perbandingan nphr dan p

3
DATA PERFORMA BOILER UP PAITON DENGAN BATUBARA YANG BERBEDA Saat dilakukan test performance dengan batubara full low rank, PLTU Paiton 2 tidak bisa mencapai 400 MW. Komposisi batubara Full Low Rank dengan HHV 4825 kcal/kg menyebabkan daya maksimal generator hanya 367 MW (derating 33 MW). Batubara low rank dengan nilai kalor lebih rendah 8.77% menyebabkan GrossPlant Heat Rate dan Net Plant Heat Rate naik sebesar 10.95% dan 11.36%.Rumus Gross Plant Heat Rate secara sederhana adalah: Saat komposisi low rank coal semakin tinggi maka terlihat bahwa heat rate akan semakin naik dengan semakin rendahnya HHV. Hal ini terjadi karenaterjadi penurunan effisiensi boiler. Dimana semakin rendah nilai kalor (HHV) maka effisiensi boiler akan semakin rendah. Jadi kenaikkan coal flow lebih besar dibandingkan dengan penurunan HHV. Hal ini perlu dipahami karena akan menjadi rancu bila dikatakan bahwa penurunan effisiensi boiler dikarenakan ada kerusakan/gangguan di peralatan. Yang benar adalah terjadipenurunan effisiensi di peralatan karena pengoperasian yang berbeda, sebagaicontoh:- Effisiensi boiler akan turun sebesar 1% bila moisture naik 1%. Jadi dengan batubara low rank maka kenaikkan moisture sebesar 15.55% akan menurunkan effisiensi boiler sebesar 1.55%. Saat menggunakan batubara adaro, dengan nilai kalor yang tinggi maka pada beban penuh hanya 4 mill yang operasi atau 5 mill tetapidengan flow yang rendah (bila ada gangguan pada mill). Tetapi saat menggunakan batubara low rank dengan nilai kalor lebih rendah maka batubara yang masuk ke boiler harus semakin besar sehingga butuh 5mill yang operasi. Hal ini akan menaikkan

Upload: nurul-fitriana-handayani

Post on 25-Jul-2015

201 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbandingan Nphr Dan P

DATA PERFORMA BOILER UP PAITON DENGAN BATUBARA YANG BERBEDA

Saat dilakukan test performance dengan batubara full low rank, PLTU Paiton 2 tidak bisa mencapai 400 MW. Komposisi batubara Full Low Rank dengan HHV 4825 kcal/kg menyebabkan daya maksimal generator hanya 367 MW (derating 33 MW).

Batubara low rank dengan nilai kalor lebih rendah 8.77% menyebabkan GrossPlant Heat Rate dan Net Plant Heat Rate naik sebesar 10.95% dan 11.36%.Rumus Gross Plant Heat Rate secara sederhana adalah:

Saat komposisi low rank coal semakin tinggi maka terlihat bahwa heat rate akan semakin naik dengan semakin rendahnya HHV. Hal ini terjadi karenaterjadi penurunan effisiensi boiler. Dimana semakin rendah nilai kalor (HHV) maka effisiensi boiler akan semakin rendah. Jadi kenaikkan coal flow lebih besar dibandingkan dengan penurunan HHV. Hal ini perlu dipahami karena akan menjadi rancu bila dikatakan bahwa penurunan effisiensi boiler dikarenakan ada kerusakan/gangguan di peralatan. Yang benar adalah terjadipenurunan effisiensi di peralatan karena pengoperasian yang berbeda, sebagaicontoh:-Effisiensi boiler akan turun sebesar 1% bila moisture naik 1%. Jadi dengan batubara low rank maka kenaikkan moisture sebesar 15.55% akan menurunkan effisiensi boiler sebesar 1.55%.

Saat menggunakan batubara adaro, dengan nilai kalor yang tinggi maka pada beban penuh hanya 4 mill yang operasi atau 5 mill tetapidengan flow yang rendah (bila ada gangguan pada mill). Tetapi saat menggunakan batubara low rank dengan nilai kalor lebih rendah maka batubara yang masuk ke boiler harus semakin besar sehingga butuh 5mill yang operasi. Hal ini akan menaikkan pemakaian sendiri untuk mill saat menghitung Net Plant Heat Rate. Penurunan HHV sebesar 1% akan menaikkan laju alir udara di FDFan,PAFan dan IDFan sebesar 1% dan menaikkan power sebesar 3%.Sehingga dengan batubara low rank dengan nilai kalor lebih rendah maka aliran gas buang akan naik dan power untuk fan juga naik. Saat menggunakan batubara low rank, coal reject (pyrite) di mill juga naik sehingga banyak losses yang terbuang.

Dari data-data diatas jelas terlihat bahwa dengan beban generator output yang sama maka energi total yang dibutuhkan oleh boiler adalah berbeda

Page 2: Perbandingan Nphr Dan P

bila nilai kalor batubara juga berbeda. Jadi perubahan HHV akan sangat mempengaruhi effisiensi boiler dan plant secara keseluruhan. Membandingkan effisiensi plant berbahan bakar batubara harus melihat nilai kalor yang dipakai. Hal ini berbeda sekali bila dibandingkan dengan boiler yang berbahan bakar gas atau minyak dimana nilai kalor bahan bakar tidak bervariasi terlalu jauh. Dari data yang ada, terdapat hubungan yang sangat erat antara nilai kalor dengan NPHR. Semakin rendah nilai kalor batubara maka nilai NPHR juga akan semakin tinggi.

Dari data pengoperasian sejak tahun 1998 sampai 2004 diperoleh hubungan yang signifikan antara nilai HHV dengan NPHR.

Dari perhitungan denganpersamaan linear diperoleh persamaan bahwa penurunan nilai HHV sebesar 1% akan menaikkan nilai NPHR sebesar 1.08% (Gambar 12).

Saat ini dalam operasional sehari-hari, komposisi penggunaan batubara highrank dibanding low rank adalah 60%:40%.

Pada komposisi tersebut, PLTUPaiton masih bisa mencapai 400 MW walaupun dengan kondisi pulverizer danfan yang cukup mendekati kemampuan maksimal.

Semakin tinggi persentase low rank, maka nilai kalor batubara mixing juga akan semakin rendah. Otomatis SFC akan naik tetapi secara biaya bahan bakar lebih menguntungkan.

Page 3: Perbandingan Nphr Dan P