percobaan vi kimia tembaga.pdf

Upload: meitri-wulandari-kohar

Post on 12-Oct-2015

646 views

Category:

Documents


34 download

TRANSCRIPT

  • 100

    PERCOBAAN VI

    KIMIA TEMBAGA

    I. Tujuan Percobaan

    Adapun tujuan yang dari percobaan ini adalah sebagai berikut

    1. Mempelajari beberapa reaksi pendahuluan tentang tembaga

    2. Mempelajari pembuatan tembaga

    3. Mempelajari reaksi antara Cu2O dan CuO dengan senyawa asam

    II. Landasan Teori

    Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif.

    Cu+mengalami disporpodionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini

    bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai dalam

    keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+) cukup banyak

    pada larutan air, Cu2+

    akan berada pada banyak jumlah banyak (sebab konsentrasinya

    harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Disporpodionasi ini akan menjadi

    sempurna. Dilain pihak jika Cu+dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut

    atau ion kompleks mantap). Cu2+

    sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap.

    (Petrucci, 1987 :350)

    Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat.

    Melebur pada 1038 . Karena potensial standarnya positif, (+0,34 V untuk

    pasangan Cu/Cu2+

    ), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,

    meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang

    pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga :

    3Cu + 8HNO3 3Cu2+

    + + 2NO + 4H2O

    Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :

    Cu + 2H2SO4 Cu2+

    + + SO2 + 2H2O

    Tembaga ,udah larut dalam air raja :

    3Cu + 6HCl + 2HNO3 3Cu2+

    + 6Cl- + 2NO + 4H2O

    Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa senyawa tembaga(I)

    diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion

    tembaga(I), Cu+. Senyawa senyawa ini tidak berwarna, kebanyakan garam

    tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak(I).

  • 101

    mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat

    diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam garam tembaga (II)

    umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan

    air; warna ini benar benar khas hanya untuk ion tetrakuokuprat(II) [Cu(H2O)4]2+

    saja. Batas terlihatnya ion kompleks tetrakuokuprat(II) (yaitu warna ion

    tembaga(II) dalam larutan air), adalah 500 dalam batas konsentrasi 1 dalam 104.

    Garam garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat anhidrat CuSO4,

    berwarna putih(atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion

    kompleks tetrakuo.

    (G. Svehla.1985:229)

    Tembaga memiliki elektron s tunggal di luar kulit 3d yang terisi. Ini agak

    kurang umum dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat

    oksidasi +1. Kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia dalam

    melindungi elektron s dari muatan inti, sehingga potensial pengionan pertama Cu

    lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron elektron pada kulit d juga

    dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga

    jauh lebih tinggi daripada alkali. Faktor faktor ini bertanggung jawab bagi sifat

    lebih mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen dan

    memberikan energi kisi yang lebih tinggi, yang tidak dilampaui oleh jari jari

    CU+ yang lebih kecil, 0,93 dibandingakn dengan Na+ , 0,95 , dan K+ , 1,33 .

    Tembaga tidak melimpah (55ppm) namun terdistribusi secara luas sebagai

    logam, dalam sulfida, arsenida, klorida, dan karbonat. Mineral yang paling umum

    adalah chalcopyrite CuFeS2. Tembaga diekstraksi dengan permanganan dan

    peleburan oksidatif, atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba, yang diikuti

    oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat.

    Tembaga digunakan dalam aliasi seperti kuningan dan bercampur

    sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi superfisial dalam uap udara,

    kadang kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso

    sulfat (dari SO2 dalam atmosefer).

    Senyawaan tembaga mengkatalisis sederatan reaksi yang sangat beragam,

    heterogen, homogen, dalam fase uap, dalam pelarut organik, dan dalam larutan

  • 102

    akua. Banyak dari reaksi ini, khususnya bila dalam larutan akua, melibatkan

    sistem oksidasi reduksi dan suau siklus redoks CuI - CuII.

    Senyawa tembaga memiliki banyak kegunaan dalam kimia organik untuk

    oksidasi, misalnya oksidasi fenol dengan kompleks Cu2+

    , -amina, halogenasi,

    reaksi kopling, dan sejenisnya. Tembaga(II) dianggap penting dalam biokimia.

    (Albert Cotton.1989:477)

    Beberapa Sifat Kimia Tembaga

    a. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap

    korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu

    lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa,

    Cu(OH)2CO3.

    b. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat

    bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan

    pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 C, akan terbentuk tembaga(I) oksida

    (Cu2O) yang berwarna merah.

    c. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer

    seperti HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih

    menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan

    oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2(aq) yang mendorong reaksi

    kesetimbangan bergeser ke arah produk.

    Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut

    d. Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi

  • 103

    e. Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya

    udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.

    f. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi

    dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan

    untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang

    menghasilkan tembaga(II) klorida.

    (Emel Seran.2010. Diakses 9 Mei 2014)

  • 104

    III. Metode Percobaan

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    1) Tabung reaksi

    2) Rak tabung reaksi

    3) Tabung lebur

    4) Gelas kimia

    5) Corong

    6) Penjepit tabung

    7) Gelas ukur 10 mL

    8) Pembakar bunsen

    9) Gelas kimia

    10) Pipet tetes

    3.1.2 Bahan

    1) Tembaga

    2) Kalium Natrium Tartrat

    3) H2SO4 1 M

    4) HNO3 2M

    5) Glukosa

    6) Tembaga (II) Oksida

    7) Amoniak

    8) HCl pekat

    9) CuSO4 0,25 M

    3.2 Skema Kerja

    3.2.1 Percobaan Pendahuluan

    Dibakar pada nyala api

    Sekeping Logam

    Sekeping Tembaga

    HASIL

  • 105

    Dimasukkan ke dalam 2 mL asam nitrat encer

    Dipanaskan

    Diperiksa gas yang terbentuk

    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan tetes demi tetes NaOH samapai

    larutan amoniak berlebih

    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan larutan HCl pekat samapi tidak

    terjadi perubahan

    3.2.2 Tembaga (I) dan Tembaga (II)

    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

    Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan 1 gr glukosa

    Dipanaskan sampai terbentuk endapan

    HASIL

    2 mL tembaga sulfat

    HASIL

    2 mL tembaga sulfat

    HASIL

    5 mL temabaga sulfat

    5 mL NaOH

    Endapan

  • 106

    Dibiarkan endapan mengendap

    Dicuci dengan air

    Dimasukkan ke dalam tiga tabung

    reaksi berbeda

    Ditambahkan secara perlahan HCl

    encer, H2SO4 encer, dan HNO3

    encer ke dalam masing masing

    tabung reaksi sampai asam berlebih

    Dipanaskan

    Diamati apa yang terjadi

    HASIL

    0,1 gr CuO 0,1 gr Cu2o

    HASIL

  • 107

    IV. Hasil dan Pembahasan

    4.1 Data Pengamatan

    4.1.1 Percobaan Pendahuluan

    No Perlakuan Hasil

    1 Sekeping logam dipanaskan

    pada nyala api

    Terjadi perubahan warna, dari

    merah bata menjadi ungu dan

    terakhir hitam dan timbul asap

    2 - Sekeping logam tembaga direndam dalam HNO3 encer

    - Dipanaskan

    - Tidak terjadi perubahan

    - Larutan HNO3 menjadi biru muda, dan gas yang terbentuk

    berwarna cokelat dan

    menimbulkan bau menyengat

    3 - 2 mL larutan CuSO4 - (+) 26 tetes NaOH encer

    - (+) 24 tetes NaOH

    - Didiamkan

    - Berwarna biru - Perubahan warna menjadi biru

    pekat dan terdapat endapan

    - Perubahan warna menajdi hijau tosca

    - Larutan menjadi bening dan endapan hijau lumut

    4 2 mL CuSO4 + HCl pekat Terjadi perubahan warna dari biru

    menjadi biru aqua

    4.1.2 Tembaga (I) dan Tembaga (II)

    4.1.2.1 Pembuatan Tembaga (I) Oksida

    Perlakuan Hasil

    - 5 mL CuSO4 + NaOH + Glukosa

    - Dipanaskan

    - Larutan berwarna biru tua, glukosa tidak larut, permukaan larutan berwana biru

    kehijauan dan terdapat gumpalan

    - Terjadi perubahan warna menjadi jingga dengan endapan jingga menjadi cokelat dan

    timbul aroma karamel

    4.1.2.2 Reaksi Antara Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida

    dengan asam

    No Perlakuan Hasil

    1 - Endapan Cu2O + HCl

    - Dipanaskan

    - Tembaga mengendap, endapan berwarna cokelat menajadi cokelat

    keabu-abuan

    - Larutan menjadi hijau dan endapan tetap ada

    2 - Endapan Cu2O + HNO3

    - dipanaskan

    - Sebagian endapan melarut, larutan abu abu menjadi dari bening

    - Larutan menjadi hijau muda

    3 - Endapan Cu2O + H2SO4 - Tidak terjadi reaksi

  • 108

    - dipanaskan - Larutan menjadi hijau

    4 - CuO + HCl - Dikocok - Dipanaskan

    - Larutan berwarna hitam - Larutan menjadi biru aqua - Larutan menjadi hijau dan tembaga

    larut

    5 - CuO + H2SO4 - Dikocok - Dipanaskan

    - Larutan berwarna hitam - Larutan menjadi - Larutan menjadi biru dan tembaga larut

    6 - CuO + HNO3 - Dikocok

    - Dipanaskan

    - Larutan berwarna hitam - Larutan menjadi biru kehitaman dan

    tembaga tidak larut

    - Larutan menjadi biru dan tembaga larut

  • 109

    4.2 Pembahasan

    Temabaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat.

    Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif.

    Senyawaan tembaga mengkatalisis sederatan reaksi yang sangat beragam,

    heterogen, homogen, dalam fase uap, dalam pelarut organik, dan dalam larutan

    akua. Banyak dari reaksi ini, khususnya bila dalam larutan akua, melibatkan

    sistem oksidasi reduksi dan suau siklus redoks CuI - CuII.

    Pada percobaan ini kita dapat melihat reaksi yang terjadi pada tembaga

    dengan senyawa lain serta dapat menegtahui pembuatan senyawa Temabag (I).

    percobaan ini diawali dengan percobaan pendahuluan, dimana disini kita dapat

    melihat bagaimana reaksi yang terjadi ketika senyawa tembaga direaksikan

    dengan senyawa lainnya.

    4.2.1 Percobaan Pendahuluan

    Logam Cu dibakar

    Percobaan pendahuluan diawali dengan mengamati reaksi yang terjadi

    ketika sekeping logam tembaga dibakar pada pembakar bunsen. Reaksi yang

    dapat diamati yaitu perubahan warna pada keping tembaga, dimana sebelum

    dibakar, keping tembaga berwarna merah bata namun setelah proses pembakaran

    terjadi perubahan warna menjadi ungu. Terjadinya perubahan warna ini

    menunjukan bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.

    Dengan reksi sebagai berikut:

    2Cu + O2 2CuO

    Reaksi antara logam Cu dengan HNO3 Encer

    Selanjutnya, sekeping tembaga dicelupkan ke dalam larutan HNO3 encer

    kemudian dipanaskan. Disini ketika tembaga dimasukkan ke dalam larutan HNO3

    tidak terjadi reaksi, namun setelah dilakukan pemanasan terjadi reaksi antar

    keduanya dengan ditunjukan melalui perubahan warna dari larutan, dari bening

    menajdi biru muda dan uap dari pemanasan berwarna cokelat. Gas yang terbentuk

    ini merupakan gas nitrogen.

    Ketika tembaga dioksidasi oleh asam nitrat pekat, HNO3, untuk

    menghasilkan ion Cu2+

    , asam nitrat direduksi menjadi gas nitrogen dioksida, gas

    beracun coklat dengan bau yang tidak enak, reakasi yang terjadi adalah :

  • 110

    Cu(s) + 4HNO3(aq) Cu(NO3)2(aq) + 2NO2(g) + 2H2O(l)

    Dalam hal ini, tembaga direaksikan dengan asam nitrat encer,

    menghasilkan oksida nitrat, NO, sebagai gantinya:

    3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l).

    Menurut literatur yang didapat, perubahan warna yang terjadi seharusnya

    hijau bukan biru, tembaga hanya biru saat moelekul air ditambahkan ke dalam

    larutan. Dalam asam nitrat pekat, ion nitrat dikoordinasikan dengan ion tembaga

    (II), dan menghasilkan larutan berwarna hijau sebagai hasil reaksi. Sama halnya

    dengan asam nitrat pekat, larutan membiru ketika air ditambahkan pada asam

    nitrat encer. Pada perobaan ini tidak dilakukan penambahan air, namun warna

    yang dihasilkan sudah biru, kemungkinan ini dapat terjadi karena uap air yang

    terbentuk pada dinding tabung reaksi mengalir dan bercampur dengan larutan

    sehingga larutan berwarna biru.

    CuSO4 + NaOH

    Pada percobaan ini dilakukan pencampuran antara larutan CuSO4 dan

    NaOH. Penambahan larutan NaOH dilakukan tetes demi tetes untuk mengamati

    setiap perubahan yang terjadi. Larutan CuSO4 berwarna biru, setelah ditambahkan

    NaOH terjadi perubahan warna menjadi biru pekat dan terdapat endapan.

    Reaksi yang terjadi pada penambahan NaOH pertama yakni :

    CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2(s) + Na2SO4(aq)

    Ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang menempel

    pada ion tembaga. Setelah ion hidrogen hilang dari dua molekul air, yang tersisa

    sebuah kompleks netral yang tidak larut dalam air sehingga endapan terbentuk.

    Kemudian dilakukan penambahan NaOH lagi sampai amonia berlebih,

    terjadi perubahan lagi menjadi larutan berwarna hijau toska, dan setelah

    didiamkan larutan menajdi bening dan endapan yang terbentuk tetap ada. Amonia

  • 111

    bertindak baik sebagai basa dan ligan. Dalam jumlah kecil amonia, ion hidrogen

    ditarik ion SO42-

    persis seperti dalam kasus ion hidroksida untuk menghasilkan

    kompleks netral yang sama.

    CuSO4 + 4NH3 [Cu(NH3)4] + SO4

    CuSO4 + HCl

    Disini praktikan merekasikan antara HCl pekat dengan CuSO4 hingga

    tidak terjadi perubahan lagi. HCl pekat yang ditambahkan pada CuSO4 sebanyak

    50 tetes. Reaksi yang terjadi yakni perubahan warna larutan dari biru menjadi biru

    aqua. Penambahan HCl pekat akan mengakibatkan ion SO4 digantikan oleh

    klorida. Dengan reaksi yang terjadi yaitu :

    CuSO4 + 4Cl- + H

    + CuCl4

    2- + HSO4

    -

    4.2.2 Tembaga (I) dan Tembaga (II)

    Pembuatan Cu(I) Oksida

    Percobaan ini diawali dengan pembuatan senyawa Cu(I) oksida. Untuk

    memperoleh Cu(I) oksida dilakukan dengan merekasikan CuSO4 dengan NaOH

    serta glukosa. Disini terjadi reaksi dengan adanya perubahan warna, kemudian

    dilakukan pemanasan sehingga larutan menjadi jingga dan tercium aroma

    karamel, aroma karamel ini berasal dari glukosa yang dipanaskan. Proses

    pemanasan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses reaksi. Terjadi perubahan

    warna menunjukkan bahwa pada penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu2+

    dari CuSO4, reaksi ini menghasilkan endapan berwarna bata, yang merupakan

    temabaga (I) oksida. Reaksi yang terjadi :

    C

    C

    C

    C

    C

    CH2OH

    OH

    OH

    H

    OH

    OH

    H

    HO

    H

    H

    + Cu2+ + OH-

    C

    C

    C

    C

    C

    CH2OH

    O-O

    OH

    H

    OH

    OH

    H

    HO

    H

    H

    + Cu2O + H2O

  • 112

    Reaksi antara Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II)

    Endapan Tembaga (I) oksida kemudian digunakan untuk melihat reaksi

    antara Tembaga (I) Oksida dengan HCl, HNO3, dan H2SO4. Percobaan ini

    dilakukan untuk membandingkan reaksi antara Tembaga (I) oksida dan Tembaga

    (II) oksida dengan beberapa senyawa asam. Selain itu, kiata dapat melihat mana

    yang mengalami reaksi disproposionasi.

    Kimia tembaga dibatasi oleh reaksi yang melibatkan ion tembaga (I)

    dalam larutan. Ini adalah contoh dari disproporsionasi yamg merupakan suatu

    reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jadi,

    sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami reduksi.

    Reaksinya

    Ion tembaga (I) dalam larutan yang tidak proporsional untuk membentuk ion

    tembaga (II) dan endapan tembaga.

    1. Cu2O + HCl

    Ketika tembaga(I) oksida direaksikan dengan HCl, tembaga tersebut

    mengendap pada dasar tabung reaksi, endapan yang awalnya berwarna merah

    bata berubah menajdi abu abu. Kemudian dilakukan pemanasan yang

    bertujuan untuk mempercepat reaksi antar keduanya. Setelah dilakukan

    pemanasan terjadi perubahan warna larutan menjadi hijau muda dan endapan

    tidak larut. Penambahan HCl dimaksudkan untuk melarutkan tembaga

    sehingga akan terbentuk kompleks klorin, dengan reaksi

    Cu2O(s) + 2HCl(aq) 2CuCl(s) + H2O(l)

    Dengan adanya ion klorida berlebih dari HCl, akan memberikan reaksi

    kestabilan, dan melarutkan tembaga (I) oksida, sehingga reaksi menjadi

    CuCl(s) + Cl-(aq) [CuCl2]

    -(aq)

    2. Cu2O + HNO3

  • 113

    Dengan perlakuan yang sama, direaksikan Cu2O dengan HNO3 menghasilkan

    reaksi berupa perubahan warna larutan dari bening menajadi abu abu

    dimana sebagian tembaga melarut. Dengan reaksi yang terjadi

    Cu2O + 2HNO3 2Cu(NO3) + H2O

    3. Cu2O + H2SO4

    Reaksi yang dapat diamat pada percobaan ini yaitu tidak terjadi perubahan

    dimana temabag tidak larut, namun dilakukan pemanasan sehingga tembaga

    larut dan larutan berwarna hijau muda. Menurut literatur, seharusnya pada

    reksi ini terbentuk endapan cokelat dan larutan berwarna biru yanag terjadi

    karena adanya reaksi disproposionasi. Reaksi yang terjadi:

    Cu2O + H2SO4 Cu + CuSO4 + H2O

    4. CuO direaksikan HCl, HNO3, H2SO4

    Ketika CuO direaksikan dengan HCl, HNO3, DAN H2SO4, terjadi reaksi yang

    sama dimana terjadi perubahan warna larutan ketika sudah dipanaskan,

    dimana larutan awal berwarna abu abu menjadi hijau untuk reaksi dengan

    HCl dan biru reaksi dengan HNO3 dan H2SO4 dengan semua endapan

    tembaga melarut. Dengan reaksi ketiga sebagai berikut :

    CuO + 2HCl CuCl2 + H2O

    CuO + 2HNO3 Cu(NO3) + H2O

    CuO + H2SO4 CuSO4+ H2O

  • 114

    V. Kesimpulan dan Saran

    5.1 Kesimpulan

    Reaksi Pendahuluan

    1. Reaksi yang terjadi pada pembakaran logam Cu merupakan reaksi

    oksidasi

    2. Keping tembaga yang direndam dalam larutan HNO3 akan dioksidasi

    oleh asam nitrat untuk menghasilkan ion Cu2+

    , asam nitrat direduksi

    menjadi nitrogen dioksida.

    3. Ion hidroksida dari NaOH menghilangkan ion hidrogen dari ligan air

    yang menempel pada ion tembaga, serta penambahan NaOH berlebih

    bertujuan agar terbentuk amonia, dimana amonia bertindak baik sebagai

    basa dan ligan.

    4. Penambahan HCl pekat akan mengakibatkan ion SO4 digantikan oleh

    klorida

    Tembaga (I) dan Tembaga (II)

    1. Untuk memperoleh Cu(I) oksida dilakukan dengan merekasikan CuSO4

    dengan NaOH serta glukosa.

    2. Reaksi disproporsionasi merupakan suatu reaksi redoks yang oksidator

    dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu

    mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami reduksi.

    5.2 Saran

    Kekurangan alat dan bahan dapat mengganggu kelangsungan praktikum,

    oleh karena itu, disarankan untuk melengkapi semua alat dan bahan sehingga

    setiap percobaan dapat terlaksana dengan baik.

  • 115

    VI. Daftar Pustaka

    Cotton, F. Albert. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press

    Emel Seran.2010. Tembaga. Diakses Pada 9 Mei 2014.

    http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/07/tembaga-tambang-sifat-

    dan-kegunaan/

    Petrucci, Ralph H. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :

    Erlangga

    Svehla, G. Analisa Kualilatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta :

    PT. Kalman Media Pustaka

  • 116

    Pertanyaan

    1. Jelaskan faktor apa yang mempengaruhi kestabilan ion cupri dibandingkan

    dengan ion cupro?

    Jawab:

    Konfigurasi dari :

    Cu : 1s2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 3d

    10 4s

    1

    Cu+ : 1s

    2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 3d

    10 4s

    0

    Cu2+

    : 1s2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 3d

    9 4s

    0

    Ditinjau dari struktur elektron yang lebih stabil adalah Cu+, karena

    elektronnya terisi penuh, sedangkan untuk ion Cu2+

    tidak stabil karena orbital

    tidak terisi penuh elektron.

    2. Berdasarkan jawaban saudara pada soal No 1, manakah yang lebih banyak

    kelimpahannya di alam, senyawa cupro atau senyawa cupri?

    Jawab:

    Kelimpahan yang lebih banyak adalah ion Cupri, hal ini dikarenakan

    kestabilan ion ini dalam membentuk persenyawaanya.

    3. Faktor apakah yang menyebabkan perbedaan warna antara ion cupro dan ion

    cupri dalam larutan air?

    Jawab:

    Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air bila keadaan tembaga (I)

    mengalami disproporsionasi dalam larutan air dan bila konsentrasi dari

    tembaga tersebut sangat rendah

    4. Tuliskan semua reaksi yang terjadi dalam percobaan ini?

    Jawab:

    1) Oksidasi logam tembaga

    2Cu + O2 2CuO

    2) Reaksi logam tembaga dengan asam nitrat encer

    ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

    3) Reaksi tembaga (II) sulfat dengan Natrium hidroksida

  • 117

    ( )

    4) Reaksi ion Cupri dengan amonia

    CuSO4 + 4NH3 [Cu(NH3)4] + SO4

    5) Reaksi tembaga (II) sulfat dengan asam klorida pekat

    CuSO4 + 4Cl- + H

    + CuCl4

    2- + HSO4

    -

    6) Pembuatan tembaga(I) / uji fehling

    C

    C

    C

    C

    C

    CH2OH

    OH

    OH

    H

    OH

    OH

    H

    HO

    H

    H

    + Cu2+ + OH-

    C

    C

    C

    C

    C

    CH2OH

    O-O

    OH

    H

    OH

    OH

    H

    HO

    H

    H

    + Cu2O + H2O

    7) Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam sulfat encer

    8) Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam klorida encer

    Cu2O(s) + 2HCl(aq) 2CuCl(s) + H2O(l)

    CuCl(s) + Cl-(aq) [CuCl2]

    -(aq)

    9) Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam nitrat encer

    Cu2O + 2HNO3 2Cu(NO3) + H2O

    10) Reaksi tembaga (II) oksida dengan asam sulfat encer

    11) Reaksi tembaga (II) oksida dengan asam klorida encer

    12) Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam nitrat encer

    ( )

    5. Jelaskan mengapa ion cupro dapat mengalami reaksi disproporsionasi?

    Jawab:

  • 118

    Ion Cu+ mengalami disproporsionasi dalam larutan air meskipun stabil dalam

    keadaan bebas air. Tembaga (I) klorida tidak melarut dalam air sehingga

    dengan demikian Cu+ tidak mengalami disproporsionasi. Tembaga (I) klorida

    membentuk ion Cu (I) klorida lebih stabil terhadap Cu (II) klorida. Hal ini

    terjadi karena Cu+ mudah teroksidasi menjadi Cu (II). Tembaga (I) klorida

    cukup stabil dan mudah dibuat dengan terurainya tembaga (II) klorida pada

    saat pemanasan menjadi tembaga (I) klorida