ppt dk2p3.pptx
TRANSCRIPT
PEMICUNn. T, 22 tahun, dibawa ke IGD oleh teman-temannya karena sebelumnya ia tiba-tiba mengalami perubahan tingkat kesadaran dan kesulitan dalam berbicara saat acara ulang tahun. Teman-temannya mulai menyadari ada sesuatu yang salah ketika Nn.T mulai tampak terbatuk-batuk, agitatif dan inkoheren.Tanda-tanda vital saat masuk IGD : TD 80/62 mmHg, napas 8x/menit (tampak kepayahan), nadi 120x/menit, suhu 39,2oC, SaO2 82%. Pasien mash sadar tapi tampakbingung dan kesulitan bicara. Dari anamnesis, diketahui bahwa sebelumnya ia makan beberapa kue yang diduga mengandung kacang, tapi mereka tidak pernah mengetahui apakah ia memiliki riwayat alergi kacang sebelumnya.Setelah dilakukan penanganan emergensi, kondisi Nn.T sekarang stabil, tapi masih merasa agak sulit bernapas dan kurang enak badan, sehingga untuk sementara ia dirawat diruang observasi. Ia mengatakan ia memiliki riwayat alergi kacang, tapi tidak menyangka jika kue yang dimakannya dapat memicu reaksi. Ia beranggapan jika makan sedikit kacang tidak akan berefek karena dahulu ia hanya mangalami keluhan alergi ringan.
KATA KUNCI Perempuan 22 tahun Batuk Agitasi Inkoheren Alergi kacang Bradipneu Takikardi Hipertermi
SaO2 82% Tekanan darah 80/62 mmHg Sulit bernapas
RUMUSAN MASALAH Wanita 22 tahun memiliki riwayat alergi kacang dan setelah makan kacang mengalami penurunan kesadaran, gelisah, batuk, dan sesak napas disertai tanda-tanda syok secara tiba-tiba.
HIPOTESISWanita 22 tahun mengalami syok anafilaksis yang disebabkan oleh hipersensitivitas tipe 1 dengan alergen berupa kacang.
Jelaskan mengenai perbedaan hipersensitifitas
Corwin, Elizabeth .J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Robbin Basic Pathology 9th edition. New York: Elsevier Inc. 2013
HIPERSENSITIVITAS TIPE 1DEFINISI : Merupakan suatu respon jaringan yang terjadi secara cepat setelah terjadi interaksi antara alergen dengan IgE yang berikatan pada permukaan sel mast dan basofil pada pejamu yang tersensitisasi.2
Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Robbin Basic Pathology 9th edition. New York: Elsevier Inc. 2013
Etiologi Reaksi alergi yang dimediasi IgE
Sindroma Alergen Rute masuk ResponAnafilaksis sistemik
Obat Serum Bisa Makanan
Intravena Edema Meningkatkan permeabelitas vaskuler Edema laringKolap pada sirkulasi Kematian
Biduran akut (wheal-and-flare)
Rambut binatang Gigitan serangga Tes alergi
Masuk kulit Sistemik
Peningkatan aliran darah dan permeabilitas vaskuler lokal
Alergiserbuk bunga
Serbuk bunga Feses tungau
Inhalasi Edema pada mukosa nasal Bersin-bersin
Asma Bulu kucing Serbuk sari Feses tungau
Inhalasi Kontriksi bronkus Peningkatan produksi mukus Inflamasi saluran pernafasan
Alergi makanan
Kacang-kacangan Kerang Kacang tanah SusuTelur Ikan Kedelai Gandum
Oral Muntah DiarePruritus Urticaria Anafilaksis
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar mikrobiologi kedoktera. Jakarta : penerbit binarupa aksara; 1993.
Faktor resiko Riwayat keluarga Riwayat lingkungan Faktor regulasi sitokin Faktor regulasi sitokin
Wistiani. Faktor risiko alergi pada anak di RS Dr. Kariadi Semarang. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2002.
PATOFISIOLOGI
Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Robbin Basic Pathology 9th edition. New York: Elsevier Inc. 2013
MANIFESTASI KLINISMEDIATOR INFLAMASI MANIFESTASI KLINISHistamin permeabilitas vaskular, vasodilatasi, bronkokonstriksi, dan
meningkatkan sekresi mukus.Adenosin bronkokonstriksi dan menghambat agregasi trombositLeukotrien: meningkatkan permeabilitas vaskular, kontraksi otot polos
bronkusProstaglandin D2 bronkospasme hebat serta meningkatkan sekresi mukus.Faktor pengaktivasi trombosit
agregasi trombosit, pelepasan histamin, bronkospasme
Sitokin yang diproduksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5, dan IL-6):
Sitokin yang diprosuksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5, dan IL-6): merekrut dan mengaktivasi sel radang, sel radang nantinya dapat menyebabkan kerusakan epitel setempat.2
Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Robbin Basic Pathology 9th edition. New York: Elsevier Inc. 2013
Diagnosis Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit hingga beberapa jam)
Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit hingga beberapa jam),
Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik).
Sampson HA, et al. Clinical Immunology and Allergy. Margaret and Fremantle Hospitals, Western Australia; 2006.
Tata LaksanaTatalaksana pada hipersensitivitas dilakukan dengan berbagai teknika. Hiposensitisasib. Antibodi Monoklonal Anti-IgEc. Terapi Obat-obatan (Terapi Reaksi Alergi Terlokalisasi; Terapi
Asma Alergik; Agonis β-adrenergic; Metilxanthin; Obat-obatan antikolinergik)
Finn AA, Virella G. Medical Immunology. Sixth Edition. New York: Informa Healthcare; 2007.
SYOK ANAFILAKSIS Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.
Corwin, Elizabeth .J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009
Mekanisme anafilaksisa. Fase Sensitisasi b. Fase Aktivasi c. Fase Efektor
Sampson HA, et al. Clinical Immunology and Allergy. Margaret and Fremantle Hospitals, Western Australia; 2006.
MANIFESTASI KLINISDerajat keluhan
Manifestasi klinis
Derajat ringan
kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak di mulut dan tenggorok. Dapat juga terjadi kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruritus, bersin-bersin, dan mata berair.
Derajat sedang
semua gejala-gejala ringan ditambah bronkospasme dan edem jalan nafas, atau laring dengan dispneu, batuk dan mengi
Derajat berat awitan yang sangat mendadak dengan tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama seperti yang telah disebutkan diatas disertai kemajuan yang pesat kearah bronkospasme, edem laring, dispneu berat, dan sianosis. Bisa diiringi gejala disfagia, keram pada abdomen, muntah, diare, dan kejang-kejang.
Brown SGA. Clinical Feature and Severity Grading of Anaphylaxis. Allergy Clinical Immunology. Australia: Hobart; 2004.
PENYEBAB TAKIKARDI PADA KASUS Takikardi pada kasus terkait dengan hipersensitivitas tipe 1 yang telah menjadi syok anafilaktik.
Pada keadaan syok anafilaksis, permeabilitas kapiler akan meningkat dan terjadi vasodilatasi akibat adanya pelepasan mediator-mediator inflamasi oleh sel mast memicu jantung untuk meningkatkan pompa (cardiacoutput) agar dapat mengompensasi nutrisi seperti oksigen ke organ-organ vital.9
Brown SGA. Clinical Feature and Severity Grading of Anaphylaxis. Allergy Clinical Immunology. Australia: Hobart; 2004.
PENYEBAB BRADIPNEU PADA KASUS Bradipneu disebabkan oleh Histamin Histamin mempunyai reseptor H1, H2, H3. Reseptor H1 (otot polos saluran nafas dan sistem vascular)
Rangsangan pada reseptor H1 kontraksi bronkus dan otot polos, peningkatan permeabilitas vaskular, vasokonstriksi pulmoner, pening-katan cGMP intraseluler, dan meningkatkan sekresi mukosa hidung/ hipersekresi kelenjar.
Brown SGA. Clinical Feature and Severity Grading of Anaphylaxis. Allergy Clinical Immunology. Australia: Hobart; 2004.Longecker, DE. Anaphylactic Reaction and Anesthesia dalam Anesthesiology. Chapter 88; 2008.
PENYEBAB BRADIPNEU PADA KASUS Pada keadaan syok anafilaksis, permeabilitas kapiler akan meningkat dan terjadi vasodilatasi akibat adanya pelepasan mediator-mediator inflamasi oleh sel mast memicu jantung untuk meningkatkan pompa (cardiacoutput) agar dapat mengompensasi nutrisi seperti oksigen ke organ-organ vital (otak) kerusakan susunan saraf pusat Keadaan bingung dan gelisah diikuti pula oleh penurunan kesadaran sampai terjadi koma
Longecker, DE. Anaphylactic Reaction and Anesthesia dalam Anesthesiology. Chapter 88; 2008.
PENYEBAB HIPOTENSI PADA KASUS Hipotensi dan syok dapat terjadi sebagai akibat dari kehilangan volume intravaskular, vasodilatasi, dan disfungsi miokard.
Hipotensi merupaka gejala dari gangguan pada sirkulasi darah dan sistem kardiovaskular, yang juga menyebabkan takikardia, pucat, keringat dingin, tanda-tanda iskemia otot jantung (angina), kebocoran endotel yang menyebabkan terjadinya edema, dan aritmia
Brown SGA. Clinical Feature and Severity Grading of Anaphylaxis. Allergy Clinical Immunology. Australia: Hobart; 2004.Working Group of the Resuscitation Council (UK) Emergency treatment of anaphylactic reactions Guidelines for healthcare providers. January 2008.
PENYEBAB BERBICARA INKOHEREN PADA KASUS Pada kasus didapatkan data bahwa SaO2 sebesar 82%, menandakan pasien mengalami penurunan saturasi oksigen (normal : 95%) salah satu penyebab pasien berbicara inkoheren karena sulit untuk berpikir, selain itu penyempitan jalan nafas juga merupakan salah satu pasien sulit berbicara.
Longecker, DE. Anaphylactic Reaction and Anesthesia dalam Anesthesiology. Chapter 88; 2008.
HUBUNGAN RIWAYAT ALERGI KELUARGA DENGAN KASUS Terdapat bagian cluster gen berpautan kuat yang mengkode sitokin yang diperlukan untuk meningkatkan respon TH2, yaitu gen yang diperlukan untuk melakukan class switching pada pembentukan IgE, pertahanan hidup eosinofil, dan proliferasi sel mast.
Kelompok gen ini meliputi gen yang mengode pembentukan IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13, dan GM-CSF (granulocyte-macrophage colony stimulating factor).
Pada manusia variasi gen TIM (pada sel T, domain imunoglobulin dan domain mucin) berhubungan dengan kepekaan respon saluran pernafasan terhadap bahan-bahan irritant.
Siregar, Sjawitri P. Alergi Makanan pada Bayi dan Anak Alergi Makanan pada Bayi dan Anak. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember 2001.
TATA LAKSANA KEGAWATDARURATAN PADA KASUS Penderita tidur terlentang kaki naik 300
Pada penderita yang sadar: Jaga ABC Berikan adrenalin 0,3-0,5 mg SC/IM/IV
Boleh diulang 5-10 menit Aminofilin 5 mg/kgBB ± 20 menit
Lanjutkan 0,4-0,9 mg/kgBB/jam O2 100% Kristaloid / koloid sesuai kebutuhan
Intubasi bila perlu.
Purwoko. Penatalaksanaa Syok Anafilaktik.Bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta: Surakarta. 2016.
EDUKASI DAN PENCEGAHAN SESUAI KASUS Pasien yang pernah mengalami reaksi anfilaksis mempunyai resiko untuk memperoleh reaksi yang sama bila terpajan oleh pencetus yang sama
menghindari pemicu alergi. Jika dalam kasus ini pasien alergi terhadap kacang, maka disarankan kepada pasien untuk tidak mengkonsumsi kacang.
Rengganis I. Rejatan Anafilaktik. Dalam : Sudoyo A ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th Ed. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 2014.
INTERPRETASI DATA TAMBAHAN Hasil
pemeriksaanNormal Interpretasi
Hb 12 g/dL 12 – 16 g/dL NormalEritrosit 3,5 juta 3,6 – 5,0 juta
sel/mm3
Leukosit 7.000 sel/mm3 5.000 – 10.000 sel/mm3
Normal
Trombosit 350.000 sel/mm3
150.000 sel/mm3 Normal
Hitung Jenis- Basofil- Eusinofil- Neutrofil
batang- Neutrofil
segmen- Monosit- Limfosit
0%9%0%61%5%25%
0 – 1%1 – 3%maksimal 5%50 – 70%4 – 6%25 – 35%
NormalMeningkatNormalNormalNormalNormal
Eusinofil 390 sel/mm3 50 – 300 sel/mm3 MeningkatIgE total 35 µg/dL <20 µg/dL MeningkatChernecky CC and Berger BJ. Laboratory Test and Diagnostic Prosedures 5th edition. Saunders-Elsevier.
2008.