penyajian buah lokal dalam operasional hotel berbintang di
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah destinasi pariwisata yang telah dikenal dunia dengan daya
tarik pemandangan alam yang tropis, keanekaragaman adat istiadat, seni budaya
dan keramahtamahan lapisan masyarakat. Hal ini berarti bahwa permintaan
wisatawan terhadap produk wisata terkait dengan alam dan kehidupan serta
budaya masyarakat, sehingga perlu adanya hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan dimana pariwisata harus mampu meningkatkan budaya dan alam
yang merupakan aset wisata yang dikenal dunia.
Perkembangan pariwisata menjadi perhatian berbagai kalangan sebagai
salah satu sumber devisa Negara. Berangkat dari konsep dasar pengembangan
tersebut, unsur pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan masyarakat dengan
upaya menjaga keamanan, sosialisasi pengembangan destinasi pariwisata dan
melibatkan masyarakat dalam menetapkan kebijakan yang berlaku. Industri
pariwisata dapat membuka kesempatan kerja untuk masyarakat sekitar dengan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang pariwisata seperti hotel, restaurant,
homestay, money changer dan fasilitas lainnya.
Industri pariwisata adalah industri yang mendapat dukungan dari berbagai
sektor, salah satu sektor pendukung adalah sektor pertanian. Sektor pertanian
menyumbangkan produksi hasil pertanian yang dapat diserap oleh industri
pariwisata salah satunya buah lokal.
2
Pemanfaatan buah lokal berbeda dengan buah langka. Fenomena yang
terjadi di masyarakat adalah buah yang hidup di Indonesia disebut buah lokal
termasuk juwet, sentul, maja dan lain-lain dapat di katagorikan sebagai buah
langka. Pengertian buah lokal adalah buah yang dikonsumsi dan dapat
dikembangkan di Indonesia. Buah yang berasal dari luar Indonesia seperti
strawberry, anggur dan lengkeng merupakan bibit buah yang asalnya dari luar
Indonesia, akan tetapi bibit buah tersebut dapat dikembangbiakan dan dapat
dipanen di Indonesia sehingga buah-buahan tersebut dapat dikatagorikan sebagai
buah lokal.
Setiap Negara memiliki produk buah lokal yang berbeda-beda.
Pengembangan buah lokal yang diimbangi dengan pemanfaatan yang maksimal
menjadikan buah lokal tersebut dikenal dunia bahkan menjadi icon sebuah negara
tersebut. Produk buah lokal dimasyarakat lebih mengenal durian dari Thailand,
kiwi dari New Zaland, apel fuji dari Jepang dan buah lokal lain yang telah dikenal
dunia. Setiap negara tersebut mempunyai kebanggaan terhadap buah lokal
tersebut karena telah memasuki pasar dunia. Menurut Sunarjono (2013:5), buah
lokal dapat memasuki pasar bebas sesuai dengan kesepakatan World Trade
Organization dengan kriteria sebagai berikut :
Bermutu tinggi sesuai dengan standar mutu dan bebas residu pestisida,
volume buah bermutu tersebut harus memenuhi kebutuhan pasar, buah-
buahan tersebut harus tiba tepat pada waktunya dan ketersediaan buah-
buahan tersebut harus kontinu.
Buah lokal yang dihasilkan untuk memasuki pasar dunia tidak lepas dengan
penggunaan bahan kimia berbahaya tidak bisa dihindari dalam kehidupan kita
3
sehari-hari, salah satunya adalah residu (bahan kimia yang masih tersisa pada
bahan pangan) pestisida yang terdapat dalam buah yang dikonsumsi. Tanpa sadar
residu pestisida masuk ke dalam tubuh melalui hidangan makanan yang
dikonsumsi setiap hari. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membasmi hama tanaman, baik berupa jamur, bakteri, gulma, maupun serangga.
Pestisida dibagi dalam tiga jenis, yakni fungisida untuk membunuh jamur,
bakterisida untuk membunuh bakteri, dan insektisida untuk membasmi serangga.1
Selain itu, penggunaan pestisida secara berlebihan juga mengurangi daya jual
produk pertanian karena kandungan residu pestisida menjadi salah satu
pertimbangan diterima atau ditolaknya produk pertanian oleh negara importir.
Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan
makanan yang masuk ke negaranya.
Pemasaran buah-buahan ke pasar internasional selain bebas residu pestisida
juga memerlukan adanya pengendalian mutu. Pemahaman terhadap prinsisp-
prinsip standar mutu akan membantu produsen untuk memutuskan sistem mutu
yang seperti apa yang dibutuhkan agar memenuhi keinginan pelanggan. Buah
lokal yang masuk ke pasar dunia yang memenuhi kesepakatan WTO berpengaruh
pada standar mutu buah. Produksi buah-buahan Indonesia yang tradisional harus
diperbaiki agar dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Konsep mutu buah
perlu memiliki standar untuk memastikan untuk melindungi konsumen,
1 Herawati. 6 Mei 2014.”Waspadai Residu Pestisida pada Sayur dan Buah”. [Diunduh tanggal 20
Mei 2015]. Sumber:URL: http://www.dokterkuonline.com/#!Waspadai-Residu-PESTISIDA-pada-
Sayur-dan Buah/c1dgm/C8541970-0656-4411-A136-F589618D4CE2/.
4
melindungi kepentingan nasional dengan memberlakukan pembatasan-
pembatasan non-tarif pada perdagangan global yang bebas pajak. Untuk menjaga
mutu buah dianjurkan agar ada pengendalian hama, penyakit dan gulma
menggunakan metode tanpa bahan kimia atau menggunakan pestisida dalam batas
yang telah ditentukan, sehingga kontribusi Indonesia dalam memasok buah-
buahan dunia meningkat dari segi hasil produksi baik kuantitas maupun
kuantitasnya.
Indonesia juga memiliki berbagai jenis buah lokal yang tumbuh subur
karena wilayah Indonesia merupakan wilayah tropis yang berada di garis
katulistiwa sehingga memungkinkan berbagai macam pohon buah tumbuh subur.
Menurut Antara dan Yono Wirawan (2013:17), buah-buahan merupakan salah
satu jenis tanaman holtikultura yang bersifat menahun yang lebih dikenal sebagai
sumber vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Bidang
ekonomi, buah-buahan mempunyai sumbangan yang tidak dapat diabaikan karena
beragam jenis buah-buahan tropis yang dapat tumbuh subur di Indonesia. Jenis
buah lokal dikatagorikan kedalam buah-buahan tropis menurut Sunarjono (2013;
6) sebagai berikut :
Buah- buahan tropis Indonesia ada yang bersifat semusim atau dua musim
(annual) dan tahunan (perennial). Pada umumnya buah-buahan tahunan
berbuah tergantung pada musim/kondisi iklim. Biasanya musim panen jatuh
pada musim hujan setelah kemarau panjang. Saat musim panen raya buah
melimpah dengan harga yang turun sedangkan pada musim kemarau tidak
ada buah dipasar sehingga harga pun melonjak naik.
Selama setahun Indonesia yang merupakan Negara subtropics mempunyai
dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau/kering. Musim hujan akan
menimbulkan iklim yang basah atau lembab sedangkan pada musim kemarau
5
akan menimbulkan iklim kering. Keadaan musim seperti itu terjadilah
penggelompokkan buah secara musiman. Penyebaran buah-buahan mengikuti
pola iklim dimana sebagian wilayah indonesi tergolong iklim basah sehingga
berbagai jenis tumbuhan termasuk buah-buahan dapat tumbuh subur. Faktor iklim
akan menyebabkan penyebaran tanaman buah sesuai dengan suhu udara. Menurut
Sunarjono (2013:9), penyebaran buah sesuai dengan suhu akan berdampak pada
daerah/dataran dimana buah tersebut dibudidayakan. Dataran rendah beriklim
basah dapat dibudidayakan buah-buahan seperti durian, rambutan, manggis, duku,
pisang, papaya, nanas, nangka, alpokat, jeruk keprok, semanggka, salak, sawo dll.
Dataran rendah beriklim kering mempunya jenis buah yang dapat dibudidayakan
seperti anggur, mangga, srikaya dll. Dataran tinggi beriklim basah mempunyai
jenis buah yang dibudidayakan seperti alpokat, leci, markisa, pisang dan kiwi.
Sementara dataran tinggi beriklim kering mempunyai jenis buah seperti apel, pir,
jeruk keprok dan jeruk manis.
Penyebaran buah-buahan di Indonesia sangat bergantung mengikuti pola
persebaran iklim dimana sebagian besar dari daerah di Indonesia tergolong
beriklim basah sehingga bebagai jenis tumbuhan termasuk buah-buahan dapat
tumbuh subur. Sentra produksi yang tersebar di Indonesia menghasilkan jenis
buah-buahan lokal Indonesia yang masuk pasar dunia diantaranya pisang ambon
dan Cavendish (dalam bentuk segar dan bubur), nanas (dalam bentuk kalengan
dan jus, mangga (dalam bentuk kalengan dan jus), alpukat (dalam bentuk segar
dan bubur), rambutan (dalam bentuk segar dan kalengan), markisa (dalam bentuk
jus), sirsak (dalam bentuk daging beku) dan mangga (dalam bentuk segar).
6
Pengemasan buah lokal memasuki pasar internasional secara umum dikemas
menjadi produk segar, kalengan, jus dan bubur. Buah lokal ekpor dalam bentuk
buah segar menjadi bubur atau puree memberikan banyak manfaat bagi
pengusaha buah karena dalam bentuk bubur atau puree akan tahan lama dan
mudah disimpan. Adanya kepraktisan ini dapat membantu petani saat panen
melimpah, dimana biasanya terjadi masalah pada penyimpanan yang
mengakibatkan banyak buah yang terbuang sia-sia karena membusuk. Contoh
buah lokal yang diolah menjadi bubur adalah puree pisang, mangga, strawberry,
sirsak, nanas dn markisa. Bubur buah biasanya digunakan untuk membuat selai,
campuran yoghurt ataupun topping untuk pudding.
Pengemasan buah lokal ekspor dalam bentuk fresh berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) memperoleh informasi primadona buah lokal ekspor
Indonesia yang merupakan produksi ekspor manggis Indonesia mencapai USD
5,73 juta atau sekitar Rp. 63 miliar. Angka itu jauh turun dibandingkan tahun
2012 yakni USD 17,4 juta. Perbaikan ekpor mulai terlihat pada tahun 2014.
Dalam dua bulan (Januari- Februari), Indonesia sudah mengekspor manggis
senilai USD 1,66 juta dengan perbandingan meningkat 150 persen dibandingkan
periode sebelumnya dengan Negara tujuan ekspor Manggis meliputi Malaysia,
Hongkong dan Vietnam, peningkatan lainnya juga terjadi pada buah Salak dari
tahun 2012 sebesar USD 1,24 juta menjadi USD 1,74 juta pada tahun 2013
dengan Negara tujuan ekspor China, Malaysia dan Singapore sedangkan
penurunan ekspor ada pada Mangga pada tahun 2012 sebesar USD 2,1 juta
7
menurun menjadi USD 1,4 juta dengan Negara tujuan ekspor meliputi Singapore,
Uni Emirat Arab dan Malaysia. 2
Menurut Kustiari dkk (2012:98), volume ekspor manggis menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu namun pangsa pasar dan daya saing ekspornya
cenderung turun. Keadaan ini diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan
mencari negara yang permintaan impornya besar dengan laju pertumbuhan yang
cepat. Selain itu, perlu dijajagi upaya diversifikasi produk (hasil olahan manggis)
untuk meningkatkan harga per unit ekspor dan meningkatkan nilai tambah
produsen.
Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang
baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Manggis yang diekspor
umumnya berasal dari daerah penghasil utama di sentra produksi manggis, seperti
Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Purwerejo, Belitung,
Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar,
dan Banyuwangi.3. Salak merupakan buah asli Indonesia yang buah ini banyak
terdapat di daerah lereng merapi seperti di Kecamatan Turi, Pakem ataupun
daerah lain seperti Magelang. Daerah tersebut pohon salak tumbuh subur dengan
sumber daya alam yang sudah tersedia tersebut, para warga atau petani salak di
daerah itu berusaha untuk memaksimalkan hasil dari buah salak. Selama ini,
2 Maesaroh. 13 April 2014.” Tiga jenis buah-buahan ini jadi andalan ekspor Indonesia”. [Diunduh
tanggal 10 Oktober 2014]. Sumber:URL: http://ekbis.sindonews.com/read/853574/34/tiga-jenis-
buah-buahan-ini-jadi andalan-ekspor-indonesia-1397322000.
3QosimAli. 21 Desember 2007. ”Buah Manggis Primadona Indonesia”. [Diunduh tanggal 15 April
2015].Sumber:URL: https://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/buah-manggis-primadona-
ekspor-indonesia/.
8
komoditi unggulan lokal itu baru dikirim ke Tiongkok dan Singapura. Rencana,
mulai akhir tahun ini akan diekspor ke Selandia Baru.4. Komoditas ekspor
Mangga khususnya Mangga Arum Manis produksi Nusa Tenggara Barat memiliki
potensi ekspor ke Singapura. Selama ini hasil pertanian NTB hanya memenuhi
produksi lokal Lombok, Bali dan Jakarta. Produksi mangga dari Bali dan
Probolinggo juga memasuki ekpor ke Singapore dan Uni Emirat Arab dengan
pengawet alami.
Kesegaran buah mangga itu dimungkingkan melalui teknologi pascapanen
dan pengolahan tanpa menggunakan zat kimia dan pestisida. Menurut Kepala
Balai Besar Paska Panen Balitbangtan, Rudy Tjahjohutomo teknologi pasca panen
meliputi tiga fase dilalui yakni ketika buah mangga itu dipetik dari pohon dengan
menggunakan air bersuhu 50 derajat celcius selama 5 menit, guna mematikan lalat
buah yang hinggap di kulit. Fase kedua, menggunakan antimikroba alami yang
salah satu bahan bakunya berasal sarang burung walet, cara tersebut mampu
mencegah infeksi jamur antraknosa. Fase ketiga adalah waxing (diberi lilin) yang
berbahan baku sarang tawon, tambahnya, bahan ini mengganti sejenis lilin yang
biasa dijumpai buah apel impor. Fase terakhir, melalui bantuan controlled airform
container yang mencegah proses pematangan pada buah," katanya. Fasilitasi
teknologi pengolahan yang memperpanjang masa buah hingga satu bulan itu,
pihaknya hanya menambah biaya Rp. 1.000 per kilogram sementara biaya
transportasi yang dihemat mencapai 1 dolar AS karena menggunakan kapal laut
4 Amelia Apsari. 5 April 2015.”Salak Sleman diekspor ke Selandia Baru”.Suara Merdeka.com.
2015[Diunduh tanggal 15 April 2015]. Sumber:URL: http://berita.suaramerdeka.com/salak-
sleman-diekspor-ke-selandia-baru/.
9
dibandingkan dengan pesawat udara yang tarifnya sangat tinggi.5
Kegiatan ekspor buah lokal yang dilakukan pemerintah secara tidak
langsung mempromosikan dan memperkenalkan buah lokal Indonesia, sehingga
tidak jarang wisatawan yang datang mengunjungi kawasan pariwisata sekaligus
ingin menikmati buah lokal secara langsung.
Pulau Bali merupakan salah satu destinasi yang dikenal dunia karena jumlah
kunjungan wisatawan yang meningkat dari tahun ketahun. Bali mengandalkan
sektor kepariwisataan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional
karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan daerah, pendapatan nasional
serta devisa Negara.
Sanur merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Bali yang
memiliki perkembangan kemajuan pariwisata dari segi keindahan panorama alam,
seni budaya, adat istiadat dan keramah tamahan seluruh lapisan masyarakat. Sanur
merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Denpasar Selatan, dalam
sejarah perkembangan pariwisata di daerah Sanur dari dahulu hingga sekarang
disebut “Rumah Kedua” bagi wisatawan Eropa. Sanur mendapat julukan tersebut
karena dapat menciptakan atmosfer seperti mereka berada di rumah atau Negara
asalnya.
Istilah Sanur menjadi rumah kedua bagi wisatawan Eropa juga dikenal luas
oleh wisatawan asing selain Eropa melalui promosi mulut kemulut (word of
mouth) tentang pengalaman travelling mereka selama di Sanur. Strategi promosi
Sanur juga melibatkan pemerintah, pihak swasta dan masyarakat lokal dengan
5 Supratiwi Fitri. 19 November 2013. “Indonesia Ekspor Mangga dengan Teknologi Pengawet
Alami”. [Diunduh tanggal 15 April 2015]. Sumber: URL: http://www. antaranews.com/berita
/405702/indonesia-ekspor-mangga-dengan teknologi-pengawet alami.
10
upaya promosi diantaranya menciptakan image Pantai di sepanjang kawasan
Sanur yang didominasi kawasan hotel berbintang yang memiliki akses pantai dan
tentunya upaya tetap menjaga kebersihan Pantai Sanur disamping sebagai obyek
wisata dan dipergunakan untuk lokasi melasti masyarakat Sanur. Daya tarik pantai
dan rumah makan yang dikelola oleh masyarakat Sanur juga menciptakan image
kuliner yang sangat diminati seperti Warung Mak Beng yang terkenal dengan ikan
goreng dengan sambal pedas dan Warung Men Weti yang dikenal dengan Nasi
Campur Bali. Selain wisata kuliner masakan Bali, adanya motivasi wisatawan
ingin menikmati produk lokal selain produk olahan makanan yang tersedia di
obyek wisata Sanur. Motivasi wisatawan lebih dominan mengunjungi daerah lain
karena keunikan atau hal yang berbeda yang mereka tidak dapatkan di negara
asalnya seperti buah lokal.
Penyajian buah lokal dengan promosi pengenalan buah lokal dilakukan
pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat (petani buah) dan pihak swasta.
Upaya yang dilakukan dengan menggunakan buah lokal pada event-event promosi
pariwisata seperti adanya festival gebogan buah yang dilakukan di beberapa
daerah di Bali yang menggunakan buah lokal untuk konsumsi wisatawan di hotel,
restaurant dan industri food and beverage lainnya. Menurut pihak hotel konsumsi
buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur lebih banyak wisatawan yang
menyukai buah manggis, salak, markisa dan rambutan. Hal ini dikarenakan tesktur
buah dan rasa yang tidak sama dengan buah impor. Buah-buahan ini juga banyak
dikembangkan di sentra produksi yang tersebar di Indonesia pada Tabel 1.1. buah-
buahan seperti markisa dan rambutan merupakan buah musiman atau buah yang
11
hanya ada pada periode/musim tertentu sehingga wisatawan diberikan informasi
oleh staff hotel untuk ketersediaan buah-buahan tersebut. Saat musim buah-
buahan biasanya pihak hotel menyediakan makanan atau minuman special drink
untuk seasonal fruit dan menambahkan pada sajian complimantary fruit basket.
Kontribusi penyerapan buah lokal pada hotel berbintang salah satunya pada
penyajian complimentary fruit basket. Pihak hotel pada umumnya menyiapkan
complimentary fruit basket dengan menggunakan beberapa jenis buah lokal yang
ditata dengan menyelipkan greeting card sebagai tanda selamat datang kepada
tamu yang menginap di hotel tersebut. Penyajian fruit basket berdasarkan request
dari Front Office dengan data jumlah kamar yang check in pada saat itu, adanya
VIP Guest dan beberapa request khusus dari tamu.
Penyajian buah lokal sebagai konsumsi wisatawan dengan cara penyajian
buah lokal fresh dalam bentuk fruit basket dan welcome drink saat tamu check in,
mix juice¸ fruit cocktail dan fresh blended juice, hidangan pencuci mulut (dessert),
garnish makanan dan fruit cutting untuk buffet. Upaya promosi dan pengenalan
buah lokal dilakukan dengan adanya peran serta staf pada hotel di Kawasan Sanur
dalam memberikan education kepada tamu tentang nama buah, manfaat dan
keunikan buah lokal, selain itu adanya memo dari GRO (Guest Relation Officer)
juga sangat membantu memberikan penjelasan kepada tamu.
Terserapnya buah lokal di industri pariwisata dianggap memberi dampak
yang sangat besar. Industri pariwisata memberikan peluang bagi petani buah
untuk menghasilkan buah sebagai konsumsi wisatawan yang secara tidak lagsung
dapat meningkatkan taraf hidup petani, mengurangi biaya buah import dan
12
menumbuhkan rasa cinta buah lokal. Hotel pada umumnya menggunakan buah
lokal karena buah lokal lebih segar dibandingkan buah impor, buah lokal tidak
melewati perjalanan yang terlalu panjang dan buah lokal dipetik dari kebun dalam
kondisi yang relatif matang dan langsung dipasarkan yang berbeda dengan buah
impor melalui proses pengiriman yang panjang serta pengemasan yang
menggunakan pengawet sehingga membuat vitamin dan nutrisi yang terkandung
berkurang. Adanya alur distribusi yang panjang juga berdampak pada harga buah
impor lebih mahal dibandingkan dengan buah lokal, karena hotel menyajikan
buah setiap hari akan berdampak pada pengeluaran/ cost pada hotel tersebut.
Penyajian buah sehari-hari juga dapat memperkenalkan keunikan buah lokal yang
dimiliki Indonesia pada wisatawan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap produk
lokal. Penyajian buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur menyajikan
buah lokal yang tidak bergantung pada musim untuk memudahkan penyajian
dalam operasional sehari-hari.
Keunikan-keunikan buah lokal sangat diharapkan kedepannya meningkat
terserapnya buah lokal di industri pariwisata kawasan Sanur. Terserapnya buah
lokal didukung dengan adanya Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Buah
Lokal diharapkan ditindaklanjuti oleh Pemprov Bali dan Pemkab/Pemkot se-Bali
dengan mengimplementasikan ketentuan dalam Perda Provinsi Bali No. 3 Tahun
2013 itu secara nyata di lapangan. Keberadaan perda ini dinilai strategis dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan petani lokal Bali yang saat ini kondisi
perekonomiannya masih terpuruk. Konsep tersebut bisa berjalan dengan upaya
Pemerintah Daerah wajib membuat regulasi yang mampu mengikat pengusaha di
13
sektor pariwisata itu untuk memanfaatkan produk pertanian lokal tersebut.
Pemerintah Daerah harus mengembangkan konsep pembangunan pertanian dari
hulu ke hilir. Pihak petani berproduksi kemudian pemerintah bekerja sama dengan
pengusaha mengemas produk itu menjadi lebih menarik dan memiliki nilai jual
tinggi yang selanjutnya disalurkan ke sebuah pasar khusus.
Alur distribusi melalui pasar buah akan mendatangkan keuntungan bagi
semua pihak. Pasar buah menjadi sebuah sarana promosi yang efektif terlebih
tempat tersebut lebih permanen serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
Mereka akan membelanjakan uangnya lebih banyak karena kita mampu
memuaskan pelancong dengan fasilitas yang lebih baik dari kondisi sekarang ini.
Kegiatan ini dapat menghemat miliaran uang untuk melaksanakan promosi yang
dilakukan pemerintah sekaligus ada manfaat yang luar biasa bagi masyarakat
sekitar. Masyarakat sudah mengenal produk buah negaranya maka dirinya akan
dapat membandingkan mana yang lebih manis, lezat, gurih atau nikmat buah lokal
atau impor. Kegiatan ini membuat masyarakat memilih dan cinta akan produksi
pertanian Indonesia lebih tinggi dibanding dengan produk luar negeri atau impor.6
Keberadaan pasar yang memungkinkan terserapnya buah lokal adalah
destinasi pariwisata karena memiliki banyak hotel dan dikunjungi oleh banyak
wisatawan merupakan salah satu target yang bisa disasar untuk pemasaran hasil
produksi dari petani. Permasalahan yang terjadi kebanyakan membanjiri pasar
lokal pada saat panen raya dimana eksistensi buah lokal di industri pariwisata
memiliki pertimbangan dari pendapat pelaku industri pariwisata untuk
6 Ginting Kalvin. 8 Mei 2013.”Meningkatkan Dayasaing Buah Lokal di Tanah Karo”.Harian
Orbit, 8 Mei 2013. [Diunduh tanggal 25 Januari 2015]. Sumber URL:
http://www.harianorbit.com/meningkatkan-dayasaing-buah-lokal-di-tanah-karo/.
14
dipergunakan dalam operational dikarenakan kualitas yang kurang memadai,
ketiadaan kontinuitas dan volume yang tidak mencukupi. Upaya mengoptimalkan
penyajian buah lokal dalam industri pariwisata dilakukan dengan cara
menggunakan buah lokal yang tidak musiman sehingga hotel dapat menggunakan
buah lokal tanpa harus menunggu musim panen.
Produksi buah lokal yang nantinya akan memasuki area pasar bebas
(ekonomi pasar global) akan menghadapi persaingan yang tidak mudah, hal ini
dikarenakan permintaan pasar yang menghendaki buah-buahan yang bermutu
tinggi sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, volume produksi buah yang
memenuhi kebutuhan pasar, alur distribusi buah yang tepat pada waktu yang
disepakati dan adanya ketersediaan buah-buahan yang berkelanjutan.
Hal demikian diutarakan dalam Bali Promosi oleh Ketua PHRI Denpasar,
IB Sidartha Putra tidak keberatan untuk menyerap hasil petani lokal dan
mengurangi penggunaan produk impor asal produk yang dihasilkan petani lokal
dapat tersedia sesuai kebutuhan dengan kualitas yang cukup baik. Permasalahan
dari segi petani buah lokal mengalami permasalahan dengan pembayaran yang
ditunda antara 1- 3 bulan oleh pihak Industri pariwisata, karena setiap pembayaran
itu akan dipergunakan sebagai modal oleh petani dalam mengembangkan buah-
buahan setelah panen.7
Permasalahan yang terjadi sebaiknya ada tindak lanjut dari pemerintah
dalam hal peminjaman modal pengembangan pertanian buah lokal dan diadakan
nya pelatihan dalam pemberian penyuluhan. Pelatihan bertujuan untuk
7 Eka.2014.”PHRI Denpasar Siap Serap Buah Lokal”.Bali Promosi, 22 -28 Agustus 2014, hal:6
kol.3.
15
meningkatkan kuantiti buah lokal masa panen serta memberikan solusi dalam
setiap permasalahan yang dihadapi petani lokal. Kegiatan pelatihan bisa
menjawab permasalahan yang dihadapi petani diharapkan kedepannya dengan
adanya buah lokal dapat mempromosikan kekayaan budaya kuliner lokal kepada
para wisatawan.
Upaya peminjaman modal untuk petani buah dibantu dengan ada integrasi
komplementari antara pariwisata dan pertanian melalui data base yang akurat dan
komprehensif tentang potensi produk pertanian dan penyerapan produk pertanian
lokal di industri pariwisata Bali. Sumber data base membantu pemerintah
memetakan kebutuhan produk pertanian, pihak hotel dan restoran di Bali.
Pemetaan itu diharapkan mempunyai data pasti sehingga ada link and match
antara apa yang dibutuhkan industri pariwisata dan produk pertanian yang akan
dikembangkan. Selain itu, komponen atau stakeholder pariwisata juga harus
dilibatkan dalam merancang Perda, sedangkan hotel-hotel besar sudah mulai
mengembangkan community based development dengan melibatkan petani
disekitar atau melakukan kegiatan pertanian dan hasilnya diserap di hotel.8
Alur distribusi petani buah untuk menjual buah lokal kepada pihak hotel
dibantu oleh supplier buah. Pihak hotel sebelumnya telah mengadakan market
survey kepada beberapa supplier buah dan mengadakan perjanjian dalam bentuk
mutu buah yang menjadi permintaan hotel dan sistem pembayaran setiap bulan
nya. Pengiriman buah dari supplier buah ke pihak hotel dapat dilihat dari fisik
8 Eka. 2014.”Buah Lokal Makin Dijauhi”. Majalah Bali Post,14-20 Juli 2014, hal 10.
16
buah yang dikirim apakah dalam katagori ukuran besar, sedang, kecil dan sangat
kecil sesuai dengan request pihak hotel.
Permasalahan dalam operational hotel terjadi pada ketersediaan buah lokal
yang biasanya menjadi permintaan tamu seperti manggis, markisa dan beberapa
buah musiman. Wisatawan tertarik dengan buah-buahan tersebut karena buah-
buahan tersebut menjadi buah ekspor Indonesia. Permasalahan pada petani buah
dengan buah-buahan musiman tersebut sangat menyulitkan memperoleh buah
musiman tersebut disaat tidak musimnya serta sistem pembayaran hotel dengan
sistem credit menjadi ancaman bagi petani dalam modal keberlanjutan dalam
memproduksi buah lokal.
Ancaman dalam penyajian buah lokal dapat disimpulkan bahwa komoditas
pertanian buah yang memiliki banyak manfaat sekaligus memiliki ancaman dalam
penyediaannya. Buah lokal memiliki penggolongan ancaman berdasarkan sumber
ancamannya yaitu ancaman yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Ancaman yang berasal dari dalam negeri antara lain rendahnya pengetahuan
berbasis pertanian di kalangan petani buah lokal secara umum, kurangnya
penyediaan sarana dan prasarana pertanian buah mulai dari pra panen hingga
pascapanen, kurangnya penyuluhan produk hortikultura dari pemerintah,
berkurangnya lahan pertanian buah di Indonesia, perubahan iklim yang ekstrem,
beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman akibat bertambahnya
jumlah penduduk Indonesia dan kurangnya pengawasan serta rendahnya peran
pemerintah dalam melindungi produk buah lokal. Ancaman terbesar dari dalam
negeri yaitu adanya anggapan masyarakat bahwa dengan mengonsumsi atau
17
membeli buah impor merupakan hal yang keren atau berkelas, terbukanya
perdagangan pasar internasional, tingginya mutu buah yang berasal dari luar
negeri, penggunaan teknologi canggih dalam pengolahan buah impor, dan
ketersediaan produksi buah impor yang melimpah
Dari permasalahan diatas, pemanfaatan buah lokal di industri pariwisata
namun belum secara maksimal, hal ini dikarenakan karena sifat buah lokal yang
kebanyakan musiman, sehingga pihak hotel kesulitan menyajikan buah yang sama
setiap harinya. Ketersedian buah lokal yang pada umumnya bersifat musiman
akan menjadi bomerang saat pihak hotel berupaya memperkenalkan produk buah
lokal yang dimiliki di Indonesia. Solusi permasalahan tersebut, ada beberapa hotel
memberikan notes kepada tamu tentang nama dan manfaat buah lokal yang
disajikan dan menggunakan variasi buah lokal yang tidak bergantung pada musim.
Strategi pemanfaatan ini bertujuan untuk memperkenalkan buah lokal kepada
wisatawan jenis buah lokal yang dimiliki dan dikembangkan di Indonesia serta
meminimalkan penyajian buah import dan mengurangi cost dalam operational
hotel.
1.2 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah melalui latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan rumusan masalah yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Jenis buah lokal apa saja yang dominan disajikan pada operasional hotel
berbintang di kawasan pariwisata Sanur?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi alasan pihak hotel dalam penyajian buah
lokal hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur?
18
3. Apa saja hambatan-hambatan yang dialami pihak hotel dalam penyajian buah
lokal dalam operasional hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan diatas, penelitian ini memiliki tujuan
umum yaitu untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyajian
buah lokal di hotel berbintang kawasan Sanur. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis buah lokal yang dominan disajikan saat operational
hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi alasan pihak hotel dalam
penyajian buah lokal pada hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami pihak hotel dalam
penyajian buah lokal dalam operasional pada hotel berbintang di kawasan
pariwisata Sanur.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Akademik
Untuk mengaplikasikan pengembangan ilmu pengetahuan di Pasca Sarjana
Kajian Pariwisata dengan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berkaitan dengan
pemanfaatan buah lokal bagi industri pariwisata khususnya hotel berbintang di
kawasan pariwisata Sanur agar secara maksimal memanfaatkan buah lokal untuk
19
disajikan kepada wisatawan dan dapat mengatasi hambatan yang ada selama
penyajian buah lokal dalam operasional hotel. Penyajian buah lokal dapat dikemas
secara maksimal dalam operasional akan meningkatkan kuantitas buah lokal yang
diperlukan di hotel. Bertambahnya kuantitas buah lokal agar menjadi perhatian
bagi petani tentang kriteria buah lokal yang sesuai dengan permintaan industri
pariwisata sehingga dianggap perlu adanya perencanaan pengembangan agribisnis
dengan mengikuti penyuluhan dari pemerintah.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Dalam sub bab ini dapat diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang
dianggap relevan dan sebagai bahan rujukan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sukartini dkk (2014), menyatakan dengan iklim tropis yang dimiliki
Indonesia sangat potensial menghasilkan buah-buahan tropis. Sementara hal yang
bertolak belakang terjadi dikehidupan masyarakat seperti konsumsi rumah tangga,
industri pariwisata dan industri minuman yang ada di Indonesia lebih memilih
menggunakan buah impor.
Permasalahan tersebut terjadi karena buah lokal yang kalah bersaing dengan
buah impor, hasil kajian dari artikel ini meliputi adanya beberapa faktor yang
mengakibatkan buah lokal yang kalah bersaing dengan buah impor diantaranya
faktor perubahan selera konsumen, kurangnya promosi buah lokal, kualitas buah
lokal yang masih rendah, kuantitas buah impor yang masuk ke Indonesia yang
tidak terkontrol dan keberlangsungan pasokan buah lokal yang tidak terjamin.
Analisis faktor digunakan dalam menentukan faktor dominan buah lokal kalah
bersaing dengan buah impor. Hasil kajian ini disimpulkan bahwa pasokan buah
lokal yang masih bergantung pada musim yang menyebabkan keterbatasan buah
lokal sehingga masuknya kuantitas buah impor yang tidak terkontrol dapat
mengisi permintaan konsumen terhadap ketersediaan buah.
21
Permasalahan lainnya karena kurangnya pengawasan dalam masuknya buah
import ke Indonesia dapat mengubah selera konsumen. Solusi untuk permasalahan
tersebut dengan cara kerjasama antara pihak swasta, petani buah dan pemerintah,
adapun solusi yang menjadi harapan kedepan dengan cara mengadakan
penyuluhan dalam rangka meningkatkan kualitas buah lokal dengan menggunakan
varietas unggul, memperbaiki infrastruktur maupun teknologi pasca panen bagi
petani. Saran untuk pemerintah diupayakan untuk pengadaan penyuluhan dan
pelatihan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani buah,
menyediakan peminjaman modal bagi petani buah dan melakukan promosi atau
branding buah lokal yang bekerja sama dengan pihak swasta dalam penyerapan
buah lokal untuk menumbuhkan budaya konsumsi buah lokal dalam kehidupan
masyarakat atau konsumsi wisatawan.
Hasil kajian dalam jurnal memaparkan bahwa industri rumah tangga lebih
banyak menggunakan buah impor dalam kegiatan sehari-hari dibandingkan
dengan industri pariwisata. Penyajian buah impor dipandang lebih menarik dari
segi warna, penampilan dan tidak bergantung pada musim sehingga pada saat
dipergunakan tidak menunggu musim buah tersebut. Penyajian buah impor dalam
industri rumah tangga lebih banyak terserap pada hari raya dan sebagai sarana
upacara adat umat hindu. Menyikapi hal ini, sangat diperlukan tindak lanjut
pemerintah dalam membantu petani lokal untuk memberikan penyuluhan dalam
pengadaan buah sepanjang tahun serta membantu peminjaman modal untuk
petani. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti buah lokal
dan permasalahan yang membuat buah lokal kalah bersaing dengan buah impor.
22
Perbedaan dengan penelitian ini adalah narasumber yang digunakan, dalam
penelitian Sukartini,dkk memiliki narasumber dari masyarakat yang ada di Kota
Denpasar sedangkan penelitian ini memiliki narasumber dari pihak hotel di
Kawasan Sanur.
Sinambela dkk (2014), dalam artikelnya membahas dengan adanya kegiatan
impor mengakibatkan kuantitas jumlah produksi lokal berkurang. Ketergantungan
pada kegiatan impor dapat memberikan dampak penurunan produksi lokal secara
terus menerus sehingga eksistensi dan daya saing produksi lokal menjadi
menurun. Peneliti menganalisis pengaruh keberadaan buah impor terhadap buah
lokal secara kuantitatif di daerah penelitian dan menganalisis strategi peningkatan
daya saing buah lokal terhadap keberadaan buah impor. Penelitian ini meliputi
analis Faktor internal yang mempengaruhi daya saing buah lokal adalah modal,
kualitas buah, tampilan (packing) buah, ketersediaan, dan sifat buah yang
musiman. Faktor eksternal adalah penggunaan pengawet, supermarket di sekitar
pasar tradisional yang identik dengan buah impor, permintaan (minat) konsumen,
penawaran dari agen, hari raya besar/akhir pekan, dan harga buah. Metode
penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel
dilakukan secara Accidental Sampling, metode analisis data menggunakan analisis
SWOT.
Penelitian Sinambela dkk membahas dampak dari penyajian buah impor
yang lebih tinggi dibandingkan dengan peggunaan buah lokal. Hasil dari kajian ini
menganalisis pengaruh secara internal dan eksternal dengan menggunakan analisis
SWOT. Adapun pengaruh dalam penggunaan buah impor yang lebih banyak
23
dibandingkan dengan buah lokal membuat strategi agar penggunaan buah lokal
dapat secara maksimal. Strategi yang digunakan berdasarkan analisis SWOT dari
faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi daya saing buah lokal
dengan buah impor. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti
buah lokal dengan perbedaan lokasi penelitian, analisis yang dipergunakan dalam
menjawab rumusan masalah adalah SWOT sedangkan peneliti menggunakan
analisis faktor dan sumber informan yang berbeda dengan penelitian ini.
Sudarmini (2008), dalam artikelnya menunjukkan bahwa secara umum
terjadi perbedaan persepsi konsumen terhadap buah import dan buah lokal di Kota
Denpasar dimana persepsi konsumen lebih baik terhadap buah impor
dibandingkan buah lokal. Persamaan dengan penelitian ini adalah persepsi
konsumen terhadap buah impor baik dari segi penampilan buah import lebih
menarik dari segi warna dan rasa, rasa status yang dianggap mampu ketika tetap
menggunakan buah impor dalam sehari-hari, ketersediaan buah import tidak
tergantung dengan musim dan kualitias buah lokal yang masih rendah.
Penelitian ini menggunakan data primer dengan melakukan wawancara dan
pengisian kuesioner kepada masyarakat di Kota Denpasar untuk menjawab
persepsi konsumen (masyarakat Kota Denpasar) terhadap penggunaan buah impor
dan buah lokal. Hasil dari jurnal ini lebih dominannya masyarakat menggunakan
buah impor dibandingkan buah lokal. Persamaan dalam penelitian ini adalah
meneliti pengaruh penggunaan buah impor dan buah lokal dan menggunakan
analisis faktor sedangkan perbedaannya dari narasumber dan lokasi penelitian.
24
Sumawidari dkk (2013), yang melakukan penelitian terhadap industri
pariwisata khususnya hotel menemukan bahwa ada lima faktor yang menentukan
permintaan buah lokal pada hotel berbintang yang ada di Kabupaten Badung yaitu
kualitas buah, harga, kriteria hotel, ketersediaan dan kebijakan pemerintah.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pemilihan lokasi yang mengambil lokasi
penyajian buah lokal di hotel berbintang di Bali. Penelitian Sumawidari dkk
secara umum menganalisis faktor-faktor yang nantinya akan mempengaruhi
permintaan buah lokal yang terjadi di industri pariwisata, maka dari itu disarankan
kepada pihak pemerintah bekerjasama dengan petani lokal dalam membentuk
perkumpulan agribisnis yang dengan rutin mengadakan penyuluhan dalam
mengembangkan buah lokal, karena permasalahan yang terjadi di industri
pariwisata adalah belum maksimalnya kontinueitas pasokan buah yang sementara
terjadi di industri pariwisata permintaan buah yang cukup tinggi. Dari penelitian
ini adanya hipotesis adanya faktor dominan yang menentukan permintaan buah
lokal di hotel berbintang Denpasar dan Badung adalah kualitas buah.
Relevansi penelitian ini disimpulkan adanya faktor- faktor yang
mempengaruhi penyajian buah lokal yang terjadi di industri pariwisata.
Permasalahan yang terjadi adalah ketersediaan buah lokal yang bergantung pada
musim sehingga sulit memenuhi permintaan pasar, sehingga dengan keadaan
seperti itu akan sangat memungkinkan masuknya buah impor yang tidak
terkontrol dengan rasa dan tampilan yang lebih menarik daripada buah lokal
sehingga perlu adanya kerjasama antara pemerintah dalam upaya penyuluhan dan
perbantuan modal bagi petani, upaya petani yang lebih kreatif dalam
25
memproduksi buah lokal yang tidak hanya terfokus pada produksi buah musiman
dan pihak swasta yang membantu penyerapan buah lokal sebagai konsumsi
masyarakat dan wisatawan, disamping telah ditetapkan Perda No. 3 tahun 2013
tentang Perlindungan Buah Lokal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi
dalam penelitian ini hanya dalam lingkup Hotel Berbintang di Kawasan
Pariwisata Sanur.
2.2 Konsep
Penelitian ini menggunakan beberapa konsep sesuai pokok pikiran
diantaranya :
2.2.1 Pengertian Kawasan Pariwisata
Suatu kawasan pariwisata diharapkan menyediakan akomodasi, daya tarik
dan fasilitas wisata yang dikemas secara unik dan berbeda yang tidak didapatkan
wisatawan di daerah asal mereka. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia
No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian kawasan pariwisata dan
kawasan strategis pariwisata sebagai berikut :
Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata dan kawasan
strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup, serta
pertahanan dan keamanan.
Kawasan pariwisata yang menjadi lokasi penelitian adalah kawasan
pariwisata Sanur. Kawasan Pariwisata Sanur adalah salah satu kawasan pariwisata
yang telah dikenal oleh mata dunia, dimana Kawasan Pariwisata Sanur dilengkapi
26
oleh prasarana dan sarana yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan
wisatawan.
Perkembangan suatu kawasan pariwisata tergantung pada apa yang dimiliki
kawasan tersebut untuk ditawarkan kepada wisatawan. Suatu kawasan pariwisata
memenuhi pelayanan yang ditunjukkan untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan
wisatawan dari saat mereka meninggalkan rumah hingga kembali ke daerah asal.
Menurut Pitana dan Surya Diarta (2009:130), komponen yang dimiliki kawasan
pariwisata diantaranya atraksi destinasi, fasilitas destinasi, aksesibilitas, image dan
harga. Komponen kawasan pariwisata Sanur dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Atraksi Destinasi
Elemen yang terkandunng dalam destinasi dan lingkungan di dalamnya
yang secara individual atau kombinasinya memegang peranan penting dalam
memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut. Atraksi destinasi
alam yang dimiliki Sanur meliputi pantai dan atraksi buatan seperti museum dan
gallery dan adanya atraksi budaya dengan adanya kesempatan berbaur dengan
masyarakat Sanur dalam kegiatan upacara melasti dan adanya Sanur Village
Festival.
b. Fasilitas Destinasi
Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan
wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana-
sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata Sanur adalah
hotel melati hingga hotel berbintang, homestay/penginapan, restaurant, money
changer, sarana komunikasi dan keamanan.
27
c. Aksesibilitas
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan
komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan
seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam
aksesibilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya,
kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat.
Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesibilitas adalah prasarana meliputi
jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk
membantu menghubungkan suatu tepat dengan tempat yang lain untuk
memudahkan perpindahan wisatawan seperti adanya penyewaan sepeda, sepeda
motor, mobil dan taxi yang mudah ditemui oleh wisatawan di area Sanur.
d. Image
Image atau kesan wisatawan untuk memotivasi mengunjungi suatu kawasan
pariwisata. Image ini bisa berupa produk, pelayanan, pengalaman dan fakta
mengenai suatu kawasan pariwisata. Kawasan pariwisata Sanur lebih dikenal
dengan image sebagai rumah kedua bagi wisatawan Eropa, kuliner dan keramah-
tamahan masyarakat Sanur dapat mendorong wisatawan mengunjungi Sanur.
e. Harga
Biaya keseluruhan selama perjalanan wisata, biaya ini biasanya terdiri dari
satu harga untuk akomodasi, makanan dan minuman dan biaya perjalanan.
Kawasan pariwisata Sanur menawarkan banyak variasi harga untuk menginap di
hotel maupun penginapan, biaya selama berlibur di Sanur yang biasanya
ditawarkan Travel Agent kepada wisatawan yang ingin berlibur ke Sanur.
28
Kawasan Pariwisata Sanur merupakan kawasan pengembangan wisata
pertama di Bali yang ditandai dengan hadirnya hotel-hotel berbintang serta
berbagai macam fasilitas pendukung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
2.2.2 Pengertian Hotel Berbintang
Kawasan pariwisata memiliki berbagai macam fasilitas dimana salah satu
nya adalah hotel. Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK
103/MPPT 1987 adalah :
Suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan
minum serta jasa lainnya bagi umum,yang dikelola secara komersial.
Hotel juga sangat berperan penting bagi wisatawan asing maupun domestik
yang sedang mengadakan kegiatan atau hanya sekedar berlibur. Katagori jenis
hotel yang paling diminati wisatawan saat berlibur adalah resort hotel. Resort
Hotel merupakan hotel tersebut berlokasi di daerah khusunya yang bertema
pegunungan, di tepi pantai, atau aliran sungai lainnya. Hotel tersebut
diperuntukkan bagi keluarga yang sedang melakukan liburan dan hanya sekedar
ingin beristirahat sejenak. Motel merupakan tempat menginap yang berlokasi di
pinggiran atau sepanjang jalan raya di suatu kota besar. Hotel tersebut
diperuntukkan mereka yang sedang berlibur dan membawa kendaraan pribadi
sendiri dengan disediakan fasilitas garasi dan city hotel yang berada di pusat kota
biasanya diperuntukkan untuk businessman yang mengadakan pemesanan kamar
dengan tujuan meeting corporate.
29
Pengertian di atas dapat dikemukanan bahwa hotel sendiri akan memilki
karakteristik yang berbeda-beda. Secara umum hotel memiliki karakteristik,
sebagai berikut :
1. Industri yang bermodalkan nominal besar.
2. Dipengaruhi oleh beberapa sektor antara lain sektor ekonomi, politik, sosial,
budaya, dan keamanan dimana hotel tersebut berada.
3. Pemasaran produk adalah jasa dan produk itu sendiri.
4. Beroperasi selama 24 jam.
5. Pelanggang sebagai raja sekligus partner dalam usaha.
6. Menyediakan berbagai fasilitas pendukung lainnya seperti room service,
internet centre, free wifi dan fasilitas yang memnuhi kebutuhan wisatawan
yang menginap di hotel.
Berdasarkan kelasnya hotel berbintang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Hotel bintang satu : minimal 15 kamar
2. Hotel bintang dua : minimal 20 kamar
3. Hotel bintang tiga : minimal 30 kamar
4. Hotel bintang empat : minimal 50 kamar
5. Hotel bintang lima : minimal 100 kamar
6. Hotel bintang lima + diamond : hotel dengan kualitas lebih baik dari hotel
bintang lima (Soenarno, 2000:28).
Katagori hotel berbintang juga ditentukan oleh mempertimbangkan
keberadaan atau ketiadaan fasilitas penunjang hotel. Menurut Komar (2006:135)
memamparkan :
30
Klasifikasi hotel bintang adalah kriteria penggolongan hotel berdasarkan
jumlah poin yang didapatkan dari hasil penilaian. Penilaian itu berdasarkan
fisik/bangunan, manajemen/operasional dan pelayanan/service.
Pada penelitian ini, hotel yang ditunjuk sebagai lokasi penelitian adalah
hotel katagori bintang 2, bintang 3, bintang 4 dan bintang 5 yang berada di
kawasan pariwisata Sanur.
2.2.3 Buah Lokal
Pemasaran komoditas buah-buahan di pasar dunia berkembang cukup pesat.
Buah-buahan tropis Indonesia mulai dilirik pasar dunia, sehingga keadaan ini
membuka peluang untuk mengembangkan buah lokal Indonesia. Produk buah
lokal sudah diatur dalam Perda Bali No. 3 Tahun 2013 di mana :
Buah lokal adalah semua jenis buah-buahan yang dikembangkan dan
dibudidayakan di Bali. Produk Buah Lokal adalah semua hasil dan
turunan hasil yang berasal dari tanaman buah lokal yang masih segar atau
yang telah diolah.
Menurut Sunarjono (2013;7), di Indonesia terdapat berbagai macam jenis
buah-buahan. Namun pada dasarnya berbagai jenis buah dibedakan menjadi dua
kelompok sesuai syarat hidupnya, yaitu buah-buahan subtropics dan buah-buahan
tropis yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Buah-buahan subtropis menghendaki suhu rendah (kurang dari 210 C) untuk
tumbuh dan berbuah. Lokasi di Indonesia terdapat di dataran tinggi dengan
ketinggian lebih dari 1.000 m diatas permukaan laut. Adapun buah dataran
tinggi seperti apel, pir, persik, kiwi dan markisa.
b. Buah-buahan tropis menghendaki suhu tinggi (lebih dari 250 C) untuk
tumbuh subur dan berbuah. Lokasi di Indonesia terdapat di dataran rendah
31
dan disekitar garis khatulistiwa. Buah yang masuk dalam kelompok buah
tropis antara lain durian, rambutan, salak, manggis, duku dan mangga.
Buah subtropis dan buah tropis masuk dalam katagori buah lokal yang
dikembangkan di Indonesia. Keanekaragaman buah lokal yang ditanam di
Indonesia menambah banyaknya varietas buah lokal yang menjadi konsumsi bagi
masyarakat dan wisatawan. Varietas yang dihasilkan buah lokal meliputi dua
macam, yang pertama adalah buah yang varietas tanamannya asli Indonesia dan
ditanam petani di Indonesia dan yang kedua ialah buah yang varietas tanamannya
dari negara lain namun ditanam petani di Indonesia. Dengan demikian, buah lokal
itu buah yang dihasilkan petani Indonesia terlepas dari mana asal varietasnya.9
Buah lokal dengan penanganan panen dengan baik akan diserap lebih
banyak oleh masyarakat. Menurut Pujimulyani (2009:1), penanganan hasil
pertanian setelah panen terkait dengan istilah pasca panen. Pasca panen adalah
suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk
dipasarkan atau digunakan konsumen dalam kondisi masih segar atau siap diolah
lebih lanjut dalam industri.
Petani mengadakan sortasi dengan tujuan memisahkan sayuran dan buah-
buahan sesuai tingkat kematangan, tingkat kekerasan (tekstur), ukuran, warna
hasil panen memisahkan yang rusak. Petani tidak melakukan sortasi dengan tepat
karena keterbatasan pengetahuan dan ingin segera memenuhi keperluan hidup
dengan menjual hasil panen segera setelah dipanen.
9 Atep Hidayat. 1 Oktober 2014.”Buah Lokal dan Nasionalisme Kita”[Diunduh tanggal 5 Oktober
2014]. Sumber:URL: file:///C:/Users/Acer/Downloads/Agro%20012%281%29.pdf.
32
Hasil pertanian yang telah melalui tahap sortasi akan dikelompokkan sesuai
dengan kriteria atau grade untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut
Wirawan dkk (2014:22), kriteria buah lokal dengan mengambil sampel buah jeruk
atau salak dapat dibagi menjadi:
a. Grade A terdiri dari buah yang dengan ukuran besar yang dijual keluar
untuk di ekspor, dipergunakan di industri pariwisata dan sebagian terdapat
di supermarket.
b. Grade B terdiri dari buah dengan ukuran sedang yang biasanya ada di
supermarket.
c. Grade C terdiri dari buah ukuran kecil yang biasanya ada pada pasar
tradisional.
Pola sortasi buah lokal akan mewujudkan buah lokal menjadi tuan rumah
dinegerinya sendiri yang dapat diwujudkan apabila dibangun supply-chain
management (SCM). Menurut Nurchayati dan Hikmah (2014:29), SCM
merupakan strategi bisnis yang mengintegrasikan secara vertical perusahaan-
perusahaan dalam supply chain (SC) untuk meningkatkan efisiensi dan prestasi
keseluruhan anggota SC agar dapat memenuhi tuntutan konsumen sehingga
menjadi satu kesatuan kegiatan bisnis yang kompetitif. Penerapan SCM dapat
diuraikan dalam contoh berikut :
1. Petani buah di Taiwan membentuk asosiasi atau kelompok tani. Mereka
melakukan seleksi sendiri dengan buah dikemas sesuai standar kemudian
ditawarkan ke pasar grosir. Para tengkulak dipersilahkan memberli di pasar
grosir dengan cara lelang dengan ketentuan yang dibuat asosiasi.
33
2. Indonesia yakni di Lumajang, Jawa Timur telah membuat kelompok petani
pisang mas Kirana dengan membentuk Kelompok Tani Sumber Jambe.
Proses sortasi pada buah lokal yang siap dipasarkan melalui pascapanen
sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah. Masalah kerusakan buah
tampaknya sederhana namun penanganan pascapanen sangat berpengaruh pada
mutu buah dan harga jual. Buah yang baik (tidak cacat) memiliki harga jual yang
jauh lebih tinggi dibandingkan buah yang cacat. Untuk mendapatkan mutu yang
baik, buah yang dipetik harus benar-benar memiliki derajat kematangan yang
tepat. Proses sortasi pada buah dapat mengelompokkan buah yang dapat
memenuhi standarisasi yang diperlukan dalam operasional hotel.
Adanya standarisasi buah lokal sangat diharapkan penyajian berbagai jenis
buah lokal dapat maksimal di industri pariwisata khususnya hotel. Menurut Dewi
Apriyanti, hotel berkomitmen untuk memanfaatkan hasil produksi lokal buah dan
sayuran dimana tidak hanya mutu, persediaan bahan baku lokal yang kuantitasnya
terjaga sangat diperlukan dalam operasional hotel. Permintaan buah lokal untuk
industri pariwisata dengan kebutuhan buah-buahan sangat dominan dengan
tingginya konsumsi buah pada umumnya pagi hari saat breakfast. 10
Standar mutu buah lokal secara fisik tidak bisa menjamin standar mutu yang
terkandung dalam buah lokal. Standar mutu berupa batasan gabungan dari sifat-
sifat atau ciri-ciri yang memberikan nilai kepada setiap komoditi yang dihasilkan.
Mutu tidak selalu berkaitan dengan produk yang dihasilkan tetapi dapat berupa
10
Dewi Apriyanti. 17 Februari 2015.“Pembatasan Buah Impor Pengelola Hotel dan Restoran
Harapkan Mutu Buah Lokal Ditingkatkan”.[Diunduh tanggal 20 Maret 2015].
Sumber:URL:http://www.bisnisbali.com/2013/04/10/news/bog/gg.html.
34
pelayanan meliputi kemasan dengan label atau merk, ketepatan waktu pengiriman,
ketersediaan buah dsb).
Standar mutu dibuat untuk melindungi konsumen yang berkaitan dengan kualitas
buah-buahan yang dihasilkan. Unsur yang berkaitan dengan kualitas buah yang
dihasilkan meliputi :
a. Kualitas yang dapat dilihat (dimensi, berat, dan volume), bentuk (rasio antar
dimensi, keseragaman, kondisi permukaan), warna (keseragaman warna,
intensitas, gloss), kondisi umum (kemulusan, ada/tidak cacat dan
kerusakan).
b. Kualitas rasa meliputi kekerasan, keempukan, kerenyahan, kesegaran,
kealotan, kekentalan sari buah. Mutu tekstur buah sangat berkaitan untuk
buah lokal ekspor dalam bentuk segar maupun olahan.
c. Aroma meliputi kemanisan, keasaman, intensitas rasa pahit, pedas dan
sepat.
d. Kualitas terkadung pada nutrisi meliputi kandungan gula, karbohidrat,
vitamin dan mineral, anti oksidan (karoten, isoflavon) dan serat.
e. Kualitas kesehatan meliputi bebas kontaminasi baik oleh mikroba pathogen,
toksin, bahan kimia, pestisida serta cemaran fisik lainnya (kotoran).
f. Fleksibilitas meliputi kemudahan untuk dikonsumsi, kemudahan untuk
disajikan, kemudahan pembuangan sampah dsb.
35
g. Kualitas lainnya meliputi faktor ekonomi (harga), faktor lingkungan, halal,
umur simpan, konsistensi suplai, sampah bekas kemasan.11
Semua kelas buah memiliki ketentuan minimum yang harus dipenuhi antara
lain buah tersebut harus utuh, penampilan segar, padat, layak konsumsi, bersih,
bebas dari benda-benda asing, bebas dari lecet yang mengakibatkan perubahan
pada rasa dan penampilan, bebas dari hama dan penyakit, bebas dari kelembaban
eksternal yang abnormal kecuali pengembunan sesaat setelah pemindahan dari
tempat penyimpanan dingin dan bebas dari aroma asing. Adanya proses penerapan
standarisasi mutu pada buah lokal berdampak pada beberapa elemen diantaranya :
1. Produsen
Standarisasi mutu buah lokal memberikan keuntungan bagi produsen karena
produsen dapat memperoleh harga jual tinggi dari produk bermutu yang
dihasilkan, penerapan standarisasi mutu menciptakan persaingan yang sehat
dan dapat melakukan transaksi penjualan yang fair.
2. Pedagang
Buah-buahan yang masuk ke pasaran adalah buah yang bermutu tinggi dan
memiliki daya jual tinggi, memudahkan mengatur sistem penjualan, buah
yang melalui uji standar mutu membuka peluang untuk dapat di ekspor.
3. Konsumen
Dapat memilih jenis buah yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan
membayar karena harga akan berbeda untuk buah lokal dengan standar
mutu tinggi, selain itu dengan adanya transaksi yang fair dapat membantu
11
Subandi. 18 Oktober 2014."Kualitas Buah Hasil hortikultura”. [Diunduh tanggal 29 Mei 2015].
Sumber:URL:Bangsosekgamas.blogspot.com/2014/10/kualitas-buah-hasil-hortikultura.html?m=1/.
36
konsumen menuntut ke penjual atau produsen buah apabila buah yang dibeli
tidak sesuai dengan kelas mutu yang tertera.
Proses standarisasi mutu buah lokal biasanya ditandai penandaan dan
pelabelan pada kemasan dimana setiap kemasan dalam container harus
menggunakan tulisan pada sisi yang sama, mudah dibaca dan tidak terhapus serta
tampak dari luar atau ditunjukkan pada dokumen yang menyertai pengiriman
barang. Untuk buah yang diangkut dalam bentuk curah, label harus ditunjukkan
pada dokumen yng menyertai buah dimana pelabelan sekurang-kurangnya
mencantumkan nama dan varietas buah, nama dan alamat perusahaan eksportir,
pengemas atau pengepul, asal buah, kelas, ukuran (kode ukuran atau kisaran bobot
dalam gram) dan jumlah buah.
2.3 Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori yang relevan yang digunakan untuk
menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti dan sebagai dasar untuk memberi
jawaban dari rumusan masalah yang diteliti. Landasan teori akan menjadi dasar
yang kuat dalam sebuah penelitian yang dilakukan sehingga landasan teori dipilih
oleh peneliti sebagai tuntunan untuk mengerjakan penelitian lebih lanjut untuk
menjadi acuan dalam menyelesaikan rumusan masalah. Penelitian ini
menggunakan teori bauran pemasaran dan teori sikap pengambilan keputusan
konsumen.
2.3.1 Teori Bauran Pemasaran
Alur distribusi buah dari produsen berpindah ke konsumen tidak lepas dari
sistem pemasaran. Menurut Antara (2009:6), Subsistem pemasaran atau
37
perdagangan adalah proses pengaliran barang dari sentra produsen ke sentra
konsumen. Proses ini meliputi rangkaian jenis kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan, sortasi, distribusi, promosi,
informasi pasar serta intelijen pasar. Menurut Assauri (2009:5), sistem pemasaran
sebagai usaha yang menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat
kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang
tepatdengan promosi dan komunikasi yang tepat. Pengertian ini memberikan suatu
gagasan kegiatan tertentu yang dilakukan mencakup barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan.
Setiap perusahaan khususnya hotel berbintang menentukan efektivitas biaya
dari komponen bauran pemasaran dan bisa merumuskan bauran pemasaran yang
bisa memberikan keuntungan maksimal. Strategi pemasaran yang diperlukan
kerangka empat P dalam teori bauran pemasaran. Elemen 4P terdiri dari
kombinasi variabel-variabel pemasaran yang merupakan faktor internal yang
dimiliki oleh hotel berbintang.
a. Produk
Pihak supplier buah berusaha menawarkan kualitas produksi buah yang
akan menyebabkan pasar sasaran menyukainya bahkan bersedia membayar tinggi.
Atribut produk adalah unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk menurut
Assauri (2009:200) mengemukakan setiap produk memiliki mutu/kualitas,
penampilan, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, jaminan dan pelayanan.
Supplier buah sangat memperhatikan atribut produk buah lokal dilihat dari
38
keadaan fisik buah lokal, pada umumnya konsumen (hotel berbintang) akan
membeli buah lokal karena buah lokal jauh lebih sehat daripada mengkonsumsi
buah impor. Tingkat kesegaran buah lokal yang dianggap banyak orang bisa jauh
menyehatkan. Untuk mengoptimalkan penyerapan buah lokal pada hotel
berbintang diperlukan kerjasama strategi dengan petani buah dalam memasarkan
produk buah lokal dengan mengadakan sortasi setelah panen buah lokal, dalam
sortasi ini sangat membantu mengelompokkan ukuran buah dan mengelompokkan
buah mana yang dapat di ekspor dan buah yang dapat dikonsumsi dalam negeri.
Setelah melakukan proses sortasi dilakukan proses pengemasan buah terhadap
kerusakan akibat cuaca dan kotoran, buah-buahan yang melewati sortasi dikemas
sesuai dengan ukuran buah. Produk buah lokal yang dalam keadaan segar dan
tidak lecet dapat membuat buah lokal mempunyai nilai jual tinggi sehingga buah
yang segar dapat menarik minat pihak hotel berbintang untuk membeli. Atribut
produk yang memenuhi standar hotel akan memudahkan hotel untuk mengolah
buah lokal untuk dapat disajikan kepada wisatawan setiap harinya.
b. Harga
Harga merupakan elemen dalam perusahaan yang dapat menghasilkan
pemasukan dan biaya, sehingga harga dapat berubah secara fleksibel agar
mengenai sasaran sehinggga menghasilkan pemasukan. Harga juga sangat
berpengaruh pada ketersediaan buah lokal. Saat buah lokal tidak pada musimnya
atau saat musim kemarau akan berdampak pada tinggi nya harga buah yang
berbanding terbalik saat musim panen maka produksi buah yang melimpah
membuat harga buah lokal di pasaran menjadi turun. Harga yang ditetapkan oleh
39
supplier buah pada umumnya dengan menambahkan harga pokok buah yang
dibeli dari penjual dan biaya distribusi buah, karena apabila buah yang dijual
memiliki alur distribusi yang panjang maka akan ad penambahan biaya yang
mempengaruhi nilai jual buah lokal.
Harga produksi buah lokal juga sangat berpengaruh pada lingkungan
sekitar. Contohnya, akibat dari letusan Gunung Kelud dengan aktivitas hujan abu
vulkanik berdampak pada kualitas dan distribusi bahkan pemasaran buah di
sejumlah kota di Jawa Timur. Buah-buahan yang dihasilkan seperti jeruk, apel,
semangka semula dengan harga Rp. 25.000/kg kini naik menjadi Rp. 30.000/kg.
Adanya kenaikan harga disebabkan oleh telatnya pengiriman seta pasokan dari
buah lokal yang berada pada daerah yang terkena imbas dari abu vulkanik.12
c. Tempat (Place)
Pemilihan tempat menimbulkan sejumlah tantangan. Perusahaan menyadari
bahwa tempat sangat berkaitan dengan pilihan distribusi akan menimbulkan
kewajiban komitmen jangka panjang yang mengharuskan mereka mungkin tetap
harus mempertahankan sekalipun nanti muncul saluran distribusi yang lebih baru
dan lebih menarik. Menurut Nurchayati dan Hikmah (2014:23), keterkaitan
antara produsen dan konsumen tidaklah terlepas dari kegiatan distribusi. Barang
yang dihasilkan oleh produsen akan bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis
apabila dapat sampai ke konsumen untuk pemenuhan kebutuhannya. Peran
distribusi barang dalam arti tepat waktu dan terjangkau merupakan faktor penentu
12
Meta. 15 Maret 2015.”Manajemen Strategi Pemasaran Secara Efesiensi Buah Lokal Pasca
Letusan Gunung Kelud” [Diunduh tanggal 17 Maret 2015]. Sumber
URL:http://tesismanajemen.com/manajemen-strategi-pemasaran-secara-efisiensi-buah-lokal-
pasca-letusan-gunung-kelud/.
40
terhadap keberhasilan fungsi distribusi barang. Saluran distribusi dapat dibagi
menjadi menjadi :
a. Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi yang langsung mengarah
pada konsumen seperti hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga.
Saluran distribusi langsung ini biasanya dilakukan oleh distributor agribisnis
pertanian dalam skala kecil atau yang sudah besar dengan mengadakan
kerjasama dengan pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas hasil
produksi yang sudah disepakati.
b. Saluran distribusi tidak langsung, seperti pasar pasar tradisional, swalayan,
pedagang pengecer dan koperasi. Seorang pelaku agribisnis pertanian yang
langsung membawa hasil produksinya ke pasar, tetapi tidak sedikit pula
yang karena keterbatasan sarana transportasi, arus informasi, dan
komunikasi, hasil produksi agribisnis pertanian harus dikumpulkan oleh
pedagang pengumpul.
c. Saluran distribusi yang terakhir adalah eksportir. Kegiatan eksportir
melakukan ekspor hasil produksi agribisnis pertanian, biasanya ditetapkan
standar mutu yang dikeluarkan oleh negara tujuan terhadap kualitas produk
agribisnis pertanian. Kegiatan ekspor perlu memperhatikan keadaan dan
kebutuhan pasar negara yang akan dituju.
Peranan distribusi pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha
agribisnis pertanian adalah pedagang eceran, pedagang besar, dan pedagang
pengumpul. Pedagang eceran merupakan perantara yang menjual barang
dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementara pedagang besar adalah
41
pedagang yang menerima produk agribisnis pertanian dari petani atau pedagang
pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran. Banyaknya
pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin panjang.
Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding
dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu
adanya upaya memperpendek jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan
efisiensi peranan lembaga tata niaga serta perbaikan sarana transportasi. Dampak
keterlambatan distribusi buah lokal dari produsen ke konsumen membuat
fenomena peredaran buah impor menjadi menjamur di pasaran, fenomena buah
impor dengan harga murah, supply buah yang melimpah, warna dan penampilan
buah impor yang menarik sehingga buah impor tidak kesulitan untuk
memasarkan. Menurut Nurchayati dan Hikmah (2014:29), dengan fenomena
menjamurnya buah impor maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pendistribusian buah lokal yang dapat menjadi
penghambat antara lain :
1. Buah-buahan Indonesia belum dikenal di dunia internasional dan belum
menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
2. Belum berorientasi pada mutu sehingga dalam pengiriman, buah bermutu
baik dicampur dengan buah bermutu jelek, daun, ranting bahkan buah
busuk. Akibatnya 40-60 persen buah rusak dan harus dibuang. Rendahnya
mutu buah lokal terkait erat dengan sistem produksi, sistem panen dan
penanganan pasca panen.
42
3. Sistem produksi buah-buahan di Indonesia umumnya menggunakan sistem
produksi pekarangan dan agroforestry.
Sistem agroforestri adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan
ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.
Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan,
secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam
larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Bentuk agroforestri sederhana yang
paling banyak dibahas di Jawa adalah tumpangsari.13
d. Promosi
Kegiatan promosi mencakup semua alat komunikasi yang dapat
menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Kegiatan promosi dikelompokkan
menjadi lima kelompok umum diantaranya periklanan, promosi penjualan,
hubungan masyarakat (public relation), tenaga penjual dan pemasaran langsung.
Kegiatan promosi dapat berupa suatu bentuk komunikasi pemasaran, sedangkan
komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang menyebarkan informasi,
mempengaruhi, membujuk atau mengingatkan pasar sasaran perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Kegiatan promosi yang dilakukan
untuk memperkenalkan buah lokal telah dilakukan oleh pihak pemerintah yang
bekerja sama dengan pihak swasta dan petani buah. Kegiatan promosi dalam hotel
berbintang di Kawasan Sanur dengan menambahkan sajian buah lokal dalam
13
Kurniatun Hairiah dkk, 10 Mei 2014. “ Sistem Agroforestri Di Indonesia”[Diunduh tanggal 15
Mei 2015]. Sumber:URL:http://worldagroforestry.org/sea/Publications/files/lecturenote/LN0034-
04/LN0034-04-2.pdf/.
43
operasional hotel sehingga kemungkinan besar terserap banyak buah lokal pada
operasional hotel dan penambahan penyajian buah lokal pada event MICE yang
ada pada hotel tersebut.
Kesimpulan dengan adanya bauran pemasaran dapat mengarahkan
perusahaan mencapai sasaran perusahaan yang berupa tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam jangka panjang dan share pasar tertentu. Teori bauran
pemasaran terdiri dari elemen-elemen yang dimiliki perusahaan dalam melakukan
komunikasi dengan konsumen sehingga tujuan dari perusahaan dapat diorganisir
dengan tepat dan efektif sekaligus dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
konsumen. Teori bauran pemasaran sangat terkait dengan penelitian ini adalah
adanya bauran pemasaran dapat diketahui kriteria buah lokal yang diminati pihak
industri pariwisata khususnya hotel bintang lima dari 4P yang terdapat pada teori
bauran pemasaran sehingga membantu memberikan refrensi atau informasi
kepada para petani dan supplier buah dalam menyiapkan buah lokal yang
diperlukan sesuai permintaan hotel.
2.3.2 Sikap Pengambilan Keputusan Konsumen
Konsumen akan melewati beberapa tahapan dalam proses pengambilan
keputusan dalam melakukan pembelian suatu produk. Menurut Suprapti
(2010:264), dalam perilaku konsumen teknik pengambilan keputusan bisa
meliputi beberapa jenis diantaranya :
Keputusan yang satu mempengaruhi keputusan yang lain. Tindakan nya
misalnya keputusan untuk membeli suatu produk atau tidak, apabila
membeli suatu produk maka akan mengarah pada merek produk tersebut,
bila sudah memutuskan membeli maka pembelian akan dihadapkan pada
pilihan saluran untuk membeli kemudian menyangkut pembayaran sehingga
keputusan bisa berpengaruh pada jenis keputusan lainnya.
44
Keputusan membeli konsumen masih berpengaruh pada merek, dalam
pembelian buah lokal kebanyakan konsumen lebih memilih buah lokal yang
memiliki tampilan yang lebih menarik dari segi warna dan buah favorit saat itu.
Buah lokal yang dibandingkan dengan buah impor sangat jauh berbeda, keputusan
konsumen lebih banyak membeli buah impor karena buah impor telah memiliki
merek yang telah dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan dengan membeli
buah impor akan menambah rasa atau status mampu bagi konsumen walaupun
harga buah impor jauh lebih mahal dibandingkan buah lokal. Pengaruh keputusan
konsumen pada umumnya meliputi harga, warna, kesegaran, rasa, aroma, tempat
pembelian dan sebagainya sebagai salah satu acuan perancangan produk.
Konsumen memiliki kebebasan untuk memilih produk yang ditawarkan
berdasarkan kepentingan atribut yang mereka inginkan. Preferensi konsumen
terhadap atribut-atribut produk dapat digunakan sebagai acuan perbaikan dan
pengembangan produk baru. Produk yang disukai konsumen ialah produk yang
dapat memenuhi keinginan konsumen. Karakteristik kualitas produk dapat
diperoleh melalui preferensi konsumen berdasarkan pendekatan konsep atribut
produk. Preferensi akan menjadi dasar seorang konsumen dalam mengambil
keputusan pembelian suatu produk.
Sikap pengambilan keputusan konsumen sangat mempengaruhi banyak
faktor secara eksternal dan internal. Adanya kedua faktor tersebut mempengaruhi
keputusan membeli konsumen dalam memutuskan buah yang akan dibeli. Faktor
eksternal seperti atribut harga menjadi artibut yang paling penting dalam memilih
buah. Konsumen merasa bahwa atribut harga sebagai atribut penting yang menjadi
45
evaluasi konsumen dalam pembelian buah. Buah yang harganya murah dan
terjangkau akan menarik minat konsumen untuk membelinya secara konsisten.
Atribut terpenting kedua yang menjadi evaluasi konsumen dalam membeli buah
adalah kesegaran. Kesegaran yang dimaksud adalah buah yang tidak
dijual/disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga akan mempengaruhi
tingkat kesegaran buah tersebut. Semakin segar buah itu terlihat akan menarik
minat konsumen untuk membelinya.
Atribut terpenting ketiga yang menjadi evaluasi konsumen membeli buah
adalah manfaat bagi kesehatan. Konsumen sangat mementingkan manfaat buah
bagi kesehatan. Buah buahan bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh,
kekebalan tubuh, kecantikan kulit wajah, menyegarkan tubuh, menjadikan wajah
terlihat awet muda, mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit, seperti
penyakit luar maupun penyakit dalam.
Atribut terpenting keempat yang menjadi evaluasi konsumen dalam
membeli buah adalah kemudahan memperoleh. Konsumen mementingkan atribut
kemudahan memperoleh menjadi penilaian terpenting bagi konsumen dalam
membeli buah, yaitu konsumen berharap tempat penjualan buah tidak hanya
terbatas di satu tempat saja.
Atribut terpenting kelima yang menjadi evaluasi konsumen dalam membeli
buah adalah warna. Warna pada buah bukanlah sekedar pembeda jenis antara
buah satu dengan lainnya. Warna buah ternyata merupakan informasi kandungan
nutrisinya. Buah yang memiliki warna tertentu bermanfaat untuk membangun
sistem kekebalan tubuh dengan caranya sendiri.
46
Atribut terpenting terakhir yang menjadi evaluasi konsumen dalam membeli
buah adalah kandungan zat seperti vitamin, mineral dan terbebas dari residu
bahan-bahan kimia yang berbahaya seperti pestisida dan herbisida. Atribut
evaluasi konsumen sangat berpengaruh terhadap daya beli konsumen karena
dewasa ini prilaku konsumsi buah lokal juga dapat menyehatkan tubuh.
Keputusan membeli buah lokal untuk keperluan operasional hotel dari
faktor internal dilihat dari tingkat hunian kamar, banyaknya menu dalam suatu
hotel yang memerlukan buah dan permintaan dari wisatawan. Bagian food and
beverage akan membuat market list yang telah disetujui oleh pihak Chef atau
Food and Beverage Manager yang kemudian diadakan pembelian oleh pihak
purchasing. Permintaan buah lokal pada hotel berbintang lebih dominan
dibandingkan dengan buah impor, permintaan yang tinggi akan konsumsi buah
lokal secara tidak langsung menjadi strategi pembatasan masuknya buah impor di
hotel berbintang. Maraknya konsumsi buah impor lebih dominan pada industri
rumah tangga dimana pemilihan buah impor pada sajian sehari-hari dan saat
melakukan yadnya dianggap menjadi trend dan meningkatkan status keluarga
dianggap mampu. Meningkatnya impor buah menunjukkan tingginya tingkat
konsumsi masyarakat terhadap buah impor akan terjadi kompetisi antara buah
lokal dan buah impor baik dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kompetisi
ini dalam jangka panjang akan mengakibatkan buah impor secara bertahap akan
mengancam petani buah lokal di Indonesia.
Sikap konsumen diharapkan lebih banyak mengkonsumsi buah lokal
dibandingkan dengan buah impor, pasokan buah lokal lebih banyak daripada buah
47
impor dilihat dari masuknya buah lokal ke pasar swalayan hampir setiap hari
dibandingkan dengan masuknya buah impor yang dua sampai tiga kali dalam
seminggu. Penyerapan buah lokal dalam industri pariwisata juga diharapkan lebih
banyak menyerap buah lokal karena industri pariwisata merupakan industri
penghasil devisa terbesar. Konsumen dalam hal ini hotel berbintang merupakan
salah satu komponen penting dalam sistem agribisnis. Tumbuhnya sektor
agribisnis akan ditentukan oleh seberapa besar permintaan konsumen terhadap
produk produk agribisnis. Memahami perilaku konsumen buah-buahan
merupakan informasi pasar yang sangat penting bagi sektor agribisnis. Informasi
ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk merencanakan produksi,
mengembangkan produk dan memasarkan buah-buahan dengan baik.
2.4 Model Penelitian
Dalam model penelitian bertujuan untuk memaparkan kerangka konsep atau
sebuah bagan yang dimulai dari permasalahan, pembahasan dan simpulan berupa
saran selama penelitian ini. Adapun bagan tersebut didukung oleh konsep dan
landasan teori yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menguraikan
permasalahan yang terjadi meliputi jenis buah apa saja yang dipergunakan dalam
operational hotel berbintang kawasan pariwisata Sanur, faktor-faktor yang
mempengaruhi penyajian buah lokal di hotel berbintang dan hambatan yang
dialami pihak hotel dalam penyajian buah lokal. Teknik analisis yang digunakan
dengan analisis presentase faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan buah
lokal dengan analisis kualitatif. Seluruh penjelasan tersebut digambarkan dalam
bagan pada Gambar 2.1.
48
Gambar 2.1. Model Penelitian.
Industri Pariwisata
Sanur
Penyajian Buah Lokal
Konsep
Kawasan Pariwisata
Pengertian Hotel Bebintang
Buah lokal
Teori
Bauran pemasaran
Sikap pengambilan
keputusan konsumen
Faktor-faktor yang menjadi
alasan penyajian buah
lokal
Hambatan yang dialami pihak
hotel dalam penyajian buah lokal
Jenis buah
lokal yang
disajikan
Analisis
Kualitatif
Hasil penelitian
Rekomendasi
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Suharsaputra
(2012:185) menguraikan pentingnya metode kualitatif sebagai berikut :
Landasan filosofis dan metodologis penelitian kualitatif akan mempunyai
dasar keilmuan yang memadai sehingga penelitian kualitatif menjadi lebih
kuat dalam paradigma penelitian.
Penggunaannya penelitian kualitatif dalam penelitian dapat meyakinkan dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bukan sebagai substitusi namun lebih
bersifat komplementer sebagai upaya untuk mencari kebenaran yang amat
kompleks dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptip berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari beberapa sumber dan perilaku yang dapat diamati. Data
yang bersifat kualitatif mendeskripsikan setting penelitian, baik situasi maupun
informasi dari informan/responden dalam bentuk narasi melalui lisan dari
informasi dan dokumentasi yang terjadi di lapangan.
Metode kualitatif disajikan dengan informasi dalam bentuk narasi. Sumber
informasi diperoleh dari wawancara dengan informan, dokumentasi pribadi yang
terjadi di lapangan serta literatur penunjang yang dapat menjawab permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Metode kualitatif dengan cara wawancara
yang dilakukan dengan pihak manajemen hotel melalui Food and Beverage
Department dan Purchasing Department dideskripsikan untuk memberikan
jawaban tentang tanggapan beberapa pihak dalam penyajian buah lokal sehingga
50
dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pihak hotel
menggunakan buah lokal dan hambatan yang dialami oleh pihak hotel dalam
penyajian buah lokal pada hotel berbintang yang menjadi lokasi penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di hotel berbintang klarifikasi hotel berbintang
2 hingga hotel berbintang 5 yang berada kawasan Sanur pada Lampiran 1. Lokasi
yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dimana penentuan lokasi
dilakukan tidak dapat dilakukan secara acak dengan alasan pertimbangan sebagai
berikut :
a. Kawasan Sanur adalah salah satu destinasi wisata yang terkenal dunia
dengan banyaknya wisatawan yang masih memilih Sanur sebagai daerah
tujuan wisata yang dilengkapi dengan fasilitas untuk wisatawan salah
satunya adalah hotel berbintang.
b. Kawasan Sanur memiliki fasilitas hotel berbintang yang masih menggunakan
buah lokal dalam penyajian konsumsi kepada wisatawan sehingga secara
tidak langsung dapat mempromosikan buah lokal yang dimiliki Indonesia.
c. Penyerapan buah lokal masih dipergunakan pada hotel berbintang di kawasan
Sanur. Pemilihan sample hotel berbintang dengan mengadakan survey
lapangan terlebih dahulu dan menetapkan perwakilan hotel berbintang yang
akan menjadi lokasi penelitian.
d. Sumber informasi dari pihak hotel yang lebih terbuka dalam memberikan
informasi, distributor buah dan aparatur desa sangat memudahkan peneliti
51
dalam menggali informasi yang berkaitan dengan permasalahan dalam
penelitian ini.
Pemilihan lokasi penelitian yang mengambil lokasi pada hotel berbintang di
kawasan Sanur dapat diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Hotel Bintang 2, Bintang 3, Bintang 4 Dan Bintang 5
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2013.
Pemilihan lokasi penelitian pada hotel berbintang di kawasan Sanur menurut
observasi awal pada hotel berbintang yang telah ditunjuk sebagai lokasi penelitian
menggunakan buah lokal dalam penyajian kepada wisatawan dalam bentuk olahan
makanan dan campuran minuman dan sumber informan yang sangat membantu
peneliti dalam melengkapi data penelitian. Hotel yang menjadi lokasi penelitian
mengambil salah satu sampel hotel berbintang yang ada di kawasan Sanur.
Gambaran umum hotel berbintang diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
3.2.1 Inna Grand Bali Beach Hotel
Inna Grand Bali Beach Hotel adalah salah satu hotel bintang lima di
kawasan pariwisata Sanur yang didirikan pada 1966 memiliki 574 kamar dengan 3
jenis akomodasi antara lain: 111 kamar Cottages, 208 kamar dari 4 blok bangunan
Nama Hotel Klasifikasi
Inna Grand Bali Beach Hotel 5
Prama Sanur Beach Hotel 5
Sanur Paradise Plaza Hotel 4
Mercure Hotel 4
Segara Village Hotel 3
Tandjung Sari Hotel 3
Griya Santrian Hotel 2
52
dua lantai dan 255 kamar dari sepuluh lantai menara sayap termasuk Presiden
Suite dan 24 Kamar Suite Eksekutif. Pihak hotel menggunakan buah lokal untuk
campuran cocktail dan fresh juice diseluruh outlet restauran dan bar, untuk dessert
dan penyerapan buah lokal paling banyak digunakan saat event. Hotel Inna Grand
Bali Beach dikenal banyak perusahaan untuk hotel MICE (Meeting, Incentive,
Conference and Exebition), kegiatan MICE diantaranya wisuda, table manner,
wedding¸birthday party dll.
3.2.2 Prama Sanur Beach Hotel
Nama Prama Sanur Beach Hotel terdengar asing bagi beberapa kalangan
masyarakat. Prama Sanur Beach masih dibawah management terdahulu yakni
Aerowisata, dimana sebelum Prama Sanur Beach telah branding nama baru
dimana hotel yang sebelumnya dengan nama Aerowisata Sanur Beach Hotel.
Hotel ini mempergunakan buah lokal untuk sarana fruit basket diseluruh kamar
check in, special fruit basket untuk VIP Guest seperti tamu yang menginap di pool
villa, VIP Guest dari Garuda Airlines dan tamu pemerintahan yang menginap
dihotel selama event. Sajian Fruit cutting untuk buffet juga menggunakan buah
lokal yang diadakan 3 kali seminggu serta cocktail party untuk repeater guest.
3.2.3 Sanur Paradise Plaza Hotel
Sanur Paradise Plaza Hotel adalah hotel dengan arsitektur bali khusus yang
memiliki 329 kamar, termasuk suites room yang luas dan beberapa kamar dengan
penataan kebun yang hijau. Sanur Paradise Plaza Hotel memiliki Convention
Center terbesar dibandingkan hotel lain yang ada di Bali dengan 13 ruang
konferensi dan ruang pertemuan dengan kapasitas hingga 2000 orang pada waktu
53
yang bersamaan. Kegiatan MICE yang terjadi di hotel ini sangat membantu
penyerapan buah lokal untuk item buffet diantaranya untuk salad, garnish dan
dessert. Penyajian buah lokal dalam operasional hotel untuk fruit basket dan
campuran welcome drink.
3.2.4 Mercure Hotel
Mercure Resort Sanur adalah sebuah resort yang memiliki desain arsitektur
yang khas dengan bergaya tradisional dengan taman tropis dan beratap jerami.
Lokasi hotel ini menghadap ke sebuah pantai yang tenang dan nyaman. Jumlah
kamar dengan total 189 kamar dibagi menjadi 3 tipe kamar yaitu Superior, Deluxe
dan Deluxe Family. Penyajian buah lokal di hotel hanya untuk fruit basket dan
dessert.
3.2.5 Segara Village Hotel
Segara Village Hotel memiliki 117 kamar bergaya Bali. Semua kamar
memiliki balkon pribadi yang menampilkan pemandangan taman atau kolam
renang. Para tamu dapat menikmati sarapan mereka dengan pemandangan
matahari terbit di The Beach Restaurant. Hotel ini juga menyediakan 3 kolam
renang dan Layanan Wisata pasar lokal berdasarkan permintaan. Pengenalan buah
lokal dapat disajikan pada fruit basket, dessert dan sajian buffet untuk event yang
dilakukan 2 kali seminggu. Manajemen hotel mempunyai strategi dalam
memperkenalkan buah lokal dilakukan dengan adanya program market tour untuk
tamu yang menginap di hotel.
54
3.2.6 Tandjung Sari Hotel
Tandjung Sari Hotel adalah hotel butik Bali terletak di Sanur, Bali sebagai
pelopor hotel butik di Asia Tenggara. Hotel ini memiliki 28 bungalows. Penyajian
buah lokal dengan sajian saat daily breakfast, campuran minuman dan display
buah lokal di Bar. Pemanfaatan buah lokal oleh pihak hotel pada umumnya untuk
campuran cocktail dan fresh juice diseluruh outlet restauran dan bar, untuk dessert
dan penyerapan buah lokal paling banyak digunakan saat event seperti MICE
(Meeting, Incentive, Conference and Exebition), kegiatan MICE diantaranya
wisuda, table manner, wedding¸birthday party dll.
Faktor yang mempengaruhi keputusan penyajian buah lokal di hotel
berbintang dengan alasan dari manajemen dapat menekan biaya impor buah dari
luar Indonesia, memperkenalkan buah lokal kepada wisatawan dalam pengemasan
yang berbeda di masing-masing hotel serta secara tidak langsung dapat membantu
sektor pertanian buah.
3.2.7 Griya Santrian Hotel
Griya Santrian Hotel berlokasi di Jl. Danau Tamblingan 47, Denpasar,
Sanur, Bali. Penyerapan buah lokal yang terjadi hotel dengan penyajian fruit
basket, campuran dalam membuat dessert, welcome drink, item dalam buffet dan
penyajian dalam daily breakfast. Hotel mengadakan pengenalan buah lokal
kepada wisatawan dengan mengajak wisatawan untuk ikut membuat gebogan
pada event palace touring yang dilakukan setiap hari Sabtu (saat hight season atau
saat banyak repeater guest menginap di hotel) serta adanya market tour dalam
bagian event cooking class yang dilakukan di hotel.
55
Hotel berbintang yang telah dipilih sebagai lokasi penelitian menggunakan buah
lokal yang lebih banyak dibandingkan dengan buah impor. Penyajian buah lokal
pada sajian breakfast, dessert dan buah potong dalam event-event yang
diselenggarakan di hotel tersebut.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dinyatakan dalam hasil dinarasikan/ diuraikan. Mengingat pentingnya data sebagai
bahan baku analisis dan pengambilan keputusan, maka data yang benar
merupakan kebutuhan yang mutlak. Metode pengumpulan data menunjukkan
cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh data yang diperlukan. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data primer dan data
sekunder yang dapat diuraikan sebagai berikut :
3.3.1 Jenis Data
1) Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data dalam bentu kata-kata, kalimat, narasi, uraian
dan berbagai bentuk pemahaman lainnya. Data yang relevan dengan
penelitian ini didapat melalui tahapan wawancara yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah mengenai penyajian buah
lokal dan hambatan yang dialami oleh pihak hotel saat penyajian buah lokal
pada Hotel Berbintang Kawasan Sanur.
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa statistik, bagan serta pengukuran yang digunakan
dalam penelitian ini. Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa angka-
56
angka meliputi produksi buah lokal, data presentase untuk menentukan
faktor dominan dan data lain yang terkait dalam penelitian ini.
3.3.2 Sumber Data
1) Data Primer
Menurut Sugiarto dkk (2001;16), data primer merupakan data yang didapat
dari sumber pertama baik dari indivdu atau perorangan melalui wawancara atau
pengisian kuesioner yang dilakukan peneliti. Data yang dimaksudkan secara
khusus dapat menyelesaikan permasalahan dalam penelitian yang bersumber dari
observasi dan wawancara mendalam dengan informan atau pihak yang
berkompeten dalam suatu permasalahan dari pihak manajemen hotel melalui Food
and Beverage Manager, Executive Chef dan Purchasing Manager dan supplier
buah ke hotel serta penyebaran kuesioner yang diisi oleh staff hotel (purchasing
dan food and beverage department) sebanyak 80 responden.
2) Data Sekunder
Data tambahan yang dipergunakan sebagai pelengkap dalam menyelesaikan
permasalahan yang diteliti. Menutur Sugiarto (2001:19), metode pengumpulan
data sekunder sering disebut metode penggunaan bahan dokumen, karena dalam
hal ini peneliti tidak langsung mengambil data sendiri tetapi meneliti dan
memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkn oleh pihak lain. Sumber data
sekunder (teori, data dan informasi) adalah buku-buku, dokumen-dokumen,
internet, dan media cetak. Data ini menyangkut dokumen yang terkait seperti dari
Dinas Pariwisata Bali, literatur, artikel, jurnal dan situs internet yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penelitian ini.
57
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama (human instrument)
sehingga mutu dan validitas data yang dikumpulkan sangat tergantung pada
bagaimana proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Pengertian
instrument dikemukan oleh Suharsimi (2000:134) sebagai berikut :
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian adalah alat bantu yang dipilih
dan dipergunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pengumpulan
data dapat dilakukan secara sistematis dan mempermudah peneliti.
Penelitian ini mengggunakan alat/ instrumen berupa pedoman wawancara
langsung, alat tulis dan catatan, kamera, kuesioner yang nantinya diisi sebagai
tambahan informasi tertulis dari responden. Instrumen penelitian memiliki
substansi yang benar-benar menggali informasi yang diperlukan peneliti. Hal ini
dikemukakan oleh Suryabrata (2008:52) yaitu :
Peneliti menggunakan instrumen berupa alat yang dipergunakan merekam
informasi sehingga memudahkan membuat narasi untuk penelitian
kualitatif. Instrumen penelitian dipakai untuk menjembatani antara subjek
dan objek yang disusun berdasarkan penjabaran konsep yang dipergunakan
mengumpulkan data.
Instrumen dalam penelitian ini sangat membantu dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Instrumen penelitian berupa
informasi yang diperoleh di hotel berbintang Kawasan Sanur melalui kuesioner
akan di narasikan berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif dimana pengumpulan data
dideskripsikan sehingga informasi yang didapat diolah melalui kata-kata. Metode
58
pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara,
dokumentasi, kuesioner dan test tulis.
Metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
3.5.1 Observasi
Observasi berarti memperhatikan secara langsung dengan penuh perhatian
atau dengan kata lain mengamati secara langsung obyek yang ingin diteliti.
Kegiatan observasi dilakukan dengan datang langsung ke lokasi penelitian dengan
pengamatan langsung, mencari data serta merekam kegiatan yang terjadi.
Observasi bertujuan untuk mencari data dengan datang langsung dan dapat
mengambil kesimpulan atau diagnosis terhadap fenomena yang terjadi di lokasi
penelitian. Tahap observasi menurut Suharsaputra (2012:211) yaitu:
Metode observasi dapat digunakan dalam pengumpulan data deskripsi
dimana cara pengumpulan data ini dapat dilakukan langsung oleh peneliti
secara langsung dapat melihat suatu kegiatan secara rinci, dengan
mengamati setting lingkungan yang ada dimana terjadinya kegiatan
sehingga pemahaman akan situasi akan lebih komprehensif.
Dalam menggali data atau informasi dari pelaksanaan observasi bertujuan
agar peneliti berfokus pada masalah yang diteliti dan dapat berpartisipasi dalam
kegiatan yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi yang dilakukan peneliti
dengan mengunjungi langsung hotel berbintang yang ada di Kawasan Pariwisata
Sanur. Tahapan observasi langsung melalui kegiatan peneliti membuat catatan
lapangan, dimana catatan lapangan ini mendeskripsikan kejadian yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penelitian ini. Catatan lapangan memudahkan
59
peneliti dalam menemukan informasi secara mudah mengenai suatu kejadian unik,
fenomena dilapangan dan memudahkan melakukan katagori kejadian yang
diamati secara kronologis yang nantinya memudahkan dalam analisis data.
Manfaat dari observasi bagi peneliti akan lebih mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial dan akan diperoleh pengalaman langsung,
sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini
membuka kemungkinan penemuan atau discovery. Metode Observasi membantu
peneliti untuk memutuskan hotel berbintang yang menjadi lokasi penelitian.
3.5.2 Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dari percakapan dua
belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan wawancara
berupa pertanyaan dan sumber informasi (informan). Kegiatan wawancara terjadi
dengan cara pertukaran informasi atau ide melalui tanya jawab untuk menemukan
permasalahan yang lebih terbuka dan menemukan solusi untuk permasalahan yang
terjadi. Informan dari pihak manajemen hotel melalui Food and Beverage
Manager, Executive Chef, Purchasing Manager dan supplier buah ke hotel
Penelitian ini mengguanakan wawancara bertujuan untuk memahami
perspektif orang lain tentang permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
Pendapat orang lain pada penelitian terfokus pada menggunakan panduan
wawancara terstrukur dan panduan wawancara tidak berstruktur. Paduan
wawancara berstruktur dimaksudkan untuk memudahkan peneliti melakukan
wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya,
60
sehingga informan dapat memberikan jawaban sesuai urutan pertanyaan yang
diajukan peneliti. Wawancara tidak berstruktur digunakan pada saat terjadi
wawancara yang bersifat terbuka sehingga memberi kesempatan pada responden
leluasa mengekspresikan jawabannya. Kedua teknik wawancara ini didukung oleh
pencatatan hasil wawancara, jawaban wawancara yg diisi responden dan media
perekam yang digunakan peneliti untuk menyimpan hasil wawancara.
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi dalam teknik pengumpulan data dianggap penting karena
dalam dokumentasi dapat menampilkan rekaman kejadian masa lalu yang
melatarbelakangi suatu kejadian atau aktivitas tertentu. Dokumentasi merupakan
sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber
tertulis, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan
informasi bagi proses penelitian. Sarana dokumentasi merupakan pelengkap dari
penyajian metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Penelitian ini, sumber dokumentasi menggunakan tesis mahasiswa, jurnal
kampus, artikel koran dan majalah, sumber internet dan informasi berupa memo
dari hotel tentang pemanfaatan buah lokal.
3.5.4 Kuesioner
Pertanyaan dalam kuesioner dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Menurut Sukandarrumidi (2006:78),
Pertanyaan tertutup mencakup pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah
disediakan jawaban pilihan sehingga responden tinggal memilih salah satu dari
jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang
61
dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat
bebas/terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat/pandangan dan
pengetahuannya.
Pada dasarnya isi kuesioner menurut Mas’ud (2012:57) terdiri dari 3 bagian
diantaranya :
1. Pertanyaan tentang identitas responden (unsur demographic items) seperti
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama masa kerja dan unit kerja atau
jabatan.
2. Pertanyaan tentang pengalaman perilaku responden.
3. Pertanyaan tentang sikap, pendapat atau persepsi responden.
Kuesioner mengandung pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan dengan
menyediakan pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih satu dari
jawaban yang telah disediakan. Untuk mendapatkan kerjasama dan informasi
yang lebih banyak kadang-kadang diperlukan dukungan dari orang-orang yang
penting yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Menurut Sukandarrumidi
(2006:85), disarankan sebelum kuesioner dikirim kepada responden yang
sesungguhnya akan lebih baik kalau diadakan percobaan (tryout). Tryout
dilakukan dengan meminta bantuan teman dekat untuk mencermati adakah hal-hal
yang kurang dimengerti dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Penelitian ini menggunakan beberapa pertanyaan yang disusun dengan
memberikan pilihan jawaban yang dapat diberi tanda silang (X) pada kolom yang
tersedia dengan memilih Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Ragu-Ragu/Netral,
Setuju dan Sangat Setuju pada Lampiran 2. Menurut Sukandarrumidi (2006:54)
62
mengutip Teori Baiky (1982) mengemukakan bahwa untuk penelitian yang
menggunakan analisis data maka jumlah sampel paling sedikit adalah 30,
walaupun diakui juga bahwa banyak penelitian menganggap jumlah sampel
sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Kuesioner tersebar pada 7 hotel
berbintang di Kawasan Sanur dengan jumlah sampel 80 responden yang diisi oleh
Bagian Food and Beverage (Restaurant Manager, Supervisor, Senior
Waiter/Waitress dan Sous Chef) dan Bagian Purchasing (Supervisor, Store, Cost
Controll dan Receiving). Sistem uji kuesioner tahap awal dengan 30 responden
yang mewakili lokasi penelitian telah melakukan uji validitas dan reabilitas.
Instrument penelitian akan diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya kepada 30
orang terdekat sebelum disebarkan kuesioner kepada pihak yang berkompeten
untuk mengisi kuesioner. Menurut Sugiyono (2007:173), dengan menggunakan
instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka diharapkan
hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Instrument yang valid dan
reliabel merupakan syarat muntlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid
dan reliabel. Pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini ada pada
Lampiran 6.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan observasi ke
lapangan secara langsung serta ditunjang oleh dokumentasi dan literatur yang
berkaitan dengan penelitikan ini. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian
berlangsung dengan maksud-maksud menguji kebenaran, kekokohan dan
63
kecocokannya yang merupakan validitasnya. Penelitian mempunyai tahapan
dalam analisis data sebagai berikut :
1. Tahapan Perencanaan Kegiatan.
Proses perencanaan meliputi peneliti melakukan survey awal ke hotel
berbintang di kawasan Sanur yang memanfaatkan buah lokal dalam penyajian
sehari-hari kepada wisatawan serta penyebaran kuesioner dengan pemberian skor
menggunakan skala likert untuk manajemen hotel untuk menjawab faktor yang
mempengaruhi penyajian buah lokal. Bagian tahap perencanaan kegiatan dengan
mempersiapkan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner dan wawancara
mendalam, mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan informan (FBM, Executive Chef dan Purchasing Manager).
2. Tahap Pengolahan Hasil Penelitian
Tahapan pengolahan hasil data didapatkan setelah peneliti mengadakan
penelitian di lapangan. Pengolahan data dibantu dengan hasil pengamatan maupun
literatur buku- buku, jurnal, sumber internet dan memo hotel tentang pemanfaatan
buah lokal kemudian dihubungkan dengan masalah pokok penelitian untuk
menjawab rumusan masalah jenis buah yang disajikan dalam operasional hotel,
faktor yang mempengaruhi alasan pihak hotel dalam menggunakan buah lokal dan
hambatan yang dialami pihak hotel dalam penyajian buah lokal pada hotel
berbintang kawasan Sanur.
3. Tahap Analisis
Tahapan rangkaian analisis tersebut kemudian dapat ditarik kesimpulan
untuk menjawab permasalahan buah lokal yang dominan disajikan dalam
64
operational hotel, faktor yang mempengaruhi penyajian buah lokal pada hotel
berbintang di Kawasan Sanur dan menjawab hambatan yang dialami pihak hotel
dalam penyajian buah lokal tersebut. Tujuan dari penelitian ini dapat membantu
memaksimalkan penyerapan buah lokal pada industri pariwisata khususnya hotel
berbintang di Kawasan Pariwisata Sanur.
Tahap analisis faktor dengan hasil presentase yang menjadi alasan penyajian
buah lokal pada hotel berbintang dengan penelitian menggunakan populasi Hotel
Bintang 2, 3, 4 dan 5 yang berada di kawasan Sanur. Sample dalam penelitian ini
hotel berbintang yang menggunakan buah lokal dalam operational yang berada
dikawasan Sanur adapun hotel yang menjadi lokasi penelitian meliputi Inna Grand
Bali Beach, Prama Sanur Beach, Sanur Paradise Plaza Hotel, Mercure Hotel,
Segara Village Hotel, Tandjung Sari dan Griya Santrian.
3.7 Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data menggunakan teknik gabungan antara informal
dan formal. Teknik penyajian informal adalah penyajian hasil analisis dengan cara
naratif, sedangkan teknik penyajian formal adalah penyajian hasil analisis dalam
bentuk foto, gambar, bagan, peta, dan tabel, pemuatan foto, gambar, bagan, peta,
dan tabel sebagai teknik penyajian formal diperlukan untuk memperkuat deskripsi
atau narasi dari sajian informal atau sebaliknya. Dominasi dari penyajian hasil
analisis data penelitian ini adalah melalui teknik informal.
Secara struktural penyajian hasil data penelitian ini dapat dibagi kedalam
beberapa sub bab antara lain BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. BAB II membahas
65
tentang Kajian Pustaka mengenai penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan
refrensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Bagian lain dalam bab ini adalah
konsep dan hipotesis, landasan teori, model penelitian. BAB III tentang metode
penelitian meliputi rancangan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil
analisis data. BAB IV menguraikan tentang hasil dan pembahasan dalam
penelitian ini. BAB V meliputi simpulan dan saran dari hasil penelitian ini yang
berupa simpulan dari pembahasan dan saran yang dapat menjadi rekomendasi
dalam memaksimalkan penyajian buah lokal di hotel berbintang di kawasan
pariwisata Sanur.
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Metode pengumpulan data penelitian salah satunya menggunakan
kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan oleh 80 responden yang tersebar pada 7
hotel berbintang di Kawasan Pariwisata Sanur. Informasi dari kuesioner yang
disebarkan memiliki 3 aspek tentang karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, lama bekerja dan latar belakang pendidikan. Ketiga aspek tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.
Jumlah responden yang diteliti dengan total 80 responden dilihat dari aspek
jenis kelamin dimana responden laki-laki dengan total 58 orang atau 72,5%
sedangkan perempuan dengan total 22 orang atau 27,5%. Penelitian ini
menunjukkan lebih dari 50% responden adalah laki-laki, hal ini dikarenakan laki-
laki lebih dominan menduduki jabatan department head/manager dibandingkan
perempuan. Umumnya, perempuan lebih banyak ada pada posisi frontliner dalam
memberikan service/pelayanan kepada tamu. Data ini sesuai dengan yang
tercantum pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin
Nomor
Jenis
Kelamin
Jumlah Jumlah
(Orang) (%)
1 Laki-laki 58 72.5
2 Perempuan 22 27.5
Total 80 100
Sumber : Hasil Penelitian 2015.
67
Jumlah responden dari aspek kedua dari lama bekerja lebih dominan selama
5-10 tahun dan 10-20 tahun atau sebanyak masing-masing 23 orang dengan
persentase 28,75% dan masa kerja 20-30 tahun sebanyak 19 orang dengan
persentase 23,75%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan hotel
dengan masa bekerja 5-20 tahun telah ada pada posisi Manager atau bidang yang
berpotensi untuk mengambil keputusan dalam operasional hotel. Untuk masa
kerja 0-5 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 16,25% dianggap perlu
pengalaman masa kerja yang lebih banyak untuk mengasah keahlian yang
dimiliki. Data ini sesuai dengan Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Jumlah Responden Menurut Lama Bekerja
Nomor
Lama Kerja Jumlah Jumlah
(Tahun) (Orang) (%)
1 0-5 13 16.25
2 5-10 23 28.75
3 10-20 23 28.75
4 20-30 19 23.75
5 <30 2 2.5
Total 80 100
Sumber : Hasil Penelitian 2015.
Jumlah responden dari aspek ketiga dari tingkat latar belakang pendidikan
menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan Diploma mendominasi
55% dengan jumlah responden 44 orang, tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 19
orang dengan persentase 23,75% dan tingkat SMA/SMK sebanyak 17 orang
dengan persentase 21,25%. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
Diploma dan Sarjana mendominasi untuk level Manager yang dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
68
Tabel 4.3
Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Nomor
Tingkat
Pendidikan Katagori
Jumlah Jumlah
(Orang) (%)
1 SMA/SMK Rendah 17 21.25
2 Diploma Menengah 44 55.00
3 Sarjana Tinggi 19 23.75
Total
80 100
Sumber : Hasil Penelitian 2015.
4.2 Buah Lokal yang Dominan disajikan pada Operasional Hotel.
Indonesia mempunyai jenis buah-buahan tropis yang sudah cukup dikenal di
dunia banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan maupun devisa.
Buah-buahan mengandung kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein, dan serat.
Keanekaragaman buah lokal mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri
seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna atau bentuk yang
mengandung nilai estetika.
Pola konsumsi buah pada dasarnya dapat dibagi menjadi lima. Pertama
adalah konsumsi rumah tangga atau table fruits yang berarti buah tersebut
dikonsumsi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Buah yang dikonsumsi
sehari-hari lebih banyak dikonsumsi buah yang ada dipasaran yang tidak
bergantung pada musim. Konsumsi terbesar kedua adalah konsumsi industri
seperti kebutuhan produksi jus, minuman ringan dan lainnya. Produk tersebut
adalah jeruk mangga, jambu, apel dan tomat dengan jumlah 30% dari total
permintaan buah. Posisi ketiga adalah konsumsi hotel, restoran ataupun katering
yang didominasi pepaya, pisang, semangka, melon, nanas dan alpokat. Pola
konsumsi ini memegang 20% total permintaan buah. Pola keempat adalah
69
konsumsi musiman/ eksotik seperti durian, mangga, buah naga, sawo dan
rambutan. Kebutuhan ini mencakup kurang dari 10%. Bagian terakhir, buah
diproduksi untuk ekspor seperti manggis, nanas, mangga dan rambutan. Buah
lokal yang akan di ekspor terlebih dahulu melalui tahapan sortasi dan pengemasan
yang sesuai dengan standar kemana buah akan dikirim.14
Buah-buahan lokal sebenarnya sangat populer jika dilihat secara
keseluruhan dalam lima aspek tersebut. Buah lokal Indonesia memiliki keunikan
dari testur dan rasa sehingga buah-buahan lokal popular menjadikan buah lokal
Indonesia dominan sebagai komoditas ekspor dan diserap dalam industri
pariwisata. Konsumsi buah lokal menjadi meningkat ketika masuknya buah impor
yang mengandung bakteri berbahaya. Untuk menekan serbuan impor komoditas
buah-buahan sejak 2012 pemerintah memperketat aturan melalui pintu masuk
maupun persyaratan buah-buahan impor masuk Indonesia. Sejak aturan ditetapkan
dilaporkan impor buah menurun hingga 52%. 15
Salah satu konsumsi buah lokal melalui bentuk promosi buah lokal salah
satunya pada penyajian buah lokal pada hotel berbintang Kawasan Sanur. Inovasi
yang dilakukan oleh bagian food and beverage dengan cara menyajikan buah
lokal pada operasional sehari-hari dalam bentuk sajian makanan dan minuman.
14 Ellyzar Zachra. 4 Juli 2011. ”Masalah kelam buah lokal”.[Diunduh tanggal 17 April 2015].
Sumber:URL:http://swa.co.id/listed-articles/bayu-krisnamurthi-beberkan-masalah-kelam-buah-
lokal/.
15 Khudori.5 Februari 2015.”Memberdayakan Buah Lokal”. Metro News Online. [Diunduh tanggal
1April2015].Sumber:URL:http://news.metrotvnews.com/read/2015/02/05/354509/memberdayakan
-buah lokal/.
70
Variasi buah lokal yang disajikan adalah buah lokal yang tidak bergantung
pada musim seperti pisang, semangka, melon, nangka, nanas, jeruk, dan papaya.
Buah lokal musiman seperti salak, markisa, manggis, rambutan, mangga, dan
buah naga. Buah lokal yang bergantung pada musim disajikan saat kegiatan
tertentu seperti display seasonal fruit saat breakfast, special drink dan sesuai
permintaan tamu selama buah tersebut ada pada saat musim nya.
Buah lokal yang tidak bergantung pada musim dominan disajikan
dibandingkan dengan buah lokal musiman, hal ini karena buah yang tidak
bergantung pada musim mudah dijumpai di pasaran setiap saat dan harga buah
yang pada umumnya stabil. Buah lokal yang bergantung pada musim hanya
disajikan oleh pihak hotel saat musim buah tersebut, apabila tidak pada musimnya
maka buah tersebut ada di pasaran dengan harga tinggi dan kualitas yang berbeda
dengan yang ada saat musimnya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa buah lokal sangat
diminati oleh pengelola hotel dalam penyajian makanan dan minuman kepada
wisatawan. Keunikan buah lokal yang dimiliki Indonesia menjadi daya tarik
wisatawan untuk menikmati hasil pertanian Indonesia. Hasil pertanian yang
memiliki dua musim tidak berpengaruh banyak terhadap penyajian operasional
hotel, hal ini dikarenakan inovasi hotel dalam mengolah buah lokal yang
bervariasi sehingga sajian yang disuguhkan kepada wisatawan tidak hanya berupa
fresh fruit. Penyajian buah lokal yang mendominasi dalam operasional hotel
menurut Chef Japa dari Inna Grand Bali Beach Hotel adalah:
Buah lokal yang disajikan dalam operasional hotel akan memberikan
kesempatan memperkenalkan hasil alam berupa buah-buahan lokal yang
71
juga harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan buah impor.
Kelebihan lainnya, buah lokal mempunyai tingkat kesegaran yang lebih baik
dan kemungkinan rendah mengandung zat pengawet karena tidak melalui
proses perjalanan panjang (wawancara tanggal 10 Februari 2015).
Hotel berbintang di kawasan Sanur menggunakan hampir 100% buah lokal
dalam penyajian sehari-hari, salah satunya hotel Inna Grand Bali Beach Hotel
yang memiliki 574 kamar dan fasilitas MICE dengan banyak ruangan. Penyerapan
buah lokal biasanya terjadi pada saat penyajian buffet breakfast dan event banquet
yang berlangsung. Kegiatan MICE yang cukup tinggi pada Inna Grand Bali Beach
Hotel menyajikan buah lokal dalam bentuk buah potong yang memenuhi
standarisasi dimana buah harus fresh/segar, rasanya manis, sudah matang dan
berwarna cerah. Buah lokal yang fresh dengan harga yang murah sangat
membantu pihak hotel dalam menyajikan buah lokal dalam porsi yang banyak.
Kelebihan yang dimiliki buah lokal membantu pihak hotel dalam mengolah
makanan, pihak hotel biasanya mengolah buah lokal dengan menambahkan
kedalam menu yang dimiliki restaurant sehingga dapat secara tidak langsung
memperkenalkan buah lokal yang dimiliki Indonesia. Buah lokal yang dihasilkan
Indonesia dapat diolah secara langsung karena memiliki alur distribusi pendek
sehingga menjamin kesegaran buah dan memiliki kadar pengawet yang rendah
dibandingkan buah impor. Alur distribusi yang pendek dan promosi buah lokal
mengakibatkan buah lokal dapat diserap dalam industri pariwisata.
Penyajian buah lokal dalam operasional sangat membantu promosi kepada
wisatawan yang diolah menjadi produk makanan dan minuman diantaranya :
72
1. Appetizer dan dessert
Appetizer atau makanan pembuka terdiri dari makanan pembuka yang
disajikan untuk menggugah selera makan. Penyajian buah lokal untuk jenis
appetizer dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu hot appetizer dan cold appetizer.
Menurut Riyadi, dkk (2011:22), pengolahan buah lokal untuk sajian cold
appetizer pada umumnya terdapat pada fruit cocktail, fruit juice dan fruit slice.
Gambar 5.1
Foto Menu Cold Appetizer Hotel Griya Santrian
Penyajian buah lokal selain pada appetizer juga terdapat pada dessert.
Menurut Riyadi, dkk (2012:28), dessert atau makanan penutup biasanya ada pada
tampilan menu setelah main course. Dessert atau makanan penutup biasanya
terdiri dari makanan manis seperti crepes, ice cream, fruit slices dll. Penyajian
buah lokal untuk appetizer maupun dessert disajikan pada buffet breakfast.
Menurut Sudarnata dari Prama Sanur Beach Hotel memaparkan:
Buah lokal paling banyak disajikan saat breakfast karena pada umumnya
hotel menawarkan harga room include breakfast yang mengharuskan pihak
73
FB menyediakan pasokan buah yang lebih banyak dibandingkan dengan
regular buffet event (wawancara tanggal 5 Januari 2015).
Penyajian buah lokal pada Prama Sanur Beach Hotel lebih banyak terserap pada
penyajian buffet breakfast karena pada umumnya harga kamar yang ditawarkan
hotel include breakfast. Penyerapan buah lokal dapat dihitung apabila kamar terisi
full occoupancy akan memerlukan buah lokal dalam jumlah yang cukup banyak
dibandingkan regular event yang menyajikan menu buffet.
Penyajian buah lokal yang bervariasi dalam meja buffet dapat mengundang
wisatawan untuk mencicipinya. Tampilan buffet dengan membuat stand khusus
seasonal fruit yang banyak menarik minat wisatawan. Hal tersebut dipaparkan
oleh Chef Asep dari Segara Village Hotel :
Seasonal fruit stand pada breakfast buffet dapat menarik wisatawan untuk
mencoba buah lokal Indonesia. Seasional fruit biasanya menjadi daya tarik
wisatawan dengan display yang menarik sesuai dengan musim buah tersebut
misalnya rambutan, mangga, duku, salak dan jeruk Bali. Daya tarik
wisatawan ini juga menguntungkan pihak hotel apabila ada wisatawan yang
menginap akan membeli paket breakfast buffet dimana sebelumnya mereka
hanya dapat fasilitas kamar dengan ala carte breakfast (wawancara 11
Februari 2015).
Tata letak buah lokal dalam set buffet dengan membuatkan stand khusus akan
banyak menarik wisatawan untuk mencoba menikmati produk lokal. Inovasi dan
kreativitas dari Food and Beverages Department dalam mengemas buah lokal
untuk disajikan kepada wisatawan sangat membantu penyerapan buah lokal dalam
bentuk sajian buffet dengan konsumsi tinggi dibandingkan sebagai campuran pada
menu lunch maupun dinner.
74
2. Fruit Basket
Penyajian buah lokal dalam bentuk fruit basket paling banyak disajikan
pada hotel berbintang di Kawasan Pariwisata Sanur. Fruit basket biasa disajikan
pada tamu yang check in, tamu VIP, tamu VVIP dan terkadang beberapa hotel
memiliki aturan dalam menyajikan fruit basket. Menurut Bapak Sudinata dari
Prama Sanur Beach menjelaskan sebagai berikut :
Penyajian buah lokal untuk fruit basket dipilihkan dari buah lokal yang
sesuai musim pada saat itu yang disajikan dengan menyelipkan welcome
card saat delivery fruit basket. Team food and beverage akan menyajikan
fruit basket untuk kamar Expected Arrival dengan melampirkan request
dari Guest Relation Officer (GRO) dimana fruit basket yang disajikan
berbeda sesuai dengan tipe kamar (wawancara 5 Januari 2015).
Penyajian fruit basket masing-masing hotel berbintang di kawasan Sanur memiliki
cirri khas yang berbeda-beda. Fruit basket disajikan untuk semua tamu yang
check in, repeater guest, tamu VIP dan tamu penting lainnya dengan penyajian
yang berbeda contohnya Inna Grand Bali Beach menyajikan fruit basket untuk
tamu check in terdiri dari 1 small fruit basket (4 pcs pisang emas, 1 pcs buah
salak, 1 pcs buah jeruk, 1 pcs buah markisa), buah yang bergantung pada musim
akan digantikan dengan buah yang tidak bergantung pada musim yang ada
dipasaran. Salah satu contoh memo dari GRO dan check list delivery dari Prama
Sanur Beach Hotel disajikan pada Lampiran 7 .
75
Gambar 5.2
Foto Penyajian fruit basket pada Hotel Griya Santrian
Penyajian fruit basket dengan menggunakan buah lokal secara tidak
langsung dapat memperkenalkan hasil produksi Indonesia sebagai konsumsi
wisatawan. Terserapnya buah lokal diharapkan paling banyak terserap pada sektor
pariwisata yang sedang berkembang dengan buah lokal yang dimiliki Indonesia
dengan tampilan yang unik yang dapat disajikan dengan menggabungkan
beberapa buah lokal dalam 1 piring sajian atau menggunakan buah yang sama
dalam 1 piring sajian. Selain dari nilai estetika, harga buah lokal juga menjadi
pertimbangan cost saat penyajian fruit basket, hal ini disebabkan akan ada alokasi
potongan biaya harga kamar untuk penyajian fruit basket. Adapun contoh cost
penyajian fruit basket pada Lampiran 7.
3. Welcome drink dan juices
Penyajian buah lokal tidak hanya disajikan dalam bentuk fresh fruit tetapi
disajikan juga dalam bentuk welcome drink dengan mengolah buah lokal yang
dicampurkan dengan minuman lain. Welcome drink disajikan pada saat tamu
check in oleh Reception. Olahan buah lokal lainnya disajikan dalam bentuk juice
76
seperti fresh juice dan healty juice dimana komposisi lebih banyak menggunakan
buah lokal dibandingkan dengan sirup buah. Salah satu welcome drink yang
disajikan oleh Hotel Griya Santrian adalah mix mint berry dengan komposisi
raspberry, mint, sirup gula, minuman soda (sprite) dan ice cube. Selain penyajian
dalam bentuk juice juga terdapat pada drinklist dimana masing-masing hotel
menyajikan dengan mengelompokkan kedalam fresh juice atau healty juice. Juice
biasanya terdiri dari satu atau beberapa buah yang diolah dan menu dengan olahan
beberapa buah biasa disebut mix juices.
4. Fruit Carving
Fruit curving atau seni mengukir buah biasanya menggunakan buah lokal
seperti papaya, semangka, nanas dan melon. Penyajian fruit carving tidak
sebanyak menggunakan buah lokal dalam sajian breakfast. Fruit carving biasanya
digunakan untuk dekorasi pada buffet saat ada regular event di hotel.
Penyajian buah lokal dalam operasional hotel berbintang di Kawasan Sanur
lebih banyak dibandingkan buah impor. Pemanfaatan buah impor pada umumnya
lebih sedikit persentasenya dibandingkan dengan buah lokal. Menurut Atik selaku
Purchasing Manager Mercure Hotel memaparkan :
Buah lokal mendominasi disajikan dalam operasional hotel, hanya saja pada
periode tertentu kami mengalami kenaikan penyajian buah impor.
Pemanfaatan buah impor cenderung naik pada saat hotel mempunyai special
event seperti wedding, private cocktail party dan birthday party dimana
tamu hotel request menggunakan buah impor dalam sajian makanan selama
event berlangsung (wawancara 11 Maret 2015).
Buah impor biasanya disajikan saat adanya permintaan/ request dari tamu yang
menginap dan keterbatasan buah lokal yang pada saat itu tidak pada musimnya.
Buah impor yang biasa dipergunakan adalah buah dengan warna yang menarik
77
seperti anggur, melon, kiwi, raspberry, cherry dan buah yang pada umumnya
jarang ditemukan di Indonesia. Kondisi dalam operasional sehari-hari buah impor
hanya disajikan pada acara tertentu yang sesuai dengan request tamu. Hotel hanya
menggunakan buah lokal yang ada di pasaran sehingga apabila buah lokal yang
disajikan sehari-hari dalam jumlah sedikit maka pihak hotel biasanya
menggunakan atau mengalihkan penyajian ke buah lokal yang banyak dipasaran
tanpa menggantinya dengan buah impor.
Penyajian buah impor saat special event biasanya request. Menurut IB
Agung yang merupakan salah satu Sous Chef Griya Santrian memaparkan :
Buah impor disajikan karena ada request dari tamu untuk evnt yang
terselenggara di hotel dan akan ada biaya tambahan dari harga normal.
Penyajian buah impor yang terjadi di hotel dengan menggunakan buah
anggur, kiwi, peach, raspberry dan honeydew (wawancara 10 Januari 2015).
Keadaan dimana buah lokal lebih banyak diserap oleh hotel dan adanya isu
buah impor yang membahayakan kesehatan maka harapan kedepan terserapnya
buah lokal dengan baik dalam industri pariwisata sangat mendukung peningkatan
perekonomian petani buah. Kerjasama antara pihak hotel, supplier, petani buah
dan pemerintah diharapkan mendorong promosi buah lokal sebagai konsumsi
ekspor Indonesia. Hal tersebut didukung oleh peran serta pemerintah dalam
membuat Peraturan Daerah Provinsi Bali mengenai buah lokal. Adanya Peraturan
tersebut membantu industri pariwisata khususnya hotel berbintang di Kawasan
Sanur untuk ikut menerapkan perlindungan buah lokal dengan menggunakan lebih
banyak buah lokal dalam operasional sehari-hari. Menurut Wayan Tunas selaku
Banquet Manager Prama Sanur Beach menjelaskan:
78
Pemanfaatan buah lokal pada Prama Sanur Beach telah dilakukan dengan
adanya konsep Autentic Indonesian Hospitality Hotel yang telah berlaku di
seluruh member Aerowisata Hotel. Konsep ini berlaku mulai Maret 2014
dengan menggunakan 100% buah lokal dalam operasional hotel sedangkan
buah impor disajikan saat menerima request dari tamu (wawancara 5
Januari).
Penyerapan buah lokal melalui kegiatan Autentic Indonesia Hospitality oleh
Prama Sanur Beach Hotel salah satu kegiatan positif yang sangat membantu
mengoptimalkan terserapnya buah lokal dalam industri pariwisata. Adapun buah
impor biasa disajikan untuk menyambut tamu VVIP dan permintaan dari tamu.
Penyajian buah impor pada Sanur Paradise Plaza Hotel biasanya memerlukan
buah impor red apple dalam jumlah 8 kg yang biasa diorder dua kali dalam
seminggu, sementara perbandingan dengan buah lokal salah satunya semangka 4
kg setiap hari nya dan akan mengalami kenaikan pada saat ada event. Adanya
penyerapan buah lokal 4 kg yang dalam sebulan memerlukan 120 kg hanya untuk
buah semangka dan belum termasuk kelompok buah lokal lainnya. Adanya
penyerapan buah lokal secara maksimal melalui penyajian sehari-hari kepada
wisatawan diharapkan membantu memperkenalkan buah lokal dalam sajian
makanan dan minuman, dapat menekan biaya pembelian buah impor dan dapat
menekan masuknya buah impor ke Indonesia.
4.3 Faktor yang Menjadi Alasan Pihak Hotel Menyajikan Buah Lokal
Penyerapan buah lokal diharapkan lebih banyak terserap pada industri
pariwisata dengan penyajian tingginya konsumsi buah umumnya pada pagi hari
saat breakfast. Penyajian buah lokal pada hotel berbintang dipengaruhi oleh
beberapa faktor dimana faktor-faktor yang menjadi alasan menggunakan buah
lokal dapat dilakukan dengan analisis presentase dimana terdapat lima variabel
79
diantaranya kualitas, kontinuitas, harga, variasi penyajian dan kebijakan.
Keseluruhan variabel diuraikan dalam kuisioner dengan pilihan jawaban Sangat
Setuju, Tidak Setuju, Ragu-Ragu/Netral, Setuju dan Sangat Setuju pada Lampiran
2. Berdasarkan hasil kuisioner kemudian diperoleh hasil presentase pada
Lampiran 5. Keseluruhan variabel yang menjadi alasan pihak hotel dalam
menyajikan buah lokal dalam operasional hotel dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kualitas
Kualitas buah lokal dapat dilihat dari rasa dan fisik buah yang terkadung
dalam buah lokal. Penelitian ini membahas kualitas buah lokal dari segi rasa,
tampilan buah, ukuran buah, warna buah dan kebersihan buah. Rasa buah lokal
tidak kalah dengan buah impor karena negara kita beriklim tropis dengan
tanahnya yang subur sehingga dapat menghasilkan buah yang rasanya jauh lebih
kuat bila dibandingan dengan rasa buah impor yang cenderung hambar.
Tanggapan wisatawan dalam penyajian buah lokal di hotel sangat diterima dengan
baik dilihat dari guest comment yang disampaikan kepada pihak manajemen hotel.
Menurut Supiani sebagai Asst F&B Departemen Sanur Paradise Plaza Hotel
sebegai berikut :
Rasa buah lokal hampir seperti rasa buah leci yang mirip dengan rasa buah
rambutan. Buah lokal lainnya juga memiliki rasa dan tekstur yang berbeda
dengan buah impor yang rasanya datar sehingga ada keinginan dari
wisatawan untuk mencoba (wawancara tanggal 18 Maret 2015).
Kemiripan rasa beberapa buah lokal dengan buah impor membuat rasa buah lokal
dapat diterima oleh lidah wisatawan ditambah dengan buah yang masih dalam
keadaan segar bisa langsung dimakan ataupun diproses menjadi masakan. Rasa
80
buah segar tentu lebih nikmat dibandingkan dengan buah dari luar negeri yang
sudah berhari-hari dalam kapal kargo dan sudah diberikan bahan pengawet.
Buah lokal dalam keadaan segar dan matang ditangan konsumen karena
buah lokal yang dipanen pada saat kematangan buah sudah mencapai setengahnya
dan saat mencapai ke tangan konsumen buah sudah mengalami kematangan yang
sempurna. Sehingga tidak membutuhkan zat aditif atau pengawet untuk
mengawetkan buah-buahan dan menjadikan buah tersebut manis. Contohnya,
Buah jeruk Kintamani memiliki rasa manis dan asam yang menyegarkan
sedangkan buah jeruk impor memiliki rasa yang datar yang tidak menyegarkan.
Buah lokal dengan rasa dan tekstur yang berbeda lebih disukai wisatawan
dengan keadaan fresh fruit karena bentuk atau tekstur buah lokal yang miliki
Indonesia unik seperti salak yang memiliki kulit seperti ular sehingga disebut
dengan snackfruit dan belimbing atau starfruit yang dipotong memiliki tekstur
seperti star atau bintang. Tampilan fresh fruit sangat disukai oleh wisatawan
dilihat dari clear up fruit basket dengan buah lokal tanpa sisa. Fruit basket yang
disajikan dengan buah impor tidak banyak dikonsumsi oleh wisatawan sehingga
hotel mengalami kerugian dari sisi harga buah impor yang lebih mahal
dibandingkan dengan buah lokal.
Tampilan buah lokal segar juga terdapat pada buffet breakfast, penyajian di
meja buffet dipilih buah yang masih segar, bersih dan tidak lecet karena buah yang
baik dapat menarik minat wisatawan untuk mencoba. Tampilan buah yang
memenuhi kriteria juga dapat diolah menjadi campuran makanan dan minuman
sehingga makanan dan minuman tersebut tidak berasa hambar karena pada
81
umumnya rasa buah lokal tajam dibandingkan buah impor yang hambar. Buah
jeruk (Citrus) berbagai jenis jeruk yang bisa tumbuh subur hampir di seluruh
wilayah Indonesia merupakan potensi luar biasa yang masih dipandang sebelah
mata oleh sebagian masyarakat Indonesia sendiri. Beberapa tampilan buah jeruk
lokal tidak sekemilau jeruk impor namun jeruk lokal justru lebih segar, tanpa
pengawet atau suntikan penambah rasa manis. Tampilan buah lokal jika dilihat
dari segi fisik buah lokal memang kurang menarik, namun dari segi rasa dan
kandungan vitamin dari buah lokal sangat baik dibandingkan dengan buah impor.
Selain tidak menggunakan bahan pengawet yang membahayakan, rasa buah lokal
pun jadi lebih nikmat dan mengandung banyak vitamin dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh. Tampilan buah lokal yang bervariasi memiliki standarisasi
buah yang dikonsumsi di hotel berbintang sesuai dengan kebutuhan operasional.
Ukuran buah lokal yang disajikan adalah Grade A terdiri dari buah yang
dengan ukuran besar yang dijual keluar untuk di ekspor, dipergunakan di industri
pariwisata dan sebagian terdapat di supermarket. Grade A merupakan kualitas
buah yang biasa didistribusikan ke industri pariwisata. Ukuran buah yang sedang
biasanya akan disajikan dalam bentuk fresh atau sajian fruit basket. Buah lokal
dalam ukuran besar akan disajikan untuk buah potong untuk dessert yang
disajikan pada menu lunch maupun dinner. Ukuran buah besar seperti semangka
dan melon banyak diserap oleh hotel yang memiliki fasilitas MICE karena
biasanya meeting package memiliki hidangan coffee break dimana biasanya
disajikan buah potong serta dessert untuk lunch buffet atau dinner buffet. Hotel
berbintang di kawasan Sanur menentukan penerimaan buah lokal dari ukuran
82
buah secara fisik yang sesuai dengan market list dan dibantu dengan timbangan.
Ukuran buah yang dikelompokkan kedalam kelas buah sangat membantu pihak
hotel mengelompokkan dan membantu penyimpanan buah. Penyimpanan buah di
hotel berbintang dibedakan berdasarkan ukuran buah yang disimpan dalam rak
pendingin (cool storage) untuk buah seperti semangka, melon, papaya, pisang dan
nanas disimpan pada keranjang yang terpisah dengan buah berukuran kecil seperti
avocado, cherr, raspberry. Sistem penyimpanan buah juga diatur menggunakan
sistem FIFO (First In First Out), buah yang masuk pertama akan diolah pertama
kali agar meminimalkan buah cepat busuk. Penyimpanan buah yang terlalu lama
dan dengan suhu yang tidak sesuai akan merusak warna buah yang mengakibatkan
buah cepat busuk.
Warna buah lokal jika dibandingkan dengan buah impor jauh lebih menarik
buah impor. Buah lokal dengan keadaan alami dan fresh jauh lebih baik untuk
kesehatan dibandingkan buah impor yang memiliki warna yang menarik dengan
banyak residu pestisida. Warna buah lokal yang alami dan segar menandakan
buah tersebut tidak mengandung pengawet, karena pada umumnya buah impor
memiliki pengawet yang membuat warna buah menjadi mengkilap dan tidak cepat
busuk ketika melewati proses distribusi yang panjang sampai ke tangan pembeli.
Masyarakat tetap diminta lebih berhati-hati dalam konsumsi buah impor yang
biasanya akan lebih menarik buah impor dari segi warna dibandingkan buah lokal.
Untuk menjaga warna buah tetap segar diperlukan tindakan pembersihan ketika
buah diterima dari supplier buah. Buah yang diterima biasanya masih menempel
83
kotoran, debu, daun dan ranting buah sehingga perlu dicuci terlebih dahulu
dengan air dan spon.
Kebersihan sangat berpengaruh pada penyajian buah lokal, pada saat buah
masuk ke hotel berbintang maka faktor kebersihan menjadi hal yang dapat dilihat
secara fisik. Buah yang dalam keadaan bersih akan memudahkan dalam
menyimpan. Buah yang diterima dalam keadaan lecet dan kotor dapat berdampak
pada buah lain yang disimpan dalam wadah yang sama dan bisa mengakibatkan
buah cepat busuk. Faktor kebersihan buah sangat penting karena tidak boleh kita
sepelekan saat mengkonsumsi buah impor ataupun lokal tetap harus
memperhatian kebersihan dan cara mengkonsumsi yang aman, sehingga
pencemaran bakteri jenis apapun bisa di cegah.
b. Kontinuitas
Buah merupakan komoditas pertanian yang memiliki banyak manfaat dan
sekaligus ancaman dalam penyediaannya. Buah lokal memiliki ancaman dari dua
sisi yaitu ancaman yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Ancaman yang
berasal dari dalam negeri antara lain rendahnya pengetahuan berbasis pertanian di
kalangan petani buah lokal secara umum, kurangnya penyediaan sarana dan
prasarana pertanian buah mulai dari pra panen hingga pascapanen, kurangnya
penyuluhan produk hortikultura dari pemerintah, berkurangnya lahan pertanian
buah di Indonesia, perubahan iklim yang ekstrem, beralihnya fungsi lahan
pertanian menjadi pemukiman akibat bertambahnya jumlah penduduk Indonesia,
dan kurangnya pengawasan serta rendahnya peran pemerintah dalam melindungi
produk buah lokal. Sedangkan ancaman dari dalam negeri yaitu adanya anggapan
84
masyarakat bahwa dengan mengonsumsi atau membeli buah impor merupakan hal
yang berkelas dan mampu dari status sosial. Selain itu, ancaman yang berasal dari
luar negeri meliputi terbukanya perdagangan pasar internasional, tingginya mutu
buah yang berasal dari luar negeri dengan penggunaan teknologi canggih dalam
pengolahan buah impor dan ketersediaan produksi buah impor yang melimpah.
Keadaan alam Indonesia tidak cukup dengan melimpahnya sumber daya alam,
Indonesia harus mampu mengelola dan mempertahankan sumber daya alam
produk buah-buahan lokal. Pengelolaan yang baik mampu menjadi modal dalam
mempertahankan eksistensi buah lokal dari ancaman buah impor.
Ketersediaan buah lokal sangat mempengaruhi penyajian buah lokal dalam
operasional hotel berbintang di Kawasan Sanur. Penggunaan buah lokal yang
lebih banyak dari buah impor sebagai sajian fruit basket, olahan makanan dan
minuman . Menurut Jatayu sebagai Receiving Mercure Hotel memaparkan :
Kebutuhan buah lokal sangat bergantung pada ketersediaan buah lokal
yang tidak bergantung pada musim. Penyajian buah lokal pada Mercure
Hotel sangat tergantung pada tingkat hunian kamar sehingga apabila
tingkat hunian kamar tinggi akan mempengaruhi permintaan buah lokal
yang akan berdampak pada ketersediaan buah lokal di supplier buah.
Kondisi tingkat hunian low season akan membutuhkan semangka
minimum 8 kg (wawancara tanggal 11 Maret 2015).
Terserapnya buah lokal yang melimpah pada hotel berbintang sangat tergantung
pada tingkat hunian kamar yang dimiliki, hal ini dikarenakan hotel dapat
memperkirakan jumlah atau kuantiti buah yang diperlukan sesuai dengan room
forecast. Untuk memenuhi kebutuhan hotel, supplier buah tidak mengalami
permasalahan dalam memenuhi ketersediaan buah lokal. Hal yang biasa terjadi
85
apabila ketersediaan buah tidak pada musimnya seperti yang dijelaskan oleh Mita
dari PT Tulus Fresh sebagai berikut :
Kami dari supplier buah mengalami kesulitan dalam ketersediaan buah
dimana hotel melakukan proses order buah lokal yang tidak pada
musimnya tetapi hanya pada waktu-waktu tertentu, kami bisa
mengirimkan sesuai order hanya saja akan berbeda kualitasnya dengan
buah lokal yang pada saat itu musimnya (wawancara 15 Maret 2015).
Proses order buah lokal yang tidak pada musimnya biasanya dilakukan oleh pihak
hotel berbintang saat request dari tamu yang menginap, hal ini hanya terjadi
sewaktu-waktu. Buah yang dikirim supplier buah biasanya buah sesuai dengan yg
dipesan pihak hotel hanya kualitas buah tidak sama ketika buah lokal itu dipanen
saat musimnya.
Kendala faktor ketersediaan akan berdampak pada alur distribusi yang
terjadi dari pemasok buah berpindah ke tangan supplier kemudian pihak hotel
yang diwakili oleh receiving. Alur distribusi buah lokal untuk hotel kawasan
Sanur berpusat di Pasar Induk Bedugul dan Pasar Induk yang ada di area
Denpasar. Menurut Putu Darmaningsih dari UD Darmaningsih menjelaskan :
Alur distribusi akan menjadi masalah ketika perubahan cuaca. Faktor alur
distribusi yang panjang dari produser ke konsumen mengakibatkan buah
sampai ditangan konsumen tidak pada kualitas yang baik dikarenakan
perubahan cuaca yang menjadikan buah cepat busuk sehingga supplier
akan mengalami kerugian (wawancara tanggal 16 Maret 2015).
Alur distribusi yang tepat akan berpengaruh pada penyajian buah lokal yang fresh
dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan konsumen. Alur distribusi yang
panjang akan menyebabkan kualitas buah menjadi menurun dan terkadang cepat
busuk saat jatuh ke tangan konsumen. Kasus apel impor yang mengandung bakteri
berbahaya karena apel impor memerlukan alur distribusi yang memakan waktu
86
hingga 40 hari belum termasuk waktu pengiriman ke pasar-pasar dan waktu
hingga buah tersebut dibeli konsumen. Buah impor lebih banyak menggunakan
pengawet agar lebih tahan lama dan kesegaran buah terjamin. Penggunaan
pengawet memungkinkan kontaminasi organisme berbahaya karena lamanya
waktu pendistribusian. Alur distribusi sangat berpngaruh pada kerjasama pihak
hotel dengan supplier buah.
Pihak hotel berbintang di Kawasan Sanur pada umumnya mengadakan
kerjasama dengan supplier yang lokasi nya di Denpasar dan area Bedugul.
Kerjasama dengan supplier yang ditunjuk tertuang pada perjanjian kerja dalam
waktu tertentu. Umumnya, kerjasama hotel berbintang dengan supplier buah
biasanya mencari supplier dari area Bedugul karena harga yang ditawarkan oleh
supplier lebih murah dibandingkan supplier dari Pasar Induk area Denpasar.
Supplier yang berada di area Denpasar tetap diadakan kerjasama untuk
mengantisipasi stok buah yang ada pada supplier daerah Bedugul. Pihak hotel
bintang satu sampai hotel bintang tiga mengadakan perjanjian dengan dua hingga
tiga supplier buah sedangkan hotel bintang empat dan lima mengadakan hingga
lima supplier buah.
Kontinuitas buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur dapat
membantu penyerapan hasil pertanian buah yang dapat meningkatkan taraf hidup
petani buah, memperkenalkan keanekaragaman buah yang dimiliki Indonesia
yakni buah musiman dan buah tidak bermusim kepada wisatawan. Kontinuitas
buah lokal dalam industri pariwisata tetap terpenuhi karena lebih dominannya
penyajian buah lokal yang tidak bergantung pada musim.
87
c. Harga
Harga buah lokal jauh lebih murah dibandingkan buah impor, karena buah
lokal dihasilkan di Indonesia sehingga tidak memerlukan biaya untuk distribusi
yang panjang seperti buah impor. Harga buah lokal musiman sangat berpengaruh
saat musimnya maka harga buah akan menurun dan apabila buah itu tidak pada
musimnya maka harga nya dapat melonjak naik. Saat buah lokal meranjak naik
membuka peluang masuknya buah impor ke industri karena buah impor yang
ditawarkan lebih murah dan tidak bergantung pada musim. Harga buah lokal
menjadi naik dikarenakan juga karena tingginya biaya produksi, lokasi kebun
yang jauh dari pasar yang membuat biaya tansportasi turut membengkak dan tidak
maksimalnya memperbaiki kualitas pasca panen karena petani mengkhawatirkan
menambah biaya. Kondisi ini menyebabkan buah lokal sulit bersaing dengan buah
impor. Harga yang tinggi yang tidak disertai dengan peningkatan kualitas
membuat tingkat kepercayaan konsumen terhadap buah lokal akan berkurang.
Penyajian buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur menyajikan
buah lokal yang dominan tidak bergantung pada musim, buah lokal yang disajikan
di hotel berbintang di Kawasan Sanur memiliki harga yang telah disepakati pada
perjanjian dengan pihak hotel yang lebih murah dibandingkan di pasaran karena
pihak hotel biasanya menjalin kerjasama dengan supplier dari Bedugul atau pasar
induk. Pada umumnya, pihak hotel akan mengadakan market survey untuk
menentukan kerjasama dengan pihak supplier buah. Perjanjian yang dibuat akan
disepakati dalam tempo waktu tertentu dengan item jenis buah sesuai permintaan
pihak hotel, harga yang telah disepakati dan kesepakatan lain-lain dimana
88
terkadang akan mengalami kenaikan dari harga perjanjian yang biasanya karena
faktor cuaca dan hal lainnya dan kondisi pembayaran. Menurut Raka yang
merupakan supplier buah ke Griya Santrian Hotel memaparkan :
Kesepatan dengan pihak hotel sangat membantu menjelaskan kriteria buah
dari segi warna, harga yang mempengaruhi serta sistem pembayaran hotel
dimana hotel akan membayar tagihan kepada supplier buah dengan durasi
1-1,5 bulan pada bulan berikutnya (wawancara tanggal 16 Maret 2015).
Sistem pembayaran hotel yang membayar tagihan pada bulanan berikutnya akan
menjadi kendala bagi supplier buah apabila permintaan buah lokal cukup tinggi
sementara tagihan bulan lalu belum terbayarkan oleh pihak hotel. Solusi untuk
permasalahan ini pada umumnya pihak supplier buah mengadakan perjanjian pada
saat musim ramai/high season untuk membayarkan deposit terlebih dahulu untuk
membantu penyajian buah lokal dalam operasional hotel.
d. Variasi Penyajian
Variasi penyajian operasional tidak lepas kaitannya dengan keadaan buah
dari segi fisik buah, hal ini dikarenakan buah lokal akan terlihat fresh jika warna
buah tidak kusam serta akan menguntungkan hotel melalui pembelian yang
dengan harga murah. Penyajian buah lokal pada hotel berbintang sangat
dipengaruhi oleh harga buah lokal tersebut, untuk itu biasanya hotel melakukan
food and beverage costing sebelum membuat harga jual kepada wisatawan.
Menurut Chef Bram dari Tandjung Sari Hotel memaparkan :
Penyajian buah lokal dengan harga yang lebih murah dari buah impor
sangat menguntungkan untuk Tandjung Sari Hotel karena hotel ini
mempunya konsep butik hotel dimana lebih banyak memanfaatkan buah
lokal dalam berbagai macam penyajian dalam operasional hotel
(wawancara tanggal 18 Maret 2015).
89
Buah lokal jauh lebih murah dibandingkan buah impor sehingga penyajian buah
lokal dalam jumlah yang besar tidak mempengaruhi tingginya cost operasional
hotel. Harga buah lokal di pasaran akan turun pada saat buah tersebut pada
musimnya sehingga pihak hotel biasanya membuat menu dengan ingredient
mendominasi buah lokal musiman. Sajian buah lokal sangat tergantung dari
tampilan buah dan ukuran buah. Kedua elemen ini sangat berpengaruh pada
penyajian buah lokal dalam operasional hotel berbintang. Menurut Jarna selaku
receiving Tandjung Sari Hotel menjelaskan :
Buah yang diterima oleh receiving berdasarkan Market List yang dibuat
oleh Executive Chef dimana didalamnya terdapat jumlah dan ukuran buah
yang akan dipergunakan sehari-hari (wawancara tanggal 18 Maret 2015).
Buah yang diterima oleh pihak receiving berdasarkan fisik buah dengan tampilan
buah yang fresh, tanpa lecet dan tidak busuk akan melewati proses receiving
sesuai dengan standar hotel yang berlaku. Apabila menemui tampilan buah yang
tidak sesuai standar yang di request maka pihak receiving berhak menolak
masuknya buah lokal tersebut kedalam hotel. Contoh penyajian buah seperti buah
jeruk dan apel yang akan disajikan untuk fruit basket mempunyai ukuran kecil
sampai sedang yang nantinya disesuaikan dengan equipment yang dipergunakan.
Salah satu olahan buah lokal dalam bentuk fruit basket pada Gambar 5.
90
Gambar 5.3
Foto Penyajian fruit basket Segara Village Hotel
Hotel berbintang yang ada di Kawasan Sanur memiliki standar yang
berbeda-beda dalam menyajikan fruit basket. Umumnya, fruit basket terdiri dari
minimal tiga buah yang disajikan dalam tempat yang diselipkan bunga segar dan
greeting card pada kamar yang check in pada saat itu. Alokasi biaya untuk seporsi
fruit basket akan dibebankan ke harga kamar.
Penyajian fruit basket salah satu kegiatan hotel dalam mempromosikan buah
lokal. Fruit basket yang disajikan dimasing-masing kamar merupakan
complimantary sehingga wisatawan dapat mencoba dengan gratis. Kegiatan
operasional hotel dapat memperkenalkan buah lokal kepada wisatawan melalui
buah lokal yang ada pada buffet display biasanya diberikan nama atau food tag
untuk memperkenalkan nama buah serta staff hotel juga akan menginformasikan
kepada tamu bagaimana cara menikmati buah lokal tersebut dan khasiat buah
91
lokal. Penyajian buah lokal dalam setiap sajian makanan dan minuman yang ada
pada suatu hotel sangat membantu penyerapan buah lokal secara maksimal.
Penyajian buah lokal sebagai campuran minuman disajikan pada beberapa hotel
berbintang di Sanur untuk Menu Special Cocktail saat Happy Hour.
e. Kebijakan
Tujuan dari perda perlindungan buah lokal pada intinya untuk melindungi
produk pertanian buah lokal. Dalam perda tersebut juga nantinya adanya
kewajiban bagi hotel dan restoran di Bali untuk memanfaatkan buah lokal.
Adanya Perda Bali tentang Buah Lokal diharapkan pihak pemerintah lebih
mengawasi pelaksanaan pemanfaatan buah lokal khususnya di industri pariwisata
dan lebih mengadakan pengawasan masuknya buah impor yang banyak
mengandung pengawet yang membahayakan kesehatan.
Adanya peraturan pemerintah dan kebijakan hotel tentang pemanfaatan buah
lokal dalam sajian sehari-hari sangat membantu penyerapan buah lokal. Hotel
berbintang di Kawasan Sanur ada beberapa telah mempunyai kebijakan hotel
dalam pengolahan buah lokal seperti Prama Sanur Beach Hotel dalam Manajemen
Aerowisata Hotel telah memiliki aturan dengan konsep Autentic Indonesian
Hospitality Hotel dengan memanfaatkan 100% buah lokal dalam operasional
hotel. Kebijakan ini diharapkan agar hotel dapat menyerap buah lokal,
mengadakan promosi buah lokal untuk wisatawan yang menginap dan dapat
membantu menekan cost operasional.
Program pemanfaatan buah lokal dalam penyajian sehari-hari juga
mendorong adanya program sustainable development pada Mercure Hotel dengan
92
memanfaatkan local product pada Lampiran 8. Program yang ada pada Mercure
Hotel dapat di akses melalui website dengan pencapaian penyajian produk lokal
melebihi target yang disepakati oleh pihak Manajemen Accor.
Hotel berbintang di Kawasan Sanur memanfaatkan maksimal buah lokal
dalam operasionalnya. Penyajian maksimal buah lokal dalam operasional selain
mempunyai kebijakan yang dimiliki oleh hotel juga terdapat pada kriteria Tri Hita
Karana mewajibkan hotel di Bali menggunakan buah lokal sebagai penerapan
perlindungan buah lokal. Hal ini juga sebagai instrument penilaian pada Tri Hita
Karana Awards.
Kebijakan hotel dalam bentuk kebijakan tertulis maupun tidak tertulis
sangat berpengaruh pada penyerapan buah lokal karena dengan adanya kebijakan
ini dapat mengurangi penyajian buah impor dalam operasional hotel. Kebanyakan
hotel berbintang di kawasan Sanur memiliki kebijakan dalam menggunakan buah
lokal karena sangat berdampak positif dibandingkan dengan menggunakan buah
impor dalam operasional hotel.
Faktor-faktor diatas menunjukkan adanya banyak faktor yang saling
mempengaruhi penyajian buah lokal pada hotel berbintang di kawasan Sanur yang
saling berkaitan dalam penyajian buah lokal. Penyajian buah lokal pada hotel
berbintang dapat membantu petani buah dalam penyerapan buah lokal, ikut
mempromosikan buah lokal dan dapat menekan cost pembelian buah impor.
Konsumsi buah lokal berkaitan dengan ketahanan pangan yang menjadi isu yang
sering dibahas. Ketahanan pangan tercermin dari terpenuhinya kebutuhan pangan
setiap individu di suatu wilayah. Ketahanan pangan dapat dilihat dari tiga pilar
93
yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketahanan
pangan menekankan pada kecukupan pangan suatu daerah. Ketahanan pangan
dapat dicapai dengan produksi sendiri maupun impor. Penyebab produk makanan
impor memenuhi pasar Indonesia adalah produk lokal belum dapat mencukupi
kebutuhan dalam negeri.
Penyajian buah lokal memerlukan standarisasi yang sangat berpengaruh
pada sebagian besar dari aneka buah yang beredar di pasaran. Konsumen harus
hati-hati sebelum mengonsumsinya. Apalagi banyak diberitakan soal buah impor
yang mengandung bahan kimiawi yang membahayakan. Bahan kimiawi itu
umumnya disuntikkan sebagai pengawet agar buah tetap nampak segar ketika
sampai ke tangan konsumen. Pilihan konsumen banyak beralih menjadi konsumsi
buah lokal disamping permasalahan mengeluhkan rendahnya kualitas buah lokal.
Kualitas buah lokal dapat diatasi dengan cara konsumen memilih buah yang
memenuhi standar keamanan pangan. Kualitas buah-buahan lokal yang beredar
dipasaran tidak kalah kualitas dibandingkan buah impor.
Kualitas buah lokal dengan contoh buah lokal merek Sunpride telah
terjamin kualitasnya dengan uji coba tes keamanan pangan di laboratorium
tepercaya telah membuktikan Produk Sunpride telah lolos pengujian keamanan
pangan di laboratorium PT Sucofindo. Sunpride yang lolos pada tes keamanan
pangan di Sucofindo membuktikan bahwa produk buah-buahan Indonesia mampu
bersaing dengan produk buah dari berbagai Negara. Ada beberapa jenis buah lokal
merek Sunpride yang lolos pengujian keamanan pangan diantaranya pisang
cavendish, jambu kristal, nanas honi, pepaya california. Buah-buahan tersebut
94
sudah teruji bebas dari residu pestisida, logam berat, formalin, dan bakteri
berbahaya lainnya. Proses uji di laboratorium itu membuktikan produk buah
Sunpride diuji melalui beberapa tahapan guna mengetahui tingkat kelayakannya
untuk dikonsumsi. Tahapan dimulai dari uji kualitas, uji mutu, dan uji gizi.
Tahapan indentifikasi awal yang harus dilalui adalah sifat fisik buah ataupun
sayur meliputi bentuk, warna, bau, rasa dan kelarutan. Indentifikasi awal ini untuk
mengetahui kondisi pangan setelah itu masuk ke tahapan uji kimiawi dan
mikrobiologi. Uji kualitas meliputi penelitian tentang zat kimiawi dan
mikrobiologi yang terkandung dalam buah maupun sayuran. Tahapan ini guna
memastikan mutu pangan yang akan dikonsumsi.Proses terakhir dengan tahapan
uji gizi dilakukan untuk mengetahui besaran dan ragam kandungan gizi yang
bermanfaat.16
Adanya standarisasi buah lokal oleh Sunpride membuat setiap jenis buah
Sunpride memang punya standar mutu yang relatif tinggi sehingga tak perlu
diragukan dari aspek kebersihan, bentuk, kesegaran, dan rasanya. Manfaat
mengkonsumsi buah lokal mendapat manfaat kesehatan dari buah-buahan,
mengonsumsi produk Sunpride juga berarti kita mendukung sektor pertanian
Indonesia. PT Sunpride telah membina kelompok-kelompok tani di berbagai area
di Indonesia mulai dari Medan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa
Timur dengan hasil buah yang lebih segar, lebih manis, dan terlihat lebih baik,
yang membawa keuntungan secara finansial kepada para petani binaan Sunpride.
16 Chairul, Akhmad. 5 April 2015.”Sunpride Ujikan Kualitas Buah”.[Diunduh tanggal 20 Mei
2015]. Sumber:URL:http://www.varia.id/2015/04/05/sunpride-ujikan-kualitas-buah/.
95
Penyajian buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur lebih
dominan menyajikan buah yang tidak bergantung pada musim sehingga pasokan
buah untuk operasional hotel terpenuhi dari supplier. Buah yang tidak bergantung
pada musim memudahkan penyajian buah lokal dalam operasional hotel.
Presentase dominan faktor-faktor yang menjadi alasan menyajikan buah
lokal pada operasional hotel berbintang pada Lampiran 5. Faktor dominan dalam
penelitian adalah kualitas buah lokal dimana buah lokal yang memiliki kualitas
baik dari segi fisik dan rasa. Fase kegiatan dalam menjaga kualitas difokuskan
pada bahan makanan yang dapat diolah, dalam kegiatan ini diperlukan kerjasama
beberapa bagian di lingkungan hotel diantaranya bagian pengendalian biaya (cost
control), bagian gudang (store) dan bagian dapur (kitchen). Hotel berbintang di
Kawasan Sanur menerapkan quality control saat menerima buah dari pihak
supplier, lebih memperhatikan penyimpanan buah agar tidak terlalu lama pada
chiller atau lemari pendingin yang dapat mengakibatkan menurunnya rasa, tekstur
dan aroma buah seperti contoh semanggka jika disimpan terlalu lama maka kadar
airnya akan keluar dan menyisakan ampas sedangkan pada papaya akan
mengakibatkan lengketnya daging buah sehingga ketika dipotong teksturnya akan
rusak.
Sistem quality control yang tidak memenuhi standar buah lokal dianggap
penting karena saat berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir 2015
bisa menjadi peluang sekaligus bencana bagi sektor pertanian buah-buahan dari
negara tetangga akan lebih banyak masuk ke pasar Indonesia. MEA bisa menjadi
ancaman untuk penyerapan buah lokal dalam negeri dan jika tidak mampu
96
antisipasi secara matang bisa menjadi bencana bagi para petani buah lokal.
Kemungkinan terburuk apabila nanti tidak ada hambatan tarif yang
mengakibatkan pasti makin banyak buah impor yang masuk. Ancaman MEA
2015 kedepannya perlu meningkatkan daya saing produk hortikultura nasional
seperti buah-buahan dan sayur. Peningkatan daya saing produk lokal agar tidak
pangsa pasar produk hortikultura lokal tidak tergerus sejadi-jadinya dikarenakan
masuknya hortikultura impor. Upaya meningkatkan kualitas buah lokal dengan
upaya salah satunya menggunakan teknologi budi daya yang baik yang dimulai
dengan pembibitan, pengolahan lahan, pupuk, hingga panen. Memahami secara
keseluruhan kelebihan dan kekurangan buah lokal dibandingkan buah impor dapat
membuat kita semakin mengerti bahwa buah yang diproduksi di dalam negeri pun
mempunyai nilai lebih jika dibandingan dengan buah impor.
Negara Indonesia adalah negara agraris dengan sebagian besar mata
pencaharian penduduknya adalah petani. Buah-buahan sebagai satu komoditas
yang ditanam di dalam negeri terkadang belum dapat bersaing secara harga
sehingga konsumen menjadi lebih tertarik untuk melirik membeli buah impor.
Rasa buah lokal tidak kalah dengan rasa buah impor, ini disebabkan karena
Negara Indonesia beriklim tropis dengan tanahnya yang subur sehingga dapat
menghasilkan buah yang rasanya jauh lebih kuat bila dibandingan dengan buah
impor. Kelebihan dan kekurangan buah lokal dibandingkan buah impor dapat
dijadikan pegangan bahwa kita pun sebenarnya mampu menghasilkan buah
berkualitas yang tidak kalah dengan buah dari luar negeri.
97
Dukungan konsumen terhadap produk lokal melalui Kementrian Perindustrian dan
Perdagangan dengan upaya menggalakkan kampanye untuk mencintai produk
lokal. Kegiatan ini bertujuan bersama-sama membangun kegerakan untuk
menggemari produk lokal utamanya buah dan sayuran lokal.
Buah lokal terkadang ada beberapa jenis buah yang memang tidak dapat
hidup dengan baik di Indonesia karena iklim yang tidak cocok. Keberadaan buah
impor justru dapat mematikan dan melumpuhkan usaha petani karena mereka
harus bersaing dengan buah impor yang harganya jauh lebih murah dibandingkan
buah yang mereka jual. Kualitas buah lokal yang meliputi rasa, tampilan buah,
ukuran buah, warna buah dan kebersihan buah yang merupakan faktor dominan
dalam penelitian ini sangat berkaitan dengan menyambut pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) 2015 dengan buah lokal Indonesia sudah banyak yang
mengantongi sertifikasi nasional maupun internasional. Keberadaan buah-buah
bersertifikasi ini ternyata kurang dikenali masyarakat luas sehingga
keberadaannya tidak diketahui dan tidak diunggulkan di pasaran. Sertifikasi yang
menjadi satu di antara parameter atau ukuran untuk produk-produk buah yang
pada awalnya memang dianggap sebagai hambatan bagi produsen buah lokal
namun dengan adanya sertifikasi agar produk buah lokal bisa bersaing di pasar
bebas. Sertifikasi diwajibkan kepada produsen buah, agar masyarakat mengetahui
bahwa produk-produk buah lokal tersebut sudah sejajar dengan buah impor.
Kualitas buah lokal dan buah impor yang masuk ke hotel Kawasan Sanur
diterima oleh bagian penerimaan barang (Receiving) merupakan bagian yang
menjalankan fungsi pengendalian biaya pada saat barang dikirimkan ke hotel oleh
98
supplier. Petugas Receiving harus memiliki dokumen Standar Spesifikasi untuk
memastikan bahwa produk yang diterima dari segi kualitas, jenis, bentuk, ukuran
telah benar. Mereka juga harus mempunyai copy Surat Pesanan (Purchase Order)
untuk membandingkan kuantitas, kualitas, dan harga yang telah disepakati pada
Lampiran 9.
Tujuan penerimaan adalah pengontrolan jumlah dan ukuran barang yang
dikirim sesuai dengan yang dipesan, misalnya besarnya buah, daging atau udang,
mengecek kualitas barang yang dikirim, cocok dengan spesifikasi yang ada dalam
format pembelian, dan mengecek barang yang dikirim cocok dengan harga yang
ada dalam format pembelian dan membuat catatan dan melaporkan barang-barang
yang diterima. Dengan demikian proses penerimaan berarti, proses kegiatan
penerimaan bahan mentah, setengah jadi atau barang jadi, dari supplier (vendor)
untuk pemenuhan kebutuhan restoran dengan melalui proses analisis yang
cermat sehingga pesanan sesuai dengan kebutuhan, baik jenis, jumlah maupun
mutunya. Petugas receiving berhak untuk menolak barang yang dikirim supplier,
jika tidak sesuai dengan surat pesanan (purchase order) atau spesifikasi yang
disyaratkan (standard purchase specification). Produk atau barang yang diterima
bagian receiving akan menentukan pengendalian biaya (cost) selanjutnya. Produk
yang diterima dari supplier harus diperiksa secara teliti. Kondisi kelembaban
merupakan masalah yang paling umum pada buah karena produk ini sangat
berisiko menjadi sangat matang dan busuk.
Kualitas barang yang diorder oleh pihak hotel biasanya memiliki prosedur
sebagai berikut :
99
a. Petugas penerima barang harus hadir didampingi chef supervisor.
b. Semua barang yang dikirim oleh supplier harus sesuai dengan pesanan dan
kebutuhan dari segi jenis, mutu maupun jumlahnya.
c. Untuk memeriksa bahan makanan sesuai jenis dan jumlahnya dilihat dalam
purchase Requisition atau purchase order atau market list.
d. Untuk memeriksa mutu bahan makanan menggunakan Standard Purchase
Specification (SPS), yaitu standar yang telah disepakati oleh pihak pembeli
dan penjual yang memuat kesepakatan tentang karakteristik bahan yang
dipesan, misalnya, jenis ukuran, berat, warna, serta bentuknya. Apabila ada
bahan makanan yang dianggap tidak sesuai dengan pesanan, maka pihak
penerima dapat mengembalikan atau meminta ganti kepada supplier.
e. Apabila bahan makanan dapat diterima sesuai dengan pesanan maka pihak
penerima bisa menandatangani format pengiriman untuk diproses menagih
tagihan pada bagian keuangan.
Kualitas bahan makanan termasuk buah yang akan disajikan pada hotel
berbintang di Kawasan Sanur ditentukan dari saat buah masuk melalui receiving
hotel. Masing-masing hotel memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam
menerima buah dari vendor sehingga buah yang diterima oleh pihak hotel sesuai
dengan standar yang berlaku dan dapat diolah fresh, campuran makanan dan
minuman yang disajikan kepada wisatawan.
4.4 Hambatan yang Dialami dalam Penyajian Buah Lokal.
Kekayaan pertanian Indonesia tidak cukup berbekal melimpahnya sumber
daya alam akan tetapi mampu mengelola dan mempertahankan sumber daya alam
100
produk buah-buahan lokal. Pengelolaan yang baik mampu menjadi modal dalam
mempertahankan eksistensi buah lokal dari ancaman buah impor. Ketersediaan
buah lokal di Indonesia merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia dan
kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya. Buah merupakan komoditas
pertanian yang memiliki banyak manfaat dan sekaligus ancaman dalam
penyediaannya. Buah lokal memiliki hambatan dalam penyajian berupa ancaman
yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Ancaman dari dalam negeri antara
lain rendahnya pengetahuan berbasis pertanian di kalangan petani buah lokal
secara umum, kurangnya penyediaan sarana dan prasarana pertanian buah mulai
dari pra panen hingga pascapanen, kurangnya penyuluhan produk hortikultura dari
pemerintah, berkurangnya lahan pertanian buah di Indonesia, perubahan iklim
yang ekstrem, beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman akibat
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, dan kurangnya pengawasan serta
rendahnya peran pemerintah dalam melindungi produk buah lokal. Ancaman
terbesar dari dalam negeri, yaitu adanya anggapan masyarakat bahwa dengan
mengonsumsi atau membeli buah impor merupakan hal yang keren atau berkelas.
Ancaman yang berasal dari luar negeri meliputi terbukanya perdagangan
pasar internasional, tingginya mutu buah yang berasal dari luar negeri,
penggunaan teknologi canggih dalam pengolahan buah impor, dan ketersediaan
produksi buah impor yang melimpah. Strategi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dengan membentuk kelompok-kelompok petani buah-buahan,
diarahkan untuk menanam bibit bermutu dan seragam serta diusahakan agar
terkait dengan kegiatan agroindustri. Kegiatan ini dilakukan dalam pengembangan
101
kawasan agroindustri buah-buahan terpadu, menjamin dari segi mutu dan jumlah
buah-buahan yang diperlukan sesuai permintaan konsumen. Untuk menjamin
pengadaan bibit unggul yang bermutu atau memiliki kualitas unggul maka
pemerintah perlu meningkatkan kerjasama dengan kebun-kebun bibit swasta,
sehingga pemerintah dapat mengawasi pengadaan bibit yang terjamin mutunya.
Upaya menjamin mutu buah dengan tujuan untuk menghasilkan bibit unggul yang
sesuai dengan tuntunan pasar dan diharapkan dengan sistem tersebut harga bibit
dapat terjangkau oleh petani. Penggunaan bibit yang berkualitas unggul disertai
dengan memperkenalkan teknik usaha tani yang modern kepada petani dengan
cara peningkatan kualitas penyuluh pertanian dalam hal agronominya,
agroindustri maupun agroniaganya melalui pendidikan dan latihan.
Penyerapan buah lokal mempengaruhi daya saing buah lokal dalam segi
modal, kualitas buah, tampilan (packing) buah, ketersediaan dan musiman buah.
Pemasalahan dari segi kualitas buah lokal tidak hanya terjadi pada penyediaan
buah lokal pada hotel berbintang melainkan lebih banyak permasalahan terjadi
pada masyarakat. Buah impor memiliki bentuk dan warna yang menarik dapat
yang mendorong konsumen untuk membeli buah tersebut disamping itu harganya
terjangkau dan ada kesan prestise dengan mengkonsumsi buah impor.
Tergesernya buah lokal dengan buah impor tidak dapat diabaikan begitu saja,
dampak yang ditimbulkan sangat besar sekali karena berkaitan langsung dengan
pendapatan produsen buah lokal yang salah satunya adalah masyarakat desa
penghasil buah. Produsen buah lokal tidak dapat menghadapi persaingan buah
impor dari negara yang sudah maju dengan infrastrukutr, tata niaga, distibuasi
102
produk, pemasaran maupun teknologi proses penanaman buah modern. Peraturan
yang mengijinkan impor buah sebaiknya ditata kembali agar tidak merugikan
produsen buah lokal. Pemerintah diharapkan bertindak tegas dengan otoritas yang
dimiliki untuk membuat aturan yang menguntungkan masyarakatnya sendiri.
Kerjasama antara petani dan pemerintah akan menghasilkan buah lokal yang
memenuhi standar penyajian pada industri pariwisata khususnya hotel berbintang
di kawasan Sanur. Permasalahan yang terjadi dengan penanganan yang tepat dapat
membantu penyerapan buah lokal pada operasional hotel berbintang yang sangat
menguntungkan berbagai pihak dari segi ekonomi dan dapat mempromosikan
produksi lokal kepada wisatawan sebagai olahan konsumsi. Pemanfaatan buah
lokal juga menemui hambatan dalam penyajian operasional hotel berbintang yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pihak Hotel Berbintang
Penyajian buah lokal pada hotel berbintang pada operasional sehari-hari
dalam kuantitas yang cukup banyak. Penyerapan buah lokal pada hotel sangat
menguntungkan petani buah dalam meningkatkan taraf perekonomian, hal ini
kadang tidak berbarengan dengan peningkatan kualitas buah lokal yang dikirim ke
hotel melalui supplier. Pengadaan sortasi yang belum maksimal mengakibatkan
buah lokal yang dikirim ke hotel tidak dalam keadaan fresh dan terkadang ada
yang bagian yang busuk karena sistem sortasi yang belum maksimal dan keadaan
buah yang bebas dari ranting dan daun. Pihak hotel melalui receiving
mengembalikan buah tersebut karena tidak sesuai dengan kesepakatan perjanjian,
dalam hal seperti ini sangat diharapkan supplier yang lebih memperhatikan
103
kualitas buah lokal yang sesuai dengan permintaan hotel. Hambatan lainnya saat
pengiriman buah seperti semangka dan melon yang biasanya disajikan dalam buah
potong dan dessert maka pihak receiving tidak dapat mengecek kualitas dalam
semangka yang dikirim sehingga dalam beberapa kesempatan ada bagian yang
lecet sehingga mengakibatkan kualitas semangka tersebut tidak dapat disajikan
kepada wisatawan, dalam hal ini pihak hotel membeli buah semangka keluar hotel
dalam keadaan urgent sehingga akan muncul tagihan secara cash yang merugikan
pihak hotel dalam hal expenses bahan makanan. Expenses yang berupa tagihan
kepada vendor akan dilunasi sebulan setelah transaksi sehingga pihak hotel dapat
mengalokasikan pada bulan berikutnya sehingga cost atau pengeluaran langsung
dapat diminimalkan.
b. Pihak Supplier/vendor
Hambatan yang dialami oleh pihak supplier/vendor dalam memenuhi
permintaan buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur meliputi
pengiriman buah lokal oleh vendor merupakan hambatan dengan kurang baiknya
kerjasama antara vendor dan hotel berbintang. Ada beberapa vendor yang
melanggar perjanjian atau mangkir. Hal ini disebabkan oleh pelanggaran yang
dilakukan vendor dalam hal pengiriman barang, jumlah yang diorder dan beberapa
kesepakatan lainnya. Alasan vendor ini biasanya karena sistem pembayaran
pelunasan tagihan yang melewati batas pembayaran oleh pihak hotel sehingga
banyak vendor yang melakukan tindakan yang melanggar perjanjian.
Hambatan yang dialami oleh pihak hotel masih dapat diatasi dengan adanya
komunikasi antara hotel dan pihak vendor. Penyerapan buah lokal yang
104
berkualitas yang memenuhi standard dan melewati proses sortasi yang maksimal
akan menghasilkan buah lokal dengan mutu yang tidak kalah bersaing dengan
buah impor.
105
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka
dapat diuraikan simpulan dan saran yang terkait dalam penyajian buah lokal pada
operasional hotel berbintang pada Kawasan Pariwisata Sanur.
5.1 Simpulan
Penelitian ini menyimpulkan permasalahan yang terjadi dalam penyajian
buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Pariwisata Sanur sebagai berikut :
1. Jenis buah lokal yang menjadi komoditas buah yang paling banyak
dipergunakan dalam operasional hotel berbintang adalah buah yang tidak
bergantung pada musim seperti pisang, semangka, melon, nangka, nanas,
jeruk, mangga dan papaya.
Penyerapan buah lokal pada hotel berbintang mengalami kenaikan saat
tingkat hunian kamar tinggi dan pada hotel berbintang yang memiliki
fasilitas MICE cukup ramai akan menggunakan buah lokal pada appetizer
dan dessert.
2. Alasan bagi pihak hotel dalam menyajikan buah lokal dalam operasional
hotel berbintang memiliki banyak pendapat di antaranya rasa, tampilan fresh
fruit, tampilan buah, ukuran buah, warna buah, kebersihan, ketersediaan,
alur distribusi, kerja sama, harga, pembayaran, penyajian dalam operasional,
olahan fresh fruit, promosi buah, Perda Bali dan kebijakan hotel. Faktor
dominan dalam penelitian adalah kualitas buah lokal dimana buah lokal
yang memiliki kualitas baik dari segi fisik dan rasa. Fase ini menjaga
106
kualitas difokuskan pada bahan makanan yang dapat diolah serta dalam
kegiatan ini diperlukan kerjasama beberapa bagian di lingkungan hotel
diantaranya bagian pengendalian biaya (cost control), bagian gudang (store)
dan bagian dapur (kitchen). Hotel berbintang di Kawasan Sanur menerapkan
quality control saat menerima buah dari pihak supplier, lebih
memperhatikan penyimpanan buah agar tidak terlalu lama pada chiller atau
lemari pendingin yang dapat mengakibatkan menurunnya rasa, tekstur dan
aroma buah.
3. Hambatan yang dialami selama penyajian buah lokal adalah memenuhi
permintaan tamu dapat dibagi menjadi dua yakni permasalahan dari pihak
hotel meliputi pihak hotel membeli buah keluar hotel dalam keadaan urgent
sehingga akan muncul tagihan secara cash yang merugikan pihak hotel
dalam hal expenses bahan makanan pada bulan tersebut, dimana apabila
melakukan order pada vendor maka tagihan akan muncul pada bulan
berikutnya. Permasalahan dari vendor yang melanggar perjanjian atau
mangkir. Hal ini disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan vendor dalam
hal pengiriman barang, jumlah yang diorder dan beberapa kesepakatan
lainnya. Alasan vendor ini biasanya karena sistem pembayaran pelunasan
tagihan yang melewati batas pembayaran oleh pihak hotel sehingga banyak
vendor yang melakukan tindakan yang melanggar perjanjian.
1.2 Saran
Analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk lebih
meningkatkan pemanfaatan buah lokal dalam penyajian sehari-hari pada hotel
107
berbintang maka yang diperlukan adalah kerjasama dari beberapa pihak maka
dapat disarankan beberapa hal diantaranya :
a. Pedagang atau supplier buah
Pedagang atau supplier buah agar dapat melakukan kerja sama yang baik
dengan petani buah dalam pembayaran dan kerjasama. Pedagang juga lebih
mempromosikan buah lokal dibandingkan buah impor selain itu lebih menjaga
kualitas buah yang diterima dari petani buah.
b. Pihak Hotel
Pihak hotel adalah bagian yang paling banyak berperan dalam hal
pemanfaatan buah lokal, untuk itu diharapkan pihak hotel lebih banyak
menggunakan buah lokal dalam operasional hotel. Buah lokal yang dimanfaatkan
hotel selain sebagai konsumsi wisatawan juga sebagai promosi atau pengenalan
produk lokal kepada wisatawan yang menginap di hotel. Setiap hotel sebaiknya
mempunyai peraturan yang tertulis mengenai pemanfaatan buah lokal dari segi
standar dan kualitas buah lokal yang dimanfaatkan untuk operasional.
c. Bagi Pemerintah
Pemerintah diharapkan lebih gencar mengadakan pelatihan atau seminar
untuk petani buah, mengadakan sidak tentang kualitas buah ke kelompok tani,
dapat membantu modal petani dalam mengembangkan buah lokal dan lebih
memaksimalkan Perda Provinsi Bali tentang perlindungan buah lokal untuk
meminimalkan beredarnya buah impor.
108
DAFTAR PUSTAKA
Antara, Made. 2009. Pertanian, Bangkit atau Bangkrut. Denpasar: Arti
Foundation.
Antara, Made dan I Gede Yono Wirawan. 2013. “Permintaan Buah Pisang Ambon
oleh Rumah Tangga di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi
Bali” dalam Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, Februari 2013, Vol 6 No 1,
Hal 16-29.
Akhmad, Chairul. 2015. ”Supride Ujikan Kualitas Buah”. Available from
:http://www.varia.id/2015/04/05/sunpride-ujikan-kualitas-buah/.
Ariestonandri, Prima. 2006. Marketing Resarch for Beginner.Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Apsari, Amelia. 2015. ”Salak Sleman diekspor ke Selandia Baru”. Available from
:http://berita.suaramerdeka.com/salak-sleman-diekspor-ke-selandia-baru/.
Apriyanti, Dewi. “Pembatasan Buah Impor Pengelola Hotel dan Restoran
Harapkan Mutu Buah Lokal Ditingkatkan”. Available from
:http://www.bisnisbali.com/2013/04/10/news/bog/gg.html.
Chairul, Akhmad.”Sunpride Ujikan Kualitas Buah”.available from
:http://www.varia.id/2015/04/05/sunpride-ujikan-kualitas-buah/.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2013.Direktori 2013. Denpasar: Dinas Pariwisata
Provinsi Bali.
Eka. 2014.”PHRI Denpasar Siap Serap Buah Lokal”.Bali Promosi, 22 -28
Agustus 2014, hal:6 kol.3.
Eka. 2014.”Buah Lokal Makin Dijauhi”. Majalah Bali Post,14-20 Juli 2014, hal
10 kol 1.
Faperta, Agri. 2013.”Standar Produksi Tanaman Mangga”. Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo. 4 September
2013.[http://agri-fapertauncp.blogspot.com/2013/09/standar-produksi-tanaman-
mangga.html ].
Ginting, Kalvin.2013.”Meningkatkan Dayasaing Buah Lokal di Tanah Karo”.
Harian Orbit, 8 Mei 2013. Available from :
http://www.harianorbit.com/meningkatkan-dayasaing-buah-lokal-di-tanah-
karo/.
Hairiah, Kurniatun, Herdiyanto dan Sunaryo. 2014. “ Sistem Agroforestri Di Indonesia”. Available from: http://worldagroforestry.org/sea/Publications/files/
lecturenote/LN0034-04/LN0034-04-2.pdf/.
Hidayat, Atep Afia.”Buah Lokal dan Nasionalisme Kita”. Available from:
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Agro%20012%281%29.pdf.
109
Herawati.2015. “Waspadai Residu Pestisida pada Sayur dan Buah”, 6 Mei 2014.
Available from: http://www.dokterkuonline.com/#!Waspadai-Residu-
PESTISIDA-pada-Sayur-dan-Buah/c1dgm/C8541970-0656-4411-A136-
F589618D4CE2.
Kotler, Phillip. 2010. Kotler On Marketing. Tanggerang: Karisma Publising
Group.
Komar, Richard. 2006.Hotel Management. Jakarta:PT Gramedia Widisarana.
Khudori.2015.”Memberdayakan Buah Lokal”. Metro News Online. 5 Februari
2015. Available from : http://news.metrotvnews.com/read/2015/02/05/354509/
memberdayakan-buah-lokal/.
Kustiari, Reni, Helena J. Purba dan Hermanto. 2012. “Analisis Daya Saing
Manggis Indonesia di Pasar Dunia (Studi Kasus di Sumatra Barat)” dalam
Jurnal Agro Ekonomi, Mei 2012, Vol 30 No. 1, Hal 61-107.
Maesaroh. 2014.” Tiga jenis buah-buahan ini jadi andalan ekspor Indonesia”.
Sindonews.com. diakses http://ekbis.sindonews.com/read/853574/34/tiga-jenis-
buah-buahan-ini-jadi-andalan-ekspor-indonesia-1397322000.
Meta.”Manajemen Strategi Pemasaran Secara Efesiensi Buah Lokal Pasca
Letusan Gunung Kelud” Available from: http://tesismanajemen.com/manajemen-
strategi-pemasaran-secara-efisiensi-buah-lokal-pasca-letusan-gunung-kelud/.
Nugroho, Yohanes Anton. 2011.It’s Easy Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Skripta Media Creative.
Mas’ud Fuad, 2013. Survey Diagnosa Organisasional. Malang: Universitas
Diponogoro.
Pujimulyani, Dwiyati. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran & Buah-
Buahan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santoso Singih dan Fandy Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Riyadi, Heru, Anwari Masatif dan Budi Wibowo. 2011. Pengetahuan
Menu.Bandung: Alfabeta.
Sinambela, Michaela dkk. Pengaruh Buah Import Terhadap Daya Saing Buah
Lokal. (serial online), available from: URL: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/
ceress/article/viewFile/8194/3551www.m.sindonews.com/read/853574/34/tiga-
jenis-buah-buahan-ini-jadi-andalan-ekspor-indonesia.
Subandi. 18 Oktober 2014. Kualitas Buah Hasil hortikultura. Available from:
Bangsosekgamas.blogspot.com/2014/10/kualitas-buah-hasil
hortikultura.html?m=1/.
Sudarmini, Made. 2008.”Persepsi Konsumen terhadap Buah Import daripada
Buah Lokal di Kota Denpasar” (thesis). Denpasar: Universitas Udayana.
110
Supratiwi, Fitri.”Indonesia Ekspor Mangga dengan Teknologi Pengawet Alami”.
Available from: http://www.antaranews.com/berita/405702/indonesia-ekspor-
mangga-dengan-teknologi-pengawet-alami.
Sugiarto, Dergibson Siagian, Lasmono Tri Sunaryanto dan Denny S.
Oetomo.2001. Teknik Sampling. Jakarta; PT Sun.
Sugiono.2007.Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D).Bandung: Alpabeta Bandung.
Suharsaputra, Uhar. 2012.Metode Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.
Suharsimi, Arikunto.2000. Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.
Sukandarrrumidi. 2006.Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Penelitian
pemula.Yogyakarta:Gajah Mada University.
Sukartini, Ni Wayan, Nyoman Indah Kusuma Dewi dan Ni Made Sudarmini.
2013. “Buah Lokal Kalah Bersaing dengan Buah Import: Penyebab dan
Pemecahannya” dalam Jurnal Manajemen Agrobisnis, Mei 2013, Vol 2, Hal
45-55.
Suryabrata, Sumadi.2008.Metodologi Penelitian.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Sumawidari, Ida Ayu, Dwi Putra Darmawan dan Ni Wayan Sri Astiti. 2013.
“Faktor-faktor yang Menentukan Permintaan Buah Lokal pada Hotel
Berbintang diKota Denpasar dan Kabupaten Badung” dalam Jurnal
Manajemen Agrobisnis, Mei 2013, Vol 1 No 1, Hal 23-37.
Sunarjono, Hendro.2013.Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah.Jakarta Timur:
Penebar Swadaya.
Suprapti, Wayan Sri. 2010.Perilaku Konsumen (Pemahaman Dasar dan Aplikasi
dalam Strategi Pasar). Denpasar: Udayana University Press.
Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu
Pariwisata.Yogyakarta :PT Andi Offset.
Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2013.
SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987
Undang- Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
Warid Ali Qosim, M.S.2007 ”Buah Manggis Primadona Ekspor
Indonesia”.Anekaplantasia.21Desember2007. Available from:
https://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/buah-manggis-primadona-
ekspor-indonesia/.
111
Wirawan, IGP, Nyoman Wijaya dan Putu Anom. 2014. “Peningkatan Daya Saing
Buah Lokal Memasuki Pasar Pariwisata Bali” dalam Laporan Penelitian
MP3EI 2014 Jurnal ICBB, September 2014, Vol 2 No. 1, Hal 20-25.
Zachra, Ellyzar.”Masalah kelam buah lokal”. Available from:
http://swa.co.id/listed-articles/bayu-krisnamurthi-beberkan-masalah-kelam-buah-
lokal/.
112
Lampiran 1
Daftar Hotel Bintang Provinsi Bali Tahun 2013 (Wilayah Sanur).
No Nama Hotel Alamat Kelas
Bintang
1 Abian Srama Jl. By Pass Ngurah Rai No. 23 1
2 Bali Pavilions Private Jl. Danau Tamblingan No. 76 1
3 Sativa Sanur Cottage Jl. Danau Tamblingan No, 45 1
4 Tamu Kami Jl. Danau Tamblingan No 64 1
5 Alit’s Beach Bungalows Jl. Hang Tuah No. 41 2
6 Besakih Beach Resort Jl. Danau Tamblingan No. 45 2
7 Diwangkara Beach Jl. Hang Tuah 2
8 Gazebo Cottage Jl. Danau Tamblingan No. 35 2
9 Griya Santrian Jl. Danau Tamblingan No. 47 2
10 La Taverna Jl. Danau Tamblingan No. 29 2
11 Peneeda View Jl. Danau Tamblingan 2
12 Puri Dalem Jl. Hang Tuah No 23 2
13 Semawang Beach Jl, Cemara No. 3 2
14 Tandjung Sari Jl. Danau Tamblingan 41 3
15 The Graha Cakra Bali Jl. By Pass Ngurah Rai No. 2 3
16 Inna Sindhu Beach Jl. Pantai Sindhu No. 14 3
17 Puri Santrian Jl. Cemara No. 35 4
18 Sanur Paradise Hotel & Suites Jl Hang Tuah No. 46 4
19 Mercure Resort Sanur Jl. Mertasari 4
20 Segara Village Jl. Segara Ayu 4
21 Regent Bali Hotel Jl. Duyung 5
22 Prama Sanur Beach Jl. Danau Tamblingan 5
23 Bali Hyatt Jl Danau Tamblingan No. 89 5
24 Inna Grand Bali Beach Jl. Hang Tuah 5
Sumber :Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2013
113
Lampiran 2
Kuisioner.
Bapak/Ibu yang terhormat,
Sehubungan dengan penelitian untuk tesis S2 Program Studi Magister Kajian
Pariwisata Program Pasca Sarjana Universitas Udayana dengan judul “Penyajian
Buah Lokal dalam Operasional Hotel Berbintang Kawasan Sanur” pada
kesempatan ini saya mohon ketersediaan Bapak/Ibu untuk membantu
pengumpulan data dengan mengisi kuisioner (terlampir) dengan lengkap, jujur
dan tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Data kuisioner dapat diisi oleh bagian
Purchasing, Store, FB Kitchen, FB Service dimana bagian itu bersentuhan
langsung dengan penyajian buah lokal dalam hotel.
Penelitian ini semata-mata untuk kepentingan ilmiah, setiap jawaban yang
diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi penyusunan tesis
ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu
saya mengucapkan terima kasih.
“Om Santih, santih, santih Om”
Denpasar, Maret 2015
Peneliti,
I Gst. Agung Diah Adelianie
NIM 1391061008
114
Data Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
Departemen/section :
a. Food and Beverage
b. Purchasing
c. Lainnya…………………
Lama Bekerja :
a. 0-5 tahun
b. 5-10 tahun
c. 10-20 tahun
d. 20- 30 tahun
e. < 30 tahun
Latar Belakang Pendidikan :
a. SMA/SMK
b. Diploma
c. S1
115
Petunjuk :
Pertanyaan berikut ini berkaitan dengan Penyajian Buah Lokal Dalam
Operasional Hotel Berbintang di Kawasan Pariwisata Sanur.
Beri tanda silang (X) yang tepat sesuai dengan pendapat saudara pada skala
dengan ketentuan berikut :
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Ragu-Ragu/ Setuju Sangat Setuju
Tidak Setuju Netral
No Variabel Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Kualitas Wisatawan dapat mengkonsumsi buah
lokal dengan baik.
Wisatawan lebih menyukai rasa buah
lokal dalam bentuk fresh fruit.
Tampilan buah lokal sangat
mempengaruhi penyajian buah lokal
kepada wisatawan.
Ukuran/grade buah sangat berpengaruh
pada penyajian buah lokal pada
wisatawan.
Pemilihan fisik dari segi warna buah
sangat berpengaruh pada penyajian buah
lokal.
Kebersihan dari supplier buah saat
pengiriman sangat berpengaruh pada
pengolahan buah lokal dan penyimpanan
nya.
2 Kontinuetas Ketersediaan buah lokal sesuai dengan
permintaan wisatawan sangat
mempengaruhi penyajian buah lokal.
Alur distribusi mempengaruhi penyajian
buah lokal dalam operasional hotel anda.
Hotel mengadakan evaluasi dengan
pemasok buah dalam pengadaan buah
lokal untuk operasional hotel.
3 Harga Kelayakan harga sangat mempengaruhi
kerjasama pihak hotel dengan supplier.
116
1. Upaya dalam mempromosikan buah lokal telah dilakukan pihak hotel seperti
dalam penyajian buah lokal dalam bentuk fresh maupun olahan makanan dan
minuman. Jenis buah lokal apa yang paling disukai wisatawan?
Sebutkan:………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………....
2. Keberlanjutan penggunaan buah lokal sangat membantu dalam membatasi
masuknya kuantitas besar bagi buah import. Apakah anda memiliki saran untuk
keberlanjutan penggunaan buah lokal dalam industri pariwisata?
Sebutkan:………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
**Terima Kasih**
No Variabel Pernyataan 1 2 3 4 5
Kebijakan pembayaran sangat
menentukan dimana pemasok potensial
yang dapat memenuhi permintaan buah
lokal dari hotel anda.
4 Variasi
penyajian
Penyajian buah lokal dalam operasional
lebih besar apabila saat tamu sedang
ramai.
Penyajian buah lokal dalam operasional
lebih banyak menggunakan buah potong
atau fresh fruit dibandingkan sebagai
olahan makanan dan minuman.
Hotel anda melakukan promosi buah
lokal dengan sangat baik dengan cara
memperkenalkan buah lokal dalam olahan
makanan atau minuman sehari-hari.
5 Kebijakan Adanya Perda Bali tentang perlindungan
buah lokal berdampak pada penggunaan
buah lokal dalam operasional hotel anda.
Hotel memiliki peraturan tersendiri
tentang pemanfaatan buah lokal.
117
Lampiran 3
Pedoman Wawancara Langsung.
Wawancara dengan Purchasing Manager
1. Bagaimana presentase penggunaan buah lokal dibandingkan dengan buah
impor?
2. Jenis buah lokal apa yang mendominasi yang diperlukan selama
operational?
3. Berapa kuantitas penggunaan buah impor dalam sehari untuk operational
hotel?
4. Berapa cost penyajian buah lokal dalam contoh 1 sajian kepada wisatawan?
5. Apa saja kendala yang dihadapi dalam memenuhi permintaa buah lokal dari
pihak supplier buah?
6. Bagaimana prosedur standarisasi kualitas buah lokal yang diperlukan oleh
hotel?
7. Bagaimana sistem pembayaran dengan pihak supplier buah?
Wawancara dengan F&B Manager/ Executive Chef
1. Bagaimana presentase penggunaan buah lokal dibandingkan dengan buah
impor?
2. Bagaimana variasi sajian buah lokal yang disajikan kepada wisatawan yang
menginap di hotel tempat anda bekerja?
3. Jenis buah lokal apa yang sangat diminati oleh wisatawan?
4. Jenis buah lokal apa yang mendominasi yang diperlukan selama
operational?
5. Bagaimana tanggapan wisatawan dalam penyajian buah lokal dalam
operational hotel?
6. Apakah sifat buah lokal yang tergantung pada musim mempengaruhi sajian
kepada wisatawan yang menginap di hotel?
7. Apa alasan hotel menggunakan buah impor?
8. Berapa kuantitas penggunaan buah impor dalam sehari untuk operational
hotel?
9. Berapa cost penyajian buah lokal dalam contoh 1 sajian kepada wisatawan?
10. Bagaimana tindakan/upaya pihak hotel dalam mempromosikan buah lokal
kepada wisatawan?
11. Apakah ada kendala dalam penyajian buah lokal kepada wisatawan?
118
Lampiran 4
Data Informan pada penelitian Penyajian Buah Lokal dalam Operasional Hotel
Berbintang di Kawasan Pariwisata Sanur.
No. Nama Pekerjaan
1 Chef Gusti Japa Executive Chef Inna Grand Bali Beach Hotel
2 Wayan Sudarnata Assistant FBM Prama Sanur Beach Hotel
3 Chef Asep Executive Chef Segara Village Hotel
4 IB Agung Sous Chef Griya Santrian Hotel
5 Chef Bram Executive Chef Tandjung Sari Hotel
6 Ibu Atik Purchasing Manager Mercure Hotel
7 Wayan Tunas Banquet Manager Prama Sanur Beach Hotel
8 Made Jarna Receiving Tandjung Sari Hotel
9 Ibu Supiani Asst F&B Sanur Paradise Plaza Hotel
10 Ibu Mita Supplier PT Tulus Fresh
11 Ibu Putu Darmaningsih Supplier UD Darmaningsih
12 Bapak Gusi Raka Supplier buah
119
Lampiran 5
Rekapitulasi Kuisioner
Data Pernyataan
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
2 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
3 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
4 4 5 4 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 3 3 4
5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4
6 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 1 4 4 4 4
7 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 3
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4
9 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5
10 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
11 4 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 3 2
12 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
13 5 5 4 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4
14 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3
15 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 2
16 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 3
17 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 5 3 4 4 3 2
18 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 3 5 5 3 2
19 5 4 3 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3
20 5 5 4 4 4 5 3 3 3 4 5 4 5 5 3 2
21 4 4 5 3 5 4 5 4 4 5 4 4 2 4 4 2
22 4 5 4 4 4 5 3 3 4 5 4 3 5 5 3 2
23 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
24 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
25 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3
26 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4
27 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4
29 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
30 4 4 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4
31 4 3 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4
32 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5
33 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4
34 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
120
35 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4
36 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3
37 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
38 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
39 4 5 4 4 4 5 3 3 4 5 4 3 5 5 4 2
40 4 4 5 3 5 4 5 4 4 5 4 4 2 4 4 2
41 5 5 4 4 4 5 3 3 3 4 5 4 5 5 3 2
42 5 4 3 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3
43 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 3 5 5 3 2
44 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 5 3 5 5 3 2
45 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 3
46 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 2
47 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3
48 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5
49 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
50 4 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 3 2
51 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
52 5 5 4 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4
53 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3
54 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 2
55 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 3
56 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 5 3 4 4 3 2
57 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 3 5 5 3 2
58 5 4 3 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3
59 5 5 4 4 4 5 3 3 3 4 5 4 5 5 3 2
60 4 4 5 3 5 4 5 4 4 5 4 4 2 4 4 2
61 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3
62 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
63 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
64 4 5 4 4 4 5 3 3 4 5 4 3 5 5 4 2
65 4 4 5 3 5 4 5 4 4 5 4 4 2 4 4 2
66 5 5 4 4 4 5 3 3 3 4 5 4 5 5 3 2
67 5 4 3 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3
68 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
69 4 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 3 2
70 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
71 5 5 4 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4
72 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3
73 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 2
121
74 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 3
75 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 5 3 4 4 3 2
76 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 3 5 5 3 2
77 5 4 3 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3
78 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
79 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
80 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4
Jawaban
5 46 51 17 13 22 54 12 4 18 44 31 20 42 26 4 4
4 34 28 58 47 58 26 49 59 45 31 46 46 33 53 49 33
3 0 1 5 8 0 0 16 17 17 5 3 13 1 1 27 17
2 0 0 0 12 0 0 3 0 0 0 0 0 4 0 0 26
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Persentase 5 4 3 2 1
203 34 75 88 8
251 153 77 132 82
14 50 8 15 44
12 3 0 4 26
0 0 0 1 0
122
Lampiran 6
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
VALIDITAS
Correlations
Ganjil Genap
Ganjil Pearson Correlation 1 .601**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
Genap Pearson Correlation .601**
1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
123
Lampiran 7
Memo GRO Prama Sanur Beach
From: Ketut Armini [mailto:[email protected]]
Sent: Saturday, April 19, 2014 7:44 PM
To: 'Tony Antonius'; [email protected];
[email protected]; [email protected]
Cc: 'Ruly Hakiki'; 'George Gunawan'; [email protected];
[email protected]; 'Sugiartini'; 'Wayan Sudarnata';
[email protected]; 'Kadek Yuli Undayani'; 'Marcel Driessen';
Subject: RE: Memo fruit amenities & local sweet amenities
Dear Pak Tony/Pak Gus/Pak Yoga/Pak Kerta and team,
Pleased be informed that we are going to implement the new Fruit and Local
Sweets Amenities standard starting on April 23rd
, 2014.
We will send the “Daily Amenities Order” 2 days in advance as what we did
currently (see the sample attached).
Enclosed is the Sweets Amenities daily schedule for your perusal as well as the
Fruit Amenities which has been confirmed before. As of our discussion, HK will
set up the Sweet Amenities with Explanation Card upon turndown in the room for
all in house guest (one sweet per guest) except GA Crews.
The Fruit basket will be served by the Room Service staff base on “Daily
Amenities Order “ and Expected Arrival List will be provided by GSA and should
be in the room before guest check in. Will send the picture of how to set it up in
the room when I get it from Yuli.
Thank you.
Kind regards,
Ketut Armini
Guest Relation Manager
PRAMA SANUR BEACH BALI
Jl. Danau Tamblingan, Sanur 80228 | Bali - Indonesia
Telp: 62 361 288011 | Fax : 62 361 287566, 281753
Email:[email protected] | www.sanurbeachhotelbali.com
124
PRAMA SANUR
BEACH
DAILY AMENITIES ORDER
DATE : 23 April 2014
NO NAME OF
GUEST
ROOM
# FRUIT FLOWER CAKE ETA C/O REMARKS Welcome by
1
Capt.
GA Crew
- 20 S - - VARIOUS SEE LIST
2 Today's
arrival - 35 S
66
Garland - VARIOUS SEE LIST GR Team
3
Turndown
amenities (Satuh)
- - - 528
pcs IN HOUSE
SEE LIST /
HK
4 Mr. A 515 S S - TBA 15.05 Returning
guest (3x) GM/RM/FOM
5 Mr. B 705 S - - INHOUSE Weekly
treatment
6 Mr. C 706 S - - INHOUSE Weekly
treatment
Distribution : Gardemanger, Pastry, Exec.Chef, Entertainment, Room Service, HK, Florist, Cost
Control, DM, File
Prepared by :
Dhiras
125
Lampiran 8
Program Mercure Hotel dalam kegiatan Sustainable Development yang berkaitan
dengan produk buah lokal.
126
127
128
Lampiran 9
Kebijakan tertulis dalam penyajian fruit basket
129
130
131
132
133
134