peningkatan kemampuan anak dalam menyimak …repository.uinjambi.ac.id/1521/1/tra152180_sari...
TRANSCRIPT
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK DALAM MENYIMAK
MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN
BONEKA TANGAN DI TAMAN KANAK-KANAK AFLAH
KELURAHAN SENGETI KECAMATAN SEKERNAN
KABUPATEN MUARO JAMBI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
Oleh
SARI UTAMI
NIM. TRA 152180
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2
3
4
5
v
MOTTO
لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة أعدت للكافرينفإن
Artinya : Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
eferensi: https://tafsirweb.com/263-surat-al-baqarah-ayat-24.html
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahhirobbil’alamin
Yaa allah... terima kasih
Dengan izin ridho-mu
Telah memberi rahmatnya dalam pemuatan karya ilmiah ini
Walaupun banyak cobaan dan rintangan yang ku hadapi
Namun aku terus berusaha tanpa putus asa
Demi mencapai cita-cita dan masa depanku
Maka dapatlah ku persembahkan setitik harapan
Buat ayahanda Muhammad dan ibunda tercinta Jasmani, serta kakakku
candra dan kakakku desi ratna sari, juga
Semua kerluaraga serta teman-temanku yang telah memberi
dorongan dan bantuan dalam karya ilmiah ini.
Sebagai tumpahan kasih sayangku
yang telah memberi dorongan semangat dan perhatian
untuk meraih kenyatan dalam mencapai cita-cita yang suci
Terimalah ini sebagai dharma baktiku
atas pengorbanan yang tulus
semoga ini kuraih beriring do’a
semoga allah memberkatinya
aamiin....
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat rahmat
dan Ridhonya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Penelitian tindakan Kelas (PTK) ini dengan Baik. Pelaksanaan penulisan ini
merupakan salah satu persyartan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)
dalam bidang Ilmu Pendidikan Islam Anak Usia Dini , di fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penelitian ini
berjudul “Peningkatan Kemampuan Anak Dalam Menyimak Melalui Metode
Bercerita Menggunakan Boneka Tangan Ditaman Kanak-Kanak Aflah di
Kelurahan Sengeti Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi”.
Penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terwujud berkat
bantuan dan jasa dari berbagai pihak, unruk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dra.Hj Armida, Mpd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Umil Muhsinin selaku Ketua Prodi jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini dan Ibu Siti Maria Ulfa selaku sekretaris jurusan Prodi jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr. Yusria, M.Ag selaku pembimbing skripsi I dan ibu Asmawati,
,M,Pd selaku pembimbing skripsi II yang telah banyak meluangkan waktu
untuk membimbing saya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Ibu dosen Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Thaha
Saifuddin Jambi yang telah memberikan pengetahuan penulis.
6. Ibu Waginah, A.ma selaku Kepala Sekolah TK Aflah
7. Ibu Sari Ningsih selaku wali kelompok A di TK Aflah
viii
ix
ABSTRAK
Nama : Sari Utami
Nim : TRA. 152180
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan
Judul skripsi : Peningkatan Kemampuan Anak Dalam Menyimak Melalui
Metode Bercerita Menggunakan Boneka Tangan Di Taman
Kanak-Kanak Aflah Kelurahan Sengeti Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi
Bercerita menggunakan boneka tangan merupakan kegiatan yang sangat baik
untuk merangsang kemampuan menyimak serta membangun daya pikir anak.
Menyadari hal tersebut penulis memilih untuk mencoba bercerita menggunakan
boneka tangan kepada anak-anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Aflah
kelurahan sengeti. Kegiatan ini sengaja penulis adakan mengingat jumlah anak
yang terlihat belum ada kegiatan yang kemampuan menyimak anak yang di
ajarkan di Taman Kanak-Kanak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah melalui bercerita menggunakan boneka dapat meningkatkan
kemampuan menyimak anak di Taman Kanak-Kanak Aflah kelurahan sengeti.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan
menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah anak
kelompok A yang berjumlah 15 anak terdiri dari 6 anak laki-laki dan 9 anak
perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Peneliti menemukan bahwa penggunaan Metode
Bercerita dapat Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Kelompok A Taman
Kanak-Kanak Aflah Kelurahan Sengeti saat melakukan pra siklus hasil
kemampuan menyimak anak hanya 40,0% kemudian saat dilakukan siklus I hasil
kemampuan menyimak anak meningkat 53,3% pada siklus II hasil kemampuan
menyimak anak semakin meningkat menjadi 80,0%. Hasil penelitian ini
menyarankan agar guru menerapkan Metode Bercerita Menggunakan Boneka
Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak.
Kata kunci : Metode Bercerita, Peningkatan, Kemampuan, Menyimak, Boneka
Tangan
x
ABSTRACT
Name : Sari Utami
Nim : TRA. 152180
Department : Early Childhood Islamic Education
Faculty : Tarbiyah and Teacher Training
Thesis title : Improvement of Children's Ability in Listening through
Storytelling Method Using Hand Puppets in Kindergarten
Aflah Sengeti Village Sekernan District Muaro Jambi District
Storytelling using hand puppets is an excellent activity to stimulate listening
abilities and develop children's thinking. Realizing this, the author chose to try to
tell using hand puppets to young children in Kindergarten Aflah village sengeti.
This activity is intentionally held by the writer considering the number of children
who have not seen any activity that has the ability to listen to children taught at
the Kindergarten. This study aims to determine whether through storytelling using
dolls can improve the ability to listen to children in Kindergarten Aflah village
sengeti. This type of research is a collaborative classroom action research using
the Kemmis and Mc Taggart models. Subjects were 15 children in group A,
consisting of 6 boys and 9 girls. Data collection methods used are observation,
documentation, and interviews. Researchers found that the use of the Storytelling
Method Can Improve Children's Listening Ability Group A Kindergarten Aflah
Sengeti Village when pre-cycle the ability to listen to children is only 40.0% then
during the first cycle the results of children's listening ability increased by 53.3%
in the second cycle the result of children's listening ability has increased to 80.0%.
The results of this study suggest that teachers apply the Storytelling Method Using
Hand Puppets to Improve Children's Listening Skills.
Keywords: Storytelling Method, Improvement, Ability, Listening, Hand Puppets
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................ ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACK ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Indetifikasi Masalah ....................................................................... 4
C. Batasan Masalah ............................................................................ 4
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ..................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bercerita ......................................................................................... 7
1. Metode Bercerita ...................................................................... 7
2. Manfaat Bercerita Bagi Anak Usia Dini .................................. 11
B. Boneka Tangan............................................................................... 12
1. Pengertian Boneka Tangan ...................................................... 12
2. Manfaat Penggunaan Media Boneka Tangan .......................... 12
3. Peranan Media Boneka Tangan Dalam Metode Bercerita ....... 12
4. Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan Boneka Tangan ...... 13
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Boneka Tanagan
.................................................................................................. 13
C. Menyimak ...................................................................................... 14
1. Pengertian Menyimak .............................................................. 14
2. Kemampuan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun ....................... 15
3. Proses Menyimak Anak Usia Dini ........................................... 17
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak ............ 19
D. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................... 22
B. Setting Penelitian Dan Subjek Penelitian ...................................... 23
C. Metode Penelitian ......................................................................... 24
D. Prosedur Tindakan ........................................................................ 24
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan .................................................... 27
F. Sumber data ................................................................................... 27
G. Instrumen pengumpulan data ........................................................ 27
xii
H. Teknik Analisi Data ...................................................................... 31
I. Jadwal Penelitian ........................................................................... 31
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 34
B. Temuan Peneliti............................................................................. 38
C. Interpretasi Hasil Analisi Data ...................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 55
B. Saran .............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat pencapaian perkembangan menyimak anak usia 4-5 tahun ... 16
Tabel 3.1 Lembar observasi anak........................................................................ 28
Tabel 3.2 jadwal penelitian ................................................................................. 32
Tabel 4.1 Keadaan Sarana Pendidikan TK Aflah ............................................... 35
Tabel 4.2 Data Tenaga Edukatif TK Aflah ........................................................ 37
Tabel 4.3 Data Anak TK Aflah ........................................................................... 37
Tabel 4.4 Kemampuan Menyimak Anak Pra Siklus ........................................... 38
Tabel 4.5 Jadwal Perencanaan Siklus I ............................................................... 39
Tabel 4.6 Kemampuan Menyimak Anak Siklus I ............................................... 43
Tabel 4.7 Jadwal Perencanaan Siklus II .............................................................. 46
Tabel 4.8 Kemampuan Menyimak Anak Siklus II.............................................. 50
Tabel 4.9 Hasil Kemampuan Menyimak Anak Pada Pra Siklus, Siklus I Dan
Siklus II Melalui Metode Bercerita Menggunakan Boneka Tangan ................... 53
xiv
DAFTAR GAMBAR
3.1 Alur PTK Model Kemmis Dan Mc. Tagart ............................................... 24
4.1 kegiatan pertemuan I siklus I .................................................................... 41
4.2 kegiatan pertemuan II siklus II.................................................................. 43
4.3 kegiatan pertemuan I siklus II ................................................................... 45
4.4 kegiatan pertemuan II siklus II.................................................................. 48
4.5 Kemampuan Menyimak Anak Pada Pra Siklus Dan Siklus I ................... 49
4.6 Kemampuan Menyimak Anak Pada Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ... 51
4.7 Hasil Kemampuan Menyimaka Anak Pada Pra Siklus, Siklus I dan siklus II
Melalui Metode Bercerita Menggunakan Boneka Tangan ...................... 54
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran : 1. Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran : 2 Rencana Kegiatan Harian
Lampiran : 3 lembar obsevasi anak
Lampiran : 4 Foto Dukumentasi Riset
Lampiran : 5 curriculum vitae (daftar riwayat hidup)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini menurut National associantin for the Educations young
children (NAEYC) menyatakan bahwa anak usia dini merupakan anak yang
berada pada usia 0-8 tahun. Pada masa tersebut merupakan proses pertumbuhan
dan perkembangan dalam berbagai aspek dalam rentang kehidupan manusia.
Proses pembelajaran terhadap anak harus memerhatikan karakteristik yang
dimiliki dalam tahap perkembangan anak berdasarkan Susanto (2017, hal. 1).
Menurut Montessori masa peka adalah masa terjadinya kematangan
fungsi fisik maupun psikis. Pada masa ini anak telah siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan berdasarkan Sujiono (2009, hal. 54). Masa peka pada
setiap anak berbeda, hal ini seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
secara individual. Masa ini juga merupakan masa yang dapat dijadikan peletak
dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, gerak-motorik, dan
sosial emosional.
Menurut Tarigan (1997, hal. 28) bahwa menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan melalui
ujaran atau lisan. Dan dijelaskan juga oleh Scott Russel Sanders dalam Musfiroh
(2008, hal. 22) ada beberapa alasan penting mengapa anak perlu menyimak cerita.
Salah satunya karena menyimak cerita merupakan sesuatu yang menyenangkan
bagi anak. Anak dapat lebih bergairah untuk belajar karena pada dasarnya anak
senang mendengarkan cerita. Anak juga dapat memperoleh informasi melalui
cerita. Selain itu anak dapat memperoleh, mempelajari, dan menyikapi persoalan
kehidupan manusia melalui cerita.
Bercerita merupakan metode yang sesuai dengan karakteristik anak
Taman Kanak-kanak. Menurut Moeslichatun dalam Bachri (2005, hal. 10)
bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak yang
2
disampaikan secara lisan. Bercerita juga dapat mengembangkan kemampuan
berbahasa melalui pendemgaran kemudian menceritakannya kembali dengan
tujuan melatih keterampilan anak untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
Oleh karena itu, bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintregasikan
dengan keterampilan bahasa lain, yakni berbicara, membaca, dan menulis.
Ketertarikan anak dalam menyimak cerita tidak dapat dilepaskan dari kemampuan
guru dalam menyajikan cerita untuk anak. Kemampuan guru yang menjadi tolok
ukur kebermaknaan cerita. Cerita tidak akan berarti apa-apa untuk anak bahkan
untuk mendengarkannya saja mungkin tidak akan tertarik jika tidak dibantu oleh
strategi guru.
Salah satu peranan media pembelajaran menurut Kemp & Dayton dalam
Arsyad (2011, hal. 21-22) yaitu pembelajaran akan lebih menarik perhatian anak
dan membuat anak lebih terjaga dan memperhatikan. Begitu pula dengan kegiatan
bercerita memerlukan alat peraga untuk membangkitkan perhatian anak. Alat
peraga dipergunakan agar anak dapat lebih menyerap informasi secara efektif dan
menyimpannya dalam long term memory. Pada saat menggunakan metode
bercerita ada yang disertai dengan alat peraga. Anak taman kanak-kanak lebih
menyukai mendengarkan cerita dengan alat peraga karena dengan alat peraga
anak menjadi lebih tertarik untuk memperhatikan. Adanya alat peraga juga dapat
membuat anak memiliki perhatian yang lebih dan mempertahankannya sampai
guru selesai bercerita. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yasmin dalam Yulia
(2012, hal. 3) bahwa: “manfaat alat peraga diantaranya adalah menyampaikan
suatu konsep dengan bentuk yang baru, mempertahankan konsentrasi, mengajar
dengan lebih cepat, mengatasi masalah keterbatasan waktu, mengatasi masalah
keterbatasan tempat, mengatasi masalah keterbatasan bahasa, membangkitkan
emosi manusia dan menyampaikan suatu konsep dengan bentuk yang baru”.
Dengan demikian dalam kegiatan menyimak untuk anak usia dini, guru dapat
menggunakan cerita dengan alat peraga. Melalui cerita dengan alat peraga,
diharapkan anak akan tertarik dalam menyimak cerita sehingga kemampuan
menyimak akan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
3
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam kegiatan menyimak di
TK Aflah di Kel. Sengeti Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi, kemampuan anak
dalam menyimak belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada
saat anak merespon cerita, di dalam lokal tersebut terdapat 15 orang anak dan
yang dapat menyimak cerita dengan baik hanya 6 orang anak, sedangkan 9 anak
lainnya terlihat tidak tertarik pada cerita yang disampaikan oleh guru. Anak
cenderung membagi perhatiannya pada kegiatan lain yang lebih menarik. Anak
lebih memilih berbicara sendiri bahkan beberapa anak terlihat asyik ngobrol
dengan teman disampingnya dan tidak mendengarkan cerita yang disampaikan
oleh guru. Masih banyak ditemukan anak yang belum bisa menjawab pertanyaan
guru terkait dengan cerita. Anak masih kesulitan menceritakan kembali isi cerita.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya metode bercerita
menggunakan boneka tangan bagi anak untuk berbagai aspek perkembangan
terutama kemampuan menyimak anak usia dini. Hal ini penting untuk membantu
menarik perhatian anak dan memperhatikan, mengenal kosa kata baru,
mengembangkan kemampuan bahasa, meningkatkan daya konsentrasi anak,
melatih anak berani bertanya, melatih daya imajinasi dan kreativitas anak,
menambah nilai moral, pendidikan karakter dan nilai budaya anak. Pada anak usia
dini proses metode bercerita menggunakan boneka tangan dilakukan dengan cara
melibatkan anak langsung, mengalami pencarian pesan dan informasi dengan
bertanya dan mendengarkan mencari tau jawaban hingga memahami isi pesan dan
informasi yang disampaikan. Dengan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dan peneliti membahas ini dalam skripsi yang
berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK DALAM MENYIMAK
MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN
DI TAMAN KANAK-KANAK AFLAH KELURAHAN SENGETI
KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI”.
4
B. Indetifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:
1) Anak kelompok A tidak tertarik saat menyimak cerita. Anak cenderung
membagi perhatiannya pada kegiatan lain yang lebih menarik.
2) Anak kelompok A mengalami kesulitan menjawab pertanyaan dan
menceritakan kembali isi cerita.
3) Anak kelompok A sulit fokus dalam mengikuti pembelajaran.
4) Guru belum maksimal menguasai metode dalam bercerita menggunakan
boneka tangan.
C. Batasan Masalah
Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu luas
sehingga diperlukan pembatasan masalah agar tidak terjadi kesalah pahaman
dalam pembahasan. Penelitian ini, dibatasi pada:
1) Peningakatan kemampuan menyimak anak dengan diterapkannya metode
bercerita menggunakan boneka tangan pada anak Kelompok A di Taman
Kanak-kanak Aflah Kelurahan Sengeti Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi.
2) Hasil peningkatan kemampuan menyimak anak dengan diterapkannya metode
bercerita menggunakan boneka tangan kelompok A di Tanam Kanak-kanak
Aflah Kelurahan Sengeti Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dalam penelitian ini dapat
diajukan rumusan masalah yaitu:
1) Bagaimanakah peningkatan kemampuan menyimak anak dengan
diterapkannya metode bercerita menggunakan boneka tangan kelompok A di
Taman Kanak-kanak Aflah Kelurahan Sengeti Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi ?
5
2) Bagaimanakah hasil peningkatkan kemampuan menyimak anak dengan
diterapkannya metode bercerita menggunakan boneka tangan kelompok A di
Tanam Kanak-kanak Aflah Kelurahan Sengeti Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini:
1) Untuk mengetahui peningakatan kemampuan menyimak anak dengan
diterapkannya metode bercerita menggunakan boneka tangan pada anak
Kelompok A di Taman Kanak-kanak Aflah Kelurahan Sengeti Kecamatan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
2) Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan menyimak anak dengan
diterapkannya metode bercerita menggunakan boneka tangan kelompok A di
Tanam Kanak-kanak Aflah Kelurahan Sengeti Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi Melalui Metode Bercerita Menggunakan Boneka
Tangan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Secara Teoretis
Secara teoritik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperluas
wawasan yang berkaitan dengan perkembangan bahasa, khususnya kemampuan
menyimak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta dapat
dijadikan bahan kajian para pembaca, khususnya untuk meningkatkan
kemampuan menyimak melalui cerita.
b. Secara Praktis
1. Bagi Anak
Penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak
sehingga bisa berkembang secara optimal, sebagai modal untuk mengembangkan
aspek perkembangan yang lain.
2. Bagi Guru
6
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki
proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan selama ini, khususnya dalam
meningkatkan kemampuan menyimak. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai gambaran kepada guru dalam merancang pembelajaran menggunakan alat
peraga pada saat bercerita untuk meningkatkan kemampuan menyimak.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan
kemampuan menyimak.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bercerita
1. Metode bercerita
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan
kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang
dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik. Cerita
adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang
yang tidak bisa membaca. Dalam cerita, ada beberapa hal pokok yang masing-
masing tidak dapat dipisahkan, yaitu karangan, pengarang, pencerita atau
pendongeng, serta penyimak. Karangan adalah pembuatan cerita dan
penyusunannya, pengarang adalah penulis cerita, karena ia yang mengarang
cerita, baik idenya berdasarkan imajinasi sendiri maupun berasal dari tema yang
sengaja dipilihnya. Pencerita yaitu penyampaian cerita kepada pendengar atau
membacakannya bagi mereka yang belum bias membaca berdasarkan Majid
(2001, hal. 8).
Menurut Moeslichatun dalam Bachri (2005, hal. 10) bercerita merupakan
salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak yang disampaikan secara
lisan. tujuan melatih keterampilan anak untuk menyampaikan ide dalam bentuk
lisan. Oleh karena itu, bercerita merupakan metode dan materi yang dapat
diintregasikan dengan keterampilan bahasa lain, yakni berbicara, membaca, dan
menulis. Ketertarikan anak dalam menyimak cerita tidak dapat dilepaskan dari
kemampuan guru dalam menyajikan cerita untuk anak. Kemampuan guru yang
menjadi tolok ukur kebermaknaan cerita. Cerita tidak akan berarti apa-apa untuk
anak bahkan untuk mendengarkannya saja mungkin tidak akan tertarik jika tidak
dibantu oleh strategi guru. Pendapat lain mengenai pengertian metode bercerita
dikemukakan oleh Dhieni dkk., (2005, hal. 6-5), yaitu cara penyampaian atau
penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada
anak didik Taman Kanak-kanak.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
8
bercerita adalah suatu upaya pemberian pengalaman belajar dari guru kepada anak
melalui cerita yang disampaikan secara lisan agar anak memahami isi pesan atau
informasi yang disampaikan guru. Dalam penelitian ini metode bercerita
digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak salah
satunya kemampuan menyimak.
Menurut Majid (2001, hal. 47-54) metode bercerita harus memperhatikan
hal-hal berikut.
a. Tempat bercerita
Bercerita tidak selalu dilakukan didalam kelas, tetapi boleh juga diluar
kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa duduk dan mendengarkan
cerita.
b. Posisi duduk
Sebelum guru memulai bercerita sebaiknya ia memposisikan para siswa
dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita. Kemudian guru duduk
ditempat yang sesuai dengan mulai bercerita. Selama bercerita, guru hendaknya
tidak duduk terus, tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah posisi gerakan
sesuai dengan jalannya cerita.
c. Bahasa cerita
Guru tidak harus selalu berfokus pada gaya bahasa cerita dalam buku. Ia
bisa saja menambah atau mengurangi ungkapan yang dirasanya cukup baik agar
para siswa lebih mudah memahami jalan ceritanya.
d. Intonasi guru
Pada permulaan cerita guru hendaknya memulai dengan suara tenang.
Kemudian mengeraskannya sedikit demi sedikit. Perubahan naik turunnya cerita
harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita. Ketika guru sampai pada puncak
konflik ia harus menyampaikannya dengan suara ditekan dengan maksud menarik
perhatian siswa. Juga akan memberikan gambaran yang membuat mereka berpikir
untuk menemukan klimaksnya. Para ahi pendidikan berpendapat bahwa besarnya
perhatian para siswa akan bertambah ketika konflik mulai berkembang. Dan
mereka akan lega dari ketegangannya, jika telah sampai pada klimaks. Maka guru
hendak menyampaikan peristiwa-peristiwa dalam cerita dengan suara yang
9
meyakinkan yang dapat membuat siswa penasaran hingga saat klimaks. Ketika
guru menyampaikan klimaks, ia harus menjiwai setiap ungkapan dan intonasi
suara sampai akhir cerita.
e. Pemunculan tokoh-tokoh
Telah disebutkan jika mempersiapkan cerita, seorang guru harus
mempelajari terebih dahulu tokoh-tokohnya, apa dapat memunculkannya secara
hidup didepan para siswa maka untuk itu, diharapkan guru menjelaskan cerita
dengan jelas tanpa gemetar atau ragu-ragu. Dalam bercerita guru juga harus dapat
mengambarkan setiap tokoh dengan gambaran yang sesungguhnya, dan
memperhatikan karakternya seperti dalam cerita.
f. Penampakan emosi
Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi
para tokohnya dengan memberikan gambaran kepada pendengar bahwa seolah-
olah hal itu adalah emosi sang guru sendiri. Jika situasinya menunjukkan rasa
kasihan, protes, marah atau mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus
menunjukkan hal tersebut.
g. Peniruan suara
Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara binatang da benda
tertentu, seperti suara singa, kucing, anjing, gemercik air, gelegar petir dan arus
sungai yang deras. Tetapi kebanyakan guru merasa malu melakukan hal itu dan
menganggapnya perbuatan tercela.
h. Penguasaan terhadap siswa yang tidak serius
Perhatian siswa ditengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga mereka
bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan. Para siswa biasanya
diam mendengarkan cerita, jika penyampainya bagus dan disampaikan oleh
pendongeng yang bagus pula.
i. Menghindari ucapan spontan
Guru acapkali mengucapkan kalimat spontan setiap kali menceritakan
peristiwa. Umpamanya, seseorang mengucapkan dalam sebuah kisah, “apa
namanya? Pada tengah hari anak merasa haus. Apa namanya? Dan dia bermaksud
10
keluar hutan mencari minuman. Kebiasaan ini tidak baik karena bisa memutuskan
rangkain peristiwa dalam cerita.
Kesembilan hal diatas sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan
oleh guru ketika bercerita. Memang kita mengangap bahwa bercerita dengan cara
yang baik, rata-rata adalah sesuatu yang lebih bersifat alami daripada dibuat-buat.
Menurut Idris (2014, hal. 182) bahwanya bercerita sudah dapat diberikan
pada anak sejak ia masih dalam kandungan. Namun mungkin yang perlu digaris
bawahi disini adalah metodenya. Tentu tak sama metode bercerita yang kita
berikan untuk bayi, balita maupun anak usia sekolah. Cara bercerita ada anak
sesuai dengan usianya, adalah:
a. Saat usia 0-2 tahun
Sebaiknya bercerita tidak usah memakai buku tapi dikarang saja
ceritanya agar bisa memaksimalkan gerakan tubuh, eksperesi wajah dan intonasi
suara.
a. Saat usia 3-6 tahun
Diusia ini anak sudah bisa diperkenalkan dengan buku cerita yang
memuat banyak gambar dengan huruf dan angka berukuran besar dan jelas.
Dongeng juga sebaiknya dipilih yang ceritanya berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, minsalya manfaat makan sayur dan buah serta manfaat mengosok
gigi. Ini berguna untuk menasehati anak secara tidak langsung.
b. Saat usia 7-12 tahun
Anak usia sekolah seperti ini, orangtua bisa memberikan buku/majalah
pada anak. Namun sebaiknya dilihat dulu isi buku/majalah tersebut, jangan
sampai ada kata/kalimat/gambar yang negatif atau belum selayaknya ‘dikonsumsi’
oleh anak. Apabila anak belum lancar membaca, pendamping diperlukan untuk
membimbingnya mengenal huruf-huruf tersebut menjadi rangkaian kata dalam
kalimat sehingga memiliki makna. Hal ini misalnya dapat kita lihat dalam sebuah
ayat yang menggambarkan nilai pedagogis sekaligus sebagai salah satu landasan
metode bercerita dalam al-Quran sebagai berikut:
11
ذاالقرآنوإنكنتمنقبلهلمنالغافلين عليكأحسنالقصصبماأوحيناإليكه نحننقص
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-
Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya
adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf ayat 3)
Dari penjelasan ayat Al-Qur'an di atas, dapat disimpulkan bahwa
bercerita mempunyai pengaruh penting selain untuk perkembangan berbicara anak
juga bagi terciptanya pembentukan moral dan akhlak setiap manusia. Oleh sebab
itu, penting bagi anak-anak untuk diberikan cerita atau kisah-kisah yang baik
berupa nasehat, pengajaran, peringatan, serta akhlak terpuji untuk anak-anak agar
perkembangan berbicara anak dapat berkembang dengan optimal dan juga
perkembangan moral dan akhlak anak dapat berkembang dengan baik dan santun
sesuai dengan ajaran agama.
2. Manfaat Bercerita Bagi Anak Usia Dini
Menurut Idris (2014, hal. 169) manfaat bercerita bagi anak usia dini
sangat besar pengaruhnya, baik pada pembentukkan karakter maupun kecerdasaan
majemuk anak dikemudian hari. Banyak manfaat yang bisa diambi, antara lain
maanfaat yang diperoleh, yaitu:
a. Anak mengenal kosa kata baru untuk mengembangkan kemampuan berbasa
sebagai dasar untuk keterampilan berkomunikasi dengan pola/struktur yang
benar.
b. Dengan bercerita kemampuan mendengar anak akan meningkat dan ini penting
untuk meningkatkan daya konsentrasi anak.
c. Dengan bercerita, melatih anak untuk menyimak dan berani bertanya.
d. Bercerita melatih daya imajinasi dan kreativitasnya.
e. Bercerita juga akan menambah nilai moral dalam pendidikan karakter anak dan
nilai budaya.
f. Bercerita akan memberikan relaksasi jiwa dalam menata emosinya serta
mempererat ikatan emosi dengan orangtua/guru.
g. Bercerita mengoptimalkan berbagai kecerdasan.
12
h. Bercerita meningkatkan fungsi otak dan keterampilan berpikir.
i. Meningkatkan minat baca dan keterampilan problem solving /pemecahan
masalah.
B. Boneka Tangan
1. Pengertian boneka tangan
Boneka tangan adalah tiruan dalam bentuk manusia, hewan maupun
bentuk lainnya yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran tangan dengan
berbagai corak dan motif berdasarkan Siswanti dkk., (2013, hal. 3). Berdasarkan
uraian di tersebut media boneka tangan dapat diartikan sebagai tiruan dalam
bentuk manusia, hewan maupun bentuk lainnya yang ukurannya disesuaikan
dengan ukuran tangan dengan berbagai corak dan motif yang cara memainkannya
digerakkan oleh tangandan digunakan guru untuk mendukung dalam penyampaian
pesan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian anak.
2. Manfaat Penggunaan Media Boneka Tangan
Menurut Siswanti dkk., (2013, hal. 3) menyebutkan manfaat boneka
tangan adalah sebagai berikut:
1) Tidak banyak memakan tempat dalam pelaksanaannya,
2) Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya
3) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan anak dan
suasana gembira
4) Mengembangkan aspek bahasa.
Media boneka tangan juga memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan sesuai
dengan tema yang diajarakan. Selain itu, media boneka tangan juga belum pernah
digunakan oleh guru sehingga dapat menarik perhatian anak.
3. Peranan Media Boneka Tangan dalam Metode Bercerita
Salah satu peranan media pembelajaran menurut Kemp & Dayton dalam
Arsyad (2011, hal. 21-22) yaitu pembelajaran akan lebih menarik perhatian anak
dan membuat anak lebih terjaga dan memperhatikan. Begitu pula dengan kegiatan
13
bercerita memerlukan alat peraga untuk membangkitkan perhatian anak. Alat
peraga dipergunakan agar anak dapat lebih menyerap informasi secara efektif dan
menyimpannya dalam long term memory. Alat bantu cerita membantu anak
berimajinasi dan mendorong anak untuk tetap mempertahankan konsentrasi.
Boneka tangan merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan
bercerita. Media ini melibatkan penglihatan dan pendengaran siswa. Selain itu
interaksi dengan anak dapat dibangun melalui media ini.
4. Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan Boneka Tangan
Kelebihan boneka tangan menurut Sudjana (2002, hal. 64) adalah sebagai berikut.
1) Menumbuhkan minat anak karena lebih menjadi lebih menarik.
2) Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga anak lebih mudah
memahaminya.
3) Metode mengajar lebih bervariasi sehingga anak tidak mudah bosan.
4) Membuat lebih aktif meakukan kegiatan belajar seperti, mengamati,
melakukan dan mendemostrasikan dsb.
Sementara itu kekurangan menggunakan boneka tangan dalam pengajaran
menurut Sujana (2002, hal. 64) diantaranya:
1) Memerlukan boneka tangan yang cukup banyak. Dalam proses
pembelajaran.
2) Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan. Dalam kegiatan proses
belajar mengajar banyak waktu yang dipersiapkan guru terlebih dahulu.
3) Membutuhkan perencanaan yang cukup matang dan juga materi.
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Boneka Tangan
Boneka tangan digunakan dalam kegiatan belajar, harus dipersiapkan
dengan matang sesuai dengan tema yang dipergunakan. Hal ini agar tujuan
pembelajaran terlaksana dengan baik. Menurut Rachmawati dkk., (2005, hal. 78),
maka perlu kita perhatikan beberapa hal, antara lain:
14
1) Jelaskan tema yang ingin diceritakan tujuan pembelajaran yang jelas, dengan
demikian akan dapat diketahui apakah tepat penggunaan boneka tangan untuk
kegiatan pembelajaran.
2) Pembelajaran dengan media boneka tangan ini hendaknya jangan lama.
3) Isi cerita sesuai dengan umur dan daya imajinasi anak.
4) Selesai permainan hendaknya berdiskusi tentang peran yang telah dilaksanakan
dan pesan moral dalam bercerita menggunakan media boneka tangan.
Musfiroh (2005, hal. 50) berpendapat bahwa pemilihan bercerita dengan
menggunakan boneka tangan akan tergantung pada usia dan pengalaman anak.
Guru hanya mengenalkan benda, cara menggunakan boneka dan menyiapkan alat
peraga pendukungnya kemudian anak dibiarkan sendiri memainkan boneka. Guru
hanya memotivasi saja atau guru turut bermain agar suasana bermain boneka
tangan dapat lebih menarik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini pembelajaran boneka tangan harus memiliki tujuan yang jelas. Pada
saat pembelajaran berlangsung hendaknya pembelajaran boneka tangan jangan
terlalu lama karena anak akan cepat bosan terhadap kegiatan yang memakan
waktu yang lama. Setelah selesai kegiatan pembelajaran boneka tangan
hendaknya guru melakukan dialog atau tanya jawab kepada anak supaya anak
memahami tujuan dari semua kegiatan tersebut.
C. Menyimak
1. Pengertian menyimak
Menyimak merupakan kemampuan yang pertama kali yang dikuasai oleh
anak. Anak sudah mulai belajar menyimak sejak dalam kandungan. Proses belajar
menyimak terus-menerus dilakukan dengan mendengarkan ataupun merekam
kata-kata yang didengarnya dalam kehidupan sehari-hari. Anak belajar berbicara
melalui proses mendengarkan, tepatnya mengulang ucapan sebuah kata bermakna
yang sederhana. Proses pembelajaran berbahasa mulai dari menyimak sampai
dengan berbicara awal merupakan proses alamiah-universal. Hal itu berarti bahwa
anak mengalami proses pembelajaran menyimak-berbicara dari orang sekitarnya
15
Nurjamal dkk., (2011, hal. 2). Seseorang dapat dikatakan terampil menyimak
apabila ia dapat menyerap apa yang disampaikan orang lain kepadanya dengan
tepat, benar, akurat dan lengkap. Tepat dan benar berarti bahwa tidak ada
kesalahan dalam menyerap apa yang disampaikan oleh orang lain. Akurat berarti
anak dapat menyerap dengan cermat sedangkan lengkap berarti bahwa anak dapat
menyerap semua tentang apa yang disimaknya Nurjamal dkk., (2011, hal. 3).
Menyimak menurut Tarigan (1990, hal. 12) adalah suatu proses yang
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, dan
pengertian. Situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak terkandung
tindakan yang disengaja. Ditegaskan oleh Russell dalam Tarigan (1997, hal. 28)
bahwa menyimak adalah mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi. Pendapat tentang menyimak juga di jelaskan oleh Tarigan (1997,
hal. 28) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan melalui ujaran atau lisan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa menyimak adalah
suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalam wacana lisan. Menyimak dalam penelitian ini adalah
mendengarkan dengan penuh perhatian, menginterpretasikan, dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya.
2. Kemampuan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun
Kemampuan menyimak yang ditunjukkan oleh anak usia dini menurut
Tarigan (2008, hal. 40) yaitu: a) anak mampu menyimak percakapan orang lain
pada saat bermain, b) mengembangkan waktu yang panjang terhadap cerita-cerita,
dan anak sudah mampu mengingat petunjuk dan pesan sederhana yang
disampaikan oleh guru. Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan
16
kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 Tentang Standar
nasional pendidikan anak usia dini, perkembangan menyimak anak usia 4-5 tahun
yaitu:
Tabel 2.1 Tingkat pencapaian perkembangan menyimak anak usia 4-5 tahun
Aspek perkembangan Indikator pencapaian perkembangan
menyimak anak usia 4-5 tahun
Menyimak 1. Menyimak bahasa orang lain
(bahasa ibu atau bahasa lainnya)
2. Memahami cerita yang
dibacakan
3. Bertanya dengan kalimat yang
benar
4. Menjawab pertanyaan sesuai
pertanyaan
5. Mengungkapkan perasaan
dengan kata sifat (baik, senang,
nakal, pelit, baik hati, berani,
baik, jelek, dsb)
6. Menceritakan kembali
cerita/dongeng yang didengar
7. Mengenal suara-suara
hewan/benda yang ada
disekitarnya
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menyimak yang ditunjukkan oleh anak usia 4-5 tahun adalah anak sudah mampu
menyimak percakapan orang lain, memahami pentunjuk atau pesan sederhana,
dan mendengar cerita yang panjang serta dapat mengidentifikasi karakter cerita.
Oleh karena itu, kemampuan menyimak anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan
melalui cerita. Anak akan mudah memahami pesan yang disampaikan melalui
17
cerita. Hal tersebut akan membuat pengetahuan anak bertambah sebagai modal
untuk meningkatkan kemampuan yang lain.
3. Proses Menyimak Anak Usia Dini
Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhir
akhirnya memahami apa yang disimaknya. Untuk dapat memahami isi bahan yang
disimak diperlukan suatu proses. Menyimak adalah suatu kegiatan yang
merupakan suatu proses. Sudah barang tentu dalam proses ini terdapat tahap-
tahap. Adapun tahap- tahap dalam proses menyimak menurut Tarigan (2008, hal.
63) antara lain:
a. Tahap Mendengar, yaitu dalam tahap ini dimana penyimak baru mendengar
segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas
pembicaraannya.
b. Tahap Memahami, yaitu setelah penyimak mendengar maka ada keinginan
dalam diri penyimak untuk mengerti atau memahami dengan baik isi
pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara.
c. Tahap Menginterpretasi, yaitu penyimak yang baik, yang cermat dan teliti,
tidak hanya mendengar dan memahami isi ujaran pembicara tapi akan
menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat
dan tersirat dalam ujaran yang disimak.
d. Tahap Mengevaluasi, yaitu setelah memahami dan menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mengevaluasi pendapat serta
gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan
kekurangan pembicara.
e. Tahap Menanggapi, yaitu merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak,
penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan
atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraaannya.
Zamzami (1996, hal. 22) juga menyebutkan tahapan dalam proses
menyimak ada enam, yaitu a) mendengarkan, b) mengidentifikasi, c)
menginterpretasi, d) memahami, e) menilai, dan f) menanggapi. Berdasarkan
18
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyimak membutuhkan
suatu proses. Proses tersebut dibutuhkan untuk memahami isi bahan simakan.
Proses tersebut terdiri dari beberapa tahapan yaitu mendengarkan, memahami,
menginterpretasi, mengevaluasi dan menanggapi.
Proses menyimak pada anak menurut Suhartono (2005, hal. 128-131),
yaitu:
a. Anak mengenal bermacam-macam bunyi melalui mendengarkan bunyi.
Padatahap ini guru mengajak anak mengamati dan mendengarkan bunyi-bunyi
yang ada di sekitar sekolah.
b. Anak mengenal kata-kata yang hampir sama bunyinya melalui
pengamatan.Pada tahap ini anak mengenal kata-kata yang hampir sama
bunyinya dapatdi capai dengan jalan membimbing anak untuk dapat secara
auditif (melaluipendengaran) membedakan kata-kata yang hampir sama
bunyinya.
c. Anak memahami perintah, menerapkan dan mengkordinasikan isi
perintahtersebut. Pada tahap ini dapat dicapai dengan cara membantu anak
melakukan pengamatan dan melakukan perbuatan.
d. Anak berminat mendengarkan isi cerita dan dapat menghayati
sertamenghargainya. Pada tahap ini dapat dicapai dengan cara membimbing
anak untuk mau mendengarkan cerita dari guru, menceri takan isi kembali,
danbercakap-cakap mengenai isi cerita.
e. Anak mengenal kalimat-kalimat sederhana dan membedakan kalimat benar dan
salah. Pada tahap ini dapat di capai dengan cara menjelaskan kepada anak-anak
makna dari kalimat-kalimat yang sering dijumpai sehari-hari danmemberikan
alasan mengapa suatu kalimat disebut benar dan kenapa yang lainsalah.
Berdasarkan beberapa tahapan menyimak di atas, dapat disimpulkan
bahwa tahap menyimak pada anak adalah tahap mendengarkan, tahap memahami,
dan tahap menginterpretasikan. Tahapan-tahapan menyimak tersebut dilakukan
secara berkala agar mendapatkan hasil yang baik. Mulai dari mendengarkan
19
sumber suara yang disimak, memahami serta menilai atau mengevaluasi dengan
memberikan respon untuk menjadi penyimak yang kritis.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak
Kemampuan menyimak yang baik menunjukkan bahwa anak mampu
memahami pesan yang disampaikan oleh orang lain dengan baik. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak anak. Faktor yang
mempengaruhi menyimak lainnya juga dikemukakan oleh Tarigan (2008, hal.
106-115). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fisik
Faktor ini bukan hanya terjadi pada kondisi fisik penyimak saja tetapi kondisi
lingkungan juga mempengaruhi keefektifan menyimak seseorang, misalnya
ruangan yang mungkin terlalu panas, lembab ataupun terlalu dingindan suara atau
bunyi bising lain yang terjadi di sekitar penyimak berada.
b. Psikologis
Faktor psikologis melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi. Faktor- faktor ini
antara lain mencakup masalah-masalah:
1) Prasangka dan kurangnya simpatik terhadap para pembicara dengan aneka
sebab dan alasan
2) Keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi.
3) Kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang jelas.
4) Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian sama
sekali pada pokok pembicaraan.
5) Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok
pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.
c. Pengalaman
Pengalaman sebagai salah satu faktor dalam menentukan keefektifanmenyimak,
yang melatarbelakangi adalah kurangnya atau tidak adanya minat yang merupakan
akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada pengalaman dalam bidang
yang akan disimak, sikap yang antagonistik, sikap-sikap yangmenentang serta
bermusuhan timbul dari pengalaman- pengalaman yang tidakmenyenangkan.
20
d. Sikap
Sikap penyimak akan cenderung menyimak secara seksama pada topik- topikatau
pokok pembicaraan yang dapat disetuj ui dari pada yang kurang atau bahkan tidak
setuju sama sekali, ini merupakan sikap yang wajar dalam kehidupan.Seharusnya
para pembicara memperhatikan hal itu, antara lain dengan cara memilih topik
pembicaraan yang disenangi oleh para penyimak.
e. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Bagaimana
kita memotivasi diri sendiri untuk menyimak dengan berpikir bahwa banyak
sekali yang kita peroleh dalam menyimak ujaran yang disampaikan oleh
pembicara.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak. Faktor tersebut
dapat berasal dari luar ataupun dalam diri anak. Pada dasarnya setiap anak
memiliki pengalaman, pembawaan, sikap, dan motivasi yang berbeda-beda. Hal
tersebut akan mempengaruhi kemampuan anak dalam menyimak. Selain faktor
dari dalam diri anak, faktor lingkungan dan faktor pembicara juga berperan
penting dalam kegiatan menyimak.
D. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang hampir serupa sudah
dilakukan oleh penelitian lain relevan dengan masalah yang diteliti, oleh sebab itu
dikemukakan beberapa penelitian lain yang pernah dilakukan sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Listiyono (2011), yang berjudul
“Meningkatkan Keberanian Berbicara Anak melalui Bercerita Disertai
Media gambar pada Siswa Kelompok B2 Taman Kanak-kanak Pertiwi
Pokak, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten”. Penelitian yang bertujuan
untuk meningkatkan keberanian siswa dalam berbicara melalui bercerita
disertai media gambar pada siswa Kelompok B2 Taman kanak-kanak
Pertiwi Pokak, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
21
melibatkan subyek siswa-siswi Kelompok B2 Taman Kanak-kanak Pertiwi
Pokak, dengan jumlah siswa 14 siswa, dengan laki-laki 10 anak dan
perempuan sebanyak 4 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik observasi dalam setiap kegiatan. Instrumen pengumpulan data dengan
lembar observasi mengikuti perkataan guru, menunjukkan dan berkata
sesuai gambar, berani berbicara mengenai gambar. Perbedaan penelitian ini
terletak pada setting, subjek dan beberapa referensi yang digunakan untuk
memperkuat kajian teoritik yang peneliti lakukan.
2. Penelitian yang dilakukan Siti Zubaedah (2007) yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan menyimak melalui Permainan Bisik Berantai Siswa Kelompok
A di TK Mahardhika Simokerto Surabaya”. Penelitian bertujuan
meningkatkan keterampilan menyimak anak pada Kelompok A di Taman
Kanak-kanak Mahardhika Simokerto Surabaya. Subjek penelitian adalah
anak didik Kelompok A Taman Kanak-kanak Mahardhika Simokerto
Surabaya, sebanyak 20 anak yang terdiri dari 11 putra dan 9 putri. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Persamaan penelitian ini terletak pada metode pengumpulan data dan
perbedaan penelitian ini terletak pada setting, subjek dan beberapa reperensi
yang digunakan untuk memperkuat kajian teoritik yang peneliti lakukan.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi yang
mana guru merupakan mitra kerja peneliti. Masing-masing memusatkan
perhatiannya pada aspek –aspek penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan
ahlinya, guru sebgai praktisi pembelajaran peneliti sebagai perancang dan
pengamat yang kritis berdasarkan Ansori (2007, hal. 158)
Kardiawan dalam Paizaluddin dkk., (2014) mengatakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris Classroom Action Research,
yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat
tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pada penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, penulis dan guru bertukar
peran, maksudnya adalah penulis sebagai guru yang memberikan pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai peneliti yang bertindak sebagai pengamat ketika
pembelajaran dilakukan. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK).
PTK Adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelas atau sekolah tempat
mengajar dengan penekananannya pada penyempurnaan atau peningkatan praktik
dan proses dalan pembelajaran proses penelitian berbentuk siklus yang mengacu
pada model Kemis dan Mc.Taggart. siklus ini berlangsung beberapa kali sehingga
tercapai tujuan yang diinginkan dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan
yakni perencanaan, tindakan, dan pengamatan serta refleksi. Kegiatan yang
peneliti lakukan di TK Aflah yaitu perencanaan awal dimulai dari melakukan
pendahuluan, pada penelitian ini juga mendiskusikan cara melakukan tindakan
pembelajaran dan bagimana cara melakukan. Pengamatan selama tindakan
penelitian dilakukan oleh peneliti. Pengamatan berdasarkan pedoman observasi
yang telah disiapkan. Kejadian kejadian penting selama proses dibuat pada catatan
pembelajaran. Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru. Kegiatan ini
berdiskusi memberi makna menerangkan dan menyimpulkan hasil tindakan yang
23
dilakukan. Berdasarkan kesimpulan pada kegiatan refleksi ini suatu perencanaan
untuk siklus berikutnya dibuat tindakan penelitian yang dipandang cukup.
Evaluasi hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil pelaksanaan observasi
dan refleksi pada setiap tindakan.
B. Setting penelitian dan subjek penelitian
1. Setting penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan di TK Aflah di Kel. Sengeti Kec.
Sekernan Kab. Muaro Jambi untuk peningkatan proses kemampuan anak
dalam menyimak melalui metode bercerita menggunakan boneka tangan.
Alasan penelitian ini dilakukan di sekolah ini karena keterjangkauan lokasi
penelitian oleh peneliti, baik dari segi tenaga dan efesiensi waktu.
b. Waktu penelitian
Penelitian direncanakan pada bulan Agustus-oktober 2019 di TK Aflah di
kelurahan sengeti kecamatan sekernan kabupaten muaro jambi. Penentuan
waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena
penelitian ini memerlukan beberapa siklus yang dibutuhkan dalam
melaksanakan tidak dalam proses peningkatan kemampuan anak dalam
menyimak melalui metode bercerita menggunakan boneka tangan. Dan
tujuan penentuan jadwal penelitian sebagai barometer bahwa penelitian ini
benar-benar dilaksanakan tepat waktu.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah seluruh anak Kelompok
A (usia 4-5 tahun) di TK Aflah di Kel. Sengeti Kec. Sekernan Kab. Muaro jambi.
Adapun anak yang menjadi subjek penelitian berjumlah 15 orang, terdiri dari 9
orang perempuan dan 6 orang laki-laki.
24
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan. Penelitian tindakan ini menggunakan model kemmis dan mc.tagart
yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan , tindakan, pengamatan dan refleksi.
Gambar 3.1 Alur PTK Model Kemmis Dan Mc. Tagart
.
Sumber : researchgate.net
Dalam model kemmis dan Mc.Tagart tindakan dan pengamatan dijadikan
satu kesatuan karena tindakan dan Observasi merupakan dua kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan. Dalam melaksanakan model ini peneliti berkolaborasi
dengan Guru Tk.
D. Prosedur tindakan
Pelaksaan PTK terdiri dari empat kegiatan yaitu : perencanaa, tindakan,
observasi dan refleksi. siklus atau putaran dimulai dari siklus I, artinya sesudah
langkah keempat (refleksi), apabila belum memenuhi target maka kembali pada
perencanaan dan seterusnya. Walaupun sifatnya berbeda, langkah kedua dan
ketiga dilakukan secara bersamaan.
25
a. Siklus I
1. Perencanaan
Peneliti membuat rencana atau rancangan tindakan kelas yang akan
diberikan pada anak. Adapun persiapan yang akan dilakukan untuk penelitian
ini adalah :
a) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH). Menentukan tema, sub tema,
indikator dan kegiatan pembelajaran.
b) Menyusun instrumen penelitian atau lembar observasi yang memuat tingkat
pencapaian kemampuan meyimak pada Kelompok A.
c) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran yaitu alat peraga.
2. Tindakan
Tindakan merupakan penerapan isi rancangan yang telah dibuat dalam
rencana kegiatan harian (RKH). Pelaksanaan tindakan dilakukan secara
fleksibel atau terbuka terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi saat
pelaksanaan pembelajaran/Pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung.
3. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi yang sudah disusun. Pada penelitian ini, guru
kelas sebagai peneliti sekaligus pelaksana tindakan yang dibantu oleh guru
sudut.
4. Refleksi
Setelah dilaksanakan tindakan dan observasi, peneliti melakukan
refleksi. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, apabila hasil tersebut belum
sampai pada target yang sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan, maka dengan demikian dilakukan tindakan berikutnya pada Siklus II
dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran sebelumnya, yaitu meliputi
kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan observasi ulang sampai
permasalahan tersebut dapat diatasi.
26
b. Siklus II
1. Perencanan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus ini sama dengan siklus I yaitu
penyusunan:
a) Peneliti dan guru (kolaborator) menyiapkan Rencana Kegiatan Harian
(RKH) yang memuat serangkaian kegiatan pembelajaran. Menentukan tema,
indikator, dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Mempersiapkan lembar observasi mengenai kemampuan menyimak anak.
c) Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan berupa foto.
d) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran yaitu alat peraga.
2. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini melakukan tindakan ulang dari siklus I
setelah melihat hasil dan refleksi. Dengan menggunakan prosedur perencanaan
yang telah dibuat. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru sebagai
kolaborator melaksanakan pembelajaran sesuai RKH yang telah dibuat.
Sementara itu, peneliti melakukan Observasi dengan menggunakan lembar
observasi yang sudah disusun.
3. Observasi
Observasi yang dilakukan pada tahap ini adalah sama dengan siklus I
yaitu untuk mengetahui perhatian anak pada saat pembelajaran kegiatan
bercerita. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang
kemudian data-data tersebut diolah untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
4. Refleksi
Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I dan Siklus II,
kemudian melakukan refleksi terhadap strategi yang dilakukan dalam tindakan
kelas dan diharapkan anak mengalami peningkatan kemampuan menyimak.
Data-data yang telah dicatat dalam lembar obsevasi dianalisi untuk
mendapatkan kesimpulan. Hasil analisis dicatat apakah pada setiap tahapan
27
sudah menunjukkan peningkatan atau belum. Hasil refleksi ini berguna untuk
menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
E. Kreteria keberhasilan tindakan
Menurut Miles dalam yusria (2016) Penilitian ini dikatakan berhasil
apabila 71% dari jumlah keseluruhan anak yaitu 15 orang anak. Apabila 10
dari 15 orang anak mencapai tingkat capian perkembangan minimal, maka
penelitian berhasil dan penelitian yang ditentukan Bersama kolaborator yakni
66,6%.
F. Sumber Data
1. Data primer, yaitu data pokok berkenaan lansung dengan permasalahan
penelitian. Data primer dijaring melalui observasi dan wawancara. Data pokok
yang dijaring melalaui observasi yang dimaksud meliputi : 1) kepala sekolah,
2) guru, 3) siswa.
2. Data sekunder, yaitu data pendukung yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang telah tersedia
sebelumnya. Adapun dokumen yang dimaksud meliputi : 1) penilaian/catatan
guru lokal, 2) foto, 3) catatan lainnya berdasarkan sukidin dkk., (2008, hal.
105).
G. Instrumen pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki Sutrisno (2002, hal. 136 ). Metode observasi
adalah suatu pengamatan yang sengaja dan sistematis tentang fenomena-fenomena
sosial dengan gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Observasi
merupakan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena obyek yang
diteliti secara obyektif dan hasilnya akan dicatat secara sistematis agar diperoleh
gambaran yang lebih konkrit tentang kondisi di lapangan. Sebagaimana pendapat
bahwa “Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dana pencatatan dengan
28
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”. Dan Lembar observasi yang
digunakan berupa pengamatan,dengan memberi ceklis, instrumen observasi
berupa rating scale dengan jujur berdasarkan pengamatan dengan pedoman skala
perkembangan anak yaitu: belum berkembang (bb), mulai berkembnag (mb),
berkembang sesuai harapan (bsh), berkembang sangat baik(bsb). Lembar
observasi kemampuan menyimak anak usia dini melalui metode bercerita dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Lembar Observasi Anak
No Sub Indicator
Penilaian Perkembanagan
Menyimak Ket
BB MB BSH BSB
1. Kemampuan anak dalam
menyimak perkataan orang lain
(bahasa ibu atau bahasa lainnya)
2. Kemampuan anak dalam
memahami cerita yang
dibacakan
3. Kemampuan anak dalam
bertanyaa dengan kalimat yang
benar
4. Kemampuan anak dalam
menjawab pertanyaan sesuai
pertanyaan
5. Kemampuan anak dalam
mengungkapkan perasaan
dengan kata sifat (baik, senang,
nakal, pelit, baik hati, berani,
baik, jelek,dsb)
6. Kemampuan anak dalam
menceritakan kembali
29
cerita/dongeng yang pernah
didengar
7. Kemampuan anak dalam
mengenal suara-suara
hewan/benda yang ada
disekitanya.
Keterangan :
BB (Belum berkembang) : 1
MB (Mulai Berkembang) : 2
BSH (Berkembang sesuai harapan) : 3
BSB (berkembang sangat baik) : 4
Deskripsi penilain :
1) Belum Berkembang (BB)
Apabila anak masih belum mendengar dan memperhatikan cerita yang dibacakan
2) Mulai Berkembang (MB)
Apabila mimik wajah terlihat senang mendengarkan dan sudah bisa menyimak
cerita yang dibacakan
3) Berkembang Sesusi Harapan (BSH)
Apabila anak sudah dapat merespon pada saat cerita dibacakan bertanya dan
memberi pendapat tentang tokoh didalam cerita
4) Berkembang sangat Baik (BSB)
Apabila anak sudah dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan isi cerita dan dapat
menceritakan kembali isi cerita.
b. Wawancara
Wawancara dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan
menggunakan bahasa baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media
tertentu berdasarkan Wina (2009, hal. 96). Teknik wawancara merupakan
kegiatan utama dalam pengumpulan data dan informasi. Karena, pertama dengan
menggunakan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui
dan dialami subyek. Tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subyek
30
penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan (Anak Didik dan Guru,
Kepala sekolah) untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini. Wawancara
yang peneliti lakukan yaitu :
1. Kepada Kepala sekolah dan guru kelas
2. Adapun data yang diperoleh dari wawancara yaitu:
- Data guru TK Aflah
- Strategi pembelajaran TK Aflah
- Metode pembelajaran TK Aflah
- Visi misi TK Aflah
- Jumlah siswa TK Aflah
- Kegitan pembelajaran TK Aflah
- Apakah sudah diterapkan metode bercerita menggunaka boneka tangan
di TK Aflah
c. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang
terjadi selama tindakan diberikan. Teknik ini lebih menjelaskan suasana yang
terjadi dalam proses pembelajaran Teknik dokumentasi merupakan cara untuk
mengumpulkan data melalui dokumentasi yang tersedia. Teknik ini untuk
menggali data tentang Taman Kanak-Kanak Aflah seperti sejarah berdirinya,
keadaan guru, keadaan peserta didik, keadaan sarana dan prasarana dan lain-lain.
d. Defenisi Konseptual
menyimak adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-
cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap
masalah-masalah yang dihadapi
e. Defenisi Operasional
penilaian yang dilakukan kepada anak untuk memikirkan sesuatu
dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang
unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam melakukan kegiatan metode
bercerita menggunakan boneka tangan.
31
H. Teknik Analisis Data
Menurut Milles and Huberman, analisis data tertata dalam situs
ditegaskan bahwa kolom pada sebuah matriks tata waktu disusun dengan jangka
waktu, dalam susunan tahapan, sehingga dapat dilihat kapan gejala tertentu
terjadi. Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam
kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data
collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions).
1. Reduksi data
Pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
tramsformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan terttulis dilapangan.
Proses pengumpulan data dilapangan, mellaui observasi, wawancara dan
dokumentasi merupakan data yang penulis ambil dilapangan, untuk
memberikan gambaran dalam mencari jawaban pertanyaaan penelitian.
Kegiatan reduksi ini bertujuan untuk memperkuat data yang ada.
2. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk teks naratif,
yaitu berupa catatan-catatan lapangan terkumpul yang kemudian penulis
sederhanakan sesuai dengan sub fokus pembahasan.
3. Kesimpulan/verfikasi
Kegiatan selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan verifikasi yang tersusun
dalam satu kesatuan yang utuh dan mudah dipahami. Kegiatan verifikasi ini
digunakan untuk membuat kesimpulan menjadi kredibel, artinya terpercaya
serta dapat teruji dengan bukti catatan lapangan, demikian kesimpulan ini
dikemukakan menjadi kuat dan valid dalam prosesnya.
Teknik analisis data yang berupa data yang disajikan berdasarkan
angka-angka, maka menggunkan analisis deskriptif presentase dengan
menggunakan rumus sebagai berikut untuk mennetukan tingkat keberhasilan :
MX= 𝑋
𝑁𝑋 100% Keterangan:
MX = Mean yang kita cari (Skor rata-rata)
x = Jumlah dari skor yang di dapat
32
N = Jumlah ideal
Dengan penilaian:
0-60 =Belum Berkembang (1)
60-70 =Mulai Berkembang (2)
80-90 =Berkembang Sesuai Harapan (3)
90-100 =Berkembang Sangat Baik (4)
I. Jadwal Penelitian
Rencana waktu penelitiana akan dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai
dari 2 agustus-16 september 2019. Berikut diberikan uraian tahap-tahap yang
dilakukan selama penelitian di laksanakan.
Table 3.2 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Juni Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
dan
pengesahan
judul
X
2 Penyusunan
proposal
x
3 Seminar
proposal
X
4 Perbaikan
hasil
seminar
proposal
x
5 Pengurusan
dan
penerbitan
x
33
izin
penelitian
6 Pengumpul
an data
dilapangan
X x x x
7 Analisis
data dan
penyusunan
laporan
penelitian
x x x x x x
8 Seminar
hasil ujian
skripsi
x
9 Perbaikan
hasil ujian
skripsi
X
10 Pengesahan
hasil ujian
skipsi
X
11 Penggandaa
n dan
penyerahan
laporan hasi
x
34
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Historis dan Geografis
a. Historis
Taman Kanak-kanak Aflah di kelurahan sengeti, Kecamatan sekernan,
Kabupaten Muaro Jambi merupakan lembaga PAUD formal swasta yang berada
di Kabupaten Muaro Jambi dan terletak di lorong pemancar Rt.14 kelurahan
sengeti. Berdiri sejak tahun 2014. Sebelum berdirinya sekolah, sekolah ini
hanyalah tanah kosong yang terletak di pinggir rumah warga yang ditanami pohon
ubi. Seiring berjaannya waktu kemudian dibangunlah sekolah ini untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan warga setempat karna TK Aflah merupakan Tk salah satu
dari 5 TK yang berada di kelurahan sengeti, Awalnya sekolah ini hanya
berbentuk bangunan kayu yang terdiri dari beberapa ruangan, kini sekolah ini
telah melalui beberapa tahapan renovasi dengan bentuk bangunan permanen dan
telah dibangun beberapa ruangan tambahan untuk mendukung kelancaran proses
belajar mengajar
b. Geografis
Secara geografis Terletak di kelurahan sengeti Kecematan sekernan
Kabupaten muaro jambi dilorong pemancar Rt 14 kelurahan sengeti. Letak
gedung berada dipinggir jalan sehingga memudahkan siswa-siswi maupun guru
mudah untuk mencapai lokasi tersebut.
2. Visi dan misi sekolah
a. Visi : Mandiri, kreatif dan islami
b. Misi
1) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas
2) Membiasakan berperilaku islami dalam aktivitas sehari-hari
3) Mengembangkan potensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
35
3. Sarana dan Prasarana
Dalam usaha meningkatkan proses pembelajaran dan tercapainya tujuan
pendidikan yang telah diterapkan, maka harus tersedia faktor-faktor yang
menunjang terlaksananya proses pembelajaran, sarana dan prasarana merupakan
salah satu yang mempunyai fungsi sangat penting yang dapat mempermudah
dalam pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan.
a. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran dan
adapun sarana yang dapat menujang kelangsungan proses pembelajaran di TK
Aflah kelurahan sengeti Kecematan kecamatan sekernan Kabupaten muaro jambi
dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Keadaan Sarana Pendidikan TK Afah kelurahan sengeti
No Uraian Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik
2 Ruang Kelas 3 Ruang Baik
3 Wc Guru 1 Ruang Baik
4 Wc Siswa 2 Ruang Baik
b. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan merupakan Faktor yang membantu dalam menujang proses
pembelajaran di TK Al-Aflah Adapun prasarana bermain yaitu :
1) Lapangan Bermain
2) Ayunan
3) Perosotan
4) Tangga majemuk
5) Jungkat jungkit
4. Struktur organisasi
Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggara organisasi kerja, di
selenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah pada tujuan yang di
harapkan. TK Aflah kelurahan sengeti Kecematan sekernan Kabupaten muaro
36
jambi meneta suatu struktur organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam
gambar berikut:
5. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Tenaga Pengajar di Taman Kanak-kanak Aflah mempunyai tugas
penting, yakni mengolah pelajaran untuk dapat disampaikan kepada anak didik.
Seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membina dan
mengembangkan anak didiknya. Tenaga pengajar di TK Aflah terdiri dari 4
orang dengan latar belakang pendidikan SI dan SMU dengan kualifikasi tersebut
sangat mendukung kemajuan dari segi sumber daya mengajar telah terpenuhi
dengan baik dan Ibu waginah, A.Ma sebagai kepala sekolah.
YAYASAN TK AFLAH
KOTA JAMBI
KEPALA SEKOLAH
Wanginah, A.Ma
SEKRETARIS
Linda
BENDAHARA
Sargimar, Am.Kep GURU
Sari ningsih Tresnawati Maryani, S.pd Jumila
37
Tabel 4.2 Data Tenaga Edukatif Tk Aflah
No Nama Pendidikan Jabatan Masa kerja
1 Waginah, A.ma D.II Kepala sekolah 17 tahun
2 Sari ningsih SMU Guru 6 tahun
3 Trenawati SMU Guru 6 tahun
4 Jumila SMU Guru 6 tahun
5 Maryani, S.pd
S1 Guru 11 tahun
b. Keadaan Siswa
Siswa adalah objek pendidikan, dididik, diarahkan, diberikan bermacam-
macam ilmu pengetahuan serta keterampilan. Siswa merupakan unsur esensial
yang harus ada dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya siswa tentunya
tujuan pembelajaran tidak akan terlaksana. Siswa TK Aflah kelurahan sengeti
Tahun Ajaran 2019/2020 berjumlah 68 orang siswa yang telah terbagi menjadi 4
kelas.
Tabel 4.3 data anak TK Aflah
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 A 6 9 15
2 BI 8 11 19
3 B2 7 10 17
4 B3 9 8 17
Keadaan seluruh anak didik di Taman Kanak-kanak Aflah kelurahan
sengei tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah 68 anak didik. Anak Laki-laki ,
yaitu sebanyak 30 Dan perempuan berjumlah 38.
38
B. Temuan Peneliti
Adapun hasil observasi prasiklus kemampuan menyimak anak pada tanggal 2
agustus 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 kemampuan menyimak anak pra siklus
No Nama Indicator
Skor Ketuntasan BB MB BSH BSB
1. Qonita Zahra 2 Tidak tuntas
2. Thalita Naylatul Izzah 3 Tuntas
3. Syakira Qairen 1 Tidak Tuntas
4. Anys Litfiany 2 Tidak Tuntas
5. Nur Ayu Puspita 2 Tidak Tuntas
6. Nurri Nazillah 4 Tuntas
7. Nabila Putri 2 Tidak Tuntas
8. Adibah Alsyah 3 Tuntas
9. Shaafaa Al Zahra 2 Tidak Tuntas
10. Andi Desma Azzahra 4 Tuntas
11. Abdul Jabbar 2 Tidak Tuntas
12. Ahmad 3 Tuntas
13. Afdhal Hafizh 1 Tidak Tuntas
14. Abid Al Ariiq 2 Tidak Tuntas
15. Zyan Pratama 3 Tuntas
Jumlah 36 6
Nilai rata-rata anak 24%
Jumlah anak yang berhasil 6
Persentase keberhasilan
anak
40%
Jumlah anak yang belum
berhasil
9
Persentase jumlah anak
yang belum berhasil
60%
39
Sebagai mana ditunjukka pada Tabel 4.4 terlihat anak belum mampu
menyimak. Jumlah anak yang berhasil hanya 6 orang atau 40% dari jumlah
keseluruhan anak, sedangkan jumlah anak yang belum berhasil 9 orang atau 60%
dari jumlah keseluruhan anak. Nilai rata-rata ulangan yang diperoleh anak masih
rendah yakni 24% dari temuan di atas peneliti mulai melakukan penelitian
tindakan kelas di kelompok A TK Aflah dikelurahan sengeti kecamatan sekernan
kabupaten muaro jambi. Untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak
melalui metode bercerita menggunakan boneka tangan.
1. Prasiklus
Pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode
yang berpusat pada guru, yang hanya menggunakan metode ceramah saja, dan
Oleh karena itu guru harus dapat menerapkan metode yang dapat menarik
perhatian anak dan mendesain proses pembelajaran yang efektif dan efisien secara
menarik sehingga akan terciptakannya timbal balik dalam proses pembelajaran.
2. Siklus I
Pelaksanaaan siklus satu dilakukan selama dua kali pertemuan
pembelajaran yang dimulai pada tanggal 5 agustus 2019 dan diakhiri pada tanggal
9 agustus 2019. Dalam pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
a. Tahapan Perencanaan
Pada tahapan perencanaan, peneliti menyusun rancangan yang akan
dilaksanakan, yaitu: menyusun rencana program pembelajaran harian (RPPH)
tentang tema Lingkunganku dengan metode bercerita menggunakan boneka
tangan, menyusun dan menyiapkan rencana program pembelajaran mingguan
(RPPM) menyusun dan mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan proses
pembelajaran, dan mempersiapkan kamera untuk mendokumentsaikan kegiatan
yang terjadi selama proses pembelajaran.
Tabel 4.5 Jadwal Perencanaan (Siklus I)
No Hari/tanggal Pertemuan Tema/sub tema
1. Senin
05 agustus 2019
Pertemuan I Lingkunganku
Sub tema bagian-bagian rumah
40
2. Kamis
09 agustus 2019
Pertemuan II Lingkunganku
Sub tema kamar tidur
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap Perencanaan pada Siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut:
Peneliti bersama kolaborator merencanakan dan menyusun RKH yang
akan dijadikan pedoman dalam pembelajaran bercerita. Pembelajaran bercerita
menggunakan media boneka tangan sebanyak dua kali pertemuan dengan judul
Belajar Menjaga lingkungan dan sayangi lingkungan. Mempersiapkan media yang
akan digunakan yaitu boneka tangan dengan bermacam-macam bentuk sesuai
judul cerita. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat peningkatan perhatian
anak. Mempersiapkan peralatan pendukung seperti kamera untuk
mendokumentasikan pembelajaran bercerita.
Tindakan Pertemuan I
Tindakan pada pertemuan I ini dilaksanakan pada hari Jumat 5 agustus
2019 yang berlangsung dari pukul 08.00 sampai pukul 10.30 yang terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Tema yang digunakan yaitu
Lingkunganku. Proses pembelajaran kegiatan bercerita dilakukan pada kegiatan
awal. Adapun rincian proses pembelajarannya sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal (+ 30 menit)
Kegiatan awal diawali dengan berdoa, membaca surat-surat pendek
dan berbagai macam hadist pilihan serta bernyanyi. Kemudian guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dan dilanjutkan
dengan pembelajaran kegiatan bercerita. Adapun langkah-langkah pada
pelaksanaan pembelajaran kegiatan bercerita adalah sebagai berikut:
- Guru mengkondisikan anak untuk duduk ditempatnya.
- Guru memberitahu judul cerita yang akan dibacakan. Judul ceritanya
yaitu menjaga kebersihan lingkungan.
- Guru memperkenalkan boneka tangan sesuai tokoh dalam cerita
41
- Guru memulai bercerita dan selama pembelajaran kegiatan bercerita
guru aktif berkomunikasi dengan anak untuk membuat suasana
menjadi hidup.
- Selesai bercerita guru memberi pertanyaan kepada anak untuk
mengetahui ingatan dan pemahaman anak terhadap cerita yang
dibacakan.
2. Kegiatan Inti (+ 60 menit)
Setelah pembelajaran kegiatan bercerita selesai dilanjutkan dengan
kegiatan inti. Pada kegiatan inti anak diminta untuk membuat rumah dari
balok dan mengambar bebas bentuk rumah.
3. Kegiatan Penutup (+ 30 menit)
Pada kegiatan penutup guru mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukan pada hari itu. Pertemuan pertama pada siklus pertama berjalan
cukup lancar. Pada akhir pertemuan peneliti dan kolaborator
melaksanakan evaluasi terhadap hasil kegiatan untuk merencanakan
pertemuan selanjutnya.
Gambar 4.1 tindakan pertemuan I Siklus I
Tindakan Pertemuan II
Tindakan pada siklus I pertemuan II ini dilaksanakan pada hari Kamis 9
agustus 2019 yang berlangsung dari pukul 08.00 sampai 10.30 yang terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Tema yang digunakan yaitu
Lingkunganku. Proses pembelajaran kegiatan bercerita dilakukan pada kegiatan
awal. Adapun rincian proses pembelajarannya sebagai berikut:
42
1. Kegiatan Awal (+ 30 menit)
Kegiatan awal diawali dengan berdoa, membaca surat-surat pendek
dan berbagai macam hadist pilihan dilanjutkan dengan bernyanyi.
Kemudian guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini.
Kegiatan bercerita dilakukan pada kegiatan awal. Adapun langkah-langkah
pada pelaksanaan pembelajaran kegiatan bercerita adalah sebagai berikut:
- Guru mengkondisikan anak untuk duduk ditempatnya.
- Guru memberitahu judul cerita yang akan dibacakan. Judul ceritanya
yaitu sayangi lingkungan.
- Guru memperkenalkan boneka tangan sesuai tokoh dalam cerita.
- Guru memulai bercerita dan selama pembelajaran kegiatan bercerita
guru aktif berkomunikasi dengan anak untuk membuat suasana
menjadi hidup.
- Selesai bercerita guru memberi pertanyaan kepada anak untuk
mengetahui ingatan dan pemahaman anak terhadap cerita yang
dibacakan.
2. Kegiatan Inti (+ 60 menit)
Setelah pembelajaran kegiatan bercerita selesai dilanjutkan dengan
kegiatan inti, yaitu anak diminta untuk, menggunting gambar bantal dan
guking, memberi angka pada gambbar bantal dan guing dan menunjukkan
hasil kerjanya didepan kelas.
3. Kegiatan Penutup (+ 30 menit)
Kemudian pada kegiatan penutup guru mengulas kegiatan yang
telah dilakukan pada hari itu. Pertemuan ketiga pada siklus pertama
berjalan cukup lancar dan lebih baik dari pertemuan pertama dan kedua.
Pada tahap akhir pertemuan peneliti dan kolaborator melaksanakan
evaluasi terhadap hasil kegiatan untuk merencanakan pertemuan
selanjutnya.
43
Gambar 4.2 kegiatan pertemuan II Siklus I
c. Pengamatan /Observasi
pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi mengembangkan kemampuan
menyimak anak. Disamping observasi pengembangan kemampuan menyimak
anak, peneliti juga menggunakan lebar observasi keterlibatan anak. Dalam
kegiatan pembelajaran yang digunakan kepada peserta didik . selama proses
pembelajaran berlangsung dan untuk mengetahui kemampuan anak dalam
mengembangkan kemampuan anak dalam menyimak melalui metode bercerita
mengunakan boneka tangan.
Dari hasil pengamatan pada silus 1 ini peneliti,berkesimpulan bahwa
pada siklus ini peserta didik sudah terlibat cukup aktif dan kemapuan
menyimaknya mulai berkembang dengan baik , namun belum secara keseluruhan,
hal tersebut terlihat ketika guru menanyakan kembali cerita yang sudah dibacakan,
sebagian dari mereka masih terlihat bingung namun sudah cukup tertarik dengan
adanya penggunaan metode bercerita mengunakan boneka tangan, adapun
hasilnya dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabe 4.6 kemampuan menyimak anak siklus I
No Nama Indicator
Skor Ketuntasan BB MB BSH BSB
1. Qonita Zahra 2 Tidak tuntas
2. Thalita Naylatul Izzah 3 Tuntas
44
3. Syakira Qairen 1 Tidak Tuntas
4. Anys Litfiany 2 Tidak Tuntas
5. Nur Ayu Puspita 3 Tuntas
6. Nurri Nazillah 4 Tuntas
7. Nabila Putri 2 Tidak Tuntas
8. Adibah Alsyah 3 Tuntas
9. Shaafaa Al Zahra 3 Tuntas
10. Andi Desma Azzahra 4 Tuntas
11. Abdul Jabbar 2 Tidak Tuntas
12. Ahmad 3 Tuntas
13. Afdhal Hafizh 1 Tidak Tuntas
14. Abid Al Ariiq 2 Tidak Tuntas
15. Zyan Pratama 3 Tuntas
Jumlah 38 8
Nilai rata-rata anak 25,3%
Jumlah anak yang berhasil 8
Persentase keberhasilan
anak
53,3%
Jumlah anak yang belum
berhasil
7
Persentase jumlah anak
yang belum berhasil
46,7%
Sebagaiman ditunjukkan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa aktivitas
siswa dalam proses kemampuan menyimak anak belum optimal dan belum
memenuhi kriteria ketuntasa minimum KKM. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai
rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 25,3%. Jumlah siswa yang
berhasil hanya 8 anak atau 53,3% dari jumlah keseluruhan anak yang belum
berhasil sebanyak 7 anak atau 46,7% dari jumlah keseluruhan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut :
45
Gambar 4.3 kemampuan menyimak anak pada pra siklus dan siklus I
Artinya tindakan yang diberikan pada siklus I belum dapat mencapai
kemampuan menyimak anak di kelompok A di TK Aflah di keluruhan sengeti
kecamatan sekernan kabupaten muaro jambi, oleh karena itu perlu tindakan
lanjutan pada siklus II.
d. Refleksi
Hasil refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan perencanaan.
Dalam pelaksanaan tindakan, hasil kemampuan menyimak anak masih
dikategorikan kurang karena pelaksanaan metode pembelajaran ini masih jarangan
digunakan sehingga anak masih belum terbiasa dengan situasi belajar yang
dikembangkan sementara guru tidak memberikan arahan untuk memperkenalkan
teknik pelaksanaan kegiatan pembelajaran kepada siswa.
- Guru tidak mengkoordinir tempat duduk anak sehigga terkadang situasi
menjadi tidak kondusif.
- Tingkat kemampuan menyimak anak masih tergolong kurang sekali karena
sebagian dari anak masih cenderung membagikan perhatian pada kegiatan
lain yang menurutnya lebih menarik.
- Tingkat aktivitas anak dalam menjawab pertanyaan guru masih dikategorikan
kurang karena sebagian besar anak belum memahami isi cerita yang
diceritakan serta kurangnya motivasi dari guru.
40,00%
53,30%60,00%
46,70%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
pra siklus siklus I
tuntas
tidak tuntas
46
Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I, maka
diperlukan adanya tevisi untuk pelaksanaan siklus ke II meliputi hal-hal berikut:
- harus lebih mengarahkan anak terhadap teknik pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang sedang dilaksanakan serta terhadap tema dan sub tema
serta belajar mengkoordinir tempat duduk anak agar situasi dan kondisi
belajar dapat terkoordinir dengan baik.
- Pengelolaan waktu yang efesien dan signifikan dalam pelaksanaan kegiatan
bercerita di kelompok A, salah satunya yang dapat dilakukan agar anak dapat
memahami isi cerita yang telah diceritakan.
- Memotisivasi anak untuk menjawab pertanyaan guru.
Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan pembelajaran
yang dimulai pada tanggal 11 september 2019 dan diakhiri pada tanggal 16
september 2019 dengan memberikan tes untuk mengetahui peningkatkan
kemampuan menyimak anak akhir siklus II. Dalam pelaksanaan siklus II kegiatan
yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaa, observasi, dan refleksi
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut:
Peneliti bersama kolaborator merencanakan dan menyusun RKH yang akan
dijadikan pedoman dalam pembelajaran kegiatan bercerita. Kegiatan bercerita
menggunakan boneka tangan dan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan
judul Anak domba yang malas makan dan Gajah yang Sombong media yang akan
digunakan yaitu boneka tangan dengan bermacam-macam bentuk sesuai cerita.
Membuat lembar observasi untuk melihat peningkatan perhatian anak.
Mempersiapkan perlatan pendukung seperti kamera untuk mendokumentasikan
pembelajaran kegiatan bercerita.
Tabel 4.7 Jadwal Perencanaan (Siklus II)
No Hari/tanggal Pertemuan Tema/sub tema
1. Rabu
11 september 2019
Pertemuan I Kebutuhanku
Sub tema kesehatan
47
2. Senin
16 september 2019
Pertemuan II Binatang
Sub tema binatang darat
b. Tahap pelaksanaan
Pelaksaan penelitian pada siklus II tetap mengacu pada langkah-angkah
metode bercerita. Guru menjelaskan secara singkat tema dan sub tema sebagai
pengantar pelajaran dan menyampaikan tujuan pemelajaan, Berikut deskripsi
pelaksanaan dan pengamatan kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode
bercerita dengan menggunakan boneka tangan.
Tindakan Pertemuan I
Tindakan pada siklus II pertemuan I ini dilaksanakan pada hari Rabu 11
september 2019 yang berlangsung dari pukul 08.00 sampai pukul 10.30 Tema
yang digunakan yaitu kebutuhanku. Sama seperti siklus sebelumnya proses
pembelajaran kegiatan bercerita dilakukan pada kegiatan awal. Adapun rincian
proses pembelajarannya sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal (+ 30 menit)
Kegiatan awal diawali dengan berdoa, membaca surat-surat pendek
dan berbagai macam hadist pilihan serta bernyanyi. Kemudian guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dan dilanjutkan
dengan pembelajaran kegiatan bercerita. Adapun langkah-langkah pada
pelaksanaan pembelajaran kegiatan bercerita adalah sebagai berikut:
- Guru mengkondisikan anak untuk duduk ditempatnya.
- Guru memberitahu judul cerita yang akan dibacakan. Judul ceritanya
yaitu Anak domba yang malas makan.
- Guru memperkenalkan boneka tangan sesuai tokoh dalam cerita.
- Guru memulai bercerita dan selama pembelajaran kegiatan bercerita
guru aktif berkomunikasi dengan anak untuk membuat suasana
menjadi hidup.
- Selesai bercerita guru memberi pertanyaan kepada anak untuk
mengetahui ingatan dan pemahaman anak terhadap cerita yang
dibacakan.
48
2. Kegiatan Inti (+ 60 menit)
Setelah pembelajaran kegiatan bercerita selesai dilanjutkan dengan
kegiatan inti. Pada kegiatan inti anak diminta untuk mengekompokkan
macam-macam obatan dan menimbang berat badan.
3. Kegiatan Penutup (+ 30 menit)
Pada kegiatan penutup guru mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukan pada hari itu. Pertemuan pertama pada siklus kedua berjalan
cukup lancar. Pada tahap akhir pertemuan peneliti dan kolaborator
melaksanakan evaluasi terhadap hasil kegiatan untuk merencanakan
pertemuan selanjutnya.
Gambar 4.4 kegiatan pertemuan I siklus II
Tindakan Pertemuan II
Tindakan pada siklus I pertemuan III ini dilaksanakan pada hari senin 16
septemer 2019 yang berlangsung dari pukul 08.00 sampai 10.30 yang terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Tema yang digunakan yaitu
Binatang. Proses pembelajaran kegiatan bercerita dilakukan pada kegiatan awal.
Adapun rincian proses pembelajarannya sebagai berikut:
1. Kegiatan awal (+ 30 menit)
Kegiatan awal diawali dengan berdoa, membaca surat-surat pendek
dan berbagai macam hadist pilihan dan bernyanyi. Kemudian guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dan dilanjutkan
49
dengan pembelajaran kegiatan bercerita. Adapun langkah-langkah pada
pelaksanaan pembelajaran kegiatan bercerita adalah sebagai berikut:
- Guru mengkondisikan anak untuk duduk ditempatnya.
- Guru memberitahu judul cerita yang akan dibacakan. Judul ceritanya
yaitu gajah yang sombong.
- Guru memperkenalkan boneka tangan sesuai tokoh dalam cerita.
- Guru memulai bercerita dan selama pembelajaran kegiatan bercerita guru
aktif berkomunikasi dengan anak untuk membuat suasana menjadi hidup.
- Selesai bercerita guru memberi pertanyaan kepada anak untuk
mengetahui ingatan dan pemahaman anak terhadap cerita yang
dibacakan.
2. Kegiatan Inti (+ 60 menit)
Setelah pembelajaran kegiatan bercerita selesai dilanjutkan dengan
kegiatan inti. Pada kegiatan inti anak diminta untuk mencari jejak kandang
ayam dan menggamar bentuk ayam
3. Kegiatan Penutup (+ 30 menit)
Pada kegiatan penutup guru mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukan pada hari itu. Pertemuan ketiga pada siklus kedua berjalan
cukup lancar dan mengalami peningaktan. Pada akhir pertemuan peneliti
dan kolaborator melaksanakan evaluasi terhadap hasil kegiatan.
Gambar 4.5 kegiatan pertemuan II Sikus II
c. Pengamatan/observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi kemampuan menyimak anak
50
sebagai mana yang peneliti lakukan pada siklus sebelumnya. Dari hasil
pengamatan pada siklus II , penenliti berkesimpulan bahwa pada siklus ini peserta
didik sudah terlihat aktif dalam mengikuti belajar mengajar melalui metode
bercerita menggunakan boneka tangan, kemudian perkembangan menyimak yang
dimiliki pun bertambah baik hal tersebut terlihat ketika guru menanyakan kembali
isi cerita merekapun menyambut dengan semangat dan tidak ada yang terlihat
bosan atau main sendiri lagi, memahami isi cerita yang dibacakan,dan memberi
pendapat terkait tokoh-tokoh yang ada didalam cerita. Dengan adanya metode
bercerita pada anak melalui boneka tangga anak dapat lebih mengembangkan
kemampuan menyimaknya. adapun hasilnya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 4.8 kemampuan menyimak anak siklus II
No Nama Indicator
Skor Ketuntasan BB MB BSH BSB
1. Qonita Zahra 3 Tuntas
2. Thalita Naylatul Izzah 4 Tuntas
3. Syakira Qairen 3 Tuntas
4. Anys Litfiany 2 Tidak Tuntas
5. Nur Ayu Puspita 3 Tuntas
6. Nurri Nazillah 4 Tuntas
7. Nabila Putri 4 Tuntas
8. Adibah Alsyah 3 Tuntas
9. Shaafaa Al Zahra 3 Tuntas
10. Andi Desma Azzahra 4 Tuntas
11. Abdul Jabbar 2 Tidak Tuntas
12. Ahmad 3 Tuntas
13. Afdhal Hafizh 3 Tuntas
14. Abid Al Ariiq 2 Tidak Tuntas
15. Zyan Pratama 3 Tuntas
Jumlah 46 12
Nilai rata-rata anak 36,7%
51
Jumlah anak yang berhasil 12
Persentase keberhasilan
anak
80%
Jumlah anak yang belum
berhasil
3
Persentase jumlah anak
yang belum berhasil
20%
Sebagaiman ditunjukkan pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa
kemampuan menyimak anak melalui metode bercerita menggunakan boneka
tangan sudah mengalami peningkatan dari siklus I sebagaimana dapat diketahui
bahwa kemampuan menyimak anak pada siklus II sudah optimal dan sudah
memenuhi kriteria ketuntasa minimum (KKM). Hal ini terlihat dari rendahnya
nilai rata-rata yang diperoleh anak pada siklus II yaitu 36,7%. Jumlah siswa yang
berhasil sebanyak 12 anak atau 80.0% dari jumlah keseluruhan anak yang belum
berhasil sebanyak 3 anak atau 20,0% dari jumlah keseluruhan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut:
Gambar 4.6 kemampaun menyimak Pada Pra siklus, siklus I dan II
Artinya tindakan yang diberika pada siklus II sudah dapat mencapai hasil
di kelompok A TK aflah kelurahan sengeti kecamatan sekernan kabupaten muaro
jambi.
Sebagaimana ditunjukkan pada tabel dapat diketahui bahwa kemampuan
menyimak anak dengan motode bercerita menggunakan boneka tangan sudah
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Pra siklus Siklus 1 siklus 2
40,00%
53,30%
80,00%
60,00%
46,70%
20,00%
tuntas
tidak tuntas
52
mengalami peningkatan. Kesimpulan yang diperoleh hasil observasi kemampuan
menyimak anak pada siklus II, anatara lain:
1. Anak makin bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan
metode bercerita menggunakan boneka tangga karena anak terlibat langsung
langsung tokoh dalam cerita.
2. Hampir semua anak bersemangat dan senang mendengarkan cerita yang
karena mereka merasa termotivasi.
3. Anak semakin berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru, berpartisifasi
dalam isi cerita.
d. Refleksi
Hasil refeksi pada siklus II dapat dirinci sebagai berikut
1. Dengan mengamati dan berinteraksi secara langsung dengan objek, membuat
semakin menambah wawasan dan pengetahuan jauh lebih bermakna bagi
anak
2. Minat dan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sudah
semakin meningkat. Hal ini terlihat dari antusias anak dalam memdengarkan
cerita yang diacakan. Rasa ingin tahu anak yang tinggi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dan dengan anak melihat medianya secara langsung
menambah pengetahuan anak serta membuat anak senang dan tidak bosan.
3. Kemampuan menyimak anak sudah terlihat berkembang dengan baik , hal ini
terlihat dari anak sudah dapat menceritakan kembai isi cerita yang didengar
dan sudah bisa mejawab pertanyaan dengan baik
C. Interpretasi Hasil Analisis Data
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan II
kemampuan menyimak anak kelompok A di TK Aflah di kelurahan sengeti.
Dengan menerapkan metode bercerita menggunakan boneka tangan dapat
dijumpai peningkatan presentase perkembangan yang cukup berarti dan pada
siklus II anak telah mencapai Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berikut
rincian mengenai kondisi akhir yang diperoleh dalam pembelajran dengan metode
bercerita menggunakan boneka tangan.
53
Tabel 4.9 Hasil kemampuan menyimak Anak Pada Pra Siklus, Siklus I dan II
melalui metode bercerita menggunakan boneka tangan
No Variabel yang diamati Jumlah atau persentase
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Nilai rata-rata 24% 25,3% 36,7%
2. Banyak anak yang telah
berhasil
6 dari 15 anak 8 dari 15 anak 12 dari 15
anak
3. Banyak anak yang belum
berhasil
9 dari 15 anak 7 dari 15 anak 3 dari 15 anak
4. Persentase anak yang
telah berhasil
40% 53,3% 80%
5. Persentase anak yang
belum berhasil
60% 46,7% 20%
Perbedaan siklus I dan II
Perbedaan siklus I terdapat pada kemampuan menyimak anak yang tidak
tuntas di siklus I dengan cerita yang diceritakan guru, anak tidak mengerti atau
tidak paham. Maka kita memperbaiki teknik bercerita yang diceritakan kepada
anak sampai anak mengerti dan paham. Pada siklus II kita berikan lagi cerita
seperti siklus I dengan tema yang berbeda, tetapi pada siklus II hasil kemampuan
menyimak anak sudah meningkat dan tuntas. Ada beberapa anak yang belum
tuntas pada siklus I dan II. Pada siklus I anak yang tuntas sebanyak 8 orang dari
15 orang anak, sedangkan anak yang belum mencapai KKM itu sebanyak 7 orang
anak. Masalah anak yang belum tuntas pada siklus I yaitu hasil kemampuan
menyimak belum mencapai (KKM) dikarenakan metode yang jarang diberikan
membuat anak belum terbiasa akan metode tersebut, maka dilanjutkan refleksi
pada siklus II. Pada siklus II anak yang tuntas sebanyak 12 orang dari 15 orang
anak. Jadi anak yang belum mencapai ketuntasan atau KKM itu sebanyak 3 orang
dari 15 orang anak. Masalah anak yang belum tuntas pada siklus II yaitu dari hasil
refleksi yang dilakukan terdapat peningkatan yang cukup baik, dan anak yang
belum mencapai ketuntasan anak yang memiliki otak atau kemampuan data yang
maksimal dibandingkan dengan yang lain.
54
Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat dalam grafik pada gambar berikut ini:
Gambar 4.7 Hasil Kemampuan menyimak Anak Pada Pra Siklus, Siklus I, Dan II
melalui Metode bercerita menggunakan boneka tangan
Berdasarkan analisis pada siklus 1 dan siklus II Maka dapat penulis
simpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas,
perhatian anak pada saat proses pembelajaran kegiatan bercerita dapat
ditingkatkan melalui penggunaan metode bercerita denga menggunakan boneka
tangan. Peningkatan perhatian anak juga tidak lepas persiapan pembelajaran
bercerita yang lebih matang, keterampilan guru dalam bercerita dan penggunaan
media yang baik.
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
24,00% 25,30%36,70%40,00%
53,30%
80,00%60,00%
46,70%
20,00%
Rata-rata
Persentase anak yangberhasil
Persentase anak yangbelum berhasil
55
BAB V
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan setiap aspek pembahasan dan hasil analis data,
dapat dirumuskan simpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa telah dilakukan tindakan pada siklus I nilai rata-rata persentase taraf
keberhasilan kemampuan menyimak anak mencapai 53,3% sehingga dapat
dikategorikan hasil kemampuan menyimak anak kelompok A TK Aflah kelurahan
sengeti dapat dikategorikan cukup baik. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata
persentase taraf keberhasilan hasil kemampuan menyimak anak mencapai 80,0%
sehingga dapat dikategorikan hasil kemampuan menyimak anak kelompok A TK
Aflah kelurahan sengeti dapat dikategorikan sangat baik. Dengan demikian rata-
rata persentase terjadi peningkatan pada taraf keberhasilan hasil kemampuan
menyimak anak setelah diterapkan metode bercerita mengunakan boneka tangan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar anak
kelompok A TK Aflah kelurahan sengeti terhadap tema Lingkunganku,
Kebutuhanku, binatang melalui metode bercerita menggunakan boneka tangan.
Hal ini dapat deketahui hasil kemampuan menyimak anak sebelum menggunakan
metode bercerita nilai rata-rata 24%. Setelah menggunakan metode bercerita nilai
rata-rata dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu:
25,3% sedangkan nilai rata-rata pada siklus II yaitu: 36,7%. Untuk tingkat
ketuntasan pada siklus I 53,3% sedangkan pada siklus II 80,0%. Dengan demikian
hasil penelitian di Taman kanak-kanak Aflah kelurahan sengeti kecamatan
sekernan Kabupaten muaro jambi telah mencapai ketuntasan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas serta untuk dapat meningkatkan
kemampuan menyimak anak dapat dirumuskan beberapa saran sebagai berikut:
56
1) Disarankan kepada guru di TK/RA khususnya TK Alflah untuk
menggunakan metode bercerita menggunaka boneka tangan agar dapat
meningkatkan kemampuan menyimak anak.
2) Disarankan kepada para guru yang menggunakan metode bercerita
menggunakan boneka tangan senantiasa selalu memperhatikan
pelaksanaannya untuk tidak dilakukan berulang-ulang terlalu lama
terhadap suatu tema karena akan membuat suasana belajar yang menoton
dan membosankan.
Dengan mengucapkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allat
SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Penelitian TIndakan Kelas (PTK)
ini, namun dalam penulisan karya ilmiah ini tentunya masih dapat kekurangan,
baik dalam sistematis penulisan maupun dalam bentuk katak-kata. Untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca yang budiman demi perbaikan
penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini. Kemudian penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini.
Semoga Allah STW, memberkahi karya ilmiah ini sehingga benar-benar
bermanfaat. (Aamiin).
57
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (1996). Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
Bachtiar, S. B. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-
kanak.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dhieni., dkk. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:Universitas
Terbuka.
Haryad, dkk. (1996/1997). Peningkatan keterampilan berbahasa indoesia.
Jakarta: Dirjen dikti.
http://core.ac.uk/download/pdf//12349655.pdf
http://eprints.uns.ac.id/11293/1/112-478-1-PB.pdf pada 29 Januari 2015.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paud/article/view/931
http://pps.unj.ac.id/journal/jpud/article/view/245
idris, M. H. (2014). Meningkat kecerdasaan anak usia dini melalui mendongeng.
Jakarta : PT. Luxima Metro Media.
Majid, Dr. A. A. A. (2001). Mendidik Dengan Cerita. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Musfiroh, T. (2008). Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Musfiroh, T. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.
Nurjamal., dkk. (2011). Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta
Rachmawati Y. dkk. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Dini Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung
Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Perguruan
58
Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi
Sukidin., dkk. (2008), Manajemen Penelitian Tindakan Kelas
Susanto, A. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Bumi aksar.
Tarigan (2008). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, D. (1990). Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H. G. (1997). Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Yuliani, S. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.
Indeks.
Yusria. (2016). Peningkatan Kecakapan Personal Melalui Pembelajaran
Kontekstual . Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 10 Edisi 2,
November 2016. Di Akses Melalui https://doi.org/10.21009/JPUD.102
59
LEMBAR WAWANCARA
Hari/ tanggal : Jumat, 02-agustus-2019
Kelompok : A
Tempat : TK Aflah tahun ajaran 2019/2020
PERTANYAAN :
1. Ada berapakah guru yang mengajar di TK Aflah?
2. Bagaimana strategi pembelajaran di TK Aflah, klasik atau BCCT/Sentra?
Mengapa menggunakan strategi tersebut?
3. Metode pembelajaran apa yang di gunakan di TK Aflah?
4. Apa saja visi, misi dan tujuan TK Aflah?
5. Berapa jumlah keseluruhan siswa TK Aflah?
6. Bagaimana kegiatan pembelajaran di TK Aflah?
7. Apakah sudah diterapkan metode bercerita menggunakan boneka tangan di
TK Aflah?
60
JAWABAN :
1. Di TK Aflah terdapat 5 guru yaitu,
No Nama Pendidikan Jabatan Masa kerja
1 Waginah, A.ma D.II Kepala sekolah 17 tahun
2 Sari ningsih SMU Guru 6 tahun
3 Trenawati SMU Guru 6 tahun
4 Jumila SMU Guru 6 tahun
5 Maryani, S.pd
S1 Guru 11 tahun
2. Strategi yang ada di TK Aflah ini yaitu klasik karena kurangnya ruangan,
ruangan yang ada di TK Aflah hanya terdiri dari 3 kelas dan kantr pusatnya
pun ada didalam rumah kepala sekolah, serta tuntutan orang tua yang ingin
anaknya bisa cepat menbaca, menulis dan berhitung.
3. Metode pembelajaran yang digunakan di TK Aflah metode karya wisata,
metode hasil karya, metode demontrasi dan metode ceramah.
4. Visi, misi dan tujuan TK Aflah
c. Visi : Mandiri, kreatif dan islami
d. Misi
4) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas
5) Membiasakan berperilaku islami dalam aktivitas sehari-hari
Mengembangkan potensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
e. Tujuan
1) Mengembangkan kurikulum dan perangkat pembelajaran yang inovatif
2) Mendidik anak agar menjadi generasi yang berkualitas yang berguna bagi
agama, nusa dan bangsa.
3) Menciptakan suasana sekolah yang agamis dan disiplin.
5. Jumlah keseluruhan siswa TK Aflah adalah 68 siswa yang terdiri dari :
a. Laki-laki : 30 anak
b. Perempuan : 38 anak
61
6. Kegiatan belajar anak-anak TK Aflah
7.30-08.00 berbaris dihalalam, senam dan bernyanyi
08.00-08.30 membaca bernyanyi, Al-fatihan dan berdoa
08.30-09.00 membaca surat pendek
09.00-10.00 kegiatan belajar
10.00-10.30 istirah
10.30 evaluasi dan pulang
7. TK Aflah pernah menerapkan metode bercerita, hanya saja tidak
menggunakan boneka tangan karna tidak adanya alat peraga jadi guru
hanya mengandalkan buku cerita bergambar saja.
62
LEMBAR OBSERVASI ANAK
TAMAN KANAK-KANAK AFLAH KELURAHAN SENGETI USIA 4-5
TAHUN
Nama anak :
No Sub Indicator
Penilaian Perkembanagan
Menyimak Ket
BB MB BSH BSB
8. Kemampuan anak dalam
menyimak perkataan orang lain
(bahasa ibu atau bahasa lainnya)
9. Kemampuan anak dalam
memahami cerita yang
dibacakan
10. Kemampuan anak dalam
bertanyaa dengan kalimat yang
benar
11. Kemampuan anak dalam
menjawab pertanyaan sesuai
pertanyaan
12. Kemampuan anak dalam
mengungkapkan perasaan
dengan kata sifat (baik, senang,
nakal, pelit, baik hati, berani,
baik, jelek,dsb)
13. Kemampuan anak dalam
menceritakan kembali
cerita/dongeng yang pernah
didengar
63
14. Kemampuan anak dalam
mengenal suara-suara
hewan/benda yang ada
disekitanya.
Keterangan :
BB (Belum berkembang) : 1
MB (Mulai Berkembang) : 2
BSH (Berkembang sesuai harapan) : 3
BSB (berkembang sangat baik) : 4
Deskripsi penilain :
5) Belum Berkembang (BB)
Apabila anak masih belum mendengar dan memperhatikan cerita yang dibacakan
6) Mulai Berkembang (MB)
Apabila mimik wajah terlihat senang mendengarkan dan sudah bisa menyimak
cerita yang dibacakan
7) Berkembang Sesusi Harapan (BSH)
Apabila anak sudah dapat merespon pada saat cerita dibacakan bertanya dan
memberi pendapat tentang tokoh didalam cerita
8) Berkembang sangat Baik (BSB)
Apabila anak sudah dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan isi cerita dan dapat
menceritakan kembali isi cerita.
64
FOTO KEGIATAN
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Sari Utami
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Sengeti, 06-Januari-1998
Alamat : Rt.13 Sengeti Kec. Sekernan Kab.Muaro Jambi
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
Nomor kontak : 089627633850
Riwayat pendidikan:
1. SDN 205 Kel. Sengeti Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi
2. SMPN 06 Kel. Sengeti Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi
3. SMAN 02 Kel. Sengeti Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi
4. UIN STS Jambi
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota PMII UIN STS JAMBI