pipipit

36
BAB 1 STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Tn. Kiwong Umur : 74 tahun Jenis Kelamin : Laki – laki Alamat : Sumandi Pekerjaan : Petani Masuk RS tanggal : 17 November 2014 ANAMNESA KELUHAN UTAMA : Sulit BAK (Buang Air Kecil) RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : 1 minggu SMRS pasien mengeluh susah untuk BAK, setiap keluar selalu sedikit – sedikit serta keluarnya menetes – netes. Pasien merasa tidak puas mengeluarkan air kencingnya, seperti merasakan masih terdapat sisa sesudah kencing. Air kencing berwarna kuning terang yang sempat keluar darah tetapi hanya 1x saat BAK. Pasien 1

Upload: ayu-ayu-ayu

Post on 05-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wewewew

TRANSCRIPT

Page 1: pipipit

BAB 1

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Tn. Kiwong

Umur : 74 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

Alamat : Sumandi

Pekerjaan : Petani

Masuk RS tanggal : 17 November 2014

ANAMNESA

KELUHAN UTAMA :

Sulit BAK (Buang Air Kecil)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

1 minggu SMRS pasien mengeluh susah untuk BAK, setiap keluar selalu sedikit – sedikit

serta keluarnya menetes – netes. Pasien merasa tidak puas mengeluarkan air kencingnya, seperti

merasakan masih terdapat sisa sesudah kencing. Air kencing berwarna kuning terang yang

sempat keluar darah tetapi hanya 1x saat BAK. Pasien harus mengedan saat buang air kecil.

Riwayat sering ingin kencing di malam hari diakui pasien. Riwayat buang air kecil berpasir

disangkal. Riwayat pernah trauma sebelumnya disangkal. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat

BAK sampai ke ujung kemaluan dan nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah yang

dirasakan seperti terbakar, demam disangkal.

1

Page 2: pipipit

1 hari SMRS pasien sudah sulit sekali untuk BAK dan nyeri saat BAK semakin

bertambah berat sehingga akhirnya pasien dipasang kateter.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Belum pernah mengalami gejala ini sebelumnya, Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)

RIWAYAT PENGOBATAN :

± 1 hari SMRS pasien berobat lu dipasang kateter dan diberikan obat.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL :

Istri mengatakan sering sekali makan makanan yang mengadung lemak dan santan,

merokok sudah berhenti 20 tahun yang lalu, alkohol (-), kopi (+).

PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM : Tampak sakit sedang

KESADARAN : Komposmetis

TANDA VITAL :

Nadi : 92 x/m

Frekuensi pernapasan : 20 x/m (vesikular)

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

STATUS GENERALIS

Kulit : Pucat (-), ikterik (-)

Kepala : Bentuk : normocepal

2

Page 3: pipipit

Rambut : Rambut beruban, tipis, dan tidak mudah rontok

Mata : Konjungtiva : anemis (-)/(-)

Sclera : ikterus (-)/(-)

Reflex cahaya (+)/(+)

Pupil : isokhor (+)/(+)

Hidung : Hiperemis (-), sekret (-), darah (-)

Mulut : Lidah kotor (-), stomatitis (-), mukosa Kering (-)

Faring : T1/T1 hiperemis (-)

Telinga : Sekret (-), darah (-), membrane intake

Leher : pembengkakan KGB (-), Kelenjar Tiroid (-)

JVP : <4cm

Paru :

I : pergerakan dada simetris, retraksi (-)

P : nyeri tekan (-), Vokal fremitus kiri dan kanan sama

P : Sonor pada kedua lapang paru

A : suara dasar vesicular (+), sauara tambahan ronki -/- ekspirasi, wheezing -/-

Jantung :

I : Tidak tampak ictus cordis

P : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra

P : Batas jantung normal

A: Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

3

Page 4: pipipit

Abdomen :

I : Supel

A : BU : normal

P : nyeri tekan (+) supra pubis, Hepatomegali (-), splenomegali (-), CVA (-),

Ballotemen sign (-)

P : timpani diseluruh kuadran abdomen

Ekstremitas : Atas : akral hangat (+/+), RCT < 2 detik, udem (-), pucat (-).

Bawah : akral hangat (+/+), RCT < 2 detik, udem (-), pucat (-).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologi (USG)

Expertise :

Ginjal : besar dan kontur kedua ginjal normal, gema parenkhim agak kasar, pelvokalises

tidak melebar, batu (-)

Kantung kemih : besar normal, dinding menebal, massa/batu (-)

Prostat : membesar 35 gram, parenkhim homogen, kalsifikasi (-)

RESUME :

Laki – laki 74 tahun datang ke RSUD Banjar dengan keluhan 1 minggu SMRS pasien sulit untuk

BAK, pancaran miksi lemah (+), miksi tidak puas (+), terminal driblling (+). Penderita harus

mengedan saat buang air kecil, nokturia (+). Disuria (+) sampai ke ujung kemaluan dan nyeri

juga dirasakan pada perut bagian bawah yang dirasakan seperti terbakar. 1 hari SMRS pasien

sudah sulit sekali untuk BAK dan nyeri saat BAK semakin bertambah berat.

4

Page 5: pipipit

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan suprapubis (+). Pada pemeriksaan radiologi

(USG) ditemukan kesan sistitis kronis dan pembesaran kelenjar prostat.

Diagnosa banding

1. Retensio urin e.c BPH

2. Retensio urin e.c Sistitis kronis

3. Retensio urin e.c Vesicolitiasis

4. Retensio urin e.c Ureterolitiasis

Diagnosa kerja

Retensio urin e.c Benign Prostat Hiperplasia

Rencana pemeriksaan :

Rectal touche

Pemeriksaan penunjang : urinalisa, foto BNO

Rencana terapi :

Analgetik

Rencana operasi

Prognosis :

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungtionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

5

Page 6: pipipit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Lokasi dan Deskripsi

Kelenjar Prostast dan Seminal Vesicle adalah bagian sistem reproduksi laki-laki.

Sekresi dari kedua organ tersebut membuat bagian dari semen laki-laki. Prostat

mengelilingi uretra proksimal. Kelenjar tersebut bisa dibagi kedalam beberapa zona.

Zona central dikelilingi beberapa saluran ejakulasi yang bertugas mengeluarkan ke

dalam uretra pada verumontanum. Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah

disebabkan oleh pembesaran dari zona transisi yang mengelilingi uretra. BPH, sering

terjadi pada populasi dewasa tua, bisa menyebabkan peningkatan resistensi urin dan

gejala berkemih.4

Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars

prostatica. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara collum

vesicae di atas dan diaphragm urogenitale di bawah.3

Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa

yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut

mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum

vesicae dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragm

urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostatae

untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.2

6

UreterVas

Page 7: pipipit

Hubungan:

Ke superior : Basis prostatae berhubungan dengan collum vesicae. Otot polos prostate

terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra masuk pada

bagian tengah basis prostatae

Ke inferior : Apex prostatae terletak pada fascies superior diaphragm urogenitale. Urethra

meninggalkan prostate tepat di atas apex pada fascies anterior

Ke anterior : Facies anterior prostatae berbatasan dengan symphysis pubica, dipisahkan

oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat di dalam spatium retropubicum (cavum

retzius). Selubung fibrosa prostate dihubungkan dengan aspek posterior os pubis oleh

ligament puboprostatica. Ligamenta ini terletak di samping kanan dan kiri linea mediana

dan merupakan penebalam fascia pelvis

Ke posterior: Facies posterior prostatae berhubungan erat dengan facies anterior ampulla

recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia Denonvillier). Septum

ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavation retrovesicalis

peritonealis, yang semula meluas ke bawah sampai ke corpus perineale.

Ke lateral : fascies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator ani

pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.3

Struktur Prostat

Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos

dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica. Prostat secara tidak

sempunra terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior terletak di depan urethra dan tidak

mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus adalah kelenjar

berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan ductus ejaculatorius. Permukaan atas

lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini mengandung banyak

kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di bawah ductus ejaculatorius,

juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae dexter dan sinister terletak di samping urethra

dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertical dangkal yang terdapat pada

fascies posterior prostatae. Lobus laterals mengandung banyak kelenjar.3

7

Page 8: pipipit

Fungsi Prostat

Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung

asam sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu ejakulasi.

Bila otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal dari banyak

kelenjar diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkalis dan

membantu menetralkan suasana asam di dalam vagina.

Perdarahan3

Arteriae

Cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media.

Vena

Vena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula prostatica

dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus menampung darah dari vena dorsalis

profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya bermuara ke vena iliaca

interna.

Aliran Limfe

Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi iliaci interni.

Persarafan

8

Page 9: pipipit

Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis merangsang

otot polos prostat saat ejakulasi.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan penyakit yang paling sering

terjadi pada laki-laki tua dan bertanggung jawab untuk terjadinya cacat yang signifikan,

namun penyakit ini merupakan penyebab yang jarang terjadi kematian. Pada pria 20 - 30

tahun, prostat beratnya sekitar 20 gram, namun, berat prostat meningkat setelah usia 50.

Prevalensi hiperplasia prostat didiagnosis histologis meningkat dari 8% pada pria berusia

31 - 40 tahun, 40% - 50% pada pria usia 51- 60 tahun, lebih dari 80% pada pria tua lebih

dari usia 80 tahun. Studi Baltimore Longitudinal Aging membandingkan prevalensi usia

tertentu BPH patologis pasti pada otopsi dengan prevalensi klinis berdasarkan sejarah dan

hasil pemeriksaan rektal digital. Ada kesepakatan yang baik antara prevalensi klinis dan

otopsi insiden pada pria dari segala usia.4

2.3 DEFINISI

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah

inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ

ini membuntu uretra pars prostatica dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar

dari buli-buli. BPH terutama terjadi di zona transisi kelenjar prostat.2

2.4 ETIOLOGI1

Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi

beberapa penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2

faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron

(DHT) dan proses aging (menjadi tua) (McConnell, 1995). Beberapa hipotesis yang

diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prsostat adalah ; 1) teori

dihidrotestoteron, 2) adanya ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3)

interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel

(apoptosis) dan 5) teori stem sel.

1) TEORI DIHIDROTESTOSTERON

9

Page 10: pipipit

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada

pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat oleh

enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk

berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-RA pada inti

sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan

sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh

berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5α-

reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan

sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak

terjadi dibandingkan dengan prostat normal.

2) KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA ESTROGEN – TESTOSTERON

Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen relatif

tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat. Telah

diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel

kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan

hormon androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat(apoptosis). Hasil

akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru

akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai

umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.

3) INTERAKSI SEL STROMA DAN EPITEL

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara

tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor) tertentu.

Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel stroma

mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu

sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin.

Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma.

4) BERKURANGNYA KEMATIAN SEL PROSTAT

10

Page 11: pipipit

Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik

untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi

dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis

oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan

normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat

terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel

prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel

prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara

keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.

5) TEORI SEL STEM

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Di

dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai

kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada

keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti yang

terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel

pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi

produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

2.5 PATOLOGI

Seperti dibahas di atas, BPH berkembang di zona transisi. Ini benar-benar sebuah

proses hiperplastik yang dihasilkan dari peningkatan jumlah sel. Pada evaluasi

mikroskopis mengungkapkan pola pertumbuhan nodular yang terdiri dari berbagai

jumlah stroma dan epitel. Stroma terdiri dari berbagai jumlah kolagen dan otot polos.

Representasi diferensial dari komponen histologis BPH menjelaskan, sebagian menjadi

potensi untuk penerapan terapi medis. Jadi terapi alfa-blocker dapat mengakibatkan

respon yang sangat baik pada pasien BPH yang memiliki komponen yang signifikan

terhadap otot polos, sementara mereka dengan BPH yang terutama terdiri dari epitel akan

merespon lebih baik untuk diberikannya terapi 5α-reduktase inhibitor. Pasien dengan

komponen yang signifikan terhadap kolagen dalam stroma mungkin tidak merespon baik

11

Page 12: pipipit

bentuk terapi medis. Sayangnya, orang tidak dapat dipercaya memprediksi respon

terhadap terapi tertentu.

Jika nodul BPH di zona transisi tersebut membesar, maka menyebabkan

terjadinya penekanan pada zona di luar prostat, sehingga membuat formasi yang disebut

surgical capsule. Batas ini memisahkan zona transisi dari zona perifer dan berfungsi

sebagai titik pembelahan untuk dilakukannya enukleasi prostat selama dilakukannya

pembedahan simple prostatectomi untuk BPH.

2.6 PATOFISIOLOGI

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan

akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan

intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna

melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan

anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,

sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada

saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu

dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.

Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam

fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi

retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian

buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini

dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-

ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,

bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu

komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan

dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika

sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen

12

Page 13: pipipit

dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha

adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan

kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung

dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh

komponen mekanik.

2.7 GAMBARAN KLINIS 1,2

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun

keluhan di luar saluran kemih.

Lower Urinary Track Symptom (LUTS)

”Lower Urinary Track Symptom” terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif

seperti terlihat pada tabel di bawah.

Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah,

beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat

diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah

International Prostatic Symptom Score (I-PSS).

OBSTRUKSI IRITASI

Hesitansi

Pancaran miksi lemah

Intermitensi (Kencing tiba-tiba

berhenti dan lancar kembali)

Miksi tidak puas

Terminal dribbling (Menetes

setelah miksi)

Frekuensi (Anyang-anyangan)

Nokturia (Sering kencing malam

hari)

Urgensi (Merasa ingin kencing

yang tidak bisa ditahan)

Disuria (Rasa tidak enak saat

kencing)

13

Page 14: pipipit

Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan

keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup

pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai

dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1

hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, (1)

Ringan : 0 -7 – Watchfull waiting, (2) Sedang : 8 - 19 – Medikamentosa, (3) Berat : 20 -

35 – Operasi. Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli

untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (fatique)

sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine

akut. Timbulnya dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh beberapa faktor

pencetus antara lain : (1) volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca

dingin,menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang

mengandung diuretikum (alkoholo, kopi), dan minum air dalam jumlah yang berlebihan,

(2) massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau

mengalami infeksi prostat akut, dan (3) setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat

menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher buli-buli, antara

lain : golongan antikolinergik atau adrenergik alfa.

14

Page 15: pipipit

15

Page 16: pipipit

Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa

gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda

hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.

Gejala pada luar saluran kemih

Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis

atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi

sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba

massa kistus didaerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan

urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yang merupakan pertanda dari

inkontinensia paradoksa. Pada DRE (direct rectal examination) diperhatikan : (1) tonus

sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli

neurogenik, (2) mukosa rektum, dan (3) keadaan prostat: kemungkinan adanya nodul,

krepitasi, konsistensi prostat, simteris antara lobus, volume prostat dan batas prostat(batas

atas, kiri dan kanan, sulcus teraba/tidak).

Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat

kenyal seperti meraba ujung hidung, halus, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak

didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras/teraba

nodul dan mungkin di antara lobus prostat tidak simetris.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan laboratorium

Sedimen urin

Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi, hematuri atau

inflamasi pada saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit,

bakteri, protein atau glukosa.

Kultur urin

16

Page 17: pipipit

Mencari jenis kuman yang menyebankan infeksi dan sekaligus

menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang

diujikan,

Faal ginjal

Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih

bagian atas. Pengukuran kadar elektrolit, BUN, dan kreatini berguna untuk

menilai fungsi ginjal. Insufisiensi ginjal dapat ditemukan pada 10% pasien

dengan prostatism dan memerlukan pemeriksaan radiologi saluran kemih

bagian atas.

Gula darah

Mencari kemungkinan adanya penyakit daibetes mellitus yang dapat

menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli

Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)

Jika curiga adanya keganasan prostat serum PSA dapat dipakai untuk

meramalkan perjalanan penyakit penyakit dari BPH, dalam hal ini jika

kadar PSA tinggi berarti : pertumbuhan volume prostat lebih cepat,

keluhan akibat BPH, dan mudah terjadinya retensi urin akut. Kadar PSA

dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah

manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urin akut,

kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua.

B. Pemeriksaan radiologi

Foto polos abdomen

Dari foto polos abdomen dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius,

pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik

sebagai tanda metastasis dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat

kegagalan ginjal. Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit

ikutan misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung

kemih juga dapat untuk menegtahui adanya metastasis ke tulang dari

carsinoma prostat.

17

Page 18: pipipit

VP

Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai filling defect/indentasi prostat

pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok keatas

berbentuk seperti mata kail (hooked fish). Dapat pula megetahui adanya

kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis

serta penyulit (trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli-buli). Foto setelah

miksi dapat dilihat adanya residu urin.

Sistoskopi

Dalam pemeriksaan ini disispkan sebuah tabung kecil melalui pembukaan

uretra di dalam penis. Prosedur ini dilakukan setelah solusi numbs

dibagian dalam penis sehingga semua hilang. Tabung disebut

’cystoscope’, berisi lensa dan sistem cahaya yang membantu dokter

melihat bagian dalam uretra dan kandung kemih. Tes ini memungkinkan

dokter untuk menentukan ukuran kelenjar dan mengidentifikasi lokasi dan

derajat obstruksi

Transrektal Ultrasonografi (TRUS)

Adalah tes USG melalui rektum. Dalam prosedur ini, probe dimasukan ke

dalam rektum mengarahkan gelombang suara di prostat. Gema pola

gelombang suara merupakan gambar dari kelenjar prostat pada layar

tampilan. Untuk menentukan apakah suatu daerah yang abnormal tampak

memang tumor, digunakan probe dan gambar USG untuk memandu jarum

biopsi untuk tumor yang dicurigai. Jarum mengumpulkan beberapa potong

jaringan prostat untuk pemeriksaan dengan mikroskop. Biopsi terutama

dilakukan untuk pasien yang memiliki keganasan prostat. TRUS juga

sekarang digunakan sebagai pengukur volume prostat, caranya antara lain

18

Page 19: pipipit

dengan metode ’step planimetry’ yang menghitung volume rata-rata area

horizontal diukur dari dasar sampai puncak; metode diameter yaitu yang

menggabungkan pengukuran tinggi, lebar, dan panjang dengan rumus ½

(HxWxL).

USG transabdominal

Gambaran sonografi BPH menunjukan pembesaran bagian dalam glandula

yang relatif hipoekoik dibanding zona perifer. Zona transisi hipoekoik

cenderung menekan zona sentral dan perifer. Batas yang memisahkan

hiperplasia dengan zona perifer adalah ;surgical capsule’

USG transabdominal mampu pula mendeteksi adanya hidronefrosis

ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama

19

Page 20: pipipit

Sistografi buli

C. Pemeriksaan Patologi Anatomi

BPH

dicirikan ol eh berbagai

kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di prostat. Beberapa kasus menunjukan pada

fibroadenomyomatous hiperplasia.

20

Page 21: pipipit

2.9 PENATALAKSANAAN1

Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-

kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan

terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultas saja. Tujuan terapi pada pasien

hiperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi (2) meningkatkan kualitas

hidup, (3) mengurangi obstruksi infravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi

gagal ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi, dan (6) mencegah

progresifitas penyakit.

Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna

Obsevasi Medikamentosa Operasi Invasif

Minimal

Watchfull

waiting

α adrenergik

inhibitor

α reduktase

inhibitor

Fitoterapi

Hormonal

Prostatektomi

terbuka

TURP

TUIP

TULP

Elektro

vaparosasi

TUBD

TUMT

Stent Uretra

TUNA

Watchfull waiting

Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu

keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi

apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat

memperburuk keluhannya, misalnya :

21

Page 22: pipipit

1. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam

2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau cokelat)

3. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin

4. Kurangi makanan pedas dan asin, dan

5. Jangan menahan kencing terlalu lama

Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya keluhannya apakah

menjadi lebih baik, disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urine, atau

uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek, perlu dipikirkan memilih terapi lain.

MEDIKAMENTOSA

Tujuan terapi ini adalah untuk :

1. Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi

intravesika dengan obat-obatan penghambat α-adrenergik (adrenergik α blocker)

2. Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar

hormon testosteron/dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5α-reduktase.

3. Selain kedua cara diatas, sekarang banyak dipakai terapi menggunakan fitofarmaka yang

mekanisme kerjanya belum terlalu jelas.

Penghambat reseptor adrenergik α

Caine adalah yang pertama kali melaporkan penggunaan obat penghambat

adrenergik alfa sebagai salah satu terapi BPH. Pada saat itu dipakai fenoksibenzamin,

yaitu penghambat alfa tidak selektif yang ternyata mampu memperbaiki laju pancaran

miksi dan mengurangi keluhan miksi. Sayangnya obat ini tidak disenangi oleh pasien

karena komplikasi sistemiknya, antara lain hipotensi postural dan kelainan kardiovaskular

lain.

Diketemukannya obat penghambat adrenergik-α1 dapat mengurangi beberapa

penyulit yang diakibatkan oleh fenoksibenzamin. Beberapa golongan obat penghambat

22

Page 23: pipipit

adrenergik-α1 ini adalah : Prazosin yang diberikan 2x/hari, Terazosin, Afluzosin dan

Doksazosin yang diberikan 1x/hari. Obat-obatan ini dilaporkan dapat memperbaiki

keluhan miksi dan laju pancaran urine.

Akhir-akhir ini telah diketemukan pula golongan penghambat adrenergik-α-1A,

yaitu Tamsulosin yang sangat selektif terhadap otot polos prostat dan obat ini dilaporkan

mampu memperbaiki keluhan pancaran miksi tanpa menimbulkan kardiovaskuler.

Penghambat 5α-reduktase

Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosterone

(DHT) dari testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5α-reduktase didalam sel-sel prostat.

Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat

menurun.

Dilaporkan bahwa pemberian obat ini, Finasteride 5mg/hari yang diberikan 1x

setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28%.

OPERASI

Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang saat ini yang pa;ing baik adalah

pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif lainnya membutuhkan

jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi

Pembedahan mempunyai indikasi pada pasien BPH dengan:

1. Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa

2. Mengalami retensi urine, > 2 x

3. Infeksi saluran kemih yang berulang

4. Hematuria, > 2 x

5. Gagal ginjal

6. Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian

bawah

23

Page 24: pipipit

Pembedahan terbuka

Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari Millin

yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubik infravesika.

Freyer melalui pendekatan suprapubik transvesika, atau transperineal. Prostatektomi

terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling

invasif dan efisien sebagai terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui

pendekatan suprapubik transvesikal (Freyer) atau retropubik infravesikel (Millin).

Dianjurkan untuk prostat yang sangat besar (> 100 gr).

Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka adalah: inkontinensia

urine (3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograd (60-80%) dan kontarktor leher buli-

buli (3-5%)

Pembedahan endourologi

Saat ini tindakan TURP (Trans Uretral Recection Prostat) merupakan operasi

yang paling banyak dilakukan di seluruh dunia. Disenangi karena tidak memerlukan

insisi pada kulit perut, massa mondok lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak

banyak berbeda dengan operasi terbuka. Pembedahan endourologi transuretra dapat

dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP atau dengan memakai energi Laser.

Operasi terhadap prostat berupa reseksi (TURP), insisi (TUIP), atau evaporasi.

TURP (Transuretral Resection of the Prostate)

Reseksi kelenjar prostate dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan

irigan (pembilas) agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh

darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionic, yang dimaksudkan

agar tidak terjadi hantaran listrik saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya

cukup murah yaitu H2O steril (aquades).

24

Page 25: pipipit

Tindakan invasif minimal

Selain tindakan invasif seperti yang diatas, saat ini sedang dikembangkan

tindakan invasif minimal yang terutama ditujukan untuk pasien yang mempunyai resiko

tinggi terhadap pembedahan. Tindakan invasif minimal itu diantaranya adalah:

1. Thermoterapi

2. TUNA (Transurethral Needle Ablation of the Prostate)

3. Pemasangan stent (prostacath)

4. HIFU (High Intensity Focused Ultrasound)

5. Dilatasi dengan balon ( TUBD, Transurethrat Balooning Dilatation)

25

Page 26: pipipit

DAFTAR PUSTAKA

1. Presti JC. Smith’s General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16 th edition.

USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420

2. Schwartz.Manual of Surgery,in Urology, Benign Prostatic Hyperplasia.Mc Graw Hills

Companies. 2006. Pg. 1061

3. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in cavitas Pelvis

Part II.Lippincot William & Wilkins Inc. 2006. USA. Pg.350-352.

4. Sobiston. Benign Prostatic Hyperplasia in Text Book of Surgery The Biological Basis of

Modern Surgical Practice. Elsevier Incr. 2008. Pg

26