pjr
TRANSCRIPT
Belajar Sepanjang Hayat Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara; Kecerdasan, Kethoma’an (terhadap ilmu),Kesungguhan, Harta benda (bekal), Mempergauli guru dan Waktu yang panjang ^_^
Translate hereSelect Language ▼
hy Guys, Wellcome to my Blog,,!! :)
it's my notes. Thanks friends udah mau berkunjung dan melihat-lihat. Aku harap kamu senang membaca postingan di blog ini. Aku akan lebih sangat senang jika kamu berkomentar dan berkenan mengikuti blog ini demi pengembangan blog ini, be my followers!!
Lost time is never found again
chat box here!!!
diggShare
Get This
Thanks ya friend, let's follow my blog,,,!!!
Kamu pengunjung ke:
11027
Pages
Home About Me Cerita Hikmah Seputar ISLAM Kategori, please choose ^_^ !!! Gallery Kedokteran ku Tips and Trick
Share it
Prinsip hidup:
Manjadda Wa Jada
You are:
My Everything ^_^
Home Kategori
o Seputar Islam o Kedokteran o Cerita Hikmah
About Me
o About Me o Facebook o Twitter
Gallery
Tips and Trick
Minggu, 23 Desember 2012
PJR (Penyakit jantung Reumatik)
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Defenisi jantung rematik Penyakit jantung rematik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup – katup jantung yang disebabkan oleh demam rematik.penyakit jantung rematik (PJR) merupakan komplikasi yang membahayakan dari demam rematik. Katup – katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh:Streptococcus pygenes). Yang bisa menyebabkan demam rematik. kurang lebih 39 % pasien dengan demam rematik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari insufisiensi katup, gagal jantung, perikarditis bahkan kematian. Dengan penyakit jantung rematik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup dengan derajat regurgitasi yang berbeda – beda, dilatasi atrium, aritmia dan disfungsi ventrikel. Penyakit jantung rematik masih terjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pda orang dewasa di Amerika serikat.Demam rematik Demam rematik adalah peradangan penyakit yang terjadi setelah Streptococcus pyogenes infeksi, seperti faringitis streptokokus atau demam berdarah. Diyakini disebabkan oleh antibodi lintas-reaktivitas yang dapat melibatkan jantung, sendi, kulit dan otot, penyakit biasanya berkembang dua sampai tiga minggu setelah infeksi streptokokus. Demam rematik akut sering muncul pada anak – anak usia 6 -15, dengan hanya 20% dari pertama kali serangan yang terjadi pada orang dewasa.
2.2 EPIDEMIOLOGI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
2.2.1 Epidemiologi jantung rematik
Demam rematik (demam reumatik) masih sering didapati pada anak di
negara berkembang dan sering mengenai anak usia antara 5 – 15 tahun.
Pada tahun 1944 diperkirakan diseluruh dunia terdapat 12 juta penderita
demam reumatik dan penyakit jantung reumatik dan sekitar 3 juta
mengalami gagal jantung dan memerlukan rawat inap berulang di rumah
sakit. Prevalensinya dinegara sedang berkembang berkisar antara 7,9
sampai 12,6 per 1000 anak sekolah dan relatif stabil.
Data terakhir mengenai prevalensi demam rematik di Indonesia untuk
tahun 1981 – 1990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh
lebih rendah dibanding negara berkembang lainnya 5,13. Statistik rumah
sakit di negara sedang berkembang menunjukkan sekitar 10 – 35 persen dari
penderita penyakit jantung yang masuk kerumah sakit adalah penderita
demam reumatik dan penyakit jantung reumatik. Data yang berasal dari
negara berkembang memperlihatkan mortalitas karena demam reumatik
dan penyakit jantung reumatik masih merupakan problem dan kematian
karena demam reumatik akut terdapat pada anak dan dewasa muda. Di
negara maju insiden demam reumatik dan prevalensi penyakit jantung
reumatik sudah jauh berkurang dan bahkan sudah tidak dijumpai lagi, tetapi
akhir-akhir ini dilaporkan memperlihatkan peningkatan dibeberapa negara
maju 13. Dilaporkan dibeberapa tempat di Amerika Serikat pada
pertengahan dan akhir tahun 1980an telah terjadi peningkatan insidens
demam reumatik, demikian juga pada populasi aborigin di Australia dan New
Zealand dilaporkan peningkatan penyakit ini.
Tidak semua penderita infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi
Streptokokus β hemolitik grup A menderita demam reumatik. Sekitar 3
persen dari penderita infeksi saluran nafas atas terhadap Streptokokus β
hemolitik grup A di barak militer pada masa epidemi yang menderita demam
reumatik dan hanya 0,4 persen didapati pada anak yang tidak diobati
setelah epidemi infeksi Streptokokus β hemolitik grup A pada populasi
masyarakat sipil. Dalam laporan WHO Expert consultation Geneva, 29
October–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004 angka mortalitas
untuk penyakit jantung reumatik 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju
hingga 8,2 per 100.000 penduduk dinegara berkembang dan didaerah Asia
Tenggara diperkirakan 7,6 per Demam Rematik dan Penyakit Jantung
Rematik Permasalahan Indonesia 100.000. Diperkirakan sekitar 2000 –
332.000 yang meninggal diseluruh dunia karena penyakit tersebut. Angka
disabilitas pertahun (The disability-adjusted life years (DALYs)1 lost) akibat
penyakit jantung reumatik diperkirakan sekitar 27,4 per 100.000 dinegara
maju hingga 173,4 per 100.000 dinegara berkembang yang secara ekonomis
sangat merugikan.
2.2.2 Epidemiologi Deman Rematik
Meskipun individu individu segala umur dapat diserang oleh Dr akut,
tetapi DR ini banyak terdapat pada anak anak dan oaring usia ( 1-15 tahun)
(Rosenthal,1968). Ada dua keadaan terpenting dari segi epidemiologic pada
DR akut ini yaitu kemiskinan dan kepadatan penduduk.
Tetapi pada saat wabah DR tahun 1980 di amerika pasien pasien anak
yang terserang juga pada pada kelompok ekonomi menengah dan atas.
Setelah perang dunia ke dua dilaporkan bahwa di amerika dan eropa insiden
DR menuruna, tetapi DR masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
di Negara Negara berkembang.
Pada penelitian di bawah ini terlihat insiden DR dan PJR di eropa dan
amerika menurun sedangkan di Negara tropis dan sub tropis masih terlihat
peningkatan yang agresip, seperti kegawatan karditis dan payah jantung
yang meningkat. Majed melaporkan insiden DR di beberapa Negara ternyata
insiden yang tinggi dari karditis adalah anak muda dan teerjadinya kelainan
katup jantung adalah sebagai akibat kekurangan kemampuan untuk
melakukan pencegahan sekunder DR dan PJR. Taranta A DAN Markowictz M,
1998 melaporkan bahwa DR adalah peneyebab utama terjadinya penyakit
jantung untukn usia 5-30 tahun. DR dan PJR adalah penyebab utama
kematian penyakit jantung untuk usia dibawah 45 tahun, juga dilaporkan
25-40% penyakit jantung disebabkan oleh PJR untuk semua umur.
2.3 ETIOLOGI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Streptococcus Beta Hemolyticus Group A merupakan agen pencetus
yang menyebabkan terjadinya demam reumatik akut,walaupun mekanisme
patogenetik yang tetap tidak terjelaskan.tidak semua serotip Streptococcus
Beta Hemolyticsus Group A dapat menimbulkan demam reumatik.Bila
beberapa strain (missal,M tipe 4) ada pada populasi yang amat rentan
reumatik,tidak terjadi reumatik ulang.sebaliknya serotip lain yang lazim pada
populasi yang sama menyebabkan angka serangan berulang 20-50% dari
mereka yang dengan faringitis.konsep Reumatogenesitas lebih lanjut
didukung oleh penelitian yang member kesan bahwa serotip-serotip
Streptococcus Beta Hemolyticus Group A yang sering dihubungkan dengan
infeksi kulit,biasanya serotip yang lebih tinggi,sering diisolasi dari saluran
pernapasan atas tetapi jarang menyebabkan kumat demam reumatik pada
individu yang sebelumnya dengan riwayat demam
reumatik.selanjutnya,serotip tertentu Streptococcus Beta
Hemolyticus Group A (Misal : M tipe 1,3,5,6,18,24) lebih sering diisolasi dari
penderita dengan demam reumatik akut daripada serotip lain.namun,karena
serotip tidak diketahui pada saat diagnosis klinis faringitis streptokokus,klinis
harus menganggap bahwa semua streptokokus group A mempunyai
kemampuan menyebabkan demam Reumatik dan karenanya dari semua
episode faringitis streptokokus harus diobati.
2.4 KLASIFIKASI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
2.4.1.Klasifikasi Demam Rematik
Demam rematik adalah suatu penyakit immunitas sistematik di
klasifikasikan dalam demam rematik akut dan demam rematik kronik yang
dapat sembuh sendiri. Sesuai dengan adanya bukti sterptokokus beta
Hemolitikus grup A, diagnosa demam rematik dapat diklasifikasikan menjadi
Karditis, Poliartritis migrans, Khorea, Nodul subkutan, Eritema marginatum,
Demam.
2.4.2 Klasifikasi PJR
PJR lebih sering terjadi pada penderita yang menderita keterlibatan
jantungyang berat padaserangan DR akut. PJR kronik dapat ditemukan tanpa
adanyariwayat DR akut. Hal ini terutamadidapatkan pada penderita dewasa
denganditemukannya kelainan katup. Kemungkinan sebelumnyapenderita
tersebutmengalami serangan karditis rematik subklinis, sehingga tidak
berobat dantidak didiagnosis pada stadium akut. Kelainan katup yang paling
sering ditemukan adalah pada katupmitral, kira-kira tiga kali lebih banyak
daripada katup aorta. Klasifikasi PJR memiliki 4 (empat) bagian,di antaranya
insufisiensi mitral,stenosis mitral, insufisiensi aorta, dan stenosis aorta.
a. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi Mitral)
Insufisiensi mitral merupakan lesi yang paling sering ditemukan pada
masaanak-anak dan remajadengan PJR kronik. Pada keadaan ini bisa juga
terjadi pemendekan katup, sehingga daun katup tidakdapat tertutup dengan
sempurna. Penutupan katup mitral yang tidak sempurna
menyebabkanterjadinya regurgitasidarah dari ventrikel kiri ke atrium kiri
selama fase sistol. Pada kelainan ringantidak terdapat kardiomegali, karena
beban volume maupun kerja jantung kiri tidak bertambahsecara bermakna.
Hal ini bisa dikatakan bahwa insufisiensi mitralmerupakan klasifikasi
ringan,karena tidak terdapat kardiomegali yang merupakansalah satu gejala
gagal jantung.Tanda-tanda fisik insufisiensi mitral utama tergantung pada
keparahannya.Pada penyakit ringan,tanda-tanda gagal jantung tidak akan
ada. Pada insufisiensi berat, terdapat tanda-tanda gagal jantung kongestif
kronis, meliputi kelelahan, lemah, berat badan turun, pucat.
b. Stenosis Mitral
Stenosis mitral merupakan kelainan katup yang paling sering diakibatkan
olehPJR. Perlekatan antardaun-daun katup, selain dapat menimbulkan
insufisiensi mitral(tidak dapat menutup sempurna) jugadapat menyebabkan
stenosis mitral (tidak dapatmembuka sempurna). Ini akan menyebabkan
beban jantung kanan akan bertambah,sehingga terjadi hipertrofi ventrikel
kanan yangdapat menyebabkan gagal jantungkanan. Dengan terjadinya
gagal jantung kanan, stenosis mitraltermasuk ke dalamkondisi yang berat
c. Insufisiensi Aorta (Regurgitasi Aorta)
PJR menyebabkan sekitar 50% kasus regurgitasi aorta. Pada sebagian besar
kasus ini terdapatpenyakit katup mitralis serta stenosis aorta. Regurgitasi
aortadapat disebabkan oleh dilatasi aorta,yaitu penyakit pangkal aorta.
Kelainan inidapat terjadi sejak awal perjalanan penyakit akibatperubahan-
perubahan yang terjadisetelah proses radang rematik pada katup aorta.
Insufisiensi aorta ringan bersifatasimtomatik. Oleh karena itu, insufisiensi
aorta juga bisa dikatakansebagaiklasifikasi PJR yang ringan. Tetapi apabila
penderita PJR memiliki insufisiensi mitraldaninsufisiensi aorta, maka
klasifikasi tersebut dapat dikatakan sebagai klasifikasiPJR yang sedang.
Halini dapat dikaitkan bahwa insufisiensi mitral dan insufisiensi aorta
memiliki peluang untuk menjadiklasifikasi berat, karena dapat
menyebabkangagal jantung.
d. Stenosis aorta
Stenosis aorta adalah obstruksi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
dimana lokasi obstruksi dapatterjadi di valvuler, supravalvuler, dan
subvalvuler.Gejala-gejala stenosis aorta akan dirasakanpenderita setelah
penyakit berjalan lanjuttermasuk gagal jantung dan kematian
mendadak.Pemeriksaan fisik pada stenosisaorta yang berat didapatkan
tekanan nadi menyempit dan lonjakandenyut arterimelambat.
2.5 PATOFISIOLOGI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
2.5.1 Patofisiologi Penyakit Jantung rematik
Demam reumatik yang mengakibatkan PJR terjadi akibat sensitasi dari
antigenSGA setelah 1-4 minggu infeksi Streptococcus Grup A beta
hemolitikus di faring. Terdapat dua mekanisme yang diajukan sebagai
pathogenesis dari demam reumatik :
1. Respons hiperimun yang bersifat autoimun maupun alergi,
2. Efek langsung organisme streptococcus atau toksinnya.
Yang paling dapat diterima adalah mekanisme pertama yaitu dari sudut
imunologi, dimana reaksi autoimun terhadap infeksi streptococcus akan
menyebabkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik,
dengan cara :
1. Streptococcus grup A akan menyebabkan infeksi faring,
2. Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibody pada
pejamu yang hiperimun,
3. Antibodi akan bereaksi dengan antigen streptococcus, dan dengan
jaringan pejamu yang secara antigenic sama seperti streptococcus,
4. Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu sehingga
mengakibatkan kerusakan jaringan.
Kerusakan jaringan yang disebabkan tersebut berupa peradangan difus yang
menyerang jaringan ikat berbagai organ, terutama jantung, sendi dan kulit.
Terserangnya jantung merupakan keadaan yang sangat penting, karena :
1. Kematian pada fase akut, yang sebagian besar karena gagal jantung.
2. Kecacatan jantung, yang sebagian besar oleh adanya deformitas
katup.
Keterlibatan jantung pada penyakit demam rematik dapat mengenai
setiap komponen jaringannya. Proses radang selama karditis akut paling
sering terbatas pada endokardium dan miokardium, namun pada pasien
dengan miokaditis berat, pericardium dapat juga terlibat. Peradangan di
endokardium biasanya mengenai endotel katup, sekitar 50%kasus adalah
katup mitral, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi
pinggir katup yang ditunjukkan dengan adanya vegetasi seperti manik-
manik (verruceae) di sepanjang pinggir daun katup. Proses ini mengganggu
penutupan katup yang efektif, mengakibatkan regurgitasi katup. Jika tidak
ada pembalikan proses dan penyembuhan, proses ini akhirnya akan menyebabkan
stenosis dan perubahan pengapuran yang kasar, yang terjadi beberapa tahun pasca
serangan.
Peradangan di miokardium, terdapat pembentukan lesi nodular yang
khas pada dinding jantung berupa sel Aschoff yang terdiri dari infiltrat
perivaskuler sel besar dengan inti polimorf dan sitoplasma basofil tersusun
dalam roset sekeliling pusat fibrinoid yang avaskular. Peradangan
Perikardium, adanya penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga
perikard yang disebut sebagai efusi perikard. Dan hal ini mengganggu
pengisian ventrikel sehingga volume sekuncup berkurang.
Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan dikenai. Perikarditis
paling sering terjadi dan perikarditis fibrinosa kadang-kadang didapati. Pada
keadaan fatal, keterlibatan miokard menyebabkan pembesaran semua ruang
jantung. Pada miokardium mula-mula didapati fragmentasi serabut kolagen,
infiltrasi limfosit, dan degenerasi fibrinoid dan diikuti didapatinya nodul
aschoff di miokard yang merupakan patognomonik DR.
2.5.1.1 Patofisiologi insufisiensi mitra
Insufisiensi ini merupakan akibat perubahan struktur yang biasanya
meliputi kehilangan bahan valvuler dan pemendekan serta penebalan kordae
tendinea. Selama demam rematik akut dengan keterlibatan jantung berat,
gagal jantung kongestif paling sering disebabkan oleh gabungan pengaruh
mekanik insufisiensi mitral berat bersama dengan penyakit radang yang
dapat melibatkan perikardium, miokardium, endokardium dan epikardium.
Karena beban volume yang besar dan proses radang, ventrikel kiri menjadi
besar dan tidak efisien. Atrium kiri dilatasi ketika darah beregugirtasi
kedalam ruangan ini. Kenaikan tekanan atrium kiri mengakibatkan kongesti
pulmonal dan gejala-gejala gagal jantung sisi kiri. Pada kebanyakan kasus
insufisiensi mitral ada dalam kisaran ringan sampai sedang. Bahkan, pada
penderita-penderita yang pada permulaannya insufisiensi berat, biasanya
kemudian ada perbaikan spontan. Hasilnya lesi kronis paling sering ringan
atau sedang, dan penderita akan tidak bergejala. Lebih separuh penderita
dengan insufisiensi mitral selama serangan akut akan tidak lagi mempunyai
bising akibat mitral setahun kemudian. Namun, pada penderita dengan
insufisiensi mitral kronis, berat, tekanan ateria pulmonalis menjadi naik,
pembesaran ventrikel dan atrium kanan dan yang selanjutnya akan terjadi
gagal jantung sisi kanan.
2.5.1.2 Patofisiologi stenosis mitral reumatik
Stenosis mitral reumatik adalah akibat fibrosis cincin mitral,
perlekatan komisura, dan kontraktur daun katup, korda, dan muskulus
papilare selama periode waktu yang lama. Stenosis ini biasanya 10 tahun
atau lebih agar lesi menjadi betul-betul tegak, walaupun prosesnya kadang-
kadang dapat dipercepat. Stenosis mitral reumatik jarang ditemukan
sebelum remaja dan biasanya tidak dikenali sampai umur dewasa. Stenosis
mitral secara klinis diketahui jika lubang katup mengurang sampai 25% atau
kurang dari lubang katup yang diharapkan normal. Pengurangan demikian
berakibat kenaikan tekanan pada pembesaran serta hifertrofi atrium kiri.
Kenaikan menyebabkan hifertensi vena pulmonalis, kenaikan tahanan
vaskuler pulmonal dan hipertensi pulmonal. Dilatasi ventrikel dan atrium
kanan, dan terjadi hipertrofi dengan disertai gagal jantung sisi kanan.
2.5.2 Patofisiologi Demam Rematik
Streptococcus beta-hemolyticus grup A dikenali oleh karena morfologi
koloninya dan kemampuannya untuk menimbulkan hemolisis. Sel ini terdiri
dari sitoplasma yang dikelilingi oleh tiga lapisan membrane, yang disusun
terutama dari tiga komponen.
(1) Komponen bagian dalam adalahpeptidoglikan, yang memberi kekakuan
dinding sel, menimbulkan arthritis, sertareaksi nodular pada kulit binatang
percobaan.
(2) Komponen kedua adalahpolisakarida dinding sel, atau karbohidrat
spesifik grup. Struktur imunokimia komponen ini menetukan serogrupnya.
Karbohidrat grup A merupakan polimer polisakarida, yang terdiri dari
pendukung utama Ramnose dengan rantai samping yang diakhiri ujung
terminalN-asetilgluktosamin. Karbohidrat ini terbukti memiliki determinan
antigenicbersama dengan glikoprotein pada katup jantung manusia.
(3) Komponenketiga terdiri dari mosaic protein yang dilabel sebagai protein
M, R dan T. Dariketiga protein ini yang terpenting adalah protein M, yakni
antigen spesifik tipe dari streptococcus group A.
Adanya protein M pada permukaan streptokokus menghambat
fagositosis; hambatan tersebut dinetralkan oleh antibody terhadap protein
M,yaitu antibody spesifik tipe. Dari permukaan keluar bentuk menyerupai
rambut merupakan lapisan fimbriae yang tersusun oleh asam lipoteikoat.
Komponen ini penting dalam perlekatan (adherence) streptokokus terhadap
sel epitel. Beberapa strain streptokokus grup A, terutama yang ditemukan
dari demam reumatik, mempunyai kapsul mukoid yang terdiri dari asam
hialuronat. Kapsultersebut hanya kadang-kadang ada, kemungkinan karena
hidrolisis olehhialuronidase yang dihasilkan selama masa pertumbuhan
mikroorganisme.Disamping hialuronidase, streptokokus grup A juga
menghasilkansejumlah enzim ekstraselular, termasuk dua hemolisin atau
streptolisin (tipe Syang stabil pada oksigen dan O yang labil pada oksigen).
Hemolisin bekerjapada sel darah merah dan menyebabkan hemolisis di
sekitar kolonistreptokokus. Kebanyakan streptokokus grup A menghasilkan
toksin eritrogenik yang menyebabkan ruam pada kulit dan skarlatina;
streptokinase yang berfungsi sebagai activator sistem fibrinolitik nikotianmid
adenine dinikleotidase;proteinase; amylase dan esterase Empat isoenzim
DNAse (A, B, C, D) dihasilkandalam jumlah yang berbeda-beda oleh strain
yang berbeda. Isoenzim DNAse Bdihasilkan oleh streptokokus grup A yang
tersebar dimana-mana.
Pengelepasan enzim streptokokus ke dalam pejamu pada waktu
terjadiinfeksi merangsang pembentukan antibodi, kecuali streptolisin S, yang
pada manusia tidak imunogenik. Uji antibodi streptokokus didasarkan
padaimunogenitas produk. Dalam uji ini, serum diuji untuk mendeteksi
antibodyneutralisasi terhadap satu atau lebih enzim. Kenaikan titer antibody
lebih darinormal atau kenaikan titer yang bermakna antara serum akut dan
konvalesensbukti infeksi sebelumnya.
Kerentanan Pejamu Penelitian epidemiologis menunjukan bahwa hanya
sebagian kecil (2 sampai 3%) yang menderita faringitis streptokokus
menderita demam reumatik, tetapiangka kejadian penderita demam
reumatik adalah 50%. Hal ini memberi kesanadanya kerentanan pejamu
terhadap demam reumatik akut.Penelitian mutakhir memberikan tambahan
bukti. Pemeriksaan fenotip Human Leucocyt Antigen (HLA) terhadap demam
reumatik menunjukanhubungan alloantigen sel B spesifik, dikenal dengan
antibodi monoclonal,dengan status reumatikus. Penelitian lain menunjukan
insiden petanda HLAtinggi pada pasien demam reumatik. Antigen HLA-DR4
dan HLA-DR2 masing-masing lebih sering terdapat pada pasien demam
reumatik ras kaukasoid dan kulit hitam dibandingkan pada populasi sehat;
hal ini mendukung konsep predisposisi genetik pada demam reumatik.
Nodul aschoff terdiri dari area nekrosis sentral yang dikelilingi limfosit,
sel plasma, sel mononukleus yang besar dan sel giant multinukleus.
Beberapa sel mempunyai inti yang memanjang dengan area yang jernih
dalam membran inti yang disebut Anitschkow myocytes. Nodul Aschoff bisa
didapati pada spesimen biopsi endomiokard penderita DR. Keterlibatan
endokard menyebabkan valvulitis rematik kronis. Fibrin kecil, vegetasi
verrukous, berdiameter 1-2 mm bisa dilihat pada permukaan atrium pada
tempat koaptasi katup dan korda tendinea. Meskipun vegetasi tidak didapati,
bisa didapati peradangan dan edema dari daun katup. Penebalan dan fibrotik
pada dinding posterior atrium kiri bisa didapati dan dipercaya akibat efek jet
regurgitasi mitral yang mengenai dinding atrium kiri. Proses penyembuhan
valvulitis memulai pembentukan granulasi dan fibrosis daun katup dan fusi
korda tendinea yang mengakibatkan stenosis atau insuffisiensi katup. Katup
mitral paling sering dikenai diikuti katup aorta. Katup trikuspid dan pulmonal
biasanya jarang dikenai.
Dasar kelainan patologi demam rematik ialah reaksi inflamasi
eksudatif dan proliferatif jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap hanya
terjadi pada jantung, organ lain seperti ; sendi, kulit, paru, pembuluh darah,
jaringan otak dan lain-lain dapat terkena tetapi reversibel.
Yang terjadi di Jantung
Baik perikardium, miokardium, dan endokardium dapat terkena.
Miokarditis dapat ringan berupa infiltrasi sel-sel radang, tetapi dapat berat
sehingga terjadi dilatasi jantung yang dapat berakibat fatal.
Bila peradangan berlanjut, timbullah badan-badan Aschoff yang kelak
dapat meninggalkan jaringan parut diantara otot jantung. Perikarditis dapat
mengenai lapisan viseral maupun parietal perikardium dengan eksudasi
fibrinosa. Jumlah efusi perikard dapat bervariasi tetapi biasanya tidak
banyak, bisa keruh tetapi tidak pernah purulen.
Bila berlangsung lama dapat berakibat terjadinya adesi perikardium
viseral dan parietal. Endokarditis merupakan kelainan terpenting, terutama
peradangan pada katup-katup jantung. Semua katup dapat terkena, tetapi
katup jantung kiri (mitral dan aorta) yang paling sering menderita,
sedangkan katup trikuspidalis dan pulmonal jarang terkena. Mula-mula
terjadi edema dan reaksi seluler seluler akut yang mengenai katup dan
korda tendinae. Kemudian terjadi vegetasi mirip veruka di tepi daun-daun
katup. Secara mikroskopis vegetasi ini masa hialin. Bila menyembuh akan
terjadi penebalan dan kerusakan daun katup yang dapat menetap dan dapat
mengakibatkan kebocoran katup.
Yang terjadi di organ-organ lain
Sendi-sendi paling sering terkena. Terjadi peradangan eksudatif dengan
degenerasi fibrinoid sinovium.
Nodul subkutan secara histologis terdiri dari jaringan nekrotik fibrinoid
dikelilingi oleh sel-sel jaringan ikat, mirip badan aschoff.
Di jaringan otak dapat terjadi infiltrasi sel bulat di sekitar pembuluh darah
kecil. Kelainan tersebut letaknya tersebar di korteks, serebellum dan ganglia
basal. Kelainan-kelainan pada susunan saraf pusat ini tidak dapat
menerangkan terjadinya korea; kelainan tersebut dapat ditemukan pada
penderita demam rematik yang meninggal dan diautopsi tetapi sebelumnya
tidak pernah menunjukkan gejala korea.
Pada paru dapat terjadi pneumonia dengan tanda-tanda perdarahan.
Kelainan pembuluh darah dapat terjadi dimana-mana, terutama pembuluh
darah kecil yang menunjukkan pembengkakan dan proliferasi endotel.
Glomerulonefritis ringan dapat terjadi akibat reuma.
Gambar: Pathofisiology demam rematik
Gambar: Skema Patofisiologi Penyakit jantung Rematik
2.6 PATOGENESIS DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap
kuman beta-streptococcus hemolyticus grup A sudah berkembang pesat,
namun mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui.
Pada umumnya, para ahli sependapat bahwa demam reumatik yang
mengakibatkan penyakit jantung reumatik yang terjadi akibat sensitasi dari
antigen streptococcus sesudah 1-4 minggu infeksi streptococcus
difaring.lebih kurang 95% pasien menunjukkan peninggian titer
antistreptoksi-O (ASTO),antideoksiribonukleat B (anti DNA –ase B) yang
merupakan 2 macam tes yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman
streptococcus.
Penelitian-penelitian lain kebanyakan menyokong mekanisme
autoimunitas atas dasar reaksi antigen antibody terhadap antigen
streptococcus.salah satu antigen tersebut adalah protein-M
streptococcus .pada serum pasien demam reumatik akut ditemukan
antibody dan antigen. Antibodi yang terbentuk bukan bersifat kekebalan.
Dan reaksi ini dapat ditemukan pada miokard, otot skelet dan sel otot polos.
Dengan imunoflorensi dapat ditemukan immunoglobulinnya dan komplemen
pada sarkolema miokard.
2.7 GAMBARAN KLINIS DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Gambaran Klinis
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat
di bagi dalam 4 stadium.
Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran atas bagian atas oleh kuman Beta-
Streptococcus hemolyticus grup A. Seperti infeksi saluran nafas pada
umumnya, keluhan biasanya berupa demam,batuk,rasa sakit waktu
menelan,tidak jarang di sertai muntah bahkan pada anak kecil dapat terjadi
diare. Pada pemeriksaan fisis sering di dapatkan eksudatdi tonsil yang
menyertai tanda-tanda peradangan lainnya. Kelenjar getah bening
submandibular sering kali membesar. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4
hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Para peneliti mencatat 50-
90% riwayat infeksi saluran nafas bagian atas pada penderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik, yang biasanya terjadi 10-14 hari
sebelum manifestasi pertama demam reumatik/penyakit jantung reumatik.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi
Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode
ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau
bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam
reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinis demam
reumatik/penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum dan manifestasi spesifik
demam reumatik/penyakit jan tung reumatik.
Gejala peradangan umum
Biasanya penderita mengalami demam yang tidak tinggi tanpa pola
tertentu. Anak menjadi lesu,anoreksia,lekas tersinggung dan berat badan
tampak menurun. Anak kelihatan pucat karena anemia akibat tertekannya
eritropoesis. Bertambahnya volume plasma serta memendeknya umur
eritrosi. Dapat pula terjadi epitaksis dan bila banyak dapat menambah berat
derajat anemia.
Artralgia , rasa sakit disekitar sendi selama beberapa hari /minggu
juga sering didapatkan; rasa sakit akan bertambah bila anak melakukan
latihan fisis. Gejala klinis lain yang dapat timbul ialah sakit perut, yang
kadang-kadang bisa sangat hebat sehingga menyerupai apendisitis akut.
Sakit perut ini akan member respons cepat dengan pemberian salisilat.
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan tanda-tanda reaksi
peradangan akut berupa terdapatnhya C-reactive protein dan leukositosis
serta meningginya laju endap darah. Titer ASTO meninggi pada kira-kira 80%
kasus. Pada pemeriksaan EKG dapat jumpai pemanjangan interval P-R (blok
AV derajat I).
Sebagai gejala-gejala peradangan umum ini penting untuk diagnosis
dan dikelompokan sebagai gejala minor.
2.8 ANAMNESIS DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Diagnosis pada demam rematik memerlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisikyang teliti. Biasanya pasien datang dengan tanda-
tanda Karditis, disebabkankarena gejala-gejala poliartritis akan sembuh
dengan sempurna dalam beberapaminggu.
1. Tanyakan identitas pasien
2. tanyakan keluhan utama
dan telusuri keluhan utama
• Infeksi tenggorokan
apakah ada keluhan nyeri menelan sebelumnya?
Apakah disertai gejala batuk dan mata merah?
Adakah keluhan demam?
Adakah nyeri tekan pada kelenjar leher?
• Polartritis
Apakah ada bengkak yang terjadi t iba-tiba pada sendi-sendi
besar(lutut, pergelangan kaki atau tangan, paha,lengan, siku
dan bahu)sebelumnya?
Apakah bengkak pada sendi simetris dan berpindah?
Apakah bengkak tersebut disertai nyeri?
• Karditis
Adakah sesak? Apakah sesak dipengaruhi aktivitas?---dipsnoe ---
oneffort
Adakah sesak pada malam hari? (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea)
Adakah sesak yang terjadi pada posisi berbaring dan hilang
padaposisi duduk? (orthopnea)
Adakah nyeri dada? Bagaimanakah sifat nyeri?
Adakah pembengkakan (udem)?
• Korea
Adakah gerakan-gerakan yang tidak disadari?
Adakah kelemahan otot?
Adakah ketidakstabilan emosi?
• Eritema marginatum
Adakah bercak kemerahan yang tidak gatal?
Apakah bercaknya seakan-akan menjauhi pusat lingkaran?
Apakah bercak berpindah-pindah?
• Nodul Subkutan
Adakah teraba massa padat?
Apakah massa tersebut tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulitdi
atasnya?
Riwayat medis dimasa lalu
Kondisi sebelumnya (termasuk masa kanak-kanak) dan terkait, seperti
infark miokard, hipertensi, diabetes, demam reumatik. Informasi resep dan
obat lainnya, serta kepatuhan pasien. Tinjauan kembali tekanan darah,
kadar lipid, rontgen toraks, dan EKG sebelumnya.
3. Riwayat keluarga, pekerjaan,dan sosial
4. Riwayat keluarga
5. Hal-hal yang memperberat dan memperingan
6. Aktivitas, iklim, makanan, kebiasaan dan Obat-obatan
2.9 PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSIS DEMAM REUMATIK DAN
JANTUNG REUMATIK
2.9.1 PEMERIKSAAN FISIK DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG
REUMATIK
1. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah,frekuensi
pernapasan,denyut nadi,berat badan,tinggi badan. Pemeriksaan tanda vital
pada pasien ini berfungsi untuk mengetahui kondisi umum dari pasien. Pada
penderita demam jantung rematik dengan komplikasi yang parah seperti
insufisiensi mitral akan didapatkan tanda-tanda gagal jantung yaitu dispnea
dan mungkin juga terjadi denyut nadi yang cepat untuk mengkompesasi
kekurangan aliran darah yang masuk ke aorta. Beberapa kelainan dari tanda
vital juga akan diketemukan pada penyakit jantung rematik dengan
komplikasi yang lain. Berat badan dan tinggi badan juga merupakan suatu
pertanda penting untuk membedakan suatu penyakit jantung bawaan
maupun didapat. Sebagian besar penyakit jantung bawaan akan
menunjukkan keterlambatan tumbuh kembang dari anak terserbut.
2. inspeksi
- Memperhatikan gerakan-gerakan lain pada dindingdada
Pada pemeriksaan inspeksi perlu diperhatikan adanya sesak
napas,pernapasan cuping hidung,sianosis,pembengkakan pada sendi,melihat
apakah denyut jantung terlihat di permukaan kulit atau tidak. Adanya
pernapasan cuping hidung,sianosis merupakan pertanada adanya gejala dari
gagal jantung ataupun kelainan dari pada jantung. Pembengkakan sendi
merupakan salah satu kriteria major jones sehingga patut menjadi perhatian
utama untuk mendiagnosis penyakit jantung rematik. Denyut jantung yang
terlihat juga dapat terjadi karena beberapa sebab, mungkin terjadi karena
terjadi kardiomegali yang cukup besar atau anak tersebut sangat kurus.
3. Palpasi
-Meraba denyut jantung
Palpasi berguna untuk menekan sendi, dimana pada arthritis
yang disebabkan oleh demam rematik akan terjadi sakit. Palpasi juga
penting untuk memeriksa nodul subkutan, nodul subkutan pada demam
jantung rematik dapat digerakan dan tidak sakit. Pemeriksaan palpasi yang
tidak kalah penting adalah menentukan ukuran dari hati. Ukuran dari hati
akan membesar apabila terjadi gagal jantung kanan yang merupakan salah
satu komplikasi lanjut dari penyakit jantung rematik.
4. Perkusi
- Mengetahui batas-batas jantung
Perkusi berguna untuk memeriksa apakah adanya perbesaran dari
jantung. Pada penderita kronis akan terjadi perbesaran jantung karena efek
kompensasi.
5. auskultasi
-Mendengarkan bunyi-bunyi jantung
Pada pemerikssaan auskultasi berguna untuk mencari suara
patologis dari jantung. Pada penderita jantung rematik biasanya ditemukan
murmur holosistolik yang merupakan akibat dari insufisiensi katup mitral dan
mungkin pada penderita yang lebih lanjut disebabkan oleh insufisiensi katup
trikuspidalis. Pada pemeriksaan auskultasi juga mungkin ditemukan suara
jantung ketiga yang disebabkan keterlambatan penutupan atau percepatan
penutupan dari katup-katup jantung. Yang paling sering adalah kecepatan
penutupan dari katup aorta yang disebabkan oleh insufisiensi dari katup
mitral.
2.9.2 DIAGNOSIS DEMAM REMATIK DAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Diagnosis demam rematik lazim didasarkan pada suatu kriteria
yang untuk pertama kali diajukan oleh T. Duchett Jones dan, oleh
karena itu kemudian dikenalsebagai kriteria Jones.
Kr i te r i a J ones memuat ke lompok k r i te r i a mayor dan mino r
yang padadasarnya merupakan manifestasi kl inik dan laboratori
k demam rematik.
Pada perkembangan selanjutnya, kriteria ini kemudian
diperbaiki oleh American Heart Association dengan menambahkan
bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya. Apabila ditemukan 2
kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor,
ditambah dengan bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya,
kemungkinan besar menandakan adanya demam rematik.
Tanpa didukung bukti adanya infeksi streptokokus, maka diagnosis
demam rematik harus selalu diragukan, kecuali pada kasus demam
rematik dengan manifestasi mayor tunggal berupa korea Syndenham
atau karditis derajat ringan, yang biasanya terjadi jika demam
rernatik baru muncul setelah masa laten yang lama dan infeksi
strepthkokus. Perlu diingat bahwa kriteria Jones tidak bersifat mutlak, tetapi
hanya sebagaisuatu pedoman dalam menentukan diagnosis demam rematik.
Kriteria ini bermanfaat untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kesalahan diagnosis,baik berupa overdiagnosis maupun
underdiagnosis.
Kriteria Mayor
1) Karditis
merupakan manifestasi klinik demam rematik yang paling berat
karenamerupakan satu-satunya manifestasi yang dapat
mengakibatkan kematian penderita pada fase akut dan dapat
menyebabkan kelainan katup sehingga
terjadipenyakit j an tung remat i k .
D iagnos i s ka rd i t i s remat i k dapa t d i tegakkan seca ra k l i n i k
berdasarkan adanya salah satu tanda berikut:
(a) bising baru atau perubahan sifat bising organik,
(b) kardiomegali,
(c) perikarditis, dan gagal jantung kongestif. Bising jantung merupakan
manifestasi karditis rematik yang seringkali muncul pertama kali,
sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal jantung
kongestif biasanya baru t imbul pada keadaan yang leb ih berat .
B is ing pada kard i t i s remat ik dapat berupa bising pansistol di
daerah apeks (regurgitasi mitral), bising awal diastol di
daerah basal (regurgitasi aorta), dan bising mid-diastol pada apeks
(bising Carey-Coombs)yang timbul akibat adanya dilatasi ventrikel kiri.
2) Poliartritis
ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba
panas, dan keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih. Artritis pada
demam rematik paling sering mengenai sendi-sendi besar anggota
gerak bawah. Kelainan ini
hanya b e r l a n g s u n g b e b e r a p a h a r i s a m p a i s e m i n g g u p a d a
s a t u s e n d i d a n k e m u d i a n berp indah, seh ingga dapat d i tem
ukan ar t r i t i s yang sa l ing tumpang t ind ih pada beberapa sendi
pada waktu yang sama; sementara tanda-tanda radang mereda
pada satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu diingat bahwa
artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak dapat
dijadikan sebagai suatu kriteria mayor. Selain itu, agar dapat
digunakan sebagai suatu kriterium mayor, poliartritisharus disertai
sekurang-kurangnya dua kriteria minor, seperti demam dan
kenaikan
l a j u e n d a p d a r a h , s e r t a h a r u s d i d u k u n g o l e h a d a n y a
t i t e r A S T O a t a u a n t i b o d i antistreptokokus lainnya yang tinggi.
3) Korea
secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari dan tidak
bertujuanyang berlangsung cepat dan umumnya bersifat
bilateral, meskipun dapat juga hanya mengenai satu sisi tubuh.
Manifestasi demam rematik ini lazim disertai kelemahan otot dan
ketidak-stabilan emosi. Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah
usia3 t a h u n a t a u s e t e l a h m a s a p u b e r t a s d a n l a z i m t e r j a d i
p a d a p e r e m p u a n .
K o r e a Syndenham merupakan satu-satunya tanda mayor yang
sedemikian penting sehinggadapat dianggap sebagai pertanda adanya
demam rematik meskipun tidak ditemukankriteria yang lain. Korea
merupakan manifestasi demam rematik yang muncul secaralambat,
sehingga tanda dan gej ala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi
padasaat korea mulai timbul.
4) Eritema marginatum
merupakan wujud ke la inan ku l i t yang khas pada
demamrematik dan tampak sebagai makula yang berwarna merah,
pucat di bagian tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat atau
dengan tepi yang bergelombang dan
meluass e c a r a s e n t r i f u g a l . E r i t e m a m a r g i n a t u m j u g a
d i k e n a l s e b a g a i e r i t e m a a n u l a r e remat ikum dan terutama t
imbul d i daerah badan, pantat , anggota gerak bag ian proksimal
, tetapi tidak pernah ditemukan di daerah wajah. Kelainan ini dapat bersifat
sementara atau menetap, berpindah-pindah dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh yang lain, dapat dicetuskan oleh pemberian panas,
dan memucat jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini hanya
ditemukan pada kasus yang berat.
5) Nodulus subkutan
pada umumnya hanya d i jumpai pada kasus yang berat dan
terdapat di daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna
vertebralis. Nodul ini berupa massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan dari kulit diatasnya, dengan diameter dan beberapa
milimeter sampai sekitar 2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan
ditemukan jika tidak terdapat karditis.
Kriteria Minor
1) Riwayar demam rematik sebelumnya
dapat digunakan sebagai salah satu kriteriaminor apabila tercatat
dengan baik sebagai suatu diagnosis yang didasarkan
padakr i ter ia obyekt i f yang sama.
Akan tetap i , r iwayat demam remat ik atau penyak i t jantung
rematik inaktif yang pernah diidap seorang penderita seringkali tidak
tercatatsecara baik sehingga sulit dipastikan kebenarannya, atau bahkan
tidak terdiagnosis
2) Artralgia
Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai
peradanganatau keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus
dibedakan dengan nyeri padaotot atau jaringan periartikular
lainnya, atau dengan nyeri sendi malam hari yanglazim terjadi pada
anak-anak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai kriteriaminor
apabila poliartritis sudah dipakai sebagai kriteria mayor.
3) Demam
pada demam
rematik biasanya ringan,meskipun adakalanya mencapai39°C,
terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai
suatudemam derajat ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan
pertanda infeksiyang tidak spesifik, dan karena dapat dijumpai pada
begitu banyak penyakit lain,kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis
banding yang bermakna.
4) Peningkatan kadar reaktan fase akut
berupa kenaikan laju endap darah, kadar protein C reaktif, serta
leukositosis merupakan indikator nonspesifik dan peradanganatau infeksi.
Ketiga tanda reaksi fase akut ini hampir selalu ditemukan pada
demam r e m a t i k , k e c u a l i j i k a k o r e a m e r u p a k a n s a t u -
s a t u n y a m a n i f e s t a s i m a y o r y a n g ditemukan.
Perlu diingat bahwa laju endap darah juga meningkat pada kasus
anemiadan gagal jantung kongestif. Adapun protein C reaktif tidak
meningkat pada anemia,akan tetapi mengalami kenaikan pada gagal
jantung kongestif. Laju endap darah dankadar protein C reaktif
dapat meningkat pada semua kasus infeksi, namun apabila protein
C reaktif tidak bertambah, maka kemungkinan adanya infeksi
streptokokusakut dapat dipertanyakan.
5) Interval P-R yang memanjang
biasanya menunjukkan adanya keterlambatanabnormal sistem
konduksi pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering
dijumpai pada demam remat ik , perubahan gambaran EKG in i
t idak spes i f ik untuk demam rematik. Selain itu, interval P-R yang
memanjang juga bukan merupakan pertandayang memadai akan
adanya karditis rematik.
2.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG
REUMATIK
Penyakit Demam Reumatik akibat kumam Streptococcus β hemolyticus
Lancefield grup A pada tonsilofaringitis dengan masa laten 1-3 minggu
(Morehead,1965).Sedangkan yang dimaksud dengan Penyakit Jantung
Reumatik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi akibat Demam
Reumatik,atau kelainan karditis reumatik (Taranta A dan Markowitz,1981).
Pemeriksaan penunjang Demam Reumatik dan Jantung Reumatik :
A.Pemeriksaan darah :
1. LED tinggi sekali
2. Lekositosis
3. Nilai hemoglobin dapat rendah
4. PCR meningkat
B.Pemeriksaan bakteriologi
Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya kuman
streptococcus
C.Pemeriksaan serologi
Titer ASTO, Antistreptokinase, Antihyaluronidase
D.Elektrokardiogram
Pada demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat menunjukkan
pelbagai kelainan sesuai dengan kelainan jantungnya.Yang paling sering
ditemukan ialah pemanjangan interval PR,yang dianggap sebagai salah satu
gejala minor.
E.Bentuk pemeriksaan paling akurat adalah dengan dilakukannya
echocardiografi
untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
Demam Reumatik dan Jantung Reumatik ditandai oleh pelbagai manifestasi
klinis dan laboratorium.Sampai saat ini tidak ada satu jenis pemeriksaan
laboratorium yang spesifik.Oleh karena itu diagnosis demam
reumatik/jantung reumatik didasarkan pada gabungan gejala dan tanda
klinis serta kelainan laboratorium.
2.11 PENATALAKSANAAN DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penatalaksanaan demam reumatik/PJR meliputi: (1) tirah baring di
rumah sakit, (2) eradikasi kuman streptokokus, (3) pemberian obat-obat anti
inflamasi, (4) pengobatan korea, (5) pemberian diet
Tirah baring
Tabel 1 : Pedoman istirahat dan mobilisasi penderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik
Artritis Karditis
minimal
Karditis
tanpa
kardiomega
li
Karditis
dengan
kardiomega
li
Tirah baring 2 minggu 3 minggu 6 minggu 3-6 bulan
Mobilisasi
bertahap di
ruangan2 minggu 3 minggu 6 minggu 3 bulan
Mobilisasi
bertahap diluar
ruangan3 minggu 4 minggu 3 bulan 3 bulan atau
lebih
Semua
kegiatan
Sesudah 6-
8 minggu
Sesudah 10
minggu
Sesudah 6
bulan
bervariasi
Eradikasi kuman Streptococcus
Pengobatan yang adekuat terhadap infeksi Streptococcus harus
segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan. Dianjurkan menggunakan
penisilin dosis biasa selama 10 hari; pada penderita yang peka terhadap
penisilin dapat diganti dengan eritromisin. Pengobatan terhadap
Streptococcus ini harus tetap diberikan meskipun biakan usap tenggorok
negative
Tabel 2 : Pengobatan Infeksi Beta-Streptococcus Hemolyticus Grup A
Jenis Cara
Pemberian
Dosis Frekuensi/lama
pemberian
Penisilin benzatin
G
IM 1,2 juta S 1 kali
Penisilin prokain IM 600.000 S 1-2 kali sehari selama
10 hari
Penisilin V oral 250.000 S 3 kali sehari selama 10
hari
Eritromisin Oral 125-250
mg
4 kali sehari selama 10
hari
Obat anti Inflamasi
Yang dipakai secara luas ialah salisilat dan steroid. Keduanya efektif untuk
memngurangi demam, kelainan sendi serta fase reaksi akut. Dosis dan
lamanya pengobatan disesuaikan dengan beratnya penyakit dan responsnya
terhadap pengobatan.
Tabel 3: Terapi AntiInflamasi pada penyakit DR/PJR
Artritis Karditis ringan tanpa kardiomegali
Kardiomegali karditis berat, gagal jantung
1.Salisilat 100 mg/kgbb/hari
1.Salisilat 100 mg/kgbb/hari
1.Prednison 2 mg/kgbb/hari (rata-rata 4x10 mg/hari)
2.Setelah 1 minggu turunkan menjadi 75 mg/kgbb/hari
2.Setelah 1-2 minggu turunkan menjadi 75 mg/kgbb/hari
2.Setelah 2 minggu turunkan menjadi 3x10 mg/hari
3.Bila hasil laboratotium normal turunkan menjadi 50 mg/kgbb/hari,teruskan minimal 6 minggu
3. teruskan sampai 6-8 minggu (terapi total 12 minggu)
3. setelah 2 minggu turunkan menjadi 4x5 mg/hari
4. setelah 2 minggu turunkan menjadi 3x5 mg/hari. Mulai berikan salisilat
5. dosis prednisone terus diturunkan setiap minggu; salisilat berikan sampai 6-12
minggu
Pengobatan Korea
Korea pada umunya akan sembuh sendiri, meskipun dapat
berlangsung selama beberapa minggu sampai 3 bulan. Obat-obat sedative,
seperti klorpromazin, diazepam, fenobarbital atau haloperidol dilaporkan
memberikan hasil yang memuaskan . haloperidol sebaiknya tidak diberikan
pada anak dibawah 12 tahun.
Diet
Bentuk dan jenis makanan dengan keadaan penderita,. Pada
sebagian besar kasus cukup diberikan makanan biasa, cukup kalori dan
protein. Tambahan vitamin dapat dibenarkan.
Penanganan gagal jantung
Gagal jantung pada DR/PJR dapat ditangani seperti kasus gagal
jantung pada umumnya. Komplikasi ini biasanya dapat diatasi dengan tirah
baring dan pemberian kortikosteroid, meskipun seringkali perlu diberikan
digitalis dan diuretic.
Penatalaksanaan penyakit jantung reumatik kronik :
1. Penatalaksanaan medik
a. Kemoprofilaksis sekunder untuk mencegah serangan ulang demam
reumatik
b. Pengobatan gagal jantung
c. Pencegahan endokarditis bakterialis
d. Pengaturan aktivitas
2. Penatalaksanaan bedah Pada anak, indikasi bedah pada umumnya ialah:
a. Kardiomegali berat yang menetap yamg menghalangi kehidupan normal
b. Kardiomegali progresif
c. Gagal jantung yang tidak dapat diatasi dengan terapi medis
2.12 REHABILITASI DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Penyakit demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele)
yang amat penting pada jantung sebagai akibat berat ringannya karditis
selama serangan akut demam reumatik. Dari beberapa penelitian tentang
insidens karditis dan PJR yang menetap adalah akibat kekambuhan DR tanpa
PJR sebelumnya adalah 6-14%. Kekambuhan yang terbanyak dan terpenting
adalah akibat perjalanan penyakit demam reumatik itu sendiri. Cukup
banyak dilaporkan insidens dari kekambuhan demam reumatik yang
berlanjut dan mengakibatkan PJR.
DR dapat diatasi dengan antibiotika penisilin-V atau benzatin penisilin
parentral yang adekuat terhadap kuman SGA hemolitikus. Pasien DR berisiko
tinggi untuk terjadi kekambuhan kembali, sehingga diperlukan pencegahan
yang berkelanjutan dengan antibiotika sebagai pencegahan sekunder
terhadap kekambuhan tersebut. Tetapi yang sulit adalah menetapkan
berapa lama pencegahan sekunder ini dilakukan. Walaupun risiko
kekambuhan berkurang dengan bertambahnya umur dan juga interval
kekambuhan makin panjang tetapi kekambuhan ini bisa terjadi selama 5-10
tahun. Hanya akan berkurang atau menghilang bila dilakukan pengobatan
pencegahan sekunder secara teratur untuk waktu yang cukup lama.
Program pencegahan sekunder yang dapat mengurangi atau
menghilangkan perjalanan penyakit DR dan PJR, yang dapat dilakukan
adalah :
1. Untuk pasien <20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G 1,2 juta unit
tiap 4 minggu sampai umur 25 tahun
2. Bila umur pasien >20 tahun, berikan suntikan Benzatin Penisilin G (long-
acting) selama 5 tahun.
3. Bila pasien telah selesai dengan protocol 1 dan 2 sedangkan terjadi
kekambuhan lagi maka aka mendapatkan kembali suntikan Benzatin
Penisilin G dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu untuk selama 5 tahun
berikutnya. Bila kasus berat tiap 3 minggu.
2.13 PROGNOSIS DEMAM REUMATIK DAN JANTUNG REUMATIK
Demam reumatik tidak akan kambuh bila infeksi Streptokokus diatasi.
Prognosis sangat baik bila karditis sembuh pada saat permulaan serangan
akut demam reumatik. Selama 5 tahun pertama perjalanan penyakit demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik tidak membaik bila bising organik
katup tidak menghilang, (Feinstein AR dkk, 1964). Prognosis memburuk bila
gejala karditisnya lebih berat dan ternyata demam reumatik akut dengan
payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun pertama dan 40% setelah 10
tahun. Dari data penyembuhan ini akan bertambah bila pengobatan
pencegahan sekunder dilakukan secara baik. Ada penelitian melaporkan
bahwa stenosis mitralis sangat tergantung pada beratnya karditis, sehingga
kerusakkan katup mitral selama 5 tahun pertama sangat mempengaruhi
angka kematian demam reumatik ini. (Irvington House Group & U.K and U.S
1965). Penelitian selama 10 tahun yang mereka lakukan menemukan
adanya kelompok lain terutama kelompok perempuan dengan kelainan
mitral ringan yang menimbulkan payah jantung yang berat tanpa diketahui
adanya kekambuhan demam reumatik atau infeksi streptokokus. (Stresser,
1978).
Adanya atau tidak adanya kerusakan jantung permanen menentukan
prognosis jantung reumatik. Perkembangan dari penyakit jantung residual
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
1. Keadaan jantung pada awal terapi. Semakin berat keterlibatan jantung
pada saat pertama kali pasien diperiksa, semakin besar resiko timbulnya
kelainan jantung residual.
2. Kekambuhan demam reumatik. Semakin berat keterlibatan katup, maka
angka kekambuhannya semakin tinggi.
3. Regresi dari gangguan jantung. Bukti adanya keterlibatan jantung pada
serangan awal mungkin tidak terlihat pada 10 – 25 % pasien, dan baru
nampak kurang lebih 10 tahun setelah serangan awal.
Prognosis demam rematik juga tergantung pada stadium saat diagnosis
ditegakkan, umur, ada tidaknya dan luasnya kelainan jantung, pengobatan
yang diberikan, serta jumlah serangan sebelumnya. Prognosis pada
umumnya buruk pada penderita dengan karditis pada masa kanak-kanak.
Serangan ulang dalam waktu 5 tahun pertama dapat dialami oleh sekitar
20% penderita dan kekambuhan semakin jarang terjadi setelah usia 21
tahun.
KESIMPULAN
Joko mengalami penyakit jantung rematik, cara
Pengobatannya yaitu tidur istirahat selama 3 minggu, pemberantasan
bakteri streptokokus dengan benzatin 1,2 juta unit penisilin intramuskular
jika berat> 30 kg dan 600.000-900.000 unit jika berat badan <30kg atau
penisilin 2 x 500.000 unit / kg / bb / hari selama 10 hari. Jika alergi terhadap
penisilin, eritromisin diberikan secara oral 125-250 mg 4 kali sehari selama
10 hari. Dengan pemberian anti-inflamasi Salisilat 100 mg / kg / hari, setelah
1-2 minggu turunkan menjadi 75 mg / kg / hari, naik ke 6-8 minggu (total 12
minggu terapi). Mengingat makanan bergizi tinggi dan vitamin.
DAFTAR PUSTAKA
A.price, sylvia. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.2006.EGCArif mansoer,dkk,kapita selekta kedokteran, FKUI,2003 hal 451Bermen dkk.nelson ilmu kesehatan anak edisi 5, vol 2, 2000.jakarta: EGCBickley lynn s.buku saku pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates.2006.egc:jakartaBuku kuliah 2 ilmu kesehatan anak, fkui 1985Buku kuliah ilmu kesehatan anak , jilid 2,1997, FKUIBuku kuliah ilmu kesehatan anak fk ui; “demam reumatik dan penyakit jantung reumatik”Buku panduan blok sistem kardiovaskuler. FK UNPRIDemam rematik “di Dorland s Dictionary Medishttp://id.scribd.com/doc/40545168/demam-rematik
http://www.bemfkunud.com/2009/06/20/demam-reumatik-dan-penyakit-jantung-reumatik/http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-jntung-rematik-pjr.htmlHttp://www.scribd.com/doc/54393059/demam-reumatikIlmu penyakit dalam jilid II edisi VIsjd.pdii.go.id/jurnal/116972528.pdf
Ismudati lili, dkk,buku ajar kardiologi, FKUI,2002 hal 249Kapita selekta fakultas kedokteran ui,edisi iii, jilid 1,2001,media aesculapius.JakartaKumar, Vinay, Abbas, Abul K., Fausto, Nelson,. &Mitchell, Richard N. (2007) Robbins
Basic Patologi (8 ed.). Saunders Elsevier.hlm 403-406 ISBN 978-1-4160-2973-1
Leman, saharman; demam reumatik dan penyakit jantung rematik; buku ajar lmu penyakit dalam; jilid ii edisi v; interna publishing; jakarta
Prof.dr.dr.a.samik wahab,sp.a(k).ilmu kesehatan anak edisi 15.jakarta : balai penerbit buku kedokteran;2000.hal.930.Sudoyo,et al. (2009).ilmu penyakit dalam.jakarta : interna publishingWahab samik, penyakit jantung anak,EGC,2003 hal 166,179www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/.../ppgb_2008_afif_siregar.pdf
Posted by Arijal Azmi at 7:10:00 AM Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Reactions:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
pagerank
About Me
Arijal Azmi my blog aku manusia biasa yang lg belajar jadi orang sukses
Lihat profil lengkapku
Blog Archive
► 2013 (9) o ► Juni (1) o ► Mei (7) o ► Februari (1)
▼ 2012 (9) o ▼ Desember (1)
PJR (Penyakit jantung Reumatik) o ► Mei (4) o ► Maret (3) o ► Februari (1)
► 2011 (19) o ► Desember (2) o ► November (17)
► 2010 (5) o ► September (5)
BMI For Adults Widget
script fake pageview
My Facebook
Arijal Azmi
Buat Lencana Anda
2010 - Belajar Sepanjang Hayat is proudly powered by BloggerBlogger Template created by AnshulDesign By Templatelite.com
Original textContribute a better translation
Mencari dan Memaknai kehidupanKamis, 13 Desember 2012
Analisa kasus Penyakit Jantung Rematik
LAPORAN HASIL STUDI KASUS KARDIOVASKULER
Kelompok 5 Linda Pitria Pebriana 04091003001 Jara Agustina 04091003007 Tiara Dwi Yunianti 04091003015 Robi Saputra 04091003018 Puji Sumanti 04081003029
Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengajar: Hikayati
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2012– 2013
LAPORAN HASIL STUDI KASUS KARDIOVASKULERCase 4 :
Anak F, 11 tahun dibawa ibunya berobat ke puskesmas dengan keluhan sakit tenggorokan sejak 2 minggu yang lalu dan demam disertai sesak nafas. Sesak bertambah bila melakukan aktivitas. Anak F sering demam dan mengeluh nyeri sendi berpindah-pindah. Pada pada pengkajian didapatkan takipne, takikardi, suhu 39◦c, JVP 5+2 cm H2O, bising jantung grade 3. Pada ekstremitas terdapat nodul subkutan dan eritema marginatum. Dokter merujuk ke RSHH dan orang tuanya gelisah menanyakan penyakitnya. Pasien direncanakan pemeriksaan EKG, rontgen dan lab : leukosit, LED, CRP dan ASTO.Pertanyaan:
1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan secara teoritis dan patofisiologi berdasarkan data yang ada!
2. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan?3. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien tersebut?4. Bagaimana rencana asuhan keperawatan dan discharge planning pada pasien tersebut?5. Buatlah mapping masalah keperawatan berdasarkan data !
Analisa Case StudyBerdasarkan kasus di atas, Anak F menderita PENYAKIT JANTUNG REMATIK (REUMATHIC HEART DESEASE)
A. Pengertian Penyakit Jantung RematikReumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
B. EtiologiPenyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat
berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :a. Faktor-faktor pada individu Faktor Genetik
Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum dapat dipastikan.
Jenis KelaminDulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki.
Golongan Etnik dan RasData di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih
UmurRHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun
b. Faktor-faktor lingkungan Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang
Iklim dan geografisRHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah
CuacaPerubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat
C. PatofisiologiHubungan yang pasti antara infeksi streptokokus dan demam rematik akut tidak
diketahui. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang ditunjukkan oleh hasil kultur streptokokus yang negative pada bagian jantung yang terkena. Fakta berikut ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitifitas imunologi yang belum terbukti terhadap antigen-antigen streptokokus :
1. Demam rematik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptokokus, sering setelah pasien sembuh dari faringitis.
2. Kadar antibody anti streptokokus tinggi (antistreptolisin o, anti –DNase, anti hialoronidase ) terdapat pada pasien demam rematik akut.
3. Pengobatan dini faringitis streptokokus dengan penisilin menurunkan resiko demam rematik akut.
4. Immunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membrane sel-sel miokardium yang terkena.
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme demam rematik akut masih belum diketahui. Adanya antibody-antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen streptokokus dan sel-sel miokardium menunjukkan kemungkinan adanya hipersensitifitas tipe II yang diperantarai oleh antibody reaksi silang. Adanya antibody-antibodi tersebut di dalam serum beberapa pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk melawan antigen-antigen streptokokus menunjukkan hipersensitifitas tipe III. Pathway terlampir.
Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor.
a. Kriteria Mayor1. Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub.
2. PolyarthritisKlien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi.
3. Khorea SyndenhamMerupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
4. Eritema MarginatumEritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan.
5. Nodul SubcutanNodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas.
b. Kriteria Minor1. Memang mempunyai riwayat RHD2. Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit
menggerakkan tungkainya3. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu4. Leukositosis5. Peningkatan laju endap darah ( LED )6. C- reaktif Protein ( CRP ) positif7. P-R interval memanjang8. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )9. Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO )
Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti, akral dingin, lesu, terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat
muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia.
Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium :
Stadium IBerupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.
Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
Stadium IIStadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan
permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium IIIYang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi, Sakit perut
Stadium IVDisebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan
jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
E. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan fisik
Inspeksi- Pharynx heperemis- Kelenjar getah bening membesar- Pembengkakan sendi- Tonjolan di bawah kulit daerah kapsul sendi- Ada gerakan yang tidak terkoordinasi Palpasi- Nyeri tekan persendian- Tonjolan keras tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan Auskultasi- Murmur sistolik injection dan friction rub
b) Pemeriksaan Penunjang ECG : Perpanjangan interval P-R Radiologi :- Thorax Foto : cardiomegali- Foto sendi : tidak spesifik Laboratorium - Hemoglobin : Kurang dari normal- LED : Meningkat- C-Rp : Positif- ASO : Positif- Swab tenggorokan : Streptococcus positif
F. PenatalaksanaanA. Penatalaksanaan Medis
Karena penyakit jantung rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini dapat berupa :
a) Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup APengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.
b) Obat anti rematikBaik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.
c) DietMakanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
d) IstirahatIstirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus Demam Reumatik minus carditis. Pada
kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.
KelompokKlinis
Tirah baring( minggu )
Mobilisasi bertahap( minggu)
- Karditis ( - )- Artritis ( + ) 2 2
- Karditis ( + )- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )- Gagal jantung (+ ) > 6 > 12
e) Obat-obat LainDiberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.
B. Manajemen DietTujuan diet pada penyakit jantung reumatik adalah memberikan makanan secukupnya
tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air. Syarat-syarat diet pada penyakit jantung reumatik antara lain:
1. Energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang normal.2. Protein yang cukup yaitu 0,8 gram/KgBB3. Lemak sedang yaitu 25-30 % dari kebutuhan energi total (10 % dari lemak jenuh dan 15 % dari
lemak tidak jenuh).4. Vitamin dan mineral yang cukup.5. Diet rendah garam (2-3 gram/hari).6. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.7. Serat yang cukup untuk menghindari konstipasi.8. Cairan cukup 2 liter/hari
Bila kebutuhan gizi dapat dipenuhi melalui makanan maka dapat diberikan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
C. Pencegahana. Profilaksis primer- Pengobatan adekuatb. Profilaksis sekunder
Setelah diagnose ditegakkan pada hari ke-11, tergantung ada tidaknya kelainan jantung:- Bila tidak ada kelainan jantung profilaksis diberikan sampai 5 tahun terus menerus, minimal usia
18 tahun.
- Bila ada kelainan jantung sampai usia 25 tahun.
Jika kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). tentu saja pencegahan yang terbaik adlah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (terserang infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus ). Ada beberapa factor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya factor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman streptokokus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan penyakit jantung rematik.
G. Masalah Keperawatana. Analisa Data
No Symptom Problem Etiologi
1 DS :DO :- takikardia
- Takipnea- bising jantung grade 3
Lab : Peningkatan Sel Retikuloendotelial, sel plasma dan limfosit(leukositosis),Peningkatan laju endap darah ( LED ), C- reaktif Protein ( CRP ) positif,
EKG: P-R interval memanjang
Penurunan curah jantung
gangguan pada penutupan pada katup mitral (stenosis katup)
2. DS: Klien mengeluh sesak nafas Klien mengeluh nyeri
DO:
- JVP (Jugular Venous
Pressure)5+2 cm H2O
- Takipnea Eritema Marginatum
Perfusi jaringan perifer tidak efektif
Penurunan metabolisme terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
3 DS: Klien mengeluh nyeri sendi berpindah-pindah
Nyeri akut Peradangan pada membran
DO: Polyarthritis (Nyeri sendi berpindah-
pindah) Takipnea Takikardi
sinovial
4 DS: Klien mengeluh nyeri sendi berpindah-pindah
DO: Suhu 39◦c Polyarthritis (Nyeri sendi berpindah-
pindah) Takikardi Lab : Peningkatan Sel
Retikuloendotelial, sel plasma dan limfosit(leukositosis),Peningkatan laju endap darah ( LED ), C- reaktif Protein ( CRP ) positif,
EKG: P-R interval memanjang
Hipertermia Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung
5 DS: Klien mengeluh nyeri sendi berpindah-pindahDO:
Polytarthritis (Nyeri sendi berpindah-pindah)
Syndrome kurang perawatan diri
Gangguan muskuloskeletal
6 DS:DO:
Eritema Marginatum Nodul Subcutan
Kerusakan integritas kulit
Peradangan pada kulit dan jaringan subcutan
7 DS : Klien mengeluh sesak nafasDO :
Sesak nafas bertambah bila melakukan aktivitas
TakipneaTakikardi
Resiko kerusakan pertukaran gas
penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat
b. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral (stenosis
katup)2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme terutama
perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial
4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung
5. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Poltarthritis/arthalgia dan therapi bed rest .
6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.7. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat
pengisian atrium yang meningkat
c. Rencana Tindakan Keperawatan1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis
katup )Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan.Kriteria hasil:Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung.Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam
2. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
3. Batasi aktifitas secara adekuat.
4. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen6. Kolaborasi untuk pemberian digitalis
1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin dan terjadinya takikardia-disritmia sebagai kompensasi meningkatkan curah jantung
2. Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
3. Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
4. Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.
5. Meningkatkan sediaan oksigen untuk fungsi miokard dan mencegah hipoksia.
6. Diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan
beban kerja jantung.
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darahTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer efektifKriteria hasil :Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edemaIntervensi dan rasional :
Intervensi Rasional
1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu, contoh: cemas, bingung, letargi, pingsan.
2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
3. Kaji tanda edema.4. Pantau pernapasan, catat kerja
pernapasan.
5. Pantau data laboratorium, contoh: GDA, BUN, creatinin, dan elektrolit.
1. Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit atau variasi asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.
2. Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
3. Indikator trombosis vena dalam.4. Pompa jantung gagal dapat
mencetuskan distress pernapasan. Namun dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkkan komplikasi tromboemboli paru.
5. Indikator perfusi atau fungsi organ
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovialTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.Kriteria hasil :Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileksIntervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan intensitas ( skala 1-10 )
2. Pantau tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR , suhu)
3. Pertahankan posisi daerah sendi yang nyeri dan beri posisi yang nyaman
4. Kompres dengan air hangat jika diindikasikan
5. Ajarkan teknik relaksasi progresif ( napas dalam, Guid imageri,visualisasi )
6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
1. Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan intervensi
2. Mengetahui keadaan umum dan memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan intervensi
3. Menurunkan spasme/ tegangan sendi dan jaringan sekitar
4. Menghambat kerja reseptor nyeri
5. Membantu menurunkan spasme sendi-sendi, meningkatkan rasa kontrol dan mampu mengalihkan nyeri.
6. Menghilangkan nyeri
4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasiKriteria hasil :Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan.
Intervensi dan rasional :
Intervensi Rasional
1. Kaji suhu tubuh klien dan ukur tanda-tanda vital lain seperti nadi, TD dan respirasi
2. Berikan klien kompres hangat pada lipatan tubuh dan terdapat banyak pembuluh darah besar seperti aksilla, perut )
3. Anjurkan klien untuk minum 2 liter/hari jika memungkinkan
4. Anjurkan klien untuk tirah baring ( bed rest )
5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antiradang seperti salisilat/ prednison serta pemberian Benzatin penicillin
1. Mengetahui data dasar terhadap perencanaan tindakan yang tepat
2. Membantu meberikan evek vasodilatasi pembuluh darah sehungga pengeluaran panas terjadi secara evaporasi
3. Peningkatan suhu juga dapat meyebabkan kehilangan cairan akibat evaporasi
4. Mencegah terjadinya peningkatan reaksi peradangan dan hipermetabolisme.
5. Mengurangi proses peradangan sehingga peningkatan suhu tidak terjadi serta streptococus hemolitikus b grup A akan mampu dimatikan
5. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Polyarthritis / Arthralgia dan therapi bed rest.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien teratasi.Kriteria hasil :Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan perawatan diri dalam batas toleransiIntervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
1. Bantu pemenuhan ADL klien
2. Libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien
3. Beri penjelasan kepada klien bahwa klien harus tirah baring sesuai dengan waktu yang diindikasikan
1. Memenuhi kebutuhan klien sehingga klien tetap bed rest dan tenang
2. Kebutuhan klien akan lebih terpenuhi sehingga klien merasa tetap diperhatikan
3. Mencegah adanya komplikasi peradangan sampai ketingkat gagal jantung.
6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutanTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi.Kriteria hasil :Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan integritas kulit. Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit
Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kerusakan kulit
2. Berikan perawatan kulit sering, minimalkan dengan kelembaban/ ekskresi
3. Ubah posisi sering di tempat tidur / kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif
4. Berikan bantalan yang lembut pada badan
5. Kolaborasi untik pemberian obat antiradang ( prednison )
1. Memberikan pedoman untuk memberikan intervensi yang tepat
2. Terlalu kering adan lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
3. Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah
4. Mencegah penekanan pada eritema sehingga tidak meluas
5. Mengurangi reaksi peradangan sehingga eritema hilang.
7. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkatTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak terjadiKriteria hasil :Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasiIntervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
1. auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii.
2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
3. Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal Jika memungkinkan
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD6. Kolaborasi untuk pemberian obat
diuretik.7. Kolaborasi untuk pemberian obat
bronkodilator
1. Menyatakan adanay kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
3. Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru maksimal.
4. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
5. Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
6. Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.
7. Meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasibjalan nafas kecil dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongesti paru
Discharge Planning1. Jelaskan penyebab,tanda, gejala,perjalanan penyakit dan prognosis Penyakit Jantung Rematik2. Jelaskan Tindakan Farmakologi yang dilakukan. Jelaskan tentang kegunaan obat-obatan yg
digunakan,serta berikan jadwal pemberian obat3. Diskusikan pentingnya pencegahan4. Bantu pasien mengidentifikasi kebutuhan fisiologis5. Anjurkan untuk kontrol secara teratur walaupun tanpa gejala6. Homecare
DAFTAR PUSTAKA
Ariesti,Agung.2011.Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Reumatoid Heart Disease (RHD). (google scholar, diakses tanggal 5 Desember 2012
Doengoes,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGCNoviyanto,Dwi.2011.Askep Penyakit Jantung rematik.(http://blogedwinoviyanto.blogspot.com/ ,diakses
tanggal 5 Desember 2012)Nurjannah,I.(2012) (3rd Ed). ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment.Yogyakarta: MocomediaSantoso,Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta: ErlanggaWilkinson,Judith M.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC.Jakarta: EGC
Diposkan oleh Linda Pitria Pebriana di 08.19 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
Analisa kasus Penyakit Jantung Rematik
Mengenai Saya
Linda Pitria Pebriana
Saya adalah seorang
Gadis dewasa muda yang sedang menempuh pendidikan di smster 7 di sebuah universitas negeri, saya berasal dari kota Lahat tercinta, orang tua saya sejak menikah hingga saat ini berdomisili di Lahat. saya adalah putri bungsu dari pasangan bapak Abdul Muis dan Ibu Nurjanah, saya 3 bersaudara & saya adalah malaikat kecil bagi saudara saya, kakak perempuan saya (okta) dan kakak laki-laki saya (eko). sejak kecil saya adalah gadis yg susah ditebak,ya
ketika anda pertama mengenal saya & telah mengenal saya lebih dalam anda pasti memiliki persepsi yg berbeda.. but i'm a friendly person
Lihat profil lengkapkuTemplate Watermark. Gambar template oleh blue_baron. Diberdayakan oleh Blogger.