perbedaan kejadian insomnia pada lansia yang …eprints.ums.ac.id/63612/12/naskah publikasi...

17
PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : NOVITA TYAS WULANDARI J 210.140.093 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: trinhcong

Post on 01-Jul-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG

TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL

BERSAMA KELUARGA

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

NOVITA TYAS WULANDARI

J 210.140.093

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

i

Page 3: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

ii

Page 4: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

iii

Page 5: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

1

PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL

DI PANTI WREDHA DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA

KELUARGA

Abstrak

Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan untuk

memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur, dan rasa tidak puas dengan

tidurnya. Gangguan tidur sering ditemukan pada lansia yang tinggal di panti

jompo, terutama lansia yang biasa bekerja dan setelah di panti jompo tidak

bekerja,suasana berkabung, atau hidup sendiri tanpa keluarga. Dari berbagai

masalah yang terjadi pada lansia, keluarga merupakan support system utama bagi

lanjut usia dalam mencegah timbulnya insomnia. Dukungan keluarga mempunyai

peran aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan lansia,

namun beberapa keluarga lebih memilih untuk menitipkan lansia di panti jompo

saat perawatan dirumah dirasakan semakin sulit. Tinggal di panti dapat

memberikan kesenangan bagi lansia karena kebersamaan yang baik dengan teman

sebaya dapat mengubur rasa kesepian yang biasa dialami lansia. Namun, jauh dari

lubuk hati mereka merasa lebih nyaman berada di dekat keluarganya. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian insomnia antara lansia yang

tinggal di Panti Wredha dengan yang Tinggal Bersama Keluarga. Penelitian ini,

menggunakan metode Observasional analitik, melalui pendekatan cross sectional.

Sampel diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 31 sampel kelompok

lansia yang tinggal di panti dan 31 lansia yang tinggal bersama keluarga. Penelitia

ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dan Posyandu Lansia

Puspasari Abadi V Nilasari, Desa Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. Analisa data

yang digunakan dalam penelitian ini dengan uji Mann Whitney U dengan hasil

nilai signifikasi (ρ=0,013 < α=0,05) yang berarti terdapat perbedaan rerata yang

signifikan antara kejadian insomnia pada lansia yang tinggal di panti wredha

dengan yang tinggal bersama keluarga.

Kata kunci: Insomnia, Lansia

Abstract

Insomnia is a condition where a person has difficulty to start sleeping, difficulty to

maintain sleep, and dissatisfaction with sleep. Sleep disturbance is often found in

elderly people living in nursing homes, especially the elderly who usually work

and after the nursing home is not working, the mourning atmosphere, or living

alone without family. Of the various problems that occur in the elderly, the family

is the main system support for elderly in preventing the onset of insomnia. Family

support has an active role in maintaining and improving the health status of the

elderly, but some families prefer to leave the elderly in nursing homes when home

care is felt increasingly difficult. Living in the orphanage can give pleasure to the

elderly because good togetherness with peers can bury the loneliness that is

usually experienced by the elderly. However, far from their hearts feel more

comfortable to be near his family. This study aims to determine the difference

between insomnia occurrence of elderly living in Panti Wredha and Living with

Family. This research, using analytic observational method, through cross

Page 6: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

2

sectional approach. The sample was taken by purposive sampling technique as

many as 31 samples of elderly group living in the orphanage and 31 elderly living

with family. The research was conducted in Panti Wredha Dharma Bhakti

Surakarta and Posyandu Lansia Puspasari Abadi V Nilasari, Gonilan Village,

Kartasura, Sukoharjo. Data analysis used in this study with Mann Whitney U test

with the result of significance value (ρ = 0,013 <α = 0,05) which mean there is

significant difference between insomnia incidence in elderly living in orphanage

with living with family.

Keywords: Insomnia, Elderly

1. PENDAHULUAN

Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

(Lansia) menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seorang yang telah mencapai usia

60 tahun keatas, baik pria maupun wanita (Padila, 2013). Pada tingkat lansia,

individu banyak mengalami perubahan secara biologis, psikologis, dan sosial,

khususnya kemunduran berbagai fungsi dan kemampuan yang dahulu pernah

dimiliki. Proses penuaan antara lain perubahan penampilan fisik, penurunan daya

tahan tubuh, dan penurunan berbagai fungsi organ yang mengancam kesehatan

lansia. Mereka juga harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan

sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Kondisi tersebut

menyebabkan seorang lansia lebih rentan untuk mengalami berbagai masalah

kesehatan.

Populasi lansia secara global diprediksi akan terus mengalami

peningkatan. Setelah tahun 2100 populasi lansia di Indonesia diprediksi

mengalami peningkatan lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia. Prosentase

sebaran populasi lansia di seluruh provinsi di Indonesia, provinsi Jawa Tengah

mendapat rangking 2 yang mempunyai jumlah populasi lansia terbanyak

(Kemenkes RI, Pusdatin;, 2016). Semakin meningkatnya populasi lansia, maka

memungkinkan semakin meningkat pula permasalahan-permasalahan kesehatan

lebih banyak terjadi pada lansia, insomnia salah satunya.

Menurut penelitian Sayekti dan Hendrati (2015), prevalensi insomnia pada

lansia cukup tinggi, yaitu lebih dari 60% lansia mengalami insomnia. Munculnya

gangguan ini seringkali diabaikan. Penelitian ini dilakukan secara observasional

analitik dengan desain penelitian case control. Lokasi penelitian di Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Jombang dan dilakukan pada 40 orang lansia. Sedangkan

Page 7: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

3

menurut, survey penelitian Soamole (2017), yang dilakukan di Dukuh Ngebel,

Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta didapatkan hasil 90% lansia mengalami

insomnia. Munculnya insomnia ini, disertai dengan riwayat penyakit tertentu.

Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling sering

dikeluhkan di dunia praktik kedokteran. Insomnia dapat didefinisikan sebagai

kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun pagi, serta

mengantuk di siang hari. Gangguan tidur dapat menyerang semua golongan usia,

namun lebih sering menjadi keluhan masalah psikologis yang umum di kalangan

lansia (Kim, et al., 2013). Namun beberapa artikel mengatakan bahwa angka

kejadian insomnia akan meningkat seiring bertambahnya usia. Dengan kata lain,

gejala insomnia sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia) bahkan hampir

setengah dari jumlah lansia dilaporkan mengalami kesulitan memulai tidur dan

mempertahankan tidurnya (Stanley M, 2007).

Berdasarkan berbagai permasalahan insomnia yang terjadi pada lansia

tersebut, keluarga merupakan support system utama bagi usia lanjut dalam

mencegah timbulnya insomnia pada lansia. Peran keluarga dalam perawatan usia

lanjut antara lain menjaga atau merawat usia lanjut, mempertahankan dan

meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta

memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi usia lanjut.

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai

oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangan usia lanjut. Keluarga diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan biologis, imperative (saling menguatkan), budaya dan

aspirasi, serta nilai nilai keluarga (Jaya & Rosmina, 2010).

Tempat tinggal dan lingkungan merupakan hal yang penting karena

mempunyai dampak utama pada kesehatan lansia. Keluarga harus terlibat aktif

dalam mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan lansia (Nugroho,

Keperawatan Gerontik & Geriatrik, 2015). Dukungan keluarga yang baik tentunya

berdampak pada status kesehatan lansia yang baik pula. Seorang lansia akan

merasakan lebih nyaman dan tentram jika berada di dekat keluarga, psikologis

lansia akan terjaga sehingga lansia bisa menikmati masa tuanya dengan bahagia.

Namun, Beberapa keluarga mempertimbangkan untuk menggunakan perawatan

jompo saat perawatan di rumah dirasakan semakin sulit. Para lansia yang

dititipkan di panti pada dasarnya memiliki sisi negatif dan positif. Diamati dari

sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan bagi lansia.

Page 8: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

4

Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan

tersendiri sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang biasanya

mereka alami. Akan tetapi jauh di lubuk hati mereka merasa jauh lebih nyaman

berada di dekat keluarganya (Maryam, Ekasari, Rosidawati, & Jubaedi. A, 2008).

Lansia yang tinggal dipanti cenderung mengalami penurunan psikologis

karena kurang mendapatkan dukungan keluarga, sehingga dapat memunculkan

berbagai masalah kesehatan salah satunya insomnia karena keluarga merupakan

sistem pendukung utama bagi lansia. Apabila terjadi suatu masalah, keluarga

menjadi tujuan pertama lansia untuk meminta pertolongan, setelah itu teman dan

tetangga, sedangkan tempat pelayanan sosial merupakan pilihan terakhir

(Abdullah, Arsin, & Yahya, 2012). Dukungan keluarga sangat penting terutama

jika terjadi perubahan fisik atau fungsi mental lansia dan keluarga memegang

tanggung jawab untuk menolong lansia mengidentifikasi masalahnya dari

berbagai sumber.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan metode

Observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antar

variabel, yang diukur satu kali dalam waktu yang bersamaan dan tidak ada follow-

up (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan Cross

sectional yaitu dalam penelitian faktor pengaruh dan hal yang dipengaruhi diukur

satu kali dalam waktu yang bersamaan, setiap subyek hanya dikenai satu kali

pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono

& Anggraeni, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah 79 lansia yang tinggal

di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dan 35 lansia yang tinggal bersama

keluarga di wilayah Posyandu Lansia Puspasari Abadi V Nilasari, Desa Gonilan.

Sampel yang digunakan masing-masing kelompok 31 sampel dengan teknik

pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Pada penelitian ini

instrument yang digunakan untuk mengukur kejadian insomnia menggunakan

kuesioner Insomnia Rating Scale yang dikembangkan oleh Kelompok Studi

Psikiatri Biologik Jakarta (KSPBJ).

Page 9: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Distribusi Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Responden menurut jenis kelamin umur, pekerjaan,

pendidikan

3.2 Analisis Univariat

Tabel 2. Data Statistik Insomnia

Data Statistik Lansia Tinggal

Bersama Keluarga

LansiaTinggal di

Panti

Skor terendah 9 8

Skor tertinggi 21 23

Rata-rata 15,19 16,84

Median 15,00 17,00

Standar Deviasi 3,66 3,84

No. Karakteristik Responden

Lansia Tinggal

Bersama Klg Lansia Tinggal di Panti

Frek % N Frek % N

1. JENIS KELAMIN 31 31

Laki-laki 11 35,5 11 35,5

Perempuan 20 64,5 20 64,5

2. UMUR 31 31

60 – 65 tahun 16 51,6 8 25,8

66 – 70 tahun 7 22,6 9 29,0

71 – 75 tahun 5 16,1 4 12,9

≥76 tahun 3 9,7 10 32,3

3. TINGKATPENDIDIKAN 31 31

Tidak sekolah 0 0,0 18 58,1

SD 3 9,7 3 9,7

SMP 6 19,4 7 22,6

SMA 11 35,5 3 9,7

Diploma 6 19,4 0 0,0

Perguruan Tinggi 5 16,1 0 0,0

Page 10: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

6

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Insomnia

INSOMNIA

Lansia Tinggal Bersama

Keluarga Lansia Tinggal di Panti

Frek % Frek %

Tidak 0 0,0 0 0,0

Ringan 11 35,5 2 6,5

Sedang 12 38,7 15 48,4

Berat 8 25,8 14 45,2

3.3 Analisis Bivariat

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-

Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hasil Tinggal panti .292 31 .000 .750 31 .000

Tinggal bersama klg .228 31 .000 .803 31 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Hasil Based on Mean .908 1 60 .345

Based on Median .577 1 60 .450

Based on Median and with

adjusted df .577 1 59.961 .450

Based on trimmed mean .910 1 60 .344

Tabel 6. Hasil Uji Mann Whitney U insomnia

Tempat Tinggal Mean Nilai Z p value Kesimpulan

Di panti 36,77 -2,477 0,013 Ho ditolak

Bersama Keluarga 26,23

Page 11: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

7

3.4 Karakteristik Responden

3.4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin menunjukkan pada kedua

kelompok sebagian besar adalah perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden adalah perempuan sehingga sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh para ahli dan hasil penelitian terdahulu. Sebuah penelitian

menyimpulkan lansia yang mengalami insomnia kategori tinggi paling banyak yaitu

perempuan. Perempuan lebih memiliki kemungkinan untuk mengalami mimpi

buruk, kesulitan tidur dan sering terbangun dibandingkan pria. Secara psikologis

perempuan memiliki mekanisme koping yang lebih rendah dibandingkan laki-laki

dalam mengatasi masalah, dengan adanya gangguan secara psikologis tersebut maka

wanita akan mengalami suatu kecemasan, jika kecemasan itu berlanjut maka akan

mengakibatkan seseorang lansia perempuan lebih sering mengalami kejadian

insomnia dibandingkan laki-laki (Nengah I & Istri Aa, 2014).

Menurut penelitian Hantsoo (2013) mengemukakan bahwa insomnia secara

tidak proporsional mempengaruhi pada perempuan, dibandingkan dengan laki-laki.

Sebuah meta-analisis dari 31 studi yang terdiri lebih dari satu juta peserta

menemukan bahwa wanita menderita insomnia secara signifikan lebih banyak dari

pada laki-laki. Perbedaan jenis kelamin pada persepsi stres dan respon dapat

mendorong lebih tinggi insomnia pada wanita. Dalam sebuah penelitian sebagian

besar kejadian yang penuh stres dan mengalami insomnia, pria dan wanita

melaporkan angka yang sama dari kehidupan yang penuh stres.

Namun, perempuan dinilai lebih stres. Perempuan juga lebih cenderung untuk

kesulitan tidur dan malam hari terbangun daripada pria. Meningkat reaktivitas

emosional yang negatif pada wanita dapat menyebabkan perbedaan gender pada

insomnia. Penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih emosi terhadap stres atau

rangsangan negatif daripada pria. Dalam penelitian ini sebagian besar responden

adalah perempuan, hal ini disebabkan kebetulan saja responden yang terpilih dalam

penelitian sebagian besar adalah perempuan.

3.4.2 Karakteristik Umur Responden

Distribusi frekuensi umur responden pada kedua kelompok menunjukkan sebagian

besar berumur 60 - 65 tahun. Pertambahan umur lansia berhubungan terjadinya

degenerasi fisik dan psikologis seseorang termasuk perubahan peran sosial.

Page 12: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

8

Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada pola hidup lansia termasuk

timbulnya insomnia. Arysta (2013) menjelaskan bahwa bertambahnya umur, lansia

sudah tidak produktif lagi, dengan kata lain gejala insomnia sering terjadi pada

lanjut usia. Bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkan mengalami

kesulitan memulai tidur dan mempertahankan tidurnya. Serta dengan bertambahnya

umur lansia kemampuan fisik maupun mental mulai menurun, tidak mampu lagi

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat, memasuki masa pensiun, ditinggal

mati pasangan, stress menghadapi kematian dan depresi, munculnya berbagai

macam penyakit dan juga dapat insomnia.

3.4.3 Karakteristik Pendidikan Responden

Distribusi frekuensi pendidikan responden rata-rata pada kedua kelompok sebagian

besar adalah tidak bersekolah. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang

datang dari luar. Menurut Hapsari (2009) presentase penduduk dengan tingkat

pendidikan SMA ke atas memiliki status kesehatan baik yang paling banyak jika

dibandingkan SD, SMA ataupun yang tidak lulus SD. Dapat dikatakan, penduduk

yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang 1,7 kali berstatus kesehatan yang

kurang baik dibandingkan mereka yang berpendidikan tinggi, sedang yang

berpendidikan rata-rata sedang hanya berpeluang 1,2 kali memiliki kesehatan yang

buruk dari pada penduduk berpendidkan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa, semakin

tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik status kesehatannya. Sebaliknya

makin rendah tingkat pendidikan seseorang maka makin buruk status kesehatannya.

3.5 Gambaran Insomnia pada Lansia

Distribusi frekuensi tingkat insomnia menunjukkan kedua kelompok penelitian pada

lansia yang tinggal di panti wredha dan tinggal bersama keluarga, sebagian besar

mengalami insomnia sedang yaitu 27 orang (43,5%), sementara sementara

responden menderita insomnia berat sebanyak 22 orang (35,5%) dan responden

yang menderita insomnia ringan sebanyak 13 orang (21,0%).

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk

melakukannya. Keluhan-keluhan insomnia mencakup ketidakmampuan untuk tidur,

sering terbangun, ketidakmampuan untuk tidur kembali, dan terbangun pada dini

hari. Insomnia merupakan gejala maka diberikan perhatian pada faktor-faktor

Page 13: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

9

emosional, biologis, medis yang berperan, dan kebiasaan tidur yang buruk (Stanley

M, 2007).

Insomnia merupakan gejala atau kelainan dalam tidur yang berupa sulit untuk

tertidur atau mempertahankan tidurnya walaupun berkesempatan untuk itu.

Insomnia bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi gejala yang memiliki

penyebab seperti halnya kelainan emosional, fisik dan pemakaian obat-obatan, pola

tidur tidak teratur, pola hidup tidak sehat, bahkan kadang adanya permasalahan

psikologi sehingga menyebabkan stres yang berkepanjangan (Nugroho, 2008).

Kondisi fisik dan psikologis responden seiring dengan terjadinya proses

penuaan berdampak pada terjadinya insomnia pada lansia. Dengan adanya

gangguan tidur, para lansia tidak dapat mengembalikan kondisi tubuhnya dengan

baik sehingga mengakibatkan kondisi mudah marah, kelelahan, pusing, cemas dan

stres. Lansia yang tinggal di panti jompo, terutama lansia yang biasa bekerja dan

setelah di panti jompo tidak bekerja, suasana yang berkabung, ataupun hidup sendiri

tanpa keluarga.

Berkurangnya kemampuan adaptasi lansia terhadap perubahan-perubahan

merupakan hal yang normal pada lansia. Perubahan-perubahan ini bersamaan

dengan perubahan fisik dan lain (Arysta & Dr. Gusti, 2013). Terjadinya perubahan

fisik dan psikologis yang menyebabkan insomnia pada lansia sesuai dengan hasil

penelitian Amir (2007), menyatakan bahwa setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-

50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami

gangguan tidur yang serius, sedangkan prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup

tinggi yaitu sekitar 67%.

3.6 Perbedaan Kejadian Insomnia Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti

Wredha dengan yang Tinggal Bersama Keluarga

Hasil uji Mann Whitney U test insomnia antara kelompok lansia yang tinggal di

Panti Wredha dan tinggal bersama keluarga, diperoleh nilai Z sebesar -2,477 dengan

nilai signifikansi (p-value) 0,013 sehingga keputusan uji H0 ditolak dan dapat

disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kejadian insomnia pada

lansia yang tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga.

Penelitian ini memiliki nilai rerata kejadian insomnia pada kelompok lansia

yang tinggal di panti sebesar 36,77 dan pada lansia yang tinggal bersama keluarga

Page 14: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

10

sebesar 26,23 yang dapat diartikan bahwa kejadian insomnia pada lansia yang

tinggal di Panti Wredha lebih tinggi dibandingkan pada lansia yang tinggal bersama

keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyuningrum (2015) tentang Hubungan

Tingkat Depresi Dengan Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Upt Panti

Wredha “Mojopahit” Kabupaten Mojokerto. Dalam penelitian ini,dari 32 responden

lansia di panti yang diteliti hanya terdapat 5 lansia yang tidak mengalami insomnia.

Berdasarkan penelitian ini, kejadian insomnia di panti dipicu dengan adanya depresi

pada lansia, hal ini telah dibuktikan melalui analisa Rank Spearman dengan hasil

yang diperoleh (ρ=0,001 < α=0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna

antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lansia yang tinggal di Upt

Panti Wredha “Mojopahit” Kabupaten Mojokerto.Kejadian depresi diawali dengan

penurunan psikologis pada lansia, yang merupakan akibat dari kurangnya dukungan

keluarga. Hal inilah yang memicu terjadinya insomnia maupun gangguan kesehatan

lain. Menurut penelitian Febriastuti (2015) meneliti tentang Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Dusun Krodan Maguwoharjo

Depok Sleman Yogyakarta, melalui pengujian hipotesis dengan uji chi square secara

statistic dengan hasil (ρ=0,012 < α=0,05). Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan kejadian insomnia pada lansia di dusun Krodan,

Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Berdasarkan, data penelitian terdahulu yang merujuk pada penelitian ini, dapat

ditarik kesimpulan bahwa lingkungan yang kurang baik atau berada di tempat yang

baru bagi lansia dapat menimpulkan rasa kurang nyaman bagi lansia sehingga dapat

menyebabkan terjadinya insomnia. Tinggal di rumah masih jauh lebih baik daripada

tinggal panti.

4 PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian

ini adalah:

a. Kejadian insomnia lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki, pada

kisaran usia 60-65 tahun, dengan tingkat pendidikan rata-rata tidak

bersekolah.

Page 15: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

11

b. Tingkat insomnia pada kedua kelompok penelitian menunjukkan sebagian

besar lansia mengalami insomnia sedang.

c. Kejadian insomnia pada lansia yang tinggal di panti wredha lebih tinggi

dibandingkan lansia yang tingal bersama keluarga.

d. Terdapat perbedaan yang bermakna kejadian insomnia pada lansia yang

tinggal di panti wredha dengan yang tinggal bersama keluarga.

4.2 Saran

a. Bagi Lansia, untuk mengisi waktu luang dengan berbagai kesibukan yang

tidak memerlukan tenaga dan menyita pikiran yang berlebihan untuk

mengurangi tingkat insomnia.

b. Bagi Pengurus Panti Lansia, pengurus panti hendaknya menyediakan sarana

dan prasarana yang dapat mendukung upaya penurunan tingkat insomnia pada

lansia.Penurunan tingkat insomnia lansia berarti bahwa kualitas tidur lansia

meningkat sehingga kesehatan dan kebugaran lansia lebih meningkat.

c. Bagi keluarga yang mempunyai lansia hendaknya melaksanakan peran dan

tugasnya dalam perawatan lansia, karena keluarga merupakan support system

utama bagi lansia dalam upaya mempertahankan derajat kesehatannya.

d. Bagi Peneliti selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan

penelitian ini sebagai pijakan untuk melakukan penelitian lanjutan, misalnya

dengan menggunakan suatu intervensi atau mencari faktor-faktor apakah yang

berhubungan dengan penurunan tingkat insomnia lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. Z., Arsin, A. A., & Yahya, M. (2012). Determinan Insomnia pada

Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional , 7 (4).

Amir, N. (2007). Gangguan Tidur Pada Lansia, Diagnosis dan Penatalaksanaan.

Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 15 , 196-206.

Arysta, P. D., & Dr. Gusti, I. I. (2013). Angka Kejadian serta Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali. Jurnal Kedokteran Universitas

Udayana .

Dewi, P. A., & Ardani, I. G. (2013). Angka Kejadian serta Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Wreda Wana Seraya Denpasar Bali. Jurnal, Universitas Udayana .

Page 16: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

12

Febriastuti, H. N. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian

Insomnia Pada Lansia Di Dusun Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,

Yogyakarta. Jurnal Kesehatan: STIKES Aisyiah Yogyakarta .

Hantsoo, L., Khou, C. S., White, C. N., & Ong, J. C. (2013). Gender and

Cognitive-Emotional Factor as Predictor of Pre-Sleep Arousal and

Hyperarousal in Insomnia. Journal Psychosom Res. April; 74 (4) , 283-

289.

Hapsari, S. (2009). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Gangguan Mental

Emosional pada Lansia di DKI Jakarta. Jurnal Penelitian. Jakarta: FKM

Universitas Indonesia .

Jaya, H., & Rosmina. (2010). Keperawatan Gerontik. Catatan Ke 3. (P. A. Salam,

Ed.) Makasar, Makasar: Pustaka As Salam.

Kemenkes. (2013). Lanjut Usia di Indonesia. https://www.depkes.go.id.

Kemenkes RI, Pusdatin;. (2016). Situasi Lanjut Usia (LANSIA) di Indonesia.

https://www.depkes.go.id.

Kim, W.-H., Kim, B.-S., Kim, S.-K., Chang, S.-M., Lee, D.-W., Cho, M.-J., et al.

(2013). Prevalence of insomnia and associated factors in a community

sample of elderly individuals in South Korea. South Korea International

Psychogeriatrik Journal , 25 (10).

Lo C, M., & Lee, P. (2012). Prevalence and Impacts of Poor Sleep on Quality of

Life and Associated Factors of Good Sleepers in a Sample of Older

Chinese Adults. RESEARCH, Health and Quality of Life Outcomes.

http://www.hqlo.com/content/10/1/72.

Luo, J., Zhu, G., Zhao, Q., Guo, Q., Meng, H., Hong, Z., et al. (2008). Prevalence

and Risk Factors of Poor Sleep Quality among Chinese Elderly in an

Urban Community: Results from the Shanghai Aging Study. Sleep Quality

among Urban Chinese Elderly Research , 8 (11).

Maryam, R., Ekasari, M., Rosidawati, & Jubaedi. A, B. I. (2008). Mengenal Usia

Lanjut dan Perawatannya. Jakara: Salemba Medika.

Nengah I, S., & Istri Aa, L. (2014). Faktor Yang Mennyebabkan Gangguan Tidur

(Insomnia) Pada Lansia. Jurnal Keperawatan Politeknik Kesehatan

Denpasar .

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Nugroho, W. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatrik (3 ed.). Jakarta: EGC.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 17: PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG …eprints.ums.ac.id/63612/12/NASKAH PUBLIKASI 190718.pdf · 1 PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DENGAN

13

Potter, P., & Perry, A. (2009). Fundamental Keperawatan (7 ed.). (D. Nurfitriani,

O. T, & F. D, Trans.) Jakarta: Salemba Medika.

Sa'adah, A. N. (2015). Mereka Memilih Panti Jomp daripada Rumah Anak.

HUMANIORA. https://www.kompasiana.com.

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2013). Meodologi Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif dalam bidang Kesehatan (1 ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.

Sayekti, N. P., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisis Resiko Depresi, Tingkat Sleep

Hygiene dan Penyakit Kronis Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia.

Jurnal Berkala Epidemologi , 3, No. 2, 181-193.

Soamole, R. I., & Firmawati, E. (2017). Pengaruh Adab Tidur Menurut Sunah

Rasul Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Dukauh Ngebel, Bantul,

Yogyakarta. repository.umy.ac.id .

Stanley M, B. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Jakarta:

EGC.

Syamsuddin. (2008). Peguatan Eksistensi Panti Wredha ditengah Pergeseran

Budaya dan Keluarga. www.depsos.go.id.

Wahyuningrum, T., Saudah, N., & Hermansyah, L. (2015). Hubungan Tingkat

Depresi Dengan Gangguan Tidur (Insominia) Pada Lansia Di Upt Panti

Werdha “Mojopahit” Kabupaten Mojokerto. Jurnal Ilmu Kesehatan

Universitas Bina Sehat PPNI , 4 (1).

Wreksoatmodjo, B. R. (2013). Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang tinggal

di keluarga dengan yang tinggal di panti di Jakarta Barat. Majalah Cermin

Dunia Kedokteran , 40: 738-745.

* Novita Tyas Wulandari; Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

** Arina Maliya, S.Kep., Ns., M.Si. Med; Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura