perancangan kawasan mix-used dengan pendeketan transit

14
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14 JAUR, Vol. 4 (1) Oktober (2020) ISSN: 2599-0179 (Print) ISSN: 2599-0160 (Online) JOURNAL OF ARCHITECUTRE AND URBANISM RESEARCH Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur Perancangan Kawasan Mix-Used dengan Pendeketan Transit Oriented Development (TOD) di Pekanbaru Mix-Used Planning Area With the theme of Transit Oriented Development (TOD) in Pekanbaru Ratna Dilla Sukma1), Yohannes Firzal2) & Wahyu Hidayat3)* 1)Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia 2) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia 3) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Medan Area, Indonesia Diterima: Maret 2020; Disetujui: Oktober 2020; Dipublikasi: 31 Oktober 2020 *Corresponding author: [email protected] Abstrak Pekanbaru adalah kota dengan jumlah penduduk terpadat di Provinsi Riau dengan menyentuh 1.064.566 orang pada tahun 2016 (BPS, 2017). Selain itu, berdasarkan data dari BPS Kota Pekanbaru (2015), Kota Pekanbaru adalah kota dengan kepadatan kendaraan bermotor terbesar di Provinsi Riau dengan total 10.594,1 kendaraan, ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran di Kota Pekanbaru. Selain itu, faktor-faktor pertumbuhan populasi, urban sprawl, dan perilaku masyarakat konsumtif berdampak pada peningkatan mobilitas dalam tingkat perjalanan, jarak perjalanan, dan waktu perjalanan kendaraan. Perancangan Transit Oriented Development (TOD) mengacu pada pengembangan integritas transit dengan fungsi mix-used, dan menyesuaikan penggunaan lahan yang ada untuk mengurangi beberapa masalah yang ada di daerah perkotaan. Strategi konsep yang digunakan untuk memprioritaskan faktor konektivitas, kepadatan, dan campuran di area Terminal BRPS Pekanbaru yang merupakan titik transisi untuk moda transportasi umum Pekanbaru, untuk mengelola penggunaan lahan, dan integrasi mendukung semua kegiatan di daerah tersebut Adapun tuuan penelitian Kawasan Mix- Used merupakan memberikan satu solusi upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi di bagian area suatu kota dengan luas area yang terbatas. MetodePenelitian yang dipakai adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Kata Kunci : Pekanbaru, Mix-Used, Transit Oriented Development (TOD). Abstract Pekanbaru is a city with the most populous population in Riau Province by touching 1,064,566 people in 2016 (BPS, 2017). In addition, based on data from BPS Kota Pekanbaru (2015), Pekanbaru City is the largest density’s city of motor vehicles in Riau Province with a total of 10,594.1 vehicles, this is one of the factors causing sprawl in Pekanbaru City. In addition, factors of population growth, urban sprawl, and consumptive community behavior have an impact on increasing mobility in travel rates, travel distances and vehicle travel times. The design of Transit Oriented Development (TOD) refers to the development of the integrity of transit with Mix-usedarea, and adjusting existing land use to reduce some of the problems that exist in urban areas. The concept strategy used to prioritize factors of connectivity, density, and mix in

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14

JAUR, Vol. 4 (1) Oktober (2020) ISSN: 2599-0179 (Print) ISSN: 2599-0160 (Online)

JOURNAL OF ARCHITECUTRE AND URBANISM RESEARCH

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur

Perancangan Kawasan Mix-Used dengan Pendeketan Transit

Oriented Development (TOD) di Pekanbaru

Mix-Used Planning Area With the theme of Transit Oriented Development (TOD) in Pekanbaru

Ratna Dilla Sukma1), Yohannes Firzal2) & Wahyu Hidayat3)*

1)Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia

2) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia 3) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Medan Area, Indonesia

Diterima: Maret 2020; Disetujui: Oktober 2020; Dipublikasi: 31 Oktober 2020

*Corresponding author: [email protected]

Abstrak Pekanbaru adalah kota dengan jumlah penduduk terpadat di Provinsi Riau dengan menyentuh 1.064.566 orang pada tahun 2016 (BPS, 2017). Selain itu, berdasarkan data dari BPS Kota Pekanbaru (2015), Kota Pekanbaru adalah kota dengan kepadatan kendaraan bermotor terbesar di Provinsi Riau dengan total 10.594,1 kendaraan, ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran di Kota Pekanbaru. Selain itu, faktor-faktor pertumbuhan populasi, urban sprawl, dan perilaku masyarakat konsumtif berdampak pada peningkatan mobilitas dalam tingkat perjalanan, jarak perjalanan, dan waktu perjalanan kendaraan. Perancangan Transit Oriented Development (TOD) mengacu pada pengembangan integritas transit dengan fungsi mix-used, dan menyesuaikan penggunaan lahan yang ada untuk mengurangi beberapa masalah yang ada di daerah perkotaan. Strategi konsep yang digunakan untuk memprioritaskan faktor konektivitas, kepadatan, dan campuran di area Terminal BRPS Pekanbaru yang merupakan titik transisi untuk moda transportasi umum Pekanbaru, untuk mengelola penggunaan lahan, dan integrasi mendukung semua kegiatan di daerah tersebut Adapun tuuan penelitian Kawasan Mix- Used merupakan memberikan satu solusi upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi di bagian area suatu kota dengan luas area yang terbatas. MetodePenelitian yang dipakai adalah metode kualitatif dan kuantitatif.

Kata Kunci : Pekanbaru, Mix-Used, Transit Oriented Development (TOD).

Abstract Pekanbaru is a city with the most populous population in Riau Province by touching 1,064,566 people in

2016 (BPS, 2017). In addition, based on data from BPS Kota Pekanbaru (2015), Pekanbaru City is the

largest density’s city of motor vehicles in Riau Province with a total of 10,594.1 vehicles, this is one of the

factors causing sprawl in Pekanbaru City. In addition, factors of population growth, urban sprawl, and

consumptive community behavior have an impact on increasing mobility in travel rates, travel distances

and vehicle travel times. The design of Transit Oriented Development (TOD) refers to the development of

the integrity of transit with Mix-usedarea, and adjusting existing land use to reduce some of the problems

that exist in urban areas. The concept strategy used to prioritize factors of connectivity, density, and mix in

Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD

2

Pekanbaru BRPS Terminal area which is a transition point for public transportation mode of Pekanbaru,

to management the land use, and the integration of supporting all activities in the area. The research

objective of the Mix-Used Area is to provide a solution for a design approach that seeks to unify various

activities and functions in the area of a city with a limited area. The research method used is qualitative

and quantitative methods.

Keywords: Pekanbaru, Mix-Used, Transit Oriented Development (TOD)

How to Cite : Sukma, Ratna Dilla, Yohannes F, & Wahyu H. (2020). Perancangan Kawasan Mix-Used dengan Pendekatan Transit Oriented Development (TOD) di Pekanbaru. JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research). 4 (1): 1-14

3

PENDAHULUAN

Salah satu dampak dari tingginya

jumah penduduk Provinsi Riau khususnya

Kota Pekanbaru adalah meningkatnya

angka urbanisasi pada kawasan perkotaan

yang merupakan pusat dari kegiatan sosial,

dan ekonomi. Dari segi sosial, kepadatan

penduduk yang ada sangat mungkin

menyebabkan terjadinya urban sprawl.

Kegiatan masyarakat perkotaan yang

beragam membutuhkan sarana fungsi

terbangun yang sesuai dengan berbagai

kebutuhan, sedangkan kebanyakan lahan

terbangun berfungsi tunggal.

Selain itu, menurut Badan

Kepegawaian dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Kota Pekanbaru

(BKPSDM,2017) konsep dasar pada Visi

Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kota Pekanbaru tahun 2017-2022, yaitu

“Terwujudnya Pekanbaru Sebagai Smart

City Yang Madani”, sebuah tatanan kota

yang menggunakan sistem teknologi

informasi sehingga memudahkan di dalam

pengelolaan kota dan pelayanan.

Perkembangan mobilitas dan

dinamika kota yang berakibat pada

meningkatnya pergerakan aktifitas

masyarakat perkotaan yang menghasilkan

hubungan antar tempat yang akan

mempengaruhi pola tata guna lahan pada

suatu kawasan perkotaan. Hubungan antar

tempat tersebut tidak lepas dari penyediaan

sarana transportasi umum, dan fasilitas

pendukung lainnya sebagai penunjang

dalam pengembangan kota.

Kota Pekanbaru merupakan kota

dengan kepadatan kendaraan bermotor

terbesar di Provinsi Riau dengan jumlah

total 10.594,1 kendaraan (BPS, 2015).

Melonjaknya tingkat pemakaian kendaraan

terjadi dikarenakan beberapa faktor

diantaranya kurangnya kesadaran akan

efisiensi pemakaian tansportasi umum bagi

pengembangan kota, fasilitas transportasi

umum yang kurang memadai, serta rasa

bangga secara psikologis seseorang akan

mengenakan kendaraan pribadi. Faktor

tersebut mengakibatkan timbulnya

permasalahan perkotaan yang kompleks

seperti kemacetan, peningkatan emisi gas

karbondioksida, polusi suara, dan

pemakaian berlebih energi sumber daya tak

terbarukan. Selain itu permasalahan sosial

timbul akibat tidak adanya fasilitas ruang

publik yang ramah lingkungan sebagai

wadah pertemuan dan interaksi sosial

masyarakat, karena maraknya

pengalihfungsian lahan menjadi tempat

parkir ataupun jalan.

Menurut Calthrope (1992), Transit

Oriented Development (TOD) adalah sebuah

komunitas bangunan mix-use yang

mendorong masyarakat untuk tinggal dan

beraktifitas di area kawasan yang memiliki

fasilitas transportasi umum dan

menurunkan kebiasaan masyarakat

mengendarai mobil pribadi. Transit Oriented

Development (TOD) merupakan sistem

perencanaan berkelanjutan sebuah kota.

Perancangan mengacu pada

pengembangan integritas dari sebuah

kawasan transit dengan kawasan mix-used,

dan penyesuaian tata guna lahan yang ada

sehingga dapat mengurangi beberapa

permasalahan kawasan perkotaan.

Diperlukan peningkatan berbagai aspek

seperti fasilitas pejalan kaki, dan fasilitas

transportasi moda angkutan umum yang

ada, serta fasilitas penunjang berbagai

kegiatan lainnya.

Menurut Rambe (2018) menyatakan

Pariwisata adalah suatu fenomena yang

ditimbulkan oleh bentuk kegiatan manusia,

yaitu kegiatan melakukan perjalanan (travel)

(Kodhyat, 1996). Potensi wisata yang

berasal dari sejarah meliputi obyek wisata

peninggalan-peninggalan sejarah dan

Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD

4

budaya. Dalam dunia pariwisata istilah

obyek wisata mempunyai pengertian

sebagai sesuatu yang menjadi daya tarik

bagi seseorang atau calon wisatawan untuk

berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Ada beberapa sumber atau jenis obyek yang

dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi

seseorang untuk datang berkunjung ke

daerah tujuan wisata, sumber-sumber

tersebut antara lain :

a) Sumber-sumber yang bersifat

alamiah (natural resources)

b) Sumber-sumber yang bersifat

manusia (human resources)

c) Sumber-sumber buatan manusia

(man made resources) Adapun permasalahan yang akan

dikaji adalah sebagai berikut: (a) Bagaimana

merumuskan skema perancangan kawasan

Mix-used yang mengacu pada pendekatan

Transit Oriented Development (TOD)? (b)

Bagaimana penataan ruang kawasan Mix-

used dengan pendekatan Transit Oriented

Development (TOD)? (c) Bagaimana

merumuskan konsep perancangan Mix-used

pada kawasan transit?

Kawasan Mix- Used, merupakan suatu upaya

pendekatan perancangan yang berusaha

menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi di

bagian area suatu kota dengan luas area

yang terbatas, harga beli tanah yang relatif

mahal, lokasi tanah yang strategis, serta

nilai ekonomi tinggi, menjadi sebuah

struktur yang kompleks dimana semua

fasilitas yang memiliki keterkaitan berada

dalam suatu kerangka integrasi yang kuat

(Marlina, 2008).

Transit Oriented Development , menurut

Calthrope (1993), sebuah komunitas

bangunan mix-used mendorong masyarakat

untuk tinggal dan beraktifitas di area

kawasan yang memiliki fasilitas transportasi

umum dan menurunkan kebiasaan

masyarakat mengendarai mobil pribadi.

Gambar 1. Konsep TOD Peter Calthrope Sumber : Calthrope, 1993

Terdapat dua model pengembangan

didalam Transit-Oriented Development (TOD)

menurut Calthorpe (1993), yaitu: a. Urban

Transit-Oriented Development, merupakan

Transit-Oriented Development (TOD) dengan

skala pelayanan kota pada jalur sirkulasi

utama transit seperti halte bus antar kota

dan stasiun kereta api baik light rail maupun

heavy rail,

Gambar 2. Tipologi Urban Transit-Oriented Development (TOD)

Sumber : Calthrope, 1993

b. Neighborhood Transit-Oriented,

Development (TOD), merupakan Transit-

Oriented Development (TOD) yang berlokasi

pada jalur bus feeder dengan jarak

jangkauan 10 menit berjalan (tidak lebih

dari 3 mil) dari titik transit.

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14

5

Gambar 3. Tipologi Neighborhood Transit-Oriented Development (TOD)

Sumber : Calthrope, 1993

Tabel 1. Perbandingan Tipologi TOD Fungsi Urban TOD Neighborhood

TOD Fasilitas publik 5-15% 10-15% Komersial/perkantoran

30-70% 10-40%

Permukiman 20-60% 50-80% Sumber : Calthrope, 1993

Pertumbuhan perkotaan dengan pola

tata ruang yang rapat dan padat

mengakibatkan perancangan harus tumbuh

secara vertikal (densifikasi). Perkembangan

tersebut dengan memenuhi prinsip dasar

pembangunan perkotaan yang padat (dense)

dengan perancangan tata ruang yang rapat

(compact) dan menghadirkan berbagai

kegiatan dan aktivitas yang saling

berdekatan dan terhubung satu sama

lainnya dengan penggunaan transportasi

pribadi ke moda transportasi umum

(accessibility)

METODE PENELITIAN

Kawasan Mix-used merupakan

kompleks bangunan yang terdiri dari dua

atau lebih fungsi dalam satu area superblok.

Tujuannya agar terciptanya tata ruang kota

yang lebih efektif, efisien, dan

berkelanjutan. Kawasan Mix-used yang akan

dirancang di Pekanbaru menggunakan

pendekatan tema Transit-Oriented

Development (TOD) dengan

mempertimbangkan variabel yang

digunakan yaitu accessibility, density, dan mix,

karena variabel tersebut sudah

menggambarkan prinsip utama penerapan

Transit-Oriented Development (TOD) .

Strategi perancangan yang dilakukan

adalah mengkaji studi literatur, survei,

analisa fungsi, analisa site, mengkaji

prinsip desain Transit Oriented Development

(TOD), sehingga mendapatkan skematis

solusi desain, dan konsep perancangan.

Metode yang dipilih dalam

pengumpulan data primer yaitu data yang

secara langsung dapat diperoleh dari survei

lapangan. Sedangkan metode pengumpulan

data sekunder diperoleh dengan mencari

sumber literatur yang berkaitan seperti

buku, jurnal, dan media, dan berupa studi

pustaka dan studi banding.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi perancangan berada pada

kawasan Terminal BRPS, Kecamatan

Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Lahan

seluas ±64ha dengan Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) maksimum 70% untuk

bangunan fungsi usaha, 60% untuk

bangunan fungsi hunian, dan 50% untuk

bangunan fungsi sosial, budaya dan

keagaman, ekonomi, fungsi peruntukan,

fungsi bangunan, keselamatan, dan

kenyamanan bangunan, ketinggian

bangunan lebih dari 8 lantai dan kontur

yang relatif datar.

Gambar 5. Lokasi Tapak Sumber : Dokumentasi Pribadi

Analisis Kawasan

Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD

6

Accessibility

Gambar 6. Analisis Kawasan Accessibility Sumber : Dokumentasi Pribadi

Linkage dalam kawasan berdekatan

dengan Terminal BRPS sebagai fungsi.

pendukung dari kawasan perancangan

TOD. Merupakan jalur transit angkutan

umum antar kota antar provinsi, yang juga

dilalui beberapa transportasi bus TMP

dengan jalur koridor 6 dan koridor 2.

Densify, Penyebaran tingkat density

pada kawasan perancangan yaitu sebagai

berikut :

Gambar 7. Analisis Kawasan Density Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dengan analisa presentase density

pada kawasan perancangan yaitu sebagai

berikut:

Tabel 2. Presentase tata guna lahan kawasan Fungsi Luas

Lahan Fungsi

Luas Site

Presentase

Komersil 72.000 m2 64 ha 12 % Terminal BRPS

100.000 m2

64 ha 15%

RTH 455.000 m2

64 ha 71%

Kolam 13.000 m2 64 ha 2% Sumber : Dokumentasi Pribadi

Penyesuaian presentase tata guna

lahan prinsip Urban Transit Oriented

Development (TOD) dan Peraturan

Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru yang

akan dirancang menggunakan tingkat

presentase sebagai berikut:

Tabel 4.6 Presentase tata guna lahan kawasan perancangan

Fungsi Urban TOD KDB KDH Zona Publik 5-15% 50% 10% Zona Komersial

30-70% 70% 10%

Zona Hunian 20-60% 60% 10% Sumber : Dokumentasi Pribadi

Mix

Gambar 8. Analisis Kawasan Mix Sumber : Dokumentasi Pribadi

Desain yang digunakan yaitu

mengacu pada prinsip TOD dengan

penggabungan beberapa fungsi dalam satu

kawasan dengan jarak 380m pada fungsi

komersil dan 760m pada fungsi hunian dari

titik transit.

Analisis Fungsional

Accessibility

Gambar 9. Skema Analisis Fungsional Accessibility

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14

7

Pencapaian Zona Publik, dan

Komersil dalam jangkauan 5 menit berjalan

kaki dari titik transit, atau 380m, dan

Hunian 10 menit berjalanan kaki, atau

760m. Akses berorientasi pada titik transit,

dengan penanda perbedaan pengerasan

jalan, pesimpangan jalan, dan jembatan

penghubung untuk mempermudah pejalan

kaki menemukan titik transit. Setiap jalur

dengan fungsi yang berbeda dipisah agar

tidak terjadi crossing demi kenyamanan

sirkulasi.

Pola Jalan

Gambar 10. Skema Analisis Pola Jalan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jalan dibuat terkoneksi langsung ke

area inti transit. Pemisahan jalur masing-

masing moda transportasi pada level ang

berbeda, guna menghindari crossing sirkulasi.

Trotoar berbatasan langsung dengan jalur

kendaraan, dan dilengkapi jalur pejalan

kaki, dan jalur sepeda.

Sirkulasi Kendaraan Umum,

Pedestrian dan Jalur Sepeda

Gambar 11. Skema Analisis Sirkulasi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ketersediaan jaringan jalur kandaraan

umum, pejalan kaki dan jalur sepeda pada

jalan utama dalam radius kawasan transit

yang nyaman. Jenis sirkulasi kendaraan

umum dibagi menjadi 3 moda yaitu

kendaraan umum, bus TMP,dan Mass

Transportation berbasis rel. Selain itu, jalur

pedestrian memiliki lebar jalur 2m, dan jalur

sepeda memiliki lebar jalur 1,5m.

Density

Gambar 12. Skema Analisis Density Sumber : Dokumentasi Pribadi

Zona publik berada pada pusat transit

dengan jangkauan 5 menit berjalan kaki,

visibilitas tinggi, dengan pengaplikasian

Terminal transit, taman dan plaza dengan

presentase penggunaan lahan zona publik 5-

15% mempertimbangkan KDB 50%, dan

KDH 10%. Zona komersil merupakan

magnet aktivitas kawasan, dengan

presentase penggunaan lahan komersil 30-

70% mempertimbangkan KDB 70%, dan

KDH 10%, dan zona hunia berada pada

jangkauan 10 menit berjalan kaki,

menyediakan beragam tipe hunian dengan

presentase penggunaah lahan hunian 20-

60% mempertimbangkan KDB 60%, dan

KDH 10%. Dengan kepadatan hunian 30

unit/ha dan rata-rata 37,5 unit/ha.

Mix

Gambar 13. Skema Analisis Fungsional Mix Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD

8

Mix Zona Publik merupakan

campuran fasilitas Terminal transit, plaza,

dan taman. Mix Zona Komersil merupakan

campuran fasilitas komersial mall, ruko,

kantor, co-ex, pusat kebudayaan, dan

rekreasi kuliner. Mix Hunian merupakan

campuran berbagai fasilitas hunian

apartemen, dan hotel.

Gaya Kawasan

Sesuai dengan prinsip Transit Oriented

Development (TOD), kawasan perancangan

Mix-used pengaplikasian plaza sebagai zona

publik yang merupakan pusat kawasan yang

terdekat dengan titik transit, dan fungsi Mix-

used yang ada dalam perancangan radius

380m sebagai fungsi komersil dan 760m

yaitu fungsi hunian dari titik transit.

Pengaplikasian pedestrian, jalur sepeda, dan

RTH sebagai sarana penghubung antar

fungsi dalam kawasan.

Gambar 14. Analisa Gaya Kawasan Analisis Gubahan Massa

Sumber : Dokumentasi Pribadi Beberapa pertimbangan dalam

perancangan yaitu memilki pedestrian

sebagai penghubung dari bebeapa bangunan

tunggal, struktur dan massa tinggi dengan

peletakkan fungsi pada setiap lantai, tipikal

hunian merupakan gabungan dari beberapa

tipe, fasad bangunan bervariasi untuk

memberikan minat visual kepada pejalan

kaki dan pengguna sepeda, dan gubahan

massa berorientasi pada plaza dan RTH

sebagai titik-titik pusat kawasan, maka

ketinggian bangunan semakin berkurang

mendekati titik pusat.

Gambar 15. Analisa Gubahan Massa Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Analisis Tampilan Kawasan

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka,

maka dalam tampilan kawasan

pertimbangan tempat tinggal dengan tipe

yang bervariasi, konfigurasi area komersil

harus mempertimbangkan kenyamanan,

jarak pandang, dan aksesibilitas terhadap

pejalan kaki dan mobil, yang juga

berorientasi pada jalan utama dan plaza.

Gambar 16. Analisa Tampilan Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Analisis Tata Guna Lahan Kawasan,

Berdasarkan analisa fungsi, maka pada

perancangan kawasan Mix-used dengan

pendekatan Transit Oriented Development

(TOD) ini diterapkan 3 zona utama yaitu

Zona Publik, Zona Komersil, dan Zona

Hunian yang menjadi zona fungsi utama

pada kawasan, 3 zona tersebut dibagi

menjadi beberapa blok-blok kecil.

Penentuan strategi perancangan pada setiap

blok disesuaikan dengan fungsi dan

lingkungan demi kenyamanan pengguna

Analisis Sistem Vegetasi Kawasan,

Penataan vegetasi pada kawasan

mempertimbangkan prinsip Transit Oriented

Development (TOD), yaitu pohon pelindung

dibutuhkan di semua jalan, pohon harus

berjarak tidak lebih dari 9m yang terletak di

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14

9

antara trotoar yang memberikan

kenyamanan dan mempermudah akses

pengguna menuju titik transit, vegetasi pada

taman umum dan plaza yang dirancang

harus koheren dan mudah diingat, dan

berorientasi pada pemandangan pedestrian,

dan jenis tanaman harus mencerminkan

iklim dan sejarah setempat.

Penerapan Tema, Variabel prinsip

TOD yang diterapkan yaitu Accessibility,

pengaplikasian dilihat dari suatu

ketersediaan jaringan jalur kendaraan

umum, pejalan kaki dan jalur sepeda pada

jalan utama dalam radius kawasan transit

yang nyaman. Density, dengan presentase

yaitu Zona Publik 5% - 15%, Zona Komersil

30% - 70%, dan Zona Hunian 20% - 60%,

dan mempertimbangkan KDB maksimum

70% untuk bangunan fungsi usaha, 60%

untuk bangunan fungsi hunian, dan 50%

untuk bangunan fungsi sosial, budaya dan

keagaman, ekonomi, fungsi peruntukan,

fungsi bangunan, keselamatan, dan

kenyamanan bangunan, dan mix,

pencampuran peruntukan tata guna lahan

menjadi pada Zona Publik, Zona Komersil,

dan Zona Hunian.

Konsep Perancangan,Perancangan

kawasan ini menggunakan konsep

“Sparkling yang berarti berkilau atau

kilauan cahaya, alasan pemilihan konsep

karena kawasan akan menjadi harapan dan

terobosan baru bagi Kota Pekanbaru sebagai

suatu penataan kota masa depan yang

berkelanjutan. Penerapan Konsep pada

Kawasan

Gambar 17. Konsep Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 18. Penerapan Konsep pada Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Penerapan Konsep pada Elemen

Lansekap

Gambar 19. Penerapan Konsep pada Elemen Lansekap

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 20. Penerapan Konsep pada Plaza Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 21. Penerapan Konsep pada Fasad Bangunan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD

10

Gambar 22. Penerapan Konsep pada Halte Bus Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 23. Penerapan Konsep padaStasiun LRT Sumber : Dokumentasi Pribadi

Accessibillity, Pola jalan

mengugunakan pola jariangan jalan radial

criss cross jalan terkoneksi langsung ke area

inti Transit Oriented Development (TOD).

Titik Transit,

Gambar 24. Perencanaan Titik Transit Sumber : Dokumentasi Pribadi

Titik transit yang dirancang menyebar

pada area kawasan dengan jenis intermoda

LRT, Bus TMP, dan Terminal Bus AKAP.

Titik Transit saling dihubungkan dengan

akses jalan radial grid yang menyesuaikan

dengan bentuk tapak.

Sirkulasi

Gambar 25. Perencanaan Sirkulasi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sirkulasi yang terbentuk dibagi

menjadi 3 bagian yaitu Primer, Sekunder,

Tersier

Jalur Pejalan Kaki

Gambar 26. Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jalur pedestrian pejalan kaki dengan

lebar 2,5m dirancang mengikuti jakur

sirkulasi, dengan jalur penyeberangan pada

setiap titik persinggungan, dan pertengahan

blok dengan jarak maksimal 150m dengan

elemen peredam berupa garis penanda, dan

median cut through. Sedangkan Pelican

cross dibuat pada area tingkatdensitas tinggi

sekitar area transit.

Jalur Sepeda

Gambar

27. Perencanaan Jalur Sepeda Sumber : Dokumentasi Pribadi

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14

11

Jalur sepeda dengan lebar 1,5m

dirancang mengikuti jakur sirkulasi, dengan

jalur penyeberangan pada setiap titik

persinggungan. Titik parkir sepeda dibuat

berdekatan dengan fungsi transit agar

memudahkan perpindahan ke moda

transportasi umum.

Jalur LRT

Gambar 28. Perencanaan Jalur LRT Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jalur LRT melewati kawasan

perencanaan dengan penempatan titik

transit stasiun. Sirkulasi transit LRT pada

kawasan terhubung dengan pedestrian, dan

juga lobi bangunan pada level 4 perencaan

tata guna lahan

Jalur Bus TMP

Gambar 29. Perencanaan Jalur Bus TMP Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jalur Bus TMP pada kawasan

perencanaan dengan titik transit berupa

halte Bus TMP

Jalur Kendaraan

Gambar 30. Perencanaan Jalur Kendaraan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jalur kendaraan umum dibuat pada

jalur arteri, jalur kolektor, dan jalur lokal,

sedangkan akses menuju parkir basement

dibuat mengikuti blok yang ada.

Tipe Jalur Kendaraan

Gambar 31. Perencanaan Tipe Jalur Kendaraan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Type Jalan dibedakan menjadi 3,

yaitu jalan arteri yang memilii 2 jalur dan 6

lajur. Jalan kolektor yang memiliki 2 jalur

dan 4 lajur. Jalan lokal yang memiliki 2

jalur dan 4 lajur. Jalan lingkungan bebas

kendaraan.

Jalur Hijau

Gambar 32. Perencanaan Jalur Hijau Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD

12

Area hijau dibagi menjadi 3 jenis,

yaitu area hijau pada fungsi plaza, area

hijau pada fungsi taman, dan area hijau

jalur lingkungan pada median jalan dan

buffer.

Densify

Gambar 33. Faktor DensifyKawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tingkat intensitas kepadatan diukur

berdasarkan jarak dari titik transit, dimana

blok yang paling dekat dengan titik transit

memiliki tingkat intensitas tertinggi dengan

radius 380m dari titik transit, atau setara

berjalan kaki 5 menit yang akan diiringi

dengan fungsi bangunan publik mix-used,

sedangkan area pada jarak 760m dari titik

transit memiliki tingkat intensitas menengah

sampai rendah atau setara berjalan kaki 10

menit, yang diiringi dengan fungsi hunian

dan RTH.

Gambar 34. Perencanaan Zoning Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Fungsi bangunan pada setiap blok

disesuaikan dengan tingkat intensitas, yaitu

area intensitas tinggi difungsikan sebagai

terminal, dan zona komersil, sedangkan

area intensitas rendah difungsikan sebagai

zona hunian dan RTH

Mix

Gambar 35. Faktor Mix Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Faktor mix pada kawasan

perencanaan yaitu terminal, plaza, taman,

mall, kantor, ruko, rekreasi, apartemen,

hotel, mix komersial-kantor, mix komersial-

hotel, dan mix komersial-apartemen.

Gambar 36. Perencanaan Tata Guna Lahan Level Underground

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tata guna lahan pada level

underground, dan underground 2

difungsikan sebagai parkir basement,

dimana penempatannya terletak pada fungsi

komersil, dan fungsi hunian

Gambar 37.

Perencanaan Tata Guna Lahan Level 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14

13

Tata guna lahan pada lantai 1 yaitu

digunakan untuk zona publik yang

mencakup terminal, plaza, dan tamanZona

komersil yang mencakup mall, ruko,

rekreasi, dan kantor. Zona hunian yang

mencakup apartemen dan hotel

Gambar 38. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 2

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tata guna lahan pada lantai 2 yaitu

digunakan untuk zona publik yang

mencakup terminalZona komersil yang

mencakup mall, ruko, rekreasi, dan kantor.

Zona hunian yang mencakup apartemen

dan hotel

Gambar 39. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 3

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tata guna lahan pada lantai 3 yaitu

digunakan untuk zona publik yang

mencakup terminal. Zona komersil yang

mencakup mall, ruko, dan kantor. Zona

hunian yang mencakup apartemen dan hotel

Gambar 40. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 4

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tata guna lahan pada lantai 4 yaitu

digunakan untuk zona komersil yang

mencakup mall, ruko, dan kantor. Zona

hunian yang mencakup apartemen dan

hotel. Pada level ini digunakan jembatan

penghubung dari transit LRT yang

terhubung dengan lobi bangunan komersil

pada lantai 4.

Gambar 41. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 3

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tata guna lahan pada lantai 5

memiliki timgkat kebisingan yang rendah,

sehingga cocok digunakan untuk fingsi

private yaitu zona komersil yang mencakup

kantor, dan zona hunian yang mencakup

apartemen dan hotel.

SIMPULAN

Perancangan Mix-used di Pekanbaru

dengan Pendekatan Transit Oriented

Ratna D, Yohannes F, Wahyu H , Perancangan Kawasan Mix Use dengan Pendekatan TOD

14

Development (TOD) bertujuan menyediakan

fasilitas Mix-used yang terintegrasi dengan

titik transit transportasi umum Kota

Pekanbaru dalam mencapai konsep Smart

City. Oleh karena itu, dalam perancangan

kawasan diperoleh beberapa kesimpulan,

yaitu: (a) Pendekatan menggunakan

Tiplogi Urban TOD dengan variabel yang

digunakan yaitu accessibility, densify, dan mix

yang menjadi dasar pengembangan

kawasan, (b) Kawasan Mix-used terdiri

dari zona publik, zona komersil, dan zona

hunian yang terintegrasi titik transit, dan

mengoptimalkan kualitas pedestrian pejalan

kaki, dan jalur sepeda, (c) Presentase tata

guna lahan yang disesuaikan dengan prinsip

Urban TOD dan Peraturan Daerah, (d).

Konsep tema rancangan yang digunakan

yaitu “Sparkling” yang berarti berkilau,

dimana kawasan akan menjadi terobosan

baru bagi Kota Pekanbaru sebagai penataan

kota masa depan yang berkelanjutan,

transformasi konsep akan diaplikasikan

pada kawasan yaitu mencakup lansekap dan

elemen dalam kawasan.

DAFTAR PUSTAKA Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia (BKPSDM) Kota Pekanbaru

Tahun 2015.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru tahun

2015.

Calthorpe, P. (1993), The Next American Metropolis:

Ecology, Community, and the American

Dreams. New York: Princeton Architectural

Press.

Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru Tahun 2017.

Marlina, Endy. (2008), Panduan Perancangan

Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANDI

Publisher.

Rambe, Yunita S.R (2018), Pengembangan Kawasan

pda Kecamatan Medan Labuhan sebagai

Kawasan Suaka alam dan Cagar Budaya,

UMA, JAUR, Vol 1 No 2,

https://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur/article/

view/1763