perencanaan emitraan dgn pr.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan Spiritual yang
utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Setiap perempuan merupakan pribadi
yang mempunyai hak, kebutuhan serta harapan (Sofie, 2011).
Perempuan mengambil tanggung jawab terhadap kesehatannya dan
keluarganya melalui pendidikan dan konseling dalam dalam membuat
keputusan. Perempuan mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan
tentang siapa yang memberi asuhan dan dimana tempat pemberian asuhan.
Sehingga perempuan perlu pemberdayaan dan pelayanan untuk
memperoleh pendidikan dan informasi dalam menjalankan tugasnya
(Hidayat, dkk, 2009).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, kepada masyarakat khususnya perempuan. Bidan diakui
sebagai tenaga profesional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan
dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas,
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan
akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan
tindakan kegawat-daruratan (Kurnia, 2009).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Partnership Bidan Dan Perempuan Dalam Pelayanan Kebidanan
Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan
yang telah diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin
untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu (Yulianti, Rukiah, 2011).
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai dari
kehamilan sampai Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi
perempuan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan adalah upaya mengembangkan dari keadaan kurang atau tidak
berdaya menjadi punya daya dengan tujuan dapat mencapai / memperoleh
kehidupan yang lebih baik (Satria, 2008).
Partnership adalah ‘sharing’ antara bidan dan perempuan, yang melibatkan
kepercayaan, pembagian kontrol dan tanggung jawab dan berbagi makna
melalui saling pengertian
Dilihat dari definisi bidan, praktik & asuhan kebidanan serta tujuannya dan
perubahan pola pikir penerima asuhan maka telah jelas dalam memberikan
asuhan kebidanan, bidan harus memegang prinsip kemitraan dengan
perempuan.
B. Model Partnership Bidan dan Perempuan dalam Praktik Kebidanan
Sebenarnya Indonesia telah mengambil sebagian model partnership sejak
beberapa tahun yang lalu, namun dalam praktiknya belum dijalankan secara
menyeluruh sehingga pelaksanaan dan hasilnya tidak terlalu terlihat di
masyarakat
1. Model Menurut Guilliland dan Pairman (1995)
2. Model Revisi Pairman (1998)
Landasan filosofis dari model ini adalah:
a. Pelayanan kebidanan yang berpusat kepada perempuan
b. Pelayanan kebidanan memberikan pelayanan yang
berkesinambungan
c. Kebidanan merupakan profesi yang mandiri
d. Kehamilan dan kelahiran merupakan proses yang normal
Dengan prinsip-prinsip yaitu:
a. Kesetaraan
b. Membagi ketertarikan yang sama
c. Melibatkan keluarga
d. Membangun kepercayaan
e. Menggunakan waktu sebaik-baiknya
f. Membagi kekuatan dan control
Dan hasil akhir yang ingin dicapai adalah adanya emansipasi,
pemberdayaan, perkembangan dalam pengetahuan kebidanan, serta
adanya tantangan model klinis pada kelahiran.
Sehingga jika disimpulkan maka model partnership kebidanan Pairman
(1998) dapat dilihat pada gambar berikut:
C. Women Centered Care
Pengertian Woman Centred Care
Bidan merupakan pendamping perempuan dimana diharapkan melalui peran
dan tanggung jawabnya dapat menciptakan keluarga sehat sehingga dapat
menumbuhkan generasi berkualitas. Paradigma kebidanan merupakan suatu
cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan, dimana keberhasilan
pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan
dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/perempuan dengan
lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
kepada masyarakat khususnya perempuan. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas
pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak.
Seorang pekerja profesional adalah seseorang yang terampil atau cukup
dalam kerjanya dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilan
terutama dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Prinsip-prinsip Women Centered Care
Prinsip-prinsip dasar Women Centered Care adalah:
1. Memastikan perempuan adalah mitra sejajar dalam perencanaan dan
pelayanan kebidanan maternitas.
2. Mengenali pelayanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
perempuan.
3. Memberikan informasi kesehatan dan memberikan pilihan kepada
perempuan dalam hal : pemilihan terhadap kehamilan, persalinan, nifas,
dll.
4. Memberikan penyuluhan dan pelayanan kebidanan kepada perempuan
sehingga mereka mampu membentuk hubungan saling percaya antara
sesama.
5. Bidan memberikan kontrol atas keputusan-keputusan dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
D. Sasaran Pelayanan Kebidanan
Sasaran pelayanan kebidanan adalah masyarakat khususnya perempuan yang
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya promotif meliputi ; meningkatkan kesadaran individu, keluarga
dan masyarakat untuk berprilaku hidup sehat, meningkatkan proporsi
keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi dan air bersih dan
melakukan upaya penyuluhan kesehatan baik dengan menggunakan
media ataupun langsung kepada masyarakat.
Upaya preventif meliputi ; meningkatkan cakupan persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, melakukan kunjungan
antenatal secara rutin, mengkonsumsi makanan gizi seimbang,
meningkatkan cakupan imunisasi dasar, meningkatkan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih, meningkatkan pemberian ASI
eksklusif dan sebagainya.
Upaya Kuratif meliputi ; meningkatkan sistem rujukan dan kolaborasi
yang berkesinambungan, melakukan perawatan dan pengobatan sesuai
dengan kewenangan dan tanggung jawab.
Upaya Rehabilitatif meliputi ; pasien penderita lumpuh melakukan
rehabilitasi dengan mengikuti fisioterapi, pasien pasca operasi
gangguan reproduksi (kanker rahim, kista, dll)
Pelayanan kebidanan berfokus pada kebutuhan perempuan sepanjang siklus
hidupnya, pendekatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan disetiap
individu. Perempuan selaku penerima pelayanan merupakan mahluk bio,
psiko, sosial, cultural dan spiritual yang utuh unik dimana memiliki
kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan perkembangannya.
Dalam asuhan kebidanan dijelaskan beberapa point yang akan mewarnai
asuhan itu. Adapun yang dimaksud adalah :
1. Pemahaman tentang Kehamilan dan persalinan
Bidan harus memahami dan yakin bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan proses yang alamiah dan fisiologis, walau tidak dipungkiri
dalam beberapa kasus mungkin terjadi komplikasi sejak awal karena
kondisi tertentu/ komplikasi tersebut terjadi kemudian. Proses kelahiran
meliputi kejadian fisik, psikososial dan cultural.
2. Pemahaman tentang Perempuan
Setiap perempuan merupakan pribadi yang mempunyai hak, kebutuhan
serta harapan, oleh karena itu sudah selayaknya perempuan mempunyai
partisipasi aktif dalam pelayanan yang diperolehnya selama kehamilan,
persalinan, nifas dan membuat keputusan mengenai cara pelayanan yang
disediakan untuknya. Keunikan secara fisik, emosional, sosial dan budaya
membedakan tiap perempuan. Perbedaan dalam kebutuhan dan
kebudayaan merupakan tuntutan untuk lebih memperhatikan perempuan
selama proses hidupnya.
3. Pemahaman tentang profesi dan manfaatnya
Fungsi utama profesi kebidanan adalah untuk mengupayakan
kesejahteraan ibu dan bayinya. Proses yang fisiologis harus didukung dan
dipertahankan tapi bila timbul penyulit haru digunakan teknologi dan
referral yang efektif untuk memperoleh ibu dan bayi yang sehat.
4. Pemahaman Pemberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan
Perempuan harus diberdayakan untuk mampu membuat keputusan tentang
kesehatan diri dan keluarga melalui KIE & Konseling sehingga suara
perempuan lebih terdengar dan mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk
membuat suatu keputusan yang disertai dengan informasi yang berimbang
dari seorang bidan, dengan adanya hal tersebut diharapkan perempuan
dapat melewati setiap fase hidupnya dengan aman.
5. Pemahaman tentang Pelayanan Kebidanan
Pelayanan harus dilakukan secara continue, individual dan tidak otoriter
serta menghardai pilihan klien. Pelayanan yang diberikan dengan
keyakinan bahwa dengan dukungan dan asuhan yang tepat, klien dapat
melahirkan secara aman dan membanggakan. Pelayanan kebidanan
haruslah aman, memuaskan, menghormati seta memberdayakan
perempuan dan keluarganya.
6. Kolaborasi dan partnership
Praktek kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai
partmer (partnership) dengan pemahaman kompetensi terhadap perempuan
baik aspek sosial, emosi, budaya, spiritual, psikologi dan fisik serta
pelayanan reproduksi.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan
yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
1. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas
dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau
kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas.
2. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan.
3. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika
mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri
E. Continuity of Care
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang
semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak
janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.
Siklus hidup reproduksi merupakan permasalahan yang tidak ditangani dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya. Dalam pendekatan siklus
hidup dikenal lima tahap, yaitu
1. Konsepsi
2. Bayi dan Anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut
Contoh Pencegahan dan promosi kesehatan, masalah/tindakan dalam
pelayanan berkesinambungan pada daur kehidupan wanita
1. PraKonsepsi
Pengenalan dini riwayat infeksi toksoplasma, Rubella, Sitomegalo
Virus, herves,dll.
Pemeriksaan imunologis dan terapi.
2. Konsepsi
Pengenalan dini kelainan genetik (keturunan) dll.
Pemeriksaan sitogenetik, tindakan korektif intra uterin (perbaikan dalam
kandungan) dll.
3. PraKelahiran
40 mgg) - Pengenalan dini malformasi (kesalahan bentuk) dalam
perkembangan janin.
Pemeriksaan Ultrasonografi, Terminasi Kehamilan.
4. PraPubertas
(0bln–12 bln) Pencegahan infeksi kekurangan kalori, protein, mineral,
dan vitamin.
Imunisasi, perbaikan gizi, Pembinaan kebugaran jasmani.
5. Pubertas/remaja
(13th-20th) Penkes tentang penyakit seksual menular dan kehamilan.
Komunikasi, Informasi dan edukasi Agama, etika dan moral serta
pendidikan seks.
6. Reproduksi
Pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan
aman - Penggunaan kontrasepsi rasional, perawatan antenatal,
pemberian ASI.
7. Menopouse
(45th-55th) Deteksi dini keganasan (kanker) alat kelamin dalam
(genitalia interna).
Tes Paps, biopsi dan kurtase.
8. Pasca Menopouse
(50th-65th) Deteksi dini osteoporosis (rapuh tulang) penyakit jantung
koroner. - Terapi hormonal, gizi.
9. Lansia (senium)
Penurunan fungsi fisiologis/fisik yang berat - Gizi cukup
F. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan
meningkatkan KIA dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat.
Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Pelayanan Kebidanan Primer adalah merupakan layanan bidan yang
sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
Adapun pelayanan kebidanan primer sebagai berikut :
Tugas mandiri
a. Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah
dengan melibat klien
b. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien/keluarga
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
e. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien/keluarga
f. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimaterium dan menopause
h. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan
keluarga
i. Pelayanan Kolaborasi / Kerjasama adalah pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara
bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
2. Pelayanan Kolaborasi / kerjasama terdiri dari :
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan
keluarga
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi yang
melibatkan klien dan keluarga
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan
yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga
3. Pelayanan Rujukan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun
yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun
vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Pelayanan Ketergantungan / Rujukan terdiri dari :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
hamil dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan
tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan konsultasi dan
rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga
e. Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan konsultasi dan
rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga
Secara umum pelayanan dan penyuluhan yang diberikan dapat mengatasi
masalah kesehatan untuk bayi dan balita, kesehatan untuk ibu hamil,
kesehatan untuk ibu menyusui, kesehatan untuk keluarga, kesehatan
reproduksi wanita usia subur, kesehatan reproduksi wanita usia lanjut, dan
kesehatan reproduksi tingkat remaja. Kesadaran kaum perempuan yang
semakin meningkat tentu akan membuat mereka hidup lebih berkualitas.
Lebih lanjut, masyarakat berharap kegiatan penyuluhan tidak berhenti
sampai di situ saja, melainkan dapat berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan
yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat :
a. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat,
terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan,
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas
b. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan
c. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga
ketika mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
G. Pemberdayaan Perempuan
Pada bulan September 1994 di Kairo, 184 negara berkumpul untuk
merencanakan suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya
yang ada. Untuk pertama kalinya, perjanjian internasional mengenai
kependudukan memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan
sebagai tema sentral.
Konferensi Internasional ini menyetujui bahwa secara umum akses terhadap
pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat diwujudkan sampai tahun 2015.
Tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan, pelaksana-pelaksana
program serta para advokator adalah mengajak pemerintah, lembaga donor
dan kelompok-kelompok perempuan serta organisasi non pemerintah lainnya
untuk menjamin bahwa perjanjian yang telah dibuat tersebut di Kairo secara
penuh dapat diterapkan di masing-masing negara.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan perempuan dan laki-laki berhubungan dengan masalah seksualitas
dan penjarangan kehamilan. Tujuan dari program-program yang terkait serta
konfigurasi dari pelayanan tersebut harus menyeluruh, dan mengacu kepada
program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
Komponen yang termasuk di dalam kesehatan reproduksi adalah:
1. Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi,
infertilitas, infeksi dan penyakit;
2. Pendidikan seksualitas dan jender;
3. Pencegahan, skrining dan pengobatan infeksi saluran reproduksi, penyakit
menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan
lainnya.
4. Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat
kontrasepsi yang ada;
5. Pencegahan dan pengobatan infertilitas;
6. Pelayanan aborsi yang aman;
7. Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca
kelahiran; dan
8. Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.
Kualitas pelayanan merupakan prioritas dan ini harus didukung dengan:
1. Menerapkan metode yang kompeten dengan standar yang tinggi
(maintaining high standards of technical competence);
2. Melayani klien dengan rasa hormat dan bersahabat;
3. Merancang pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan klien; dan
4. Menyediakan pelayanan lanjutan.
Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan
memperkirakan bahwa setiap tahun diperlukan dana sekitar US$17 juta
sampai tahun 2000 untuk menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi di
negara-negara miskin yang dapat diakses secara umum.
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung
jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak
atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;
Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang
terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal
tersebut dapat terwujud; dan
Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
Hak hidup
Hak menikah
Hak hamil atau tidak hamil
Hak seksualitas
Hak menggunakan kontrasepsi
Hak terbebas dari PMS
Mendapat informasi & pelayanan yang berkualitas
Dengan memodifikasi program KB dan program kesehatan lainnya agar
dapat :
Memperluas jangkauan pelayanan terhadap perempuan yang mempunyai
kebutuhan akan hal-hal yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan
kesehatan seksual;
Secara intensif melatih dan memberikan supervisi kepada staf dan
memberlakukan sistem-sistem yang memberikan kualitas pelayanan yang
baik, tidak hanya terpaku kepada jumlah klien yang dapat dilayani;
Merancang pelayanan yang menjaga hak-hak perempuan dan mendorong
pemberdayaannya;
Menyediakan informasi dan pelayanan terhadap perempuan yang lebih
muda atau lebih tua dari usia reproduksi, tanpa melihat status
perkawinannya;
Mendorong dan mendukung peran laki-laki untuk ikut ambil bagian dalam
pembagian tanggung jawab terhadap tingkah laku seksual dan
reproduksinya, masa kehamilan, kesehatan ibu dan anak, penjarangan
kehamilan, infeksi PMS dan HIV/AIDS serta kekerasan; dan
Mendukung penelitian untuk mengisi kesenjangan terhadap pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah teknologi dan pelayanan termasuk di
dalamnya adalah microbicides, metode-metode untuk men-diagnosa
PMS, pengobatan PMS yang terjangkau serta pelayanan
kegawatdaruratan kebidanan.
Beberapa prinsip yang harus digaris bawahi adalah:
Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai dengan kondisi-
kondisi yang ada dan menjamin bahwa pelayanan ini dapat dimanfaatkan
dan dijangkau oleh seluruh perempuan;
Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan perempuan dari
berbagai latar-belakang; dan
Program harus mendukung baik laki-laki maupun perempuan dalam hal
pembagian tanggung jawab dari tingkah laku seksual, masa subur, dan
kesehatannya serta keberadaan pasangan dan anak-anaknya.
Hak-hak Reproduksi dapat Terjamin
Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang
menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya
terpenuhi
Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk
mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan
dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan
Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta
membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan
advokasi.
BAB III
PENUTUP
Partnership menurut terjemahan Google adalah “kemitraan, persekutuan,
perseroan, perkongsian, kongsi, perekanan (Translate google, 2011). Bidan adalah
seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui
oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan
praktek kebidanan di negeri itu (Yulianti, Rukiah, 2011).
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai dari
kehamilan sampai Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi
perempuan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan adalah upaya mengembangkan dari keadaan kurang atau tidak
berdaya menjadi punya daya dengan tujuan dapat mencapai / memperoleh
kehidupan yang lebih baik (Satria, 2008). Partnership bidan dalam pelayanan
kebidanan ada 2, yaitu pelayanan perempuan dan pemberdayaan perempuan
Adapun pelayanan dan penyuluhan yang diberikan adalah masalah kesehatan
untuk bayi dan balita, kesehatan untuk ibu hamil, kesehatan untuk ibu menyusui,
kesehatan untuk keluarga, kesehatan reproduksi wanita usia subur, kesehatan
reproduksi wanita usia lanjut, dan kesehatan reproduksi tingkat remaja. Kesadaran
kaum perempuan yang semakin meningkat tentu akan membuat mereka hidup
lebih berkualitas.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa kebutuhan-
kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan yang lain.
Sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya, bidan mempunyai peran yang lebih
dibandingkan dengan profesi tenaga kesehatan lainnya, karena bidan merupakan
pendamping perempuan disepanjang siklus hidupnya yang melibatkan keluarga,
lingkungan, budaya dsb. Dari semua point mengenai pemahaman seorang bidan
maka selayaknya bidan menerapkan seni dalam asuhannya dimana seni dalam
asuhan kebidanan merupakan cara bidan dalam memberi pelayanan mencakup
sensitifitas tinggi tentang kebutuhan perempuan. Bidan dituntut berkompeten
berlandaskan pemikiran kritis, praktik berdasarkan fakta/evidence based, pemakai
teknologi secara etis, menhormati, perbedaan budaya dan etik serta
mempraktikkan kesabaran dengan menunggu tetapi rasional, berperan penting
dalam advocacy perempuan serta tindakan non intervensi pada kasus yang tidak
mengalami komplikasi.
Seni dalam kebidanan ialah bagaimana bidan dapat mengambil keputusan
yang bertanggung jawab, melakukan antisipasi, memfasilitasi dan mendukung
keikutsertaan klien dalam mengambil keputusan dapat menyesuaikan keahlian
untuk memenuhi kebutuhan klien yang spesifik dengan menggunakan pendekatan
yang ramah dan terpusat pada perempuan.
Dengan demikian dalam memberikan asuhan kebidanan tidak hanya
dituntut memiliki keterampilan yang kompeten namun diperlukan pula “seni”
dimana kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Pelayanan kebidanan yang
berkualitas merupakan pelayanan yang dapat menggabungkan antara “science”
dan “art” menjadi kesatuan yang harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, Hesti, 2011. Patnership Bidan Dan Perempuan Dalam Pelayanan
Kebidanan, Internet:http://celebrat2002.blogspot.com/2009/02/partnership-bidan-
dan-perempuan-dalam.html [akses: 24 Oktober 2011]
Admin, 2011. Peranan Bidan dalam Sistem Kesehatan
Nasional.Internet:http://obstetriginekologi.com/artikel/latar+belakang+peranan+bi
dan+dalam+sistem+kesehatan+nasional.html [akses: 24 Oktober 2011]
Sofie, 2011. , Falsapah Kebidanan, Internet :http://bidansofie.wordpress.com/
[akses: 25 oktober 2011]
Hidayat, Asri, Mufdlilah, 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan.Yogyakarta:
Mitra Cendikiawa
Google,Internet: http://translate.google.co.id/?q=Patnership%20adalah
%20wikipedia&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&cr=countryID&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&biw=1
366&bih=665&um=1&ie=UTF-8&sa=N&tab=wT#auto|id|Partnership [akses: 27
Oktober 2011]
Satria, 2008. Konsep dan Pengertian Pemberdayaan Masyarakat,internet:
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2180843-konsep-dan-
pengertian-pemberdayaan-masyarakat/#ixzz1bvKQZDlR
Rukiyah, Yeyeh, Yulianti, 2011. Konsep Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media