perbandingan high order aberration sebelum dan...

8
1 PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN SETELAH TINDAKAN LASER IN SITU KERATOMILEUSIS (LASIK) DENGAN REFRACTIVE LENTICULE EXTRACTION (ReLEx) Tri Wahyu, Susi Heryati Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo ABSTRACT Background: The needs of refractive surgery with laser to correct refractive error (myopia, hyperopia, and astigmatism) have become more demanded. Eventhough the procedures can produce expected efficacy and safety, modification in corneal surface can affect optical and visual quality, resulting in visual distortion and artefacts called high order aberrations (HOA). Objective: To report the differences of high order aberration before and after corneal ablation and refractive lenticule extraction surgery using wavefront aberrometry device. Methods: This is a analytical retrospective observational study which conclude 60 patients (115 eyes) who underwent laser in situ keratomileusis (LASIK), femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis (FS-LASIK), femtosecond lenticule extraction (FLEx), and small- incision lenticule extraction (SMILE) during the periode of January 2017 to August 2018. Results: Of 115 eyes, the mean of pre-operative high-order abberations (%) were divided into four groups: LASIK was 7.27±3.85, FS-LASIK was 7.06±5.77, FLEx was 6.43±3.14, and SMILE was 3.73±1.41. Trefoil was the most common high-order abberations in pre-operative data of LASIK, FLEx, and SMILE (50.0%, 56.25%, and 51.72% respectively), while coma was mostly found in FS-LASIK (46.67%). Coma was the most common finding in first and third month after surgery. High-order aberrations between first and third month after surgery were not statistically significant different (p=0.465, p=0.889, p=0.263, and p=0.508 respectively). Conclusion: All types of procedures of corneal ablation and refractive lenticule extractions surgeries are effective and safe in correcting refractive errors. There were no differences of post-operative high-order aberrations in all types of procedures. Refractive surgery-related dry eyes can affect visual quality by inducing higher high-order aberrations. Keywords: laser in situ keratomileusis, femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis, refractive lenticule extraction, high order aberration, wavefront aberrometry, Zernike polynomial PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kebutuhan akan tindakan bedah refraktif laser pada kornea untuk mengatasi gangguan refraksi semakin banyak diminati, dengan tujuan mengeliminasi kelainan refraksi (low order aberration, seperti miopia, hiperopia, dan astigmatisme). Laser in situ keratomileusis (LASIK) telah menjadi pilihan tindakan bedah yang telah dilakukan lebih dari 35 juta kali di seluruh dunia pada tahun 2010, dimana prosedur ini membuat flap stroma dengan bantuan mikrokeratom. Femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis (FS-LASIK), yang diperkenalkan pada 2001, telah banyak diterima sebagai tindakan bedah refraktif karena akurasi, keamanan, dan prediktabilitasnya. Tindakan ini menggunakan laser untuk membuat flap kornea, sedangkan bedah ekstraksi lentikel refraktif (refractive lenticule extraction, ReLEx) dapat dilakukan dengan dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana flap dibuat menggunakan laser femto-second dan diangkat tepat di atas lentikel; dan (2) small-incision lenticule extraction (SMILE), merupakan tindakan tanpa pembuatan flap dan lentikel diambil melalui insisi

Upload: duonghanh

Post on 09-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

1

PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN SETELAH TINDAKAN LASER IN SITU KERATOMILEUSIS (LASIK)

DENGAN REFRACTIVE LENTICULE EXTRACTION (ReLEx)

Tri Wahyu, Susi Heryati Departemen Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

ABSTRACT Background: The needs of refractive surgery with laser to correct refractive error (myopia, hyperopia, and astigmatism) have become more demanded. Eventhough the procedures can produce expected efficacy and safety, modification in corneal surface can affect optical and visual quality, resulting in visual distortion and artefacts called high order aberrations (HOA). Objective: To report the differences of high order aberration before and after corneal ablation and refractive lenticule extraction surgery using wavefront aberrometry device. Methods: This is a analytical retrospective observational study which conclude 60 patients (115 eyes) who underwent laser in situ keratomileusis (LASIK), femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis (FS-LASIK), femtosecond lenticule extraction (FLEx), and small-incision lenticule extraction (SMILE) during the periode of January 2017 to August 2018. Results: Of 115 eyes, the mean of pre-operative high-order abberations (%) were divided into four groups: LASIK was 7.27±3.85, FS-LASIK was 7.06±5.77, FLEx was 6.43±3.14, and SMILE was 3.73±1.41. Trefoil was the most common high-order abberations in pre-operative data of LASIK, FLEx, and SMILE (50.0%, 56.25%, and 51.72% respectively), while coma was mostly found in FS-LASIK (46.67%). Coma was the most common finding in first and third month after surgery. High-order aberrations between first and third month after surgery were not statistically significant different (p=0.465, p=0.889, p=0.263, and p=0.508 respectively). Conclusion: All types of procedures of corneal ablation and refractive lenticule extractions surgeries are effective and safe in correcting refractive errors. There were no differences of post-operative high-order aberrations in all types of procedures. Refractive surgery-related dry eyes can affect visual quality by inducing higher high-order aberrations. Keywords: laser in situ keratomileusis, femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis, refractive lenticule extraction, high order aberration, wavefront aberrometry, Zernike polynomial

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kebutuhan akan tindakan bedah refraktif laser pada kornea untuk mengatasi gangguan refraksi semakin banyak diminati, dengan tujuan mengeliminasi kelainan refraksi (low order aberration, seperti miopia, hiperopia, dan astigmatisme). Laser in situ keratomileusis (LASIK) telah menjadi pilihan tindakan bedah yang telah dilakukan lebih dari 35 juta kali di seluruh dunia pada tahun 2010, dimana prosedur ini membuat flap stroma dengan bantuan mikrokeratom. Femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis

(FS-LASIK), yang diperkenalkan pada 2001, telah banyak diterima sebagai tindakan bedah refraktif karena akurasi, keamanan, dan prediktabilitasnya. Tindakan ini menggunakan laser untuk membuat flap kornea, sedangkan bedah ekstraksi lentikel refraktif (refractive lenticule extraction, ReLEx) dapat dilakukan dengan dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana flap dibuat menggunakan laser femto-second dan diangkat tepat di atas lentikel; dan (2) small-incision lenticule extraction (SMILE), merupakan tindakan tanpa pembuatan flap dan lentikel diambil melalui insisi

Page 2: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

2

kecil yang berukuran 3-4 mm. Meskipun tindakan ini aman dan dapat memberikan hasil yang memuaskan, modifikasi bedah dapat mempengaruhi kualitas optik dari kornea, menyebabkan aberasi yang akan menimbulkan distorsi dan artifak visual (high order aberration).1-7

High order aberration (HOA) terjadi akibat proses ablasi pada kornea, seperti faktor dehidrasi dan desentrasi kornea. Aberasi total pada mata meliputi aberasi kornea dan aberasi interna. Permukaan anterior kornea memegang peranan penting terhadap HOA. Perubahan pada HOA permukaan kornea dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas optik setelah bedah refraktif. Aberasi utama yang berkontribusi termasuk koma, aberasi sferikal, dan trefoil, yang diketahui dapat menyebabkan artifak visual seperti silau, starburst, dan halo.6,8

Tujuan dari penelitian ini adalah me-laporkan perbandingan HOA pre dan pasca bedah ablasi kornea dan ekstraksi lentikel refraktif menggunakan wavefront aberrometry. METODE Subjek

Penelitian ini merupakan penelitian retro-spektif analitik dengan mengambil data dari rekam medis pasien yang menjalani tindakan bedah refraktif ablasi di Unit LASIK Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung selama periode Januari 2017 hingga Agustus 2018.

Kriteria inklusi melibatkan pasien yang menjalani pemeriksaan HOA menggunakan mesin wavefront aberrometry (iDesign® Advanced Wavescan Studio, AMO, California, USA) sebelum operasi, 1 bulan, dan 3 bulan pasca operasi.

Kriteria eksklusi merupakan pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan HOA setelah menjalani tindakan bedah pada kontrol 1 bulan dan/atau 3 bulan lebih, serta pasien yang memiliki kelainan pada media refraksi.

Data yang diambil meliputi jenis kelamin, usia, tajam penglihatan, derajat kelainan refraksi, jenis tindakan bedah

refraktif, serta HOA sebelum dan sesudah tindakan bedah.

Tajam penglihatan yang digunakan adalah uncorrected visual acuity (UCVA) dan best-corrected visual acuity (BCVA) yang dinilai menggunakan Snellen chart. Derajat kelainan refraksi didapatkan dari spherical equivalent (SE) dan derajat astigmatisme kemudian digabung dan dikelompokkan menjadi ringan (SE -1.00 sampai -2.75 D; silindris <-1.75 D), sedang (SE -3.00 sampai -6.00 D; silindris -1.75 sampai -3.00 D), dan berat (SE ≥-6.00 D; silindris >-3.00 D).

Prosedur Bedah

Tindakan bedah yang dilakukan me-liputi bedah ablasi kornea (LASIK dan FS-LASIK) dan ekstraksi lentikel refraktif (FLEx dan SMILE). Seluruh prosedur di-lakukan dalam anestesi topikal menggunakan 2 tetes tetrakain hidroklorida 2% (Cendo Pantocain 2%). Spekulum besi dipasang untuk menjaga agar kelopak mata tetap terbuka lebar. Prosedur dilakukan oleh delapan ahli bedah refraktif berpengalaman (SH, BU, MR, AW, AH, ET, ES, AFS). Laser in situ Keratomileusis

Mikrokeratom (Amadeus, Abott Medical Optics) digunakan untuk membuat flap dengan ketebalan 120-140 µm dan ‘engsel’ flap berada pada sudut 0o (nasal). Flap kornea diangkat dengan spatula hingga lapisan stroma terekspos. Laser ablasi dilakukan dengan mesin Visx STAR S4 IR® excimer laser (Abott Medical Optics) pada permukaan stroma yang kering. Zona optik sebesar 6,00 mm dan zona ablasi sebesar 8,00 mm. Prosedur dilakukan dengan sistem iris registration pada mesin. Ketebalan stroma yang diablasi sebesar 11-12 µm untuk tiap 1 dioptri. Flap kornea kembali di-reposisi menggunakan spatula. Irigasi dilakukan di bawah flap dan di permukaan kornea dengan cairan garam basal.

Femtosecond Laser-assissted LASIK

Flap dibuat dengan ketebalan 110 µm dengan laser menggunakan mesin VisuMax

Page 3: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

3

femtosecond laser system (Carl Zeiss Meditec AG, Jerman), dengan ‘engsel’ pada sudut 90o (superior), memisahkan flap dan stroma. Ablasi stroma sebesar 11-12 µm tiap 1 dioptri dilakukan dengan menggunakan mesin yang sama pada prosedur LASIK. Setelah stroma diablasi, langkah selanjutnya serupa dengan yang dilakukan pada LASIK. Femtosecond Lenticule Extraction

Prosedur dilakukan menggunakan VisuMax femtosecond laser system (Carl Zeiss Meditec AG, Jerman). Laser di-tembakkan dalam tiga tahap, yaitu: (1) permukaan posterior lentikel; (2) tepi vertikal lentikel; dan (3) permukaan anterior lentikel. Setelah potongan lentikel terbentuk (ketebalan potongan 14-15 µm untuk tiap 1 dioptri), laser di-tembakkan untuk membuat flap dengan ketebalan 120 µm dan ‘engsel’ pada sudut 90o (superior). Lentikel kemudian dipisahkan dari stroma menggunakan spatula dan diekstraksi. Flap direposisikan kembali, seperti halnya pada prosedur LASIK dan FS-LASIK. Small-incision Lenticule Extraction

Mesin dan pengaturan jumlah energi, rata-rata repetisi tembakan, jarak antar titik sama dengan FS-LASIK. Laser femtosecond ditembakkan dalam empat tahap, yaitu: (1) permukaan posterior lentikel, (2) tepi vertikal lentikel, (3) permukaan anterior lentikel, dan (4) insisi kecil sirkumferensial dengan ukuran 3,00 – 4,00 mm pada sudut 125o. Ketebalan potongan dan prosedur ekstraksi lentikel serupa dengan FLEx, hanya saja pada SMILE tidak dilakukan pembentukan flap.

Analisis Statistik

Pencatatan dan pengolahan data dasar menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan Microsoft Word, sedangkan analisis statistik data diolah menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) version 22.0 (IBM

Corporation, USA) untuk membandingkan HOA sebelum dan sesudah tindakan bedah dengan uji Wilcoxon, dengan nilai p<0,05 signifikan secara statistik HASIL

Selama Januari 2017 hingga Agustus 2018, didapatkan 695 pasien (1.330 mata) yang menjalani tindakan bedah refraktif di Unit LASIK PMN RS Mata Cicendo. Setelah dilakukan seleksi kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan sebanyak 60 pasien (115 mata) yang memenuhi kriteria inklusi.

Karakteristik pasien dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan pasien berjenis kelamin laki-laki (56,7%) lebih banyak

Tabel 1. Karakterisik pasien (n=60, 115 mata) Karakteristik Jumlah %

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Usia (tahun)

<20 20-29 ≥30

34 26

33 21 6

56,7 43,3

55,0 35,0 10,0

Rata-rata±SB Rentang

21,5±5,4 18-44

Jumlah mata yang dioperasi tiap pasien

2 mata 1 mata

UCVA (n=115) 0,5 – 0,8 0,32 – 0,4 0,1 – 0,25 0,02 – 0,08

Derajat kelainan refraksi

Ringan Sedang Berat

Tindakan bedah

LASIK FS-LASIK FLEx SMILE

56 4

7 17 33 58

44 45 26

40 29 16 30

93,3 6,7

6,1 14,8 28,7 50,4

38,3 39,1 22,6

34,8 25,2 13,9 26,1

SB: simpang baku; UCVA: uncorrected visual acuity; LASIK: laser in situ keratomileusis; FS-LASIK: femto-second laser-assissted laser in situ keratomileusis; FLEx: femtosecond lenticule extraction; SMILE: small incision lenticule extraction

Page 4: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

4

dibanding pasien perempuan (43,3%). Usia rata-rata pada penilitian ini adalah rata 21,5±5,4 tahun, dengan rentang 18-44 tahun, terbanyak pada usia <20 tahun (55,0%).

Tajam penglihatan (UCVA) pada saat pertama kali datang terbanyak pada 0,02 – 0,08 (50,4%), dengan derajat kelainan refraksi terbanyak pada tingkat sedang (39,1%).

Tindakan bedah yang paling banyak dilakukan adalah LASIK, sebanyak 40 mata (34,78%).

Tajam penglihatan dasar (UCVA) pada bulan pertama pasca bedah memperlihatkan bahwa sebanyak 71,3% mata mencapai

UCVA yang sama dengan BCVA pre-operatif, UCVA yang melebihi BCVA pre-operatif sebanyak 15,7%, dan UCVA yang lebih buruk dibanding BCVA pre-operatif mencapai 13,0% pada seluruh tindakan. Pada bulan ketiga pasca bedah, UCVA yang sama dengan BCVA pre-operatif mencapai 53,0%, 14,8% lebih baik, dan 5,2% lebih buruk dari BCV pre-operatif. Sebanyak 31 (27,0%) mata tidak di-temukan data kontrol pada bulan ketiga. Distribusi visus pasca-bedah dapat dilihat pada Gambar 1.

Perubahan HOA (Tabel 2) pre-operatif dan 1 bulan pasca-operatif bermakna secara statistik, sementara perubahan pada bulan

Tabel 2. Perubahan HOA sebelum dan sesudah prosedur bedah Pre-operasi

(%) 1 bulan pasca operasi (%)

p* 3 bulan pasca operasi (%)

p*

LASIK 7,27±3,85 33,11±17,86 0,000 29,02±16,86 0,465 FS-LASIK 6,73±5,15 29,85±21,78 0,000 26,23±16,87 0,889 FLEx 5,18±2,86 34,83±21,72 0,008 31,24±22,16 0,263 SMILE 4,23±2,65 31,82±10,44 0,000 27,68±17,12 0,508 *Nilai p menggunakan uji Wilcoxon. LASIK: laser in situ keratomileusis; FS-LASIK: femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis; FLEx: femtosecond lenticule extraction; SMILE: small incision lenticule extraction

Gambar 1. Grafik perbandingan tajam penglihatan dengan koreksi terbaik (BCVA) pre-operatif dengan tajam penglihatan tanpa koreksi pada bulan pertama dan ketiga pasca bedah ablasi kornea dan ekstraksi lentikel refraktif

Page 5: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

5

pertama dan ketiga pasca bedah LASIK, FS-LASIK, FLEx, dan SMILE tidak bermakna secara statistik, dengan nilai p=0,465, p=0,889, p=0,263, dan p=0,508 secara berurutan.

Trefoil merupakan jenis HOA yang terbanyak ditemukan pada pemeriksaan pre-operatif LASIK (50,0%), FLEx (56,25%), dan SMILE (46,67%); sedangkan koma terbanyak pada FS-LASIK (51,72%). Satu bulan pasca bedah, koma banyak ditemukan pada semua tindakan (LASIK 27,5%, FS-LASIK 20,69%, FLEx 18,75%, dan SMILE 26,67%); trefoil juga banyak di-temukan pada FS-LASIK (20,69%) dan

FLEx (18,75%). Tiga bulan pasca bedah, koma merupakan HOA yang banyak di-temukan (LASIK 32,5%, FS-LASIK 17,24%, FLEx 18,75%, dan SMILE 43,33%).

Tidak ditemukan adanya komplikasi intraoperatif pada masing-masing tindakan bedah. DISKUSI

High order aberration (HOA) merupakan bagian dari kelainan refraksi dan menjadi salah satu komponen penting dalam ilmu visual dan optik. High order aberration merupakan distorsi gelombang cahaya ketika melewati lapisan air mata dan

Tabel 3. Tipe HOA pre-operatif dan post-operatif berdasarkan polinomial Zernike LASIK

(n=40) FS-LASIK

(n=29) FLEx (n=16)

SMILE (n=30)

Pre-operatif Koma Trefoil Tetrafoil Aberasi sferikal Astigmatisme orde kedua

14 (35,0%) 20 (50,0%)

1 (2,5%) 3 (7,5%) 2 (5,0%)

15 (51,72%) 12 (41,38%)

1 (3,45%) 0 (0,0%)

1 (3,45%)

6 (37,5%)

9 (56,25%) 0 (0,0%)

1 (6,25%) 0 (0,0%)

9 (30,0%)

14 (46,67%) 0 (0,0%)

6 (20,0%) 1 (3,33%)

Post-operatif 1 bulan Koma Trefoil Tetrafoil Aberasi sferikal Astigmatisme orde kedua Tidak ada data

11 (27,5%) 7 (17,5%) 1 (2,5%) 2 (5,0%) 0 (0,0%)

19 (47,5%)

6 (20,69%) 6 (20,69%)

0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

17 (58,62%)

3 (18,75%) 3 (18,75%)

0 (0,0%) 1 (6,25%) 0 (0,0%)

9 (56,25%)

8 (26,67%) 3 (10,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

19 (63,33%) Post-operatif 3 bulan

Koma Trefoil Tetrafoil Aberasi sferikal Astigmatisme orde kedua Tidak ada data

13 (32,5%)

2 (5,0%) 0 (0,0%) 1 (2,5%) 0 (0,0%)

25 (62,5%)

5 (17,24%) 1 (3,45%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

1 (3,45%) 22 (75,86%)

3 (18,75%) 3 (18,75%)

0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

10 (62,5%)

13 (43,33%)

3 (10,0%) 0 (0,0%)

2 (6,67%) 0 (0,0%)

12 (40,0%) LASIK: laser in situ keratomileusis; FS-LASIK: femtosecond laser-assissted laser in situ keratomileusis; FLEx: femtosecond lenticule extraction; SMILE: small incision lenticule extraction

Gambar 2. Interpretasi manifestasi HOA oleh iDesign® Advanced Wavescan Studio pada satu mata pasien yang sama saat pre-operatif (kiri) memperlihatkan aberasi sferikal; (tengah) 1 bulan dan (kanan) 3 bulan pasca memperlihatkan perubahan HOA menjadi koma.

Page 6: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

6

media refraksi yang ireguler. Tidak seperti low order aberrations (miopia, hipermetropia, astigmatisme), HOA tidak dapat dikoreksi dengan lensa sferis maupun lensa kontak. Meskipun bedah refraktif berhasil dalam mengoreksi kelainan refraksi, pasien sering mengeluhkan adanya halo, silau, starburst, dan penurunan kontras. Perubahan HOA setelah bedah refraktif merupakan faktor utama yang mempengaruhi kualitas tajam penglihatan pasca operasi.8-14

Bentuk geometrik aberasi dideskripsikan secara matematika menggunakan polinomial Zernike. High order aberration dimulai pada level ketiga polinomial Zernike. Koma (Z3

-1, Z31, Z5

-1, dan Z51); trefoil (Z3

-3, Z33,

Z5-5, dan Z5

3); dan aberasi sferikal (Z40

dan Z60) merupakan HOA yang penting.

Hubungan antara HOA dan kelainan refraksi telah banyak diteliti, tetapi hasil yang dilaporkan masih kontroversial.10,14-17

Pada penelitian ini, tindakan LASIK, FS-LASIK, FLEx, dan SMILE memberikan efikasi dan keamanan dalam mengoreksi kelainan refraksi. Hasil UCVA pasca-operasi yang mencapai 1.0 (setara BCVA pre-operatif) dan melebihi BCVA pre-operatif pada 1 dan 3 bulan pasca operasi berjumlah sebanyak 87,0% dan 67,8%, secara berurutan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Liu dkk, Al-Zeraid dkk, dan Sekundo dkk.3,4,18

Koma dan aberasi sferikal umumnya banyak ditemukan pada populasi normal dan beberapa penelitian melaporkan bahwa kedua tipe HOA ini juga dapat terjadi pasca bedah refraktif. Terdapat korelasi antara aberasi kornea dan tajam penglihatan, seperti monokular diplopia dan semburat cahaya ekor komet akibat koma serta starburst dan silau akibat aberasi sferikal. Koma juga dapat menyebabkan distorsi seperti ekor komet. Penelitian yang di lakukan di Iran oleh Mirjazani dkk dan Jesson dkk di India juga melaporkan bahwa aberasi sferikal dan koma paling banyak ditemukan. Namun, pada penelitian ini kami menemukan bahwa trefoil merupakan HOA yang banyak ditemukan pada pemeriksaan pre-

operatif LASIK, FLEx dan SMILE (masing-masing 50,0%; 56,25; dan 46,67% secara berurutan); sementara koma banyak ditemukan pada grup FS-LASIK (51,72%). Perbedaan HOA ini dapat dipengaruhi oleh faktor etnis, seperti penelitian oleh Prakash dkk yang melaporkan bahwa etnis Asia (China) cenderung memiliki lebih banyak komponen HOA tingkat keempat atau lebih rendah, dibanding etnis India dan kulit putih yang memiliki HOA lebih banyak pada tingkat kelima atau di atasnya. 17,19-21

Al-Zeraid dkk melaporkan bahwa HOA pasca LASIK diinduksi oleh berbagai faktor, seperti variasi pengukuran HOA akibat fluktuasi akomodasi dan perubahan lapisan air mata; pengukuran yang tidak tepat dan posisi bola mata saat bedah (misalignment atau siklotorsi); dan laju ablasi tembakan laser eksimer karena efek yang ditimbulkan dapat berbeda pada area kornea yang berbeda. Agca dkk dan Yildirim dkk melaporkan bahwa terjadi peningkatan HOA kornea total secara signifikan (terutama koma, trefoil, dan aberasi sferikal) setelah LASIK, FLEx, dan SMILE. Liu dkk melaporkan bahwa prosedur SMILE menginduksi aberasi sferikal lebih kecil dibanding FS-LASIK pada bulan keenam pasca operasi; sementara Ye dkk melaporkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan perubahan HOA korea pasca LASIK dan FS-LASIK. Koma merupakan HOA yang banyak ditemukan pada masing-masing grup pada follow-up bulan pertama dan ketiga pasca operasi.3,4-6,21,22

Mata kering merupakan komplikasi yang cukup sering ditemukan pasca bedah refraktif. Pasien dengan mata kering akan sering mengeluhkan penglihatan buram, bahkan dengan tajam penglihatan yang normal. Keluhan ini disebabkan oleh adanya kadar HOA yang cukup besar akibat adanya deteriorasi lapisan air mata pada permukaan anterior kornea yang ireguler.23-26

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu: (1) penelitian yang bersifat retrospektif,

Page 7: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

7

dimana bias informasi sangat mungkin terjadi; (2) tidak semua pasien melakukan kontrol secara rutin, baik pada bulan pertama maupun bulan ketiga; (3) data hasil pemeriksaan HOA pasca bedah yang tidak lengkap, baik pada rekam medis maupun mesin wavefront aberrometry. KESIMPULAN

Prosedur bedah ablasi kornea dan ekstraksi lentikel refraktif merupakan tindakan yang efektif dan aman dalam memperbaiki kelainan refraksi. Tidak ditemukan adanya perbedaan HOA yang signifikan secara statistik pasca bedah LASIK, FS-LASIK, dan SMILE pada bulan pertama dan ketiga. Mata kering pasca bedah refraktif kornea dapat menyebabkan peningkatan HOA akibat deteriorasi lapisan air mata pada permukaan okular. Referensi: 1. Wu W, Wang Y. The correlation analysis

between between corneal biomechanical properties and the surgically induced corneal high order aberrations after small incision lenticule extraction and femto-second laser in situ keratomileusis. Hindawi Journal of Ophthalmology 2015:1-10

2. Reinstein DZ, Archer TJ, Gobbe M. The History of LASIK. Journal of Refractive Surgery 2012;28(4):291-8

3. Liu M, Chen Y, Wang D, Zhou Y, Zhang X, He J, et al. Clinical outcome after SMILE and femtosecond laser-assisted LASIK for myopia and myopic astigmatism: a prospective randomized comparative study. Cornea 2016; 35(2):210-6

4. Al-Zeraid F, Osuagwu UL. Induced higher-order aberrations after laser in situ keratomileusis (LASIK) performed with wavefront-guided intralase femto-second laser in moderate to high astigmatism. BMC Ophthalmology 2016; 16(29): 1-11

5. Agca A, Demirok A, Çankaya KI, Yasa D, Demircan A, Yildirim Y, et al. Comparison of visual acuity and higher-order aberrations after femtosecond lenticule extraction and small-incision lenticule extraction. Contact Lens & Anterior Eye 2014;36(4): 292-6

6. Ye M, Liu C, Liao R, Gu Z, Zhao B, Liao Y. SMILE and wavefront-guided LASIK out-compete other refractive surgeries in ameliorating the induction of high-order aberrations in anterior corneal surface. Hindawi Journal of Ophthalmology 2016:1-7

7. Zhang H, Wang Y, Li H. Corneal spherical aberration and corneal asphericity after small incision lenticule extraction and femtosecond laser-assisted LASIK. Hindawi Journal of Ophthalmology 2017:1-7

8. Agarwal S, Thornell E, Hodge C, Sutton G, Hughes P. Visual outcomes and higher order aberrations following LASIK on eyes with myopia and astigmatism. The Open Ophthalmology Journal 2018;12:84-93

9. Hashemi H, Khabazkhoob M, Jafarzadehpur E, Yekta A, Emamian MH, Shariat M, et al. Higher order aberration in normal adult population. Journal of Current Ophthalmology 2015;27:115-24

10. Khan MS, Humayum S, Fawad A, Ishaq M, Arzoo S, Mashhadi F. Comparison of higher order aberrations in patients with various refractive errors. Pak J Med Sci 2015;31(4): 812-5

11. Coret A, Gatell J, Lara E. Zyoptix. In: Boyd BF, Agarwal S, Agarwal A, Agarwal A, eds. LASIK and Beyond LASIK: Wavefront Analysis and Costumized Ablation. Panama: Highlights of Ophthalmology Int’l; 2002: 379-91

12. Schwiegerling J, Snyder RW, MacRae SM. Optical aberrations and ablation pattern design. In: MacRae SM, Krueger RR, Applegate RA, eds. Costumized Corneal Ablation: The Quest for SuperVision. New Jersey: SLACK Incorporated; 2001:95-107

13. Zhou J, Xu Y, Li M, Knorz M, Zhou X. Preoperative refraction, age and optical zone as predictors of optical and visual quality after advanced surface ablation in patients with high myopia: a cross sectional study. BMJ Open 2018;8:1-6

14. Murube J. The role of different aberrations in wavefront analysis. In: Boyd BF, Agarwal S, Agarwal A, Agarwal A, eds. LASIK and Beyond LASIK: Wavefront Analysis and Costumized Ablation. Panama: Highlights of Ophthalmology Int’l 2002;341-5

15. Buratto L, Slade S, Tavolato M. The preoperative visit. In: Buratto L, Slade S, Tavolato M. LASIK: The Evolution of Refractive Surgery. New Jersey: SLACK Incorporated; 2012:7-25

16. Sinjab MM. Wavefront science. In: Sinjab MM, ed. Five Steps to Start Your Refractive Surgery. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd; 2014:51-78

17. Mirzajani A, Aghataheri S, Ghoreishi M, Jafarzadepour E, Mohammadinia M. Evaluation of corneal higher order aberrations in normal topographic patterns. Journal of Current Ophthalmology 2016;28:75-80

18. Sekundo W, Gertnere J, Bertelmann T. One-year refractive results, contrast sensitivity, high-order aberrations and complications after

Page 8: PERBANDINGAN HIGH ORDER ABERRATION SEBELUM DAN …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2019/02/Perbandingan...dua cara: (1) femtosecond lenticule extraction (FLEx), dimana

8

myopic small-incision lenticule extraction (ReLEx SMILE). Graedes Arch Clin Exp Ophthalmol 2014;252:837-43

19. Resan M, Vukosavljević M, Milivojević M. Wavefront aberrations. In: Rumelt S, ed. Advances in Ophthalmology. Croatia: InTech Europe; 2012:191-2014

20. Jesson M, Arulmozhivarman P, Ganesan AR. Higher order aberrations of the eye in a young Indian population. Asian J of Ophthalmol 2004; 6(2):10-6

21. Yildirim Y, Alagöz C, Demir A, Ölçücü O, Özveren M, Agca A, et al. Long-term results of small-incision lenticule extraction in high myopia. Turk J Ophthalmol 2016;46:200-4

22. Chen X, Wang Y, Zhang J, Yang S, Li X, Zhang L. Comparison of ocular high-order aberrations after SMILE and wavefront-guided femtosecond LASIK for myopia. BMC Ophthalmology 2017;17(42):1-8

23. Denoyer A, Landman E, Trinh L, Faure JF, Auclin F, Baudouin C. Dry eye disease after refractive surgery: comparative outcomes of small incision lenticule extraction versus LASIK. Ophthalmology 2015;122(4):669-76

24. Ganesh S, Batra A.Comparative study of visual outcome between femtosecond LASIK with excimer laser and all femtosecond RELEx small incision lenticule extraction (SMILE). IOSR Jurnal of Dental and Medical Sciences 2015;14(11):44-53

25. Kobashi H, Kamiya K, Shimizu K. Dry eye after small incision lenticule extraction and femtosecond laser-assissted LASIK: meta-analysis. Cornea 2017;36(1):85-91

26. Lu N, Lin F, Huang Z, He Q, Han W. Changes of corneal wavefront aberrations in dry eye patients after treatment with artificial lubricant drops. Hindawi Journal of Ophthalmology 2016:1-11