perawatan klas iv gigi i1 dan 21 dengan bahan resin modified glass ionomer cement.docx
DESCRIPTION
perbandingan bahan tumpatanTRANSCRIPT
PERAWATAN KLAS IV GIGI I1 DAN 21 DENGAN BAHAN RESIN
MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT (RMGIC)
Elsi Silalahi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan
Jln. Alumni No. 2, Kode Pos 20155, Medan, Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Mempertahankan tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus dicapai oleh
setiap ahli dalam bidang pengobatan dan dokter gigi bukan merupakan pengecualian . Dalam
melaksanakan palayanan kesehatan, dokter gigi harus bertujuan mengembalikan fungsi
oral,estetis, kesehatan dan kenyamanan bagi pasien dengan cara mersetorasi giginya.1
Adapun indikasi dilakukannya prosedur operatif dapat dikategorikan akibat adanya karies,
malformasi, discolorisasi, fraktur gigi, dan kebutuhan penggantian gigi (tooth replacement).2
Sedangkan atas alasan estetis, banyak pasien sangat memperhatikan penampilan gigi-gigi
depannya. Beberapa pasien mengesampingkan fungsi pengunyahan dan lebih memperhatikan
penampilannya. Tarutama untuk gigi anterior, seperi adanya kavitas atau lesi yang mencapai
insisal gigi (klas IV) akan memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan mental hal ini
terbukti bahwa banyak orang menginginkan gigi mereka terlihat sealami mungkin bahkan
gigi yang tidak terlihat oleh orang lain sekalipun (Skinner, 1959).2 Kehadiran bahan restorasi
sewarna gigi merupakan suatu hal yang paralel dengan sejarah kaedokteran gigi. Bahan
restorasi untuk gigi anterior hendaknya bersifat adhesive, warnanya sesuai dengan warna gigi
yang ada, dapat diterima struktur gigi dan jaringan lunak,mudah dikerjakan, serta mudah
dapat mengembalikan bentuk dan warna gigi.1
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan dengan singkat jenis serta
pertimbangan pemilihan bahan restorasi estetik Resin Komposit,Semen Ionomer Kaca dan
Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin berdasarkan komposisi, indikasi, karakteristik dan
preparasi kavitas yang sesuai dalam pemenuhan kebutuhan restorasi kavitas klas IV .
GLASS IONOMER CEMENT (SEMEN IONOMER KACA)
Glass ionomer cement (GIC) sering juga disebut Glass polyalketone cement merupakan
bahan restorasi yang terdiri atas campuran liquid dan powder yang menghasilkan bahan
plastis yang kemudian mengeras menjadi massa padat. GIC pertama kali diperkenalkan oleh
Wilson dan Kent pada tahun 1971. Dua keunggulan bahan ini yang menjadikannya sebagai
bahan restorasi gigi pilihan dalah kemampuannya yang dapat berikatan dengan email dan
dentin serta kemampuannya untuk melepaskan fluor dari komponen kaca yang terdapat pada
semen.3,5
Komposisi
Komposisi glass ionomer cement yang sangat beragam menjadikannya material restorasi
yang lebih menarik diabndingkan dengan zinc phosphate semen. Komponen utama GIC
adalah kaca, polyacid, air dan tartaric acid. Kaca (glass) terdiri atas tiga komponen utama
yaitu silica (SiO2) dan alumina (Al2O3)yang dikombinasikan dengan calcium fluoride (CaF2).
Ketiga campuran bahan tersebut dipadukan pada suhu tinggi dan massa lelehannya dibekukan
dan diubah menjadi powder sebelum digunakan. Jumlah ion yang dihasilkan dari kaca ini
menjadi faktor penting dalam menentukan sifat, kelarutan dan pelepasan fluor . Kaca ini juga
memegang peranan penting dalam estetik bahan yang dilihat dari indeks bias kaca dan
kehadiran pigmen didalamnya. Polyacid yang banyak digunakan dalam campuran saat ini
adalah copolimer pada akrilik dengan asam iatonik atau asam maleat dengan akrilik. Pada
GIC copolimer yang digunakana adalh vinyl phosphonic acid. Jenis asam ini lebih kuat dari
jenis lainnya yang digunakan pada GIC dan komposisinya lebih terjaga sehingga memiliki
daya tahan yang lama dan tahan terhadap suasana lembab. Polyacid juga berperan dalam
menentukan konsistensinya dalam pasta berdasarkan konsentrasi dan berat molekulnya.
Asam tartaric berperan dalam mempengaruhi masa kerja dan setting time dari semen. 3,4,5
Karakteristik Bahan
Salah satu keunggulan GIC adalah penggunaannya sebagai bahan restorasi pengganti yang
mampu berikatan secara langsung dengan dentin dan enamel. Hal ini terlihat dari ion
polyakrilat yang bereaksi dengan struktur apatit . Ikatan ke dentin menggunakan sistem
adhesif tipe ikatan Hidrogen ke jaringan kolagen yang dikombinasikan dengan ikatan ionik
terhadap apatit tidak melewati struktur dentin. Adanya ikatan ini teruji hanya sebesar 2-7
Mpa. Adanya tensile strength yang rendah dengan lebih dari 7Mpa mengakibatkan bahan ini
mudah pecah. Dari segi estetik yang diperhatikan berupa warna dan sifat translusensinya.
Warna pada GIC ditentukan oleh kandungan kacanya. Pigmentasi pada GIC tidak menjadi
masalah utama karna dapat dikendalikan dengan warna pigmen ferric oxide atau carbon
black. Sedangkan translusensi pada GIC kurang baik dan menghasilkan perbandingan warna
dengan dentin dan enamel. Opasitas pada GIC dipengaruhi oleh absorbsi air yang
menyebabkan penurunan nilai opasitas. Jadi, secara klinis restorasi akan lebih gelap ketika
berkontak dengan saliva dan dapat mengurangi nilai estetiknya. Sifat lain yang dimiliki GIC
adalah mudah terkena erosi beberapa saat pada pertama kali pemakaian, bertambahnya
kekasaran pada permukaan seiring bertambahnya waktu , resisten terhadap abarasi dan
biokompatible (tidak mengiritasi)3,5
Meskipun GIC material yang bersifat hidrofilik, isolasi daerah preparasi dari darah dan saliva
juga diperlukan karena dapat merusak kekuatan ikatan dan memicu terjadinya kontaminasi
pada restorasi dan berdampak pada kekuatan ikatan dan estetik.3
Indikasi / Penggunaan
Awalnya semen ini dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan dianjurkan untuk
penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Namun penggunaan semen
ionomer kaca (GIC) telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik, membangun
badan inti, sebagai penutup pit dan fisur, bahan restorasi untuk kavitas kelas I molar/premolar
permanen (lesi karies dini dengan tekanan oklusal rendah), kavitas kelas III yang kecil,
kavitas akibat abrasi dan erosi servikal, restorasi gigi desidui, karies permukaan akar, basis
amalgam, keramik dan restorasi Sandwich dengan komposit, restorasi sementara gigi
anterior dan posterior, semen pada mahkota tiruan dan jembatan.4,6
RESIN COMPOSITE (RESIN KOMPOSIT)
Resin komposit banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam kedokteran gigi. Resin ini
ditemukan oleh R.L Bowen dan mulai dipasarkan sejak awal tahun 1960-an hingga sekarang.
Seiring dengan berjalannya waktu, resin komposit ini terus dikembangkan. Resin komposit
ini terus dikembangkan dan juga sudah menjadi bagian yang terpenting bagi dokter gigi
karena secara klinis dapat digunakan sebagai tambalan serba guna dan memiliki estetik yang
sangat baik.7
Komposisi
Secara garis besar, resin komposit terdiri atas matriks yang berbahan dasar metakrilat (25%-
30%), bahan pengisi (70%-75%) dan coupling agent.7 Matriks yang biasa digunakan adalah
monomer dimethacrylate yang dapat disinthesis dari reaksi BIS-GMA dengan perbandingan 1
molekul bisphenol-A dan 2 molekul glysidyl methacrylate . Penggunaan monomer ini harus
ditambahakan dengan monomer lainnya untuk mengurangi kekentalannya seperti jenis
monomer methyl methacrylate, triethylene glycal dimethacrylate, dan ethylene glycal
dimethacylate. Matrix komposit ini sangat sangat mempengaruhi polimerisasi, reaktivasi,
sifat mekanik dan penyerapan airnya.6
Pada bahan pengisi biasa digunakan crystalline quartz, lithium glass ceramic, borosilicate
glass. Saat ini juga telah diperkenalkan pemakaian calcium fluoride, calcium phosphate,
silicone barium oxide, dan alumina. Barium oxide dan strontium memberikan efek radiopak
yang dibutuhkan oleh bahan restoratif tetapi dapat juga mengurangi sifat optis yang
diinginkan. Oleh sebab itu cenderung ditambahakan alumina yang bersifat non radiopak
untuk menjaga keseimbanagan sifat yang diinginkan. Fungsi bahan pengisi ini antara lain
memperbaiki sifat-sifat fisis dan mekanis seperti kekuatan terhadap tekanan (compressisve
strength). Daya lenting, kekerasan, mengurangi koefisien ekspansi panas, mengurangi
pengerutan sewaktu polimerisasi mempengaruhi estetis dan berfungsi sebagai bahan radiopak
bila digunakan barium glass.1,6
Bahan antara (coupling agent) pada resin komposit yang digunakan pertama sekali adalah
Viniyl triethoxysilane dan sekarang telah muncul bahan baru berupa senyawa gamma-
methacryloxypropil trimethoxysilane. Bahan antara merupakan senyawa organik yang
ditambahkan pada resin komposit, berfungsi untuk melapisi bahan pengisi dan akan
memperkuat ikatan antara bahan pengisi dengan bahan dasar.6
Selain ketiga bahan utama tersebuta masih terdapat bahan tambahan lain yaitu bahan
penghambat polimerisasi, sistem inisiator/aktivator, stabilisator, zat warna dan plasticizer.6
Karakteristik Bahan
Berdasarkan ukuran partikel filler, resin komposit dapat dibedakan atas
a. Unfilled Resin
Bahan resin sebagai pengganti semen silicate yang pertama. Terdiri atas bubuk (methyl
methacrylat) dan liquid.6
b. Resin Komposit Makrofiller (konvensional)
bahan ini berasal dari resin akrilik dengan menambahkan bahan pengisi anorganik untuk
memperbaiaki sifat-sifat fisis mekanik yang kurang baik seperti kekuatan dan kekerasan yang
yang rendah, koefisien ekspansi panas yang tinggi dan perlekatan terhadap struktur gigi yang
kurang baik. Kerugiannya adalah finishing tambalan tidak halus sehingga mempunyai
tendensi mudah berubah warna.1,6
c. Resin Komposit Mikrofiller
Jenis resin ini mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dengan permukaan yang lebih
mudah dipolish. Bahan dasarnya merupakan modifikasi dari BIS-GMA tapi tidak
mengandung gugus hidroksil. Bahan ini memiliki sifat Flexural strength 60-120 Mpa,
Compressive strength 240-300 Mpa, Diametral tensile strength 25-40 Mpa dan
polymerization shrinkage 2-3 % IMT Namun, peengecualian kekuatan kompresif, komposit
mikrofiller memiliki sifat mekanis dan fisik yang lebih rendah daripada resin konvensional.
Hal ini karena hampir 50% volume bahan tambahan ini terdiri atas resin yang berakibat
meningkatnya penarikan air, koefisien panas yang tinggi , serta menurunnya modulus
elastisitas.1
d. Resin Komposit Hybrid
bahan ini mengandung 2 macam partikel pasi yaitu silika koloidal dan partikel halus dari kaca
yang mengandung logam berat. Bahan ini dikembangkan untuk mendapatkan permukaan
yang lebih halus dibandingkan resin komposit mikrofiller tetapi dengan tetap
mempertahankan sifat-sifat komposit yang lain. Komposit hibrid dikatakan mempunyai
permukaan lebih halus dan estetis yang kompetitif dibandingkan komposit mikro-filler untuk
tambalan anterior.Sifat fisis dan mekanisnya berada diantara resin konvensional dan resin
mikrofiller.Karena permukaan yang halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak
digunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk Klas IV.1
Ketiga bahan tersebut dikerskan melalui proses polimerisasi akan diawali dengan
menghasilkan radikal bebas. Terdiri atas 2 jenis yaitu:
1. Self-cure composite resin
Merupakan poliemrisasi resin dengan aktivasi kimia. Bahan ini diperjualbelikan
dalam dua pasta yang berisikan aktivator tertiary amine dan bagian lainnya adalah
benzoyl peroxide. Bahan ini dapat dicampur dengan perbandingan 1:1 dan dapat
divariasikan menjadi 2:1 untuk mendapatkan variasi working dan setting time tampah
mengakibatkan perubahan fisis yang berarti pada material. Bila kedua bahan ini
diaduka akan terbentuk radikal bebas dan pengerasan dimulai.
2. Light-curing composite resin
Resin yang diaktivasi dengan sinar terdiri atas dua jenis yaitu yang pertama
menggunakan sinar ultravuilet (hitam) untuk membentuk radikal bebas. Sistem ini
memiliki kendala karena daya penetrasi sinar UV yang terbatas kedalam resin dan
gigi sehingga tidak terpolimerisasi sempurna kecuali bagian yang tipis yang langsung
terkena sinar. Selain itu, sinar ini dapat mengakibatkan kerusakan pada retina dan
jaringan lunak yang berbahaya bagi pengunanya dan juga diperlukan waktu untuk
menaikkan suhu generator sebelum dapat digunakan.
Jinas sinar yang kedua adalah dengan menggunkan sistem aktivasi sinar terlihat yang
disempurnakan sanggup mempolimerisasi bagian yang lebih tebal. Bahan restorasi
resin yang diperjualbelikan dengan sistem ini tersedia dalam satu pasta saja yang
didalmnya mengandung molekul foto inisiator dan amine. Bila kedua bahan ini
disinari maka bahan ini kan bereaksi dan terbentuk radikal bebas. Sebaliknya, bila
tidak disinari, maka kedua bahan ini tidak akan bereaksi. Dibandingkan dengan jenis
sinar UV, sistem ini lebih aman, tidak memerlukan tahap pemanasan sebelum
pemakaian, resin komposit dapat teraktivasi kurang dari 30 detik dan sumber cahaya
yang digunakan konstan. 1,8
Pencapaian estetik yang bagus merupakan kelebihan utama dari resin komposit. Ikatan antara
resin komposit dan gigi mendukung struktur gigi yang tersisa dimana dapat mencegah
kerusakan dan melindungi gigi dari perubahan temperatur yang berlebihan. Untuk menambah
sifat mekanik resin komposit seperti: kekuatan, ketahanan terhadap abrasi, dan estetik dapat
dilakukan dengan menambah bahan pengisi Namun, kekurangan resin komposit juga ada.
Setelah prosedur perawatan selesai, gigi pasien dapat mengalami sensitif. Sensitifitas yang
dihubungkan dengan beberapa material yang terlepas seperti TEGDMA dan BIS-GMA. Hal
ini disebabkan oleh adanya celah mikro / microleakage yang dapat menyebabkan bakteri
yang merangsang internal stress. Sensitifitas tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan
prosedur inkremental, isolasi yang baik, dan menggunakan basis untuk melindungi pulpa.
Disamping itu, warna resin komposit dapat berubah secara perlahan jika pasien minum teh,
kopi ataupun makanan yang mengandung zat pewarna.2,6
Indikasi/Penggunaan
Spesifikasi material yang dimiliki komposit menjadikan komposit sebagai bahan terbaik
untuk kebanyakan restorasi estetik pada gigi anterior seperti klas III, klas IV dan klas V.
Kualitas ini didukung dengan adanya strength yang adekuat dan kemampuan bahan yang
berikatan dengan struktur gigi tanpa harus membuang partikel yang lebih banayak lagi.Pada
klas III dilakukan pada lesi interproksimal gigi anterior, hilangnya sudut insisal gigi (Klas
IV), lesi pada permukaan fasial gigi (klas V), fraktur gigi anterior, membentuk kembali gigi
untuk mendukung restorasi tuang,serta menutup atau memperkecil diastema pada gigi.2,9
RESIN-MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT
Sejak adanya kemunculan resin komposit aktivasi sinar, banyak praktisi mulai mengeluhkan
sifat dari material semen ionomer kaca yang tidak ideal. Namun karena sifatnya yang mampu
menghasilkan fluor dan sistem adhesifnya yang baik, semen ionomer kaca masih tetap
digunakan. Oleh sebab itu beberapa pabrik meneliti untuk memperbaharui karakteristik yang
dimiliki GIC dengan menggabungkannya dengan resin komposit, dimana proses polimerisasi
yang digunakan mengunakan aktivasi sinar biru yang kemudian disebut sebagai resin
modified GIC (RMGIC). RMGIC juga dikenal dengan hybrid GIC atau Light-curing GIC.1,5
Komposisi
Bahan ini tersedia dalam kemasan powder-liquid dimana pada bagian powder terdiri atas
fluoroaluminosilicate glass dan liquid berupa photo-active liquid didalam kemasan botol
berwarna gelap (untuk melindungi dari cahaya). Komposisi liquid bermacam-macam
tergantung jenis produk namun pada umumnya sama berupa larutan encer dari monomer
hidrofilik seperti HEMA, polyacrylic acid atau copolimer polyacrylic acid dengan tambahan
methacryloxy, tartaric acid, dan photo-inisator. Pilihan terhadap resin dibatasi oleh
kemampuan GIC yang tahan terhadap keadaan lembab sehingga mengharuskan resin
memiliki keadaan tahan lembab. Kandungan HEMA yang dimiliki RMGIC menjadikannya
tahan terhadap keadaan lembab karena kandungan monomernya yang hidrofilik. Prinsip
pengerasan pada RMGIC pada dasaranya sama dengan GIC dimana proses inisiasi akan
dimulai ketika powder-liquid dicampurkan. Proses aktivasi sinar dapat mempercepat
pengerasan karena kandungan HEMA yang dimiliki sehingga dapat mengeras dalam 30 detik.
Jika dilakukan tanpa sinar, proses pengerasan tetap akan terjadi dalam 15-20 menit melalui
reaksi redox. Karena adanya sifat reaksi asam-basa ini, maka pada RMGIC juga tifak perlu
dilakukan penumpatan secara inkremental dikarenkan sinar akan terhalang berpenetrasi
kebahan restorasi.2,3,4,5
Karakteristik Bahan
RMGIC memiliki mekanisme adhesif yang sama dengan GIC. Sistem adhesifnya merupakan
ikatan ionik antara glass ionomer dengan kalsium pada struktur gigi.RMGIC diciptakan
sebagai bahan restorasi direk atau sebagai basis atau liner yang digunakan pada komposit,
amalgam, dan restorasi keramik. Adanya penambahan resin pada GIC menghasilkan banyak
perubahan sifat bahan. Keuntungan ini menghasilkan kemampuan GIC dimana bahan
berikatan dengan enamel dan dentin dan menghasilkan fluor dan dikombinasikan dengan
working time yang panjang, waktu pengerasan yang singkat dan aktivasi sinar tunggal
dengan cahaya tampak. Selain itu, restorasi juga mudah dipoles. Kekuatan bahan,diametral
tensile strength, daya ikat terhadap enamel dan dentin, sifat keausan dan tahan terhadap asam
telah banyak berubah menjadi lebih baik sejak ditambahkannya bahan resin. Meskipun
demikian, kandungan HEMA pada bahan ini dilaporkan dapat berakibat sitotoksik jika
berkontak dengan jaringan pulpa dan osteoblas. Itulah sebabnya prosedur polimerisasi harus
diikuti sesuai dengan petunjuk.1,5
Indikasi / Penggunaan
RMGIC memiliki perbaikan keunggulan yang baik dalam hal working time, beberapa
karakteristik lainnya termasuk estetik . Selain itu, bahan ini juga tahan terhadap dehidrasi dan
retak selama proses pengerasan dibandingkan denga GIC. Namun demikian, GIC
konvensional tidak sebaik resin komposit dalam hal estetik dan RMGIC tidak disarankan
dalam hal restorasi yang mengutamakan nilai estetik yang tinggi dikarenakan kandungan
resin yang dimiliki dalam jumlah yang banyak. Selain itu keterbatasan kekuatan yang
dimiliki bahan ini dan keausan yang dimiliki mengindiksikan bahan ini untuk digunakan pada
restorasi yang memiliki beban tekanan yang rendah (tidak untuk restorasi klas I,klas II,
ataupun klas IV). RMGIC juga diindikasikan pada restorasi klas V lesi non karies seperti
dehidrasi dentin maupun restorasi klas V lesi karies pada permukaan akar, celah pada servikal
klas II dan klas III (tidak termasuk kontak proksimal), restorasi gigi molar sulung.2,4
PREPARASI KAVITAS
Kavitas klas IV menurut G.V Black merupakan kavitas kelanjutan dari kavitas klas III
(mengenai mesial atau distal gigi anterior). Karies yang luas atau abrasi yang hebat bisa
melemahkan sudut insisal dan menyebabkan terjadinya fraktur. Dengan kata lain, kavitas
Klas IV adalah lesi pada permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke
sudut insisal.
Bentuk preparasi kavitas untuk bahan restorasi estetis umumnya sama, tidak tergantung dari
bahan apa yang digunakan. Pertama-tama semua jaringan karies harus dibuang. Preparasi
yang sempurna harus mencakup email yang rapuh akibat dekalsifikasi. Preparasi harus
memudahkan penempatan bahan rstorasi dan penyelesaiannya. Kemudian lakukan
pengaplikasian bahan sesuai dengan cara yang dianjurkan untuk setiap jenis bahan dengan
memerhatikan sistem perlekatan bahan maupun karakteristik bahan lainnya.
Seperti halnya pada GIC yang menggunakan ikatan hydrogen terhadap dentin dan
dikombinasikan dengan ikatan ionik terhadap enamel. Untuk memperkuat ikatan ini, maka
kavitas haru dalam keadaan bersih dan bebas debris serta diaplikasikan conditioner. Namun
keadaan basah dan lembab tidak memberikan efek terhadap sifat fisis bahan.3
Pada Resin Komposit, untuk memperkuat perlekatan antara bahan dengan gigi dilakukan
tehnik etsa asam untuk menciptakan perlekatan mekanik antara enamel dengan bahan dengan
cara membuka permukaan untuk dapat berpenetrasi. Selain itu diaplikasikan juga bonding-
agent yang akan memperkuat perlekatan lapisan bahan komposit dengan permukaan gigi.
Pada resin komposit selama proses preparasi dan aplikasi bahan, kavitas harus terbebas dari
suasana lembab atau basah.1
Pada RMGIC yang memiliki keunggulan dari GIC dan Resin Komposit, untuk memperkuat
perlekatan bahan dengan gigi pada saat preparasi dilakukan pembuatn bevel dan aplikasi
cavity cleanser/conditioner.2,3
PEMBAHASAN
Restorasi Klas IV dibutuhkan bila adanya keadaan yang memperparah sudut insisal seperti
adanya karies, fraktur, dan lain sebagainya. Ini lebih sulit untuk memberikan retensi mekanis
yang diinginkan bila bagian insisal hilang. Penilaian terhadap beban oklusal menjadi
perhatian utama pada saat akan dilakukannya restorasi. Juga nilai estetis atau kesesuaian
warna menjadi lebih kritis karena ukuran restorasi dan lokasinya pada bagian anterior. Pada
lesi Klas IV pertimbangan bahan yang tepat diberikan adalah Resin Komposit hybrid dengan
aktivasi visible-light. Hal tersebut didukung oleh nilai estetik yang dimiliki adalah yang
terbaik dibandingkan GIC maupun modifikasinya yaitu RMGIC karena memiliki banyak
pilihan warna akibat kandungan resin yang tinggi sehingga dapat disesuaikan dengan warna
gigi yang direstorasi. Selain itu, dibutuhkan juga perlekatan yang kuat dan kekuatan bahan
yang baik dalam menerima beban oklusi dimana resin komposit memiliki sifat fisis dan
mekanisyang lebih baik dengan sistem adhesive paling kuat dan compresive strength paling
baik diantara ketiganya karena kandungan bahan pengisi resin komposit yang lebih
kompleks.Selain itu, RMGIC memiliki kelemahan yaitu wrking time yang pendek namun
setting time panjang, kekerasan dan kekuatan rendah,mudah fraktur pada saat pengerasan,
daya tahan terhadap asam sangat lemah.
Pada GIC dan RMGIC memang memiliki keunggulan dapat melepaskan fluor dengan baik
tidak seperti Resin Komposit dan dapt beradaptasi dengan baik pada suasana lembab. Namun
keunggulan tersebut tidak diutamakan dibandingkan kelebihan yang dimiliki Resin komposit
berupa nilai estetis yang terbaik dan compressive strength yang tinggi dalam memenuhi
tuntutan terhadap preparasi kavitas Klas IV.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baum L, Phillips RW, Lund MR. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Alih Bahasa .Rasinta
Tarigan. Jakarta: EGc, 1997: 1-2; 251-285.
2. Roberson T, Heymann HO, Ritter AV, Pereira PN, Ed 5. Art and Science of Operative
Dentistry. Missouri: Mosby Elsevier ,2006: 529-563.
3. Van Noort R. Introduction to Dental Materials. Ed 3. Edinburgh: Mosby Elsevier, 2007:
127-143.
4. Chestnutt IG, Ed 3. Clinical Dentistry. Edinburg : Elsevier, 2007:124-126: 246-248.
5. Moore BK. Dental Material. In McDonald, Avery’s. Ed 9. Dentistry for the Child and
Adolescent. Missouri: Mosby Elsevier, 2011: 296-311.
6. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudith A, Harahap KI, Adiana ID. Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi. Medan: Usu Press, 2012: 161-173
7. Ibrahim I, Luthfia P. Kemampuan reesin Komposit Berbahan Dasar Silorane untuk
Meminimalisasi Proses Penyusutan polimerisasi. JITEKGI 2011,8 (2): 28-31.
8. Sockwell CL, Heymann HO. Tooth-colored Restoration. Iin: Sturdevant CM. Ed 2. The
Art and Science of Operative Dentistry. St.Louis : Mosby Company, 2001 :267-279.
9. Stephen HY. Pediatric Dentistry : Total Patient Care. Philadelphia: Lea & Febiger, 1988 :
203-210.