPT 6 1 16.67 Ukuran tidak sesuai dan memar
4 19 April 2010
Kebun Cipanas 52 1 1.92 Ukuran tidak sesuai dan memar
Lokasi BPT 22 2 9.09 Ukuran tidak sesuai dan memar
5 1 Mei 2010
Kebun Cipanas 26 1 3.85 Memar Lokasi BPT 9 1 11.11 Ukuran
tidak sesuai dan memar
6 6 Mei 2010
Kebun Cipanas 24 1 4.17 Ukuran tidak sesuai dan bercak hitam
Lokasi BPT 5 0 0.00 7 12 Mei
2010 Kebun Cipanas 36 0 0.00 Lokasi BPT 6 0 0.00
8 29 Mei 2010
Kebun Cipanas 52 2 3.85 Ukuran tidak sesuai dan memar
Lokasi BPT 4 0 0.00 Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan
70
Volume produksi komoditi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan periode
Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 18. Volume produksi komoditi pakchoi
baby yang tertinggi terjadi pada Maret 2010 yaitu 4 124 kg dan terendah pada Juni
2010 yaitu 1 706.5 kg. Volume produksi pakchoi baby pada Maret 2010 sebagian
besar dihasilkan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan yaitu sebesar 75.49 %.
Namun, pada saat volume produksi rendah, pakchoi baby yang dihasilkan pun
sebagian besar tetap dihasilkan dari bidang produksi PT. Saung Mirwan, yaitu
sebesar 75.36 %.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa volume produksi pakchoi baby
di PT. Saung Mirwan sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri
dengan rata-rata persentase produksi sebesar 63.24 % selama periode Januari-Juni
2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani hanya sebesar 34.65 %,
sedangkan mitra beli hanya sebagian kecil saja, yaitu 2.11 %. Hal tersebut
disebabkan karena program penanaman pakchoi baby lebih banyak dilakukan di
lahan bidang produksi dibandingkan mitra tani, sedangkan pakchoi baby dari
mitra beli hanya dibutuhkan jika terdapat kekurangan untuk memenuhi pemesanan
dari konsumen, sehingga bagian pengadaan sayur yang berperan mencarinya ke
mitra beli.
Divisi pengemasan PT. Saung Mirwan mencatat semua jumlah sayuran BS
(broken stock) selama penanganan pasca panen, sehingga diperoleh data BS beli,
BS panen, BS cool room, BS pengembalian, dan BS trimming. BS beli merupakan
jumlah sayuran baik berasal dari mitra tani maupun mitra beli yang tidak
memenuhi standar penerimaan ataupun rusak selama proses pengangkutan ke
divisi pengemasan. BS panen merupakan jumlah sayuran yang berasal dari bidang
produksi yang tidak memenuhi standar penerimaan ataupun rusak selama proses
pengangkutan ke divisi pengemasan. BS pengembalian merupakan jumlah sayuran
yang dikembalikan setelah sayuran dikirim ke konsumen karena tidak memenuhi
persyaratan dari konsumen tersebut atau mengalami kerusakan selama
pengangkutan ke konsumen. BS cool room merupakan jumlah sayuran yang rusak
selama penyimpanan di dalam cool room. BS trimming merupakan jumlah
rompesan sayuran saat dilakukan trimming terutama pada sayuran daun, baik
sayuran yang berasal dari bidang produksi, mitra tani maupun mitra beli.
71
Kehilangan hasil komoditi pakchoi baby selama periode Januari-Juni 2010
disajikan pada Tabel 19. Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca
panen berkisar antara 29-39 %. Sebagian besar jumlah kehilangan hasil
disebabkan oleh adanya BS trimming. BS trimming yang tertinggi terjadi pada
Januari 2010. Jika dilihat dari Tabel 18 maka terlihat bahwa pada bulan tersebut
sebagian besar pakchoi baby dihasilkan dari mitra tani. Oleh karena itu, jumlah
rompesan yang dihasilkan saat trimming akan semakin banyak. Hal tersebut
disebabkan karena penanganan pasca panen yang dilakukan oleh mitra tani kurang
teliti dan tingginya curah hujan pada bulan Januari 2010 yang menyebabkan
sayuran di lahan petani menjadi kurang baik karena sebagian besar mitra tani
melakukan penanaman pakchoi baby di lahan luar. Kondisi tersebut juga memicu
pertumbuhan hama dan penyakit, sehingga pakchoi yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
Tabel 18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010
Periode Volume Produksi (kg) Total
Produksi (kg)
Persentase (%)
Bid. Produksi
Mitra Tani
Mitra Beli
Bid. Produksi
Mitra Tani
Mitra Beli
Januari 928.0 2 852.0 10.5 3 790.5 24.48 75.24 0.28
Februari 1 972.0 908.5 96.5 2 977.0 66.24 30.52 3.24
Maret 3 151.0 910.5 112.5 4 174.0 75.49 21.81 2.70
April 3 892.0 220.5 12.0 4 124.5 94.36 5.35 0.29
Mei 1 129.0 1 439.5 26.0 2 594.5 43.52 55.48 1.00
Juni 1 286.0 332.5 88.0 1 706.5 75.36 19.48 5.16
Rata-rata 63.24 34.65 2.11Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
72
Tabel 19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010
Periode Volume Produksi (kg)
BS (Broken Stock) (kg) Persentase Kehilangan Hasil (%) Beli Panen Cool room Pengembalian Trimming Total BS
Januari 3 790.5 28.0 340.0 77.0 69.0 758.0 1 272.0 33.56
Februari 2 977.0 5.0 200.0 - 41.8 674.0 920.8 30.93
Maret 4 174.0 - 641.5 14.0 28.1 604.5 1 288.1 30.86
April 4 124.5 - 582.5 14.0 59.7 561.0 1 217.2 29.51
Mei 2594.5 - 165.0 155.0 111.0 591.0 1 022.0 39.39
Juni 1 706.5 - 192.0 27.0 41.9 415.0 675.9 39.61
Persentase rata-rata (%) 0.52 33.16 4.49 5.50 56.34 33.98 Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
73
Volume produksi komoditi tomat cherry di PT. Saung Mirwan periode
Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 20. Volume produksi tomat cherry
tertinggi dihasilkan pada Maret 2010 yaitu 1 437 kg dan terendah pada Januari
2010 yaitu 375.5 kg. Volume produksi pada Maret 2010 sebagian besar dihasilkan
dari bidang produksi yaitu sebesar 67.43 % (969 kg). Pada bulan itu mitra tani
juga turut berperan banyak dalam memproduksi tomat cherry yaitu sebanyak
388 kg, sehingga volume produksi pada Maret 2010 mencapai volume tertinggi
pada periode Januari-Juni 2010. Rendahnya volume produksi pada Januari 2010
disebabkan karena jumlah tanaman yang berproduksi sedikit dengan produktivitas
yang telah menurun karena tanaman yang sudah tua dan sedang dilakukan
penanaman baru di lahan produksi. Pada bulan tersebut mitra tani tidak berperan
dalam memproduksi tomat cherry. Tomat cherry yang diperoleh dari mitra beli
juga dalam jumlah kecil, sehingga volume produksinya sangat rendah.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa volume produksi tomat cherry
di PT. Saung Mirwan sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri
dengan persentase produksi rata-rata sebesar 85.39 % selama periode Januari-Juni
2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani dan mitra beli selama periode
tersebut hampir seimbang, yaitu masing-masing sebesar 7.36 % dari mitra tani dan
7.25 % dari mitra beli. Pada Juni 2010 keseluruhan produksi tomat cherry hanya
dihasilkan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan. Hal itu disebabkan oleh
sudah tidak ada mitra tani yang menanam tomat cherry dan rendahnya pemesanan
dari konsumen (Tabel 23) sehingga bagian pengadaan sayur tidak memesan tomat
cherry kepada mitra beli.
Kehilangan hasil komoditi tomat cherry selama penanganan pasca panen
pada periode Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 21. Tingkat kehilangan hasil
tomat cherry yang tertinggi terjadi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %. Hal itu
disebabkan oleh banyaknya jumlah BS cool room selama penyimpanan pada bulan
itu. BS cool room yang terjadi pada tomat cherry biasanya mengakibatkan buah
menjadi lunak dan busuk.
74
Tabel 20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010
Periode Volume Produksi (kg) Total Produksi
(kg) Persentase (%)
Bid. Produksi Mitra Tani Mitra Beli Bid. Produksi Mitra Tani Mitra Beli Januari 337.5 - 38.0 375.5 89.88 - 10.12 Februari 379.5 42.0 139.0 560.5 67.71 7.49 24.80 Maret 969.0 388.0 80.0 1 437.0 67.43 27.00 5.57 April 1 057.0 111.5 36.0 1 204.5 87.75 9.26 2.99 Mei 1 157.0 5.0 - 1 162.0 99.57 0.43 - Juni 874.0 - - 874.0 100.00 - -
Rata-rata 85.39 7.36 7.25 Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
Tabel 21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010
Periode Volume Produksi (kg)
BS (Broken Stock) (kg) Persentase Kehilangan Hasil (%) Beli Panen Cool room Pengembalian Trimming Total BS
Januari 375.5 - 0.5 - 3.3 0.5 4.3 1.13 Februari 560.5 - 2.0 1.5 6.6 - 10.1 1.80 Maret 1 437.0 - 12.5 54.0 29.0 5.0 100.5 6.99 April 1 204.5 - 20.5 90.0 15.0 3.0 128.5 10.67 Mei 1 162.0 - 10.0 47.0 45.0 1.0 103.0 8.86 Juni 874.0 - 23.0 494.0 14.3 - 531.3 60.79 Persentase rata-rata (%) 0 7.80 78.22 12.89 1.08 15.04
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
75
Faktor yang menyebabkan buah tomat menjadi BS adalah kerusakan
akibat pendinginan (chilling injury) dan produksi panen yang melebihi target
penjualan sehingga produk tersebut tertahan lama di dalam cool room dikarenakan
tidak terjual. Menurut Pantastico et. al. (1986) kerusakan akibat pendinginan
dapat menyebabkan banyak komoditi tidak mungkin disimpan pada suhu yang
seharusnya dapat memperpanjang umur simpannya. Gejala kerusakan akibat
pendinginan pada tomat ditunjukkan dengan buah tampak seperti basah karena
dicelup ke dalam air. Hal tersebut dapat dilihat pada komoditi tomat cherry yang
telah disimpan di dalam cool room divisi pengemasan PT. Saung Mirwan. Cook
dalam Pantastico et. al. (1986) menyatakan bahwa tomat matang dapat disimpan
selama 42 hari pada suhu 0 ºC dengan kehilangan karena pembusukan hanya
sebesar 3 % saja. Tomat yang matang masih dapat dimakan dan berwarna baik,
namun lunak. Kondisi buah yang lunak tersebut menyebabkan tomat menjadi BS,
sehingga sudah tidak layak untuk dipasarkan.
Selain itu, tomat termasuk dalam kelompok buah klimakterik. Pada buah-
buahan klimakterik, laju respirasi meningkat dengan tajam selama periode
pematangan dan pada awal penuaan (Zulkarnain, 2009). Menurut Kader (1992)
tomat termasuk dalam komoditi hortikultura yang memiliki laju respirasi dalam
kelas sedang, yaitu berkisar 10-20 ml CO2/kg-jam pada suhu 5 ºC (41 ºF).
Semakin tinggi laju respirasi maka akan mengurangi umur simpan produk. Salah
satu faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah etilen. Etilen dapat
menginduksi peningkatan respirasi klimakterik, sehingga buah yang matang
disimpan bersama-sama dengan buah yang belum matang mengakibatkan buah-
buah yang belum matang akan menjadi matang lebih cepat bila dibandingkan
tanpa kehadiran buah matang. Oleh karena itulah selama penyimpanan di dalam
cool room, tomat cherry mengalami pematangan buah yang juga disertai dengan
pelunakan buah, sehingga buah yang terlalu lama disimpan di dalam cool room
menjadi BS.
PEMASARAN
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus
dilakukan oleh pengusaha termasuk pengusaha tani (agribusinessman) dalam
usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival), untuk
mendapatkan laba, dan untuk berkembang. Menurut Sa’id dan Intan (2001)
pemasaran pertanian dapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk memberi kepuasan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang
pertanian dari barang atau jasa yang dipertukarkan, baik input maupun produk
pertanian.
Bisnis sayuran memiliki tiga pendukung yang memegang peranan penting
pada sistem distribusinya, yaitu konsumen, petani/produsen sayuran, dan
pengusaha perantara. Konsumen adalah pembeli terakhir suatu produksi sayuran.
Pengusaha produsen sayuran adalah pengusaha (orang yang menanamkan modal)
yang langsung berhubungan langsung dengan proses produksi sayuran. Pengusaha
perantara sayuran adalah pengusaha yang tidak berhubungan langsung dengan
proses produksi sayuran, melainkan sebagai penyalur produksi sayuran. Beberapa
pengusaha perantara sayuran adalah : (1) pedagang pengumpul, yaitu pedagang
yang mengumpulkan komoditi pertanian dari petani kemudian menjualnya
kembali dalam partai besar kepada orang lain; (2) pedagang besar, yaitu pedagang
yang membeli komoditi pertanian dari pedagang pengumpul atau langsung dari
petani serta menjual kembali kepada pedagang pengecer atau pedagang lainnya
dan kepada pembeli untuk industri; (3) pedagang pengecer, yaitu pedagang yang
menjual komoditi pertanian kepada konsumen dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen (Rahardi, 2001).
Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi
penjualan sayur PT. Saung Mirwan melalui dua jalur. Jalur pertama yaitu sayuran
dari mitra tani dijual langsung ke PT. Saung Mirwan kemudian dipasarkan ke
supermarket, restoran, atau hotel. Jalur kedua yaitu petani menjual sayuran ke
mitra beli (pengumpul) yang kemudian dijual ke PT. Saung Mirwan lalu
dipasarkan ke supermarket, restoran, atau hotel. Skema jalur pemasaran sayuran
77
pakchoi baby dan tomat cherry di PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada
Gambar 28.
Gambar 27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan Berdasarkan skema jalur pemasaran tersebut diketahui bahwa PT. Saung
Mirwan berperan sebagai produsen sayuran sekaligus sebagai pedagang besar.
PT. Saung Mirwan berperan sebagai produsen karena memproduksi sebagian dari
komoditi yang dijual, sedangkan berperan sebagai pedagang besar karena
membeli komoditi sayuran dari petani (mitra tani) dan pedagang pengumpul
(mitra beli) yang kemudian menjualnya kembali kepada pedagang pengecer
(supermarket) dan kepada pembeli komersil (restoran dan hotel).
Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan hanya mengirimkan sayuran
sesuai dengan jumlah pesanan dari pelanggan (konsumen), namun jumlah tersebut
disesuaikan lagi dengan ketersediaan produk di divisi pengemasan. Kerusakan
produk yang terjadi selama proses distribusi menjadi tanggung jawab perusahaan,
sehingga produk tersebut dikembalikan lagi ke perusahaan.
Petani
Mitra Tani Mitra Beli
PT. Saung Mirwan
Supermarket, Restoran, dan Hotel
Konsumen
Bidang Produksi PT.
Saung Mirwan
78
Volume Pemesanan dan Volume Penjualan
Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan belum dapat memenuhi seluruh
jumlah permintaan sayuran pakchoi baby dari pihak konsumen selama periode
Januari hingga Juni 2010. Volume penjualan sayuran pakchoi baby selama
periode tersebut selalu lebih rendah dibandingkan volume pemesanannya. Hal
tersebut dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Pakchoi
Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010
Periode Volume Pemesanan Volume Penjualan Persentase Penjualan (%)
…...…kg……… Januari 2 770.0 2 384.0 86.06 Februari 2 666.0 2 056.0 77.12 Maret 3 258.0 2 332.0 71.58 April 3 021.0 2 624.0 86.86 Mei 2 549.0 1 815.0 71.20 Juni 2 716.0 1 343.0 49.45
Total 16 980.0 12 554.0 73.93 Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan Persentase penjualan komoditi pakchoi baby selama periode tersebut
hanya mampu memenuhi pemesanan dari konsumen sebesar 73.93 % dengan
volume penjualan sekitar 81 kg per hari. Persentase penjualan tertinggi terjadi
pada April 2010 yaitu sebesar 86.86 %. Pada bulan tersebut sebenarnya volume
produksi melebihi volume pemesanan dari konsumen tetapi karena tingginya
tingkat kehilangan hasil mengakibatkan jumlah produk yang tersedia tidak
mencukupi permintaan tersebut. Persentase penjualan terendah terjadi pada Juni
2010 yaitu sebesar 49.45 %. Hal itu terjadi karena produksi pada bulan tersebut
sangat rendah dan tingkat kehilangan hasil yang terjadi pun tinggi, sehingga tidak
dapat memenuhi permintaan dari konsumen.
Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan juga belum dapat memenuhi
seluruh jumlah permintaan tomat cherry dari pihak konsumen selama periode
Januari hingga Juni 2010. Volume penjualan tomat cherry selama periode tersebut
79
selalu lebih rendah dibandingkan volume pemesanannya. Hal tersebut dilihat pada
Tabel 23.
Tabel 23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat
Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010
Periode Volume Pemesanan Volume Penjualan Persentase Penjualan (%)
…...…kg……… Januari 1 857.0 362.0 19.49 Februari 1 612.0 551.0 34.18 Maret 1 510.0 1 281.0 84.83 April 1 464.0 1 087.0 74.25 Mei 1 179.0 832.0 70.57 Juni 539.0 510.0 94.62
Total 8 161.0 4 623.0 56.65 Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan Persentase penjualan komoditi tomat cherry selama periode tersebut hanya
mampu memenuhi pemesanan dari konsumen sebesar 56.65 % atau hanya sekitar
setengah dari volume pemesanan selama periode tersebut dengan volume
penjualan sekitar 29 kg per hari. Persentase penjualan tertinggi terjadi pada Juni
2010 yaitu sebesar 94.62 %. Pada bulan tersebut sebenarnya volume produksi
melebihi volume pemesanan dari konsumen tetapi karena tingginya tingkat
kehilangan hasil mengakibatkan jumlah produk yang tersedia tidak mencukupi
permintaan tersebut. Selain itu terdapat penurunan volume pemesanan dari bulan
sebelumnya hingga setengahnya. Hal tersebut disebabkan adanya kenaikan harga
tomat cherry hingga mencapai Rp. 27 000 per kg dari divisi penjualan sayur PT.
Saung Mirwan, sehingga jumlah permintaan tomat cherry menjadi menurun.
Persentase penjualan terendah terjadi pada Januari 2010 yaitu sebesar 19.49 %.
Hal itu terjadi karena produksi pada bulan tersebut sangat rendah.
Sistem Penjualan dan Pembayaran Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem
penjualan putus. Sistem penjualan putus ini berarti PT. Saung Mirwan
mengirimkan produk sayuran ke konsumen, baik supermarket, restoran, maupun
80
hotel, hanya sesuai dengan jumlah pemesanan dari pihak konsumen tersebut.
Setelah sayuran yang dikirim sampai di konsumen, mereka akan melakukan
pengecekan, penyeleksian, dan penimbangan ulang sesuai dengan pemesanan
mereka. Pihak konsumen melakukan sortasi terhadap produk yang diterima sesuai
dengan standar permintaan mereka. Sayuran yang tidak memenuhi standar
permintaan atau rusak selama proses pengangkutan dikembalikan langsung
kepada PT. Saung Mirwan. Jumlah pembayaran yang akan dibayar hanya sayuran
yang diterima saja, sehingga jumlah yang harus dibayarkan oleh pemesan sesuai
yang tertulis di faktur penjualan harus dikurangi dengan jumlah sayuran yang
ditolak jika ada pengembalian dari konsumen. Sistem pembayaran yang dilakukan
dengan cara transfer. Sistem pembayaran yang dilakukan masing-masing
konsumen berbeda-beda sesuai perjanjiannya, yaitu ada yang melakukan
pembayaran 14 hari sekali dan sebulan sekali. Namun, tidak semua konsumen
selalu tepat melakukan pembayaran sesuai dengan jadwal pembayaran mereka,
karena terkadang terdapat keterlambatan pembayaran oleh konsumen.
Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry Harga produk sayuran yang ditawarkan oleh PT. Saung Mirwan biasanya
tersedia dalam bentuk curah (ura) dan pack. Harga ura biasanya lebih murah
dibandingkan dengan harga pack, karena pack membutuhkan biaya pengemasan.
Konsumen yang biasanya memesan produk dalam bentuk ura adalah restoran dan
hotel, diantaranya adalah restoran cepat saji McDonald, Pizza Marzano, Burger
King, Domino Pizza, dan beberapa hotel di Jakarta. Konsumen yang memesan
dalam bentuk pack merupakan retail seperti Carrefour, Matahari (Foodmart dan
Hypermart), Hari-Hari Swalayan, Sogo, Super Indo, Yogya, Ranch Market, dan
Diamond. Harga produk pada masing-masing konsumen berbeda-beda
berdasarkan kesepakatan antara divisi penjualan sayur dan konsumen. Harga
penjualan dari divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan untuk komoditi pakchoi
baby berkisar antara Rp. 8 000-Rp 15 500 per kg, sedangkan untuk tomat cherry
berkisar antara Rp. 15 000-Rp 25 000 per kg.
PT. Saung Mirwan dalam menentukan harga berdasarkan pada informasi
harga dari perhitungan struktur biaya yang diperlukan untuk satu unit produk.
81
Struktur biaya tersebut meliputi biaya produksi, biaya pengemasan, biaya
pemasaran, biaya distribusi, dan lain-lain. Faktor lain yang menentukan harga
suatu produk yaitu harga yang beredar di pasaran untuk produk sejenis. Harga
tersebut terkadang berubah setiap minggunya. PT. Saung Mirwan mengajukan
daftar harga sayuran yang akan dijual ke konsumen setiap minggunya untuk
mempermudah konsumen dalam mengetahui harga. Daftar harga tersebut akan
dinegosiasikan sehingga akan dicapai suatu tingkat harga yang disepakati bersama
selama satu minggu ke depan.
Harga pembelian produk kepada mitra tani telah disepakati sejak awal
perjanjian dimulai. Harga produk yang berlaku tersebut bersifat tetap. Perubahan
harga hanya terjadi apabila terjadi kenaikan biaya produksi di petani dan telah
disetujui oleh kedua pihak tersebut. Hal tersebut mengakibatkan banyak petani
yang ingin bermitra dengan PT. Saung Mirwan karena harga jual yang pasti
dibandingkan menjualnya ke pasar tradisional.
Tabel 24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran
PT. Saung Mirwan
Saluran Pemasaran Harga (Rp/kg)
Pakchoi Baby Tomat Cherry Bidang Produksi PT. Saung Mirwan 4 000 10 000 Mitra Tani 4 000 8 000 Petani 2 000 - Mitra Beli (Pengumpul) 4 000 8 500 Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan 13 000 21 500 Foodmart 16 950 27 500
Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan Tabel 24 menunjukkan harga komoditi pakchoi baby dan tomat cherry
yang berbeda-beda di tiap-tiap saluran pemasaran. Harga pembelian pakchoi baby
dari bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang
sama, sedangkan untuk tomat cherry pada tiap saluran pemasaran tersebut
memiliki harga yang berbeda-beda. Pada pakchoi baby harga terendah terdapat
pada petani yang menjual produk kepada mitra beli (pengumpul) yang kemudian
dijual lagi ke PT. Saung Mirwan. Pada tomat cherry harga tertinggi adalah harga
dari bidang produksi karena produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang paling
82
baik diantara ketiganya. Harga yang terdapat pada divisi penjualan sayur sudah
termasuk biaya pengemasan, biaya distribusi, dan biaya pemasaran. Foodmart
merupakan salah satu konsumen PT. Saung Mirwan yang merupakan pengecer
sayuran kepada konsumen. Harga produk baik pakchoi baby maupun tomat cherry
paling tinggi adalah harga di saluran pemasaran Foodmart. Harga di Foodmart
tersebut sangat tinggi karena merupakan pasar dengan konsumen kelas menengah
ke atas.
Tata niaga sayuran yang terjadi di saluran pemasaran PT. Saung Mirwan
menunjukkan bahwa tata niaga sayuran tersebut masih kurang efisien, karena
kurang adilnya pembagian keuntungan. Hal ini terlihat dari sangat rendahnya
harga produk sayuran di tingkat pengusaha produsen sayuran, terutama pengusaha
sayuran skala kecil (petani). Menurut Rahardi et al. (2001) tata niaga dapat
dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen
dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan keuntungan yang adil
dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut
serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.
Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) Farmer’s share berkaitan dengan tingkat kesejahteraan petani. Seringkali
petani mendapatkan bagian keuntungan terkecil dari saluran pemasaran sayuran.
Hal itu disebabkan adanya keterbatasan petani dalam penanganan pasca panen dan
sedikitnya pengetahuan mereka di bidang pemasaran sayuran. Oleh karena itu,
perbedaan harga yang terdapat di tingkat petani dengan yang ada di tingkat retail
seperti supermarket sangat berbeda jauh.
Tabel 25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan
Saluran Pemasaran Farmer's Share
Pakchoi Baby Tomat Cherry
Bidang Produksi PT. Saung Mirwan 23.60 36.36 Mitra Tani 23.60 29.09 Petani 11.80 - Mitra Beli (Pengumpul) 23.60 30.91
Sumber : Hasil Pengamatan
83
Tabel 25 menunjukkan persentase bagian yang diterima dari penjualan
pakchoi baby dan tomat cherry di saluran pemasaran PT. Saung Mirwan.
Persentase bagian yang diterima oleh bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli
untuk komoditi pakchoi baby berada pada tingkat yang sama, yaitu 23.6 %.
Persentase terendah berada pada tingkat petani yang menjual pakchoi baby kepada
mitra beli yaitu sebesar 11.8 %, sehingga dapat dikatakan bahwa persentase
bagian yang diterima oleh mitra beli mencapai dua kali lipat dari petani.
Persentase bagian tertinggi dari penjualan tomat cherry diterima oleh bidang
produksi PT. Saung Mirwan, yaitu sebesar 36.36 %, sedangkan persentase bagian
terendah diterima oleh mitra tani, yaitu sebesar 29.09 %. Adanya marjin
pemasaran yang sangat tinggi di supermarket disebabkan karena biaya-biaya
seperti sewa gedung, ruang penyimpanan sayur, pajak, distribusi, dan biaya
lainnya dibebankan kepada konsumen.
Yulianti (2009) menyatakan bahwa harga penjualan di tingkat petani untuk
komoditi sayuran organik seperti wortel dan petsai di saluran pemasaran Yayasan
Bina Sarana Bakti (YBSB) tidak akan mengalami penurunan. Farmer’s share
yang diterima petani YBSB berkisar antara 1.9-13.5 %. Menurut Winata (2006)
Farmer’s Share di saluran pemasaran PD Pacet Segar yaitu 18.7 % untuk
komoditi brokoli dan 21.7 % untuk komoditi selada daun, sedangkan Farmer’s
Share di saluran pemasaran CV Putri Segar yaitu 22.5 % untuk komoditi brokoli
dan 21.2 % untuk komoditi selada daun. Sarumaha (2005) juga menyatakan
bahwa Farmer’s Share untuk komoditi wortel di saluran pemasaran Pacet Segar,
Taruna Mekar, dan YBSB berturut-turut yaitu 8.4 %, 27.1 %, dan 9 %.
ANALISIS USAHA TANI Analisis kelayakan usaha tani merupakan perkiraan biaya (pengeluaran)
dan manfaat (penerimaan) dari suatu usaha pertanian yang dilakukan untuk
membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan apakah usaha
tersebut layak diusahakan dan mempunyai keuntungan yang layak. Biaya dan
manfaat yang telah diidentifikasi akan dibandingkan dan dinilai dalam bentuk
uang, sehingga dapat diketahui kelayakan suatu usaha dan perkiraan keuntungan
yang didapat. Kelayakan usaha tani dapat dilihat dari nilai NPV (Net Present
Value), R/C rasio (Revenue Cost Ratio), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), BEP
(Break Even Point). Suatu usaha dinyatakan layak jika nilai NPV ≥ 0,
R/C rasio > 1, Net B/C rasio > 0, dan jumlah produksi minimal yang dihasilkan
selama periode penanaman untuk mengembalikan modal usaha (BEP).
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Luas yang digunakan baik untuk pakchoi baby dan tomat cherry adalah
1 000 m2.
2. Rata-rata produksi pakchoi baby di lahan mitra tani sebesar 1.8 kg/m2.
3. Rata-rata produksi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan sebesar 2.13
kg/m2.
4. Populasi tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah 2 270
tanaman/1 000 m2 dengan rata-rata produksinya sebesar 2.5 kg/tanaman.
5. Periode tanaman pakchoi baby selama 6 minggu, edamame selama 13
minggu, dan tomat cherry selama 26 minggu.
6. Upah tenaga kerja di mitra tani adalah Rp 10 000 untuk 1 HOKW (Hari
Orang Kerja Wanita), Rp 17 500 untuk 1 HOKP (Hari Orang Kerja Pria),
dan Rp 25 000 untuk upah panen
7. Upah tenaga kerja di PT. Saung Mirwan adalah Rp 13 500 untuk
1 HOKW (Hari Orang Kerja Wanita) dan Rp 19 000 untuk 1 HOKP (Hari
Orang Kerja Pria).
8. Tingkat suku bunga tidak diperhitungkan.
9. Harga yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan harga pada tahun
2010.
85
Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby yang Ditumpangsarikan dengan Edamame (Mitra Tani)
A. Biaya Variabel
1. Benih pakchoi (200 g x Rp 30 000/100 g) Rp 60 000
2. Benih edamame (10 kg x Rp 35 000/kg ) Rp 350 000
3. Pupuk kandang (20 karung x Rp 7 000/karung) Rp 140 000
4. Pupuk urea (50 kg x Rp 1 600/kg) Rp 80 000
5. Pupuk NPK majemuk (45 kg x Rp 3 500/kg) Rp 157 500
6. Pestisida :
• Decis (1 000 ml x Rp 18 000/100 ml) Rp 180 000
• Propil (500 ml x Rp 18 000/100 ml) Rp 90 000
• Dithane (1 250 g x Rp 24 000/250 g) Rp 120 000
• Antracol (1 250 g x Rp 24 000/250 g) Rp 120 000
• Furadan (2.5 kg x Rp 24 000/2 kg ) Rp 30 000
7. Pupuk Daun (Gandasil D) (1 000 g x Rp 7 000/100 g) Rp 70 000
8. Perekat (Agristic) (1 000 ml x Rp 40 000/1 000 ml) Rp 40 000 Total Biaya Variabel Rp 1 437 500 B. Biaya Tetap
1. Sewa lahan (1 000 m2 x Rp 2 167/m2) Rp 2 167 000
2. Tenaga kerja :
• Pengolahan (10 orang x 4 hari x Rp 17 500/HOKP) Rp 700 000
• Penanaman (15 orang x 2 hari x Rp 10 000/HOKW) Rp 300 000
• Penyiangan (3 orang x 10 hari x Rp 10 000/HOKW) Rp 300 000
• Penyemprotan (5 orang x 2 hari x Rp 17 500/HOKP) Rp 175 000
• Pemanenan (15 orang x 2 hari x Rp 25 000/HOKP) Rp 750 000 Total Biaya Tetap Rp 4 392 000 C. Biaya Lain-lain
Transportasi (10 % x (A+B)) Rp 582 950
Total Biaya per Periode Rp 6 412 450
86
• Total penerimaan produksi pakchoi baby dan edamame per periode oleh mitra tani :
Penerimaan = (1 000 m2 x 1.8 kg/m2 x Rp 4 000/kg pakchoi baby) +
(600 kg x Rp 6 500/kg edamame)
= Rp 11 100 000
• NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 11 100 000 – Rp 6 412 450
= Rp 4 687 550 (NPV ≥ 0)
Artinya, kegiatan usaha tani pakchoi baby yang dilakukan oleh mitra tani
tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4 687 550 per periode.
• R/C Rasio = Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 11 100 000 : Rp 6 412 450
= 1.73 (R/C rasio > 1)
Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan
penerimaan sebanyak 1.73 satuan.
• Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 4 687 550 : Rp 6 412 450
= 0.73 (B/C rasio > 0)
Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat
sebanyak 0.73.
• BEP pakchoi baby = Total biaya per periode : harga per kg
= Rp 6 412 450 : Rp 4 000
= 1 604 kg
BEP edamame = Total biaya per periode : harga per kg
= Rp 6 412 450 : Rp 6 500
= 987 kg
Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak 1 604
kg pakchoi baby atau 987 kg edamame oleh mitra tani.
87
Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) A. Biaya Variabel
1. Benih (400 g x Rp 23 750/100 g) Rp 95 000
2. Pupuk kambing (183.5 karung x Rp 4 000/karung) Rp 734 000
3. Pupuk ayam (27.5 karung x Rp 7 000/karung) Rp 192 500
4. Pupuk urea (50 kg x Rp 1 400/kg) Rp 70 000
5. Pupuk TSP (100 kg x Rp 1 200/kg) Rp 120 000
6. Pestisida Rp 340 000
7. Material produksi lain (bensin) Rp 45 000 Total Biaya Variabel Rp 1 596 500 B. Biaya Tetap
1. Sewa lahan greenhouse (1 000 m2 x Rp 1 385/m2) Rp 1 385 000
2. Tenaga kerja :
• Pengolahan (2 orang x 5 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 190 000
• Penanaman (15 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 405 000
• Penyiangan (3 orang x 10 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 405 000
• Penyemprotan (5 orang x 2 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 190 000
• Pemanenan (15 orang x 2 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 570 000
3. Listrik Rp 33 000 Total Biaya Tetap Rp 3 178 000 C. Biaya Lain-lain (10 % x (A+B)) Rp 477 450 Total Biaya per Periode Rp 5 251 950
• Total penerimaan produksi pakchoi baby per periode oleh PT. Saung
Mirwan :
Penerimaan = 1 000 m2 x 2.13 kg/m2 x Rp 4 000/kg
= Rp 8 520 000
• NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 8 520 000 – Rp 5 251 950
= Rp 3 268 050 (NPV ≥ 0)
88
Artinya, kegiatan usaha tani pakchoi baby yang dilakukan oleh PT. Saung
Mirwan tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3 268 050 per
periode.
• R/C Rasio = Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 8 520 000 : Rp 5 251 950
= 1.62 (R/C rasio > 1)
Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan
penerimaan sebanyak 1.62 satuan.
• Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 3 268 050 : Rp 5 251 950
= 0.62 (B/C rasio > 0)
Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat
sebanyak 0.62.
• BEP = Total biaya per periode : harga per kg
= Rp 5 251 950 : Rp 4 000
= 1 313 kg
Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak
1 313 kg pakchoi baby oleh PT. Saung Mirwan.
89
Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) A. Biaya Variabel
1. Benih (2 497 benih x Rp 1 200/benih) Rp 2 996 400
2. Pupuk :
• CaNO3 (465 kg x Rp 11 000/kg) Rp 5 115 000
• FeEDTA (3281.25 g x Rp 157/g) Rp 515 156
• MgSO4 (225 kg x Rp 4 500/kg) Rp 1 012 500
• KNO3 (236.25 kg x Rp 20 000/kg) Rp 4 725 000
• K2SO4 (161.25 kg x Rp 19 000/kg) Rp 3 063 750
• KH2PO4 (82.5 kg x Rp 43 500/kg) Rp 3 588 750
• Borax (1443.75 g x Rp 30/g) Rp 43 313
• MNSO4 (862.5 g x Rp 23/g) Rp 19 838
• ZnSO4 (731.25 g x Rp 31/g) Rp 22 669
• Na2MoO4 (61.875 g x Rp 571/g) Rp 35 331
• CuSO4 (93.75 g x Rp 47/g ) Rp 4 406
3. Pestisida Rp 6 563 000
4. Polibag (18 kg x Rp 25 000/kg) Rp 450 000
5. Arang sekam (227 karung x Rp 4 000/karung) Rp 908 000
6. Benang ajir (12 gulung x Rp 10 000/gulung) Rp 120 000
7. Baki semai (10 buah x Rp 5 000/buah) Rp 50 000
8. Tray semai (65 buah x Rp 17 500/buah) Rp 1 137 500 Total Biaya Variabel Rp 30 370 613 B. Biaya Tetap
1. Sewa lahan greenhouse (1000 m2 x Rp 6 000/m2) Rp 6 000 000
2. Tenaga kerja :
• Penyemaian (2 orang x 1 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 27 000
• Pengisian polibag (4 orang x 3 hari x Rp 19 000/HOKP)Rp 228 000
• Pindah tanam (3 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 81 000
• Penanaman (3 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 81 000
• Pengajiran (2 orang x 3 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 114 000
90
• Pewiwilan (4 orang x 10 hari x Rp 13 500/HOKW) Rp 540 000
• Pemangkasan (4 orang x 7 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 532 000
• Penyemprotan (4 orang x 10 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 760 000
• Pemanenan (10 orang x 10 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 1 900 000
3. Listrik Rp 142 000 Total Biaya Tetap Rp 10 405 000 C. Biaya Lain-lain (10 % x (A+B)) Rp 4 077 561 Total Biaya per Periode Rp 44 853 174
• Total penerimaan produksi tomat cherry per periode oleh PT. Saung
Mirwan :
Penerimaan = 2 270 tanaman x 2.5 kg/tanaman x Rp 10 000/kg
= Rp 56 750 000
• NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 56 750 000 – Rp 44 853 174
= Rp 11 896 826 (NPV ≥ 0)
Artinya, kegiatan usaha tani tomat cherry yang dilakukan oleh PT. Saung
Mirwan tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 11 896 826 per
periode.
• R/C Rasio = Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 56 750 000 : Rp 44 853 174
= 1.27 (R/C rasio > 1)
Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan
penerimaan sebanyak 1.27 satuan.
• Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode
= Rp 11 896 827 : Rp 44 853 174
= 0.27 (B/C rasio > 0)
Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat
sebanyak 0.27.
91
• BEP = Total biaya per periode : harga per kg
= Rp 44 853 174 : Rp 10 000
= 4 486 kg
Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak
4 486 kg tomat cherry oleh PT. Saung Mirwan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan
budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi
lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam dan kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan oleh keduanya. Pola tanam yang digunakan oleh PT. Saung
Mirwan adalah pola tanam monokultur dengan metode penanaman langsung,
sedangkan mitra tani menerapkan pola tanam tumpang sari dengan metode
penanaman menggunakan persemaian terlebih dahulu. Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan oleh bidang produksi PT.
Saung Mirwan lebih baik dibandingkan mitra tani. Hal itu disebabkan karena PT.
Saung Mirwan telah menggunakan peralatan modern, yaitu penggunaan traktor
untuk pengolahan tanah dan penggunaan sistem irigasi kabut untuk penyiraman.
Produk hasil panen tidak seluruhnya dapat dipasarkan karena ada bagian-
bagian tertentu dari tanaman yang tidak dapat dikonsumsi, seperti akar, daun yang
tua, berlubang, maupun menguning. Persentase hasil yang dapat dipasarkan untuk
komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung
Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh
tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk
dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan yang terjadi di mitra tani, yaitu
sebesar 90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di
mitra tani hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi
saat panen di lahan hanya dalam jumlah kecil.
Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca panen pada
periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %. Sebagian besar jumlah
kehilangan hasil disebabkan oleh adanya BS trimming. Kehilangan hasil tomat
cherry selama penanganan pasca panen yang tertinggi terjadi pada Juni 2010 yaitu
sebesar 60.79 %. Hal itu disebabkan oleh banyaknya jumlah BS cool room selama
penyimpanan pada bulan itu. BS cool room yang terjadi pada tomat cherry
biasanya mengakibatkan buah menjadi lunak dan busuk.
93
Volume produksi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan sebagian besar
dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan rata-rata persentase produksi
sebesar 63.24 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata persentase produksi
dari mitra tani hanya sebesar 34.65 %, sedangkan mitra beli hanya sebagian
kecilnya saja, yaitu 2.11 %. Volume produksi tomat cherry di PT. Saung Mirwan
sebagian besar juga dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan persentase
produksi rata-rata sebesar 85.39 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata
persentase produksi dari mitra tani dan mitra beli selama periode tersebut hampir
seimbang, yaitu masing-masing sebesar 7.36 % dari mitra tani dan 7.25 % dari
mitra beli.
Pemasaran komoditi pakchoi baby dan tomat cherry di PT. Saung Mirwan
memiliki pasar tujuan dengan konsumen kelas menengah ke atas, yaitu
supermarket, hotel, dan restoran. Sistem penjualan yang dilakukan adalah sistem
penjualan terputus dengan pembayaran melaui transfer. Komoditi pakchoi baby
berada pada tingkat harga yang sama untuk bidang produksi, mitra tani, dan mitra
beli Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan sama yaitu sebesar
23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran memiliki harga yang
berbeda-beda. Harga dari bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani
sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra beli sebesar Rp 8 500/kg, sehingga farmer’s share
yang diterima berturut-turut adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %.
Saran
Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung
Mirwan dan mitra tani untuk komoditi pakchoi baby seyogyanya dilakukan lebih
teliti lagi agar persentase kehilangan hasil selama penanganan pasca panen di
divisi pengemasan PT. Saung Mirwan dapat diminimalkan. Selain itu, perlu
adanya perencanaan produksi yang baik dan tepat agar produk yang dihasilkan
tidak tertahan lama di dalam cool room akibat produksi yang berlebihan atau
produk yang tidak terjual karena tidak sesuai dengan target penjualan.
DAFTAR PUSTAKA Akamine, E.K., H. Kitagawa, H. Subramanyam, dan P.G. Long. 1986. Kegiatan-
kegiatan dalam Gudang Pengemasan, hal.421-445. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
Arif, C. 2008. Optimisasi Nilai Konduktivitas Listrik Larutan Nutrisi pada Sistem
Hidroponik Tanaman Tomat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
Baggett, J.R. and W.A. Frazier. 1978. ‘Oregon Cherry” Tomato. HortScience.
13(5):598. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. 2008. Laporan
Tahunan BB Pasca Panen Tahun 2007. Bogor. 71 hal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2008. Kerusakan Produk Sayuran
di DKI Jakarta 2006. http://jakarta.litbang.deptan.go.id. [22 oktober 2009] Cahyono, B. 2008. Tomat : Usaha Tani, dan Penanganan Pascapanen. Kanisius.
Yogyakarta. 136 hal. Chace, W., dan Er.B. Pantastico. 1986. Azas-azas Pengangkutan dan Operasi
Pengangkutan Komersial, hal.713-749. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
Ditjen Hortikultura, 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 2003-
2008. http://www.hortikultura.deptan.go.id [08 Oktober 2009]. Hardenberg, R.E. 1986. Dasar-dasar Pengemasan Bagian 1 (Pertimbangan-
pertimbangan Umum), hal.446-477. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
Harjadi, S.S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Haryanto, B. dan A. Rochani. 2006. Indonesia (2), p 158-163. In R.S. Rolle (Ed.).
Postharvest Management of Fruits and Vegetables in the Asia-Pasific Region. Asian Productivity Organization (APO). Tokyo. 312 p.
95
Heddy, S., W.H. Susanto, dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 246 hal.
Jones, R.A., P.G. Smith, A.H. Millett, and K.A Kimble. 1980. ‘Royal Red
Cherry” and ‘Short Red Cherry’ Tomato. Hort Science. 15(1):98. Kader, A.A. 1990. Modified Atmosphere Packaging of Fruits and Vegetables.
AFHB. Kuala Lumpur. __________. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Divisions of
Agriculture and Natural Resources. University of California. Marliana. 2008. Analisis Manfaat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Keputusan Petani terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT. Saung Mirwan. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
. Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan penanganan buah tomat, hal. 118-127. Dalam
A.S. Duriat, W.W. Hadisoeganda, A.H. Permadi, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki, dan S. Sastrosiswojo (Eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Bandung.
Muchtadi, D. dan B. Anjarsari. 1996. Penanganan Pasca Panen dalam
Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Sayuran. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Bekerjasama dengan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Bandung dan CIBA Plant Protection. Bandung. Hal. 91-103.
Nugrohaini, F. 2005. Penanganan Pasca Panen Tomat dan Paprika di Sentra
Produksi Garut dan Bandung untuk Tujuan Supermarket. Departemen Budidaya Pertanian, Faultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
Nurtika, N. dan Z. Abidin. 1997. Budidaya tanaman tomat, hal. 62-80. Dalam
A.S. Duriat, W.W. Hadisoeganda, A.H. Permadi, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki, dan S. Sastrosiswojo (Eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Bandung.
Opena, R.T and H.A.M van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller, p
199-205. In Siemonsma, J.S. and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia, Vegetables. PROSEA. Bogor. 412 p.
Pantastico, Er.B., A.K. Mattoo, T. Murada, dan K. Ogata. 1986. Kerusakan-
kerusakan karena Pendinginan, hal.539-577. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
96
Pantastico, Er.B, dan F. Venter. 1986. Gangguan-gangguan Fisiologi Selain Kerusakan Akibat Pendinginan Bagian 2 (Tomat), hal.597-603. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
Pantastico, Er.B., T.K Chattopadhyay, dan H. Subramanyam. 1986. Penyimpanan
dan Operasi Penyimpanan Secara Komersil, hal.495-536. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
Peet, M.M., dan M. Bartholemew. 1986. Effect of night temperature on pollen
characteristic, growth, and fruit set in tomato. J.Amer. Soc. Hort. Sci. 12(3):514-519.
Rahardi, F., R. Palungkun, dan A. Budiarti. 2001. Agribisnis Tanaman Sayur.
Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hal. Rapusas, R.S. 2006. Philipines (2), p 228-244. In R.S. Rolle (Ed.). Postharvest
Management of Fruits and Vegetables in the Asia-Pasific Region. Asian Productivity Organization (APO). Tokyo. 312 p.
Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. World Vegetable : Principles,
Production, and Nutrition Values, 2nd ed. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg, Maryland. 843 p.
Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius. Jakarta. 84 hal. Sa’id, E.G. dan A.H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.
Jakarta. 152 hal. Sarumaha, E. 2005. Penanganan Pasca Panen di Saluran Pemasaran Wortel,
Caisin, dan Jagung Semi. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
Spinks, G.R. dan J.C. Abbot. 1986. Praktek-praktek Pemasaran dan Penanganan
di Daerah Tropika Bagian 1 (Asia Tenggara : Suatu Analisis Praktek-praktek Pemasaran Umum), hal.830-849. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 131 hal.
97
Tay, D.C.S. and H. Toxopeus. 1994. Brassica rapa L. cv. group Pakchoi, p 130-134. In Siemonsma, J.S. and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia, Vegetables. PROSEA. Bogor. 412 p.
Thompson, A.K., M.B. Bhatti, dan P.P Rubio. 1986. Pemanenan, hal.371-387.
Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
Trisnawati, Y. dan A.I. Setiawan. 1994. Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal.
Williams, C.N., J.O. Uzo, dan W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di
Daerah Tropika. (Terjemahan dari : Vegetable Production In The Tropics. Penerjemah : S. Ronoprawiro). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 374 hal.
Winata, S.A. 2006. Penanganan Pasca Panen Komoditi Brokoli (Brassica
oleracea var. Botrytis L. Subvar. Cymosa Lamm) dan Selada Daun (Lactuca sativa L.) untuk Tujuan Pasar Swalayan. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
Yulianti, W. 2009. Pengusahaan Sayuran Organik Wortel (Daucus carota L.) dan
Petsai (Brassica chinensis L.) di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. 336 hal.
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1. Lay Out Bangunan
100
Plastik UV 12%
Kawat Nyamuk Hijau
6.40
Wuwungan 20/40 + reg 3/4
Reg 3/4
Kuda‐kuda 20/40
Gording L.30/30 + reg 3/4
L.30/30
Tiang 40/40
0.30
0.75
0.85
4.00
0.70
0.25
GREEN HOUSE SAUNG MIRWAN ( LUAS = 40.00 X 6.40 = 256.00M2 )
PENAMPANG MELINTANG
Lampiran 2.. Lay Out Green House
Wuwungan 20/40 + reg 3/4
101
Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan
PT. SAUNG MIRWAN
BIDANG PRODUKSI BIDANG KOMERSIL BIDANG UMUM
R&D
KEBUN GADOG
KEBUN LEMAH NEUNDEUT
KEBUN CIPANAS
KEBUN GARUT
DIV. PENJUALAN SAYUR
DIV. PENJUALAN BUNGA
DIV. PENGADAAN
DIV. PENGEMASAN
DIV. KEMITRAAN
DIV. G A
DIV. HR
DIV. KEU/AK
DIV. TEKNIK
IT QA
102
Lampiran 4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010
Bidang Divisi Posisi
Direktur Manajer Kabag Kasi Kasubsi Bulanan Harian Tetap
Harian Lepas Borongan Total Total/
BidangUmum 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Keu/Acc 0 0 2 5 4 1 0 0 0 12 UMM (Umum, RTK, Pamper, Serv-in Logistik, Gudang, Teknik)
0 0 1 4 6 26 8 4 2 51
HR 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 Total Umum 1 1 3 10 10 27 8 4 2 66 66
Komersial 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kemitraan 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 Prossesing & Pengemasan 0 1 2 0 5 6 13 0 34 61 Penjualan 0 1 2 3 2 3 0 1 0 12 Pengadaan 0 0 1 0 4 2 0 0 0 7 Distribusi 0 0 0 1 0 24 0 5 0 30 Total Komersial 1 3 8 4 12 35 13 6 34 114 114
103
Lampiran 4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 (lanjutan)
Bidang Divisi Posisi
Direktur Manajer Kabag Kasi Kasubsi Bulanan Harian Tetap
Harian Lepas Borongan Total Total/
BidangProduksi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
HPT 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 BRC 0 0 1 1 4 6 16 8 18 54 BXC 0 0 0 0 3 5 5 21 50 84 BPT 0 0 1 0 1 3 5 1 2 13 BCF 0 0 0 0 0 2 2 6 0 10 SKL 0 0 0 0 0 0 2 0 1 3 SM Lemah Neundet 0 0 1 1 3 8 16 0 9 33 SM Cipanas 0 0 0 1 5 0 0 39 0 45 SM Garut 0 0 0 3 3 1 12 7 0 26 Total Produksi 1 0 4 6 19 25 58 82 80 275 275
Grand Total 3 4 13 20 41 87 79 92 116 455 455 Sumber : Divisi Human Resources (HR), PT. Saung Mirwan
104
Lampiran 5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pakchoi Baby
No. Pestisida Bahan Aktif Golongan Konsentrasi per liter Satuan OPT/Penyakit 1 Decis deltametrin 25 g/l Insektisida 0.5 ml Ulat 2 Curacron profenofos 500 g/l Insektisida 1 ml Ulat, kutu loncat 3 Regent Insektisida 1 ml Ulat, kutu loncat 4 Lanatte metomil 25% Insektisida 1 g Ulat 5 Proclaim emamektin benzoat 5% Insektisida 0.2 g Ulat 6 Previcur propamokarb hidroklorida 722
g/l Fungisida 0.3 ml Busuk daun, busuk pangkal
batang 7 Furadan karbofuran 3 % Insektisida/Nematisida Nematoda
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Lampiran 6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat Cherry
No. Pestisida Bahan Aktif Golongan Konsentrasi per liter Satuan OPT/Penyakit 1 Confidor imidakloprid 200 g/l Insektisida 0.75 ml Mites, thrips, aphids, white fly 2 Rinso Fungisida 0.5 g 3 Trigard siromazin 75% Insektisida 0.3 g Leafminer 4 Daconil klorotalonil 75% Fungisida 1 ml Karat5 Lanatte metomil 25% Insektisida 1 g White fly, ulat 6 Cabrio pyraclostrobin 250 g/l Fungisida 0.75 ml 7 Metindo metomil Insektisida 1 g Kutu kebul, ulat, aphids, white fly 8 Agrimec abamektin 18.4 g/l Insektisida 0.75 ml Leaminer, thrips, mites 9 Morestan Fungisida 1 g Embun tepung 10 Antracol Fungisida 1 g Bercak daun, Pytophthora
infestans 11 Dithane M-45 Fungisida 1 g Bercak daun 12 Lifolatan Fungisida 1 g Pytophthora infestans 13 Tetramisin sufat Bakterisida 1 g Penyakit layu
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
105
Lampiran 7.Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis
No. Jenis Kegiatan Satuan Penulis Karyawan
Volume dalam HOK Prestasi dalam per jam Volume dalam
HOK Prestasi dalam per jam
A. Pakchoi Baby 1 Pengolahan tanah bedeng 28 4 84 12 2 Penanaman bedeng 3.5 0.5 5.25 0.75 3 Penjarangan bedeng 7 1 10.5 1.5 4 Penyulaman bedeng 7 1 10.5 1.5 5 Penyemprotan bedeng 240.1 34.3 336 48 6 Pemanenan bedeng 2.1 0.3 3.5 0.5 7 Sortasi dan trimming kg 336 48 504 72 8 Pengemasan pack 210 30 420 60
B. Tomat Cherry 1 Penyemaian baki 84 12 168 24 2 Pengisian polibag polibag 420 60 630 90 3 Pindah tanam tray 14 2 35 5 4 Penanaman polibag 1680 240 2940 420 5 Pengajiran polibag 420 60 1260 180 6 Pewiwilan polibag 420 60 840 120 7 Pemangkasan polibag 420 60 840 120 8 Penyemprotan polibag 1260 180 4200 600 9 Pemanenan polibag 210 30 280 40 10 Sortasi dan grading kg 84 12 126 18 11 Pengemasan pack 210 30 420 60 Keterangan: HOK per orang dalam sehari dihitung 7 jam
106
Lampiran 8. Skema Jaringan Irigasi Tetes
107
Lampiran 9. Lay Out Jaringan Irigasi Tetes