pnc mastitis
DESCRIPTION
gcfgcghchcvjm,vvjkgTRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “M” P2002 Ab000 NIFAS HARI KE-5 DENGAN MASTITIS DI BPS NY. MAS’ULIYAH
KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG
Tanggal 24 Maret 2009
Asuhan Kebidanan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebinanan III Semester VI
Oleh :RISA VERASARI
06.273
AKADEMI KEBIDANAN KENDEDES MALANG2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Departement kesehatan dibantu WHO, UNICEF dan UNDP
melaksanakan Assestment Safe Motherhood, suatu hasil dari kegiatan ini
adalah rekomendasi rencana kegiatan lima tahun. Departement kesehatan
menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk strategi operasional untuk
mempercepat penurunan AKI. Sasarannya adalah penurunan AKI dari 450
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 225 pada tahun 2000.
( Abdul Bari Saifudin, 2002)
Masa nifas atau peurperium adalah masa yang dimulainya setelah partus
atau persalinan normal selesai dan berakhir selama kira-kira 6-8 minggu akan
tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali semula dalam waktu 3 bulan.
Masa nifas dengan riwayat episiotomi potensial terjadi infeksi nifas dan
angka kematian terbesar di Indonesia sering disebabkan oleh infeksi. Asuhan
masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa bagi
ibu dan bayinya.
(Sarwono, 2002)
Seperti halnya persalinan, masa nifas merupakan masa yang bisa
dikatakan kritis bagi seorang perempuan karena dapat menimbulkan
komplikasi yang dapat berakibat fatal seperti perdarahan post partum (42 %),
pre eklamsi (13 %), febris puerpuralis (11 %), tromboemboli (10 %), mastitis
(9 %) dan depresi puerpuralis (15 %), yang tidak menutup kemungkinan bisa
mengakibatkan kematian.
(www. Siaksoft.net, 2009)
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan
secara komprehensif pada Ny ”M” P2002 Abooo nifas hari ke- 5 dengan
mastitis sesuai asuhan kebidanan yang berlaku.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada ibu post partum
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan masalah-masalah yang
terjadi pada ibu post partum
3. Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah potensial pada ibu post
partum.
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera
5. Mahasiswa mampu menentukan rencana tindakan yang akan
diberikan
6. Mahasiwa mampu melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
7. Mahasiswa dapat menilai kembali/ mengevaluasi tindakan yang
telah diberikan
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan secara
menyeluruh.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Menambah pengetahuan dan memahami konsep dasar post natal care
2. Mahasiswa dapat membuat asuhan kebidanan dan mempraktekkan
asuhan tersebut.
1.3.2 Bagai Pasien
1. Mampu memahami perubahan yang terjadi pada masa nifas
2. Menambah pengetahuan pasien tentang perawatan masa nifas
3. Menambah pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya ibu nifas
1.3.3 Bagi Tenaga Kesehatan
1. Dapat memberikan konseling yang dapat dipahami oleh keluarga dan
ibu
2. Dapat melakukan tindakan terapeutik pada klien
3. Dapat memberikan tindakan pencegahan infeksi
4. Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif pada klien
1.4 Metodologi Penulisaan
Didalam penulisan asuhan kebidanan ini mengguanakan beberapa metode,
diantaranya :
1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada pasien ataupun
keluarganya tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan pasien
yang digunakan sebagai sumber data.
2. Observasi
Yaitu melakukan pemeriksaan secara langsung kepada pasien dan
memantau perkembangnnya yang dapat digunakan sebagai data.
3. Pemeriksaan
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan kepada pasien dan memantau
perkembangannya yang dapat digunakan sebagai data.
4. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dan membaca buku-buku referensi yang
berhubungan dengan masalah yang ditulis
1.5 Sistematika Penulisan
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini terbagi dalam 6 bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, metodologi penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Isi berupa cuplikan/rujukan teori, konsep-konsep yang
memiliki relevansi dengan asuhan kebidanan yang diberikan
beserta konsep teori manajemen kebidanan sesuai dengan kasus
yang dihadapi.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Berisi tentang pengkajian dat, Identifikasi diagnosa/masalah,
Identifikasi masalah potensial, Identifikasi kebutuhan segera,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan kesenjangan antara teori dengan
kasus dan praktek di lapangan.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Nifas
2.1.1 Pengertian
Nifas (puerperium) masa mulai setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Sarwono, 2005)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
( Abdul Bari. S, dkk, 2002)
2.1.2 Pembagian Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode
1. Puerperium dini
Yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Didalam agama Islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
3. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sempurna bila berminggu-minggu,
bulanan bahkan sampai tahunan.
(Harnawatiaj, 2008, http://harnawatiaj.wordpress.com/)
2.1.3 Program dan kebijakan Teknis
1. Kunjungan Pertama (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuannya :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
2. Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3. Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan) sama dengan
kunjungan kedua.
4. Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami
b. Memberikan konseling intuk KB secara dini
2.1.4 Perubahan Pada Masa Nifas
1. Perubahan Fisiologis
Pengertian
Involusi adalah perubahan yang merupakan kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan,
sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena
kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari
dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, biasanya tidak seberapa
berkurang, tetapi sesudah 2 hari uterus mengecil dengan dengan
cepat, sehingga pada hari ke – 10 tidak teraba lagi dari luar.
Setelah 8 minggu tercapai lagi dari luar, setelah itu tercapai lagi
ukuran yang normal.
(Obstetri Fisiologi , 1998)
Secara berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil :
Waktu Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba diatas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
b. Bekas Implantasi Plasenta
Plasenta mengecil Karena kontraksi dan menonjol ke kanan uteri
dengan diameter 7,5 cm sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm , pada
minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
Proses involusi uteri bekas implantasi plasenta terdapat gambaran
sebagai berikut :
Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir
seluas 12 x 150 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh
darah besar bermuara.
Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose,
disamping pembuluh darah tertututup karena kontraksi otot
rahim.
Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada
minggu kedua sebesar 6 – 8 cm dan ahir puerperium sebesar
2 cm.
Lapisan endometrium plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan
lapisan basalis endometrium.
Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa
puerperium
c. Luka – luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 6 – 7 hari.
d. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Lochea terbagi atas :
Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel – sel dari
desidua, verniks caseosa, lanogo dan meconium selama 2
hari post partum.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3 – 7
post partum
Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 –
14 post partum.
Lochea Alba
Cairan putih kekuningan dan berisi selaput lendir setelah 2
minggu
Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan serta nanah berbau busuk.
Lochea Statis
Lochea tidak lancar keluarnya.
e. Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak , kadang – kadang
terdapat perlukaan – perlukaan kecil setelah bayi lahir tanngan
masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2– 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
f. Ligamen - ligamen
Ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan setelah bayi lahir, secara berangsur – angsur menjadi
ciut dan pulih kembali dengan dibantu latihan – latihan tertentu
( senam nifas mulai hari ke dua post partum )
g. Vagina
Vagina sangat meregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum mulai tampak
kembali.
2. Sistem Urinarius
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hyporemia kadang – kadang oedema dari tergantung menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi resiko urinae, kandung kemih
dalam puerperium kadang sensitive dan kapasitasnya bertambah,
sehingga kandung kemih penuh atau sesudah kencing masih tinggal
urin residual dilatasi uretur dan pyelum normal kembali dalam 2
minggu.
3. Sistem Kardiovaskuler
Hipervolemia akibat kehamilan dapat menyebabkan ibu
menoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu yang
kehilangan 300 sampai 400 ml darah saat melahirkan bayi tunggal
pervaginam atau sekitar dua kali lipat dari jumlah ini saat
melahirkan secara section secarea. Denyut jantung, volume
sekuncup, dan curah jantung wanita setelah melahirkan akan lebih
tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkulasi uteroplasenter tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
4. Sistem pencernaan
Nafsu makan ibu biasanya akan meningkat setelah melahirkan.
Setelah benar-benar sehat dan efek analgesia, anastesi dan kelatihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Selain itu penurunan tonus dan
motalitas otot traktus cerna menetap dalam waktu yang singkat
setelah bayi lahir. BAB akan tertunda 2-3 hari. Hal ini disebabkan
karena adanya tonus otot usus menurun selama proses persalinan,
diare sebelum persalinan, enema sebelum persalinan dan juga
kurang minum/dehidrasi.
5. Sistem Neurologi
Perubahan neurologist selama puerperium merupakan
kebalikan adaptasi neurologist yang terjadi saat wanita hamil dan
disebabkan trauma yang dialami wanita saat akan bersalin. Rasa
tidak nyaman neurologist yang diinduksi kehamilan akan
menghilang setelah melahirkan.
6. Tanda-Tanda Vital
Temperatur selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai
380C sebagai akibat efek dehidrasi sewaktu persalinan. Persalinan
harus berada dalam keadaan normal sebelum persalinan. Tekanan
darah sedikit erjadi perubahan atau menetap frekuensi denyut nadi
akan semakin cepat atau semakin meningkat dapat menunjukkan
akibat dari perdarahan.
7. Sistem Integumen
Kloasma yang keluar saat hamil biasanya akan menghilang
saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentsi di daerah areola mammae
dan linea nigra tidak akan menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
Untuk kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan
panggul mungkin akan memudar, tetapi tidak akan hilang
seluruhnya.
8. Sistem Hematologi
Leukositosis yang meningkatkan sel darah putih hingga 15.000
selama proses persalinan, tetapi meningkat untuk hari pertama post
partum. Jumlah sel darah putih akan mencapai 25.000 atau 30.000
tanpa mengalami proses persalinan diperlama.
(Varney Midwifery, 2004)
2. Perubahan Psikologis
a. Taking In / Tahap Ketergantungan
Suatu fase dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan
Ibu sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya
Ibu memfokuskan energinya pada bayinya yang baru lahir
Berlangsung pada hari ke 1 dan ke 2
b. Taking Hold
Suatu periode perpindahan ( siap menerima peran barunya ) dan
belajar tentang semua hal – hal yang baru
Saat tepat pemberian pendidikan kesehatan
Sebagai akibat pengaruh hormon yang sangat kuat, keluarlah ASI
Berlangsung pada hari ke 3 setelah melahirkan dan berahir pada
minggu ke 5 dan ke 6
c. Letting Go
Sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota
keluarga yang baru
Dimulai sekitar minggu ke 5 sampai ke 6 setalah melahirkan.
Ibu merasa bayinya sudah terpisah dari dirinya. Bayi memerlukan
bantuan dan secara fisik ibu mampu untuk menerima tanggung
jawab.
Tubuh pasien telah sembuh. Perasaan batinnya telah kembali dan
kegiatan hibungan seksualnya telah kembali
(Obstetri Fisologi, 1998 )
2.1.5 Perawatan Pasca Persalinan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan
dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4
atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai
variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandong protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama
persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing,
sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras
dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum
bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan payudara (mamma)
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya
putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara :
1. Pembalutan mamma sampai tertekan.
2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral
dan parlodel
3. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat
baik untuk kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari
kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma
yaitu :
1. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan
lemak bertambah.
2. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
colostrum, berwarna kuning putih susu.
3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana
vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4. Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron
hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari
pasca persalinan.
(Harnawatiaj, 2008, http://harnawatiaj.wordpress.com/)
2.2 Infeksi Nifas
2.2.1 Definisi
Bermacam-macam jalan kuman masuk kedalam alat
kandungan, seperti estrogen (kuman datang dari luar) antrogen
(kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan
lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen (sebagai
penghuni hormon jalan lahir)
2.2.2 Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemolicitus aerob
Masuk secara ektogen (datang dari luar)
2. Staphylococcus aereus
Masuk secara esogen
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kadnung kemih atau reklum
2.2.3 Cara terjadinya infeksi
1. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan
dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah
ada ke dalam rongga rahim
2. Alat-alat yang tidak suci hama
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infrksi
kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari
penolong dan pembantunnya atau orang lain
4. Koitus pada kahir kehamilan tidak merupakan sebab infrksi
penting kecuali apabila mengakibatkan peccahnya ketuban
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala
pada waktu berlangsungnya persalinan infeksi intra partum
biasanya terjadi paada partus lama, apalagi jika ketuban sudah
lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam.
2.2.4 Predisposisi
Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas adalah :
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita,
seperti perdarahan banyak, pre-eklampsia, juga infeksi lain,
seperti pre umonia, penyakit jantung dan sebagainnya
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama
3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada
jalan lahir
4. Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban dan bekuan darah
2.2.5 Frekuensi
Secara proporsional angka infeksi menurut jenis infeksi adalah :
1. Infeksi jalan lahir 25-55% dari infeksi
2. Infeksi saluran kencing 30-60% dari kasus infeksi
3. Infeksi pada mamina 5-10% dari kasus infeksi
4. Infeksi campuran 2-5% dari kasus infeksi
2.2.6 Klasifikasi
1. Infeksi terbatas lokalisasinya pada perinsum, vulva, serviks dan
endomertium
2. Infeksi yang menyebar ketempat lain melalui pembuluh darah
vena, pembuluh limfe, daan endometrium
2.2.7 Pencegahan infeksi
1. Selama kehamilan
Anemia merupakan predisposia untuk infeksi nifas, harus
diusahakan memperbaikinya keadaan gizi juga merupakan
faktor penting karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Dan koitus pada hamil tua sebaiknya di larang karena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
2. Selama persalinan
Membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam
jalan lahir , menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,
mencegah terjadinya pendarahan banyak. Demikian pula
petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan
mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernafasan tidak
diperbolehkan masuk ke kamar bermun, alat-alat, kain-kain
yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Periksa dalam
dilakukan jika ada indikasi perdarahan yang banyak harus
dicegah bila terjadi darha yang kurang harus segera di ganti
dengan tranfusi darah.
3. Selama nifas
Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai terkena infeksi.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya ditolasi dalam
ruangan khusus, tidak tercampur dengan ibu yang sehat
2.2.8 Pengobatan infeksi nifas
1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekrut vagina,
luka operasi, dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan
antibiotika yang tepat dalam pengobatan
2. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat
3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan
antibiotika spektrum luas (brood spektrum) menunggu hasil
laboratorium
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
tranfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan
komplikasi yang dijumpai.
2.3 Konsep Rawat Gabung
2.3.1 Pengertian
Adalah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu
unit.
(Sarwono, 2005)
2.3.2 Tujuan
Tujuan rawat gabung antara lain :
a. Bantuan Emosional
Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah telah dalam
proses persalinan si ibu akan sangat senang , bahagia bila dekat
dengan bayi. Ibu dapat membelai – belai bayi, mendengar tangis
bayi , mencium – cium dan memperhatikan bayinya yang tidur
disampingnya. Hubungan kedua makhluk ini sangat penting
untuk saling mengenal terutama pada hari – hari pertama setelah
persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara
ibu, kelembutan dan kasih sayanng ibu ( bonding effect ).
b. Penggunaan Air Susu Ibu
ASI adalah makanan bayi yang terbaik, produksi ASI akan lebih
cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan
cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin . pada
hari –hari pertama yang keluar adalah colostrum yang jumlahnya
sedikit. Tidak perlu kuatir bahwa bayi akan kurang minum karana
bayi harus kehilangan cairan pada hari – hari pertama dan
absorpsi usus juga sangat terbatas.
c. Pencegahan Infeksi
Pada tempat perawatan bayi, dimana banyak bayi disatukan,
infeksi sangat sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah
mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit si ibu.
Colostrums yang mengandung antibody dalam jumlah tinggi,
akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan
bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai
kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi
terutama pada diare.
d. Pendidikan Kesehatan
Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan
untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu terutama
primipara . bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,
merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasehat makanan
yang baik , merupakan bahan – bahan yang diperlukan si ibu ,
keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi
dan merawat sendiri akan mempercapat mobilisasi sehingga ibu
akan lebih cepat pulih dari persalinan
(Sarwono, 2005)
2.3.3 Pelaksanaan Rawat Gabung
Sebagai pedoman pelaksanaan rawat gabung telah disusun tata kerja
sebagai berikut :
a. Di kamar bersalin
Bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabung dilakukan
perawatan bayi baru lahir seperti biasa.
Adapun criteria yang diambil sebagai syarat untuk dapat dirawat
bersama ibunya ialah nilai APGAR lebih dari 7, berat badan >
2500 gram, < 4000 gram, lahir spontan presentasi kepala, tanpa
infeksi intrapartum, masa kehamilan > 36 minggu < 42 minggu,
ibu sehat. Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan
kepada ibunya untuk merangsang pengeluaran ASI. Memberikan
penyuluhan – penyuluhan mengenai ASI dan perawatan
bergabung terutama bagi ibu yang belum mendapat
penyuluhan di poli klinik mengisi status
P3 – ASI secara lengkap dan benar, catat pada lembar
pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam berapa bayi
disusukan kepada ibunya, persiapan agar ibu dan bayinya dapat
bersama – sama keruangan.
b. Di Poli Klinik Kebidanan
Memberi penyuluhan mengenai perbaikan ASI dan rawat gabung,
memberikan penyuluhan mengenai perwatan payudara, makanan
ibu hamil ,nifas, perawatan bayi dan lain – lain.
Mendemonstrasikan pemutaran film , slide mengenai cara
merawat payudara, mengadakan ceramah, Tanya jawab dan
motivasi KB, menyelenggarakan senam nifas , membantu ibu –
ibu yang mempunyai masalah – masalah dalam hal kesehatan ibu
dan anak sesuai dengan kemampuan, membuat laporan bulanan
mengenai jumlah penunjang aktuvitas, hambatan, dan lain – lain.
c. Di Ruang Perawatan
Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan
disamping tempat tidur ibu. Pada waktu berkunjung bayi dan
tempat tidurnya dipindahkan di ruangan lain. Perawat harus
memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan –
kedaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada
dokter jaga. Bayi boleh menyusu sewaktu ia menginginkan, bayi
tidak boleh diberi susu dari botol, bila ASI masih kurang boleh
menmbah air putih atau susu formula dengan sendok. Ibu harus
dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk
merawat payudaranya : keadaan bayi sehari – sehari bayinya
dengan baik, juga untuk merawat payudaranya, keadaan bayi
sehari – hari dicatat dalam status P3 – ASI. Bila bayi sakit atau
perlu observasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang perawatan
bayi baru lahir, bila bayi dan ibu boleh pulang, sekali lagi diberi
penerangan tantang cara – cara merawat bayi dan pemberian ASI
serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui. Kepada
ibu diberikan leaflet mengenai hal – hal tersebut dan di pesan
untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian, status P3 –
ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan Follow up
(Sarwono, 2005)
2.3.4 Manfaat Rawat Gabung
Manfaat dan keuntungan rawat gabung dapat ditinjau dari berbagai
aspek sesuai dengan tujuannya :
a. Aspek Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah
menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan payudara
sendiri dan menyusui setiap saat kapan sajabayinya
menginginkan.
b. Aspek Fisiologi
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui
dan frekwensinya akan lebih sering
c. Aspek Psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera
terjalin proses lekat ( earli infant – mother bonding ) akibat
sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya
d. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung, ibu ( terutama yang baru mempunyai anak
pertama ) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga
mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah
sakit.
e. Aspek Ekonomi
Dengan rawat gabung, maka pemberian ASI dilakukan sedini
mungkin.
f. Aspek Medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan
terjadi infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka
mortalitas ibu dan bayi.
2.3.5 Syarat Rawat Gabung
Bayi dan ibu yang dapat dirawat gabung harus memenuhu criteria
sebagai berikut :
a. Lahir spontan, baik presentasi bokong maupun kepala
b. Bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah
bayi cukup sehat, refleks menghisap baik, tidak ada tanda – tanda
infeksi.
c. Bayi yang lahir secara sectio caesarea dengan pembiusan umum,
dirawat gabung dilakukan setalah ibu dan bayi sadar, misalnya 4 -
8 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun ibu
masih mendapat infuse
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai APGAR > 7 )
e. Umur kahamilan > 37 minggu
f. Berat lahir > 2500 gram
g. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat.
2.3.6 Klinik Laktasi
Yang harus diperhatikan di klinik laktasi adalah :
1. Ibu yang menyusui
2. Perkembangan laktasi dan menyusui dievaluasi dengan
mempergunakan formulir anamnesis yang khusus dirancang
3. Pemeriksaan bayi
4. Pemeriksaan payudara
5. Ibu disuruh menyusui bayinya dan diobservasi, apabila ada
kesalahan teknik atau kesulitan maka diberi penjelasan
6. Diberi nasehat makanan dan motivasi KB
7. Pengobatan medik bila perlu
8. Pelayanan sosial lain
(Sarwono, 2005)
2.4 Manajemen Laktasi
Agar laktasi berjalan baik diperlukan manajemen yang baik dalam
laktasi meliputi perawatn payudara,praktek menyusui yang benar serta
dikenalinya masalah dalam laktasi.
2.4.1 Perawatan payudara
Perawatan payudara yang diperlukan mengganti BH sejak hamil usia 2
penatalaksanaannya bulan dengan ukuran sesuai dan dapat menopang
perkembangan payudara biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2
nomor lebih besar.
Latihan otot badan yang berfungsi untuk menopang payudara untuk
menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara
setelah selesai masa laktasi.
Menjaga hygiene sehari-hari khususnya puting dan areola
Setiap mandi puting susu dan areola tidak disabuni untuk menghindari
kering dan kaku akibat hilangnya pelumas dihasilkan kelenjar
montgomery
Lakukan persiapan putting susu agar lentur, kuat dan tidak ada
sumbatan sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
Mengoreksi putting susu yang datar / terbenam agar menyembul
keluar dengan bantuan pompa putting, (nipple puller) pada minggu
terkhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada bayi.
2.4.2 Tahap proses laktasi
Pembentikan air susu pada kehamilan
Periode sesudah bayi lahir saat ASI dibentuk dan dikeluarkan disebut
masa laktasi.
Lama masa laktasi tergantung motifasi dan kemampuan
penerapan manajemen laktasi. Perlu diperhatikan agar setiap bayi
dalam 4-6 bulan pertama kehidupan hanya diberi ASI termasuk
kolostrum. Bayi dalam kondisi baik dirawat gabung dengan ibunya
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikis bayi. Selama
ASI belum keluar pada 2-3 hari setelah kelahiran, bayi sehat tidak
perlu dibari makanan / cairan lain tetapi hanya perlu menghisap
kolostrum.Setelah usia 4-6 bulan,secara bertahap berikan makanan
pendamping ASI.ASI dapat diberikan sampai anak usia 2 tahun.
2.4.3 Reflek-reflek penting dalam laktasi
Refleks prolaktin sewaktu bayi menyusu, rangsangan dari ujung saraf
sensoris penting susu dikirim ke hipotalamus yang akan memacu
keluarnya hormon prolaktatin yang kemudian merangsang sel kelenjar
memproduksi ASI. Menyusukan dengan kerap adalah cara terbaik
untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.
Let down reflex, keluarnya air susu karena kontraksi mioepitel
sekeliling duktus laktiferus dengan pengaruh oksitosin. Trejadinya
reflex ini dipengaruhi jiwa ibu. Melalui refleks ini terjadi pula
kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta dan mengurangi
perdarahan. Oleh karena itu, setelah dilahirkan, bayi perlu segera
disusukan ibunya jika mungkin.
Pada Bayi :
Rooting reflex, bayi baru lahir disentuh pipinya akan menoleh ke arah
sentuhan. Bila bibirnya dirangsng /disentuh, dia akan membuka mulut
dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
Refleks menghisap, terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-
langit dalam mulaut bayi, biasanya putting susu.
Refleks menelan timbul bila ada cairan rongga mulut.
2.4.4 Langkah menyusui yang baik dan benar
Persiapan mental dan fisik ibu harus menyususi dalam keadaan tenang.
Minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam
keadaan lapar dan haus.
Persiapan tempat dan alat,seperti kursi dengan sandaran punggung dan
tangan serta bantalan untuk menopang yang menggendong bayi.
Sebelum menggendong bayi tangan dicuci bersih. Sebelum menyusui,
tekan daerah areola diantara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3
tetes ASI kemudian oleskan ke seluruh putting dan areola. Cara
menyusui yang terbaik adalah bila ibu melepaskan kedua payudara dari
pemakaian BH.
Susukan bayi sesuai kebutuhan, jangan dijadwal. Biasanya kebutuhan
terpenuhi setiap 2-3 jam. Setiap menyusui lakukan pada kedua
payudara secara bergantian, masing-masng selama kurang lebih 10
menit. Mulai selalu dengan payudar sisi yang terakhir disusui
sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara kosong.
Setelah selesai, oleskan ASI seperti awal menyusui dan biarkan kering
oleh udaraa sebelum memakai BH untuk mencegah lecet. Hal ini dapat
dilakukan sambil menyangga bayi agar bayi bersendaawa.
Menyendaawakan bayi setelah menyusui harus selalau dilakukan
untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah.
2.5 Bendungan ASI
2.5.1 Pengertian
Pembendungan air susu adalah pembendungan karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau kelainan pada putting susu.
( Rustam Mochtar, 1998 )
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe
pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi
( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ; 262 )
Payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri disekitar hari ketiga
atau keempat sesudah melahirkan akibat stasis di vena pembulu limfe,
tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
(Masjoer Arif, 2001)
2.5.2 Etiologi
Sesuadah bayi lahir placenta keluar, kadar esterogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini, faktor dari hipotalamus
yang menghalangi prolaktin waktu hamil, yang dipengerahui esterogen
tidak lagi keluar lagi dari prolaktin dikeluarkan oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamma terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
kelenjar – kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik,
atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna, terjadi pembendungan air susu.
2.5.3 Gambaran Klinis
Mamma terasa panas serta keras pada perabaan nyeri, suhu badan
tidak naik. Putting susu bisa mendatar dan hal ini dapt menyukarkan bayi
untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran air susu juga terhalang sebab
duktus lakitferus menyempit.
( Sarwono, 2005 )
Keluhan ibu, Payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.
(Rustam Mochtar, 1998)
2.5.4 Penanganan
Penanganan pembendungan dilakukan dengan jalan menyokong
mamma dengan bra dan memberikan analgenetika. Sebelum bayi
menyusu, keluarkan ASI dengan pijatan ringan terlebih dahulu. Kadang-
kadang perlu diberi stilbestrol 3 kali sehari 1 mg selama 2-3 hari untuk
sementara waktu guna mengurangi pembendungan dan memungkinkan air
susu dikeluarkan dengan pijatan.
(Sarwono, 2005)
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan. Bila terjadi juga,
maka dapat diberika terapi simptomatis untuk sakitnya (anlgetika).
Kosongkan payudara (bukan ditekan). Sebelum menyusui, lakukan
pengurutan atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan
stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selam 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi air susu.
(Rustam Mochtar, 1998)
Susukan bayi segera setelah lahir bila memungkinkan tanpa
dijadwal (on demand). Dikeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila
produksi melebihi kebutuhan bayi. Lakukan perawatan payudara pasca
persalinan secara teratur. Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara
lembek sehingga puttting lebih muda ditangkap dan dihisap bayi. Untuk
mengurangi sakit pada payudara, berikan kompres dinggin. Agar bayi
mudah mengisap atau menangkap putting susu, sebelum menyusui berikan
kompres hangat kira-kira 5 menit kemudian lakukan masase dari tepi ke
arah putting hingga ASI keluar Setelah itu baru susukan. Jangan berhenti
menyusui dalam keadaan ini. Untuk mengurangi peningkatan peredaran
darah dan terjadinya stasis di vena dan pembulu limfe dalam payudara
lakukan pengurutan ( masase ) payudara dari tepi putting ke arah korpus
mammae.
(Manjoer Arif, 2001)
Bila ibu menyusui bayinya
1. Susukan sesering mungkin
2. Kedua payudara disusukan
3. Kompres hangat payudar sebelum disusukan
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
5. Sangga payudara
6. Kompres dingin payudara di antara waktu menyusui
7. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
Bila ibu tidak menyusui
1. Sangga payudara
2. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit
3. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
4. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat paa payudara.
(Abdul Bari Saifudin, 2002)
2.6 Konsep Manajement Asuhan Kebidanan Varney
Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam pelayanan pada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam
bidang kesehatan selama masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
I Pengkajian
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun
obyektif disertai hari / tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian,
tanggal masuk rumah sakit,jam masuk rumah sakit dan no register.
A. Data Subyektif
Nama : Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil
dan menghindari terjadinya kekeliruan.
(Cristina , 2000 : 4 )
Umur : Untuk mengetahui apakah ibu dalam masa nifas
resiko tinggi atau tidak
Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.
dengan diketahuinya agama pasien ,akan
memudahkan bidan melakukan pendekaytan di
dalam melaksanakan asuhan kebidanan
(Depkes RI,2000 : 14)
Suku : Untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal
dan apakah dalam adat yang ibu anut ada
peraturan yang akan mempersulit ibu selama
masa nifas. Contohnya tarak pada makanan
tertentu.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien
dan untuk mentukan cara membimbing dan
menyampaikan KIE tentang nifas yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya.
Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu
dapat mempersulit ibu untuk menjalani masa nifas
atau tidak, contoh cuti melahirkan
Penghasilan : Untuk mengetahui status ekonomi penderita
dan berkaitan dengan status gizi ibu
Alamat : Untuk memudahkan petugas kesehatan untuk
melakukan kunjungan ulang pada masa nifas dan
mengetahui kondisi lingkungan apakah termasuk
daerah endemic atau tidak.
2. Alasan Datang
Apa alasan ibu sehingga datang memeriksakan diri. Pada ibu
nifas biasanya ibu ingin mengetahui keadaan kesehatannya dalam
masa nifas
3. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan ibu yang sedang post patum normal
antara lain :
Rasa mules akibat kontraksi uterus. Biasanya terjadi pada 2 hari
post partum
Nyeri pada luka jahitan episiotomi atau robekan jalan lahir
Rasa takut untuk BAB dan BAK akibat adanya luka jahitan
Kurangnya pengetahuan ibu tantang cara menyusui yang benar,
cara merawat bayi, perawatan payudara dan masa laktasi
(Abdul Bari S, 2004 : N – 24 )
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami, penyakit yang pernah
diderita dan mendapat pengobatan yang sedang / pernah dilakukan.
Penyakit tersebut antara lain : penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria dan penyakit keturunan seperti jantung, asma,
kencing manis dan tekanan darah tinggi dan apakah ibu pernah
dirawat di rumah sakit
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanya mengenai latar belakang keluarga terutama :
- Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti hepatitis, TBC,malaria, dll
- Penyakit keluarga yang diturunkan seperti dibetes, asma,
jantung,dll
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mengetahui penyakit – penyakit yang berpengaruh tehadap
masa nifas ataupun sebaiknya antar lain :
a. Penyakit jantung
Puncak keadaan payah jantung terjadi ketika :
Saat plasenta lahir, darah kembali keperedaran umum
dalam jumlah besar untuk membentuk ASI
Saat laktasi, karena kekuatan diperlukan untuk
membentuk ASI
Terjadinya perubahan peredaran darah post psrtum,
sehingga butuh kekuatan ekstra jantung untuk melakukan
kompensasi
Mudah terjadi infeksi post partum yang memerlukan
kerja tambahan jantung
b. Diabetes Melitus
Pengaruh DM terhadap masa nifas adalah
Gangguan konstraksi otot rahim sehingga potensial
terjadi perdarahan post partum
Mudah terjadi infeksi
c. Anemia
Pengaruh anemia terhadap masa nifas adalah
Perdarahan post partum karena atonia uteri
Infeksi post partum
Anemia yang sangat besar ( Hb < 4 gr / dl ) dapat
manyebabkan dekompensasi kardis
d. TBC
Penyakit yang aktif memerlukan pengobatan yang tepat dan
pengawasan yang lebih efektif sehingga dapat mengurangi
bahaya terhadap bayi saat menyusui. Ibu dengan TBC aktif tidak
dibenarkan untuk memberikan ASI kerena dapat menularkan
pada bayi
e. Hepatitis Infeksioda
Resiko penularan meningkat bila terjadi dalam 2 bulan setelah
lahir. Penularan pada anak terjadi melalui pencernaan
yangmenelan darah dan perlukaan jalan lahir, ASI, kontak
langsung dengan secret ibu
(Manuaba, 1998 : 271 )
7. Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
- Menarche adalah terjadinya haid yang pertama kali .
menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 12 – 16
tahun
- Siklus haid setiap wanita tudak sama. Siklus haid yang
normal/dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus
ini bisa maju sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa
pada manusia adalah 25 - 32 hari
- Lamanya haid biasanya antara 2-5 hari , ada yang 1-2 hari
yang diikuti darah sedikit - sedikit dan ada yang sampai 7 –
8 hari, Pada wanita biasanya lama haid tetap. Banyaknya
darah yang keluar dan konsistensinya encer
- Warna darah pada hari - hari pertama yaitu merah segar
kemudian menjadi kecoklatan dan darah berhent
- Keputihan, biasanya terjadi pada saat menjelang menstruasi
dan warnanya putih jernih, tidak baud an tidak gatal
- Disminore dapat terjadi pada saat menstruasi dan setelah
menstruasi
- Hari pertama haid terahir ditanyakan untuk mengetahui usia
kehamilan dan tafsiran persalinan
( Sarwono ,2002 )
8. Riwayat Perkawinan
Ibu menikah berapa kali, Lamanya, umur pertama kali menikah
- Jika lamanya menikah > 4 tahun tetapi belum hamil bisa
menyebabkan masalah pada kehamilannya . Sehingga persalinan
tidak lancar atau telah infertil
- Lama menikah > 2 tahun sudah punya lebih dari 1 anak,
bahayanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu
masih lemah , BBLR
- Umur pertama kali menikah < 18 tahun , pinggulnya belum
cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko waktu
persalinan dan terjadi bahaya perdarahan pada saat nifas.
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
a. Kehamilan
Mencari tahu tentang masalah selama kehamilan dan kelahiran
masa lalu dan membantu dalam mengevaluasi apkah wanita
tersebut memerlukan sesuatu yang khusus. Misalnya seorang
wanita yang sudah lebih dari 6 kali melahirkan bayi mungkin
akan menemui masalah perdarahan pasca persalinan
b. Persalinan
Jika wanita telah mengalami perdarahan pasca persalinan, harus
dievaluasi mengalami perdarahan tersebut. Jika seorang wanita
telah pernah dibantu dalam melahirkan terdahulu dengan
menggunakan forcep, vacuum, maka penting sekali untuk
memahami mengapa hal tersebut diperlukan . Jika ai pernah
mengalami robekan tingkat yang didokumenkan, mungkin ia
dapat mengalami perobekan pada bekas jaringan yang terdahulu
c. Nifas
Ditanyakan ibu mengeluarkan darah yang bagaimana, seberapa
banyak, kontraksi uterus baik atau tidak (bila kontraksi baik,
uterus bulat dan mengeras) ASI sudah keluar atau belum, ada
luka jahitan pada jalan lahir atau tidak.
10. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Sekarang
a. Kehamilan
- Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala
sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu. Sesudah itu
pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu tiap
minggu
- Gerakan janin.Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada
kehamilan 18 minggu pada primigravida dan 16 minggu
pada miltigravida pengamatan pergerakan janin dilakukan
setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu
- Masalah dan tanda bahaya seperti perdarahan yang keluar dari
vagina , penglihatan kabur, bengkak pada muka/kaki, nyeri
pada perut, sakit kepala yang hebat, muntah - muntah yang
hebat, tidak merasakan gerakan janin
- Imunisasi TT diberikan sekurang – kurangnya 2x dengan
interfal minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya pernah
mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon
pengantin. Maka TT cukup diberikan 1x ( TT boster )
pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin
walaupun diberikan pada kehamilan muda.
- Pemberian vitamin , zat besi : tablet sehari segara setelah rasa
mual hilang , minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan
- Pada kehamilan aterm adanya tanda-tanda persalinan seperti
adanya
kontraksi yang semakin lama semakin sering dan keluarnya
lendir bercampur darah
b. Persalinan
Melahirkan tanggal, jam, pada usia kehamilan berapa, HPHT,
BBL, PBL, jenis kelamin, jumlah perdarahan (untuk mengetahui
beberapa banyakibu kehilangan darah). Jenis persalinannya
(normal atau tidak dengan tindakan).
11. Riwayat KB
Pada umumnya ibu nifas akan dianjurkan untuk mengukuti KB
kembali setelah 6 minggu persalinan
12. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Nutrisi
Nurtisi yang dibutuhkan ibu nifas adalah
Mengkonsumsi tambahan kalori 500 mg / hari
Makan dengan diet berimbang, mudah dicerna
Minum 3 liter / hari
Fe selam 40 hari pasca persalinan
Minum kapsul Vit. A ( 200.000 )
Kecukupan gizi ibu hamil
ZAT MAKANAN WANITA MENYUSUI
Kalori
Protein
Kalsium
Ferum
Vitamin A
Thiamin
Ribomafin
Niacin
Vitamin C
2800
40 gr
0,6 gr
5 mg
2000 U
0,5 mg
0,5 mg
5 mg
30 mg
( Cristina , 1993 : 55 )
b. Eliminasi
Buang air kecil secepatnya dapat dilakukan sendiri kadang –
kadang wanita mengalami sulit kencing, yang disebabkan
sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi
Buang air besar harus ada dalam 3 – 4 hari post partum. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi, apalagi
berak keras dapat diberikan obat laksasif peroral atau
perrektal jika masih belum bisa dilakukan klisma
c. Istirahat
Pada ibu nifas sebaiknya :
Anjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang terlalu berlebihan
Jadwal istirahatdan tidur harus diperhatikan dengan baik
karena istirahat dan tidur yang teratur dapat memperbaiki /
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani ibu pasca
persalinan
Kembali melakukan kegiatan rumah tangga, tidur siang
atau beristirahat pada saat bayi tidur
Bila ibu kurang istirahat dapat menyebabkan :
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperelambat proses involusi
- Dapat membuat depresi
d. Aktivitas
Karena capek atau lelah sehabis melahirkan ibu harus istirahat,
tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
menggerakkan kaki, miring kiri / kanan , duduk , turun dari
tempat tidur secepatnya dilakukan sesuai kondisi ibu. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli.
e. Kebersihan
Pada ibu nifas sebaiknya
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
Ajarkan cara mambersihkan daerah genetalianya
Ganti pembalut 2 kali sehari dan setiap ibu merasa basah
Cuci tangan sesudah dan sebelum cebok
Bila ada luka laserasi atau epis. Sarankan pada ibu nutuk
tidak menyentuh luka
13. Data Psikososial Dan Budaya
a. Psikologis
Aspek psikologis masa nifas
Fase Taking In
Suatu periode dimana tingkah laku ibu tergantung pada
orang lain dan terfokus dirinya sendiri sebelum kepada
bayinya
Ibu sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi
kebutuhannya
Berlangsung pada hari ke I dan hari ke II
Fase Taking Hold
Suatu periode perpindahan dari keadaan
ketergantungan menjadi individu
Saat yang tepat dalam pemberian
pendidikan kesehatan
Fokus ibu pada diri dan bayinya
Berlangsung hari ke 3 dan ke 6
Fase Letting Go
Suatu periode dimana terjadi perpindahan dari
keadaan mendiri kekeadaan yang baru
Dimulai akhir minggu ke I posr partum
Ibu merasa bayinya sudah terpisah dirinya
sehingga bayi memerlukan bantuannya
b. Sosial
Bagaimana hubungan ibu dengan suami dan keluarga. Hal ini
untuk menilai apakah memperoleh support yang kuat dalam
menjalani masa nifasnya
c. Budaya
Bagaimana adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan tempat
tinggal ibu terhadap ibu nifas. Misalnya anggapan masyarakat
bahwa ibu nifas tidak boleh makab ikan, telur, sayur, makanan
yang terlalu berkuah karena dapat menyebabkan luka tidak cepat
kering.
14. Data Spiritual
Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam beribadah dan
untuk mempermudah petugas dalam melakukan pendekatan.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup
Kesadaran : composmentis/ simnolen/ koma
Tanda-tanda vital : dalam batas normal
Tekanan darah: 90/60-140/90 mmHg
Nadi : 60-80 x/mnt (Pusdiknakes)
Suhu : 36,1-31,6oC (Doengos, 2001:43)
Pernafasan : 16-24 x/mnt (Doengos, 2001:43)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inseksi
Rambut : bersih, warna hitam, tidak mudah rontok
Kepala : tidak ada benjolan, bentuk normal
Wajah : tidak pucat, tidak ada cloasma, tidak. ada oedema.
Mata : Sklera tidak kuning/ikterus, konjungtiva tidak anemis,
Telinga : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada serumen,
pendengaran baik.
Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip
Mulut : bibir tidak pucat, bibir tidak pecah-pecah, tidak stomatitis,
lidah bersih, gigi berlubang, tidak ada caries gigi.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
Payudara : Simetris, ada hiperpigmentasi areola mamae, payudara
tegang, puting susu menonjol, colostrum sudah keluar,
warna kemerah-merahan.
Abdomen : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada bekas luka
operasi.
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan, tidak ada varises, tidak
oedema, terdapat luka episiotomi, tidak ada tanda infeksi,
luka episotomi sudah kering, keluar lochea sanguinolenta,
tidak ada tanda REEDA.
Anus : bersih, tidak hemoroid.
Ektrimitas
Atas : simetris, pergerakan bebas, tidak ada oedema
Bawah : simetris, pergerakan bebas, tidak ada oedema,
tidak ada varises
Integumen : bersih
b. Palpasi
Kepala : tidak teraba benjolan yang abnormal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tipoid, tidak teraba
pembesaran vena jugularis, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe.
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, ada nyeri tekan, colostrum
sudah keluar
Abdomen : hari ke-5 TFU teraba dipertengahan pusat dan symphisis,
tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : bersih, terdapat luka bekas episiotomi dan sudah mulai
mengering, lochea sanguinolenta, tidak ada tanda REEDA
Ekstremitas :
Atas : tidak teraba oedema
Bawah : tidak teraba oedema
Itegumen : turgor kulit baik
c. Auskultasi
Dada : tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing
Abdomen : tidak terdengar bising usus
tidak kembung
d. Perkusi
Reflek patella (+/+)
II. Identifikasi Masalah / Diagnosa
DX : Ny… P…Ab… Post Partum Hari Ke… Dengan Mastitis
DS : Data yang diperoleh dari pernyataan ibu, yang dapat
menunjang diagnosa.
DO : Data dari hasil pemeriksaan tentang tenaga kesehatan yang
dapat menunjang diagnosa seperti :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 90/60-140/90 mmHg
- Nadi : 60-80 x/mnt (Pusdiknakes)
- Suhu : 36,1-31,6oC (Doengos, 2001:43)
- Pernafasan : 16-24 x/mnt (Doenges, 2001:43)
Payudara : bengkak, warna kemerahan dan ada nyeri
tekan
Abdomen :TFU teraba pertengahan pusat dan
symphisis, kontraksi uterus baik, tidak ada
nyeri tekan, kandung kemih kosong.
Genetalia : Keluar darah merah kecoklatan (lochea
sanguinolenta), jumlah ± 1 tella, tidak
tampak oedem, tampak luka / jahitan
episiotomi, bersih, tidak terdapat tanda-
tanda Redness, Ekomosis, Edema,
Discharge, Aproximate (REEDA)
III. Antisipasi Masalah Potensial
-
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
-
V. Intervensi
Dx : Ny… P…Ab… Nifas Hari Ke… Dengan Mastitis
Tujuan : Agar masa nifas dapat berjalan lancar tanpa adanya komplikasi.
Kritteria hasil : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 90/60-140/90 mmHg
- Nadi : 60-80 x/mnt (Pusdiknakes)
- Suhu : 36,1-31,6oC (Doengos, 2001:43)
- Pernafasan : 16-24 x/mnt (Doenges, 2001:43)
Involusi uterus dapat berjalan normal
Mengeluarkan lochea sanguinolenta dan tidak berbau
Busuk.
Intervensi :
1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah diperoleh kepada ibu.
R/ Ibu mengetahui keadaan yang terjadi pada dirinya sehingga ibu
lebih koooperatif.
2. Jelaskan pada ibu tentang perubahan yang terjadi pada masa nifas
R/ Penjelasan dapat menambah pengetahuan ibu agar dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
3. Ajarkan dan lakukan perawatan payudara untuk ibu nifas
R/ Memperlancar produksi ASI dan pengeluaran ASI
4. Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ASInya kepada anaknya secara
on demand dan pada payudara secara bergantian
R/ Agar bayi mendapatkan kekebalan tubuh dan membantu proses
pertumbuhan
5. Anjurkan pada ibu untuk makan – makanan yang bergizi dengan menu
diit ibu nifas.
R/ Membantu mempercepat proses penyembuhan atau pemulihan
kondisi ibu dalam keadaan normal seperti semula.
6. Berikan KIE pada ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan
pertama.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi awal bayi dan untuk kekebalan tubuh
bayi
7. Ajarkan pada ibu cara meneteki yang benar
Untuk menambah pengetahuan ibu dan menghindari terjadinya lecet
pada puting susu.
8. Anjurkan pada ibu untuk selalu melakukan personal hygiene
R/ Dengan menjaga kebersihan diri dapat mencegah terjadinya infeksi
dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu.
9. Berikan KIE tentang rencana KB
R/ Menambah pengetahuan ibu dalam pemulihan metode KB
10. Berikan obat antibiotik, analgesik dan anti piretik sesuai dosis
R/ Obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri dan anti piretik untuk
penurun panas.
VI. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang setelah dibuat
VII Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan
dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Maret 2009
Jam : 10.10 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. M Nama suami : Tn. T
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Suku : Madura Suku : Madura
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Buruh toko bangunan
Penghasilan : - Penghasilan : ± Rp 600.000,- /bln
Alamat : Genitri Alamat : Genitri
2. Alasan datang
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya 5 hari yang lalu, dan
terkadang kesulitan untuk meneteki, sekarang payudaranya terasa sakit
dan bengkak.
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan payudaranya bengkak dan nyeri
5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
penyakit kuning, typus. Serta tidak pernah menderita penyakit
keturunan seperti jantung, asma, kencing manis dan tekanan darah
tinggi, tidak pernah menderita infeksi kandungan dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit
6. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti
penyakit kuning, typus. Serta tidak pernah menderita penyakit
keturunan seperti jantung, asma, kencing manis dan tekanan darah
tinggi.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan pihak keluarga dari ibu tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti batuk yang lama, penyakit kuning, typus.
Serta penyakit yang menurun seperti kencing manis, jantung, asma
dan tekanan darah tinggi.
8. Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Siklus : 29 hari
Lama : 7 hari
Banyaknya : hari 1 sampai ke-3 banyaknya 3 tella, berwarna
merah segar dan terdapat gumpalan. Hari ke-4
sampai hari ke-7 berwarna kecoklatan, banyaknya 2
pembalut / hari, konsistensi biasa.
Flour Albus : 2 hari sebelum dan setelah haid (warna putih
jernih, tidak berbau dan tidak gatal)
Disminorhea : tidak
HPHT : ibu lupa
9. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 8 tahun
Umur pertama kali menikah : 20 tahun
10. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N
o
Kehamilan Persalinan Anak Nifas Ket.
Suami Hamil ke UK Penolong Cara Tempat Sex BBL Mati Hidup
umur
Lama Men
yusu
i
1 1 1 9
bulan
bidan Nor
mal
BPS ♀ 3200
gr
- 7 tahun 40 hari 2 th
2 1 Hamil ini
11. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a. Riwayat kehamilan
- Trimester I
Ibu mengatakan hamil anak ke-2, tidak ada keluhan hanya mual
dan kadang muntah pada bulan pertama, ibu memeriksakan
kehamilannya 3 kali ke bidan dan mendapatkan tablet tambah
darah dan vitamin.
- Trimester II
Ibu mengatakan periksa kebidan 5 kali tidak ada keluhan selama
hamil. Ibu selama periksa mendapatkan tablet tambah darah dan
vitamin.
- Trimester III
Ibu mengatakan pada kehamilan menginjak usia 8 bulan ibu
memeriksakan kehamilannya sebulan sekali dan selama periksa
kondisi ibu dan janin baik, dan ibu mendapatkan vitamin.
b. Persalinan
Ibu mengatakan tanggal 19 Maret 2009 melahirkan di BPS Ny.
Mas’Uliah, secara normal tidak ada penyulit saat persalinan.
jenis kelamin anaknya perempuan, berat badan 3000 gram,
panjang badan 49 cm.
c. Nifas
- Ibu mengatakan bahwa perdarahannya tidak terlalu banyak dan
berwarna merah kecoklatan.
- Ibu mengatakan ASInya sudah keluar berwarna kuning agak
keruh
- Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan dan mules pada perut.
12. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum hamil menggunakan KB suntik 3 bulanan
dan rencana KB selanjutnya adalah KB suntik 3 bulanan.
13. Pola Kebiasaan Sehari - hari
waktu hamil waktu sesudah melahirkan
Nutrisi
Ibu makan sehari 3x dengan nasi
1 piring, ibu tidak suka sayur,
lauk pauk, dan kadang buah. Air
putih sehari 4-5 gelas
Eleminasi
Ibu BAB sehari 1 kali
Ibu BAK sehari 5-6 kali
Aktifitas
Ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti mencuci,
memasak dan membersihkan
rumah
Istirahat
Ibu malam hari tidur 6-7 jam dan
tidur siang hari 1-2 jam
Personal higiene
Ibu mandi sehari 2x dengan
sabun, dan mengosok gigi setiap
kali mandi, keramas 2 hari sekali
Ibu makan sehari 3x dengan nasi
1 piring, ibu tidak suka sayur,
lauk pauk, dan kadang buah. Air
putih sehari 4-5 gelas.
Ibu BAB sehari 1 kali
Ibu BAK sehari 4-5 kali
Ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti mencuci,
memasak dan membersihkan
rumah tetapi dibantu oleh suami
Ibu malam hari tidur 4-5 jam dan
tidur siang hari 1 jam kadang
tidak sama sekali
Ibu mandi sehari 2x dengan
sabun, dan mengosok gigi setiap
kali mandi, keramas 2 hari sekali
dan ganti pakaian setiap kali
kotor
Rekreasi
Ibu menonton TV di rumah dan
kalau ada waktu berbincang-
bincang dengan tetangga
dan ganti pakaian setiap kali
kotor dan mengganti softek
sesering mungkin
Ibu menonton TV di rumah dan
kalau ada waktu berbincang-
bincang dengan tetangga
14. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Data psikologi
Ibu mengatakan senang dengan kehadiran bayinya
b. Data sosial
Ibu mengatakan sekarang tingal dengan suami dan orang tuanya.
hubungan Ibu dengan keluarga baik dan juga dengan tetangga
sekitar
c. Data budaya
Ibu mengatakan Ibu menganut budaya jawa. Ibu tiak percaya
dengan tahayul, dan Ibu selalu berobat ke tenaga kesehatan bila
sakit
d. Data spiritual
Ibu mengatakan setelah melahirkan masih belum sholat tapi
sebelum melahirkan Ibu rajin shalat 5 waktu dan berjamaan
kalau ada waktu
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Suhu : 37,5 °C
Nadi : 84 x / menit
RR : 24 x / menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Tidak tampak benjolan abnormal, bersih tidak
berketombe.
Wajah : Tampak meringis, tidak tampak oedem dan
tidak pucat
Mata : Simetris, conjungtiva tidak pucat, sclera tidak
Ikterus
Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen
Hidung : Tidak tampak pernafasan cuping hidung, bersih,
tidak terdapat serumen
Mulut : Bibir tidak tampak pucat, tidak ada stomatitis
dan tidak ada caries pada gigi, warna lidah merah
Leher : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar
tyroid dan kelenjar limfe dan pembesaran vena
jugularis
Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dada, tidak
tampak benjolan abnormal
Payudara : Simetris, putting susu menonjol, bengkak,
agak kemerah-merahan, hiperpigmentasi areola
mamae.
Abdomen : Tidak tampak adanya luka bekas operasi, tidak
tampak adanya benjolan abnormal
Genetalia : Bersih, tidak tampak oedema, tampak pengeluaran
lochea sanguinolenta, warna merah kecoklatan,
tidak tampak pembesaran kelenjar bartolini, tidak
ada condiloma akuminata, tampak adanya luka
jahitan pada perineum yang sudah mulai
mengering, tidak ada tanda-tanda REEDA
(Redness, Ekomosis, Edema, Discharge,
Aproximate)
Anus : Bersih, tidak tampak haemoroid
Ekstremitas
Atas : Simetris, pergerakan aktif, tidak oedem dan kuku
tidak pucat
Bawah : Simetris, pergerakan bebas, tidak varises, tidak
tampak oedem pada kedua tungkai
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid,
kelenjar limfe dan vena jugularis.
Dada : Tidak teraba benjolan abnormal
Payudara : Teraba keras, terdapat nyeri tekan.
Abdomen : TFU pertengahan pusat dan symphisis, uterus
teraba keras, kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri
tekan, kandung kemih kosong.
Ekstremitas
Atas : Tidak teraba oedem
Bawah : Tidak teraba oedem
Integumen : Turgor kulit baik
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
Abdomen : Terdengar bising usus ( + )
d. Perkusi
Abdomen : Tidak kembung
Raflek patella : Positif ( + / + )
3.2 IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA
Dx : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis
Ds : Ibu mengatakan melahirkan anaknya 5 hari yang lalu yaitu
tanggal 19 Maret 2009, dengan jenis kelamin perempuan, BB
3000 gram dan PB 49 cm. Ibu mengatakan payudaranya keras,
sakit dan agak kemerahan. Ibu mengatakan tidak suka makan
sayur dan jarang minum air putih.
Do : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Suhu : 37,5 ° C
Nadi : 84 x / mnt
RR : 24 x / mnt
- Payudara : simetris, teraba keras, terdapat
nyeri tekan dan agak kemerahan
- Abdomen : TFU pertengahan pusat dan
symphisis, kontraksi baik, uterus
teraba keras, tidak ada nyeri
tekan, kandung kemih kosong
- Genetalia
Vulva : Terdapat pengeluaran lochea
sanguinolenta
Perineum : Tampak luka jahitan episiotomi ,
tidak ada tanda – tanda REEDA
(Redness, Ekomosis, Edema,
Discharge, Aproximate)
3.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
-
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
3.5 INTERVENSI
DX : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis
Tujuan : Masa nifas berjalan normal tanpa adanya komplikasi
yang menyertai dan ibu dapat merawat bayinya dengan
benar
Kriteria Hasil
1. Tanda – tanda vital ibu dalam batas normal
Tekanan Darah : 100/70 – 130/90 mmHg
Suhu : 36,2 – 37,5 ° C
Nadi : 60 – 100 x / mnt
RR : 16 – 24 x / mnt
2. Payudara : - Proses laktasi berjalan lancar
- Colotrum dan ASI keluar lancar
- Tidak terjadi bendungan ASI
- Ibu dapat meneteki bayinya dengan benar
3. Abdomen : TFU pertengahan pusat dan symphisis, kontraksi
uterus baik, teraba keras, involusi uterus berjalan
normal ( tiap hari turun 1 cm )
4. Genetalia : Pengeluaran lochea normal sesuai tahap involusi
Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel
– sel dari desidua, verniks caseosa, lanogo dan
meconium selama 2 hari post partum.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3 – 7 post partum
Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7 – 14 post partum.
Lochea Alba
Cairan putih kekuningan dan berisi selaput
lendir setelah 2 minggu
Intervensi :
1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah diperoleh kepada ibu.
R/ Ibu mengetahui keadaan yang terjadi pada dirinya sehingga ibu
lebih koooperatif.
2. Jelaskan pada ibu tentang perubahan yang terjadi pada masa nifas
R/ Penjelasan dapat menambah pengetahuan ibu agar dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
3. Ajarkan dan lakukan perawatan payudara untuk ibu nifas
R/ Memperlancar produksi ASI dan pengeluaran ASI
4. Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ASInya kepada anaknya secara
on demand dan pada payudara secara bergantian
R/ Agar bayi mendapatkan kekebalan tubuh dan membantu proses
pertumbuhan
5. Anjurkan pada ibu untuk makan – makanan yang bergizi dengan menu
diit ibu nifas.
R/ Membantu mempercepat proses penyembuhan atau pemulihan
kondisi ibu dalam keadaan normal seperti semula.
6. Berikan KIE pada ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan
pertama.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi awal bayi dan untuk kekebalan tubuh
bayi
7. Ajarkan pada ibu cara meneteki yang benar
Untuk menambah pengetahuan ibu dan menghindari terjadinya lecet
pada puting susu.
8. Anjurkan pada ibu untuk selalu melakukan personal hygiene
R/ Dengan menjaga kebersihan diri dapat mencegah terjadinya infeksi
dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu.
9. Berikan KIE tentang rencana KB
R/ Menambah pengetahuan ibu dalam pemulihan metode KB
10. Berikan obat antibiotik, analgesik dan anti piretik sesuai dosis
R/ Obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri dan anti piretik untuk
penurun panas.
3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 Maret 2009
DX : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah diperoleh, bahwa ibu
dalam keadaan normal atau baik.
2. Menjelaskan pada ibu tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, seperti uterus yang berangsur-angsur akan menjadi kecil,
payudara yang mengeluarkan colostrum/ASI, pengeluaran lochea dan
psikologis ibu.
3. Mengajarkan dan melakukan perawatan payudara ibu nifas dengan benar
Persiapan alat
Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir dan
mengeringkannya dengan handuk kering
Buka pakaian bagian atas
Pasang handuk di punggung dan perut ibu
Petugas berdiri dibelakang pasien, kompres putting susu dengan
kapas yang diberikan minyak kelapa selama 2 – 3 menit
Lakukan pengurutan pada payudara ke arah atas memutar ke
samping kemudian kearah bawah dan telunjuk tangan menuju kea
rah depan , lepas perlahan – lahan. Dilakukan sebanyak 20 kali
Talapak tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan sisi
kelingking mengurut dari pangkal payudara ke arah putting susu.
Dilakukan sebanyak 20 kali, begitu juga payudara kanan kanan
secara bergantian.
Pengurutan selanjutnya menggunakan ruas – ruas sendi, jari – jari
menggenggam dari pangkal payudara ke arah putting dilakukan 20
kali pada masing – masing payudara.
Guyur atau siram payudara secara bergantian dengan air hangat,
air dingin dan yang terahir dengan air hangat
Pakailah BH yang memopang payudara
Rapikan pasien
Cuci tangan
4. Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASInya kepada bayinya
setiap waktu dan menyusui dengan payudara secara bergantian setiap 10
menit.
5. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi dengan menu diit
ibu nifas tinggi protein untuk penyembuhan luka episiotomi,
menyarankan pada ibu untuk banyak makan sayur dan banyak minum
air putih dan makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna dan
ibu tidak boleh tarak makanan..
6. Memberikan KIE pada ibu tentang pemberian Asi eksklusif pada 6 bulan
pertam itu penting, karena mengandung zat anti body untuk kekebalan
tubuh bayi dan gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
7. Mengajarkan cara meneteki yang benar yaitu bayi di hadapkan ke ibu,
dagu bayi menempel pada payudara bagian bawah, daerah areola
diusahakan bisa masuk semua pada mulut bayi, tidak ada suara, yang
ada hanya suara menelan.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene seperti mandi
sebaiknya 2 kali sehari, cuci tangan setiap selesai BAB/BAK, mengajari
cara cebok yang benar yaitu mengusap dari depan kebelakang.
Menyarankan untuk mengganti celana dalam 2 kali sehari, dan
mengganti pembalut sesering mungkin.
9. Memberikan KIE tentang rencana pemilihan jenis KB yang nantinya
dapat digunakan oleh ibu dalam keadaan menyusui sehingga tidak
mengganggu kelancaran produksi ASI.
10. Memberikan obat Demakolin 3 x 1, Amoxicillin 3 x 1,
3.7 EVALUASI
Tanggal : 24 Maret 2009
Jam : 20.40 WIB
S : - Ibu mengatakan kondisinya sudah baik
- Ibu mengatakan payudaranya sudah tidak sakit dan ASI dapat
keluar lancar
- Ibu mengatakan sudah mengerti dan mau melaksanakan semua
yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dan mau minum obat
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Suhu : 37,5 °C
Nadi : 84 x / menit
RR : 24 x / menit
Payudara : sudah mengeluarkan ASI, tidak keras dan nyeri
berkurang
Abdomen :TFU pertengahan pusat dan symphisis, teraba bulat
keras, kontraksi uterus baik.
Genetalia : Bersih, tidak tampak oedema, tampak pengeluaran
lochea sanguinolenta, warna merah kecoklatan,
tidak tampak pembesaran kelenjar bartolini, tidak
ada condiloma akuminata, tampak adanya luka
jahitan pada perineum yang sudah mulai
mengering, tidak ada tanda-tanda REEDA
(Redness, Ekomosis, Edema, Discharge,
Aproximate)
A : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis
P : - Menyarankan pada ibu untuk melaksanakan apa yang sudah
disarankan oleh petugas kesehatan
- Menyarankan ibu untuk kontrol nifas dan bayinya di petugas
kesehatan terdekat 1 minggu lagi.
- Menyarankan pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah
kewanitaannya agar luka cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi
- Menyarankan pada ibu untuk rutin melakukan perawatan
payudara
- Menyarankan pada ibu untuk minum obat rutin sehari 3 kali
sampai habis
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus Ny “M” diperoleh data-data sebagai berikut, yakni data
subyektif yang dikatakan oleh Ibu, bahwa Ibu telah melahirkan bayi secara normal
pada tanggal 10 April 2009, selain itu tanda-tanda vital ibu dalam batas normal.
TFU sesuai dengan involusi uterus, lochea yang dikeluarkan adalah lochea serosa.
pada genetalia Ibu sudah terdapat luka jahitan episiotomi yang sudah mengering
dan tidak ada tanda-tanda infeksi, tetapi ibu mengalami nyeri pada payudara
akibat bendungan ASI hal ini disebabkan karena ibu kurang mengkonsumsi
sayuran karena ibu tidak menyukai sayuran. Sehingga ditegakkan diagnosa Ny.
“M” P2002 Abooo Nifas hari ke-5 dengan mastitits. Pada kasus ini tidak ada
antipasi masalah potensial dan kebutuhan segera karena kondisi Ibu sudah baik
dan tidak ada komplikasi. Dilakukan intervensi pada ibu untuk pemenuhan nutrisi,
istirahat yang cukup, personal hygiene yang baik, serta perawatan payudara untuk
menghilangkan bendungan ASI dan mengurangi rasa nyeri dan luka spisiotomi.
Memberi KIE pada Ibu mengenai cara perawatan luka yang baik agar luka tetap
kering dan bersih Dilakukan evaluasi bahwa asuhan ini tidak ada kesenjangan
antara teori dan kenyataan dilapangan dalam prakteknya dan Ibu disarankan untuk
kontrol 1 minggu lagi.
Data-data yang telah dikumpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek, pada intervensi yang dibuat didasarkan pada kebutuhan pasien, serta
implementasi tidak ada kesenjangna teori dan praktek. Evaluasi di lakukan atas
dasar keefektifan dari asuhan yang telah dilakukan. Pada evaluasi didapatkan
bahwa ibu dalam keadaan normal dan tidak terjadi komplikasi nyeri pada
payudara berkurang dan bendungan ASI hilang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa transisi untuk memulihkan alat kandungan
seperti sebelum hamil. Dimana masa nifas ini banyak sekali perubahan-
perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Oleh karena itu perlu
pengawasan dan pengarahan secara intensif terhadap Ibu post partum,
diharapkan agar masa nifas berjalan dengan normal dan tidak ada komplikasi.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan mutu pelayanan pada klien, pengkaji mempunyai
beberapa saran antara lain :
1. Bagi petugas yang memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap
mempertahankan utnuk menjaga komunikasi dalam upaya menjalin
kerjasama antara petugas kesehatan dengan klien untuk keberhailan
asuhan yang diberikan.
2. Bagi klien atau ibu harus tetap menjaga bayinya dan dapat merawat
dirinya sendiri. Selain itu ibu juga harus selalu menyusui bayinya sampai
berumur 6 bulan dan diberikan sesuai umurnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Roestam, 2002. Dasar-dasar Keperawatan Maternal, Edisi 6, Jakarta.
Mnauaba, 2000. Ilmu Kebidnaan, Penyakit Kadungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bar, EGC. Jakarta
Mochtar, Roestam. 2000. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. EGC. Jakarta
Saifudin. Bari Abdul. 2002. Buku Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Jakarta, YBPSP
Saifudin. Bari Abdul. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.,
YBPSP.
Wiknjosastro, Hanifah. 2005. Ilmu Kandungan. YBP-SP. Jakarta