penyempurnaan tahan api dengan variasi resin … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada...

15
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN ANTI API DAP DAN NICCA Fi NONE P205 PADA KAIN KAPAS, T/C, T/R dan POLIESTER Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha 10020067 Noerma Rachamwati 10020050 Fani Miftah Rizkiyah 10020054 Boby Fansha Graha 07020015 Dosen : Sukirman S.ST Asisten : Desiriani Witri S.ST SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2013

Upload: phungdung

Post on 07-Mar-2019

391 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

LAPORAN

PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL

PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN ANTI API DAP DAN

NICCA Fi NONE P205 PADA KAIN KAPAS, T/C, T/R dan POLIESTER

Disusun Oleh :

Nama : Jakariya Nugraha 10020067 Noerma Rachamwati 10020050

Fani Miftah Rizkiyah 10020054

Boby Fansha Graha 07020015

Dosen : Sukirman S.ST Asisten : Desiriani

Witri S.ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2013

Page 2: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN ANTI API DAP DAN

NICCA Fi NONE P205 PADA KAIN KAPAS, T/C, T/R dan POLIESTER

I. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1 Maksud

Untuk membuat kain mempunyai sifat anti apipada kain kapas, T/C, T/R dan poliester.

1.2 Tujuan

Mengetahui dan membandingkan hasil penyempurnaan tahan api dengan variasi jenis

resin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, T/R dan poliester.

II. TEORI DASAR

2.1 Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam dengan komposisi selulosa, pektin, zat-zat yang

mengandung protein, lilin dan abu. Selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari

kondensasi molekul-molekul glukosa.

Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul 1.580.000. Selulosa

mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2 gugus sekunder. Dalam hal

morfologi serat penampang membujur serat kapas berbentuk pipih seperti pita terpilin.

Penampang melintangnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri dari : kutikula, dinding

primer, lapisan antara, dinding sekunder dan lumen.

Page 3: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

Sifat Fisika Serat Kapas

Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.

Kekuatan serat / bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon / inci persegi.

Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.

Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%.

Keliatan (toughness) adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda

untuk menerima kerja.

Kekakuan (stiffness) adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau

perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.

Moisture Regain serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%.

Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56.

Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang tegak

lurus adalah 1,53.

Sifat Kimia Serat Kapas

Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.

Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.

Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.

Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan

penggelembungan serat.

Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.

Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.

2.2 Serat Rayon

Serat rayon merupakan serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya sama

dengan serat selulosa lain, kecuali derajat polimerisasinya rendah karena terjadinya

degradasi rantai polimer selama pembuatannya.

Page 4: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

Sifat Fisika Serat Rayon

Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering dan kekuatan basahnya

± 1,4 g/denier. Mulurnya ± 15 % dalam keadaan kering dan ± 25 % dalam

keadaan basah.

Moisture regain dalam kondisi standar 12-13 %

Elastisitasnya jelek, apabila dalam pertenunan benangnya mendapat suatu tarikan

kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi.

Berat jenis serat rayon adalah 1,52

Sifat Kimia Serat Rayon

Asam-asam mineral encer panas atau asam pekat dingin akan merusak.

Rayon tahan pelarut-pelarut untuk pencucian kering.

Alkali kuat dapat menggelembungkan rayon dan menyebabkan kekuatan turun.

Oksidator mempengaruhi serat rayon

2.3 Serat Poliester

Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan

memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling

berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk

struktur yang teratur. Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.

Reaksi pembentukan polyester

n HOOC COOH + n HOCH CH OH OH OC COO(CH ) O

n

H + (2n-1) H O

Asam Tereftalat Etilena Glikol Poliester

Page 5: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

Sifat fisika Serat Poliester

Berat jenis polyester adalah 1,38 g/cm3.

Kekuatan tarik serat polyester sekitar 4.5 – 7.5 g/denier, sedangkan mulurnya

berkisar antara 25 % sampai 75 %.

Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang bulat.

Pada kondisi standar, yaitu RH 65 2 % dan suhu 20 oC 1 % moisture regain

serat polyester hanya 0.4 % sedangkan RH 100 % moisture regainnya mencapai

0.6 % - 0.8 %

Derajat kristalinitas adalah faktor penting untuk serat poliester, karena derajat

kristalinitas serat sangat berpengaruh pada serap zat warna ,mulur, kekuatan tarik,

stabilitas dimensi serta sifat-sifat lainya.

Serat poliester tahan terhadap panas sampai pada suhu 220 oC, diatas suhu ini

akan mempengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi kekuningan. Suhu

230-240 oC menyebabkan poliester melunak, suhu 260 oC menyebabkan poliester

meleleh.

Poliester memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut yang baik.

Sifat Kimia Serat Poliester

Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat

dingin. Polieater tahan basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat

oksidator, alkohol, keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Polieater larut

dalam meta-kresol panas, asam trifouroasetat-orto-clorofenol.

2.4 Penyempurnaan Tahan Api

Kain mudah terbakar (flammable) adalah kain yang akan terus terbakar meskipun

tanpa dibantu bila terkena api. Sdangkan kain tahan api atau non flammable (flame proof

fire resistant) merupakan kain yang tidak terbakar bila dikenai api. Flame retardant

Page 6: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

adalah istilah yang dipakai untuk menerangkan sifat tidak mudah terbakar pada kain,

dimana pembakaran berlangsung lambat dan api akan mati dengan sendirinya bila

sumber nyala api ditiadakan.

Pada peristiwa pembakaran kain terjadi dekomposisi kimia serat dan menghasilkan

suatu bahan tertentu yang mudah menguap dan dapat terbakar. Bila nyala api dipadamkan

maka akan meninggalkan residu seperti karbon. Sifat kain pada pembakaran ditentukan

oleh jumlah bahan yang menguap dan perlu diketahui bahwa sisa pembakaran (arang)

juga dapat membara dan meneruskan pembakaran. Pembakaran akan berlangsung cepat

jika struktur kain mendukung penyimpanan udara atau oksigen sehingga meneruskan

pembakaran setelah terjadi proses penyalaan pada kain, misalnya pada kain yang

permukaannya berbulu (napped pile) atau kain yang strukturnya terbuka.

Proses Terbakarnya Bahan Tekstil

Proses pembakaran pada dasarnya terdiri dari proses pemanasan, dekomposisi,

penyalaan dan perambatan. Panas yang timbul akibat adanya sumber dari luar akan

menyebabkan proses pembakaran. Panas akan menaikkan suhu bahan tekstil sampai

degradasi dan dekomposisi pada struktur polimer, dimana dari polimer selulosa biasanya

akan terbentuk sisa karbon. Selanjutnya padatan akan terurai menghasilkan gas, baik gas

yang mudah terbakar maupun tidak. Jumlah relative dari gas yang mudah terbakar

maupun tidak mudah terbakar yang dihasilkan tergantung pada sifat serat, kondisi

lingkungan dan zat kimia yang digunakan.

Proses pembakaran biasanya dibagi menjadi proses menyala (flaming), membara

(glowing) dan memijar (smoldering).

Nyala (flame)

Menyala adalah proses pembakaran yang digambarkan sebagai suatu proses

terbakarnya gas yang terurai dipermukaan. Proses dekomposisi thermal yang terjadi

pada selulosa selalu didahului oleh proses nyala. Proses nyala ini menghasilkan gas,

cairan, arang dan padatan. Penyalaan merupakan proses pembakaran yang terjadi

Page 7: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

secara eksotermis yang terdiri dari uap yang mudah terbakar dan terurai dipermukaan

bahan tekstil.

Bara (glow)

Membara merupakan proses eksotermis yang terjadi dipermukaan dan berada

pada fase gas yang hanya berad diatas permukaan. Keadaan ini berlangsung dalam

kondisi jumlah oksigen yang melimpah. Bahan tekstil dengan penyempurnaan tahan

bara sering diperoleh bersama-sama dengan sifat tahan nyala api. Zat penghambat

nyala yang berfungsi sebagai penghambat bara misalnya fosfat, tetapi beberapa dari

jenis lainnya seperti sufamat, mempunyai daya penahan bara yang kecil. Panas

pembakaran pada selulosa sekitar 400 – 500 oC, sedangkan suhu nyala bara api

sekitar 600 oC.

Pijar (smolder)

Proses pemijaran secara umum terjadi dibawah permukaan dan biasanya dalam

kondisi persediaan oksigen yang sangat sedikit. Proses pemijaran ini terjadi secar

lambat, dan biasanya disertai dengan keluarnya asap, tetapi tanpa disertai adanya

nyala atau bara.kemampuan meneruskan pemijaran sangat dipengaruhi oleh adanya

panas dari reaksi eksotermis yang ditahan didekat area yang sdang berpijar.

Suhu minimum yang dibutuhkan untuk mempertahankan pemijaran dipengaruhi

oleh karakteristik bahan ketika mengalami prosesoksidasi dan jumlah oksigen yang

ada. Pada kondisi kandungan okasigen yang lebih besar, dengan suhu yang lebih

rendah proses pembaraan dapat bertahan lebih lama. Metoda yang baik yang dapat

digunakan untuk mencegah proses penijaran adalah dengan menghilangkan panas

dengan segera dari daerah yang mengalami proses oksidasi.

Page 8: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

III. PERCOBAAN

3.1 Prinsip Pengerjaan

Pemberian resin tahan api terhadap kain

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat-alat yang digunakan:

Gelas Kimia 500 ml

Neraca

Pengaduk

Nampan

Mesin paader

Mesin Stenter

b. Bahan yang digunakan:

Kain kapas

Kain T/C

Kain T/R

Kain Poliester

Resin NiccoFinon

Resin

3.3 Fungsi Zat

Boraks / Nicca Fi None P205 : Garam Asam posfat yang memberikan sifat tahan

api pada kain.

Page 9: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

3.4 Diagram Alir

3.5 Cara kerja

1) Bahan ditimbang, kemudian dihitung keperluan zat

2) Larutan resin anti api dibuat sesuai dengan keperluan yang telah dihitung

3) Bahan dipadding dengan larutan resin anti api tersebut dengan WPU 70 %

4) Dilakukan pengeringan awal (drying) pada suhu 100 oC

5) Setelah itu dilakukan curing pada suhu 150 oC

6) Dilakukan pencucian

7) Evaluasi pengujian tahan api dilakukan pada kain

8) Melakukan pengerjaan dan pengujian pada blangko

Persiapan dan Pembuatan Larutan

Padding WPU 70%

Drying 100° C

Curring 150 ° C

Pencucian dan Evaluasi

Page 10: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

3.6 Data Pengamatan

Uji tahan api cara vertikal

Blanko

Bahan

Waktu nyala Waktu bara Panjang arang

Sebelum

cuci

(detik)

Sesudah

cuci

(detik)

Sebelum

cuci

(detik)

Sesudah

cuci

(detik)

Sebelum

cuci

(detik)

Sesudah

cuci

(detik)

Cotton 30,1 49 4,11 70 - -

T/C 31 28 11,95 70 - -

T/R 35,3 40 20,69 73 - -

Poliester 13,81 36 7,58 0 - -

Kel. Bahan

Waktu nyala Waktu bara Panjang arang

Sebelum

cuci

(detik)

Sesudah

cuci

(detik)

Sebelum

cuci

(detik)

Sesudah

cuci

(detik)

Sebelum

cuci

(cm)

Sesudah

cuci

(cm)

1

(NICCA

FINON

E

100 g/l)

Cotton 0 22 0 56,81 - -

T/C 41,63 42 0 51,29 - -

T/R 68 54 73 142 - -

Poliester

0 18 0 0 - -

2

(NICCA

FINON

E

150 g/l)

Cotton 12 21 0 73 - -

T/C 60 34 0 36,87 - -

T/R 70 43 0 78 - -

Poliester

0 20,72 0 0 - -

3

(NICCA

Cotton 12 27 0 45 - -

T/C 64 31 0 42 - -

Page 11: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

FINON

E

200 g/l)

T/R 12 43 0 81 - -

Poliester

0 0 0 0 - -

4

(Borak

100 g/l)

Cotton 26 0 35 67 - -

T/C 28 37 37 57 - -

T/R 57 49 82 115 - -

Poliester 18 22 0 0 7,5 cm -

5

(Borak

150 g/l)

Cotton 0 24 115 40 9,5 cm -

T/C 44 38 72 62 - -

T/R 56 59 122 101 - -

Poliester 22 16 24 18 - -

6

(Borak

200 g/l)

Cotton 0 20 6,5 65 6,5 -

T/C 42 29 72 38 - -

T/R 55 62 75 94 - -

Poliester 0 0 0 0 - -

IV. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini adalah penyempurnaan tahan api pada berbagai kain dengan

menggunakan resin Niccafinone dan boraks. Kain yang digunakan adalah katun, t/c, t/r

dan polyester. Dengan melakukan berbagai variasi konsentrasi, praktikan berharap bisa

mendapatkan resep optimum untuk bisa digunakan.

Secara sederhana pengerjaanya adalah dengan menambahkan resin tahan api pada

kain. Resin tersebut akan bereaksi dengan serat yang kemudian menyebabkan jumlah gas

Page 12: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

yang mudah menyala akan berkurang. Sebagaimana bahwa pembakaran itu adalah proses

terbakarnya gas yang terurai dipermukaan.

Kemudian setelah dilaksanakan, kain tersebut diuji ketahanan apinya dengan

pengujian tahan api vertical. Kain tersebut dimasukan kedalam alat untuk kemudian

dibakar dalam keadaan tertutup. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir udara (oksigen)

bisa masuk yang akan mengakibatkannya bertambahnya nyala api. Dan selanjutnya

dihitung waktu nyala dan waktu bara nya.

Data yang didapat pada pengujian ketahanan api ini, sudah praktikan cantumkan

data halaman sebelumnya. Dengan penambahan pengujian blangko, yaitu kain tanpa

menggunakan resin. Ini dilakukan supaya bisa mengetahui perbadaan antara yang sudah

ditambahkan resin dengan yang belum ditambhkan.

Pengamatan dari data-data hasil pengujian ternyta menunjukan hasil yang

bervariasi. Bagus atau tidaknya ketahanan terhadap api pada kain sendiri di indikasikan

dengan lamanya waktu nyala dan waktu bara. Semakin sebentar waktu nyala dan waktu

baranya maka semakin bagus ketahanan kain terhadap api. Apalagi jika waktu nya nol,

sama sekali tidak terbakar pada saat pengujian. Dan ternyata waktu nyala nol pun

didapatkan. Yaitu pada sampel kain kapas dengan resin nicca finone 100g/L sebelum

pencucian. Ini terjadi karena adanya reaksi antara senyawa oragnofosfat pada resin

dengan kain. Sehingga yang seharusnya kapas (selulosa) itu bersifat meneruskan

pembakaran (cepat terbakar) akibat dari adanya senyawa karbon ( C ) dan oksigen ( O )

membentuk CO dan CO2 diredam oleh resin. Tetapi ini hanya terjadi pada konstrasi resin

nicaafinone 100 g/l> konsentrasi yang lain sedikit bertambah waktunya.

Namun yang terjadi pada kapas sesudah dicuci terjadi pertambahan waktu. Dan

ini terjadi disemua konsetrasi, kecuali pada borak 150 g/l.

Page 13: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

ini bisa diindikasikan sebagai berkurangnnya kemampuan resin akibat adanya

pencucian pada kain. Begitupun dengan jenis kain yang lain pada berbagai konsetrasi dan

jenis resin. Tidak hanya waktu nyala, waktu barapun menunjukan tren yang sama. Maka

untuk saran yang bisa diajukan adalah pada aplikasi yang akan dilakukan, hendaknya

kain sesudah diberi sempurnakan tidak dilakukan pencucian.

Dari keempat jenis kain yang diujicoba. Hasil yang paling bagus adalah kain

polyester. Hasil uji penunjukan bahwa waktu nyala dan waktu bara di semua variasi dan

jenis resin polyester waktunya paling sebenatar.

BlangkoNicca

Finone100 g/L

NiccaFinone150 g/L

NiccaFinone200 g/L

Borak 100g /L

Borak 150g /L

Kapas Sebelum Cuci 30,1 0 12 12 26 0

Kapas sesudah cuci 49 22 21 27 0 24

0

10

20

30

40

50

60

Wak

tu N

yala

dal

am d

etik

Waktu Nyala pada kapas sebelum dan sesudah dicuci

Page 14: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

Selain karena sudah diberikan resin tahan api, ini juga akibat dari jenis seratnya

sendiri. Bahwasannya polyester termasuk jenis serat yang tidak meneruskan pembakaran,

karena tidak mengandung unsure karbon seperti kapas (selulosa).

Mesikupn dari data hasil pengujian ada tren kenaikan waktu nyala pada kain

setelah dilakukan pencucian. Akan tetapi ada juga yang mengalami penuruan, dan yang

mengalami penurunan dari berbagai variasi konsentrasi dan jenis resin adalah kain

campuran yaitu t/c dan t/r. ini cukup menarik untuk ditelisik lebih jauh lagi. Namun

praktikan mengasumsikan bahwa ini terjadi lebih kepada subjektifitas penilaian dari para

penguji yang melakukan uji tahan api vertical. Karena pada saat pengujian dilakukan

oleh penguji yang berbeda-beda.

Pengamatan yang dilakukan selanjutnya berlanjut pada pembandingan hasil

penyempurnaan dengan blangko. Inipun hasilnya bervariasi. Secara teori bahwa

seharusnya kain dengan penmbahan resin lebih baik daripada kain yang tidak diberikan

resin. Ini pun terjadi, namun hanya pada serat kapas dan polyester. Kain-kain campuran

malah menjadi lebih lama waktu nyala daripada blangkonya sendiri. Ini diasumsikan

BlangkoNiccafino

ne 100g/L

Niccafinone 150

g/L

Niccafinone 200

g/L

Boraks100 g/L

Boraks150 g/L

Waktu nyala sebelum cuci 13,81 0 0 0 18 22

Waktu nyala sesudah cuci 36 18 20,47 0 22 16

waktu bara sebelum cuci 7,58 0 0 0 0 24

waktu bara sesudah cuci 0 0 0 0 0 18

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Wak

tu n

yala

dan

bar

a d

alam

det

ik

Waktu nyala dan Bara pada Poliester

Page 15: PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN … fileresin dan konsentrasi resin yang dilakukan pada kain kapas, T/C, ... Kekuatan serat rayon ± 2,6 g/denier dalam keadaan kering

bahwa susunan struktur kimia dari serat campuran ini lebih kompleks daripada serat

tunggal. Sehingga pada saat bereaksi dengan resin maka akan bertambah kompleks.

Dan ketika membandingkan hasil uji antara jenis resin, inipun bervariasi juga.

Sehingga praktikan mengasumsikan bahwa pengunaan resin yang tepat untuk resep

medapatkan resep optimum adalah harus diseuaikan dengan jenis kain yang akan

dilakukan proses penyempurnaan tahan api.

V. KESIMPULAN

Hasil uji sebelum pencucian lebih tahan api daripada sesudah pencucian

Pengunaan resin yang tepat untuk resep medapatkan resep optimum adalah harus

diseuaikan dengan jenis kain yang akan dilakukan proses penyempurnaan tahan

api

Kapas dengan Niccafinone konsentrasi 100 g/L

T/C dengan borak 100, 150 g/L

T/R dengan niccafinone konsentrasi 200 g/L

Poliester cenderung bisa dengan yang lain.