ppi smntr
DESCRIPTION
dfsTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
PARTUS PREMATURUS IMINENS
Oleh
Fahmi anshori
H1A006013
PEMBIMBING :
dr. Doddy ario kumboyo Sp.OG(K)
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB
MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Plasenta Previa” ini disusun dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Genikologi Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. Dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, SpOG., selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan
dan Kandungan RSU Mataram.
2. Dr. Agus Thoriq, SpOG., selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan
dan Kandungan RSU Mataram.
3. Dr. M. P. Juliawan, SpOG., selaku pembimbing.
4. Dr. H. Doddy A. K., SpOG (K)., selaku pembimbing.
5. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG., selaku supervisor.
6. Dr. Made Punarbawa, SpOG., selaku supervisor.
7. Dr. I M. W. Mahayasa, SpOG., selaku supervisor.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari
sebagai dokter. Terima kasih.
Mataram, april 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
kami memperkirakan bahwa pada tahun 2005 9,6% dari keselurahan kelahiran adalah
prematur, dimana dapat diartikan sekitar 12,9 juta kelahiran didefinisikan sebagai
prematur. Sekitar 85% dari masalah ini terkonsentrasi di benua afrika dan asia, dimana
10,9 juta kelahiran adalah prematur. Sekitar 0,5 juta kelahiran prematur muncul di benua
eropa dan angka yang sama di amerika utara, di lain pihak 0,9 juta kelahiran prematur
terjadi di amerika latin dan karibia. Anak anak yang lahir secara prematur memiliki rata-
rata angka kejadian tertinggi dari serebral palsy, defisit sensory, gangguan belajar dan
penyakit respirasi dibandingkan dengan anak-anak yang lahir aterm. Morbiditias yang
dihubungkan dengan kelahiran prematur sering bermasalah pada kehidupan selanjutnya,
menghasilkan masalah fisik, psikologis dan biaya ekonomi. Diperkirakan pada tahun 2005
di amerika serikat sendiri biaya yang dihabiskan untuk keperluan medis dan pendidikan
yang dihubungkan dengan kelahiran prematur adalah lebih dari 26 juta US$ (Beck, 2010).
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan
kematian perinatal sebesar 65%-75%, Di negara berkembang insidennya sekitar 7% dari
seluruh persalinan umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat
disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya
sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal tetapi
juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi
keluarga dan bangsa secara keseluruhan (Rompas, 2004)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37
minggu (sarwono, 2008)
2.2 FAKTOR RESIKO
2.2.1Janin dan plasenta
- Perdarahan trismester awal
- Perdarahan antepartum
- Ketuban pecah dini
- Pertumbuhan janin terhambat
- Cacad bawaan janin
- Kehamilan ganda
- Polihidramnion (Sarwono, 2008).
2.2.2 ibu
- penyakit berat pada ibu
- diabetes melitus
- preeklamsia/hipertensi
- infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
- stress psikologik
- kelainan bentuk uterus/serviks
- riwayat persalinan preterm/abortus
- inkompetensi serviks
- pemakaian obat narkotik
- trauma
- perokok berat
- kelainan imunologik/kelainan resus (Sarwono, 2008).
2.4 ETIOLOGI
2.4.1 Komplikasi Medis Dan Obstetrik
28% persalinan preterm kehamilan tunggal disebabkan oleh beberapa hal :
− 50% akibat pre eklampsia
− 25% akibat gawat janin
− 25% akibat IUGR, solusio plasenta atau kematian janin
72% persalinan preterm kehamilan tunggal sisanya adalah persalinan spontan
preterm dengan atau tanpa disertai KPD (cunningham, 2010)
2.4.2 Abortus Iminen
Perdarahan pervaginam [ada awal kehamilan seringkali berkait dengan meningkatnya
perubahan pada outcome kehamilan.
Weiss dkk (2002) melaporkan adanya kaitan antara perdarahan pervaginam pada
kehamilan 6 – 13 minggu dengan kejadian meningkatnya persalinan sebelum
kehamilan 24 minggu, persalinan preterm dan solusio plasenta. (Cunningham, 2010).
2.4.3 Gaya Hidup
Merokok, kenaikan BB selama kehamilan yang tidak memadai serta penggunaan obat-
obatan tertentu memiliki peranan penting dalam angka kejadian dan outcome BBLR.
Casaenuva 2005 menyimpulkan bahwa faktor maternal lain yang berkaitan dengan
persalinan preterm adalah :
- Kehamilan remaja atau pada usia “tua”
- Tubuh pendek
- Kemiskinan
- Defisiensi vit C
- Faktor pekerjaan (berjalan jauh , berdiri lama, pekerjaan berat, jam kerja yang
terlalu lama) (Cunningham, 2010).
2.4.4 Faktor Genetik
Perkiraan bahwa terdapat hubungan antara faktor genetik denga persalinan preterm
adalah sifat persalinan preterm yang berulang, menurun dalam keluarga dan banyak
pada ras tertentu (Cunningham, 2010)..
2.4.5. Chorioamnionitis
Infeksi selaput ketuban dan cairan amnion yang disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme dapat menjelaskan peristiwa KPD dan atau persalinan preterm.
Jalan masuk mikroorganisme kedalam cairan amnion pada kondisi selaput ketuban
yang masih utuh tidak jelas.
Endotoksin sebagai produk dari bakteri dapat merangsang monosit desidua untuk
menghasilkan cytokine yang selanjutnya dapat merangsang asam arachidonat dan
produksi prostaglandine. Prostaglandine E2 dan F2α bekerja dengan modus parakrin
untuk merangsang terjadinya kontraksi miometrium (Cunningham, 2010).
2.6 GAMBARAN KLINIK
kontraksi uterus reguler pada interval frekuensi didokumentasikan dengan tokometri atau
dengan palpasi, secara umum lebih dari 2 kali dalam 1-1/2 jam. dilatasi dan penipisan
serviks sekurang kurangnya 1 cm dan kemunculan dari sekret vagina berupa darah lendir
atau bloody show (dorothey, 2007)
2.7 DIAGNOSIS
American College of Obstetricans and Gynecologist 1997 menyampaikan kriteria
persalinan preterm :
1. Terdapat 4 kontraksi uterus dalam waktu 20 menit atau 6 dalam 60 menit disertai
dengan perubahan progresif pada servik
2. Dilatasi servik > 1 cm
3. Pendataran servik > 80% (Cunningham, 2010).
2.8 PENATALAKSANAAN
Rekomendasi Penatalaksanaan Persalinan Preterm
1. Konfirmasi diagnosa persalinan preterm.
2. Kehamilan < 34 minggu dengan kemajuan persalinan progresif ( dilatasi servik > 4
cm) tanpa disertai indikasi ibu dan atau anak untuk terminasi kehamilan →
Observasi ketat kontraksi uterus dan DJJ dan lakukan pemeriksaan servik serial
untuk menilai kemajuan persalinan.
3. Kehamilan < 34 minggu : beri kortikosteroid untuk pematangan paru.
4. Kehamilan < 34 minggu pada wanita dengan kemajuan persalinan yang tidak
progresif [ dilatasi servik < 4 cm] cegah kontraksi uterus dengan pemberian
tokolitik dan berikan kortikosteroid serta antibiotika profilaksis untuk GBS.
5. Pada kehamilan > 34 minggu : lakukan observasi kemajuan persalinan dan
kesehatan janin intrauterin.
6. Pada kasus dengan persalinan aktif yang progresif [dilatasi servik > 4 cm] berikan
antibiotika untuk profilaksis infeksi GBS pada neonatus.
Penatalaksanaan persalinan :
o Bila perlu lakukan episiotomi pada kasus dengan perineum yang kaku.
o Persalinan dengan cunam dengan maksud untuk melindungi kepala janin
tak perlu dilakukan oleh karena manfaatnya tidak didukung dengan data out
come perinatal.
o Diperlukan kehadiran neonatologis yang kompeten untuk melakukan
resusitasi bayi preterm
Intrapartum Management
- Secara umum, semakin imatur janinnya semakin besar resiko dari persalinan
Baik persalinan diinduksi maupun spontan, abnormalitas dari denyut jantung janin
dan kontraksi uterus sudah seharusnya diperhatikan. Kami lebih memilih
monitoring elektronik secara kontinu. Takikardi janin, terutama ketika ruptur
membran, dicurigai sebagai sepsis. Terdapat beberapa bukti bahwa intrapartum
asidemia dapat meningkatkan beberapa komplikasi neonatal dan biasanya
dihubungkan dengan persalinan prematur
- Pencegahan perdarahan intrakranial pada neonatus
Bayi prematur sering mengalami perdarahan intrakranial matrik germinal yang
dimana dapat meluas menjadi hemoragik intraventrikular yang serius. Hal ini telah
dihipotesiskan bahwa persalinan secara operatif dapat menghindari trauma dari
persalinan pervaginam. Para ahli telah menyadari bahwa pencegahan dari fase aktif
persalinan adalah tidak mungkin pada hampir semua persalinan prematur karena
rute dari pengeluaran tidak dapat diputuskan hingga fase aktif dari persalinan telah
ditetapkan secara tegas
Tokolisis
Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan, tidak ada yang
benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolisis perlu dipertimbangkan bila dijumpai
kontraksi uterus yang reguler dengan perubahan serviks. Alasan pemberian tokolisis pada
persalinan preterm adalah :
- Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur
- Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru
janin
- Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap
(Sarwono, 2008).
Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah :
- Kalsium antagonis : nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi
berulang
- Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isokprusin, dan salbutamol, dapat
digunakan tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil
- Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometasin) : jarang dipaka karena efek
samping pada ibu ataupun janin.
- Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring (Sarwono, 2008).
.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS :
Nama : Ny. NH
Usia : 21 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Gomong, Mataram
MRS : 22 april 2012
No.RM : 03-29-57
II. ANAMNESA :
Keluhan utama : Pasien mengeluh nyeri perut.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri perut dan sakit pinggang sejak 21/04/12 pukul 08.00. keluhan
ini juga disertai keluarnya darah lendir (bloody slim), riwayat keluar air (-), riwayat
perdarahan (-), gerakan janin masih dirasakan dan pasien mengaku umur kehamilannya
masuk 8 bulan. Nyeri perut yang dirasakan cukup sering ± 3x dalam satu jam.
Pasien langsung dirujuk ke RSUP NTB.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit yang membuat dirinya dirawat di RS.
Riwayat asma. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien
tidak ada yang mengidap asma, hipertensi dan diabetes mellitus.
Riwayat Obstetri :
Pasien pertama kali haid pada usia 15 tahun. Siklus haid 28 hari, lama haid ± 5 hari, tidak
ada nyeri selama haid. Pasien telah menikah 2 tahun, dan ini merupakan pernikahan
pertamanya. pasien belum menggunakan alat kontrasepsi dan berencana untuk
menggunakan metode kontrasepsi suntikan setelah kehamilan. Kehamilan ini merupakan
kehamilan pertama bagi pasien.
Riwayat Obstetri :
1. ini
HPHT : 16 September 2011
HTP : 23 juni 2012
Riwayat ANC : > 3 kali, ANC terakhir pada tanggal 6 april 2012
Riwayat KB : (-)
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 100 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,3 C⁰
Mata : An -/-, Ikterus -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : luka bekas operasi (-), striae gravidarum (+)
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+
IV. STATUS OBSTETRI
a. Leopold I : bokong
b. Leopold II : punggung kanan
c. Leopold III : kepala
d. Leopold IV : belum masuk PAP
- TFU : 25 cm
- TBJ : 2170 gram
- His : 2x10’-25”
- DJJ : 12.12.13 ( 148 kali/menit )
- Pemeriksaan Dalam
Evaluasi vagina
Inspeksi : livide (+), perdarahan merembes pervaginam (-)
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
VT : Ø 2 cm, effacement 25%, posisi porsio posterior, konsistensi sedang, ketuban (+),
teraba kepala, penurunan hodge I, denominator belum jelas.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG):
- Janin T/H/IU letkep
- FM (+)
- FHB (+)
- Sex : laki-laki
- AC : 31W5D
- BPD : 27W6D
- FL : 30W2D
- EDD : 27-28 W
- Plasenta di fundus posterior grade II
- Air ketuban jernih cukup
- Pemeriksaan darah lengkap dan tes HbSAg
- WBC : 12,8 x 103 µL
- Hb : 11,1 g/dL
- RBC : 3,91 x 106 µL
- PLT : 252 x 103 µL
- HbSAg : (-)
VI. DIAGNOSIS
G1A0P0 27-28 minggu/tunggal/hidup/intra uterine dengan partus prematurus
iminens
VII. RENCANA TINDAKAN
Observasi kesejahteraan ibu dan janin
Observasi inpartu dan kemajuan persalinan
Manajemen konservatif
Nifedipine 3x10 mg/hari
Dexametason inj 2x12 mg/hari
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita 21 tahun yang
kemudian didiagnosa dengan diagnosa G1P0A0 umur kehamilan 27-28 minggu, tunggal,
hidup, intrauterine dengan partus prematurus iminens. Selanjutnya akan dibahas :
1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?
Pemeriksaan dan diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena sudah menyesuaikan dengan
kriteria diagnosis yang sudah ditetapkan secara umum, yaitu kontraksi his yang reguler
2x10’-25” diikuti dengan dilatasi serviks 2 cm disertai nyeri pinggang dan bloody slim
dan terjadi di usia gestasi 27-28 minggu. Penipisan serviks masih 25%, akan tidak
merubah diagnosis karena telah memenuhi kriteria minimal.
2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?
Menurut kami penatalaksaan pada kasus ini sudah tepat, yaitu dilakukan penanganan
konservatif dan diberikan tokolisis dengan harapan mengurangi kontraksi dari uterus
sehingga ancaman persalinan preterm dapat ditunda hingga usia kandungan mendekati
aterm. Pada kasus pasien ini tidak dilakukan manajemen aktif dikarenakan tidak ada tanda-
tanda pecah ketuban, gawat janin dan pembukaan serviks belum lebih dari 4 cm
3. Apa penyebab partus prematur iminens pada kasus ini ?
Penyebabnya cukup sulit diketahui pada ibu ini karena ini adalah kehamilan pertama dan
pasien menikah di usia 20 tahun. Pasien tidak ada keluhan dan riwayat infeksi
genitourinari, kemungkinan bisa disebabkan oleh etiologi-etiologi faktor resiko lainnya
seperti inkompetensi serviks, imunologik, faktor kelelahan bekerja, defisiensi vitamin C
ataupun stress psikologik
BAB V
KESIMPULAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu Subjektif Objektif Assesment Rencana
-
DAFTAR PUSTAKA
Beck Et Al. 2010.The Worldwide Incidence Of Preterm Birth: A Systematic Review Of Maternal Mortality And Morbidity. Bull 31 World Health Organ 2010;88:31–38
Winknjosastro H, Saifuddin Ab, Rachimhadhi T. 2008. Persalinan Preterm Dalam : Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Cunningham Fg Et Al. 2010. Preterm Labor In “ Williams Obstetrics” , 23rd Ed, Mcgraw-Hill,.
Decherney Et Al. 2007. Current Diagnostic And Treatment Obstetrics And Gynecology 10th Ed. Mcgraw-Hill : USA.