peran kepercayaan pada pemerintah dan identitas nasional...

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang patut dimiliki setiap warga negara dalam berkehidupan bernegara adalah loyalitas nasional. Loyalitas nasional dinilai sebagai kebutuhan universal karena secara umum dibutuhkan di negara manapun (Patterson, 2014). Hal ini sejalan dengan berbagai kajian loyalitas nasional yang dilakukan, diantaranya di Amerika pada penelitian kelompok minoritas (Miyawaki, 2014), di Yordania terkait perdebatan kewarganegaraan dan pilihan loyalitas nasional (Nanes, 2008), maupun pada konsep kebangsaan pada mahasiswa Yordania (Al-Sabeelah dkk, 2015), serta penelitian loyalitas nasional pada beberapa negara Asia dan non-Asia (Inoguchi, 2017). Di Indonesia, penelitian loyalitas nasional belum banyak dilakukan, sebaliknya kajian pada loyalitas lebih banyak ditujukan pada produk atau layanan dalam penelitian loyalitas pelanggan (Darsono & Dharmmesta, 2005; Ariwibowo & Winarko, 2011; Tambunan dkk, 2014), menunjukkan bahwa loyalitas nasional menjadi tema kajian yang kurang diangkat sehingga perlu untuk dilakukan guna menumbuhkan kesadaran bersama atas pentingnya loyalitas nasional. Loyalitas nasional merupakan salah satu kajian pada loyalitas yang secara umum diartikan sebagai prinsip keberpihakan (Haidt, 2003; Healy, 2007; Hildreth dkk, 2016; Wymer & Rundle-Thiele, 2014), dasar keterikatan (Beer & Watson, 2009), maupun hasrat dan semangat sosial (Randles, 2001), yang dapat memunculkan sikap dan perilaku kepatuhan (Zdaniuk & Levine, 2001), PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITAS NASIONAL EKSPATRIAT INDONESIA DI SINGAPURA AYU CHANDRA HAMIDAH Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: trinhkhue

Post on 14-Aug-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan yang patut dimiliki setiap warga negara dalam

berkehidupan bernegara adalah loyalitas nasional. Loyalitas nasional dinilai

sebagai kebutuhan universal karena secara umum dibutuhkan di negara

manapun (Patterson, 2014). Hal ini sejalan dengan berbagai kajian loyalitas

nasional yang dilakukan, diantaranya di Amerika pada penelitian kelompok

minoritas (Miyawaki, 2014), di Yordania terkait perdebatan kewarganegaraan

dan pilihan loyalitas nasional (Nanes, 2008), maupun pada konsep kebangsaan

pada mahasiswa Yordania (Al-Sabeelah dkk, 2015), serta penelitian loyalitas

nasional pada beberapa negara Asia dan non-Asia (Inoguchi, 2017). Di

Indonesia, penelitian loyalitas nasional belum banyak dilakukan, sebaliknya

kajian pada loyalitas lebih banyak ditujukan pada produk atau layanan dalam

penelitian loyalitas pelanggan (Darsono & Dharmmesta, 2005; Ariwibowo &

Winarko, 2011; Tambunan dkk, 2014), menunjukkan bahwa loyalitas nasional

menjadi tema kajian yang kurang diangkat sehingga perlu untuk dilakukan guna

menumbuhkan kesadaran bersama atas pentingnya loyalitas nasional.

Loyalitas nasional merupakan salah satu kajian pada loyalitas yang

secara umum diartikan sebagai prinsip keberpihakan (Haidt, 2003; Healy, 2007;

Hildreth dkk, 2016; Wymer & Rundle-Thiele, 2014), dasar keterikatan (Beer &

Watson, 2009), maupun hasrat dan semangat sosial (Randles, 2001), yang

dapat memunculkan sikap dan perilaku kepatuhan (Zdaniuk & Levine, 2001),

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

dukungan, perhatian, mewujudkan cita-cita (Paki, 2012; Vugrt & Hart, 2004),

pengabdian (Goldfard, 2011) serta berkontribusi untuk stabilitas dan integritas

(Vugt & Hart, 2004), yang diberikan individu pada objek yang dituju. Pada kajian

loyalitas nasional, loyalitas ditujukan pada negara asal individu sebagai suatu

keterhubungan yang membentuk sikap dan perilaku kebangsaannya.

Loyalitas nasional bukan sebatas abstrak, melainkan timbul sebagai

capaian individu yang terarah pada tujuan tertentu (Healy, 2007; Healy, 2013).

Tujuan loyalitas nasional tidak terlepas dari gagasan kebangsaan yang

didasarkan pada cita-cita suatu bangsa (Franck, 1999; dalam Healy, 2007). Di

Indonesia, cita-cita bangsa berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 secara general dapat meliputi kemerdekaan bangsa yang pada masa

sekarang dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankannya, serta

kesejahteraan umum yang dapat dimaknai dalam segenap aspek kehidupan.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa adanya loyalitas nasional sejalan

dengan upaya mencapai suatu bangsa yang dicita-citakan.

Pada perspektif psikologi sosial, loyalitas nasional merupakan suatu

fenomena psikologis yang terus berlangsung dalam kehidupan individu

menunjukkan pentingnya pembelajaran diri dan keterikatan emosional atas

pemahaman pada negara, sehingga individu dapat mengembangkan

kepekaannya terhadap kebutuhan dan kepentingan negara (Durckman, 1994;

Lin, 2010). Di Indonesia, kepekaan pada negara dapat menilik pada kondisi

ketahanan nasional sebagai kondisi dinamis bangsa Indonesia meliputi segenap

aspek kehidupan dan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan,

ancaman, hambatan baik dari dalam maupun luar negeri (Yuniarti, 2015).

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

Berdasarkan hasil pengukuran laboratorium lembaga ketahanan nasional

Republik Indonesia, selama lima tahun berturut-turut Indonesia tengah berada di

posisi ketahanan nasional yang kurang tangguh (Siswanto, 2017; Yuniarti, 2015).

Kurang tangguhnya posisi ketahanan nasional tersebut didasari atas berbagai

permasalahan yang berlangsung di Indonesia seperti korupsi, konflik antar

golongan, toleransi, dan perubahan gaya hidup yang berentangan dengan

kebangsaan (Yuniarti, 2015), yang mana secara umum merupakan tindakan

tidak etis yang tidak sesuai dengan kebangsaan individu perlu untuk dirubah

sekaligus untuk meningkatkan posisi ketahanan nasional. Hildreth, Gino dan

Bazerman (2016) menilai bahwa loyalitas dapat mengurangi tindakan tidak etis

maupun kecurangan-kecurangan individu, begitu juga sebagai penentu perilaku

moral individu (Healy, 2007). Oleh karena itu, permasalahan kebangsaan juga

dapat berakar dari permasalah loyalitas nasional sehingga adanya loyalitas

nasional dapat menjadi solusi atas permasalahan yang ada.

Selain membentuk sikap dan perilaku kebangsaan maupun upaya

mencapai cita-cita bangsa serta sebagai solusi atas permasalahan kebangsaan

yang ada, loyalitas nasional dapat menumbuhkan kesetiaan alami yang mengikat

individu bersama dalam kehidupan sebagai warga negara (Connor, 2007; Healy,

2013). Hidup sebagai warga negara tidak terlepas dari kewarganegaraan individu

sebagai status dan tujuan resmi keterikatan individu pada sebuah negara (Healy,

2013). Kewarganegaraan sebagai salah satu masalah dimensi sosial menjadi

ukuran dan hasil dari loyalitas nasional serta sebagai tingkat partisipasi individu

dalam melindungi dan membela negara (Al-Sabeelah dkk, 2015; Healy, 2013).

Kewarganegaraan sebagai bentuk final loyalitas nasional menjadi sulit diukur

pada warga negara yang secara umum berada di Indonesia dengan tanpa

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

adanya perbandingan maupun kesempatan yang dapat dilakukan, sebaliknya

fenomena perubahan kewarganegaraan kerap dijumpai pada ekspatriat

Indonesia.

Ekspatriat adalah sebutan untuk individu yang tinggal atau bekerja di luar

negara asalnya (Andreason, 2003). Sebutan ekspatriat tidak bergantung pada

jenis pekerjaan tertentu, melainkan pada kepemilikan izin tinggal resmi

(Andreason, 2003) dan bukan sekedar perjalanan wisata (Nghiêm-Phú, 2015). Di

Indonesia, jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi ekspatriat atau

dalam penelitian ini disebut sebagai ekspatriat Indonesia pada tahun 2015

tercatat sebanyak 2,7 juta orang dengan perkiraan keseluruhan mencapai 4,3

juta orang (Grehenson, 2015). Banyaknya jumlah tersebut tersebar di berbagai

negara salah satunya di Singapura dengan jumlah 197.970 orang (Kedutaan

Besar Republik Indonesia [KBRI], 2017). Keberadaan ekspatriat Indonesia di

Singapura beriringan dengan adanya perubahan kewarganegaraan yang

dilakukan untuk menjadi warga negara Singapura (WNS) telah bergulir setiap

tahunnya.

Perubahan kewarganegaraan oleh ekspatriat Indonesia lebih

memungkinkan terjadi karena adanya kesempatan dan kesesuaian prasyarat

perubahan kewarganegaraan salah satunya telah memiliki izin tinggal resmi di

Singapura dalam kurun waktu tertentu (Immigration & Checkpoints Authority

[ICA], 2017). Berdasarkan data yang bersumber dari Kedutaan Besar Republik

Indonesia di Singapura (KBRI), pada tahun 2008 jumlah perubahan

kewarganegaraan mencapai 1180 orang, memicu kontra dari WNS setempat

sehingga sejak tahun 2009 pemerintah Singapura menetapkan kebijakan dalam

memperketat aturan perubahan kewarganegaraan (Baskoro, 2013). Kebijakan

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

memperketat aturan perubahan kewarganegaraan menunjukkan adanya

penurunan jumlah perubahan kewarganegaraan dan batasan setiap tahunnya.

Pada tahun 2009 perubahan kewarganegaraan oleh ekspatriat Indonesia

berjumlah 960 orang, tahun 2010 berjumlah 630, tahun 2011 kembali meningkat

sebanyak 740 orang, dan sebanyak 870 orang di tahun 2012 (Baskoro, 2013).

Data terbaru menunjukkan pada tahun 2013 jumlah perubahan

kewarganegaraan berjumlah 708 orang, tahun 2014 berjumlah 721 orang, tahun

2015 menurun menjadi 600 orang dan tahun 2016 kembali meningkat sebanyak

727 orang (KBRI, 2017). Melalui data perubahan kewarganegaraan tersebut

menunjukkan bahwa loyalitas nasional dapat berubah sebagai konsekuensi

pilihan individu yang diinginkan (Healy, 2013; Lin, 2010; Mulhollem, 2010).

Loyalitas nasional sebagai suatu pilihan individu juga dapat dijumpai pada

sejumlah atlit nasional Indonesia yang melakukan perubahan kewarganegaraan

untuk beralih menjadi tim Singapura dan membela Singapura di ajang

internasional walaupun akan dihadapkan untuk melawan Indonesia (Wicaksono

& Adhiyasa, 2016; Firdaus, 2017). Sementara itu, keberadaan ekspatriat yang

lebih memilih berkarya dan memberi kebanggaan pada negara lain (Wibawa,

2017), maupun banyaknya pelajar yang kemudian oleh Menteri dalam Negeri

diminta kembali ke Indonesia untuk membangun negeri (Prakoso, 2017),

menunjukkan bahwa loyalitas nasional perlu lebih ditanamkan sebagai praktik

kebangsaan yang perlu terus dijaga.

Pada ekspatriat Indonesia di Singapura, loyalitas nasional tidak terlepas

dari pengaruh keberadaan mereka di Singapura. Singapura menjadi lingkungan

sosial yang dapat memberikan pengalaman dan pengaruh sosial pada individu

baik norma sosial maupun informasi sosial yang dapat mengajarkan individu

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

untuk berubah pikiran dan mempengaruhi tujuan individu (Healy, 2013; Lin,

2010; Mulhollem, 2010). Individu memiliki kesempatan dalam membuat

keputusan sebagai hasil dari pengaturan diri yang diperoleh melalui kombinasi

proses kognitif dan manipulasi sosial (Mulhollem, 2010), sehingga dapat

mengantisipasi, merencanakan, merenungkan, baik pada pikiran, perasaan

maupun perilaku (Meichenbaum, 2002). Oleh karena itu, dengan keberadaannya

di Singapura, loyalitas nasional ekspatriat Indonesia menjadi lebih teruji karena

adanya kerentanan perubahan yang dapat terjadi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui survei online

pada tanggal 18 sampai 28 Maret 2017 pada 150 ekspatriat Indonesia di

Singapura yang meliputi pelajar (4%), ibu rumah tangga (21%), pekerja informal

(19%) dan pekerja formal atau profesional (56%) dengan usia minimal 25 tahun

dan tidak dalam kepentingan tugas kenegaraan (Indonesia) dapat diketahui

terdapat sejumlah 90 (60%) responden yang diindikasikan memiliki loyalitas

nasional yang rendah, diantaranya dengan menyatakan rencana untuk tinggal di

Singapura selama lebih dari 10 tahun sebagai pilihan waktu terlama pada survei

yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Nghiêm-Phú (2016) pada

ekpatriat terhadap loyalitas negara tempat tinggal, dan penelitian yang dilakukan

Zhang, Cai dan Lin (2014) pada wisatawan terhadap loyalitas negara tujuan

wisata menunjukkan bahwa lamanya waktu tinggal merupakan perwujudan dari

loyalitas pada negara yang dimaksud. Oleh karena itu, lebih lama tinggal di

Singapura dapat dinilai sebagai pilihan dalam mendukung Singapura sejalan

dengan tanggung jawab yang diberikan diantaranya membayar pajak Singapura.

Ketentuan membayar pajak di Singapura berlaku untuk ekspatriat (kecuali

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

pelajar) yang telah tinggal selama minimal 183 hari dalam setiap tahunnya

(Inland Revenue Authority of Singapore [IRAS], 2017).

Hasil studi pendahuluan lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat

sejumlah 43 (28,7%) responden dari total keseluruhan 150 responden

menyatakan untuk tidak ingin kembali tinggal di Indonesia. Berdasarkan tabel 1.2

berikut, jumlah tersebut dapat diketahui berdasarkan pekerjaan yang dimiliki.

Tabel 1.1. Rencana kembali atau tidaknya ke Indonesia berdasarkan pekerjaan Kembali atau tidaknya ke Indonesia

Pekerjaan

Pelajar Ibu rumah tangga

Pekerja informal

Pekerja formal

Total

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Ya 6 (6,2%) 21 (21,6%) 25 (25,8%) 45 (46,4%) 97 (64,7%) Tidak 0 (0%) 7 (16,3%) 3 (7%) 33 (76,7%) 43 (28,7%) Belum tau 0 (0%) 3 (3%) 1 (1%) 6 (6%) 10 (6,6%)

Total 6 (4,0%) 31 (20,7%) 29 (19,3%) 84 (56,0) 150(100%)

Sumber: Studi pendahuluan

Melalui tabel 1.2 diketahui responden yang menyatakan tidak ingin

kembali tinggal di Indonesia didominasi oleh responden yang bekerja di bidang

formal sebagai keinginan mereka untuk menetap di Singapura. Paki (2012) dan

Vugt dan Hart (2004) pada penelitian loyalitas kelompok menunjukkan bahwa

keputusan untuk tetap tinggal dalam kelompok merupakan perwujudan dari

loyalitas kelompok, sehingga dapat dikatakan bahwa keinginan untuk tidak

kembali tinggal di Indonesia merupakan bentuk dari rendahnya loyalitas nasional

yang dimiliki. Di sisi lain, menetap di Singapura tidak terlepas dari tingginya biaya

hidup di Singapura mengingat selama empat tahun berturut-turut Singapura telah

dinobatkan sebagai kota termahal di dunia (Mc.Donald, BBC, 2017), sehingga

keuntungan pada faktor material dinilai bukan semata-mata penyebab individu

lebih memilih untuk berencana tidak kembali tinggal di Indonesia. Melalui alasan

yang diberikan responden pada studi pendahuluan, diketahui bahwa rencana

lamanya tinggal di Singapura dan keingingan untuk tidak kembali tinggal di

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

Indonesia dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia yang secara umum dinyatakan

melalui komentar negatif terhadap Indonesia.

Komentar negatif terhadap Indonesia sebagai negara tujuan loyalitas

nasional individu bertolak belakang dengan bentuk loyalitas nasionalnya. Hal ini

didasari pada temuan yang menunjukkan bahwa pemberian evaluasi dan

komentar positif pada tujuan loyalitas merupakan bentuk dari loyalitas yang

dimiliki (Nghiêm-Phú, 2015; Zhang dkk, 2014). Berdasarkan survei yang

diberikan, adapun komentar negatif tersebut diantaranya sebagai berikut:

―Saya tidak akan kembali jika issue ekonomi, politik, ras dan agama masih berkecamuk di Indonesia‖. (GC. Laki-laki.32 tahun. Konsultan informatika). ―Tidak ingin kembali ke Indonesia, Indonesia Negara paling hancur yang pernah saya tinggali. Paling korup, paling jorok, paling banyak kriminalitas, paling amburadul, saya juga benci muslim Indo‖. (LE. Laki-laki. 40 tahun, Insinyur).

“I would like to settle down here, healtcare system here is more organize and everyone will obey with the law instead of break it” (SK. Perempuan, 26 tahun, Apoteker).

Pernyataan tersebut menunjukkan evaluasi kondisi di Indonesia

disebutkan sebagai negara hancur, adanya korupsi, tingkat kebersihan,

keamanan, perekonomian, situasi politik, isu suku ras dan agama (SARA),

sistem kesehatan maupun hukum dan sebagainya, tidak terlepas dari capaian

kinerja pemerintah berada jauh dari harapan responden, sehingga tidak terlepas

dari kepercayaan mereka pada pemerintah sebagai penggerak negara.

Kepercayaan didefinisikan sebagai harapan pihak lain dalam melakukan

hubungan sosial, dimana didalamnya mencakup kerentanan akan risiko yang

berasosisiasi dengan harapan tersebut, sehingga apabila harapan tersebut tidak

tercapai, individu akan menerima konsekuensi negatif seperti merasa dikhianati,

kecewa dan marah (Lewicki & Bunker, 1996 dalam Faturochman, 2000). Oleh

karena itu, komentar negatif terhadap Indonesia menunjukkan kekecewaan

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

ataupun kemarahan responden sebagai konsekuensi negatif dari rendahnya

kepercayaan yang dimiliki. Rendahnya kepercayaan terhadap pemerintah lebih

mudah terjadi apabila terdapat perbandingan capaian pemerintahan yang secara

langsung dirasakan sepertihalnya pada capaian pemerintahan Singapura. Hal ini

didasari karena individu memiliki kemampuan secara kognitif untuk memberi

kendali langsung bagi pemikiran dan analisa mereka (Mulhollem, 2010).

Keterkaitan antara loyalitas dan kepercayaan telah banyak dikaji dalam

perspektif industri menunjukkan bahwa kepercayaan sebagai modal sosial (Ghur,

2015), syarat utama (Reichheld & Schefter, 2000), yang secara langsung

berperan terhadap loyalitas (Harris & Gooode, 2004), membentuk loyalitas

(Ribbink dkk, 2004) serta menjadi elemen penting dalam menciptakan hubungan

yang harmonis, sinergis dan efisien dalam lingkungan sosial (Huff & Kelley,

2003). Pada dunia marketer misalnya, kepercayaan telah disepakati sebagai

tujuan utama dalam mempertahankan loyalitas pelanggan daripada sekedar

untuk mendapatkan pelanggan baru (Sarwar dkk, 2012), sehingga perusahaan

memiliki konsentrasi upaya peningkatan kepercayaan pelanggan dengan cara

segera menyelesaikan perselisihan dan keluhan pelanggan, mengiklankan

kejujuran, memaksimalkan usaha dalam memfasilitasi pelanggan serta menjamin

bahwa perusahaan telah mematuhi semua kebijakan (Sarwar dkk, 2012). Oleh

karena itu, sepertihalnya perusahaan, pemerintah diharapkan dapat menciptakan

dan mempertahankan kepercayaan setiap anggotanya dalam hal ini warga

negara tidak terkecuali ekspatriat, diantaranya dengan memenuhi kompetensi,

kebajikan dan integritasnya sebagai elemen yang mendasari kepercayaan

(Mayasari, 2012).

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

Di sisi lain, kepercayaan pada pemerintah Indonesia oleh Organisation for

Economic Cooperation and Development (OECD) belum lama ini dinyatakan

sebagai peringkat pertama dunia atas kepercayaan warga negara kepada

pemerintah yang mencapai 80% (Sari, CNN Indonesia, 2017). Tingginya tingkat

kepercayaan tersebut dinilai bahwa pemerintah telah responsif dan dapat

diandalkan dalam memberikan perlindungan dan pelayanan (Sari, CNN

Indonesia, 2017). Adapun sasaran yang ditujukan dalam merepresentasikan

kepercayaan pada pemerintah tersebut adalah penilaian pada pemerintahan itu

sendiri, sistem kesehatan, pendidikan, keamanan setempat, peradilan dan

hukum, serta transportasi publik (Organisation for Economic Cooperation &

Development [OECD], 2017). Belum diketahui batasan subjek pada hasil

tersebut, sehingga tidak menutup kemungkinan akan berbeda pada ekspatriat

Indonesia di Singapura.

Selain kepercayaan pada pemerintah, loyalitas nasional tidak terlepas

dari identitas nasional individu sebagai keterlibatan ego individu pada negara.

Identitas nasional merupakan salah satu bentuk identitas kolektif dalam kajian

identitas sosial yang melihat identitas sebagai landasan dalam berbagai dampak

sosial, kemampuan berpikir, merasa, dan bertindak sebagai bagian dari suatu

kelompok sosial (Hudy, 2001; David & Bar-tal, 2009). Ashmore, Deaux dan Volpe

(2004) menekankan bahwa identitas kolektif diyakini dapat menjadi satu

kesatuan dengan identitas personal, begitupun pada identitas nasional yang

diharapkan dapat menyatu sebagai identitas personal individu. Identitas nasional

digambarkan sebagai perasaan subjektif dan kedekatan kuat pada negara (Blank

dkk, 2001).

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

Adanya peran identitas nasional terhadap loyalitas nasional dapat

diketahui dalam konteks kelompok sosial yang menunjukkan bahwa identitas

pada kelompok merupakan pengikat sosial dalam mewujudkan loyalitas

kelompok (Vugt & Hart, 2004). Individu yang memiliki identitas kelompok tinggi

akan menunjukkan loyalitasnya pada kelompok, dimana sebaliknya loyalitas

kelompok tidak dimiliki pada individu dengan identitas kelompok yang rendah

(Zdaniuk & Levine, 2001). Identitas kelompok yang tinggi membentuk perilaku

individu dalam melindungi kelompok dan menonjolkan loyalitasnya (Healy, 2007).

Pada studi longitudinal yang dilakukan Newson dan kawan-kawan (2016)

menunjukkan, individu yang memiliki identitas yang menyatu dengan kelompok

cenderung akan selalu memiliki loyalitas dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,

loyalitas nasional pada ekspatriat Indonesia dapat terbentuk dengan tingginya

identitas nasional yang diharapkan menyatu sebagai identitas personal individu

sebagai pemaknaan diri individu sebagai bagian dari Indonesia.

Identitas nasional penting dimiliki oleh setiap WNI tidak terkecuali pada

ekspatriat Indoensia sebagai ciri khas dan karakteristik yang membedakannya

dengan bangsa lain. Identitas nasional bersifat konstruktif dan tidak muncul

begitu saja, sehingga dalam hubungannya dengan pihak luar baik bangsa atau

negara lain, identitas nasional perlu ditempatkan pada level tertinggi

(Faturochman, 2008). Hal ini dikarenakan, pada dasarnya WNI secara umum

telah terbiasa dihadapkan dengan kondisi negara yang plural dimana individu

dapat memilih identitas yang dianggap paling sesuai dengan dirinya berdasarkan

perbedaan latar belakang baik suku, ras maupun agama. Sementara itu, Yuniarti

(2015) menyebutkan bahwa dengan tinggal di negara lain, identitas nasional

dapat lebih sering diucapkan atau sebaliknya individu juga dapat lebih

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

mengadopsi identitas dari negara lain tersebut. Oleh karena itu, dengan tinggal di

Singapura, ekspatriat Indonesia diharapkan dapat lebih menonjolkan identitas

nasional mereka, bukan sebaliknya lebih mengadopsi identitas kebangsaan

Singapura sebagai identitas mereka. Adanya identitas nasional juga merupakan

pertanda kebangkitan suatu masyarakat atau negara, dimana perjuangan

membangun identitas nasional sejajar dengan pembangunan nasional

(Faturochman, 2008).

Melalui uraian di atas, kepercayaan pada pemerintah dan identitas

nasional diketahui memiliki peran terhadap loyalitas nasional ekspatriat

Indonesia di Singapura. Ekspatriat Indonesia yang secara langsung berhadapan

dengan bangsa dan negara Singapura memiliki kerentanan akan pengaruh sosial

baik norma maupun informasi sosial yang dapat menjadi dasar dalam merubah

pemikiran, perasaan dan perilaku individu, sehingga tidak menutup kemungkinan

membawa perubahan pada kebangsaan mereka hingga pada ketetapan

perubahan kewarganegaraan. Terlepas dari batasan jumlah yang ditentukan oleh

kebijakan Singapura yang berlaku, perubahan kewarganegaraan oleh ekspatriat

Indonesia yang terus bergulir menunjukkan bahwa apabila dihadapkan pada

kesempatan, loyalitas nasional menjadi suatu pilihan yang lebih teruji.

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, loyalitas nasional

menjadi kebutuhan yang patut dimiliki setiap warga negara tidak terkecuali

ekspatriat. Keberadaan ekspatriat di luar negara asalnya memiliki kerentanan

akan pengaruh sosial dari negara tempat tinggalnya yang dapat mengantarkan

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

pada perubahan pemikiran, perasaan dan perilaku kebangsaan mereka. Oleh

karena itu, penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui seberapa besar peran

kepercayaan pada pemerintah dan identitas nasional secara bersama-sama

terhadap loyalitas nasional yang ditujukan pada ekspatriat Indonesia di

Singapura.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk menguji peran kepercayaan pada

pemerintah dan identitas nasional terhadap loyalitas nasional pada ekspatriat

Indonesia di Singapura.

b. Manfaat penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah ranah

pengetahuan kebangsaan terkait kajian teoritik loyalitas nasional dalam

perspektif psikologi sosial yang ditinjau melalui kepercayaan pada pemerintah

dan identitas nasional, mengingat kajian dalam kerangka ini belum banyak

dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong ketertarikan

pada pengembangan masing-masing alat ukur dalam perspektif psikologi sosial.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi praktik

kebangsaan ekspatriat Indonesia atas loyalitas nasional, kepercayaan yang

dimiliki pada pemerintah dan identitas nasional mereka di tengah keberadaannya

di Singapura. Hasil tersebut dapat digunakan sebagai rujukan oleh pemerintah

baik pemerintahan pusat maupun Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

Singapura dalam upaya mempertahankan dan meningkatkaan praktik

kebangsaan warga negara secara umum, khususnya ekspatriat Indonesia.

D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian loyalitas nasional yang dilakukan oleh Inoguchi (2017) dalam

bukunya yang berjudul ―Exit, Voice and Loyalty in Asia” menunjukkan bahwa di

Indonesia, secara umum WNI yang memiliki loyalitas nasional berdasarkan

demografi adalah mereka yang tidak berpendidikan tinggi dan menganggur yang

didominasi dengan tingkat ekonomi yang rendah. Kepemilikan loyalitas nasional

dicirikan pada WNI yang menikmati pasokan listrik, merasa bangga dengan

Indonesia, tidak memiliki standar hidup yang tinggi, mempercayai sistem hukum,

menilai kinerja pemerintahan pada penanganan kasus korupsi, dan merasa puas

dengan hak mengkritik pemerintah. Perbedaan pada penelitian ini adalah subjek

penelitian yaitu ekspatriat Indonesia yang secara langsung dapat merasakan

perbedaan terhadap Indonesia maupun Singapura dan lebih memiliki

kesempatan pilihan serta dinilai memiliki standar hidup yang lebih baik daripada

demografis pada subjek dengan loyalitas nasional pada penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh B`inh Nghie`m-Phú (2015) dengan judul

―Country Image, Country Attachment, Country Loyalty and Life Satisfaction of

Foreign Residents in Vietnam” pada ekspatriat yang berasal dari banyak negara

yang tinggal di Vietnam menunjukkan capaian loyalitas dengan kedatangan

kembali, ekspresi psikologis yang positif pada negara tersebut, meninjau dan

merekomendasikan negara tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah selain pada apa yang diukur, juga pada objek loyalitas yang

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

berkebalikan. Jika penelitian tersebut mengukur loyalitas ekspatriat yaitu individu

yang berasal dari luar Vietnam pada negara tempat tinggal Vietnam (bukan

negara asal ekspatriat) yaitu disebut country loyalty, penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui loyalitas ekspatriat Indonesia (yaitu WNI) pada negara asalnya yaitu

Indonesia merupakan istilah untuk national loyalty.

Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan B`inh Nghie`m-Phú (2015) tersebut

menguji skala loyalitas dengan menggunakan pendekatan empat dimensi

loyalitas yaitu kognitif, afektif, konatif dan tindakan, dimana selanjutnya diketahui

bahwa dimensi kognitif kemudian digugurkan karena kurangnya validitas. Hal ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harris & Goode (2004) berjudul

―The four levels of loyalty and the pivotal role of trust: a study of online service

dynamics” yang juga menggunakan empat dimensi loyalitas yang sama dimana

ke-empat dimensi tersebut dapat diterima dan digunakan dalam mencapai hasil

penelitian. Keempat dimensi yang dimaksud merupakan rumusan Oliver (1997)

yang dikembangkan dan diuji baik sebagai rantai sekuensial maupun satu

kesatuan yang tidak terpisah. Pada penelitian ini, keempat dimensi tersebut

digunakan sebagai satu kesatuan yang disesuaikan dengan teori dan kerangka

yang diajukan.

Hasil penelitian yang dilakukan Harris dan Goode (2004) memberikan

bukti yang mendukung pandangan bahwa kepercayaan sebagai penggerak

utama loyalitas. Walaupun demikian, mengingat perbedaan kajian yang akan

dilakukan dalam penelitian ini karena keterbatasan empirik yang ditemukan

terhadap penelitian loyalitas nasional dalam perspektif psikologi sosial,

keterkaitan antara kepercayaan terhadap loyalitas dalam penelitian ini tidak

terlepas dari temuan dalam perspektif industri, diantaranya pada penelitian yang

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16

dilakukan Sarwar, Abbasi dan Pervaiz (2012) dengan judul ―The Effect of

Customer Trust on Customer Loyalty and Customer Retention: A Moderating

Role of Cause Related Marketing” maupun peneltian yang dilakukan Mosavi dan

Ghaedi yang berjudul ―A survey on the relationship between trust, customer

loyalty, commitment and repurchase intention‖ keduanya menunjukkan bahwa

kepercayaan pelanggan memberikan dampak terbesar pada loyalitas pelanggan,

daripada variabel yang diajukan lainnya.

Sementara itu, keterkaitan antara identitas nasional juga tidak terlepas

dari kerangka identitas kolektif secara umum. Penelitian yang dilakukan oleh

Patterson (2014) berjudul ―Group tipicality, group loyalty and cognitive

development” menunjukkan bahwa anak usia 6 tahun telah menyadari

keanggotaan kelompok mereka dan dapat menyesuaikan diri dengan norma-

norma kelompok dan menunjukkan loyalitas kelompok, serta menunjukkan

bahwa proses kognitif dan sosial yang terikat dengan penilaian individu menjadi

yang mendasarinya. Berbeda dengan penelitian ini, subjek penelitian ditujukan

pada ekspatriat Indonesia dengan batasan usia minimal 21 tahun sehingga tidak

menutup kemungkinan memiliki capaian yang berbeda. Penelitian lainnya juga

dilakukan oleh Vugt dan Hart (2003) dengan judul ―Social identity as social glue:

the origin of group loyalty” pada 60 mahasiswa yang dilakukan dengan 3 kali

eksperimen menunjukkan bahwa identitas sosial sebagai social glue yaitu

pengikat adanya loyalitas pada kelompok sosial yang dituju, memungkinkan

bahwa keterkaitan antara identitas dan loyalitas dapat memiliki hasil yang sama

pada kerangka nasional dalam penelitian ini.

PERAN KEPERCAYAAN PADA PEMERINTAH DAN IDENTITAS NASIONAL TERHADAP LOYALITASNASIONAL EKSPATRIATINDONESIA DI SINGAPURAAYU CHANDRA HAMIDAHUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/