peritonitis by codox

23
Peritonitis A. Anatomi Rongga Abdomen ABDOMEN Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan pelvis beserta daerah-daerah. Rongga Abdomen dan Pelvis

Upload: alfin-caesario-satria-putra

Post on 31-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

good to read

TRANSCRIPT

Page 1: Peritonitis by codox

Peritonitis

A. Anatomi Rongga Abdomen

ABDOMEN

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari

atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua

bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari

pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di

bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan

dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di

bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari

rongga abdomen dan pelvis beserta daerah-daerah.

Rongga Abdomen dan Pelvis

Keterangan : 

1. Hipokhondriak kanan 

2. Epigastrik 

3. Hipokhondriak kiri 

4. Lumbal kanan 

5. Pusar (umbilikus) 

Page 2: Peritonitis by codox

6. Lumbal kiri 

7. Ilium kanan 

8. Hipogastrik

9. Ilium kiri

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus

halus dan usus besar.

1. Lambung 

Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di belakang iga-

iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak di belakang tulang

rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar

iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang

menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut

anthrum pyloricum. 

Fungsi lambung :

a. Tempat penyimpanan makanan sementara.

b. Mencampur makanan.

c. Melunakkan makanan. 

d. Mendorong makanan ke distal.

e. Protein diubah menjadi pepton.

f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan. 

g. Faktor antianemi dibentuk. 

h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.

2. Usus Halus 

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam

keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika tempat

bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi

usus besar. 

Page 3: Peritonitis by codox

Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.

b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.

c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir. 

Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi duodenum

adalah alkali.

3. Usus Besar 

Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileokdik yaitu

tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter. 

Fungsi usus besar adalah :

a. Absorpsi air, garam dan glukosa.

b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam

c. Penyiapan selulosa.

d. Defekasi (pembuangan air besar)

4. Hati 

Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam

rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar dilindungi oleh

iga-iga. 

Fungsi hati adalah :

a. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas

makanan dan darah. 

b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar matabolisme.

c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.

d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa. 

e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.

f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.

g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.

h. Membersihkan bilirubin dari darah.

Page 4: Peritonitis by codox

5. Kandung Empedu 

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran

berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di

pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu

terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher. 

Fungsi kangdung empedu adalah :

a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. 

b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat.

6. Pankreas 

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar

ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa.

Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan

rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di

belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang

runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa. 

Fungsi pankreas adalah :

1. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah

pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.

2. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-kelompok

kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.

3. Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot.

7. Ginjal 

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah

kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari

belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal

kanan lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan.

Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram.

Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus

caudatus, lobus sinistra. 

Page 5: Peritonitis by codox

Fungsi ginjal adalah :

a. Mengatur keseimbangan air. 

b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah. 

c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. 

8. Limpa 

Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli dan

diafragma. 

Fungsi limpa adalah : 

a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit. 

b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin dan zat besi

bebas. 

Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 

a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis. 

b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.

c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior 

Rongga Abdomen Bagian Depan

Page 6: Peritonitis by codox

Keterangan : 

A. Diafragma

B. Esofagus

C. Lambung

D. Kaliks kiri

E. Pankreas

F. Kolon desenden

G. Kolon transversus

H. Usus halus

I. Kolon sigmoid

J. Kandung kencing

K. Apendiks

L. Sekum

M. Illium

N. Kolon asenden

O. Kandung empedu

P. Liver

Q. Lobus kanan 

R. Lobus kiri

B. Peritonemun

Peritoneum adalah suatu membrana serosa yang tipis, halus dan mengkilat, terletak pada

facies interna cavum abdominis. Secara umum, dibagi menjadi peritoneum parietale,

peritoneum viscerale, dan cavum peritonei. Peritoneum viscerale adalah yang

membungkus permukaan organ abdominal, peritoneum parietale adalah yang menutupi

dinding abdomen dari dalam rongga abdomen, sedangkan cavum peritonei adalah rongga

yang terletak di antara kedua lapisan tersebut dan mengandung cairan sereus.Peralihan

peritoneum parietale menjadi paritoneum viscerale (reflexi peritoneum) dapat berupa

lipatan (plica), lembaran (omentum), atau alat penggantung viscera.

Page 7: Peritonitis by codox

1. Reflexi peritoneum yang berupa lipatan antara lain adalah plica rectouterina dan

plica umbilicalis lateralis. Reflexi peritoneum yang berpa lembaran adalah omentum

majus dan omentum minus. Dan reflexi peritonei yang berupa penggantung adalah

mesenterium, mesocolon transversum, ligamentum hepatogastricum, dan ligamentum

falciforme hepatis.

2. Cavum peritonei berisi cairan sereus, yang merupakan ruangan tertutup pada pria,

sedangkan pada wanita terdapat hubungan dengan dunia luar melalui Ostium tubae

uterinae. Nama lain dari cavum peritonei adalah Greater sac. Sedangkan Lesser sac

merujuk kepada bursa omentalis. Pintu masuk ke dalam bursa omentalis disebut

foramen epiploicum winslowi.

3. Greater sac (cavum peritonei) pada bagian anterosuperior terbagi menjadi pars sinister

dan pars dexter oleh ligamentum falciforme hepatis, dan pada bagian posteroinferior

dibatasi oleh perlekatan mesocolon transversum pada pancreas.

4. Lesser sac (bursa omentalis) merupakan ruangan yang irreguler, berada di sebelah

dorsal lobus caudatus hepatis, omentum minus dan gaster, serta berada di dalam

Page 8: Peritonitis by codox

omentum majus. Batas-batas bursa omentalis, di sebelah ventral berbatasan dengan

peritoneum yang membatasi lobus caudatus hepatis, omentum minus, peritoneum

yang melapisi pars posterior ventriculi, dan omentum majus, sementara di posterior

berbatasan dengan omentum majus, peritoneum yang meliputi colon transversum,

mesocolon transversum, dan peritoneum yang meliputi struktur di bagian posterior

cavum abdominis (pancreas, gld. suprarenalis sinistra).

5. Foramen epiploicum winslowi dibatasi oleh processus caudatus hepatis di sebelah

cranial, oleh ligamentum hepatoduodenale di bagian ventral, oleh pars superior

duodeni di bagian caudal, dan oleh peritoneum parietale yang menutupi vena cava

inferior di sebelah dorsal.

Reflexi peritoneum merupakan penggantung organ viscera yang merupakan lapisan ganda

di dalam peritoneum yang menghubungkan organ-organ peritoneum ke bagian dorsal dan

ventral dari dinding tubuh. Fungsinya adalah untuk memfiksasi organ, menyimpan lemak,

dan sebagai jalur bagi nervus dan pembuluh darah. Mesenterium yang terletak di ventral

menghubungkan organ ke dinding abdomen anterior yaitu ligemntum falciform dan

omentum minus. Reflexi peritoneum yang terletak di dorsal menghubungkan organ

peritoneum ke dinding posterior abdomen, yaitu omentum majus, mesenterium propria,

mesocolon transversum, dan mesocolon sigmoideum.

Perbedaan organ peritoneum dan organ retroperitoneum. Organ-organ peritoneum

dikelilingi oleh cavum peritoneal, yaitu hepar, gaster, ileum, jejunum, kolon

transversum, dan kolon sigmoid. Organ-organ retroperitoneum terletak di belakang

peritoneum, yaitu kolon asendens, kolon desendens, pancreas, rectum, dan duodenum.

C. Peritonitis

Defenisi

Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput

rongga perut (peritoneum), yaitu selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut

dan dinding perut sebelah dalam.

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga

abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam

Page 9: Peritonitis by codox

bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri

lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.

Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri

tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda umum inflamasi.

Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau

penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus

patologik dengan respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.

Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer

(peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis organ viseral) atau

penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat. Secara

umum, infeksi (umum) dan abses abdomen (lokal).

Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang

mendasarinya.

Selian tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni peritonitis

steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya

cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari

organ-organ dalam (Misal penyakit Crohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga

abdomen.

Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan etiologi/penyebab timbulnya peritonitis, yaitu

sebagai berikut :

a.       Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP), akibat penyakit hati kronik. Penyebab lainnya

yakni : peritonitis sekunder, seperti: perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan

duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi

kolon ascendens.

b.      Penyebab iatrogenic, umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk

pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.

Selain hal tersebut, penyebab peritonitis antara lain yaitu :

1.      Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.

Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung

empedu, atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi.

Page 10: Peritonitis by codox

Jika pemaparan tidak berlangsung terus menuerus, tidak akan terjadi peritonitis,

dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.

2.      Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan

seksual.

3.      Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa

jenis kuman atau ruptur (pecahnya) kista ovarium.

4.      Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bias berkumpul di perut (asites)

dan mengalami infeksi.

5.      Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.

Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama

pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat

terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.

6.      Dialisa peritoneal ( pengobatan gagal ginjal ) sering mengakibatkan peritonitis.

Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di

dalam perut.

7.       Iritasitanpainfeksi.Misalnya peradangan pancreas (pankreatitis akut) ayau bubuk

bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa

infeksi.

8.      Adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dan perforasi ulkus

gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang pecah atau hepar yang

mengalami laserasi.

Patofisiologi

Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan,

masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem

sirkulasi mengalami tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah

ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini,

meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi

darah berkurang, meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan

tekanan abdomen yang meninggikan diafragma.

Peritonitis dapat menyebabkan penurunan aktivitas fbrinolitik intraabdomen

(meningkatnya aktivitas inhibitor antivaktor plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan

Page 11: Peritonitis by codox

adanya pembentukan jejering pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme

terpenting dari system pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam

jumlah yamh sangat banyak diantara matriks fibrin.

Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanismetubuh

yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk

menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat

banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan

penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompertemen yang kita kenal

sebagai abses. Masuknya bakteri dengan jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai

sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau

intervensi bedah yang merusak keaadaan abdomen.Selain jumlah bakteritransien yang

terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi memang karena virulensi

kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri

dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan

bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koifensi bakteroides fragilis dan

bakteri gram negative, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pda pasien peritonitis

menunjukan jumlah candida albicans yang relative tinggi, sehingga dengan menggunakan

skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation ) diperoleh mrtalitas

tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis diteliti lebih lanjut karena

melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory

response syndrome (SIRS) dan Multiple Organ failure (MOF).

Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen

(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan

adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme

terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam

jumlah yang sangat banyak diantara matriks fibrin.

Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang

melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan

kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak tubuh

sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan. Penyebaran

kuman dengan membentuk komportemen-komportemen yang kita kenal sebagai abses.

Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral / intervensi

bedah yang merusak keadaan abdomen.

Page 12: Peritonitis by codox

Klasifikasi Peritonitis

a. Peritonotis Primer

Disebabkan oleh pengerasan hati yang dapat menimbulkan asites.

b. Peritonitis Sekunder

Merupakan bentuk peritonitis yang paling sering terjadi. Disebabkan oleh perforasi

atau nekrosis organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal.

c. Peritonitis Tersier

Dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau

peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Biasanya

timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula.

d. Peritonitis Steril atau Kimiawi

Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan

empedu,barium,dan substansi kimia lain.

Manifestasi klinik

Adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak

terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral). Kemudian lama kelamaan menjadi jelas

lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu,

misalnya : perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat/ iskemia.

Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri

abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya

(peritoneum pariental). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya

perporasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri

abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.

Tanda –tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi,

atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi

hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat

Page 13: Peritonitis by codox

tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena

mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang

menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini akan

samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang

samara juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik.

Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk

membedakan nyeri akibat velvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang

dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.

Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang

dengan cepat. Gerakan peristaltic usus akan menghilang dan cairan tertaha di usus halus

dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga

peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elekrolit. Selanjutnya bisa

terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah

yang menyebar.

Tanda-Tanda Peritonitis, yaitu sebagai berikut :

         Demam tinggi

         Pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia

         Takikardi

         Dehidrasi

         Hipotensi

         Nyeri tajam, memburuk pada saat bergerak/batuk.

         Nyeri menyebar ke bahu, iritasi diafragma.

         Muntah dan distensi.

         Palpasi dan perkusi secara hati-hati, terdapaat nyeri lepas.

         Suara usus menghilang.

         Peritonitis pelvik dengan manifestasi diare, disuria (Mowschenson, 1990).

Pemeriksaan penunjang

JDL : SDP meningkat kadang-kadang lebih besar dari 20.000. SDM mungkin

meningkat, menunjukkan hemokonsentrasi.

Protein/albumin serum : mungkin menurun karena perpindahan cairan.

Page 14: Peritonitis by codox

Amilase serum : biasanya meningkat

Elektrolit serum : hipokalemia mungkin ada

GDA : alkalosis respiratori dan asidosis metabolik mungkin ada

Kultur : organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret

atau cairan asites.

Pemeriksaan foto abdominal : dapat menyatakan distensi usus/ileum. Bila

perforasi visera sebagai etiologi, udara bebas ditemukan pada abdomen.

Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma.

Parasentesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus/eksudat,

amilase, empedu, dan kreatinin.

Komplikasi

Komplikasi yang timbul dari peritonitis adalah sebagai berikut :

  Eviserasi Luka.

  Pembentukan abses.

  Ketidakseimbangan elektrolit

   Dehidrasi

  Asidosis metabolic

  Alkalosis respiratorik

  Syok

Penatalaksanaan/ Pengobatan

A. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analgesik diberikan

untuk mengatasi nyeri anti emetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan

muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan

oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk

ventilasi diperlukan.

Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi

hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi

respon peradangan. Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik

stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah

sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi

Page 15: Peritonitis by codox

bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan

hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus

dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoneum, maka tindakan

laparotomi diperlukan.

Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat

darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan

lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila

tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka

tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.

B. OPERASI LAPARATOMI

1. Laparatomi adalah operasi buka perut untuk eksplorasi isi perut apakah ada

nanah, perdarahan, lubang, kebocoran, dan sebagainya untuk pria dan wanita.

Laparatomi dilakukan untuk memeriksa beberapa organ abdomen di sebelah

bawah dan pelvis (rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum

melakukan pembedahan mikro pada tuba falopii.

2. Persiapan Sebelum dan Sesudah Operasi Laparatomi

Diagnosis praoperasi yang benar merupakan kunci berhasilnya operasi.

Apabila pada pembukaan abdomen terdapat temuan-temuan yang diharapkan,

sudah barang tentu operasi akan berjalan lancar dan keseluruhannya akan

dikerjakan dengan lebih baik.

Apabila pada waktu dilakukan laparatomi terjadi peritonitis, maka harus dipikirkan :

A. Mencuci ruang peritoneum sebelum penutupan.

B. Pemasangan lavasi peritoneum.

        Telah dianjurkan berbagai macam larutan antiseptic dan antibiotic. Salah satu

yang telah mendapat banyak dukungan eksperimental dan klinis adalah

tetrasiklin 1 mg/ml dalam larutan garam dalam jumlah sampai 5 liter. Pada

kadar ini tetrasiklin bersifat bakterisid dan penggunaannya dianjurkan untuk

situasi apapun bila terjadi kontaminasi peritoneum oleh organisme dari usus.

         Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain :

Page 16: Peritonitis by codox

Pertimbangkan kebutuhan untuk membuat gastrostomi sebelum

abdomen ditutup. Putuskan untuk lebih memilih tindakan ini bila

peritonitisnya parah.

 Lavasi peritoneal dan irigasi. Lavasi ekstensif mendekati saat operasi

untuk peritonitis dengan satu liter atau lebih tetrasiklin dalam larutan

garam, pada kadar 1 mg per ml. Kurang ada kesepakatan mengenai

irigasi pascaoperatif.

Penatalaksanaan luka.

Teruskan tindakan suportif yang telah digambarkan untuk persiapan

praoperasi. Perhatian khusus harus diberikan pada bahaya komplikasi

pernafasan dan anjurkan sebanyak mungkin mobilitas dan batuk

energetic. Obat-obat harus disesuaikan pada kebutuhan penderita untuk

menghilangkan sakit dan untuk tidur.

Atur bagan pencatatan yang memadai untuk tanda-tanda vital.

Teruskan kombinasi antibiotic selama 5 hari.

Tetap awas untuk timbulnya abses residual.