portofolio hil
DESCRIPTION
acaTRANSCRIPT
Borang Portofolio HIL
No. ID dan Nama Peserta : dr. Sandy Saputra
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Brigjend H Hasan Basry HSS
Topik :
Tanggal (kasus) :
Nama Pasien : No. RM :
Tanggal Presentasi :Pembimbing:
Pendamping :
dr. Solaeman Yunus Sp.B
dr. Nani Pudji Hastuti
dr. Asih Trimurtini
Tempat Presentasi : Aula RSUD Brigjend H Hasan Basry
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi :
□ Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Hernia Ingunalis Lateralis
Bahan
Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset
□ Kasus □ Audit
Cara
Membahas :
□ Diskusi□ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data
Pasien :Nama : No. Registrasi :
Nama Klinik : Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
2. Riwayat Pengobatan :
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat Keluarga/ Lingkungan :
1
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
7. Lain-lain :
Rumple leed (+)
Hb: 13,7 gr/dL
Hematokrit: 43,6%
Trombosit: 19.000/mm3
Leukosit : 7,1/ mm3
1. Daftar Pustaka : R. Sjamsuhidrajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997.
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III,
jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedoktern Universitas Indonesia. Jakarta. 2000.
3. Nicks, BA. Hernia. http//www.emedicine.com [diakses tanggal 18 Desember 2012]
Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency Surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder Arnold. 2006
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis HIL
2. Tata laksana pasien HIL
2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
• Demam sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus-menerus, tidak
berkeringat, tidak menggigil. Demam tidak disertai kejang.
• Sakit kepala dirasakan sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
• Sesak nafas tidak ada.
• Batuk pilek tidak ada.
• Sakit perut ± 4 hari sebelum masuk RS, terutama di ulu hati.
• Mual dan muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah ±5x, sebanyak ± ¼ gelas,
berisi apa yang dimakan. Muntah tidak menyemprot.
• Nafsu makan turun semenjak sakit.
• Buang air kecil terakhir 1 jam yang lalu, jumlah dan warna biasa.
• Buang air besar konsistensi dan warna biasa
• Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
• Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tinggal bersama keluarga. Tidak ada anggota keluarga
/yang menderita sakit seperti ini.
2. Objektif :
Vital sign
Umur :
BB :
TB :
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran :
Frekuensi Nadi :
Frekuensi Nafas :
Suhu :
Sianosis (-), pucat (-), ikterik (-)
3
Pemeriksaan sistemik
Kulit : teraba hangat, petekie positif dengan rumple leed
Mata :Anemis (-) Ikterik (-)
Mulut : bibir dan mukosa mulut basah
Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen :
I : distensi tidak Ada
Au : bising usus (+) normal
Per : timpani
Pa : supel, nyeri tekan (+) di epigastrium H/L teraba
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 13,7 g/dl
Hematokrit : 43,6 %
Eritrosit : 5,42 juta/ mm3
Leukosit : 7,100/ mm3
Trombosit : 19.000/mm3
3. Assesment (penalaran klinis) :
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah
dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia.
Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar lipatan paha.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia indirect lebih banyak daripada
hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Hernia femoralis
kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul kasus emergensi dengan
4
inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang
pernah menjalani operasi hernia inguinal.
Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup
b) Akibat dari pembedahan sebelumnya
c) Kongenital
Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada tempat-
tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi
melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal
(mengejan, batuk, menangis)
d) Aquisital adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan pada saat
buang air besar atau buang air kecil.
Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jaringan ikatnya yang
sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak yang banyak
sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal
Penyakit yang melemahkan dinding perut
Merokok
Diabetes mellitus
1. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
5
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.
2. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan bagian
yang mungkin nekrosis.
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang dibagi
berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan
hernia skrotalis.
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga
melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang
masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau
omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan
berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada
lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut),
peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan
akibat sembelit, dll).
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis
6
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab hernia
femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ abdominal
masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilicus,
dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area
umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum
secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis
skrotum.
7
6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari kehamilan,
terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan menarik peritoneum
ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan
lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena
rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan
8
mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada
semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria
dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis.
7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia
ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia
inguinalis medialis.4
9
Pemeriksaan Ziemen test posisi
berbaring, bila ada benjolan masukkan
dulu, hernia kanan diperiksa dengan
tangan kanan, penderita disuruh batuk bila
rangsangan pada jari ke-2 hernia ingunalis
lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis
medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4
Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti hernia
inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia
inguinalis lateralis.
b. Pemeriksaan penunjang
Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3
Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata dari
suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di
inguinal.
CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia
obturator.
8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic,
undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
10
i. Ascites
9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi seperti
inkeserasi dan strangulasi. Pengobatan non operatif direkomendasikan hanya pada hernia yang
asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka dan memotong
kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen kanalis ingunalis.1,2
Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka sepanjang
canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester secara hati-hati
sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya dan kembalikan ke
kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya melakukan
herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2
Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh dengan
tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam tekhnik bassini
dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein dengan menggunakan
mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2
Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.
Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti
nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.
11
4. Plan :
Diagnosis : Observasi febris hari ke IV susp. DHF grade I
Pengobatan :
IVFD asering 210 cc/1 jam → 150 cc/1 jam → maintenance 100 cc/jam
Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p
Inj D 40% 50 cc + aquadest 50 cc drip/ 24 jam
Inj dexametason 15mg/ 24 jam
Inj ranitidine 1 ampul/ 24 jam
Banyak minum
Rencana Pemeriksaan Selanjutnya :
Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit pada hari ke II rawatan
Kontrol Vital Sign per 8 jam
Awasi tanda – tanda perdarahan spontan
Pendidikan :
Kepada orangtua dijelaskan mengenai penyakit ini dan cara mencegahnya. Apabila ada
anggota keluarga yang menunjukkan gejala demam dengan adanya tanda kebocoran cairan
segera bawa ke rumah sakit. Pencegahan pada penyakit ini sangat penting karena faktor
resiko penyakit ini adalah faktor lingkungan dimana keluarga/ lingkungan harus menjaga
kebersihan lingkungan dengan cara 3M (menguras bak, menutup tempat penampungan air,
menimbun barang-barang bekas yang dapat menjadi sumber jentik nyamuk) yang merupakan
12
faktor kunci meningkatnya kasus ini.
Konsultasi :
Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis anak apabila terdapat tanda-tanda kebocoran
plasma dan tanda-tanda syok yang dapat mengancam jiwa.
Follow Up tanggal 29 maret 2015
S: Demam(+), nyeri ulu hati (+), nafsu makan ↓
O:- Keadaan umum : sakit sedang
- Kesadaran : CMC/ GCS: E4M6V5
- Frekuensi Nadi : 70 x/menit, teraba kuat angkat
- Frekuensi Nafas : 22 x /menit
- Suhu : 38,6o C
- Laboratorium :
- Hb : 14,3 g/dl
- Hematokrit : 44,7 %
- Leukosit : 6,400/ mm3
- Trombosit : 37.000/mm3
- NS 1 : (-)
A: DHF grade I
P: - IVFD asering maintenance 100 cc/jam
- Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p- Inj D 40% 50 cc + aquadest 50 cc drip/ 24 jam- Inj dexametason 15mg/ 24 jam
- Inj ranitidine 1 ampul/ 24 jam
- Banyak minum
Follow Up tanggal 30 Maret 2015
13
S: Demam(-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan ↑
O: - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : CMC/ GCS: E4M6V5
- Frekuensi Nadi : 70 x/menit, teraba kuat angkat
- Frekuensi Nafas : 20 x /menit
- Suhu : 36,5o C
- Laboratorium :
- Hb : 13,7 g/dl
- Hematokrit : 43,6%
- Leukosit : 7,100/ mm3
- Trombosit : 50.000/mm3
A: DHF grade I
P: - IVFD asering 20 gtt/i
- Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p- Banyak minum
Follow Up tanggal 31 Maret 2015
S: Demam(-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan ↑
O: - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : CMC/ GCS: E4M6V5
14
- Frekuensi Nadi : 70 x/menit, teraba kuat angkat
- Frekuensi Nafas : 20 x /menit
- Suhu : 36,5o C
A: DHF grade I
P: - IVFD asering maintenance 100 cc/jam→ Stop
- Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p→ Stop
Pasien BLPL
15