perbandingan sifat kolorimetri dua senyawa kompleks besi (iii) tiosianat dengan besi (ii)...

22
Percobaan 2 Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin Kelompok ; 1 Ahmad Fadlul Munim (110332406438) Ali Wafa (110332421005) Andi Hidayatullah (110332421006) Anggie Puspita (110332406434) Jurusan Kimia

Upload: anggie-puspita

Post on 26-Dec-2015

559 views

Category:

Documents


73 download

DESCRIPTION

Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

TRANSCRIPT

Page 1: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

Percobaan 2

Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi

(III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

Kelompok ; 1

Ahmad Fadlul Munim (110332406438)

Ali Wafa (110332421005)

Andi Hidayatullah (110332421006)

Anggie Puspita (110332406434)

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang

12 September 2014

Page 2: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

1. Latar Belakang

Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan warna.  Metode

kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan.  Biasanya cahaya putih digunakan

sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap suatu zat. Salah

satu alat yang digunakan untuk mengukur perbandingan warna yang tampak adalahkolorimeter.

Selain kolorimetri, metode lain yang menggunakan warna sebagai pembanding

adalah spektofotometri. Kelebihan metode kolorimetri adalah kemudahannya dalam menetapkan

kuantitas zat yang sangat kecil.  Metode kolorimetri biasa digunakan dalam

analisis kimia. Metode kolorimetri memiliki batas atas pada penetapan konstituen yang ada

dalam kuantitas yang kurang dari satu atau dua persen. Salah satu faktor utama dalam metode

kolorimetri adalah intensitas warna yang harus proporsional dengan konsentrasinya.Kolorimetri

dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorbansi relative cahaya

sehubungan dengan konsentrasi zat tersebut.

Metode kolorimetri dan spektrofotometri merupakan salah satu metode yang penting dalam

analisa kuantitatif. Kedua metode ini didasarkan atas penyerapan cahaya tampak dan radiasi lain

oleh suatu larutan, jumlah radiasi yang diserap berbandign lurus dengan konsentrasi zat yang ada

dalam larutan. Analisa kolorimetri adalah penentuan kunatitatif suatu zat berwarna dari

kemampuannya untuk menyerap cahaya. Pada kolorimetri cahaya yang digunakan adalah cahaya

Nampak, yaitu cahaya yang meliputi panjang gelombang antara 400 hingga 750 nm.

Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih

terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan yang

lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau

sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya

panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada

didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga

untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang

lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk

penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi. Metode

spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna.

Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang

Page 3: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat

berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.

Contohnya ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya

kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada

keadaan yang sama.

Pembentukan bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan bila senyawa

yang dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak. Dalam hal demikian

senyawa tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi (III) warnanya

sangat lemah (kuning) sehingga serapannya kecil. Untuk itu perlu direaksikan dengan pereaksi

tertentu misalnya 1,10 fenantrolin atau potasium tiosianat, sehingga memberikan warna yang

menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil. Pereaksi

yang menimbulkan warna itu harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

1. Reaksinya dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif.

2. Tak boleh membentuk warna dengan zat – zat lain yang ada didalam larutan.

3. Warna yang ditimbulkan harus stabil untuk jangka waktu yang lama.

4. Pembentukan warna yang dianalisa harus cepat

5. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam daerah spectrum dimana dilakukan

pengukuran.

Selain dari itu larutan yang diukur absorbannya secara ideal harus memiliki lima sifat-sifat

dibawah ini :

1. Kestabilan warna untuk waktu yang cukup guna memungkinkan pengukuran absorbans

dengan teliti.

2. Warna larutan yang diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warnanya

harus cukup tua) yang berarti absortivitas molarnya besar.

3. Warna larutan yang bakan diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi

kecil dalam nilai pH, suhu , dan kondisi-kondisi lain.

4. Hasil reaksi yang berwarna itu harus dapat larut dalam pelarutyang dipakai.

5. System yang berwarna itu harus memenuhi hokum Lambert-Beer.

Page 4: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

2. Langkah Kerja

Bagian 1. Sistim Besi (III)-tiosianat

1. Pengaruh Waktu terhadap Absorbans Mutlak (Kestabilan Warna)

Dengan menggunakan pipet ukur, dipipet sebanyak 2,5 mL larutan induk besi (III)

klorida dimasukkan kedalam labu takar 50 mL. Selanjutnya ditambahkan 1,5 mL

NH4SCN jenuh dan diencerkan hingga tanda batas dengan akuades. Kemudian dengan

segera diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480nm, dicatat absorbans

dengan waktu pengukuran larutan. Dilakukan pengukuran absorbans pada panjang

gelombang yang sama dengan mencatat waktu setiap 15 menit dalam jangka waktu 2

jam. Setelah diperoleh hasil, dialurkan (plot) absorbans terhadap waktu (dalam menit).

2. Pengaruh pH terhadap Absorbans

pH = 0

Dimasukkan dengan tepat 2 mL larutan induk Fe (III) ke dalam labu takar 50 mL dengan

menggunakan biuret. Ditambahkan 1 mL larutan jenuh NH4SCN dan 4 mL larutan HCl

pekat yang selanjutnya diencerkan hingga tanda batas dengan akuades. Dikocok larutan

dan dengan segera dilakukan pengukuran absorbans larutan pada panjang gelombang 480

nm.

pH = 1

Dimasukkan dengan tepat 2 mL larutan induk Fe (III) ke dalam labu takar 50 mL dengan

menggunakan biuret. Ditambahkan 1,5 mL larutan jenuh NH4SCN dan 7 tetes larutan

HCl pekat yang selanjutnya diencerkan hingga tanda batas dengan akuades. Dikocok

larutan dan dengan segera dilakukan pengukuran absorbans larutan pada panjang

gelombang 480 nm. Disimpan larutan ini untuk percobaan ke 3.

pH bervariasi

Dibuat 3 larutan dengan berbagai pH sebagai berikut kepada 2 mL larutan induk Fe (III)

dan 1 mL larutan jenuh NH4SCN dalam labu takar 50 mL. Larutan 1 ditambahkan 3 tetes

NaOH 4M dan diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades kemudian dengan segera

diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480 nm. Larutan 2 ditambahkan 4

tetes NaOH 4 M dan diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades kemudian dengan

segera diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480 nm. Larutan 3 ditambahkan

5 tetes NaOH 4 M dan diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades kemudian dengan

Page 5: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

segera diukur absorbans larutan pada panjang gelombang 480 nm. Selanjutnyta diukur

semua pH larutan 1 sampai 3 dengan mengghunakan kertas indicator universal. Setelah

diperoleh hasil, dialurkan absorbans terhadap pH pada percobaan ini.

3. Pengaruh Anion terhadap Absorbans

Diambil larutan pH 1 yang telah disimpan, dimasukkan kedalam kuvet dan ditambahkan

sebutir kecil NaF dikocok dengan kuat. Selanjutnya diukur absorbans larutanpada

panjang gelombang 480 nm. Apabila ternyata tidak ada perubahan nilai absorbans,

ditambahkan lagi sebutir NaF dan diulang pengocokan dan diukur kembali absorbansnya.

Segera sesudah itu dibilas kuvet sebersih mungkin dengan air dan akuades. Dimasukkan

lagi larutan pH 1 ke dalam kuvet dan ditambahkan sebutir kecil Natrium oksalat dan

diukur absorbans larutan. Diulangi perlakuan yang sama seperti diatas dengan

menambahkan Natrium tartrat dan Kalium dihidrogen fosfat. Dicatat hasil absorbans

yang diperoleh.

Bagian II. Sistim Besi (III) Ortofenantrolin

1. Pengaruh Waktu terhadap Absorbans Mutlak (Kestabilan Warna)

Dengan menggunakan pipet ukur, dipipet sebanyak 2 mL larutan induk besi (III)

dimasukkan kedalam labu takar 50 mL. Selanjutnya ditambahkan 0,5 mL 10%

NH2OH.HCl diputar-putar labu ukur untuk beberapa detik lamanya, lalu dibiarkan selama

1 atau 2 menit. Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan 0,3% ortofenantrolin. Dimasukkan

secarik kertas congo kedalam larutan dan diteteskan larutan NaOAc 2 M hingga kertas

indicator berubah warna dari biru menjadi merah. Selanjutnya diencerkan larutan hingga

tanda batas dengan akuades dan dikocok dengan baik. Kemudian diukur absorbans

larutan pada panjang gelombang 512 nm dengan blanko akuades, dicatat absorbans

dengan waktu pengukuran larutan. Dilakukan pengukuran absorbans pada panjang

gelombang yang sama dengan mencatat waktu setiap 15 menit dalam jangka waktu 2

jam. Setelah diperoleh hasil, dialurkan (plot) absorbans terhadap waktu (dalam menit).

Disimpan sisa larutan yang tidak digunakan untuk percobaan 3.

2. Pengaruh pH terhadap Absorbans Mutlak

Disiapkan 5 buah labu ukur 50 mL. Diukur absorbans dari lima larutan dibawah ini yang

pH nya berbeda pada panjang gelombang 512 nm.

Page 6: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

pH = 1,7

Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5

mL NH2OH.HCl. Diputar-putar labu ukur selama beberapa detik dan dibiarkan selama 1

hingga 2 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan diencerkan sampai

tepat 50 mL dengan akuades , dikocok dengan baik selanjutnya dengan segera diukur

absorbansnya.

pH = 2

Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5

mL NH2OH.HCl. Diputar-putar labu ukur selama beberapa detik dan dibiarkan selama 1

hingga 2 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan ditambahkan

beberapa tetes NaOAc 2M hingga warna merah mulai timbul. Selanjutnya diencerkan

sampai tepat 50 mL dengan akuades , dikocok dengan baik dan dengan segera diukur

absorbansnya.

pH = 5

Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5

mL NH2OH.HCl. Diputar-putar labu ukur selama beberapa detik dan dibiarkan selama 1

hingga 2 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan dimasukkan kertas

congo dalam larutan, ditambahkan beberapa tetes NaOAc 2M hingga warna kertas

berubah dari biru menjadi merah. Selanjutnya diencerkan sampai tepat 50 mL dengan

akuades , dikocok dengan baik dan dengan segera diukur absorbansnya.

pH = 9

Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5

mL NH2OH.HCl. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan ditambahkan

larutan NH3 pekat setetes demi setetes hingga larutan bersifat basa terhadap kertas

lakmus. Selanjutnya diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades , dikocok dengan

baik dan dengan segera diukur absorbansnya.

pH = 12

Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk Fe (III) kedalam labu ukur 1 dan ditambahkan 0,5

mL NH2OH.HCl. Kemudian ditambahkan 1 mL 0,3% larutan o-fen dan ditambahkan 7

tetes larutan NaOH 4M. Selanjutnya diencerkan sampai tepat 50 mL dengan akuades ,

dikocok dengan baik dan dengan segera diukur absorbansnya.

Page 7: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

Setelah diperoleh hasil, dialurkan absorbans terhadap pH masing-masing kelima larutan

ini.

3. Pengaruh Anion terhadap Absorbans Mutlak

Diambil larutan pada percobaan 1 bagian II yang telah disimpan, dimasukkan kedalam

kuvet dan ditambahkan sebutir kecil fluoride dikocok dengan kuat. Selanjutnya diukur

absorbans larutan pada panjang gelombang 512 nm. Apabila ternyata tidak ada perubahan

nilai absorbans, ditambahkan lagi sebutir fluoride dan diulang pengocokan dan diukur

kembali absorbansnya.

Segera sesudah itu dibilas kuvet sebersih mungkin dengan air dan akuades. Dimasukkan

lagi larutan pH 1 ke dalam kuvet dan ditambahkan sebutir kecil oksalat dan diukur

absorbans larutan. Diulangi perlakuan yang sama seperti diatas dengan menambahkan

tartrat dan Kalium dihidrogen fosfat. Dicatat hasil absorbans yang diperoleh.

3. Data Pengamatan

Bagian I. Sistim Besi (III)-tiosianat

1. Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans (Kestabilan Warna)

No. t (menit) Absorbansi (A)

1. 15 0,481

2. 30 0,468

3. 45 0,455

4. 60 0,443

5. 75 0,431

6. 90 0,420

7. 105 0,408

8. 120 0,397

Page 8: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

2. Pengaruh pH terhadap Absorbansi

No. pH Absorbansi (A)

1. 0 0,301

2. 1 0,397

3. 3 tetes NaOH 0,346

4. 4 tetes NaOH 0,214

5. 5 tetes NaOH 0,013

3. Pengaruh anion terhadap Absorbansi

No. Nama Anion Absorbans (A)

1. NaF 0,060

2. Na-oksalat 0,036

3. Na-tartrat 0,366

4. K-dihidrogen fosfat 0,309

Bagian II. Sistim Besi (III)-ortofenantrolin

1. Pengaruh waktu terhadap Absorbans (Kestabilan Warna)

No. T (menit) Absorbans (A)

1. 15 0,267

2. 30 0,301

3. 45 0,337

4. 60 0,356

5. 75 0,366

6. 90 0,356

7. 105 0,356

8. 120 0,366

Page 9: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

2. Pengaruh pH terhadap Absorbansi

No. mL o-fen Absorbans (A)

1. 1,7 0,142

2. 2,0 0,075

3. 5,0 0,148

4. 9,0 0,408

5. 12,0 0,494

3. Pengaruh Anion terhadap Absorbansi

No. Nama Anion Absorbans (A)

1. NaF 0,552

2. Na-oksalat 0,366

3. Na-tartrat 0,496

4. K-dihidrogen fosfat 0,366

4. Analisis dan Pembahasan

1. Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak (Kestabilan Warna)

Sistem Besi(III) Tiosianat

Dalam percobaan ini larutan induk 2,5 ml Besi(III) klirida ditanbah 1,5 ml NH4SCN

kemudian diencerkan dalam labu takar 50 ml diperoleh larutan berwarna merah bata. Larutan

merah bata tersebut merupakan Besi(III) Tiosianat. Dalam hal ini pereaksi pembentuk warna

adalah NH4SCN dan kemudian diukur absorban larutan tiap 15 menit selama 2 jam. Dari hasil

percobaan dapat diperoleh kurva seperti ditunjukan dibawah:

Page 10: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

0 20 40 60 80 100 120 1400

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

f(x) = − 0.000797619047619048 x + 0.491714285714286R² = 0.999198682277523

Kurva Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak

Besi(III) Tiosianat

AbsorbansLinear (Absorbans)

Waktu (menit)

Abso

rban

s

Berdasarkan Kurva diatas nilai A tiap 15 menit selama 2 jam mengalami penurunan

secara teratur. Namun nilai A yang ditunjukkan tiap 15 menit dalam rentang yang kecil sekitar

0,01 selama 2 jam. Hal ini bisa disimpulkan Kesetabilan warna dari Besi(III) Tiosianat dapat

bertahan dalam waktu yang cukup lama.

Sistem Besi(III) Ortofenantrolin

Dalam percobaan ini larutan induk 2 ml Besi(III) klirida ditanbah 0,5 ml NH2OH.HCl

dan 1ml o-fen kemudian diencerkan dalam labu takar 50 ml diperoleh larutan berwarna merah

bata. Larutan merah bata tersebut merupakan Besi(III) Ortofenantrolin. Dalam hal ini pereaksi

pembentuk warna adalah o-fen dan kemudian diukur absorban larutan tiap 15 menit selama 2

jam. Dari hasil percobaan dapat diperoleh kurva seperti ditunjukan dibawah:

Page 11: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

0 20 40 60 80 100 120 1400

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

f(x) = 0.000847619047619048 x + 0.285035714285714R² = 0.578143532288378

Kurva Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak

Besi(III) Ortofenantrolin

AbsorbanLinear (Absorban)

Waktu (menit)

Abso

rban

s

Berdasarkan Kurva diatas nilai A tiap 15 menit selama 2 jam mengalami naik turun secara tidak

teratur. Namun nilai A yang ditunjukkan tiap 15 menit dalam rentang sekitar 0,03 selama 2 jam.

Hal ini bisa disimpulkan Kesetabilan warna dari Besi(III) Ortofenantrolin tidak dapat bertahan

dalam waktu yang cukup lama.

2. Pengaruh pH terhadap absorbansi Mutlak

Dalam percobaan kali ini yaitu pengaruh pH terhadap absorbansi Mutlak dengan variasi

pH yang berbeda pada panjang gelombang 512 nm dengan prosedur yang sudah ditetapkan

diatas, maka dapat diperoleh hasil nilai besaran absorbansi yang selanjunya diaplikasikan dalam

bentuk kurva sebagai berikut :

Page 12: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

0 1 2 3 4 5 60

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

f(x) = − 0.0551511627906977 x + 0.397593023255814R² = 0.576153962468732

Kurva Pengaruh pH terhadap Absorbansi Besi (III) Tiosianat

AbsorbansLinear (Absorbans)

pH

Abso

rban

s

0 2 4 6 8 10 12 140

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

f(x) = 0.0398327368525698 x + 0.0167935430957352R² = 0.931056733515278

Kurva Pengaruh pH terhadap Absorbansi Besi (III) Ortofenantrolin

AbsorbansLinear (Absorbans)

pH

Abso

rban

s

Page 13: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

Dari dua bentuk kurva yang diperoleh dalam proses analisis, dapat ditarik beberapa pembahasan

antara sistim Besi (III) tiosianat dengan sistim Besi (III) Ortofenantrolin.Pada kurva sistim Besi

(III) tiosianat dapat dilihat warna yang terbentuk tetap dan tidak mudah berubah artinya bahwa

nilai absorbansi ini sulit untuk dipengaruhi pH. Sehingga, Besi (III) tiosianat memiliki tingkat

kesetabilan yang cukup tinggi dalam suasana asam dibandingkan dengan Besi (III)

Ortofenantrolin yang dapat teridentifikasi dengan besarnya rentangan nilai absorbansi. Hal ini

terjadi pada Besi (III) Ortofenantrolin pengaruh pH cukup besar dan membuat tingkat

kesetabilan yang lebih rendah.

Sebaliknya ketika dalam suasana basa, Besi (III) Ortofenantrolin dapat mempertahankan

warnanya yang menyebabkan pergeseran nilai absorbansi lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan

bahwa senyawa Besi (III) Ortofenantrolin memiliki tingkat kesetabilan yang cukup tinggi ketika

dibandingkan dengan Besi (III) tiosianat.

3. Pengaruh anion terhadap absorbansi

Dalam percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh anion terhadap kesetabilan

senyawa kompleks. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan larutan besi(III)tiosianat

dan besi(III)o-fenantrolin. Selanjutnya masing-masing larutan dimasukkan kedalam kuvet dan

ditambah sedikit NaF sambil di kocok hingga larut. Setelah NaF larut kedua larutan di ukur

absorbansinya. Lalu percobaan tersebut diulangi lagi dengan mengganti NaF dengan Na-oksalat,

Na-tartrat, dan kalium dihidrogen fosfat.

Dari percobaan diatas diperoleh data sebagai berikut:

No. Anion A [Besi(III)tiosianat] A [Besi(III)o-fenantrolin]

1 Florida 0,060 0,552

2 Oksalat 0,036 0,366

3 Tartrat 0,366 0,496

4 Dihidrogen fosfat 0,309 0,366

Dari data pengatan diatas nilai absorbansi pada besi(III)o-fenantrolin mempunyai

pergeseran yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa besi(III)o-fenantrolin tidak mudah

Page 14: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

dipengaruhi oleh anion. Karena pada hasil percobaan tersebut besi(III)o-fenantrolin dapat

mempertahankan nilai absorbansi pada penambahan beberapa anion. Sehingga dapat

disimpulkan pada senyawa kompleks besi(III)o-fenantrolin lebih stabil jika dibandingkan dengan

besi(III)tiosianat.

5. Kesimpulan

Sifat kolorimetri pada dua senyawa kompleks besi (III) tiosianat dengan besi (III) ortofenantrolin

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengaruh waktu kestabilan warna senyawa kompleks Besi (III) tiosianat lebih

tinggi dibandingkan dengan senyawa kompleks Besi (III) ortofenantrolin.

2. Kestabilan warna Besi (III) tiosianat dalam suasana asam tidak mudah dipengaruhi oleh pH

dibandingkan dengan besi (III) ortofenantrolin. Sedangkan dalam suasana basa kestabilan

warna Besi (III) ortofenantrolin lebih tinggi atau tidak mudah dipengaruhi pH dibandingkan

Besi (III) tiosianat.

3. Besi(III)o-fenantrolin tidak mudah dipengaruhi oleh anion dibandingkan Besi (III) tiosianat.

Sehingga dapat disimpulkan pada senyawa kompleks besi(III)o-fenantrolin lebih stabil jika

dibandingkan dengan besi(III)tiosianat.

6. Daftar Pustaka

Buku Petunjuk Praktikum Analisis Spektrofotometri. Jurusan Kimia ITB. Bandung.

Christian, G.D. 1977. Analytical Chemistry.Canada: John Wiley & Sons.

Fritz, J.S. and G.H. Schenk. 1979. Quantitative Analytical Chemistry, 4th Ed.. Boston: Allynand

Bacon, Inc.

Skoog, D.A. 1980. Principles of Instrumental Analysis. Holt-Saunders International Edition.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kolorimetri (diakses pada 17 September 2014

Page 15: Perbandingan Sifat Kolorimetri Dua Senyawa Kompleks Besi (III) Tiosianat dengan Besi (II) Fenantrolin

Tugas

1.

0 20 40 60 80 100 120 1400

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Kurva Pengaruh Waktu Terhadap Absorbans Mutlak

Besi(III) Tiosianat

Absorbans

Waktu (menit)

Abso

rban

s

Senyawa kompleks dengan sifat kolorimetri yang baik kestabilan tinggi, memiliki kurva yang

cenderung konstan (linier). Hal ini dikarenakan senyawa kompleks yang stabil absorbansinya

tidak berubah (tetap) oleh pengaruh waktu.

2. Fungsi pereaksi-pereaksi berikut :

Natrium asetat : untuk mengatur pH sehingga warna kompleks Fe (II)-o-fen dapat

terbentuk lebih cepat

Hidroksilamin hidroklorida : untuk mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II) yang akan membentuk

kompleks yang lebih baik dengan ortofenantrolin

Lampiran