perc.5 - uji ketoksikan akut.doc

11
PERCOBAAN V UJI KETOKSIKAN AKUT I. PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk memahami tujuan, sasaran, tata cara pelaksanaan, luaran, dan manfaat uji ketoksikan akut suatu obat. 1.2 Dasar Teori Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebenarnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosis facit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus). Pada umumnya, hebatnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis diturunkan, efek toksis dapat dikurangi pula (Tjay & Rahardja, 2002). Ilmu tentang toksik sangat erat kaitannya dengan bahan kimia. Penekanan yang utama ilmu tentang racun adalah untuk mengidentifikasi penyebab, mengidentifikasi penyakit kronis dan akut yang menjadi penyebab, mengondisikan

Upload: noormahdi-riduansyah

Post on 25-Oct-2015

333 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Farmakologi-Toksikologi : Uji Ketoksikan Akut

TRANSCRIPT

Page 1: Perc.5 - Uji Ketoksikan Akut.doc

PERCOBAAN V

UJI KETOKSIKAN AKUT

I. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk memahami tujuan,

sasaran, tata cara pelaksanaan, luaran, dan manfaat uji ketoksikan akut

suatu obat.

1.2 Dasar Teori

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat

terhadap tubuh dan sebenarnya termasuk pula dalam kelompok

farmakodinamika, karena efek terapeutis obat berhubungan erat

dengan efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang

cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme

(“Sola dosis facit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus).

Pada umumnya, hebatnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan

tingginya dosis: bila dosis diturunkan, efek toksis dapat dikurangi pula

(Tjay & Rahardja, 2002).

Ilmu tentang toksik sangat erat kaitannya dengan bahan kimia.

Penekanan yang utama ilmu tentang racun adalah untuk

mengidentifikasi penyebab, mengidentifikasi penyakit kronis dan akut

yang menjadi penyebab, mengondisikan kondisi dalam kondisi yang

aman, dan mencegah hal yang bahaya bahan kimia. Hal ini juga

berkaitan erat untuk menyelesaikan program pengawasan untuk

mengarahkan para pekerja dan lingkungan di mana mereka bekerja.

Ilmu tentang toksik pada lingkungan berkaitan dengan dampak bahan

kimia yang mengganggu, sebagai pengotor lingkungan, pada

organisma. Istilah lingkungan meliputi semua lingkungan dari suatu

organisma individu, terutama pada tanah dan air. Ecotoxicology

mempunyai kaitan dengan efek bahan kimia yang beracun pada

populasi masyarakat tinggal di dalam ekosistem. Hal itu meliputi

Page 2: Perc.5 - Uji Ketoksikan Akut.doc

interaksi mereka dengan lingkungan. Ilmu tentang racun mempunyai

kaitan dengan efek beracun pada organisma individu itu sendiri, selain

itu ecotoxicology mempunyai kaitan dengan dampak pada populasi

organisma dalam ekosistemnya. (Katzung, 2001).

Analisis Tradisional uji toksisitas menyediakan parameter

toksisitas yang diperkirakan dengan metode murni statistik. Parameter

ini tidak memiliki arti biologis intrinsik dan metode ini tidak

memberikan informasi tentang cara kerja bahan kimia yang diuji. Ini

merupakan suatu kendala bagi metode ini untuk perubahan skala dari

tingkat individu ke tingkat populasi, atau untuk memperhitungkan

heterogenitas temporal dan spasial. Pemodelan adalah alat penting

dalam ekotoksikologi dan akhir-akhir ini tampaknya telah

mendapatkan bunga yang lebih. Perkembangan pemodelan saat ini

berkembang dalam dua arah, model efek pada tingkat individu dan

data toksisitas menerapkan diperoleh pada tingkat individu untuk

respon pada tingkat populasi (Flammarion & Pery, 2004).

Toksisitas jangka panjang (kronis) mempunyai arti yang

terpenting, yaitu efek toksik yang baru dapat dipastikan setelah periode

laten yang cukup panjang, misalnya kerja mutagenik dan kerja

karsinogen. Ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan

toksikologi. Antara lain dapat dibedakan atas

1. efek toksik akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan

zat toksik dan

2. efek toksik kronis, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit

diterima tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan

terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan dengan demikian

menyebabkan terjadinya gejala keracunan.

(Mutschler, 2002).

Prosedur pemeriksaan toksisitas obat dan zat kimia sangat rumit

dan semuanya dilakukan untuk mencegah kejadian yang dapat

merugikan konsumen/pasien. Tetapi perlu disadari bahwa uji

keamanan yang ketat sekalipun tidak dapat menjamin keamanan

Page 3: Perc.5 - Uji Ketoksikan Akut.doc

konsumen seratus persen. Penggunaan obat, terutama yang baru selalu

akan disertai resiko, walaupun resiko ini telah diusahakan sekecil

mungkin. Hal ini terjadi karena beberapa reaksi toksik atau efek

samping timbul dengan frekuensi kejadian yang amat kecil. Food and

Drug Administration di Amerika Serikat misalnya, menyarankan

penggunaan pada sedikitnya 15.000 orang untuk melihat manifestasi

reaksi yang tidak dikehendaki. Variabilitas masyarakat dalam faktor

umur, seks, ras, kehamilan atau kelainan gen mempengaruhi juga

frekuensi kejadian. Parasetamol misalnya telah digunakan berpuluh-

puluh tahun, tanpa diketahui bahwa pada keracunan dapat terjadi

kerusakan sel hati yang berakhir fatal. Evaluasi tidak hanya mengenai

LD50, tetapi juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau depresi

SSP, aktivitas motorik dan pernafasan tikus untuk mendapat gambaran

tentang sebab kematian. Hal ini harus dilengkapi dengan pemeriksaan

laboratorium klinik dan pembuatan sediaan histologik dari organ

(Ganiswarna, 2005).

Pengujian toksisitas akut dilaksanakan di banyak sektor dalam

bahan-kimia buatan yang dihasilkan atau digunakan dari semua ilmu

tentang pengujian racun pada (atas) kedua-duanya ilmiah dan alasan-

alasan etis. Suatu tinjauan ulang (menyangkut) pengarah untuk toxicas

akut pengujian di dalam industri yang berkenaan dengan farmasi

menuju/mendorong suatu pergeseran paradigma dengan mana di

(dalam) vivo toxicas data akut adalah tidak lagi secara rutin yang

diperlukan mendahului manusia percobaan/pengadilan klinis (Seidle,

2010).

Page 4: Perc.5 - Uji Ketoksikan Akut.doc

II. CARA PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Gelas beker

2. Keranjang

3. Neraca analitik

4. Jarum suntik (1-2 mL)

5. Spuit oral dan sonde

6. Stopwatch

7. Tissue.

2.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Propanolol HCl 60 mg/kg BB

2. Propanolol HCl 120 mg/kg BB

3. Propanolol HCl 240 mg/kg BB

2.1.3 Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit

jantan atau betina.

Page 5: Perc.5 - Uji Ketoksikan Akut.doc

2.2 Cara Kerja

dibagi masing-masing 2 mencit

- diamati perilaku mencit

- dicatat perubahan yg terjadi selama

pengamatan selama 24 jam, meliputi:

- pengamatan fisik thd gejala klinis

- perubahan BB

- jumlah hewan yang mati

- Hispatologi seluruh organ

- dihitung jumlah mencit yang mati pada

tiap dosis pemberian senyawa uji selama

proses pengamatan

- dihitung LD50 sesuai metode yang

digunakan.

Hasil

20 ekor mencit

Kel. 1&2

Propranolol HCl60 mg/kg BB

Kel. 5&6

Propranolol HCl240 mg/kg BB

Kel. 3&4

Propranolol HCl120 mg/kg BB

Page 6: Perc.5 - Uji Ketoksikan Akut.doc

DAFTAR PUSTAKA

Flammarion P. & Pery A. 2004. Apports de la modélisation des effets des toxiques sur l’individu et la population en écotoxicologie aquatiquehttp://www.erudit.org/revue/rseau/2004/v17/n4/705545ar.htmlDiakses tanggal 20 November 2011.

Ganiswarna, S.G. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Penerjemah : Bagian Farmakologi dan Terapi. FKUI. Jakarta.

Katzung, G. B. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah Nugroho, A.W. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mutschler, E. 2002. Dinamika Obat Edisi Kelima. Penerjemah Widianto, M.B Penerbit ITB. Bandung.

Seidle, T. 2010. Cross-Sector Review of Drivers and Available 3Rs Approaches for Acute Systemic Toxicity Testinghttp://toxsci.oxfordjournals.org/content/116/2/382.full.pdf+htmlDiakses tanggal 20 November 2011

Tjay, T. H. & K. Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Page 7: Perc.5 - Uji Ketoksikan Akut.doc

LAMPIRAN

1. Jelaskan perbedaan tata cara perhitungan LD50 antara metode Miller &

Tainter, Thomson-Weil, dan Litchfiel-Wilcoxon?

2. Jelaskan tujuan, sasaran, luaran dan manfaat uji ketoksikan akut suatu obat?

Jawab:

1. Cara perhitungan LD50 dengan metode Miller & Tainter adalah metode

perhitungan dengan menggunakan persamaan linier (log dosis VS probit),

persamaannya y= bx + a, dimana a adalah probit, dimana 50% hewan uji

mati, dan x adalah log dosis, setelah didapat x maka dicari harga log x nya,

harga inilah yang merupakan LD50. Sedangkan dengan metode Thomson-

Weil adalah suatu metode dengan menggunakan rumus: Log LD50= log Do

+ d (f+1), dimana d= log faktor geometrik atau kelipatan dosis, f = bilangan

dari tabel Weil. Sedangkan metode Litchfiel-Wilcoxon adalah metode yang

didasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang

menunjukkan respons.

2. Tujuan utama ketoksikan akut adalah untuk menetapkan potensi ketoksikan

akut, yakni kisaran dosis letal atau dosis toksis obat terkait, pada satu jenis

hewan atau lebih. Selain itu, uji ini juga ditujukan unutk menilai berbagai

gejala klinis yang timbul, adanya efek toksis yang khas, dan mekanisme

yang memeratai terjadinya kematian hewan uji. Sasaran dari uji ini adalah

hewan uji yaitu mencit. Tata cara pelaksanaan ini adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan hewan uji, hewan uji yang digunakan sekurangnya dua jenis

hewan, lebih disarankan empat jenis, terdiri dari roden dan nirroden,

baik jantan maupun betina, satu galur, dewasa sehat, dan beratnya

seragam (variasi yang diperbolehkan lebih kurang 10%).

b. Pengelompokkan hewan uji, hewan uji diadaptasikan di laboratorium

selama 1 minggu. Penimbangan berat badan dilakukan satu hari sebelum

perlakuan. Hewan uji dibagi menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan

peringkat dosis senyawa uji yang akan diberikan, ditambah satu

kelompok kontrol negatif. Masing-masing terdiri dari 5 ekor hewan uji.

Kemudian diberikan sediaan obat dan mencit diamati.