ppsd 2 kelompok 1.doc

41
KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan SD 2 Disusun oleh: Intan Khoirun Nisa 1401411191 Titik Nur Rochmah 1401411146 Nanik Rahmawati 1401411123 Nino Arisman 1401411308 Kelompok 1 6B Dosen Pengampu: Moh. Fathurrahman, S.Pd., M.Sn. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Upload: cenil-lovely-conan

Post on 15-Feb-2016

275 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan SD 2

Disusun oleh:

Intan Khoirun Nisa 1401411191Titik Nur Rochmah 1401411146Nanik Rahmawati 1401411123Nino Arisman 1401411308

Kelompok 16B

Dosen Pengampu: Moh. Fathurrahman, S.Pd., M.Sn.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014

Page 2: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penelitian tindakan (action research) sering dibicarakan dalam konteks

penelitian khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam

hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Penelitian

Tindakan Kelas disebut juga Classroom Action Research. Classroom Action

Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.

Action research pada hakekatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang

dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Guru berperan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan atau

pengajaran di suatu sekolah. Sebagai seorang pengelola dan pelaksana program di

kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai dengan bidang

studinya. Guru melakukan tindakan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan

upaya menuju perbaikan pembelajaran. Tindakan-tindakan inilah yang

diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi. Karena itu, guru merupakan orang

yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di kelasnya

sebagai tempat dia mengajar. Tindakan perubahan yang berkenaan dengan

perbaikan proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui

penelitian tindakan kelas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian penelitian tindakan kelas ?

b. Apa karakteristik penelitian tindakan kelas ?

c. Apa perbedaan penelitian tindakan kelas dan non penelitian tindakan

kelas?

d. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya penelitian tindakan

kelas ?

1

Page 3: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

1.3 TUJUANa. Mengetahui pengertian penelitian tindakan kelasb. Mengetahui karakteristik penelitian tindakan kelasc. Mengetahui perbedaan penelitian tindakan kelas dan non penelitian

tindakan kelasd. Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya penelitian

tindakan kelas

2

Page 4: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian yang sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “Research”, secara

sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk mencari jawaban atau eksplorasi

terhadap suatu masalah tertentu melalui suatu prosedur atau langkah-langkah yang

telah ditentukan.

1. Apa penelitian tindakan?

Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan

pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan. Dalam konteks penelitian,

penelitian tindakan (action research), sering dibicarakan dalam konteks

penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi

dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah.

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR) adalah

action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh kepala sekolah disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School

Action research). Penelitian tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian riset

tindakan yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-

masalah pendidikan melalui metode penelitian.

Penelitian tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian riset tindakan

yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah

pendidikan melalui metode penelitian, sehingga berdasarkan tujuan yang ingin

dicapai maka penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui

sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran (Depdikbud, 1999). Adapun

tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas.3

Page 5: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

b. Menganalisis permasalahan dan merumuskan masalah untuk untuk

keperluan Penelitian Tindakan Kelas.

c. Merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah

yang diajukan.

d. Memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara Observasi-Interpretasi

yang dilakukan sementara Penelitian Tindakan Kelas berlangsung.

e. Memahami cara menganalisis data hasil obervasi serta melakukan refleksi

berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksanakan.

f. Memahami cara merencanakan tindak lanjut dalam siklus Penelitian

Tindakan Kelas.

Terkait dengan kerangka kerja dan sistem berdaur dalam kegiatan pembelajaran,

Joni (1998) mengemukakan lima tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

Adapun tahap-tahap tersebut adalah:

a. Pengembangan fokus masalah penelitian.

b. Perencanaan tindakan perbaikan.

c. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi.

d. Analisis dan refleksi.

e. Perencanaan tindak lanjut.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang

bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu

perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan

masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau

proses belajar-mengajar di kelas.

Pada hakikatnya tujuan belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah laku

melalui proses belajar. Dalam konteks proses belajar-mengajar tersebut, Sanjaya

(2005) mengatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri

seseorang, sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar adalah suatu

aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Dalam konsep Kurikulum Berbasis

Kompetensi, kegiatan yang berhubungan dengan Proses Belajar Mengajar disebut

dengan Pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam Kurikulum Berbasis

4

Page 6: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Kompetensi siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan proses

belajarmengajar. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

proses belajar-mengajar di sekolah/di kelas meliputi kegiatan yang saling

berhubungan dan berpengaruh yang berlangsung dalam situasi pembelajaran

sehingga terjadinya perubahan tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yaitu pembelajaran.

2. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Sebagaimana halnya penelitian atau arti riset, penelitian tindakan kelas

juga merupakan upaya untuk mencari jawaban yang dapat menjadi pemecahan

suatu masalah yang sedang dihadapi. Berkenaan dengan arti penelitian tindakan

kelas ini, ada berbagai sumber literatur yang mencantumkan pengertian penelitian

tindakan kelas. Walaupun ada beberapa definisi penelitian tindakan kelas yang

kadang-kadang terlihat berbeda, namun definisi-definisi tersebut memiliki banyak

persamaan. Perlu pula dikemukakan bahwa sebelum istilah penelitian tindakan

kelas digunakan, yang lebih banyak dikenal adalah Penelitian Tindakan (Action

Research). Penelitian

tindakan ini memiliki kawasan yang lebih luas dari pada penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu di luar ilmu

pendidikan, misalnya dalam bidang industri, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.

Penelitian tindakan dapat dilakukan pada berbagai area atau seting. Bilamana

penelitian tindakan yang berkenaan dengan bidang pendidikan dilaksanakan pada

area, kawasan atau seting kelas, kemudian melakukan refleksi diri atau penilaian

diri untuk perbaikan-perbaikan pembelajaran maka penelitian tindakan tersebut

dinamakan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas

adalah penelitian praktis yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan

melakukan refleksi diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Upaya-upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan-tindakan

tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas permasalahan

sehari-hari di kelas.

5

Page 7: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Untuk lebih memahami penelitian tindakan kelas, mari kita kaji beberapa

definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Kemmis dan Carr (1986),

mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku di dalam masyarakat

sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya,

serta memahami situasi dimana pekerjaan itu dilakukan”. Dalam penjelasan lebih

lanjut terhadap definisi tersebut, keduanya memasukkan bidang pendidikan di

dalamnya. Itu

berarti guru merupakan pihak yang harus terlibat aktif dalam penelitian tindakan

kelas. Dalam pernyataan lebih lanjut dikemukakan bahwa situasi tidak akan dapat

berubah secara cepat sebagaimana diharapkan oleh para guru. Akan tetapi mereka

dapat belajar sesuatu tentang proses perubahan itu sendiri. Ebbut (1985)

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian

penelitian tindakan kelas. Dikemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki

praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta

refleksi dari tindakantindakan tersebut. Ebbut melihat bahwa proses penelitian

tindakan kelas sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan di

antara siklus-siklus tersebut terdapat sejumlah informasi yang merupakan balikan

(feedback). Ebbut menegaskan bahwa penelitian-penelitian harus memberikan

kesempatan kepada guru atau siswa sebagai pelaku untuk melaksanakan tindakan-

tindakan tertentu melalui

beberapa siklus agar terjadi perubahan-perubahan yang diharapkan, yaitu

terjadinya perbaikan proses belajar dalam rangka mencapai hasil belajar siswa

yang lebih baik. Bahkan Kurt Levin, orang yang mempopulerkan penelitian

tindakan kelas berpendapat bahwa cara terbaik untuk memajukan kegiatan adalah

dengan melibatkan mereka dalam penelitian mereka sendiri dan yang ada di dalam

kehidupan mereka (dalam Mc.Niff, 1982: 21). Penelitian tindakan kelas tersebut

merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps). Setiap langkah

terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Langkah-langkah tersebut menurut

6

Page 8: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Kemmis & Mc.Taggart , (1982), digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis,

meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus

dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan

sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral.

Dari definisi yang dikemukakan di atas serta beberapa pendapat yang

dikemukakan oleh sejumlah pakar maka diharapkan Anda dapat memahami

dengan baik pengertian penelitian tindakan kelas. Dengan demikian Anda juga

diharapkan memahami tujuan yang ingin dicapai dan secara garis besar juga

mendapatkan pengertian bagaimana melaksanakan penelitian tindakan kelas

tersebut.

Secara singkat Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka (guru) dalam

melaksanakan tugasnya, seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

MERENCANAKAN MELAKUKAN TINDAKAN

MEREFLEKSIKAN MENGAMATI

Setelah dilakukan refleksi/perenungan yang mencakup analisis, sintesis

dan penelitian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta tindakan tadi,

biasanya muncul permasalahan/pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian,

sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan

pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang sampai sesuatu

permasalahan dianggap teratasi utuh kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan

permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa.

7

Page 9: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Siklus tindakan secara umum mempunyai model-model penelitian yang

memiliki alur yang sama. Alur pelaksanaan penelitian tindakan, digambarkan

seperti berikut.

Siklus I

Siklus II

Dst

Gambar di atas menunjukkan bahwa:

1. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus

merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan.

2. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan.

3. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan

kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan

akibat yang ditimbulkan.

8

REFLEKSI

OBSERVASI

PELAKSANAAN TINDAKAN

RENCANA TINDAKAN

PELAKSANAAN TINDAKAN

RENCANA TINDAKAN

REFLEKSI

OBSERVASI

Page 10: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

4. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan

yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya

dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana tindakan

perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak sekedar

mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang

bertujuan untuk melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga

melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya

sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada

kegiatan pembelajaran atau proses belajar-mengajar di kelas.

2.2Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

A. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri

Sebagai pengelola dan pelaksana program di kelas, guru merupakan orang

yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di

kelasnya sebagai tempat dia mengajar. Sebagai seorang pengelola dan

pelaksana program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata

pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Karena itu bersamaan dengan

kegiatan mengajar, guru juga melaksanakan perbaikan-perbaikan. Dengan

kata lain, guru melakukan tindakan-tindakan guna melakukan perubahan-

perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan pembelajaran.

Upaya-upaya perbaikan pembelajaran dengan melakukan langkah-langkah

secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah ditentukan merupakan

penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru sendiri.

2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas

Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktis dan faktual.

Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan

pembelajaran sehari-hari yang dirasakan atau dihadapi oleh guru.

Permasalahan yang diangkat bukanlah permasalahan yang diberikan orang

lain sebagaimana penelitian-penelitian lain pada umumnya. 9

Page 11: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

3. Penelitian tindakan kelas mempersyaratkan adanya tindakan yang

berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran

Adanya tindakan yang diarahkan untuk perbaikan pembelajaran

merupakan ciri mendasar yang selalu ada dalam penelitian tindakan kelas.

Tindakan-tindakan ini harus dirancang atau direncanakan secara cermat.

Bahkan ciri inilah sesungguhnya yang menyebabkan penelitian ini

dinamakan penelitian tindakan kelas.

4. Adanya refleksi diri

Munculnya kesadaran pada diri guru terhadap praktek pembelajaran yang

dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu

diperbaiki.Dengan kata lain, munculnya kesadaran dan kepedulian guru

terhadap perbaikan kualitas pembelajaran yang diprakarsai dari dalam diri

guru sendiri yang dalam penelitian tindakan disebut tahap refleksi.

Kegiatan refleksi merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu

dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas.

2.3Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Non Penelitian Tindakan

Kelas

Penelitian tindakan dalam konteks perubahan sekolah, sebagai contoh di

Inggris pada tahun 1990-an, dilakukan sebagai upaya mereformasi kurikulum

dengan memperkenalkan sistem pendidikan yang berbeda dari sistem yang

diberlakukan hampir dua puluh tahun terakhir di negara tersebut. Dalam

kaitan ini, beberapa hal yang perlu Anda ketahui dan pahami, antara lain

sebagai berikut :

1. Proses Awal terjadinya Action Research dan Perbedaannya dengan

Research yang “Sebenarnya”

Elliot berpendapat bahwa secara implisit pergerakan reformasi kurikulum

berbasis sekolah (yang terjadi di Inggris) adalah memprovokasi bagi

terjadinya persepsi pembelajaran, pengajaran dan evaluasi, dimana guru

harus memprakarsai adanya kegiatan-kegiatan kolaboratif dan bangkit

dari kebiasaan-kebiasaan tradisionalnya. Dengan berdasarkan pada data

empiris dan pengaruh-pengaruh yang dikumpulkannya, yang kemudian 10

Page 12: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

digunakannya sebagai alat bukti pendukung bagi terbentuknya “teori

baru” dalam konteks kelembagaan (sekolah) yang dapat

dipertanggungjawabkan (accountability). Dan, ilustrasi inilah yang

kemudian, oleh kalangan akademisi dinamakannya sebagai “action

research” atau penelitian tindakan, bukannya sebagai “research” atau

“penelitian yang sebenarnya”. Secara singkat, kegiatan-kegiatan atau

proses yang dilakukan guru tersebut, yang kemudian disebutnya sebagai

“penelitian tindakan” bagi upaya proses mereformasi kurikulum, oleh

Elliot diilustrasikan sebagai berikut.

1) Bahwa proses tersebut diprakarsai dengan tindakan guru dalam

merespon “situasi praktis” tertentu yang dihadapinya.

2) Bahwa “situasi” praktis tersebut merupakan aktifitas kurikulum

tradisional yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang

dialami siswa.

3) Rencana inovasi menimbulkan kontroversi di kalangan pegawai,

karena mereka bertahan pada keyakinan lama terhadap praktek-

praktek pembelajaran, pengajaran, dan evaluasi.

4) Kemudian isu-isu “rencana inovasi” tersebut dijelaskan dan

dicarikan solusinya dalam suatu debat terbuka dan bebas di kalangan

sekolah (lembaga), dengan tetap memperhatikan adanya saling

pengertian dan toleransi.

5) Rencana perubahan tersebut ditetapkan sebagai “hipotesis

sementara” (provisional hypotheses) yang akan diuji dengan praktek

dalam lingkup kelembagaan (sekolah), yang hasilnya akan

dipertanggungjawabkan ke seluruh pegawai sekolah.

6) Sehingga dengan demikian, maka manajemen pengembangan

kebijakan dan strategi kurikulum berjalan secara “bottom up” (dari

bawah), bukannya “top down” (dari atas).

Setelah mengkaji dengan seksama pada bagian-bagian selanjutnya,

ternyata memang, didapatkan kejelasan bahwa antara keduanya ada “proses awal”

yang menjadikan “pembeda” antara penelitian tindakan dan penelitian. Dalam

11

Page 13: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

penelitian tindakan proses awalnya ditengarai karena adanya “situasi praktis” dari

kondisi pembelajaran yang membosankan siswa dan memerlukan respon guru

untuk menyikapinya. Sementara penelitian “yang sebenarnya”, menurut Bogdan

dan Biklen (1990) adalah berangkat dari adanya “premis-premis” yang

mendahuluinya, dan kemudian dengan berdasarkan premis-premis tersebut lalu

dilakukan perumusan hipotesa untuk selanjutnya dilakukan kajian-kajian dan

kegiatan-kegiatan yang disebutnya sebagai research atau penelitian. Mereka

mendefinisikan action research (riset aksi/penelitian tindakan) sebagai kegiatan

pengumpulan informasi secara sistematis yang dimaksudkan untuk menghasilkan

perubaha. Sementara itu, Mills (2000: 6) mendefinisikan action research sebagai

bentuk penelitian sistimatis yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, penyuluh

sekolah, atau pihak lain dalam lingkungan belajar-mengajar, untuk

mengumpulkan berbagai informasi seputar operasi sekolah, bagaimana guru

mengajar, dan bagaimana siswa belajar.

Penjelasan lebih lengkap tentang penelitian tindakan yang dikemukakan

oleh McNiff (1995: 1) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah merupakan

bentuk penelitian refleksi-diri (selfreflective inquiry) yang dilakukan dan

digunakan sebagai upaya pengembangan kurikulum berbasis sekolah,

pengembangan profesional, peningkatan kinerja sekolah, dan sebagainya yang

melibatkan guru secara aktif dalam proses penelitiannya. Dengan demikian,

nampak kejelasan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian “yang

sebenarnya”, dari segi seting tempat dan pelaku penelitiannya menunjukkan

adanya perbedaan, dimana seting penelitian tindakan (action research) dilakukan

di dalam kelas atau sekolah dan harus melibatkan guru sebagai peneliti, sementara

dalam penelitian (research) biasanya bisa saja dilakukan di dalam maupun di luar

kelas /sekolah dan tidak harus melibatkan guru sebagai peneliti. Untuk

melengkapi pemahaman tentang beberapa hal yang menjadikan/ menimbulkan

perbedaan antara penelitian tindakan (action research) dengan penelitian

(research), disajikan dalam tabel berikut ini.

12

Page 14: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Tabel 3.1Perbedaan Antara Research dan Action Research

Apa ?

(What ?)

Research

(Penelitian)

Action Research

(Penelitian Tindakan)

Siapa?

(Who ?)

Dilakukan di universitas oleh

profesor dan mahasiswa pada

kelompok eksperimen dan

kontrol.

Dilakukan oleh guru dan

kepala sekolah pada siswa

dalam kepentingan mereka.

Dimana ?

(Where ?)

Dalam lingkungan dimana

terdapat variabel-variabel

yang

dapat dikontrol.

Di sekolah (dalam ruang

kelas).

Bagaimana

(How ?)

Menggunakan metode

kuantitatif

untuk menunjukkan dan

meramalkan tingkat

signifikansi

statistik hubungan sebab-

akibat

antara variabel-variabelnya.

Menggunakan metode

kualitatif

untuk mendeskripsikan apa

yang

terjadi dan untuk memahami

efek-efek dalam intervensi

suatu

sistim pendidikan.

Mengapa ?

(Why ?)

Melaporkan dan

mempublikasikan apa yang

digeneralisasikan dari sampel

penelitian pada populasi yang

lebih luas/ besar.

Melakukan tindakan dan

mempengaruhi perubahan

pendidikan yang positif dalam

lingkungan sekolah tertentu.

13

Page 15: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

2. Hal-hal yang mendasari pelaksanaan Action Research

Tujuan utama dilakukannya penelitian tindakan (action research)

menurut Elliott (1998: 49) adalah bukan untuk meningkatkan pengetahuan

guru, akan tetapi untuk meningkatkan kinerjanya (praktek pembelajaran). Hasil

dan kelengkapan pengetahuan yang diperoleh dalam proses action research,

jelas Elliott selanjutnya, adalah disumbangkan dan dikondisikan untuk

mendukung tercapainya tujuan utama tersebut. Penelitian---termasuk di

dalamnya adalah action research---haruslah dipandang sebagai sesuatu yang

dilakukan oleh guru, akan tetapi bukan untuk guru (Mills, 2000: 8).

Berangkat dari konsep tujuan sebagaimana dijelaskan Elliot---dan

secara implisit juga dikemukakan oleh Mills---sebagaimana tersebut di atas,

nampaknya dalam penelitian tindakan ini lebih dikedepankan tentang “proses”

yang harus dipahami oleh peneliti, bukannya hasil berupa pengetahuan seputar

penelitian tindakan itu sendiri. Kendatipun diakui bahwa pengetahuan tentang

penelitian tindakan juga diperlukan, akan tetapi sebagai sarana penunjang bagi

keberhasilan proses dan pengkondisian pembelajaran yang dilakukan guru.

Temuan-temuan praktis yang diperoleh guru dalam proses pembelajaran

dipergunakan untuk pengambilan keputusan bagi terciptanya perubahan yang

diharapkan. Sementara itu, Mills dalam bukunya ‘Action Research; A Guide

for the Teacher Researcher’ (2000: 6), secara lebih lengkap mengemukakan

bahwa penelitian tindakan dilakukan dengan tujuan untuk pencapaian

pemahaman (insight), mengembangkan praktek yang reflektif, mempengaruhi

perubahan positif dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa dan

kehidupannya. Tidak jauh berbeda dengan beberapa pendapat tersebut, McNiff

dalam bukunya ‘Action Research: Principles and Practice’ (1995: 2) juga

menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah merupakan cara

mengkarakteristikkan serangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa

untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang pada hakikatnya merupakan cara

efektif dalam bentuk program refleksi-diri yang ditujukan untuk meningkatkan

kinerja tenaga kependidikan.

14

Page 16: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Dari pendapat para ahli seputar tujuan dilakukannya penelitian tindakan

khususnya di sekolah (kelas), dapat disimpulkan bahwa pada intinya penelitian

tindakan dilakukan dengan tujuan untuk “menciptakan” atau

“mengkondisikan” adanya perubahan proses pembelajaran yang lebih baik dan

lebih berdayaguna (efektif) daripada kondisi-kondisi yang ada sebelumnya.

Untuk mencapai terciptanya kondisi seperti yang diharapkan tersebut,

maka Elliot mengemukakan adanya beberapa karakteristik pokok dari

penelitian tindakan (action research) yang diasumsikan sebagai hal-hal yang

mendasari pelaksanaannya, seperti:

Bahwa kegiatan pembelajaran, penelitian kependidikan, pengembangan

kurikulum, dan evaluasi adalah merupakan faktor-faktor integral dalam

proses penelitian tindakan.

Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kinerja yang

praktis, bukannya memproduksi pengetahuan.

Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk alternatif untuk menjelaskan

refleksi etis dari suatu program pembelajaran yang direncanakan.

Oleh karena itu, maka penelitian tindakan harus menetapkan suatu resolusi

atau jalan keluar atas munculnya permasalahan antara teori-praktik yang

dihadapi guru.

Penelitian tindakan mempersatukan proses-proses yang seringkali

dianggap “berbeda”, seperti: pembelajaran, pengembangan kurikulum,

evaluasi, penelitian kependidikan, dan pengembangan profesional.

Penelitian tindakan juga harus mengintegrasikan pembelajaran dan

pengembangan guru, pengembangan kurikulum dan evaluasi, penelitian

dan refleksi filosofis, ke dalam satu konsepsi yang merefleksikan kinerja

pendidikan.

Penelitian tindakan dilakukan tidak untuk memberdayakan guru sebagai

“menempatkan fungsi individualnya terpisah dari yang lainnya”. Dalam

hal ini harus diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai

upaya untuk meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang

15

Page 17: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

terstruktur dalam kurikulum agar dapat direfleksikan dalam bentuk

pedagogis.

Karena itu, bagaimanapun, jelas Elliot lebih lanjut, maka dalam

penelitian tindakan haruslah mencakup proses transformasi budaya

profesionalisme dalam “diri guru” yang mendorong terciptanya kolaboratisme

pengalaman dan persepsi--- siswa, orang tua, dan pekerja---terhadap

peningkatan kinerja dan tugas-tugasnya.

Mendukung pemikiran Elliot, McNiff (1995: 3-9) juga

mengelaborasikan adanya landasan filosofis (pemikiran) bagi pelaksanaan

action research, diantaranya McNiff mengemukakan bahwa oleh karena

penelitian tindakan diaplikasikan di dalam kelas sebagai suatu bentuk

pendekatan peningkatan pendidikan melalui adanya proses perubahan, maka

guru harus hati-hati dan kritis dalam mempraktekkannya, serta harus

“disiapkan” dengan perubahan itu sendiri. Penelitian tindakan yang dilakukan

di kelas /sekolah haruslah lebih persuasif, relevan dan menemukan hal-hal

yang bermanfaat bagi guru dan koleganya (Mills, 2000: 8).

Berdasarkan pendapat dan pemikiran para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam melakukan penelitian tindakan, tidak boleh terlepas

dari koridor dan konteks proses peningkatan pembelajaran di sekolah dalam

pengertian yang sempit, dan proses peningkatan pendidikan secara umum

dalam pengertian yang luas.

3. Dilema yang Dihadapi Guru dalam Melakukan Penelitian Tindakan dan

Upaya Mengatasinya

Elliot mengemukakan pengalamannya bahwa ketika melakukan

penelitian di sekolahnya, berbagai “resolusi” yang ditawarkan pada

kenyataannya “tidak membantunya” dalam penelitian tersebut. Hal ini

dikarenakan masih kuatnya status quo kebiasaan/budaya guru. Oleh karenanya

ia menggarisbawahi perlunya cara-cara yang dilakukan guru sebagai peneliti

untuk mencari jalan keluar seandainya dirinya selaku peneliti (inside

16

Page 18: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

researcher) harus memainkan perannya sebagai trasnformator

terkondisikannya budaya baru di sekolahnya.

Untuk menjustifikasi pengalamannya, Elliot menguatkannya dengan

alasan yang dikemukakan oleh Simon (dalam Elliot, 1998: 56) bahwa “…

popularitas dari evaluasi yang dilakukan sendirian di sekolah mengindikasikan

terbentuknya anggapan ingin membedakan pandangan idiologis”. Selanjutnya

Simon juga mengemukakan bahwa manakala akan melakukan sesuatu yang

belum terbiasa di sekolah, harus bersiap-siap menghadapi adanya

“pertentangan nilai” (clash of values) seperti masalah-masalah privacy (hal-hal

pribadi), territority (kewenangan), dan hierarchy (hirarki).

Selanjutnya Elliot (1991) juga mengidentifikasi beberapa dilema yang

sering muncul dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan seperti dalam hal:

1) Memberdayakan siswa untuk mengkritisi profesionalisme kinerja guru.

2) Pengumpulan data.

3) Sharing data dengan teman sejawat, baik yang di dalam maupun di luar

lingkungan sekolahnya.

4) Guru sebagai peneliti di sekolah cenderung memilih metode pengumpulan

data kuantitatif---melalui kuesioner misalnya---untuk maksud-maksud yang

seharusnya dilakukan dengan metode kualitatif---seperti melakukan

observasi naturalistik dan wawancara misalnya, karena dalam metode

kualitatif melibatkan situasi personal yang terasa sulit dipisahkan dari posisi

dan perannya sebagai peneliti di sekolah.

5) Guru sebagai peneliti, cenderung menolak untuk memproduksi studi kasus

terhadap apa yang dilakukannya.

6) Masalah penentuan waktu penelitian sepenuhnya ditentukan oleh guru

selaku peneliti.

Demikianlah beberapa dilema besar yang dihadapi guru manakala ia

melakukan penelitian tindakan di sekolahnya sendiri) untuk memprakarsai

adanya perubahan kurikulum di sekolah

17

Page 19: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Diakui memang, bahwa untuk mengadakan suatu perubahan atau

reformasi, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran di suatu sekolah

(kelas), banyak sekali faktor-faktor “etis” berkaitan dengan “nilai” (values)

yang menimbulkan dilema bagi para guru sebagai peneliti. Namun, sebagai

antisipasi terhadap dilema tersebut, Elliot (1991: 67) juga memberikan

beberapa cara, diantaranya ia menyatakan bahwa guru---khususnya yang

berpendidikan lebih tinggi---sebagai pendidik tentunya dapat berbuat banyak

untuk mendorong dan menegakkan tumbuh-kembangnya “refleksi budaya

profesionalisme” di sekolah. Maka, dengan menekankan pentingnya

metodologi refleksi-diri sebagai cara untuk menstransformasikan budaya

profesionalisme di sekolah, niscaya keberadaan berbagai dilema sebagaimana

disebutkan di atas dapat diatasinya dengan baik.

Demikian halnya dengan konsep ‘Democratic Case Study’ yang

dikemukakan oleh MacDonald (1974) yang dijadikan alasan oleh Simon

(1985), sebagaimana dikutip oleh Elliot (1991: 67), juga dapat dipraktekkan

guru selaku insider dalam action research sebagai metodologi empiris-

kualitatif bagi teratasinya masalah status quo, privacy, dan territoriality di

sekolah. Dimana dalam mempraktekkan konsep democratic case study tersebut

haruslah mencakup terjaminnya kerahasiaan informasi “pribadi”, dan

terbinanya negosiasi untuk dapat menerima dan mengeluarkan

pendapat/informasi dari setiap individu.

Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya dilema---implikasi

realitas yang dihadapi peneliti dan obyeknya---dalam suatu penelitian yang

menghendaki terjadinya proses perubahan (dalam hal pembelajaran, misalnya),

Michael G. Fullan dan Suzanne dalam bukunya ‘The Meaning of Educational

Change’ (1991) mengemukakan pendapatnya, yaitu dengan memberikan

“pesan etis” berupa enam hal yang harus diperhatikan ketika melakukan

observasi penelitian, yaitu:

1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas;

2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya;

18

Page 20: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara

alami;

4) Pernyataan dari status quo;

5) Kedalaman perubahan; dan

6) Pertanyaan penilaian.

Pertanyaan penilaian.

Masih dalam hal “etika” yang harus dipunyai peneliti untuk menghalau

kemungkinan dilema yang muncul dalam penelitian yang dilakukannya, Jack

R. Fraenkel dan Norman E. Wallen dalam bukunya ‘ How To Design an d

Evaluate Research in Education’ (1993) menganjurkan kepada peneliti agar

memperhatikan tiga prinsip etika yang sangat penting yaitu: 1) melindungi

partisipan penelitian dari rasa takut/bahaya; 2) dukungan data yang

meyakinkan bagi diperlukannya penelitian; dan 3) dihindarkan adanya

pertanyaan-pertanyaan yang “menipu”. Mendukung pendapat Fraenkel dan

Wallen tersebut, Keith F. Punch dalam bukunya ‘Introduction to Sosial

Research: Quantitative an Qualitative Approaches’ (1998) menambahkan

bahwa jalan terbaik untuk membuat kejelasan penelitian adalah

mendeskripsikan apa yang akan ditelitinya, sambil menjelaskan mengapa atau

bagaimana penelitian itu dilakukan.

4. Implikasi Peneitian Tindakan Terhadap Perubahan Kurikulum Dan Kebijakan

Pemerintah

Keberadaan action research, menurut John Elliott, setidak-tidaknya

memberikan nilai tambah bagi upaya perbaikan proses pendidikan secara

umum, karena diyakini bahwa action research memberikan implikasi positif

dalam mengembangkan budaya “profesionalisme” guru khususnya dalam

mencari mengembangkan pola-pola pembelajaran yang up to date, berdaya dan

berhasil guna, menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga pada

akhirnya dapat meningkatkan mutu keberhasilan siswa dalam belajar di

sekolah. Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif

19

Page 21: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

terhadap proses pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian

tindakan (action research) merupakan

Kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin dilakukan guru.

Bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang

ambiguity (keragu-raguan).

Bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan.

Memungkinkan terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa

diterima/diperhitungkan (counter-hegemonic); karena

1) Action research menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi,

mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru

sehubungan dengan praktek pengajarannya.

2) Action research mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama

(reflective on means and ends)

3) Action research merupakan praktek refleksi/spontanitas.

4) Action research mengintegrasikan teori ke dalam praktek.

5) Action research melibatkan proses dialog sesama guru.

Whitehead (1989) sebagaimana dikutip oleh Elliot (1995: 108) bahkan

berkeyakinan bahwa situasi-kondisi penelitian tindakan sebagaimana disebutkan

tersebut secara tidak disadari memberikan implikasi terhadap guru untuk mema-

hami diri (self-understanding), yaitu ia jadi tahu perkembangan profesional

dirinya. Penelitian tindakan merupakan stimulus tambahan dalam pengembangan

budaya profesionalisme reflektif dan sangat dimungkinkan sebagai bentuk upaya

kreatif untuk mempengaruhi pengambil kebijakan pendidikan (pemerintah),

khususnya sehubungan dengan bagaimana seharusnya menanggapi budaya

profesionalisme guru.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa action research merupakan salah

satu solusi yang kreatif bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam proses

pembelajaran siswa yang lebih berhasil guna dan up to date dengan

perkembangan dan perubahan situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya.

20

Page 22: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

Proses pembelajaran yang kreatif pada dasarnya akan sangat tergantung kepada

faktor “kemauan” dan “kepiawaian” guru untuk mengembangkan dirinya melalui

berbagai aktifitas belajar, mencari informasi, mau bekerja sama, meneliti (seperti

melakukan action research), dan berbagai aktifitas “progresif” lainnya untuk

mengembangkan profesionalisme dalam proses pembelajaran siswa-siswanya di

sekolah. Dari kreatifitas-kreatifitas inilah, nantinya akan memunculkan

“kebutuhan” dan, bahkan, “keharusan” adanya perubahan/ reformasi dari situasi

lama yang tradisional ke situasi baru yang lebih profesional. Sehingga pada

gilirannya,perubahan-perubahan yang pada awalnya dirasakan dan terjadi hanya

pada tingkat mikro (dalam lingkup sekolah/kelas) tersebut pun berujung pada

diperlukan adanya perubahan kurikulum pada tingkat makro (dalam lingkup

wilayah atau negara). Dengan demikian, maka apa yang dikemukakan Elliott

dalam penjelasan dan pendapatnya tentang implikasi action research terhadap

perubahan kurikulum dan kebijakan pemerintah kita pun merasa bahwa hal yang

semacam itu pun bisa berlaku di negara mana pun, termasuk di Indonesia.

Sependapat dengan Elliott dan McNiff (1995: 71-72) juga menyatakan

bahwa implikasi dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas atau

sekolah; diantaranya adalah bahwa: (1) berpikir tentang akan adanya perubahan

yang terjadi, dan (2) mempengaruhi kemauan politik (pemerintah). Karena,

menurut McNiff, bahwa penelitian tindakan adalah merupakan kegiatan politis

yang dilakukan untuk menuju suatu perubahan (khususnya dalam bidang

pendidikan). Dan untuk melakukan perubahan itu sendiri bisa dimulai dari orang-

orang yang terlibat dan berada pada tingkat yang menentukan dalam sistem

pendidikan itu. Karena konteks pembelajaran juga memiliki pengaruh besar bagi

keberhasilan pendidikan secara umum. Target akhir dari penelitian tindakan itu

sendiri adalah untuk meningkatkan kehidupan siswa dan guru melalui perubahan

kependidikan (Mills, 2000: 123). Setelah menyimak dan memahami perbedaan

antara penelitian (research) dengan penelitian tindakan (action research), Anda

diajak untuk memahami perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan

penelitian tindakan bukan penelitian tindakan kelas (NON PTK). Untuk

memperoleh kejelasan mengenai perbedaan antara kedua penelitian tersebut, dapat

21

Page 23: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

dilihat perbandingannya seperti tampak dalam tabel berikut.

No Aspek PTK Non PTK

1 Peneliti Guru Orang Luar

2 Rencana Penelitian Oleh guru, mungkin

dibantu orang luar

Oleh peneliti

3 Munculnya masalah Dirasakan oleh guru

(mungin dengan

dorngan orang lain)

Dirasakan oleh orang

luar

4 Ciri Utama Ada tindakan untuk

perbaikan yang berulang

Belum tentu ada

tindakan berulang

5 Peran Guru Sebagai Guru dan

peneliti

Sebagai guru/ subjek

penelitian

6 Tempat Penelitian Kelas Kelas

7 Proses Pengumpulan

Data

Oleh guru sendiri atan

bersama orang lain

Oleh peneliti

8 Hasil Penelitian Langsung dimanfaatkan

oleh guru, dan dirasakan

oleh kelas

Menjadi milik

peneliti,

belum tentu

dimanfaatkan oleh

orang lain

Bertolak dari perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan bukan

penelitian tindakan kelas (Non PTK) sebagaimana disajikan dalam tabel di atas,

tampaknya semakin jelas, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru.

Pertanyaannya adalah mengapa harus guru sebagai peneliti, pada hal tugas selain

sebagai pendidik dan pembimbing adalah melaksanakan tugas mengajar. Jawaban

atas petanyaan-pertanyaan yang tersebut, dapat dijelaskan dengan mengaitkannya

dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik pembelajaran di kelas, kontrol 22

Page 24: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan itu sendiri dalam

meningkatkan kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesioanalnya

sebagai bagian dari tenaga kependidikan. Sekurang-kurang ada dua argumentasi

yang dapat menjelaskan mengapa guru sebagai peneliti tindakan kelas yang

dikemukakan oleh Hopkins (1993) sebagaimana disadur oleh Wardani dkk. (2003:

1.10) yaitu: Pertama, guru yang baik perlu punya otonomi dalam melakukan

penilaian profesional, sehingga sesungguhnya, ia (guru) tidak perlu diberitahu apa

yang harus dia kerjakan. Ini bukan berarti guru tidak dapat menerima masukan

atau saran dari orang luar. Meskipun masukan dari orang luar itu penting, tetapi

gurulah yang menerima dan menentukan penilaian profesioanal (professional

judgement) sesuai dengan kelas dimana praktik pembelajaran terjadi. Kedua

ketidaktepatan paradigma penelitian formal/biasa dengan upaya berbantuan

peningkatan kinerja guru yang diharapkan untuk memperbaiki proses dan praktik

pembelajaran oleh guru di kelasnya. Karena itulah, guru yang paling tahu

kemampuan dan kinerjanya sendiri melalui berpikir reflektif (reflectif thinking).

Selain dua argumentasi yang dikemukan Hopkins tersebut, dapat dikemukakan

argumentasi lain, yaitu: dalam praktik pembelajaran, gurulah yang lebih tahu

kondisi nyata mengenai proses dan hasil pembelajaran bagi murid (peserta didik)

di kelasnya

BAB III

23

Page 25: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

PENUTUP3.1 Kesimpulan.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang sistematis yang

dilakukan oleh guru pada kelasnya sendiri untuk memperbaiki proses

pembelajaran dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari

tindakantindakan tersebut.

Karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu: (1) penelitian tindakan

kelas dilaksanakan oleh guru sendiri; (2) penelitian tindakan kelas berangkat

dari permasalahan nyata di kelas; (3) penelitian tindakan kelas

mempersyaratkan adanya tindakan yang berlanjut untuk memperbaiki proses

pembelajaran dan (4) adanya refleksi diri.

Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap

proses pendidikan. Hal ini mengidikasikan bahwa penelitian tindakan (action

research) merupakan: (1) kegiatan kreatif yang cocok dan sangat mungkin

dilakukan guru; (2) bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari

keadaan yang ambiguity (keragu-raguan); (3) bentuk pendekatan

peningkatan idiologis yang dapat dilakukan; dan (4) memungkinkan

terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa diterima/diperhitungkan

(counter-hegemonic)

Ada enam hal yang harus diperhatikan peneliti agar memberikan kesan etis

ketika melakukan observasi, yaitu: 1) Kemukakan rencana-rencana

perubahan secara jelas; 2) Fahami kegagalan yang terjadi dari

penelitian/perubahan sebelumnya; 3) Bimbinglah untuk memahami adanya

perubahan yang diharapkan secara alami; 4) Penyataan dari status quo; 5)

Kedalaman perubahan; dan 6) Pertanyaan penilaian.

3.2 Saran

Sebaiknya guru SD melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas agar

tercapai hasil belajar yang optimal.

24

Page 26: PPSD 2 KELOMPOK 1.doc

DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Syaodih. N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda.

Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

25