peranan pengajian bimbingan konseling pegawai...
TRANSCRIPT
PERANAN PENGAJIAN BIMBINGAN KONSELING PEGAWAI NEGERISIPIL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KERJA PEGAWAI
MUSLIM PEMDA DEPOK DI MASJID BAITUL KAMAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan KomunikasiUntuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh :
SOFIAN SYAHURINIM : 108053000030
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAHFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435/2015
v
ABSTRAK
Sofian Syahuri, 2014. Peranan Pengajian Bimbingan konselingPegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai MuslimPemda Depok Di Masjid Baitul Kamal, Depok. Skripsi Jurusan ManajemenDakwah, Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi, Universitas Islam NegeriJakarta. Drs. H. M.Sungaidi, MA
Kata kunci : Pengajian Bimbingan Konseling, Masjid Baitul Kamal.
Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Peranan Pengajian BimbinganKonseling Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja PegawaiMuslim Pemda Depok Di Masjid Baitul Kamal”.dikarenakan lembaga nonformalseperti pengajian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pegawaimuslim di Pemda Depok untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuanagama yang nantinya akan membina sikap keagamaan pada pribadi para pegawai.Menurut pengamatan penulis, pengajian Bimbingan Konseling Pegawai NegeriSipil yang berada di Masjid Baitul Kamal merupakan salah satu lembaganonformal yang dapat meningkatkan pendidikan agama Islam khususnya parapegawai negeri sipil. Semenjak berdirinya hingga kini telah banyak memberikankontribusi bagi para Pegawai Negeri Sipil.
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan, karena sebagai makhluk manusiadilahirkan dengan membawa potensi dapat didik dan mendidik sehingga mampumenjadi khalifah di bumi.
Secara strategi keberadaan pengajian sebagai salah satu sarana dakwah dantablig yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan danmeningkatkan kualitas hidup umat islam sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.Jadi peranan secara fungsional pengajian adalah mengkokohkan landasan hidupmanisia khususnya di bidang mental dan spritual keagamaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Diharapkandengan menggunkan pendekatan tersebut penulis mendapatkan gambaran yangobjektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah-masalah yang ada diobyek penelitian. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview danobservasi. Kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dengan tahapan reduksidata, penyajian data dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan
Hasil dari penelitian ini adalah : pertama: kegiatan pengajian bimbingankonseling pegawai negeri sipil di Pemda Depok mampu memberikan kontribusibaik kegiatan syiar maupun kegiatan operasionalnya, kedua : posisi Masjid BaitulKamal yang strategis dan memiliki manajemen yang dikelola secara profesional.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan karunianya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat dan Salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-
mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam Ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah menbantu penulisan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Bapak Suparto PhD selaku Wadek I, Bapak
Drs Jumroni. M.Si selaku Wadek II, dan Bapak Dr. H. Sunandar
MA selaku Wadek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MM selaku ketua Jurusan
Manajemen Dakwah, dan Bapak H.M. Mulkannasir, BA, SPD,
MM selaku sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.
3. Bapak Drs. M. Sungaidi, MA selaku Dosen Pembimbing, yang
telah membimbing dan mengarahkann penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta , yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama 4 tahun.
vii
5. Kedua Orang tua tercinta ( Bapak Mugeni dan Ibu Sulastri )
yang senantiasa berdoa dan memberikan semangat juang tak
kenal lelah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kakak dan adikku tercinta yang selalu mendukungku ( Murniati,
S.Ag, Sonny Ismail, Abdul Gopur, Wardah, fitri, Iqbal) dan Calon
Istriku yang selalu menyemangati di setiap saat ( Nur Laily Maulida ).
7. Bapak Zainal Arifin, S.Ag selaku Ketua DKM Masjid Baitul
Kamal, yang telah menberikan izin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di Masjid Baitul Kamal.
8. Segenap pegawai muslim PNS Pemda Depok yang telah
meluangkan waktunya Untuk membantu penulis mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
9. Teman- teman seangkatan Manajemen Dakwah yang telah setia
bersama selama empat tahun ( Hilman, Syahrully, Adul, Fauzi,
Husin, Papua, Ipin, Sidiq, Dito, Ade, Ibnu, Moza, dll.)
10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini Semoga Allah SWT, melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu
juga dari penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan
dan kesalahan.
Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat kontruktif
demi penyempurnaan skripsi ini.
viii
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis
berharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.
Jakarta, 23 Oktober 2014
Sofian Syahuri
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................. iLEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iiiLEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ivABSTRAKSI ........................................................................................... vKATA PENGANTA ................................................................................. viDAFTAR ISI ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................5C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................6D. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7E. Metodologi Penelitian ........................................................ 8F. Sistematik Penulisan ...........................................................13
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengajian
1. Pengertian Pengajian ................................................... 162. Tujuan Pengajian ......................................................... 183. Unsur- unsur Pengajian ............................................... 204. Objek pengajian .......................................................... 225. Materi Pengajian .......................................................... 266. Media Pengajian ........................................................... 277. Methode Pengajian ...................................................... 288. Bentuk-bentuk Pengajian ............................................. 32
C. Masjid
1. Pengertian Masjid ........................................................ 382. Fungsi Masjid ............................................................... 423. Macam-macam Masjid ................................................ 464. Manfaat dan Tujuan Masjid ......................................... 475. Peranan Masjid ............................................................ 51
D. Kualitas kerja
1. Pengertian Kualitas Kerja .............................................. 562. Faktor-faktor Untuk Meningkatkan Kualitas Kerja ........ 58
x
BAB III GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL KAMAL PEMDADEPOK
A. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baitul Kamal ........................ 61B. Visi dan Misi Masjid Baitul Kamal ............................................. 62C. Struktur Organisasi Masjid Baitul Kamal .................................... 63D. Program Kerja Masjid Baitul Kamal ............................................ 67
BAB IV ANALISIS PERANAN KEGIATAN PENGAJIAN BIMBINGANKONSELING PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAMMENINGKATKAN KUALITAS KERJA PEGAWAI MUSLIMPEMDA DEPOK DI MASJID BAITUL KAMAL
A. Analisis Kegiatan Pengajian Bimbingan KonselingPegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan KualitasKerja Pemda Depok ..................................................................... 70
B. Analisis Pengaruh Kegiatan Pengajian BimbinganPegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan KualitasKerja Pemda Depok ..................................................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 82B. Sarah ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid adalah rumah Allah SWT, (Baitullah) yang dibangun sebagai
sarana bagi umat Islam untuk mengingat, mensyukuri, dan menyembah Allah
SWT dengan baik.1 Selain itu masjid juga sebagai tempat ibadah kaum
muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat
Islam. Masjid bukan hanya sebagai tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat
pendidikan, pengajian keagamaan dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya.2
Masjid juga sebagai sarana utama untuk mengaplikasikan risalah agama
Islam, dan masjid sebagai institusi yang paling berkompeten dalam
menentukan tegak dan semaraknya agama Islam.
Di masjidlah umat Islam bersujud mendekatkan diri kepada sang
khalik.3 Sebagaimana makna atau arti dari kata masjid itu sendiri yaitu tempat
sujud.4 Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat at-Taubat ayat 18 :
ئك أن یكونوا من المھتدین فعسى أول یخش إال هللا
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan
1 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek (Bogor: TitianNusa Press, 2010), h. 3.
2 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1998), h. 462.3 Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk bagi Para Pengurus (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996 ), h. 13.4 Sidi Ghazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta : Pustaka
Al-Husna, 1989), cet. Ke-5, h. 126.
2
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah:18)
Masjid selain tempat yang suci bagi umat Islam, tempat bersujud
kepada Allah SWT sebagai bukti realisasi taqwa kepada sang pencipta Allah
SWT dan yang membangunnya pun akan mendapatkan balasan setimpal.5
Oleh karena itu, masjid dibangun atas dasar takwa dan iman kepada Allah
SWT, dengan peranan sebagai pusat pembinaan jamaah dan umat Islam di
segala bidang kehidupan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surat al-Jin ayat 18.6
أحدا ﴾١٨﴿هللا
Artinya: “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.”(QS. Al-Jin:18)
Keberadaan masjid merupakan tempat atau rumah ibadah bagi umat
Islam dan merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan
kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi.
Semuanya bisa berjalan dan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis
kebajikan manajemen masjid. Namun dalam kenyataan, fungsi masjid yang
berdimensi duniawiyah kurang memiliki peran yang maksimal dalam
5 Abdullah Faruk, Mimbar Ceramah Kultum (Surabaya: Amalia, 2005), h. 436 Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid Petunjuk Bagi Para Pengurus (Jakarta:
Gema Insani Press,1996), h. 13
3
pembangunan umat dan peradaban Islam.7 Maka dari itu, masjid harus
difungsikan semaksimal mungkin, maksudnya masjid harus difungsikan
sebagai wadah untuk menampung berbagai kegiatan sosial dengan
manajemen yang sebaik-baiknya sehingga masjid bukan hanya dijadikan
tempat ibadah ritual saja.
Masjid selain sebagai tempat ibadah dapat pula berfungsi sebagai
tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial
keagamaan, sosial kemasyarakatan maupun yang berkenaan dengan sosial
ekonomi, sosial budaya, sosial politik.8
Berkaitan dengan yang di atas, masjid berfungsi sebagai pusat
pembinaan umat, pusat dakwah Islamiah dan secara fisik sebagai unsur
pengikat lingkungan, maka jelas Masjid harus mempunyai daya tarik yang
kuat terhadap masyarakat di sekitarnya agar mereka senang dan tidak segan
untuk datang ke Masjid.
Sebenarnya ada dua faktor yang dapat berperan sebagai besi
sembrani itu, yakni segi fisiknya (kebersihan, keindahan, dan kenyamanan)
maupun kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan di dalam Masjid itu sendiri.
Masjid di masa Rasulullah tidak hanya digunakan untuk sekedar
tempat shalat dan ibadah-ibadah yang sejenisnya, tapi masjid juga
difungsikan sebagai lembaga untuk mempererat hubungan dan ikatan
jama’ah Islam yang baru tumbuh. Nabi SAW mempergunakan masjid
7 Muhammad Zen, Dakwah “Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi” (Jakarta :Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 253-245
8Bachrun Rifa’I dan Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan FungsiSosial Ekonomi Masjid (Bandung : Benang Merah Press, 2005), h. 35.
4
sebagai tempat menjelaskan wahyu yang diterimanya, memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang berbagai masalah, memberi
fatwa, mengajarkan agama Islam, membudayakan musyawarah,
menyelesaikan perkata-perkara dan perlisihan-pelisihan, tempat mengatur
dan membuat strategi militer, dan tempat menerima perutusan – perutusan
dari semenanjung Arabia.9
Rasulullah menjadikan masjid sebagai pusat pengajaran ilmu yang
telah diperoleh dari Allah berupa wahyu. Dengan demikian, masjid juga
berperan sebagai sekolah, tempat umat Islam menimba ilmu pengetahuan.10
Selain itu, Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya yang menggunakan masjid
sebagai tempat peradilan, tempat sidang dua badan penasehat khalifah,
tempat musyawarah, tempat pemilihan khalifah, tempat pernikahan dan
sebagainya.11
Masjid di setiap era harus menjadi tempat pembinaan umat, sehingga
dalam era informasi dan era reformasi pun masjid harus tetap dapat berperan
sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan spiritual umat, mewujudkan
pelayanan sosial, kesehatan dan pendidikan, pembinaan anak dan remaja,
serta penyaluran bakat mereka dalam bidang seni dan olah raga, bahkan
sampai kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. dengan kata
lain masjid harus tetap dapat berperan sebagai pusat pembinaan umat dan
dakwah islamiyah sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
9 Achmad Yani dan Achmad Satori Ismail. Menuju Masjid Ideal ( Jakarta: LP2SIHarmain,2001 ), h.17
10 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek ( Bogor:Titian Nusa Press, 2010 ), h. 23
11 Nana Rukmana D.W, Masjid dan Dakwah ( Jakarta: Al-Mawardi 2002 ), h. 52
5
Maka di sinilah pentingnya mengemas materi dakwah agar tidak
menbosankan jamaah. Di samping itu juga dakwah yang di kemas dengan
baik akan memberikan input positif bagi jamaah .sehingga diharapkan
pelaksanaan dakwah yang di lakukan masjid dapat tepat sasaran dan
efektif.12
Masjid Baitul Kamal membentuk kegiatan pengajian bagi
kalangan Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah Kota Depok. Bagaimana
pun juga Masjid Baitul Kamal tetap menjadi sesuatu kebutuhan, karena akan
perannya yang begitu besar dan berarti bagi Peagawai Negeri Sipil
Pemerintah Daerah Kota Depok.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Peranan Pengajian
Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan
Kualitas Kerja Pegawai Muslim Pemerintah Daerah Kota Depok Di
Masjid Baitul Kamal”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang telah dipaparkan di atas tidak melebar dan
fokus, maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya pada
Pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil dalam
meningkatkan kualitas kerja Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid
Baitul Kamal.
12 Nana Rukmana D.W, Masjid dan Dakwah ( Jakarta: Al-Mawardi 2002 ), h 57-58
6
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, perumusan yang
penulislakukan yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimana kegiatan pengajian bimbingan konseling pegawai negeri
sipil dalam meningkatkan kualitas kerja pegawai muslim Pemerintah
Daerah Kota Depok?
b. Apakah ada pengaruh pengajian bimbingan konseling pegawai
negeri sipil dalam meningkatkan kualitas kerja pegawai muslim
Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid Baitul Kamal?
C. Tujuan Dan Mamfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah bagaimana mengoptimalkan
fungsi dan peran pengajian Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan
kualitas kerja Pegawai Muslim Pemerintah Daerah Kota Depok, di mana
hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi pengembangan
tujuan sejenis di tempat lain, baik dilakukan oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memambah
kontribusi khazanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa khususnya
mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah agar dapat mengetahui
bahwasanya begitu banyak potensi-potensi yang dapat digali melalui
kegiatan-kegiatan Masjid.
7
b. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan acuan bagi para praktisi pengurus masjid yang lain,
dalam mengoktimalkan fungsi masjid sehingga masjid menjadi pusat
kegiatan keagamaan dan sosial.
c. Manfaat Masjid Baitul Kamal : Sebagai bahan evaluasi bagi
manajemen masjid baitul kamal dalam mengembangkan kegiatan-
kegiatan masjid kedepannya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis tempuh dengan mengkaji terhadap penelitian
terdahulu diantaranya:
1. Wahyudi ( 104051001771 ) dengan judul : “ Masjid sebagai pusat
Kegiatan Dakwah : Analisis terhadap Masjid Baitul Faizin Pemkab
Bogor”. Yang menitikberatkan pada dakwah yang dilakukan Masjid
Baitul Faizin.
2. Hani Ma’rifati (102051025500 ) dengan judul : Masjid sebagai Pusat
Dakwah : Analisis tentang strategi Dakwah Masjid At-Ta’awun”,
yang menitikberatkan tentang strategi dakwah di Masjid At-Ta’awun.
Sedangkan judul yang penulis ambil yaitu “Peranan pengajian
Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan kualitas
kerja pegawai muslim Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid Baitul
Kamal”
8
E. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Pada penelitian ini penulis mengambil tempat di Masjid Baitul Kamal
Kantor Wali Kota Depok, Jl. Margonda Raya No.54 Depok (Depan Polres
Depok). Dan dari segi waktu, penelitian ini di mulai pada tanggal 5
november sampai 12 Februari 2014.
2. Unit Analisis
Satuan kajian menurut Lexy J. Moleong biasanya di tetepkan juga
dalam rancangan penelitian. Dalam penelitian ini ada tiga satuan kajian
yang terdiri dari staf pegawai muslim Pemerintah Daerah Kota Depok yang
telah menjadi anggota pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri
Sipil, Staf pengurus Masjid Baitul Kamal, dan fasilitator Masjid Baitul
Kamal.
Peneliti mewawancarai siapa saja yang dapat memberikan informasi
kepada penulis, baik itu kepala bagian maupun para staf pegawai Masjid
Baitul Kamal dan staf Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah Kota
Depok.
Penelitian penjajagan atau eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-
cari. Pengetahuan penelitian tentang masalah yang akan diteliti masih
terlalu tipis untuk dapat melakukan studi deskriptif. Warwick dan Lininger
umpamanya memberikan contoh pertanyaan studi eksploratif sebagai
berikut: apakah yang paling mencemaskan anda akhir-akhir ini?”Apa yang
diinginkan Wali Kota Depok dengan diadakannya Pengajian Pegawai
9
Negeri Sipil dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai Muslim
Pemerintah Daerah Kota Depok” kelihatannya sederhana: tetapi sebelum
terkumpul sejumlah jawaban, belum jelas diketahui kira-kira bagaimana
jawaban respon terhadap pertanyaan tersebut.13
Pencatatan data dilakukan dengan menggunakan sample bertujuan
untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal
ini didasarkan pada pendapat Moleong bahwa “ Pada penelitian tidak ada
sample acak tapi sample bertujuan.14
3. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
karena penulis bermaksud untuk meneliti sesuatu secara mendalam. Dalam
hal ini yang akan diteliti adalah Bagaimana Kegiatan Pengajian Bimbingan
Konseling Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan kualitas kerja
pegawai muslim Pemerintah Daerah Kota Depok lalu apakah ada pengaruh
pengajian Bimbingan Konsuling Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan
kualitas kerja pegawai muslim Pemrintah Daerah Kota Depok, seandainya
dengan adanya pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil itu
dapat meningkatkan kualitas kerja pegawai muslim Pemerintah Daerah
Kota Depok berperan dengan positif. Maka pengajian tersebut memenuhi
yang diinginkan oleh wali kota depok.
13 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta:LP3ES,Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial 1989), cet. Ke-1,h.4.
14 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,(Bandung: PTRemaja Rosdakarya 2006), cet. Ke-20, edisi revisi, h.224.
10
4. Metode
Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan yaitu metode
observasi ( pengamatan), metode obsevasi adalah metode pengumpulan
data yang dilakukan secara sitematis dan sengaja melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap gejala objek yang akan diteliti langsung di lapangan,
karena metode observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat
penting bagi seorang peneliti secara langsung di lapangan, yang artinya
pengamatan dengan menggunakan panca indera langsung. Menurut Agus
Sujanto pengamatan diartikan, “sebagai proses mengenal dunia luar dengan
menggunakan indera”15 pengamatan dilakukan secara langsung, karena
merupakan alat ampuh untuk menguji suatu kebenaran.
Obervasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu bentuk
wawancara baku terbuka. Bentuk wawancara baku terbuka adalah
wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku, kata-katanya
dan cara penggunaannyapun sama untuk setiap responden.
Menurut Guba dan Lincoin jenis wawancara yang peneliti gunakan
adalah gabungan antara wawancara terbuka dan wawancara terstruktur,
wawancara terbuka adalah suatu wawancara yang para subjeknya tahu
bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan
tujuan wawancara itu. Sedangkan wawancara terstuktur adalah wawancara
yang pewawancaranya telah menciptakan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan, wawancara ini bertujuan mencari jawaban
15 Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), cet. Ke-2, h. 21.
11
terhadap hipotesis kerja. Untuk itu sebelum penulis melakukan wawancara
terlebih dahulu penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disusun
dengan rapih dan siap diajukan langsung ke responden.
Wawancara ini dilakukan untuk memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain, dan pendengaran secara langsung dengan
menganalisa masalah-masalah yang terjadi atau data-data yang ada
dilembaga tersebut, yang mana berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian
dan memperoleh sumber yang stabil, kaya dan mendorong.16
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah manusia
(peneliti) itu sendiri, di mana peneliti di sini harus berperan aktif terhadap
sesuatu masalah yang akan di teliti di lapangan, karena manusia (peneliti)
menjaga segalanya dari keseluruhan proses penelitian, hal ini bermaksud,
karena jika menggunakan alat yang bukan manusia, maka sangat tidak
mungkin mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada di
lapangan.
5. Teknik Pencatatan Data
Teknik pencatatan data menggunakan berupa alat tulis dan tape
recorder. Pada waktu pencatatan data, keberadaan penulis di ketahui oleh
staf pengurus Masjid Baitul Kamal. Teknik pencatatan data yang digunakan
yaitu pedoman wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
16 Lexy J. Moleong, op. Cit., h.189-190
12
(interviewer) yang mengajikan pertanyaan dan terwawancara (intervie) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
6. Analisis Data
Pada saat menganalisa data hasil observasi penulis
menginterprestasikan hasil wawancara yang ada kemudian
menyimpulkannya, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak
pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri
suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa data di peroleh berdasarkan
fenomena yang nampak pada kegiatan pengajian Bimbingan Konsuling
Pegawai Negeri Sipil dalam meningkatkan kualitas kerja muslim di Pemda
Depok. Modus yang digunakan dalam analisa data adalah hermeneutik yaitu
landasan filosofi pada pemahaman manusia untuk interpretativisme.
Hermeneutik terutama berkaitan dengan pemaknaan artinya pemahaman
teks secara secara menyeluruh dan interpretasi bagian-bagianya yang
deskripsinya di harapkan membawa makna dengan di bimbing oleh
penjelasan yang ada.
7. Teknik keabsahan data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria :
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan kebsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,hal itu
dapat di capai dengan jalan : (a) Membandingkan data hasil wawancara
misalnya untuk mengetahui kegiatan pengajian bimbingan konseling
pegawai negeri sipil di Masjid Baitul Kamal (b) Membandingkan
13
keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain misalnya dalam hal ini penelitian membandingkan
jawaban yang di berikan oleh pengurus masjid baitul kamal dengan yang
di berikan pegawai negeri sipil mengenai kualitas kerja (c)
Membandingkan dokumen dengan unit analisis.
b. Ketekunan atau keajengan pengamatan ketekunan pengamatan bermaksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang di cari kemudian memutuskan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya penulisan hanya
memutuskan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit kepastian. Auditor dalam hal
ini adalah dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa sesuatu itu adalah
objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap
pandangan,pendapatan dan penemuan seseorang. Dapatlah di katakan
bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika di sepakati oleh
beberapa orang barulah dikatakan objektif.
F. Sistematika Penulisan
Pedoman yang di jadikan sandaran penulis dalam menyusun skripsi
ini adalah “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang di
terbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun dalam menyusun
skripsi ini penulis menyusunnya dalam bab dan masing-masing memiliki
sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai berikut:
14
BAB I: Merupakan bab pendahuluan yang di awali dari Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Panelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Pada bab ini menjelaskan kerangka teoritis mengenai
tentang Pengertian Peranan, Tinjauan Sosiologi Tentang
Peranan, Pengertian Pengajian, Tujuan Pengajian, Unsur-
unsur Pengajian, Obyek Pengajian, Materi Pengajian,
Media Pengajian, Metode Pengajian, Bentuk-bentuk
Pengajian, Pengertian Masjid, Macam-macam Masjid,
Manfaat dan tujuan Masjid, Fungsi Masjid, Peranan Masjid,
Pengertian Kualitas Kerja, Faktor-faktor Untuk
Meningkatkan Kualitas Kerja.
BAB III: Isi bab ini merupakan gambaran umum tentang Masjid
Baitul Kamal, meliputi Latar Belakang Berdirinya, Visi
dan Misi, Tujuannya, Struktur Orgnisasinya serta Program
Kerja Masjid Baitul Kamal.
BAB IV: Bab ini membahas tentang A. Analisis Kegiatan Pengajian
Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil Dalam
Meningkatkan Kualitas Kerja Pemerintah Daerah Kota
Depok Di Masjid Baitul Kamal. B. Analisis Pengaruh
Pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil
15
Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai Muslim
Pemerintah Daerah Kota Depok di Masjid Baitul Kamal.
BAB V: Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan
saran-saran
16
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Pengajian
1. Pengertian Pengajian
Pengajian berasal dari kata “kaji” yang artinya meneliti atau
mempelajari tentang ilmu- ilmu agama Islam.1 Jadi, pengajian merupakan
pengajaran agama Islam yang menanam norma-norma agama melalui
media tertentu, sehingga terwujud suatu kehidupan yang bahagia dan
sejahtera di dunia dan akhirat dalam ridho Allah SWT.2
Dengan demikian, maka pengajian merupakan bagian dari dakwah
Islamiyah yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar. Sehingga keduanya harus sering sejalan dan kedua sifat ini
merupakan satu-satunya yang tidak dapat dipisahkan.
Dakwah tidak akan tercapai kalau seorang da’I hanya menegakkan
yang ma’ruf saja, tanpa menghancurkan yang mungkar, atau sebaliknya
hanya menghancurkan yang mungkar tanpa menyampaikan yang ma’ruf.
Oleh karena itu melaksanakan dakwah wajib bagi mereka yang
mempunyai pengetahuan tentang dakwah Islamiyah, hal ini merupakan
perintah Allah dalam surat al-Imran ayat 104 yang berbunyi :
1 Tim Penyusun Kamus Besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:BalaiPustaka,1994), h. 431
2 Nanih Machendrawati, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ediologi StrategiSampai Tradisi (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya Offset,2001), h. 152
17
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umatyang menyeru kepada kebajikan,menyuru kepada yang ma’ruf danmencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(QS.Al-Imran:104)
Sebagaimana seperti yang disebutkan, bahwa pengajian adalah satu
wadah yang mempunyai tujuan untuk membentuk muslim yang baik,
beriman dan bertakwa serta berbudi luhur. Dalam penyelenggaraan
pengajian, metode ceramah adalah salah satu metode yang dipakai oleh
da’i untuk menyampaikan materi dakwahnya, sebagai seorang da’I supaya
ceramah agamanya berhasil, maka harus betul-betul mempersiapkan diri.
Pada hakekatnya, ceramah agama atau pengajian adalah menyeru dan
mengajak umat beragama kepada jalan yang benar, sesuai dengan ajaran
agama masing-masing, guna meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan demi kebahagiaan hidup lahir dan batin.
Disamping itu metode ceramah sebagai salah satu metode atau
teknik berdakwah tidak jarang digunakan oleh da’i maupun para utusan
Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.3
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengajian merupakan
salah satu wadah pendidikan keagamaan yang di dalamnya ditanamkan
aqidah dan akhlak sesuai dengan ajaran –ajaran agama, sehingga
diharapkan timbul kesadaran pada diri mereka untuk mengamalkannya
3 Asmuni Syukir, Dasar- Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya:Al-Ikhlas,1983)h. 105
18
dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan
Allah maupun dengan sesama manusia.
1. Tujuan Pengajian
Pengajian merupakan salah satu unsur pokok dalam syiar dan
pengembangan agama Islam. Pengajian ini sering juga dinamakan
dakwah Islamiyah, karena salah satu upaya dalam dakwah Islamiyah
adalah lewat pengajian. Dakwah Islamiyah diusahakan untuk
terwujudnya ajaran agama dalam semua segi kehidupan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Amrullah Ahmad bahwa:
Dakwah Islam merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan
secara teratur dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara
tertentu, untuk mengetahui cara merasa, berpikir, bersikap dan
bertindak pada dataran kenyataan individual dan sosio-kultural.4
Dengan demikian maka tujuan pengajian merupakan tujuan
dakwah juga, karena di dalam pengajian antara lain berisi muatan-
muatan ajaran Islam. Oleh karena itu usaha untuk menyebarkan Islam
dan usaha untuk merealisir ajaran di tengah-tengah kehidupan umat
manusia adalah merupakan usaha dakwah yang dalam keadaan
bagaimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam.
H.A. Solaiman menjelaskan bahwa tujuan pengajian terbagi
menjadi 2 (dua) tujuan utama, yakni: tujuan kurikuler dan tujuan
4Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Pembaruan Sosial(Yoyakarta:PLP2M,1985) h. 2
19
Final.Tujuan kurikuler mengandung konsep teoritis untuk mencapai
target sasaran dakwah secara bertahap sampai batas final. Tujuan ini
mengandung 2 (dua) sub tujuan yaitu:
a. Menghidupkan fitrah hati manusia dari kemungkinan kelumpuhan
dan kematiannya akibat polusi mental yang merayapi dan merusak
dirinya, sehingga fitrah dan hati itu kembali memiliki daya tanggap
yang benar dalam membedakan mana yang hak dan yang bathil,
ma’ruf dan mungkar dan memiliki kembali daya tindak untuk
hanya berbuat di atas yang hak, ma’ruf dan manfaat serta
mempunyai daya kesanggupan untuk meninggalkan segala
perbuatan yang bathil dan mungkar.
b. Amal ma’ruf nahi mungkar
1) Mengembangkan manusia yang sudah berada pada posisi ma’ruf
supaya lebih meningkat nilai-nilai ma’rufnya dan menjaga serta
melindunginya jangan sampai tergeser pada posisi yang mungkar.
2) Membawa lingkup hidup manusia yang berada pada posisi
mungkar pada posisi yang ma’ruf.
3) Menyakinkan mereka yang ragu-ragu betapa yang ma’ruf itu
dengan segala pengaruhnya yang konstruktif dan yang mungkar itu
dengan segala pengaruhnya yang destruktif kemudian
membawanya secermat mungkin kepada lingkup yang ma’ruf dan
mengamankannya dari gangguan mungkar.
20
Tujuan final merupakan akhir yang akan dicapai yaitu ajaran Islam
akan menjadi sikap sehari-hari dalam kehidupan pemeluknya yang
dilandasi dengan iman yang kokoh dan dilatarbelakangi oleh harapan
mendapatkan keridhoan Allah.
2. Unsur- unsur Pengajian
Sebagaimana dikatakan bahwa pengajian merupakan dakwah
Islamiyah maka unsur pengajian sama dengan unsur dakwah di mana
terdiri dari da’I, mad’u, materi, media dan metode.
a. Da’I (subjek pengajian)
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha mengubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individual maupun bentuk
kelompok (organisasi).
Da’I merupakan unsur terpenting dalam melaksanaan dakwah,
dengan demikian diperlukan persyaratan- persyaratan sebagai berikut:
1) Persyratan jasmani
Persyaratan jasmani yang disebut adalah meliputi: kesehatan jasmani
secara umum, keadaan tubuh bagian dalam dan keadaan tubuh
mengenai cacat atau tidak.
2) Persyaratan ilmu pengetahuan
Persyaratan ilmu pengetahuan ini mempunyai kaitan dengan
pemahaman da’I terhadap keseluruhan unsure-unsur dakwah yang
ada.
21
Pertama: tentang obyek dakwah, yaitu pemahaman bahwa orang
yang dihadapi beraneka ragam dalam segala seginya.
Kedua: tentang dasar dakwah, yaitu: pemahaman tentang latar
belakang secara yuridis dalam melakukan dakwah, baik landasan
yang bersifat agamis maupun landasan yang berbentuk undang-
undang, peraturan-peraturan, norma-norma lainnya.
Ketiga: tentang tujuan dakwah, yaitu: tujuan pemahaman terhadap
apa yang akan dicapai dalam usaha dakwah.
Keempat: tentang materi dakwah, yaitu pemahaman terhadap
pesan/informasi atau ajaran agama yang akan disampaikan kepada
orang lain secara benar dan baik.
Kelima: tentang metode dakwah, yaitu: pemahaman terhadap cara-
cara yang akan dipakai dalam melaksanakan dakwah.
Keemam: Tentang alat dakwah, yaitu: pemahaman terhadap alat-alat
yang perlu dipergunakan untuk melancarkan usaha dakwah terutama
di dalam mencapai tujuan yang diinginkan.5
3) Persyaratan kepribadian/Rohaniah
Sifat-sifat da’i:
a) Iman dan taqwa kepada allah
b) Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri
pribada.
c) Ramah dan penuh perhatian
5Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas,1993) h.103-108
22
d) Tawadlu
e) Sederhana
f) Sabar dan tawakal
g) Memiliki jiwa toleran
h) Memiliki sifat terbuka
i) Tidak memiliki penyakit
Sikap-sikap da’i
a) Berakhlak mulia
b) Disiplin dan bijaksana
c) Wira’I dan bijaksana
d) Tanggung jawab
e) Berpengalaman yang luas.6
b. Mad’u
Mad’u merupakan sasaran yang akan dijadikan obyek dakwah
dalam pelaksanaan dakwah Islam, sasaran dakwah dalam hal ini
adalah seluruh umat manusia tampa kecuali. Seperti halnya tugas yang
diperintahkan Allah SWT kepada Rasul, agar seorang juru dakwah
dapat mencapai hasil yang efektif dalam mencapai dakwahnya, maka
sudah barang tentu dia harus mengetahui kondusi sasaran dakwahnya.
Hal ini bisa ditinjau dari beberapa obyek diantaranya:7
6 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas,1983) h. 35- 47
7 Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: al-Ikhlas,1993) h. 118
23
1) Obyek pengajian ditinjau dari segi jumlahnya
a) Individu (perorangan)
b) Kelompok dimana sasarannya adalah orang banyak, bisa
dalam jumlah dikit (terbatas).
2) Obyek ditinjau dari segi profesinya
a) Sebagai petani
b) Sebagai pedagang
c) Sebagai buruh
d) Sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
e) Sebagai pegawai negeri
f) Sebagai pekerja swasta
3) Obyek ditinjau dari segi pendidikannya
a) Tidak berpendidikan
b) Berpendidikan sekolah dasar
c) Berpendidikan lanjutan menengah
d) Berpendidikan tinggi
e) Campuran
4) Obyek ditinjau dari tingkat umur
a) Kalangan anak-anak
b) Kalangan remaja
c) Kalangan tua
d) Campuran
24
5) Obyek ditinjau dari jenis kelamin
a) Wanita
b) Laki-laki
c) Campuran
6) Obyek ditinjau dari lingkungan
a) Lingkungan rumah tangga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
7) Obyek ditinjau dari segi tingkatan sosial ekonominya
a) Tingkat ekonomi rendah
b) Tingkat ekonomi cukup
c) Tingkat ekonomi tinggi
d) Campuran
8) Ditinjau dari segi macam keagamaannya
a) Terdiri dari orang muslim
b) Terdiri dari orang non muslim
c) Campuran
9) Obyek ditinjau dari tingkatan keagamaannya
a) Muslim sekedar nama
b) Muslim yang tidak aktif
c) Muslim yang aktif
d) Campuran
25
10) Obyek ditinjau dari segi daerah pemukimannya
a) Daerah pesisir
b) Daerah pedalaman, pegunungan, daerah transmigran
c) Daerah perkotaan8
Berbagai ragam penerimaan dakwah diatas secara sosiologis,
mereka terpencar atau terkumpul pada bentuk – bentuk kelompok
manusia yang disebut dengan:
a) Crowd yaitu istilah kelompok orang yang sedang berkumpul
pada suatu tempat atau ruangan tertentu yang sedang terlibat
dalam suatu persoalan atau kepentingan bersama secara tatap
muka.
b) Publik yaitu kelompok yang abstrak dari orang-orang yang
menaruh perhatian dan minat pada suatu persoalan atau
kepentingan yang sama di mana mereka telibat dalam sutu
pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk
mencari penyelesaian atau kepuasan atas persoalan atau
kepentingan mereka.
c) Massa adalah orang banyak yang sangat heterogen, tidak
terikat oleh suatu tempat dan interaksinya sangat kurang,
8 Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: al-Ikhlas,1993) h. 120
26
demikian persoalan yang mereka hadapi masih terpencar-
pencar.9
c. Materi Pengajian
Materi pengajian adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang
harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran agama Islam yang ada dalam kitabullah maupun
Sunnah rasul. Pada pokoknya materi pengajian mengandung 3 (tiga)
prinsip yaitu :
1) Aqidah, yaitu menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan
terhadap Allah SWT.
2) Syari’at, yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas
manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya,
mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh
dilakukan, mana yang halal dan mana yang haram dan
sebagainya.
3) Akhlaq, yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara
vertikal dengan Allah SWT. Maupun secara harisontal dengan
sesama manusia dan seluruh makluk-makluk Allah SWT.10
Sedang Ali syafi’I menyebutkan 5 (lima) pokok materi
pengajian yaitu:
9 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2014) h. 9010Hafi Ansori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: al-
Ikhlas,1993) h. 146
27
a) Masalah kehidupan
b) Masalah manusia
c) Masalah harta benda
d) Masalah ilmu pengetahuan
e) Masalah aqidah11
Seperti yang penulis tahu bahwa materi pengajian adalah sangat
luas sekali, maka sangat penting sekali bagi seorang da’idi dalam
memilih materi yang akan disajikan kepada obyek dakwah.
d. Media Pengajian
Media dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai alat atau perantaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
dengan demikian media pengajian adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajian yang telah
ditentukan. Untuk menyampaikan ajaran agama Islam kepada umat,
pengajian dapat menggunakan sebagai media dakwah.
Menurut Hamzah Yaqub media dakwah diantaranya yaitu:
1) Lisan, dakwah yang menggunakan lidah atau suara, dakwah
dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
11M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2014) h. 96
28
2) Audio visual yaitu suatu cara penyampaian yang sekaligus
merangsang pengelihatan dan pendengaran, bentuk ini
dilaksanakan dalam bentuk audio visual seperti televise,
sandiwara, kethoprak, wayang dan lain sebagainya.12
e. Metode Pengajian
Metode pengajian merupakan cara yang ditempuh oleh subyek
(da’i) dalam melaksanakan tugasnya. Agar tujuan pengajian dapat
diterima dan dipahami oleh sasaran pengajian (masyarakat luas), maka
da’i harus memperhatikan metode yang akan ia gunakan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat
125 yang berbunyi:
Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yangbanik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentangsiapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S.An-Nahl:12
Berdasarkan ayat di atas terdapat tiga pokok metode dakwah yaitu :
1) Dengan hikmah, yaitu dakwah yang dilakukan dengan bijaksana,
ilmiah, filosofis dan arif. Dalam menghadapi mad’u yang beragam
12 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2014) h. 120
29
tingkat pendidikan, strata sosial, latar belakang budaya, para da’I
memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki
ruang hati para mad’u dengan tetap.13
2) Dengan Al-Maudzatil Hasanah, dakwah yang dilakukan dengan
ungkapan yang mengandung unsure bimbingan, pendidikan,
pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan
positif, yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
3) Dengan Al-Mujadalah adalah dakwah dengan menggunakan tukar
pendapat atau tukar pikiran yang sebaik-baiknya.
Dalam menyampaikan dakwah ada bermacam-macam
metode dakwah antara lain:
a) Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian yang menggunakan
lisan. Metode ini tergolong yang paling tua yang pernah
digunakan dalam sejarah dakwah, namun sampai saat ini metode
ini masih tetap digunakan dalam berbagai proses dakwah yang
berlangsung baik dalam lingkungan formal maupun non formal.
Metode ini memiliki kelebihan dan juga memiliki
kelemahan diantaranya:
13Dzikorn Abdullah, Metodologi Dakwah (Semarang: Fakultas DakwahIAIN Walisongo Semarang, 2001) h. 19
30
1) Kelebihan dan keistimewaannya diantara lain :
a) Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan
(materi dakwah) sebanyak-banyaknya.
b) Memungkinkan mubalig/da’i menggunakan
pengalamannya, kebijaksanaannya sehingga audien
mudah tertarik dan lebih bersifat fleksibel, artinya
mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
c) Dapat cepat tersiar dengan bantuan teknologi.
2) Kekurangan metode ceramah
a) Dari segi materi, bahwa materi yang disampaikan
kurang terkontrol dan sering hanya itu-itu saja,
sehingga menimbulkan kebosanan.
b) Ada unsur paksaan, yakni da’i aktif ceramah dan
terkesan mengharuskan mad’u-nya untuk
mendengarkan, walaupun terkadang ada hal-hal yang
kurang cocok dengan hatinya.
c) Dari segi kegunaannya, terbatas pada kalangan
masyarakat kehidupan menengah yang sudah tidak
terhimpit pencahariannya. Dan metode ini tidak pernah
member jawaban konkrit atas kemajuan dan
perkembangan zaman.14
14Dzikorn Abdullah, Metodologi Dakwah (Semarang: FakultasDakwah IAIN Walisongo Semarang, 2001) h. 20
31
b) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah menyampaikan dakwah
dengan cara mendorong sasaran untuk menyatakan sesuatu
masalah yang dirasa belum mengerti dan da’I sebagai penjawab.
Metode ini maksudnya adalah untuk melayani masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya, sebab dengan Tanya jawab berarti
orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya. Metode ini
dapat berbentuk tulisan dan juga berbentuk lisan.
Metode Tanya jawab terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:
1) Kelebihannya
a) Membiasakan mad’u menghafal fakta,
mengembangkan ingatan tentang materi dakwah.
b) Dapat digunakan untuk menyelingi ceramah dalam
rangka menyemangatkan mad’u supaya tidak terjadi
penyimpangan.
c) Dapat berfaedah mengurangi kekeliruan, kesalahan dan
kekaburan.
d) Dapat memperdalam tentang materi dakwah
e) Mad’u ikut aktif berpikir mengenai pertanyaan dan
jawaban
f) Dapat menambah tentang materi dakwah
32
2) Kelemahan
a) Dari segi motivasi bertanya, kemungkinan sering
digunakan untuk niat negatif, misalnya pertanyaan
yaitu untuk aib orang lain dan bisa juga untuk
menjatuhkan kewibawaan da’i.
b) Materi bertanya sering menyimpang dari pokok
permasalahan dan akan mengundang perseketaan.
c) Metode Tanya jawab sifatnya hanya perlengkap,
sehingga perlu dibarengi metode lainnya.15
c) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah sebagai pemecah masalah secara
bersama-sama baik dalam kelompok kecil maupun kelompok
besar.
Dakwah dengan menggunakan metode ini diperlukan untuk
melawan isolasi buah pikiran perorangan yang mudah dapat
menjurus kepada prasangka dan penilaian yang berat sebelah
tentang pemahaman materi dakwah.
d) Metode Home Visit
Metode home visit (mengunjungi rumah) adalah metode
dakwah yang mengunjngi rumah obyek dakwah. Metode ini
15 Dzikorn Abdullah, Metodologi Dakwah (Semarang: FakultasDakwah IAIN Walisongo Semarang, 2001) h. 32
33
efektif digunakan dalam rangka mengembangkan maupun
membina umat Islam.
Metode ini dapat digunakan dengan dua cara yaitu:
1) Atas undangan tuan rumah : cara ini biasanya tuan rumah
sudah memeluk Islam, namun belum secara sadar
berminat untuk memperdalam keislamannya.
2) Atas kehendak da’i, cara ini biasanya dilakukan terhadap
orang yang belum memeluk agama Islam untuk diajak
masuk Islam.
Kedua cara dalam pelaksanaan metode home visit, da’i
hendaknya menghitungkan faktor-faktor obyek dakwah
diantaranya tingkat usia, tingkat pengetahuan, status sosial dan
ekonominya serta idiologi yang dianaut.16
Dengan adanya metode yang bermacam-macam tersebut di
atas maka akan menambah kesuksesan dan keberhasilan dakwah
Islam dengan melihat situasi serta bisa menempatkan atau
memakai metode yang tepat.
3. Bentuk-bentuk pengajian
Adapun penyampaian hal-hal yang berkaitan dengan Islam
khususnya melalui pengajian, dapat dilakukan melalui berbagai model
16Dzikorn Abdullah, Metodologi Dakwah (Semarang: FakultasDakwah IAIN Walisongo Semarang, 2001) h. 33
34
pengajian yang ada. Adapun bentuk-bentuk pengajian itu sendiri antara
lain :
a. Dilihat dari segi waktu
Pengajian dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Pengajian mingguan
Yaitu pengajian yang dilaksanakan mingguan sekali,
bisa ditempatkan setiap hari senin, atau setiap hari jum’at
dan sebaginya.
2) Pengajian bulanan
Yaitu pengajian yang dilaksanakan setiap bulan
sekali, bisa minggu pertama, atau minggu kedua dan
seterusnya. Atau dua bulan sekali dan ada juga yang tiga
bulan sekali.
3) Pengajian selapanan
Yaitu pengajian yang dilaksanakan setiap 40 hari
sekali.
b. Dilihat dari anggota/peserta
Peserta pengajian satu dengan yang lainnya masingmasing
berbeda sehingga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Pengajian Thariqah
Biasanya dalam pengajian ini materi yang
disampaikan adalah berkisar pada permasalahan yang
berkaitan dengan ukhrowi, berpijak pada masalah di atas,
35
berarti secara otomatis pengajian ini memotivasi pada
pesertanya untuk selalu ingat akan akhirat, yaitu mengisi
kehidupan ini dengan cara beribadah kepada Allah SWT,
dan berbuat baik antar sesama pada umumnya.
2) Pengajian Remaja
Pengajian ini bisanya terdiri dari para remaja yang
berinisiatif mengadakan pengajian, biasanya diisi materi
dakwah dan juga diisi dengan kreatifitas lain untuk
mengembangkan bakat dan potensi remaja.
3) Pengajian Ibu-ibu.
Pengajian ini sebagai bentuk pengajian yang
dilakukan dari kalangan ibu-ibu, baik tua ataupun muda.
Adapun yang dibahas adalah masalah-masalah yang
berkaitan dengan agama Islam, dan materi atau kegiatan
lain yang sifatnya menunjang pembangunan baik pribadi
maupun lingkungan sekitar.
4) Pengajian Bapak-bapak
Yaitu Pengajian yang anggotanya terdiri dari bapak-
bapak atau kepala keluarga.
5) Pengajian Umum
Yaitu pengajian yang dihadiri oleh berbagai
kalangan, baik muda maupun tua, laki-laki atau
perempuan, biasanya diadakan pada peristiwa tertentu.
36
6) Khutbah-khutbah
Biasanya disampaikan oleh khotib atau tokoh
agama, dalam kesempatan shalat Jum'at, shalat id,
pernikahan atau juga dalam kesempatan lainnya.
c. Dilihat dari materi pengajian
Dari berbagai pengajian yang ada, masing-masing berbeda
materi satu sama lain. Namun pada intinya satu yaitu seputar
agama Islam, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Pengajian Yasinan
Yaitu pengajian yang materi utamanya yasinan,
adapun yang lain sebagai tambahan.
2) Pengajian Tahlilan
Yaitu pengajian yang materinya adalah tahlilan
sebagai materi utama dan ini biasanya dilakukan dengan
aliran tertentu, adapun materi lainnya sebagai tambahan.
3) Pengajian umum
Yaitu pengajian yang berisi penyampaian ajaran
Islam secara menyeluruh. Biasanya diisi ceramah oleh
seorang da'i dan adakalanya diadakan semacam dialog
bersama mad’u.
d. Ditinjau dari segi penyelenggaraan.
Penyelenggaraan dakwah yang membutuhkan dana tidak
sedikit, mengharuskan dibuatnya pengorganisasian supaya lancar.
37
Penyelenggaraan pengajian ini dikatakan dapat berjalan dengan
baik dan efektif, bila mana tugas-tugas dakwah yang telah
diserahkan dan pelaksanaannya sesuai dengan rencana dan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.17
Adapun penyelenggara pengajian dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Instansi pemerintah.
Pengajian yang diadakan oleh instansi pemerintah,
biasanya diadakan pada hari-hari besar atau
peristiwaperistiwa penting dalam suatu negara.
2) BUMN, Swasta
Yaitu pengajian yang diadakan oleh pihak swasta,
yaitu semacam di perusahaan-perusahaan swasta untuk
para karyawan sekaligus manajerny. 18
3) Organisasi keagamaan
Yaitu pengajian yang diadakan oleh organisasi
keagamaan yang ada seperti Muhammadiyah, NU,
IPPNU, IPNU, Fatayat, Majelis ta’lim, SDI(serikat
dagang Islam), tang sekarang menjadi serikat Islam,
pergerakan Tarbiyah Islam(PERTI), persatuan
17 Hasrudin harahap, Dakwah Pembangunan ( DIY DPD Golongan
Karya: 1992) h. 2418 Hasrudin harahap, Dakwah Pembangunan (DIY DPD Golongan
Karya:1992) h. 116
38
Islam(PERSIS), al-Irsyad, persatuan muslimin Indonesia
(PERMI), Al-Jamiatul Washliyah, Dewan Dakwah
Islamiyah, Majelis Dakwah Islamiyah dan lain-lain.19
4) Masyarakat
Yaitu pengajian yang diadakan oleh masyarakat itu
sendiri baik antar RT, RW maupun yang lebih luas yaitu
tingkat Kelurahan.
B. Masjid
1. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, sujudan, masjidan,
yang berarti” tempat merendah diri”, tempat menyembah tuhan, tempat
sujud, setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah dan
setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah.20
M.HR. Songge menyatakan Masjid secara etimologis,
bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud
melakukan ibadah mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat
sunnah lainnya kepada Allah, dimana para hamba melakukan segala
19 Hafi anshori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: al-Ikhlas, 1993) h. 116
20 Muhammad Idris Abdul Ra’uf Al-Marbawi, Kamus Arab Melayu(Melayu: T.pn.,1350), cet. Ke-4, h.279
39
aktivitas baik yang bersifat vertical maupun horizontal dalam kerangka
beribadah kepada Allah SWT.21
Masjid berasal dari bahasa Arab, sajada yang berarti tempat
sujud atau tempat menyembah Allah. Bumi yang kita tempati bersama
ini adalah Masjid bagi kaum Muslimin, Mesjid merupakan tempat
orang berkumpul dan melakukan shalat berjama’ah, dengan tujuan
meningkatkan solidaritas di kalangan kaum muslimin. Di Masjid pula
lah tempat terbaik untuk melangsungkn shalat shubuh.22
Masjid berarti tempat untuk bersujud, secara terminologi,
masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam,
khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan
Baitullah (Rumah Allah), yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana
mengabdi kepada Allah.23
Masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslimin.
Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh,
hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktifitas yang
mengandung kepatuhan kepada allah semata.
21 M. HR. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani (Jakarta : PT.Media Citra, 2001), h.12-13
22 Moh.E. Ayub, Manajemen masjid (Jakarta: Gema Insani Press,2001),cet. Ke-1, h.1-2
23 Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid (Jakarta:Pustaka Al-Kausar, 2005), cet. Ke-1, h.23
40
Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam surat Al-jin ayat 18 :
Artinya : Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalahkepunyaan Allah maka janganlah kamu menyembah sesorang didalamnya di samping menyembah (menyembah) Allah”(Q.S.Al-Jin:18).24
Menurut Aidh bin Abdullah al-Qarni, “Masjid adalah tempat
saling mengenal dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin,
karena disaat di dalam masjid mereka dapat mengetahui informasi
tentang saudaranya yang absen atau tidak hadir, apakah mereka dalam
kesusahan atau yang lainnya.
Dengan demikian maka akan timbul rasa tolong menolong
sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh
ikatan kasih sayang antara jamaah masjid kaum mukmin.25
Sedangkan Syaikh Sayid Sabiq, dalam Bukunya Fiqhus
Sunnah mengertikan bahwa Masjid sebagaimana Allah telah
mengkhususkan kepada umat ini yaitu menjadikan bumi dalam
keadaan suci dan sebagai Masjid, dimana saja seorang Muslim telah
24Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah TransliterasiLatin (Jakarta:PT Pena Pundi Aksara,2008), cet. Ke-3, h. 1343
25 Aidh bin Abdullah al-Qarni, Memakmurkan Masjid, langkah majukebangkitan Islam (Jakarta:Pustaka Al-Sofwa,2005), h. 44
41
sampai pada waktu shalat, shalatlah dimana saja ia berada atau
mendapatinya.26
Sedangkan pengertian Masjid menurut istilah adalah sebagai
berikut: “Tempat sujud, yaitu tempat umat Islam mengertjakan shalat,
dzikir kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan
Dakwah Islamiyah.27
Menurut yusuf qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah
rumah, seperti makna yang bersirat dalam firman Allah SWT An- Nur
ayat 36-37
.
Artinya : bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yangtelah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namanya didalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidakdilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli darimenginggati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)membayar zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)hati dan penglihatan menjadi guncang.
26Syaid Sabiq, fiqhus Sunnah (Beirut: Dar-Alfik, 1981), Jilid 127 M. Abdul Mujieb, et. Al, Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus, 1994), h.201
42
Dengan demikian, Masjid adalah rumah allah SWT, yang
dibangun agar umat mengingat, mensyukuri dan menyembah-Nya
dengan baik.28
2. Fungsi Masjid
Masjid sebagai tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat,
dan tempat beribadah kepadanya. Lima waktu dalam sehari semalam
umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat
berjama’ah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak
dikumandangkan nama Allah SWT melalui adzan, iqamat, tasbih,
tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain dianjurkan dibaca di masjid
sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma
Allah SWT.
Dalam perkembangan dewasa ini, fungsi dan peranan masjid
sangat meningkat. Masjid pada saat ini bukan saja sebagai tempat
ibadah semata, tetapi peran masjid sangat kompleks dalam
pemberdayaan umat untuk lebih meningkatkan keimanan, ketakwaan
dan muamalah sesama makhluk Allah SWT, agar mendapatkan rahmat
dari Allah SWT. Fungsi masjid semacam ini perlu terus dikembangkan
dengan pengelolahan yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir
insane-insan muslim yang berkaulitas dan masyarakat yang sejahtera.
Dari masjid diharapkan juga tumbuh kehidupan khaira ummatin,
28 Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: GemaInsani Press, 1999), cet. Ke-1, h.7
43
predikat yang diberikan allah SWT kepada umat Islam.29 Allah SWT
berfirman: Q. S. Ali Imran : 110
Artinya: kamu adalah umat yang baik yang dilahirkan untukmanusia menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah yangmungkar, dan beriman kepada Allah, sekiranya ahli kitab beriman,tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yangberiman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Memfungsikan masjid secara maksimal, harus terus menerus
dilakukan. Kondisi lingkungan masjid harus mendapatkan perhatian
dalam rangka penyusun program kegiatan, masjid desa mungkin akan
berbeda di pondok pesantren, masjid di kampus, masjid di lingkungan
pemukiman, masjid di lingkungan pabrik ataupun kawasan industri.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang teratur dan
terarah kea rah pembentukan pribadi muslim, keluarga muslim,
dan masyarakat muslim. Di samping materi al-Qur’an, hadist,
fiqih ibadah, akhlak, perlu juga disampaikan materi sirah
Nabawiyah (Sejarah Kenabian).
29 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an ( Bandung: Mizan, 1997 ), cet ke -3, h. 349
44
b. Memaksimalkan pelaksanaan khutbah jum’at, baik yang
bersangkutan dengan materinya maupun dengan khutbahnya.
Khutbah jum’at sesunguhnya merupakan media pembinaan media
pembinaan jama’ah yang cukup efektif.
c. Melaksanakan diskusi, seminar, ataupun lokakarya tentang
masalah-masalah aktual.
d. Membuat data jama’ah, dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan,
tingkat penadapatan, dan lain-lain.
e. Mengefektifkan pelaksanaan zakat, infak, sedekah, baik dalam
cara memungutnya maupun cara membagikannya.
f. Melaksanakan training-training keislaman, terutama untuk
generasi muda.
g. Di samping dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal perlu mendapatkan
perhatian, seperti memberikan santunan bagi yang membutuhkan
(misalnya jama’ah menderita sakit,kekurangan pangan,ataupun
musibah yang lainnya).
h. Demikian juga dkwah dengan buku, brosur, dan majalah yang
baik perlu mendapatkan perhatian, misalnya dengan mendirikan
taman bacaan ataupun perpustakaan masjid.30
Selain itu fungsi masjid adalah :
30 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),cet. Ke-1, h. 173-174.
45
a. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna
memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masysrakat.
b. Masjid adlah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan
kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.
c. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jama’ah dan
gotong royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
d. Masjid dan majlis ta’lim merupakan wahana meningkatkan
kecerdasan dan pengetahuan umat.
e. Masjid adlah tempat pengumpulan dana, menyimpan dan
membagikannya.
f. Masjid adalah tempat melaksanakan pengaturan dan supervise
sosial.31
Dengan demikian semua fungsi masjid itu, masjid bisa kembali
kepada peran yang pernah dijalankansebagai jami’ tempat ibadah
kolektif, tempat belajar dan lembaga pendidikan, tempat diadakannya
halaqah-halaqah, tempat-tempat disampaikan orientasi-orientasi
keislaman, tempat permusyawarahan umat, tempat aktivitas, dan
organisasi reformasi organisasi masyarakat.
31Moh. E.Ayub, Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet.Ke-1, h. 7-8
46
3. Macam-macam Masjid
a. Masjid kota
Masjid kota ini sudah jelas harus berlokasi di pusat kota,
mengingat pusat kota ini mempunyai aksebilitas yang sangat tinggi
terhadap penduduk di seluruh wilayah kota.
b. Masjid Wilayah
Masjid wilayah ini berpungsi melayani penduduk di daerah
perumahan dalam skala wilayah dan penduduk yang berada pada
pusat-pusat aktivitas untuk melaksanakan shalat fardhu, shalat
jum’at serta kegiatan sosial bagi masyarakat.
c. Masjid Kecamatan
Pada prinsipnya Masjid Kecamatan ini dibangun untuk
melayani penduduk Islam yang berada disekitar kecamatan
tersebut, terutama dalam melaksanakan shalat jum’at, shalat Hari
Raya, serta kegiatan-kegiatan sosial masyarakat.
d. Masjid Lingkungan
Lokasi masjid lingkungan ini lebih berorientasi kea rah
perumahan, karena fungsinya hanya melayani penduduk di dalam
daerah pelayanannya untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat
jum’at serta kegiatan keagamaan lainnya.
47
e. Masjid Lokal (Langgar / Musholah)
Langgar atau Mushollah ini hanya dipergunakan untuk shalat
sehari-hari, tidak dipergunakan dalam pelaksanaan shalat jum’at.
4. Manfaat dan Tujuan Masjid
Dengan semangat tinggi Masjid yang kita bangun secara
bergotong royong, saling membantu, berkorban menyalurkan harta
shadaqah, infak dan wakaf demi berdirinya masjid bangunan suci
Allah SWT dan tanpa memandang kaya, miskin atau golongan,
masjid-masjid dapat berdiri dengan megahnya, layaknya semerbak
mewangi, semua tersenyum puas. Tinggal lagi mengisi dan
memakmurkannya, hendaknya Masjid jangan sampai sepi dalam sya’ir
atau kegiatannya. Masjid dalam fungsi dan perannya harus mampu
melayani keperluan jama’ah atau umat dari berbagai aspek manfaat
paling tidak ada enam aspek yang terdiri dari:32
a. Aspek Ibadah
Manfaat kemakmuran masjid bagi ibadah sesuai dengan
kebiasaan atau sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya
yang menjadi tolak ukur dan tuntunan bagi setiap muslim dalam
menjalankan ibdah adanya khusyuk dalam shalat, suasana tenang,
damai dan ada rasa dekat kepada allah SWT, termasuk juga
32 Jurnal Manajemen Kemasjidan (TAMIR MASJID), Juni 2006, Volume.V, Nomor. 2, h.51.
48
membayar zakat harta atau fitrah dengan rasa tenang, dengan
pelayanan yang ceria dan cerah tanpa pilih kasih. Dengan demikian
masjid yang berjalan menurut sistem dan aturan yang jelas
memudahkan jama’ah dan masyarakat sekitar bertambah simpatik
dan senang untuk berjama’ah secara rutin, apalagi dengan Iman
shalat yang bagus dan baik dari segi bacaan ayat-ayat suci Al-
Qur’an, yang insya Allah menambah khusyu’ dan beribadah.33
Dengan demikian, masjid merupakan tempat yang baik untuk
latihan dan kritik dari kita, serta pembaharuan I’tikad baik.
b. Aspek kehidupan, Sosial, Ekonomi, dan Pemberdayaan SDM (
Mu’amalah ).
Dilihat dari aspek mu’amalah ini antara lain kehidupan
sosial, ekonomi, dan pemberdayaan SDM, bila masjid berfungsi
dan berjalan dengan program-program atau kegiatan yang jelas
terhadap kegiatan sosial dan lain sebagainya, akan menambah
kepercayaan jam’ah atau masyarakat. Jama’ah yang kurang
mampu akan merasa aman karena ada perhatian tentang diri
mereka bentuk-bentuk santunan, bantuan dan lain jelas arahnya
siapa yang berhak menerimanya.
Masjid sebagai pusat kebudayaan di samping pusat ibadah
juga manampung semua jenis kegiatan kemasyarakatan yang
33 Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 53
49
berada dalam batas-batas taqwa, atau yang menunjang
tercapainya rohani taqwa.
c. Aspek Bagi Keluarga, Lingkungan Masyarakat
Pada setiap kepala keluarga dan anggota keluarga yang
telah dewasa dalam memakmuran masjid, maka keluarga tersebut
mendapatkan yakni rahmat Allah SWT :” Ya Allah, bukakanlah
untukku pintu-pintu rahmat engkau “, dan ketika keluar dari
masjid lalu memohon kepada Allah,” Ya Allah, sesungguhnya
saya karunia dari engkau “, maka sesame keluarga-keluarga
penuh dengan naungan rahmat allah, akan tercipta sesame
terutama yang membuahkan banyak kebaikan dari kebaikan dari
Allah, belum lagi manfaat dari shalat jam’ah akan memperkuat
tali persaudaraan dengan anggota jama’ah lainnya, dengan
demikian akan terbangunnya rasa solidaritas atau ta’awun ( saling
tolong menolong ), dampak positif bagi lingkungan masyarakat
akan menambah hubungan baik, lingkungan akan nyaman,
persaudaraan antara lingkungan masyarakat makin kuat. Dengan
demikian akan tercipta dilingkungan masyarakat –masyarakat
yaitu rasa marhamah( saling kasih saying ).34
34 Jurnal Manajemen Kemasjidan, h. 54
50
d. Aspek Bagi Generasi
Generasi muda yang membuahkan mata hati yang sejuk
dipandang, dan calon pemimpin masa depan, harus dapat
dilahirkan dari masjid-masjid yang berfungsi dan mampu membaca
dan memberikan peluang terhadap generasi muda merupakan cikal
bakal pemimpin masa depan. Dengan program-program kegiatan
pembinaan terhadap generasi muda,masjid dapat mandiri dan dapat
menolong masyarakat lemah dilingkungan masjidnya. Sementara
ini memang hasil belum maksimal pembinaan generasi muda
masjid, sehingga menimbulkan ketimpangan-ketimpangan,
hendaknya jangan sampai terjadi kekosongan pembinaan terhadap
generasi muda masjid, kekosongan pembinaan akan membawa
dampak negatif atau kemunduran masjid masa-masa mendatang.
e. Aspek Ta’lim dan Pendidikan (Tarbiyatul Islam)
Dengan ilmu, kita akan sadar dan berupaya membangun
diri untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu masjid
yang makmur memberikan peluang untuk para jama’ah atau
masyarakat sekitar melakukan belajar dan mengajar. Maka
pengelolahan masjid harus dapat memprogramkan kegiatan belajar
dan mengajar.
51
f. Aspek Dakwah
Kita ketahui bahwa dakwa adalah ummul hasanah, induk
segala kebaikan. Dakwah merupakan kewajiban kita semua.
Perubahan jama’ah atau masyarakat sekitar masjid terhadap
pengamalan agama dengan sendirinya menjadi baik, dakwah
menyebabkan datangnya hidayah, dengan hidayah dapat
mencerahkan manusia dari kegelapan. Dahulu orang-orang yang
semula-mula mengagungkan berhala, teknologi, harta benda dan
ehidupan lainnya. Kama di situlah bahwa masjid berfungsi secara
benar, dapat menjadi pusat segala aktifitas umat. Pengelolahan
masjid perlu berfikir bagaimana lebih jauh bisa memberdayakan
umat untuk lebih berdayagunakan untuk memakmurkan dari aspek
dakwah tersebut, sehingga masjid akan benar-benar bermakna dan
bermanfaat bagi masyarakat sekitar.35
5. Peranan Masjid
Dalam sejarah perkembangan dakwah Rosulullah SAW.
Terutama dalam periode Madinah, eksistensi masjid tidak hanya
dimanfaatkan sebagai pusat ibadah yang bersifat mukhdhah/khusus,
seperti shalat, tapi juga mempunyai peran sebagai berikut:
a. Dalam keadaan darurat, setelah mencapai tujuan hijrah di
Madinah, beliau bukannya mendirikan benteng pertahanan
35 Jurnal Manajemen Kemasjidan, h.57
52
untuk menjaga-jaga dari kemugkinan serangan musuh tetapi
terlebih dahulu membangun masjid.
b. Kalender Islam yaitu tahun hijriah dimulai dengan pendirian
masjid yang pertama, yaitu tanggal 12 Rabiul Awal,
permulaan tahun Hijriah selanjutnya jatuh pada tanggal 1
Muharram.
c. Di Mekkah agama Islam tumbuh dan di Madinah agama
Islam berkembang. Pada kurun pertama atau periode
Makkiyah Nabi Muhammad SAW mengajarkan dasar-dasar
agama. Memasuki kurun kedua atau periode Madiniyah,
Rosulullah SAW menandai tapal batas itu dengan
mendirikan masjid.
d. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok
orang Muhajirin dan anshar dengan satu landasan keimanan
kepada allah SWT.
e. Masjid didirikan oleh orang-orang takwa secara bergotong
royong untuk keselamatan bersama.36
Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan
zaman dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak menyesuaikan
diri dengan kemajuan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan
sebagai tempat ibadah shalat, tetapi juga sebagai wadah beraneka
kegiatan jama’ah/umat Islam. Sebab, masjid merupakan integritas dan
36Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h.10
53
identitas umat Islam yang mencerminkan tata nilai keislamannya.
Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitikberatkan pada
pola aktivitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara
aktivitas ukhrawi dan aktifitas duniawi.
Memasuki zaman keemasan Islam, masjid
mengalamipenyesuaian dan penyempurnaan. Coral penyesuaian
dengan tuntutan zaman dan yang terjadi itu tidak kalah fungsionalnya
dibanding optimalisasi nilai dan makna masjid di zaman Rasulullah
SAW. Dalam perkembangannya yang terakhir, masjid mulai
memperhatikan kiprah operasional menuju keterangan dan
kesempurnaan kegiatan pada garis besarnya, operasionalisasi masjid
menyangkut :
a. Aspek Hissiyah (Bangunan)
Belakangan ini bermunculan masjid yang menetapkan
gaya dan bentuk arsitektur yang beraneka ragam. Dalam
masalah bangunan fisik masjid, Islam tidak menentukan dan
mengaturnya. Artinya, umat Islam diberikan kebebasan,
sepanjang bangunan masjid itu berperan sebagai rumah ibadah
dan pusat kegiatan /umat. Menyadari sepenuhnya peran masjid
sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan umat, tujuan
pendirinya pun harus ditetapkan secara jelas dan benar-benar
54
disadari sejak awal. Karena itu, keberadaan sebuah masjid tidak
mubazir.
b. Aspek Maknawiyah ( Tujuan )
Pada masa rosulullah SAW, pembangunan masjid
mempunyai tujuan, yakni masjid di bangun atas dasar takwa
dengan melibatkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat
pembinaan jamaah/umat Islam ( at-taubah:108).
c. Aspek Ijtimaiyah
Aspek kegiatan masjid sebenarnya dapat dilihat
berdasarkan ruang lingkup kelembagaan masjid itu sendiri.
Diantara lembaga masjid tersebut adalah:
1) Lembaga Dakwah dan Bakti Sosial
Kegiatan dalam bidang dakwah dan bakti sosial
dimiliki oleh hampir semua masjid. Kegiatan dakwah bisa
dilihat dalam bentuk pengajian/tablig, diskusi,
silaturrahmi, dan lain-lain. Adapun kegiatan bakti sosial
terwujud dalam bentuk penyantunan anak yatim, khitanan
missal, zakat fitrah, pemotongan hewan kurban dan lain-
lain. Biasanya, kegitana berdimensi sosial ini berjalan
pada saat tertentu, misalnya bulan Ramadhan, bulan Haji,
bulan Maulid, tahun baru Hijriyah.
55
2) Lembaga Manajemen dan Dana
Tanpa perlu menutup-nutupi, pola manajemen
masjid kita pada umumnya bercorak tradisional. Hanya
dibeberapa masjid tertentu manajemen masjid dapat
dilaksanakan secara professional. Hal ini erat kaitannya
dengan kualitas sumber daya manusia pengelola/pengurus
khususnya visi, kreativitas, dan wawasan sosioreligius
mereka dalam “menghidupkan” potensi masjid.
3) Lembaga Pengelola dan Jamaah
Antara pengelola dan jamaah terjalin ikatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan masjid. Kedua
komponen ini merupakan pilar utama yang
memungkinkan berlangsungnya beraneka kegiatan masjid.
Bedanya hanya pada bentuk keikutsertaan masing-masing
pihak. Jika pengelola terjun dalam pelaksanaan tertib
administrasi, maka jamaah tak terkecuali pengelola
sebagai pribadi urun rebuk dalam bidang pendanaan.
Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan, fungsi
masjid adalah sebagai tempat ibadah kolektif, tempat belajar dan
lembaga pendidikan, tempat diadakannya halaqoh-halaqoh, tempat-
tempat disampaikan orientasi-orientasi keislaman, tempat
permusyawarahan umat, tempat aktivitas, dan organisasi reformasi
dan organisasi masyarakat.
56
C. KUALITAS KERJA
1. Pengertian Kualitas Kerja
Kualitas kerja mengacu pada kualitas sumber daya manusia,
kualitas Sumber daya manusia mengacu pada:37
a. Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan yang dimiiki
karyawan yang lebih berorientasi pada intelejensi dan daya
fikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki karyawan.
b. Keterampilan (Skill), kemampuan dan penguasaan teknis
operasional di bidang tertentu yang dimiliki karyawan.
c. Abilities, yaitu kemampuan yang berbentuk dari sejumlah
kompetensi yang dimiliki seorang karyawan yang mencakup
loyaritas, kedisiplinan, kerjasama dan tanggung jawab.
Menurut Hasibuan menyatakan bahwa :” Penilaian adalah
kegiatan manajemen untuk mengevaluasi perilaku dan hasil kerja
karyawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya.”38
Berdasarkan definisi diatas ada dua hal yang dievaluasi dalam
menilai kinerja karyawan yaitu perilaku dan kualitas kerja karyawan.
Yang dimaksud dengan penilaian perilaku yaitu kesetiaan,
kepemimpinan, kerjasama, loyaritas, dedikasi dan partisipasi
37 Matutina, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Jakarta: GramediaWidia Sarana Indonesia, 2001 ), cet. Ke-2, h. 205
38 Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Jakarta: Bumi Aksara,2007 ), cet. Ke-10, h. 87
57
karyawan. Sedangkan kualitas kerja adalah suatu standar fisik yang
diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan
atas tugas-tugasnya.
Menurut Flippo berpendapat tentang kualitas kerja sebagai
berikut: “Meskipun setiap organisasi berbeda pandangan tentang
standar dari kualitas kerja pegawai, tetapi pada intinya efektifitas dan
efisiensi menjadi ukuran yang umum.” 39
Bertitik tolak dari definisi yang diberikan oleh Flippo tersebut
maka dapat dikatakan bahwa inti dari kualitas kerja adalah suatu hasil
yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan
yang dilakukan oleh sumberdaya manusia atau sumberdaya lainnya
dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan
berdaya guna.
Kualitas Sumberdaya manusia memiliki manfaat ditinjau dari
pengembangan perusahaan yaitu :
a. Perbaikan kinerja.
b. Penyesuaian kompensasi.
c. Keputusan penepatan.
d. Kebutuhan pelatihan.
e. Perencanaan dan pengembangan karier.
39 Edwin B Flippo, Manajemen Personalia ( Jakarta: PT. Erlangga ), EdisiIV, h. 28
58
f. Efisiensi proses penempatan staf.
g. Kesempatan kerja yang sama.
2. Faktor-faktor untuk meningkatkan Kualitas Kerja
Menurut Bitner dan Zeithaml menyatakan untuk dapat
meningkatkan performancequality (kualitas kerja) ada beberapa cara
yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan
pelatihan atau training, memberikan insentive atau bonus dan
mengaplikasikan atau menerapkan teknologi yang dapat membantu
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.40
Menurut Sunu menyatakan bahwa penting untuk menciptakan
lingkungan untuk meningkatkan kualitas kerja, yaitu:41
a. Tanggung jawab dan kepentingan pimpinan untuk menciptakan
lingkungan peningkatan kualitas
b. Nilai, sikap dan perilaku yang disetujui bersama diperlukan
untuk meningkatkan mutu
c. Sasaran peningkatan kualitas yang diterapkan oleh organisasi
d. Komunikasi terbuka dan kerja sama tim baik
e. Pengakuan dapat mendorong tindakan yang sesuai dengan
nilai, sikap dan perilaku untuk meningkatkan mutu.
40 Sri Vandayuli Riorini, “Quality Performance dan Komitmen Organisasi”( Jurnal Media Riset Bisnis dan Manajemen), 2004,Volume 4, Nomor 3, h. 22
41 Edwin B Flippo, Manajemen Personalia ( Jakarta: PT. Erlangga ), EdisiIV, h. 91
61
BAB III
GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL KAMAL KANTOR WALI KOTA
DEPOK
A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA MASJID BAITUL KAMAL
Masjid Baitul Kamal merupakan salah satu peninggalan Wali Kota
Depok. Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Bapak Drs. H. Badrul
Kamal (1999-2005). Konon masjid ini merupakan bangunan masjid terbesar
di Depok pada saat itu.1
Masjid Baitul Kamal merupakan masjid yang berada di perkantoran
Wali Kota Depok dan dekat pusat pembelanjaan, sehingga masyarakat bisa
beribadah shalat dengan tepat waktu. terutama ketika hari Jum’at karyawan
perkantoran dan masyarakat yang sedang berbelanja bisa mengikuti shalat
jum’at berjama’ah di Masjid Baitul Kamal yang berada di Wilayah Wali Kota
Depok.
Selain memiliki fungsi sebagai tempat penyelenggaraan ibadah,
Masjid Baitul Kamal juga memiliki fungsi sosial, pendidikan, dan
ekonomi, hal ini dapat dilihat dari adanya badan-badan otonom dibawah
kepengurusan masjid yang bertanggung jawab terhadap Taman Pendidikan
Qur’an,Badan Amil Zakat,, Infak dan shadaqah, Baitul Maal Watamwil
(BMT) dan lain-lain. Dengan kata lain masjid baitul kamal berupaya agar
mampu menjadi masjid yang mandiri baik secara pendanaan dan kegiatan.
1 Wawancara pribadi dengan Zainal Arifin, selaku DKM (Dewan Kemakmuran Masjid)Baitul Kamal, Depok, 5 November 2013
62
B. VISI DAN MISI MASJID BAITUL KAMAL
Dalam rangka mendukung penciptaan tujuan lembaga, pengurus
masjid baitul kamal depok memandang perlu untuk menetapkan Visi dan
menguatkan Misi Masjid. Penguatan misi Masjid dilakukan dengan cara
menyesuaikan rumusan Misi yang ada sebelumnya dengan kondisi saat ini.
Visi Masjid Baitul Kamal sebagai pusat peribadatan dan melayani
jamaah dengan sebaik dan senyaman mungkin dan penggerak kebersamaan
dalam meningkatkan iman, ilmu dan pengamalan menuju kemaslahatan hidup
umat.
Misi : untuk mencapai visi tersebut diatas, Dewan Kemakmuran
Masjid Baitul Kamal mengemban misi sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan fungsi masjid sebagai tempat peribadatan
seluruh jamaah masjid baitul kamal dan umat islam umumnya.
2. Mensinergikan perbedaan paham untuk membangun kekuatan
dalam keanekaragaman guna menciptakan ketenangan dan
kenyamanan beribadah.
3. Menfungsikan masjid sebagai pusat dan sumber dakwah islam
dengan tetap menghormati perbedaan pemahaman.
4. Menciptakan suasana kehidupan dan pemikiran yang Islami,
khususnya dilingkungan pegawai negeri sipil dan umumnya di
masyarakat yang luas.
63
5. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islami non formal yang
unggul dalam kehidupan global, yang melahirkan generasi
berilmu dan berakhlak mulia.
C. STRUKTUR ORGANISASI MASJID BAITUL KAMAL
Maju atau mundarnya perkembangan suatu perusahan dalam
menjalankan kegiatan usahanya tergantung dari organisasi yang dibentuk oleh
lembaga itu sendiri, seperti diketahui bahwa suatu organisasi dibentuk dari
orang-orang yang diharapkan dapat saling bekerja sama dan saling
melengkapi untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan oleh lembaga.
Apabila orang-orang yang berbeda dalam perusahaan tersebut tidak
terkoordinasi secara efektif, maka dapat menimbulkan dampak negatif
kelangsungan hidup lembaga.
Struktur organisasi dari suatu perusahaan merupakan hal yang sangat
penting, karena dapat memberikan penjelasan kepada para anggotanya
mengenai fungsi-fungsi serta hubungan antara wewenang dan tanggung
jawab yang dimiliki, sehingga pada hakekatnya struktur organisasi
merupakan pola tertentu dalam melaksankan aktivitasnya, karena struktur
organisasi tersebut dapat menggambarkan mengenai siapa (orang dan jumlah
orang )dan pekerjaan(tugas) yang dilakukan serta mengenai arus komunikasi
dalam mengerjakan segala sesuatu (menjalankan tugas yang menyangkut hak
dan kewajiban). Struktur organisasi antara satu lembaga dengan lembaga lain
belum tentu sama, hal ini disebabkan dalam penyusunan stuktur organisasi
harus sesuai dengan spesifikasi dari lembaga.
64
Adapun bentuk-bentuk organisasi yang dapat diketahui antara lain :
1. Organisasi Lini atau garis ( Lini Organisasi )
2. Organisasi Fungsional atau staf
3. Organisasi Lini dan staf
4. Organisasi Fungsional dan staf
Pada Lembaga Masjid Baitul Kamal Depok, menggunakan bentuk
organisasi lini atau garis yang mana kekuasaan tersebut mengalir dari atas
ke bawah. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi Masjid
Baitul Kamal Depok, maka dapat dilihat pada gambar berikut :
GAMBAR 3.1
STRUKTUR ORGANISASI
MASJID BAITUL KAMAL DEPOK
Sumber : Pengurus Masjid Baitul Kamal Depok
Penanggung Jawab : Wali Kota Depok
Ketua umum : Asisten Ekbangsos Setda Kota Depok
Staf Bidang ImarahStaf Bidang ImarahStaf Bidang Idarah
Penanggung Jawab
Ketua DKM
Sekretaris Bendahara
Ketua Bidang Idarah Ketua Bidang Imarah Ketua Bidang Riayah
65
( ex opicio )
Ketua bidang Idarah ( Organisasi )
Ketua Bidang Imarah ( Pemakmuran )
Ketua Bidang Riayah ( Pemeliharaan )
Sekretaris I : Kabag Sosial Setda Kota Depok
Sekretaris II
Bendahara : Kasubag Agama Setda Kota Depok
Bendahara :
Dari gambar terlihat bahwa struktur organisasi yang digunakan
oleh pengurus Masjid Baitul Kamal Depok adalah menurut sistem garis
dimana kekuasaan tertinggi ada pada ketua Dewan Kemakmuran Masjid,
yaitu kekuasaan berjalan dari tingkat atas ke bawah dan tanggung jawab
dari bawah ke atas.
a) Ketua Dewan Kemakmuran Masjid bertugas mengkoordinasi dan
memberdayakan semua bidang dan seksi, mengadakan pelatihan
atau leadership and management pengurus, membangun hubungan
komunikasi dan kerjasama yang positif baik bersifat internal maupun
eksternal, mengklasifikasi program jaka pendek, menengah dan
panjang, mengagendakan rapat pengurus maksimal 4 (empat) bulan
sekali, mengevaluasi program dan kinerja seluruh bidang dan seksi.
b) Sekretaris bertugas menyusun rencana kerja kesekretariatan,
mengkoordinir setiap rapat pengurus serta membuat notulen,
mendampingi kegiatan ketua Dewan Kemakmuran Masjid baik
internal maupun eksternal, melakukan koordinasi dengan semua
66
bidang demi pencapaiaan sasaran, melakukan administrasi surat
menyurat, melakukan inventarisasi dan merawat harta kekayaan
masjid, melakukan rekruitmen pegawai sesuai usulan ketua bidang
dan mengkonsultasikannya dengan ketua Dewan Kemakmuran
Masjid, mewakili ketua Dewan Kemakmuran Masjid jika
berhalangan dalam segala kegiatan.
c) Bendahara bertugas menyusun prosedur dan pengeluaran uang baik
kas maupun bank, membuat laporan penerimaan dan pengeluaran
kepada ketua Dewan Kemakmuran Masjid dan pengurus lainnya
serta kepada jama’ah secara periodik, membuat laporan cashflow
actual dan estimasinya berdasarkan anggaran dari seluruh bidang.
d) Bidang Idarah (pengelolaan) bertugas menyusun strategi
pengembangan sarana dan prasarana masjid kedepan, menyusun
database jama’ah masjid bekerja sama dengan Kantor Pemerintahan
Kota Depok, menciptakan badan usaha yang mandiri untuk
menambah penghasilan masjid, menginformasikan dan
mempromosikan segala rencana aktifitas atau program atau produk
dan jasa masjid sebagai usaha untuk melibatkan seluruh karyawan
dilingkungan Pemkot Wali Kota Depok, membangun suatu metode
pendokumentasian visual secara digital,melaksanakan survei
kepuasan ummat atas kinerja dan hasil program.
e) Bidang Imarah (pemakmuran)bertugas pembuatan jadwal imam dan
muadzin shalat lima waktu, pembuatan jadwal imam, khotib dan
muadzin shalat jum’at, mengadakan evaluasi khotib shalat jum’at,
67
mengadakan tadarus al-qur’an, menggali ZIS (zakat infak dan
shadaqah), menyelenggarakan hari besar Islam (PHBI), menggali
dan meningkatkan kreativitas jama’ah masjid, mengisi dan
menggalakkan kegiatan selama bulan ramadhan, mengadakan
pencerahan jama’ah baik dilingkungan pemkot depok maupun
umum melalui pengajian rutin, mengadakan pelatihan life skill,
mengadakan perlombaan MTQ, membuat program pengamanan
khususnya bagi anak-anak saat ibadah berlangsung.
f) Bidang Riayah (pemeliharaan)bertugas menata masjid dan
sekitarnya agar terasa indah, aman, dan nyaman bagi jama’ah saat
ibadah, menyusun piket kebersihan baik harian maupun mingguan,
menjaga dan merawat barang dan kekayaan yang dimiliki masjid,
perbaikan dan pengadaan sarana seperti sound system, kursi khotib,
lemari penyimpanan, sarung, mukena, pengecekan perangkat sound
system, amplifier, mic setiap hari jum’at.
D. PROGRAM KERJA MASJID BAITUL KAMAL
Dalam Kepengurusan Masjid Baitul Kamal sempat mengalami
beberapa kali pergantian, namun tepatnya pada kepengurusan kali ini yang di
pimpin oleh Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Bapak Zaenal Arifin dengan
latar belakang pendidikan pasca sarjana. Beliau berupaya merubah fungsi
masjid tidak hanya sebagai tepat ibadah pokok saja seperti shalat, tetapi juga
sebagai tempat pengembangan potensi masyarakat khususnya pegawai negeri
sipil yang berada di Wali Kota Depok dalam berbagai hal terutama masalah
keagamaan. Dengan adanya program seperti ini diharapkan agar dapat
68
menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam kepada seluruh Pegawai Negeri
Sipil Kota Depok, sehingga diharapkan para Pegawai Negeri Sipil dapat
mengamalkannya dalam bentuk perbuatan pada kehidupan sehari-hari yang
dilakukan secara ikhlas karena Allah.
Adapun program kerja yang berkaitan dengan bidang kegiatan yang
sedang dibahas adalah :
1. Pengajian Pegawai Negeri Sipil
Pengajian Pegawai dalam hal ini juga merupakan jenis dakwah
lisan dengan menggunakan metode ceramah yang dilengkapi dengan
metode tanya jawab.
Hal tersebut dimaksudkan supaya mad’u (jamaah) lebih dapat
memahami materi yang disampaikan oleh seorang da’i, sebab di dalam
metode ceramah biasanya mad’u bersifat pasif (hanya mendengarkan saja).
Adapun materi yang sering dibawakan berupa Tauhid, Aqidah dan
Muamalah..
Dari segi waktu pelaksanaannya, Kegiatan Pengajian tersebut
dilakukan setiap seminggu satu kali setiap hari rabu pagi (setelah apel pagi)
pukul 08.00-09.00. pengajian ini berdurasi satu jam pertemuan dengan
jumlah anggota 100 orang. Pelaksanaan pengajian ini bertempat di dalam
masjid baitul kamal.
69
a. Unsur-unsur pengajian Pegawai Negeri Sipil
1) Da’i atau pengisi pengajian karyawan.
Da’i dalam pengajian karyawan dijadwal dengan
mengakomodirkan potensi ustadz yang ada di Kota Depok.
2) Mad’u
Mad’u dalam Pengajian pegawai negeri sipil adalah
seluruh pegawai negeri sipil umat muslim yang berada di
Pemerintah Daerah Kota Depok.
3) Materi
Materi yang disampaikan dalam pengajian pegawai
bersumber dari kitab kuning diantaranya: tauhid, akhlak dan
muamalah.
2. Metode Pengajian Pegawai Negeri Sipil
Metode yang digunakan adalah metode bil-lisan dengan
tekhnik yaitu bersifat dua arah, yaitu ada tanya jawab. Jadi ada feed
back-nya atau umpan balik yang diberikan oleh ustadz dan ditanggapi
oleh jama’ah. Sehingga tidak terkesan menonton dan membosankan
ceramah dan tanya jawab.
70
BAB IV
Analisis Data
A. Kegiatan Pengajian PNS dalam Meningkatkan Kualitas Kerja
Pegawai Muslim Pemkot Depok Di Masjid Baitul Kamal
Dari hasil observasi dan wawancara, penulis menemukan data-data
sebagai berikut tentang kegiatan Pengajian Pegawai Negeri Sipil.
Kegiatan tersebut dimulai pada masa pemerintahan bapak Drs. H. Badrul
Kamal (1999-2005) sampai masa kepemerintahan saat ini yang dipimpin
oleh bapak Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail M.sc. kegiatan pengajian ini
dibangun untuk menjadikan wahana pembinaan pegawai yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Pengajian yang dilaksanakan setiap seminggu sekali yaitu pada
setiap hari rabu pagi (setelah apel pagi) pukul 08.00-09.00. Pengajian ini
berdurasi satu jam pertemuan. Pelaksanaan pengajian ini bertempat di
masjid Baitul Kamal dengan posisi masjid yang sangat strategis dikawasan
komplek wali kota depok diharapkan mampu memberikan manfaat yang
sangat besar kepada seluruh pegawai muslim pemkot depok.
Pada satu sisi, pengajian adalah lembaga pendidikan non formal
yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan
teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk
membina dan mengembangkan hubungan manusia yang santun dan serasi
antara sesamanya, dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam
rangka membina pegawai yang bertaqwa kepada Allah SWT.
71
Untuk merealisasikan hal tersebut diatas, bapak wali kota depok
menyadari betul bahwa pengajian yang diselenggarakan oleh pengurus
Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Kamal sangat penting untuk
menambah ilmu pengetahuan agama bagi pegawai negeri sipil muslim
yang berada di lingkungan pemkot depok. Oleh karena itu, bapak wali
kota depok menberitahukan kepada seluruh pegawai negeri sipil muslim
yang berada di wali kota depok untuk mengikuti pengajian tersebut.
Pengajian pegawai negeri sipil juga menjadi sarana pendidikan
yang islami di komplek wali kota depok, yang berperan sentral pada
pembinaan dan peningkatan kualitas hidup pegawai negeri sipil yang
berada di lingkungan pemkot depok. Sesuai tuntunan ajaran agama dan
lainnya guna menyadarkan pegawai negeri sipil dalam rangka menghayati,
memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Jadi, peranan secara
fungsional adalah mengkokohkan landasan hidup pegawai negeri sipil
pada khususnya dibidang mental spritual keagamaan Islam dalam rangka
meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniahnya,
duniawiah dan ukhrawiah bersama. Sesuai tuntunan ajaran agama Islam
yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala
bidang kegiatan.
Peneliti mewawancarai Bapak Zainal Arifin S.Ag selaku pengurus
masjid sekaligus pengurus pengajian yang berada di masjid baitul kamal.
Semua kegiatan sudah diprogramkan oleh pengurus masjid baitul kamal.
Terutama kegiatan pengajian yang diikuti oleh seluruh pegawai muslim
Pemerintah Daerah Kota Depok yang berjumlah 100 pegawai. 65 pegawai
72
pria dan 35 pegawai wanita. Adapun dana untuk kegiatan pengajian
Pegawai Negeri Sipil tidak ada donatur dalam kegiatan pengajian
tersebut. Dana yang dikeluarkana untuk kegiatan pengajian bimbingan
konseling pegawai negeri sipil dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah) Kota Depok. Jadi, pengurus masjid hanya
mengkordinir semua kegiatan yang ada di masjid terutama kegiatan
pengajian pegawai negeri sipil. Dan menurut beliau juga, tidak mudah
mengumpulkan para pegawai muslim yang berada di pemerintahan Kota
Depok untuk mengikuti pengajian tersebut walaupun kegiatan ini
diwajibkan bagi pegawai muslim yang berada di pemerintahan Kota
Depok. Dikarenakan kurangnya kesadaran diri dari para pegawai untuk
membentuk muslim yang seutuhnya.
Dalam kegiatan pengajian pegawai negeri sipil pemerintah daerah
kota depok, pengurus masjid baitul kamal juga memberikan empat
variabel untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai negeri sipil yaitu
variabel pengetahuan, keterampilan, kedisiplinan, dan kerja sama, yang
dimana empat variabel tersebut saling mempengaruhi dalam mencapai
tujuan dan sasaran untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai negeri
sipil.1
1Wawancara pribadi dengan Zainal Arifin, selaku DKM (Dewan KemakmuranMasjid) Baitul Kamal, Depok, 5 November 2013
73
1. Pengetahuan
Kegiatan ini untuk menambah ilmu pengetahuan sangat baik
bagi pegawai negeri sipil yaitu dengan kajian-kajian keagamaan,
pendidikan dan pelatihan (diklat). Kegiatan ini hampir sama dengan
kegiatan lainnya, yang pada intinya untuk menambah ilmu
pengetahuan melaksanakan kinerja yang lebih baik lagi dalam bentuk
teori atau praktek. Kegiatan ini dilaksanakan di masjid baitul kamal
lantai dasar, dengan diikuti oleh semua pegawai negeri sipil. Kegiatan
ini yang dipimpin dan dibimbing oleh narasumber kegiatan tersebut.
a. Kajian-kajian Keagamaan
Kegiatan kajian keagamaan berupa kajian aqidah oleh ust.Abdul
Hakim, tauhid oleh ust.Abu Yahya Badrussalam,Lc, Muamalah oleh
KH. Mahmud Anwar dapat membuat para pegawai negeri sipil tidak
hanya memikirkan dunianya saja tapi akhiranya juga. Adapun metode
yang disampaikan kepada pegawai negeri sipil adalah dengan metode
ceramah dan tanya jawab. supaya mad’u (pegawai negeri sipil) lebih
dapat memahami materi yang disampaikan oleh seorang da’i, sebab di
dalam metode ceramah biasanya mad’u bersifat pasif (hanya
mendengarkan saja). Kajian ini dilaksanakan seminggu sekali pada
hari rabu. Dan bertujuan bvuntuk membina pegawai negeri sipil
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Pendidikan dan Pelatihan (diklat)
Dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat), setiap
pegawai negeri sipil akan mengasilkan kinerja pegawai yang lebih baik
74
karena kemampuan yang telah di peroleh melalui pendidikan dan
pelatihan (diklat) sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai negeri
sipil. Di karenakan dalam kehidupan sosial ini, ilmu pengetahuan terus
berkembang dan banyak mengalami perubahan di dalam bidang
kehidupan. Kondisi seperti ini harus diimbangi dengan pendidikan dan
pelatihan (diklat) bagi pegawai negeri sipil, sehingga pegawai negeri
sipil dapat melaksanakan tugas secara maksimal dengan prinsip-
prinsip yang propesional. Pendidikan dan pelatihan (diklat) ini
dilaksanakan dua kali dalam setahun.
2. Keterampilan
Dalam segi kegiatan keterampilan sangat diperlukan sekali
untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai negeri sipil. Kegiatan ini
diikuti oleh seluruh pegawai negeri sipil. Adapun kegiatan
keterampilan dilaksanakannya di masjid baitul kamal lantai dasar
dengan mengadakan pelatihan public speaking.2
a. Public speaking (latihan berbicara)
Dalam hal ini, pegawai negeri sipil dapat berkomunikasi yang
dilakukan secara lisan tentang suatu hal dihadapan banyak orang. Dan
akan bisa membuat seseorang mampu mempengaruhi, menguasai atau
bahkan mempersuasi orang lain untuk suatu kepentingan yang akan
dikerjakan dalam suatu pekerjaan. Public speaking (latihan berbicara)
sangat baik bagi pegawai negeri sipil yang bertujuan untuk dapat
mengetahui pola pemikiran dari seseorang, mengetahui gagasan masa
2 Wawancara pribadi dengan Zainal Arifin, selaku DKM (DewanKemakmuran Masjid) Baitul Kamal, Depok, 5 November 2013
75
depan seseorang dan ide-ide yang luar biasanya. Kegiatan public
speaking (latihan berbicara) diadakan sebulan dua kali dengan
ketentuan jadwal yang sudah dijadwalkan dengan pengurus kegiatan.
3. Kedisiplinan
Kedisiplinan sangat dibutuhkan sekali bagi para pegawai negeri
sipil. Karena dengan kedisiplinan merupakan tindakan wali kota untuk
memberikan semangat kepada para pegawainya, dengan kesadaran yang
timbul pada diri sendiri untuk mengikuti peraturan-peraturan yang
berlaku di dalam pemerintahan daerah. Adapun kegiatan untuk
menciptakan pegawai negeri sipil yang berkualiatas merupakan kegiatan
baru yang menjadi program dari kegiatan-kegiatan di Pengajian pegawai
negeri sipil yang sudah ada. Dengan mengadakan beberapa kegiatan
yaitu:3
a. Pelatihan pengembangan karakter dalam Islam
Kegiatan ini, bahwa Kualitas pegawai negeri sipil sejatinya
tergantung kepada kopentensi dan karakter. Dengan karakter, pegawai
negeri sipil akan bertumbuh sebagai pribadi yang mandiri, unggul dan
kemudian siap menjadi pemimpin yang menginspirasi. Karena karakter
merupakan sejumlah sifat baik yang telah menjadi perilaku sehari-hari,
untuk menjalankan peran dan fungsi sesuai amanah dan tanggung jawab
secara islami. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali dalam setahun yang
diikuti oleh seluruh pegawai negeri sipil yang dipimpin dan dibimbing
oleh narasumber yang diambil dari luar.
3 Wawancara pribadi dengan Zainal Arifin, selaku DKM (Dewan KemakmuranMasjid) Baitul Kamal, Depok, 5 November 2013
76
b. Pelatihan Motivasi Kerja Dalam Islam
Pada posisi apapun pegawai negeri sipil, sangat perlu
mengembangkan motivasi diri/motivasi kerja yang baik. Untuk itu
pelatihan motivasi diri/motivasi kerja ini dapat membantu pegawai negeri
sipil mengembangkan mind set yang tepat agar dapat menyelaraskan
kepentingan diri serta meningkatkan keterlibatan di dalam kerja.
Selain itu, kebanyakan pegawai yang baru mulai bekerja juga
masih terbawa oleh kebiasaan dan sikap belajar yang ada sebelumnya
seperti lebih sering menunggu, ingin semua dikerjakan secara sempurna,
dan seeterusnya, sehingga kurang tepat bila diterapkan di tempat kerja.
Oleh karena itu kegiatan ini bertujuan memberikan pengantar untuk
mengembangkan mindset yang dibutuhkan oleh pegawai negeri sipil
dalam dunia kerja. Kegiatan ini dilakukan satu kali dalam setahun.
4. Kerja sama
Dalam meningkatkan kualitas kerja bagi pegawai negeri sipil,
bahwa kerja sama merupakan interaksi yang sangat penting karena pada
hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain sehingga
membutuhkan orang lain dalam mengerjakan suatu pekerjaan untuk
mencapai tujuan yang sama.
Kerja sama yang dilaksanakan oleh pegawai negeri sipil
diantaranya dengan masyarakat sangat lah penting seperti BASOS (
Bantuan sosial ) yang selama ini sering dilakukan oleh pegawai negeri
sipil kepada masyarakat dan penting juga kerja sama dengan luar daerah
77
seperti study tour, dengan adanya kegiatan study tour pegawai negeri
sipil bisa menjalin kerja sama tentang pengetahuan dan saling membagi
pengetahuan yang sering dialami.
B. Pengaruh Pengajian Bimbingan Konseling Pegawai Negeri Sipil
Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai Muslim Di Pemkot
Depok
Kegiatan pengajian bimbingan konseling yang dilaksanakan di
masjid baitul kamal sangat baik sekali bagi pegawai negeri sipil yang
berada di pemerintah kota depok. Dari kegiatan –kegiatan yang
dilaksanakan oleh pengurus seperti mengadakan pendidikan dan pelatihan
(diklat), Public speaking (latihan berbicara), Pelatihan pengembangan
karakter dalam Islam, Pelatihan Motivasi Kerja Dalam Islam. Dalam segi
kegiatan pelatihan karakter para pegawai bisa menbahkan kepercayaan diri
dan mental dalam setiap pekerjaan. Dan segi kegiatan Public speaking
para pegawai negeri sipil bisa berkomunikasi dengan baik dengan sesama
pegawai maupun dengan masyarakat. Dan kegiatan pelatihan motivasi
kerja para pegawai negeri sipil bisa menambah semangat dalam
mengerjakan pekerjaan.
Dalam kegiatan pengajian bimbingan konseling pengetahuan para
pegawai negeri sipil sangat bertambah ilmu pengetahuannya dikarnakan
banyaknya ilmu yang telah dipelajari dari kegiatan bimbingan konseling.
Dari semua kegiatan yang ada sangat baik untuk dilakukan oleh pegawai
negeri sipil.
78
Berdasarkan analisis dan interprestasi data yang penulis ungkapkan
tersebut diatas, terbukti bahwa kegiatan pengajian bimbingan konseling
pegawai negeri sipil mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
meningkatkan kualitas kerja pegawai negeri sipil yang berada di
pemerintah kota depok.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menulis
skripsi dengan judul skripsi “Peranan Pengajian Bimbingan Konseling
Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Pegawai
Muslim Pemda Depok Di Masjid Baitul Kamal”. penulis mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengajian bimbingan konseling bagi pegawai negeri sipil
ini menjadikan sarana pendidikan yang Islami di komplek
wali kota depok, yang berperan sentral pada pembinaan dan
peningkatan kualitas hidup pegawai muslim PNS yang
berada di lingkungan pemkot depok serta menjadikan
wahana pembinaan pegawai yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT.
2. Peranan pengajian yang yang berdampak positip bagi para
pegawai yang mampu melaksanakan ajaran Islam dan
terhindar dari penyakit moral, seperti korupsi, tidak
disiplin, penyalahgunaan obat terlarang dan lain
sebagainya.
3. Pengaruh mengikuti kegiatan pengajian diantara lain
menambah ilmu pengetahuan dan pendidikan, semangat
mengerjakan tugas yang telah diperintahkan oleh kepala
pegawai.
83
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa
hal yang penulis sarankan untuk lebih meningkatkan peranan
pengajian bimbingan konseling untuk para pegawai negeri sipil agar
lebih meningkatkan kesadaran dan motivasi keberagamaannya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai berikut :
1. Bagi para pengurus pengajian bimbingan konseling atau
pengurus Masjid Baitul Kamal hendaknya terus
meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang sudah
berjalan dengan baik. Dan buatlah daftar materi pengajian,
agar materi yang nanti disampaikan oleh da’i/ ustadz/
narasumber terprogram secara sistematis.
2. Bagi Ustadz/da’i/narasumber dalam penyampaikan materi
dan yang menyampaikannya dilakukan dengan cara
bervariasi. Sehingga mengikuti pengajian adalah aktifitas
yang mengasikkan.
3. Memberikan penghargaan kepada pegawai negeri sipil
muslim yang senantiasa hadir. Agar motivasi pegawai
muslim untuk mengikuti kegiatan pengajian bimbingan
konseling lebih meningkat.
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ra’uf Al-Marbawi, Idris, Muhammad, Kamus Arab Melayu, (Melayu:T.pn., 1350)
Al-Qardhawi, Yusuf, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press,1999)
Al-Qurni, Aidh bin Abdullah, Memakmurkan Masjid, Langkah Maju KebangkitanIslam, (Jakarta:Pustaka Al-Sofwa, 2005)
Ansori, Hafi, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993)
Aziz, Ali, M, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004)
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: logos, 1997)
Castrawijaya, Cecep, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek, (Bogor:Titian Nusa Press, 2010)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah Transliterasi Latin,(Jakarta:PT Pena Pundi Aksara, 2008)
Faruk, Abdullah, Mimbar Ceramah Kultum, (Surabaya : Amalia, 2005)
Flippo, Edwin B, Manajemen Personalia, (Jakarta: Erlangga, 1995)
Ghazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: PustakaAl-Husna, 1989)
Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998)
Hasibuan, S. P, Melayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: BumiAksara, 2007)
Jurnal Manajemen Kemasjidan, (TAMIR MASJID), Volume. V, Nomor. 2, Juni2006.
Masson, N. Grass. WS. and Fachen, Ekploranons role Analysis, dalam DavidBery, Pokok-pokok Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Gravindo Persada1995)
85
Matutina, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Gremedia Widia SaranaIndonesia, 2001)
Moleong, Lexy J, Metodologi Kwalitatif Penelitian, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006)
Mujieb, M. Abdul, et. Al, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus,1994)
Nasir, M, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985)
Rifa’i Bachrun, dan Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan FungsiSosial Ekonomi Masjid, (Bandung: Benang Merah Press, 2005)
Riorini, Sri vandayuli,”Quality Performance dan Komitmen Organisasi”, JurnalMedia Riset Bisnis dan Manajemen. Volume 4, Nomor 3, 2004.
Rukmana, Nana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi, 2002)
Sabiq, Syaid, fiqhus Sunnah, (Beirut: Dar-Alfik, 1981)
Shihab, M, Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998)
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Masjid, (Jakarta:Pustaka Al-Kausar, 2005)
Songge, M. HR, Pesan Risalah Masyarakat Madani, (Jakarta : PT. Media Citra,2001)
Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1985)
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas,1983)
Yakub, Moh. E, Manajemen Masjid Petunjuk Bagi Para Pengurus, (Jakarta:Gema Insani Press. 1996)
Yani, Ahmad, dan Ismail Achmad Satori, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SIHarmain, 2001)
Zen, Muhammad, Dakwah “Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi”, (Jakarta:Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007)
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan pendidikan, (Jakarta: BumiAksara, 2007)
HASIL WAWANCARA
Tanggal wawancara : 5 November 2013
Interviewer : Sofian Syahuri
Interviewe : Zainal Arifin S.ag
Jabatan : DKM Masjid Baitul Kamal
Tempat : Di Pemerintahan Daerah Kota Depok
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Tema : Kegiatan Pengajian Bimbingan Konseling Di Masjid
Baitul Kamal Depok
1. Bagaimana sejarah berdirinya masjid baitul kamal?
Jawab : Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Bapak Drs. H.
Badrul Kamal (1999-2005). Sampai saat ini banyak sekali perubahan dari
masjid baitul kamal dari bentuk bangunan yang memakai adat jawa barat.
2. Apa visi dan misi masjid baitul kamal?
Jawab : Visi pusat peribadatan dan melayani jamaah dengan sebaik dan
senyaman mungkin dan penggerak kebersamaan dalam meningkatkan
iman, ilmu dan pengamalan menuju kemaslahatan hidup umat.
3. Kegiatan apa saja yang ada di masjid baitul kamal?
Jawab : Kegiatan yang ada di masjid baitul kamal seperti pengajian PKK
bagi ibu-ibu PKK se kota depok dan pengajian bimbingan konseling bagi
pegawai negeri sipil.
4. Ada berapa banyak pegawai negeri sipil yang mengikuti kegiatan
pengajian bimbingan konseling?
Jawab : Ada 100 pegawai yang mengikuti kegiatan pengajian bimbingan
konseling diantaranya 65 pegawai pria dan 35 pegawai wanita.
5. Kegiatan apa saja yang diadakan dipengajian bimbingan konseling?
Jawab : Untuk kegiatan yang rutin yang diadakan setiap seminggu sekali
pada hari rabu setelah apel pagi adalah pengajian keagamaan seperti
pengajian tauhid, akhlak, muamalah. Tapi selain kegiatan pengajian
keagamaan ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak rutin seperti Public
speaking (latihan berbicara), Pelatihan pengembangan karakter dalam
Islam, Pelatihan Motivasi Kerja Dalam Islam.
6. Apakah ada pengaruhnya semua kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
pengajian bimbingan konseling?
Jawab : Pengaruhnya ada terutama pagi pegawai negeri sipil yang ada
disini. Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut bisa menambah mental
kerohanian bagi para pegawai negeri sipil. Dan kepercayaan diri,
berkomunikasi dengan baik sesama pegawai ataupun masyarakat, dan
yang terakhir semangat dalam pekerjaan.
7. Dari mana dana pengajian bimbingan konseling tersebut?
Jawab : Semuanya itu dibiayai APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah) kota depok. Jadi tidak ada iuran sedikit pun yang keluar dari
pegawai negeri sipil.
8. Kenapa pengajian bagi pegawai negeri sipil tidak diberi nama pengajian
al-barkah atau al- amin?
Jawab : tidak, dikarnakan kegiatan pengajian ini untuk meningkatkan
mental kerohanian bagi para pegawai negeri sipil jadi pengajian ini diberi
nama pengajian bimbingan konseling.