pipipit
DESCRIPTION
wewewewTRANSCRIPT
BAB 1
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Tn. Kiwong
Umur : 74 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Sumandi
Pekerjaan : Petani
Masuk RS tanggal : 17 November 2014
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA :
Sulit BAK (Buang Air Kecil)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
1 minggu SMRS pasien mengeluh susah untuk BAK, setiap keluar selalu sedikit – sedikit
serta keluarnya menetes – netes. Pasien merasa tidak puas mengeluarkan air kencingnya, seperti
merasakan masih terdapat sisa sesudah kencing. Air kencing berwarna kuning terang yang
sempat keluar darah tetapi hanya 1x saat BAK. Pasien harus mengedan saat buang air kecil.
Riwayat sering ingin kencing di malam hari diakui pasien. Riwayat buang air kecil berpasir
disangkal. Riwayat pernah trauma sebelumnya disangkal. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat
BAK sampai ke ujung kemaluan dan nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah yang
dirasakan seperti terbakar, demam disangkal.
1
1 hari SMRS pasien sudah sulit sekali untuk BAK dan nyeri saat BAK semakin
bertambah berat sehingga akhirnya pasien dipasang kateter.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Belum pernah mengalami gejala ini sebelumnya, Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
RIWAYAT PENGOBATAN :
± 1 hari SMRS pasien berobat lu dipasang kateter dan diberikan obat.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
Istri mengatakan sering sekali makan makanan yang mengadung lemak dan santan,
merokok sudah berhenti 20 tahun yang lalu, alkohol (-), kopi (+).
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM : Tampak sakit sedang
KESADARAN : Komposmetis
TANDA VITAL :
Nadi : 92 x/m
Frekuensi pernapasan : 20 x/m (vesikular)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
STATUS GENERALIS
Kulit : Pucat (-), ikterik (-)
Kepala : Bentuk : normocepal
2
Rambut : Rambut beruban, tipis, dan tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva : anemis (-)/(-)
Sclera : ikterus (-)/(-)
Reflex cahaya (+)/(+)
Pupil : isokhor (+)/(+)
Hidung : Hiperemis (-), sekret (-), darah (-)
Mulut : Lidah kotor (-), stomatitis (-), mukosa Kering (-)
Faring : T1/T1 hiperemis (-)
Telinga : Sekret (-), darah (-), membrane intake
Leher : pembengkakan KGB (-), Kelenjar Tiroid (-)
JVP : <4cm
Paru :
I : pergerakan dada simetris, retraksi (-)
P : nyeri tekan (-), Vokal fremitus kiri dan kanan sama
P : Sonor pada kedua lapang paru
A : suara dasar vesicular (+), sauara tambahan ronki -/- ekspirasi, wheezing -/-
Jantung :
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra
P : Batas jantung normal
A: Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
3
Abdomen :
I : Supel
A : BU : normal
P : nyeri tekan (+) supra pubis, Hepatomegali (-), splenomegali (-), CVA (-),
Ballotemen sign (-)
P : timpani diseluruh kuadran abdomen
Ekstremitas : Atas : akral hangat (+/+), RCT < 2 detik, udem (-), pucat (-).
Bawah : akral hangat (+/+), RCT < 2 detik, udem (-), pucat (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi (USG)
Expertise :
Ginjal : besar dan kontur kedua ginjal normal, gema parenkhim agak kasar, pelvokalises
tidak melebar, batu (-)
Kantung kemih : besar normal, dinding menebal, massa/batu (-)
Prostat : membesar 35 gram, parenkhim homogen, kalsifikasi (-)
RESUME :
Laki – laki 74 tahun datang ke RSUD Banjar dengan keluhan 1 minggu SMRS pasien sulit untuk
BAK, pancaran miksi lemah (+), miksi tidak puas (+), terminal driblling (+). Penderita harus
mengedan saat buang air kecil, nokturia (+). Disuria (+) sampai ke ujung kemaluan dan nyeri
juga dirasakan pada perut bagian bawah yang dirasakan seperti terbakar. 1 hari SMRS pasien
sudah sulit sekali untuk BAK dan nyeri saat BAK semakin bertambah berat.
4
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan suprapubis (+). Pada pemeriksaan radiologi
(USG) ditemukan kesan sistitis kronis dan pembesaran kelenjar prostat.
Diagnosa banding
1. Retensio urin e.c BPH
2. Retensio urin e.c Sistitis kronis
3. Retensio urin e.c Vesicolitiasis
4. Retensio urin e.c Ureterolitiasis
Diagnosa kerja
Retensio urin e.c Benign Prostat Hiperplasia
Rencana pemeriksaan :
Rectal touche
Pemeriksaan penunjang : urinalisa, foto BNO
Rencana terapi :
Analgetik
Rencana operasi
Prognosis :
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Lokasi dan Deskripsi
Kelenjar Prostast dan Seminal Vesicle adalah bagian sistem reproduksi laki-laki.
Sekresi dari kedua organ tersebut membuat bagian dari semen laki-laki. Prostat
mengelilingi uretra proksimal. Kelenjar tersebut bisa dibagi kedalam beberapa zona.
Zona central dikelilingi beberapa saluran ejakulasi yang bertugas mengeluarkan ke
dalam uretra pada verumontanum. Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah
disebabkan oleh pembesaran dari zona transisi yang mengelilingi uretra. BPH, sering
terjadi pada populasi dewasa tua, bisa menyebabkan peningkatan resistensi urin dan
gejala berkemih.4
Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars
prostatica. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara collum
vesicae di atas dan diaphragm urogenitale di bawah.3
Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa
yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut
mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum
vesicae dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragm
urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostatae
untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.2
6
UreterVas
Hubungan:
Ke superior : Basis prostatae berhubungan dengan collum vesicae. Otot polos prostate
terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra masuk pada
bagian tengah basis prostatae
Ke inferior : Apex prostatae terletak pada fascies superior diaphragm urogenitale. Urethra
meninggalkan prostate tepat di atas apex pada fascies anterior
Ke anterior : Facies anterior prostatae berbatasan dengan symphysis pubica, dipisahkan
oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat di dalam spatium retropubicum (cavum
retzius). Selubung fibrosa prostate dihubungkan dengan aspek posterior os pubis oleh
ligament puboprostatica. Ligamenta ini terletak di samping kanan dan kiri linea mediana
dan merupakan penebalam fascia pelvis
Ke posterior: Facies posterior prostatae berhubungan erat dengan facies anterior ampulla
recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia Denonvillier). Septum
ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavation retrovesicalis
peritonealis, yang semula meluas ke bawah sampai ke corpus perineale.
Ke lateral : fascies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus levator ani
pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.3
Struktur Prostat
Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos
dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica. Prostat secara tidak
sempunra terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior terletak di depan urethra dan tidak
mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus adalah kelenjar
berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan ductus ejaculatorius. Permukaan atas
lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini mengandung banyak
kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di bawah ductus ejaculatorius,
juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae dexter dan sinister terletak di samping urethra
dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertical dangkal yang terdapat pada
fascies posterior prostatae. Lobus laterals mengandung banyak kelenjar.3
7
Fungsi Prostat
Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung
asam sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu ejakulasi.
Bila otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal dari banyak
kelenjar diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkalis dan
membantu menetralkan suasana asam di dalam vagina.
Perdarahan3
Arteriae
Cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media.
Vena
Vena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula prostatica
dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus menampung darah dari vena dorsalis
profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya bermuara ke vena iliaca
interna.
Aliran Limfe
Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi iliaci interni.
Persarafan
8
Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis merangsang
otot polos prostat saat ejakulasi.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan penyakit yang paling sering
terjadi pada laki-laki tua dan bertanggung jawab untuk terjadinya cacat yang signifikan,
namun penyakit ini merupakan penyebab yang jarang terjadi kematian. Pada pria 20 - 30
tahun, prostat beratnya sekitar 20 gram, namun, berat prostat meningkat setelah usia 50.
Prevalensi hiperplasia prostat didiagnosis histologis meningkat dari 8% pada pria berusia
31 - 40 tahun, 40% - 50% pada pria usia 51- 60 tahun, lebih dari 80% pada pria tua lebih
dari usia 80 tahun. Studi Baltimore Longitudinal Aging membandingkan prevalensi usia
tertentu BPH patologis pasti pada otopsi dengan prevalensi klinis berdasarkan sejarah dan
hasil pemeriksaan rektal digital. Ada kesepakatan yang baik antara prevalensi klinis dan
otopsi insiden pada pria dari segala usia.4
2.3 DEFINISI
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ
ini membuntu uretra pars prostatica dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar
dari buli-buli. BPH terutama terjadi di zona transisi kelenjar prostat.2
2.4 ETIOLOGI1
Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2
faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron
(DHT) dan proses aging (menjadi tua) (McConnell, 1995). Beberapa hipotesis yang
diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prsostat adalah ; 1) teori
dihidrotestoteron, 2) adanya ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3)
interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel
(apoptosis) dan 5) teori stem sel.
1) TEORI DIHIDROTESTOSTERON
9
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat oleh
enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk
berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-RA pada inti
sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan
sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh
berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5α-
reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan
sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak
terjadi dibandingkan dengan prostat normal.
2) KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA ESTROGEN – TESTOSTERON
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen relatif
tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat. Telah
diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel
kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan
hormon androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat(apoptosis). Hasil
akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru
akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai
umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.
3) INTERAKSI SEL STROMA DAN EPITEL
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara
tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor) tertentu.
Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel stroma
mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu
sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin.
Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma.
4) BERKURANGNYA KEMATIAN SEL PROSTAT
10
Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi
dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis
oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan
normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat
terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel
prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel
prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara
keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.
5) TEORI SEL STEM
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Di
dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada
keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti yang
terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel
pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
2.5 PATOLOGI
Seperti dibahas di atas, BPH berkembang di zona transisi. Ini benar-benar sebuah
proses hiperplastik yang dihasilkan dari peningkatan jumlah sel. Pada evaluasi
mikroskopis mengungkapkan pola pertumbuhan nodular yang terdiri dari berbagai
jumlah stroma dan epitel. Stroma terdiri dari berbagai jumlah kolagen dan otot polos.
Representasi diferensial dari komponen histologis BPH menjelaskan, sebagian menjadi
potensi untuk penerapan terapi medis. Jadi terapi alfa-blocker dapat mengakibatkan
respon yang sangat baik pada pasien BPH yang memiliki komponen yang signifikan
terhadap otot polos, sementara mereka dengan BPH yang terutama terdiri dari epitel akan
merespon lebih baik untuk diberikannya terapi 5α-reduktase inhibitor. Pasien dengan
komponen yang signifikan terhadap kolagen dalam stroma mungkin tidak merespon baik
11
bentuk terapi medis. Sayangnya, orang tidak dapat dipercaya memprediksi respon
terhadap terapi tertentu.
Jika nodul BPH di zona transisi tersebut membesar, maka menyebabkan
terjadinya penekanan pada zona di luar prostat, sehingga membuat formasi yang disebut
surgical capsule. Batas ini memisahkan zona transisi dari zona perifer dan berfungsi
sebagai titik pembelahan untuk dilakukannya enukleasi prostat selama dilakukannya
pembedahan simple prostatectomi untuk BPH.
2.6 PATOFISIOLOGI
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan
akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu
dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam
fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian
buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-
ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,
bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu
komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan
dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika
sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen
12
dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha
adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan
kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung
dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh
komponen mekanik.
2.7 GAMBARAN KLINIS 1,2
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
keluhan di luar saluran kemih.
Lower Urinary Track Symptom (LUTS)
”Lower Urinary Track Symptom” terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif
seperti terlihat pada tabel di bawah.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah,
beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat
diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah
International Prostatic Symptom Score (I-PSS).
OBSTRUKSI IRITASI
Hesitansi
Pancaran miksi lemah
Intermitensi (Kencing tiba-tiba
berhenti dan lancar kembali)
Miksi tidak puas
Terminal dribbling (Menetes
setelah miksi)
Frekuensi (Anyang-anyangan)
Nokturia (Sering kencing malam
hari)
Urgensi (Merasa ingin kencing
yang tidak bisa ditahan)
Disuria (Rasa tidak enak saat
kencing)
13
Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai
dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1
hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, (1)
Ringan : 0 -7 – Watchfull waiting, (2) Sedang : 8 - 19 – Medikamentosa, (3) Berat : 20 -
35 – Operasi. Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli
untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (fatique)
sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine
akut. Timbulnya dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh beberapa faktor
pencetus antara lain : (1) volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca
dingin,menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang
mengandung diuretikum (alkoholo, kopi), dan minum air dalam jumlah yang berlebihan,
(2) massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau
mengalami infeksi prostat akut, dan (3) setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat
menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher buli-buli, antara
lain : golongan antikolinergik atau adrenergik alfa.
14
15
Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda
hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.
Gejala pada luar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis
atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba
massa kistus didaerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan
urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yang merupakan pertanda dari
inkontinensia paradoksa. Pada DRE (direct rectal examination) diperhatikan : (1) tonus
sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli
neurogenik, (2) mukosa rektum, dan (3) keadaan prostat: kemungkinan adanya nodul,
krepitasi, konsistensi prostat, simteris antara lobus, volume prostat dan batas prostat(batas
atas, kiri dan kanan, sulcus teraba/tidak).
Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat
kenyal seperti meraba ujung hidung, halus, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak
didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras/teraba
nodul dan mungkin di antara lobus prostat tidak simetris.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan laboratorium
Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi, hematuri atau
inflamasi pada saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit,
bakteri, protein atau glukosa.
Kultur urin
16
Mencari jenis kuman yang menyebankan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan,
Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. Pengukuran kadar elektrolit, BUN, dan kreatini berguna untuk
menilai fungsi ginjal. Insufisiensi ginjal dapat ditemukan pada 10% pasien
dengan prostatism dan memerlukan pemeriksaan radiologi saluran kemih
bagian atas.
Gula darah
Mencari kemungkinan adanya penyakit daibetes mellitus yang dapat
menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli
Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)
Jika curiga adanya keganasan prostat serum PSA dapat dipakai untuk
meramalkan perjalanan penyakit penyakit dari BPH, dalam hal ini jika
kadar PSA tinggi berarti : pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
keluhan akibat BPH, dan mudah terjadinya retensi urin akut. Kadar PSA
dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah
manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urin akut,
kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua.
B. Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen
Dari foto polos abdomen dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius,
pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik
sebagai tanda metastasis dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat
kegagalan ginjal. Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit
ikutan misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung
kemih juga dapat untuk menegtahui adanya metastasis ke tulang dari
carsinoma prostat.
17
VP
Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai filling defect/indentasi prostat
pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok keatas
berbentuk seperti mata kail (hooked fish). Dapat pula megetahui adanya
kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis
serta penyulit (trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli-buli). Foto setelah
miksi dapat dilihat adanya residu urin.
Sistoskopi
Dalam pemeriksaan ini disispkan sebuah tabung kecil melalui pembukaan
uretra di dalam penis. Prosedur ini dilakukan setelah solusi numbs
dibagian dalam penis sehingga semua hilang. Tabung disebut
’cystoscope’, berisi lensa dan sistem cahaya yang membantu dokter
melihat bagian dalam uretra dan kandung kemih. Tes ini memungkinkan
dokter untuk menentukan ukuran kelenjar dan mengidentifikasi lokasi dan
derajat obstruksi
Transrektal Ultrasonografi (TRUS)
Adalah tes USG melalui rektum. Dalam prosedur ini, probe dimasukan ke
dalam rektum mengarahkan gelombang suara di prostat. Gema pola
gelombang suara merupakan gambar dari kelenjar prostat pada layar
tampilan. Untuk menentukan apakah suatu daerah yang abnormal tampak
memang tumor, digunakan probe dan gambar USG untuk memandu jarum
biopsi untuk tumor yang dicurigai. Jarum mengumpulkan beberapa potong
jaringan prostat untuk pemeriksaan dengan mikroskop. Biopsi terutama
dilakukan untuk pasien yang memiliki keganasan prostat. TRUS juga
sekarang digunakan sebagai pengukur volume prostat, caranya antara lain
18
dengan metode ’step planimetry’ yang menghitung volume rata-rata area
horizontal diukur dari dasar sampai puncak; metode diameter yaitu yang
menggabungkan pengukuran tinggi, lebar, dan panjang dengan rumus ½
(HxWxL).
USG transabdominal
Gambaran sonografi BPH menunjukan pembesaran bagian dalam glandula
yang relatif hipoekoik dibanding zona perifer. Zona transisi hipoekoik
cenderung menekan zona sentral dan perifer. Batas yang memisahkan
hiperplasia dengan zona perifer adalah ;surgical capsule’
USG transabdominal mampu pula mendeteksi adanya hidronefrosis
ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama
19
Sistografi buli
C. Pemeriksaan Patologi Anatomi
BPH
dicirikan ol eh berbagai
kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di prostat. Beberapa kasus menunjukan pada
fibroadenomyomatous hiperplasia.
20
2.9 PENATALAKSANAAN1
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-
kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan
terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultas saja. Tujuan terapi pada pasien
hiperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi (2) meningkatkan kualitas
hidup, (3) mengurangi obstruksi infravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi
gagal ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi, dan (6) mencegah
progresifitas penyakit.
Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna
Obsevasi Medikamentosa Operasi Invasif
Minimal
Watchfull
waiting
α adrenergik
inhibitor
α reduktase
inhibitor
Fitoterapi
Hormonal
Prostatektomi
terbuka
TURP
TUIP
TULP
Elektro
vaparosasi
TUBD
TUMT
Stent Uretra
TUNA
Watchfull waiting
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi
apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
memperburuk keluhannya, misalnya :
21
1. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam
2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau cokelat)
3. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin
4. Kurangi makanan pedas dan asin, dan
5. Jangan menahan kencing terlalu lama
Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya keluhannya apakah
menjadi lebih baik, disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urine, atau
uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek, perlu dipikirkan memilih terapi lain.
MEDIKAMENTOSA
Tujuan terapi ini adalah untuk :
1. Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi
intravesika dengan obat-obatan penghambat α-adrenergik (adrenergik α blocker)
2. Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar
hormon testosteron/dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5α-reduktase.
3. Selain kedua cara diatas, sekarang banyak dipakai terapi menggunakan fitofarmaka yang
mekanisme kerjanya belum terlalu jelas.
Penghambat reseptor adrenergik α
Caine adalah yang pertama kali melaporkan penggunaan obat penghambat
adrenergik alfa sebagai salah satu terapi BPH. Pada saat itu dipakai fenoksibenzamin,
yaitu penghambat alfa tidak selektif yang ternyata mampu memperbaiki laju pancaran
miksi dan mengurangi keluhan miksi. Sayangnya obat ini tidak disenangi oleh pasien
karena komplikasi sistemiknya, antara lain hipotensi postural dan kelainan kardiovaskular
lain.
Diketemukannya obat penghambat adrenergik-α1 dapat mengurangi beberapa
penyulit yang diakibatkan oleh fenoksibenzamin. Beberapa golongan obat penghambat
22
adrenergik-α1 ini adalah : Prazosin yang diberikan 2x/hari, Terazosin, Afluzosin dan
Doksazosin yang diberikan 1x/hari. Obat-obatan ini dilaporkan dapat memperbaiki
keluhan miksi dan laju pancaran urine.
Akhir-akhir ini telah diketemukan pula golongan penghambat adrenergik-α-1A,
yaitu Tamsulosin yang sangat selektif terhadap otot polos prostat dan obat ini dilaporkan
mampu memperbaiki keluhan pancaran miksi tanpa menimbulkan kardiovaskuler.
Penghambat 5α-reduktase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosterone
(DHT) dari testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5α-reduktase didalam sel-sel prostat.
Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat
menurun.
Dilaporkan bahwa pemberian obat ini, Finasteride 5mg/hari yang diberikan 1x
setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28%.
OPERASI
Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang saat ini yang pa;ing baik adalah
pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif lainnya membutuhkan
jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi
Pembedahan mempunyai indikasi pada pasien BPH dengan:
1. Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa
2. Mengalami retensi urine, > 2 x
3. Infeksi saluran kemih yang berulang
4. Hematuria, > 2 x
5. Gagal ginjal
6. Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian
bawah
23
Pembedahan terbuka
Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari Millin
yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubik infravesika.
Freyer melalui pendekatan suprapubik transvesika, atau transperineal. Prostatektomi
terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling
invasif dan efisien sebagai terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui
pendekatan suprapubik transvesikal (Freyer) atau retropubik infravesikel (Millin).
Dianjurkan untuk prostat yang sangat besar (> 100 gr).
Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka adalah: inkontinensia
urine (3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograd (60-80%) dan kontarktor leher buli-
buli (3-5%)
Pembedahan endourologi
Saat ini tindakan TURP (Trans Uretral Recection Prostat) merupakan operasi
yang paling banyak dilakukan di seluruh dunia. Disenangi karena tidak memerlukan
insisi pada kulit perut, massa mondok lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak
banyak berbeda dengan operasi terbuka. Pembedahan endourologi transuretra dapat
dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP atau dengan memakai energi Laser.
Operasi terhadap prostat berupa reseksi (TURP), insisi (TUIP), atau evaporasi.
TURP (Transuretral Resection of the Prostate)
Reseksi kelenjar prostate dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan
irigan (pembilas) agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh
darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionic, yang dimaksudkan
agar tidak terjadi hantaran listrik saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya
cukup murah yaitu H2O steril (aquades).
24
Tindakan invasif minimal
Selain tindakan invasif seperti yang diatas, saat ini sedang dikembangkan
tindakan invasif minimal yang terutama ditujukan untuk pasien yang mempunyai resiko
tinggi terhadap pembedahan. Tindakan invasif minimal itu diantaranya adalah:
1. Thermoterapi
2. TUNA (Transurethral Needle Ablation of the Prostate)
3. Pemasangan stent (prostacath)
4. HIFU (High Intensity Focused Ultrasound)
5. Dilatasi dengan balon ( TUBD, Transurethrat Balooning Dilatation)
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Presti JC. Smith’s General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16 th edition.
USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420
2. Schwartz.Manual of Surgery,in Urology, Benign Prostatic Hyperplasia.Mc Graw Hills
Companies. 2006. Pg. 1061
3. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in cavitas Pelvis
Part II.Lippincot William & Wilkins Inc. 2006. USA. Pg.350-352.
4. Sobiston. Benign Prostatic Hyperplasia in Text Book of Surgery The Biological Basis of
Modern Surgical Practice. Elsevier Incr. 2008. Pg
26