peran kepercayaan pada pemerintah dan identitas nasional...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kebutuhan yang patut dimiliki setiap warga negara dalam
berkehidupan bernegara adalah loyalitas nasional. Loyalitas nasional dinilai
sebagai kebutuhan universal karena secara umum dibutuhkan di negara
manapun (Patterson, 2014). Hal ini sejalan dengan berbagai kajian loyalitas
nasional yang dilakukan, diantaranya di Amerika pada penelitian kelompok
minoritas (Miyawaki, 2014), di Yordania terkait perdebatan kewarganegaraan
dan pilihan loyalitas nasional (Nanes, 2008), maupun pada konsep kebangsaan
pada mahasiswa Yordania (Al-Sabeelah dkk, 2015), serta penelitian loyalitas
nasional pada beberapa negara Asia dan non-Asia (Inoguchi, 2017). Di
Indonesia, penelitian loyalitas nasional belum banyak dilakukan, sebaliknya
kajian pada loyalitas lebih banyak ditujukan pada produk atau layanan dalam
penelitian loyalitas pelanggan (Darsono & Dharmmesta, 2005; Ariwibowo &
Winarko, 2011; Tambunan dkk, 2014), menunjukkan bahwa loyalitas nasional
menjadi tema kajian yang kurang diangkat sehingga perlu untuk dilakukan guna
menumbuhkan kesadaran bersama atas pentingnya loyalitas nasional.
Loyalitas nasional merupakan salah satu kajian pada loyalitas yang
secara umum diartikan sebagai prinsip keberpihakan (Haidt, 2003; Healy, 2007;
Hildreth dkk, 2016; Wymer & Rundle-Thiele, 2014), dasar keterikatan (Beer &
Watson, 2009), maupun hasrat dan semangat sosial (Randles, 2001), yang
dapat memunculkan sikap dan perilaku kepatuhan (Zdaniuk & Levine, 2001),
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
dukungan, perhatian, mewujudkan cita-cita (Paki, 2012; Vugrt & Hart, 2004),
pengabdian (Goldfard, 2011) serta berkontribusi untuk stabilitas dan integritas
(Vugt & Hart, 2004), yang diberikan individu pada objek yang dituju. Pada kajian
loyalitas nasional, loyalitas ditujukan pada negara asal individu sebagai suatu
keterhubungan yang membentuk sikap dan perilaku kebangsaannya.
Loyalitas nasional bukan sebatas abstrak, melainkan timbul sebagai
capaian individu yang terarah pada tujuan tertentu (Healy, 2007; Healy, 2013).
Tujuan loyalitas nasional tidak terlepas dari gagasan kebangsaan yang
didasarkan pada cita-cita suatu bangsa (Franck, 1999; dalam Healy, 2007). Di
Indonesia, cita-cita bangsa berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 secara general dapat meliputi kemerdekaan bangsa yang pada masa
sekarang dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankannya, serta
kesejahteraan umum yang dapat dimaknai dalam segenap aspek kehidupan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa adanya loyalitas nasional sejalan
dengan upaya mencapai suatu bangsa yang dicita-citakan.
Pada perspektif psikologi sosial, loyalitas nasional merupakan suatu
fenomena psikologis yang terus berlangsung dalam kehidupan individu
menunjukkan pentingnya pembelajaran diri dan keterikatan emosional atas
pemahaman pada negara, sehingga individu dapat mengembangkan
kepekaannya terhadap kebutuhan dan kepentingan negara (Durckman, 1994;
Lin, 2010). Di Indonesia, kepekaan pada negara dapat menilik pada kondisi
ketahanan nasional sebagai kondisi dinamis bangsa Indonesia meliputi segenap
aspek kehidupan dan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan,
ancaman, hambatan baik dari dalam maupun luar negeri (Yuniarti, 2015).
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Berdasarkan hasil pengukuran laboratorium lembaga ketahanan nasional
Republik Indonesia, selama lima tahun berturut-turut Indonesia tengah berada di
posisi ketahanan nasional yang kurang tangguh (Siswanto, 2017; Yuniarti, 2015).
Kurang tangguhnya posisi ketahanan nasional tersebut didasari atas berbagai
permasalahan yang berlangsung di Indonesia seperti korupsi, konflik antar
golongan, toleransi, dan perubahan gaya hidup yang berentangan dengan
kebangsaan (Yuniarti, 2015), yang mana secara umum merupakan tindakan
tidak etis yang tidak sesuai dengan kebangsaan individu perlu untuk dirubah
sekaligus untuk meningkatkan posisi ketahanan nasional. Hildreth, Gino dan
Bazerman (2016) menilai bahwa loyalitas dapat mengurangi tindakan tidak etis
maupun kecurangan-kecurangan individu, begitu juga sebagai penentu perilaku
moral individu (Healy, 2007). Oleh karena itu, permasalahan kebangsaan juga
dapat berakar dari permasalah loyalitas nasional sehingga adanya loyalitas
nasional dapat menjadi solusi atas permasalahan yang ada.
Selain membentuk sikap dan perilaku kebangsaan maupun upaya
mencapai cita-cita bangsa serta sebagai solusi atas permasalahan kebangsaan
yang ada, loyalitas nasional dapat menumbuhkan kesetiaan alami yang mengikat
individu bersama dalam kehidupan sebagai warga negara (Connor, 2007; Healy,
2013). Hidup sebagai warga negara tidak terlepas dari kewarganegaraan individu
sebagai status dan tujuan resmi keterikatan individu pada sebuah negara (Healy,
2013). Kewarganegaraan sebagai salah satu masalah dimensi sosial menjadi
ukuran dan hasil dari loyalitas nasional serta sebagai tingkat partisipasi individu
dalam melindungi dan membela negara (Al-Sabeelah dkk, 2015; Healy, 2013).
Kewarganegaraan sebagai bentuk final loyalitas nasional menjadi sulit diukur
pada warga negara yang secara umum berada di Indonesia dengan tanpa
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
adanya perbandingan maupun kesempatan yang dapat dilakukan, sebaliknya
fenomena perubahan kewarganegaraan kerap dijumpai pada ekspatriat
Indonesia.
Ekspatriat adalah sebutan untuk individu yang tinggal atau bekerja di luar
negara asalnya (Andreason, 2003). Sebutan ekspatriat tidak bergantung pada
jenis pekerjaan tertentu, melainkan pada kepemilikan izin tinggal resmi
(Andreason, 2003) dan bukan sekedar perjalanan wisata (Nghiêm-Phú, 2015). Di
Indonesia, jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi ekspatriat atau
dalam penelitian ini disebut sebagai ekspatriat Indonesia pada tahun 2015
tercatat sebanyak 2,7 juta orang dengan perkiraan keseluruhan mencapai 4,3
juta orang (Grehenson, 2015). Banyaknya jumlah tersebut tersebar di berbagai
negara salah satunya di Singapura dengan jumlah 197.970 orang (Kedutaan
Besar Republik Indonesia [KBRI], 2017). Keberadaan ekspatriat Indonesia di
Singapura beriringan dengan adanya perubahan kewarganegaraan yang
dilakukan untuk menjadi warga negara Singapura (WNS) telah bergulir setiap
tahunnya.
Perubahan kewarganegaraan oleh ekspatriat Indonesia lebih
memungkinkan terjadi karena adanya kesempatan dan kesesuaian prasyarat
perubahan kewarganegaraan salah satunya telah memiliki izin tinggal resmi di
Singapura dalam kurun waktu tertentu (Immigration & Checkpoints Authority
[ICA], 2017). Berdasarkan data yang bersumber dari Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Singapura (KBRI), pada tahun 2008 jumlah perubahan
kewarganegaraan mencapai 1180 orang, memicu kontra dari WNS setempat
sehingga sejak tahun 2009 pemerintah Singapura menetapkan kebijakan dalam
memperketat aturan perubahan kewarganegaraan (Baskoro, 2013). Kebijakan
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
memperketat aturan perubahan kewarganegaraan menunjukkan adanya
penurunan jumlah perubahan kewarganegaraan dan batasan setiap tahunnya.
Pada tahun 2009 perubahan kewarganegaraan oleh ekspatriat Indonesia
berjumlah 960 orang, tahun 2010 berjumlah 630, tahun 2011 kembali meningkat
sebanyak 740 orang, dan sebanyak 870 orang di tahun 2012 (Baskoro, 2013).
Data terbaru menunjukkan pada tahun 2013 jumlah perubahan
kewarganegaraan berjumlah 708 orang, tahun 2014 berjumlah 721 orang, tahun
2015 menurun menjadi 600 orang dan tahun 2016 kembali meningkat sebanyak
727 orang (KBRI, 2017). Melalui data perubahan kewarganegaraan tersebut
menunjukkan bahwa loyalitas nasional dapat berubah sebagai konsekuensi
pilihan individu yang diinginkan (Healy, 2013; Lin, 2010; Mulhollem, 2010).
Loyalitas nasional sebagai suatu pilihan individu juga dapat dijumpai pada
sejumlah atlit nasional Indonesia yang melakukan perubahan kewarganegaraan
untuk beralih menjadi tim Singapura dan membela Singapura di ajang
internasional walaupun akan dihadapkan untuk melawan Indonesia (Wicaksono
& Adhiyasa, 2016; Firdaus, 2017). Sementara itu, keberadaan ekspatriat yang
lebih memilih berkarya dan memberi kebanggaan pada negara lain (Wibawa,
2017), maupun banyaknya pelajar yang kemudian oleh Menteri dalam Negeri
diminta kembali ke Indonesia untuk membangun negeri (Prakoso, 2017),
menunjukkan bahwa loyalitas nasional perlu lebih ditanamkan sebagai praktik
kebangsaan yang perlu terus dijaga.
Pada ekspatriat Indonesia di Singapura, loyalitas nasional tidak terlepas
dari pengaruh keberadaan mereka di Singapura. Singapura menjadi lingkungan
sosial yang dapat memberikan pengalaman dan pengaruh sosial pada individu
baik norma sosial maupun informasi sosial yang dapat mengajarkan individu
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
untuk berubah pikiran dan mempengaruhi tujuan individu (Healy, 2013; Lin,
2010; Mulhollem, 2010). Individu memiliki kesempatan dalam membuat
keputusan sebagai hasil dari pengaturan diri yang diperoleh melalui kombinasi
proses kognitif dan manipulasi sosial (Mulhollem, 2010), sehingga dapat
mengantisipasi, merencanakan, merenungkan, baik pada pikiran, perasaan
maupun perilaku (Meichenbaum, 2002). Oleh karena itu, dengan keberadaannya
di Singapura, loyalitas nasional ekspatriat Indonesia menjadi lebih teruji karena
adanya kerentanan perubahan yang dapat terjadi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui survei online
pada tanggal 18 sampai 28 Maret 2017 pada 150 ekspatriat Indonesia di
Singapura yang meliputi pelajar (4%), ibu rumah tangga (21%), pekerja informal
(19%) dan pekerja formal atau profesional (56%) dengan usia minimal 25 tahun
dan tidak dalam kepentingan tugas kenegaraan (Indonesia) dapat diketahui
terdapat sejumlah 90 (60%) responden yang diindikasikan memiliki loyalitas
nasional yang rendah, diantaranya dengan menyatakan rencana untuk tinggal di
Singapura selama lebih dari 10 tahun sebagai pilihan waktu terlama pada survei
yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Nghiêm-Phú (2016) pada
ekpatriat terhadap loyalitas negara tempat tinggal, dan penelitian yang dilakukan
Zhang, Cai dan Lin (2014) pada wisatawan terhadap loyalitas negara tujuan
wisata menunjukkan bahwa lamanya waktu tinggal merupakan perwujudan dari
loyalitas pada negara yang dimaksud. Oleh karena itu, lebih lama tinggal di
Singapura dapat dinilai sebagai pilihan dalam mendukung Singapura sejalan
dengan tanggung jawab yang diberikan diantaranya membayar pajak Singapura.
Ketentuan membayar pajak di Singapura berlaku untuk ekspatriat (kecuali
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
pelajar) yang telah tinggal selama minimal 183 hari dalam setiap tahunnya
(Inland Revenue Authority of Singapore [IRAS], 2017).
Hasil studi pendahuluan lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat
sejumlah 43 (28,7%) responden dari total keseluruhan 150 responden
menyatakan untuk tidak ingin kembali tinggal di Indonesia. Berdasarkan tabel 1.2
berikut, jumlah tersebut dapat diketahui berdasarkan pekerjaan yang dimiliki.
Tabel 1.1. Rencana kembali atau tidaknya ke Indonesia berdasarkan pekerjaan Kembali atau tidaknya ke Indonesia
Pekerjaan
Pelajar Ibu rumah tangga
Pekerja informal
Pekerja formal
Total
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Ya 6 (6,2%) 21 (21,6%) 25 (25,8%) 45 (46,4%) 97 (64,7%) Tidak 0 (0%) 7 (16,3%) 3 (7%) 33 (76,7%) 43 (28,7%) Belum tau 0 (0%) 3 (3%) 1 (1%) 6 (6%) 10 (6,6%)
Total 6 (4,0%) 31 (20,7%) 29 (19,3%) 84 (56,0) 150(100%)
Sumber: Studi pendahuluan
Melalui tabel 1.2 diketahui responden yang menyatakan tidak ingin
kembali tinggal di Indonesia didominasi oleh responden yang bekerja di bidang
formal sebagai keinginan mereka untuk menetap di Singapura. Paki (2012) dan
Vugt dan Hart (2004) pada penelitian loyalitas kelompok menunjukkan bahwa
keputusan untuk tetap tinggal dalam kelompok merupakan perwujudan dari
loyalitas kelompok, sehingga dapat dikatakan bahwa keinginan untuk tidak
kembali tinggal di Indonesia merupakan bentuk dari rendahnya loyalitas nasional
yang dimiliki. Di sisi lain, menetap di Singapura tidak terlepas dari tingginya biaya
hidup di Singapura mengingat selama empat tahun berturut-turut Singapura telah
dinobatkan sebagai kota termahal di dunia (Mc.Donald, BBC, 2017), sehingga
keuntungan pada faktor material dinilai bukan semata-mata penyebab individu
lebih memilih untuk berencana tidak kembali tinggal di Indonesia. Melalui alasan
yang diberikan responden pada studi pendahuluan, diketahui bahwa rencana
lamanya tinggal di Singapura dan keingingan untuk tidak kembali tinggal di
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Indonesia dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia yang secara umum dinyatakan
melalui komentar negatif terhadap Indonesia.
Komentar negatif terhadap Indonesia sebagai negara tujuan loyalitas
nasional individu bertolak belakang dengan bentuk loyalitas nasionalnya. Hal ini
didasari pada temuan yang menunjukkan bahwa pemberian evaluasi dan
komentar positif pada tujuan loyalitas merupakan bentuk dari loyalitas yang
dimiliki (Nghiêm-Phú, 2015; Zhang dkk, 2014). Berdasarkan survei yang
diberikan, adapun komentar negatif tersebut diantaranya sebagai berikut:
―Saya tidak akan kembali jika issue ekonomi, politik, ras dan agama masih berkecamuk di Indonesia‖. (GC. Laki-laki.32 tahun. Konsultan informatika). ―Tidak ingin kembali ke Indonesia, Indonesia Negara paling hancur yang pernah saya tinggali. Paling korup, paling jorok, paling banyak kriminalitas, paling amburadul, saya juga benci muslim Indo‖. (LE. Laki-laki. 40 tahun, Insinyur).
“I would like to settle down here, healtcare system here is more organize and everyone will obey with the law instead of break it” (SK. Perempuan, 26 tahun, Apoteker).
Pernyataan tersebut menunjukkan evaluasi kondisi di Indonesia
disebutkan sebagai negara hancur, adanya korupsi, tingkat kebersihan,
keamanan, perekonomian, situasi politik, isu suku ras dan agama (SARA),
sistem kesehatan maupun hukum dan sebagainya, tidak terlepas dari capaian
kinerja pemerintah berada jauh dari harapan responden, sehingga tidak terlepas
dari kepercayaan mereka pada pemerintah sebagai penggerak negara.
Kepercayaan didefinisikan sebagai harapan pihak lain dalam melakukan
hubungan sosial, dimana didalamnya mencakup kerentanan akan risiko yang
berasosisiasi dengan harapan tersebut, sehingga apabila harapan tersebut tidak
tercapai, individu akan menerima konsekuensi negatif seperti merasa dikhianati,
kecewa dan marah (Lewicki & Bunker, 1996 dalam Faturochman, 2000). Oleh
karena itu, komentar negatif terhadap Indonesia menunjukkan kekecewaan
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
ataupun kemarahan responden sebagai konsekuensi negatif dari rendahnya
kepercayaan yang dimiliki. Rendahnya kepercayaan terhadap pemerintah lebih
mudah terjadi apabila terdapat perbandingan capaian pemerintahan yang secara
langsung dirasakan sepertihalnya pada capaian pemerintahan Singapura. Hal ini
didasari karena individu memiliki kemampuan secara kognitif untuk memberi
kendali langsung bagi pemikiran dan analisa mereka (Mulhollem, 2010).
Keterkaitan antara loyalitas dan kepercayaan telah banyak dikaji dalam
perspektif industri menunjukkan bahwa kepercayaan sebagai modal sosial (Ghur,
2015), syarat utama (Reichheld & Schefter, 2000), yang secara langsung
berperan terhadap loyalitas (Harris & Gooode, 2004), membentuk loyalitas
(Ribbink dkk, 2004) serta menjadi elemen penting dalam menciptakan hubungan
yang harmonis, sinergis dan efisien dalam lingkungan sosial (Huff & Kelley,
2003). Pada dunia marketer misalnya, kepercayaan telah disepakati sebagai
tujuan utama dalam mempertahankan loyalitas pelanggan daripada sekedar
untuk mendapatkan pelanggan baru (Sarwar dkk, 2012), sehingga perusahaan
memiliki konsentrasi upaya peningkatan kepercayaan pelanggan dengan cara
segera menyelesaikan perselisihan dan keluhan pelanggan, mengiklankan
kejujuran, memaksimalkan usaha dalam memfasilitasi pelanggan serta menjamin
bahwa perusahaan telah mematuhi semua kebijakan (Sarwar dkk, 2012). Oleh
karena itu, sepertihalnya perusahaan, pemerintah diharapkan dapat menciptakan
dan mempertahankan kepercayaan setiap anggotanya dalam hal ini warga
negara tidak terkecuali ekspatriat, diantaranya dengan memenuhi kompetensi,
kebajikan dan integritasnya sebagai elemen yang mendasari kepercayaan
(Mayasari, 2012).
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Di sisi lain, kepercayaan pada pemerintah Indonesia oleh Organisation for
Economic Cooperation and Development (OECD) belum lama ini dinyatakan
sebagai peringkat pertama dunia atas kepercayaan warga negara kepada
pemerintah yang mencapai 80% (Sari, CNN Indonesia, 2017). Tingginya tingkat
kepercayaan tersebut dinilai bahwa pemerintah telah responsif dan dapat
diandalkan dalam memberikan perlindungan dan pelayanan (Sari, CNN
Indonesia, 2017). Adapun sasaran yang ditujukan dalam merepresentasikan
kepercayaan pada pemerintah tersebut adalah penilaian pada pemerintahan itu
sendiri, sistem kesehatan, pendidikan, keamanan setempat, peradilan dan
hukum, serta transportasi publik (Organisation for Economic Cooperation &
Development [OECD], 2017). Belum diketahui batasan subjek pada hasil
tersebut, sehingga tidak menutup kemungkinan akan berbeda pada ekspatriat
Indonesia di Singapura.
Selain kepercayaan pada pemerintah, loyalitas nasional tidak terlepas
dari identitas nasional individu sebagai keterlibatan ego individu pada negara.
Identitas nasional merupakan salah satu bentuk identitas kolektif dalam kajian
identitas sosial yang melihat identitas sebagai landasan dalam berbagai dampak
sosial, kemampuan berpikir, merasa, dan bertindak sebagai bagian dari suatu
kelompok sosial (Hudy, 2001; David & Bar-tal, 2009). Ashmore, Deaux dan Volpe
(2004) menekankan bahwa identitas kolektif diyakini dapat menjadi satu
kesatuan dengan identitas personal, begitupun pada identitas nasional yang
diharapkan dapat menyatu sebagai identitas personal individu. Identitas nasional
digambarkan sebagai perasaan subjektif dan kedekatan kuat pada negara (Blank
dkk, 2001).
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Adanya peran identitas nasional terhadap loyalitas nasional dapat
diketahui dalam konteks kelompok sosial yang menunjukkan bahwa identitas
pada kelompok merupakan pengikat sosial dalam mewujudkan loyalitas
kelompok (Vugt & Hart, 2004). Individu yang memiliki identitas kelompok tinggi
akan menunjukkan loyalitasnya pada kelompok, dimana sebaliknya loyalitas
kelompok tidak dimiliki pada individu dengan identitas kelompok yang rendah
(Zdaniuk & Levine, 2001). Identitas kelompok yang tinggi membentuk perilaku
individu dalam melindungi kelompok dan menonjolkan loyalitasnya (Healy, 2007).
Pada studi longitudinal yang dilakukan Newson dan kawan-kawan (2016)
menunjukkan, individu yang memiliki identitas yang menyatu dengan kelompok
cenderung akan selalu memiliki loyalitas dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,
loyalitas nasional pada ekspatriat Indonesia dapat terbentuk dengan tingginya
identitas nasional yang diharapkan menyatu sebagai identitas personal individu
sebagai pemaknaan diri individu sebagai bagian dari Indonesia.
Identitas nasional penting dimiliki oleh setiap WNI tidak terkecuali pada
ekspatriat Indoensia sebagai ciri khas dan karakteristik yang membedakannya
dengan bangsa lain. Identitas nasional bersifat konstruktif dan tidak muncul
begitu saja, sehingga dalam hubungannya dengan pihak luar baik bangsa atau
negara lain, identitas nasional perlu ditempatkan pada level tertinggi
(Faturochman, 2008). Hal ini dikarenakan, pada dasarnya WNI secara umum
telah terbiasa dihadapkan dengan kondisi negara yang plural dimana individu
dapat memilih identitas yang dianggap paling sesuai dengan dirinya berdasarkan
perbedaan latar belakang baik suku, ras maupun agama. Sementara itu, Yuniarti
(2015) menyebutkan bahwa dengan tinggal di negara lain, identitas nasional
dapat lebih sering diucapkan atau sebaliknya individu juga dapat lebih
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
mengadopsi identitas dari negara lain tersebut. Oleh karena itu, dengan tinggal di
Singapura, ekspatriat Indonesia diharapkan dapat lebih menonjolkan identitas
nasional mereka, bukan sebaliknya lebih mengadopsi identitas kebangsaan
Singapura sebagai identitas mereka. Adanya identitas nasional juga merupakan
pertanda kebangkitan suatu masyarakat atau negara, dimana perjuangan
membangun identitas nasional sejajar dengan pembangunan nasional
(Faturochman, 2008).
Melalui uraian di atas, kepercayaan pada pemerintah dan identitas
nasional diketahui memiliki peran terhadap loyalitas nasional ekspatriat
Indonesia di Singapura. Ekspatriat Indonesia yang secara langsung berhadapan
dengan bangsa dan negara Singapura memiliki kerentanan akan pengaruh sosial
baik norma maupun informasi sosial yang dapat menjadi dasar dalam merubah
pemikiran, perasaan dan perilaku individu, sehingga tidak menutup kemungkinan
membawa perubahan pada kebangsaan mereka hingga pada ketetapan
perubahan kewarganegaraan. Terlepas dari batasan jumlah yang ditentukan oleh
kebijakan Singapura yang berlaku, perubahan kewarganegaraan oleh ekspatriat
Indonesia yang terus bergulir menunjukkan bahwa apabila dihadapkan pada
kesempatan, loyalitas nasional menjadi suatu pilihan yang lebih teruji.
B. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, loyalitas nasional
menjadi kebutuhan yang patut dimiliki setiap warga negara tidak terkecuali
ekspatriat. Keberadaan ekspatriat di luar negara asalnya memiliki kerentanan
akan pengaruh sosial dari negara tempat tinggalnya yang dapat mengantarkan
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
pada perubahan pemikiran, perasaan dan perilaku kebangsaan mereka. Oleh
karena itu, penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui seberapa besar peran
kepercayaan pada pemerintah dan identitas nasional secara bersama-sama
terhadap loyalitas nasional yang ditujukan pada ekspatriat Indonesia di
Singapura.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk menguji peran kepercayaan pada
pemerintah dan identitas nasional terhadap loyalitas nasional pada ekspatriat
Indonesia di Singapura.
b. Manfaat penelitian
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah ranah
pengetahuan kebangsaan terkait kajian teoritik loyalitas nasional dalam
perspektif psikologi sosial yang ditinjau melalui kepercayaan pada pemerintah
dan identitas nasional, mengingat kajian dalam kerangka ini belum banyak
dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong ketertarikan
pada pengembangan masing-masing alat ukur dalam perspektif psikologi sosial.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi praktik
kebangsaan ekspatriat Indonesia atas loyalitas nasional, kepercayaan yang
dimiliki pada pemerintah dan identitas nasional mereka di tengah keberadaannya
di Singapura. Hasil tersebut dapat digunakan sebagai rujukan oleh pemerintah
baik pemerintahan pusat maupun Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Singapura dalam upaya mempertahankan dan meningkatkaan praktik
kebangsaan warga negara secara umum, khususnya ekspatriat Indonesia.
D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian loyalitas nasional yang dilakukan oleh Inoguchi (2017) dalam
bukunya yang berjudul ―Exit, Voice and Loyalty in Asia” menunjukkan bahwa di
Indonesia, secara umum WNI yang memiliki loyalitas nasional berdasarkan
demografi adalah mereka yang tidak berpendidikan tinggi dan menganggur yang
didominasi dengan tingkat ekonomi yang rendah. Kepemilikan loyalitas nasional
dicirikan pada WNI yang menikmati pasokan listrik, merasa bangga dengan
Indonesia, tidak memiliki standar hidup yang tinggi, mempercayai sistem hukum,
menilai kinerja pemerintahan pada penanganan kasus korupsi, dan merasa puas
dengan hak mengkritik pemerintah. Perbedaan pada penelitian ini adalah subjek
penelitian yaitu ekspatriat Indonesia yang secara langsung dapat merasakan
perbedaan terhadap Indonesia maupun Singapura dan lebih memiliki
kesempatan pilihan serta dinilai memiliki standar hidup yang lebih baik daripada
demografis pada subjek dengan loyalitas nasional pada penelitian tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh B`inh Nghie`m-Phú (2015) dengan judul
―Country Image, Country Attachment, Country Loyalty and Life Satisfaction of
Foreign Residents in Vietnam” pada ekspatriat yang berasal dari banyak negara
yang tinggal di Vietnam menunjukkan capaian loyalitas dengan kedatangan
kembali, ekspresi psikologis yang positif pada negara tersebut, meninjau dan
merekomendasikan negara tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah selain pada apa yang diukur, juga pada objek loyalitas yang
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
berkebalikan. Jika penelitian tersebut mengukur loyalitas ekspatriat yaitu individu
yang berasal dari luar Vietnam pada negara tempat tinggal Vietnam (bukan
negara asal ekspatriat) yaitu disebut country loyalty, penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui loyalitas ekspatriat Indonesia (yaitu WNI) pada negara asalnya yaitu
Indonesia merupakan istilah untuk national loyalty.
Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan B`inh Nghie`m-Phú (2015) tersebut
menguji skala loyalitas dengan menggunakan pendekatan empat dimensi
loyalitas yaitu kognitif, afektif, konatif dan tindakan, dimana selanjutnya diketahui
bahwa dimensi kognitif kemudian digugurkan karena kurangnya validitas. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harris & Goode (2004) berjudul
―The four levels of loyalty and the pivotal role of trust: a study of online service
dynamics” yang juga menggunakan empat dimensi loyalitas yang sama dimana
ke-empat dimensi tersebut dapat diterima dan digunakan dalam mencapai hasil
penelitian. Keempat dimensi yang dimaksud merupakan rumusan Oliver (1997)
yang dikembangkan dan diuji baik sebagai rantai sekuensial maupun satu
kesatuan yang tidak terpisah. Pada penelitian ini, keempat dimensi tersebut
digunakan sebagai satu kesatuan yang disesuaikan dengan teori dan kerangka
yang diajukan.
Hasil penelitian yang dilakukan Harris dan Goode (2004) memberikan
bukti yang mendukung pandangan bahwa kepercayaan sebagai penggerak
utama loyalitas. Walaupun demikian, mengingat perbedaan kajian yang akan
dilakukan dalam penelitian ini karena keterbatasan empirik yang ditemukan
terhadap penelitian loyalitas nasional dalam perspektif psikologi sosial,
keterkaitan antara kepercayaan terhadap loyalitas dalam penelitian ini tidak
terlepas dari temuan dalam perspektif industri, diantaranya pada penelitian yang
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
dilakukan Sarwar, Abbasi dan Pervaiz (2012) dengan judul ―The Effect of
Customer Trust on Customer Loyalty and Customer Retention: A Moderating
Role of Cause Related Marketing” maupun peneltian yang dilakukan Mosavi dan
Ghaedi yang berjudul ―A survey on the relationship between trust, customer
loyalty, commitment and repurchase intention‖ keduanya menunjukkan bahwa
kepercayaan pelanggan memberikan dampak terbesar pada loyalitas pelanggan,
daripada variabel yang diajukan lainnya.
Sementara itu, keterkaitan antara identitas nasional juga tidak terlepas
dari kerangka identitas kolektif secara umum. Penelitian yang dilakukan oleh
Patterson (2014) berjudul ―Group tipicality, group loyalty and cognitive
development” menunjukkan bahwa anak usia 6 tahun telah menyadari
keanggotaan kelompok mereka dan dapat menyesuaikan diri dengan norma-
norma kelompok dan menunjukkan loyalitas kelompok, serta menunjukkan
bahwa proses kognitif dan sosial yang terikat dengan penilaian individu menjadi
yang mendasarinya. Berbeda dengan penelitian ini, subjek penelitian ditujukan
pada ekspatriat Indonesia dengan batasan usia minimal 21 tahun sehingga tidak
menutup kemungkinan memiliki capaian yang berbeda. Penelitian lainnya juga
dilakukan oleh Vugt dan Hart (2003) dengan judul ―Social identity as social glue:
the origin of group loyalty” pada 60 mahasiswa yang dilakukan dengan 3 kali
eksperimen menunjukkan bahwa identitas sosial sebagai social glue yaitu
pengikat adanya loyalitas pada kelompok sosial yang dituju, memungkinkan
bahwa keterkaitan antara identitas dan loyalitas dapat memiliki hasil yang sama
pada kerangka nasional dalam penelitian ini.
PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/