peritonitis by codox
DESCRIPTION
good to readTRANSCRIPT
Peritonitis
A. Anatomi Rongga Abdomen
ABDOMEN
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari
atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua
bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari
pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di
bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan
dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di
bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari
rongga abdomen dan pelvis beserta daerah-daerah.
Rongga Abdomen dan Pelvis
Keterangan :
1. Hipokhondriak kanan
2. Epigastrik
3. Hipokhondriak kiri
4. Lumbal kanan
5. Pusar (umbilikus)
6. Lumbal kiri
7. Ilium kanan
8. Hipogastrik
9. Ilium kiri
Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus
halus dan usus besar.
1. Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di belakang iga-
iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak di belakang tulang
rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar
iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang
menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut
anthrum pyloricum.
Fungsi lambung :
a. Tempat penyimpanan makanan sementara.
b. Mencampur makanan.
c. Melunakkan makanan.
d. Mendorong makanan ke distal.
e. Protein diubah menjadi pepton.
f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
g. Faktor antianemi dibentuk.
h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.
2. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam
keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika tempat
bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi
usus besar.
Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.
b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.
c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.
Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi duodenum
adalah alkali.
3. Usus Besar
Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileokdik yaitu
tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter.
Fungsi usus besar adalah :
a. Absorpsi air, garam dan glukosa.
b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam
c. Penyiapan selulosa.
d. Defekasi (pembuangan air besar)
4. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam
rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar dilindungi oleh
iga-iga.
Fungsi hati adalah :
a. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas
makanan dan darah.
b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar matabolisme.
c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.
g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.
h. Membersihkan bilirubin dari darah.
5. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran
berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di
pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu
terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
Fungsi kangdung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat.
6. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa.
Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan
rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di
belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang
runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Fungsi pankreas adalah :
1. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah
pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
2. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-kelompok
kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
3. Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot.
7. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah
kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari
belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal
kanan lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan.
Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram.
Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus
caudatus, lobus sinistra.
Fungsi ginjal adalah :
a. Mengatur keseimbangan air.
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.
8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli dan
diafragma.
Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit.
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin dan zat besi
bebas.
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior
Rongga Abdomen Bagian Depan
Keterangan :
A. Diafragma
B. Esofagus
C. Lambung
D. Kaliks kiri
E. Pankreas
F. Kolon desenden
G. Kolon transversus
H. Usus halus
I. Kolon sigmoid
J. Kandung kencing
K. Apendiks
L. Sekum
M. Illium
N. Kolon asenden
O. Kandung empedu
P. Liver
Q. Lobus kanan
R. Lobus kiri
B. Peritonemun
Peritoneum adalah suatu membrana serosa yang tipis, halus dan mengkilat, terletak pada
facies interna cavum abdominis. Secara umum, dibagi menjadi peritoneum parietale,
peritoneum viscerale, dan cavum peritonei. Peritoneum viscerale adalah yang
membungkus permukaan organ abdominal, peritoneum parietale adalah yang menutupi
dinding abdomen dari dalam rongga abdomen, sedangkan cavum peritonei adalah rongga
yang terletak di antara kedua lapisan tersebut dan mengandung cairan sereus.Peralihan
peritoneum parietale menjadi paritoneum viscerale (reflexi peritoneum) dapat berupa
lipatan (plica), lembaran (omentum), atau alat penggantung viscera.
1. Reflexi peritoneum yang berupa lipatan antara lain adalah plica rectouterina dan
plica umbilicalis lateralis. Reflexi peritoneum yang berpa lembaran adalah omentum
majus dan omentum minus. Dan reflexi peritonei yang berupa penggantung adalah
mesenterium, mesocolon transversum, ligamentum hepatogastricum, dan ligamentum
falciforme hepatis.
2. Cavum peritonei berisi cairan sereus, yang merupakan ruangan tertutup pada pria,
sedangkan pada wanita terdapat hubungan dengan dunia luar melalui Ostium tubae
uterinae. Nama lain dari cavum peritonei adalah Greater sac. Sedangkan Lesser sac
merujuk kepada bursa omentalis. Pintu masuk ke dalam bursa omentalis disebut
foramen epiploicum winslowi.
3. Greater sac (cavum peritonei) pada bagian anterosuperior terbagi menjadi pars sinister
dan pars dexter oleh ligamentum falciforme hepatis, dan pada bagian posteroinferior
dibatasi oleh perlekatan mesocolon transversum pada pancreas.
4. Lesser sac (bursa omentalis) merupakan ruangan yang irreguler, berada di sebelah
dorsal lobus caudatus hepatis, omentum minus dan gaster, serta berada di dalam
omentum majus. Batas-batas bursa omentalis, di sebelah ventral berbatasan dengan
peritoneum yang membatasi lobus caudatus hepatis, omentum minus, peritoneum
yang melapisi pars posterior ventriculi, dan omentum majus, sementara di posterior
berbatasan dengan omentum majus, peritoneum yang meliputi colon transversum,
mesocolon transversum, dan peritoneum yang meliputi struktur di bagian posterior
cavum abdominis (pancreas, gld. suprarenalis sinistra).
5. Foramen epiploicum winslowi dibatasi oleh processus caudatus hepatis di sebelah
cranial, oleh ligamentum hepatoduodenale di bagian ventral, oleh pars superior
duodeni di bagian caudal, dan oleh peritoneum parietale yang menutupi vena cava
inferior di sebelah dorsal.
Reflexi peritoneum merupakan penggantung organ viscera yang merupakan lapisan ganda
di dalam peritoneum yang menghubungkan organ-organ peritoneum ke bagian dorsal dan
ventral dari dinding tubuh. Fungsinya adalah untuk memfiksasi organ, menyimpan lemak,
dan sebagai jalur bagi nervus dan pembuluh darah. Mesenterium yang terletak di ventral
menghubungkan organ ke dinding abdomen anterior yaitu ligemntum falciform dan
omentum minus. Reflexi peritoneum yang terletak di dorsal menghubungkan organ
peritoneum ke dinding posterior abdomen, yaitu omentum majus, mesenterium propria,
mesocolon transversum, dan mesocolon sigmoideum.
Perbedaan organ peritoneum dan organ retroperitoneum. Organ-organ peritoneum
dikelilingi oleh cavum peritoneal, yaitu hepar, gaster, ileum, jejunum, kolon
transversum, dan kolon sigmoid. Organ-organ retroperitoneum terletak di belakang
peritoneum, yaitu kolon asendens, kolon desendens, pancreas, rectum, dan duodenum.
C. Peritonitis
Defenisi
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput
rongga perut (peritoneum), yaitu selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut
dan dinding perut sebelah dalam.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga
abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri
lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri
tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau
penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus
patologik dengan respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer
(peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis organ viseral) atau
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat. Secara
umum, infeksi (umum) dan abses abdomen (lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang
mendasarinya.
Selian tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni peritonitis
steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya
cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari
organ-organ dalam (Misal penyakit Crohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga
abdomen.
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan etiologi/penyebab timbulnya peritonitis, yaitu
sebagai berikut :
a. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP), akibat penyakit hati kronik. Penyebab lainnya
yakni : peritonitis sekunder, seperti: perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan
duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi
kolon ascendens.
b. Penyebab iatrogenic, umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk
pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.
Selain hal tersebut, penyebab peritonitis antara lain yaitu :
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung
empedu, atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi.
Jika pemaparan tidak berlangsung terus menuerus, tidak akan terjadi peritonitis,
dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.
2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan
seksual.
3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa
jenis kuman atau ruptur (pecahnya) kista ovarium.
4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bias berkumpul di perut (asites)
dan mengalami infeksi.
5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama
pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat
terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
6. Dialisa peritoneal ( pengobatan gagal ginjal ) sering mengakibatkan peritonitis.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di
dalam perut.
7. Iritasitanpainfeksi.Misalnya peradangan pancreas (pankreatitis akut) ayau bubuk
bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa
infeksi.
8. Adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dan perforasi ulkus
gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang pecah atau hepar yang
mengalami laserasi.
Patofisiologi
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan,
masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem
sirkulasi mengalami tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah
ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini,
meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi
darah berkurang, meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan
tekanan abdomen yang meninggikan diafragma.
Peritonitis dapat menyebabkan penurunan aktivitas fbrinolitik intraabdomen
(meningkatnya aktivitas inhibitor antivaktor plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan
adanya pembentukan jejering pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme
terpenting dari system pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam
jumlah yamh sangat banyak diantara matriks fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanismetubuh
yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk
menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat
banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan
penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompertemen yang kita kenal
sebagai abses. Masuknya bakteri dengan jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai
sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau
intervensi bedah yang merusak keaadaan abdomen.Selain jumlah bakteritransien yang
terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi memang karena virulensi
kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri
dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan
bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koifensi bakteroides fragilis dan
bakteri gram negative, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pda pasien peritonitis
menunjukan jumlah candida albicans yang relative tinggi, sehingga dengan menggunakan
skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation ) diperoleh mrtalitas
tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis diteliti lebih lanjut karena
melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) dan Multiple Organ failure (MOF).
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen
(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan
adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme
terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam
jumlah yang sangat banyak diantara matriks fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang
melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan
kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak tubuh
sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan. Penyebaran
kuman dengan membentuk komportemen-komportemen yang kita kenal sebagai abses.
Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral / intervensi
bedah yang merusak keadaan abdomen.
Klasifikasi Peritonitis
a. Peritonotis Primer
Disebabkan oleh pengerasan hati yang dapat menimbulkan asites.
b. Peritonitis Sekunder
Merupakan bentuk peritonitis yang paling sering terjadi. Disebabkan oleh perforasi
atau nekrosis organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal.
c. Peritonitis Tersier
Dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau
peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Biasanya
timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula.
d. Peritonitis Steril atau Kimiawi
Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan
empedu,barium,dan substansi kimia lain.
Manifestasi klinik
Adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak
terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral). Kemudian lama kelamaan menjadi jelas
lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu,
misalnya : perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat/ iskemia.
Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri
abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum pariental). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya
perporasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri
abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.
Tanda –tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi,
atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang
menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini akan
samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang
samara juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik.
Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat velvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang
dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang
dengan cepat. Gerakan peristaltic usus akan menghilang dan cairan tertaha di usus halus
dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga
peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elekrolit. Selanjutnya bisa
terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah
yang menyebar.
Tanda-Tanda Peritonitis, yaitu sebagai berikut :
Demam tinggi
Pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia
Takikardi
Dehidrasi
Hipotensi
Nyeri tajam, memburuk pada saat bergerak/batuk.
Nyeri menyebar ke bahu, iritasi diafragma.
Muntah dan distensi.
Palpasi dan perkusi secara hati-hati, terdapaat nyeri lepas.
Suara usus menghilang.
Peritonitis pelvik dengan manifestasi diare, disuria (Mowschenson, 1990).
Pemeriksaan penunjang
JDL : SDP meningkat kadang-kadang lebih besar dari 20.000. SDM mungkin
meningkat, menunjukkan hemokonsentrasi.
Protein/albumin serum : mungkin menurun karena perpindahan cairan.
Amilase serum : biasanya meningkat
Elektrolit serum : hipokalemia mungkin ada
GDA : alkalosis respiratori dan asidosis metabolik mungkin ada
Kultur : organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret
atau cairan asites.
Pemeriksaan foto abdominal : dapat menyatakan distensi usus/ileum. Bila
perforasi visera sebagai etiologi, udara bebas ditemukan pada abdomen.
Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma.
Parasentesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus/eksudat,
amilase, empedu, dan kreatinin.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari peritonitis adalah sebagai berikut :
Eviserasi Luka.
Pembentukan abses.
Ketidakseimbangan elektrolit
Dehidrasi
Asidosis metabolic
Alkalosis respiratorik
Syok
Penatalaksanaan/ Pengobatan
A. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analgesik diberikan
untuk mengatasi nyeri anti emetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan
muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan
oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk
ventilasi diperlukan.
Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi
hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi
respon peradangan. Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik
stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah
sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi
bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan
hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus
dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoneum, maka tindakan
laparotomi diperlukan.
Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat
darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan
lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila
tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka
tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.
B. OPERASI LAPARATOMI
1. Laparatomi adalah operasi buka perut untuk eksplorasi isi perut apakah ada
nanah, perdarahan, lubang, kebocoran, dan sebagainya untuk pria dan wanita.
Laparatomi dilakukan untuk memeriksa beberapa organ abdomen di sebelah
bawah dan pelvis (rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum
melakukan pembedahan mikro pada tuba falopii.
2. Persiapan Sebelum dan Sesudah Operasi Laparatomi
Diagnosis praoperasi yang benar merupakan kunci berhasilnya operasi.
Apabila pada pembukaan abdomen terdapat temuan-temuan yang diharapkan,
sudah barang tentu operasi akan berjalan lancar dan keseluruhannya akan
dikerjakan dengan lebih baik.
Apabila pada waktu dilakukan laparatomi terjadi peritonitis, maka harus dipikirkan :
A. Mencuci ruang peritoneum sebelum penutupan.
B. Pemasangan lavasi peritoneum.
Telah dianjurkan berbagai macam larutan antiseptic dan antibiotic. Salah satu
yang telah mendapat banyak dukungan eksperimental dan klinis adalah
tetrasiklin 1 mg/ml dalam larutan garam dalam jumlah sampai 5 liter. Pada
kadar ini tetrasiklin bersifat bakterisid dan penggunaannya dianjurkan untuk
situasi apapun bila terjadi kontaminasi peritoneum oleh organisme dari usus.
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain :
Pertimbangkan kebutuhan untuk membuat gastrostomi sebelum
abdomen ditutup. Putuskan untuk lebih memilih tindakan ini bila
peritonitisnya parah.
Lavasi peritoneal dan irigasi. Lavasi ekstensif mendekati saat operasi
untuk peritonitis dengan satu liter atau lebih tetrasiklin dalam larutan
garam, pada kadar 1 mg per ml. Kurang ada kesepakatan mengenai
irigasi pascaoperatif.
Penatalaksanaan luka.
Teruskan tindakan suportif yang telah digambarkan untuk persiapan
praoperasi. Perhatian khusus harus diberikan pada bahaya komplikasi
pernafasan dan anjurkan sebanyak mungkin mobilitas dan batuk
energetic. Obat-obat harus disesuaikan pada kebutuhan penderita untuk
menghilangkan sakit dan untuk tidur.
Atur bagan pencatatan yang memadai untuk tanda-tanda vital.
Teruskan kombinasi antibiotic selama 5 hari.
Tetap awas untuk timbulnya abses residual.