polylaktat acid

2
PENDAHULUAN Saat ini, jenis polimer yang sedang dikembangkan adalah polimer yang memiliki sifat biodegradabel yang baik. Hal ini didorong oleh sifat-sifat polimer terdahulu yang relatif kurang menguntungkan dan tidak relevan dengan kondisi dunia sekarang. Plastik yang identik dengan polimer, telah menimbulkan banyak permasalahan terutama kaitannya dengan dampak lingkungan karena sifat degradasinya yang buruk sehingga sulit untuk terurai secara biologis ataupun oleh aktivitas mikroorganisme. Disamping menyelesaikan masalah lingkungan, bahkan belakangan ini telah banyak dikembangkan mikrosfer dari polimer biodegradabel yang berfungsi sebagai penyalut obat (Preeti et al.,2003). Polimer biodegradabel merupakan polimer yang dapat terdegradasi secara biologis. Proses biodegradasi dapat terjadi baik secara hidrolitik atau enzimatik untuk menghasilkan produk samping yang biokompatibel dan tidak bersifat racun. Produk samping tersebut dapat dihilangkan dengan jalur metabolik normal. Sejak dua dekade terakhir, terjadi peningkatan dalam penggunaan polimer biodegradabel sintetik dalam bidang pengobatan antara lain sebagai media transplantasi jaringan, pengukung dan penyalur obat (Porjazoska et al. 2004; Preeti et al. 2003 ). Penggunaan polimer biodegradabel mempunyai dua keuntungan. Pertama, biomaterial yang degradabel tidak harus dihilangkan dari tubuh. Kedua, penggunaan polimer biodegradabel mungkin menghasilkan penyembuhan sistem biologis yang lebih baik (Kaitian 1996). Biomaterial dibuat dari polimer biodegradabel yang berasal dari monomer asam glikolat, asam laktat dan ε-kaprolakton (Cutright et al. 1974). Ketiga monomer siklik ini digunakan dalam aplikasi medis yang dapat dibuat menjadi variasi polimer dan kopolimer secara luas. Untuk aplikasi biomedis sangat penting memahami karakteristik degradasi polimer. Sifat-sifat polimer dapat diubah dari sifat elastomer menjadi plastik yang kaku. Sifat-sifat polimer lainnya meliputi laju degradasi, hidrofilitas dan kelarutannya dalam suatu pelarut. Melalui pengetahuan sifat-sifat ini, maka kita dapat menciptakan bahan medis atau sistem penyalutan obat yang berkualitas untuk digunakan dalam kehidupan manusia. Poliester alifatik yang bersifat biodegradabel di antaranya poli(ε- kaprolakton) (PCL), poliasamglikolat (PGA), dan poliasamlaktat (PLA). Poli(ε- kaprolakton) telah digunakan sebagai penyalut obat karena sifat permeabilitas obatnya yang sangat tinggi. Akan tetapi, kristalinitasnya yang tinggi dan laju degradasinya yang rendah membuat polimer ini hanya cocok untuk sistem penyalut obat dalam waktu yang lama. Biodegrabilitas dapat ditingkatkan dengan kopolimerisasi atau pencampuran (blending) polimer ini dengan jenis polimer hidrofobik (Porjazoska et al. 2004). Poliasamglikolat (PGA) merupakan poliester alifatik yang dapat dibuat melalui reaksi pembukaan cincin glikolida, suatu bentuk dimer dari asam glikolat dengan bantuan katalis SnCl 2 .2H 2 O dan panas (Middleton dan Tripton 1998). PGA ini banyak digunakan dalam bidang medis sebagai mikrosfer dan benang jahit untuk pembedahan. Poliasamlaktat (PLA) merupakan polimer biodegradabel turunan dari asam laktat. Polimer ini memiliki beberapa kegunaan, yaitu untuk keperluan pengemasan, pembuatan film, penyalut obat dan benang jahit (Balckom et al. 2002; Zhang et al. 2000). Titik elongasi PLA adalah 3-5%. Sifat dari polimer ini salah satunya adalah rapuh. Preparasi campuran fisik (blend) merupakan teknik yang umum yang digunakan untuk meningkatkan pencegahan polimer rapuh (Porjazoska et al. 2004). Pencampuran (blending) polimer telah menjadi cara paling sederhana untuk mendapatkan produk baru dengan sifat-sifat dan bentuk yang dapat disesuaikan dengan keinginan (Li dan Chang 2005; Mano et al. 2004; Porjazoska et al. 2004; Moran et al. 2003; Li dan Arthur 2005). Metode blending ini dapat menghasilkan suatu produk baru dalam waktu yang lebih singkat. Akan tetapi, sebagian besar campuran-campuran ini (blends) ditemukan tidak bercampur atau bercampur sebagian bergantung pada komposisinya. Berdasarkan sifat-sifat polimer tersebut dan keinginan untuk mendapatkan suatu produk baru dalam waktu yang relatif cepat maka pada penelitian ini akan dicoba mencampur poliasamglikolat (PGA) dengan poliasamlaktat (PLA) dan blending PGA, PLA, dan PCL pada berbagai komposisi. Penelitian ini akan mempelajari sifat kristalinitas dari film tipis yang dibuat dengan cara penentuan derajat kristalinitas dengan menggunakan difraksi sinar X dan juga menentukan gugus fungsi yang dihasilkan

Upload: yati-maryati

Post on 02-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Polylaktat Acid

TRANSCRIPT

  • PENDAHULUAN Saat ini, jenis polimer yang sedang

    dikembangkan adalah polimer yang memiliki sifat biodegradabel yang baik. Hal ini didorong oleh sifat-sifat polimer terdahulu yang relatif kurang menguntungkan dan tidak relevan dengan kondisi dunia sekarang. Plastik yang identik dengan polimer, telah menimbulkan banyak permasalahan terutama kaitannya dengan dampak lingkungan karena sifat degradasinya yang buruk sehingga sulit untuk terurai secara biologis ataupun oleh aktivitas mikroorganisme. Disamping menyelesaikan masalah lingkungan, bahkan belakangan ini telah banyak dikembangkan mikrosfer dari polimer biodegradabel yang berfungsi sebagai penyalut obat (Preeti et al.,2003).

    Polimer biodegradabel merupakan polimer yang dapat terdegradasi secara biologis. Proses biodegradasi dapat terjadi baik secara hidrolitik atau enzimatik untuk menghasilkan produk samping yang biokompatibel dan tidak bersifat racun. Produk samping tersebut dapat dihilangkan dengan jalur metabolik normal. Sejak dua dekade terakhir, terjadi peningkatan dalam penggunaan polimer biodegradabel sintetik dalam bidang pengobatan antara lain sebagai media transplantasi jaringan, pengukung dan penyalur obat (Porjazoska et al. 2004; Preeti et al. 2003 ). Penggunaan polimer biodegradabel mempunyai dua keuntungan. Pertama, biomaterial yang degradabel tidak harus dihilangkan dari tubuh. Kedua, penggunaan polimer biodegradabel mungkin menghasilkan penyembuhan sistem biologis yang lebih baik (Kaitian 1996).

    Biomaterial dibuat dari polimer biodegradabel yang berasal dari monomer asam glikolat, asam laktat dan -kaprolakton (Cutright et al. 1974). Ketiga monomer siklik ini digunakan dalam aplikasi medis yang dapat dibuat menjadi variasi polimer dan kopolimer secara luas. Untuk aplikasi biomedis sangat penting memahami karakteristik degradasi polimer. Sifat-sifat polimer dapat diubah dari sifat elastomer menjadi plastik yang kaku. Sifat-sifat polimer lainnya meliputi laju degradasi, hidrofilitas dan kelarutannya dalam suatu pelarut. Melalui pengetahuan sifat-sifat ini, maka kita dapat menciptakan bahan medis atau sistem penyalutan obat yang berkualitas untuk digunakan dalam kehidupan manusia.

    Poliester alifatik yang bersifat biodegradabel di antaranya poli(-

    kaprolakton) (PCL), poliasamglikolat (PGA), dan poliasamlaktat (PLA). Poli(-kaprolakton) telah digunakan sebagai penyalut obat karena sifat permeabilitas obatnya yang sangat tinggi. Akan tetapi, kristalinitasnya yang tinggi dan laju degradasinya yang rendah membuat polimer ini hanya cocok untuk sistem penyalut obat dalam waktu yang lama. Biodegrabilitas dapat ditingkatkan dengan kopolimerisasi atau pencampuran (blending) polimer ini dengan jenis polimer hidrofobik (Porjazoska et al. 2004).

    Poliasamglikolat (PGA) merupakan poliester alifatik yang dapat dibuat melalui reaksi pembukaan cincin glikolida, suatu bentuk dimer dari asam glikolat dengan bantuan katalis SnCl2.2H2O dan panas (Middleton dan Tripton 1998). PGA ini banyak digunakan dalam bidang medis sebagai mikrosfer dan benang jahit untuk pembedahan.

    Poliasamlaktat (PLA) merupakan polimer biodegradabel turunan dari asam laktat. Polimer ini memiliki beberapa kegunaan, yaitu untuk keperluan pengemasan, pembuatan film, penyalut obat dan benang jahit (Balckom et al. 2002; Zhang et al. 2000). Titik elongasi PLA adalah 3-5%. Sifat dari polimer ini salah satunya adalah rapuh. Preparasi campuran fisik (blend) merupakan teknik yang umum yang digunakan untuk meningkatkan pencegahan polimer rapuh (Porjazoska et al. 2004).

    Pencampuran (blending) polimer telah menjadi cara paling sederhana untuk mendapatkan produk baru dengan sifat-sifat dan bentuk yang dapat disesuaikan dengan keinginan (Li dan Chang 2005; Mano et al. 2004; Porjazoska et al. 2004; Moran et al. 2003; Li dan Arthur 2005). Metode blending ini dapat menghasilkan suatu produk baru dalam waktu yang lebih singkat. Akan tetapi, sebagian besar campuran-campuran ini (blends) ditemukan tidak bercampur atau bercampur sebagian bergantung pada komposisinya.

    Berdasarkan sifat-sifat polimer tersebut dan keinginan untuk mendapatkan suatu produk baru dalam waktu yang relatif cepat maka pada penelitian ini akan dicoba mencampur poliasamglikolat (PGA) dengan poliasamlaktat (PLA) dan blending PGA, PLA, dan PCL pada berbagai komposisi. Penelitian ini akan mempelajari sifat kristalinitas dari film tipis yang dibuat dengan cara penentuan derajat kristalinitas dengan menggunakan difraksi sinar X dan juga menentukan gugus fungsi yang dihasilkan

  • pada polimer blend tersebut dengan spektroskopi inframerah transformasi Fourier (spektroskopi FTIR). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu produk (poliblend) yang memiliki sifat fisik lebih baik sehingga poliblen tersebut layak dan dapat digunakan dalam dunia kedokteran dan farmasi serta aplikasi lainnya.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Polimer

    Polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly berarti banyak dan meros berarti bagian atau unit. Polimer didefinisikan sebagai suatu senyawa yang terdiri atas pengulangan unit kecil atau sederhana yang terikat dengan ikatan kovalen. Struktur unit ulang biasanya hampir sama dengan senyawa awal pembentuk polimer yang disebut monomer (Billmayer 1984). Panjang rantai polimer dihitung berdasarkan jumlah satuan unit ulang yang terdapat dalam rantai yang disebut derajat polimerisasi (DP) (Cowd 1991).

    Polimer dapat dibedakan dalam tiga kelompok berdasarkan unit-unit ulang pada rantai molekul, yaitu polimer linier, polimer bercabang, dan polimer ikatan silang. Berdasarkan sumbernya polimer digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu polimer alam dan polimer sintetik. Polimer sintetik diklasifikasikan dalam dua golongan berdasarkan sifat termalnya, yaitu termoplastik dan termoset. Yang termasuk golongan termoplastik antara lain polikaprolakton (PCL), poliasamglikolat (PGA), poliasamlakatat (PLA), dan polipropilen (PP), sedangkan silikon merupakan contoh golongan termoset. Perbedaan utama antara polimer termoplastik dan termoset ialah termoplastik umumnya berstruktur linear dan termoset berstruktur tiga dimensi.

    Polimer Biodegradabel

    Polimer biodegradabel merupakan bahan yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme dan enzim. Penggunaan beberapa polimer memberikan suatu pendekatan untuk menyelesaikan masalah sampah plastik. Polimer biodegradabel dapat juga digunakan untuk aplikasi medis seperti implantasi jaringan dan sebagai penyalur obat dan juga untuk aplikasi dalam pertanian seperti jerami dan agrokimia. Polimer yang secara bioligis terdegradasi mengandung gugus fungsi yang peka terhadap hidrolisis enzimatik dan

    oksidasi, di antaranya gugus hidroksil (-OH), gugus ester (COO-) dan gugus karbonil (C=O). Poliester, seperti polikaprolakton, poliasamglikolat, dan poliasamlaktat merupakan contoh polimer ini. Kebutuhan akan polimer biodegradabel diciptakan untuk memperoleh waktu hidup tertentu dan kemampuan terdegradasi, sebagai contoh, polimer peka terhadap radiasi sinar ultraviolet (Stuart 2003).

    Polikaprolakton (PCL). Pada tahun 1973 ditemukan suatu semikristalin poliester alifatik, yaitu polikaprolakton (Gambar 1). Poliester ini ternyata tahan terhadap air dan mudah dibentuk menjadi lembaran, botol, dan perlengkapan plastik lainnya. Polikaprolakton adalah plastik biodegradabel yang bersifat termoplastik yang disintesis dari turunan minyak mentah dan diikuti oleh proses polimerisasi pembukaan cincin. PCL memiliki sifat tahan terhadap air, minyak, dan pelarut klorin, mempunyai kekentalan rendah, mudah diproses secara termal, serta mempunyai titik leleh yang rendah, dan memiliki sifat mekanik yang cukup baik. Untuk memperoleh hasil mekanik yang bagus PCL biasanya dicampur (blending) atau dikopolimerisasi dengan polimer lain. Tabel 1 merupakan sifat fisik dari PCL.

    O (C H 2)5 C

    O

    n Gambar 1 Struktur polikaprolakton Tabel 1 Sifat fisik PCL

    Sifat fisik PCL Suhu transisi kaca (C) -60

    Titik leleh (C) 60 Kuat tarik saat putus (Mpa) 4

    Elongasi (%) 800-1000 Densitas (g/cm3) 1.145

    (Middleton et al. 1998)

    Poliasamglikolat (PGA). Polimer ini bersifat termoplastik dengan kristalinitas yang tinggi sekitar 46-50%. Transisi kaca dan titik leleh PGA adalah 35-55C dan 225-230C. Tingginya kristalinitas menyebabkan PGA tidak larut dalam pelarut organik kecuali pada pelarut organik dengan flourinasi tinggi seperti heksafluoro isopropanol. Walaupun teknik pemrosesan seperti ekstruksi, injeksi, dan cetakan pemadat dapat digunakan untuk membuat PGA dalam bermacam bentuk, PGA mempunyai sensitivitas tinggi pada degradasi