praktik yang baik tata kelola guru - usaid...

116
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa DARI RAKYAT AMERIKA TATA KELOLA GURU Praktik yang Baik

Upload: hanhu

Post on 19-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

DARI RAKYAT AMERIKA

TATA KELOLA GURUPraktik yang Baik

Page 2: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Buku Praktik yang Baik Tata Kelola Guru ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.

Tata Kelola Guru menjadi perhatian khusus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015). Bentuk perhatian tertuang dalam kebijakan dan strategi pembangunan bidang pendidikan, yaitu: 1) meningkatkan profesionalisme, kualitas, dan akuntabilitas guru dan tenaga kependidikan, dan 2) meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru. Arah kebijakan ini mengamanatkan adanya pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien.

Kabupaten/kota telah banyak melakukan inovasi dalam mengimplementasikan Program Tata Kelola Guru, baik dalam Penataan dan Pemerataan Guru, maupun dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Guru Pembelajar). Berbagai inovasi tersebut telah dihimpun dalam buku Praktik yang Baik Tata Kelola Guru. Buku ini menggambarkan bagaimana proses perumusan kebijakan dilakukan, penetapan kebijakan melalui Peraturan Bupati/Walikota, serta hasil implementasi yang dapat melakukan perubahan, baik dalam rangka mengurangi kebutuhan guru melalui distribusi guru yang efisien, maupun dalam rangka meningkatkan kualitas guru dengan menggunakan pendekatan pendanaan multi-sumber.

Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pengelolaan guru jenjang pendidikan dasar menjadi kewenangan kabupaten/kota dan jenjang pendidikan menengah menjadi kewenangan provinsi. Buku ini diharapkan menjadi bahan inspirasi bagi kabupaten/kota yang belum mengimplementasikan Program Tata Kelola Guru, serta inspirasi bagi provinsi untuk menata guru antar kabupaten/kota.

Ucapan terima kasih kepada kabupaten/kota yang telah menunjukkan inovasi yang luar biasa dalam mengimplementasikan Tata Kelola Guru, dengan harapan inovasi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Penggunaan DAPODIK baik dalam Penataan dan Pemerataan Guru maupun dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan telah menujunkkan nilai manfaat yang sangat tinggi. Untuk itu, DAPODIK diharapkan dapat ditingkatkan kualitasnya serta diperbarui secara terus menerus sesuai dengan dinamika dan kebutuhan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada USAID PRIORITAS yang telah mendampingi 50 kabupaten/kota dalam Penataan dan Pemerataan Guru, serta 90 kabupaten/kota dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui lokakarya perencanaan, perumusan kebijakan, dan pendampingan implementasi di lapangan, serta pelibatan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) dalam meningkatkan kompetensi guru, Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang diharapkan dapat menjadi penjamin mutu dan keberlangsungan program.

Sambutan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumarna Surapranata, Ph.D

Page 3: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Buku Praktik yang Baik Tata Kelola Guru ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.

Tata Kelola Guru menjadi perhatian khusus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 (Perpres No. 2 Tahun 2015). Bentuk perhatian tertuang dalam kebijakan dan strategi pembangunan bidang pendidikan, yaitu: 1) meningkatkan profesionalisme, kualitas, dan akuntabilitas guru dan tenaga kependidikan, dan 2) meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru. Arah kebijakan ini mengamanatkan adanya pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien.

Kabupaten/kota telah banyak melakukan inovasi dalam mengimplementasikan Program Tata Kelola Guru, baik dalam Penataan dan Pemerataan Guru, maupun dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Guru Pembelajar). Berbagai inovasi tersebut telah dihimpun dalam buku Praktik yang Baik Tata Kelola Guru. Buku ini menggambarkan bagaimana proses perumusan kebijakan dilakukan, penetapan kebijakan melalui Peraturan Bupati/Walikota, serta hasil implementasi yang dapat melakukan perubahan, baik dalam rangka mengurangi kebutuhan guru melalui distribusi guru yang efisien, maupun dalam rangka meningkatkan kualitas guru dengan menggunakan pendekatan pendanaan multi-sumber.

Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pengelolaan guru jenjang pendidikan dasar menjadi kewenangan kabupaten/kota dan jenjang pendidikan menengah menjadi kewenangan provinsi. Buku ini diharapkan menjadi bahan inspirasi bagi kabupaten/kota yang belum mengimplementasikan Program Tata Kelola Guru, serta inspirasi bagi provinsi untuk menata guru antar kabupaten/kota.

Ucapan terima kasih kepada kabupaten/kota yang telah menunjukkan inovasi yang luar biasa dalam mengimplementasikan Tata Kelola Guru, dengan harapan inovasi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Penggunaan DAPODIK baik dalam Penataan dan Pemerataan Guru maupun dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan telah menujunkkan nilai manfaat yang sangat tinggi. Untuk itu, DAPODIK diharapkan dapat ditingkatkan kualitasnya serta diperbarui secara terus menerus sesuai dengan dinamika dan kebutuhan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada USAID PRIORITAS yang telah mendampingi 50 kabupaten/kota dalam Penataan dan Pemerataan Guru, serta 90 kabupaten/kota dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui lokakarya perencanaan, perumusan kebijakan, dan pendampingan implementasi di lapangan, serta pelibatan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) dalam meningkatkan kompetensi guru, Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang diharapkan dapat menjadi penjamin mutu dan keberlangsungan program.

Sambutan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta, Januari 2017Direktur Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumarna Surapranata, Ph.D

Page 4: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Pengantar

Mengapa tata kelola guru?

Unsur yang paling penting dalam sistem pendidikan adalah guru (Hattie 1999). Meningkatkan kualitas guru adalah cara terbaik untuk meningkatkan hasil pendidikan. Hanya saja, dengan rasio rata-rata siswa-guru 16:1 pada jenjang SD dan 13:1 pada jenjang SMP, Indonesia memiliki terlalu banyak guru dan penyebarannya tidak merata. Seringkali sekolah di perkotaan memiliki terlalu banyak guru, sedangkan di sekolah terpencil atau pedesaan kekurangan guru.

USAID PRIORITAS mengembangkan program tata kelola guru untuk membantu mengatasi masalah ini, dengan dua cara, yaitu (1) meningkatkan pemerataan penyebaran guru dengan tujuan mengurangi inefisiensi, dan memastikan bahwa setiap kelas diajarkan oleh guru yang berkualitas baik, dan (2) meningkatkan kualitas guru melalui diseminasi praktik yang baik dan pengembangan profesional guru.

Penyebaran guru yang efisien dapat berdampak pada lebih banyak dana untuk pengembangan profesional guru. Prinsip dasarnya adalah sebagai berikut:

Lebih baik memiliki sedikit guru dengan kualitas tinggi, daripada terlalu banyak guru dengan kualitas rendah.

Membuat perencanaan dan kebijakan berbasis data

Untuk mencapai tujuan tersebut, USAID PRIORITAS bekerja bersama dengan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) mitra dan kabupaten mitra memetakan distribusi guru, mengidentifikasi isu strategis, membuat rekomendasi, dan mengadopsi solusi kebijakan untuk meningkatkan pemerataan guru. Dengan menggunakan pendekatan yang sama, USAID PRIORITAS juga memetakan jumlah guru pada kelompok kerja guru, menghitung unit biaya untuk menyediakan pelatihan dalam jabatan dan pendampingan pada

kelompok kerja guru, dan membantu kabupaten untuk mengembangkan rencana anggaran dan kebijakan untuk memastikan bahwa setiap guru dapat mempelajari praktik yang baik melalui diseminasi pelatihan, dan memiliki akses mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan atau guru pembelajar.

Tata kelola guru yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas dan keseimbangan pelaksanaan layanan pendidikan. Namun kebijakan perlu memasukkan konteks setempat sebagai bahan pertimbangan, karena pemerataan guru memiliki dampak sosial, ekonomi dan politik. Konsultasi publik dan pendekatan untuk membangun rasa memiliki kebijakan di tingkat masyarakat dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Kerangka kerja hukum yang kuat diperlukan untuk mengurangi resistansi pihak yang terkena dampak kebijakan implementasi kebijakan tata kelola guru harus berdasarkan regulasi yang berlaku saat itu.

Desain Implementasi Program Tata Kelola Guru di Daerah Mitra USAID PRIORITAS

iii

Page 5: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Pengantar

Mengapa tata kelola guru?

Unsur yang paling penting dalam sistem pendidikan adalah guru (Hattie 1999). Meningkatkan kualitas guru adalah cara terbaik untuk meningkatkan hasil pendidikan. Hanya saja, dengan rasio rata-rata siswa-guru 16:1 pada jenjang SD dan 13:1 pada jenjang SMP, Indonesia memiliki terlalu banyak guru dan penyebarannya tidak merata. Seringkali sekolah di perkotaan memiliki terlalu banyak guru, sedangkan di sekolah terpencil atau pedesaan kekurangan guru.

USAID PRIORITAS mengembangkan program tata kelola guru untuk membantu mengatasi masalah ini, dengan dua cara, yaitu (1) meningkatkan pemerataan penyebaran guru dengan tujuan mengurangi inefisiensi, dan memastikan bahwa setiap kelas diajarkan oleh guru yang berkualitas baik, dan (2) meningkatkan kualitas guru melalui diseminasi praktik yang baik dan pengembangan profesional guru.

Penyebaran guru yang efisien dapat berdampak pada lebih banyak dana untuk pengembangan profesional guru. Prinsip dasarnya adalah sebagai berikut:

Lebih baik memiliki sedikit guru dengan kualitas tinggi, daripada terlalu banyak guru dengan kualitas rendah.

Membuat perencanaan dan kebijakan berbasis data

Untuk mencapai tujuan tersebut, USAID PRIORITAS bekerja bersama dengan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) mitra dan kabupaten mitra memetakan distribusi guru, mengidentifikasi isu strategis, membuat rekomendasi, dan mengadopsi solusi kebijakan untuk meningkatkan pemerataan guru. Dengan menggunakan pendekatan yang sama, USAID PRIORITAS juga memetakan jumlah guru pada kelompok kerja guru, menghitung unit biaya untuk menyediakan pelatihan dalam jabatan dan pendampingan pada

kelompok kerja guru, dan membantu kabupaten untuk mengembangkan rencana anggaran dan kebijakan untuk memastikan bahwa setiap guru dapat mempelajari praktik yang baik melalui diseminasi pelatihan, dan memiliki akses mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan atau guru pembelajar.

Tata kelola guru yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas dan keseimbangan pelaksanaan layanan pendidikan. Namun kebijakan perlu memasukkan konteks setempat sebagai bahan pertimbangan, karena pemerataan guru memiliki dampak sosial, ekonomi dan politik. Konsultasi publik dan pendekatan untuk membangun rasa memiliki kebijakan di tingkat masyarakat dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Kerangka kerja hukum yang kuat diperlukan untuk mengurangi resistansi pihak yang terkena dampak kebijakan implementasi kebijakan tata kelola guru harus berdasarkan regulasi yang berlaku saat itu.

Desain Implementasi Program Tata Kelola Guru di Daerah Mitra USAID PRIORITAS

iii

Page 6: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Konsultasi Publik

Kegiatan Sosialisasi

Lokakarya #1:Analisis Distribusi

Guru

Lokakarya #2:Analisa Kebijakan

Penataan danPemerataan Guru

Pendampingan/Fasilitasi 1:Penyiapan data bahan WS #1

Pendampingan/Fasilitasi 2:Melengkapi analisis distribusi

guru dan mengidentifikasiisu strategis

Pendampingan/Fasilitasi 3:Melengkapi alternatif

kebijakan, pemilihan alternatif,dan formulasi kebijakan

Output dari pendampingan inidata yang sudah disepakatiuntuk dianalisa pada WS #1

Output dari pendampingan iniisu-isu strategis untuk bahan

WS #2

Output dari pendampingan inirekomendasi kebijakan

sebagai bahan konsultasi publik

(mengidentifikasi alternatif kebijakan untuk tata kelola guru yang lebih baik, menciptakan kriteria untuk pemilihan alter-natif kebijakan, memformulasi rekomendasi kebijakan), dan merancang implementasi kebijakan, serta menentukan kemungkinan dari dampak kebijakan tersebut. Kabupaten juga mengembangkan draf rencana untuk diseminasi dan

pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam diskusi dengan LPTK.

4. Konsultasi Publik: Forum multi-stakeholder. Dalam aktivitas ini, rekomendasi kebijakan dan draf rencana/anggaran dibagikan kepada para pemangku kepen-tingan dan pengambil keputusan untuk mendapatkan umpan balik dan membantu memfinalkan

kebijakan kabupaten. Satu anggota dari tim kabupaten (biasanya Kepala Dinas Pendidikan) mempresentasikan hasil dan rekomendasi pada para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan, biasanya termasuk Bupati, Kepala Bappeda, Kepala BKD dan perwakilan Dinas Pendidikan, DPRD, perkumpulan guru, media lokal, guru dan komunitas.

Bagan Langkah

v

Lokakarya Implementasi

Berdasarkan praktik yang baik yang dipelajari di Indonesia dan seluruh dunia, kami mengetahui bahwa pengembangan profesional guru paling baik dilakukan pada kelompok kerja guru atau di sekolah. Guru-guru dapat belajar lebih baik dalam kelompok dengan rekan seprofesi. Keuntungannya, pendekatan ini tidak hanya lebih efektif dibandingkan pendekatan tradisional yang menyediakan pelatihan di tingkat kabupaten, tapi juga lebih murah. Kami membantu kabupaten untuk merancang program pengembangan keprofesian berkelanjutan berdasarkan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta menggunakan guru dan kepala sekolah lokal yang sudah terlatih sebagai fasilitator.

Pemetaan distribusi guru dan kebutuhan sekolah menggunakan data yang didapatkan dari Data Pokok Pendidikan (DAPODIK), pusat data online nasional milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Data dianalisa menggunakan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Dasar SIMDIKDAS, sebuah aplikasi sederhana berbasis Microsoft Excel. Untuk menentukan kebutuhan pemerataan guru, standar nasional digunakan: (1) standar untuk guru

kelas sekolah dasar adalah satu guru per kelas, (2) standar maksimum sebuah kelas di sekolah dasar adalah 32 siswa, dan (3) guru mata pelajaran di sekolah dasar atau sekolah menengah pertama harus mengajar paling sedikit 24 jam pelajaran per minggu.

Mitra dari kabupaten dilatih untuk menggunakan software tersebut dan melakukan analisis bersama spesialis USAID PRIORITAS dan universitas mitra. Mitra kabupaten termasuk personil dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bertanggung jawab untuk tata kelola data dan perencanaan. Pelatihan terdiri dari pengenalan atas software, sebuah aplikasi sederhana Microsoft Excel yang menghubungkan data tentang guru, siswa dan sekolah untuk mengana-lisa faktor seperti ukuran sekolah, siswa per kelas dan jumlah kategori guru yang berbeda. Tim kecil dari tiap kabupaten menganalisa data mereka dengan bimbingan dari spesialis program USAID PRIORITAS dan universitas.

Bekerja bersama kabupaten

Proses tersebut memakan waktu sekitar enam bulan di setiap provinsi dan meliputi langkah-langkah pada bagan di samping. Setiap langkah

ditindaklanjuti dengan pendam-pingan di tempat (atau 'mentoring') di kabupaten untuk membantu tim kabupaten mempersiapkan data, menyelesaikan analisis, menyiapkan presentasi dan melakukan advokasi untuk rekomendasi kebijakan.

1. Sosialisasi. Aktivitas awal ini bertujuan membangun komitmen setara antara USAID PRIORITAS dan kabupaten mitra untuk pemerataan guru yang adil, serta meningkatkan kesadaran atas pentingnya pendataan yang baik sebagai dasar penyusunan kebijakan.

2. Lokakarya 1. Analisis Data dan Identifikasi Isu Strategis. Aktivitas ini memfokuskan pada pemetaan pemerataan guru secara detail dan memformulasikan isu strategis untuk pemerataan guru, berdasarkan hasil analisis guru. Kami juga memetakan kelompok kerja guru, menghitung unit biaya untuk pelatihan dalam jabatan dan potensi dana yang tersedia dari anggaran kabupaten (APBD), anggaran sekolah (Bantuan Operasional Sekolah/BOS) dan Tunjangan Profesi Pendidik (TPP).

3. Lokakarya 2. Analisis Kebijakan dan Perencanaan. Aktivitas ini memfokuskan pada langkah analisis kebijakan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guruiv

Page 7: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Konsultasi Publik

Kegiatan Sosialisasi

Lokakarya #1:Analisis Distribusi

Guru

Lokakarya #2:Analisa Kebijakan

Penataan danPemerataan Guru

Pendampingan/Fasilitasi 1:Penyiapan data bahan WS #1

Pendampingan/Fasilitasi 2:Melengkapi analisis distribusi

guru dan mengidentifikasiisu strategis

Pendampingan/Fasilitasi 3:Melengkapi alternatif

kebijakan, pemilihan alternatif,dan formulasi kebijakan

Output dari pendampingan inidata yang sudah disepakatiuntuk dianalisa pada WS #1

Output dari pendampingan iniisu-isu strategis untuk bahan

WS #2

Output dari pendampingan inirekomendasi kebijakan

sebagai bahan konsultasi publik

(mengidentifikasi alternatif kebijakan untuk tata kelola guru yang lebih baik, menciptakan kriteria untuk pemilihan alter-natif kebijakan, memformulasi rekomendasi kebijakan), dan merancang implementasi kebijakan, serta menentukan kemungkinan dari dampak kebijakan tersebut. Kabupaten juga mengembangkan draf rencana untuk diseminasi dan

pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam diskusi dengan LPTK.

4. Konsultasi Publik: Forum multi-stakeholder. Dalam aktivitas ini, rekomendasi kebijakan dan draf rencana/anggaran dibagikan kepada para pemangku kepen-tingan dan pengambil keputusan untuk mendapatkan umpan balik dan membantu memfinalkan

kebijakan kabupaten. Satu anggota dari tim kabupaten (biasanya Kepala Dinas Pendidikan) mempresentasikan hasil dan rekomendasi pada para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan, biasanya termasuk Bupati, Kepala Bappeda, Kepala BKD dan perwakilan Dinas Pendidikan, DPRD, perkumpulan guru, media lokal, guru dan komunitas.

Bagan Langkah

v

Lokakarya Implementasi

Berdasarkan praktik yang baik yang dipelajari di Indonesia dan seluruh dunia, kami mengetahui bahwa pengembangan profesional guru paling baik dilakukan pada kelompok kerja guru atau di sekolah. Guru-guru dapat belajar lebih baik dalam kelompok dengan rekan seprofesi. Keuntungannya, pendekatan ini tidak hanya lebih efektif dibandingkan pendekatan tradisional yang menyediakan pelatihan di tingkat kabupaten, tapi juga lebih murah. Kami membantu kabupaten untuk merancang program pengembangan keprofesian berkelanjutan berdasarkan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta menggunakan guru dan kepala sekolah lokal yang sudah terlatih sebagai fasilitator.

Pemetaan distribusi guru dan kebutuhan sekolah menggunakan data yang didapatkan dari Data Pokok Pendidikan (DAPODIK), pusat data online nasional milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Data dianalisa menggunakan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Dasar SIMDIKDAS, sebuah aplikasi sederhana berbasis Microsoft Excel. Untuk menentukan kebutuhan pemerataan guru, standar nasional digunakan: (1) standar untuk guru

kelas sekolah dasar adalah satu guru per kelas, (2) standar maksimum sebuah kelas di sekolah dasar adalah 32 siswa, dan (3) guru mata pelajaran di sekolah dasar atau sekolah menengah pertama harus mengajar paling sedikit 24 jam pelajaran per minggu.

Mitra dari kabupaten dilatih untuk menggunakan software tersebut dan melakukan analisis bersama spesialis USAID PRIORITAS dan universitas mitra. Mitra kabupaten termasuk personil dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang bertanggung jawab untuk tata kelola data dan perencanaan. Pelatihan terdiri dari pengenalan atas software, sebuah aplikasi sederhana Microsoft Excel yang menghubungkan data tentang guru, siswa dan sekolah untuk mengana-lisa faktor seperti ukuran sekolah, siswa per kelas dan jumlah kategori guru yang berbeda. Tim kecil dari tiap kabupaten menganalisa data mereka dengan bimbingan dari spesialis program USAID PRIORITAS dan universitas.

Bekerja bersama kabupaten

Proses tersebut memakan waktu sekitar enam bulan di setiap provinsi dan meliputi langkah-langkah pada bagan di samping. Setiap langkah

ditindaklanjuti dengan pendam-pingan di tempat (atau 'mentoring') di kabupaten untuk membantu tim kabupaten mempersiapkan data, menyelesaikan analisis, menyiapkan presentasi dan melakukan advokasi untuk rekomendasi kebijakan.

1. Sosialisasi. Aktivitas awal ini bertujuan membangun komitmen setara antara USAID PRIORITAS dan kabupaten mitra untuk pemerataan guru yang adil, serta meningkatkan kesadaran atas pentingnya pendataan yang baik sebagai dasar penyusunan kebijakan.

2. Lokakarya 1. Analisis Data dan Identifikasi Isu Strategis. Aktivitas ini memfokuskan pada pemetaan pemerataan guru secara detail dan memformulasikan isu strategis untuk pemerataan guru, berdasarkan hasil analisis guru. Kami juga memetakan kelompok kerja guru, menghitung unit biaya untuk pelatihan dalam jabatan dan potensi dana yang tersedia dari anggaran kabupaten (APBD), anggaran sekolah (Bantuan Operasional Sekolah/BOS) dan Tunjangan Profesi Pendidik (TPP).

3. Lokakarya 2. Analisis Kebijakan dan Perencanaan. Aktivitas ini memfokuskan pada langkah analisis kebijakan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guruiv

Page 8: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

iHattie, J. (2009). Visible learning: A synthesis of over 800 meta-analyses relating to achievement. Oxon: Routledge.

iiAngka 32 berasal dari Standar Layanan Minimum yang ditetapkan Kementerian Dalam Negeri. Standar pendidikan nasional, ditetapkan oleh badan nasional yang ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki angka yang lebih rendah, dengan standar berada antara 20 dan 28. Angka 24 jam mata pelajaran per minggu berasal dari UU Guru dan Dosen (Undang-Undang 14, tahun 2005).

Angka 24 jam mata pelajaran per minggu berasal dari UU Guru dan Dosen (Undang-Undang 14, tahun 2005).

PRIORITAS untuk pelatihan dalam jabatan dan pendampingan harus didiseminasikan pada seluruh guru di satu kabupaten. Sebagaimana dijelaskan di atas, kami juga mengetahui bahwa pengembangan keprofesian guru yang terbaik dilakukan pada kelompok kerja guru (atau sekolah).

Banyak guru juga memerlukan pelatihan untuk mengajar mata pelajaran baru atau tingkat kelas baru – atau untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Banyak guru yang belum tersertifikasi. LPTK dapat menyediakan peningkatan kapasitas dan pelatihan ulang – dan juga mulai mengambil peran yang lebih besar dalam perancangan dan pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan, menggunakan fasilitator daerah untuk melaksanakan pelatihan pada

tingkat kelompok kerja guru dan sekolah.

Pertanyaannya adalah bagaimana menemukan waktu dan uang untuk membayar seluruh pelatihan ini? Anggaran kabupaten sangat terbatas dan hampir seluruh anggaran dihabiskan untuk gaji guru dan biaya-biaya. (sekitar 85% pada sebagian besar kabupaten). Setelah biaya tetap lainnya dibayarkan, jumlah uang tersisa untuk pelatihan ulang dan program peningkatan kualitas biasanya kurang dari 5% dari anggaran pendidikan.

Pembiayaan ini dapat ditingkatkan menjadi lebih besar dengan dana tambahan dari sekolah (BOS) dan guru (TPP). Kami tidak menyarankan bahwa kabupaten mengelola dana tambahan ini. Sebaliknya, program pengembangan keprofesian berkelanjutan yang baik

vii

dapat dikelola secara koperasi oleh guru, sekolah dan kabupaten – dengan dukungan dari LPTK jika diperlukan. Biaya-biaya dapat dibagi dan dikelola oleh kelompok kerja guru. Sebagai contoh, kabupaten dapat menyediakan fasilitator khusus, sementara kelompok kerja guru menutup biaya seperti biaya fotokopi, fasilitas dan konsumsi (dengan dana yang dikumpulkan dari sekolah), dan guru-guru membayar sendiri biaya transportasi mereka.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan dapat dilakukan dalam pertemuan kelompok kerja guru secara rutin (mingguan atau bulanan), didukung dengan pendampingan yang disediakan fasilitator seperti guru senior di kelas dan sekolah.

5. Lokakarya Implementasi. Ketika kebijakan dan rencana disetujui, pada tahap ini, aktivitas utama adalah untuk mengembangkan regulasi lokal dan rencana implementasi teknis untuk memungkinkan pelaksanaan dan aksi nyata pada tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten.

Sebuah kegiatan tindak lanjut yang final yang dilakukan di beberapa kabupaten adalah untuk mendukung kabupaten mengintegrasikan hasil kerja ini ke dalam rencana strategis lima tahunan (renstra). Hal ini membantu memastikan bahwa rencana dan kebijakan tersebut akan dibiayai dan diimplementasikan pada tahun-tahun ke depan.

Isu dan kebijakan untuk pemerataan guru

Dua isu strategis utama yang muncul dari analisis dengan kabupaten adalah (1) distribusi guru kelas yang tidak merata, dan (2) sekolah kecil.

Rekomendasi kebijakan untuk menjawab isu ini bervariasi tergantung konteks lokal, namun ada beberapa pola sama pada kabupaten-kabupaten, baik dalam satu provinsi maupun antar provinsi. Pola-pola tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuh pendekatan, yaitu: (1)

penggabungan sekolah, (2) kelas rangkap, (3) guru mobile (mengajar di lebih dari satu sekolah), (4) guru multi-mapel, (5) transfer guru, (6) pelatihan ulang dan penugasan ulang guru ke mapel baru atau tingkat baru, dan (7) mengangkat guru dari guru honorer/non PNS.

Tiga pendekatan pertama menciptakan efisiensi dengan mengurangi kebutuhan guru di sekolah kecil. Seluruh pendekatan memanfaatkan sumber daya guru yang ada melalui pemerataan yang lebih cerdas. Beberapa kabupaten

memilih untuk menyediakan insentif bagi guru untuk direlokasi dari sekolah di perkotaan ke sekolah di pedesaan atau kawasan terpencil.

Isu, kebijakan dan praktik bagi pengembangan keprofesian berkelanjutan guru

Seluruh guru memerlukan Pengem-bangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Semua guru perlu belajar cara yang lebih baik untuk pembelajaran. Untuk alasan inilah disepakati bahwa modul USAID

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guruvi

Pasca penggabungan SDN 1 Cilimus dengan SDN 3 Cilimus, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Program penataan dan pemerataan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dari aspek pemenuhan kecukupan guru.

Page 9: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

iHattie, J. (2009). Visible learning: A synthesis of over 800 meta-analyses relating to achievement. Oxon: Routledge.

iiAngka 32 berasal dari Standar Layanan Minimum yang ditetapkan Kementerian Dalam Negeri. Standar pendidikan nasional, ditetapkan oleh badan nasional yang ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki angka yang lebih rendah, dengan standar berada antara 20 dan 28. Angka 24 jam mata pelajaran per minggu berasal dari UU Guru dan Dosen (Undang-Undang 14, tahun 2005).

Angka 24 jam mata pelajaran per minggu berasal dari UU Guru dan Dosen (Undang-Undang 14, tahun 2005).

PRIORITAS untuk pelatihan dalam jabatan dan pendampingan harus didiseminasikan pada seluruh guru di satu kabupaten. Sebagaimana dijelaskan di atas, kami juga mengetahui bahwa pengembangan keprofesian guru yang terbaik dilakukan pada kelompok kerja guru (atau sekolah).

Banyak guru juga memerlukan pelatihan untuk mengajar mata pelajaran baru atau tingkat kelas baru – atau untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Banyak guru yang belum tersertifikasi. LPTK dapat menyediakan peningkatan kapasitas dan pelatihan ulang – dan juga mulai mengambil peran yang lebih besar dalam perancangan dan pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan, menggunakan fasilitator daerah untuk melaksanakan pelatihan pada

tingkat kelompok kerja guru dan sekolah.

Pertanyaannya adalah bagaimana menemukan waktu dan uang untuk membayar seluruh pelatihan ini? Anggaran kabupaten sangat terbatas dan hampir seluruh anggaran dihabiskan untuk gaji guru dan biaya-biaya. (sekitar 85% pada sebagian besar kabupaten). Setelah biaya tetap lainnya dibayarkan, jumlah uang tersisa untuk pelatihan ulang dan program peningkatan kualitas biasanya kurang dari 5% dari anggaran pendidikan.

Pembiayaan ini dapat ditingkatkan menjadi lebih besar dengan dana tambahan dari sekolah (BOS) dan guru (TPP). Kami tidak menyarankan bahwa kabupaten mengelola dana tambahan ini. Sebaliknya, program pengembangan keprofesian berkelanjutan yang baik

vii

dapat dikelola secara koperasi oleh guru, sekolah dan kabupaten – dengan dukungan dari LPTK jika diperlukan. Biaya-biaya dapat dibagi dan dikelola oleh kelompok kerja guru. Sebagai contoh, kabupaten dapat menyediakan fasilitator khusus, sementara kelompok kerja guru menutup biaya seperti biaya fotokopi, fasilitas dan konsumsi (dengan dana yang dikumpulkan dari sekolah), dan guru-guru membayar sendiri biaya transportasi mereka.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan dapat dilakukan dalam pertemuan kelompok kerja guru secara rutin (mingguan atau bulanan), didukung dengan pendampingan yang disediakan fasilitator seperti guru senior di kelas dan sekolah.

5. Lokakarya Implementasi. Ketika kebijakan dan rencana disetujui, pada tahap ini, aktivitas utama adalah untuk mengembangkan regulasi lokal dan rencana implementasi teknis untuk memungkinkan pelaksanaan dan aksi nyata pada tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten.

Sebuah kegiatan tindak lanjut yang final yang dilakukan di beberapa kabupaten adalah untuk mendukung kabupaten mengintegrasikan hasil kerja ini ke dalam rencana strategis lima tahunan (renstra). Hal ini membantu memastikan bahwa rencana dan kebijakan tersebut akan dibiayai dan diimplementasikan pada tahun-tahun ke depan.

Isu dan kebijakan untuk pemerataan guru

Dua isu strategis utama yang muncul dari analisis dengan kabupaten adalah (1) distribusi guru kelas yang tidak merata, dan (2) sekolah kecil.

Rekomendasi kebijakan untuk menjawab isu ini bervariasi tergantung konteks lokal, namun ada beberapa pola sama pada kabupaten-kabupaten, baik dalam satu provinsi maupun antar provinsi. Pola-pola tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuh pendekatan, yaitu: (1)

penggabungan sekolah, (2) kelas rangkap, (3) guru mobile (mengajar di lebih dari satu sekolah), (4) guru multi-mapel, (5) transfer guru, (6) pelatihan ulang dan penugasan ulang guru ke mapel baru atau tingkat baru, dan (7) mengangkat guru dari guru honorer/non PNS.

Tiga pendekatan pertama menciptakan efisiensi dengan mengurangi kebutuhan guru di sekolah kecil. Seluruh pendekatan memanfaatkan sumber daya guru yang ada melalui pemerataan yang lebih cerdas. Beberapa kabupaten

memilih untuk menyediakan insentif bagi guru untuk direlokasi dari sekolah di perkotaan ke sekolah di pedesaan atau kawasan terpencil.

Isu, kebijakan dan praktik bagi pengembangan keprofesian berkelanjutan guru

Seluruh guru memerlukan Pengem-bangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Semua guru perlu belajar cara yang lebih baik untuk pembelajaran. Untuk alasan inilah disepakati bahwa modul USAID

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guruvi

Pasca penggabungan SDN 1 Cilimus dengan SDN 3 Cilimus, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Program penataan dan pemerataan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dari aspek pemenuhan kecukupan guru.

Page 10: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

ix

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

54

62

68

72

78

82

86

90

94

Perbanyak Fasilitator dan Bentuk Sekolah Unggulan

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

Wajibkan Guru Ikuti Pelatihan Sekali dalam Setahun

Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Peningkatan Kualitas Guru Secara Mandiri

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Jamin Keprofesian Semua Guru, Disiapkan Ratusan Fasilitator Baru

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

Hidupkan MGMP untuk Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

Kota Tangerang Selatan, Banten

Optimalkan Peran Gugus untuk Profesionalisme Guru

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Pengembangan Mutu Guru yang Sistemik dan Berkelanjutan

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Diseminasi Berjalan Masif: Kesetaraan Sekolah dan Madrasah

Provinsi AcehPemerintah Aceh Alokasikan 16,8 Milyar untuk Diseminasi

98 Kabupaten Pidie, AcehRibuan Guru Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik Secara Mandiri

101 Daftar Konsultan dan Fasilitator Program Tata Kelola Guru LPTK Mitra USAID PRIORITAS

DAFTAR ISI PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU

Kembangkan Pembelajaran Kelas Rangkap untuk Sekolah Kecil

Kabupaten Blitar, Jawa Timur02

Penggabungan 69 SDN Sistematis dan Bertahap

Kabupaten Semarang, Jawa Tengah08

Penggabungan Sekolah Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

16

Alih Fungsi GuruSatu Kebijakan Multi-fungsi

Kota Cimahi, Jawa Barat20

Atasi Kekurangan Guru, Sekolahkan PNS Nonguru

Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 26

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guruviii

Kebijakan Mutasi 727 Guru SD dan SMP

32 Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh

Kabupaten Pandeglang, Banten

Totalitas Tata Distribusi GuruKabupaten Kuningan, Jawa Barat38

Mutasi Berbasis Data yang EfektifKabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan46

Mengatasi Kelangkaan Guru di Sekolah Terpencil

Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara49

Page 11: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

ix

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

54

62

68

72

78

82

86

90

94

Perbanyak Fasilitator dan Bentuk Sekolah Unggulan

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

Wajibkan Guru Ikuti Pelatihan Sekali dalam Setahun

Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Peningkatan Kualitas Guru Secara Mandiri

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Jamin Keprofesian Semua Guru, Disiapkan Ratusan Fasilitator Baru

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

Hidupkan MGMP untuk Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

Kota Tangerang Selatan, Banten

Optimalkan Peran Gugus untuk Profesionalisme Guru

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Pengembangan Mutu Guru yang Sistemik dan Berkelanjutan

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Diseminasi Berjalan Masif: Kesetaraan Sekolah dan Madrasah

Provinsi AcehPemerintah Aceh Alokasikan 16,8 Milyar untuk Diseminasi

98 Kabupaten Pidie, AcehRibuan Guru Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik Secara Mandiri

101 Daftar Konsultan dan Fasilitator Program Tata Kelola Guru LPTK Mitra USAID PRIORITAS

DAFTAR ISI PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU

Kembangkan Pembelajaran Kelas Rangkap untuk Sekolah Kecil

Kabupaten Blitar, Jawa Timur02

Penggabungan 69 SDN Sistematis dan Bertahap

Kabupaten Semarang, Jawa Tengah08

Penggabungan Sekolah Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

16

Alih Fungsi GuruSatu Kebijakan Multi-fungsi

Kota Cimahi, Jawa Barat20

Atasi Kekurangan Guru, Sekolahkan PNS Nonguru

Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 26

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guruviii

Kebijakan Mutasi 727 Guru SD dan SMP

32 Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh

Kabupaten Pandeglang, Banten

Totalitas Tata Distribusi GuruKabupaten Kuningan, Jawa Barat38

Mutasi Berbasis Data yang EfektifKabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan46

Mengatasi Kelangkaan Guru di Sekolah Terpencil

Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara49

Page 12: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Dalam pelaksanaan program penataan dan pemerataan guru

tersebut tetap mengedepankan sisi humanisnya, seperti aspek keluarga,

usia, maupun senioritas serta menjauhkan dari unsur like dan

dislike. Bahwa program ini memang murni untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Taput, hal itu dibuktikan dengan pemberian

insentif kepada tenaga pengajar yang akan ditempatkan di daerah

terpencil dan sangat terpencil. Mari kita sosialisasikan program ini dan beri pemahaman mulai dari orang-

orang terdekat kita sehingga menjauhkan prasangka tidak baik yang dapat menimbulkan riak-riak

bahkan konflik.

Petikan

Dinas merencanakan melakukan pengabungan SD Negeri

tahap dua dengan mengevaluasi pelaksanaan pada tahap pertama

yakni pada Januari 2015. Hasil evaluasi pelaksanaan penggabungan tahap I ternyata tidak mengalami kendala yang berarti. Baik dari sisi

aset, siswa, guru, pembelajaran, komite sekolah, dan lain-lain.

Bupati Pandeglang, Banten, Erwan Kurtubi

Situs berita: www.skalanews.com. 21 April 2014

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Dewi Pramuningsih. Harian Suara Merdeka. 23 Maret 2015

”Bupati Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Nikson Nababan. Situs Pemkab Taput: www.taputkab.go.id. 9 Maret 2015

Saat ini penyebaran guru tidak merata, masih terjadi penumpukan

di sekolah perkotaan serta kekurangan pengajar untuk mata pelajaran tertentu. Kalau memang pada satu sekolah terjadi kelebihan guru maka harus dilakukan mutasi

dan sebagian guru dipindahkan pada sekolah yang masih kurang.

Dengan kata lain, satu guru akan menghadapi jumlah murid yang

ideal untuk diajarnya sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Apabila murid terlalu sedikit atau terlalu banyak, kelas menjadi tidak efektif dan mutu pembelajaran juga

akan menurun.

Wakil Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan, Muhammad Yasin.Kantor Berita Antara. 6 Januari 2014

Banyak guru yang meminta pindah tugas dengan alasan yang

tidak masuk akal seperti alasan jauh, anak masih kecil, tidak bisa ini dan

itu. Semuanya dijadikan alasan untuk dapat ditugas ke sekolah yang dekat dan enggan bertugas di tempak yang

jauh. PPG diharapkan mampu mengatasi persoalan ini sebab

dengan PPG guru akan tersebar merata di seluruh sekolah.

Sekretaris Daerah Abdya, Aceh, Ramli Bahar Harian Serambi Indonesia. 23 Mei 2015

““

Kuningan, harus melakukan penggabungan sekolah. Kebijakan itu

merupakan pilihan mendesak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru

yang menyatakan rasio guru ideal 20: 1, masih ada sekitar 30 persen

sekolah kecil dengan rasio di bawah 20 siswa per rombongan belajar.

Mereka tersebar di 14 kecamatan di kabupaten ini.

Wakil Bupati Blitar, Jawa Timur, Riyanto.Kantor Berita Antara. 15 Oktober 2014

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuningan, Asep Taufik R.Harian Kompas. 21 Mei 2015

Keberhasilan Blitar itu karena adanya komitmen bersama untuk menata tenaga pendidik dengan

lebih baik, sehingga hak siswa untuk belajar dapat terpenuhi dan merata.

Untuk mengantisipasinya, kami menerapkan Kelas Rangkap untuk sekolah-sekolah yang kekurangan

tenaga pengajar dan hal itu tertuang dalam Peraturan Bupati Blitar.

Page 13: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU

(PPG)

Page 14: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru2

Mengelola Sekolah Kecil

Hasil utama dari program penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Blitar adalah teridentifikasinya sekolah kecil yang jumlahnya sangat banyak sehingga penyebaran guru menjadi tidak efisien dan banyak SD yang kekurangan guru kelas (berda-sarkan jumlah kelas, bukan jumlah siswa). Dari 222 SD (41% dari total

jumlah SD) memiliki jumlah siswa rata-rata 16 siswa atau kurang (yang berada di bawah setengah dari standar pelayanan minimum/SPM).

Beberapa pilihan pembelajaran untuk sekolah-sekolah ini yaitu (1) dilaksanakan dengan kelas kecil, jumlah siswanya sedikit, dan banyak kelas diajar oleh guru honorer unqualified karena kurangnya guru

kelas PNS, (2) dilaksanakan paralel, di mana satu guru mengajar dua kelas. Seringkali guru melakukannya dengan bergerak atau berpindah antara masing-masing kelas untuk mengajar, dan (3) pendekatan kelas rangkap, di mana pembelajaran terintegrasi di lebih dari satu kelas dengan jenjang yang berbeda, tetapi tugas-tugas belajar dibedakan.

Kembangkan Pembelajaran Kelas Rangkap untuk Sekolah Kecil

Kabupaten Blitar, Jawa Timur

Pembelajaran kelas rangkap siswa kelas III dan kelas IV di SDN Suruhwadang 02. Mereka sedang belajar matematika, siswa kelas III belajar perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, sedangkan kelas IV belajar melakukan operasi perkalian dan pembagian.

Penataan dan Pemerataan Guru 3

Kabupaten Blitar memutuskan untuk menggabungkan sekolah-sekolah kecil yang berada di dalam satu desa yang kedua sekolah terse-but masih dapat dijangkau, dan melaksanakan pembelajaran kelas rangkap khususnya untuk sekolah-sekolah kecil yang tidak mungkin untuk digabung. Kebijakan ini telah diformalkan dalam peraturan bupati tentang pembelajaran kelas rangkap yang dikeluarkan pada 8 Oktober 2015.

Strategi Implementasi Kebijakan

Sebagai langkah pertama, mereka melakukan pilot pembelajaran kelas rangkap di beberapa sekolah. Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar mem-buat pelatihan pembelajaran aktif selama tiga hari untuk para guru kelas rangkap di sepuluh sekolah kecil. Berdasarkan komitmen dan kinerja mereka dalam pelatihan, dipilih empat sekolah pilot yang melaksanakan pembelajaran kelas rangkap dari sepuluh sekolah kecil, yaitu SDN Suruhwadang 02, SDN Doko 02, SDN Gadungan 03 dan SDN Sumber asri 06.

Sebagai tindak lanjutnya, para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di empat sekolah tersebut, dilatih dan didampingi lima fasilitator

kabupaten, untuk mengimplemen-tasikan pembelajaran kelas rangkap yaitu kelas 1 dan II, kelas III dan IV, serta kelas V dan VI, yang masing-masing kelas digabung menjadi satu dalam kelas. Program ini didanai sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Blitar.

Pelatihan pembelajaran kelas rangkap diajarkan para guru untuk mempersiapkan Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP) yang terpadu. Guru mengidentifikasi Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap tingkat kelas, dan mempersiapkan tugas dan lembar kerja yang berbeda untuk setiap tingkat kelas.

Dalam praktik kelas rangkap, pembelajaran dapat digabung menjadi satu kelas untuk dua kelas yang berbeda. Syaratnya, mata pelajaran yang sedang diajarkan sama dan RPP dapat digabungkan. Misalnya, pembelajaran kelas III dan IV yang digabung menjadi satu dan membahas pelajaran IPA tentang tumbuhan.

Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap, Kabupaten Blitar memberikan sejumlah pendampingan oleh fasilitator dan pengawas sekolah. Mereka juga membentuk Kelompok Kerja Guru (KKG) khusus kelas

rangkap di mana empat sekolah bertemu secara rutin sebulan sekali untuk berbagi keberhasilan atau memecahkan masalah yang ditemukan di kelas.

Ibu Suprih Siswanti, Kepala SDN Suruhwadang 2 Blitar, yang seko-lahnya menerapkan kelas rangkap mengungkapkan banyak manfaat yang diperoleh dengan penerapan kelas rangkap. Selain membantu mengatasi keterbatasan guru, program ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

“Implementasi pembelajaran kelas rangkap di SDN Suruhwadang 2 sangat memuaskan. Kakak kelas juga dapat menjadi tutor bagi adik kelasnya saat pembelajaran kelas rangkap diterapkan,” tukasnya.

Bupati Blitar, Bapak Riyanto, mendukung pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Menurutnya, Kabupaten Blitar berhasil menerapkan kelas rangkap karena adanya komitmen bersama untuk menata guru dengan lebih baik sehingga hak siswa untuk belajar dapat terpenuhi dan merata.

Dampak Kebijakan

Tim USAID PRIORITAS melakukan kunjungan ke empat SD pilot pelaksana pembelajaran kelas

Page 15: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru2

Mengelola Sekolah Kecil

Hasil utama dari program penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Blitar adalah teridentifikasinya sekolah kecil yang jumlahnya sangat banyak sehingga penyebaran guru menjadi tidak efisien dan banyak SD yang kekurangan guru kelas (berda-sarkan jumlah kelas, bukan jumlah siswa). Dari 222 SD (41% dari total

jumlah SD) memiliki jumlah siswa rata-rata 16 siswa atau kurang (yang berada di bawah setengah dari standar pelayanan minimum/SPM).

Beberapa pilihan pembelajaran untuk sekolah-sekolah ini yaitu (1) dilaksanakan dengan kelas kecil, jumlah siswanya sedikit, dan banyak kelas diajar oleh guru honorer unqualified karena kurangnya guru

kelas PNS, (2) dilaksanakan paralel, di mana satu guru mengajar dua kelas. Seringkali guru melakukannya dengan bergerak atau berpindah antara masing-masing kelas untuk mengajar, dan (3) pendekatan kelas rangkap, di mana pembelajaran terintegrasi di lebih dari satu kelas dengan jenjang yang berbeda, tetapi tugas-tugas belajar dibedakan.

Kembangkan Pembelajaran Kelas Rangkap untuk Sekolah Kecil

Kabupaten Blitar, Jawa Timur

Pembelajaran kelas rangkap siswa kelas III dan kelas IV di SDN Suruhwadang 02. Mereka sedang belajar matematika, siswa kelas III belajar perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, sedangkan kelas IV belajar melakukan operasi perkalian dan pembagian.

Penataan dan Pemerataan Guru 3

Kabupaten Blitar memutuskan untuk menggabungkan sekolah-sekolah kecil yang berada di dalam satu desa yang kedua sekolah terse-but masih dapat dijangkau, dan melaksanakan pembelajaran kelas rangkap khususnya untuk sekolah-sekolah kecil yang tidak mungkin untuk digabung. Kebijakan ini telah diformalkan dalam peraturan bupati tentang pembelajaran kelas rangkap yang dikeluarkan pada 8 Oktober 2015.

Strategi Implementasi Kebijakan

Sebagai langkah pertama, mereka melakukan pilot pembelajaran kelas rangkap di beberapa sekolah. Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar mem-buat pelatihan pembelajaran aktif selama tiga hari untuk para guru kelas rangkap di sepuluh sekolah kecil. Berdasarkan komitmen dan kinerja mereka dalam pelatihan, dipilih empat sekolah pilot yang melaksanakan pembelajaran kelas rangkap dari sepuluh sekolah kecil, yaitu SDN Suruhwadang 02, SDN Doko 02, SDN Gadungan 03 dan SDN Sumber asri 06.

Sebagai tindak lanjutnya, para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di empat sekolah tersebut, dilatih dan didampingi lima fasilitator

kabupaten, untuk mengimplemen-tasikan pembelajaran kelas rangkap yaitu kelas 1 dan II, kelas III dan IV, serta kelas V dan VI, yang masing-masing kelas digabung menjadi satu dalam kelas. Program ini didanai sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Blitar.

Pelatihan pembelajaran kelas rangkap diajarkan para guru untuk mempersiapkan Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP) yang terpadu. Guru mengidentifikasi Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap tingkat kelas, dan mempersiapkan tugas dan lembar kerja yang berbeda untuk setiap tingkat kelas.

Dalam praktik kelas rangkap, pembelajaran dapat digabung menjadi satu kelas untuk dua kelas yang berbeda. Syaratnya, mata pelajaran yang sedang diajarkan sama dan RPP dapat digabungkan. Misalnya, pembelajaran kelas III dan IV yang digabung menjadi satu dan membahas pelajaran IPA tentang tumbuhan.

Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap, Kabupaten Blitar memberikan sejumlah pendampingan oleh fasilitator dan pengawas sekolah. Mereka juga membentuk Kelompok Kerja Guru (KKG) khusus kelas

rangkap di mana empat sekolah bertemu secara rutin sebulan sekali untuk berbagi keberhasilan atau memecahkan masalah yang ditemukan di kelas.

Ibu Suprih Siswanti, Kepala SDN Suruhwadang 2 Blitar, yang seko-lahnya menerapkan kelas rangkap mengungkapkan banyak manfaat yang diperoleh dengan penerapan kelas rangkap. Selain membantu mengatasi keterbatasan guru, program ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

“Implementasi pembelajaran kelas rangkap di SDN Suruhwadang 2 sangat memuaskan. Kakak kelas juga dapat menjadi tutor bagi adik kelasnya saat pembelajaran kelas rangkap diterapkan,” tukasnya.

Bupati Blitar, Bapak Riyanto, mendukung pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Menurutnya, Kabupaten Blitar berhasil menerapkan kelas rangkap karena adanya komitmen bersama untuk menata guru dengan lebih baik sehingga hak siswa untuk belajar dapat terpenuhi dan merata.

Dampak Kebijakan

Tim USAID PRIORITAS melakukan kunjungan ke empat SD pilot pelaksana pembelajaran kelas

Page 16: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru4

Kelas

Jumlah Siswa

SDN Suruhwadang

02

SDN Sumber Asri 06

SDN Doko 02

SDN Gadungan 03

Kelas I-II 29 11 16 13

Kelas III-IV 8 8 17 13

Kelas V-VI 8 6 14 12

Jumlah Siswa 45 25 47 38

Tabel 1. Distribusi Siswa di Sekolah

Penataan dan Pemerataan Guru 5

Pembelajaran kelas rangkap di SDN

Doko 02.

rangkap. Letak sekolah ini berada di daerah yang relatif terpencil, masing-masing agak jauh dari yang lain; satu di selatan yang dekat dengan pantai, dan tiga di sebelah utara, di kaki bukit Gunung Kelud. Sekolah tersebut adalah SDN Suruhwadang 02, SDN Sumber Asri 06, SDN Doko 02, dan SDN Gadungan 03. Distribusi siswa di sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

SDN Suruhwadang 02 memiliki empat guru PNS (termasuk kepala sekolah) yang mengajar empat kelas, dan dua guru paruh waktu (honorer), yang mengajar mata pelajaran khusus seperti agama dan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Ini adalah sekolah yang sangat baik, karena kepemimpinan kepala sekolah dan dukungan yang

kuat dari pengawas sekolah. Pendampingan intensif diberikan oleh pengawas, dan didukung oleh fasilitator daerah. Pengawas sekolah awalnya mengunjungi sekolah setiap hari untuk memastikan pembela-jaran dapat berjalan dengan baik. Sejak program ini dimulai, sekolah telah menerapkan pembelajaran kelas rangkap dengan pendekatan aktif sehingga kualitas pembelajaran tetap terjaga. Hal ini yang membuat orang tua tertarik untuk mendaf-tarkan siswanya ke sekolah ini sehingga siswa kelas I dan II jumlahnya meningkat signifikan.

Satu-satunya kekhawatiran yang ter-jadi adalah terkait implementasi program data pokok pendidikan nasional (DAPODIK) yang menen-tukan beban kerja guru dan terkait

tunjangan profesi pendidik (TPP). Sistem saat ini tidak memungkinkan guru kelas kecil (di bawah 20) melaporkan secara akurat beban kerja mereka dan menerima hak TPP mereka.

SDN Sumber Asri 06 terletak di daerah pegunungan Kelud Utara ini, memiliki 25 siswa yang diatur dalam tiga kelas. Sekolah memiliki dua guru (PNS), termasuk kepala sekolah, dan tiga guru honorer. Sekolah ini didirikan setelah letusan Gunung Kelud pada tahun 1990, ketika dua sekolah yang terletak di lereng gunung ditutup masyarakat pindah ke lokasi baru. Para guru melapor-kan bahwa banyak anak-anak yang lambat-belajar, banyak yang mende-rita gizi buruk, dan mereka sering absen selama musim cengkeh panen. Sekolah ini juga memiliki dua siswa ABK. Akses menuju ke sekolah harus melalui aliran sungai sehingga sulit untuk dicapai di musim hujan.

Pembelajaran kelas rangkap telah dilaksanakan dan diterima dengan baik oleh guru, orang tua, dan ma-syarakat lokal, termasuk pengawas. Tapi para guru menyampaikan kesulitannya karena harus bekerja ekstra dengan mempersiapkan RPP untuk dua tingkat kelas, dan kekhawatiran mengenai isu DAPODIK di atas.

SDN Doko 02 terletak di sebelah timur laut pusat Kabupaten Blitar, dan memiliki 47 siswa yang diatur dalam tiga kelas. Ada tiga guru PNS, termasuk kepala sekolah, dua guru pendidikan agama Islam dan guru olahraga. Sekolah telah menciptakan lingkungan belajar yang sangat baik, dengan membuat taman yang indah, ada taman bermain yang bersih dan rapi, serta ruang kelas yang dihiasi dengan hasil karya siswa dan guru.

Hanya saja di dekat sekolah ini, sekitar 300 meter ada SD negeri lainnya yang juga cukup bagus. Fakta bahwa ada sekolah lain yang dekat, menimbulkan pertanyaan mengapa penggabungan sekolah tidak dianggap sebagai pilihan untuk sekolah ini. Sejumlah orang tua juga telah mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah tetangga untuk tahun ajaran mendatang sehingga jumlah siswa kelas 1 hanya ada dua anak. Meskipun ada praktik yang baik di sekolah ini, pembelajaran kelas rangkap tidak mungkin untuk dipertahankan jangka panjang, tanpa dukungan dan perubahan yang substansial.

SDN Gadungan 03 terletak di daerah yang relatif terpencil di sebelah utara, dan memiliki 38 anak yang diatur dalam tiga kelas. Sekolah memiliki rasa identitas masyarakat

yang kuat dan didukung dengan baik oleh camat setempat. Dukungan yang sangat kuat untuk pembelajaran kelas rangkap sangat tampak di sekolah ini. Para guru menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan masalah dalam pelaksanaannya.

Kendala dan Masalah

Ada beberapa masalah dalam implementasi pembelajaran kelas rangkap yang terkait aspek teknis pembelajaran dan manajemen kelas, terutama yang berkaitan dengan administrasi, yaitu:

Administrasi Kelas: Perlu pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk mempersiapkan RPP, hanya tidak

akan dilakukan berulang dalam tahun-tahun mendatang. Hal ini dapat diatasi dengan menye-diakan lingkungan yang mendu-kung di sekolah, di KKG, dan dengan pendampingan. Insentif untuk guru juga dapat membantu.

Administrasi Guru: Ada masalah dengan database DAPODIK. Guru bersertifikat harus meme-nuhi persyaratan minimum agar memenuhi syarat untuk tunja-ngan profesi pendidik bulanan mereka. Peraturan sertifikasi dan sistem DAPODIK saat ini tidak memungkinkan guru untuk memasukkan kurang dari 20 siswa atau 24 jam pelajaran per minggu, yang berarti bahwa guru kelas kecil (termasuk di sekolah-

Page 17: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru4

Kelas

Jumlah Siswa

SDN Suruhwadang

02

SDN Sumber Asri 06

SDN Doko 02

SDN Gadungan 03

Kelas I-II 29 11 16 13

Kelas III-IV 8 8 17 13

Kelas V-VI 8 6 14 12

Jumlah Siswa 45 25 47 38

Tabel 1. Distribusi Siswa di Sekolah

Penataan dan Pemerataan Guru 5

Pembelajaran kelas rangkap di SDN

Doko 02.

rangkap. Letak sekolah ini berada di daerah yang relatif terpencil, masing-masing agak jauh dari yang lain; satu di selatan yang dekat dengan pantai, dan tiga di sebelah utara, di kaki bukit Gunung Kelud. Sekolah tersebut adalah SDN Suruhwadang 02, SDN Sumber Asri 06, SDN Doko 02, dan SDN Gadungan 03. Distribusi siswa di sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

SDN Suruhwadang 02 memiliki empat guru PNS (termasuk kepala sekolah) yang mengajar empat kelas, dan dua guru paruh waktu (honorer), yang mengajar mata pelajaran khusus seperti agama dan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Ini adalah sekolah yang sangat baik, karena kepemimpinan kepala sekolah dan dukungan yang

kuat dari pengawas sekolah. Pendampingan intensif diberikan oleh pengawas, dan didukung oleh fasilitator daerah. Pengawas sekolah awalnya mengunjungi sekolah setiap hari untuk memastikan pembela-jaran dapat berjalan dengan baik. Sejak program ini dimulai, sekolah telah menerapkan pembelajaran kelas rangkap dengan pendekatan aktif sehingga kualitas pembelajaran tetap terjaga. Hal ini yang membuat orang tua tertarik untuk mendaf-tarkan siswanya ke sekolah ini sehingga siswa kelas I dan II jumlahnya meningkat signifikan.

Satu-satunya kekhawatiran yang ter-jadi adalah terkait implementasi program data pokok pendidikan nasional (DAPODIK) yang menen-tukan beban kerja guru dan terkait

tunjangan profesi pendidik (TPP). Sistem saat ini tidak memungkinkan guru kelas kecil (di bawah 20) melaporkan secara akurat beban kerja mereka dan menerima hak TPP mereka.

SDN Sumber Asri 06 terletak di daerah pegunungan Kelud Utara ini, memiliki 25 siswa yang diatur dalam tiga kelas. Sekolah memiliki dua guru (PNS), termasuk kepala sekolah, dan tiga guru honorer. Sekolah ini didirikan setelah letusan Gunung Kelud pada tahun 1990, ketika dua sekolah yang terletak di lereng gunung ditutup masyarakat pindah ke lokasi baru. Para guru melapor-kan bahwa banyak anak-anak yang lambat-belajar, banyak yang mende-rita gizi buruk, dan mereka sering absen selama musim cengkeh panen. Sekolah ini juga memiliki dua siswa ABK. Akses menuju ke sekolah harus melalui aliran sungai sehingga sulit untuk dicapai di musim hujan.

Pembelajaran kelas rangkap telah dilaksanakan dan diterima dengan baik oleh guru, orang tua, dan ma-syarakat lokal, termasuk pengawas. Tapi para guru menyampaikan kesulitannya karena harus bekerja ekstra dengan mempersiapkan RPP untuk dua tingkat kelas, dan kekhawatiran mengenai isu DAPODIK di atas.

SDN Doko 02 terletak di sebelah timur laut pusat Kabupaten Blitar, dan memiliki 47 siswa yang diatur dalam tiga kelas. Ada tiga guru PNS, termasuk kepala sekolah, dua guru pendidikan agama Islam dan guru olahraga. Sekolah telah menciptakan lingkungan belajar yang sangat baik, dengan membuat taman yang indah, ada taman bermain yang bersih dan rapi, serta ruang kelas yang dihiasi dengan hasil karya siswa dan guru.

Hanya saja di dekat sekolah ini, sekitar 300 meter ada SD negeri lainnya yang juga cukup bagus. Fakta bahwa ada sekolah lain yang dekat, menimbulkan pertanyaan mengapa penggabungan sekolah tidak dianggap sebagai pilihan untuk sekolah ini. Sejumlah orang tua juga telah mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah tetangga untuk tahun ajaran mendatang sehingga jumlah siswa kelas 1 hanya ada dua anak. Meskipun ada praktik yang baik di sekolah ini, pembelajaran kelas rangkap tidak mungkin untuk dipertahankan jangka panjang, tanpa dukungan dan perubahan yang substansial.

SDN Gadungan 03 terletak di daerah yang relatif terpencil di sebelah utara, dan memiliki 38 anak yang diatur dalam tiga kelas. Sekolah memiliki rasa identitas masyarakat

yang kuat dan didukung dengan baik oleh camat setempat. Dukungan yang sangat kuat untuk pembelajaran kelas rangkap sangat tampak di sekolah ini. Para guru menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan masalah dalam pelaksanaannya.

Kendala dan Masalah

Ada beberapa masalah dalam implementasi pembelajaran kelas rangkap yang terkait aspek teknis pembelajaran dan manajemen kelas, terutama yang berkaitan dengan administrasi, yaitu:

Administrasi Kelas: Perlu pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk mempersiapkan RPP, hanya tidak

akan dilakukan berulang dalam tahun-tahun mendatang. Hal ini dapat diatasi dengan menye-diakan lingkungan yang mendu-kung di sekolah, di KKG, dan dengan pendampingan. Insentif untuk guru juga dapat membantu.

Administrasi Guru: Ada masalah dengan database DAPODIK. Guru bersertifikat harus meme-nuhi persyaratan minimum agar memenuhi syarat untuk tunja-ngan profesi pendidik bulanan mereka. Peraturan sertifikasi dan sistem DAPODIK saat ini tidak memungkinkan guru untuk memasukkan kurang dari 20 siswa atau 24 jam pelajaran per minggu, yang berarti bahwa guru kelas kecil (termasuk di sekolah-

Page 18: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru6

Papan nama kelas rangkap 1 dan II di SDN Suruhwadang 02.

Penataan dan Pemerataan Guru 7

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten BlitarJl. Raya Sawahan, Blitar, Jawa Timur

Telp: (0342) 801725, 805829Fax: (0342) 800608

Kontak Person: Drs Ari Sunaryo

(Kasie Prasarana SD)

sekolah kecil) tidak dapat memenuhi syarat untuk mendapat TPP.

Faktor Keberhasilan

Berdasarkan pengalaman Kabupaten Blitar, faktor-faktor berikut yang diidentifikasi sebagai kunci keberha-silan pembelajaran kelas rangkap.

Sekolah yang berkomitmen: Sangat penting bahwa sekolah yang dipilih adalah sekolah yang memiliki komitmen dalam pelaksanaannya, dengan kriteria berikut: (1) memiliki jumlah guru yang terbatas dan siswa di bawah SPM, (2) sekolah terisolasi - setidaknya jarak dari sekolah tetangga terdekat sekitar 3 km atau dipisahkan oleh sebuah rintangan seperti sungai dan akses jalan yang sulit, (3) komitmen yang kuat dari kepala sekolah, pengawas, dan UPTD.

Analisis penyebaran guru: Pemetaan dan analisis kebijakan yang dilakukan dalam program penataan dan pemerataan guru meningkatkan potensi keberhasilan dari program kelas rangkap dengan membuatnya bagian yang terencana dari kebijakan pemerintah daerah.

Dukungan regulasi: Di masa lalu pada umumnya tidak ada kerang-ka peraturan yang jelas untuk

mendukung kelas rangkap, baik di tingkat kabupaten nasional atau lokal. Pemerintah pusat sekarang telah mengembangkan peraturan untuk mendukung kelas rangkap. Sementara itu, kebijakan kabupa-ten setempat seperti di Blitar sangat meningkatkan peluang sukses dalam pelaksanaannya.

Pelatihan yang baik: Melaksana-kan pelatihan pembelajaran kelas rangkap yang dirancang dengan baik dan difasilitasi oleh fasilitator yang juga berkualitas baik. Pelatihan harus mencakup: (1) pelatihan dasar dalam pembelajaran aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), dan (2) pelatihan kelas rangkap. Modul pelatihan dari USAID PRIORITAS (untuk

belajar aktif) dan dari proyek sebelumnya, seperti USAID MBE (Managing Basic Education) untuk kelas rangkap dapat dipakai atau disesuaikan.

Pendampingan: Pelatihan harus ditindaklanjuti dengan pendam-pingan intensif oleh fasilitator untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.

Sosialisasi: program harus dikomunikasikan dengan baik kepada semua warga sekolah dan masyarakat sekitar untuk mendapatkan dukungan.

Dukungan UPTD: UPTD memfasilitasi adanya Kelompok Kerja Guru (KKG) khusus untuk sekolah kelas rangkap. Melalui forum KKG, guru dapat mendiskusikan pengalaman

keberhasilan dan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Asisten guru: Guru bantu (guru honorer) dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk mendukung guru kelas untuk membantu dalam pembelajaran di kelompok kecil, mendampingi Anak Berke-butuhan Khusus (ABK), anak yang lambat belajar, anak berbakat, dan lain-lain.

Insentif: Guru kelas rangkap memiliki beban kerja ekstra untuk mempersiapkan RPP dan persyaratan administrasi lengkap lainnya untuk dua tingkatan kelas. Daerah perlu memberikan insentif tambahan untuk guru.

Kepemimpinan stabil: Sangat penting bahwa kepala sekolah, pengawas dan guru tidak dipindah pada awal-awal pelaksanaan program.

Memasukkan Pembelajaran Kelas Rangkap dalam Renstra

Setelah melihat implementasi dan dampak pembelajaran kelas rangkap di sekolah pilot, dinas pendidikan memasukkan pembelajaran kelas rangkap ke dalam Renstra tahun 2016-2021. Sekolah pelaksana pem-belajaran kelas rangkap akan men-dapat dukungan dari dana APBD. Berikut beberapa faktor yang

membuat Kabupaten Blitar memasukkan pembelajaran kelas rangkap dalam Renstra Pendidikan.

1. Efisiensi Biaya dari Unsur Guru

Menurut Jumanto, Kepala Bidang Pendidik danTenaga Kependidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, pembelajaran kelas rangkap dapat menghemat sekitar 150 orang (untuk 50 sekolah), jika harus meng-angkat guru baru dengan menem-patkan K2 yang sebagian besar golo-ngan II b atau II c lulusan D2 dan D3 dengan gaji pokok Rp 1.750.000 per bulan. Berarti negara mengeluarkan anggaran Rp 262.500.000 per bulan atau Rp 3,15 milyar per tahun dan Pemkab tidak melakukan ini.

2. Efisiensi Biaya dari Unsur Sarana

Untuk sekolah kecil disediakan ruang kelas sebanyak empat buah, jika sekolah tersebut ruang kelasnya rusak semua maka dibuatkan Ruang Kelas Baru (RKB) dengan jumlah maksimal empat ruang kelas yang baik setiap sekolah kecil, sehingga menghemat dua RKB per sekolah karena tidak perlu menyediakan enam ruang kelas. Nilai harga satu RKB sebesar Rp 121.750.000 (DAK 2015) sehingga satu sekolah berhemat Rp 243.500.000. Jika 50 sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap tidak

memerlukan tambahan RKB secara keseluruhan berhemat Rp 12,175 milyar.

3. Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan dengan pendekatan PAKEM, dapat membuat kreativitas guru dalam mengajar menjadi lebih baik. Guru lebih inovatif memper-siapkan perangkat pembelajaran.

Pembelajaran kelas rangkap juga mendorong pembelajaran teman sebaya, kakak kelas membantu adik kelasnya belajar karena bahasanya lebih mudah dimengerti. Di SDN Suruhwadang 02, siswa kelas IV, Yoga, yang sebelumnya tidak lancar mem-baca dan menulis, setelah gurunya menerapkan PAKEM dan pembe-lajaran kelas rangkap, sekarang dia sudah bisa mengajari adik kelasnya.

Page 19: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru6

Papan nama kelas rangkap 1 dan II di SDN Suruhwadang 02.

Penataan dan Pemerataan Guru 7

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten BlitarJl. Raya Sawahan, Blitar, Jawa Timur

Telp: (0342) 801725, 805829Fax: (0342) 800608

Kontak Person: Drs Ari Sunaryo

(Kasie Prasarana SD)

sekolah kecil) tidak dapat memenuhi syarat untuk mendapat TPP.

Faktor Keberhasilan

Berdasarkan pengalaman Kabupaten Blitar, faktor-faktor berikut yang diidentifikasi sebagai kunci keberha-silan pembelajaran kelas rangkap.

Sekolah yang berkomitmen: Sangat penting bahwa sekolah yang dipilih adalah sekolah yang memiliki komitmen dalam pelaksanaannya, dengan kriteria berikut: (1) memiliki jumlah guru yang terbatas dan siswa di bawah SPM, (2) sekolah terisolasi - setidaknya jarak dari sekolah tetangga terdekat sekitar 3 km atau dipisahkan oleh sebuah rintangan seperti sungai dan akses jalan yang sulit, (3) komitmen yang kuat dari kepala sekolah, pengawas, dan UPTD.

Analisis penyebaran guru: Pemetaan dan analisis kebijakan yang dilakukan dalam program penataan dan pemerataan guru meningkatkan potensi keberhasilan dari program kelas rangkap dengan membuatnya bagian yang terencana dari kebijakan pemerintah daerah.

Dukungan regulasi: Di masa lalu pada umumnya tidak ada kerang-ka peraturan yang jelas untuk

mendukung kelas rangkap, baik di tingkat kabupaten nasional atau lokal. Pemerintah pusat sekarang telah mengembangkan peraturan untuk mendukung kelas rangkap. Sementara itu, kebijakan kabupa-ten setempat seperti di Blitar sangat meningkatkan peluang sukses dalam pelaksanaannya.

Pelatihan yang baik: Melaksana-kan pelatihan pembelajaran kelas rangkap yang dirancang dengan baik dan difasilitasi oleh fasilitator yang juga berkualitas baik. Pelatihan harus mencakup: (1) pelatihan dasar dalam pembelajaran aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), dan (2) pelatihan kelas rangkap. Modul pelatihan dari USAID PRIORITAS (untuk

belajar aktif) dan dari proyek sebelumnya, seperti USAID MBE (Managing Basic Education) untuk kelas rangkap dapat dipakai atau disesuaikan.

Pendampingan: Pelatihan harus ditindaklanjuti dengan pendam-pingan intensif oleh fasilitator untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.

Sosialisasi: program harus dikomunikasikan dengan baik kepada semua warga sekolah dan masyarakat sekitar untuk mendapatkan dukungan.

Dukungan UPTD: UPTD memfasilitasi adanya Kelompok Kerja Guru (KKG) khusus untuk sekolah kelas rangkap. Melalui forum KKG, guru dapat mendiskusikan pengalaman

keberhasilan dan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Asisten guru: Guru bantu (guru honorer) dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk mendukung guru kelas untuk membantu dalam pembelajaran di kelompok kecil, mendampingi Anak Berke-butuhan Khusus (ABK), anak yang lambat belajar, anak berbakat, dan lain-lain.

Insentif: Guru kelas rangkap memiliki beban kerja ekstra untuk mempersiapkan RPP dan persyaratan administrasi lengkap lainnya untuk dua tingkatan kelas. Daerah perlu memberikan insentif tambahan untuk guru.

Kepemimpinan stabil: Sangat penting bahwa kepala sekolah, pengawas dan guru tidak dipindah pada awal-awal pelaksanaan program.

Memasukkan Pembelajaran Kelas Rangkap dalam Renstra

Setelah melihat implementasi dan dampak pembelajaran kelas rangkap di sekolah pilot, dinas pendidikan memasukkan pembelajaran kelas rangkap ke dalam Renstra tahun 2016-2021. Sekolah pelaksana pem-belajaran kelas rangkap akan men-dapat dukungan dari dana APBD. Berikut beberapa faktor yang

membuat Kabupaten Blitar memasukkan pembelajaran kelas rangkap dalam Renstra Pendidikan.

1. Efisiensi Biaya dari Unsur Guru

Menurut Jumanto, Kepala Bidang Pendidik danTenaga Kependidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, pembelajaran kelas rangkap dapat menghemat sekitar 150 orang (untuk 50 sekolah), jika harus meng-angkat guru baru dengan menem-patkan K2 yang sebagian besar golo-ngan II b atau II c lulusan D2 dan D3 dengan gaji pokok Rp 1.750.000 per bulan. Berarti negara mengeluarkan anggaran Rp 262.500.000 per bulan atau Rp 3,15 milyar per tahun dan Pemkab tidak melakukan ini.

2. Efisiensi Biaya dari Unsur Sarana

Untuk sekolah kecil disediakan ruang kelas sebanyak empat buah, jika sekolah tersebut ruang kelasnya rusak semua maka dibuatkan Ruang Kelas Baru (RKB) dengan jumlah maksimal empat ruang kelas yang baik setiap sekolah kecil, sehingga menghemat dua RKB per sekolah karena tidak perlu menyediakan enam ruang kelas. Nilai harga satu RKB sebesar Rp 121.750.000 (DAK 2015) sehingga satu sekolah berhemat Rp 243.500.000. Jika 50 sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap tidak

memerlukan tambahan RKB secara keseluruhan berhemat Rp 12,175 milyar.

3. Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan dengan pendekatan PAKEM, dapat membuat kreativitas guru dalam mengajar menjadi lebih baik. Guru lebih inovatif memper-siapkan perangkat pembelajaran.

Pembelajaran kelas rangkap juga mendorong pembelajaran teman sebaya, kakak kelas membantu adik kelasnya belajar karena bahasanya lebih mudah dimengerti. Di SDN Suruhwadang 02, siswa kelas IV, Yoga, yang sebelumnya tidak lancar mem-baca dan menulis, setelah gurunya menerapkan PAKEM dan pembe-lajaran kelas rangkap, sekarang dia sudah bisa mengajari adik kelasnya.

Page 20: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Data dan Kebijakan

Kabupaten Semarang memiliki luas 95.020,674 Ha dengan jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 531 sekolah dengan kondisi geografis sebagian pegunungan dan sebagian lembah tentu memiliki banyak persoalan tentang Penataan dan Pemerataan Guru (PPG). Letak pemukiman penduduk di daerah pegunungan yang berjauhan antara pemukiman yang satu dengan

Penggabungan 69 SDN Sistematis dan Bertahap

Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

pemukiman yang lain menunjukkan gambaran distribusi sekolah dasar. Hal ini juga berpengaruh terhadap besaran rombongan belajar di masing-masing SD.

Kebutuhan belanja di Kabupaten Semarang, 38% telah dialokasikan untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dari 38% alokasi tersebut, 89% anggaran digunakan untuk gaji pegawai, sedangkan 8% untuk belanja modal dan 3% untuk

belanja operasional. Pada tahun 2013, dilakukan analisis persebaran sekolah dan tenaga pendidik di Semarang. Dari 531 sekolah, terdapat 3.019 rombongan belajar setingkat SDN atau membu-tuhkan guru sejumlah tersebut. Sedangkan terdapat 2.466 guru kelas PNS sehingga masih terdapat kekurangan 553 guru kelas PNS.

Hasil pemetaan juga menunjukkan kebutuhan guru Pendidikan Agama

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru8

Proses pembelajaran di SDN Tengaran, Semarang, Jawa Tengah, menjadi lebih efektif setelah penggabungan sekolah. Sekolah ini penggabungan dari SDN Tengaran 1, 2, dan 3 dalam rangka penataan dan pemerataan guru.

Islam (PAI) di SDN sebanyak 377 guru. Sementara, tersedia guru mapel PAI PNS sebanyak 302 orang, sehingga guru PAI PNS kekurangan sebanyak 75 orang.

Kebutuhan guru mapel Penjaskes di SDN sebanyak 440 guru, sementara itu tersedia guru Penjaskes PNS sebanyak 313 sehingga kekurangan guru mapel Penjaskes PNS sebanyak 127 guru.

Berdasarkan perhitungan rasio siswa rombel, terdapat 435 SDN (81%) yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rasio Siswa Rombel (RSR) dan hanya 19 % yang belum memenuhi SPM. Hasil penghitungan

juga menunjukkan 130 SDN (24%) memiliki RSR <=16 siswa (sekolah kecil). Dari 130 sekolah tersebut, kebutuhan guru kelas sebanyak 757 guru, dengan ketersediaan guru kelas PNS 563 guru, sehingga guru kelas PNS kurang sebanyak 194 guru.

Berdasarkan data Dapodik, guru kelas SDN yang akan memasuki usia pensiun lima tahun yang akan datang sebanyak 364 guru (15%) dan dalam waktu sepuluh tahun yang akan datang sebanyak 1.113 guru (45%). Guru Mapel PAI, dalam lima tahun yang akan datang akan pensiun sebanyak 142 guru (38%), dan dalam

waktu 10 tahun yang akan datang sebanyak 259 guru (69%). Guru Penjaskes, dalam lima tahun ke depan akan pensiun tujuh guru (2%), sementara dalam sepuluh tahun ke depan akan pensiun 106 guru (24%).

Kebijakan yang diambil untuk meng-atasi inti masalah Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) di SDN yaitu kekurangan guru PNS terutama guru kelas dan guru mapel Penjaskes adalah dengan melakukan penggabungan sekolah terutama fokus kepada sekolah-sekolah kecil. Yaitu sekolah dengan rasio siswa rombel kurang dari 16.

Buat Peraturan Bupati sebagai Dasar Hukum

Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang menguatkan kebijakan penggabungan sekolah dengan membuat peraturan bupati tentang penggabungan sekolah dasar negeri. Pembuatan peraturan bupati dilakukan dengan mendasarkan pada kebutuhan riil di sekolah. Kebutuhan tersebut dipetakan oleh tim penyusun dengan memperhatikan beberapa unsur. Di antaranya efektivitas dalam pembelajaran dan pengelolaan pendidikan, efisiensi dalam penganggaran, dan kondisi geografis.

Penataan dan Pemerataan Guru 9

Dinas Pendidikan

38%

Dinas Kesehatan

8%Dinas Pekerjaan Umum

18%

Rumah SakitUmum

8%

Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) lain 28%

Grafik 1. Komposisi APBD Kabupaten Semarang Tahun 2013

Page 21: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Data dan Kebijakan

Kabupaten Semarang memiliki luas 95.020,674 Ha dengan jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 531 sekolah dengan kondisi geografis sebagian pegunungan dan sebagian lembah tentu memiliki banyak persoalan tentang Penataan dan Pemerataan Guru (PPG). Letak pemukiman penduduk di daerah pegunungan yang berjauhan antara pemukiman yang satu dengan

Penggabungan 69 SDN Sistematis dan Bertahap

Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

pemukiman yang lain menunjukkan gambaran distribusi sekolah dasar. Hal ini juga berpengaruh terhadap besaran rombongan belajar di masing-masing SD.

Kebutuhan belanja di Kabupaten Semarang, 38% telah dialokasikan untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dari 38% alokasi tersebut, 89% anggaran digunakan untuk gaji pegawai, sedangkan 8% untuk belanja modal dan 3% untuk

belanja operasional. Pada tahun 2013, dilakukan analisis persebaran sekolah dan tenaga pendidik di Semarang. Dari 531 sekolah, terdapat 3.019 rombongan belajar setingkat SDN atau membu-tuhkan guru sejumlah tersebut. Sedangkan terdapat 2.466 guru kelas PNS sehingga masih terdapat kekurangan 553 guru kelas PNS.

Hasil pemetaan juga menunjukkan kebutuhan guru Pendidikan Agama

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru8

Proses pembelajaran di SDN Tengaran, Semarang, Jawa Tengah, menjadi lebih efektif setelah penggabungan sekolah. Sekolah ini penggabungan dari SDN Tengaran 1, 2, dan 3 dalam rangka penataan dan pemerataan guru.

Islam (PAI) di SDN sebanyak 377 guru. Sementara, tersedia guru mapel PAI PNS sebanyak 302 orang, sehingga guru PAI PNS kekurangan sebanyak 75 orang.

Kebutuhan guru mapel Penjaskes di SDN sebanyak 440 guru, sementara itu tersedia guru Penjaskes PNS sebanyak 313 sehingga kekurangan guru mapel Penjaskes PNS sebanyak 127 guru.

Berdasarkan perhitungan rasio siswa rombel, terdapat 435 SDN (81%) yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rasio Siswa Rombel (RSR) dan hanya 19 % yang belum memenuhi SPM. Hasil penghitungan

juga menunjukkan 130 SDN (24%) memiliki RSR <=16 siswa (sekolah kecil). Dari 130 sekolah tersebut, kebutuhan guru kelas sebanyak 757 guru, dengan ketersediaan guru kelas PNS 563 guru, sehingga guru kelas PNS kurang sebanyak 194 guru.

Berdasarkan data Dapodik, guru kelas SDN yang akan memasuki usia pensiun lima tahun yang akan datang sebanyak 364 guru (15%) dan dalam waktu sepuluh tahun yang akan datang sebanyak 1.113 guru (45%). Guru Mapel PAI, dalam lima tahun yang akan datang akan pensiun sebanyak 142 guru (38%), dan dalam

waktu 10 tahun yang akan datang sebanyak 259 guru (69%). Guru Penjaskes, dalam lima tahun ke depan akan pensiun tujuh guru (2%), sementara dalam sepuluh tahun ke depan akan pensiun 106 guru (24%).

Kebijakan yang diambil untuk meng-atasi inti masalah Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) di SDN yaitu kekurangan guru PNS terutama guru kelas dan guru mapel Penjaskes adalah dengan melakukan penggabungan sekolah terutama fokus kepada sekolah-sekolah kecil. Yaitu sekolah dengan rasio siswa rombel kurang dari 16.

Buat Peraturan Bupati sebagai Dasar Hukum

Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang menguatkan kebijakan penggabungan sekolah dengan membuat peraturan bupati tentang penggabungan sekolah dasar negeri. Pembuatan peraturan bupati dilakukan dengan mendasarkan pada kebutuhan riil di sekolah. Kebutuhan tersebut dipetakan oleh tim penyusun dengan memperhatikan beberapa unsur. Di antaranya efektivitas dalam pembelajaran dan pengelolaan pendidikan, efisiensi dalam penganggaran, dan kondisi geografis.

Penataan dan Pemerataan Guru 9

Dinas Pendidikan

38%

Dinas Kesehatan

8%Dinas Pekerjaan Umum

18%

Rumah SakitUmum

8%

Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) lain 28%

Grafik 1. Komposisi APBD Kabupaten Semarang Tahun 2013

Page 22: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kegiatan penyusunan Perbup dilakukan dengan didahului dengan verifikasi, analisis data, dan analisis kebijakan. Dilanjutkan dengan telaah terhadap implementasi kebijakan yang dipilih dan identifikasi kerangka petunjuk teknis peraturan bupati. Kemudian dilanjutkan dengen perumusan juknis penggabungan sekolah dan finalisasi yang dilakukan dengan konsultasi publik. Setelah dilaksanakan konsultasi publik dan finalisasi kemudian diajukan ke bagian hukum sekretariat daerah dan bupati untuk persetujuan serta penandatanganan.

Bupati Semarang, Bapak Mundjirin pada 23 Mei 2014 menandatangani Perbup tentang pedoman teknis penggabungan sekolah. Dalam Perbup Nomor 28 tahun 2014 tersebut diatur tentang sasaran dari penggabungan sekolah.

Sasaran penggabungan sekolah terdiri dari sekolah satu kampus dan sekolah kecil. Kriteria teknis satu kampus yang dimaksud yaitu,

1. Dua SD atau lebih terletak di satu lingkungan sekolah

2. Jarak antara sekolah 200 meter atau kurang

3. Jumlah rombel sama dengang

ruang kelas yang ada - atau kurang

4. Tidak bertentangan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

Sedangkan syarat untuk sekolah kecil yaitu

1. Jumlah siswa 80 orang atau kurang

2. Jarak antar sekolah 1.000 meter atau kurang

3. Tidak ada hambatan akses

4. Dalam satu desa terdapat lebih dari satu SDN

5. Tidak berada di daerah perbatasan kabupaten, dan

6. Tidak bertentangan dengan RTRW.

Kegiatan penggabungan sekolah dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, tahap persiapan. Dalam tahap ini, tim penggabungan sekolah dari sekolah melakukan sosialisasi di kecamatan dan desa. Selanjutnya UPT Dinas Pendidikan kecamatan melakukan pendataan dan verifikasi data ke sekolah. Hasil verifikasi dilaporkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam verifikasi dan pendataan juga dibuat pemetaan tentang potensi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan menghambat penggabungan serta

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru10

usulan solusi masalah yang dihadapi di masing-masing kecamatan.

Tahap selanjutnya, yaitu tahap rekomendasi penggabungan. Tahap ini berisi tentang pemetaan SDN induk dan SDN anggota yang akan digabung. Kemudian, yaitu tahap usulan, pembahasan, penetapan melalui surat keputusan bupati, dan tahap evaluasi.

SDN hasil penggabungan juga dikembangkan agar dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada peserta didik. Berikut ini aspek-aspek yang didukung oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan.

1. Aspek Manajemen Sekolah

2. Aspek Sarana dan Prasarana Sekolah

3. Aspek Pendidik dan Tenaga Kependidikan

4. Aspek Pembelajaran

5. Aspek Peserta Didik

Sampai dengan tahun 2016, Pemda Kabupaten Semarang telah melakukan penggabungan sekolah sampai empat kali. Tahap pertama dilakukan setelah diterbitkannya Perbup yaitu pada 30 Agustus 2014, tahap kedua pada 2 Juli 2015, tahap ketiga pada 16 November 2015, dan tahap keempat pada Oktober 2016.

Penataan dan Pemerataan Guru 11

Kendala dalam Implementasi Penataan dan Pemerataan Guru

Dalam implementasi Program PPG, ditemui banyak kendala di antaranya.

1. Penolakan dari warga desa tempat sekolah dasar tersebut berada. Warga menganggap sekolah tersebut memiliki nilai sejarah yang erat dengan desa.

2. Penolakan dari sekolah, guru atau kepala sekolah karena mereka menganggap hak-hak mengajarnya akan berkurang. Terutama syarat pemenuhan jam mengajar 24 jam seminggu untuk sertifikasi guru.

3. Ketakutan dari kepala sekolah akan diturunkan dari jabatannya karena kebutuhan kepala sekolah berkurang.

4. Ketakutan dari pengawas karena berkurangnya jumlah sekolah binaan mereka.

5. Tuntutan dari warga sekolah tentang pengembangan sekolah yang digabung Termasuk di da-lamnya sarana fisik dan nonfisik.

6. Tuntutan dari orangtua siswa karena khawatir anaknya akan lebih jauh tempat sekolahnya.

7. Pihak yang meributkan nama sekolah yang digabung. Apakah sekolahnya akan menjadi

Sosialisasi Peraturan Bupati Semarang No. 28/2014 tentang penggabungan SD Negeri.

Gambar 1. Alur pembuatan Peraturan Bupati tentang petunjuk teknis penggabungan SD negeri.

VerifikasiAnalisis Data danAnalisi Kebijakan

Telaah terhadapImplementasi

Kebijakan yang dipilih

Identifikasi Kerangka

Juknis PeraturanBupati (Perbup)

Finalisasi Penyusunan

Perbup

SosialisasiPerbup

KonsultasiPublikPerbup

Perumusan Juknis(Perbup)

Penggabungan Sekolahserta Finalisasi Draf

PelaksanaanPerbup tahap 1,1 Januari 2015

Page 23: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kegiatan penyusunan Perbup dilakukan dengan didahului dengan verifikasi, analisis data, dan analisis kebijakan. Dilanjutkan dengan telaah terhadap implementasi kebijakan yang dipilih dan identifikasi kerangka petunjuk teknis peraturan bupati. Kemudian dilanjutkan dengen perumusan juknis penggabungan sekolah dan finalisasi yang dilakukan dengan konsultasi publik. Setelah dilaksanakan konsultasi publik dan finalisasi kemudian diajukan ke bagian hukum sekretariat daerah dan bupati untuk persetujuan serta penandatanganan.

Bupati Semarang, Bapak Mundjirin pada 23 Mei 2014 menandatangani Perbup tentang pedoman teknis penggabungan sekolah. Dalam Perbup Nomor 28 tahun 2014 tersebut diatur tentang sasaran dari penggabungan sekolah.

Sasaran penggabungan sekolah terdiri dari sekolah satu kampus dan sekolah kecil. Kriteria teknis satu kampus yang dimaksud yaitu,

1. Dua SD atau lebih terletak di satu lingkungan sekolah

2. Jarak antara sekolah 200 meter atau kurang

3. Jumlah rombel sama dengang

ruang kelas yang ada - atau kurang

4. Tidak bertentangan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

Sedangkan syarat untuk sekolah kecil yaitu

1. Jumlah siswa 80 orang atau kurang

2. Jarak antar sekolah 1.000 meter atau kurang

3. Tidak ada hambatan akses

4. Dalam satu desa terdapat lebih dari satu SDN

5. Tidak berada di daerah perbatasan kabupaten, dan

6. Tidak bertentangan dengan RTRW.

Kegiatan penggabungan sekolah dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, tahap persiapan. Dalam tahap ini, tim penggabungan sekolah dari sekolah melakukan sosialisasi di kecamatan dan desa. Selanjutnya UPT Dinas Pendidikan kecamatan melakukan pendataan dan verifikasi data ke sekolah. Hasil verifikasi dilaporkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam verifikasi dan pendataan juga dibuat pemetaan tentang potensi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan menghambat penggabungan serta

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru10

usulan solusi masalah yang dihadapi di masing-masing kecamatan.

Tahap selanjutnya, yaitu tahap rekomendasi penggabungan. Tahap ini berisi tentang pemetaan SDN induk dan SDN anggota yang akan digabung. Kemudian, yaitu tahap usulan, pembahasan, penetapan melalui surat keputusan bupati, dan tahap evaluasi.

SDN hasil penggabungan juga dikembangkan agar dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada peserta didik. Berikut ini aspek-aspek yang didukung oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan.

1. Aspek Manajemen Sekolah

2. Aspek Sarana dan Prasarana Sekolah

3. Aspek Pendidik dan Tenaga Kependidikan

4. Aspek Pembelajaran

5. Aspek Peserta Didik

Sampai dengan tahun 2016, Pemda Kabupaten Semarang telah melakukan penggabungan sekolah sampai empat kali. Tahap pertama dilakukan setelah diterbitkannya Perbup yaitu pada 30 Agustus 2014, tahap kedua pada 2 Juli 2015, tahap ketiga pada 16 November 2015, dan tahap keempat pada Oktober 2016.

Penataan dan Pemerataan Guru 11

Kendala dalam Implementasi Penataan dan Pemerataan Guru

Dalam implementasi Program PPG, ditemui banyak kendala di antaranya.

1. Penolakan dari warga desa tempat sekolah dasar tersebut berada. Warga menganggap sekolah tersebut memiliki nilai sejarah yang erat dengan desa.

2. Penolakan dari sekolah, guru atau kepala sekolah karena mereka menganggap hak-hak mengajarnya akan berkurang. Terutama syarat pemenuhan jam mengajar 24 jam seminggu untuk sertifikasi guru.

3. Ketakutan dari kepala sekolah akan diturunkan dari jabatannya karena kebutuhan kepala sekolah berkurang.

4. Ketakutan dari pengawas karena berkurangnya jumlah sekolah binaan mereka.

5. Tuntutan dari warga sekolah tentang pengembangan sekolah yang digabung Termasuk di da-lamnya sarana fisik dan nonfisik.

6. Tuntutan dari orangtua siswa karena khawatir anaknya akan lebih jauh tempat sekolahnya.

7. Pihak yang meributkan nama sekolah yang digabung. Apakah sekolahnya akan menjadi

Sosialisasi Peraturan Bupati Semarang No. 28/2014 tentang penggabungan SD Negeri.

Gambar 1. Alur pembuatan Peraturan Bupati tentang petunjuk teknis penggabungan SD negeri.

VerifikasiAnalisis Data danAnalisi Kebijakan

Telaah terhadapImplementasi

Kebijakan yang dipilih

Identifikasi Kerangka

Juknis PeraturanBupati (Perbup)

Finalisasi Penyusunan

Perbup

SosialisasiPerbup

KonsultasiPublikPerbup

Perumusan Juknis(Perbup)

Penggabungan Sekolahserta Finalisasi Draf

PelaksanaanPerbup tahap 1,1 Januari 2015

Page 24: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

sekolah inti maupun sekolah imbas.

8. Munculnya madrasah dan sekolah swasta baru di lingkungan yang telah digabung.

Ubah Kendala Menjadi Peluang Kendala-kendala tersebut disikapi oleh tim PPG dengan melakukan pendekatan baik secara perorangan maupun komunal. Tim PPG melakukan komunikasi intensif dengan perangkat desa dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik historis keberadaan SD tersebut. Tim PPG juga merekrut para pemuka masyarakat yang telah terbuka pemikirannya tentang program dan tahu pentingnya efisiensi serta pelayanan maksimal

di sekolah. Tujuannya agar mereka dapat memberikan pendekatan lebih intensif kepada warga masyarakat dan orang tua yang menolak, serta meminimalisir gesekan.

Tim PPG bersama Dinas Pendidikan Kabupaten juga melakukan pemetaan guru dan kepala sekolah yang akan pensiun selama lima dan sepuluh tahun ke depan. Pemetaan ini akan menjadi dasar untuk mutasi dan peta kebutuhan guru yang dibutuhkan masing-masing sekolah.

Tim PPG juga melakukan kajian dan program penggabungan sekolah dengan memperhatikan jumlah kepala sekolah yang pensiun. Hal ini akan meredam berbagai gejolak yang muncul dari kepala sekolah yang khawatir dirinya akan turun jabatan

lebih lanjut. Kebijakan ini tentu saja meredam gejolak internal di sekolah juga.

Tim PPG tidak selamanya mampu melakukan pendekatan kepada berbagai pihak. Karena itu, agar program dapat berjalan secara bertahap setiap tahun dan regulasi berjalan dengan baik, tim PPG tidak menunggu semua target pemetaan penggabungan sekolah tuntas ter-lebih dahulu baru dilakukan usulan penggabungan sekolah kepada bupati. Namun, tim PPG mengu-sulkan berapapun sekolah yang siap digabung dalam periode tersebut. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan segera mengusulkan kepada bupati untuk ditetapkan surat penetapan penggabungan sekolah.

“Berapapun jumlah sekolah yang siap digabung dalam periode yang telah kami tetapkan, akan segera diusulkan ke bupati untuk ditetapkan. Banyak faktor yang bergantung dari kebijakan ini. Baik efisiensi anggaran, manajemen sekolah, karir guru dan pengemba-ngan kompetensi guru,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Ibu Dewi Pramuningsih MPd.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama tim PPG juga melakukan koordinasi dengan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru12

No Tahap

Re-group Keputusan Bupati

Tanggal ditandatangani

Jumlah SD yang digabung

1 Tahap 1 Lampiran Peraturan Bupati nomor 28 tahun 2014

23 Mei 2014 25 SDN menjadi 12 SDN

2 Tahap 1I Keputusan Bupati Nomor: 900/0453/2015

2 Juli 2015 24 SDN menjadi 12 SDN

3 Tahap 1II Keputusan Bupati Nomor: 900/0674/2015

16 November 2015

4 SDN menjadi 2 SDN

4 Tahap 1V Dalam proses di bagian hukum

Oktober 2016 Usulan 22 SDN menjadi 11 SDN. Setelah tahap negosiasi 6 SDN gagal.

Tabel 2. Daftar Penggabungan Sekolah di Kabupaten Semarang

masyarakat supaya setelah sekolah tersebut digabung tidak muncul sekolah baru yang menempati bangunan yang telah ditinggalkan oleh sekolah.

Bangunan yang telah ditinggalkan akan didata oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Semarang untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk sarana umum di desa. Di antaranya sebagai taman baca, fasilitas olah raga, dan fasilitas pengembangan keterampilan untuk masyarakat.

Dukungan KebijakanDalam mengimplementasikan kebi-jakan, tim Tim PPG mendapatkan

Penataan dan Pemerataan Guru 13

Gambar 2. Hasil pemetaan tim PPG. Tidak semua rencana penggabungan berhasil.

dukungan berupa:1. Keterbukaan dan kemudahan

akses oleh Bupati Semarang. Bupati Semarang akan segera memroses usulan sekolah yang akan digabung.

2. Landasan kebijakan dan regulasi melalui Peraturan Bupati Semarang Nomor 28 tahun 2014.

3. Landasan regulasi dari Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru.

4. Contoh praktik yang baik dari warga sekolah dan masyarakat yang telah mengimplementa-sikan penggabungan sekolah terlebih dahulu. Mereka secara proaktif memberikan informasi

bagaimana proses, kemudahan serta keuntungan yang didapatkan baik dari sisi siswa, guru, kepala sekolah dan sekolah dan masyarakat yang di sekolahnya digabung.

Efisiensi Sumberdaya dan Pengembangan Sekolah

Program penataan dan pemertaan guru telah dilakukan oleh Kabupaten Semarang dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Tim PPG dan Dinas Pendidikan dan kebudayaan Semarang telah menggabungkan sebanyak 69 SDN menjadi 44 SDN. Dalam penggabungan sekolah tersebut banyak capaian yang didapat, baik dari sisi efisiensi anggaran, efisiensi guru, maupun pengembangan sekolah atau guru.

Dalam kurun waktu di atas, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah merangkum bahwa di 69 sekolah tersebut terdapat 69 kepala sekolah, 554 guru, 414 kelas, dan 8.280 siswa. Selain efisiensi dalam bentuk kebutu-han guru, sekolah juga melakukan efisiensi kebutuhan dalam pengelolaan manajemen, ATK, fisik sekolah dan perawatan bangunan juga menurun sesuai dengan penurunan jumlah sekolah.

Dari sisi manajemen dan

Page 25: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

sekolah inti maupun sekolah imbas.

8. Munculnya madrasah dan sekolah swasta baru di lingkungan yang telah digabung.

Ubah Kendala Menjadi Peluang Kendala-kendala tersebut disikapi oleh tim PPG dengan melakukan pendekatan baik secara perorangan maupun komunal. Tim PPG melakukan komunikasi intensif dengan perangkat desa dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik historis keberadaan SD tersebut. Tim PPG juga merekrut para pemuka masyarakat yang telah terbuka pemikirannya tentang program dan tahu pentingnya efisiensi serta pelayanan maksimal

di sekolah. Tujuannya agar mereka dapat memberikan pendekatan lebih intensif kepada warga masyarakat dan orang tua yang menolak, serta meminimalisir gesekan.

Tim PPG bersama Dinas Pendidikan Kabupaten juga melakukan pemetaan guru dan kepala sekolah yang akan pensiun selama lima dan sepuluh tahun ke depan. Pemetaan ini akan menjadi dasar untuk mutasi dan peta kebutuhan guru yang dibutuhkan masing-masing sekolah.

Tim PPG juga melakukan kajian dan program penggabungan sekolah dengan memperhatikan jumlah kepala sekolah yang pensiun. Hal ini akan meredam berbagai gejolak yang muncul dari kepala sekolah yang khawatir dirinya akan turun jabatan

lebih lanjut. Kebijakan ini tentu saja meredam gejolak internal di sekolah juga.

Tim PPG tidak selamanya mampu melakukan pendekatan kepada berbagai pihak. Karena itu, agar program dapat berjalan secara bertahap setiap tahun dan regulasi berjalan dengan baik, tim PPG tidak menunggu semua target pemetaan penggabungan sekolah tuntas ter-lebih dahulu baru dilakukan usulan penggabungan sekolah kepada bupati. Namun, tim PPG mengu-sulkan berapapun sekolah yang siap digabung dalam periode tersebut. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan segera mengusulkan kepada bupati untuk ditetapkan surat penetapan penggabungan sekolah.

“Berapapun jumlah sekolah yang siap digabung dalam periode yang telah kami tetapkan, akan segera diusulkan ke bupati untuk ditetapkan. Banyak faktor yang bergantung dari kebijakan ini. Baik efisiensi anggaran, manajemen sekolah, karir guru dan pengemba-ngan kompetensi guru,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Ibu Dewi Pramuningsih MPd.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama tim PPG juga melakukan koordinasi dengan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru12

No Tahap

Re-group Keputusan Bupati

Tanggal ditandatangani

Jumlah SD yang digabung

1 Tahap 1 Lampiran Peraturan Bupati nomor 28 tahun 2014

23 Mei 2014 25 SDN menjadi 12 SDN

2 Tahap 1I Keputusan Bupati Nomor: 900/0453/2015

2 Juli 2015 24 SDN menjadi 12 SDN

3 Tahap 1II Keputusan Bupati Nomor: 900/0674/2015

16 November 2015

4 SDN menjadi 2 SDN

4 Tahap 1V Dalam proses di bagian hukum

Oktober 2016 Usulan 22 SDN menjadi 11 SDN. Setelah tahap negosiasi 6 SDN gagal.

Tabel 2. Daftar Penggabungan Sekolah di Kabupaten Semarang

masyarakat supaya setelah sekolah tersebut digabung tidak muncul sekolah baru yang menempati bangunan yang telah ditinggalkan oleh sekolah.

Bangunan yang telah ditinggalkan akan didata oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Semarang untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk sarana umum di desa. Di antaranya sebagai taman baca, fasilitas olah raga, dan fasilitas pengembangan keterampilan untuk masyarakat.

Dukungan KebijakanDalam mengimplementasikan kebi-jakan, tim Tim PPG mendapatkan

Penataan dan Pemerataan Guru 13

Gambar 2. Hasil pemetaan tim PPG. Tidak semua rencana penggabungan berhasil.

dukungan berupa:1. Keterbukaan dan kemudahan

akses oleh Bupati Semarang. Bupati Semarang akan segera memroses usulan sekolah yang akan digabung.

2. Landasan kebijakan dan regulasi melalui Peraturan Bupati Semarang Nomor 28 tahun 2014.

3. Landasan regulasi dari Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru.

4. Contoh praktik yang baik dari warga sekolah dan masyarakat yang telah mengimplementa-sikan penggabungan sekolah terlebih dahulu. Mereka secara proaktif memberikan informasi

bagaimana proses, kemudahan serta keuntungan yang didapatkan baik dari sisi siswa, guru, kepala sekolah dan sekolah dan masyarakat yang di sekolahnya digabung.

Efisiensi Sumberdaya dan Pengembangan Sekolah

Program penataan dan pemertaan guru telah dilakukan oleh Kabupaten Semarang dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Tim PPG dan Dinas Pendidikan dan kebudayaan Semarang telah menggabungkan sebanyak 69 SDN menjadi 44 SDN. Dalam penggabungan sekolah tersebut banyak capaian yang didapat, baik dari sisi efisiensi anggaran, efisiensi guru, maupun pengembangan sekolah atau guru.

Dalam kurun waktu di atas, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah merangkum bahwa di 69 sekolah tersebut terdapat 69 kepala sekolah, 554 guru, 414 kelas, dan 8.280 siswa. Selain efisiensi dalam bentuk kebutu-han guru, sekolah juga melakukan efisiensi kebutuhan dalam pengelolaan manajemen, ATK, fisik sekolah dan perawatan bangunan juga menurun sesuai dengan penurunan jumlah sekolah.

Dari sisi manajemen dan

Page 26: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru14

pengembangan sekolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan meng-alokasikan pengembangan fisik sekolah. Fisik sekolah yang dibangun berupa sarana kamar mandi sesuai rasio jumlah siswa, kelas, dan perpustakaan. Guru di sekolah juga diberikan fasilitas dan kemudahan untuk mengikuti setiap pelatihan yang dilakukan oleh dinas maupun ketika bekerjasama dengan pihak lain. Misalnya, diseminasi praktik yang baik program USAID PRIORITAS ataupun pelatihan yang diselenggarakan oleh kedinasan.

“Kami melatih guru dan memberi-kan rekomendasi sesuai dengan kebutuhan pelatihan guru tersebut. Sekolah yang digabung kami priori-taskan untuk mendapatkan pelatihan lebih dahulu. Selain itu, kami juga melatih dan menguatkan forum Kelompok Kerja Guru (KKG). Salah satunya melatih secara bertahap dan berkelanjutan para pelatih KKG,” ungkap Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Bapak Drs Agus Wisnugroho MM.

Kepala Desa Tengaran, Kecamatan

Tengaran, Habibullah menyampaikan dampak positif dari penggabungan sekolah di desanya. Awalnya dia merasa tidak penting untuk melaksanakan penggabungan sekolah, karena secara kasat mata tidak terjadi masalah apapun di dua SDN yang ada di desanya.

Yang sedikit menjadi kegelisahannya adalah pada tahun ajaran baru, kedua SD yang saling berhadapan saling berebut siswa. Namun hal tersebut dianggap biasa oleh Habi, karena setiap tahun terjadi demikian.

Bupati Semarang, Bapak Dr Mundjirin Engkun Suparmadiredjoes SpOG,mendukung penggabungan SD negeri di daerahnya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kualitas pembelajaran di sekolah.

Penataan dan Pemerataan Guru 15

“Setelah saya mendapat sosialisasi dari tim PPG, bahwa terjadi masalah di dalam sekolah, baik secara efisiensi, maupun pengelolaan dan kepentingan dari guru di sekolah tersebut. Akhirnya saya paham dan berkeyakinan untuk menggabung dua sekolah yang saling berhadapan tersebut,” akunya.

Habi mengakui bahwa ada beberapa pemuka masyarakat yang datang dan berharap tidak dilakukan penggabungan sekolah, karena dua sekolah tersebut memiliki sejarah desa masing-masing. Tapi setelah dijelaskan, mereka paham dan menerimanya dengan ikhlas.

Bapak Sasono SPd, Kepala SDN 1 Tengaran mengakui bahwa awalnya juga ada rasa khawatir ketika mendapat informasi tentang penggabungan sekolah. Kekhawa-tirannya adalah karena baru menja-bat sebagai kepala sekolah dan belum genap lima tahun. Ketika digabung maka dia akan lebih cepat tidak menjadi kepala sekolah.

“Ada beberapa orang kepala sekolah mengajak untuk menolak usul tersebut, tapi saya coba berkomunikasi secara baik-baik dengan dinas. Saya menanyakan perihal kegundahan kami. Akhirnya dinas memberi solusi bahwa tidak akan ada kepala sekolah yang

diturunkan jabatannya. Karena penggabungan sekolah diatur sesuai dengan jumlah kepala sekolah yang pensiun. Yang ada hanyalah mutasi, itupun dengan pertimbangan psikologi dan letak geografis rumah,” kata Bapak Sasono lega usai mendapat informasi tersebut.

Dampak yang paling terasa dalam penggabungan sekolah ini adalah pada guru dan siswa. Ibu Nuryanti, guru SDN Lor Wetan mengaku awalnya dirinya sangat risau karena akan menyesuaikan dengan lingku-ngan yang baru. Selain itu jumlah siswa juga pastinya lebih banyak. Hal itu berdampak dengan cara meng-ajar yang harus lebih ekstra keras.

“Awalnya memang harus beradap-tasi dengan lingkungan yang baru, kelas yang baru, siswa yang bertam-bah banyak dan juga manajemen kepala sekolah yang beda. Tapi de-ngan ikut pelatihan yang difasilitasi oleh dinas dan tanggungjawab kerja akhirnya saya sudah terbiasa dengan kondisi ini,” aku Ibu Nuryanti.

“Teman saya jadi lebih banyak. Kemarin hanya berteman dengan teman-teman dari SD saya. Sekarang lebih banyak teman karena gabung dari SD 1 dan SD 2. Saya jadi lebih senang,” kata Arrisa, siswa SD Tengaran yang sekolahnya digabung satu kampus.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Semarang Jl Gatot Subroto No. 20B, Ungaran Barat,

Semarang, Jawa TengahTelp: (024) 6921134

Kontak Person:Dra Dewi Pramuningsih

(Kepala Dinas Pendidikan)

Drs Agus Wisnugroho MM(Kabid SD)

Page 27: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru14

pengembangan sekolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan meng-alokasikan pengembangan fisik sekolah. Fisik sekolah yang dibangun berupa sarana kamar mandi sesuai rasio jumlah siswa, kelas, dan perpustakaan. Guru di sekolah juga diberikan fasilitas dan kemudahan untuk mengikuti setiap pelatihan yang dilakukan oleh dinas maupun ketika bekerjasama dengan pihak lain. Misalnya, diseminasi praktik yang baik program USAID PRIORITAS ataupun pelatihan yang diselenggarakan oleh kedinasan.

“Kami melatih guru dan memberi-kan rekomendasi sesuai dengan kebutuhan pelatihan guru tersebut. Sekolah yang digabung kami priori-taskan untuk mendapatkan pelatihan lebih dahulu. Selain itu, kami juga melatih dan menguatkan forum Kelompok Kerja Guru (KKG). Salah satunya melatih secara bertahap dan berkelanjutan para pelatih KKG,” ungkap Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, Bapak Drs Agus Wisnugroho MM.

Kepala Desa Tengaran, Kecamatan

Tengaran, Habibullah menyampaikan dampak positif dari penggabungan sekolah di desanya. Awalnya dia merasa tidak penting untuk melaksanakan penggabungan sekolah, karena secara kasat mata tidak terjadi masalah apapun di dua SDN yang ada di desanya.

Yang sedikit menjadi kegelisahannya adalah pada tahun ajaran baru, kedua SD yang saling berhadapan saling berebut siswa. Namun hal tersebut dianggap biasa oleh Habi, karena setiap tahun terjadi demikian.

Bupati Semarang, Bapak Dr Mundjirin Engkun Suparmadiredjoes SpOG,mendukung penggabungan SD negeri di daerahnya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kualitas pembelajaran di sekolah.

Penataan dan Pemerataan Guru 15

“Setelah saya mendapat sosialisasi dari tim PPG, bahwa terjadi masalah di dalam sekolah, baik secara efisiensi, maupun pengelolaan dan kepentingan dari guru di sekolah tersebut. Akhirnya saya paham dan berkeyakinan untuk menggabung dua sekolah yang saling berhadapan tersebut,” akunya.

Habi mengakui bahwa ada beberapa pemuka masyarakat yang datang dan berharap tidak dilakukan penggabungan sekolah, karena dua sekolah tersebut memiliki sejarah desa masing-masing. Tapi setelah dijelaskan, mereka paham dan menerimanya dengan ikhlas.

Bapak Sasono SPd, Kepala SDN 1 Tengaran mengakui bahwa awalnya juga ada rasa khawatir ketika mendapat informasi tentang penggabungan sekolah. Kekhawa-tirannya adalah karena baru menja-bat sebagai kepala sekolah dan belum genap lima tahun. Ketika digabung maka dia akan lebih cepat tidak menjadi kepala sekolah.

“Ada beberapa orang kepala sekolah mengajak untuk menolak usul tersebut, tapi saya coba berkomunikasi secara baik-baik dengan dinas. Saya menanyakan perihal kegundahan kami. Akhirnya dinas memberi solusi bahwa tidak akan ada kepala sekolah yang

diturunkan jabatannya. Karena penggabungan sekolah diatur sesuai dengan jumlah kepala sekolah yang pensiun. Yang ada hanyalah mutasi, itupun dengan pertimbangan psikologi dan letak geografis rumah,” kata Bapak Sasono lega usai mendapat informasi tersebut.

Dampak yang paling terasa dalam penggabungan sekolah ini adalah pada guru dan siswa. Ibu Nuryanti, guru SDN Lor Wetan mengaku awalnya dirinya sangat risau karena akan menyesuaikan dengan lingku-ngan yang baru. Selain itu jumlah siswa juga pastinya lebih banyak. Hal itu berdampak dengan cara meng-ajar yang harus lebih ekstra keras.

“Awalnya memang harus beradap-tasi dengan lingkungan yang baru, kelas yang baru, siswa yang bertam-bah banyak dan juga manajemen kepala sekolah yang beda. Tapi de-ngan ikut pelatihan yang difasilitasi oleh dinas dan tanggungjawab kerja akhirnya saya sudah terbiasa dengan kondisi ini,” aku Ibu Nuryanti.

“Teman saya jadi lebih banyak. Kemarin hanya berteman dengan teman-teman dari SD saya. Sekarang lebih banyak teman karena gabung dari SD 1 dan SD 2. Saya jadi lebih senang,” kata Arrisa, siswa SD Tengaran yang sekolahnya digabung satu kampus.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Semarang Jl Gatot Subroto No. 20B, Ungaran Barat,

Semarang, Jawa TengahTelp: (024) 6921134

Kontak Person:Dra Dewi Pramuningsih

(Kepala Dinas Pendidikan)

Drs Agus Wisnugroho MM(Kabid SD)

Page 28: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Tampak bangunan SDN Bojong 5 yang bercat krem dan SDN Bojong 3 yang bercat biru. Sekolah ini digabung menjadi SDN Bojong 1.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru16

Kabupaten Pandeglang, Banten

Penggabungan Sekolah Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

Data dan Kebijakan

Penggabungan sekolah di Kabupaten Pandeglang ditentukan berdasarkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 9 Tahun 2008 yang menyatakan penggabungan 25 sekolah dasar berstatus negeri.

sebelum digabung. Setelah digabung, jumlah siswa menjadi 390 orang,” kata Ibu Hj Ii Alipah SPd, Kepala SDN Menes 1.

Dia menjelaskan penggabungan berdampak positif terhadap pengelolaan sarana fasilitas sekolah dan pembelajaran. “Terjadi peningkatan prestasi siswa setelah digabung. Selain itu, gedung SDN Menes 2 yang letaknya bersebelahan dimanfaatkan untuk memaksimalkan ruangan kelas karena bertambahnya rombel. Lalu beberapa ruang lain digunakan juga untuk perpustakaan dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang selama ini tidak pernah ada sebelumnya,” tambahnya sambil menunjuk lokasi yang dimaksud.

Letak SDN Menes 1 dan SDN Menes 2 secara geografis berdekatan. Ini yang menjadi alasan kedua sekolah tersebut digabung. Bapak Warso MPd, Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar, menuturkan “Penggabungan sekolah ini merupakan ide yang baik dalam hal efektivitas manajemen dan anggaran. Penggabungan sekolah dilakukan terhadap sekolah-sekolah di Pandeglang yang memiliki jarak berdekatan, kurang dari 100 meter.”

Alasan kedua penggabungan disampaikan Pak Warso mengenai efisiensi sumber daya manusia.

Penataan dan Pemerataan Guru 17

Muhamad Amri SH, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdindikbud) Pandeglang berkata, “Payung hukum penggabu-ngan ini memang sudah lama dike-luarkan namun belum ada ekseku-sinya. Setelah hadirnya USAID PRIORITAS melalui program pena-taan dan pemerataan guru, Dinas Pendidikan berhasil melaksanakan penggabungan sekolah ini.”

Eksekusi penggabungan baru dilak-sanakan setelah adanya program USAID PRIORITAS. Kadisdindikbud Pandeglang menjelaskan beberapa indikator dilaksanakan penggabu-ngan antara lain, (1) Jumlah siswa yang signifikan. Sekolah bisa menda-patkan siswa berlebih dan sekolah lain bisa mengalami kekurangan siswa; (2) Efektivitas dan efisiensi manajemen sekolah sehingga berja-lan optimal dan maksimal; (3) Jarak sekolah yang berdekatan satu seko-lah dengan yang lain; dan (4) Hasil analisis PPG di Kabupaten Pandeglang.

Kadisdindikbud juga mengapresiasi upaya fasilitasi penataan dan peme-rataan guru yang dilaksanakan USAID PRIORITAS, karena hasilnya menguatkan dan mendorong Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melak-sanakan penggabungan sekolah yang lama belum dilaksanakan tersebut.

Langkah-langkah penggabungan yang dilaksanakan Dindikbud seperti (1) Sosialisasi Perbup dan hasil analisa PPG oleh Dindikbud kepada seluruh UPT di Kabupaten Pandeg-lang; (2) Kepala UPT melakukan sosialisasi mengenai penggabungan sekolah; (3) Kepala sekolah melaku-kan rapat guru tentang penggabu-ngan sekolah; (4) Kepala sekolah yang terpilih melakukan pengelolaan aset dan tata ulang ruan; dan (5) Kepala sekolah membuat program manajemen sekolah untuk optimalisasi pembelajaran.

Strategi Implementasi Kebijakan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang, Banten telah berhasil menyelenggarakan penggabungan sekolah beberapa seko-lah dasar, termasuk SDN Bojong 1 dan SDN Menes 1. SDN Bojong 1 merupakan sekolah mitra USAID PRIORITAS yang sebelumnya terdiri atas SDN Bojong 1, SDN Bojong 3 dan SDN 5. Sedangkan SDN Menes 1 merupakan sekolah nonmitra USAID PRIORITAS, yang sebelum-nya berasal dari SDN Menes 1 dan SDN Menes 2.

“SDN Menes 1 memiliki 187 siswa

Page 29: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Tampak bangunan SDN Bojong 5 yang bercat krem dan SDN Bojong 3 yang bercat biru. Sekolah ini digabung menjadi SDN Bojong 1.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru16

Kabupaten Pandeglang, Banten

Penggabungan Sekolah Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

Data dan Kebijakan

Penggabungan sekolah di Kabupaten Pandeglang ditentukan berdasarkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 9 Tahun 2008 yang menyatakan penggabungan 25 sekolah dasar berstatus negeri.

sebelum digabung. Setelah digabung, jumlah siswa menjadi 390 orang,” kata Ibu Hj Ii Alipah SPd, Kepala SDN Menes 1.

Dia menjelaskan penggabungan berdampak positif terhadap pengelolaan sarana fasilitas sekolah dan pembelajaran. “Terjadi peningkatan prestasi siswa setelah digabung. Selain itu, gedung SDN Menes 2 yang letaknya bersebelahan dimanfaatkan untuk memaksimalkan ruangan kelas karena bertambahnya rombel. Lalu beberapa ruang lain digunakan juga untuk perpustakaan dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang selama ini tidak pernah ada sebelumnya,” tambahnya sambil menunjuk lokasi yang dimaksud.

Letak SDN Menes 1 dan SDN Menes 2 secara geografis berdekatan. Ini yang menjadi alasan kedua sekolah tersebut digabung. Bapak Warso MPd, Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar, menuturkan “Penggabungan sekolah ini merupakan ide yang baik dalam hal efektivitas manajemen dan anggaran. Penggabungan sekolah dilakukan terhadap sekolah-sekolah di Pandeglang yang memiliki jarak berdekatan, kurang dari 100 meter.”

Alasan kedua penggabungan disampaikan Pak Warso mengenai efisiensi sumber daya manusia.

Penataan dan Pemerataan Guru 17

Muhamad Amri SH, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdindikbud) Pandeglang berkata, “Payung hukum penggabu-ngan ini memang sudah lama dike-luarkan namun belum ada ekseku-sinya. Setelah hadirnya USAID PRIORITAS melalui program pena-taan dan pemerataan guru, Dinas Pendidikan berhasil melaksanakan penggabungan sekolah ini.”

Eksekusi penggabungan baru dilak-sanakan setelah adanya program USAID PRIORITAS. Kadisdindikbud Pandeglang menjelaskan beberapa indikator dilaksanakan penggabu-ngan antara lain, (1) Jumlah siswa yang signifikan. Sekolah bisa menda-patkan siswa berlebih dan sekolah lain bisa mengalami kekurangan siswa; (2) Efektivitas dan efisiensi manajemen sekolah sehingga berja-lan optimal dan maksimal; (3) Jarak sekolah yang berdekatan satu seko-lah dengan yang lain; dan (4) Hasil analisis PPG di Kabupaten Pandeglang.

Kadisdindikbud juga mengapresiasi upaya fasilitasi penataan dan peme-rataan guru yang dilaksanakan USAID PRIORITAS, karena hasilnya menguatkan dan mendorong Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melak-sanakan penggabungan sekolah yang lama belum dilaksanakan tersebut.

Langkah-langkah penggabungan yang dilaksanakan Dindikbud seperti (1) Sosialisasi Perbup dan hasil analisa PPG oleh Dindikbud kepada seluruh UPT di Kabupaten Pandeg-lang; (2) Kepala UPT melakukan sosialisasi mengenai penggabungan sekolah; (3) Kepala sekolah melaku-kan rapat guru tentang penggabu-ngan sekolah; (4) Kepala sekolah yang terpilih melakukan pengelolaan aset dan tata ulang ruan; dan (5) Kepala sekolah membuat program manajemen sekolah untuk optimalisasi pembelajaran.

Strategi Implementasi Kebijakan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang, Banten telah berhasil menyelenggarakan penggabungan sekolah beberapa seko-lah dasar, termasuk SDN Bojong 1 dan SDN Menes 1. SDN Bojong 1 merupakan sekolah mitra USAID PRIORITAS yang sebelumnya terdiri atas SDN Bojong 1, SDN Bojong 3 dan SDN 5. Sedangkan SDN Menes 1 merupakan sekolah nonmitra USAID PRIORITAS, yang sebelum-nya berasal dari SDN Menes 1 dan SDN Menes 2.

“SDN Menes 1 memiliki 187 siswa

Page 30: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

“Semula dua sekolah tentu akan menyedot banyak tenaga sumber daya manusia. Penggabungan sekolah memaksi-malkan tenaga kerja yang semula dua orang menjadi satu orang,” katanya. Dengan demikian, Dindikbud Kabupaten Pandeglang pun telah siap untuk melakukan distribusi dan mutasi guru sesuai kebutuhan.

Dampak Kebijakan

Hal ini pula yang terjadi pada sekolah mitra setelah dilakukan Penggabu-ngan sekolah. Menurut data Dapodik 2016 SDN Bojong 1, SDN Bojong 3 dan SDN Bojong 5 berubah menjadi SDN Bojong 1. “Dulu saat penerimaan siswa baru, orangtua di

sekitar desa Bojong lebih banyak menyekolahkan anaknya di SDN Bojong 5 dibanding SDN Bojong 1 dan SDN Bojong 3. Mereka beranggapan SDN Bojong 5 lebih bagus mutunya. Selain itu, gedung SDN Bojong 5 terlihat baru dibandingkan kedua sekolah lainnya,” kata Ibu Lili Hambali, Kepala SDN Bojong 1.

Ibu Lili semula adalah kepala SDN Bojong 5. Setelah terjadi penggabu-ngan, dia dipilih Dindikbud untuk menjadi Kepala SDN Bojong 1. “Dua kepala sekolah sebelumnya dimutasi ke SDN Gereduk 3 dan SDN Cahaya Mekar 4. Kini ada 15 tenaga PNS, 9 tenaga kerja sukarela dan 2 tenaga kerja kontrak yang bekerja di SDN Bojong 1,” katanya lagi.

Dia mengatakan sebelum penggabungan siswa SDN Bojong 1 dan SDN Bojong 3 berjumlah sekitar 130 siswa sedangkan SDN Bojong 5 berjumlah lebih dari 250 siswa. Setelah Penggabungan, SDN Bojong 1 berjumlah 368 siswa yang berasal dari sekitar Desa Bojong, Pandeglang.

Lagi-lagi alasan geografis yakni ketiga sekolah tersebut yang berdekatan menjadikan alasan penggabungan. Selain itu, alasan selanjutnya adalah optimalisasi sarana fasilitas pendidikan.

“Dulu sebelum penggabungan, setiap sekolah sulit sekali mengelola perpustakaan karena kurang tenaga dan ruang. Kini di SDN Bojong 1 sudah memiliki ruang perpustakaan yang maksimal dengan tenaga dan ruang yang tepat. Selain itu, dulu pertemuan KKG dilaksanakan di gedung PGRI yang letaknya sangat jauh. Kini ruang pertemuan KKG ada di sekitar sini, yakni bekas ruang guru SDN Bojong 3. Jadi guru-guru tidak beralasan malas datang ke

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru18

Elah Suhaelah SPd, guru SDN Bojong 1, Pandeglang, mendampingi siswa belajar di kelompok. Setelah sekolah ini diga-bung, pembelajaran menjadi lebih efektif dan ketersediaan guru mencukupi.

pertemuan KKG karena letaknya jauh,” jelas Ibu Lili. SDN Bojong 1 memang sekolah inti. Kegiatan KKG dilakukan seminggu sekali.

Manfaat lain dari penggabungan adalah semua guru tidak mengalami kekurangan jam mengajar, karena sebelum penggabungan, banyak guru yang masih mengalami kekurangan jam mengajar. Pada tabel 1 di bawah terlihat bahwa sebelum digabung SDN Bojong 1 dan 5, sudah tercukupi kebutuhan guru kelas (PNS) namun berlebih dengan adanya guru kelas nonPNS. Sedangkan untuk SDN Bojong 3 terdapat kelebihan guru kelas PNS.

Demikian juga dengan guru PAI PNS,

terdapat kelebihan di SDN Bojong 5 dan kekurangan guru PAI PNS di SDN Bojong 3.

Setelah Penggabungan menjadi SDN Bojong 1 maka tidak ada lagi kekurangan jam mengajar dengan jumlah guru kelas PNS sebanyak 12 dan dua nonPNS. Sedangkan tujuh guru kelas PNS lainnya didistribu-sikan (mutasi) ke SD di wilayah Gugus 1, Gugus 3, dan Gugus 5 di Kecamatan Bojong. Kebijakan ini sesuai dengan rekomendasi dari hasil analisis Penataan dan Peme-rataan Guru Kabupaten Pandeglang yaitu di setiap sekolah dasar diupayakan terpenuhi kebutuhan atau terdapat enam guru kelas PNS.

Penataan dan Pemerataan Guru 19

Tabel 1. Perhitungan Guru Berdasarkan Data Tahun 2012/2013 dan 2016/2017

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang (data diolah)

Sekolah

Guru Tersedia (PNS) Guru Tersedia (Non

PNS) Jumlah Kebutuhan

Guru Selisih Ketersediaan

Guru (PNS)

2012/2013 2016/2017 2012/2013 2016/2017 2012/2013 2016/2017 2012/2013 2016/2017

Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm

SDN Bojong 1 6 1 12 2 0 0 2 2 6 1 14 2 0 0 -2 0

SDN Bojong 3 7 0 0 1 6 1 1 -1

SDN Bojong 5 6 2 1 2 6 1 0 1

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Pandeglang Komplek Perkantoran Cikupa No. 2

Jl. Jendral Sudirman, Pandeglang, Banten Telp: (0253) 201300

Kontak Person: Drs H Maman Abdurrahman MM

(Kabid Pendidikan Dasar)

Warso MPd (Kasi Kurikulum dan Kesiswaan Bidang

Pendidikan Dasar)

Page 31: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

“Semula dua sekolah tentu akan menyedot banyak tenaga sumber daya manusia. Penggabungan sekolah memaksi-malkan tenaga kerja yang semula dua orang menjadi satu orang,” katanya. Dengan demikian, Dindikbud Kabupaten Pandeglang pun telah siap untuk melakukan distribusi dan mutasi guru sesuai kebutuhan.

Dampak Kebijakan

Hal ini pula yang terjadi pada sekolah mitra setelah dilakukan Penggabu-ngan sekolah. Menurut data Dapodik 2016 SDN Bojong 1, SDN Bojong 3 dan SDN Bojong 5 berubah menjadi SDN Bojong 1. “Dulu saat penerimaan siswa baru, orangtua di

sekitar desa Bojong lebih banyak menyekolahkan anaknya di SDN Bojong 5 dibanding SDN Bojong 1 dan SDN Bojong 3. Mereka beranggapan SDN Bojong 5 lebih bagus mutunya. Selain itu, gedung SDN Bojong 5 terlihat baru dibandingkan kedua sekolah lainnya,” kata Ibu Lili Hambali, Kepala SDN Bojong 1.

Ibu Lili semula adalah kepala SDN Bojong 5. Setelah terjadi penggabu-ngan, dia dipilih Dindikbud untuk menjadi Kepala SDN Bojong 1. “Dua kepala sekolah sebelumnya dimutasi ke SDN Gereduk 3 dan SDN Cahaya Mekar 4. Kini ada 15 tenaga PNS, 9 tenaga kerja sukarela dan 2 tenaga kerja kontrak yang bekerja di SDN Bojong 1,” katanya lagi.

Dia mengatakan sebelum penggabungan siswa SDN Bojong 1 dan SDN Bojong 3 berjumlah sekitar 130 siswa sedangkan SDN Bojong 5 berjumlah lebih dari 250 siswa. Setelah Penggabungan, SDN Bojong 1 berjumlah 368 siswa yang berasal dari sekitar Desa Bojong, Pandeglang.

Lagi-lagi alasan geografis yakni ketiga sekolah tersebut yang berdekatan menjadikan alasan penggabungan. Selain itu, alasan selanjutnya adalah optimalisasi sarana fasilitas pendidikan.

“Dulu sebelum penggabungan, setiap sekolah sulit sekali mengelola perpustakaan karena kurang tenaga dan ruang. Kini di SDN Bojong 1 sudah memiliki ruang perpustakaan yang maksimal dengan tenaga dan ruang yang tepat. Selain itu, dulu pertemuan KKG dilaksanakan di gedung PGRI yang letaknya sangat jauh. Kini ruang pertemuan KKG ada di sekitar sini, yakni bekas ruang guru SDN Bojong 3. Jadi guru-guru tidak beralasan malas datang ke

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru18

Elah Suhaelah SPd, guru SDN Bojong 1, Pandeglang, mendampingi siswa belajar di kelompok. Setelah sekolah ini diga-bung, pembelajaran menjadi lebih efektif dan ketersediaan guru mencukupi.

pertemuan KKG karena letaknya jauh,” jelas Ibu Lili. SDN Bojong 1 memang sekolah inti. Kegiatan KKG dilakukan seminggu sekali.

Manfaat lain dari penggabungan adalah semua guru tidak mengalami kekurangan jam mengajar, karena sebelum penggabungan, banyak guru yang masih mengalami kekurangan jam mengajar. Pada tabel 1 di bawah terlihat bahwa sebelum digabung SDN Bojong 1 dan 5, sudah tercukupi kebutuhan guru kelas (PNS) namun berlebih dengan adanya guru kelas nonPNS. Sedangkan untuk SDN Bojong 3 terdapat kelebihan guru kelas PNS.

Demikian juga dengan guru PAI PNS,

terdapat kelebihan di SDN Bojong 5 dan kekurangan guru PAI PNS di SDN Bojong 3.

Setelah Penggabungan menjadi SDN Bojong 1 maka tidak ada lagi kekurangan jam mengajar dengan jumlah guru kelas PNS sebanyak 12 dan dua nonPNS. Sedangkan tujuh guru kelas PNS lainnya didistribu-sikan (mutasi) ke SD di wilayah Gugus 1, Gugus 3, dan Gugus 5 di Kecamatan Bojong. Kebijakan ini sesuai dengan rekomendasi dari hasil analisis Penataan dan Peme-rataan Guru Kabupaten Pandeglang yaitu di setiap sekolah dasar diupayakan terpenuhi kebutuhan atau terdapat enam guru kelas PNS.

Penataan dan Pemerataan Guru 19

Tabel 1. Perhitungan Guru Berdasarkan Data Tahun 2012/2013 dan 2016/2017

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang (data diolah)

Sekolah

Guru Tersedia (PNS) Guru Tersedia (Non

PNS) Jumlah Kebutuhan

Guru Selisih Ketersediaan

Guru (PNS)

2012/2013 2016/2017 2012/2013 2016/2017 2012/2013 2016/2017 2012/2013 2016/2017

Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm Kls Agm

SDN Bojong 1 6 1 12 2 0 0 2 2 6 1 14 2 0 0 -2 0

SDN Bojong 3 7 0 0 1 6 1 1 -1

SDN Bojong 5 6 2 1 2 6 1 0 1

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Pandeglang Komplek Perkantoran Cikupa No. 2

Jl. Jendral Sudirman, Pandeglang, Banten Telp: (0253) 201300

Kontak Person: Drs H Maman Abdurrahman MM

(Kabid Pendidikan Dasar)

Warso MPd (Kasi Kurikulum dan Kesiswaan Bidang

Pendidikan Dasar)

Page 32: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru20

Ibu Mila Asmiawati, guru mata pelajaran bahasa Inggris yang beralih-fungsi menjadi guru kelas, tampak dia sedang mengajar siswa kelas IV SDN Cibabat Mandiri 2 Cimahi.

Alih Fungsi GuruSatu Kebijakan Multi-fungsi

Kota Cimahi, Jawa Barat

Pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar menuntut keberadaan guru kelas dalam setiap rombongan belajar. Angka kecukupan guru kelas ini sangat penting untuk menjamin penuntasan wajib belajar pendidikan dasar serta menjamin kualitas pembelajarannya.

Berdasarkan grafik Scatterplot yang membandingkan jumlah guru kelas dan rombongan belajar (rombel) dengan rasio siswa dan rombel, Kota Cimahi masih memerlukan penataan dan pemerataan guru PNS untuk menjaga kualitas layanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.

Berdasarkan data pada grafik tersebut, diketahui bahwa ada sekolah yang efektif dan sangat efisien yang terjadi pada kuadran 1, yaitu ketersediaan guru terbatas, namun layanan cukup padat. Hal sebaliknya terjadi pada kuadran 3, yaitu ketersediaan guru banyak, sementara jumlah siswa yang dilayani tergolong sangat kecil.

Soal Kekurangan Guru Kelas

Telaah data guru kelas di sekolah dasar menunjukkan Kota Cimahi masih menderita kekurangan guru kelas berstatus pengajar tetap. Lihat tabel 1.

Tabel menunjukkan, pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah kebutuhan guru kelas yang setara dengan jumlah rombongan belajar mencapai angka 1.280 orang. Dari jumlah kebutuhan tersebut, Kota Cimahi mengalami kekurangan sebanyak

145 guru kelas PNS karena jumlah ketersediaan guru kelas PNS baru mencapai 1.135 orang. Dalam skala persentase, ada sekitar 11% rombo-ngan belajar ditangani oleh guru ke-las honorer yang membebani biaya operasional sekolah. Visualisasi data di atas dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1 menunjukkan bahwa Kota Cimahi masih mengalami kekurangan 145 orang guru kelas PNS untuk mencapai rasio ideal dengan jumlah rombel, yakni sebanyak 1.280 rombongan belajar.

Anak Usia Sekolah vs Guru Usia Pensiun

Perencanaan pendidikan selalu tidak bisa terlepas dari pertumbuhan anak usia sekolah yang sejatinya selalu menentukan tingkat ketersediaan rombongan belajar, kebutuhan guru, dan keperluan sarana prasarana.

Berdasarkan data sensus BPS tahun 2010, tanpa memperhitungkan mortalitas dan natalitas, diperkirakan terjadi peningkatan anak usia sekolah di Kota Cimahi. Hal ini berarti perlu

Penataan dan Pemerataan Guru 21

Grafik Scatterplot Perbandingan Guru Kelas-Rombeldengan Rasio Siswa-Rombel

Page 33: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru20

Ibu Mila Asmiawati, guru mata pelajaran bahasa Inggris yang beralih-fungsi menjadi guru kelas, tampak dia sedang mengajar siswa kelas IV SDN Cibabat Mandiri 2 Cimahi.

Alih Fungsi GuruSatu Kebijakan Multi-fungsi

Kota Cimahi, Jawa Barat

Pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar menuntut keberadaan guru kelas dalam setiap rombongan belajar. Angka kecukupan guru kelas ini sangat penting untuk menjamin penuntasan wajib belajar pendidikan dasar serta menjamin kualitas pembelajarannya.

Berdasarkan grafik Scatterplot yang membandingkan jumlah guru kelas dan rombongan belajar (rombel) dengan rasio siswa dan rombel, Kota Cimahi masih memerlukan penataan dan pemerataan guru PNS untuk menjaga kualitas layanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.

Berdasarkan data pada grafik tersebut, diketahui bahwa ada sekolah yang efektif dan sangat efisien yang terjadi pada kuadran 1, yaitu ketersediaan guru terbatas, namun layanan cukup padat. Hal sebaliknya terjadi pada kuadran 3, yaitu ketersediaan guru banyak, sementara jumlah siswa yang dilayani tergolong sangat kecil.

Soal Kekurangan Guru Kelas

Telaah data guru kelas di sekolah dasar menunjukkan Kota Cimahi masih menderita kekurangan guru kelas berstatus pengajar tetap. Lihat tabel 1.

Tabel menunjukkan, pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah kebutuhan guru kelas yang setara dengan jumlah rombongan belajar mencapai angka 1.280 orang. Dari jumlah kebutuhan tersebut, Kota Cimahi mengalami kekurangan sebanyak

145 guru kelas PNS karena jumlah ketersediaan guru kelas PNS baru mencapai 1.135 orang. Dalam skala persentase, ada sekitar 11% rombo-ngan belajar ditangani oleh guru ke-las honorer yang membebani biaya operasional sekolah. Visualisasi data di atas dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1 menunjukkan bahwa Kota Cimahi masih mengalami kekurangan 145 orang guru kelas PNS untuk mencapai rasio ideal dengan jumlah rombel, yakni sebanyak 1.280 rombongan belajar.

Anak Usia Sekolah vs Guru Usia Pensiun

Perencanaan pendidikan selalu tidak bisa terlepas dari pertumbuhan anak usia sekolah yang sejatinya selalu menentukan tingkat ketersediaan rombongan belajar, kebutuhan guru, dan keperluan sarana prasarana.

Berdasarkan data sensus BPS tahun 2010, tanpa memperhitungkan mortalitas dan natalitas, diperkirakan terjadi peningkatan anak usia sekolah di Kota Cimahi. Hal ini berarti perlu

Penataan dan Pemerataan Guru 21

Grafik Scatterplot Perbandingan Guru Kelas-Rombeldengan Rasio Siswa-Rombel

Page 34: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

mengancam kualitas layanan pendidikan di jenjang sekolah dasar. Maka, Kota Cimahi memandang perlu ada upaya untuk menjamin rasio ideal ketersediaan guru sesuai dengan volume rombongan belajar.

Prioritas Kebijakan

Terdapat tiga peluang besar yang memungkinkan Kota Cimahi dapat mengatasi kekurangan guru kelas dalam menjaga rasio ideal antara guru kelas dan rombel. Pertama, ada

kebijakan nasional berupa Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasio-nal, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Kebijakan nasional ini memungkinkan Kota Cimahi untuk

menata guru sesuai dengan tuntutan rasio keseimbangan guru kelas sesuai dengan volume rombel.

Kedua, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru, juga memberi celah pemecahan masalah kekura-ngan guru kelas. Kewajiban jam mengajar minimal seorang guru yang sudah tersertifikasi mendo-rong para guru untuk menambah waktu jelajah mengajarnya.

Ketiga, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah, juga menjadi peluang penting bagi Kota Cimahi untuk mampu menyelesaikan masalah kekurangan guru. Pemberlakuan Kurikulum 2013 yang meniadakan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah telah menuntut guru-guru Bahasa Inggris untuk beralih fungsi atau beralih jenjang.

Berdasarkan kebijakan nasional tersebut dan atas pertimbangan teknis keefektifan finansial dan

Tabel 1. Kekurangan Jumlah Guru Kelas PNS

Kecamatan Kebutuhan Ketersediaan Guru Kekurangan

Cimahi Selatan 481 411 -70

Cimahi Tengah 467 415 -52

Cimahi Utara 332 309 -23

Grand Total 1280 1135 -145

Kebutuhan Guru Kelas PNS

1280 orang

Ketersediaan Guru Kelas PNS

1135 orang

KekuranganGuru Kelas PNS

145 orang

Kelebihan Guru Kelas Non PNS

21 orang

Grafik 1. Kebutuhan dan Ketersediaan Guru di Kota Cimahi

Grafik 2. Proyeksi Ketersediaan Guru Kelas PNS dan Perbandingannya dengan Pertumbuhan Rombongan Belajar di Jenjang Sekolah Dasar

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru22 Penataan dan Pemerataan Guru 23

dipersiapkan penambahan rombo-ngan belajar untuk menampung anak usia sekolah sehingga amanat undang-undang terpenuhi dengan baik. Dengan sendirinya, penambahan rombongan belajar menuntut upaya antisipatif untuk memenuhi ketercu-kupan guru, ruang kelas, dan sarana penunjang lainnya.

Di sisi lain, analisis ketersediaan guru tidak bisa mengabaikan penurunan ketersediaan guru akibat usia pensiun. Rerata angka pensiun pada tahun 2014 - 2015 cenderung sangat tinggi sebagai akibat dari pengangkatan guru Inpres pada tahun 1970-an. Perbandingan kecenderungan naik jumlah anak usia sekolah dan kecenderungan turun jumlah guru akibat pensiun tampak pada grafik 2.

Grafik 2 ihwal proyeksi pensiun guru kelas menyiratkan bahwa selama delapan tahun ke depan, jumlah ketersediaan guru kelas PNS setiap tahun berkurang, sementara proyeksi pertumbuhan rombel yang didasarkan pada pertumbuhan anak usia sekolah dari tahun ke tahun meningkat cukup besar. Puncaknya terjadi pada tahun ke-8, ketika kesenjangan kebutuhan dan ketersediaan guru sangat menganga. Grafik menurun angka ketersediaan guru kelas semacam itu tentu saja

Page 35: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

mengancam kualitas layanan pendidikan di jenjang sekolah dasar. Maka, Kota Cimahi memandang perlu ada upaya untuk menjamin rasio ideal ketersediaan guru sesuai dengan volume rombongan belajar.

Prioritas Kebijakan

Terdapat tiga peluang besar yang memungkinkan Kota Cimahi dapat mengatasi kekurangan guru kelas dalam menjaga rasio ideal antara guru kelas dan rombel. Pertama, ada

kebijakan nasional berupa Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasio-nal, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Kebijakan nasional ini memungkinkan Kota Cimahi untuk

menata guru sesuai dengan tuntutan rasio keseimbangan guru kelas sesuai dengan volume rombel.

Kedua, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru, juga memberi celah pemecahan masalah kekura-ngan guru kelas. Kewajiban jam mengajar minimal seorang guru yang sudah tersertifikasi mendo-rong para guru untuk menambah waktu jelajah mengajarnya.

Ketiga, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah, juga menjadi peluang penting bagi Kota Cimahi untuk mampu menyelesaikan masalah kekurangan guru. Pemberlakuan Kurikulum 2013 yang meniadakan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah telah menuntut guru-guru Bahasa Inggris untuk beralih fungsi atau beralih jenjang.

Berdasarkan kebijakan nasional tersebut dan atas pertimbangan teknis keefektifan finansial dan

Tabel 1. Kekurangan Jumlah Guru Kelas PNS

Kecamatan Kebutuhan Ketersediaan Guru Kekurangan

Cimahi Selatan 481 411 -70

Cimahi Tengah 467 415 -52

Cimahi Utara 332 309 -23

Grand Total 1280 1135 -145

Kebutuhan Guru Kelas PNS

1280 orang

Ketersediaan Guru Kelas PNS

1135 orang

KekuranganGuru Kelas PNS

145 orang

Kelebihan Guru Kelas Non PNS

21 orang

Grafik 1. Kebutuhan dan Ketersediaan Guru di Kota Cimahi

Grafik 2. Proyeksi Ketersediaan Guru Kelas PNS dan Perbandingannya dengan Pertumbuhan Rombongan Belajar di Jenjang Sekolah Dasar

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru22 Penataan dan Pemerataan Guru 23

dipersiapkan penambahan rombo-ngan belajar untuk menampung anak usia sekolah sehingga amanat undang-undang terpenuhi dengan baik. Dengan sendirinya, penambahan rombongan belajar menuntut upaya antisipatif untuk memenuhi ketercu-kupan guru, ruang kelas, dan sarana penunjang lainnya.

Di sisi lain, analisis ketersediaan guru tidak bisa mengabaikan penurunan ketersediaan guru akibat usia pensiun. Rerata angka pensiun pada tahun 2014 - 2015 cenderung sangat tinggi sebagai akibat dari pengangkatan guru Inpres pada tahun 1970-an. Perbandingan kecenderungan naik jumlah anak usia sekolah dan kecenderungan turun jumlah guru akibat pensiun tampak pada grafik 2.

Grafik 2 ihwal proyeksi pensiun guru kelas menyiratkan bahwa selama delapan tahun ke depan, jumlah ketersediaan guru kelas PNS setiap tahun berkurang, sementara proyeksi pertumbuhan rombel yang didasarkan pada pertumbuhan anak usia sekolah dari tahun ke tahun meningkat cukup besar. Puncaknya terjadi pada tahun ke-8, ketika kesenjangan kebutuhan dan ketersediaan guru sangat menganga. Grafik menurun angka ketersediaan guru kelas semacam itu tentu saja

Page 36: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

administratif, Kota Cimahi memilih prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru melalui program alih-fungsi guru PNS muatan lokal Bahasa Inggris menjadi guru kelas di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.

Strategi Implementasi Alih-fungsi

Pemerintah Kota Cimahi segera merancang, mendiskusikan, dan menerbitkan kebijakan daerah mengenai penataan dan pemerataan guru. Bentuk kebijakan yang dianggap paling tepat dan proporsional adalah surat keputusan walikota. Keputusan walikota disusun secara partisipatif dengan melibatkan para kepala sekolah dan para guru terkait.

Semua guru mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar diundang oleh Bagian Kepegawaian dan Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi. Pertemuan membahas konsekuensi pemberlakuan Kurikulum 2013 terhadap guru mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris. Sesuai dengan semangat K-13, mata pelajaran Bahasa Inggris dihapuskan di sekolah dasar.

Pertemuan itu juga menawarkan alternatif muatan lokal itu seraya mengajak para guru untuk turut

memikirkan fakta kekurangan guru gelas di sejumlah sekolah dasar. Guru kelas lebih banyak dibutuhkan karena banyak sekolah kekurangan guru kelas. Para guru Bahasa Inggris itu lalu ditawari untuk menjadi guru kelas secara sukarela dengan syarat mengikuti program Pendidikaan dan Latihan Profesi Guru PLPG atau menempuh program S1 kedua.

“Tawaran pemerintah saya sambut dengan senang hati. Saya merasa tertantang untuk menjadi wali kelas. Saya ingin belajar memahami manajemen kelas dan mengenal murid di kelas dengan lebih baik,” ujar Ibu Nia Kurniasih SPd, semula guru Bahasa Inggris di SDN Cibabat 2 dan kini menjadi guru kelas di SDN Budi Karya Kota Cimahi.

“Sebagai alumni S1 Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi, saya selama ini lebih terfokus pada mata pelajaran dan kurang menguasai kelas. Tawaran untuk mengikuti PLPG atau studi S-1 kedua menjadi peluang tersendiri bagi karir saya sebagai guru,” tutur Ibu Mila Asmiawati, semula guru Bahasa Inggris yang kemudian menjadi guru kelas di SDN Cibabat Mandiri 5 Kota Cimahi.

Mendapat respon positif para guru, pemerintah Kota Cimahi kemudian merumuskan draf surat keputusan

walikota dan lantas menerbitkannya. SK Walikota Cimahi tentang Alih-Fungsi pun diterbitkan pada tanggal 23 Mei 2014.

“Pihak Disdikpora Kota Cimahi lalu mengurus mutasi 39 orang guru sekolah dasar dari status sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi guru kelas, baik di sekolah yang sama maupun berpindah ke sekolah dasar lain di Cimahi,” jelas Ibu Tohari Diana SPd, Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar.

Dampak Alih-fungsi

Bagi para guru Bahasa Inggris yang mengikuti program alih-fungsi, bertugas menjadi guru kelas ternyata merupakan pengalaman menarik. Menurut mereka, alih-fungsi ternyata melibatkan alih-budaya juga. Secara demikian, alih-fungsi itu menjadi tantangan tersendiri bagi kemajuan personal dan karir sekaligus.

“Kedekatan dengan murid lebih terasa. Kan biasanya bertemu siswa hanya pada jam mata pelajaran Bahasa Inggris, sekarang setiap hari bertemu,” papar Bapak Ridwan Yasin SPd, guru SDN Cibeureum 5 Cimahi.

Tantangannya, tentu saja volume kerja dan bahkan rutinitas

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru24 Penataan dan Pemerataan Guru 25

administratif lebih menyita waktu guru. “Secara administrasi lebih banyak hal harus saya kerjakan sebagai guru kelas dibandingkan ketika menjadi guru bahasa Inggris,” kata Ibu Saptarina Nurindrayani SPd, semula guru SDN Cimahi Mandiri 5 yang kini menjadi guru kelas di SDN Cempaka Kota Cimahi.

Alhasil, alih-fungsi ini ternyata mem-bawa hikmah penting dari segi kepuasan pribadi, peluang karir, dan kemajuan pendidikan. Dengan alih-

Ibu Yeni Ismayanti SPd, semula adalah guru mata pelajaran bahasa Inggris, sekarang dia mengajar sebagai guru kelas III di SDN Cibodas 3 Cimahi Selatan.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Cimahi

Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Blok Jati Cihanjuang Kota Cimahi

Telp: 022 - 6631725 Fax: 022 - 6631725

Kontak Person: Dikdik S Nugrahawan SSi

(Kepala Dinas Pendidikan)

Tohari Diana SPd (Kasi Kurikulum Dikdas)

fungsi, kewajiban jam mengajar se-suai tuntutan sertifikasi pun terpe-nuhi. Kelebihan guru mata pelajaran di Kota Cimahi pun teratasi.

“Layanan sekolah menjadi lebih teratur dan memuaskan para orangtua karena kebutuhan guru kelas kini terpenuhi,” kata Ibu Erni Kurniasih SPd, Kepala SDN Cibabat Mandiri 5.

Page 37: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

administratif, Kota Cimahi memilih prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru melalui program alih-fungsi guru PNS muatan lokal Bahasa Inggris menjadi guru kelas di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.

Strategi Implementasi Alih-fungsi

Pemerintah Kota Cimahi segera merancang, mendiskusikan, dan menerbitkan kebijakan daerah mengenai penataan dan pemerataan guru. Bentuk kebijakan yang dianggap paling tepat dan proporsional adalah surat keputusan walikota. Keputusan walikota disusun secara partisipatif dengan melibatkan para kepala sekolah dan para guru terkait.

Semua guru mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar diundang oleh Bagian Kepegawaian dan Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi. Pertemuan membahas konsekuensi pemberlakuan Kurikulum 2013 terhadap guru mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris. Sesuai dengan semangat K-13, mata pelajaran Bahasa Inggris dihapuskan di sekolah dasar.

Pertemuan itu juga menawarkan alternatif muatan lokal itu seraya mengajak para guru untuk turut

memikirkan fakta kekurangan guru gelas di sejumlah sekolah dasar. Guru kelas lebih banyak dibutuhkan karena banyak sekolah kekurangan guru kelas. Para guru Bahasa Inggris itu lalu ditawari untuk menjadi guru kelas secara sukarela dengan syarat mengikuti program Pendidikaan dan Latihan Profesi Guru PLPG atau menempuh program S1 kedua.

“Tawaran pemerintah saya sambut dengan senang hati. Saya merasa tertantang untuk menjadi wali kelas. Saya ingin belajar memahami manajemen kelas dan mengenal murid di kelas dengan lebih baik,” ujar Ibu Nia Kurniasih SPd, semula guru Bahasa Inggris di SDN Cibabat 2 dan kini menjadi guru kelas di SDN Budi Karya Kota Cimahi.

“Sebagai alumni S1 Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi, saya selama ini lebih terfokus pada mata pelajaran dan kurang menguasai kelas. Tawaran untuk mengikuti PLPG atau studi S-1 kedua menjadi peluang tersendiri bagi karir saya sebagai guru,” tutur Ibu Mila Asmiawati, semula guru Bahasa Inggris yang kemudian menjadi guru kelas di SDN Cibabat Mandiri 5 Kota Cimahi.

Mendapat respon positif para guru, pemerintah Kota Cimahi kemudian merumuskan draf surat keputusan

walikota dan lantas menerbitkannya. SK Walikota Cimahi tentang Alih-Fungsi pun diterbitkan pada tanggal 23 Mei 2014.

“Pihak Disdikpora Kota Cimahi lalu mengurus mutasi 39 orang guru sekolah dasar dari status sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi guru kelas, baik di sekolah yang sama maupun berpindah ke sekolah dasar lain di Cimahi,” jelas Ibu Tohari Diana SPd, Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar.

Dampak Alih-fungsi

Bagi para guru Bahasa Inggris yang mengikuti program alih-fungsi, bertugas menjadi guru kelas ternyata merupakan pengalaman menarik. Menurut mereka, alih-fungsi ternyata melibatkan alih-budaya juga. Secara demikian, alih-fungsi itu menjadi tantangan tersendiri bagi kemajuan personal dan karir sekaligus.

“Kedekatan dengan murid lebih terasa. Kan biasanya bertemu siswa hanya pada jam mata pelajaran Bahasa Inggris, sekarang setiap hari bertemu,” papar Bapak Ridwan Yasin SPd, guru SDN Cibeureum 5 Cimahi.

Tantangannya, tentu saja volume kerja dan bahkan rutinitas

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru24 Penataan dan Pemerataan Guru 25

administratif lebih menyita waktu guru. “Secara administrasi lebih banyak hal harus saya kerjakan sebagai guru kelas dibandingkan ketika menjadi guru bahasa Inggris,” kata Ibu Saptarina Nurindrayani SPd, semula guru SDN Cimahi Mandiri 5 yang kini menjadi guru kelas di SDN Cempaka Kota Cimahi.

Alhasil, alih-fungsi ini ternyata mem-bawa hikmah penting dari segi kepuasan pribadi, peluang karir, dan kemajuan pendidikan. Dengan alih-

Ibu Yeni Ismayanti SPd, semula adalah guru mata pelajaran bahasa Inggris, sekarang dia mengajar sebagai guru kelas III di SDN Cibodas 3 Cimahi Selatan.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Cimahi

Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Blok Jati Cihanjuang Kota Cimahi

Telp: 022 - 6631725 Fax: 022 - 6631725

Kontak Person: Dikdik S Nugrahawan SSi

(Kepala Dinas Pendidikan)

Tohari Diana SPd (Kasi Kurikulum Dikdas)

fungsi, kewajiban jam mengajar se-suai tuntutan sertifikasi pun terpe-nuhi. Kelebihan guru mata pelajaran di Kota Cimahi pun teratasi.

“Layanan sekolah menjadi lebih teratur dan memuaskan para orangtua karena kebutuhan guru kelas kini terpenuhi,” kata Ibu Erni Kurniasih SPd, Kepala SDN Cibabat Mandiri 5.

Page 38: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru26

Bapak Agus Mukhib Mubarok SPd, sebelumnya adalah staf Dinas UMKM dan Perindustrian Ngawi. Setelah mengikuti program penataan dan pemerataan guru, sekarang dia menjadi guru kelas IV di SDN Tambakromo 3, Ngawi.

Beban Belanja Pegawai

Beban APBD Kabupaten Ngawi tahun 2015 untuk belanja pegawai mencapai 60,27%, dilihat dari postur anggaran, ini menunjukkan kurang ideal, karena mencapai lebih dari 50%. Kurang idealnya persentase belanja pegawai tersebut disebabkan oleh besarnya jumlah pegawai di Kabupaten Ngawi.

Namun di sisi lain Kabupaten Ngawi kekurangan 781 guru SD yang terdiri dari guru kelas 398 orang, guru Penjaskes 332 orang, dan guru PAI 51 orang. Namun pada jenjang di atasnya, Kabupaten Ngawi kelebihan guru SMP 277 orang dan guru SMA 84 orang.

Sampai saat ini kekurangan itu terus bertambah rata-rata 100 guru per tahun karena pensiun. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi guru PNS di Kabupaten Ngawi tidak merata, sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah.

Atasi Kekurangan Guru, Sekolahkan PNS Non-Guru

Strategi Implementasi Kebijakan

1. Membuka Kesempatan pada PNS untuk Menjadi Guru

Untuk mengurangi kesenjangan kebutuhan guru PNS dan memperpendek disparitas kesenjangan pemerataan guru antar wilayah dan jenjang pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi mengadakan Pemetaan dan Pemerataan Guru (PPG) pegawai Negeri Sipil (PNS).

Langkah yang ditempuh, Kabupaten Ngawi membuka kesempatan pada PNS di wilayahnya untuk menjadi guru. Bahkan bagi PNS yang belum memiliki latar belakang pendidikan keguruan, Pemkab Ngawi akan menyekolahkan mereka secara gratis sambil melaksanakan tugasnya mengajar.

“Kami mencari solusi menutupi kekurangan jumlah guru SD yang terdiri dari guru kelas, Penjaskes,

dan PAI tanpa harus merekrut PNS baru. Melalui kesempatan menjadi guru inilah para PNS dari SKPD lain (Fungsional Umum) atau PNS yang telah menjadi guru SMP/SMA kita alihkan menjadi guru SD. Yang belum memiliki pendidikan keguruan melalui kerja sama antar lembaga dengan di IKIP Madiun disekolahkan secara gratis,” ungkap Drs Pudwijianto MM Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Sejak tahun 2013 - 2015 Pemda Kabupaten Ngawi telah mengeluarkan dana sebesar Rp 2.715.010.000 untuk menyeko-lahkan 193 guru baik dari fungsional umum maupun guru SMP/SMA untuk mendapatkan ijazah mengajar guru SD. Pada tahun 2016 ini telah meluluskan sebanyak 41 guru dan telah mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk guru kelas, mata pelajaran PAI, dan Penjaskes.

“Untuk tahun 2016 ini sebenarnya

Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

“Saya Merasa Lebih Senang Menjadi Guru di SD”

Penataan dan Pemerataan Guru 27

Page 39: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru26

Bapak Agus Mukhib Mubarok SPd, sebelumnya adalah staf Dinas UMKM dan Perindustrian Ngawi. Setelah mengikuti program penataan dan pemerataan guru, sekarang dia menjadi guru kelas IV di SDN Tambakromo 3, Ngawi.

Beban Belanja Pegawai

Beban APBD Kabupaten Ngawi tahun 2015 untuk belanja pegawai mencapai 60,27%, dilihat dari postur anggaran, ini menunjukkan kurang ideal, karena mencapai lebih dari 50%. Kurang idealnya persentase belanja pegawai tersebut disebabkan oleh besarnya jumlah pegawai di Kabupaten Ngawi.

Namun di sisi lain Kabupaten Ngawi kekurangan 781 guru SD yang terdiri dari guru kelas 398 orang, guru Penjaskes 332 orang, dan guru PAI 51 orang. Namun pada jenjang di atasnya, Kabupaten Ngawi kelebihan guru SMP 277 orang dan guru SMA 84 orang.

Sampai saat ini kekurangan itu terus bertambah rata-rata 100 guru per tahun karena pensiun. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi guru PNS di Kabupaten Ngawi tidak merata, sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah.

Atasi Kekurangan Guru, Sekolahkan PNS Non-Guru

Strategi Implementasi Kebijakan

1. Membuka Kesempatan pada PNS untuk Menjadi Guru

Untuk mengurangi kesenjangan kebutuhan guru PNS dan memperpendek disparitas kesenjangan pemerataan guru antar wilayah dan jenjang pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi mengadakan Pemetaan dan Pemerataan Guru (PPG) pegawai Negeri Sipil (PNS).

Langkah yang ditempuh, Kabupaten Ngawi membuka kesempatan pada PNS di wilayahnya untuk menjadi guru. Bahkan bagi PNS yang belum memiliki latar belakang pendidikan keguruan, Pemkab Ngawi akan menyekolahkan mereka secara gratis sambil melaksanakan tugasnya mengajar.

“Kami mencari solusi menutupi kekurangan jumlah guru SD yang terdiri dari guru kelas, Penjaskes,

dan PAI tanpa harus merekrut PNS baru. Melalui kesempatan menjadi guru inilah para PNS dari SKPD lain (Fungsional Umum) atau PNS yang telah menjadi guru SMP/SMA kita alihkan menjadi guru SD. Yang belum memiliki pendidikan keguruan melalui kerja sama antar lembaga dengan di IKIP Madiun disekolahkan secara gratis,” ungkap Drs Pudwijianto MM Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Sejak tahun 2013 - 2015 Pemda Kabupaten Ngawi telah mengeluarkan dana sebesar Rp 2.715.010.000 untuk menyeko-lahkan 193 guru baik dari fungsional umum maupun guru SMP/SMA untuk mendapatkan ijazah mengajar guru SD. Pada tahun 2016 ini telah meluluskan sebanyak 41 guru dan telah mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk guru kelas, mata pelajaran PAI, dan Penjaskes.

“Untuk tahun 2016 ini sebenarnya

Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

“Saya Merasa Lebih Senang Menjadi Guru di SD”

Penataan dan Pemerataan Guru 27

Page 40: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Pemda Kabupaten Ngawi juga menganggarkan beasiswa bagi 95 calon guru yang belum memenuhi kualifikasi namun yang lulus tes honorer katagori 2 (K2). Namun karena adanya pemotongan anggaran APBD kegiatan ini ditunda hingga tahun anggaran 2017,” ujar Ibu Isnawati SH, Kasi Diklat, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Ngawi.

“Program seperti ini akan kami lanjutkan secara periodik untuk peningkatan sumberdaya manusia

sehingga guru yang mengajar di sekolah kemampuannya sesuai dengan bidang studi yang diampunya,” tambah Ibu Sulistiyowati Kasi Pengembangan BKD kabupaten Ngawi.

Menurut Kepala Dispendik Kabupaten Ngawi Bapak Drs Abimanyu MSi, kekurangan guru ini harus segera ditindaklanjuti agar proses pembelajaran mulai pendidikan dasar hingga atas di Kabupaten Ngawi berjalan dengan seimbang.

2. Mutasi Guru

Selain program beasiswa, sejak Juli 2012 lalu sebanyak 52 guru TK, 182 guru SMP, 25 guru SMA, menjadi guru SD. Langkah tersebut sangat membantu menutupi kekurangan guru SD di mana sebanyak 365 guru SD baru sudah menempati posisinya di sekolah dasar yang membutuhkan. Namun, hal itu belum menutupi kekurangan 416 guru SD. Pada 2015 ada sekitar 100 guru PAI akan memasuki masa purna tugas/ pensiun. Untuk itu menurut Sumarsono, Kabid Mutasi BKD, program mutasi guru antar-jenjang menjadi salah satu kebijakan yang dilaksanakan.

Program mutasi antar-jenjang ini pada mulanya banyak ditentang oleh guru-guru, terutama oleh guru-guru SMA dan SMP yang dipindah ke SD. Namun karena dilakukan sosialisasi dan pendekatan yang baik sebelum pemindahan dilakukan, dan dijelas-kan keuntungan yang diperoleh dari program ini, akhirnya guru-guru yang menolak ini justru saat ini merasa senang dan banyak yang berasa betah mengajar di SD.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Purwaningtyastutu Sulistyarini yang biasa dipanggil Ibu Lies, guru SD Krompol 2 Kecamatan Beringin.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru28

“Sejak kecil saya ingin jadi guru. Lulus S1 Bahasa Inggris tahun 2002 saya langsung menjadi guru tidak tetap (GTT) di SMPN 1 Padas. Setahun sejak saya jadi GTT saya diangkat menjadi guru bantu (GB) yang mendapat honor dari Pemda melalui tes. SK tersebut terhitung mulai tanggal (TMT) 1 Juni 2013 hingga 31 September 2005 dan diperpanjang hingga 2007. Dari GB saya terjaring database untuk masuk calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) TMT pada 1 Januari 2008.

Setelah dua tahun menjadi CPNS saya diangkat menjadi PNS TMT pada 1 Juni 2010 hingga saya mengajukan pindah ke SMPN 1 Bringin pada 1 Juli 2011. Saat mengajar di sekolah ini, saya mengikuti PLPG Bahasa Inggris dan lulus pada Agustus 2012 dengan memegang sertifikat guru mata pelajaran Bahasa Inggris.

Namun, demikian jam yang saya ampu tidak memenuhi batas minimal tatap muka guru mengajar sebanyak 24 jam bagi guru yang sudah bersertifikasi. Hingga pada tahun ajaran 2012-2013 saya dimutasi ke SDN Krompol 1 Kecamatan Bringin sesuai dengan SK Mutasi Kepala Badan Kepegawaian Daerah tanggal 14 Juni 2013 untuk menyelamatkan status sertifikasi saya yang

mewajibkan mengajar 24 jam.

Di SD ini justru secara administrasi dalam data pokok pendidikan pendidikan dasar (DAPODIK) status sertifikasi saya bermasalah karena tidak sesuai dengan mata pelajaran yang saya ampu. Di SD Krompol saya mengajar sebagai guru kelas sedangkan kompetensi sertifikasi saya sebagai guru Bahasa Inggris. Sudah beberapa kali saya mengurus masalah ini ke dinas pendidikan, namun hingga saat ini belum ada solusi. “

Meski demikian pencairan sertifikasi saya tidak bermasalah. Sampai pada tahun 2014, saya mendapat kesempatan untuk mendapat beasiswa sekolah PGSD di IKIP PGRI Madiun. Menurut rencana Dinas Pendidikan, setelah lulus dari PGSD ini, kami akan diikutkan kembali untuk mendapat sertifikasi guru kelas SD.

“Terlepas dari itu semua, saya merasa mengajar di SD ini lebih membahagiakan. Saya lebih merasa menjadi pendidik dibanding mengajar di SMP. Siswa-siswa yang saya ampu menjadi penyemangat kedatangan saya ke sekolah.”

“Kehadiran Ibu Lies di SD ini sangat membantu, sebab selain sebagai guru kelas 4, Ibu Lies juga mengajar

mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris yang sesuai dengan jurusan yang beliau ambil pada sarjana Strata Satu (S1) sebelumnya,” tambah Bapak Drs Supar, Kepala SDN Krompol 1.

Senada dengan cerita di atas, Ibu Anik Ema Wulandari, guru SD Campur Asri Kecamatan Karangjati mempunyai cerita yang lebih unik. Kegemarannya pada bidang eksakta mengantarkannya lulus Jurusan Pendidikan Fisika di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada tahun 1999 dan diangkat menjadi PNS guru Fisika pada tahun 2005 dengan tugas mengajar di SMPN 1 Bringin.

Sebagai guru yang baru datang di sekolah tersebut dia juga tidak mendapatkan 24 jam mengajar meski pada tahun 2012 dia lulus PLPG sebagai guru mata pelajaran Fisika.

Untuk memenuhi jam mengajar tersebut, dia ditawari untuk menjadi guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut, namun dia tolak karena tidak sesuai dengan kompetensi sertifikasinya.

Sampai ketika ada sosialisasi dari Dinas Pendidikan pada tahun 2012 tentang rencana redistribusi massal guru-guru di Kabupaten Ngawi bahwa guru yang akan di pindah

Penataan dan Pemerataan Guru 29

Miftaqul Janah, guru kelas V SDN Tepas 3 Geneng Ngawi, sebelumnya dia adalah staf Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar.

Page 41: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Pemda Kabupaten Ngawi juga menganggarkan beasiswa bagi 95 calon guru yang belum memenuhi kualifikasi namun yang lulus tes honorer katagori 2 (K2). Namun karena adanya pemotongan anggaran APBD kegiatan ini ditunda hingga tahun anggaran 2017,” ujar Ibu Isnawati SH, Kasi Diklat, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Ngawi.

“Program seperti ini akan kami lanjutkan secara periodik untuk peningkatan sumberdaya manusia

sehingga guru yang mengajar di sekolah kemampuannya sesuai dengan bidang studi yang diampunya,” tambah Ibu Sulistiyowati Kasi Pengembangan BKD kabupaten Ngawi.

Menurut Kepala Dispendik Kabupaten Ngawi Bapak Drs Abimanyu MSi, kekurangan guru ini harus segera ditindaklanjuti agar proses pembelajaran mulai pendidikan dasar hingga atas di Kabupaten Ngawi berjalan dengan seimbang.

2. Mutasi Guru

Selain program beasiswa, sejak Juli 2012 lalu sebanyak 52 guru TK, 182 guru SMP, 25 guru SMA, menjadi guru SD. Langkah tersebut sangat membantu menutupi kekurangan guru SD di mana sebanyak 365 guru SD baru sudah menempati posisinya di sekolah dasar yang membutuhkan. Namun, hal itu belum menutupi kekurangan 416 guru SD. Pada 2015 ada sekitar 100 guru PAI akan memasuki masa purna tugas/ pensiun. Untuk itu menurut Sumarsono, Kabid Mutasi BKD, program mutasi guru antar-jenjang menjadi salah satu kebijakan yang dilaksanakan.

Program mutasi antar-jenjang ini pada mulanya banyak ditentang oleh guru-guru, terutama oleh guru-guru SMA dan SMP yang dipindah ke SD. Namun karena dilakukan sosialisasi dan pendekatan yang baik sebelum pemindahan dilakukan, dan dijelas-kan keuntungan yang diperoleh dari program ini, akhirnya guru-guru yang menolak ini justru saat ini merasa senang dan banyak yang berasa betah mengajar di SD.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Purwaningtyastutu Sulistyarini yang biasa dipanggil Ibu Lies, guru SD Krompol 2 Kecamatan Beringin.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru28

“Sejak kecil saya ingin jadi guru. Lulus S1 Bahasa Inggris tahun 2002 saya langsung menjadi guru tidak tetap (GTT) di SMPN 1 Padas. Setahun sejak saya jadi GTT saya diangkat menjadi guru bantu (GB) yang mendapat honor dari Pemda melalui tes. SK tersebut terhitung mulai tanggal (TMT) 1 Juni 2013 hingga 31 September 2005 dan diperpanjang hingga 2007. Dari GB saya terjaring database untuk masuk calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) TMT pada 1 Januari 2008.

Setelah dua tahun menjadi CPNS saya diangkat menjadi PNS TMT pada 1 Juni 2010 hingga saya mengajukan pindah ke SMPN 1 Bringin pada 1 Juli 2011. Saat mengajar di sekolah ini, saya mengikuti PLPG Bahasa Inggris dan lulus pada Agustus 2012 dengan memegang sertifikat guru mata pelajaran Bahasa Inggris.

Namun, demikian jam yang saya ampu tidak memenuhi batas minimal tatap muka guru mengajar sebanyak 24 jam bagi guru yang sudah bersertifikasi. Hingga pada tahun ajaran 2012-2013 saya dimutasi ke SDN Krompol 1 Kecamatan Bringin sesuai dengan SK Mutasi Kepala Badan Kepegawaian Daerah tanggal 14 Juni 2013 untuk menyelamatkan status sertifikasi saya yang

mewajibkan mengajar 24 jam.

Di SD ini justru secara administrasi dalam data pokok pendidikan pendidikan dasar (DAPODIK) status sertifikasi saya bermasalah karena tidak sesuai dengan mata pelajaran yang saya ampu. Di SD Krompol saya mengajar sebagai guru kelas sedangkan kompetensi sertifikasi saya sebagai guru Bahasa Inggris. Sudah beberapa kali saya mengurus masalah ini ke dinas pendidikan, namun hingga saat ini belum ada solusi. “

Meski demikian pencairan sertifikasi saya tidak bermasalah. Sampai pada tahun 2014, saya mendapat kesempatan untuk mendapat beasiswa sekolah PGSD di IKIP PGRI Madiun. Menurut rencana Dinas Pendidikan, setelah lulus dari PGSD ini, kami akan diikutkan kembali untuk mendapat sertifikasi guru kelas SD.

“Terlepas dari itu semua, saya merasa mengajar di SD ini lebih membahagiakan. Saya lebih merasa menjadi pendidik dibanding mengajar di SMP. Siswa-siswa yang saya ampu menjadi penyemangat kedatangan saya ke sekolah.”

“Kehadiran Ibu Lies di SD ini sangat membantu, sebab selain sebagai guru kelas 4, Ibu Lies juga mengajar

mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris yang sesuai dengan jurusan yang beliau ambil pada sarjana Strata Satu (S1) sebelumnya,” tambah Bapak Drs Supar, Kepala SDN Krompol 1.

Senada dengan cerita di atas, Ibu Anik Ema Wulandari, guru SD Campur Asri Kecamatan Karangjati mempunyai cerita yang lebih unik. Kegemarannya pada bidang eksakta mengantarkannya lulus Jurusan Pendidikan Fisika di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada tahun 1999 dan diangkat menjadi PNS guru Fisika pada tahun 2005 dengan tugas mengajar di SMPN 1 Bringin.

Sebagai guru yang baru datang di sekolah tersebut dia juga tidak mendapatkan 24 jam mengajar meski pada tahun 2012 dia lulus PLPG sebagai guru mata pelajaran Fisika.

Untuk memenuhi jam mengajar tersebut, dia ditawari untuk menjadi guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut, namun dia tolak karena tidak sesuai dengan kompetensi sertifikasinya.

Sampai ketika ada sosialisasi dari Dinas Pendidikan pada tahun 2012 tentang rencana redistribusi massal guru-guru di Kabupaten Ngawi bahwa guru yang akan di pindah

Penataan dan Pemerataan Guru 29

Miftaqul Janah, guru kelas V SDN Tepas 3 Geneng Ngawi, sebelumnya dia adalah staf Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar.

Page 42: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

adalah (1) guru yang paling muda, (2) guru yang tidak cukup jam mengajarnya, (3) guru yang mengajar jauh dari lokasi tempat tinggalnya, dan (4) guru yang belum sertifikasi.

Dia sudah merasa bahwa dia akan masuk dalam program redistribusi guru ini. Benar saja pada bulan Juni 2012 SK mutasi turun dan menempatkannya untuk mengajar di SD Campur Asri 1. Perasaan senang karena dekat dari rumah, was-was karena mendapat tantangan baru dan takut tidak menguasai mata pelajaran sebagai guru kelas bercampur aduk ketika pertama kali ditugaskan di SD tersebut.

“Pengalaman pertama yang tak terlupakan ketika saya mengajar di SD ini adalah ketika siswa-siswa berkelahi hanya gara-gara saya salah membagi buku kepada siswa,” katanya.

“Di SMP sudah terbiasa saya membagi buku di awal tahun cukup dengan meminta ketua kelas atau petugas TU. Ternyata ketika hal ini saya terapkan di SD, siswa-siswa justru ribut bahkan ada yang berkelahi gara-gara buku yang dibagikan tertukar namanya,” kenang Ibu Anik sambil tertawa.

“Saat ini saya sungguh merasa nyaman mengajar di SD, benar-benar

jadi guru. Ucapan saya lebih menjadi panutan (digugu dan ditiru) oleh siswa-siswa di SD. Saya sungguh merasa menjadi ibu bagi siswa di sekolah ini. Tak jarang siswa bila mulai belajar, banyak yang bergelayutan di pangkuan saya sambil bermanja-manja. Kekompa-kan guru di SD ini sangat terasa dan yang lebih membahagiakan lagi saya menjadi dekat dengan anak-anak saya sendiri. Saat ini saya sudah lulus tes kepala sekolah tinggal menunggu SK dari Bupati untuk penempatan di sekolah yang baru. Saya tak sabar menunggu pindah ke sekolah yang baru untuk mencoba tantangan yang lain yaitu sebagai kepala sekolah,” paparnya sumringah.

Berbeda dengan kedua guru di atas yang sudah merasa nyaman mengajar di SD. Ibu Dwi Astutik SPd, sampai saat ini masih berharap kembali mengajar di SMA sebagai guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). SK PNS dia pada bulan Januari tahun 2007 menempatkannya untuk mengajar di SMAN 1 Ngawi. Namun sejak SK tersebut turun, dia justru tidak mendapat jam mengajar mata pelajaran PPKN. Di SMA tersebut dia justru diberi tugas mengajar Sosiologi, muatan lokal, dan sejarah. Karena mata pelajaran PPKN sudah diampu oleh guru lainnya.

Untuk menyelamatkan sertifikat profesi pengajarnya, dia melakukan perjanjian dengan SMA Ma'arif untuk mengajar PPKN sesuai dengan kompetensi sertifikasinya. Di SMA Maarif, dia hanya mendapat dua jam mengajar. Akhirnya pada saat mutasi besar-besaran melalui SK Mutasi bulan Juni 2012, dia dipindah ke SDN Kerto Harjo 2. Namun di SD inipun, dia mengajar di kelas dengan jumlah siswa yang kurang dari 20 sebagai syarat mengajar penerima tunjangan sertifikasi guru.

Setelah dua tahun mengajar, pada tahun 2014 dia dipindah ke SDN Geneng 4 sampai saat ini. Perpindahan ini tidak membuat asa Ibu Dwi untuk mengajar mata pelajaran PPKN pudar. Terlebih data administrasi kepegawaian di DAPODIK sampai saat ini masih bermasalah meski tunjangan sertifikasinya masih terbayar.

Selain itu, dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi juga sudah melakukan efisiensi tata kelola guru melalui penggabungan sekolah-sekolah kecil. Sejak 2014, sebanyak 35 SD sudah digabung.

Seluruh kegiatan tersebut dilakukan atas dasar Permendikbud No. 36 Tahun 2014 tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru30 Penataan dan Pemerataan Guru 31

Menengah; Peraturan Bupati Ngawi Nomor 209 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengen-dalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi; dan Peraturan Bupati Ngawi Nomor 125 Tahun 2011 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Kegiatan ini juga diperkuat dengan SK Bupati Ngawi sejak 2012 lalu.

Dampak Kebijakan

Saat ini Kabupaten Ngawi telah memanen hasil dari upaya terobosan tersebut, melalui alih fungsi PNS non-guru menjadi guru dan alih fungsi antar-jenjang dapat mengurangi kekurangan guru SD sebesar 53%.

Kabupaten Ngawi mendapat kuota khusus untuk sertifikasi guru kelas bagi guru-guru yang dipindah antar-jenjang. Hal ini tentunya memacu kinerja guru yang dimutasi tersebut.

Kebijakan ini juga dicontoh oleh beberapa kabupaten tetangga, karena dianggap mampu menyele-saikan masalah kekurangan dan pemerataan guru antar wilayah kabupaten dan jenjang pendidikan.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

Jl. A. Yani No.5, Klitik, Geneng, Ngawi, Jawa Timur. Telp: (0351) 749198

Kontak Person:Dr Abimanyu MSi

(Kepala Dinas Pendidikan)

Pudwiyanto MPd MM(Kabid Ketenagaan)

Istamar MPd (Kasi SMP)

Ibu Dra Suprapti SPdI dulunya adalah guru SMP, sekarang menjadi guru di SDN Guyung 2, Ngawi. Dia mengaku lebih senang menjadi guru SD karena jam mengajar terpenuhi dan materi ajar lebih variatif.

Page 43: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

adalah (1) guru yang paling muda, (2) guru yang tidak cukup jam mengajarnya, (3) guru yang mengajar jauh dari lokasi tempat tinggalnya, dan (4) guru yang belum sertifikasi.

Dia sudah merasa bahwa dia akan masuk dalam program redistribusi guru ini. Benar saja pada bulan Juni 2012 SK mutasi turun dan menempatkannya untuk mengajar di SD Campur Asri 1. Perasaan senang karena dekat dari rumah, was-was karena mendapat tantangan baru dan takut tidak menguasai mata pelajaran sebagai guru kelas bercampur aduk ketika pertama kali ditugaskan di SD tersebut.

“Pengalaman pertama yang tak terlupakan ketika saya mengajar di SD ini adalah ketika siswa-siswa berkelahi hanya gara-gara saya salah membagi buku kepada siswa,” katanya.

“Di SMP sudah terbiasa saya membagi buku di awal tahun cukup dengan meminta ketua kelas atau petugas TU. Ternyata ketika hal ini saya terapkan di SD, siswa-siswa justru ribut bahkan ada yang berkelahi gara-gara buku yang dibagikan tertukar namanya,” kenang Ibu Anik sambil tertawa.

“Saat ini saya sungguh merasa nyaman mengajar di SD, benar-benar

jadi guru. Ucapan saya lebih menjadi panutan (digugu dan ditiru) oleh siswa-siswa di SD. Saya sungguh merasa menjadi ibu bagi siswa di sekolah ini. Tak jarang siswa bila mulai belajar, banyak yang bergelayutan di pangkuan saya sambil bermanja-manja. Kekompa-kan guru di SD ini sangat terasa dan yang lebih membahagiakan lagi saya menjadi dekat dengan anak-anak saya sendiri. Saat ini saya sudah lulus tes kepala sekolah tinggal menunggu SK dari Bupati untuk penempatan di sekolah yang baru. Saya tak sabar menunggu pindah ke sekolah yang baru untuk mencoba tantangan yang lain yaitu sebagai kepala sekolah,” paparnya sumringah.

Berbeda dengan kedua guru di atas yang sudah merasa nyaman mengajar di SD. Ibu Dwi Astutik SPd, sampai saat ini masih berharap kembali mengajar di SMA sebagai guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). SK PNS dia pada bulan Januari tahun 2007 menempatkannya untuk mengajar di SMAN 1 Ngawi. Namun sejak SK tersebut turun, dia justru tidak mendapat jam mengajar mata pelajaran PPKN. Di SMA tersebut dia justru diberi tugas mengajar Sosiologi, muatan lokal, dan sejarah. Karena mata pelajaran PPKN sudah diampu oleh guru lainnya.

Untuk menyelamatkan sertifikat profesi pengajarnya, dia melakukan perjanjian dengan SMA Ma'arif untuk mengajar PPKN sesuai dengan kompetensi sertifikasinya. Di SMA Maarif, dia hanya mendapat dua jam mengajar. Akhirnya pada saat mutasi besar-besaran melalui SK Mutasi bulan Juni 2012, dia dipindah ke SDN Kerto Harjo 2. Namun di SD inipun, dia mengajar di kelas dengan jumlah siswa yang kurang dari 20 sebagai syarat mengajar penerima tunjangan sertifikasi guru.

Setelah dua tahun mengajar, pada tahun 2014 dia dipindah ke SDN Geneng 4 sampai saat ini. Perpindahan ini tidak membuat asa Ibu Dwi untuk mengajar mata pelajaran PPKN pudar. Terlebih data administrasi kepegawaian di DAPODIK sampai saat ini masih bermasalah meski tunjangan sertifikasinya masih terbayar.

Selain itu, dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi juga sudah melakukan efisiensi tata kelola guru melalui penggabungan sekolah-sekolah kecil. Sejak 2014, sebanyak 35 SD sudah digabung.

Seluruh kegiatan tersebut dilakukan atas dasar Permendikbud No. 36 Tahun 2014 tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru30 Penataan dan Pemerataan Guru 31

Menengah; Peraturan Bupati Ngawi Nomor 209 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengen-dalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi; dan Peraturan Bupati Ngawi Nomor 125 Tahun 2011 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Kegiatan ini juga diperkuat dengan SK Bupati Ngawi sejak 2012 lalu.

Dampak Kebijakan

Saat ini Kabupaten Ngawi telah memanen hasil dari upaya terobosan tersebut, melalui alih fungsi PNS non-guru menjadi guru dan alih fungsi antar-jenjang dapat mengurangi kekurangan guru SD sebesar 53%.

Kabupaten Ngawi mendapat kuota khusus untuk sertifikasi guru kelas bagi guru-guru yang dipindah antar-jenjang. Hal ini tentunya memacu kinerja guru yang dimutasi tersebut.

Kebijakan ini juga dicontoh oleh beberapa kabupaten tetangga, karena dianggap mampu menyele-saikan masalah kekurangan dan pemerataan guru antar wilayah kabupaten dan jenjang pendidikan.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

Jl. A. Yani No.5, Klitik, Geneng, Ngawi, Jawa Timur. Telp: (0351) 749198

Kontak Person:Dr Abimanyu MSi

(Kepala Dinas Pendidikan)

Pudwiyanto MPd MM(Kabid Ketenagaan)

Istamar MPd (Kasi SMP)

Ibu Dra Suprapti SPdI dulunya adalah guru SMP, sekarang menjadi guru di SDN Guyung 2, Ngawi. Dia mengaku lebih senang menjadi guru SD karena jam mengajar terpenuhi dan materi ajar lebih variatif.

Page 44: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kebijakan Mutasi 727 Guru SD dan SMP

Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh

sekolah yang mengalami kelebihan guru dan sekolah yang masih kekurangan guru. Data di kabupaten ini membuktikan bahwa 59 sekolah masih kekurangan guru kelas, sementara 11 sekolah lainnya kelebihan guru kelas. Sedangkan 44 sekolah sudah berkecukupan guru kelas. Penyebaran guru PAI dan Penjas juga menunjukkan hal yang sama. Sebanyak 28 sekolah

Pendidikan Agama Islam (PAI) dari kebutuhan 112 orang serta kekurangan 41 orang guru Pendidikan Jasmani (Penjas) dari kebutuhan 109 orang guru.

Dilihat dari kecukupan guru pada tingkat sekolah, khususnya guru kelas, PAI, dan Penjas maka terbukti penyebaran guru masih belum merata, karena masih adanya

Data dan Kebijakan

Berdasarkan analisis kebutuhan guru tingkat SD dan SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), didapati kekurangan guru kelas (PNS) untuk jenjang SD sebanyak 48 orang yaitu dengan kebutuhan 670 guru dan hanya tersedia 622 orang guru. Di kabupaten ini juga terjadi kekurangan delapan orang guru

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru32

Ibu Noni Mambang SPd, guru IPS yang dimutasi ke SMPN 1 Susoh. Kini dia telah mencukupi jumlah 24 jam mengajarnya.

kekurangan guru PAI dan delapan sekolah kelebihan dan tujuh sekolah cukup. Sedangkan untuk guru Penjas kekurangan pada 51 sekolah, kelebihan di lima sekolah, serta 58 sekolah lainnya cukup.

Hal serupa terjadi pula pada tingkat SMP. Ketersediaan dan penyebaran guru pada tingkat SMP belum mencukupi dan penyebarannya tidak merata. Kabupaten ini membutuh-kan guru mapel (mata pelajaran) yang dibutuhkan sebanyak 409 orang dengan tingkat kekurangan sebanyak 106 guru.

Bila dilihat kebutuhan guru setiap mata pelajaran menunjukkan bahwa guru PAI, PKn, dan IPA mengalami kelebihan guru, sedangkan mata pelajaran lainnya seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matema-tika, Seni Budaya, Penjas, TIK, Mulok, dan BK mengalami kekurangan guru dengan jumlah yang bervariasi. Hanya mapel IPS yang mencukupi.

Fenomena ini menunjukkan penyebaran guru mapel belum merata, ada sekolah-sekolah yang mengalami kelebihan guru dan ada sekolah yang masih kekurangan guru dengan jumlah yang bervariasi, seperti mapel IPA mengalami kelebihan di 13 sekolah tetapi kekurangan guru di delapan sekolah. Bahasa Indonesia kelebihan di tiga

sekolah tetapi kekurangan di 14 sekolah, sedangkan IPS kelebihan di 10 sekolah tetapi kekurangan di 12 sekolah. Bahkan guru mapel matematika dan Bahasa Inggris kelebihan di satu sekolah dan kekurangan di 17 sekolah.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut, saat konsultasi publik dengan stakeholder pendidikan, maka diambil langkah-langkah dan kebijakan untuk menanggulangi ketimpangan kebutuhan dan pemerataan guru pada tingkat kabupaten dan sekolah. Kebijakan ini mengacu dan mengimplementasi kebijakan pemerintah yang telah dituangkan dalam Peraturan

Bersama Lima Menteri tentang Kebijakan Pemetaan dan Pemerataan Guru. Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupten Abdya dalam rangka menanggulangi ketimpangan kebutuhan dan pemerataan guru pada tingkat kabupaten dan sekolah adalah melakukan penggabungan sekolah, melakukan mutasi guru, dan mobile teacher (guru kunjung).

Strategi Implementasi Kebijakan

Untuk mendukung implementasi kebijakan pemetaan dan pemerataan guru, pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya telah mengeluarkan

Guru Guru Kelas Guru PAI Guru Penjas

Tersedia Butuh Tersedia Butuh Tersedia Butuh

Cukup Guru 260 260 75 75 53 53

Lebih Guru 121 63 28 8 14 4

Kurang Guru 241 347 1 29 1 52

Total 622 670 104 112 68 109

Plus/minus Minus 48 guru

Minus 8 guru

Minus 41 guru

Tabel 1: Data Jumlah Kelebihan dan Kekurangan Guru PNS tingkat SD Sebelum dan Sesudah Mutasi

Penataan dan Pemerataan Guru 33

Page 45: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kebijakan Mutasi 727 Guru SD dan SMP

Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh

sekolah yang mengalami kelebihan guru dan sekolah yang masih kekurangan guru. Data di kabupaten ini membuktikan bahwa 59 sekolah masih kekurangan guru kelas, sementara 11 sekolah lainnya kelebihan guru kelas. Sedangkan 44 sekolah sudah berkecukupan guru kelas. Penyebaran guru PAI dan Penjas juga menunjukkan hal yang sama. Sebanyak 28 sekolah

Pendidikan Agama Islam (PAI) dari kebutuhan 112 orang serta kekurangan 41 orang guru Pendidikan Jasmani (Penjas) dari kebutuhan 109 orang guru.

Dilihat dari kecukupan guru pada tingkat sekolah, khususnya guru kelas, PAI, dan Penjas maka terbukti penyebaran guru masih belum merata, karena masih adanya

Data dan Kebijakan

Berdasarkan analisis kebutuhan guru tingkat SD dan SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), didapati kekurangan guru kelas (PNS) untuk jenjang SD sebanyak 48 orang yaitu dengan kebutuhan 670 guru dan hanya tersedia 622 orang guru. Di kabupaten ini juga terjadi kekurangan delapan orang guru

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru32

Ibu Noni Mambang SPd, guru IPS yang dimutasi ke SMPN 1 Susoh. Kini dia telah mencukupi jumlah 24 jam mengajarnya.

kekurangan guru PAI dan delapan sekolah kelebihan dan tujuh sekolah cukup. Sedangkan untuk guru Penjas kekurangan pada 51 sekolah, kelebihan di lima sekolah, serta 58 sekolah lainnya cukup.

Hal serupa terjadi pula pada tingkat SMP. Ketersediaan dan penyebaran guru pada tingkat SMP belum mencukupi dan penyebarannya tidak merata. Kabupaten ini membutuh-kan guru mapel (mata pelajaran) yang dibutuhkan sebanyak 409 orang dengan tingkat kekurangan sebanyak 106 guru.

Bila dilihat kebutuhan guru setiap mata pelajaran menunjukkan bahwa guru PAI, PKn, dan IPA mengalami kelebihan guru, sedangkan mata pelajaran lainnya seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matema-tika, Seni Budaya, Penjas, TIK, Mulok, dan BK mengalami kekurangan guru dengan jumlah yang bervariasi. Hanya mapel IPS yang mencukupi.

Fenomena ini menunjukkan penyebaran guru mapel belum merata, ada sekolah-sekolah yang mengalami kelebihan guru dan ada sekolah yang masih kekurangan guru dengan jumlah yang bervariasi, seperti mapel IPA mengalami kelebihan di 13 sekolah tetapi kekurangan guru di delapan sekolah. Bahasa Indonesia kelebihan di tiga

sekolah tetapi kekurangan di 14 sekolah, sedangkan IPS kelebihan di 10 sekolah tetapi kekurangan di 12 sekolah. Bahkan guru mapel matematika dan Bahasa Inggris kelebihan di satu sekolah dan kekurangan di 17 sekolah.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut, saat konsultasi publik dengan stakeholder pendidikan, maka diambil langkah-langkah dan kebijakan untuk menanggulangi ketimpangan kebutuhan dan pemerataan guru pada tingkat kabupaten dan sekolah. Kebijakan ini mengacu dan mengimplementasi kebijakan pemerintah yang telah dituangkan dalam Peraturan

Bersama Lima Menteri tentang Kebijakan Pemetaan dan Pemerataan Guru. Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupten Abdya dalam rangka menanggulangi ketimpangan kebutuhan dan pemerataan guru pada tingkat kabupaten dan sekolah adalah melakukan penggabungan sekolah, melakukan mutasi guru, dan mobile teacher (guru kunjung).

Strategi Implementasi Kebijakan

Untuk mendukung implementasi kebijakan pemetaan dan pemerataan guru, pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya telah mengeluarkan

Guru Guru Kelas Guru PAI Guru Penjas

Tersedia Butuh Tersedia Butuh Tersedia Butuh

Cukup Guru 260 260 75 75 53 53

Lebih Guru 121 63 28 8 14 4

Kurang Guru 241 347 1 29 1 52

Total 622 670 104 112 68 109

Plus/minus Minus 48 guru

Minus 8 guru

Minus 41 guru

Tabel 1: Data Jumlah Kelebihan dan Kekurangan Guru PNS tingkat SD Sebelum dan Sesudah Mutasi

Penataan dan Pemerataan Guru 33

Page 46: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

regulasi berupa Peraturan Bupati (Perbup) tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Aceh Barat Daya No. 22 Tahun 2014, tanggal 28 Oktober 2014.

“Kepala dinas pendidikan agar melaksanakan pemerataan guru sesuai data yang realistis dan kebu-tuhan sekolah. Kadis menjalankan tugas tersebut sesuai aturan main, tak perlu ragu dan khawatir dalam menjalankannya,” tegas Bapak Drs Ramli Bahar, Sekda Abdya dalam konsultasi publik Penataan dan Pemerataan Guru di kabupaten tersebut.

Bukan tanpa alasan sekda meng-instruksikan dinas pendidikan. “Pemerataan guru perlu dilakukan segera dalam rangka peningkatan layanan pendidikan, terutama proses pembelajaran dan peningkatan mutu,” jelas Bapak Ramli.

“Pemerataan guru menjadi program prioritas kita di tahun ini dalam upaya membenahi tata kelola guru PNS yang lebih adil pada tingkat sekolah dan sesuai dengan Peraturan Bersama Lima Menteri, apalagi kita telah mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbub) tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil No. 22 Tahun

2014,” katanya lagi.

Implementasi kebijakan pemerataan guru di Kabupaten Abdya berpedo-man kepada hasil analisis data, yaitu : (1) melakukan mutasi guru dari sekolah-sekolah yang mengalami kelebihan guru ke sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru baik tingkat SD maupun SMP, (2) menu-gaskan guru-guru mengajar pada sekolah yang mengalami kekurangan guru (mobile teacher), dan melakukan penggabungan sekolah-sekolah kecil yang memiliki jumlah siswa kurang dari 20 siswa per rombel.

Hasil implementasi ketiga kebijakan ini hingga September 2016 di Kabupaten Aceh barat Daya telah melakukan mutasi sebanyak 624 orang guru SD dan 103 orang guru mapel SMP, serta 32 orang guru kunjung (mobile teacher) di tingkat SMP. Implementasi kebijakan lainnya adalah telah dilakukan penggabungan sekolah sebanyak 14 SD menjadi tujuh SD.

Dampak Kebijakan

Dampak dari implementasi kebijakan ini adalah terjadinya restrukturisasi ketersediaan guru pada tingkat sekolah. “Dengan adanya Perbup sebagai payung hukum, maka kami terus melakukan

+/-

Gur

u PA

I

+/-

Gur

u PK

n

+/-

Gur

u B

Ind

+/-

Gur

u B

Ing

+/-

Gur

u M

AT

+/-

Gur

u IP

A

+/-

Gur

u IP

S

+/-

Gur

u SB

+/-

Gur

u PEN

JAS

+/-

Gur

u T

IK

+/-

Gur

u M

ULO

K

+/-

Gur

u B

K

5

11

-15

-20 -19

6

0

-3 -4

-15 -13

-39

20

10

0

-10

-20

-30

-40

Gambar 1: Data Kelebihan & Kekurangan Guru Mapel tingkat SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru34

Plus/minus Guru Kelas Guru PAI Guru Penjas

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Lebih 11 0 8 1 5 0

Kurang 59 24 28 9 51 13

Cukup 44 79 78 97 58 96

pemutasian guru, tetapi sekarang sudah berorientasi pada kebutuhan pemenuhan tugas mengajar guru dan langsung atas inisiatif guru sendiri untuk pemenuhan jam mengajarnya,” kata Bapak Yusnaidi MPd, Kepala Dinas Pendidikan Abdya.

Sejumlah sekolah sebelumnya mengalami kelebihan dan kekurangan guru, pasca implementasi kebijakan telah mencukupi jumlah guru sesuai kebutuhan. “Kecukupan guru di sekolah akan berdampak pada pelayanan pendidikan dan pembelajaran bagi peserta didik,” lanjut Bapak Yusnaidi.

Dampak kebijakan ini turut

dirasakan Ibu Noni Mambang SPd yang saat ini aktif sebagai guru SMPN 1 Susoh. “Kebijakan ini sangat efektif khususnya untuk saya, mutasi yang dilakukan dengan memperhatikan jarak tempuh antara tempat tinggal dengan sekolah yang sekarang menjadi lebih lebih dekat dibanding tempat tugas saya sebelumnya,” jelas Ibu Noni yang sekarang merasa lebih tenang dalam mengajar dan lebih tepat waktu ke sekolah.

Senada dengan itu, Ibu T. Cut Mursal SPd, guru SDN 1 Manggeng merasa bersyukur dengan kebijakan bupati tersebut, kini ia dapat memenuhi jam mengajar sebagai salah satu kewajiban sertifikasi, “Saya dan banyak guru lainnya merasa

tertolong dengan kebijakan ini. Kecukupan guru dan jam mengajar di sekolah jadi lebih merata sehingga beban jam mengajar dan layanan terhadap anak didik menjadi lebih maksimal,” kata Ibu Mursal.

Pada tabel 2, dapat dilihat jumlah sekolah yang kelebihan dan kekurangan guru tingkat SD serta jumlah sekolah kecukupan, kelebihan, dan kekurangan guru mata pelajaran tingkat SMP sebelum dan sesudah mutasi sebagai dampak dari kebijakan PPG di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Dampak lain dari implementasi kebijakan adalah terpenuhinya jam wajib mengajar guru 24 jam per minggu. Sebelum implementasi

Tabel 2: Data Jumlah Sekolah Kelebihan dan Kekurangan Guru tingkat SD Sebelum dan Sesudah Mutasi

Penataan dan Pemerataan Guru 35

Page 47: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

regulasi berupa Peraturan Bupati (Perbup) tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Aceh Barat Daya No. 22 Tahun 2014, tanggal 28 Oktober 2014.

“Kepala dinas pendidikan agar melaksanakan pemerataan guru sesuai data yang realistis dan kebu-tuhan sekolah. Kadis menjalankan tugas tersebut sesuai aturan main, tak perlu ragu dan khawatir dalam menjalankannya,” tegas Bapak Drs Ramli Bahar, Sekda Abdya dalam konsultasi publik Penataan dan Pemerataan Guru di kabupaten tersebut.

Bukan tanpa alasan sekda meng-instruksikan dinas pendidikan. “Pemerataan guru perlu dilakukan segera dalam rangka peningkatan layanan pendidikan, terutama proses pembelajaran dan peningkatan mutu,” jelas Bapak Ramli.

“Pemerataan guru menjadi program prioritas kita di tahun ini dalam upaya membenahi tata kelola guru PNS yang lebih adil pada tingkat sekolah dan sesuai dengan Peraturan Bersama Lima Menteri, apalagi kita telah mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbub) tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil No. 22 Tahun

2014,” katanya lagi.

Implementasi kebijakan pemerataan guru di Kabupaten Abdya berpedo-man kepada hasil analisis data, yaitu : (1) melakukan mutasi guru dari sekolah-sekolah yang mengalami kelebihan guru ke sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru baik tingkat SD maupun SMP, (2) menu-gaskan guru-guru mengajar pada sekolah yang mengalami kekurangan guru (mobile teacher), dan melakukan penggabungan sekolah-sekolah kecil yang memiliki jumlah siswa kurang dari 20 siswa per rombel.

Hasil implementasi ketiga kebijakan ini hingga September 2016 di Kabupaten Aceh barat Daya telah melakukan mutasi sebanyak 624 orang guru SD dan 103 orang guru mapel SMP, serta 32 orang guru kunjung (mobile teacher) di tingkat SMP. Implementasi kebijakan lainnya adalah telah dilakukan penggabungan sekolah sebanyak 14 SD menjadi tujuh SD.

Dampak Kebijakan

Dampak dari implementasi kebijakan ini adalah terjadinya restrukturisasi ketersediaan guru pada tingkat sekolah. “Dengan adanya Perbup sebagai payung hukum, maka kami terus melakukan

+/-

Gur

u PA

I

+/-

Gur

u PK

n

+/-

Gur

u B

Ind

+/-

Gur

u B

Ing

+/-

Gur

u M

AT

+/-

Gur

u IP

A

+/-

Gur

u IP

S

+/-

Gur

u SB

+/-

Gur

u PEN

JAS

+/-

Gur

u T

IK

+/-

Gur

u M

ULO

K

+/-

Gur

u B

K

5

11

-15

-20 -19

6

0

-3 -4

-15 -13

-39

20

10

0

-10

-20

-30

-40

Gambar 1: Data Kelebihan & Kekurangan Guru Mapel tingkat SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru34

Plus/minus Guru Kelas Guru PAI Guru Penjas

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Lebih 11 0 8 1 5 0

Kurang 59 24 28 9 51 13

Cukup 44 79 78 97 58 96

pemutasian guru, tetapi sekarang sudah berorientasi pada kebutuhan pemenuhan tugas mengajar guru dan langsung atas inisiatif guru sendiri untuk pemenuhan jam mengajarnya,” kata Bapak Yusnaidi MPd, Kepala Dinas Pendidikan Abdya.

Sejumlah sekolah sebelumnya mengalami kelebihan dan kekurangan guru, pasca implementasi kebijakan telah mencukupi jumlah guru sesuai kebutuhan. “Kecukupan guru di sekolah akan berdampak pada pelayanan pendidikan dan pembelajaran bagi peserta didik,” lanjut Bapak Yusnaidi.

Dampak kebijakan ini turut

dirasakan Ibu Noni Mambang SPd yang saat ini aktif sebagai guru SMPN 1 Susoh. “Kebijakan ini sangat efektif khususnya untuk saya, mutasi yang dilakukan dengan memperhatikan jarak tempuh antara tempat tinggal dengan sekolah yang sekarang menjadi lebih lebih dekat dibanding tempat tugas saya sebelumnya,” jelas Ibu Noni yang sekarang merasa lebih tenang dalam mengajar dan lebih tepat waktu ke sekolah.

Senada dengan itu, Ibu T. Cut Mursal SPd, guru SDN 1 Manggeng merasa bersyukur dengan kebijakan bupati tersebut, kini ia dapat memenuhi jam mengajar sebagai salah satu kewajiban sertifikasi, “Saya dan banyak guru lainnya merasa

tertolong dengan kebijakan ini. Kecukupan guru dan jam mengajar di sekolah jadi lebih merata sehingga beban jam mengajar dan layanan terhadap anak didik menjadi lebih maksimal,” kata Ibu Mursal.

Pada tabel 2, dapat dilihat jumlah sekolah yang kelebihan dan kekurangan guru tingkat SD serta jumlah sekolah kecukupan, kelebihan, dan kekurangan guru mata pelajaran tingkat SMP sebelum dan sesudah mutasi sebagai dampak dari kebijakan PPG di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Dampak lain dari implementasi kebijakan adalah terpenuhinya jam wajib mengajar guru 24 jam per minggu. Sebelum implementasi

Tabel 2: Data Jumlah Sekolah Kelebihan dan Kekurangan Guru tingkat SD Sebelum dan Sesudah Mutasi

Penataan dan Pemerataan Guru 35

Page 48: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

12

10

8

6

2

0

Cukup Lebih Kurang

4

14

16

18

PAI PKN PENJAS TIK MULOK BK

16

9

5

13

3

14

12

1

17

13

16

9

13

8

16

9

5

1

25

20

15

10

5

0

Cukup Lebih Kurang

IPS SENBUD PENJAS TIK MULOK BK

810

12

18

5 7

21

3

6

15

0

1514

2

14

7

0

23

kebijakan di sekolah-sekolah yang mengalami kelebihan guru, meng-alami kekurangan jam wajib meng-ajar 24 jam per minggu. Sementara di sekolah-sekolah yang kekurangan guru mengalami kelebihan jam mengajar 24 jam per minggu.

“Sekolah saya sebelumnya adalah sekolah kecil dengan jumlah siswa yang sangat terbatas, dengan digabungkannya sekolah kami ke sekolah yang sekarang ini maka memudahkan kami memenuhi jam mengajar,” jelas Ibu Yanti salah seorang guru yang sekolahnya digabung

Dampak terpenuhinya jam wajib mengajar guru 24 jam per minggu sangat membantu guru untuk mendapat tunjangan sertifikasi.

Beberapa kebijakan lain seperti “guru kunjung” masih dilakukan dan telah dibagi secara merata dengan memperhatikan jarak dari tempat tugas induk dengan sekolah untuk jam tambahan, karena untuk mapel tertentu di SMP masih ada yang kekurangan jam mengajar.

Kendala dan Masalah

Dalam pelaksanaannya, didapati pula kendala dan masalah dalam implementasi kebijakan pemerataan guru seperti belum dapat

Gambar 2. Jumlah Sekolah Kecukupan, Kelebihan, dan KekuranganGuru Mata Pelajaran Tingkat SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Gambar 3. Jumlah Sekolah Kecukupan, Kelebihan, dan Kekurangan Guru Mata Pelajaran Tingkat SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru36

terpenuhinya secara maksimal pemerataan guru di semua sekolah, terutama untuk guru mata pelajaran. Hal tersebut disebabkan keterse-diaan guru yang masih kurang berbanding kebutuhan. Upaya untuk memenuhi kekurangan guru ini salah satunya melalui penerimaan guru sesuai kebutuhan. Namun hal itu belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan penerimaan tenaga guru di Kabupaten Abdya. Karena permasalahan itu, maka mutasi ini tidak berdampak terhadap guru nonPNS, terutama pada jenjang SMP.

Faktor Keberhasilan

Pemerataan guru di Kabupaten Abdya dianggap telah berhasil dengan baik, walaupun masih ada kendala dan hambatan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan dan komitmen pemerintah daerah untuk melakukan pemerataan guru sesuai kebutuhan. Komitmen dan dukungan stakeholder pendidikan lainnya juga sangat tinggi, terutama DPRK.

“Kami harapkan dukungan penuh dari dinas pendidikan dan Kemenag untuk memberikan data terkini dan ril kepada tim penyusun PPG sehingga dengan hasil analisis ini dapat dikeluarkan kebijakan yang benar bagi para guru,” tegas Bapak Tgk Idris, Ketua Komisi D DPRK Abdya saat sosialisasi kegiatan PPG.

Keberhasilan lainnya dari kebijakan pemerataan guru ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah sekolah yang mengalami kelebihan dan keku-rangan guru, sedangkan jumlah se-kolah kecukupan guru semakin ber-tambah. Pada tingkat SD, jumlah se-kolah kelebihan guru kelas sebelum implementasi kebijakan pemerataan guru sebanyak 11 sekolah (9,65%).

Setelah pemerataan tidak ada lagi sekolah kelebihan guru kelas. Terjadi peningkatan jumlah sekolah yang kecukupan guru kelas dari 44 sekolah (38.60%) menjadi 79 sekolah (69.30%). Sementara jumlah sekolah yang kekurangan guru kelas menurun dari 59 sekolah (51.75%) menjadi 35 sekolah (38.75%).

Kelebihan guru PAI sebelum implementasi kebijakan pemerataan guru sebanyak delapan sekolah (30.70%). Setelah pemerataan jumlah sekolah kelebihan guru PAI hanya satu sekolah (0.88%). Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah sekolah kecukupan guru PAI dari 78 sekolah (68.42%) menjadi 104 sekolah (91.23%). Sementara jumlah sekolah yang kekurangan guru PAI menurun dari 28 sekolah (24.56%) menjadi sembilan sekolah (7.89%).

Sedangkan untuk guru Penjas jumlah sekolah kelebihan guru adalah lima sekolah (4.39%). Setelah pemerataan

tidak ada lagi sekolah kelebihan guru Penjas. Oleh karena itu terjadi peningkatan jumlah sekolah kecukupan guru Penjas dari 58 sekolah (50.88%) menjadi 96 sekolah (57.89%). Sementara sekolah yang mengalami kekurangan guru Penjas menurun dari 51 sekolah (44.74%) menjadi 13 sekolah (11.93%).

Pada tingkat SMP, rata-rata jumlah sekolah kelebihan guru mapel sebelum implementasi kebijakan pemerataan guru sebanyak enam sekolah (18.60%). Setelah pemerataan jumlah sekolah kelebihan guru mapel berkurang menjadi tiga sekolah (10.46%). Dengan demikian, terjadi pening-katan jumlah sekolah kecukupan guru mapel dari 13 sekolah (42%) menjadi 18 sekolah (57.91%).

Penataan dan Pemerataan Guru 37

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kab. Aceh Barat Daya,

Jl. Nasional, No. 115, Desa Padang, Aceh Barat Daya, Aceh

Telp : 0659 92982

Kontak Person:Drs Yusnaidi MM

(Kepala Dinas Pendidikan)

Edwar Taufik SPd (Sekretaris Dinas Pendidikan)

Gusvizarni SPd (Kabid Dikdas)

Page 49: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

12

10

8

6

2

0

Cukup Lebih Kurang

4

14

16

18

PAI PKN PENJAS TIK MULOK BK

16

9

5

13

3

14

12

1

17

13

16

9

13

8

16

9

5

1

25

20

15

10

5

0

Cukup Lebih Kurang

IPS SENBUD PENJAS TIK MULOK BK

810

12

18

5 7

21

3

6

15

0

1514

2

14

7

0

23

kebijakan di sekolah-sekolah yang mengalami kelebihan guru, meng-alami kekurangan jam wajib meng-ajar 24 jam per minggu. Sementara di sekolah-sekolah yang kekurangan guru mengalami kelebihan jam mengajar 24 jam per minggu.

“Sekolah saya sebelumnya adalah sekolah kecil dengan jumlah siswa yang sangat terbatas, dengan digabungkannya sekolah kami ke sekolah yang sekarang ini maka memudahkan kami memenuhi jam mengajar,” jelas Ibu Yanti salah seorang guru yang sekolahnya digabung

Dampak terpenuhinya jam wajib mengajar guru 24 jam per minggu sangat membantu guru untuk mendapat tunjangan sertifikasi.

Beberapa kebijakan lain seperti “guru kunjung” masih dilakukan dan telah dibagi secara merata dengan memperhatikan jarak dari tempat tugas induk dengan sekolah untuk jam tambahan, karena untuk mapel tertentu di SMP masih ada yang kekurangan jam mengajar.

Kendala dan Masalah

Dalam pelaksanaannya, didapati pula kendala dan masalah dalam implementasi kebijakan pemerataan guru seperti belum dapat

Gambar 2. Jumlah Sekolah Kecukupan, Kelebihan, dan KekuranganGuru Mata Pelajaran Tingkat SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Gambar 3. Jumlah Sekolah Kecukupan, Kelebihan, dan Kekurangan Guru Mata Pelajaran Tingkat SMP di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru36

terpenuhinya secara maksimal pemerataan guru di semua sekolah, terutama untuk guru mata pelajaran. Hal tersebut disebabkan keterse-diaan guru yang masih kurang berbanding kebutuhan. Upaya untuk memenuhi kekurangan guru ini salah satunya melalui penerimaan guru sesuai kebutuhan. Namun hal itu belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan penerimaan tenaga guru di Kabupaten Abdya. Karena permasalahan itu, maka mutasi ini tidak berdampak terhadap guru nonPNS, terutama pada jenjang SMP.

Faktor Keberhasilan

Pemerataan guru di Kabupaten Abdya dianggap telah berhasil dengan baik, walaupun masih ada kendala dan hambatan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan dan komitmen pemerintah daerah untuk melakukan pemerataan guru sesuai kebutuhan. Komitmen dan dukungan stakeholder pendidikan lainnya juga sangat tinggi, terutama DPRK.

“Kami harapkan dukungan penuh dari dinas pendidikan dan Kemenag untuk memberikan data terkini dan ril kepada tim penyusun PPG sehingga dengan hasil analisis ini dapat dikeluarkan kebijakan yang benar bagi para guru,” tegas Bapak Tgk Idris, Ketua Komisi D DPRK Abdya saat sosialisasi kegiatan PPG.

Keberhasilan lainnya dari kebijakan pemerataan guru ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah sekolah yang mengalami kelebihan dan keku-rangan guru, sedangkan jumlah se-kolah kecukupan guru semakin ber-tambah. Pada tingkat SD, jumlah se-kolah kelebihan guru kelas sebelum implementasi kebijakan pemerataan guru sebanyak 11 sekolah (9,65%).

Setelah pemerataan tidak ada lagi sekolah kelebihan guru kelas. Terjadi peningkatan jumlah sekolah yang kecukupan guru kelas dari 44 sekolah (38.60%) menjadi 79 sekolah (69.30%). Sementara jumlah sekolah yang kekurangan guru kelas menurun dari 59 sekolah (51.75%) menjadi 35 sekolah (38.75%).

Kelebihan guru PAI sebelum implementasi kebijakan pemerataan guru sebanyak delapan sekolah (30.70%). Setelah pemerataan jumlah sekolah kelebihan guru PAI hanya satu sekolah (0.88%). Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah sekolah kecukupan guru PAI dari 78 sekolah (68.42%) menjadi 104 sekolah (91.23%). Sementara jumlah sekolah yang kekurangan guru PAI menurun dari 28 sekolah (24.56%) menjadi sembilan sekolah (7.89%).

Sedangkan untuk guru Penjas jumlah sekolah kelebihan guru adalah lima sekolah (4.39%). Setelah pemerataan

tidak ada lagi sekolah kelebihan guru Penjas. Oleh karena itu terjadi peningkatan jumlah sekolah kecukupan guru Penjas dari 58 sekolah (50.88%) menjadi 96 sekolah (57.89%). Sementara sekolah yang mengalami kekurangan guru Penjas menurun dari 51 sekolah (44.74%) menjadi 13 sekolah (11.93%).

Pada tingkat SMP, rata-rata jumlah sekolah kelebihan guru mapel sebelum implementasi kebijakan pemerataan guru sebanyak enam sekolah (18.60%). Setelah pemerataan jumlah sekolah kelebihan guru mapel berkurang menjadi tiga sekolah (10.46%). Dengan demikian, terjadi pening-katan jumlah sekolah kecukupan guru mapel dari 13 sekolah (42%) menjadi 18 sekolah (57.91%).

Penataan dan Pemerataan Guru 37

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kab. Aceh Barat Daya,

Jl. Nasional, No. 115, Desa Padang, Aceh Barat Daya, Aceh

Telp : 0659 92982

Kontak Person:Drs Yusnaidi MM

(Kepala Dinas Pendidikan)

Edwar Taufik SPd (Sekretaris Dinas Pendidikan)

Gusvizarni SPd (Kabid Dikdas)

Page 50: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Data dan Kebijakan

Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan dengan jumlah satuan pendidikan sekolah dasar sebanyak 652 sekolah dengan jumlah ruang kelas sebanyak 4.344 ruang. Sekolah-sekolah ini difungsikan untuk mela-yani 105.719 orang siswa yang terbagi ke dalam 4.494 rombongan belajar. Dalam pelayanan pendidikan jenjang SD, Kuningan memiliki 4.786 guru berstatus PNS dan 1.971 guru non-PNS. Pada jenjang SMP, Kuningan memiliki 93 sekolah dengan jumlah ruang kelas sebanyak

1.197 untuk melayani 40.462 siswa yang terbagi dalam 1.337 rombongan belajar.

Ketidakseimbangan jumlah guru dengan jumlah layanan menyebabkan terdapat beberapa isu strategis terkait guru. Pada jenjang SD negeri, ada dua isu penting: (1) Kabupaten Kuningan mengalami kekurangan guru kelas PNS sebanyak 1.049 orang dan (2) 30% SD negeri atau setara dengan 197 sekolah terkategori sekolah kecil, dengan jumlah siswa per rombel di bawah 20 siswa.

Pada jenjang SMP negeri, terdapat tiga isu penting: (1) melalui perhitungan Kurikulum 2006, terjadi kelebihan guru pada mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, PAI, dan PKn, dan terjadi kekurangan guru pada mata pelajaran lain. Sedangkan dengan perhitungan Kurikulum 2013, ada kelebihan guru mata melajaran IPS dan kekurangan guru mata pelajaran lain, (2) angka pensiun guru PNS SD dan SMP selama periode 2014-2018, mengalami tren meningkat dengan jumlah total sebanyak 706 orang, dan (3) pro-yeksi pertumbuhan anak

Totalitas Tata Distribusi GuruKabupaten Kuningan, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru38

usia sekolah jenjang pendidikan dasar cenderung menurun.

Selain itu, distribusi guru cenderung tidak proporsional. Ada sejumlah sekolah yang rasio siswa per rombelnya sangat gemuk, namun jumlah guru kelasnya sangat terbatas (di bawah rasio 1:1). Sebaliknya, ada sebagian sekolah yang rasio siswa per rombelnya relatif kecil, namun jumlah gurunya cukup banyak, melebihi kebutuhan (di atas rasio 1:1). Dari sudut pembelanjaan anggaran, belanja tidak langsung Kuningan masih di atas 70%. Ini

berarti belanja pegawai di Kuningan sangat tinggi.

Hal ini dilatari, antara lain, oleh fakta jumlah pegawai terlampau banyak. Data di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kuningan menunjukkan bahwa dari 14.116 PNS, sebanyak 64,58% atau sekitar 9.116 orang berada di lingkungan pendidikan, 6,70% atau sekitar 946 orang berada di lingkungan kesehatan, sedangkan sisanya tersebar di berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Alternatif Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru

“Menyadari data tersebut, kami yakin masalah distribusi guru merupakan isu strategis untuk diselesaikan demi pemerataan peningkatan kualitas pendidikan,” ujar Ibu Sri Sunarsih, Kepala Sub-Bagian (Kasubbag) Kepe-gawaian Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kuningan.

Kuningan saat itu mulai mendaftar dan menimbang serangkaian jurus penataan dan pemerataan guru (PPG): (1) aturan PPG PNS, (2) pemanfaatan tenaga sukwan, (3)

No Isu Strategis yang Terpilih Tujuan

Kebijakan Alternatif Kebijakan

1 Pada jenjang SD Negeri, Kabupaten Kuningan kekurangan guru kelas PNS sebanyak 1.049 orang

Menata kelebihan dan kekurangan guru kelas dan guru mapel agar mejadi ideal

1. Aturan Penataan dan Pemerataan PNS

2. Pemanfaatan Tenaga Sukwan

3. Mendorong PNS di luar fungsional guru menjadi guru

4. Penyesuaian rombel dengan ruang kelas.

5. Kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan Guru PAI

6. Penggabungan sekolah lanjutan

7. Pembelajaran kelas rangkap

2 30% SD Negeri atau setara dengan 197 sekolah terkategori sekolah dengan layanan siswa per rombel di bawah 20 siswa.

3 Pada jenjang SMP Negeri:

Dengan perhitungan Kur. 2006, kelebihan guru terjadi di mata pelajaran IPS, B. Indonesia, PAI dan PKn, sisanya kekurangan guru.

Dengan perhitungan Kur. 2013, kelebihan guru hanya terjadi di mata pelajaran IPS, sisanya kekurangan guru.

4 Angka Pensiun Guru PNS SD dan SMP selama periode 2014-2018, trennya meningkat dengan jumlah total sebanyak 706 orang.

Tabel 1: Alternatif Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru

Penataan dan Pemerataan Guru 39

Pembelajaran di SDN Cilimus pasca penggabungan SDN 1 Cilimus dengan SDN 3 Cilimus. Setelah kedua sekolah

ini digabung, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

Tampak guru sedang memandu siswa belajar di luar kelas mengamati

terjadinya proses penguapan air.

Page 51: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Data dan Kebijakan

Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan dengan jumlah satuan pendidikan sekolah dasar sebanyak 652 sekolah dengan jumlah ruang kelas sebanyak 4.344 ruang. Sekolah-sekolah ini difungsikan untuk mela-yani 105.719 orang siswa yang terbagi ke dalam 4.494 rombongan belajar. Dalam pelayanan pendidikan jenjang SD, Kuningan memiliki 4.786 guru berstatus PNS dan 1.971 guru non-PNS. Pada jenjang SMP, Kuningan memiliki 93 sekolah dengan jumlah ruang kelas sebanyak

1.197 untuk melayani 40.462 siswa yang terbagi dalam 1.337 rombongan belajar.

Ketidakseimbangan jumlah guru dengan jumlah layanan menyebabkan terdapat beberapa isu strategis terkait guru. Pada jenjang SD negeri, ada dua isu penting: (1) Kabupaten Kuningan mengalami kekurangan guru kelas PNS sebanyak 1.049 orang dan (2) 30% SD negeri atau setara dengan 197 sekolah terkategori sekolah kecil, dengan jumlah siswa per rombel di bawah 20 siswa.

Pada jenjang SMP negeri, terdapat tiga isu penting: (1) melalui perhitungan Kurikulum 2006, terjadi kelebihan guru pada mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, PAI, dan PKn, dan terjadi kekurangan guru pada mata pelajaran lain. Sedangkan dengan perhitungan Kurikulum 2013, ada kelebihan guru mata melajaran IPS dan kekurangan guru mata pelajaran lain, (2) angka pensiun guru PNS SD dan SMP selama periode 2014-2018, mengalami tren meningkat dengan jumlah total sebanyak 706 orang, dan (3) pro-yeksi pertumbuhan anak

Totalitas Tata Distribusi GuruKabupaten Kuningan, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru38

usia sekolah jenjang pendidikan dasar cenderung menurun.

Selain itu, distribusi guru cenderung tidak proporsional. Ada sejumlah sekolah yang rasio siswa per rombelnya sangat gemuk, namun jumlah guru kelasnya sangat terbatas (di bawah rasio 1:1). Sebaliknya, ada sebagian sekolah yang rasio siswa per rombelnya relatif kecil, namun jumlah gurunya cukup banyak, melebihi kebutuhan (di atas rasio 1:1). Dari sudut pembelanjaan anggaran, belanja tidak langsung Kuningan masih di atas 70%. Ini

berarti belanja pegawai di Kuningan sangat tinggi.

Hal ini dilatari, antara lain, oleh fakta jumlah pegawai terlampau banyak. Data di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kuningan menunjukkan bahwa dari 14.116 PNS, sebanyak 64,58% atau sekitar 9.116 orang berada di lingkungan pendidikan, 6,70% atau sekitar 946 orang berada di lingkungan kesehatan, sedangkan sisanya tersebar di berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Alternatif Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru

“Menyadari data tersebut, kami yakin masalah distribusi guru merupakan isu strategis untuk diselesaikan demi pemerataan peningkatan kualitas pendidikan,” ujar Ibu Sri Sunarsih, Kepala Sub-Bagian (Kasubbag) Kepe-gawaian Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kuningan.

Kuningan saat itu mulai mendaftar dan menimbang serangkaian jurus penataan dan pemerataan guru (PPG): (1) aturan PPG PNS, (2) pemanfaatan tenaga sukwan, (3)

No Isu Strategis yang Terpilih Tujuan

Kebijakan Alternatif Kebijakan

1 Pada jenjang SD Negeri, Kabupaten Kuningan kekurangan guru kelas PNS sebanyak 1.049 orang

Menata kelebihan dan kekurangan guru kelas dan guru mapel agar mejadi ideal

1. Aturan Penataan dan Pemerataan PNS

2. Pemanfaatan Tenaga Sukwan

3. Mendorong PNS di luar fungsional guru menjadi guru

4. Penyesuaian rombel dengan ruang kelas.

5. Kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan Guru PAI

6. Penggabungan sekolah lanjutan

7. Pembelajaran kelas rangkap

2 30% SD Negeri atau setara dengan 197 sekolah terkategori sekolah dengan layanan siswa per rombel di bawah 20 siswa.

3 Pada jenjang SMP Negeri:

Dengan perhitungan Kur. 2006, kelebihan guru terjadi di mata pelajaran IPS, B. Indonesia, PAI dan PKn, sisanya kekurangan guru.

Dengan perhitungan Kur. 2013, kelebihan guru hanya terjadi di mata pelajaran IPS, sisanya kekurangan guru.

4 Angka Pensiun Guru PNS SD dan SMP selama periode 2014-2018, trennya meningkat dengan jumlah total sebanyak 706 orang.

Tabel 1: Alternatif Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru

Penataan dan Pemerataan Guru 39

Pembelajaran di SDN Cilimus pasca penggabungan SDN 1 Cilimus dengan SDN 3 Cilimus. Setelah kedua sekolah

ini digabung, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

Tampak guru sedang memandu siswa belajar di luar kelas mengamati

terjadinya proses penguapan air.

Page 52: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

mendorong PNS di luar fungsional guru menjadi guru, (4) penyesuaian rombel dengan ruang kelas, (5) kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan guru PAI, (6) pembela-jaran kelas rangkap, dan (7) peng-gabungan sekolah lanjutan.

Bursa alternatif kebijakan disajikan dengan tujuan mengatasi berbagai isu strategis berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru. Alternatif kebijakan ini diselaraskan dengan tujuan makro nasional, provinsi, maupun daerah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Kebijakan PPG Kontekstual Kuningan

Dalam menentukan kebijakan diperlukan sejumlah kriteria sebagai bahan pertimbangan. Secara teknis, pelaksanaan kebijakan harus bersifat efektif dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Secara politis, setiap kebijakan harus memperhatikan empat subkriteria, yakni (1) acceptability, keberterimaan kebijakan oleh tabel-aktor politik dan para tokoh masyarakat; (2) appropriateness, kesejalanan dengan nilai-nilai kearifan lokal; (3) responsiveness, kemampuan kebijakan memenuhi kebutuhan masyarakat; dan (4) equity, keadilan dan pemerataan dalam masyarakat.

Secara kerangka kebijakan pemerin-tah, kebijakan daerah harus mem-pertimbangkan peraturan peme-rintah pusat dan daerah agar tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. Secara ekonomi dan finansial, kebija-kan yang ditempuh harus memper-hitungkan keuntungan dan kerugian finansial baik pada proses imple-mentasinya maupun dampak lebih lanjut. Secara administrasi, kebijakan semestinya memperhitungkan keterlaksanaan administrasi seperti otoritas melaksanakan suatu kebijakan, komitmen institusional, kemampuan staf pelaksana, kemam-puan keuangan, serta dukungan organisasi terkait.

Berdasarkan kriteria tersebut, tim PPG bentukan pemerintah Kuningan menentukan skala prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru jenjang SD dan SMP seperti tampak pada tabel 2 di samping

Tabel 2 menjelaskan urutan prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru, yaitu:

1. Aturan Penataan dan Pemerataan PNS

2. Pemanfaatan Tenaga Sukarelawan

3. Mendorong PNS di luar fungsional guru menjadi guru

4. Penyesuaian rombel dengan ruang kelas.

5. Kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan Guru PAI

6. Penggabungan sekolah lanjutan

7. Pembelajaran kelas rangkap

Penentuan skala prioritas itu

Ketua PGRI Kuningan, Pipin Mansur Aripin SPd MPd (berdiri) menyampaikan dukungannya pada implementasi program penataan dan pemerataan guru di Kuningan.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru40

No Alternatif Kebijakan

Pertimbangan Berdasaran Kriteria

Rekomendasi

Teknis Pollitis Ekonomi

dan Finansial

Kerangka Kebijakan

Pemerintah

Adminis-trasi

Lain-lain

1 Aturan Penataan dan Pemerataan PNS

Menjadi payung administratif

Mengurangi campur tangan politis

Tidak ada efek secara langsung

Menjadi payung hukum kebijakan

Peraturan bupati relatif lebih cepat untuk

Perbup tentang Mutasi PNS Non Struktural

2 Pemanfaatan Tenaga Sukwan

Efektif untuk sekolah yang kekurangan guru

Secara umum bisa diterima dengan pendekatan profesional

Menguntung-kan karena tidak perlu mengangkat guru baru

Dengan memanfaatkan tenaga sukwan mampu mengatasi kekurangan guru

Otoritas kebijakan ada di level Bupati dan Kepala Dinas

Berdasarkan data K2 dan Non Katagori

Direkomendasi-kan untuk diformulasikan untuk menjadi kebijakan Kepala Dinas

3 Mendorong PNS diluar fungsional Guru Menjadi guru

Efektif untuk sekolah yang kekurangan guru

Secara umum bisa diterima dengan pendekatan profesional

Menguntukan karena tidak memerlukan biaya untuk mengangkat guru baru

Ada kerangka kebijakan/ kemudahan dalam alih fungsi diluar fungsional menjadi guru

Otoritas kebijakan bisa ada di level Bupati dan Kepala Dinas

Data PNS Non Guru yang berijazah S1 Kependidikan melalui program induksi

Direkomendasi-kan untuk di formulasikan menjadi kebijakan Bupati

4 Penyesuaian rombel dengan ruang kelas

Surat Edaran Kepala Dinas

5 Kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan Guru PAI

Efektif untuk sekolah yang kekurangan guru PAI

Secara umum bisa diterima dengan pendekatan profesional

Menguntung-kan karena tidak memerlukan biaya untuk mengangkat guru baru

Ada kerangka kebijakan/ kemudahan dalam alih fungsi diluar fungsional menjadi guru

Otoritas kebijakan ada di level Bupati dan Kemenag

Koordinasi antara data kekurangan kelebihan di Dinas dan di Kemenag

MoU Dinas dan Kemenag untuk menutupi kekurangan Guru PAI

6 Penggabungan sekolah lanjutan

Perbup tentang merger

7 Pembelajaran kelas rangkap

SK Bupati tentang Pembelajaran kelas rangkap

Tabel 2. Prioritas Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru

Penataan dan Pemerataan Guru 41

Page 53: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

mendorong PNS di luar fungsional guru menjadi guru, (4) penyesuaian rombel dengan ruang kelas, (5) kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan guru PAI, (6) pembela-jaran kelas rangkap, dan (7) peng-gabungan sekolah lanjutan.

Bursa alternatif kebijakan disajikan dengan tujuan mengatasi berbagai isu strategis berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru. Alternatif kebijakan ini diselaraskan dengan tujuan makro nasional, provinsi, maupun daerah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Kebijakan PPG Kontekstual Kuningan

Dalam menentukan kebijakan diperlukan sejumlah kriteria sebagai bahan pertimbangan. Secara teknis, pelaksanaan kebijakan harus bersifat efektif dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Secara politis, setiap kebijakan harus memperhatikan empat subkriteria, yakni (1) acceptability, keberterimaan kebijakan oleh tabel-aktor politik dan para tokoh masyarakat; (2) appropriateness, kesejalanan dengan nilai-nilai kearifan lokal; (3) responsiveness, kemampuan kebijakan memenuhi kebutuhan masyarakat; dan (4) equity, keadilan dan pemerataan dalam masyarakat.

Secara kerangka kebijakan pemerin-tah, kebijakan daerah harus mem-pertimbangkan peraturan peme-rintah pusat dan daerah agar tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. Secara ekonomi dan finansial, kebija-kan yang ditempuh harus memper-hitungkan keuntungan dan kerugian finansial baik pada proses imple-mentasinya maupun dampak lebih lanjut. Secara administrasi, kebijakan semestinya memperhitungkan keterlaksanaan administrasi seperti otoritas melaksanakan suatu kebijakan, komitmen institusional, kemampuan staf pelaksana, kemam-puan keuangan, serta dukungan organisasi terkait.

Berdasarkan kriteria tersebut, tim PPG bentukan pemerintah Kuningan menentukan skala prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru jenjang SD dan SMP seperti tampak pada tabel 2 di samping

Tabel 2 menjelaskan urutan prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru, yaitu:

1. Aturan Penataan dan Pemerataan PNS

2. Pemanfaatan Tenaga Sukarelawan

3. Mendorong PNS di luar fungsional guru menjadi guru

4. Penyesuaian rombel dengan ruang kelas.

5. Kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan Guru PAI

6. Penggabungan sekolah lanjutan

7. Pembelajaran kelas rangkap

Penentuan skala prioritas itu

Ketua PGRI Kuningan, Pipin Mansur Aripin SPd MPd (berdiri) menyampaikan dukungannya pada implementasi program penataan dan pemerataan guru di Kuningan.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru40

No Alternatif Kebijakan

Pertimbangan Berdasaran Kriteria

Rekomendasi

Teknis Pollitis Ekonomi

dan Finansial

Kerangka Kebijakan

Pemerintah

Adminis-trasi

Lain-lain

1 Aturan Penataan dan Pemerataan PNS

Menjadi payung administratif

Mengurangi campur tangan politis

Tidak ada efek secara langsung

Menjadi payung hukum kebijakan

Peraturan bupati relatif lebih cepat untuk

Perbup tentang Mutasi PNS Non Struktural

2 Pemanfaatan Tenaga Sukwan

Efektif untuk sekolah yang kekurangan guru

Secara umum bisa diterima dengan pendekatan profesional

Menguntung-kan karena tidak perlu mengangkat guru baru

Dengan memanfaatkan tenaga sukwan mampu mengatasi kekurangan guru

Otoritas kebijakan ada di level Bupati dan Kepala Dinas

Berdasarkan data K2 dan Non Katagori

Direkomendasi-kan untuk diformulasikan untuk menjadi kebijakan Kepala Dinas

3 Mendorong PNS diluar fungsional Guru Menjadi guru

Efektif untuk sekolah yang kekurangan guru

Secara umum bisa diterima dengan pendekatan profesional

Menguntukan karena tidak memerlukan biaya untuk mengangkat guru baru

Ada kerangka kebijakan/ kemudahan dalam alih fungsi diluar fungsional menjadi guru

Otoritas kebijakan bisa ada di level Bupati dan Kepala Dinas

Data PNS Non Guru yang berijazah S1 Kependidikan melalui program induksi

Direkomendasi-kan untuk di formulasikan menjadi kebijakan Bupati

4 Penyesuaian rombel dengan ruang kelas

Surat Edaran Kepala Dinas

5 Kerjasama dengan Kemenag dalam pemerataan Guru PAI

Efektif untuk sekolah yang kekurangan guru PAI

Secara umum bisa diterima dengan pendekatan profesional

Menguntung-kan karena tidak memerlukan biaya untuk mengangkat guru baru

Ada kerangka kebijakan/ kemudahan dalam alih fungsi diluar fungsional menjadi guru

Otoritas kebijakan ada di level Bupati dan Kemenag

Koordinasi antara data kekurangan kelebihan di Dinas dan di Kemenag

MoU Dinas dan Kemenag untuk menutupi kekurangan Guru PAI

6 Penggabungan sekolah lanjutan

Perbup tentang merger

7 Pembelajaran kelas rangkap

SK Bupati tentang Pembelajaran kelas rangkap

Tabel 2. Prioritas Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru

Penataan dan Pemerataan Guru 41

Page 54: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

kemudian dimatangkan dengan cara konsultasi internal oleh tim PPG Kuningan bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan dan jajarannya. Pada rapat konsultasi, dibahas tujuh alternatif kebijakan PPG yang paling mungkin ditempuh.

Dalam rangka memperkuat dukungan Pemerintah Daerah terhadap implementasi kebijakan PPG, Tim PPG, didampingi oleh tim USAID PRIORITAS Jawa Barat, melakukan audiensi dan konsultasi kebijakan dengan bupati. Hasil audiensi, bupati mengapresiasi hasil kerja tim, memberikan dukungan, dan memberikan arahan untuk implementasi kebijakan. Ini terutama menyangkut pembuatan payung hukum penataan guru PNS dan penataan kelembagaan melalui penggabungan sekolah dalam rangka memberikan layanan prima kepada anak-anak Kuningan.

Guna mendapatkan pertimbangan publik pendidikan, rancangan kebijakan PPG lantas dikonsultasikan kepada publik (28/1/2015).

Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, Bapak Dedi Supardi mewakili tim PPG mema-parkan hasil analisis data dan analisis kebijakan. Unsur undangan meliputi staf ahli Bupati, Bappeda, BKD, Kemenag, Dewan Pendidikan, PGRI,

Kepala UPTD, pengawas, dan guru.

Sekretaris Bappeda Kabupaten Kuningan, Ibu Sri Waluya menga-takan, secara fiskal Kabupaten Kuningan tidak mungkin menambah guru PNS karena belanja pegawai di atas 70%. Kepala UPTD Kec. Sindangagung, Bapak Sutisna meminta, upaya penataan kelembagaan, semisal penggabungan sekolah jangan sampai menjadikan anak jauh dari sekolah.

Menurut Sekretaris Disdikpora, Bapak Dedi Supardi, di wilayah pemukiman besar perlu dipikirkan penambahan Ruang Kelas baru (RKB)/Unit Sekolah Baru (USB) sehingga sekolah-sekolah gemuk dapat disesuaikan dengan SPM (1:32) untuk layanan pendidikan yang lebih baik.

Pengawas mapel IPS Ibu Yeti Nurha-yati mengajukan usul, mengingat banyak guru yang kekurangan jam mengajar karena kelebihan guru IPS, perlu audiensi dengan Universitas Kuningan, sehingga lulusannya dapat diserap sesuai kebutuhan di Kabupaten Kuningan.

Ketua PGRI, Bapak Pipin Mansur Aripin SPd MPd, mengingatkan distribusi guru harus proporsional dan mohon mempertimbangkan rasionalitas jarak guru terhadap

sekolah. Ketua PGRI juga berharap, guru honor dapat diakui sebagai SDM pemerin-tah karena telah mengabdi dan membantu layanan pendidikan di Kabupaten Kuningan. “Tidak hanya distribusi guru, Pemkab juga perlu mendukung upaya peningkatan kompetensi guru,”tukasnya.

Ketua Dewan Pendidikan Bapak Drs Halil Arisbaya, berharap dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan, pemerintah hendaknya tidak melupakan kesejahteraan lahir batin para guru. Diskusi publik ini ternyata mengerucut pada empat kebijakan prioritas dalam hal PPG di Kuningan: (1) mendorong terbitnya payung hukum PPG, (2) melakukan revisi perbup terkait penggabungan sekolah, (3) melakukan penggabungan tahap dua untuk sekolah-sekolah satu wilayah, terutama dengan pertimbangan jarak dan pertumbuhan penduduk, (4) PNS struktural yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan didorong untuk menjadi fungsional guru, dan (5) grand design pening-katan kompetensi guru sesuai dengan salah satu misi bupati terkait peningkatan kualitas SDM Kabupaten Kuningan.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru42

Implementasi PPG

Bupati Kuningan Ibu Utje Ch. Suganda (Alm), menguraikan, pada forum showcase nasional USAID PRIORI-TAS di Jakarta (28/10/2014), upaya penataan dan pemerataan guru dimulai dengan pengangkatan guru PNS. Diangkatlah sebanyak 352 guru baru terdiri atas 281 guru kelas dan 71 guru mapel.

Pemerintah juga melakukan penempatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) kategori dua di sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan guru. Dalam hal ini, sebanyak 228 orang CPNS

ditempatkan menjadi guru kelas di sekolah yang berkeku-rangan guru kelas.

Selain dengan pengangkatan guru PNS baru, upaya menutup kekura-ngan guru juga dilakukan dengan pola alih-fungsi. Proses alih-fungsi telah melibatkan 41 orang PNS struktural beralih ke jabatan fung-sional menjadi guru. Dari 41 orang itu, 13 orang menjadi guru SD se-mentara 28 orang menjadi guru SMP.

Guru-guru yang mengalami kekurangan jam mengajar diberi kesempatan mutasi atau menjadi mobile teacher. Dalam kerangka

mutasi, ada 78 orang guru PNS, terdiri atas 54 orang guru SD dan 24 orang guru SMP mengalami mutasi. Dalam kerangka mobile teacher, terdapat 60 orang guru, terdiri atas tujuh orang guru SD dan 53 orang guru SMP, mengajar secara mobil dari satu unit sekolah ke unit sekolah lain.

Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Mandi Rancan, misalnya, juga menga-jar di SMPN Pasawahan dan guru IPS mengajar juga di SMPN 1 Jalaksana. Guru bidang pertanian di SMPN 2 Kramatmulya pindah ke SMKN 1. Guru SMA Ciwaru dan SMA Luragung mengajar di Cibingbin.

Penataan dan Pemerataan Guru 43

Kepala BKD, Bapak Drs Uca Somantri MSi (kanan) dan Kepala Disdikpora, Bapak Dr Asep Taufik Rohman MPd (kedua dari kanan) dalam kegiatan peluncuran program PPG di Kuningan.

Page 55: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

kemudian dimatangkan dengan cara konsultasi internal oleh tim PPG Kuningan bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan dan jajarannya. Pada rapat konsultasi, dibahas tujuh alternatif kebijakan PPG yang paling mungkin ditempuh.

Dalam rangka memperkuat dukungan Pemerintah Daerah terhadap implementasi kebijakan PPG, Tim PPG, didampingi oleh tim USAID PRIORITAS Jawa Barat, melakukan audiensi dan konsultasi kebijakan dengan bupati. Hasil audiensi, bupati mengapresiasi hasil kerja tim, memberikan dukungan, dan memberikan arahan untuk implementasi kebijakan. Ini terutama menyangkut pembuatan payung hukum penataan guru PNS dan penataan kelembagaan melalui penggabungan sekolah dalam rangka memberikan layanan prima kepada anak-anak Kuningan.

Guna mendapatkan pertimbangan publik pendidikan, rancangan kebijakan PPG lantas dikonsultasikan kepada publik (28/1/2015).

Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, Bapak Dedi Supardi mewakili tim PPG mema-parkan hasil analisis data dan analisis kebijakan. Unsur undangan meliputi staf ahli Bupati, Bappeda, BKD, Kemenag, Dewan Pendidikan, PGRI,

Kepala UPTD, pengawas, dan guru.

Sekretaris Bappeda Kabupaten Kuningan, Ibu Sri Waluya menga-takan, secara fiskal Kabupaten Kuningan tidak mungkin menambah guru PNS karena belanja pegawai di atas 70%. Kepala UPTD Kec. Sindangagung, Bapak Sutisna meminta, upaya penataan kelembagaan, semisal penggabungan sekolah jangan sampai menjadikan anak jauh dari sekolah.

Menurut Sekretaris Disdikpora, Bapak Dedi Supardi, di wilayah pemukiman besar perlu dipikirkan penambahan Ruang Kelas baru (RKB)/Unit Sekolah Baru (USB) sehingga sekolah-sekolah gemuk dapat disesuaikan dengan SPM (1:32) untuk layanan pendidikan yang lebih baik.

Pengawas mapel IPS Ibu Yeti Nurha-yati mengajukan usul, mengingat banyak guru yang kekurangan jam mengajar karena kelebihan guru IPS, perlu audiensi dengan Universitas Kuningan, sehingga lulusannya dapat diserap sesuai kebutuhan di Kabupaten Kuningan.

Ketua PGRI, Bapak Pipin Mansur Aripin SPd MPd, mengingatkan distribusi guru harus proporsional dan mohon mempertimbangkan rasionalitas jarak guru terhadap

sekolah. Ketua PGRI juga berharap, guru honor dapat diakui sebagai SDM pemerin-tah karena telah mengabdi dan membantu layanan pendidikan di Kabupaten Kuningan. “Tidak hanya distribusi guru, Pemkab juga perlu mendukung upaya peningkatan kompetensi guru,”tukasnya.

Ketua Dewan Pendidikan Bapak Drs Halil Arisbaya, berharap dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan, pemerintah hendaknya tidak melupakan kesejahteraan lahir batin para guru. Diskusi publik ini ternyata mengerucut pada empat kebijakan prioritas dalam hal PPG di Kuningan: (1) mendorong terbitnya payung hukum PPG, (2) melakukan revisi perbup terkait penggabungan sekolah, (3) melakukan penggabungan tahap dua untuk sekolah-sekolah satu wilayah, terutama dengan pertimbangan jarak dan pertumbuhan penduduk, (4) PNS struktural yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan didorong untuk menjadi fungsional guru, dan (5) grand design pening-katan kompetensi guru sesuai dengan salah satu misi bupati terkait peningkatan kualitas SDM Kabupaten Kuningan.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru42

Implementasi PPG

Bupati Kuningan Ibu Utje Ch. Suganda (Alm), menguraikan, pada forum showcase nasional USAID PRIORI-TAS di Jakarta (28/10/2014), upaya penataan dan pemerataan guru dimulai dengan pengangkatan guru PNS. Diangkatlah sebanyak 352 guru baru terdiri atas 281 guru kelas dan 71 guru mapel.

Pemerintah juga melakukan penempatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) kategori dua di sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan guru. Dalam hal ini, sebanyak 228 orang CPNS

ditempatkan menjadi guru kelas di sekolah yang berkeku-rangan guru kelas.

Selain dengan pengangkatan guru PNS baru, upaya menutup kekura-ngan guru juga dilakukan dengan pola alih-fungsi. Proses alih-fungsi telah melibatkan 41 orang PNS struktural beralih ke jabatan fung-sional menjadi guru. Dari 41 orang itu, 13 orang menjadi guru SD se-mentara 28 orang menjadi guru SMP.

Guru-guru yang mengalami kekurangan jam mengajar diberi kesempatan mutasi atau menjadi mobile teacher. Dalam kerangka

mutasi, ada 78 orang guru PNS, terdiri atas 54 orang guru SD dan 24 orang guru SMP mengalami mutasi. Dalam kerangka mobile teacher, terdapat 60 orang guru, terdiri atas tujuh orang guru SD dan 53 orang guru SMP, mengajar secara mobil dari satu unit sekolah ke unit sekolah lain.

Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Mandi Rancan, misalnya, juga menga-jar di SMPN Pasawahan dan guru IPS mengajar juga di SMPN 1 Jalaksana. Guru bidang pertanian di SMPN 2 Kramatmulya pindah ke SMKN 1. Guru SMA Ciwaru dan SMA Luragung mengajar di Cibingbin.

Penataan dan Pemerataan Guru 43

Kepala BKD, Bapak Drs Uca Somantri MSi (kanan) dan Kepala Disdikpora, Bapak Dr Asep Taufik Rohman MPd (kedua dari kanan) dalam kegiatan peluncuran program PPG di Kuningan.

Page 56: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kabupaten Kuningan juga telah melakukan penggabungan sekolah tahap satu pada rentang tahun 2004 - 2011. Pada periode itu, sebanyak 155 sekolah dasar telah digabung menjadi 77 unit sekolah. Pemetaan kapasitas sekolah yang dilakukan oleh bidang program Disdik pada tahun 2013 menunjukkan keperluan dilakukan penggabungan kembali. Data itu mengungkap, masih terdapat 162 unit sekolah dasar dari 32 kecamatan yang tergolong sekolah kecil. Maka, terbitlah Peraturan Bupati Kuningan Nomor 74 Tahun 2015 tentang penggabungan sekolah, sebagai lanjutan dari kebijakan penggabungan tahap satu.

Penggabungan sekolah tahap dua dalam rentang tahun 2015-2017 mengerucutkan 162 sekolah itu

menjadi 65 unit saja. Seperti pada penggabungan tahap satu, pengga-bungan lanjutan juga merupakan upaya penatakelembagaan pada sekolah-sekolah kecil dengan beberapa pertimbangan semisal jarak, pensiun kepala sekolah, periodisasi kepala sekolah. Di atas itu semua, penggabungan dilakukan dengan sedapat mungkin tidak mencederai hak anak untuk bersekolah.

Kendala dan Solusi

Khususnya dalam implementasi penggabungan sekolah kecil, kendala yang dihadapi datang terutama dari dua pihak, yakni kepala UPTD dan guru. “Inilah sebab mengapa pengga-bungan itu baru dilaksanakan setelah survei seksama dilakukan terhadap

sekolah-sekolah yang akan digabung dengan melibatkan kepala UPTD, BKD, dan Kepala Sekolah,” kata Bapak Drs Asep Taufik Rohman MSi MPd, Kepala Disdikpora Kuningan.

Menurutnya, Dinas Pendidikan melakukan pendekatan melalui UPTD dan para pengawas dalam menyampaikan kebijakan pengga-bungan lanjutan. Karena yang paling resisten adalah Kepala UPTD, keterlibatan pengawas ternyata mempermudah implementasi kebijakan penggabungan. Hambatan dari UPTD bisa teratasi dengan melibatkan pengawas.

Demikian juga kendala dari pihak guru. Bapak Udi SPd, kepala SDN 1 Cijoho, yang sekolahnya digabung dengan SDN 2 Cijoho, pada awalnya merasa kesulitan dalam menyampai-kan hal ini kepada para guru. Tetapi, setelah ada bantuan dari para peng-awas ternyata lebih mudah dalam menyosialisasikan penggabungan. Jadi, pengawas itu memainkan peranan penting dalam mengimple-mentasikan penggabungan sekolah.

Dampak PPG

Pengangkatan guru PNS sebanyak 352 orang guru baru, terdiri atas 281 guru kelas dan 71 guru mapel, dan penempatan 228 orang CPNS

Bupati Kuningan, Ibu Utje Suganda (Alm), memaparkan keberhasilan program penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Kuningan saat showcase nasional USAID PRIORITAS di Jakarta (28/10/2014).

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru44

ke sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan guru, telah memberikan dampak positif bagi kualitas layanan pendidikan di Kuningan. Seiring dengan terpenuhinya kekurangan guru, layanan pendidikan di sekolah-sekolah itu mengalami peningkatan kualitas yang menggembirakan.

Mutasi guru PNS telah melibatkan 78 orang guru. Sebanyak 54 guru orang SD dan 24 orang guru SMP rela berpindah dari sekolah yang berlebih guru ke sekolah yang berkekurangan. Dampaknya, kekura-ngan guru kelas di jenjang SD dan kekurangan guru mapel di jenjang SMP dapat teratasi secara efektif.

Langkah alih-fungsi telah melibatkan 41 orang pegawai negeri sipil. Mere-ka yang semula mengabdi pada jaba-tan struktural telah secara sukarela berpindah medan pengabdian dengan beralih-fungsi menjadi guru.

Dari 41 orang PNS struktural itu, 13 orang menjadi guru SD dan 28 orang mengabdi menjadi guru SMP. Sekolah-sekolah yang mendapatkan pasokan guru alihan fungsi itu kemu-dian mengalami peningkatan kualitas layanan. Proses pembelajaran dan layanan pendidikan jadi lebih prima.

Sejumlah 60 orang mobile teacher melakukan bakti negeri dengan terbang dari satu sekolah ke sekolah

lain. Mereka yang mencakup tujuh orang guru SD dan 53 orang guru SMP telah memungkinkan tercapainya dua sasaran sekaligus.

Di satu sisi, mereka dapat memenuhi kewajiban beban jam mengajar sehingga mereka dapat memperoleh hak tunjangan sertifikasi. Di sisi lain, kekurangan guru mapel IPA dan Matematika di sejumlah SMP dapat terpenuhi dengan baik.

Kebijakan penggabungan sekolah telah membawa hikmah besar bagi penjaminan mutu pendidikan dasar di Kuningan. Langkah penggabungan tahap satu telah mengerucutkan 155 SD men-jadi 77 dan penggabungan tahap dua telah mengefisienkan 162 sekolah menjadi 65 saja. Penggabungan sekolah yang terdesain dan terukur ini telah memungkinkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah, dengan proses dan keluaran yang berkualitas.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga,

Jl. Raya Sukamulya Kec. Cigugur Kab. Kuningan, Jawa Barat - 45552

Telp/fax. (0232) 875905

Kontak Person:Drs Dedi Supardi MPd

(Sekretaris Dinas Pendidikan)

Drs Suharso MPd (Kabid Pendidikan Dasar)

Penataan dan Pemerataan Guru 45

Page 57: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kabupaten Kuningan juga telah melakukan penggabungan sekolah tahap satu pada rentang tahun 2004 - 2011. Pada periode itu, sebanyak 155 sekolah dasar telah digabung menjadi 77 unit sekolah. Pemetaan kapasitas sekolah yang dilakukan oleh bidang program Disdik pada tahun 2013 menunjukkan keperluan dilakukan penggabungan kembali. Data itu mengungkap, masih terdapat 162 unit sekolah dasar dari 32 kecamatan yang tergolong sekolah kecil. Maka, terbitlah Peraturan Bupati Kuningan Nomor 74 Tahun 2015 tentang penggabungan sekolah, sebagai lanjutan dari kebijakan penggabungan tahap satu.

Penggabungan sekolah tahap dua dalam rentang tahun 2015-2017 mengerucutkan 162 sekolah itu

menjadi 65 unit saja. Seperti pada penggabungan tahap satu, pengga-bungan lanjutan juga merupakan upaya penatakelembagaan pada sekolah-sekolah kecil dengan beberapa pertimbangan semisal jarak, pensiun kepala sekolah, periodisasi kepala sekolah. Di atas itu semua, penggabungan dilakukan dengan sedapat mungkin tidak mencederai hak anak untuk bersekolah.

Kendala dan Solusi

Khususnya dalam implementasi penggabungan sekolah kecil, kendala yang dihadapi datang terutama dari dua pihak, yakni kepala UPTD dan guru. “Inilah sebab mengapa pengga-bungan itu baru dilaksanakan setelah survei seksama dilakukan terhadap

sekolah-sekolah yang akan digabung dengan melibatkan kepala UPTD, BKD, dan Kepala Sekolah,” kata Bapak Drs Asep Taufik Rohman MSi MPd, Kepala Disdikpora Kuningan.

Menurutnya, Dinas Pendidikan melakukan pendekatan melalui UPTD dan para pengawas dalam menyampaikan kebijakan pengga-bungan lanjutan. Karena yang paling resisten adalah Kepala UPTD, keterlibatan pengawas ternyata mempermudah implementasi kebijakan penggabungan. Hambatan dari UPTD bisa teratasi dengan melibatkan pengawas.

Demikian juga kendala dari pihak guru. Bapak Udi SPd, kepala SDN 1 Cijoho, yang sekolahnya digabung dengan SDN 2 Cijoho, pada awalnya merasa kesulitan dalam menyampai-kan hal ini kepada para guru. Tetapi, setelah ada bantuan dari para peng-awas ternyata lebih mudah dalam menyosialisasikan penggabungan. Jadi, pengawas itu memainkan peranan penting dalam mengimple-mentasikan penggabungan sekolah.

Dampak PPG

Pengangkatan guru PNS sebanyak 352 orang guru baru, terdiri atas 281 guru kelas dan 71 guru mapel, dan penempatan 228 orang CPNS

Bupati Kuningan, Ibu Utje Suganda (Alm), memaparkan keberhasilan program penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Kuningan saat showcase nasional USAID PRIORITAS di Jakarta (28/10/2014).

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru44

ke sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan guru, telah memberikan dampak positif bagi kualitas layanan pendidikan di Kuningan. Seiring dengan terpenuhinya kekurangan guru, layanan pendidikan di sekolah-sekolah itu mengalami peningkatan kualitas yang menggembirakan.

Mutasi guru PNS telah melibatkan 78 orang guru. Sebanyak 54 guru orang SD dan 24 orang guru SMP rela berpindah dari sekolah yang berlebih guru ke sekolah yang berkekurangan. Dampaknya, kekura-ngan guru kelas di jenjang SD dan kekurangan guru mapel di jenjang SMP dapat teratasi secara efektif.

Langkah alih-fungsi telah melibatkan 41 orang pegawai negeri sipil. Mere-ka yang semula mengabdi pada jaba-tan struktural telah secara sukarela berpindah medan pengabdian dengan beralih-fungsi menjadi guru.

Dari 41 orang PNS struktural itu, 13 orang menjadi guru SD dan 28 orang mengabdi menjadi guru SMP. Sekolah-sekolah yang mendapatkan pasokan guru alihan fungsi itu kemu-dian mengalami peningkatan kualitas layanan. Proses pembelajaran dan layanan pendidikan jadi lebih prima.

Sejumlah 60 orang mobile teacher melakukan bakti negeri dengan terbang dari satu sekolah ke sekolah

lain. Mereka yang mencakup tujuh orang guru SD dan 53 orang guru SMP telah memungkinkan tercapainya dua sasaran sekaligus.

Di satu sisi, mereka dapat memenuhi kewajiban beban jam mengajar sehingga mereka dapat memperoleh hak tunjangan sertifikasi. Di sisi lain, kekurangan guru mapel IPA dan Matematika di sejumlah SMP dapat terpenuhi dengan baik.

Kebijakan penggabungan sekolah telah membawa hikmah besar bagi penjaminan mutu pendidikan dasar di Kuningan. Langkah penggabungan tahap satu telah mengerucutkan 155 SD men-jadi 77 dan penggabungan tahap dua telah mengefisienkan 162 sekolah menjadi 65 saja. Penggabungan sekolah yang terdesain dan terukur ini telah memungkinkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah, dengan proses dan keluaran yang berkualitas.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga,

Jl. Raya Sukamulya Kec. Cigugur Kab. Kuningan, Jawa Barat - 45552

Telp/fax. (0232) 875905

Kontak Person:Drs Dedi Supardi MPd

(Sekretaris Dinas Pendidikan)

Drs Suharso MPd (Kabid Pendidikan Dasar)

Penataan dan Pemerataan Guru 45

Page 58: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Mutasi Berbasis Data yang EfektifKabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan

komposisi guru PNS sesuai dengan kebutuhan riil masing-masing satuan pendidikan, Dinas Pendidikan dan Olah raga Kabupaten Bantaeng telah berusaha untuk melakukan pendistribusian guru dengan merata.

Data DAPODIK pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pada tingkat SD, Bantaeng mengalami kekurangan

Kadisdikpora Bantaeng, Prof Dr Syamsu Alam (ketiga dari kiri) saat menghadiri stakeholder coordination meeting, yang salah satunya membicarakan tentang kemajuan Tim Penyusun Mutasi PNS di Bantaeng.

Data dan Kebijakan

Di Kabupaten Bantaeng terdapat 502 sekolah yang terdiri dari 310 SD/MI, 124 SMP/MTs, 48 SMA/MA dan 20 SMK. Sesuai dengan amanah Peraturan Bersama Lima Menteri tentang penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil, agar rasio, kualifikasi akademik, distribusi, dan

guru kelas (PNS) pada 55 sekolah sebanyak 137 orang yang tersebar pada semua kecamatan. Namun juga terjadi kelebihan guru kelas (PNS dan non-PNS) pada 85 sekolah sebanyak 272 guru yang tersebar pada semua kecamatan. Terjadi ketidakmerataan persebaran guru tingkat SD di Bantaeng.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru46

Namun, untuk melakukan program penataan dan pemerataan guru, sebagaimana di daerah-daerah lain, terdapat beberapa hambatan. Pertama, stigma yang sudah berkembang di masyarakat umum bahwa mutasi adalah hukuman dan bernuansa politis.

Banyak pemikiran berkembang di masyarakat bahwa mutasi terjadi pada seseorang karena orang tersebut tidak disukai bupati, disebabkan tidak memilihnya atau berlawanan koalisi saat pilkada. Sebagai hukuman, orang tersebut dipindahkan ke tempat terpencil.

Pemikiran semacam itu banyak terdapat di masyarakat. Kedua, guru di kota kurang tertarik dipindahkan ke daerah terpencil, karena lebih menyukai mengajar di kota yang memiliki banyak fasilitas.

Untuk mengatasi hal tersebut, atas usulan Kepala Dinas Dikpora yang menjabat waktu itu yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. H. Syamsu Alam, M. Si, maka Bupati Bantaeng, Bapak Nurdin Abdullah, menginstruksikan pembentukan Tim Penyusun Mutasi PNS di lingkup Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantaeng.

Kepala Dinas Dikpora yang saat ini menjadi Kepala Bappeda Bantaeng

diangkat menjadi koordinator. Tim ini terdiri dari ketua (Sekretaris Dikpora), sekretaris tim (Kasubag Kepegawaian) dan anggota dari 18 orang Kepala Bidang, Kepala Cabang Dinas, Korwas, dan Kasi PAUD.

Mandat utama tim ini sesuai SK antara lain: membuat database guru dan pegawai, menginventarisir data guru bersama dengan Kepala Cabang Dinas, mengerjakan pemetaan dan analisis kebutuhan guru dan pegawai. Tim tersebut melakukan penataan dan pengelolaan redistribusi guru berdasarkan sistem database pendidikan terkini yang dihasilkan

dari olah data dengan pendampingan USAID PRIORITAS.

Tahapan mutasi guru yang dilakukan oleh tim meliputi: (1) verifikasi fisik melalui visitasi lokasi, validasi data sesuai hasil analisis data guru bersama dengan tim USAID PRIORITAS. Tujuannya, untuk memastikan kebutuhan sekolah akan guru, kelas, rombel dan kecukupan jam mengajar guru yang dimutasi; (2) penerimaan dan persetujuan su-rat permohonan mutasi. Tim mem-buka ruang bagi guru yang terkena mutasi menyampaikan pertimbangan kelayakan berpindah mengajarnya di sekolah yang dituju misalnya, karena kekurangan jam mengajar pasca ber-

Ibu Saerah SPd, Kepala SDN 22 Beloparang, sedang mendampingi guru kelas 1 mengajar yang baru saja dimutasi ke sekolahnya.

Penataan dan Pemerataan Guru 47

Page 59: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Mutasi Berbasis Data yang EfektifKabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan

komposisi guru PNS sesuai dengan kebutuhan riil masing-masing satuan pendidikan, Dinas Pendidikan dan Olah raga Kabupaten Bantaeng telah berusaha untuk melakukan pendistribusian guru dengan merata.

Data DAPODIK pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pada tingkat SD, Bantaeng mengalami kekurangan

Kadisdikpora Bantaeng, Prof Dr Syamsu Alam (ketiga dari kiri) saat menghadiri stakeholder coordination meeting, yang salah satunya membicarakan tentang kemajuan Tim Penyusun Mutasi PNS di Bantaeng.

Data dan Kebijakan

Di Kabupaten Bantaeng terdapat 502 sekolah yang terdiri dari 310 SD/MI, 124 SMP/MTs, 48 SMA/MA dan 20 SMK. Sesuai dengan amanah Peraturan Bersama Lima Menteri tentang penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil, agar rasio, kualifikasi akademik, distribusi, dan

guru kelas (PNS) pada 55 sekolah sebanyak 137 orang yang tersebar pada semua kecamatan. Namun juga terjadi kelebihan guru kelas (PNS dan non-PNS) pada 85 sekolah sebanyak 272 guru yang tersebar pada semua kecamatan. Terjadi ketidakmerataan persebaran guru tingkat SD di Bantaeng.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru46

Namun, untuk melakukan program penataan dan pemerataan guru, sebagaimana di daerah-daerah lain, terdapat beberapa hambatan. Pertama, stigma yang sudah berkembang di masyarakat umum bahwa mutasi adalah hukuman dan bernuansa politis.

Banyak pemikiran berkembang di masyarakat bahwa mutasi terjadi pada seseorang karena orang tersebut tidak disukai bupati, disebabkan tidak memilihnya atau berlawanan koalisi saat pilkada. Sebagai hukuman, orang tersebut dipindahkan ke tempat terpencil.

Pemikiran semacam itu banyak terdapat di masyarakat. Kedua, guru di kota kurang tertarik dipindahkan ke daerah terpencil, karena lebih menyukai mengajar di kota yang memiliki banyak fasilitas.

Untuk mengatasi hal tersebut, atas usulan Kepala Dinas Dikpora yang menjabat waktu itu yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. H. Syamsu Alam, M. Si, maka Bupati Bantaeng, Bapak Nurdin Abdullah, menginstruksikan pembentukan Tim Penyusun Mutasi PNS di lingkup Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantaeng.

Kepala Dinas Dikpora yang saat ini menjadi Kepala Bappeda Bantaeng

diangkat menjadi koordinator. Tim ini terdiri dari ketua (Sekretaris Dikpora), sekretaris tim (Kasubag Kepegawaian) dan anggota dari 18 orang Kepala Bidang, Kepala Cabang Dinas, Korwas, dan Kasi PAUD.

Mandat utama tim ini sesuai SK antara lain: membuat database guru dan pegawai, menginventarisir data guru bersama dengan Kepala Cabang Dinas, mengerjakan pemetaan dan analisis kebutuhan guru dan pegawai. Tim tersebut melakukan penataan dan pengelolaan redistribusi guru berdasarkan sistem database pendidikan terkini yang dihasilkan

dari olah data dengan pendampingan USAID PRIORITAS.

Tahapan mutasi guru yang dilakukan oleh tim meliputi: (1) verifikasi fisik melalui visitasi lokasi, validasi data sesuai hasil analisis data guru bersama dengan tim USAID PRIORITAS. Tujuannya, untuk memastikan kebutuhan sekolah akan guru, kelas, rombel dan kecukupan jam mengajar guru yang dimutasi; (2) penerimaan dan persetujuan su-rat permohonan mutasi. Tim mem-buka ruang bagi guru yang terkena mutasi menyampaikan pertimbangan kelayakan berpindah mengajarnya di sekolah yang dituju misalnya, karena kekurangan jam mengajar pasca ber-

Ibu Saerah SPd, Kepala SDN 22 Beloparang, sedang mendampingi guru kelas 1 mengajar yang baru saja dimutasi ke sekolahnya.

Penataan dan Pemerataan Guru 47

Page 60: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

status guru sertifikasi; (3) rapat kese-pakatan mutasi. Segenap guru yang akan dimutasi mengikuti rapat bersa-ma dengan tim. Terlibat dalam rapat tersebut adalah pengawas gugus SD, pengawas SMP, kepala sekolah yang melepaskan dan yang menerima.

Pada tahap ini, tim menyampaikan kepada semua pihak yang berkepen-tingan bahwa mutasi bertujuan untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan pemerataan sumber daya guru di sekolah. Tim membeberkan data dan berbagai pertimbangan mutasi tersebut.

Dampak Kebijakan

Dampak dari adanya mutasi ini adalah stigma bahwa mutasi adalah hukuman menjadi tidak ada. Para guru, setelah ditemukan dengan tim mutasi guru menjadi yakin bahwa mutasi memang dilakukan berdasar kebutuhan persebaran guru agar tidak terkonsentrasi di satu tempat. Hal ini sangat penting agar setelah dimutasi, semangat mendidiknya tidak turun.

Tim mutasi bekerja transparan. Dalam setiap proses mutasi tim tidak memungut biaya, tidak ada transaksi sesuai kepentingan guru dan pihak terlibat, bahkan guru yang dimutasi berhak mengajukan surat

keberatan jika keputusan dianggap tidak benar.

Ketua tim mutasi guru, Bapak Drs Basri, berupaya meningkatkan kualitas dan melestarikan praktik baik dari program penataan dan pemerataan guru itu. Hingga saat ini tim yang dibentuk dan ditetapkan pada tanggal 30 Januari 2014 telah memutasi 200 guru di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. Pengelolaan sistem database dan analisis data guru atas fasilitasi USAID PRIORITAS menjadi rujukan program mutasi.

Ibu Nurjannah SPd, guru yang dimutasi dari SDN 63 Bonto Jonga, yang jaraknya 35 km dari rumah, ke SD Inpres Layoa, Gantarang Keke, yang jaraknya 3 km dari rumahnya. Kebijakan mutasi ini dilakukan agar guru bisa lebih cepat sampai ke sekolah dalam keadaan segar sehingga lebih efektif dalam mengajar.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru48

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Bantaeng. Jl. Andi Mannapiang, No. 72. Lamalaka

Telp: (0413) 21184

Kontak Person : Drs Basri MSi

(Seketaris Dikpora)

Penataan dan Pemerataan Guru 49

Ibu Jelliana Sitohang SPd, butuh waktu 1,5 jam perjalanan sulit menempuh jalan 7 km setiap hari untuk mencapai SMPN 5 Garoga, tempatnya mengajar di daerah terpencil.

Mengatasi Kelangkaan Guru di Sekolah TerpencilKabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara

Data dan Kebijakan

Memang tidak ada satupun desa yang terdaftar sebagai desa terpencil dalam nomenklatur kewilayahan Tapanuli Utara. Namun demikian sebenarnya masih banyak desa dengan akses yang sulit baik karena jauh, terhalang sungai atau memasuki hutan di lereng bukit barisan. Banyak desa yang tidak memiliki jalan yang memadai sehingga tidak bisa dimasuki angkutan umum. Kemajuan di desa ini sangat lambat, termasuk di bidang pendidikan. Dengan alasan

tersebut, bupati menetapkan beberapa desa masuk kategori terpencil agar mendapatkan perhatian khusus.

Seperti umumnya sekolah di daerah terpencil, terjadi kelangkaan guru karena jarang ada guru yang mau tinggal dan mengajar di sekolah tersebut. Hasil pemetaan guru yang dilakukan tercatat ada 44% sekolah SD dan SMP yang hanya memiliki guru PNS paling banyak setengah dari kebutuhan, dan 68 sekolah di antaranya hanya memiliki guru PNS

sebanyak satu-dua orang saja. Tentu saja ini memperihatinkan. Sebagian besar karena berada di lokasi terpencil.

Tentu saja pembelajaran tidak akan bermutu di sekolah seperti ini. Dengan keterbatasan jumlah guru yang mengajar, membuat kinerja sekolah di desa terpencil sangat jauh ketimpangannya. Apalagi supervisi oleh Dinas Pendidikan atau pengawas juga sangat jarang. Untuk mengatasi kekurangan guru tersebut, Pemkab menyediakan

Page 61: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

status guru sertifikasi; (3) rapat kese-pakatan mutasi. Segenap guru yang akan dimutasi mengikuti rapat bersa-ma dengan tim. Terlibat dalam rapat tersebut adalah pengawas gugus SD, pengawas SMP, kepala sekolah yang melepaskan dan yang menerima.

Pada tahap ini, tim menyampaikan kepada semua pihak yang berkepen-tingan bahwa mutasi bertujuan untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan pemerataan sumber daya guru di sekolah. Tim membeberkan data dan berbagai pertimbangan mutasi tersebut.

Dampak Kebijakan

Dampak dari adanya mutasi ini adalah stigma bahwa mutasi adalah hukuman menjadi tidak ada. Para guru, setelah ditemukan dengan tim mutasi guru menjadi yakin bahwa mutasi memang dilakukan berdasar kebutuhan persebaran guru agar tidak terkonsentrasi di satu tempat. Hal ini sangat penting agar setelah dimutasi, semangat mendidiknya tidak turun.

Tim mutasi bekerja transparan. Dalam setiap proses mutasi tim tidak memungut biaya, tidak ada transaksi sesuai kepentingan guru dan pihak terlibat, bahkan guru yang dimutasi berhak mengajukan surat

keberatan jika keputusan dianggap tidak benar.

Ketua tim mutasi guru, Bapak Drs Basri, berupaya meningkatkan kualitas dan melestarikan praktik baik dari program penataan dan pemerataan guru itu. Hingga saat ini tim yang dibentuk dan ditetapkan pada tanggal 30 Januari 2014 telah memutasi 200 guru di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. Pengelolaan sistem database dan analisis data guru atas fasilitasi USAID PRIORITAS menjadi rujukan program mutasi.

Ibu Nurjannah SPd, guru yang dimutasi dari SDN 63 Bonto Jonga, yang jaraknya 35 km dari rumah, ke SD Inpres Layoa, Gantarang Keke, yang jaraknya 3 km dari rumahnya. Kebijakan mutasi ini dilakukan agar guru bisa lebih cepat sampai ke sekolah dalam keadaan segar sehingga lebih efektif dalam mengajar.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru48

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Bantaeng. Jl. Andi Mannapiang, No. 72. Lamalaka

Telp: (0413) 21184

Kontak Person : Drs Basri MSi

(Seketaris Dikpora)

Penataan dan Pemerataan Guru 49

Ibu Jelliana Sitohang SPd, butuh waktu 1,5 jam perjalanan sulit menempuh jalan 7 km setiap hari untuk mencapai SMPN 5 Garoga, tempatnya mengajar di daerah terpencil.

Mengatasi Kelangkaan Guru di Sekolah TerpencilKabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara

Data dan Kebijakan

Memang tidak ada satupun desa yang terdaftar sebagai desa terpencil dalam nomenklatur kewilayahan Tapanuli Utara. Namun demikian sebenarnya masih banyak desa dengan akses yang sulit baik karena jauh, terhalang sungai atau memasuki hutan di lereng bukit barisan. Banyak desa yang tidak memiliki jalan yang memadai sehingga tidak bisa dimasuki angkutan umum. Kemajuan di desa ini sangat lambat, termasuk di bidang pendidikan. Dengan alasan

tersebut, bupati menetapkan beberapa desa masuk kategori terpencil agar mendapatkan perhatian khusus.

Seperti umumnya sekolah di daerah terpencil, terjadi kelangkaan guru karena jarang ada guru yang mau tinggal dan mengajar di sekolah tersebut. Hasil pemetaan guru yang dilakukan tercatat ada 44% sekolah SD dan SMP yang hanya memiliki guru PNS paling banyak setengah dari kebutuhan, dan 68 sekolah di antaranya hanya memiliki guru PNS

sebanyak satu-dua orang saja. Tentu saja ini memperihatinkan. Sebagian besar karena berada di lokasi terpencil.

Tentu saja pembelajaran tidak akan bermutu di sekolah seperti ini. Dengan keterbatasan jumlah guru yang mengajar, membuat kinerja sekolah di desa terpencil sangat jauh ketimpangannya. Apalagi supervisi oleh Dinas Pendidikan atau pengawas juga sangat jarang. Untuk mengatasi kekurangan guru tersebut, Pemkab menyediakan

Page 62: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru50

anggaran yang cukup untuk merekrut guru honor daerah. Tersedia Rp 14 miliar untuk membayar guru honor tersebut. Di sisi lain penambahan tanpa diiringi perbaikan pemerataan membuat guru di Tapanuli Utara malah berlebih, khususnya di jenjang SMP.

Dari data yang diolah menunjukkan bahwa Tapanuli Utara sudah kelebihan guru PNS sebanyak 86 orang, khususnya di beberapa mata pelajaran (mapel) seperti PKN, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA. Namun meski kelebihan di mapel tersebut, di sekolah lain masih ada yang kekura-ngan sehingga tetap dialokasikan adanya guru honor. Tentu ini sebuah paradoks yang harus diselesaikan, mengatasi kekurangan guru sekaligus mendistribusikan kelebihannya.

Dukungan Kebijakan

Memahami kondisi tersebut, Bupati Tapanuli Utara, Bapak Nikson Nababan, melalui Dinas Pendidikan menyusun kebijakan untuk memeratakan guru. Paling diutamakan oleh bupati adalah sekolah di daerah terpencil harus tercukupi gurunya. Kebijakan ini diputuskan setelah melalui konsultasi publik di aula kantor bupati 9 Maret 2015 yang dihadiri

ratusan guru dan stakeholder pendidikan.

Saat itu sekaligus dibuka pendaf-taran guru yang mau dimutasi ke sekolah terpencil. Tentu tidak mudah mengajak guru pindah sekolah, apalagi di tempat terpencil. Strategi yang digunakan Pemda adalah menjadikan mutasi sebagai promosi sang guru. Bagi mereka yang bersedia, Pemda akan memberikan fasilitas cukup termasuk rumah dinas, pelatihan dan bimbingan yang dibutuhkan dan diusulkan pemberian reward berupa tunjangan daerah terpencil dari APBD.

Respon guru awalnya masih pasif. Baru setelah keluar persetujuan penggunaan APBD untuk tunjangan tersebut sebanyak satu kali gaji untuk sekolah sangat terpencil dan Rp 1,5 juta untuk sekolah terpencil, maka satu per satu guru PNS mendaftarkan diri.

Dampak Kebijakan

Banyak guru yang kemudian tertarik tawaran ini. Apalagi di tempat lama guru sulit memenuhi kuota jam mengajar 24 jam akibat kelebihan guru. Sementara di tempat baru tersedia jam yang cukup, sehingga mereka yang sudah lolos sertifikasi memenuhi syarat untuk mendapat

tunjangan profesi.

Otomatis bagi guru tersebut bisa mendapat tiga kali gaji bila sekolahnya masuk kategori sangat terpencil. Ini yang kemudian membuat mereka berbondong-bondong mendaftarkan diri, hingga Dinas Pendidikan membatasi kuotanya karena tidak ingin sekolah lama menjadi kekurangan guru.

Hanya guru di sekolah yang kelebihan yang boleh mengajukan perpindahan. Sampai saat ini tercatat ada 103 orang guru yang sudah dimutasi secara sukarela ke daerah terpencil untuk jenjang SD dan SMP. Salah satu guru yang mengajukan diri dipindah adalah Ibu Jelliana Sitohang SPd guru Bahasa Indonesia dari SMPN 2 Garoga yang mengajukan pindah ke SMPN 5 Garoga.

Di sekolah sebelumnya karena guru Bahasa Indonesia berlebih, Ibu Sitohang tidak mendapatkan jam mengajar yang mencukupi sehingga tidak memenuhi syarat mendapatkan tunjangan profesi. Baginya, mengajar adalah panggilan sehingga beliau ingin bisa sepenuhnya mengajar setiap hari. Tawaran Dinas Pendidikan untuk mengabdi di tempat yang baru yang masih kekurangan guru langsung disambutnya.

Butuh 1,5 jam perjalanan sulit

Penataan dan Pemerataan Guru 51

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Tapanuli Utara

Jl. Raja Johannes Hutabarat, Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatra Utara

Telp. (0633)-21739

Kontak Person: Rocky D.M Nainggolan(Kabid Pendidikan Dasar)

Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan (tengah), pada acara Konsultasi Publik Program PPG di Tapanuli Utara.

menempuh 7 km setiap hari menuju sekolah tersebut. Karena sarana jalannya belum bagus, angkutan umum tidak bisa menembus. Hanya RBT (sebutan untuk ojek) yang bisa mengantarkannya masuk hingga lokasi sekolah. Suaminya, Bapak Hasudungan Sinaga pun akhirnya menyusul ikut pindah dan menjadi guru olahraga di SMPN 5 Garoga.

Tapi ini bukan hanya persoalan kesejahteraan, di dalamnya Dinas Pendidikan mempertaruhkan mutu. Guru-guru yang disetujui untuk mendapat promosi melalui mutasi diutamakan yang sudah lolos ser-tifikasi dan telah mendapatkan pela-tihan, bukan guru sembarangan se-hingga mutasi ini diharapkan akan membawa perubahan baik dalam pembelajaran. Ini akan membuat sekolah terpencil diharapkan bisa mengejar ketertinggalannya dengan sekolah lain.

Sebagai guru-guru yang pernah dilatih, maka pembelajaran di kelas barupun berubah dan semangat belajar anak-anak terpencil menjadi bertambah. Prestasipun kemudian diukir. Pada tahun 2014/2015, SMPN 5 Garoga berhasil menjadi juara beberapa cabang olahraga di tingkat kecamatan. Banyak contoh serupa yang dialami guru-guru hasil mutasi ke daerah terpencil. Bahkan

kehadiran Ibu Sitohang dan Bapak Sinaga yang juga aktif di masyarakat desa, dianggap pahlawan karena banyak melakukan perubahan. Bahkan masyarakat meminta supaya pengabdian mereka tidak hanya tiga tahun seperti yang sudah ditugaskan.

Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan sangat bangga mendengar kisah-kisah guru di daerah terpencil. Ini memang bagian dari visi beliau untuk mem-buka isolasi desa dan menghadirkan percepatan pembangunan disana, termasuk pendidikan.

Hal ini mendapat pujian dari stakeholder di kabupaten karena baru sekarang kebijakan pemerataan guru ini bisa direalisasikan.

Page 63: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru50

anggaran yang cukup untuk merekrut guru honor daerah. Tersedia Rp 14 miliar untuk membayar guru honor tersebut. Di sisi lain penambahan tanpa diiringi perbaikan pemerataan membuat guru di Tapanuli Utara malah berlebih, khususnya di jenjang SMP.

Dari data yang diolah menunjukkan bahwa Tapanuli Utara sudah kelebihan guru PNS sebanyak 86 orang, khususnya di beberapa mata pelajaran (mapel) seperti PKN, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA. Namun meski kelebihan di mapel tersebut, di sekolah lain masih ada yang kekura-ngan sehingga tetap dialokasikan adanya guru honor. Tentu ini sebuah paradoks yang harus diselesaikan, mengatasi kekurangan guru sekaligus mendistribusikan kelebihannya.

Dukungan Kebijakan

Memahami kondisi tersebut, Bupati Tapanuli Utara, Bapak Nikson Nababan, melalui Dinas Pendidikan menyusun kebijakan untuk memeratakan guru. Paling diutamakan oleh bupati adalah sekolah di daerah terpencil harus tercukupi gurunya. Kebijakan ini diputuskan setelah melalui konsultasi publik di aula kantor bupati 9 Maret 2015 yang dihadiri

ratusan guru dan stakeholder pendidikan.

Saat itu sekaligus dibuka pendaf-taran guru yang mau dimutasi ke sekolah terpencil. Tentu tidak mudah mengajak guru pindah sekolah, apalagi di tempat terpencil. Strategi yang digunakan Pemda adalah menjadikan mutasi sebagai promosi sang guru. Bagi mereka yang bersedia, Pemda akan memberikan fasilitas cukup termasuk rumah dinas, pelatihan dan bimbingan yang dibutuhkan dan diusulkan pemberian reward berupa tunjangan daerah terpencil dari APBD.

Respon guru awalnya masih pasif. Baru setelah keluar persetujuan penggunaan APBD untuk tunjangan tersebut sebanyak satu kali gaji untuk sekolah sangat terpencil dan Rp 1,5 juta untuk sekolah terpencil, maka satu per satu guru PNS mendaftarkan diri.

Dampak Kebijakan

Banyak guru yang kemudian tertarik tawaran ini. Apalagi di tempat lama guru sulit memenuhi kuota jam mengajar 24 jam akibat kelebihan guru. Sementara di tempat baru tersedia jam yang cukup, sehingga mereka yang sudah lolos sertifikasi memenuhi syarat untuk mendapat

tunjangan profesi.

Otomatis bagi guru tersebut bisa mendapat tiga kali gaji bila sekolahnya masuk kategori sangat terpencil. Ini yang kemudian membuat mereka berbondong-bondong mendaftarkan diri, hingga Dinas Pendidikan membatasi kuotanya karena tidak ingin sekolah lama menjadi kekurangan guru.

Hanya guru di sekolah yang kelebihan yang boleh mengajukan perpindahan. Sampai saat ini tercatat ada 103 orang guru yang sudah dimutasi secara sukarela ke daerah terpencil untuk jenjang SD dan SMP. Salah satu guru yang mengajukan diri dipindah adalah Ibu Jelliana Sitohang SPd guru Bahasa Indonesia dari SMPN 2 Garoga yang mengajukan pindah ke SMPN 5 Garoga.

Di sekolah sebelumnya karena guru Bahasa Indonesia berlebih, Ibu Sitohang tidak mendapatkan jam mengajar yang mencukupi sehingga tidak memenuhi syarat mendapatkan tunjangan profesi. Baginya, mengajar adalah panggilan sehingga beliau ingin bisa sepenuhnya mengajar setiap hari. Tawaran Dinas Pendidikan untuk mengabdi di tempat yang baru yang masih kekurangan guru langsung disambutnya.

Butuh 1,5 jam perjalanan sulit

Penataan dan Pemerataan Guru 51

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Tapanuli Utara

Jl. Raja Johannes Hutabarat, Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatra Utara

Telp. (0633)-21739

Kontak Person: Rocky D.M Nainggolan(Kabid Pendidikan Dasar)

Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan (tengah), pada acara Konsultasi Publik Program PPG di Tapanuli Utara.

menempuh 7 km setiap hari menuju sekolah tersebut. Karena sarana jalannya belum bagus, angkutan umum tidak bisa menembus. Hanya RBT (sebutan untuk ojek) yang bisa mengantarkannya masuk hingga lokasi sekolah. Suaminya, Bapak Hasudungan Sinaga pun akhirnya menyusul ikut pindah dan menjadi guru olahraga di SMPN 5 Garoga.

Tapi ini bukan hanya persoalan kesejahteraan, di dalamnya Dinas Pendidikan mempertaruhkan mutu. Guru-guru yang disetujui untuk mendapat promosi melalui mutasi diutamakan yang sudah lolos ser-tifikasi dan telah mendapatkan pela-tihan, bukan guru sembarangan se-hingga mutasi ini diharapkan akan membawa perubahan baik dalam pembelajaran. Ini akan membuat sekolah terpencil diharapkan bisa mengejar ketertinggalannya dengan sekolah lain.

Sebagai guru-guru yang pernah dilatih, maka pembelajaran di kelas barupun berubah dan semangat belajar anak-anak terpencil menjadi bertambah. Prestasipun kemudian diukir. Pada tahun 2014/2015, SMPN 5 Garoga berhasil menjadi juara beberapa cabang olahraga di tingkat kecamatan. Banyak contoh serupa yang dialami guru-guru hasil mutasi ke daerah terpencil. Bahkan

kehadiran Ibu Sitohang dan Bapak Sinaga yang juga aktif di masyarakat desa, dianggap pahlawan karena banyak melakukan perubahan. Bahkan masyarakat meminta supaya pengabdian mereka tidak hanya tiga tahun seperti yang sudah ditugaskan.

Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan sangat bangga mendengar kisah-kisah guru di daerah terpencil. Ini memang bagian dari visi beliau untuk mem-buka isolasi desa dan menghadirkan percepatan pembangunan disana, termasuk pendidikan.

Hal ini mendapat pujian dari stakeholder di kabupaten karena baru sekarang kebijakan pemerataan guru ini bisa direalisasikan.

Page 64: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Sudah dialokasikan dana sebanyak Rp1,094 miliar yang

bersumber pada dana APBD tahun 2013/1014 lewat Program Pendidikan Gratis untuk

menyebarkan pelatihan model USAID ke semua pendidik. Setelah kami melakukan penyebarluasan

program USAID PRIORITAS, terjadi trend peningkatan mutu

pembelajaran di Maros. Anak-anak menjadi lebih berani, aktif dan

percaya diri.

Petikan

PKB sangat penting untuk meningkatkan keprofesionalan guru

dalam mengajar. Oleh karena itu kami telah menganggarkan dana

diseminasi program USAID PRIORITAS ke kabupaten yang

bukan mitranya untuk pemerataan kualitas guru, kepala sekolah, dan

pengawas di tahun 2016.

Dari pengamatan kita selama ini, kualitas anak didik terjadi ketimpangan antara satu dengan lain disebabkan fasilitas, metode belajar, kondisi geografis dan lainnya, maka

perlu dijalin kemitraan strategis dengan USAID.

Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kota Tangerang, Banten, Ida Lidi.Sisus berita: www.tangerangonline.id. 25 April 2016.

Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Jawa Timur, Mustain B. Kantor Berita Antara. 29 Oktober 2015

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Hasanuddin Darjo. Situs Pemprov Aceh: www.acehprov.go.id. 22 Desember 2015

Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul M. Pasaribu Harian Analisa. 4 Maret 2016

PKB mampu mencetak tenaga pengajar yang andal dalam mencetak siswa-siswi berkualitas.

Sejalan dengan visi Tangsel mendatang, yakni sumber daya yang

mampu berdaya saing, handal, berkualitas dan berbasis teknologi, saya berharap USAID PRIORITAS dapat meningkatkan mutu tenaga

pendidik, sehingga mampu menghasilkan siswa-siswi

berkualitas.

Sekda Pemkab Maros, Sulawesi Selatan, Baharuddin. Kantor Berita Antara. 7 Oktober 2015

Sidoarjo mewajibkan setiap guru menyisihkan dana sertifikasi

sebesar 5 persen untuk pengembangan diri melalui

pelatihan, kelompok kerja guru, seminar, dan masih banyak lagi. Apalagi Bupati Sidoarjo sudah

mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi

Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Pada 2015, dana dari penyisihan tunjangan guru yang digunakan

pelatihan mandiri lebih dari Rp 4 miliar, termasuk implementasi

cara mengajar dari konvensional menjadi pembelajaran aktif.

Purbalingga terus berupaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan dalam berbagai jenjang. Salah satu upayanya, diawali dengan

peningkatan kualitas pendidikan guru. Itulah kenapa, guru harus memberdayakan tunjangan yang diterima untuk pengembangan

keprofesian.

Pj Bupati Purbalingga, Jawa Tengah, Budi Wibowo. Harian Suara Merdeka. 22 Agustus 2015.

Kita akan terus berupaya mendorong guru untuk melakukan peningkatan kapasitasnya melalui

berbagai saluran. Diseminasi pelatihan akan mempersempit jurang

perbedaan kemampuan guru.

Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Bandung Barat, Hj. Agustina Piryanti. Situs Pemkab: www.bandungbaratkab.go.id 22 Februari 2016

Page 65: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN

BERKELANJUTAN (PKB)

Page 66: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Perbanyak Fasilitator dan Bentuk Sekolah Unggulan

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru54

Data dan Kebijakan

Kabupaten Bandung Barat memiliki 16 kecamatan yang tersebar di wilayah perkotaan sampai daerah pedesaan. Untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan mampu bersaing di tingkat nasional, Kabupaten Bandung Barat memiliki visi, yaitu ”Bersama membangun masyarakat yang cerdas rasional maju agamis dan sehat berbasis pada pengembangan dan pemberdayaan potensi wilayah.”

Wakil Bupati Bandung Barat, Bapak H. Yayat T. Soemitra, mengemukakan bahwa untuk mencapai visi Bandung Barat Cermat dibutuhkan peran serta semua pihak, termasuk pihak eksternal yang memiliki perhatian besar terhadap kemajuan pembangunan di Kabupaten Bandung Barat.

Untuk mewujudkan visi Kabupaten Bandung Barat, Disdikpora selaku leading sector dalam upaya membangun sumber daya manusia melalui pendidikan memfokuskan

upaya pencapaian visi tersebut, melalui visi dari pendidikan di Kabupaten Bandung Barat, yaitu “Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung Barat yang cerdas melalui pendidikan yang berkualitas dan terjangkau.” Berbagai upaya yang dilakukan dalam mewujudkan visi dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga kabupaten, salah satunya adalah menguatkan kerjasama antar lembaga di internal kabupaten seperti halnya mensinergikannya dengan Kemenag dan juga berbagai lembaga terkait pendidikan secara langsung ataupun tidak langsung.

Kepala Disdikpora Kabupaten Bandung Barat, Ibu Hj. Agustina Piryanti, mengungkapkan bahwa langkah yang dilakukan untuk mencapai core visi Disdikpora, melalui berbagai upaya, baik menggali potensi internal, maupun potensi eksternal. Terkait dengan penggalian potensi eksternal ini, di antaranya bekerja sama dengan USAID PRIORITAS untuk melakukan akselerasi kualitas pendidikan. Berbagai treatment dari USAID PRIORITAS dimanfaatkan terus oleh Disdikpora untuk menjadi bagian yang berkontribusi terhadap akselerasi kulitas pendidikan.

Saat ini Kabupaten Bandung Barat memiliki kerjasama yang sangat erat dan konstruktif dengan USAID PRIORITAS. Ada berbagai capaian yang telah dilakukan secara makro pada tingkat kebijakan di kabupaten dalam upaya pemerataan dan penataan guru Pemerataan dan Penataan Guru (PPG) telah melahirkan produk-produk kebijakan seperti:

1) Perbup Kabupaten Bandung Barat No. 38 Tahun 2015 tentang PPG,

2) Perbup Kabupaten Bandung Barat No. 39 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Penggabungan SD Negeri

3) Perbup Kabupaten Bandung Barat No. 20 Tahun 2015 tentang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Kepala Sekolah

Rumusan Kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat

Rumusan kebijakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Bandung Barat didasarkan pada luasnya wilayah dan besarnya sasaran yang harus di sentuh. Pada pendidikan dasar di kabupaten memiliki 704 SD, 196 MI

dan 152 SMP serta 127 MTs. Ada 8.432 guru SD, 1.951 guru MI dan 2645 guru SMP serta 2.040 orang guru MTs. Banyaknya sekolah dan guru yang harus mendapatkan program peningkatan mutu menjadi dasar dari bagaimana kebijakan PKB dilakukan.

Sekretaris Disdikpora Kabupaten Bandung Barat, Bapak H. Imam Santoso, memaparkan bahwa kebijakan yang diterapkan pada Disdikpora memanfaatkan berbagai temuan dan data dari USAID PRIORITAS. Upaya pemanfaatan data ini di antaranya terkait dengan penyebaran guru jenjang pendidikan SD dan SMP. Dengan demikian, penyebaran guru pada kedua jenjang tersebut akan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Kabupaten Bandung Barat dalam PKB di antaranya lihat bagan diatas.

1) Menambah Fasda

Penambahan fasilitator daerah (fasda) didasarkan oleh banyaknya sasaran guru yang harus mendapatkan dampak dari pelatihan dan pendampingan, sedangkan ketersediaan fasda yang telah dibentuk oleh USAID PRIORITAS (15 fasda SD/MI, 15 fasda SMP/MTs

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 55

Para peserta pelatihan untuk pelatih untuk SD/MI sedang bersimulasi praktik IPA.Kabupaten Bandung Barat memperbanyak fasilitator pelatih dan pendamping pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Para fasilitator tersebut terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yang selama ini berhasil menerapkan dan mendukung implementasi pembelajaran aktif di kelas.

Page 67: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Perbanyak Fasilitator dan Bentuk Sekolah Unggulan

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru54

Data dan Kebijakan

Kabupaten Bandung Barat memiliki 16 kecamatan yang tersebar di wilayah perkotaan sampai daerah pedesaan. Untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan mampu bersaing di tingkat nasional, Kabupaten Bandung Barat memiliki visi, yaitu ”Bersama membangun masyarakat yang cerdas rasional maju agamis dan sehat berbasis pada pengembangan dan pemberdayaan potensi wilayah.”

Wakil Bupati Bandung Barat, Bapak H. Yayat T. Soemitra, mengemukakan bahwa untuk mencapai visi Bandung Barat Cermat dibutuhkan peran serta semua pihak, termasuk pihak eksternal yang memiliki perhatian besar terhadap kemajuan pembangunan di Kabupaten Bandung Barat.

Untuk mewujudkan visi Kabupaten Bandung Barat, Disdikpora selaku leading sector dalam upaya membangun sumber daya manusia melalui pendidikan memfokuskan

upaya pencapaian visi tersebut, melalui visi dari pendidikan di Kabupaten Bandung Barat, yaitu “Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung Barat yang cerdas melalui pendidikan yang berkualitas dan terjangkau.” Berbagai upaya yang dilakukan dalam mewujudkan visi dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga kabupaten, salah satunya adalah menguatkan kerjasama antar lembaga di internal kabupaten seperti halnya mensinergikannya dengan Kemenag dan juga berbagai lembaga terkait pendidikan secara langsung ataupun tidak langsung.

Kepala Disdikpora Kabupaten Bandung Barat, Ibu Hj. Agustina Piryanti, mengungkapkan bahwa langkah yang dilakukan untuk mencapai core visi Disdikpora, melalui berbagai upaya, baik menggali potensi internal, maupun potensi eksternal. Terkait dengan penggalian potensi eksternal ini, di antaranya bekerja sama dengan USAID PRIORITAS untuk melakukan akselerasi kualitas pendidikan. Berbagai treatment dari USAID PRIORITAS dimanfaatkan terus oleh Disdikpora untuk menjadi bagian yang berkontribusi terhadap akselerasi kulitas pendidikan.

Saat ini Kabupaten Bandung Barat memiliki kerjasama yang sangat erat dan konstruktif dengan USAID PRIORITAS. Ada berbagai capaian yang telah dilakukan secara makro pada tingkat kebijakan di kabupaten dalam upaya pemerataan dan penataan guru Pemerataan dan Penataan Guru (PPG) telah melahirkan produk-produk kebijakan seperti:

1) Perbup Kabupaten Bandung Barat No. 38 Tahun 2015 tentang PPG,

2) Perbup Kabupaten Bandung Barat No. 39 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Penggabungan SD Negeri

3) Perbup Kabupaten Bandung Barat No. 20 Tahun 2015 tentang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Kepala Sekolah

Rumusan Kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat

Rumusan kebijakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Bandung Barat didasarkan pada luasnya wilayah dan besarnya sasaran yang harus di sentuh. Pada pendidikan dasar di kabupaten memiliki 704 SD, 196 MI

dan 152 SMP serta 127 MTs. Ada 8.432 guru SD, 1.951 guru MI dan 2645 guru SMP serta 2.040 orang guru MTs. Banyaknya sekolah dan guru yang harus mendapatkan program peningkatan mutu menjadi dasar dari bagaimana kebijakan PKB dilakukan.

Sekretaris Disdikpora Kabupaten Bandung Barat, Bapak H. Imam Santoso, memaparkan bahwa kebijakan yang diterapkan pada Disdikpora memanfaatkan berbagai temuan dan data dari USAID PRIORITAS. Upaya pemanfaatan data ini di antaranya terkait dengan penyebaran guru jenjang pendidikan SD dan SMP. Dengan demikian, penyebaran guru pada kedua jenjang tersebut akan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Kabupaten Bandung Barat dalam PKB di antaranya lihat bagan diatas.

1) Menambah Fasda

Penambahan fasilitator daerah (fasda) didasarkan oleh banyaknya sasaran guru yang harus mendapatkan dampak dari pelatihan dan pendampingan, sedangkan ketersediaan fasda yang telah dibentuk oleh USAID PRIORITAS (15 fasda SD/MI, 15 fasda SMP/MTs

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 55

Para peserta pelatihan untuk pelatih untuk SD/MI sedang bersimulasi praktik IPA.Kabupaten Bandung Barat memperbanyak fasilitator pelatih dan pendamping pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Para fasilitator tersebut terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yang selama ini berhasil menerapkan dan mendukung implementasi pembelajaran aktif di kelas.

Page 68: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

TOTTINGKAT

KABUPATEN

(PENAMBAHANFASDA BARU)

KEBIJAKAN PKB

PEMBENTUKANGUGUS MODEL

DISEMINASIPADA

TINGKATGUGUS

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru56

Bagan berbagai kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat.

dan tujuh fasda buka bacaan berjenjang) dirasakan sangat kurang untuk memberikan pelayanan pada 8.432 guru SD, 1.951 guru MI dan 2645 guru SMP serta 2.040 guru MTs yang tersebar pada 16 kecamatan. Kebijakan penambahan

fasda ini dilakukan mulai tahun 2015-2016, dengan tujuan semakin banyaknya fasilitator daerah semakin banyak peluang untuk mendorong secara masif peningkatan kualitas pendidikan di Bandung Barat.

2) Diseminasi tingkat Gugus

Diseminasi pada tingkat gugus menjadi salah satu kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat, yaitu dengan secara masif mendorong pengurus-pengurus gugus untuk mengadopsi dan melaksanakan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 57

pelatihan dan pendampingan dari program USAID PRIORITAS, di luar gugus mitra USAID PRIORITAS.

3) Pembentukan Gugus Model

Tujuan dari pembentukan gugus model, khususnya pada tingkat SD ditujukan agar, dalam setiap kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki minimal satu gugus yang sudah dapat dijadikan model bagi gugus-gugus di lingkungan kecamatan tersebut. Sehingga terdapat kurang lebih 16 gugus SD model di Kabupaten Bandung Barat.

Implementasi Kebijakan Penambahan Fasda

Implementasi penambahan fasda baru di Kabupaten Bandung Barat bersumber dari dana APBD. Peranan USAID PRIORITAS dalam membantu merealisasikan penam-bahan fasda baru adalah dalam hal bantuan dari tim fasilitatornya serta membantu mengkordinasikan antara Disdikpora dan juga Kemenag.

Penambahan fasda baru difokuskan pada penambahan fasda SD dan SMP. Disdikpora selaku pelaksana dalam penambahan fasda baru di Kabu-paten Bandung Barat mengakomodir juga madrasah yang berada di wilayah Kemenag, artinya bahwa peserta dari TOT pelatihan tingkat

No TANGGAL JUDUL KEGIATAN PESERTA

1 22-23 Oktober 2015 DISEMINASI TOT MINAT BACA SD/MI

175 Guru SD dan MI

2 22-23 oktober 2015 DISEMINASI TOT MINAT BACA SMP/MTs

125 Guru SMP dan MTs

3 25-26 Oktober 2015 DISEMINASI TOT PAKEM SD/MI 250 Guru SD dan MI

4 25-26 Oktober 2015 DISEMINASI TOT CTL SMP/MTs 200 Guru SMP dan MTs

5 9-10 november 2015 DISEMINASI TOT MBS SD/MI 130 Kepala SD dan MI

6 9-10 november 2015 DISEMINASI TOT MBS SMP/MTs 120 Kepala SMP dan MTs

Kegiatan TOT pada Tahun 2015

NNo

TANGGAL JUDUL KEGIATAN PESERTA

1 23-24 Oktober 2016 DISEMINASI TOT MINAT BACA SMP/MTs Lanjutan

205 orang

2 20-22 September 2016 DISEMINASI TOT PAKEM SD/MI Lanjutan

122 orang

3 20-21 Oktober 2016 DISEMINASI TOT CTL SMP/MTs Lanjutan

260 orang

4 22-23 September 2016 DISEMINASI TOT MBS SD/MI Lanjutan

205 orang

5 30-31 Oktober 2016 DISEMINASI TOT MBS SMP/MTs Lanjutan

205 orang

Kegiatan TOT pada Tahun 2016

Page 69: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

TOTTINGKAT

KABUPATEN

(PENAMBAHANFASDA BARU)

KEBIJAKAN PKB

PEMBENTUKANGUGUS MODEL

DISEMINASIPADA

TINGKATGUGUS

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru56

Bagan berbagai kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat.

dan tujuh fasda buka bacaan berjenjang) dirasakan sangat kurang untuk memberikan pelayanan pada 8.432 guru SD, 1.951 guru MI dan 2645 guru SMP serta 2.040 guru MTs yang tersebar pada 16 kecamatan. Kebijakan penambahan

fasda ini dilakukan mulai tahun 2015-2016, dengan tujuan semakin banyaknya fasilitator daerah semakin banyak peluang untuk mendorong secara masif peningkatan kualitas pendidikan di Bandung Barat.

2) Diseminasi tingkat Gugus

Diseminasi pada tingkat gugus menjadi salah satu kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat, yaitu dengan secara masif mendorong pengurus-pengurus gugus untuk mengadopsi dan melaksanakan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 57

pelatihan dan pendampingan dari program USAID PRIORITAS, di luar gugus mitra USAID PRIORITAS.

3) Pembentukan Gugus Model

Tujuan dari pembentukan gugus model, khususnya pada tingkat SD ditujukan agar, dalam setiap kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki minimal satu gugus yang sudah dapat dijadikan model bagi gugus-gugus di lingkungan kecamatan tersebut. Sehingga terdapat kurang lebih 16 gugus SD model di Kabupaten Bandung Barat.

Implementasi Kebijakan Penambahan Fasda

Implementasi penambahan fasda baru di Kabupaten Bandung Barat bersumber dari dana APBD. Peranan USAID PRIORITAS dalam membantu merealisasikan penam-bahan fasda baru adalah dalam hal bantuan dari tim fasilitatornya serta membantu mengkordinasikan antara Disdikpora dan juga Kemenag.

Penambahan fasda baru difokuskan pada penambahan fasda SD dan SMP. Disdikpora selaku pelaksana dalam penambahan fasda baru di Kabu-paten Bandung Barat mengakomodir juga madrasah yang berada di wilayah Kemenag, artinya bahwa peserta dari TOT pelatihan tingkat

No TANGGAL JUDUL KEGIATAN PESERTA

1 22-23 Oktober 2015 DISEMINASI TOT MINAT BACA SD/MI

175 Guru SD dan MI

2 22-23 oktober 2015 DISEMINASI TOT MINAT BACA SMP/MTs

125 Guru SMP dan MTs

3 25-26 Oktober 2015 DISEMINASI TOT PAKEM SD/MI 250 Guru SD dan MI

4 25-26 Oktober 2015 DISEMINASI TOT CTL SMP/MTs 200 Guru SMP dan MTs

5 9-10 november 2015 DISEMINASI TOT MBS SD/MI 130 Kepala SD dan MI

6 9-10 november 2015 DISEMINASI TOT MBS SMP/MTs 120 Kepala SMP dan MTs

Kegiatan TOT pada Tahun 2015

NNo

TANGGAL JUDUL KEGIATAN PESERTA

1 23-24 Oktober 2016 DISEMINASI TOT MINAT BACA SMP/MTs Lanjutan

205 orang

2 20-22 September 2016 DISEMINASI TOT PAKEM SD/MI Lanjutan

122 orang

3 20-21 Oktober 2016 DISEMINASI TOT CTL SMP/MTs Lanjutan

260 orang

4 22-23 September 2016 DISEMINASI TOT MBS SD/MI Lanjutan

205 orang

5 30-31 Oktober 2016 DISEMINASI TOT MBS SMP/MTs Lanjutan

205 orang

Kegiatan TOT pada Tahun 2016

Page 70: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru58

kabupaten tersebut mengikutser-takan dari MI dan MTs.

Pada tahun 2015 kurang lebih ada enam pelatihan yang bentuknya TOT, seperti halnya TOT minat baca. Tujuannya selain membentuk fasda baru di Kabupaten Bandung Barat, juga diarahkan mereka sebagai duta baca di setiap gugusnya.

Pembentukan duta baca tersebut bukan hanya di SD dan MI saja, tetapi pada SMP dan MTs juga. Fasda-fasda tersebut dijadikan fasilitator tersebar pada setiap gugus di Kabupaten Bandung Barat, sehingga gugus di kabupaten dalam melakukan pelatihan dan pendampingan secara mandiri dapat terbantu dengan hadirnya fasda-fasda tambahan.

Dana yang dikeluarkan dalam penambahan fasda ini 100% dari APBD termasuk biaya fasilitator dari USAID PRIORITAS dibiaya oleh APBD. Total biaya yang dikeluarkan dari APBD Kabupaten Bandung Barat sebesar kurang lebih Rp.710.000.000.

Yang sangat menarik adalah peserta TOT bukan hanya dari lingkungan Disdikpora Kabupaten Bandung Barat saja, tetapi madrasah yang ber-ada di lingkungan Kemenag. Artinya bahwa kurang lebih 20-25% peserta pelatihan adalah dari MI dan MTs.

Pada tahun 2016, TOT diseminasi lanjutan, fasda yang dilatih Modul 1 dan 2 pada tahun 2015 - 2016 dilatih kembali Modul 3, sehingga fasda-fasda baru tersebut sepenuhnya mendapatkan paket modul dari USAID PRIORITAS.

Pendekatan yang dilakukan juga sama mengadopsi dari pelatihan yang dilakukan oleh USAID PRIO-RITAS, artinya di samping pemaha-man tentang konsep, menganalisa sampai mempersiapkan pembela-jaran dan praktik mengajar secara langsung. Dana APBD yang diguna-kan khusus untuk TOT sebesar kurang lebih Rp.900.000.000 untuk semua TOT dalam berbagai kegiatan.

Implementasi Kebijakan Diseminasi Tingkat Gugus

Setelah dilaksanakannya TOT tingkat kabupaten, maka langkah selanjutnya dilakukan pelatihan-pelatihan tingkat gugus. Pada tingkat SMP/MTs sudah dilakukan di beberapa gugus, di antaranya gugus Parongpong, gugus Batujajar dan diintegrasikan dengan hibah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang melatih beberapa guru pada MGMP IPA, MGMP IPS, MGMP Matematika, MGMP Bahasa inggris dan MGMP Bahasa Indonesia.

Pada tingkat SD/MI sudah dilakukan di beberapa gugus, diantaranya, gugus Cipatat, gugus Gununghalu, gugus Sindangkerta, gugus Cililin gugus Cipeunduey dan gugus Cihampelas.

Penyebarluasan program USAID PRIORITAS juga dilakukan dengan program diseminasi pada gugus sekolah dengan melibatkan para pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) untuk SD/MI dan KKM serta MGMP untuk SMP/MTs. Kegiatan ini dilakukan dengan melatih 225 perwakilan pengurus KKG /KKM, 125 pengurus MGMP untuk pengembangan program pembelajaran dan budaya baca di sekolah, serta 125 Kepala SD dan 75 Kepala SMP untuk pengembangan program MBS, yang dilaksanakan pada Oktober 2015.

Program ini dilaksanakan agar penyebarluasan program USAID PRIORITAS diteruskan oleh para pengurus gugus dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) di sekolah yang ada di wilayah gugusnya. Diseminasi juga dilakukan terhadap gugus SD/MI yang mengajukan permohonan pelaksanaan pelatihan dengan fasilitator dari USAID PRIORITAS.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 59

GUGUS MODEL

PELATIHAN UNTUK

KEPALA SEKOLAH TENTANG MBS

PELATIHAN TENTANG PAKEM

UNTUK GURU

PELATIHAN PENGAWAS BINA

UNTUK PENDAMPINGAN DANMEMANTAU KEMAJUAN

SEKOLAH-SEKOLAHDI GUGUS MODEL

PELATIHAN B3 (BUKU BACAAN

BERJENJANG)GURU KELAS

AWAL

Bagan treatment yang dilakukan.

Implementasi Pembentukan Gugus Unggulan

Pada tahun 2016, jajaran stakeholder pendidikan Kabupaten Bandung Barat mengembangkan program USAID PRIORITAS ini dengan pembentukan gugus model atau gugus unggulan dengan prioritas 18 gugus sekolah dasar dan enam MI serta MGMP SMP yang dibiayai dana APBD. Pelatihan yang diberikan pada gugus ungggulan ini mencapai 122 SD dan 18 MI.

Berdasarkan bagan di samping bahwa beberapa treatment yang dila-kukan pada gugus-gugus model atau unggulan di Kabupaten Bandung Barat, yaitu dengan melatih semua kepala sekolah di gugus tersebut, melatih guru untuk PAKEM dan buku bacaan berjenjang, serta yang penting juga melatih seluruh peng-awas bina gugus tersebut sehingga berbagai aspek nilai keunggulan dari sekolah yang berada pada gugus tersebut dapat cepat meningkat.

Gugus ini dilatih secara utuh untuk perwakilan guru dari tiap sekolah yang mendapatkan pelatihan pembelajaran dan kepala sekolahnya mendapatkan pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga pengawasnya mendapatkan pelatihan untuk pendampingan sekolah dalam pembelajaran, budaya baca, dan MBS.

Page 71: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru58

kabupaten tersebut mengikutser-takan dari MI dan MTs.

Pada tahun 2015 kurang lebih ada enam pelatihan yang bentuknya TOT, seperti halnya TOT minat baca. Tujuannya selain membentuk fasda baru di Kabupaten Bandung Barat, juga diarahkan mereka sebagai duta baca di setiap gugusnya.

Pembentukan duta baca tersebut bukan hanya di SD dan MI saja, tetapi pada SMP dan MTs juga. Fasda-fasda tersebut dijadikan fasilitator tersebar pada setiap gugus di Kabupaten Bandung Barat, sehingga gugus di kabupaten dalam melakukan pelatihan dan pendampingan secara mandiri dapat terbantu dengan hadirnya fasda-fasda tambahan.

Dana yang dikeluarkan dalam penambahan fasda ini 100% dari APBD termasuk biaya fasilitator dari USAID PRIORITAS dibiaya oleh APBD. Total biaya yang dikeluarkan dari APBD Kabupaten Bandung Barat sebesar kurang lebih Rp.710.000.000.

Yang sangat menarik adalah peserta TOT bukan hanya dari lingkungan Disdikpora Kabupaten Bandung Barat saja, tetapi madrasah yang ber-ada di lingkungan Kemenag. Artinya bahwa kurang lebih 20-25% peserta pelatihan adalah dari MI dan MTs.

Pada tahun 2016, TOT diseminasi lanjutan, fasda yang dilatih Modul 1 dan 2 pada tahun 2015 - 2016 dilatih kembali Modul 3, sehingga fasda-fasda baru tersebut sepenuhnya mendapatkan paket modul dari USAID PRIORITAS.

Pendekatan yang dilakukan juga sama mengadopsi dari pelatihan yang dilakukan oleh USAID PRIO-RITAS, artinya di samping pemaha-man tentang konsep, menganalisa sampai mempersiapkan pembela-jaran dan praktik mengajar secara langsung. Dana APBD yang diguna-kan khusus untuk TOT sebesar kurang lebih Rp.900.000.000 untuk semua TOT dalam berbagai kegiatan.

Implementasi Kebijakan Diseminasi Tingkat Gugus

Setelah dilaksanakannya TOT tingkat kabupaten, maka langkah selanjutnya dilakukan pelatihan-pelatihan tingkat gugus. Pada tingkat SMP/MTs sudah dilakukan di beberapa gugus, di antaranya gugus Parongpong, gugus Batujajar dan diintegrasikan dengan hibah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang melatih beberapa guru pada MGMP IPA, MGMP IPS, MGMP Matematika, MGMP Bahasa inggris dan MGMP Bahasa Indonesia.

Pada tingkat SD/MI sudah dilakukan di beberapa gugus, diantaranya, gugus Cipatat, gugus Gununghalu, gugus Sindangkerta, gugus Cililin gugus Cipeunduey dan gugus Cihampelas.

Penyebarluasan program USAID PRIORITAS juga dilakukan dengan program diseminasi pada gugus sekolah dengan melibatkan para pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) untuk SD/MI dan KKM serta MGMP untuk SMP/MTs. Kegiatan ini dilakukan dengan melatih 225 perwakilan pengurus KKG /KKM, 125 pengurus MGMP untuk pengembangan program pembelajaran dan budaya baca di sekolah, serta 125 Kepala SD dan 75 Kepala SMP untuk pengembangan program MBS, yang dilaksanakan pada Oktober 2015.

Program ini dilaksanakan agar penyebarluasan program USAID PRIORITAS diteruskan oleh para pengurus gugus dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) di sekolah yang ada di wilayah gugusnya. Diseminasi juga dilakukan terhadap gugus SD/MI yang mengajukan permohonan pelaksanaan pelatihan dengan fasilitator dari USAID PRIORITAS.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 59

GUGUS MODEL

PELATIHAN UNTUK

KEPALA SEKOLAH TENTANG MBS

PELATIHAN TENTANG PAKEM

UNTUK GURU

PELATIHAN PENGAWAS BINA

UNTUK PENDAMPINGAN DANMEMANTAU KEMAJUAN

SEKOLAH-SEKOLAHDI GUGUS MODEL

PELATIHAN B3 (BUKU BACAAN

BERJENJANG)GURU KELAS

AWAL

Bagan treatment yang dilakukan.

Implementasi Pembentukan Gugus Unggulan

Pada tahun 2016, jajaran stakeholder pendidikan Kabupaten Bandung Barat mengembangkan program USAID PRIORITAS ini dengan pembentukan gugus model atau gugus unggulan dengan prioritas 18 gugus sekolah dasar dan enam MI serta MGMP SMP yang dibiayai dana APBD. Pelatihan yang diberikan pada gugus ungggulan ini mencapai 122 SD dan 18 MI.

Berdasarkan bagan di samping bahwa beberapa treatment yang dila-kukan pada gugus-gugus model atau unggulan di Kabupaten Bandung Barat, yaitu dengan melatih semua kepala sekolah di gugus tersebut, melatih guru untuk PAKEM dan buku bacaan berjenjang, serta yang penting juga melatih seluruh peng-awas bina gugus tersebut sehingga berbagai aspek nilai keunggulan dari sekolah yang berada pada gugus tersebut dapat cepat meningkat.

Gugus ini dilatih secara utuh untuk perwakilan guru dari tiap sekolah yang mendapatkan pelatihan pembelajaran dan kepala sekolahnya mendapatkan pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga pengawasnya mendapatkan pelatihan untuk pendampingan sekolah dalam pembelajaran, budaya baca, dan MBS.

Page 72: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru60

Pembentukan gugus unggulan ini diharapkan di setiap kecamatan memiliki barometer sekolah yang utuh dalam satu gugus sebagai model pelaksanaan praktik yang baik dalam pembelajaran, MBS, dan monitoring dan evaluasi oleh pengawas bina. Sehingga pada setiap kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki minimal satu gugus model yang akan bertugas menyebarluaskan kembali kepada gugus-gugus lainnya.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bandung Barat Jl. Padalarang - Cisarua km 2

Ds.Mekarsari Kec.Ngamprah Komplek Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat

Kontak Person:Drs Juhro MPd

(Kabid SD)

Drs Dadang Sapardan MPd (Kabid SMP)

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 61

Kendala dan Solusi dalam Implementasi Kebijakan

Penyebarluasan praktik yang baik dalam pembelajaran dan MBS ini tidak bisa dilaksanakan secara sekaligus dan serempak untuk seluruh wilayah Kabupaten Bandung Barat, karena keterbatasan anggaran dan kesempatan. Sebagai solusinya, kabupaten melaksanakan penyebarluasan program ini secara bertahap dalam setiap tahun dan

diharapkan pada tahun 2017 semua SD/MI dan SMP/MTS dapat melaksanakan praktik yang baik dalam pembelajaran, MBS dan budaya baca ini.

Dampak Kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat

Dampak dari Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang dilaksanakan di kabupaten ini, dari

Wakil Bupati Bandung Barat, Bapak Yayat Soemitra, (berbaju biru) meninjau dampak dari salah satu sekolah gugus model program budaya baca di SD Kartika parongpong.

Setelah menerima materi pelatihan, dihari terakhir para peserta mempraktikkan hasil pelatihan di kelas. Tampak salah seorang calon fasilitatorsedang praktik mengajar dengan memfasilitasi kegiatan percobaan IPA untuk siswa kelas V SD.

disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

Di Kabupaten Bandung Barat ber-munculan sekolah unggulan dalam pembelajaran. Beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS berhasil meraih prestasi di tingkat provinsi dan nasional dalam lomba budaya mutu SD. Setelah SDN 2 Rajamandala kulon menjadi juara

ketiga tingkat nasional pada kategori whole school tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 dilanjutkan oleh sekolah-sekolah yang berada pada gugus model, seperti SD Karangmulya dan SD Kartika yang meraih juara budaya mutu tingkat Provinsi Jawa Barat dan masuk ke tingkat nasional.

tahun 2015 sampai sekarang banyak kemajuan yang dilaksanakan para guru di sekolah berupa praktik yang baik dalam pembelajaran dan MBS yang terus mengalami peningkatan dan juga budaya baca. Peningkatan ini berupa peningkatan mutu pem-belajaran berupa praktik yang baik dalam pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dengan penyediaan berbagai kegiatan pembelajaran yang

Page 73: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru60

Pembentukan gugus unggulan ini diharapkan di setiap kecamatan memiliki barometer sekolah yang utuh dalam satu gugus sebagai model pelaksanaan praktik yang baik dalam pembelajaran, MBS, dan monitoring dan evaluasi oleh pengawas bina. Sehingga pada setiap kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki minimal satu gugus model yang akan bertugas menyebarluaskan kembali kepada gugus-gugus lainnya.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Bandung Barat Jl. Padalarang - Cisarua km 2

Ds.Mekarsari Kec.Ngamprah Komplek Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat

Kontak Person:Drs Juhro MPd

(Kabid SD)

Drs Dadang Sapardan MPd (Kabid SMP)

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 61

Kendala dan Solusi dalam Implementasi Kebijakan

Penyebarluasan praktik yang baik dalam pembelajaran dan MBS ini tidak bisa dilaksanakan secara sekaligus dan serempak untuk seluruh wilayah Kabupaten Bandung Barat, karena keterbatasan anggaran dan kesempatan. Sebagai solusinya, kabupaten melaksanakan penyebarluasan program ini secara bertahap dalam setiap tahun dan

diharapkan pada tahun 2017 semua SD/MI dan SMP/MTS dapat melaksanakan praktik yang baik dalam pembelajaran, MBS dan budaya baca ini.

Dampak Kebijakan PKB di Kabupaten Bandung Barat

Dampak dari Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang dilaksanakan di kabupaten ini, dari

Wakil Bupati Bandung Barat, Bapak Yayat Soemitra, (berbaju biru) meninjau dampak dari salah satu sekolah gugus model program budaya baca di SD Kartika parongpong.

Setelah menerima materi pelatihan, dihari terakhir para peserta mempraktikkan hasil pelatihan di kelas. Tampak salah seorang calon fasilitatorsedang praktik mengajar dengan memfasilitasi kegiatan percobaan IPA untuk siswa kelas V SD.

disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

Di Kabupaten Bandung Barat ber-munculan sekolah unggulan dalam pembelajaran. Beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS berhasil meraih prestasi di tingkat provinsi dan nasional dalam lomba budaya mutu SD. Setelah SDN 2 Rajamandala kulon menjadi juara

ketiga tingkat nasional pada kategori whole school tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 dilanjutkan oleh sekolah-sekolah yang berada pada gugus model, seperti SD Karangmulya dan SD Kartika yang meraih juara budaya mutu tingkat Provinsi Jawa Barat dan masuk ke tingkat nasional.

tahun 2015 sampai sekarang banyak kemajuan yang dilaksanakan para guru di sekolah berupa praktik yang baik dalam pembelajaran dan MBS yang terus mengalami peningkatan dan juga budaya baca. Peningkatan ini berupa peningkatan mutu pem-belajaran berupa praktik yang baik dalam pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dengan penyediaan berbagai kegiatan pembelajaran yang

Page 74: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

profesional di bawah rata-rata tersebar di 18 kecamatan Kabupaten Purbalingga.

Geografis Purbalingga yang terdiri dari lembah dan pegunungan dengan medan yang terjal menyulitkan untuk melakukan pemusatan pada satu daerah untuk pelatihan. Berkaitan dengan itu, Dinas Pendidikan melakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dengan fokus pada tiap gugus.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru pada setiap gugus juga didasari bahwa dengan pendekatan gugus akan mampu menjangkau semua guru mendapat-kan pelayanan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang murah dan berkualitas baik itu melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

KKG/MGMP merupakan wadah di lingkungan yang paling dekat dengan guru untuk berbagi pengalaman keberhasilan atau menyelesaikan

Wajibkan Guru Ikuti

Pelatihan Sekali dalam Setahun

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru62

Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional yang rendah pula.

Hasil UKG kemudian ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dengan melakukan pemetaan jumlah persebaran guru di setiap kecamatan yang memiliki nilai rendah. Hasil pemetaan menyebutkan bahwa persebaran guru di sekolah yang memiliki nilai kompetensi pedagogik dan

Data dan Kebijakan

Hasil analisis Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 1.575 guru yang di uji, sejumlah 1.243 orang guru kelas (70,27%) masih memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional rendah. Pada mapel Bahasa Indonesia jenjang SMP, hal tersebut terulang kembali. Yaitu, 61,06% dari jumlah guru yang di uji

Mts Maarif NU Panican, Purbalingga, menentukan gradien dengan bambu, kardus, kelereng. Dampak para guru diwajibkan mengikuti pelatihan, pembelajaran aktif menjadi lebih sering diterapkan di sekolah dan madrasah.

masalah yang ditemui dalam pem-belajaran. Para guru bisa saling bela-jar dari pengalaman sesama guru.

Dengan jumlah guru 3.238 orang guru, rata-rata dalam setiap tahun dinas pendidikan hanya mampu melatih 400-600 orang guru dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bila dihitung, seorang guru di Purbalingga baru bisa mengikuti satu kali pelatihan setelah menunggu lima tahun.

Kondisi ini tidak sesuai dengan semangat Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang menuntut guru untuk mengumpulkan angka kredit termasuk di dalamnya komponen pengembangan diri melalui kegiatan pelatihan. Apabila guru tidak pernah mengikuti kegiatan pengembangan diri maka akan terhambat kenaikkan pangkatnya.

Mangantisipasi hal tersebut, Dinas Pendidikan dengan persetujuan dari Bupati mendorong seorang guru di Purbalingga sekurang-kurangnya melakukan pelatihan sekali dalam satu tahun. Dinas Pendidikan juga telah menghitung harga satuan pelatihan dan memberikan tiga pola, yaitu pola A, B, dan C. Pola

pelatihan diberikan dengan melibatkan USAID PRIORITAS.

Pola pertama yaitu Pola A. Pola A yang dimaksud adalah guru dan kepala sekolah mitra USAID PRIORITAS akan dilatih materi oleh USAID PRIORITAS dan semua pembiayaan ditanggung oleh USAID PRIORITAS. Pola ini dilakukan dan telah sesuai dengan target selesai pada bulan Oktober 2015.

Pola B dilaksanakan melibatkan USAID PRIORITAS, sekolah, dan dinas pendidikan. Kegiatan diseleng-garakan oleh Dinas Pendidikan. Materi yang dilatihkan berupa Modul 1 dan 2. Pembiayaan ditang-gung bersama antara Dinas Pendi-dikan, USAID PRIORITAS dan seko-lah. Sasaran dari pola ini adalah SD dan SMP.

Pola yang ketiga yaitu pola C. Penyelenggara kegiatan dari MKKS SMP untuk SMP dan K3 UPT Dinas Pendidikan Kecamatan untuk SD. Peserta pelatihan dari unsur guru, kepala sekolah, dan komite sekolah selain peserta pola kerja sama (A) dan (B). Materi yang dilatihkan yaitu Modul 1 dan 2 (4 hari)

Pembiayaan ditanggung bersama sekolah dan USAID PRIORITAS. Dalam pola ini penyelenggara dibebaskan untuk mengatur

berbagai hal yang dibutuhkan dalam pelatihan. Namun, menggunakan fasilitator dari USAID PRIORITAS.

Dukungan Implementasi

Untuk mendukung implementasi pola pelatihan yang telah dilakukan, Dinas Pendidikan melakukan serang-kaian langkah di antaranya menyusun peraturan bupati (Perbup) tentang PKB. Hasil dari penyusunan Perbup tersebut, Bupati mengeluarkan Peraturan Bupati nomor 2 tahun 2016, tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Dalam ayat (5) pasal 10 bab IV Perbup PKB disebutkan bahwa guru diwajibkan untuk mengelola dana tunjangan profesi untuk PKB. Sekolah atau satuan pendidikan juga diwajibkan untuk melakukan peren-canaan kebutuhan pembinaan dan PKB pendidik dan tenaga kepen-didikan berdasarkan evaluasi diri guru dan penilaian kinerja guru (ayat 1 pasal 21). Selain itu, satuan pendidikan diperbolehkan untuk menggunakan sumber dana lain yang sah sesuai perundang-undangan.

Dinas pendidikan juga telah mem-buat Peraturan Kepala Dinas Pendi-dikan Kabupaten Purbalingga tentang

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 63

Page 75: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

profesional di bawah rata-rata tersebar di 18 kecamatan Kabupaten Purbalingga.

Geografis Purbalingga yang terdiri dari lembah dan pegunungan dengan medan yang terjal menyulitkan untuk melakukan pemusatan pada satu daerah untuk pelatihan. Berkaitan dengan itu, Dinas Pendidikan melakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dengan fokus pada tiap gugus.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru pada setiap gugus juga didasari bahwa dengan pendekatan gugus akan mampu menjangkau semua guru mendapat-kan pelayanan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang murah dan berkualitas baik itu melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

KKG/MGMP merupakan wadah di lingkungan yang paling dekat dengan guru untuk berbagi pengalaman keberhasilan atau menyelesaikan

Wajibkan Guru Ikuti

Pelatihan Sekali dalam Setahun

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru62

Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional yang rendah pula.

Hasil UKG kemudian ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dengan melakukan pemetaan jumlah persebaran guru di setiap kecamatan yang memiliki nilai rendah. Hasil pemetaan menyebutkan bahwa persebaran guru di sekolah yang memiliki nilai kompetensi pedagogik dan

Data dan Kebijakan

Hasil analisis Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 1.575 guru yang di uji, sejumlah 1.243 orang guru kelas (70,27%) masih memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional rendah. Pada mapel Bahasa Indonesia jenjang SMP, hal tersebut terulang kembali. Yaitu, 61,06% dari jumlah guru yang di uji

Mts Maarif NU Panican, Purbalingga, menentukan gradien dengan bambu, kardus, kelereng. Dampak para guru diwajibkan mengikuti pelatihan, pembelajaran aktif menjadi lebih sering diterapkan di sekolah dan madrasah.

masalah yang ditemui dalam pem-belajaran. Para guru bisa saling bela-jar dari pengalaman sesama guru.

Dengan jumlah guru 3.238 orang guru, rata-rata dalam setiap tahun dinas pendidikan hanya mampu melatih 400-600 orang guru dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bila dihitung, seorang guru di Purbalingga baru bisa mengikuti satu kali pelatihan setelah menunggu lima tahun.

Kondisi ini tidak sesuai dengan semangat Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang menuntut guru untuk mengumpulkan angka kredit termasuk di dalamnya komponen pengembangan diri melalui kegiatan pelatihan. Apabila guru tidak pernah mengikuti kegiatan pengembangan diri maka akan terhambat kenaikkan pangkatnya.

Mangantisipasi hal tersebut, Dinas Pendidikan dengan persetujuan dari Bupati mendorong seorang guru di Purbalingga sekurang-kurangnya melakukan pelatihan sekali dalam satu tahun. Dinas Pendidikan juga telah menghitung harga satuan pelatihan dan memberikan tiga pola, yaitu pola A, B, dan C. Pola

pelatihan diberikan dengan melibatkan USAID PRIORITAS.

Pola pertama yaitu Pola A. Pola A yang dimaksud adalah guru dan kepala sekolah mitra USAID PRIORITAS akan dilatih materi oleh USAID PRIORITAS dan semua pembiayaan ditanggung oleh USAID PRIORITAS. Pola ini dilakukan dan telah sesuai dengan target selesai pada bulan Oktober 2015.

Pola B dilaksanakan melibatkan USAID PRIORITAS, sekolah, dan dinas pendidikan. Kegiatan diseleng-garakan oleh Dinas Pendidikan. Materi yang dilatihkan berupa Modul 1 dan 2. Pembiayaan ditang-gung bersama antara Dinas Pendi-dikan, USAID PRIORITAS dan seko-lah. Sasaran dari pola ini adalah SD dan SMP.

Pola yang ketiga yaitu pola C. Penyelenggara kegiatan dari MKKS SMP untuk SMP dan K3 UPT Dinas Pendidikan Kecamatan untuk SD. Peserta pelatihan dari unsur guru, kepala sekolah, dan komite sekolah selain peserta pola kerja sama (A) dan (B). Materi yang dilatihkan yaitu Modul 1 dan 2 (4 hari)

Pembiayaan ditanggung bersama sekolah dan USAID PRIORITAS. Dalam pola ini penyelenggara dibebaskan untuk mengatur

berbagai hal yang dibutuhkan dalam pelatihan. Namun, menggunakan fasilitator dari USAID PRIORITAS.

Dukungan Implementasi

Untuk mendukung implementasi pola pelatihan yang telah dilakukan, Dinas Pendidikan melakukan serang-kaian langkah di antaranya menyusun peraturan bupati (Perbup) tentang PKB. Hasil dari penyusunan Perbup tersebut, Bupati mengeluarkan Peraturan Bupati nomor 2 tahun 2016, tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Dalam ayat (5) pasal 10 bab IV Perbup PKB disebutkan bahwa guru diwajibkan untuk mengelola dana tunjangan profesi untuk PKB. Sekolah atau satuan pendidikan juga diwajibkan untuk melakukan peren-canaan kebutuhan pembinaan dan PKB pendidik dan tenaga kepen-didikan berdasarkan evaluasi diri guru dan penilaian kinerja guru (ayat 1 pasal 21). Selain itu, satuan pendidikan diperbolehkan untuk menggunakan sumber dana lain yang sah sesuai perundang-undangan.

Dinas pendidikan juga telah mem-buat Peraturan Kepala Dinas Pendi-dikan Kabupaten Purbalingga tentang

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 63

Page 76: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah di Kabupaten Purbalingga. POS ini memfasilitasi penyelengga-raan kegiatan ilmiah dan mengatur regulasinya. POS ini sangat berkaitan erat dengan penyelenggaran pela-tihan dan pengembangan diri guru.

Dukungan lain berupa pendanaan dari APBD sebesar Rp.140 juta pada tahun 2015 dan Rp.140 juta pada tahun 2016. Anggaran ini diwujudkan dalam pelatihan dengan mengguna-kan pola B. Sasaran dari dana ini adalah 25 SMP dan 60 SD setiap tahun.

Ketersediaan fasilitator daerah berjumlah 33 orang yang terdiri dari fasilitator Pembelajaran SD 13 orang, SMP 10 orang, fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah SD 5 orang dan SMP 5 orang yang memiliki komit-men dan kemampuan dalam pengembangan ini juga sangat menentukan keberhasilan implemen-tasi guru pembelajar ini. Sejumlah 33 fasilitator yang telah terlatih melayani 18 kecamatan secara bergiliran dan terus menerus.

Sekolah-sekolah tempat tugas fasili-tator juga menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya nilai hasil ujian nasional siswa dan hasil UKG guru-guru di sekolah mereka.

Perubahan yang mereka lakukan memberikan dukungan moril dan kepercayaan bagi seluruh sekolah di Purbalingga untuk ikut diseminasi.

Sosialisasi dan monitoring yang intensif dari Kepala Dinas Pendidi-kan, yang selalu mendorong dan hadir dalam diseminasi juga, menguatkan implementasi program. Kepala Dinas juga membuat surat kepada UPT Dinas Pendidikan di kecamatan untuk terus mendorong secara intensif diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB.

“PKB merupakan unsur yang sangat penting dalam pengembangan profesi guru. Dengan pelatihan dari USAID PRIORITAS dan lembaga lain, akan membuat kita selalu berinovasi dan kreatif. Program ini harus dilaksanakan dan didorong di setiap gugus di kecamatan. Seorang guru minimal harus mengikuti pelatihan pengembangan diri sekali dalam setahun,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga, Bapak Tri Gunawan Setiadi SH MHum.

Pada tahun 2016, penyelenggara pelatihan juga memberikan transport sebesar Rp. 25.000 kepada peserta pelatihan diseminasi. Hal ini mendorong gugus mengaju-kan diri untuk masuk dalam pola pelatihan.

Dinas Pendidikan juga mengeluarkan Surat Edaran Kepala Dinas Pendi-dikan pada Oktober 2015 yang ditujukan seluruh kepala SMP dan kepala UPT di 18 kecamatan. Isi dari surat edaran tersebut agar mela-kukan diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB dan menggunakan pola (A), (B), atau (C).

Kendala dan Solusi Implementasi Program

Impelementasi program guru pembelajar di Kabupaten Purbalingga juga mengalami beberapa kendala di antaranya:

1. Terbatasnya jumlah fasilitator yang memandu pelatihan. Jumlah fasilitator ini menjadi kendala karena pelaksanaan kegiatan yang

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru64

relatif bersamaan. Jumlah ini berpengaruh pada kecepatan penuntasan diseminasi di seluruh kecamatan.

2. Pola C dengan menggunakan fasilitator USAID PRIORITAS dan biaya keperluan pelatihan ditanggung oleh penyelanggara terkadang mengalami keterbatasan dana dari masing-masing sekolah ataupun guru.

3. Ada dua UPT yang belum mendukung program sehingga pelaksanaan di dua kecamatan menjadi kurang maksimal. Alasan lebih detil terkait dengan politis.

Untuk mengatasi terbatasnya jumlah fasilitator, Dinas Pendidikan melakukan pemetaan jumlah fasilitator, lalu mengatur jadwal

diseminasi secara terperinci. Dinas juga mengatur dengan memanfaatkan waktu yang tidak efektif dalam program selama satu semester untuk terus melakukan pelatihan dan pengembangan.

Keterbatasan dana menggunakan pola C yang dikelola oleh satuan pendidikan juga dapat diselesaikan dengan menekan kebutuhan pelatihan. Dari penghitungan standar biaya pelatihan yang dihitung oleh dinas dengan biaya Rp. 692,215 dalam empat hari pelatihan, sekolah bisa menekan biaya sampai 50%. Hal tersebut dilakukan dengan mengu-rangi beberapa menu konsumsi, ATK, transportasi peserta, dan tempat pelatihan di sekolah sehingga tidak perlu sewa serta menggunakan

milik sekolah secara bergantian. Hal tersebut ternyata efektif untuk menekan biaya pelatihan.

Dinas dan tim juga terus melakukan pendekatan dan kedinasan kepada pihak-pihak yang masih enggan mela-kukan diseminasi. Hal tersebut dila-kukan dengan menunjukkan keber-hasilan yang dicapai oleh pihak-pihak yang telah dilatih.

Dampak Implementasi Kebijakan

Setelah dilakukan pelatihan dan upaya terus menerus yang digerakkan oleh Dinas Pendidikan, pada tahun 2015 pelatihan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS telah dilatihkan kepada 90% sekolah di Purbalingga jenjang SD dan SMP. Jumlah tepatnya, yaitu 4.947 orang. Pada tahun 2016, Dinas Pendidikan menargetkan Modul 3 USAID PRIORITAS juga tuntas dilatihkan.

Berkat komitmen yang kuat dari semua pihak, kualitas guru di Purbalingga meningkat dengan cukup menggembirakan. Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2015 secara nasional, Jawa Tengah menempati urutan terbaik kedua setelah Yogyakarta dengan skor 59 di mana skor standar kompetensi minimum 55. Nilai

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 65

Para guru sedang melakukan kunjung karya pada sebuah pelatihan untuk guru yang dilaksanakan di tingkat KKG.

Page 77: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah di Kabupaten Purbalingga. POS ini memfasilitasi penyelengga-raan kegiatan ilmiah dan mengatur regulasinya. POS ini sangat berkaitan erat dengan penyelenggaran pela-tihan dan pengembangan diri guru.

Dukungan lain berupa pendanaan dari APBD sebesar Rp.140 juta pada tahun 2015 dan Rp.140 juta pada tahun 2016. Anggaran ini diwujudkan dalam pelatihan dengan mengguna-kan pola B. Sasaran dari dana ini adalah 25 SMP dan 60 SD setiap tahun.

Ketersediaan fasilitator daerah berjumlah 33 orang yang terdiri dari fasilitator Pembelajaran SD 13 orang, SMP 10 orang, fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah SD 5 orang dan SMP 5 orang yang memiliki komit-men dan kemampuan dalam pengembangan ini juga sangat menentukan keberhasilan implemen-tasi guru pembelajar ini. Sejumlah 33 fasilitator yang telah terlatih melayani 18 kecamatan secara bergiliran dan terus menerus.

Sekolah-sekolah tempat tugas fasili-tator juga menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya nilai hasil ujian nasional siswa dan hasil UKG guru-guru di sekolah mereka.

Perubahan yang mereka lakukan memberikan dukungan moril dan kepercayaan bagi seluruh sekolah di Purbalingga untuk ikut diseminasi.

Sosialisasi dan monitoring yang intensif dari Kepala Dinas Pendidi-kan, yang selalu mendorong dan hadir dalam diseminasi juga, menguatkan implementasi program. Kepala Dinas juga membuat surat kepada UPT Dinas Pendidikan di kecamatan untuk terus mendorong secara intensif diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB.

“PKB merupakan unsur yang sangat penting dalam pengembangan profesi guru. Dengan pelatihan dari USAID PRIORITAS dan lembaga lain, akan membuat kita selalu berinovasi dan kreatif. Program ini harus dilaksanakan dan didorong di setiap gugus di kecamatan. Seorang guru minimal harus mengikuti pelatihan pengembangan diri sekali dalam setahun,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga, Bapak Tri Gunawan Setiadi SH MHum.

Pada tahun 2016, penyelenggara pelatihan juga memberikan transport sebesar Rp. 25.000 kepada peserta pelatihan diseminasi. Hal ini mendorong gugus mengaju-kan diri untuk masuk dalam pola pelatihan.

Dinas Pendidikan juga mengeluarkan Surat Edaran Kepala Dinas Pendi-dikan pada Oktober 2015 yang ditujukan seluruh kepala SMP dan kepala UPT di 18 kecamatan. Isi dari surat edaran tersebut agar mela-kukan diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB dan menggunakan pola (A), (B), atau (C).

Kendala dan Solusi Implementasi Program

Impelementasi program guru pembelajar di Kabupaten Purbalingga juga mengalami beberapa kendala di antaranya:

1. Terbatasnya jumlah fasilitator yang memandu pelatihan. Jumlah fasilitator ini menjadi kendala karena pelaksanaan kegiatan yang

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru64

relatif bersamaan. Jumlah ini berpengaruh pada kecepatan penuntasan diseminasi di seluruh kecamatan.

2. Pola C dengan menggunakan fasilitator USAID PRIORITAS dan biaya keperluan pelatihan ditanggung oleh penyelanggara terkadang mengalami keterbatasan dana dari masing-masing sekolah ataupun guru.

3. Ada dua UPT yang belum mendukung program sehingga pelaksanaan di dua kecamatan menjadi kurang maksimal. Alasan lebih detil terkait dengan politis.

Untuk mengatasi terbatasnya jumlah fasilitator, Dinas Pendidikan melakukan pemetaan jumlah fasilitator, lalu mengatur jadwal

diseminasi secara terperinci. Dinas juga mengatur dengan memanfaatkan waktu yang tidak efektif dalam program selama satu semester untuk terus melakukan pelatihan dan pengembangan.

Keterbatasan dana menggunakan pola C yang dikelola oleh satuan pendidikan juga dapat diselesaikan dengan menekan kebutuhan pelatihan. Dari penghitungan standar biaya pelatihan yang dihitung oleh dinas dengan biaya Rp. 692,215 dalam empat hari pelatihan, sekolah bisa menekan biaya sampai 50%. Hal tersebut dilakukan dengan mengu-rangi beberapa menu konsumsi, ATK, transportasi peserta, dan tempat pelatihan di sekolah sehingga tidak perlu sewa serta menggunakan

milik sekolah secara bergantian. Hal tersebut ternyata efektif untuk menekan biaya pelatihan.

Dinas dan tim juga terus melakukan pendekatan dan kedinasan kepada pihak-pihak yang masih enggan mela-kukan diseminasi. Hal tersebut dila-kukan dengan menunjukkan keber-hasilan yang dicapai oleh pihak-pihak yang telah dilatih.

Dampak Implementasi Kebijakan

Setelah dilakukan pelatihan dan upaya terus menerus yang digerakkan oleh Dinas Pendidikan, pada tahun 2015 pelatihan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS telah dilatihkan kepada 90% sekolah di Purbalingga jenjang SD dan SMP. Jumlah tepatnya, yaitu 4.947 orang. Pada tahun 2016, Dinas Pendidikan menargetkan Modul 3 USAID PRIORITAS juga tuntas dilatihkan.

Berkat komitmen yang kuat dari semua pihak, kualitas guru di Purbalingga meningkat dengan cukup menggembirakan. Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2015 secara nasional, Jawa Tengah menempati urutan terbaik kedua setelah Yogyakarta dengan skor 59 di mana skor standar kompetensi minimum 55. Nilai

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 65

Para guru sedang melakukan kunjung karya pada sebuah pelatihan untuk guru yang dilaksanakan di tingkat KKG.

Page 78: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

rerata skor UKG Purbalingga mencapai 61, sehingga melampaui skor standar kompetensi minimal.

Kepala Bidang Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Bapak Drs Ashari, MPd, mengatakan bahwa rerata nilai UKG untuk guru taman kanak-kanak sebesar 60, untuk SD sebesar 59, SMP sebesar 65, SMA sebesar 67, SMK sebesar 60, dan SLB sebesar 56.

“Hasil yang menggembirakan adalah nilai UKG SMP Purbalingga menempati peringkat pertama se-Jawa Tengah,” ungkap Bapak Ashari dengan tegas menyetujui semangat Kepala Dinas yang selalu mengawal diseminasi praktik yang baik.

Berkat dukungan dari Dinas Pendidikan dan juga pembuktian prestasi sekolah-sekolah mitra dampingan. Sekolah di Purbalingga semakin berani menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS di kelas enam. Fenomena di SD/MI, guru kelas enam takut menggunakan metode karena terkait dengan Ujian Nasional. Mereka belum terlalu percaya diri melakukannya.

Fenomena tersebut segera berubah setelah melihat dan mendengar keberanian seorang guru kelas enam dari MI NU 2 Tangkisan yang

menerapkan pembelajaran dengan model USAID PRIORITAS di kelasnya. Keberanian itu ternyata berdampak signifikan pada nilai ujian nasionalnya. Akhirnya madrasah yang awalnya biasa-biasa saja di tingkat bawah menjadi sekolah yang perolehan Nilai Ujian Nasionalnya terbaik se-kecamatan pada level madrasah dan terbaik ketiga tingkat SD/MI di kabupaten.

Guru kelas VI tersebut juga sukses menjadi guru berprestasi tingkat nasional pada kompetisi guru berprestasi Kementerian Agama pada September 2016.

Secara umum, nilai Ujian Nasional (UN) di Purbalingga juga mengalami peningkatan khususnya pada jenjang SMP/MTs. Untuk jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran 2014/2015 rata-rata 4 Mapel UN 55,93 menjadi 57,85 pada tahun 2015/2016. Data tersebut menunjukkan ada pening-katan sebesar 1,92 poin. Nilai UN ini juga menunjukkan betapa guru-guru telah mampu menerapkan perubahan dalam pembelajaran yang lebih baik.

Bapak Rahmad Ainul Yakin SPd, Guru kelas lima di SDN Kemangkon mengaku bahwa selama setahun ini dia telah mengikuti dua kali pelatihan. Yang pertama adalah Modul 1 dan 2, dan yang terakhir,

pada bulan Juni 2016 lalu, adalah pelatihan Modul 3. Dia merasa banyak terbantu. Ilmu yang dia peroleh ternyata sangat bermanfaat dalam PLPG yang dia ikuti pada September 2016.

“Saya dan teman-teman merasa tidak kaget lagi dengan materi-materi PLPG. Karena materi sebagian besar sudah kami terima dari pelatihan. Selain itu, kami telah membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan berbagai kuriku-lum. Tinggal menyesuaikan dengan format di PLPG. Puji Tuhan saya lulus,” ungkapnya dengan syukur.

Pendekatan gugus ternyata juga menguatkan peran KKG dan MGMP yang selama ini kurang aktif. Setelah mendapatkan perhatian dari Dinas, baik melalui UPT Dinas Pendidikan di kecamatan, maupun sering didatangi oleh Kepala Dinas Pendidikan, maupun Kepala Bidang, dalam pelatihan, menyebabkan KKG dan MGMP menjadi hidup kembali.

“Awalnya beberapa KKG di kecamatan kurang hidup. Program-nya juga tidak jelas. Namun dengan sering didatangi pejabat serta mendapatkan pola pelatihan dan penguatan dalam pelatihan salah satunya dengan model lesson study USAID PRIORITAS, akhirnya kami jadi tahu bagaimana yang seharusnya

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru66

kami lakukan dalam KKG. Teman-teman juga menjadi lebih bersemangat,” ungkap Ibu Ani Fadhilah SPd, guru SDN 1 Pengadegan usai memfasilitasi KKG dengan lesson study.

“Setelah kegiatan diseminasi, sekolah lebih transparan dalam pengelolaan segala aspek terutama tentang penyusunan RKAS. Kepala Sekolah, guru, dan komite bersama-sama memajukan sekolah,” kata Bapak Ismail, Komite SDN 2 Kembaran

Wetan, Kaligondang.

“Guru kami sering mengajar dengan kegiatan praktik. Kemarin kami me-lakukan percobaan penyaringan air di sebelah sungai di depan sekolah. Dalam pelajaran, saya juga merasa lebih jelas mengerjakan soal-soal matematika terutama tentang FPB dan KPK setelah diberi penjelasan dengan praktik,” kata Nadia, siswa Kelas VA, SDN 1 Losari.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 67

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga

JL. S. Parman No. 345, Purbalingga, Jawa Tengah, Telp: (0281) 891616

Kontak Person:

Drs Ashari MPd (Kabid Ketenagaan)

Fasilitator USAID PRIORITAS, Bapak Agus Tri Rusianto, mendampingi guru-guru

matematika saat diseminasi pelatihan di MI Muhammadiyah Purbalingga.

Page 79: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

rerata skor UKG Purbalingga mencapai 61, sehingga melampaui skor standar kompetensi minimal.

Kepala Bidang Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Bapak Drs Ashari, MPd, mengatakan bahwa rerata nilai UKG untuk guru taman kanak-kanak sebesar 60, untuk SD sebesar 59, SMP sebesar 65, SMA sebesar 67, SMK sebesar 60, dan SLB sebesar 56.

“Hasil yang menggembirakan adalah nilai UKG SMP Purbalingga menempati peringkat pertama se-Jawa Tengah,” ungkap Bapak Ashari dengan tegas menyetujui semangat Kepala Dinas yang selalu mengawal diseminasi praktik yang baik.

Berkat dukungan dari Dinas Pendidikan dan juga pembuktian prestasi sekolah-sekolah mitra dampingan. Sekolah di Purbalingga semakin berani menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS di kelas enam. Fenomena di SD/MI, guru kelas enam takut menggunakan metode karena terkait dengan Ujian Nasional. Mereka belum terlalu percaya diri melakukannya.

Fenomena tersebut segera berubah setelah melihat dan mendengar keberanian seorang guru kelas enam dari MI NU 2 Tangkisan yang

menerapkan pembelajaran dengan model USAID PRIORITAS di kelasnya. Keberanian itu ternyata berdampak signifikan pada nilai ujian nasionalnya. Akhirnya madrasah yang awalnya biasa-biasa saja di tingkat bawah menjadi sekolah yang perolehan Nilai Ujian Nasionalnya terbaik se-kecamatan pada level madrasah dan terbaik ketiga tingkat SD/MI di kabupaten.

Guru kelas VI tersebut juga sukses menjadi guru berprestasi tingkat nasional pada kompetisi guru berprestasi Kementerian Agama pada September 2016.

Secara umum, nilai Ujian Nasional (UN) di Purbalingga juga mengalami peningkatan khususnya pada jenjang SMP/MTs. Untuk jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran 2014/2015 rata-rata 4 Mapel UN 55,93 menjadi 57,85 pada tahun 2015/2016. Data tersebut menunjukkan ada pening-katan sebesar 1,92 poin. Nilai UN ini juga menunjukkan betapa guru-guru telah mampu menerapkan perubahan dalam pembelajaran yang lebih baik.

Bapak Rahmad Ainul Yakin SPd, Guru kelas lima di SDN Kemangkon mengaku bahwa selama setahun ini dia telah mengikuti dua kali pelatihan. Yang pertama adalah Modul 1 dan 2, dan yang terakhir,

pada bulan Juni 2016 lalu, adalah pelatihan Modul 3. Dia merasa banyak terbantu. Ilmu yang dia peroleh ternyata sangat bermanfaat dalam PLPG yang dia ikuti pada September 2016.

“Saya dan teman-teman merasa tidak kaget lagi dengan materi-materi PLPG. Karena materi sebagian besar sudah kami terima dari pelatihan. Selain itu, kami telah membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan berbagai kuriku-lum. Tinggal menyesuaikan dengan format di PLPG. Puji Tuhan saya lulus,” ungkapnya dengan syukur.

Pendekatan gugus ternyata juga menguatkan peran KKG dan MGMP yang selama ini kurang aktif. Setelah mendapatkan perhatian dari Dinas, baik melalui UPT Dinas Pendidikan di kecamatan, maupun sering didatangi oleh Kepala Dinas Pendidikan, maupun Kepala Bidang, dalam pelatihan, menyebabkan KKG dan MGMP menjadi hidup kembali.

“Awalnya beberapa KKG di kecamatan kurang hidup. Program-nya juga tidak jelas. Namun dengan sering didatangi pejabat serta mendapatkan pola pelatihan dan penguatan dalam pelatihan salah satunya dengan model lesson study USAID PRIORITAS, akhirnya kami jadi tahu bagaimana yang seharusnya

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru66

kami lakukan dalam KKG. Teman-teman juga menjadi lebih bersemangat,” ungkap Ibu Ani Fadhilah SPd, guru SDN 1 Pengadegan usai memfasilitasi KKG dengan lesson study.

“Setelah kegiatan diseminasi, sekolah lebih transparan dalam pengelolaan segala aspek terutama tentang penyusunan RKAS. Kepala Sekolah, guru, dan komite bersama-sama memajukan sekolah,” kata Bapak Ismail, Komite SDN 2 Kembaran

Wetan, Kaligondang.

“Guru kami sering mengajar dengan kegiatan praktik. Kemarin kami me-lakukan percobaan penyaringan air di sebelah sungai di depan sekolah. Dalam pelajaran, saya juga merasa lebih jelas mengerjakan soal-soal matematika terutama tentang FPB dan KPK setelah diberi penjelasan dengan praktik,” kata Nadia, siswa Kelas VA, SDN 1 Losari.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 67

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga

JL. S. Parman No. 345, Purbalingga, Jawa Tengah, Telp: (0281) 891616

Kontak Person:

Drs Ashari MPd (Kabid Ketenagaan)

Fasilitator USAID PRIORITAS, Bapak Agus Tri Rusianto, mendampingi guru-guru

matematika saat diseminasi pelatihan di MI Muhammadiyah Purbalingga.

Page 80: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru68

Kebijakan Pemkab Sidoarjo

Sebagai upaya untuk mendorong peningkatan kualitas guru secara mandiri, terutama setelah guru menerima tunjangan sertifikasi, Kabupaten Sidoarjo mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) No. 38 Tahun 2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga kependidikan. Di dalam Perbup tersebut disebutkan bahwa pendidik yang telah menerima

tunjangan sertifikasi wajib menyisihkan secara mandiri dana minimal 5% untuk PKB (Pengem-bangan Keprofesian Berkelanjutan). Pada Perbup tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo setiap tahun juga mengalokasikan anggaran yang bersumber dari APBD untuk Peningkatan Profesionalisme Guru secara berkelanjutan.

Selain Perbup No. 38/2013, Perbup sebelumnya yang mendukung peningkatan kualitas guru adalah

Perbup No. 43 tahun 2012 tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Menurut Bapak Drs Mustain MPdI Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, munculnya Perbup tersebut melihat kondisi guru sekarang saat menerima Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) lebih mementingkan hal-hal yang bersifat komersial dan konsumtif ketimbang pengembangan diri. Padahal guru

Peningkatan Kualitas Guru Secara Mandiri Implementasi Peraturan Bupati Sidoarjo melalui Penyisihan Tunjangan Profesi

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 69

profesional dituntut untuk selalu memperbaharui kemampuan dan keilmuannya. “Untuk itu kami menerbitkan Perbup tersebut dengan harapan sebagai pengingat bahwa dana tersebut juga harus digunakan untuk pengembangan kapasitas diri,” terangnya.

Pelaksanaan Perbup No. 38/2013

Dalam pelaksanaannya, dijelaskan oleh Bapak Mustain, ada tiga tahap yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Sidoarjo, yakni:

1. Dinas Pendidikan mengidentifikasi kebutuhan guru berdasarkan, melalui:

– EDG (Evaluasi Diri Guru) tingkat sekolah dan pengembangan diri guru

– Assesor, Kepala Sekolah dan Ketua KKG menyusun program berdasarkan hasil analisa kebutuhan guru

– Analisis kebutuhan pelatihan berdasarkan hasil UKG (Uji Kompetensi Guru)

2. Dinas Pendidikan meminta kepada setiap KKG/MGMP/MKKS untuk membuat proposal yang

ditujukan ke Kepala Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program PKB di gugus

3. Proposal yang diajukan disetujui oleh Kepala Dinas Pendidikan dan bersama-sama dengan USAID PRIORITAS melaksanakan pelatihan dengan materi dari modul USAID PRIORITAS (untuk SD dan SMP)

Kegiatan pelaksanaan implementasi Perbup No 38/2013 di setiap gugus, para guru yang sudah menerima dana sertifikasi mengumpulkan dana sertifikasinya secara kolektif pada koordinatornya melalui KKG/ MGMP/MKKS maksimal 5% dise-suaikan dengan besarnya dana serti-fikasi yang diterima oleh setiap guru. Dalam kegiatan ini, Dinas Pendidikan Sidoarjo sama sekali tidak campur tangan dalam pengelolaan dana dan seluruh kegiatan sepenuhnya dikelola oleh gugus.

Setelah dana terkumpul di masing-masing gugus, kemudian mengajukan proposal kepada Dinas Pendidikan Sidoarjo terkait materi pelatihan yang dibutuhkan. Setelah proposal disetujui untuk dilaksanakan, Dinas Pendidikan Sidoarjo bersama-sama dengan USAID PRIORITAS melaksanakan kegiatan pelatihan di mana fasilitator adalah merupakan fasilitator daerah (fasda) USAID

PRIORITAS dan materi pelatihan khusus untuk jenjang setingkat SD dan SMP secara keseluruhan menggunakan modul yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Dampak Perbup No. 38/2013

Dampak di lapangan menurut Ibu Dra Kety Erna Warsiah MPd, kepala SDN Kedungturi Taman Sidoarjo, salah satu sekolah yang melaksanakan diseminasi murni dari TPP guru yang dikumpulkan dalam KKG, kegiatan penyisihan dana sebesar 5% telah dilakukan sejak Perbup keluar yakni tahun 2013 dan memberi manfaat yang besar bagi guru.

“Dengan kesadaran sendiri, para guru di lingkungan sekolah menyisihkan dana sebesar 5% per triwulan. Dana tersebut dikumpulkan di Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk kemudian dikelola guna peningkatan kapasitas guru,” terangnya.

Kegiatan yang sudah dilakukan menggunakan dana tersebut di sekolahnya di antaranya pelatihan, pembuatan media pembelajaran, pembelian peralatan IT untuk guru masing-masing, dan pembuatan alat

Para guru di Sidoarjo menyisihkan 5% dana TPP yang diterimanya untuk kegiatan peningkatan profesionalismenya.

Page 81: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru68

Kebijakan Pemkab Sidoarjo

Sebagai upaya untuk mendorong peningkatan kualitas guru secara mandiri, terutama setelah guru menerima tunjangan sertifikasi, Kabupaten Sidoarjo mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) No. 38 Tahun 2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga kependidikan. Di dalam Perbup tersebut disebutkan bahwa pendidik yang telah menerima

tunjangan sertifikasi wajib menyisihkan secara mandiri dana minimal 5% untuk PKB (Pengem-bangan Keprofesian Berkelanjutan). Pada Perbup tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo setiap tahun juga mengalokasikan anggaran yang bersumber dari APBD untuk Peningkatan Profesionalisme Guru secara berkelanjutan.

Selain Perbup No. 38/2013, Perbup sebelumnya yang mendukung peningkatan kualitas guru adalah

Perbup No. 43 tahun 2012 tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Menurut Bapak Drs Mustain MPdI Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, munculnya Perbup tersebut melihat kondisi guru sekarang saat menerima Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) lebih mementingkan hal-hal yang bersifat komersial dan konsumtif ketimbang pengembangan diri. Padahal guru

Peningkatan Kualitas Guru Secara Mandiri Implementasi Peraturan Bupati Sidoarjo melalui Penyisihan Tunjangan Profesi

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 69

profesional dituntut untuk selalu memperbaharui kemampuan dan keilmuannya. “Untuk itu kami menerbitkan Perbup tersebut dengan harapan sebagai pengingat bahwa dana tersebut juga harus digunakan untuk pengembangan kapasitas diri,” terangnya.

Pelaksanaan Perbup No. 38/2013

Dalam pelaksanaannya, dijelaskan oleh Bapak Mustain, ada tiga tahap yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Sidoarjo, yakni:

1. Dinas Pendidikan mengidentifikasi kebutuhan guru berdasarkan, melalui:

– EDG (Evaluasi Diri Guru) tingkat sekolah dan pengembangan diri guru

– Assesor, Kepala Sekolah dan Ketua KKG menyusun program berdasarkan hasil analisa kebutuhan guru

– Analisis kebutuhan pelatihan berdasarkan hasil UKG (Uji Kompetensi Guru)

2. Dinas Pendidikan meminta kepada setiap KKG/MGMP/MKKS untuk membuat proposal yang

ditujukan ke Kepala Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program PKB di gugus

3. Proposal yang diajukan disetujui oleh Kepala Dinas Pendidikan dan bersama-sama dengan USAID PRIORITAS melaksanakan pelatihan dengan materi dari modul USAID PRIORITAS (untuk SD dan SMP)

Kegiatan pelaksanaan implementasi Perbup No 38/2013 di setiap gugus, para guru yang sudah menerima dana sertifikasi mengumpulkan dana sertifikasinya secara kolektif pada koordinatornya melalui KKG/ MGMP/MKKS maksimal 5% dise-suaikan dengan besarnya dana serti-fikasi yang diterima oleh setiap guru. Dalam kegiatan ini, Dinas Pendidikan Sidoarjo sama sekali tidak campur tangan dalam pengelolaan dana dan seluruh kegiatan sepenuhnya dikelola oleh gugus.

Setelah dana terkumpul di masing-masing gugus, kemudian mengajukan proposal kepada Dinas Pendidikan Sidoarjo terkait materi pelatihan yang dibutuhkan. Setelah proposal disetujui untuk dilaksanakan, Dinas Pendidikan Sidoarjo bersama-sama dengan USAID PRIORITAS melaksanakan kegiatan pelatihan di mana fasilitator adalah merupakan fasilitator daerah (fasda) USAID

PRIORITAS dan materi pelatihan khusus untuk jenjang setingkat SD dan SMP secara keseluruhan menggunakan modul yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Dampak Perbup No. 38/2013

Dampak di lapangan menurut Ibu Dra Kety Erna Warsiah MPd, kepala SDN Kedungturi Taman Sidoarjo, salah satu sekolah yang melaksanakan diseminasi murni dari TPP guru yang dikumpulkan dalam KKG, kegiatan penyisihan dana sebesar 5% telah dilakukan sejak Perbup keluar yakni tahun 2013 dan memberi manfaat yang besar bagi guru.

“Dengan kesadaran sendiri, para guru di lingkungan sekolah menyisihkan dana sebesar 5% per triwulan. Dana tersebut dikumpulkan di Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk kemudian dikelola guna peningkatan kapasitas guru,” terangnya.

Kegiatan yang sudah dilakukan menggunakan dana tersebut di sekolahnya di antaranya pelatihan, pembuatan media pembelajaran, pembelian peralatan IT untuk guru masing-masing, dan pembuatan alat

Para guru di Sidoarjo menyisihkan 5% dana TPP yang diterimanya untuk kegiatan peningkatan profesionalismenya.

Page 82: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru70

peraga untuk siswa.

Menurut Ibu Farida SPd, salah seorang guru di SDN Sedatigede 2 Sedati Sidoarjo yang telah melaksanakan Perbup tersebut, menyisihkan dana 5% tidaklah memberatkan guru. Malahan mereka senang 'diingatkan' pemerintah untuk tidak lupa menyisihkan TPP guna peningkatan kualitas mereka masing-masing. Apalagi selama ini dana tersebut tersalurkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pendidik.

“Untuk memetakan kegiatan dan dana tersebut digunakan untuk apa saja, biasanya kami di KKG melakukan rapat dan menentukan jadwal bersama kegiatan apa saja yang dilakukan sekaligus menghitung biaya yang dikeluarkan. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, bendahara KKG akan melaporkan secara langsung penggunaan dana 5%

yang sudah dikumpulkan tadi diguna-kan untuk apa saja. Nah, dari sana kita tahu dan transparansi uang kita digunakan untuk pembiayaan apa saja,” terangnya.

Berdasarkan data yang sudah dihimpun oleh Tim Monitoring dan Evaluasi (M&E) USAID PRIORITAS, untuk diseminasi dari tahun 2013-2016, dana yang sudah digunakan oleh guru untuk melaksanakan pelatihan sebanyak Rp 1,3 milyar dimana sebanyak 4.072 guru dari 776 lembaga SD dan SMP di Sidoarjo telah melaksanakan pelatihan dengan menggunakan modul USAID PRIORITAS dan difasilitasi oleh fasda USAID PRIORITAS. Kegiatan diseminasi di Sidoarjo, dari 18 kecamatan di Sidoarjo, hanya dua kecamatan, yakni Prambon dan Waru, yang belum melaksanakan diseminasi.

Dinas Pendidikan Sidoarjo juga

membentuk fasda lapis dua dan melaksanakan ToT fasda lapis dua yang berjumlah 100 orang guru SMP yang didanai secara mandiri oleh APBD. ToT sudah dilaksanakan mulai Modul 1 dan 2 sejak Agustus 2016 lalu. Sebelum melangkah ke Modul 3, 100 fasda lapis dua tersebut wajib melaksanakan diseminasi mandiri kepada 1000 guru di Kabupaten Sidoarjo yang dimulai pada Oktober 2016. Targetnya pada November 2016 sebanyak 1000 guru sudah mengikuti diseminasi dengan menggunakan dana TPP mereka maupun APBD. Setelah semua selesai, baru akan dilanjutkan dengan ToT Modul 3.

Monitoring dan Evaluasi

Dinas Pendidikan Sidoarjo menggandeng USAID PRIORITAS dalam rangka menyusun kerangka monitoring dan evaluasi yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Sidoarjo. Tujuan dari monitoring dan evaluasi dari hasil pelatihan ini yaitu:

1. Untuk melihat implementasi/ dampak pelatihan di tingkat sekolah.

2. Untuk memetakan kebutuhan guru terkait materi pelatihan atau kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru.

Kegiatan diseminasi pelatihan untuk guru SMP di Kecamatan Taman Sidoarjo.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 71

3. Menyusun rencana tindak lanjut dan kebijakan pemerintah daerah Kab Sidoarjo dalam rangka meningkatkan kualitas guru di Sidoarjo.

Selain kegiatan diatas, monitoring dan evaluasi dilaksanakan berdasarkan laporan kegiatan kepala sekolah dan UPTD di setiap kecamatan. Banyaknya guru yang sudah dilatih dan siapa saja guru yang harus di evaluasi berdasarkan dari data sertifikat yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Sidoarjo pasca pelatihan.

KKG/MGMP/MKKS atau gugus mengumpulkan dana TPP

maksimal 5% & mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan menyetujui proposal

Dinas Pendidikan menggandeng Fasda USAID PRIORITAS dalam

pelatihan

Kegiatan pelatihan untuk SD dan SMP dengan menggunakan modul

USAID PRIORITAS

KKG/MGMP/MKKS membuat laporan

Dinas Pendidikan Mengeluarkan Sertifikat

Alur Pelaksanaan Perbup No. 38/2013

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kab. Sidoarjo

Jl. Pahlawan No.4, Sidoarjo (61213)Telp: 031 8921219

Fax: 031 8940921, 8921219

Kontak Person: Drs Musta'in MPdI

(Kepala Dinas Pendidikan)

Page 83: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru70

peraga untuk siswa.

Menurut Ibu Farida SPd, salah seorang guru di SDN Sedatigede 2 Sedati Sidoarjo yang telah melaksanakan Perbup tersebut, menyisihkan dana 5% tidaklah memberatkan guru. Malahan mereka senang 'diingatkan' pemerintah untuk tidak lupa menyisihkan TPP guna peningkatan kualitas mereka masing-masing. Apalagi selama ini dana tersebut tersalurkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pendidik.

“Untuk memetakan kegiatan dan dana tersebut digunakan untuk apa saja, biasanya kami di KKG melakukan rapat dan menentukan jadwal bersama kegiatan apa saja yang dilakukan sekaligus menghitung biaya yang dikeluarkan. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, bendahara KKG akan melaporkan secara langsung penggunaan dana 5%

yang sudah dikumpulkan tadi diguna-kan untuk apa saja. Nah, dari sana kita tahu dan transparansi uang kita digunakan untuk pembiayaan apa saja,” terangnya.

Berdasarkan data yang sudah dihimpun oleh Tim Monitoring dan Evaluasi (M&E) USAID PRIORITAS, untuk diseminasi dari tahun 2013-2016, dana yang sudah digunakan oleh guru untuk melaksanakan pelatihan sebanyak Rp 1,3 milyar dimana sebanyak 4.072 guru dari 776 lembaga SD dan SMP di Sidoarjo telah melaksanakan pelatihan dengan menggunakan modul USAID PRIORITAS dan difasilitasi oleh fasda USAID PRIORITAS. Kegiatan diseminasi di Sidoarjo, dari 18 kecamatan di Sidoarjo, hanya dua kecamatan, yakni Prambon dan Waru, yang belum melaksanakan diseminasi.

Dinas Pendidikan Sidoarjo juga

membentuk fasda lapis dua dan melaksanakan ToT fasda lapis dua yang berjumlah 100 orang guru SMP yang didanai secara mandiri oleh APBD. ToT sudah dilaksanakan mulai Modul 1 dan 2 sejak Agustus 2016 lalu. Sebelum melangkah ke Modul 3, 100 fasda lapis dua tersebut wajib melaksanakan diseminasi mandiri kepada 1000 guru di Kabupaten Sidoarjo yang dimulai pada Oktober 2016. Targetnya pada November 2016 sebanyak 1000 guru sudah mengikuti diseminasi dengan menggunakan dana TPP mereka maupun APBD. Setelah semua selesai, baru akan dilanjutkan dengan ToT Modul 3.

Monitoring dan Evaluasi

Dinas Pendidikan Sidoarjo menggandeng USAID PRIORITAS dalam rangka menyusun kerangka monitoring dan evaluasi yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Sidoarjo. Tujuan dari monitoring dan evaluasi dari hasil pelatihan ini yaitu:

1. Untuk melihat implementasi/ dampak pelatihan di tingkat sekolah.

2. Untuk memetakan kebutuhan guru terkait materi pelatihan atau kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru.

Kegiatan diseminasi pelatihan untuk guru SMP di Kecamatan Taman Sidoarjo.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 71

3. Menyusun rencana tindak lanjut dan kebijakan pemerintah daerah Kab Sidoarjo dalam rangka meningkatkan kualitas guru di Sidoarjo.

Selain kegiatan diatas, monitoring dan evaluasi dilaksanakan berdasarkan laporan kegiatan kepala sekolah dan UPTD di setiap kecamatan. Banyaknya guru yang sudah dilatih dan siapa saja guru yang harus di evaluasi berdasarkan dari data sertifikat yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Sidoarjo pasca pelatihan.

KKG/MGMP/MKKS atau gugus mengumpulkan dana TPP

maksimal 5% & mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan menyetujui proposal

Dinas Pendidikan menggandeng Fasda USAID PRIORITAS dalam

pelatihan

Kegiatan pelatihan untuk SD dan SMP dengan menggunakan modul

USAID PRIORITAS

KKG/MGMP/MKKS membuat laporan

Dinas Pendidikan Mengeluarkan Sertifikat

Alur Pelaksanaan Perbup No. 38/2013

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kab. Sidoarjo

Jl. Pahlawan No.4, Sidoarjo (61213)Telp: 031 8921219

Fax: 031 8940921, 8921219

Kontak Person: Drs Musta'in MPdI

(Kepala Dinas Pendidikan)

Page 84: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru72

Data dan Kebijakan

Guru-guru di sekolah mitra USAID PRIORITAS telah memeragakan praktik pembelajaran yang baik. Para guru sekolah mitra telah memiliki kompetensi yang relatif memenuhi prinsip-prinsip profesionalisme sebagai guru. Sayangnya, guru-guru yang sudah relatif kompeten dan profesional itu hanya terkonsentrasi di 24 sekolah/ madrasah mitra USAID PRIORITAS, masih terlalu kecil jumlahnya diban-ding ribuan guru lain di sekolah/ madrasah lain.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berkomitmen untuk mendongkrak kompetensi dan profesionalitas guru-guru nonmitra itu dengan memanfaatkan program Pengem-bangan Keprofesian Bekelanjutan (PKB) guru. Tasikmalaya ingin membumikan kebijakan nasional ihwal PKB, yakni Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019 terkait Pelaksanaan Pengembangan Profesional Berkesinambungan (PPB) bagi guru dalam jabatan melalui latihan berkala dan merata

Jamin Keprofesian Semua Guru,Ratusan Fasilitator Baru Disiapkan

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 73

dan penguatan KKG/MGMP. Maka, PKB Tahun 2016 merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan peningkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya.

Diskusi intensif melibatkan peme-rintah, pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru mengerucut pada kesepahaman bentuk PKB guna menjamin keprofesian ribuan guru nonmitra USAID, yakni kloning fasilitator daerah (fasda).

Tasikmalaya membutuhkan lebih banyak tambahan fasda, di luar 30 orang fasda binaan USAID PRIO-RITAS, untuk melatih guru-guru secara berbasis kecamatan/ gugus. Disusunlah waktu itu rencana se-rangkaian Training of Trainers (TOT), difasilitasi oleh 30 orang fasda itu, untuk melatih fasda baru bagi 39 kecamatan, serangkaian pelatihan guru tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS, dan pendampingan sebagai tindak lanjut pelatihan.

Tentukan Arah dan Modelkan Wajah

Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, disusunlah panduan kegiatan untuk memandu dan memberikan

gambaran kepada guru-guru dan semua pihak terkait tentang pelaksanaan PKB Guru Tahun 2016.

Panduan ini menjadi acuan bagi para pemerintah, pelaksana kegiatan, dan peserta dalam pelaksanaan kegiatan. Panduan memuat hakikat PKB, tujuan, sasaran, manfaat, bentuk kegiatan, metode dan strategi, alur kegiatan, kepanitiaan, kepesertaan, fasilitator, materi, dan jadwal pelaksanaan.

“Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkat-kan profesionalitasnya,” tutur Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Bapak EZ. Alfian.

Menurutnya, standar kompetensi profesional guru berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional dan untuk pengembangan karir guru.

“PKB pada hakikatnya merupakan bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa,” tegasnya.

Bapak Alfian juga mengatakan, tujuan PKB secara umum adalah

untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Kepala Bidang Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Bapak Kartiwa menjelaskan, program PKB Tasikmalaya Tahun 2016 mengambil tiga bentuk kegiatan.

Pertama, pelatihan untuk para pelatih (Training of Trainers) bagi calon fasda tambahan untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Proses seleksi calon fasda tambahan menjadi sangat penting karena mereka adalah motor utama dalam melakukan pelatihan penguatan di tingkat sekolah. Sehingga, ditentukanlah kriteria berikut:

1. Khusus untuk fasda pembelajaran diutamakan berasal dari unsur guru dan/atau kepala sekolah/pengawas sekolah yang berpengalaman sebagai guru;

2. Khusus untuk fasda MBS diutamakan berasal dari unsur kepala sekolah dan pengawas sekolah;

3. Calon fasda lebih diutamakan berasal dari gugus terpilih (sasaran PKB);

4. Memiliki sisa masa kerja minimal 10 tahun;

Kabupaten Tasikmalaya melatih dan menyiapkan banyak fasilitator pelatih dan pendamping di tingkat kecamatan untuk memastikan program PKB semua guru dapat difaslitasi melalui pelatihan di tingkat KKG/MGMP.

Page 85: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru72

Data dan Kebijakan

Guru-guru di sekolah mitra USAID PRIORITAS telah memeragakan praktik pembelajaran yang baik. Para guru sekolah mitra telah memiliki kompetensi yang relatif memenuhi prinsip-prinsip profesionalisme sebagai guru. Sayangnya, guru-guru yang sudah relatif kompeten dan profesional itu hanya terkonsentrasi di 24 sekolah/ madrasah mitra USAID PRIORITAS, masih terlalu kecil jumlahnya diban-ding ribuan guru lain di sekolah/ madrasah lain.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berkomitmen untuk mendongkrak kompetensi dan profesionalitas guru-guru nonmitra itu dengan memanfaatkan program Pengem-bangan Keprofesian Bekelanjutan (PKB) guru. Tasikmalaya ingin membumikan kebijakan nasional ihwal PKB, yakni Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019 terkait Pelaksanaan Pengembangan Profesional Berkesinambungan (PPB) bagi guru dalam jabatan melalui latihan berkala dan merata

Jamin Keprofesian Semua Guru,Ratusan Fasilitator Baru Disiapkan

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 73

dan penguatan KKG/MGMP. Maka, PKB Tahun 2016 merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan peningkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya.

Diskusi intensif melibatkan peme-rintah, pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru mengerucut pada kesepahaman bentuk PKB guna menjamin keprofesian ribuan guru nonmitra USAID, yakni kloning fasilitator daerah (fasda).

Tasikmalaya membutuhkan lebih banyak tambahan fasda, di luar 30 orang fasda binaan USAID PRIO-RITAS, untuk melatih guru-guru secara berbasis kecamatan/ gugus. Disusunlah waktu itu rencana se-rangkaian Training of Trainers (TOT), difasilitasi oleh 30 orang fasda itu, untuk melatih fasda baru bagi 39 kecamatan, serangkaian pelatihan guru tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS, dan pendampingan sebagai tindak lanjut pelatihan.

Tentukan Arah dan Modelkan Wajah

Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, disusunlah panduan kegiatan untuk memandu dan memberikan

gambaran kepada guru-guru dan semua pihak terkait tentang pelaksanaan PKB Guru Tahun 2016.

Panduan ini menjadi acuan bagi para pemerintah, pelaksana kegiatan, dan peserta dalam pelaksanaan kegiatan. Panduan memuat hakikat PKB, tujuan, sasaran, manfaat, bentuk kegiatan, metode dan strategi, alur kegiatan, kepanitiaan, kepesertaan, fasilitator, materi, dan jadwal pelaksanaan.

“Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkat-kan profesionalitasnya,” tutur Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Bapak EZ. Alfian.

Menurutnya, standar kompetensi profesional guru berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional dan untuk pengembangan karir guru.

“PKB pada hakikatnya merupakan bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa,” tegasnya.

Bapak Alfian juga mengatakan, tujuan PKB secara umum adalah

untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Kepala Bidang Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Bapak Kartiwa menjelaskan, program PKB Tasikmalaya Tahun 2016 mengambil tiga bentuk kegiatan.

Pertama, pelatihan untuk para pelatih (Training of Trainers) bagi calon fasda tambahan untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Proses seleksi calon fasda tambahan menjadi sangat penting karena mereka adalah motor utama dalam melakukan pelatihan penguatan di tingkat sekolah. Sehingga, ditentukanlah kriteria berikut:

1. Khusus untuk fasda pembelajaran diutamakan berasal dari unsur guru dan/atau kepala sekolah/pengawas sekolah yang berpengalaman sebagai guru;

2. Khusus untuk fasda MBS diutamakan berasal dari unsur kepala sekolah dan pengawas sekolah;

3. Calon fasda lebih diutamakan berasal dari gugus terpilih (sasaran PKB);

4. Memiliki sisa masa kerja minimal 10 tahun;

Kabupaten Tasikmalaya melatih dan menyiapkan banyak fasilitator pelatih dan pendamping di tingkat kecamatan untuk memastikan program PKB semua guru dapat difaslitasi melalui pelatihan di tingkat KKG/MGMP.

Page 86: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

5. Mendapat izin dari institusi atau sekolah asal untuk menjadi fasda;

6. Memiliki kemampuan komunikasi lisan dan komunikasi massa yang baik;

7. Mampu mengoperasikan komputer dan media lainnya yang relevan;

8. Mempunyai integritas dan komitmen tinggi pada program yang akan dilaksanakan.

Mekanisme nominasi calon bermula dari gugus/KKG/MGMP yang terpilih dan dilanjutkan dengan seleksi oleh tim kecil lewat wawancara langsung dan tertulis dengan instrumen yang telah disiapkan.

Kedua, pelatihan tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS. Di dataran ini, fasda tambahan hasil TOT melatih guru/kepala sekolah/komite sekolah di kecamatan/gugus masing-masing. Pelatihan tingkat sekolah dibagi menjadi tiga tahap, meliputi diseminasi pembelajaran untuk jenjang SD/MI, diseminasi pembelajaran untuk jenjang SMP/MTs, dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) untuk Kepala Sekolah dan Komite Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Khusus untuk pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) dan CTL (Contextual Teaching and Learning), baik TOT maupun pelatihan tingkat sekolah, peserta melakukan praktik mengajar pada hari terakhir pelatihan yang kemudian diikuti dengan refleksi.

Ketiga, sebagai tindak-lanjut pelatihan, dilakukan pendampingan guru. Para fasda, usai melatih guru dalam diseminasi pembelajaran, memikul kewajiban untuk melakukan pendampingan guru di tingkat MGMP/KKG/Kelas.

Kepala Seksi Kurikulum Eddy Rochadiat mengatakan, pelatihan pelatih dan pelatihan tingkat sekolah ditempuh dengan pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif. Pendekatan ini tidak hanya untuk memotivasi peserta agar terlibat secara fisik dan mental dalam pelatihan, tetapi juga untuk menyediakan contoh pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas.

“Fasilitator memberikan model tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam pelatihan yang kemudian dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar di sekolah,” paparnya.

Eddy juga menjelaskan, dari segi

pengembangan sekolah, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh. Semua warga sekolah meliputi guru, kepala sekolah, komite sekolah, staf tata usaha sekolah, siswa, dan masyarakat, terlibat aktif dalam upaya pengembangan sekolah.

“Aspek yang ditangani juga mencakup pembelajaran, manajemen, dan partisipasi masyarakat,” imbuh Bapak Eddy.

Anggarkan Dana

Dana kegiatan PKB bersumber dari APBD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015. Tim pelaksana melakukan serangkaian pertemuan dengan Bappeda dan DPRD Kabupaten Tasikmalaya dalam rangka menyusun anggaran agar kegiatan terdanai secara memadai dan dana terserap secara efektif dan efisien. Besaran dana dan alokasinya dihitung sesuai dengan kebutuhan kegiatan di tingkat kabupaten dan kecamatan dengan berorientasi pada keprofesian guru secara merata.

Bapak Suryasa, Kepala Seksi SMP, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai program PKB Kabupaten Tasikmalaya sejalan dengan undang-undang dan kebutuhan daerah terhadap tenaga

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru74

pendidik profesional. Sesuai saran Bapak Suryasa, Pemkab Tasikmalaya berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan berhasil mendapatkan akses pada program PKB Jawa Barat.

Bapak Wawan Herawan, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, menyebut kegiatan PKB menyasar semua guru pada satuan pendidikan SD dan SMP yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan

Kabupaten Tasikmalaya, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Untuk itu, Bapak Wawan menyebut pihak-nya telah dan sedang melatih 400 orang fasilitator daerah (fasda) seba-gai tambahan atas 30 orang fasda yang selama ini sudah ada. Mereka diproyeksikan melatih para guru SD/MI dan SMP/MTs di kabu-paten pada paruh kedua tahun 2016 dan paruh pertama tahun 2017.

PKB juga dijalankan secara berbasis gugus dan komunitas profesi, yakni dalam bentuk perintisan 39 gugus rujukan dan 12 MGMP rujukan. “Untuk mendukung program PKB tersebut, pemerintah kabupaten telah menyiapkan dana sebesar 900 juta rupiah,” ujarnya.

Bapak Agus Sutisna, Kasubag Sosbud Bappeda, mengaku kegiatan para guru di komunitas belajar sudah ada dan berjalan cukup baik. Dalam rang-ka PKB, ujar Agus, kegiatan di KKG/ MGMP/KKM/MKKS dan komunitas belajar lainnya sengaja didorong agar pengembangan keprofesian para guru lebih intensif lagi. “Pemkab Tasikmalaya memanfaatkan komu-nitas belajar untuk keberhasilan PKB,” katanya.

Perencanaan PKB dan implementasi-nya perlu dilakukan secara kolabo-ratif melalui learning community, yang tidak hanya membahas hal-hal terkait kurikulum melainkan lebih ditekankan pada soal pengembangan keprofesian guru yang berkelanjutan.

Bapak Agus bahkan menyebut di tingkat sekolah sudah ada kegiatan KKG/MGMP guna mendorong peng-embangan keprofesian guru secara berkelanjutan. DPRD mengalokasi-kan anggaran pembinaan komunitas belajar sesuai dengan rancangan program yang disusun Bappeda.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 75

Para peserta pelatihan untuk pelatih sedang melakukan kunjung karya. Model pelatihan dengan pendekatan pembelajaran aktif diharapkan membuat para guru bisa mencontoh untuk implementasinya dalam pembelajaran di kelas.

Page 87: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

5. Mendapat izin dari institusi atau sekolah asal untuk menjadi fasda;

6. Memiliki kemampuan komunikasi lisan dan komunikasi massa yang baik;

7. Mampu mengoperasikan komputer dan media lainnya yang relevan;

8. Mempunyai integritas dan komitmen tinggi pada program yang akan dilaksanakan.

Mekanisme nominasi calon bermula dari gugus/KKG/MGMP yang terpilih dan dilanjutkan dengan seleksi oleh tim kecil lewat wawancara langsung dan tertulis dengan instrumen yang telah disiapkan.

Kedua, pelatihan tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS. Di dataran ini, fasda tambahan hasil TOT melatih guru/kepala sekolah/komite sekolah di kecamatan/gugus masing-masing. Pelatihan tingkat sekolah dibagi menjadi tiga tahap, meliputi diseminasi pembelajaran untuk jenjang SD/MI, diseminasi pembelajaran untuk jenjang SMP/MTs, dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) untuk Kepala Sekolah dan Komite Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Khusus untuk pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) dan CTL (Contextual Teaching and Learning), baik TOT maupun pelatihan tingkat sekolah, peserta melakukan praktik mengajar pada hari terakhir pelatihan yang kemudian diikuti dengan refleksi.

Ketiga, sebagai tindak-lanjut pelatihan, dilakukan pendampingan guru. Para fasda, usai melatih guru dalam diseminasi pembelajaran, memikul kewajiban untuk melakukan pendampingan guru di tingkat MGMP/KKG/Kelas.

Kepala Seksi Kurikulum Eddy Rochadiat mengatakan, pelatihan pelatih dan pelatihan tingkat sekolah ditempuh dengan pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif. Pendekatan ini tidak hanya untuk memotivasi peserta agar terlibat secara fisik dan mental dalam pelatihan, tetapi juga untuk menyediakan contoh pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas.

“Fasilitator memberikan model tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam pelatihan yang kemudian dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar di sekolah,” paparnya.

Eddy juga menjelaskan, dari segi

pengembangan sekolah, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh. Semua warga sekolah meliputi guru, kepala sekolah, komite sekolah, staf tata usaha sekolah, siswa, dan masyarakat, terlibat aktif dalam upaya pengembangan sekolah.

“Aspek yang ditangani juga mencakup pembelajaran, manajemen, dan partisipasi masyarakat,” imbuh Bapak Eddy.

Anggarkan Dana

Dana kegiatan PKB bersumber dari APBD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015. Tim pelaksana melakukan serangkaian pertemuan dengan Bappeda dan DPRD Kabupaten Tasikmalaya dalam rangka menyusun anggaran agar kegiatan terdanai secara memadai dan dana terserap secara efektif dan efisien. Besaran dana dan alokasinya dihitung sesuai dengan kebutuhan kegiatan di tingkat kabupaten dan kecamatan dengan berorientasi pada keprofesian guru secara merata.

Bapak Suryasa, Kepala Seksi SMP, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai program PKB Kabupaten Tasikmalaya sejalan dengan undang-undang dan kebutuhan daerah terhadap tenaga

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru74

pendidik profesional. Sesuai saran Bapak Suryasa, Pemkab Tasikmalaya berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan berhasil mendapatkan akses pada program PKB Jawa Barat.

Bapak Wawan Herawan, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, menyebut kegiatan PKB menyasar semua guru pada satuan pendidikan SD dan SMP yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan

Kabupaten Tasikmalaya, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Untuk itu, Bapak Wawan menyebut pihak-nya telah dan sedang melatih 400 orang fasilitator daerah (fasda) seba-gai tambahan atas 30 orang fasda yang selama ini sudah ada. Mereka diproyeksikan melatih para guru SD/MI dan SMP/MTs di kabu-paten pada paruh kedua tahun 2016 dan paruh pertama tahun 2017.

PKB juga dijalankan secara berbasis gugus dan komunitas profesi, yakni dalam bentuk perintisan 39 gugus rujukan dan 12 MGMP rujukan. “Untuk mendukung program PKB tersebut, pemerintah kabupaten telah menyiapkan dana sebesar 900 juta rupiah,” ujarnya.

Bapak Agus Sutisna, Kasubag Sosbud Bappeda, mengaku kegiatan para guru di komunitas belajar sudah ada dan berjalan cukup baik. Dalam rang-ka PKB, ujar Agus, kegiatan di KKG/ MGMP/KKM/MKKS dan komunitas belajar lainnya sengaja didorong agar pengembangan keprofesian para guru lebih intensif lagi. “Pemkab Tasikmalaya memanfaatkan komu-nitas belajar untuk keberhasilan PKB,” katanya.

Perencanaan PKB dan implementasi-nya perlu dilakukan secara kolabo-ratif melalui learning community, yang tidak hanya membahas hal-hal terkait kurikulum melainkan lebih ditekankan pada soal pengembangan keprofesian guru yang berkelanjutan.

Bapak Agus bahkan menyebut di tingkat sekolah sudah ada kegiatan KKG/MGMP guna mendorong peng-embangan keprofesian guru secara berkelanjutan. DPRD mengalokasi-kan anggaran pembinaan komunitas belajar sesuai dengan rancangan program yang disusun Bappeda.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 75

Para peserta pelatihan untuk pelatih sedang melakukan kunjung karya. Model pelatihan dengan pendekatan pembelajaran aktif diharapkan membuat para guru bisa mencontoh untuk implementasinya dalam pembelajaran di kelas.

Page 88: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Gulirkan Implementasi

Target pemerintah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016-2020 adalah mengedepankan peningkatan mutu tenaga pendidik untuk meningkatkan kualitas siswa di sekolah. Dalam rentang lima tahun itu, pelatihan guru dengan menggunakan modul-modul USAID PRIORITAS diproyek-sikan untuk menjangkau 15.253 orang guru yang tersebar di 131 KKG/gugus (1.086 SD) dan enam rayon dengan 13 mata pelajaran.

Diperlukan daya, upaya, dan strategi yang sangat akurat agar semua guru di Kabupaten Tasikmalaya menda-patkan pelatihan yang berkualitas. Pada tahun 2016 sebagai tahun pele-takan landasan sustainabilitas, peme-rintah telah melakukan serangkaian Training of Trainers (TOT) membentuk fasilitator daerah (fasda) baru.

Sebelumnya, hanya ada 30 orang fasda binaan USAID PRIORITAS di bidang peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), peran serta masyarakat, dan budaya membaca.

Dalam rentang bulan Agustus-Oktober 2016, telah dilaksanakan TOT untuk melatih sebanyak 538 orang fasda baru, terdiri atas 258 fasda jenjang SD dan 260 fasda

jenjang SMP. Pada forum TOT fasda tambahan ini, tidak sedikit peserta mengungkapkan rasa surprise (keterkejutan), bahwa pelatihan yang mereka alami sama sekali berbeda dari pelatihan sebelumnya yang lebih banyak berkutat pada teori.

Terlebih pada hari terakhir (hari ketiga) saat mereka melakukan real teaching. Pada sesi real teaching inilah mereka menemukan cara mempraktikkan strategi pembelajaran yang telah mereka rancang di pelatihan.

Para fasda baru bidang pembelajaran ini kemudian akan bertugas di 39 gugus model percontohan (dari 131 gugus yang ada) dan 12 MGMP model guna meningkatkan keprofesian 1.790 orang guru di sana pada tahun ini.

Gugus dan MGMP model ini akan dijadikan oleh para fasda baru itu untuk menjadi semacam benchmark bagi gugus dan rayon MGMP lainnya dalam menggulirkan program pengembangan keprofesian berke-lanjutan hingga tahun 2020 kelak. Para fasda yang sudah terbentuk ini akan secara kontinyu melatih dan mendampingi guru secara bertahap sampai pada tahun 2020 untuk mendorong semua guru (15.253 orang) meningkatkan keprofesian.

Ubah Kendala menjadi Kendali

Rotasi jabatan kerap menjadi ganja-lan yang mengusik konsentrasi, menghambat kelancaran, dan me-nunda keberhasilan implementasi program pendidikan. Pergantian pejabat di bidang PMPTK memer-lukan adaptasi yang tidak mudah terkait pelaksanaan TOT fasda baru. Pejabat baru membutuhkan waktu tidak pendek untuk memahami dan kemudian mengikuti ritme program.

Kendala rotasi jabatan ini berimbas pula pada kendala pencairan angga-ran. Penyelenggaraan TOT fasda baru yang semula dijadwalkan pada tri-wulan kedua terpaksa tertunda dan bergeser ke triwulan ketiga karena menunggu pencairan anggaran.

Untuk mengatasi masalah rotasi jabatan, tim pelaksana program me-lakukan pembicaraan intensif guna membangun kesamaan persepsi dan kemudian kesederajatan komitmen. Dana pun kemudian turun setelah terbangun kesepahaman. Meski harus tertunda dari triwulan kedua ke triwulan ketiga, TOT fasda baru tetap terimplementasi dan itu masih tergolong sebuah keberhasilan. Alhasil, kesepahaman dan kesamaan persepsi yang telah terbangun ternyata telah mengubah kendala menjadi kendali keberhasilan program.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru76

Syukuri Dampak Positif

Program PKB Tasikmalaya telah menunjukkan hasil, menjawab kebutuhan peningkatan keprofesian guru. “Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, fokus pada pengemba-ngan keterampilan dan penempaan karakter siswa. Siswa lebih aktif, antusias, percaya diri, kreatif, man-diri, dan terbiasa memecahkan ma-salah,” ucap Ibu Mimin Siti Rukmini SPd, guru SMPN 2 Sukaratu yang mengi-kuti TOT untuk fasda tambahan.

Sebelum terjun melatih guru pada putaran pelatihan sekolah, para fasda tambahan itu merasa tertantang untuk terlebih dahulu menerapkan pendekatan pembelajaran aktif sesuai pengalaman saat mengikuti TOT.

“Saya memang puas karena kini mulai dapat memenuhi standar keprofesian sebagai guru. Tapi, lebih merasa puas lagi saat saya

menyaksikan siswa berpartisipasi aktif sepanjang proses pembelajaran dan mampu menghasilkan karya yang tak jarang melebihi ekspektasi saya,” kata Ibu Tintin SPd, guru SDN Karamasantana Ia juga menuturkan, hasil karya anak, media pembela-jaran yang ia kembangkan, dan RPP dan lembar kerja yang ia siapkan kemudian dibahas dalam pertemuan KKG Gugus 2 Ciawi untuk semakin meningkatkan keprofesiannya sebagai guru.

Fasda pembelajaran, Bapak Riyadi Priyambodo SPd menjelaskan, pada saat pendampingan, setiap fasda memberikan bantuan teknis kepada guru, kepala sekolah, dan/atau komite sekolah untuk pemantapan dan pengembangan lebih lanjut hasil penempaan di ruang pelatihan.

“Saya kini lebih paham apa yang perlu dilakukan untuk mendukung guru menjalankan proses pembela-jaran yang baik. Ini dilakukan sejak

penyusunan RKT/RKAS dengan melibatkan guru, sehingga saya tahu seberapa besar anggaran yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran. Lebih dari itu, saya juga kini telah menjalankan sejumlah program praktis pengembangan budaya membaca di sekolah,” kata Bapak Asep Warlina SPd, Kepala SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 77

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya

Jl. Dalem Wirawangsa Km 1.2 Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya

Jawa Barat Tlp: 0265-548686 0265-548684

Fax: 0265-548682

Kontak Person : Drs Tatan Warsika MPd

(Kasubag Program)

Drs Bartis Suwargana MPd (Kabid Dikmen)

Kegiatan budaya membaca di SMPN Satu Atap Karangnunggal. Para guru setelah mendapat pelatihan, mulai menerapkan program budaya baca di sekolah.

Page 89: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Gulirkan Implementasi

Target pemerintah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016-2020 adalah mengedepankan peningkatan mutu tenaga pendidik untuk meningkatkan kualitas siswa di sekolah. Dalam rentang lima tahun itu, pelatihan guru dengan menggunakan modul-modul USAID PRIORITAS diproyek-sikan untuk menjangkau 15.253 orang guru yang tersebar di 131 KKG/gugus (1.086 SD) dan enam rayon dengan 13 mata pelajaran.

Diperlukan daya, upaya, dan strategi yang sangat akurat agar semua guru di Kabupaten Tasikmalaya menda-patkan pelatihan yang berkualitas. Pada tahun 2016 sebagai tahun pele-takan landasan sustainabilitas, peme-rintah telah melakukan serangkaian Training of Trainers (TOT) membentuk fasilitator daerah (fasda) baru.

Sebelumnya, hanya ada 30 orang fasda binaan USAID PRIORITAS di bidang peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), peran serta masyarakat, dan budaya membaca.

Dalam rentang bulan Agustus-Oktober 2016, telah dilaksanakan TOT untuk melatih sebanyak 538 orang fasda baru, terdiri atas 258 fasda jenjang SD dan 260 fasda

jenjang SMP. Pada forum TOT fasda tambahan ini, tidak sedikit peserta mengungkapkan rasa surprise (keterkejutan), bahwa pelatihan yang mereka alami sama sekali berbeda dari pelatihan sebelumnya yang lebih banyak berkutat pada teori.

Terlebih pada hari terakhir (hari ketiga) saat mereka melakukan real teaching. Pada sesi real teaching inilah mereka menemukan cara mempraktikkan strategi pembelajaran yang telah mereka rancang di pelatihan.

Para fasda baru bidang pembelajaran ini kemudian akan bertugas di 39 gugus model percontohan (dari 131 gugus yang ada) dan 12 MGMP model guna meningkatkan keprofesian 1.790 orang guru di sana pada tahun ini.

Gugus dan MGMP model ini akan dijadikan oleh para fasda baru itu untuk menjadi semacam benchmark bagi gugus dan rayon MGMP lainnya dalam menggulirkan program pengembangan keprofesian berke-lanjutan hingga tahun 2020 kelak. Para fasda yang sudah terbentuk ini akan secara kontinyu melatih dan mendampingi guru secara bertahap sampai pada tahun 2020 untuk mendorong semua guru (15.253 orang) meningkatkan keprofesian.

Ubah Kendala menjadi Kendali

Rotasi jabatan kerap menjadi ganja-lan yang mengusik konsentrasi, menghambat kelancaran, dan me-nunda keberhasilan implementasi program pendidikan. Pergantian pejabat di bidang PMPTK memer-lukan adaptasi yang tidak mudah terkait pelaksanaan TOT fasda baru. Pejabat baru membutuhkan waktu tidak pendek untuk memahami dan kemudian mengikuti ritme program.

Kendala rotasi jabatan ini berimbas pula pada kendala pencairan angga-ran. Penyelenggaraan TOT fasda baru yang semula dijadwalkan pada tri-wulan kedua terpaksa tertunda dan bergeser ke triwulan ketiga karena menunggu pencairan anggaran.

Untuk mengatasi masalah rotasi jabatan, tim pelaksana program me-lakukan pembicaraan intensif guna membangun kesamaan persepsi dan kemudian kesederajatan komitmen. Dana pun kemudian turun setelah terbangun kesepahaman. Meski harus tertunda dari triwulan kedua ke triwulan ketiga, TOT fasda baru tetap terimplementasi dan itu masih tergolong sebuah keberhasilan. Alhasil, kesepahaman dan kesamaan persepsi yang telah terbangun ternyata telah mengubah kendala menjadi kendali keberhasilan program.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru76

Syukuri Dampak Positif

Program PKB Tasikmalaya telah menunjukkan hasil, menjawab kebutuhan peningkatan keprofesian guru. “Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, fokus pada pengemba-ngan keterampilan dan penempaan karakter siswa. Siswa lebih aktif, antusias, percaya diri, kreatif, man-diri, dan terbiasa memecahkan ma-salah,” ucap Ibu Mimin Siti Rukmini SPd, guru SMPN 2 Sukaratu yang mengi-kuti TOT untuk fasda tambahan.

Sebelum terjun melatih guru pada putaran pelatihan sekolah, para fasda tambahan itu merasa tertantang untuk terlebih dahulu menerapkan pendekatan pembelajaran aktif sesuai pengalaman saat mengikuti TOT.

“Saya memang puas karena kini mulai dapat memenuhi standar keprofesian sebagai guru. Tapi, lebih merasa puas lagi saat saya

menyaksikan siswa berpartisipasi aktif sepanjang proses pembelajaran dan mampu menghasilkan karya yang tak jarang melebihi ekspektasi saya,” kata Ibu Tintin SPd, guru SDN Karamasantana Ia juga menuturkan, hasil karya anak, media pembela-jaran yang ia kembangkan, dan RPP dan lembar kerja yang ia siapkan kemudian dibahas dalam pertemuan KKG Gugus 2 Ciawi untuk semakin meningkatkan keprofesiannya sebagai guru.

Fasda pembelajaran, Bapak Riyadi Priyambodo SPd menjelaskan, pada saat pendampingan, setiap fasda memberikan bantuan teknis kepada guru, kepala sekolah, dan/atau komite sekolah untuk pemantapan dan pengembangan lebih lanjut hasil penempaan di ruang pelatihan.

“Saya kini lebih paham apa yang perlu dilakukan untuk mendukung guru menjalankan proses pembela-jaran yang baik. Ini dilakukan sejak

penyusunan RKT/RKAS dengan melibatkan guru, sehingga saya tahu seberapa besar anggaran yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran. Lebih dari itu, saya juga kini telah menjalankan sejumlah program praktis pengembangan budaya membaca di sekolah,” kata Bapak Asep Warlina SPd, Kepala SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 77

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya

Jl. Dalem Wirawangsa Km 1.2 Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya

Jawa Barat Tlp: 0265-548686 0265-548684

Fax: 0265-548682

Kontak Person : Drs Tatan Warsika MPd

(Kasubag Program)

Drs Bartis Suwargana MPd (Kabid Dikmen)

Kegiatan budaya membaca di SMPN Satu Atap Karangnunggal. Para guru setelah mendapat pelatihan, mulai menerapkan program budaya baca di sekolah.

Page 90: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru78

Para guru membawa hasil karya siswa dalam pertemuan MGMP di Korda 1 Banjarnegara untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas hasil karya siswa.

MGMP yang Mati Suri

Lebih dari 20 tahun KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) menjadi wadah yang disediakan untuk guru dalam meningkatkan kompetensinya. Tetapi, banyak KKG dan MGMP yang mati suri atau tidak aktif lagi.

Ibu Wahyuning Widhiati SPd, guru Bahasa Inggris, SMPN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah, berbagi pengalamannya menghidupkan MGMP pada acara Kopi Darat Diskusi Pendidikan dengan tema “Apa Kabar Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran?” yang diadakan Balitbang Kemendikbud dan ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership) di Jakarta (8/6/2016).

Menurut Sekretaris MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Karanganyar tersebut, sebelumnya banyak guru yang tidak termotivasi mengikuti kegiatan MGMP. Beberapa penyebabnya yang dia ketahui, di

antaranya:

1. Kegiatan lebih banyak dilakukan oleh pengurus dengan top down dari MKKS dan Dinas Pendidikan yaitu membuat soal UAS, UKK, dan penyusunan LKS.

2. Kegiatannya cenderung monoton, terlalu banyak teori, sedikit praktik. Tidak banyak dampak langsung yang diterima oleh anggota.

3. Dalam forum MGMP, materi cenderung pada pemenuhan administratif guru, misalnya membuat RPP dan Silabus untuk memenuhi persyaratan administrasi.

4. Bentuk MGMP dalam satu kabupaten terlalu besar sehingga yang aktif hanya guru tertentu.

5. Kurangnya kesadaran guru untuk meningkatkan kompetensinya. Para guru banyak yang merasa telah cukup dengan kemampuan yang dimilikinya.

MGMP yang difasilitasi dengan ragam kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensinya, membuat guru tertarik mengikuti pertemuan rutin tersebut dan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.

KKG dan MGMP juga menjadi tempat untuk berbagi pengalaman keberhasilan pembelajaran atau menyelesaikan masalah yang ditemui dalam pembelajaran. Melalui forum tersebut, para guru jadi bisa saling belajar dari pengalaman sesama guru.

Demikian disampaikan Ibu Wahyuning yang juga fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS yang melatih dan mendampingi guru dan kepala sekolah, dengan salah satu strateginya memanfaatkan forum MGMP.

Strategi Menghidupkan MGMP

Ibu Wahyuning dan beberapa pengurus MGMP, yang juga mendapatkan pelatihan dari USAID

Hidupkan MGMP untuk Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 79

Banjarnegara, Jawa Tengah

Page 91: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru78

Para guru membawa hasil karya siswa dalam pertemuan MGMP di Korda 1 Banjarnegara untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas hasil karya siswa.

MGMP yang Mati Suri

Lebih dari 20 tahun KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) menjadi wadah yang disediakan untuk guru dalam meningkatkan kompetensinya. Tetapi, banyak KKG dan MGMP yang mati suri atau tidak aktif lagi.

Ibu Wahyuning Widhiati SPd, guru Bahasa Inggris, SMPN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah, berbagi pengalamannya menghidupkan MGMP pada acara Kopi Darat Diskusi Pendidikan dengan tema “Apa Kabar Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran?” yang diadakan Balitbang Kemendikbud dan ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership) di Jakarta (8/6/2016).

Menurut Sekretaris MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Karanganyar tersebut, sebelumnya banyak guru yang tidak termotivasi mengikuti kegiatan MGMP. Beberapa penyebabnya yang dia ketahui, di

antaranya:

1. Kegiatan lebih banyak dilakukan oleh pengurus dengan top down dari MKKS dan Dinas Pendidikan yaitu membuat soal UAS, UKK, dan penyusunan LKS.

2. Kegiatannya cenderung monoton, terlalu banyak teori, sedikit praktik. Tidak banyak dampak langsung yang diterima oleh anggota.

3. Dalam forum MGMP, materi cenderung pada pemenuhan administratif guru, misalnya membuat RPP dan Silabus untuk memenuhi persyaratan administrasi.

4. Bentuk MGMP dalam satu kabupaten terlalu besar sehingga yang aktif hanya guru tertentu.

5. Kurangnya kesadaran guru untuk meningkatkan kompetensinya. Para guru banyak yang merasa telah cukup dengan kemampuan yang dimilikinya.

MGMP yang difasilitasi dengan ragam kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensinya, membuat guru tertarik mengikuti pertemuan rutin tersebut dan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.

KKG dan MGMP juga menjadi tempat untuk berbagi pengalaman keberhasilan pembelajaran atau menyelesaikan masalah yang ditemui dalam pembelajaran. Melalui forum tersebut, para guru jadi bisa saling belajar dari pengalaman sesama guru.

Demikian disampaikan Ibu Wahyuning yang juga fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS yang melatih dan mendampingi guru dan kepala sekolah, dengan salah satu strateginya memanfaatkan forum MGMP.

Strategi Menghidupkan MGMP

Ibu Wahyuning dan beberapa pengurus MGMP, yang juga mendapatkan pelatihan dari USAID

Hidupkan MGMP untuk Tingkatkan Kualitas Pembelajaran

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 79

Banjarnegara, Jawa Tengah

Page 92: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

PRIORITAS, mulai menyusun strategi untuk membuat guru-guru aktif mengikuti kegiatan MGMP. Berikut beberapa strategi yang mereka lakukan.

1. Membuat Kegiatan dengan Inisiatif dari MGMP

Pada awal tahun pertemuan anggota dan pengurus MGMP, mereka membahas topik-topik yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Mereka juga melakukan pendekatan internal dengan pihak MKKS, terkait dukungan dana, perizinan, dan implementasi hasil-hasil pertemuan MGMP di sekolah.

2. Memanfaatkan Program USAID PRIORITAS

Ibu Wahyuning dan beberapa pengurus MGMP yang mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS, memanfaatkan modul dan metode pelatihan untuk didiseminasikan kepada guru lainnya melalui MGMP. Mereka juga menggunakan pendekatan lesson study yang dilaksanakan dalam tiga tahapan (Plan, Do, See) dalam melakukan pendampingan kepada para guru di sekolah mitra melalui forum MGMP.

Pada setiap pertemuan MGMP mereka fokus membahas satu topik, misalnya membuat lembar kerja dengan pertanyaan tingkat tinggi. Di awal pertemuan, fasilitator memberikan pelatihan tentang membuat lembar kerja. Lalu para guru dan fasilitator membuat perencanaan implementasinya di kelas (Plan).

Setelah itu ada satu guru yang menerapkan di sekolahnya, dan guru-guru lainnya melihat proses pembelajaran tersebut dan mencatat hal-hal yang berhasil dalam pembelajaran maupun yang masih perlu diperbaiki, terutama berfokus pada proses belajar siswa.

Setelah mendiskusikan hasil pengamatan pembelajaran dan langkah-langkah yang perlu diperbaiki, semua anggota MGMP menerapkan di kelasnya masing-masing (Do).

Pada pertemuan MGMP berikutnya para guru membawa hasil karya siswa, media pembelajaran yang dipakai, dan catatan refleksi proses pembelajaran yang terkait dengan keberhasilan dan masalah-masalah pembelajaran,

untuk dibahas dalam MGMP (See). Para guru diberi kesempatan untuk berbagi hasil pengalamannya. Hasilnya kemudian dijadikan bahan untuk perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.

3. Mendapat Dukungan dari Dinas Pendidikan

Dinas pendidikan setelah melihat secara langsung perkembangan dan manfaat MGMP, mulai mengoptimalkan peran empat Koordinator Daerah (Korda) MGMP. Di Kabupaten Banjarnegara, untuk memudahkan akses guru mengikuti MGMP, Dinas Pendidikan membuat rayonisasi MGMP.

Dinas Pendidikan juga bekerja sama dengan USAID PRIORITAS melatih dua orang perwakilan dari setiap Korda; dilatih tentang pembelajaran aktif dan pengelolaan MGMP, untuk menjadi fasilitator di setiap Korda. Adanya tambahan fasilitator, membuat MGMP di setiap Korda menjadi lebih hidup.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru80

Dampak dalam Pembelajaran

Menurut Ibu Wahyuning, pertemuan MGMP Bahasa Inggris kini menjadi sesuatu yang ditunggu karena selalu ada hal baru yang dilatihkan. Kegiatannya implementatif dan sesuai dengan kebutuhan guru. Pertemuan rutin yang dilaksanakan MGMP Bahasa Inggris di Korda 1 Banjarnegara adalah setiap hari selasa.

Dari setiap pertemuan MGMP dan kunjungan ke sekolah guru-guru yang aktif dalam MGMP, dia melihat pembelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih hidup. Terlihat dari keaktifan dan keberanian siswa mempresen-tasikan hasil karyanya. Bahkan media sosial juga marak hasil postingan pembelajaran di kelas sebagai ajang tukar pengalaman guru.

“Dengan berjalannya kegiatan MGMP, kami merasakan banyak manfaatnya. Selain pembelajaran aktif sudah terbiasa dilaksanakan, kami bisa menjadi juara satu dalam lomba Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan menjadi guru berprestasi di tahun 2016. Para guru juga bisa memenuhi poin pengembangan diri dalam rangka kegiatan PKB. Setiap kali pertemuan MGMP mereka mendapat sertifikat yang bisa digunakan untuk kenaikan pangkat juga,” katanya lagi.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 81

Kegiatan lesson study menjadi bagian dari kegiatan MGMP. Mulai membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), implementasi pembelajaran, dan refleksi pembelajaran semuanya dilaksanakan guru bersama-sama. Tampak beberapa guru sedang mengamati proses pembelajaran yang diajar oleh seorang guru dengan menggunakan RPP yang dibuat bersama dalam MGMP.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara

JL. Mayjen DI. Panjaitan, No. 57, Banjarnegara, Jawa Tengah

Telp: (0286) 594846

Kontak person:Agus Sutanto MPd

(Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan)

Sujadi SPd(Kasi Mutasi Pendidik dan Tenaga

Kependidikan)

Wahyuning Widiati SPd(Fasilitator Daerah Banjarnegara)

Page 93: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

PRIORITAS, mulai menyusun strategi untuk membuat guru-guru aktif mengikuti kegiatan MGMP. Berikut beberapa strategi yang mereka lakukan.

1. Membuat Kegiatan dengan Inisiatif dari MGMP

Pada awal tahun pertemuan anggota dan pengurus MGMP, mereka membahas topik-topik yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Mereka juga melakukan pendekatan internal dengan pihak MKKS, terkait dukungan dana, perizinan, dan implementasi hasil-hasil pertemuan MGMP di sekolah.

2. Memanfaatkan Program USAID PRIORITAS

Ibu Wahyuning dan beberapa pengurus MGMP yang mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS, memanfaatkan modul dan metode pelatihan untuk didiseminasikan kepada guru lainnya melalui MGMP. Mereka juga menggunakan pendekatan lesson study yang dilaksanakan dalam tiga tahapan (Plan, Do, See) dalam melakukan pendampingan kepada para guru di sekolah mitra melalui forum MGMP.

Pada setiap pertemuan MGMP mereka fokus membahas satu topik, misalnya membuat lembar kerja dengan pertanyaan tingkat tinggi. Di awal pertemuan, fasilitator memberikan pelatihan tentang membuat lembar kerja. Lalu para guru dan fasilitator membuat perencanaan implementasinya di kelas (Plan).

Setelah itu ada satu guru yang menerapkan di sekolahnya, dan guru-guru lainnya melihat proses pembelajaran tersebut dan mencatat hal-hal yang berhasil dalam pembelajaran maupun yang masih perlu diperbaiki, terutama berfokus pada proses belajar siswa.

Setelah mendiskusikan hasil pengamatan pembelajaran dan langkah-langkah yang perlu diperbaiki, semua anggota MGMP menerapkan di kelasnya masing-masing (Do).

Pada pertemuan MGMP berikutnya para guru membawa hasil karya siswa, media pembelajaran yang dipakai, dan catatan refleksi proses pembelajaran yang terkait dengan keberhasilan dan masalah-masalah pembelajaran,

untuk dibahas dalam MGMP (See). Para guru diberi kesempatan untuk berbagi hasil pengalamannya. Hasilnya kemudian dijadikan bahan untuk perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.

3. Mendapat Dukungan dari Dinas Pendidikan

Dinas pendidikan setelah melihat secara langsung perkembangan dan manfaat MGMP, mulai mengoptimalkan peran empat Koordinator Daerah (Korda) MGMP. Di Kabupaten Banjarnegara, untuk memudahkan akses guru mengikuti MGMP, Dinas Pendidikan membuat rayonisasi MGMP.

Dinas Pendidikan juga bekerja sama dengan USAID PRIORITAS melatih dua orang perwakilan dari setiap Korda; dilatih tentang pembelajaran aktif dan pengelolaan MGMP, untuk menjadi fasilitator di setiap Korda. Adanya tambahan fasilitator, membuat MGMP di setiap Korda menjadi lebih hidup.

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru80

Dampak dalam Pembelajaran

Menurut Ibu Wahyuning, pertemuan MGMP Bahasa Inggris kini menjadi sesuatu yang ditunggu karena selalu ada hal baru yang dilatihkan. Kegiatannya implementatif dan sesuai dengan kebutuhan guru. Pertemuan rutin yang dilaksanakan MGMP Bahasa Inggris di Korda 1 Banjarnegara adalah setiap hari selasa.

Dari setiap pertemuan MGMP dan kunjungan ke sekolah guru-guru yang aktif dalam MGMP, dia melihat pembelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih hidup. Terlihat dari keaktifan dan keberanian siswa mempresen-tasikan hasil karyanya. Bahkan media sosial juga marak hasil postingan pembelajaran di kelas sebagai ajang tukar pengalaman guru.

“Dengan berjalannya kegiatan MGMP, kami merasakan banyak manfaatnya. Selain pembelajaran aktif sudah terbiasa dilaksanakan, kami bisa menjadi juara satu dalam lomba Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan menjadi guru berprestasi di tahun 2016. Para guru juga bisa memenuhi poin pengembangan diri dalam rangka kegiatan PKB. Setiap kali pertemuan MGMP mereka mendapat sertifikat yang bisa digunakan untuk kenaikan pangkat juga,” katanya lagi.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 81

Kegiatan lesson study menjadi bagian dari kegiatan MGMP. Mulai membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), implementasi pembelajaran, dan refleksi pembelajaran semuanya dilaksanakan guru bersama-sama. Tampak beberapa guru sedang mengamati proses pembelajaran yang diajar oleh seorang guru dengan menggunakan RPP yang dibuat bersama dalam MGMP.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara

JL. Mayjen DI. Panjaitan, No. 57, Banjarnegara, Jawa Tengah

Telp: (0286) 594846

Kontak person:Agus Sutanto MPd

(Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan)

Sujadi SPd(Kasi Mutasi Pendidik dan Tenaga

Kependidikan)

Wahyuning Widiati SPd(Fasilitator Daerah Banjarnegara)

Page 94: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kota Tangerang Selatan, Banten

Optimalkan Peran Gugus untuk Profesionalisme Guru

pemerintah Kota Tangsel untuk melakukan langkah konkret dalam meningkatkan kompetensi guru.

Langkah pertama yang dilakukan Dinas Pendidikan (Dindik) Tangsel pada tahun 2016 menyusun Pedoman Pengelolaan Gugus. Pedoman ini dimaksudkan untuk memaksimalkan peran dan fungsi strategis gugus sebagai wadah pengembangan keprofesian guru dan tenaga kependidikan atau guru pembelajar.

Bapak Drs Didi Sutisna, Kabid PTK Dindik Tangerang Selatan mengatakan gugus menjadi ujung tombak pening-katan kompetensi guru dan proses PKB/guru pembelajar dimungkinkan lebih efektif dan efisien dilaksanakan dalam kelompok belajar atau KKG, selain yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah oleh P4TK, LPMP, Dinas Pendidikan, LPTK, dan penyedia jasa lainnya.

Strategi Implementasi Kebijakan

Optimalisasi pengelolaan gugus di Kota Tangerang Selatan didasarkan pada kebutuhan peningkatan kapasitas guru dalam pembelajaran. Bertumbuhnya sekolah swasta bermutu di sekitar Tangsel perlu

diimbangi dengan kreativitas guru dari sekolah milik pemerintah untuk membuat pembelajaran semakin menarik.

Bapak Didi berpendapat hasil evaluasi dari kunjungan ke beberapa sekolah menunjukkan guru-guru perlu merancang skenario pembelajaran yang singkat dan melibatkan interaksi siswa.

“Selama ini RPP tidak banyak dilak-sanakan oleh para guru karena terlalu lama. Padahal skenario pem-belajaran yang menarik memerlukan kreativitas guru,” katanya.

Kreativitas guru yang dimaksud adalah ketersediaan media pembelajaran atau alat bantu belajar di kelas. Di gugus, para guru dapat bekerja sama berbagi media pembelajaran atau merancang bersama alat bantu belajar. Gugus bisa menjadi 'bengkel guru' agar pengelolaannya lebih optimal dibandingkan sebelumnya.

“Sebenarnya gugus sudah ada sejak lama di setiap kecamatan untuk pusat kegiatan guru, namun pengelolaannya belum maksimal. Oleh karena itu, melalui pedoman pengelolaan gugus ini diharapkan gugus dapat berfungsi secara efektif untuk mengembangkan KKG dan KKKS. Saya menyebutnya 'Bengkel

KBM' untuk tujuan tersebut,” tambahnya.

Langkah-langkah implementasi terinci sebagai berikut:

1. Melakukan restrukturisasi pengurus organisasi gugus.

2. Menerbitkan SK untuk pengurus gugus.

3. Melaksanakan FGD untuk menyusun konsep pengelolaan gugus.

4. Menyusun pedoman gugus bersama tim (bidang PTK, bidang Dikdas, serta perwakilan pengurus gugus).

5. Mensosialisasikan pedoman gugus yang telah tersusun.

Pedoman gugus ini secara detail ber-isi dan mengatur tentang (i) dasar dan tujuan, (ii) pembentukan gugus dan organisasinya, (iiI) hubungan gugus dengan sistem pembinaan pro-fesional, dan (iv) mekanisme kerja gugus. Dalam pembinaan profesional gugus diarahkan untuk mengembang-kan komponen kegiatan belajar mengajar, manajemen, sarana belajar, fisik, dan partisipasi masyarakat yang bertahap dan terstruktur baik pela-tihan maupun materi pelatihannya.

Implementasi diawali dengan melakukan sosialisasi oleh Dinas Pendidikan pada akhir Agustus 2016

Dinas Pendidikan Tangsel pada tahun 2016 menyusun Pedoman Pengelolaan Gugus untuk memaksimalkan peran dan fungsi strategis gugus sebagai wadah pengembangan keprofesian guru dan tenaga kependidikan.

Data dan Kebijakan

Pasca UKG tahun 2015 yang diikuti oleh 10.844 guru, Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan mulai meng-ambil langkah untuk menyusun stra-tegi peningkatan kompetensi guru. Salah satu langkah yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Tange-rang Selatan (Tangsel) melalui bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) adalah melakukan analisis hasil UKG untuk menentukan pengelompokan guru berdasarkan kebutuhan pelatihannya. Kemudian disinergikan dengan hasil fasilitasi dan pendampingan penyusunan perencanaan PKB guru yang dilaksanakan bekerja sama dengan USAID PRIORITAS.

Pedoman Pengelolaan Gugus

Berdasarkan data rerata uji kompetensi guru tahun 2015 untuk kompetensi profesional dan pedagogik menunjukkan bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki nilai 61,94 yang terlihat lebih tinggi dibandingkan nilai rerata nasional 56,69.

Meski nilai UKG di Tangsel masih lebih baik dibandingkan nilai rerata nasional dan provinsi, tetapi masih banyak guru yang nilai beberapa sub kompentesi pedagogiknya masih rendah. Hal ini menjadi perhatian

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru82 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 83

Page 95: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kota Tangerang Selatan, Banten

Optimalkan Peran Gugus untuk Profesionalisme Guru

pemerintah Kota Tangsel untuk melakukan langkah konkret dalam meningkatkan kompetensi guru.

Langkah pertama yang dilakukan Dinas Pendidikan (Dindik) Tangsel pada tahun 2016 menyusun Pedoman Pengelolaan Gugus. Pedoman ini dimaksudkan untuk memaksimalkan peran dan fungsi strategis gugus sebagai wadah pengembangan keprofesian guru dan tenaga kependidikan atau guru pembelajar.

Bapak Drs Didi Sutisna, Kabid PTK Dindik Tangerang Selatan mengatakan gugus menjadi ujung tombak pening-katan kompetensi guru dan proses PKB/guru pembelajar dimungkinkan lebih efektif dan efisien dilaksanakan dalam kelompok belajar atau KKG, selain yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah oleh P4TK, LPMP, Dinas Pendidikan, LPTK, dan penyedia jasa lainnya.

Strategi Implementasi Kebijakan

Optimalisasi pengelolaan gugus di Kota Tangerang Selatan didasarkan pada kebutuhan peningkatan kapasitas guru dalam pembelajaran. Bertumbuhnya sekolah swasta bermutu di sekitar Tangsel perlu

diimbangi dengan kreativitas guru dari sekolah milik pemerintah untuk membuat pembelajaran semakin menarik.

Bapak Didi berpendapat hasil evaluasi dari kunjungan ke beberapa sekolah menunjukkan guru-guru perlu merancang skenario pembelajaran yang singkat dan melibatkan interaksi siswa.

“Selama ini RPP tidak banyak dilak-sanakan oleh para guru karena terlalu lama. Padahal skenario pem-belajaran yang menarik memerlukan kreativitas guru,” katanya.

Kreativitas guru yang dimaksud adalah ketersediaan media pembelajaran atau alat bantu belajar di kelas. Di gugus, para guru dapat bekerja sama berbagi media pembelajaran atau merancang bersama alat bantu belajar. Gugus bisa menjadi 'bengkel guru' agar pengelolaannya lebih optimal dibandingkan sebelumnya.

“Sebenarnya gugus sudah ada sejak lama di setiap kecamatan untuk pusat kegiatan guru, namun pengelolaannya belum maksimal. Oleh karena itu, melalui pedoman pengelolaan gugus ini diharapkan gugus dapat berfungsi secara efektif untuk mengembangkan KKG dan KKKS. Saya menyebutnya 'Bengkel

KBM' untuk tujuan tersebut,” tambahnya.

Langkah-langkah implementasi terinci sebagai berikut:

1. Melakukan restrukturisasi pengurus organisasi gugus.

2. Menerbitkan SK untuk pengurus gugus.

3. Melaksanakan FGD untuk menyusun konsep pengelolaan gugus.

4. Menyusun pedoman gugus bersama tim (bidang PTK, bidang Dikdas, serta perwakilan pengurus gugus).

5. Mensosialisasikan pedoman gugus yang telah tersusun.

Pedoman gugus ini secara detail ber-isi dan mengatur tentang (i) dasar dan tujuan, (ii) pembentukan gugus dan organisasinya, (iiI) hubungan gugus dengan sistem pembinaan pro-fesional, dan (iv) mekanisme kerja gugus. Dalam pembinaan profesional gugus diarahkan untuk mengembang-kan komponen kegiatan belajar mengajar, manajemen, sarana belajar, fisik, dan partisipasi masyarakat yang bertahap dan terstruktur baik pela-tihan maupun materi pelatihannya.

Implementasi diawali dengan melakukan sosialisasi oleh Dinas Pendidikan pada akhir Agustus 2016

Dinas Pendidikan Tangsel pada tahun 2016 menyusun Pedoman Pengelolaan Gugus untuk memaksimalkan peran dan fungsi strategis gugus sebagai wadah pengembangan keprofesian guru dan tenaga kependidikan.

Data dan Kebijakan

Pasca UKG tahun 2015 yang diikuti oleh 10.844 guru, Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan mulai meng-ambil langkah untuk menyusun stra-tegi peningkatan kompetensi guru. Salah satu langkah yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Tange-rang Selatan (Tangsel) melalui bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) adalah melakukan analisis hasil UKG untuk menentukan pengelompokan guru berdasarkan kebutuhan pelatihannya. Kemudian disinergikan dengan hasil fasilitasi dan pendampingan penyusunan perencanaan PKB guru yang dilaksanakan bekerja sama dengan USAID PRIORITAS.

Pedoman Pengelolaan Gugus

Berdasarkan data rerata uji kompetensi guru tahun 2015 untuk kompetensi profesional dan pedagogik menunjukkan bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki nilai 61,94 yang terlihat lebih tinggi dibandingkan nilai rerata nasional 56,69.

Meski nilai UKG di Tangsel masih lebih baik dibandingkan nilai rerata nasional dan provinsi, tetapi masih banyak guru yang nilai beberapa sub kompentesi pedagogiknya masih rendah. Hal ini menjadi perhatian

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru82 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 83

Page 96: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

kepada 24 gugus yang ada di Kota Tangerang Selatan yang masing-masing beranggotakan sedikitnya 8-10 sekolah. Perwakilan 25 gugus kemudian melakukan restrukturisasi yang meliputi kepengurusan, program kegiatan dan anggaran. Untuk menunjang berjalannya KKG, Dinas Pendidikan menyiapkan pro-gram dan anggaran yang dimasukkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan tahun 2016-2021 untuk mendukung anggaran KKG yang bersumber dari BOS dan BOSDA yang ada di sekolah. Penge-lolaan dana ini diserahkan sepenuh-nya kepada pengurus gugus untuk memberdayakan gugus dan mengop-timalkan kebutuhan kinerja guru.

Bapak Yahya Sutaemi SPd MSi, Kasie Dikdas Dindik Tangerang Selatan menyatakan bahwa gugus menjadi wadah strategis untuk membina

guru. “Setiap gugus dibina oleh pengawas sehingga akan lebih strategis bilamana gugus diberda-yakan. Guru bisa berbagi pengala-man dan kapasitasnya satu sama lain dalam satu gugus atau antar gugus,” katanya.

Adanya kepengurusan gugus membantu Dindik dalam meningkat-kan mutu pendidikan. Bapak Yahya berharap pedoman pengelolaan gugus akan membantu kinerja pengawas sekolah lebih fokus lagi.

“Selama ini pengawas sekolah masih belum komunikatif sebagai jembatan Dindik dengan sekolah. Selain itu, kinerja pengawas untuk mengawasi pembelajaran dan manajemen sekolah terdampingi juga dirasa belum optimal. Melalui pengelolaan gugus ini, ke depan pengawas sekolah dapat lebih optimal dalam melakukan fungsinya,” tambahnya.

Dampak Kebijakan

Restrukturisasi fungsi gugus juga dirasakan oleh Ibu Siti Khodijah SPd, Kepala SDN Pondok Jagung 5. Ia mengatakan kepengurusan gugus yang baru tentu mengubah fungsi gugus yang selama ini sebagai pusat kegiatan guru menjadi pusat sumber belajar guru.

“Dari dulu memang sudah ada gugus. Bedanya dulu gugus hanya sebagai pusat kegiatan, tetapi sekarang gugus menjadi pusat sumber belajar bersama-sama dalam meningkatkan kapasitas dan kompe-tensi guru. Kita punya hak dan kewajiban yang sama untuk berbagi ilmu, baik sekolah swasta maupun negeri,” kata Ibu Siti yang berasal dari gugus 24 Kota Tangerang Selatan.

Di gugus 25 Kota Tangerang Selatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru84

terdapat 8 sekolah yakni SDN Jelupang 1, SDN Jelupang 2, SDN Jelupang 3, SDN Pondok Jagung 2, SDN Pondok Jagung 5, SDN Lengkong Karya, SD Swasta Effata, SD Alam Madinah. Gugus 24 ini telah menyusun program kerja sesuai dengan kebutuhan guru dan bekerjasama dalam mengembangkan kurikulum, rencana pembelajaran, praktik mengajar, pemodelan, hingga kunjungan antar sekolah. Identifikasi kebutuhan guru dapat diketahui setelah rapat bersama intra gugus.

“Kami juga mendatangkan narasum-ber yang memang diperlukan guru. Pelaksanaan pelatihan dilakukan secara reguler per minggu hingga

materi selesai. Ada pula program pemodelan guru yang melibatkan guru-guru yang sudah dilatih USAID PRIORITAS. Guru-guru tersebut berbagi ilmu kepada guru lain yang tidak menjadi mitra USAID PRIORITAS,” kata Ibu Siti.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan,

Jl. Buana Kencana Loka Sektor 12, BSD Serpong, Kota Tangerang Selatan.

Telp: 021 75875168

Kontak Person: Drs Didi Sutisna

(Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan)

Drs Yahya Sutaemi MSi (Kasie Bina SD Bidang Dikdas)

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 85

Para guru yang aktif di kegiatan KKG, mulai menerapkan pembelajaran aktif di sekolahnya, seperti di SDN Jelupang 2, Tangsel.

Setelah terbitnya Pedoman Pengelolaan Gugus, para guru menjadi lebih aktif mengikuti kegiatan KKG di tingkat gugus.

Page 97: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

kepada 24 gugus yang ada di Kota Tangerang Selatan yang masing-masing beranggotakan sedikitnya 8-10 sekolah. Perwakilan 25 gugus kemudian melakukan restrukturisasi yang meliputi kepengurusan, program kegiatan dan anggaran. Untuk menunjang berjalannya KKG, Dinas Pendidikan menyiapkan pro-gram dan anggaran yang dimasukkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan tahun 2016-2021 untuk mendukung anggaran KKG yang bersumber dari BOS dan BOSDA yang ada di sekolah. Penge-lolaan dana ini diserahkan sepenuh-nya kepada pengurus gugus untuk memberdayakan gugus dan mengop-timalkan kebutuhan kinerja guru.

Bapak Yahya Sutaemi SPd MSi, Kasie Dikdas Dindik Tangerang Selatan menyatakan bahwa gugus menjadi wadah strategis untuk membina

guru. “Setiap gugus dibina oleh pengawas sehingga akan lebih strategis bilamana gugus diberda-yakan. Guru bisa berbagi pengala-man dan kapasitasnya satu sama lain dalam satu gugus atau antar gugus,” katanya.

Adanya kepengurusan gugus membantu Dindik dalam meningkat-kan mutu pendidikan. Bapak Yahya berharap pedoman pengelolaan gugus akan membantu kinerja pengawas sekolah lebih fokus lagi.

“Selama ini pengawas sekolah masih belum komunikatif sebagai jembatan Dindik dengan sekolah. Selain itu, kinerja pengawas untuk mengawasi pembelajaran dan manajemen sekolah terdampingi juga dirasa belum optimal. Melalui pengelolaan gugus ini, ke depan pengawas sekolah dapat lebih optimal dalam melakukan fungsinya,” tambahnya.

Dampak Kebijakan

Restrukturisasi fungsi gugus juga dirasakan oleh Ibu Siti Khodijah SPd, Kepala SDN Pondok Jagung 5. Ia mengatakan kepengurusan gugus yang baru tentu mengubah fungsi gugus yang selama ini sebagai pusat kegiatan guru menjadi pusat sumber belajar guru.

“Dari dulu memang sudah ada gugus. Bedanya dulu gugus hanya sebagai pusat kegiatan, tetapi sekarang gugus menjadi pusat sumber belajar bersama-sama dalam meningkatkan kapasitas dan kompe-tensi guru. Kita punya hak dan kewajiban yang sama untuk berbagi ilmu, baik sekolah swasta maupun negeri,” kata Ibu Siti yang berasal dari gugus 24 Kota Tangerang Selatan.

Di gugus 25 Kota Tangerang Selatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru84

terdapat 8 sekolah yakni SDN Jelupang 1, SDN Jelupang 2, SDN Jelupang 3, SDN Pondok Jagung 2, SDN Pondok Jagung 5, SDN Lengkong Karya, SD Swasta Effata, SD Alam Madinah. Gugus 24 ini telah menyusun program kerja sesuai dengan kebutuhan guru dan bekerjasama dalam mengembangkan kurikulum, rencana pembelajaran, praktik mengajar, pemodelan, hingga kunjungan antar sekolah. Identifikasi kebutuhan guru dapat diketahui setelah rapat bersama intra gugus.

“Kami juga mendatangkan narasum-ber yang memang diperlukan guru. Pelaksanaan pelatihan dilakukan secara reguler per minggu hingga

materi selesai. Ada pula program pemodelan guru yang melibatkan guru-guru yang sudah dilatih USAID PRIORITAS. Guru-guru tersebut berbagi ilmu kepada guru lain yang tidak menjadi mitra USAID PRIORITAS,” kata Ibu Siti.

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan,

Jl. Buana Kencana Loka Sektor 12, BSD Serpong, Kota Tangerang Selatan.

Telp: 021 75875168

Kontak Person: Drs Didi Sutisna

(Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan)

Drs Yahya Sutaemi MSi (Kasie Bina SD Bidang Dikdas)

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 85

Para guru yang aktif di kegiatan KKG, mulai menerapkan pembelajaran aktif di sekolahnya, seperti di SDN Jelupang 2, Tangsel.

Setelah terbitnya Pedoman Pengelolaan Gugus, para guru menjadi lebih aktif mengikuti kegiatan KKG di tingkat gugus.

Page 98: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru86

Presentasi dalam kelompok pada pelatihan PAKEM Modul 1.

Data dan Kebijakan

Butuh 52 tahun bagi Pemkab Tapanuli Selatan (Tapsel) agar bisa tuntas melatih seluruh guru, jika hanya mengandalkan APBD. Dengan metode multi sumber pembiayaan, Tapsel berhasil mempercepat peningkatan mutu guru. Meskipun sudah melakukan diseminasi pelatihan selama empat tahun, ternyata masih terlalu banyak guru yang belum dilatih.

Hasil analisis pada lokakarya PKB, ternyata baru 6% guru SD di Tapsel yang mendapatkan pelatihan modul-1 PAKEM. Padahal pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS setidaknya ada tiga modul, baik untuk PAKEM, MBS maupun CTL.

Tantangan ini menumbuhkan semangat baru bagi Dinas Pendidikan Tapsel. Bapak Eddy SE, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan, ingin seluruh guru SD dan SMP dilatih pelatihan ini, karena melihat hasil dari diseminasi

selama ini cukup efektif merubah cara mengajar guru agar tidak monoton. Pelatihan MBS yang dilihat juga terbukti dapat merubah cara pandang kepala sekolah agar lebih transparan dan optimal menggunakan dananya untuk peningkatan mutu, serta tidak menafikan peran aktif semua warga sekolah.

Dalam rapat perencanaan yang

menghadirkan Kepala UPT, Kordinator Pengawas per kecamatan, KKG, MGMP, K3S dan perwakilan guru disampaikan analisis bahwa untuk melatih semua guru, tidak cukup bila ditanggung sepenuhnya dari APBD.

Dalam desain PKB, setiap guru harus dilatih minimal sekali dalam setahun. Saat ini, setiap tahun Dinas Pendidikan baru bisa

menganggarkan Rp. 300 juta untuk diseminasi pelatihan guru tersebut.

Padahal setelah dihitung untuk menuntaskan semua modul pelatihan tersebut untuk semua guru SD dan SMP dibutuhkan biaya Rp. 15 milyar. Kalau hanya mengandalkan APBD tersebut, perlu 52 tahun untuk menuntaskan semua modul pelatihan tersebut. Maka rencana kerja percepatan pun dibuat.

Pengembangan Mutu Guru yang Sistemik dan Berkelanjutan

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 87

Grafik 1. Sumber pembiayaan dan waktu yang diperlukan untuk menuntaskan pelatihan guru di Kabupaten Tapanuli Selatan

16.0

14.0

12.0

10.0

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0

52 t

ahun

31 t

ahun

5 ta

hun

4 ta

hun

2 ta

hun

Kebutuhan APBD APBD APBD+ BOS

APBD+ BOS

+TPP 1%

APBD+ BOS +TPP 5%

0.3 0.5 0.5 0.5 0.5

2.7 2.7 2.7

0.9

4.6

CTL3.1

MBS3.0

Pakem9.0

Page 99: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru86

Presentasi dalam kelompok pada pelatihan PAKEM Modul 1.

Data dan Kebijakan

Butuh 52 tahun bagi Pemkab Tapanuli Selatan (Tapsel) agar bisa tuntas melatih seluruh guru, jika hanya mengandalkan APBD. Dengan metode multi sumber pembiayaan, Tapsel berhasil mempercepat peningkatan mutu guru. Meskipun sudah melakukan diseminasi pelatihan selama empat tahun, ternyata masih terlalu banyak guru yang belum dilatih.

Hasil analisis pada lokakarya PKB, ternyata baru 6% guru SD di Tapsel yang mendapatkan pelatihan modul-1 PAKEM. Padahal pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS setidaknya ada tiga modul, baik untuk PAKEM, MBS maupun CTL.

Tantangan ini menumbuhkan semangat baru bagi Dinas Pendidikan Tapsel. Bapak Eddy SE, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan, ingin seluruh guru SD dan SMP dilatih pelatihan ini, karena melihat hasil dari diseminasi

selama ini cukup efektif merubah cara mengajar guru agar tidak monoton. Pelatihan MBS yang dilihat juga terbukti dapat merubah cara pandang kepala sekolah agar lebih transparan dan optimal menggunakan dananya untuk peningkatan mutu, serta tidak menafikan peran aktif semua warga sekolah.

Dalam rapat perencanaan yang

menghadirkan Kepala UPT, Kordinator Pengawas per kecamatan, KKG, MGMP, K3S dan perwakilan guru disampaikan analisis bahwa untuk melatih semua guru, tidak cukup bila ditanggung sepenuhnya dari APBD.

Dalam desain PKB, setiap guru harus dilatih minimal sekali dalam setahun. Saat ini, setiap tahun Dinas Pendidikan baru bisa

menganggarkan Rp. 300 juta untuk diseminasi pelatihan guru tersebut.

Padahal setelah dihitung untuk menuntaskan semua modul pelatihan tersebut untuk semua guru SD dan SMP dibutuhkan biaya Rp. 15 milyar. Kalau hanya mengandalkan APBD tersebut, perlu 52 tahun untuk menuntaskan semua modul pelatihan tersebut. Maka rencana kerja percepatan pun dibuat.

Pengembangan Mutu Guru yang Sistemik dan Berkelanjutan

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 87

Grafik 1. Sumber pembiayaan dan waktu yang diperlukan untuk menuntaskan pelatihan guru di Kabupaten Tapanuli Selatan

16.0

14.0

12.0

10.0

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0

52 t

ahun

31 t

ahun

5 ta

hun

4 ta

hun

2 ta

hun

Kebutuhan APBD APBD APBD+ BOS

APBD+ BOS

+TPP 1%

APBD+ BOS +TPP 5%

0.3 0.5 0.5 0.5 0.5

2.7 2.7 2.7

0.9

4.6

CTL3.1

MBS3.0

Pakem9.0

Page 100: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kendala dan Solusi dalam Implementasi Kebijakan

Menjadi diskusi hangat saat itu untuk mencari sumberdana lain yang akan menopang kebutuhan PKB untuk semua guru. Tumbuh kesepakatan saat itu PKB tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah saja, tapi juga tanggungjawab sekolah dan guru.

Maka dari kelompok kepala sekolah kala itu setuju sekolah ikut menanggung biaya pelatihan menggunakan dana BOS bagi gurunya sendiri. Dalam juknis penggunaan dana BOS memang diperbolehkan atau bahkan diutamakan dana tersebut untuk Komponen 3 (peningkatan mutu pembelajaran) dan Komponen 9 (pengembangan kompetensi guru). Selama ini dana Komponen 9 tetap keluar hanya untuk pertemuan KKG atau MGMP yang hasilnya tidak jelas.

Menurut laporan dana BOS dari sekolah yang diunggah ke pusat, rata-rata jumlahnya sekitar 6% atau sekitar Rp. 2,7 M setiap tahunnya. Angka ini cukup fantastis bila bisa dioptimalkan. Akhirnya kepala sekolah menyepakati akan mengalokasikan 5% dana BOS untuk mendukung pelatihan tersebut. Semula ada beberapa kepala sekolah menolak rencana ini, karena dianggap

sebagai campur tangan Dinas Pendidikan ke sekolah. Namun, setelah mendapatkan penjelasan teknis bahwa dana akan dikelola sendiri melalui KKG, baru kepala sekolah mulai setuju.

Dukungan yang Memperkuat Kebijakan

Kalau pelatihan sudah ditanggung dari dana BOS lalu anggaran dari

APBD untuk apa? Bapak Eddy selaku Kabid Dikdas dan Manajer BOS menyampaikan komitmen Dinas Pendidikan bahwa anggaran tersebut tetap ada. Namun akan dikhususkan untuk menyelenggarakan TOT bagi fasilitator daerah (fasda) baru dan Pengawas. Dan ini berjalan sejak tahun 2016 dan akan berlanjut setiap tahun untuk modul-modul selanjutnya. TOT ini dimaksudkan untuk menambah fasda baru sehingga menjangkau seluruh SD di

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru88

Diskusi penyusunan komponen RPP pada pelatihan PAKEM untuk sekolah-sekolah di Kecamatan Sayur Matanggi dan Tantom Angkola.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 89

Informasi lebih lanjut hubungi: Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan,

Kompleks perkantoran Pemda Tapsel di Sipirok

Kontak Person: Eddy SE

(Kabid Dikdas)

Zulkarnen Harahap (Fasilitator Daerah)

setiap kecamatan, yang saat ini hanya dijangkau 15 fasda. Selain itu, Dinas Pendidikan juga menyoroti selama ini pengawas hampir tidak diberi kesempatan terlibat dalam pengembangan mutu guru. Dengan TOT maka peran pengawas akan dikuatkan sehingga berperan aktif setidaknya sebagai fasilitator dalam pendampingan atau supervisi.

Kontribusi sekolah disepakati sebesar 5% dari dana BOS dikumpulkan melalui KKG setiap kali pencairan dana BOS atau setiap triwulan. Pelatihan langsung dilaksanakan 1 minggu setelah pencairan dana dan bertempat di lokasi KKG yang telah ditentukan. Pihak Dinas Pendidikan sudah membagi tugas siapa fasilitator yang ditugaskan serempak di delapan titik dan berlangsung dalam empat gelombang, sehingga dalam setahun berlangsung 24 kali pelatihan.

Di tahun 2016 pelatihan masif ini telah menjangkau 1.802 partisipan dari guru kelas yang dilatih PAKEM Modul 1, dan ini berarti sudah menuntaskan pelatihan ini untuk semua guru kelas. Rencananya tahun depan akan diteruskan dengan TOT Pelatihan PAKEM Modul 2 dan dilanjutkan pelatihannya untuk guru yang sama, begitu seterusnya hingga semua modul tuntas. Selain itu,

tahun depan dengan metode yang sama akan menjangkau guru SMP. Ini setidaknya akan memperpendek waktu penuntasan dari 52 tahun menjadi hanya tujuh tahun saja. Bila sistem ini bisa berlanjut, maka selanjutnya akan diteruskan untuk modul-modul lain yang sesuai kebutuhan.

Yang menarik dalam pendampingan pasca pelatihan yang dilakukan oleh pengawas, ternyata guru atau kepala sekolah yang didampingi terlihat lebih serius memperhatikan. Ini berpotensi untuk lebih efektif dalam mengimplementasikan materi pelatihan di kelas.

TOT bagi pengawas terbukti cukup efektif memberdayakan pengawas yang perannya cukup strategis dalam supervisi akademik kepada guru dan supervisi manajemen kepada kepala sekolah. Selama ini peran tersebut agak tumpul karena kompetensi pengawas kurang kuat dan bahkan kalah dengan guru atau kepala sekolah yang didampingi. Perubahan yang terlihat adalah supervisi tidak lagi hanya dilakukan di atas meja dengan pemeriksaan administratif saja, namun pengawas juga sudah masuk ke kelas dan mendiskusikan perbaikan dengan guru.

Dampak Kebijakan

Dampak dari diseminasi cukup terlihat khususnya bagi sekolah yang lebih dulu melakukan diseminasi pelatihan. Misalnya, di SD 100707 Pekebun, Batang Toru dan SD 100603 Siplayar, Batang Angkola.

Di sekolah ini, ruang kelas sudah menunjukkan perubahan Setidaknya sudah terlihat adanya pajangan hasil karya siswa yang dulu belum ada. Tempat duduk juga sudah dibentuk berkelompok yang sering dimanfaatkan untuk membangun kerjasama dalam tim.

Guru mengajar juga lebih variatif sehingga keaktifan siswa mulai tumbuh. RPP yang dulu masih banyak kopian, saat ini sudah mulai mereka desain sendiri. Dari sisi manajemen sudah mulai tumbuh keterbukaan Kepala Sekolah dalam mengelola anggaran dengan melibatkan guru.

Page 101: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Kendala dan Solusi dalam Implementasi Kebijakan

Menjadi diskusi hangat saat itu untuk mencari sumberdana lain yang akan menopang kebutuhan PKB untuk semua guru. Tumbuh kesepakatan saat itu PKB tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah saja, tapi juga tanggungjawab sekolah dan guru.

Maka dari kelompok kepala sekolah kala itu setuju sekolah ikut menanggung biaya pelatihan menggunakan dana BOS bagi gurunya sendiri. Dalam juknis penggunaan dana BOS memang diperbolehkan atau bahkan diutamakan dana tersebut untuk Komponen 3 (peningkatan mutu pembelajaran) dan Komponen 9 (pengembangan kompetensi guru). Selama ini dana Komponen 9 tetap keluar hanya untuk pertemuan KKG atau MGMP yang hasilnya tidak jelas.

Menurut laporan dana BOS dari sekolah yang diunggah ke pusat, rata-rata jumlahnya sekitar 6% atau sekitar Rp. 2,7 M setiap tahunnya. Angka ini cukup fantastis bila bisa dioptimalkan. Akhirnya kepala sekolah menyepakati akan mengalokasikan 5% dana BOS untuk mendukung pelatihan tersebut. Semula ada beberapa kepala sekolah menolak rencana ini, karena dianggap

sebagai campur tangan Dinas Pendidikan ke sekolah. Namun, setelah mendapatkan penjelasan teknis bahwa dana akan dikelola sendiri melalui KKG, baru kepala sekolah mulai setuju.

Dukungan yang Memperkuat Kebijakan

Kalau pelatihan sudah ditanggung dari dana BOS lalu anggaran dari

APBD untuk apa? Bapak Eddy selaku Kabid Dikdas dan Manajer BOS menyampaikan komitmen Dinas Pendidikan bahwa anggaran tersebut tetap ada. Namun akan dikhususkan untuk menyelenggarakan TOT bagi fasilitator daerah (fasda) baru dan Pengawas. Dan ini berjalan sejak tahun 2016 dan akan berlanjut setiap tahun untuk modul-modul selanjutnya. TOT ini dimaksudkan untuk menambah fasda baru sehingga menjangkau seluruh SD di

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru88

Diskusi penyusunan komponen RPP pada pelatihan PAKEM untuk sekolah-sekolah di Kecamatan Sayur Matanggi dan Tantom Angkola.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 89

Informasi lebih lanjut hubungi: Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan,

Kompleks perkantoran Pemda Tapsel di Sipirok

Kontak Person: Eddy SE

(Kabid Dikdas)

Zulkarnen Harahap (Fasilitator Daerah)

setiap kecamatan, yang saat ini hanya dijangkau 15 fasda. Selain itu, Dinas Pendidikan juga menyoroti selama ini pengawas hampir tidak diberi kesempatan terlibat dalam pengembangan mutu guru. Dengan TOT maka peran pengawas akan dikuatkan sehingga berperan aktif setidaknya sebagai fasilitator dalam pendampingan atau supervisi.

Kontribusi sekolah disepakati sebesar 5% dari dana BOS dikumpulkan melalui KKG setiap kali pencairan dana BOS atau setiap triwulan. Pelatihan langsung dilaksanakan 1 minggu setelah pencairan dana dan bertempat di lokasi KKG yang telah ditentukan. Pihak Dinas Pendidikan sudah membagi tugas siapa fasilitator yang ditugaskan serempak di delapan titik dan berlangsung dalam empat gelombang, sehingga dalam setahun berlangsung 24 kali pelatihan.

Di tahun 2016 pelatihan masif ini telah menjangkau 1.802 partisipan dari guru kelas yang dilatih PAKEM Modul 1, dan ini berarti sudah menuntaskan pelatihan ini untuk semua guru kelas. Rencananya tahun depan akan diteruskan dengan TOT Pelatihan PAKEM Modul 2 dan dilanjutkan pelatihannya untuk guru yang sama, begitu seterusnya hingga semua modul tuntas. Selain itu,

tahun depan dengan metode yang sama akan menjangkau guru SMP. Ini setidaknya akan memperpendek waktu penuntasan dari 52 tahun menjadi hanya tujuh tahun saja. Bila sistem ini bisa berlanjut, maka selanjutnya akan diteruskan untuk modul-modul lain yang sesuai kebutuhan.

Yang menarik dalam pendampingan pasca pelatihan yang dilakukan oleh pengawas, ternyata guru atau kepala sekolah yang didampingi terlihat lebih serius memperhatikan. Ini berpotensi untuk lebih efektif dalam mengimplementasikan materi pelatihan di kelas.

TOT bagi pengawas terbukti cukup efektif memberdayakan pengawas yang perannya cukup strategis dalam supervisi akademik kepada guru dan supervisi manajemen kepada kepala sekolah. Selama ini peran tersebut agak tumpul karena kompetensi pengawas kurang kuat dan bahkan kalah dengan guru atau kepala sekolah yang didampingi. Perubahan yang terlihat adalah supervisi tidak lagi hanya dilakukan di atas meja dengan pemeriksaan administratif saja, namun pengawas juga sudah masuk ke kelas dan mendiskusikan perbaikan dengan guru.

Dampak Kebijakan

Dampak dari diseminasi cukup terlihat khususnya bagi sekolah yang lebih dulu melakukan diseminasi pelatihan. Misalnya, di SD 100707 Pekebun, Batang Toru dan SD 100603 Siplayar, Batang Angkola.

Di sekolah ini, ruang kelas sudah menunjukkan perubahan Setidaknya sudah terlihat adanya pajangan hasil karya siswa yang dulu belum ada. Tempat duduk juga sudah dibentuk berkelompok yang sering dimanfaatkan untuk membangun kerjasama dalam tim.

Guru mengajar juga lebih variatif sehingga keaktifan siswa mulai tumbuh. RPP yang dulu masih banyak kopian, saat ini sudah mulai mereka desain sendiri. Dari sisi manajemen sudah mulai tumbuh keterbukaan Kepala Sekolah dalam mengelola anggaran dengan melibatkan guru.

Page 102: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru90

Data dan Kebijakan

Program USAID PRIORITAS dirasakan besar manfaatnya oleh Pemkab Maros. Pada waktu showcase Maros awal tahun 2014, Bupati Maros menyatakan bahwa program USAID PRIORITAS sudah memperlihatkan dampaknya luar biasa pada sekolah-sekolah, dan patut untuk direplikasi.

Sesuai data DAPODIK, jumlah guru Maros adalah kurang lebih 6.800 untuk SD/MI dan MTs/SMP. Dari jumlah itu, Pemkab Maros, sesuai tekad Bupati, menargetkan 60% guru SD/MI dan SMP/MTs terlatih model pelatihan USAID PRIORITAS sampai pada akhir proyek USAID PRIORITAS dengan menggunakan dana APBD lewat dana sharing Pendidikan Gratis.

Dukungan Implementasi

Untuk mencapai target tersebut, ada tiga bentuk dukungan nyata Pemda Maros terhadap program USAID PRIORITAS, yang menyebabkan

Diseminasi Berjalan Masif: Kesetaraan Sekolah dan Madrasah

diseminasi program USAID PRIORITAS di daerah tersebut berjalan baik.

Pertama, Surat Keputusan Bupati Nomor 729/KPES/ 421/ II/2014 tanggal 28 Februari 2014 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Fasilitator Daerah Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Program USAID PRIORITAS Kabupaten Maros.

“Surat Keputusan ini sangat efektif untuk mendukung program USAID PRIORITAS. Para fasilitator memiliki dasar landasan yang kuat dalam melaksanakan tugasnya. Mereka diberikan keleluasaan melatih dan mengelola program USAID PRIORITAS di daerah ini,” ujar Bapak Alimuddin, Koordinator Forum Fasilitator Maros.

Kedua, Surat Kadiknas Maros Nomor 420/40a/Disdik/2014, Agustus 2014, tentang Struktur

Pengurus Forum Fasilitator. Salah satu butir keputusan menyebutkan dalam tugas pendampingan dan pelatihan, masing-masing fasilitator melaporkan hasilnya kepada Forum Fasilitator USAID PRIORITAS dan pihak yang terkait.

Dengan SK ini, fasilitator Maros memiliki organisasi yang syah dan terstruktur. Sebuah wadah yang terbentuk karena inisiatif sendiri dan kemudian dilegitimasi oleh SK Dinas. Forum sering mengadakan pertemuan untuk berdiskusi, memecahkan masalah, dan mengakrabkan diri sehingga gerak langkah mereka selalu didasari oleh semangat kebersamaan.

“Forum menjadi perekat fasilitator dan menjadi alat bargaining position dengan pemerintah,” ujar Bapak Alimuddin. Kekuatan forum terbukti dengan diajaknya beberapa perwakilan forum untuk ikut menyusun berbagai kebijakan pada dinas pendidikan, seperti pemilihan buku yang boleh masuk sekolah,

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 91

Foto di atas adalah Pembelajaran kelas V di SDN 213 Sanggalea, Maros. Para siswa sedang membuat percobaan menjernihkan air dengan alat penyaring air sederhana. Foto di bawah adalah Pembelajaran di MIS Rasyidin, Maros. Siswanya sedang belajar membaca denah.

Keduanya merupakan sekolah dan madrasah yang telah mendiseminasikan pelatihan USAID PRIORITAS yang berdampak pada pelaksanaan pembelajaran aktif menjadi semakin berkualitas.

Page 103: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru90

Data dan Kebijakan

Program USAID PRIORITAS dirasakan besar manfaatnya oleh Pemkab Maros. Pada waktu showcase Maros awal tahun 2014, Bupati Maros menyatakan bahwa program USAID PRIORITAS sudah memperlihatkan dampaknya luar biasa pada sekolah-sekolah, dan patut untuk direplikasi.

Sesuai data DAPODIK, jumlah guru Maros adalah kurang lebih 6.800 untuk SD/MI dan MTs/SMP. Dari jumlah itu, Pemkab Maros, sesuai tekad Bupati, menargetkan 60% guru SD/MI dan SMP/MTs terlatih model pelatihan USAID PRIORITAS sampai pada akhir proyek USAID PRIORITAS dengan menggunakan dana APBD lewat dana sharing Pendidikan Gratis.

Dukungan Implementasi

Untuk mencapai target tersebut, ada tiga bentuk dukungan nyata Pemda Maros terhadap program USAID PRIORITAS, yang menyebabkan

Diseminasi Berjalan Masif: Kesetaraan Sekolah dan Madrasah

diseminasi program USAID PRIORITAS di daerah tersebut berjalan baik.

Pertama, Surat Keputusan Bupati Nomor 729/KPES/ 421/ II/2014 tanggal 28 Februari 2014 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Fasilitator Daerah Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Program USAID PRIORITAS Kabupaten Maros.

“Surat Keputusan ini sangat efektif untuk mendukung program USAID PRIORITAS. Para fasilitator memiliki dasar landasan yang kuat dalam melaksanakan tugasnya. Mereka diberikan keleluasaan melatih dan mengelola program USAID PRIORITAS di daerah ini,” ujar Bapak Alimuddin, Koordinator Forum Fasilitator Maros.

Kedua, Surat Kadiknas Maros Nomor 420/40a/Disdik/2014, Agustus 2014, tentang Struktur

Pengurus Forum Fasilitator. Salah satu butir keputusan menyebutkan dalam tugas pendampingan dan pelatihan, masing-masing fasilitator melaporkan hasilnya kepada Forum Fasilitator USAID PRIORITAS dan pihak yang terkait.

Dengan SK ini, fasilitator Maros memiliki organisasi yang syah dan terstruktur. Sebuah wadah yang terbentuk karena inisiatif sendiri dan kemudian dilegitimasi oleh SK Dinas. Forum sering mengadakan pertemuan untuk berdiskusi, memecahkan masalah, dan mengakrabkan diri sehingga gerak langkah mereka selalu didasari oleh semangat kebersamaan.

“Forum menjadi perekat fasilitator dan menjadi alat bargaining position dengan pemerintah,” ujar Bapak Alimuddin. Kekuatan forum terbukti dengan diajaknya beberapa perwakilan forum untuk ikut menyusun berbagai kebijakan pada dinas pendidikan, seperti pemilihan buku yang boleh masuk sekolah,

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 91

Foto di atas adalah Pembelajaran kelas V di SDN 213 Sanggalea, Maros. Para siswa sedang membuat percobaan menjernihkan air dengan alat penyaring air sederhana. Foto di bawah adalah Pembelajaran di MIS Rasyidin, Maros. Siswanya sedang belajar membaca denah.

Keduanya merupakan sekolah dan madrasah yang telah mendiseminasikan pelatihan USAID PRIORITAS yang berdampak pada pelaksanaan pembelajaran aktif menjadi semakin berkualitas.

Page 104: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

penyusunan kurikulum dan sebagainya.

Ketiga, Peraturan Bupati Maros tentang Dana Sharing Pendidikan Gratis Pemerintah Kabupaten Maros No. 49 Tahun 2014. Salah satu butir Perbup ini menyebutkan dana sharing pendidikan gratis juga diperuntukkan untuk diseminasi atau replikasi pelatihan modul praktik baik pendidikan USAID PRIORITAS.

Perbup ini menjadi payung hukum pendanaan kegiatan-kegiatan pelatihan, pendampingan, monitoring, dan evaluasi untuk kegiatan-kegiatan diseminasi program USAID PRIORITAS.

Dampak Kebijakan

Berkat adanya beberapa kebijakan pemerintah daerah Maros tersebut, diseminasi di Maros berjalan massif dengan menggunakan dana dari APBD sharing dana pendidikan gratis dan dana BOS. Lebih dari 1.161 pendidik SD/MI dan 1089 pendidik SMP/MTs pada tahun 2013-2015 di Maros telah menerima pelatihan USAID PRIORITAS.

Jumlah tersebut di luar pendidik yang sudah dilatih dan sasaran langsung USAID PRIORITAS sebanyak 264 orang. Total jumlah guru yang dilatih adalah 2.514 guru atau 36 % dari jumlah total 6.897

guru di SD/MI dan MTs/SMP. Maros berharap sampai akhir program USAID PRIORITAS, 60 % guru dari jumlah total tersebut akan terlatih.

Adanya perbup Dana Sharing Pendidikan Gratis juga mendorong Madrasah Aliyah memanfaatkan dan mendapatkan pelatihan pembelajaran model USAID PRIORITAS. Saat ini, sudah 144 pendidik dari 24 Madrasah Aliyah se-Maros mendapatkan pelatihan model USAID PRIORITAS.

Dana yang dihabiskan melalui dana sharing ini khusus untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS tahun 2013-2014, adalah Rp 1.040.745.000. Pada tahun 2015, Dana BOS yang dihabiskan untuk sharing dana pelatihan diseminasi mencapai 131.350.000.

Tidak hanya lewat diseminasi resmi dalam bentuk pelatihan-pelatihan terjadwal. Forum Fasilitator Maros juga mendorong anggota-anggotanya untuk mendesiminasikan pelatihan USAID PRIORITAS pada guru-guru di sekolah mereka sendiri. Hal ini sudah banyak dilakukan lewat in-house training. Beberapa kepala sekolah, seperti Ibu Hajerah, fasilitator nasional sekaligus Kepala Sekolah SDN 213 Sanggalea, yang melatih sendiri para gurunya mengetahui pembelajaran PAKEM.

Demikian pula SDN 2 Unggulan Maros, kepala sekolahnya memanggil beberapa fasilitator untuk melakukan in-house training terhadap guru-guru mereka sendiri pengenalan PAKEM dan MBS.

Pelatihan-pelatihan pembelajaran lebih jauh juga dilakukan secara berkala berdasarkan gugus. Misalnya, forum fasilitator juga mengadakan lokakarya pembelajaran di SDN 173 Mangangi Kecamatan Bantimurung Maros dengan dipandu oleh empat orang fasilitator USAID PRIORITAS. Kegiatan ini dihadiri oleh 24 guru terdiri dari 12 guru kelas awal dan 12 guru kelas tinggi dan empat kepala sekolah mitra USAID PRIORITAS. Empat sekolah tersebut adalah SDN 173 Mangangi, SDN 1 Pakalu 1, SDN 12 Pakalli 1 dan MIS JII Bantimurung

Hal yang sama juga dilakukan oleh SDN 39 Kassi. Para guru di sekolah tersebut menggunakan dana sertifikasi memanggil fasilitator daerah dan nasional melatih mereka membuat media pembelajaran sendiri, seperti Ibu Hajerah Kadir dan Ibu Irlidya, fasilitator nasional USAID PRIORITAS.

Agar target yang dicanangkan Bupati tercapai, Forum Fasilitator Kabupaten Maros dan USAID PRIORITAS pada pertengahan bulan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru92

Oktober 2016 juga telah melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan DPRD Maros Komisi III Pendidikan. DPRD berharap semua rencana USAID PRIORITAS dan Forum Fasilitator Kabupaten Maros diformulasikan dan diserahkan ke Komisi III untuk dibicarakan dengan pemerintah daerah.

Dampak dari diseminasi program USAID PRIORITAS yang cukup massif di Maros terlihat nyata dengan perubahan dalam model pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah di Maros. Dulu semua sekolah masih menerapkan model tradisional ceramah.

Saat ini semua sekolah setingkat SD/MI dan MTs/SMP sudah menggunakan model pembelajaran PAKEM dan kontekstual. Manajemen sekolah juga semakin baik, karena dinas juga mensyaratkan pencairan dana BOS untuk sekolah harus berdasarkan laporan RKAS yang terperinci dan mengikuti model USAID PRIORITAS. Demikian juga budaya baca.

Contoh nyata perubahan tersebut bisa dilihat pada sekolah non-mitra SD 103 Hasanuddin dari sekolah biasa menjadi sekolah rujukan nasional setelah menerapkan program USAID PRIORITAS. Demikian juga SD 142 Talamangape,

karena semangat menjadikan lingkungan sekolah menjadi sumber belajar, secara perwajahan sekolah juga sangat berubah.

“Program USAID PRIORITAS yang sangat bagus di Maros ini harus dilanjutkan dan dipertahankan walau USAID PRIORITAS sudah tidak ada di Maros lagi,” ujar Bapak Chaidir Syam, Ketua DPRD Maros, saat rapat dengar pendapat dengan Forum Fasilitator Daerah Maros dan USAID PRIORIAS awal bulan Oktober 2016.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 93

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Maros

Jl. Asoka Nomor 3 Maros Sulawesi Selatan

Telp: 0411-371336Fax: 0411-371336

Kontak Person:Drs Ashar Salam (Kabid Kurikulum)

Alimuddin Assagaf SPd

(Pengawas Sekolah)

Muhammad Dahlan MPd (Fasilitator Daerah)

Kabupaten Kuningan melatih dan menyiapkan banyak fasilitator pelatih dan pendamping di tingkat kecamatan untuk memastikan program PKB semua guru dapat difasilitasi melalui pelatihan di tingkat KKG/MGMP.

Page 105: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

penyusunan kurikulum dan sebagainya.

Ketiga, Peraturan Bupati Maros tentang Dana Sharing Pendidikan Gratis Pemerintah Kabupaten Maros No. 49 Tahun 2014. Salah satu butir Perbup ini menyebutkan dana sharing pendidikan gratis juga diperuntukkan untuk diseminasi atau replikasi pelatihan modul praktik baik pendidikan USAID PRIORITAS.

Perbup ini menjadi payung hukum pendanaan kegiatan-kegiatan pelatihan, pendampingan, monitoring, dan evaluasi untuk kegiatan-kegiatan diseminasi program USAID PRIORITAS.

Dampak Kebijakan

Berkat adanya beberapa kebijakan pemerintah daerah Maros tersebut, diseminasi di Maros berjalan massif dengan menggunakan dana dari APBD sharing dana pendidikan gratis dan dana BOS. Lebih dari 1.161 pendidik SD/MI dan 1089 pendidik SMP/MTs pada tahun 2013-2015 di Maros telah menerima pelatihan USAID PRIORITAS.

Jumlah tersebut di luar pendidik yang sudah dilatih dan sasaran langsung USAID PRIORITAS sebanyak 264 orang. Total jumlah guru yang dilatih adalah 2.514 guru atau 36 % dari jumlah total 6.897

guru di SD/MI dan MTs/SMP. Maros berharap sampai akhir program USAID PRIORITAS, 60 % guru dari jumlah total tersebut akan terlatih.

Adanya perbup Dana Sharing Pendidikan Gratis juga mendorong Madrasah Aliyah memanfaatkan dan mendapatkan pelatihan pembelajaran model USAID PRIORITAS. Saat ini, sudah 144 pendidik dari 24 Madrasah Aliyah se-Maros mendapatkan pelatihan model USAID PRIORITAS.

Dana yang dihabiskan melalui dana sharing ini khusus untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS tahun 2013-2014, adalah Rp 1.040.745.000. Pada tahun 2015, Dana BOS yang dihabiskan untuk sharing dana pelatihan diseminasi mencapai 131.350.000.

Tidak hanya lewat diseminasi resmi dalam bentuk pelatihan-pelatihan terjadwal. Forum Fasilitator Maros juga mendorong anggota-anggotanya untuk mendesiminasikan pelatihan USAID PRIORITAS pada guru-guru di sekolah mereka sendiri. Hal ini sudah banyak dilakukan lewat in-house training. Beberapa kepala sekolah, seperti Ibu Hajerah, fasilitator nasional sekaligus Kepala Sekolah SDN 213 Sanggalea, yang melatih sendiri para gurunya mengetahui pembelajaran PAKEM.

Demikian pula SDN 2 Unggulan Maros, kepala sekolahnya memanggil beberapa fasilitator untuk melakukan in-house training terhadap guru-guru mereka sendiri pengenalan PAKEM dan MBS.

Pelatihan-pelatihan pembelajaran lebih jauh juga dilakukan secara berkala berdasarkan gugus. Misalnya, forum fasilitator juga mengadakan lokakarya pembelajaran di SDN 173 Mangangi Kecamatan Bantimurung Maros dengan dipandu oleh empat orang fasilitator USAID PRIORITAS. Kegiatan ini dihadiri oleh 24 guru terdiri dari 12 guru kelas awal dan 12 guru kelas tinggi dan empat kepala sekolah mitra USAID PRIORITAS. Empat sekolah tersebut adalah SDN 173 Mangangi, SDN 1 Pakalu 1, SDN 12 Pakalli 1 dan MIS JII Bantimurung

Hal yang sama juga dilakukan oleh SDN 39 Kassi. Para guru di sekolah tersebut menggunakan dana sertifikasi memanggil fasilitator daerah dan nasional melatih mereka membuat media pembelajaran sendiri, seperti Ibu Hajerah Kadir dan Ibu Irlidya, fasilitator nasional USAID PRIORITAS.

Agar target yang dicanangkan Bupati tercapai, Forum Fasilitator Kabupaten Maros dan USAID PRIORITAS pada pertengahan bulan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru92

Oktober 2016 juga telah melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan DPRD Maros Komisi III Pendidikan. DPRD berharap semua rencana USAID PRIORITAS dan Forum Fasilitator Kabupaten Maros diformulasikan dan diserahkan ke Komisi III untuk dibicarakan dengan pemerintah daerah.

Dampak dari diseminasi program USAID PRIORITAS yang cukup massif di Maros terlihat nyata dengan perubahan dalam model pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah di Maros. Dulu semua sekolah masih menerapkan model tradisional ceramah.

Saat ini semua sekolah setingkat SD/MI dan MTs/SMP sudah menggunakan model pembelajaran PAKEM dan kontekstual. Manajemen sekolah juga semakin baik, karena dinas juga mensyaratkan pencairan dana BOS untuk sekolah harus berdasarkan laporan RKAS yang terperinci dan mengikuti model USAID PRIORITAS. Demikian juga budaya baca.

Contoh nyata perubahan tersebut bisa dilihat pada sekolah non-mitra SD 103 Hasanuddin dari sekolah biasa menjadi sekolah rujukan nasional setelah menerapkan program USAID PRIORITAS. Demikian juga SD 142 Talamangape,

karena semangat menjadikan lingkungan sekolah menjadi sumber belajar, secara perwajahan sekolah juga sangat berubah.

“Program USAID PRIORITAS yang sangat bagus di Maros ini harus dilanjutkan dan dipertahankan walau USAID PRIORITAS sudah tidak ada di Maros lagi,” ujar Bapak Chaidir Syam, Ketua DPRD Maros, saat rapat dengar pendapat dengan Forum Fasilitator Daerah Maros dan USAID PRIORIAS awal bulan Oktober 2016.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 93

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Kabupaten Maros

Jl. Asoka Nomor 3 Maros Sulawesi Selatan

Telp: 0411-371336Fax: 0411-371336

Kontak Person:Drs Ashar Salam (Kabid Kurikulum)

Alimuddin Assagaf SPd

(Pengawas Sekolah)

Muhammad Dahlan MPd (Fasilitator Daerah)

Kabupaten Kuningan melatih dan menyiapkan banyak fasilitator pelatih dan pendamping di tingkat kecamatan untuk memastikan program PKB semua guru dapat difasilitasi melalui pelatihan di tingkat KKG/MGMP.

Page 106: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru94

penting bagi Dinas Pendidikan Aceh sebagai batu pijakan untuk pemetaan kondisi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

“Oleh karena itu, kami telah menganggarkan dana diseminasi program USAID PRIORITAS ke sepuluh kabupaten/kota nonmitra untuk pemerataan kualitas guru, kepala sekolah, dan pengawas di tahun 2016 ini,” kata Bapak Darjo saat membuka lokakarya perencanaan strategis PKB di Banda Aceh.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, dari data program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang dilakukan di sembilan kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Aceh (Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara dan Aceh Tamiang) menunjukkan hasil uji kompetensi pedagogik dan keprofesionalan guru tahun 2014 di sembilan kabupaten mitra USAID PRIORITAS dan USAID DBE dibagi dalam empat tipe pedagogi dan keprofesionalan guru.

Tipe pertama, berada dalam kelompok 88% guru tidak memenuhi standar kompentensi pedagogi dan profesional. Tipe kedua, 2 % guru yang memiliki

Pemerintah Aceh Alokasikan 16,8 Milyar untuk Diseminasi

standar kompetensi diatas standar rata-rata. Selanjutnya, untuk tipe ketiga sebanyak 7,9 % guru memiliki kompetensi pedagogi diatas standar dan kompetensi profesional dibawah standar dan yang terakhir sebanyak 2 % guru memiliki kemampuan kompetensi pedagogi dibawah standar dan kompetensi profesional di atas standar.

Data lainnya, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Aceh, Bapak Drs Ramli Rasyid MSi, mengungkapkan bahwa dari 128.486 guru di Aceh, ada sebanyak 35 ribu atau 27,4 % lebih guru sudah mengabdi selama 17 tahun tapi belum pernah mendapatkan pelatihan

“Dari 128.486 guru yang ada di Aceh, 90.000 guru di bawah naungan dinas pendidikan dan sele-bihnya di bawah naungan Kemenag, bahkan di kemenag masih banyak guru bakti atau tenaga kontrak. Dari keseluruhan itu, tahun 2014 sebanyak 27,4 persen guru belum mendapatkan pelatihan hampir selama 17 tahun mengabdi menjadi guru bahkan sebelumnya mencapai 37,4 persen,” jelas Bapak Ramli yang disampaikan pada kegiatan Lokakarya Kedua, PKB, di Banda Aceh.

Dia juga mengingatkan bahwa

kebijakan berdasarkan data adalah sesuatu yang mahal. “Kebijakan yang diambil berdasarkan data terutama kebijakan yang menyangkut pengembangan keprofesian guru adalah mahal. Tapi akan lebih mahal lagi jika kebijakan diambil tidak berdasarkan data, karena akan menghasilkan kebijakan yang kurang baik dan bisa saja tidak tepat sasaran,” ingat Bapak Ramli.

“Oleh sebab itu, data PKB ini sangatlah kita butuhkan dan ini menjadi mahal karena kita dapat mengetahui guru apa, siapa namanya, di mana menganjarnya dan pelatihan apa yang dibutuhkannya,” lanjutnya.

Strategi Implementasi Kebijakan

Untuk mendukung hal tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh bersama dengan USAID PRIORITAS secara kontinu melakukan pertemuan dan secara bersama menghitung anggaran yang akan digunakan untuk keperluan pelatihan diseminasi.

Setelah melalui pengajuan dan rapat anggaran yang cukup panjang di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), pada pertengahan tahun 2016 anggaran sebesar Rp. 16,8 milyar disahkan oleh untuk pelaksanaan Diseminasi Pelatihan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 95

Provinsi Aceh

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Bapak Drs. Hasanuddin Darjo, menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan kompetensi para guru dengan menganggarkan 16,8 milyar untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS yang menjangkau 10 kabupaten/kota.

Data dan Kebijakan

Pemerataan mutu layanan pening-katan kompetensi guru di Provinsi Aceh menjadi fokus pemerintah daerah, apalagi provinsi ini mendu-duki rangking sepuluh besar ter-bawah berdasarkan hasil UKG sebe-lumnya. Kehadiran USAID PRIORI-TAS di Aceh, dirasakan memiliki dampak besar terhadap perubahan pembelajaran terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hanya saja USAID PRIORITAS terbatas pada sembilan kabupaten mitranya dari 23 kabupaten/kota yang ada.

Kesembilan kabupaten tersebut telah melakukan peningkatan kompetensi guru secara terstruktur dan berkelanjutan (Pelatihan Modul 1, 2, dan 3) dengan pendekatan Whole School Development. Menyadari akan belum meratanya layanan mutu pendidikan tersebut, maka Pemerintah Aceh melakukan diseminasi antar-kabupaten (di luar mitra USAID PRIORITAS) dengan mengucurkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) tahun 2016 sebesar Rp. 16,8 Milyar.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Bapak Drs Hasanuddin Darjo MM, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru menjadi sumber informasi yang sangat

Page 107: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru94

penting bagi Dinas Pendidikan Aceh sebagai batu pijakan untuk pemetaan kondisi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

“Oleh karena itu, kami telah menganggarkan dana diseminasi program USAID PRIORITAS ke sepuluh kabupaten/kota nonmitra untuk pemerataan kualitas guru, kepala sekolah, dan pengawas di tahun 2016 ini,” kata Bapak Darjo saat membuka lokakarya perencanaan strategis PKB di Banda Aceh.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, dari data program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang dilakukan di sembilan kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Aceh (Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara dan Aceh Tamiang) menunjukkan hasil uji kompetensi pedagogik dan keprofesionalan guru tahun 2014 di sembilan kabupaten mitra USAID PRIORITAS dan USAID DBE dibagi dalam empat tipe pedagogi dan keprofesionalan guru.

Tipe pertama, berada dalam kelompok 88% guru tidak memenuhi standar kompentensi pedagogi dan profesional. Tipe kedua, 2 % guru yang memiliki

Pemerintah Aceh Alokasikan 16,8 Milyar untuk Diseminasi

standar kompetensi diatas standar rata-rata. Selanjutnya, untuk tipe ketiga sebanyak 7,9 % guru memiliki kompetensi pedagogi diatas standar dan kompetensi profesional dibawah standar dan yang terakhir sebanyak 2 % guru memiliki kemampuan kompetensi pedagogi dibawah standar dan kompetensi profesional di atas standar.

Data lainnya, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Aceh, Bapak Drs Ramli Rasyid MSi, mengungkapkan bahwa dari 128.486 guru di Aceh, ada sebanyak 35 ribu atau 27,4 % lebih guru sudah mengabdi selama 17 tahun tapi belum pernah mendapatkan pelatihan

“Dari 128.486 guru yang ada di Aceh, 90.000 guru di bawah naungan dinas pendidikan dan sele-bihnya di bawah naungan Kemenag, bahkan di kemenag masih banyak guru bakti atau tenaga kontrak. Dari keseluruhan itu, tahun 2014 sebanyak 27,4 persen guru belum mendapatkan pelatihan hampir selama 17 tahun mengabdi menjadi guru bahkan sebelumnya mencapai 37,4 persen,” jelas Bapak Ramli yang disampaikan pada kegiatan Lokakarya Kedua, PKB, di Banda Aceh.

Dia juga mengingatkan bahwa

kebijakan berdasarkan data adalah sesuatu yang mahal. “Kebijakan yang diambil berdasarkan data terutama kebijakan yang menyangkut pengembangan keprofesian guru adalah mahal. Tapi akan lebih mahal lagi jika kebijakan diambil tidak berdasarkan data, karena akan menghasilkan kebijakan yang kurang baik dan bisa saja tidak tepat sasaran,” ingat Bapak Ramli.

“Oleh sebab itu, data PKB ini sangatlah kita butuhkan dan ini menjadi mahal karena kita dapat mengetahui guru apa, siapa namanya, di mana menganjarnya dan pelatihan apa yang dibutuhkannya,” lanjutnya.

Strategi Implementasi Kebijakan

Untuk mendukung hal tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh bersama dengan USAID PRIORITAS secara kontinu melakukan pertemuan dan secara bersama menghitung anggaran yang akan digunakan untuk keperluan pelatihan diseminasi.

Setelah melalui pengajuan dan rapat anggaran yang cukup panjang di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), pada pertengahan tahun 2016 anggaran sebesar Rp. 16,8 milyar disahkan oleh untuk pelaksanaan Diseminasi Pelatihan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 95

Provinsi Aceh

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Bapak Drs. Hasanuddin Darjo, menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan kompetensi para guru dengan menganggarkan 16,8 milyar untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS yang menjangkau 10 kabupaten/kota.

Data dan Kebijakan

Pemerataan mutu layanan pening-katan kompetensi guru di Provinsi Aceh menjadi fokus pemerintah daerah, apalagi provinsi ini mendu-duki rangking sepuluh besar ter-bawah berdasarkan hasil UKG sebe-lumnya. Kehadiran USAID PRIORI-TAS di Aceh, dirasakan memiliki dampak besar terhadap perubahan pembelajaran terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hanya saja USAID PRIORITAS terbatas pada sembilan kabupaten mitranya dari 23 kabupaten/kota yang ada.

Kesembilan kabupaten tersebut telah melakukan peningkatan kompetensi guru secara terstruktur dan berkelanjutan (Pelatihan Modul 1, 2, dan 3) dengan pendekatan Whole School Development. Menyadari akan belum meratanya layanan mutu pendidikan tersebut, maka Pemerintah Aceh melakukan diseminasi antar-kabupaten (di luar mitra USAID PRIORITAS) dengan mengucurkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) tahun 2016 sebesar Rp. 16,8 Milyar.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Bapak Drs Hasanuddin Darjo MM, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru menjadi sumber informasi yang sangat

Page 108: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik, Modul 1, 2 dan 3, untuk jenjang SD dan SMP, serta Modul 1, 2 dan 3, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara utuh di sepuluh kabupaten/kota yang belum menjadi mitra USAID PRIORITAS.

Kegiatan yang bertajuk “Pelatihan Pedagogi dan MBS” dalam mata anggaran daerah tersebut, dilaksanakan di Kabupaten Aceh

Singkil, Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Subulussalam.

Tahap pertama, telah dilakukan perekrutan 400 orang fasilitator daerah (fasda) dari sepuluh kabupaten/kota dengan sejumlah fasda yang terbagi dalam tiga kategori (per-kabupaten/kota) yaitu

15 orang fasda pembelajaran SD, 15 orang fasda pembelajaran SMP dan 10 orang fasda MBS yang akan menjadi aset daerah mereka dalam menyebarluaskan Praktik yang Baik.

Penyeleksian fasda yang melibatkan unsur pengawas dinas pendidikan, LPMP Aceh, LPTK dan USAID PRIORITAS tersebut mengunakan standar perekrutan fasda yang pernah dilakukan oleh USAID PRIORITAS. Sebagian besar para fasda tersebut adalah guru, kepala sekolah dan pengawas terbaik.

“Minat guru untuk menjadi fasda sangat besar, rata-rata di setiap kabupaten/kota kami menerima lebih dari 80-an calon fasda, tapi karena kita membatasi jumlah fasda per kabupaten sehingga kita harus memilih yang terbaik dari yang baik,” ungkap Bapak Suryadi Jaya SE MSi, Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Aceh.

Sebanyak 400 orang fasda, selanjutnya mengikuti Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers/ ToT) yang dipusatkan di Banda Aceh. Para fasda USAID PRIORITAS menjadi nara sumber utama pada kegiatan yang berlangsung secara bergelombang selama tujuh hari per jenjang pelatihan. Kegiatan pelatihan Modul 1 di sepuluh kabupaten/kota

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru96

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Provinsi Aceh

Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh No.22 Banda Aceh

Telp: 0561-22620, Fax: 0651-31991, 32386

Kontak Person:Drs Hasanuddin Darjo MM

(Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh)

Suryadi Jaya SE MSi (Kasi Kurikulum Dikdas, Dinas

Pendidikan Provinsi Aceh)

Peserta pelatihan diseminasi Modul 1 USAID PRIORITAS di Kota Langsa, sedang berdiskusi mengidentifikasi pembelajaran kontekstual yang ada dalam video pembelajaran yang baru saja mereka amati.

telah berlangsung pada September 2016, dan kegiatan lanjutan untuk Modul 2 dan 3 akan dilaksanakan pada November yang dilanjutkan dengan pendampingan oleh para fasilitator daerah. Pada pelatihan Modul 1, fasda dan staf USAID PRIORITAS dilibatkan untuk menja-min mutu dan pelaksanaan pelatihan dapat berjalan dengan baik.

Setelah pelaksanaan Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik Modul 1, dinas pendidikan kabupaten/kota mengapresiasi metode yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS dalam pelatihan yang dilakukan secara aktif. Beberapa dinas pendi-dikan berinisiatif mendiseminasikan pelatihan tersebut ke sekolah non mitra, hanya saja pengusulan ini akan dilakukan untuk anggaran tahun 2017, dengan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah percontohan dan melibatkan fasda kabupaten/ kota sebagai tenaga pelatih.

Dampak Kebijakan

Dampak diseminasi pelatihan ini, seluruh kabupaten/kota (kecuali Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Timur) telah mendapatkan pelatihan Praktik yang Baik. Fasilitator daerah, guru dan kepala sekolah yang telah mendapatkan pelatihan menyatakan pendekatan pelatihan yang dilakukan

oleh USAID PRIORITAS sangat berbeda dengan yang mereka ikuti sebelumnya.

“Metode pelatihan yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS mendorong peserta terus bekerja dan memecahkan permasalahan secara bersama, metode ini menjadikan semua peserta bekerja secara aktif,” jelas Bapak Ahmad Yani, fasda Aceh Selatan.

Perubahanpun mulai dirasakan di sekolah mitra setelah mengikuti pelatihan. Sekolah mulai menerap-kan pembelajaran aktif dan manaje-men yang partisipatif. Salah satu kesan tersebut disampaikan oleh Ibu Yuyun Faulia S.Pd. “Setelah selesainya Modul 1, kami mulai implementasikan hasil pelatihan di kelas, siswa sangat senang dan antusias terutama saat membedah kelas, duduk berkelompok dan belajar secara aktif,” kata Ibu Yuyun, guru SDN 14 Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

Kendala dan Masalah

Pengesahan anggaran dan jangka waktu pencairan menjadi kendala utama pada kegiatan yang dibiayai oleh APBD. Seharusnya para peserta memiliki tenggat waktu antara pelatihan dengan pelatihan lainnya untuk dilakukan pendampingan oleh

fasilitator daerah. Akan tetapi dengan keterbatasan waktu, pendampingan harus dilakukan di akhir seluruh kegiatan pelatihan (tidak per modul).

Faktor Keberhasilan

Faktor keberhasilan yang utama adalah dukungan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam hal memilih sekolah dan peserta yang akan diikutsertakan dalam pelatihan. Dengan dipilihnya 12 SD dan 10 SMP sebagai sekolah mitra dengan pende-katan Whole School Development, beberapa dinas pendidikan berhasrat untuk melanjutkan pelatihan di beberapa sekolah lainnya dan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah acuan dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 97

Page 109: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik, Modul 1, 2 dan 3, untuk jenjang SD dan SMP, serta Modul 1, 2 dan 3, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara utuh di sepuluh kabupaten/kota yang belum menjadi mitra USAID PRIORITAS.

Kegiatan yang bertajuk “Pelatihan Pedagogi dan MBS” dalam mata anggaran daerah tersebut, dilaksanakan di Kabupaten Aceh

Singkil, Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Subulussalam.

Tahap pertama, telah dilakukan perekrutan 400 orang fasilitator daerah (fasda) dari sepuluh kabupaten/kota dengan sejumlah fasda yang terbagi dalam tiga kategori (per-kabupaten/kota) yaitu

15 orang fasda pembelajaran SD, 15 orang fasda pembelajaran SMP dan 10 orang fasda MBS yang akan menjadi aset daerah mereka dalam menyebarluaskan Praktik yang Baik.

Penyeleksian fasda yang melibatkan unsur pengawas dinas pendidikan, LPMP Aceh, LPTK dan USAID PRIORITAS tersebut mengunakan standar perekrutan fasda yang pernah dilakukan oleh USAID PRIORITAS. Sebagian besar para fasda tersebut adalah guru, kepala sekolah dan pengawas terbaik.

“Minat guru untuk menjadi fasda sangat besar, rata-rata di setiap kabupaten/kota kami menerima lebih dari 80-an calon fasda, tapi karena kita membatasi jumlah fasda per kabupaten sehingga kita harus memilih yang terbaik dari yang baik,” ungkap Bapak Suryadi Jaya SE MSi, Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Aceh.

Sebanyak 400 orang fasda, selanjutnya mengikuti Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers/ ToT) yang dipusatkan di Banda Aceh. Para fasda USAID PRIORITAS menjadi nara sumber utama pada kegiatan yang berlangsung secara bergelombang selama tujuh hari per jenjang pelatihan. Kegiatan pelatihan Modul 1 di sepuluh kabupaten/kota

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru96

Informasi lebih lanjut hubungi:Dinas Pendidikan Provinsi Aceh

Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh No.22 Banda Aceh

Telp: 0561-22620, Fax: 0651-31991, 32386

Kontak Person:Drs Hasanuddin Darjo MM

(Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh)

Suryadi Jaya SE MSi (Kasi Kurikulum Dikdas, Dinas

Pendidikan Provinsi Aceh)

Peserta pelatihan diseminasi Modul 1 USAID PRIORITAS di Kota Langsa, sedang berdiskusi mengidentifikasi pembelajaran kontekstual yang ada dalam video pembelajaran yang baru saja mereka amati.

telah berlangsung pada September 2016, dan kegiatan lanjutan untuk Modul 2 dan 3 akan dilaksanakan pada November yang dilanjutkan dengan pendampingan oleh para fasilitator daerah. Pada pelatihan Modul 1, fasda dan staf USAID PRIORITAS dilibatkan untuk menja-min mutu dan pelaksanaan pelatihan dapat berjalan dengan baik.

Setelah pelaksanaan Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik Modul 1, dinas pendidikan kabupaten/kota mengapresiasi metode yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS dalam pelatihan yang dilakukan secara aktif. Beberapa dinas pendi-dikan berinisiatif mendiseminasikan pelatihan tersebut ke sekolah non mitra, hanya saja pengusulan ini akan dilakukan untuk anggaran tahun 2017, dengan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah percontohan dan melibatkan fasda kabupaten/ kota sebagai tenaga pelatih.

Dampak Kebijakan

Dampak diseminasi pelatihan ini, seluruh kabupaten/kota (kecuali Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Timur) telah mendapatkan pelatihan Praktik yang Baik. Fasilitator daerah, guru dan kepala sekolah yang telah mendapatkan pelatihan menyatakan pendekatan pelatihan yang dilakukan

oleh USAID PRIORITAS sangat berbeda dengan yang mereka ikuti sebelumnya.

“Metode pelatihan yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS mendorong peserta terus bekerja dan memecahkan permasalahan secara bersama, metode ini menjadikan semua peserta bekerja secara aktif,” jelas Bapak Ahmad Yani, fasda Aceh Selatan.

Perubahanpun mulai dirasakan di sekolah mitra setelah mengikuti pelatihan. Sekolah mulai menerap-kan pembelajaran aktif dan manaje-men yang partisipatif. Salah satu kesan tersebut disampaikan oleh Ibu Yuyun Faulia S.Pd. “Setelah selesainya Modul 1, kami mulai implementasikan hasil pelatihan di kelas, siswa sangat senang dan antusias terutama saat membedah kelas, duduk berkelompok dan belajar secara aktif,” kata Ibu Yuyun, guru SDN 14 Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

Kendala dan Masalah

Pengesahan anggaran dan jangka waktu pencairan menjadi kendala utama pada kegiatan yang dibiayai oleh APBD. Seharusnya para peserta memiliki tenggat waktu antara pelatihan dengan pelatihan lainnya untuk dilakukan pendampingan oleh

fasilitator daerah. Akan tetapi dengan keterbatasan waktu, pendampingan harus dilakukan di akhir seluruh kegiatan pelatihan (tidak per modul).

Faktor Keberhasilan

Faktor keberhasilan yang utama adalah dukungan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam hal memilih sekolah dan peserta yang akan diikutsertakan dalam pelatihan. Dengan dipilihnya 12 SD dan 10 SMP sebagai sekolah mitra dengan pende-katan Whole School Development, beberapa dinas pendidikan berhasrat untuk melanjutkan pelatihan di beberapa sekolah lainnya dan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah acuan dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 97

Page 110: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Data dan Kebijakan

Tujuan dari sertifikasi guru yang menjadi amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 adalah untuk menen-tukan kelayakan guru dalam melak-sanakan tugas sebagai agen pembela-jaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, meningkatkan martabat dan meningkatkan profesionalitas guru.

Akan tetapi, tujuan tersebut masih banyak yang belum tercapai teruta-ma dalam hal meningkatkan kepro-fesionalan guru, karena banyaknya guru menggunakan dana sertifikasi untuk kesejahteraan. Karena adanya fenomena tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Bapak Murthalamuddin, SP.d., M.SP menghimbau kepada seluruh guru jenjang SD dan SMP untuk wajib mengikuti diseminasi secara mandiri pelatihan praktik baik yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Himbauan Kadisdik bukan tanpa alasan, Dari hasil pendampingan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Pidie, hasil uji kompetensi pedagogi dan keprofesionalan guru tahun 2015 didapati sebagian besar (92%) guru berada di bawah standar yang ditetapkan secara nasional (skor 55) dan hanya 8% yang memenuhi dan di atas standar yang ditetapkan. “Mengikuti diseminasi pelatihan praktik yang baik merupakan salah satu syarat bagi guru untuk sertifikasi mereka,” kata Bapak Murthalamuddin.

Senada dengan Kadisdik, Wakil Bupati Pidie, Bapak M Iriawan SE, saat menghadiri kegiatan Multi Stakeholder PKB di Kabupaten Pidie mengingatkan akan pentingnya Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai forum diskusi, belajar dan berbagi informasi tentang pembelajaran,

“KKG dan MGMP sangat penting bagi guru untuk meningkatkan keprofesionalan mereka dalam mengajar. Guru pembelajar harus mampu menghidupkan budaya diskusi diantara pendidik. Pendidikan terus berkembang dan saling berbagi itu sangat penting untuk kita mengukur sejauh mana pemahaman kita dalam satu materi pembelajaran. Guru pembelajar harus terus

berlatih dan belajar,” jelas wabup yang menyatakan guru dikatakan tidak kreatif, bila sudah mendapat-kan sertifikasi tapi tidak dimanfaat-kan untuk mengembangkan keprofe-sionalan dirinya sendiri.

Strategi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan Kadisdik Pidie tersebut disambut dengan baik oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang langsung disosiali-sasikan kepada para kepala sekolah. Gayung bersambut, para guru juga merasa pelatihan menjadi kebutuhan bagi mereka dan siap menggunakan uang sertifikasi mereka untuk pelatihan. Setiap pelatihan selama 4 hari, satu orang guru membutuhkan Rp. 200.000,- untuk keperluan kon-sumsi dan ATK, sedangkan fasilitator dibiayai oleh USAID PRIORITAS.

Di Kabupaten Pidie terdapat 9 UPTD yaitu: UPTD Wilayah I Padang Tiji, UPTD Wilayah II Grong-grong, UPTD Wilayah III Kota Sigli, UPTD Wilayah IV Indrajaya, UPTD Wilayah V Mutiara, UPTD Wilayah VI Geulumpang Tiga, UPTD Wilayah VII Kembang Tanjong, UPTD Wilayah VIII Sakti, dan UPTD Wilayah IX Tangse). Rencana pelatihan dikelola dan dilakukan secara kontinu di KKG dan MGMP.

Melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan ketua KKG, guru diundang untuk mengikuti pelatihan dan penyetoran biaya dilakukan oleh guru kepada bendahara KKG. Sedangkan saat pelatihan, segala keperluan konsumsi dan ATK dikelola oleh pengurus KKG.

Dampak Kebijakan

Guru menyadari pentingnya peningkatan kompetensi mereka, sehingga mereka secara mandiri mengikuti pelatihan sebanyak 256 SD dari total 278 SD dan seluruh SMP di Kabupaten Pidie (56 SMP) telah melaksanakan diseminasi

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru98 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 99

Ribuan Guru Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik secara Mandiri

Kabupaten Pidie, Aceh

Para guru di Pidie, melaksanakan diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS dengan dana mandiri. Kegiatan pelatihannya dilaksanakan melalui forum KKG dan MGMP.

Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Murthalamuddin SPd MSP.

Page 111: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Data dan Kebijakan

Tujuan dari sertifikasi guru yang menjadi amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 adalah untuk menen-tukan kelayakan guru dalam melak-sanakan tugas sebagai agen pembela-jaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, meningkatkan martabat dan meningkatkan profesionalitas guru.

Akan tetapi, tujuan tersebut masih banyak yang belum tercapai teruta-ma dalam hal meningkatkan kepro-fesionalan guru, karena banyaknya guru menggunakan dana sertifikasi untuk kesejahteraan. Karena adanya fenomena tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Bapak Murthalamuddin, SP.d., M.SP menghimbau kepada seluruh guru jenjang SD dan SMP untuk wajib mengikuti diseminasi secara mandiri pelatihan praktik baik yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Himbauan Kadisdik bukan tanpa alasan, Dari hasil pendampingan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Pidie, hasil uji kompetensi pedagogi dan keprofesionalan guru tahun 2015 didapati sebagian besar (92%) guru berada di bawah standar yang ditetapkan secara nasional (skor 55) dan hanya 8% yang memenuhi dan di atas standar yang ditetapkan. “Mengikuti diseminasi pelatihan praktik yang baik merupakan salah satu syarat bagi guru untuk sertifikasi mereka,” kata Bapak Murthalamuddin.

Senada dengan Kadisdik, Wakil Bupati Pidie, Bapak M Iriawan SE, saat menghadiri kegiatan Multi Stakeholder PKB di Kabupaten Pidie mengingatkan akan pentingnya Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai forum diskusi, belajar dan berbagi informasi tentang pembelajaran,

“KKG dan MGMP sangat penting bagi guru untuk meningkatkan keprofesionalan mereka dalam mengajar. Guru pembelajar harus mampu menghidupkan budaya diskusi diantara pendidik. Pendidikan terus berkembang dan saling berbagi itu sangat penting untuk kita mengukur sejauh mana pemahaman kita dalam satu materi pembelajaran. Guru pembelajar harus terus

berlatih dan belajar,” jelas wabup yang menyatakan guru dikatakan tidak kreatif, bila sudah mendapat-kan sertifikasi tapi tidak dimanfaat-kan untuk mengembangkan keprofe-sionalan dirinya sendiri.

Strategi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan Kadisdik Pidie tersebut disambut dengan baik oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang langsung disosiali-sasikan kepada para kepala sekolah. Gayung bersambut, para guru juga merasa pelatihan menjadi kebutuhan bagi mereka dan siap menggunakan uang sertifikasi mereka untuk pelatihan. Setiap pelatihan selama 4 hari, satu orang guru membutuhkan Rp. 200.000,- untuk keperluan kon-sumsi dan ATK, sedangkan fasilitator dibiayai oleh USAID PRIORITAS.

Di Kabupaten Pidie terdapat 9 UPTD yaitu: UPTD Wilayah I Padang Tiji, UPTD Wilayah II Grong-grong, UPTD Wilayah III Kota Sigli, UPTD Wilayah IV Indrajaya, UPTD Wilayah V Mutiara, UPTD Wilayah VI Geulumpang Tiga, UPTD Wilayah VII Kembang Tanjong, UPTD Wilayah VIII Sakti, dan UPTD Wilayah IX Tangse). Rencana pelatihan dikelola dan dilakukan secara kontinu di KKG dan MGMP.

Melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan ketua KKG, guru diundang untuk mengikuti pelatihan dan penyetoran biaya dilakukan oleh guru kepada bendahara KKG. Sedangkan saat pelatihan, segala keperluan konsumsi dan ATK dikelola oleh pengurus KKG.

Dampak Kebijakan

Guru menyadari pentingnya peningkatan kompetensi mereka, sehingga mereka secara mandiri mengikuti pelatihan sebanyak 256 SD dari total 278 SD dan seluruh SMP di Kabupaten Pidie (56 SMP) telah melaksanakan diseminasi

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru98 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 99

Ribuan Guru Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik secara Mandiri

Kabupaten Pidie, Aceh

Para guru di Pidie, melaksanakan diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS dengan dana mandiri. Kegiatan pelatihannya dilaksanakan melalui forum KKG dan MGMP.

Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Murthalamuddin SPd MSP.

Page 112: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik dengan melibatkan hampir 3.000 orang guru (1.560 guru SD dan 931 guru SMP).

Kendala dan Masalah

Besarnya keinginan guru dari 9 UPTD untuk dilatih, menyebabkan keterbatasan Fasda menjadi kendala yang utama. Fasda yang sebagian be-sar berprofesi sebagai kepala sekolah dan guru tersebut, juga mempunyai tupoksi yang harus dilaksanakan di sekolahnya. Selain itu, luasnya Kabu-paten Pidie secara geografis menye-babkan distribusi fasda menjadi per-masalahan lainnya, terutama dengan keterbatasan biaya transportasi.

Faktor Keberhasilan

- Keinginan besar guru untuk me-manfaatkan sedikit dana sertifikasi mereka untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar. Hal ini dianggap sebagai amanah yang harus dilaksanakan sesuai tujuan pemberian sertifikasi

- Keinginan bersama para guru untuk mengubah wajah pendidikan pendidikan Pidie yang terpuruk terutama pada nilai UKG. Kepala dinas pendidikan melakukan advokasi kepada para guru untuk mengikuti pelatihan Praktik yang Baik dengan cara meng-unjungi 1-2 sekolah setiap

hari, terutama sebelum masuk kantor (dalam perjalanan dari rumah ke kantor)

Rekomendasi

- Pemerintah Kabupaten Pidie dapat mengalokasikan biaya perjalanan dan nara sumber bagi fasda melalui APBD agar keingi-nan guru untuk terus belajar tidak terhenti karena kendala tersebut, terutama pasca program USAID PRIORITAS.

- Dinas Pendidikan Pidie dapat menciptakan fasda-fasda baru yang berasal dari 9 UPTD sehing-ga jarak dan waktu tidak menjadi kendala dalam pembelajaran.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Kantor Dinas Pendidikan Pidie. Jl. Tgk Chik Di Tiro No. 8, Blang Asan,

Sigli, Pidie.Telp: 0653-21576.

Fax: 0653- 24786/24382

Murthalamuddin SPd MSp (Kepala Dinas Pendidikan)

Ruslan SPd(Kabid Dikdas)

4381

19531560

931

2821

1022

Total Guru Sudah Belum

SD SMP

Grafik 1. Guru SD dan SMP yang Sudah dan Belum Dilatih

No Nama LPTK Fakultas

Provinsi Aceh

1. Dra. Asiah MD, M.P Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

2. Dra. Sulastri, M.Si Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

3. Dr. Azhar M.Nur, M.Pd UIN Ar-Raniry Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

4. Masbur, S.Ag., M.Ag UIN Ar-Raniry Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

5. Mawardi, S.Ag., M.Pd UIN Ar-Raniry Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

6. Surya, ST USM Banda Aceh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Provinsi Sumatra Utara

1. Prof. Dr. Effendi Napitupulu Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Teknik (FT)

2. Dr. Mutsyuhito Solin Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

3. Dr. Edy Surya, M.Si Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

4. Dr. Wildansyah Lubis, M.Pd Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

5. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

6. Dr. Imran Ahmad, M.Pd. Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)

7. Dr. Rahma Dewi, M.Pd. Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)

8. Dr. Indra Jaya, IAIN Sumatra Utara Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

9. Reinhard Gultom, M.Kom LPMP Analisis Data

10. Jogi Siregar S.T LPMP Analisis Data

Provinsi Banten

1. Eko Wahyu Wibowo, S.Si, MM, M.Si IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

2. Biru Muqdamien, SE, M.Kom IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

3. Aan Ansori, S.Kom, M.Kom IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

4. Ezis Japar Sidik, S.Pd.,M.A Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA)

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

5. Maman Fathurrohman, Ph.D Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA)

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

6. Yana Kurniawan, M.Si LPMP Banten Fungsional Umum

Daftar Konsultan dan Fasilitator Program Tata Kelola Guru LPTK Mitra USAID PRIORITAS

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru100 Daftar Konsultan dan Fasilitator 101

Page 113: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

Praktik yang Baik dengan melibatkan hampir 3.000 orang guru (1.560 guru SD dan 931 guru SMP).

Kendala dan Masalah

Besarnya keinginan guru dari 9 UPTD untuk dilatih, menyebabkan keterbatasan Fasda menjadi kendala yang utama. Fasda yang sebagian be-sar berprofesi sebagai kepala sekolah dan guru tersebut, juga mempunyai tupoksi yang harus dilaksanakan di sekolahnya. Selain itu, luasnya Kabu-paten Pidie secara geografis menye-babkan distribusi fasda menjadi per-masalahan lainnya, terutama dengan keterbatasan biaya transportasi.

Faktor Keberhasilan

- Keinginan besar guru untuk me-manfaatkan sedikit dana sertifikasi mereka untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar. Hal ini dianggap sebagai amanah yang harus dilaksanakan sesuai tujuan pemberian sertifikasi

- Keinginan bersama para guru untuk mengubah wajah pendidikan pendidikan Pidie yang terpuruk terutama pada nilai UKG. Kepala dinas pendidikan melakukan advokasi kepada para guru untuk mengikuti pelatihan Praktik yang Baik dengan cara meng-unjungi 1-2 sekolah setiap

hari, terutama sebelum masuk kantor (dalam perjalanan dari rumah ke kantor)

Rekomendasi

- Pemerintah Kabupaten Pidie dapat mengalokasikan biaya perjalanan dan nara sumber bagi fasda melalui APBD agar keingi-nan guru untuk terus belajar tidak terhenti karena kendala tersebut, terutama pasca program USAID PRIORITAS.

- Dinas Pendidikan Pidie dapat menciptakan fasda-fasda baru yang berasal dari 9 UPTD sehing-ga jarak dan waktu tidak menjadi kendala dalam pembelajaran.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Kantor Dinas Pendidikan Pidie. Jl. Tgk Chik Di Tiro No. 8, Blang Asan,

Sigli, Pidie.Telp: 0653-21576.

Fax: 0653- 24786/24382

Murthalamuddin SPd MSp (Kepala Dinas Pendidikan)

Ruslan SPd(Kabid Dikdas)

4381

19531560

931

2821

1022

Total Guru Sudah Belum

SD SMP

Grafik 1. Guru SD dan SMP yang Sudah dan Belum Dilatih

No Nama LPTK Fakultas

Provinsi Aceh

1. Dra. Asiah MD, M.P Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

2. Dra. Sulastri, M.Si Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

3. Dr. Azhar M.Nur, M.Pd UIN Ar-Raniry Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

4. Masbur, S.Ag., M.Ag UIN Ar-Raniry Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

5. Mawardi, S.Ag., M.Pd UIN Ar-Raniry Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

6. Surya, ST USM Banda Aceh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Provinsi Sumatra Utara

1. Prof. Dr. Effendi Napitupulu Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Teknik (FT)

2. Dr. Mutsyuhito Solin Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

3. Dr. Edy Surya, M.Si Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

4. Dr. Wildansyah Lubis, M.Pd Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

5. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

6. Dr. Imran Ahmad, M.Pd. Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)

7. Dr. Rahma Dewi, M.Pd. Universitas Negeri Medan (UNIMED) Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)

8. Dr. Indra Jaya, IAIN Sumatra Utara Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

9. Reinhard Gultom, M.Kom LPMP Analisis Data

10. Jogi Siregar S.T LPMP Analisis Data

Provinsi Banten

1. Eko Wahyu Wibowo, S.Si, MM, M.Si IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

2. Biru Muqdamien, SE, M.Kom IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

3. Aan Ansori, S.Kom, M.Kom IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

4. Ezis Japar Sidik, S.Pd.,M.A Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA)

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

5. Maman Fathurrohman, Ph.D Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA)

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

6. Yana Kurniawan, M.Si LPMP Banten Fungsional Umum

Daftar Konsultan dan Fasilitator Program Tata Kelola Guru LPTK Mitra USAID PRIORITAS

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru100 Daftar Konsultan dan Fasilitator 101

Page 114: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

No Nama LPTK Fakultas

Provinsi Jawa Barat

1. Dr. Suryadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

2. Dr. Dedi Ahmad Kurniadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

3. Jajang Kusnendar, MT Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA)

4. Dr. Abu Bakar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

5. Drs. M. Mutaqin, M.Pd UIN Bandung Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

6. Dr. Andewi Suhartini, M.Ag UIN Bandung Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

7. Dr. Moh. Sulhan, M.Ag UIN Bandung Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

Provinsi Jawa Tengah

1. Dr. Fatkuroji, S.Ag., M.Pd UIN Walisongo Semarang Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

2. Dr. Fahrurrozi, M.Ag UIN Walisongo Semarang Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

3. Dr. Yuli Utanto, S.Pd.,M.Si Universitas Negeri Semarang (UNNES) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

4. Sudaryanta, S.Pd., M.Si LPMP Central Java -

5. Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd IKIP PGRI Semarang Dosen Pascasarjana

6. Y. Windrawanto, M.Pd Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW Salatiga)

Rektor

7. Dr. Wiwik Wijayanti, M.Pd Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

8. Mada Sutapa, M.Si Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

Provinsi Jawa Timur

1. Pramono, S.Pd., M.Or. Universitas Negeri Malang (UM) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

2. Teguh Triwiyanto, S.Pd., M.Pd Universitas Negeri Malang (UM) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

3. Rakhmawati, M.Pd. UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

4. Dr. Erny Roesminingsih, M.Si Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

5. Dr. Suharjo, MS., MA Universitas Negeri Malang (UM) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

Provinsi Sulawesi Selatan

1. Supriadi Torro, S.Pd., M.Si Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS)

2. Sahid S.Pd., M.Pd Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

3. Usman, S.Ag., M.Pd UIN Alauddin Makassar Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

4. Sitti Hajerah Hasyim Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Ekonomi (FE)

5. Sahade, S.Pd., M.Pd Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Ekonomi (FE)

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru102

Page 115: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

No Nama LPTK Fakultas

Provinsi Jawa Barat

1. Dr. Suryadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

2. Dr. Dedi Ahmad Kurniadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

3. Jajang Kusnendar, MT Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA)

4. Dr. Abu Bakar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

5. Drs. M. Mutaqin, M.Pd UIN Bandung Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

6. Dr. Andewi Suhartini, M.Ag UIN Bandung Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

7. Dr. Moh. Sulhan, M.Ag UIN Bandung Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

Provinsi Jawa Tengah

1. Dr. Fatkuroji, S.Ag., M.Pd UIN Walisongo Semarang Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

2. Dr. Fahrurrozi, M.Ag UIN Walisongo Semarang Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

3. Dr. Yuli Utanto, S.Pd.,M.Si Universitas Negeri Semarang (UNNES) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

4. Sudaryanta, S.Pd., M.Si LPMP Central Java -

5. Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd IKIP PGRI Semarang Dosen Pascasarjana

6. Y. Windrawanto, M.Pd Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW Salatiga)

Rektor

7. Dr. Wiwik Wijayanti, M.Pd Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

8. Mada Sutapa, M.Si Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

Provinsi Jawa Timur

1. Pramono, S.Pd., M.Or. Universitas Negeri Malang (UM) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

2. Teguh Triwiyanto, S.Pd., M.Pd Universitas Negeri Malang (UM) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

3. Rakhmawati, M.Pd. UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

4. Dr. Erny Roesminingsih, M.Si Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

5. Dr. Suharjo, MS., MA Universitas Negeri Malang (UM) Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

Provinsi Sulawesi Selatan

1. Supriadi Torro, S.Pd., M.Si Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS)

2. Sahid S.Pd., M.Pd Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

3. Usman, S.Ag., M.Pd UIN Alauddin Makassar Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

4. Sitti Hajerah Hasyim Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Ekonomi (FE)

5. Sahade, S.Pd., M.Pd Universitas Negeri Makassar (UNM) Dosen Fakultas Ekonomi (FE)

Praktik yang Baik: Tata Kelola Guru102

Page 116: Praktik yang Baik TATA KELOLA GURU - USAID PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_Tata_Kelola_Guru_(3).pdf · kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan

USAID PRORITAS Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270 Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978 email: [email protected]