piter pbl blok 11 (2)
TRANSCRIPT
Metabolik Endokrin IPiter Pical
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
102010235
PendahuluanMetabolisme adalah jumlah keseluruhan reaksi kimia dan fisik dan perubahan
energi dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan kehidupan. Metabolisme
meliputi anabolisme dan katabolisme. Anabolisme bertujuan untuk membentuk
kompleks molekul yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan
kehidupan yang disintesis dari zat yang lebih simpel disertai penggunaan energi.
Katabolisme bertujuan untuk memecah kompleks molekul menjadi molekul yang
berukuran lebih kecil disertai pelepasan energi. Reaksi anabolik dan katabolik
berlangsung dalam sel-sel tubuh secara bersamaan dan berkelanjutan. 1
Metabolisme KarbohidratHasil akhir pencernaan karbohidrat hampir seluruhnya dalam bentuk glukosa,
fruktosa, dan galaktosa, mewakili rata-rata 80% dari keseluruhan. Setelah absorpsi
dari saluran pencernaan, sebagian fruktosa dan hampir seluruh bagian galaktosa
juga dengan segera diubah menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa kemudian
menjadi jalan umum akhir untuk mentranspor hampir seluruh karbohidrat ke dalam
sel jaringan.
Di dalam sel hati, tersedia enzim yang sesuai untuk merangsang
interkonvensi antara monosakarida. Sel hati berisi sejumlah besar glukosa fosfatase.
Oleh karena itu, glukosa-6-fosfatase dapat diubah kembali menjadi glukosa dan
fosfat, dan glukosa dapat ditranspor kembali melalui membrane sel hati ke darah. 2
Kecepatan pengangkutan glukosa demikian juga dengan pengangkutan
beberapa monosakarida lain sangat ditingkatkan oleh insulin. Bila sejumlah besar
insulin disekresi oleh pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke dalam sebagian
1
besar sel meningkat sampai 10 kali atau lebih dibandingkan dengan kecepatan
pengangkutan bila insulin tidak disekresi. Sebaliknya, sejumlah glukosa yang dapat
berdifusi ke dalam sebagian sel tubuh pada keadaan tidak ada insulin, dengan
pengecualian sel hati dan sel otak, sangat sedikit untuk dapat mendekati jumlah
suplai glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal.
Oleh karena itu, pengaruhnya, kecepatan pemakaian karbohidrat oleh sebagian
besar sel diatur oleh kecepatan sekresi insulin dari pankreas. 2
Segera setelah masuk ke dalam sel, glukosa bergabung dengan satu radikal
fosfat sesuai reaksi berikut :
Glukokinase atau heksokinase
Glukosa ------------------------------------- glukosa -6-fosfatase
+ATP
Fosforilasi ini ditingkatkan oleh enzim glukokinase di dalam hati atau
heksokinase di dalam sebagian besar sel yang lain.
Fosforilasi dari glukosa hampir seluruhnya ireversibel kecuali dalam sel hati,
epitel tubulus ginjal, dan sel epitel usus; di dalam sel-sel ini, suatu enzim lain, glukosa
fosfatase, juga tersedia, dan bila enzim ini diaktifkan, enzim dapat membalikkan
reaksi. Oleh karena itu di dalam kebanyakan jaringan tubuh, fosforilasi bekerja untuk
menangkap glukosa di dalam sel. Artinya karena glukosa berikatan secara cepat
dengan fosfat, glukosa tidak dapat berdifusi keluar kecuali dari sel-sel khusus
tersebut, terutama sel-sel hati yang memiliki fosfat. 2
Glikogenesis
Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dimana reaksi kimianya
ditunjukkan dalam gambar 1. Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa glukosa – 6-
fosfat pertama-tama diubah menjadi glukosa- 1-fosfat; yang kemudian diubah
menjadi uridin difosfat glukosa, yang kemudian diubah menjadi glikogen. Beberapa
enzim khusus dibutuhkan untuk menyebabkan perubahan-perubahan ini, dan tiap
monosakarida yang dapat diubah menjadi glukosa dapat masuk ke dalam reaksi.
Senyawa tertentu yang lebih kecil meliputi asam laktat, gliserol, asam piruvat, dan
2
beberapa asam amino deaminasi, dapat juga diubah menjadi glukosa atau senyawa
yang hampir serupa dan kemudian menjadi glikogen. 2,3
Gambar 1 : Proses Glikogenesis
Glikogenolisis
Glikogenolisis berarti pemecahan glikogen yang disimpan sel untuk
menghasilkan kembali glukosa di dalam sel. Glukosa kemudian dapat digunakan
untuk menyediakan energi. Glikogenolisis tidak dapat terjadi melalui pembalikan
reaksi kimia yang sama yang dipakai untuk membentuk glikogen; sebaliknya, setiap
molekul glukosa yang berturut-turut pada masing-masing cabang polimer glikogen
dilepaskan oleh fosforilasi, dikatalisis oleh enzim fosforilase. Pada keadaan istirahat,
fosforilase terdapat dalam bentuk tidak aktif, sehingga glikogen dapat disimpan
tetapi tidak diubah kembali menjadi glukosa. Oleh karena itu , bila diperlukan
pembentukan kembali glukosa dari glikogen, mula-mula fosforilase harus diaktifkan.
Dua hormon, epinefrin dan glucagon, dapat mengaktifkan fosforilase secara khusus
dan demikian menimbulkan glikogenelisis secara cepat.2,3
Glikolisis
Sejauh ini cara terpenting untuk menimbulkan pelepasan energi dari molekul glukosa
adalah proses glikolisis. Kemudian produk akhir glikolisis terutama dioksidasi untuk
menghasilkan energi. Glikolisis berarti memecahkan molekul glukosa untuk
membentuk dua molekul asam piruvat. Melalui beberapa langkah reaksi kimia yang
3
berurutan. Masin-masing langkah dikatalisis paling sedikit oleh satu proten enzim
khusus. Glukosa pertamakali diubah menjadi fruktosa 1,6-fosfat dan kemudian
dipecahkan menjadi dua molekul atom berkarbon-3, yang masing-masing kemudia
diubah menjadi asam piruvat. 2
Walaupun terdapat banyak reaksi kimia dalam rangkaian glikolitik, hanya sebagian
kecil energi bebas dalam molekul glukosa yang dibebaskan pada setiap langkah.
Akan tetapi, diantara tahap 1,3-asam difosfogliserat dan 3-asam fosfogliserat dan
sekali lagi di antara tahap asam fosfoenol piruvat dan asam piruvat. Total terdapat 4
molekul ATP yang dibentuk dari masing-masing molekul fruktosa 1,6-fosfat yang
dipecahkan menjadi asam piruvat. 2-4
Namun 2 molekul ATP mash dibutuhkan untuk fosforilasi glukosa asal untuk
membentuk 1,6-fosfat sebelum glikolisis dapat dimulai. Oleh karena itu hasil akhir
molekul ATP dari seluruh proses glikolitik hanya 2 ATP untuk masing-masing molekul
glukosa yang dipakai.2-4
Gambar 2 : Skema Proses Glikolisis
4
Metabolisme LemakTransport lemak dalam aliran darah. Lemak ditranspor dalam bentuk
kilomikron, asam lemak bebas dan lipoprotein.
Kilomikron terbentuk dalam mukosa usus dari asam lemak dan gliserol
dibasorpsi dalam lakteal dan masuk ke sirkulasi darah. Kilomikron terdiri dari
trigliserida, ditambah kolesterol, fosfolipid dan selubung tipis protein. Dalam waktu
empat jam setelah makan sebagian besar kilomikron dikeluarkan dari darah oleh
jaringan adiposa dan hati.
a. Enzim lipoprotein lipase, yang ditemukan dalam hati dan kapiler jaringan adiposa
mengurai trigliserida dalam kilomikron untuk pelepasan asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dan gliserol berikatan menjadi trigliserida (lemak netral) untuk
disimpan dalam jaringan adiposa. Sisa kilomikron yang kaya kolesterol
dimetabolisme oleh hati.
b. simpanan lemak akan ditarik dari jaringan adiposa jika diperlukan untuk energi.
Enzim lipase sensitif-hormon mengurai trigliserida kembali menjadi asam lemak
dan gliserol.
c. jumlah simpanan lemak bergantung pada total asupan makanan, jaringan adiposa
dan hati dapat mensintesis lemak dari asupan lemak, karbohidrat atau protein
yang berlebihan. 5
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terikat pada albumin, salah satu
protein plasma. Bentuk bebas ini adalah bentuk asam lemak yang ditranspor dari sel-
sel jaringan adiposa untuk dipakai jaringn lain sebagai energi.
Lipoprotein adalah partikel kecil yang komposisinya serupa kilomikron.
Lipoprotein terutama disintesis di dalam hati. Lipoprotein dipakai untuk transpor
lemak antar jaringan dan bersikulasi dalam darah pada tahap post absorptif setelah
kilomikron dikeluarkan dari darah. Lipoprotein terbagi menjadi tiga kela sesuai
dengan disintesisnya.
a. VLDL (very low density lipoprotein) mengandung kurang lebih 60-% trigliserida
dan 15% kolesterol dan memiliki massa terkecil. VLDL menstranspor trigliserida
dan kolesterol menjauhi hati menuju jaringan untuk disimpan atau digunkan.
5
b. LDL (low density lipoprotein) mengandung hampir 50% kolesterol dan membawa
60% sampai 70% kolesterol plasma yang disimpan dalam jaringan adiposa dan
otot polos. Konsentrasinya bergantung pada banyak faktor, tetapi terutama pada
faktor asupan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh.
Konsentrasinya LDL tinggi dalam darah dihubungkan dengan insidensi tinggi
penyakit jantung koroner.
c. HDL (high density lipoprotein) mengandung 20@ kolesterol, kurang dari 5%
trigliserida, dan 50% protein dari berat molekulnya. HDL penting dalam
pembersihan trigliserida dan kolesterol dari plasma karena HDL membawa
kolesterol kembali ke hati untuk proses metabolisme bukan untuk disimpan
dalam jaringan lain. Konsentrasi HDL tinggi dalam darah dihubungkan dengan
insidensi rendah penyakit jantung koroner. 5
Katabolisme lemak
1. Gliserol memasuiki sel dan diubah oleh enzim menjadi gliseraldehid 3-fosfat yang
masuk dalam jalur glikolisis. Gliserol kemudian dapat terlibat dalam siklus asam
sitrat atau dapat dipakai dalam sisntesis ulang glukosa.
2. Asam lemak memasuki sel dan ditransport menuju mitokondria oleh protein
carrier. Dalam matriks mitokondria, asam lemak diubah melalui proses oksidasi
beta menjadi asetil ko-A yang kemudian akan metabolis melalui siklus asam sitrat.
a. Asam lemak teroksidasi dalam rangkaian reaksi siklik. Proses ini disebut proses
oksidasi beta karena sebuah atom oksigen ditambahkan dalam karbon beta
pada rantai, yaitu pada atom karbon kedua dari ujung gugus karboksil
b. Energi yang didapat dari penguraian lemak sangat tinggi, dengan perolehan
bersih sekitar 135 samai 145 molekul ATP dari molekul asam lemak berantai
panjang yang biasa.
3. Benda keton. Molekul asetil dapat berkondensasi untuk membentukasam
asetoasetat yang diubahmenjadi asam hidroksibutirat-beta dan aseton. Molekul-
molekul ini disebut badan-badan keton.
a. Badan kerton adalah produk normal oksidasi asam lemak. Kadar badan keton
dalam darah biasanya rendah karena sebagian besar jaringan. Kecuali hati,
dapat memetabolismenya kembali menjadi asetil koA secepat terbentuknya.
6
b. Jika laju katabolisme tinggi dan banyak aetil ko-A yang terbentuk maka hati
akan memproduksi dan melepas lebih banyak keton dibandingkan yang dapat
diterima jaringan. Keton yang berlebihan berakumulasi dalam aliran darah
(ketosis). Pada kondisi ketosis yang parah, asidosi dan pH lebih rendah yang
terbentuk akan menyebabkan koma dan kematian. 5
Anabolisme lemak
1. Asam lemak esenssial, walaupun banyak sel jaringan yang dapa menyintesis
sebagian besar asam lemak dari asetil koA dan hati dapat mengubaha satu jenis
asam lemak menjadi jenis lain, ada tiga asam lemak tak jenuh (asam linolenat,
linoleat dan asam arakhidonat) yang tidak dapat disintesis dan diubah, jenis asam
lemak ini harus didapat dari makanan dan disebut sebagai asam lemak esesnsial.
2. Jika karbohidrat dalam makanan lebih banyak daripada yang dapat disimpan
sebagai glikogen atau digunakan untuk energi, atau lebih banyak proteindalam
makanan dibanding yang dibutuhkan tubuh maka trigliserida disintesis dari
glukosa dan asam amino yang berlebih (lipogenesis) dengan demikian sebagian
besar lemak dalam tubuh tidak berasal dari lemak makanan. 5
Pengaturan metabolisme lemak
1. Hormon mengendalikan keseimbangan antara penguraian dan penyimpanan
lemak
a. Insulin adalah faktor pengendali terpenting.
- Insulin meningkatkan aliran glukosa ke dalam sell sehingga glukosa dapat
dipakai sebagai energi.
- Insulin juga mencegah penguraiana lemak dalam sel-sel adiposa melalui
penghambatan enzim lipase sensitif hormon yang mengkatalis proses
hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol.
- Sekresi insulin dan glukagon diatur oleh kadar glukosa darah dengan
demikian, glukosa diatur oleh kadar glukosa darah. Dengan demikian,
glukosa juga berpera sebagai salah satu regulator metabolisme lemak.
7
b. Epinefrin, glukosa, hormon pertumbuhan , ACTH, dan tiroksin merangsang
penguarian dan pelepasan asam lemak dari simpanan trigliserida dalam
jaringan adiposa.
c. Kendali saraf pada metabolisme lemak berlangsung melalui stimulasi
parasimpatis yang meningkatkan simpanan lemak dan melalui stimulasi
simpatis yang mempererat penguraian asam lemak dari simpanan lemak.5
Metabolisme ProteinTranspor dan absorbsi asam amino. Asam amino yang berasal dari protein
dalam makanan diabsorbsi dari usus melalui transpor aktif dan dibawa ke hati. Di
hati, asam amino disintesis menjadi molekul protein atau dilepas ke dalam sirkulasi
untuk ditranspor menuju sel lain.
Setelah memasuki sel-sel tubuh, asam amino bergabung dengan ikatan
peptida untuk membentuk protein seluler yang dipakai untuk
pertumbuhan dan regenerasi jaringan
Hanya ada sedikit simpanan asam amino dalam sel-sel tubuh, kecuali sel
hati. Protein intraseluler tubuh sendiri terus terhidrolisis menjadi asam
amino dan disintesis ulang menjadi protein. Asam amino dari makanan
dan asam amino dari penguraian protein intraseluler membentuk
kelompok asam amino utama yang memenuhi kebutuhan tubuh. 6
Katabolisme Protein
Katabolisme protein merupakan penguraian asam amino untuk energi
yang berlangsung di hati. Jika sel telah mendapat protein yang mencukupi
kebutuhannya setiap asam amino tambahan akan dipakai sebagai energi atau
disimpan sebagai lemak
1. Deaminasi asam amino yang merupakan langkah pertama, melibatkan
pelepasan satu hidrogen dan satu gugus amino sehingga membentuk amonia
(NH3)
8
2. Pembentukan urea oleh hati. Amonia diubah menjadi urea melalui siklus urea
(siklus ortinin) oleh hati. Urea diekskresikan oleh ginjal ke dalam urine
3. Oksidasi asam amino terdeaminasi. Bagian asam amino nonnitrogen yang
tersisa disebut sebagai produk asam keto yang teroksidasi menjadi energi
melalui siklus asam sitrat. Beberapa jenis asam keto dapat diubah menajdi
glukosa (glukoneogenesis) atau lemak (lipogenesis)
4. Karbohidrat dan lemak adalah (cadangan-protein) dan dipakai tubuh sebagai
pengganti protein untuk energi. Saat kelaparan, tubuh menggunakan
karbohidrat dan lemak baru kemudian memulai mengkatabolisme protein6
Anabolisme Protein
1. Sintesis protein dari asam amino berlangsung di sebagian besar sel tubuh.
Asam amino bergabung dengan ikata peptida pada rangkaian terntenu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan gen.
2. Transaminasi yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam amino
nonesensial melalui pengubahan jenis asam amino menjadi jenis lainnya.
Proses ini melibatkan pemindahan satu gugus amino (NH2) dari sebuah asam
amino menjadi satu asam keto sehingga terbentuk satu asam amino dan satu
asam keto baru
3. Asam mino esensial dan nonesensial
Protein hewani mengandung semua asam amino esensial dan disebut
protein lengkap
Protein nabati tidak memiliki beberapa asam amino esensial dan disbeut
protein tidak lengkap. Protein nabati dapat dikombinasikan dalam
diet untuk memperoleh semua asam amino esensial.
4. Keseimbangan nitrogen terjadi jika jumlah nitrogen yang hilang melalui
eksresi sama dengan kandungan nitrogen dalam protein yang
dimakan.jumlah minimum protein yang dibutuhkan manusia untuk
mempertahankan ekuilibrium ini kurang lebih 0,8 gram per kg berat badan.
Keseimbangan nitrogen positif (jumlah nitrogen yang dimakan lebih besar
dari jumlah yang hilang) normalnya, terjadi pada anak masa
9
pertumbuhan, saat perbaikan tubuh yang cedera, dan selama
kehamilan dan laktasi
Keseimbangan nitrogen negatif (jumlah penguraian dan eksresi protein
jaringan melebihi jumlah yang dimakan) terjadi saat kelaparan,
demam tinggi atau penyakit pelisutan7
Pengaturan Metabolisme Protein
Metabolisme protein sama seperti metabolisme karbohidrat dan lemak
yang dilakukan terutama oleh hormon
1. Hormon pertumbuhan merangsang transpor aktif asam amino ke dalam sel,
terutama sel otot, dan merangsan sintesis protein
1. Testosteron, hormon kelamin laki-laki, menstimulasi sintesis protein dan
meningkatkan simpanan protein dalam jaringan. Esterogen, hormon kelamin
wanita, juga menstimulasi sintesis protein pada derajat yang lebih kecil
2. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme semua sel dan penting untuk
sintesis protein dan pertumbuhan
3. Glukokortikoid menstimulasi katabolisme protein dalam sel selain sel hati dan
meningkatkan penggunaan asam amino oleh hati dalam proses
glukoneogenesis
4. Insulin meningkatkan pemasukan asam amino ke dalam sel dan menstimulasi
sintesis protein7
Hormon yang BerpengaruhPankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin.
Bagian eksokrin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui
duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Di antara sel-sel eksokrin di
seluruh pankreas tersebar kelompok-kelompok atau pulau sel endokrin yang dikenal
sebagai pulau Langerhans. Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel β (beta),
tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel α (alfa) yang menghasilkan glukagon. Sel
D (delta), yang lebih jarang, adalah tempat sintesis somatostatin. Sel pulau
10
Langerhans yang paling jarang, sel PP, mengeluarkan polipeptida pankreas, yang
mungkin berperan dalam mengurangi nafsu makan dan asupan makanan.8
Bagian endokrin pankreas terdiri atas kelompok sel yang terlihat lebih pucat
daripada asinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-sel pulau Langerhans juga lebih
kecil daripada asinus. Pada umumnya, sel terlihat bulat dan dinding selnya tidak
mudah dilihat. Di antara sel-sel terdapat kapiler darah. Kelompok sel ini tidak
menyimpan simpai jaringan ikat yang jelas. Dengan pulasan HE, sulit membedakan
sel α, β dan D.
Somatostatin
Somatostatin pankreas menghambat saluran cerna dalam berbagai cara,
dengan efek keseluruhan adalah menghambat pencernaan nutrien dan mengurangi
penyerapannya. Somatostatin dikeluarkan oleh sel D pankreas sebagai respons
langsung terhadap peningkatan glukosa darah dan asam amino darah selama
penyerapan makanan.4 Dengan menimbulkan efek inhibisi, somatostatin pankreas
bekerja melalui mekanisme umpan balik negatif untuk mengerem kecepatan
pencernaan dan penyerapan makanan sehingga kadar nutrien dalam plasma tidak
berlebihan. Somatostatin pankreas juga berperan parakrin dalam mengatur sekresi
hormon pankreas.3 Keberadaan lokal somatostatin mengurangi sekresi insulin,
glukagon, dan somatostatin itu sendiri, dan akhirnya akan menurunkan penggunaan
zat nutrisi yang diabsorpsi oleh jaringan, sehingga mencegah pemakaian makanan
yang cepat dan oleh karena itu membuat makanan tersedia untuk waktu yang lebih
lama. Somatostatin juga dihasilkan oleh sel-sel yang melapisi bagian dalam saluran
cerna tempat zat ini bekerja lokal secara parakrin untuk menghambat sebagian besar
proses pencernaan. Selain itu, somatostatin (alias GHIH) diproduksi oleh
hipotalamus, tempat zat ini mengambat sekresi hormon pertumbuhan dan TSH.8
Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta
mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk
ke darah selama keadaan absortif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini
oleh sel dan pengubahannya masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan
protein.8
11
Segera setelah makan makanan tinggi karbohidrat, glukosa yang diabsorbsi
ke dalam darah menyebabkan sekresi insulin dengan cepat, dan selanjutnya
menyebabkan ambilan, penyimpanan, dan penggunaan glukosa yang cepat oleh
semua jaringan tubuh, tetapi terutama oleh otot, jaringan adiposa, dan hati.
Dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya
tetapi sebagian besar bergantung pada asam lemak. Alasan yang utama karena
membran otot istirahat yang normal hanya sedikit permeabel terhadap glukosa
kecuali bila serat otot dirangsang oleh insulin; di antara waktu makan, jumlah insulin
yang disekresikan terlalu kecil untuk meningkatkan jumlah pemasukan glukosa yang
bermakna ke dalam sel-sel otot. Akan tetapi, ada dua kondisi di mana otot memang
menggunakan sejumlah besar glukosa. Yang pertama adalah selama kerja fisik
sedang atau berat, namun penggunaan glukosa yang besar ini tidak membutuhkan
sejumlah besar insulin, karena serat otot yang bekerja menjadi permeabel terhadap
glukosa bahkan pada keadaan tidak ada insulin akibat proses kontraksi itu sendiri.
Keadaan kedua adalah selama beberapa jam setelah makan. Pada saat ini
konsentrasi glukosa darah tinggi, pankreas mensekresikan sejumlah besar insulin.
Insulin tambahan menyebabkan transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot. Hal
ini menyebabkan sel otot selama periode ini lebih suka menggunakan glukosa
daripada asam lemak.
Bila setelah makan, otot tidak bekerja, dan walaupun glukosa yang ditranspor
ke dalam otot jumlahnya banyak, sebagian besar glukosa sampai batas 2 hingga 3
persen kemudian akan disimpan dalam bentuk glikogen otot daripada digunakan
untuk energi. Glikogen ini kemudian dapat digunakan oleh otot untuk menghasilkan
energi. Glikogen terutama digunakan selama masa penggunaan energi yang besar
dan singkat oleh otot dan bahkan untuk menyediakan ledakan energi anaerobik
selama beberapa menit pada suatu waktu melalui pemecahan glikolitik dari glikogen
menjadi asam laktat yang dapat terjadi bahkan dalam keadaan tidak ada oksigen.
Salah satu efek penting insulin adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang
diabsorbsi sesudah makan segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen.
Selanjutnya, di antara waktu makan, bila tidak tersedia makanan dan konsentrasi
glukosa dalam darah mulai berkurang, sekresi insulin menurun dengan cepat dan
glikogen dalam hati dipecah kembali menjadi glukosa, yang akan dilepaskan kembali
12
ke dalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa darah tidak berkurang sampai
terlalu rendah. Mekanisme yang dipakai oleh insulin untuk menyebabkan timbulnya
pemasukan glukosa dan penyimpanan dalam hari meliputi beberapa langkah yang
terjadi bersamaan:
1. Insulin menghambat fosforilase hati, yang merupakan enzim utama yang
menyebabkan terpecanya glikogen dalam hati menjadi glukosa. Keadaan ini
mencegah pemecahan glikogen yang sudah tersedia dalam sel-sel hati.
2. Insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah oleh sel-sel hati. Keadaan ini
terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yang merupakan salah
satu enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa sesudah
glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati. Sekali difosforilasi, glukosa terjerat sementara
di sel-sel hati, sebab glukosa yang sudah terfosforilasi tadi tidak dapat berdifusi
kembali melewati membran sel.
3. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis
glukogen, termasuk enzim glikogen sintase, yang bertanggung jawab untuk
polimerisasi dari unit-unit monosakarida untuk membentuk molekul-molekul
glikogen.
Efek akhir dari seluruh kerja ini adalah meningkatkan jumlah glikogen dalam
hati. Glikogen dapat meningkat hingga total kira-kira 5 sampai 6 persen massa hati,
yang sepadan dengan hampir 100 gram glikogen yang disimpan di seluruh hati.
Setelah selesai makan dan kadar glukosa darah mulai menurun sampai pada
kadar yang rendah, beberapa peristiwa akan mulai berlangsung sehingga
menyebabkan hati melepaskan glukosa kembali ke dalam sirkulasi darah:
1. Berkurangnya kadar glukosa darah menyebabkan pankreas mengurangi sekresi
insulin
2. Kurangnya insulin selanjutnya akan mengembalikan semua efek di atas untuk
penyimpanan glikogen, terutama menghentikan sintesis glikogen lebih lanjut dalam
hati dan mencegah ambilan glukosa lebih jauh oleh hati dari darah.
3. Kurangnya insulin (bersamaan dengan meningkatnya glukagon) mengaktifkan
enzim fosforilase, yang menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa fosfat.
13
4. Enzim glukosa fosfat, yang dihambat oleh insulin, sekarang menjadi aktif karena
tidak ada insulin dan menyebabkan radikal fosfat lepas dari glukosa, dan keadaan ini
menyebabkan glukosa bebas berdifusi kembali ke dalam darah.
Jadi, bila sesudah makan, dari dalam darah timbul kelebihan glukosa maka
hati akan memindahkan glukosa dari darah dan akan mengembalikan glukosa ke
dalam darah lagi sewaktu konsentrasi glukosa turun di antara waktu makan.
Biasanya, dengan cara ini kira-kira 60 persen glukosa yang didapat sewaktu makan
akan disimpan di dalam hati dan nantinya akan dikembalikan lagi.
Bila jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel hati lebih banyak daripada
jumlah yang dapat disimpan sebagai glikogen atau digunakan untuk metabolisme sel
hepatosit setempat, insulin akan memacu pengubahan semua kelebihan glukosa ini
menjadi asam lemak. Sesuah ini, asam lemak dibentuk sebagai trigliserida dalam
bentuk lipoprotein densitas sangat rendah dan ditranspor dalam bentuk lipoprotein
ini melalui darah ke jaringan adiposa dan ditimbun sebagai lemak.
Insulin juga menghambat glukoneogenesis. Insulin melakukannya terutama
dengan menurunkan jumlah dan aktivitas enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk
glukoneogenesis. Akan tetapi, sebagian efek glukoneogenesis disebabkan oleh kerja
insulin yang menurunkan pelepasan asam amino dari otot dan jaringan ekstrahepatik
lainnya dan kemudian keberadaan prekursor penting ini dibutuhkan untuk
glukoneogenesis.
Insulin meningkatkan pengangkutan dan pemakaian glukosa ke dalam
sebagian besar sel tubuh lain (kecuali sel-sel otak) dengan cara yang sama seperti
yang dilakukan oleh insulin dalam mempengaruhi pengangkutan dan pengunaan
glukosa dalam sel otot. Pengantkutan glukosa ke dalam sel lemak terutama berguna
untuk gugus gliserol molekul lemak. Oleh karena itu, melalui cara tidak langsung ini,
insulin meningkatkan endapan lemak dalam sel-sel ini.
Walaupun tak sedramatis efek segera insulin terhadap metabolisme
karbohidrat, insulin juga mempengaruhi metabolisme lemak dengan cara yang sama
pentingnya, untuk jangka waktu yang lama.
Insulin mempunyai berbagai efek yang dapat menyebabkan timbulnya
penyimpanan lemak di dalam jaringan lemak. Pertama, insulin emningkatkan
pemakaian glukosa oleh sebagian besar jaringan tubuh, yang secara otomatis akan
14
mengurangi pemakaian lemak, jadi berfungsi sebagai suatu penghemat lemak. Akan
tetapi, insulin juga meningkatkan pembentukan asam lemak. Hal ini terutama terjadi
bila lebih banyak karbohidrat yang dicerna daripada yang dapat digunakan untuk
energi spontan, jadi mempersiapkan zat untuk sintesis lemak. Hampir semua sintesis
lemak terjadi di dalam sel hati, dan asam lemak kemudian ditranspor dari hati
melalui lipoprotein darah ke sel adiposa untuk disimpan. Beberapa faktor yang
mengarah pada peningkatan sintesis asam lemak di dalam hati meliputi:
1. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel hati. Sesudah
konsentrasi glikogen dalam hati eningat 5 sampai 6 persen, glikogen ini sendiri akan
menghambat sintesis glikogen selanjutnya. Kemudian, seluruh glukosa tambahan
yang memasuki sel-sel hati sudah cukup tersedia untuk dipakai membentuk lemak.
Glukosa mula-mula dipecah menjadi piruvat dalam jalur glikolisis, dan piruvat ini
selanjutnya diubah menjadi asetil-KoA yang merupakan substrat untuk sintesis asam
lemak.
2. Kelebihan ion sitrat dan ion isositrat akan terbentuk oleh siklus asam sitrat bila
pemakaian glukosa untuk energi ini berlebihan. Ion-ion ini selanjutnya mempunyai
efek langsung dalam mengaktifkan asetil-KoA karboksilase, yang merupakan enzim
yang dibutuhkan untuk melakukan proses karboksilasi terhadap asetil-KoA untuk
membentuk malonil-KoA, tahap pertama sintesis lemak.
3. Sebagian besar asam lemak ini kemudian disintesis di dalam hati sendiri dan
digunakan untuk membentuk trigliserida, bentuk yang umum untuk penyimpanan
lemak. Trigliserida ini kemudian akan dilepaskan dari sel-sel hati ke dalam darah
dalam bentuk lipoprotein. Insulin akan mengaktifkan lipoprotein lipase di dalam
dinding kapiler darah jaringan lemak, yang akan memecah trigliserida sekali lagi
menjadi asam lemak, suatu syarat agar asam lemak dapat diabsorbsi ke dalam sel-sel
lemak, tempat asam lemak ini akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan.
Insulin mempunyai dua efek penting lain yang dibutuhkan untuk menyimpan
lemak di dalam sel-sel lemak:2
1. Insulin menghambat kerja lipase sensitif-hormon. Enzim inilah yang
menyebabkan hidrolisis trigliserida yang sudah disimpan dalam sel-sel lemak. Oleh
karena itu pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam sirkulasi darah akan
terhambat.
15
2. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membran sel ke dalam sel-
sel lemak dengan cara yang sama seperti insulin meningkatkan pengantkutan
glukosa ke dalam sle-sel otot. Beberapa bagian glukosa ini lalu dipakai untuk
mensintesis sedikit asam lemak, tetapi yang lebih penting adalah, glukosa ini dipakai
untuk membentuk sejumlah besar α-gliserol fosfat. Bahan ini menyediakan gliserol
yang akan berikatan dengan asam lemak untuk membentuk trigliserida hyang
merupakan bentuk lemak yang disimpan dalam sel-sel lemak. Oleh karena itu, bila
tidak ada insulin, bahkan penyimpanan sejumlah besar asam-asam lemak yang
diangkut dari hati dalam bentuk lipoprotein hampir dihambat.
Glukagon
Hormon ini mempunyai beberapa fungsi yang bertentangan dengan fungsi
insulin. Fungsi yang paling penting dari hormon ini adalah meningkatkan besarnya
konsentrasi glukosa darah, yang merupakan suatu efek yang jelas bertentangan
dengan efek insulin.
Efek utama glukagon terhadap metabolisme glukosa adalah pemecahan
glikogen hati (glikogenesis) dan meningkatkan proses glukoneogenesis di dalam hati.
Kedua efek ini sangat menambah persediaan glukosa di organ-organ lainnya dalam
tubuh.
Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan cara:
1. mengaktifkan adenil siklase yang terdapat di dalam membran sel hepatosin,
2. yang menyebabkan terbentuknya siklik adenosin monofosfat,
3. yang mengaktifkan protein pengatur protein kinase,
4. yang mengaktifkan protein kinase,
5. yang mengaktifkan fosforilase b kinase,
6. yang mengubah fosforilase b menjadi fosforilase a,
7. yang meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa-1-fosfat,
8. yang selanjutnya mengalami defosforilasi; dan glukosa dilepaskan dari sel-sel
hati.
Rangkaian peristiwa ini sangat penitng karena merupakan salah satu
peristiwa yang telah diteliti paling menyeluruh dari semua fungsi second messenger
dari siklik adenosin monofosfat. Kedua, rangkaian peristiwa ini menggambarkan
16
adanya sistem yang menyeluruh di mana etiap produk yang beirkutnya dihasilkan
lebih banyak daripada produk sebelumnya. Oleh karena itu, glikogenolisis mewakili
suatu mekanisme penguat yang poten.
Bahkan setelah semua glikogen di dalam hati telah dipergunakan di bawah
pengaruh dari glukagon, pemberian glukagon melalui infus secara terus-menerus
masih menyebabkan hiperglikemia yang terus-menerus. Hal ini dihasilkan dari efek
glukagon yang dapat meningkatkan kecepatan ambilan asam amino oleh sel-sel hati,
dan kemudia mengubah banyak asam amino menjadi glukosa melalui
glukoneogenesis. Proses ini dapat dicapai melalui pengakifan berbagai enzim yang
dibutuhkan untuk transpor asam amino dan glukoneogenesis, terutama aktivasi dari
sistem enzim untuk mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat, suatu langkah
kecepatan terbatas dalam glukoneogenesis.
Glukagon juga mengaktifkan lipase sel lemak, sehingga meningkatkan
persediaan asam lemak yang dapat dipakai sebagai sumber energi tubuh. Glukagon
juga menghambat penyimpanan trigliserida di dalam hati, sehingga mencegah hati
membuang asam lemak dari darah, yang juga membantu menambah jumlah
persediaan asam lemak yang nantinya dapat dipergunakan oleh jaringan tubuh lain.
Sejauh ini konsentrasi glukosa darah merupakan faktor pengatur sekresi glukosa
terkuat. Penurunan konsentrasi glukosa darah dari nilai normalnya, misalnya
sewaktu puasa, hingga kadar hipoglikemik, dapat meningkatkan konsentrasi
glukagon plasma beberapa kali lipat. Sebaliknya, meningkatnya kadar glukosa darh
hingga mencapai kadar hiperglikemik akan mengurangi kadar glukagon dalam
plasma. Selain itu, glukagon juga akan meningkat pada keadaan tingginya kadar
asam amino, seperti yang terdapat di dalam darah sesudah makan protein, dan pada
waktu melakukan kerja fisik yang melelahkan.2
Kesimpulan Manusia membutuhkan energi untuk menjalankan seluruh aktivitasnya.
Energi yang diperoleh berasal dari asupan makanan yang dimakan setiap harinya.
Makanan yang dikonsumsi harus memiliki keseimbangan antara asupan karbohidrat,
17
lemak dan protein. Jika ada asupan yang berlebihan, sangat dimungkinkan terjadi
kegemukan atau obesitas.
Daftar Pustaka1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004: 299.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.1063-1101, 1172-1238.
3. Murray KM, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.154-60
4. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah
pendekatan klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
5. Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2009.
Hal 517-537.
6. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat; alih bahasa, Syabariyah S;
editor, Komalasari. Jakarta: EGC; 2002.h.118-29.
7. Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku edisi 3; alih bahasa, Subekti NB; editor,
Yudha EK. Jakarta: EGC; 2009.h.619-23.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2011: :627-85.
18