ppt.managemen terapi pd lansia

29
1 dr. CATUR SETIYA S MANAGEMEN TERAPI PADA LANSIA

Upload: tia-gustiani-poplei-viola

Post on 19-Dec-2015

279 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

dr

TRANSCRIPT

Slide 1

dr. CATUR SETIYA SMANAGEMEN TERAPI PADA LANSIA#1

TUJUAN Sesudah kuliah dan diskusi, maka mahasiswa diharapkan:1. Memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan pemakaian obat pada kelompok khusus: yaitu pasien usia lanjut.2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pada usia lanjut.3. Mampu menerapkan dan membiasakan diri dengan proses terapi pada usia lanjut dengan mempertimbangkan secara seksama faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan.PERTANYAAN :Definisi Menua ?Penyakit utama yang menyerang lansia ?Keadaan yang sering mengganggu lansia ?Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau peresepan obat bagi lansia ?Tingginya angka kejadian efek samping obat pada lansia disebabkan oleh ?Menua (menjadi tua) Suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006)

Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya, karena beberapa obat sering berinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut, cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat yang merugikan (Anonim, 2004).

Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematianPenyakit utama yang menyerang lansia : hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati.

Keadaan yang sering mengganggu lansia seperti : gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya (Darmansjah, 1994).

Populasi kelompok usia lanjut sangat bervariasi di bebagai negara, namun umumnya kurang dari 15% jumlah total penduduk. Walaupun jumlahnya relatif kecil, pemakaian obat pada usia lanjut dapat menjadi masalah antara lain karena :

Kelompok usia lanjut mengkonsumsi 25% sampai 30% dari total obat yang digunakan di pusat-pusat pelayanan kesehatan.Praktek terapi polifarmasi sangat umum dijumpai pada pasien usia lanjut, oleh karena umumnya menderita lebih dari satu macam penyakit.Penelitian-penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa kelompok usia lanjut sangat rentan terhadap risiko efek samping obat. Risiko terjadinya efek samping meningkat dengan bertambahnya jenis obat yang diberikan.

KONSEP DASAR PEMAKAIAN OBAT

Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau peresepan obat : Diagnosis dan patofisiologi penyakit Kondisi organ tubuh Farmakologi klinik obat (Boedi, 2006)

PRINSIP PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN USIA LANJUT1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkan dan tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa diberikan pada orang dewasa yang masih muda.

4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat umumnya lebih rendah.5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat yang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004)

FARMAKOKINETIK

Pada usia lanjut perubahan terjadi pada saluran cerna yang diduga mengubah absorbsi obat, misalnya meningkatnya pH lambung, menurunnya aliran darah ke usus akibat penurunan curah jantung dan perubahan waktu pengosongan lambung dan gerak saluran cerna. Oleh karena itu, kecepatan dan tingkat absorbsi obat tidak berubah pada usia lanjut, kecuali pada beberapa obat seperti fenotain, barbiturat, dan prozasin (Bustami, 2001).

INTERAKSI FARMAKOKINETIK

1. Fungsi Ginjal Perubahan paling berarti saat memasuki usia lanjut ialah berkurangnya fungsi ginjal dan menurunnya creatinine clearance, walaupun tidak terdapat penyakit ginjal atau kadar kreatininnya normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat sering berkurang, sehingga memperpanjang intensitas kerjanya. Obat yang mempunyai half-life panjang perlu diberi dalam dosis lebih kecil bila efek sampingnya berbahaya. Dua obat yang sering diberikan kepada lansia ialah glibenklamid dan digoksin (Darmansjah, 1994). Dosis yang lebih kecil diberikan bila terjadi penurunan fungsi ginjal, khususnya bila memberi obat yang mempunyai batas keamanan yang sempit. Alopurinol dan petidin, dua obat yang sering digunakan pada lansia dapat memproduksi metabolit aktif, sehingga kedua obat ini juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil pada lansia.

Fungsi HatiHati memiliki kapasitas yang lebih besar daripada ginjal, sehingga penurunan fungsinya tidak begitu berpengaruh.Namun terjadi dalam batas tertentu.Batas ini lebih sulit ditentukan karena peninggian nilai ALT tidak seperti penurunan creatinine-clearance. FARMAKODINAMIK Pengaruh obat terhadap tubuh. Respon seluler pada lansia secara keseluruhan akan menurun. Penurunan ini sangat menonjol pada respon homeostatik yang berlangsung secara fisiologis. Pada umumnya obat-obat yang cara kerjanya merangsang proses biokimia selular, intensitas pengaruhnya akan menurun misalnya agonis untuk terapi asma bronkial diperlukan dosis yang lebih besar, padahal jika dosisnya besar maka efek sampingnya akan besar juga sehingga index terapi obat menurun. Sedangkan obat-obat yang kerjanya menghambat proses biokimia seluler, pengaruhnya akan terlihat bila mekanisme regulasi homeostatis melemah (Boedi, 2006)

EFEK SAMPING OBAT PADA USIA LANJUT

Berbagai studi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara jumlah obat yang diminum dengan kejadian efek samping obat, artinya : makin banyak jenis obat yang diresepkan pada individu-individu usia lanjut, makin tinggi pula kemungkinan terjadinya efek sampingSecara umum angka kejadian efek samping obat pada usia lanjut mencapai 2 kali lipat kelompok usia dewasa. Obat-obat yang sering menimbulkan efek samping pada usia lanjut antara lain analgetika, antihipertensi, antiparkinson, antipsikotik, sedatif dan obat-obat gastrointestinal. Sedangkan efek samping yang paling banyak dialami antara lain hipotensi postural, ataksia, kebingungan, retensi urin, dan konstipasi.Tingginya angka kejadian efek samping obatKesalahan peresepan :

Sering kali terjadi akibat dokter kurang memahami adanya perubahan farmakokinetika/farmakodinamika karena usia lanjut. Sebagai contoh adalah simetidin yang acap kali diberikan : pada kelompok usia ini, ternyata memberi dampak efek samping yang cukup sering (misalnya halusinasi dan reaksi psikotik), jika diberikan sebagai obat tunggalKesalahan pasien

Secara konsisten, kelompok usia lanjut banyak mengkonsumsi obat-obat yang dijual bebas/tanpa resep (OTC). Pemakaian obat-obat OTC pada penderita usia lanjut bukannya tidak memberi resiko, mengingat kandungan zat zat aktif dalam satu obat OTC kadang-kadang belum jelas efek farmakologiknya atau malah bersifat membahayakan.Ketidakjelasan informasi pengobatan Pasien-pasien usia lanjut sering pula menjadi korban dari tidak jelasnya informasi pengobatan dan beragamnya obat yang diberikan oleh dokter. Keadaan ini banyak dialami oleh penderita-penderita penyakit yang bersifat hilang timbul (sering kambuh). Kesalahan umumnya berupa salah minum obat (karena banyaknya jenis obat yang diresepkan pada suatu saat), atau berupa ketidaksesuaian dosis dan cara pemakaian seperti yang dianjurkan.PRINSIP PENGOBATAN PADA USIA LANJUT

1. Riwayat pemakaian obatInformasi mengenai pemakaian obat sebelumnya perlu ditanyakan, mengingat sebelum datang ke dokter umumnya penderita sudah melakukan upaya pengobatan sendiri.Informasi ini diperlukan juga untuk mengetahui apakah keluhan/penyakitnya ada kaitan dengan pemakaian obat (efek samping), serta ada kaitannya dengan pemakaian obat yang memberi interaksi.2.Obat diberikan atas indikasi yang ketat, untuk diagnosis yang dibuat. Sebagai contoh, sangat tidak dianjurkan memberikan simetidin pada kecurigaan diagnosis ke arah dispepsia.3. Mulai dengan dosis terkecil. Penyesuaian dosis secara individual perlu dilakukan untuk menghindari kemungkinan intoksikasi, karena penanganan terhadap akibat intoksikasi obat akan jauh lebih sulit.4.Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien, memberi resiko yang terkecil, dan sejauh mungkin jangan diberikan lebih dari 2 jenis obat. Jika terpaksa memberikan lebih dari 1 macam obat, pertimbangkan cara pemberian yang bisa dilakukan pada saat yang bersamaan.