praktikum i jantung dan sistem peredaran darah
TRANSCRIPT
1
PRAKTIKUMI
JANTUNG DAN SISTEM PEREDARAN DARAH
Kegiatan I
A. Judul : Golongan Darah
B. Tujuan : Mempelajari cara-cara untuk menentukan golongan
darahA,B, AB, danO.
C. Dasar Teori
Pada manusia, terdapat sistem pengelompokkan darah atau golongan darah
yang menjadi karakter penting dalam tindakan medis seperti transfusi darah dan
prosedur forensik seperti identifiksi kekerabatan. Konsep dasar penentuan
golongan darah adalah reaksi antibodi dan antigen yang jika terjadi kecocokan
(antigen vs antibodi) maka akan menimbulkan reaksi yang dikenal dengan
aglutinasi. Ada tiga tipe penggolongan darah pada manusia yaitu sistem ABO,
sistem rhesus, dan sistem MN.Penggolongan dua tipe pertama merupakan
kelompok yang sangat umum bagi manusia (Santoso, 2009).
Darahdalamsistem sirkulasi merupakan komponen fisiologis yang
menjadipenyokong substansial bagi keberlangsungan proses-proses fisiologis
lainnya seperti respirasi, reproduksi dan sistem-sistem lain. Darah merupakan
substansi berupa jaringan ikat dengan matriks berupa cairan plasma dan
komponen selular berupa sel-sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit).
Komponen atau substansi-substansi yang sangat membutuhkan darah dalam
proses transportasinya adalah (Albert, 1998) :
a. Gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida).
b. Nutrien-nutrien yang ditransportasikan dari saluran gastrointestinalke
organ-organ penyimpanan dan ke jaringan atau sel yang membutuhkan.
c. Produk-produk sisah, misalnya urea yang ditransportasikan dari hepar ke
ren atau ginjal dan CO2 yang ditransportasikan dari jaringan ke paru-paru
untuk dibuang keluar tubuh.
2
d. Sel-sel darah yang terspesialisasi, misanya leukosit yang berperan dalam
pertahanan imunitas serta trombosit atau paltelet yang berperan penting
dalam hemostasis (pembekuan darah).
e. Hormon-hormon yang sangat tergantung kepada darah dalam proses
transportasinya ke sel target. Dalam banyak hal, terkadang hormon
membutuhkan molekul protein pengangkut spesifik yang mengikatnya di
dalamd arah sehingga dapat ditransportasikan secara optimal ke sel target.
f. Panas tubuh ditransfer dari organisme ke lingkungannya atau sebaliknya,
juga melibatkan mekanisme aliran dalam vaskular darah di kulit.
Darah secara esensial juga berperan penting dalam mengatur kesetimbangan
cairan tubuh, kesetimbangan asam-basa (pH) dan distribusi ion-ion serta substansi
yang dapat larut dalam cairan.Darah dapat berada dalam sistem pembuluh khusus
(misalnya darah manusia).
Plasma merupakan cairan matriks dimana sel-sel darah tersuspensi. Secara
umum, penyusun plasma adalah air yang mengandung ion-ion dan molekul
organik terlarut seperti protein. Komposisi cairan plasma sangat berbeda dengan
cairan intraseluler terutama dalam hal kadar natrium dan kalium (sodium dan
potasium) yang lebih tinggi daripada cairan intraseluler. Selain itu juga terdapat
berbagai kandungan protein.Kondisi ini berkonsekuensi terhadap tekanan osmotik
plasma. Molekul-molekul protein yang berukuran relatif besar terperangkap dalam
plasma darah, sehingga jika jumlah protein lebih tinggi maka tekanan osmotik
juga akan tinggi. Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein tersebut dikenal
dengan tekanan osmotik koloid (Albert, 1998).
D. Alat dan Bahan:
1. Blood loncet
2. Tusuk gigi
3. Gelas Objek
4. Alkohol 70%
5. Kapas
6. 1 set antisera ABO
3
E. Prosedur Kerja
Mengusap ujung jari dengan menggunakan kapas
yang telah direndam dengan alkohol 70 %.
Mengusap tetesan darah pertama dengan
menggunakan kapas beralkohol hingga bersih.
Menusuk jari dengan menggunakan blood lancet
steril.
Memijat jari dengan perlahan hingga keluar darah
dari luka tadi, kemudian meneteskan darah yang
keluar pada gelas objek di dua tempat yang
berbeda.
Meneteskan satu tetes antisera A pada salah satu
sisi dari tetesan darah tersebut, dengan cara yang
sama meneteskan satu tetes antisera B pada tetesan
darah yang satunya lagi.
Mengaduk tetesan masing-masing antisera dengan
darah tersebut menggunakan ujung tusuk gigi
secara terpisah.
Membiarkannya beberapa saat, memperhatikan
apa yang terjadi pada masing-masing campuran
darah dan antisera tersebut. Mengamati campuran
mana yang terjadi penggumpalan dan mana yang
tidak terjadi penggumpalan.
Golongan Darah
Hasil Pengamatan
4
F. Hasil Pengamatan
Gambar 1. Golongan darah B Gambar 2. Golongan darah O
Tabel 1. Penentuan Golongan Darah
No Nama Anti A Anti B Keterangan
1 Faisal Nento Menggumpal Tidak
menggumpal A
2 Atib Sione Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal O
3 Serlin Iji Tidak
menggumpal Menggumpal B
4 Sri Sabrais Tidak
menggumpal Menggumpal B
G. Pembahasan
Metode yang digunakan pada pengujian golongan darah sistem ABO kali
ini adalah metode slide(Albert, 1998). Alat-alat yang dibutuhkan adalah sebuah
gelas objek (object glass), pengaduk plastik khusus (mixing stick) dan cairan titer
(anti A, anti B dan anti D). Langkah awal dilakukan dengan meneteskan sampel
darah sebanyak tiga kali masing-masing ±1/2 tetes diatas sebuah gelas objek.
Kemudian memberikan cairan antisera-nya sebanyak 2 kali volume sampel darah
(±1 tetes) pada tiap tetes sampel darah tadi, kemudian meratakan campuran
tersebut dengan pengaduk. Selanjutnya akan terjadi aglutinasi/ nonaglutinasi pada
sampel darah yang sudah dicampur antisera tersebut.
5
Pada penentuan golongan darah ini digunakan sistem golongan darah
ABO. Golongan darah sistem ABO yang diuji kali ini, didasari pada keberadaan
antigen, yaitu antigen A dan antigen B di membran sel darah merah. Golongan
darah A mempunyai antigen A, golongan darah B mempunyai antigen B,
golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, sedangkan golongan darah O
tidak mempunyai kedua antigen tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa golongan
darah O dapat memberikan ke semua jenis golongan darah, mengingat bahwa
golongan darah O tidak memiliki antigen sama sekali. Sehingga kesimpulannya
bahwa golongan darah O adalah sebagai donor universal. Sedangkan darah AB
dapat menerima darah dari semua golongan, mengingat bahwa golongan darah AB
memiliki 2 jenis antigen, namun tidak memiliki aglutinin sama sekali. Sehingga,
golongan darah AB adalah sebagai resipien universal. Antigen ini merupakan
suatu glikoprotein yang ada tidaknya adalah sebagai dasar pembeda pada
penentuan golongan darah seseorang, sedangkan antibodi merupakan suatu
molekul protein yang dihasilkan oleh sel-B untuk merespon adanya antigen
(Santoso, 2009).
Seseorang yang bergolongan darah A memiliki antigen A dengan unit N-
asetil galaktosamin di membran eritrositnya dan di dalam plasma darahnya akan
ditemukan antibodi beta, sedangkan pada orang yang bergolongan darah B akan
ditemukan antigen B dengan unit galaktosa di membran eritrositnya dan antibodi
alfa di plasma darahnya. Jika memiliki kedua antigen tersebut dan tidak adanya
antibodi dalam plasma darahnya, maka seseorang tersebut bergolongan darah AB.
Pada orang yang bergolongan darah O, sesungguhnya ada antigen O di membran
eritrositnya tetapi karena ketiadaan unit N-asetilgalaktosamin ataupun galaktosa
maka tidak menimbulkan reaksi aglutinasi atau dianggap tidak memiliki antigen,
sementara di plasmanya justru terdapat dua antibodi alfa dan beta sekaligus.
Aglutinin atau antibodi di dalam plasma darah sudah ada sejak lahir namun akan
berbeda menurut usia. Kadar maksimumnya tercapai pada usia 8 -10 tahun dan
akan menurun lagi setelah itu. Aglutinin ini adalah gamma globulin yang
disintesis di limfa, sel plasma dan di hepar (Santoso, 2009).
6
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penentuan
golongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen pada darah. Apabila darah
ditetesi dengan anti A terjadi penggumpalan, maka darah ini digolongkan sebagai
golongan darah A, dan apabila darah ditetesi anti B terjadi penggumpalan, maka
darah ini digolongkan sebagai golongan darah B. Sedangkan apabila ditetesi
kedua anti ini (anti A dan B) tidak terjadi penggumpalan, maka darah ini
digolongkan sebagai golongan darah O.
Kegiatan II
A. Judul : Menghitung Jumlah Sel Darah
B. Tujuan : Untuk menghutung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
dengan menggunakan haemocytometer.
C. Dasar Teori
Eritrosit merupakan komponen sel darah terbesar. Morfologi dan ukuran
eritrosit sangat bervariasi diantara spesies hewan. Eritrosit memiliki inti pada
kebanyakan vertebrata kecuali pada sebagian besar mamalia yang tidak berinti.
Bentuk eritrosit manusia adalah bulat dan bikonkaf. Sedangkan pada kebanyakan
vertebrata lainnya bentuk eritrosit adalah lonjong dan bikonfeks. Eritrosit paling
besar ditemukan pada amphibi, sedangkan sel eritrosit mamalia dianggap lebih
kecil dan spesifik dengan ketiadaan nukleus (Santoso, 2009).
Secara struktural, eritrosit terdiri atas membran sel, substansi spons yang
disebut stroma dan hemoglobin yang berada di dalam ruang-ruang kosong stroma.
Membran selnya terdiri atas lipoprotein dengan golongan lipidnya berupa
kolesterol, sefalin, dan lesitin sedangkan komponen proteinnya adalah stromatin.
Substansi yang dapat larut dalam lipid akan dapat menembus membran eritrosit
secara mudah, dan demikian juga sebaliknya jika suatu substansi tidak larut
dalam lipid akan sulit menembus membran.Di dalam eritrosit terdapat berbagai
senyawa seperti glukosa, enzim katalase, enzim karbonat anhidrase, garam
organik dan garam anorganik. Kadar ion kalium relatif lebih tinggi daripada ion
7
natrium. Keberadaan glukosa dalam eritrosit sangat penting sebagai sumber energi
seluler yang akan mempertahankan kelangsungan fungsional eritrosit.Dikemasnya
hemoglobin dalam eritrosit sangat erat kaitannya dengan upaya pencegahan efek
viskositas dan tekanan osmotik yang dapat berubah akibat adanya molekul besar
seperti hemoglobin jika berada di dalam plasma darah. Dengan terisolasinya letak
hemoglobin, maka stabilitas sistem dapat dijaga (Santoso, 2009).
Eritrosit tidak dapat membelah kembali setelah dilepas dalam sistem
peredaran darah. Umurnya sekitar 120 hari dan akan ditelan oleh fagosit di hati
dan limpa setelah waktu tersebut, Semua kandungan besi dalam hemoglobin yang
ada di dalam eritrosit akan digunakan kembali.Eritrosit disintesis di sum-sum
tulang (bone marrow).Di dalam sum-sum tulang merah terdapat eritroid dan
myeloid yang menjadi prekusor sel-sel darah. Tidak semua jenis tulang yang sum-
sumnya akan terus menerus memproduksi eritrosit. Sum-sum tulang dari tulang
panjang seperti tibia dan femur akan berhenti memproduksi sel darah
setelahindividu dewasa (misalnya pada manusia setelah usia 20 tahun). Sternum,
tulang rusuk dan vertebrae saja yang dapat memproduksi eritrosit secara kontinyu
hingga akhir hayat (Santoso, 2009).
D. Alat dan Bahan
1. Haemocytometer : slide neubaeur, kaca penutup, pipet pengencer sel darah
merah.
2. Mikroskop
3. Blood loncet
4. Larutan Hayem (Bahan : 1g NaCl+0,5g Na2SO4+0,5g HgCL2+200 ml
aquades.
5. Alkohol 70%
6. Aquades
7. Kertas lensa
8. Pipet
E. Prosedur Kerja
Menghitung Jumlah
Sel Darah
8
Untuk menghitung sel darah merah,
menggunakan pipet pengencerdengan skla 101,
dan mempunyai inti gelas berwarna merah
Bila pengisapan darah berlangsung dengan baik
dengan segera menghisap larutan pengencer
hayem hingga skala 101 tepat.
Mengoleskan ujung jari dengan alkohol 70%,
ditusuk dengan lancet yang telah disterilkan.
Membiarkan darah mengalir dengan bebas tanpa
memijat ujung jari tersebut.
Mengisap darah yang keluar dengan pipet
pengencer hingga skala 0,5 atau 1,0 kemudian
dibersihkan ujung pipet tersebut dengan
kertassaring, hindari adanya udara diantara
darah di dalam pipet sewaktu mengisap, bila hal
ini terjadi darah dengan segera harus
dikeluarkan kembali dan pengisapan darah
harus diulangi.
Setelah 2 menit membuang 5 tetes pertama
larutan darah tadi lalu meletakkan ujung pipet
diantara gelas objek (neubaeu) dan gelas penutup
hamocytometer, tapi dicegah agar larutan darah
tidak mengisih parid-parid sekeliling counting
chamber
Memegang kedua ujung pipet dengan telunjuk
dan ibu jari mengocok dengan hati-hati selama 2
menit.
Mendiamkan 1-2 menit supaya sel darahnya
mengendap. Diamati dibawah mikroskop untuk
menghitunggnya.
9
F. Hasil Pengamatan
Gambar 3.Sel darah merah
ne = 317 mm3
p (besarnya pengenceran) = 200
Jumlah sel darah merah = nex p x 50 = 317 x 200 x 50 = 3.170.000 mm3
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, didapati bahwa jumlah sel darah merah
adalah sebesar 3.170.000 mm3.Hal ini masih dapat dikategorikan normal karena
jumlah sel darah merah laki-laki yaitu 5.200.000 mm3 sedangkan perempuan
4.700.000 mm3.Eritrosit disintesis di sum-sum tulang (bone marrow).Di dalam
sum-sum tulang merah terdapat eritroid dan myeloid yang menjadi prekusor sel-
sel darah. Tidak semua jenis tulang yang sum-sumnya akan terus menerus
memproduksi eritrosit. Sum-sum tulang dari tulang panjang seperti tibia dan
femur akan berhenti memproduksi sel darah setelahindividu dewasa (misalnya
pada manusia setelah usia 20 tahun). Sternum, tulang rusuk dan vertebrae saja
Menggunakan rumus berikut untuk menghitung
jumlah sel darah merah dalam setiap mm3
:
Jumlah sel darah merah = ne x p x 50
Ne = Jumlah eritrosit dalam 5 kotak
P = besarnya pengenceran
Hasil Pengamatan
10
yang dapat memproduksi eritrosit secara kontinyu hingga akhir hayat (Santoso,
2009).
Proses sintesis eritrosit disebut dengan eritropoesis. Awalnya sel
primordium untuk eritrosit yaitu proeritroblas atau hemositoblast dibentuk dari
sel retikulum dalam sum-sum tulang. Sel-sel ini akan membentuk basofil
eritroblast dan disertai dengan pembentukan hemoglobin di dalamnya. Selanjutnya
terbentuk eritroblast polikromatofil (ada campuran substansi basofilik dan
hemoglobin). Proses berikutnya adalah pengecilan nukleus dan pembentukan
hemoglobin dilanjutkan sehingga terbentuk normoblast. Sitoplasma normoblas
akan terisi hemoglobin secara progresif seiring peningkatan tahap sintesis
hemoglobin di dalamnya dan saat kadar hemoglobin mencapai 34%, nukleus
normoblas akan mengalami autolisis dan absorbsi hingga lenyap. Kemudian
terbentuklah retikulosit (eritrosit muda) yang masih mengandung substansi
basofilik berupa serabut retikulum di dalam sitoplasmanya (Santoso, 2009).
Sintesis eritrosit dikontrol sedemikian rupa sehingga kadarnya dalam
sistem peredaran selalu stabil (konstan). Mekanisme kontrol terhadap laju
eritropoiesis melibatkan suatu substansi yang dihasilkan oleh ginjal (ren) berupa
senyawa glikoprotein disebut eritropoietin atau hemopoietin. Substansi
eritropoietin adalah hormon yang terbentuk dari faktor eritropoietik ginjal dan
globulin yang dihasilkan hepar. Senyawa ini akan banyak dihasilkan dalam
kondisi hipoksia (kadar oksigen yang rendah dalam darah). Fungsinya yaitu
memacu kerja sel-sel induk proeritroblast untuk mengalami diferensiasi sehingga
menghasilkan eritrosit.Selain itu, eritropietin mempengaruhi kecepatan
pematangan eritrosit dan kecepatan pelepasannya ke dalam sistem peredaran dari
sum-sum tulang.Secara spesifik, eritropoietin menginduksi mRNA
proeritroblast.mRNA merupakan inisiator untuk mekanisme sintesis protein dan
berbagai aktivitas selular. Pada juvenil, hepar adalah tempat utama penghasil
eritropoietin termasuk juga saat terjadi disfungsi ginjal pada individu dewasa
(Santoso, 2009).
11
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, eritrosit pada
manusia adalah 5,2 juta mm3 pada laki-laki dan 4,7 juta mm
3 pada
perempuan.Perbedaan jumalah sel darah merah ini dipengaruhi oleh perbedaan
kandungan hemoglobin dalam darah.Dimana pada laki-laki dewasa 13 dan
perempuan dewasa 12 (WHO dalam Zarianis, 2006).
Kegiatan III
A. Judul : Haemoglobin Darah
B. Tujuan : Untuk menentukan konsentrasi haemoglobin dalam darah
C. Dasar Teori
Hemoglobin merupakan molekul kompleks yang terdiri atas protein dan
logamyang berada di dalam eritrosit. Secara struktural, molekulnya tersusun atas
heme dan globin dengan berat molekul 68.000. Heme adalah porfirin yang
mengandung Fe. Peranan pentingnya adalah dalam hal pengikatan oksigen yang
akan ditransfer dari darah ke sel-sel yang membutuhkan. Selain itu, juga
mengangkut karbondioksida untuk dikeluarkandari tubuh dari sel yang
menghasilkannya sebagai hasil dari respirasi seluler. Keberadaan hemoglobin
dalam eritrosit memberikan warna merah pada darah (Santoso, 2009).
Proses sintesis hemoglobin seiring dengan proses sintesis eritrosit
(eritropoiesis) di sum-sum tulang. Akan tetapi, sintesisnya terjadi dalam eritroblas
dan dilanjutkan pada fase dimana terbentuknya normoblas pada
eritropoiesis.Proses sintesis hemoglobin tersebut terkadang masih berlanjut
selama beberapahari dalam eritrosit yang baru dilepaskan ke dalam sistem
sirkulasi (Santoso, 2009).
Gambar 4.Sruktur molekul hemoglobin dengan Fe sebagai intinya
12
Secara ringkas, proses sintesis hemoglobin terdiri atas 4 tahapan yaitu (1)
pembentukan unit cincin pirol, (2) penggabungan cincin-cincin pirol menjadi
protoporfirin III, (3) pembentukan heme, dan (4) pembentukan hemoglobin.
Gambar 5.Skema tahapan-tahapan sintesis hemoglobin dalam eritrosit
Untuk berlangsungnya sintesis hemoglobin, diperlukan berbagai senyawa
utama yaitu Fe, enzim sitokrom, peroksidase, katalase, asam amino prekusor
hemoglobin (asam alfaketoglutarat dan glisin), tembaga (Cu), kobalt (Co), nikel
(Ni), dan piridoksin. Beberapa senyawa yang disebutkan terakhir merupakan
komponen yang belum diketahui secara jelas mekanisme peranannya dalam
sintesis hemoglobin akan tetapi defisiensi dari senyawa-senyawa tersebut
menyebabkan terganggunya proses sintesis secara signifikan (Santoso, 2009).
D. Alat dan Bahan:
1. Haemocytometer
2. Larutan HCl 0,1 N
3. Alkohol 70 %
4. Kapas
5. Blood loncet
6. Pipet capiler
13
E. Prosedur Kerja
Mengisi tabung penegncer (tabung sahli) denga
HCl 0,1 N sebanyak 5 mm3.
Menghapus ujung jari dengan mengunakan
kapas yang telah direndam dalam alkohol 70%
kemudian menusuk ujung jari dengan blood
lancet dan dihisap dengan pipet kapiler darah
yang mengalir sebanyak 20 ml3
Memindahkan darah tersebut dengan meniup
pipet secara berlahan-lahan kedalam tabung
pengencer yang telah disi HCl tadi. Menjaga
agar tidak terjadi gelembung.
Membilas pipet beberapa kali dengn HCl dalam
tabung pengencer hingga tidak ada darah yang
tertinggal.Membiarkan tabung pengencer
tersebut selama 10 menit.
Mengencerkan kembali darah sampel dengan
setetes emi setetes aquades atau HCl 0,1 N.
Sambil dikocok secara perlahan dengan
menggunakan pengaduk gelas sampai warna
dalam tabung sama.dengan warna cairan pada
tabung standar.
Haemoglobin
Darah
Setelah warna darah sampel sama dengan warna
standar yang ada membaca skala yang ada maka
didapat konsentrasi Hb dalm darah yang
bersangkutan.
Hasil Pengamatan
14
F. Hasil Pengamatan
Gambar 6. Hemoglobin laki-laki Gambar 7. Hemoglobin perempuan
Tabel 2.Perbedaan Jumlah Hemoglobin pada Laki-laki dan Perempuan
No Nama Tester Kelamin Cara Sahli
1. Faisal Nento L 19
2. Serlin Iji P 14,2
G. Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan sampel darah laki-laki dan perempuan
untuk membandingkan jumlah hemoglobin dalam darah.Untuk menentukan kadar
Hb dalam darah, secara manual dengan menggunakan metode Sahli yang
ditemukan oleh Sahli pada tahun 1895 dengan mencampurkan sampel darah dan
HCl 0.1 N dengan prosedur yang melibatkan penilaian warna secara visualisasi
dari larutan yang terbentuk (Zarianis, 2006).
Berdasarkan pengamatan, diperoleh pada laki-laki jumlah hemoglobin
yaitu 19, sedangkan pada perempuan diperoleh sekitar 14,2. Perbedaan kandungan
hemoglobin ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor luar maupun
faktor dalam.Kandungan hemoglobin di dalam darah berbagai spesies cukup
berbeda dan juga pada invididu dengan jenis kelamin yang berbeda.Kadar
hemoglobin menjadi parameter penting bagi penentuan status normalitas fisiologis
yang jika kadarnya rendahmerupakan indikator adanya gangguan fungsional yang
15
cukup signifikan. Pada manusia, rendahnya kadar Hb disebut dengan anemia yang
dapat terjadi karena berbagai fakor (Zarianis, 2006).
Kadarhemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran
darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”. Batas normal
nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin
bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas
kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin. Pada laki-laki
dewasa, yaitu 13dan pada perempuan dewasa, yaitu 12 (WHO dalam Zarianis,
2006).
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga
anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil
dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien
essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen
dariparu-paru kejaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan,
sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom
oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin
dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot.Kandungan ± 0,004 % berat
tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di
dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan
senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan
flavoprotein.Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang
sangat penting.Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel
membran masuk kedalam sel-selotot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-
senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting
dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang
merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia
gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja.Pada anak sekolah
16
berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (WHO
dalam Zarianis, 2006).
2. Metabolisme Besi dalam Tubuh
Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari
4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merahatau hemoglobin (lebih
dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum
tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian
fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan
cadangan.Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah
bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan.Sedangkan
besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-
25 mg/kg berat badan.Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besicadangan yang
biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam
tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan
pengeluaran (Zarianis, 2006).
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, tinggi rendahnya kandungan hemoglobin
dalam darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya:
1. Kecukupan besi dalam tubuh
2. Metabolisme besi dalam tubuh
Kegiatan IV
A. Judul : Tekanan Darah
B. Tujuan : Menghitung tekanan darah sistole dan diastole
C. Dasar Teori
Bila serambi jantung mengembang, jantung akan mengisap darah masuk
ke serambi dari pembuluh balik. Serambi kanan menarik darah dari vena cava
superior dan vena cava inferior, sedangkan serambi kiri menarik darah vena
pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru(Gembong, 1980).
17
Bersamaan masuknya darah keserambi kanan, simpul keith-flack
terangsang. Rangsangan diteruskan ke simpul Tawara.Bersamaan dengan ini, otot
dinding serambi berkontraksi sehingga ruangan serambi mengucup. Begitu impuls
dari keith-flack sampai disimpul Tawara, maka katup antara serambi dan bilik
terbuka, darah mengalir ke bilik. Sementara itu, impuls saraf diteruskan ke berkas
his. Setelahdarah masuk ke dalam ventrikel, klep antara atrium dan bilik menutup.
Sesampainya rangsangan di miokardium bilik, maka berkontraksilah dinding bilik.
Akibatnya, ruangan bilik menguncup. Tekanan ruangan dalam bilik maximum
disebuttekanan sistole. Pada waktu sistole, darah terpompake aorta.Setelah darah
terpompa keaorta, dinding bilik berelaksasi.Ruangan jantung membesar maximum
sehingga tekanannya menjadi minimum.Tekanan terendah dalam ruangan jantung
akibat otot jantung berelaksasi disebut diastole(Gembong, 1980).
D. Alat dan Bahan
1. Sphygmomanometer (Tensimeter)
2. Stetoscope
E. Prosedur Kerja
Duduk dengan tenang dan meletakkan lengan kiri
seolah-olah sejajar dengan jantung.
Membalut manset pada lengan atas (kanan atau
kiri) yang mengandung arteri brachialis kira-kira
2,5cm diatas dari sikut anda.
Memompa mansetdengan mimijit-mijit karet
pemompa sehingga manometer airraksa
mencatat tekanan kurang lebih 200 mmHg.
Tekanan Darah
18
F. Hasil Pengamatan
(1) (2)
Tekanan manset terus diturunkan, akhirnya
suara yang tersengan akan hilang. Saatdimana
suara hilang menunjukkan tekan diastol
diperhatikan skala pada manometer maka akan
didapkan nilai tekanan diastol tersebut.
Menempelkan tetoscope diatas bracialis dan
tekanan dalam manset dikurangi dengan
perlahan-lahan sampai terdengar adanya suara
timbul. Suara yang pertama kali timbul ini
menunjukkan tekanan sistol untuk itu
perhatikan skala pada manometer sehingga
didapatkan nilai tekanan sistole
Melakukan pengukuran tekanan darah setelah
mekukan gerakan fisik, membandingkan
hasilnya dengan keadaan normal. Mengulangi
sekali lagi pengukuran tersebut sehingga
didapatkan tekanan darah rata-rata.
Hasil Pengamatan
19
(3)
Gambar 8. (1), (2), dan (3) Pengukuran tekanan darah
Tabel 2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah
NO Nama Jenis
Kelamin Usia Sistole Diastole
1. Atib Sione L 21 100 80
2. Faisal Nento L 21 110 80
3. Serlin Iji P 21 120 60
4. Sri Sabrais N. Umar P 21 100 60
G. Pembahasan
Pada percobaan ini, diperoleh masing-masing tekanan darah seperti tertera
pada tabel 2, dimana tekanan darah tersebut bervariasi.Tekanan darah adalah gaya
yang dilakukan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah. Ada
empat faktor penting yang menentukan tekanan darah (adanya variasi tekanan
darah) dalam peredarannya yaitu (Santoso, 2009) :
1. Jumlah darah yang berada dalam peredaran yang mampu memperbesar
pembuluh darah.
2. Adanya aktivitas pemompaan jantung yang menjadi tenaga pendorong
aliran darah dalam pembuluh darah.
3. Tahanan terhadap aliran darah.
20
4. Gaya gravitasi. Dalam kondisi tertentu yaitu ketika berdiri dimana jika
suatu sistem aliran darah berada di bawah dataran jantung, maka gaya
gravitasi akan meningkatkan tekanan darah dalam pembuluh darah.
Darah sebagai fluida dengan viskositas cukup tinggi akan mengalir dalam
suatu saluran pembuluh darah yang bersifat elastik. Dinamika aliran darah dalam
pembuluh-pembuluh tersebut memenuhi hukum fisika berkenaan dengan aliran
fluida. Sesuai asas Poiseuille, kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah
ditentukan oleh faktor-faktor berikut (Santoso, 2009) :
1. Tekanan darah, jika tekanan darah tinggi maka kecepatan aliran akan
meningkat.
2. Luas penampang pembuluh darah, semakin besar luas penampang
pembuluh darah maka aliran darah juga akan meningkat.
3. Panjang pembuluh darah, jika pembuluh darah semakin panjang maka
akan menurunkan kecepatan aliran fluida darah di dalamnya.
4. Viskositas darah, sama dengan tahanan terhadap aliran darah sehingga jika
viskosits tinggi maka aliran darah akan lambat demikian sebaliknya.
H. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tekanan darah
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:
1. Jumlah darah dalam peredaran.
2. Adanya aktivitas pemompaan jantung.
3. Tahanan terhadap aliran darah.
4. Gaya gravitasi.
Kegiatan V
A. Judul : Koagulasi
B. Tujuan : Untuk mengamati waktu koagulasi darah
C. Dasar Teori
Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan terjadi
penyempitan bagian yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot
21
polos sebagai suatu plasma lokal dan karena refleks simpatik yang merangsang
serabut adrogenik yang menginversi otot polos dinding pembuluh lokal. Kontraksi
ini membuat darah yang keluar dari pembuluh darah akan berkurang (Frandson,
1992).
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa
ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila
pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah
oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan
kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya
serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi. Kisaran
waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik
(Frandson,1992).
Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal
ini terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit.
Penjedalan darah sangat penting dalam mekanisme penghentian darah.
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Faktor yang diperlukan dalam
penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang membebaskan
trompokinase, trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen.
Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut setelah trombosit
meninggalkan pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan
tromboplastin. Bersama-sama dengan ion Ca tromboplastin mengaktifkan
protrombin menjadi trombin. Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen
menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah
menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994). Kisaran waktu terjadinya
koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir
dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar
40% dari volume semula dalam waktu 24 jam. Koagulasi dapat dicegah dengan
penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium
(Frandson, 1992).
22
Jika dinding pembuluh darah robek, maka tekanan darah akan
menyebabkan darah keluar dari pembuluh sehingga mengalir ke dalam jaringan
atau bahkan keluar tubuh secara terus menerus.Ada mekanisme hemostasis
alamiah yang berusaha mencegah terjadinya aliran tersebut selama pembuluh
darah yang robek berukuran kecil, namun jika terlalu besar maka tidak dapat
dicegah secara alamiah. Pada pembuluh darah kecil, akan terbentuk sumbat
mekanis yang terbentuk dari agregasi trombosit yang kemudian disertai
pembentukan benang-benang fibrin.Fibrin akan membentuk anyaman dan
memerangkapkan sel-sel darah membentuk koagulum atau jendalan (Santoso,
2009).
D. Alat dan Bahan:
1. Blood loncet
2. Kacabenda
3. Tusuk gigi
4. Stopwatch
5. Alkohol 70%
6. Kapas
E. Prosedur Kerja
Membersihkan permukaan jari ketiga atau
keempat dengan alkohol 70%.
Setelah alkohol kering, ditusuk ujung jari
tersebut dengan jarum blood lancet sedalam 3
mm.
Dengan posisi ujung jari menghadap vertical
kebawah, menghapus 2 tetes darh yng keluar
pertama.
Koagulasi Darah
23
Satu tetes berikutnya diteteskan pada ujung lain
dari kaca benda tersebut.
Satu tetes berikutnya meneteskan pada salah satu
ujung kaca benda dan mencatat waktu pada saaat
darah tersebut tepat keluar dari tusukan
Tiap 30 detik tetesan pertama diangkat atau
ditarik-tarik dengan lidi atau ujung jarum
Mencatat waktu pertama kali terjadi tarikan
benang-benang fibrin pada ujung jarum
Segera setelah terjadi benang fibrin tersebut
ditarik pula pada tetesan darah kedua.
Jika padatetesan kedua belum terjadi bengang-
benang fibrin, diteruskan penariakan benang
tersenut pada tetesan kedua setiap 30 detik
sampai terjadi bengang-benang fibrin.
Waktu koagulasi ialah saat sejak pencatatan
keluarnya tetesan darah pertama sampai tepat
mulai terlihat benag-benag fibrin pada tetesan
kedua.
Hasil Pengamatan
24
F. Hasil Pengamatan
Gambar 9. Koagulasi darah perempuan Gambar 10. Koagulasi darah laki-laki
Tabel 3. Waktu Koagulasi Darah
No Nama tester Waktu koagulasi
1. Atib Sione 2 menit 33 detik
2. Sri Sabrais Umar 3 menit 10 detik
G. Pembahasan
Pada percobaan ini, ketika jari tangan ditusuk dengan menggunakan blood
lancet maka darah keluar melalui luka atau bekas tusukan tersebut.Keluarnya
darah ini disebabkan robeknya dinding pembuluh darah.Jika dinding pembuluh
darah robek, maka tekanan darah akan menyebabkan darah keluar dari pembuluh
sehingga mengalir ke dalam jaringan atau bahkan keluar tubuh secara terus
menerus. Ada mekanisme hemostasis alamiah yang berusaha mencegah terjadinya
aliran tersebut selama pembuluh darah yang robek berukuran kecil, namun jika
terlalu besar maka tidak dapat dicegah secara alamiah. Pada pembuluh darah kecil,
akan terbentuk sumbat mekanis yang terbentuk dari agregasi trombosit yang
kemudian disertai pembentukan benang-benang fibrin. Fibrin akan membentuk
anyaman dan memerangkapkan sel-sel darah membentuk koagulum atau jendalan
(Santoso, 2009).
Secara spesifik reaksi utama yang terjadi pada proses koagulasi adalah
perubahanfibrinogen dalam bentuk protein yang larut menjadi fibrin yang
25
merupakan protein tidak larut. Proses ini dibantu oleh substansi trombin yang
berasal dari protrombin. Aktivasi protrombin menjadi trombin juga disebabkan
oleh ion kalsium,enzim trombokinase dari trombosit yang pecah, dan faktor dari
jaringan yang terluka serta komponen-komponen darah lainnya.
Jika dibagi menjadi tahapan-tahapan penting, maka proses koagulasi darah
terdiri ats 3 tahapan penting yaitu (Santoso, 2009):
1. Tahap proteolitik yang merupakan proses perubahan fibrinogen menjadi
monomer-monomer peptida tak larut.
2. Tahap polimerisasi yaitu pembentukan anyaman polimer fibrin (koagulum)
dari monomer fibrin.
3. Koagulasi yang meliputi stabilisasi koagulum dari polimer fibrin menjadi
bentuk tidak larut dengan bantuan faktor penstabil spesifik.
Terdapat 12 faktor penting yang terlibat dalam proses koagulasi darah.
Faktor-faktor tersebut dilambangkan dengan huruf romawi sesuai urutan
penemuannya yaitu (Santoso, 2009):
1. Fakkotr I (fibrinogen) yang berupa protein larut dengan BM 330.000 yang
akan dirubah menjadi fibrin dibawah pengaruh trombin. Jika fibrinogen
tidak ada (afibrinogenemia), proses koagulasi tidak akan terjadi.
2. Faktor II (protrombin) yang merupakan bentuk tidak aktif dari trombin.
Sintesis faktor ini dilakukan di dalam hepar dan dipengaruhi oleh vitamin
K. BM protrombin adalah 69.000, sedangkan trombin 33.000. Perubahan
protrombin menjadi trombin dipengaruhi oleh aktivator spesifik (faktor III,
IV, V, VII, X, dan fosfolipid).
3. Faktor III (Tromboplastin, faktor jaringan) yang berperan dalam merubah
protrombin menjadi trombin.
4. Faktor IV (ion Ca2+) yang penting sebagai aktivator protrombin menjadi
trombin dan pembentukan fibrin dari fibrinogen.
5. Faktor V (faktor labil karena selalu digunakan selama proses koagulasi)
yang juga terlibat dalam proses perubahan protro mbin menjadi trombin
bersinergi dengan faktor jaringan atau plasma. Kekurangan faktor ini
jarang menyebabkan pendarahan.
26
6. Faktor VI (faktor stabil karena selalu ada dalam plasma karena tidak
dikonsumsi selama koagulasi). Perannanya adalah dalam proses
pembentukan activator protrombin oleh jaringan.
7. Faktor VIII (globulin antihemofilia) yang diperlukan untuk membentuk
aktivator protrombin dari komponen-komponen darah. Ketiadaan faktor ini
menyebabkan hemofilia.
8. Faktor IX (otoprotrombin II atau faktor christmas) dengan peran yang
sama seperti faktor VIII.
9. Faktor X (Stuart-Prower) yang kekurangannya akan menyebabkan
pendarahan.
10. Faktor XI juga berperan sebagai aktivator protrombin, kekurangannya
dapat menyebabkan pendarahan.
11. Faktor XII (Faktor Hageman) juga sebagai aktivator protrombin, jika
kekurangan hanya menyebabkan proses koagulasi berjalan lambat.
12. Faktor XIII (stabilisator fibrin) yang menyebabkan polimerisasi fibrin
sehingga tidak larut.
Selain faktor tersebut, terdapat peranan fosfolipid yang dihasilkan oleh trombosit
yang penting dalam pembekuan darah jika faktor ekstrak jaringan tidak ada.
Faktor-faktor tersebut bekerja secara sinergis sebagai faktor intrinsik dalam proses
koagulasi darah.
H. Kesimpulan
Beradasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa koagulasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Faktor I (fibrinogen)
2. Faktor II (protrombin)
3. Faktor III (Tromboplastin, faktor jaringan)
4. Faktor IV (ion Ca2+)
5. Faktor V (faktor labil karena selalu digunakan selama proses koagulasi)
6. Faktor VI (faktor stabil karena selalu ada dalam plasma karena tidak
dikonsumsi selama koagulasi)
7. Faktor VIII (globulin antihemofilia)
27
8. Faktor IX (otoprotrombin II atau faktor christmas)
9. Faktor X (Stuart-Prower)
10. Faktor XI
11. Faktor XII (Faktor Hageman)
12. Faktor XIII (stabilisator fibrin)
Kegiatan VI
A. Judul : Waktu Perdarahan
B. Tujuan : Untuk mengamati waktu yang diperlukan terjanya perdarahan
C. Dasar Teori
Waktu perdarahan merupakan pemeriksaan untuk mengetahui
fungsitrombosit. Deskripsi tentang waktu perdarahan pertama kali diperkenalkan
olehMilian seorang dokter Perancis pada tahun 1901. Pada tahun 1910 mulai
dikenalmetode Duke untuk pemeriksaan waktu perdarahan dan kemudian dikenal
metodelain yang disebut metode Ivy. Metode DUKE lebih mudah dan sederhana
untukdilaksanakan dibanyak laboratorium tetapi tidak cukup sensitif untuk
mendeteksikelainan hemostasis meskipun trombosit berada dalam jumlah yang
sedikit.Sedangkan metode Ivy memerlukan fasilitas yang lebih baik dan
membutuhkanwaktu yang lebih banyak dalam pelaksanaannya, sehingga secara
umum tidakdigunakan dalam pemeriksaan rutin laboratorium. Kedua metode
tersebut berbedadalam pelaksanaannya:
1. Duke, yaitu dengan membuat luka pada cuping telinga menggunakanlancet.
Cuping telinga dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakanalkohol.
Darah yang keluar dari lokasi tusukan kemudian dicatatmenggunakan kertas
saring dengan jeda waktu 30 detik. Tes berakhir jikasudah tidak ada darah
lagi yang menetes atau keluar. Waktu normal adalah1-3 menit.
2. Ivy, pemeriksaan dilakukan dengan cara memberi tekanan pada lenganatas
dengan memasang manset tekanan darah. Setelah itu, dibuat insisikecil pada
daerah fleksor lengan bawah. Selama prosedur tekanan padalengan atas
28
dipertahankan pada 40 mmHg. Pada keadaan normal,perdarahan akan
berhenti dalam waktu 3-8 menit
Jika ada benturan atau gesekan menyebabkan luka, maka trombosit pecah
dah keluar enzim tromboplastin (trombokinase). Zat ini bersama ion-ion kalsium
yang ada di dalam plasma darah akan bereaksi dengan protombin. Protombin
adalah senyawa globulin yang terdapat di dalam plasma darah dan bersifat sebagai
enzimyang belum aktif. Zat ini di hasilkan di hati dengan bantuan vitamin K. Zat
yang terbentuk adalah trombin, enzim trombin akan mengubah fibrinogen, suatu
protein yang larut dalam plasma, menjadi fibrin. Fibrin berupa benang-benang
halus yang menjaring dan mengikat sel-sel darah dan terbentuk benang-benang
fibrin penutup luka.
D. Alat dan Bahan:
1. Blood loncet
2. Stopwatch
3. Kertas saring
4. Alkohol 70%
5. Kapas
E. Prosedur Kerja
Membersihkan daun teinga atau ujung jari ke 3
atau ke4 dengan aklkohol 70 % dan dibiarkan
kering.
Menusuk tepi latera daun telinga dengan blood
lancet sedalam 2 mm atau jika pakai ujung jari
sedalam 3 mm.
Mencatat waktu tepat mulai keluat tetesan darah
pertama.
Waktu Perdarahan
29
F. Hasil Pengamatan
Tabel 4. Perhitungan Waktu Perdarahan
No Nama Tester Waktu perdarahan
1 Faisal Nento 36 detik
2 Serlin Iji 65 detik
G. Pembahasan
Pada percobaan ini, tujuannya adalah untuk mengamati waktu yang
diperlukan untuk terjadinya perdarahan.Dimana diperoleh hasil seperti pada tabel
4.Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari
pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh
darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat yang
menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
waktu pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan,
umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Kisaran waktu
perdarahan yang normal adalah 15 hingga 120 detik.Jadi, data pada tabel 4
menunjukkan bahwa waktu perdarahannya normal.
Perdarahan yang hebat dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1. Penyakit pada pembuluh darah yang mencegah kontraksi pada pembuluh
yang terpotong. Segera setelah pembuluh darah terpotong, rangsangan dari
pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan dinding pembuluh darah
Mencatat waktu darah tidak dapat dihisap lagi.
Tiap 30 detik mengisap tetesan darah yang
keluar dengan kertas hisap.dijaga jangan sampai
menekan kulit pada saat mengisap darah.
Hasil Pengamatan
30
berkontraksi, sehingga dengan segera aliran darah dari pembuluh darah
yang pecah akan berkurang. Kontraksi terjadi karena kerusakan pada
dinding pembuluh darah mungkin menimbulkan tranmisi potensial aksi
sepanjang beberapa sentimeter pada pembuluh darah, dan berakibat
terjadinya kontraksi pembuluh darah.
2. Defisiensi eritrosit (trombositopenia). Kurangnya eritrosit akan
menyebabkan proses pembekuan darah menjadi sulit, hal ini disebabkan
karena eritrosit penting dalam beberapa tahap penghentian perdarahan.
Trombositopenia dapat terjadi karena eritrosit tidak diproduksi oleh sum-
sum tulang atau karena mereka dihancurkan oleh sirkulasi.
3. Kegagalan dalam mekanisme pembekuan darah normal. Bekuan mulai
terbentuk dalam 15 sampai 20 detik bila trauma pembuluh sangat hebat,
dan dalam 1 sampai 2 menit bila traumanya kecil(Puzzy, 2009).
Perdarahan yang spontan juga dapat terjadi. Hal ini mungkin disebabkan
karena :
1. Kelemahan dinding kapiler karena tidak cukupnya eritrosit yang
bergabung didalamnya.
2. Kegagalan untuk membentuk sumbatan eritrosit. Perdarahan kemudian
dapat terjadi karena pergerakan otot biasa atau trauma minimal(Puzzy,
2009).
Perdarahan dapat dihentikan dengan cara:
1. Kontraksi dinding pembuluh darah.
2. Pembentukan sumbatan eritrosit pada lubang dalam pembuluh, eritrosit
melekat pada dinding yang rusak pada yang lainnya.
3. Pembentukan gumpalan fibrin yang terbentuk disekitar sumbatan eritrosit
dan akhirnya menggantikannya.
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lamanya
waktu perdarahan ditentukan olehbesar kecilnya luka, suhu, status kesehatan,
umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah.
31
Kegiatan VII
A. Judul : Tekanan Cairan Sel-sel Darah
B. Tujuan : Untuk mengamati konsentrasi sel-sel darah
C. Dasar Teori
Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam
larutan hipotonis dan akan mengkerut bila dimasukkan kedalam cairan hipertonis.
Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan
apapun(Albert, 1998).
Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah
dibandingkan dengan larutan yang lain. Bahasa mudahnya, suatu larutan memiliki
kadar garam yang lebih rendah dan yang lainnya lebih banyak. Jika ada larutan
hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi
perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya
sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah
setengah normal saline (1/2 NS).Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan
osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan
melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume
sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang
lebih besar menyebabkan pecahnya sel–sel darah merah. Peristiwa demikian
disebut Hemolisa (Albert, 1998)..
Suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel
darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka
larutan dikatakan isotonis (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ). Larutan
isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai
tekanan osmotik yang sama(Albert, 1998).
Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari
larutan yang lainnya. Bahasa mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam
yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan
hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan
membran semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan
32
hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh,
larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena
konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam
darah pasien yang titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari
serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi
membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel–sel
darahmerah. Peristiwa demikian disebut Plasmolisa. Bahan pembantu mengatur
tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3 (Albert, 1998)..
D. Alat dan Bahan:
1. Kaca benda
2. Mikroskop
3. Larutan NaCl 0,4: 0,6: 0,8: 0,9 dan 1 %
E. Prosedur Kerja
Meneteskan sedikit darah pada 5 buah kaca
objek.
Meneteskan larutan NaCl pada masing-masing
kaca objek dengan konsetrasi 0,4: 0,6: 0,8: 0,9
dan 1 %.
Mengamati masing-masing objek gelas tersebut
dibawah mocroskop.
Tekanan Cairan
Sel-sel Darah
Hasil Pengamatan
33
F. Hasil Pengamatan
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Gambar 11. (1) 0,4 %, (2) 0,6 %, (3) 0,8 %, (4) 0,9 %, (5) 1 %
34
Tabel 5.Tekanan Cairan Sel-sel Darah
No Nama Tester 0,4 % 0,6 % 0,8 % 0,9 % 1 %
1. Faisal Nento Mengerut Normal Mengerut Mengerut Normal
G. Pembahasan
Pada percobaan ini, dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 0,4 % sel darah
mengerut atau mengalami plasmolisis, begitu juga pada konsentarsi 0,8 % dan 0,9
%. Sedangkan pada konsentrasi 0,6 % dan 1 % sel darah dalam keadaan normal.
Data ini (pada tabel 5) menunjukkan ketidakvalidan karena secara teori, pada
larutan isotonis NaCl 0,9%, darah akan tetap stabil dan bentuk yang sama seperti
biasa karena larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan
tubuh.
Pada larutan hipotonis 0,65%, sel darah akan membengkak, yang di
sebabkan oleh turunnya tekanan osmotik plasma darah yang menyebabkan
pecahnya dinding eritrosit, hal ini mnyebabkan amsuknya air secara osmosis
melalui dinding yang semipermiabel sehingga sel darah membengkak.Pada larutan
hipertonis 0,85%, sel darah akan mengkerut. Kerutan yang terjadi pada darah ini
dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 1, 2 tergolong pekat. Tergolong pekat jika
dibanding dengan cairan isi sel darah merah, sehingga menyebabkan air yang ada
didalam sel darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan
mengkerut(Albert, 1998).
Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan
pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut
hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam
eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan
sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat
ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat
tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke
dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui
bahwa membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain) memiliki toleransi
osmotik, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami
35
lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua
eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis
membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membran selnya memiliki
toleransi rendah (mudah pecah), sedangkan membran eritrosit muda memiliki
toleransi osmotik yang lebih besar (tidak mudah pecah). Pada dasarnya semua
eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling. Hasil hemolisis
sempurna eritrosit dalam air suling biasa dianggap sebagai larutan standar untuk
menentukan tingkat kerapuhan eritrosit(Albert, 1998)..
Ketidakvalidan data yang ada pada tabel 5 tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya:
1. Konsentrasi NaCl
2. Konsentrasi darah.
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tekanan cairan
(yang dalam hal ini adalah NaCl) pada sel darah merah (krenasi dan hemolysis)
dipengaruhi oleh faktor konsentrasi dari NaCl dan darah.
Kegiatan VIII
A. Judul :Rangsangan pada Pembuluh Darah
B. Tujuan : Melihat pengaruh rangsangan zat-zat kimia terhadap arteriol
C. Dasar Teori
Alat peredaran darah ikan terdiri atas jantung dan sinus venosus.
Jantungikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang
insang. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang menerima
darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan
ventrikel jantung terdapat klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang
langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya
beredar sekali melalui jantung dengan aah dari jantung ke insang lalu ke seluruh
tubuh kemudian kembali ke jantung(Sherwood, 2012).
36
Pembuluh darah adalah saluran khusus untuk mengalirkan darah. Darah
adalah cairan dalam pembuluh darah, yang beredar ke seluruh tubuh mulai dari
jantung dan segera kembali ke jantung. Darah vertebrata meengalir dalam
pembuluh darah yang elastis (arteri, vena, dan kapiler). Pada vertebrata, sistem
pembuluh darah terdiri atas tiga jenis, yaitu arteri, vena dan kapiler. Masing-
masing pembuluh darah tersebut memiliki ciri khas tertentu yang dapat diamati
dengan mikroskop cahaya.Selain pembuluh darah tersebut, ada pembuluh darah
yang strukturnya lebih kecil yakni arteriol dan venula. Arteriol adalah pembuluh
arteri kecil yang berguna untuk mengendalikan aliran darah, sedangkan venula
adalah pembuluh vena paling kecil dan berhubungan langsung dengan pembuluh
kapiler(Sherwood, 2012).
D. Alat dan Bahan
1. Jarum preparat
2. Pipet
3. Tusuk gigi
4. Katak
5. Alkohol
6. Nikotin
7. Asetikolin
8. Asam susu
9. Natrium nitrat
E. Prosedur Kerja
Pengamatan dilakukan oleh dua orang secara
bersama-sama
Rangsangan Pada
Pembuluh Darah
37
Mengamati berapa lama zat kimia tersebut
berpengaruh pada pengembangan dan
penyempitan pembuluh darah.
Seorang harus siap untuk memberi zat kimia 2-
3 tetes dengan pipet pada selaput yang akan
diamati. Yang seorang lagi melihat terus pada
mikroskop apa yang terjadi pada waktu
sebelum, selama dan sesudah pemberian zat
kimia. Pengamatan dilakukan 2-5 menit sampai
seluruh zat kimia masuk jaringan darah
Menggunakan hanya satu konstriktor dan satu
dilatator pada masing-masing selaput renang
kaki kiri atau kanannya.
Menyelidiki pengaruh zat-zat kimia mana
yang menyebabkan pengembangan dan mana
yang menyebabkan penyempitan pembuluh
darah.untuk mengetahui pengembangan dan
penyempitan adalah sukar. Lebih muda untuk
menyelidikidengan membandingkan
diamemter pembuluh tersebut dengan diameter
eritrosit, yaitu dengan cara bagaimana lajunya
eritrosit tersebut mengalir.
Hasil Pengamatan
38
F. Hasil Pengamatan
Gambar 12. Aliran darah pada ekor kecebong
G. Pembahasan
Mikrosirkulasi merupakan sistem peredaran darah kolektif yang tersusun
atas arteriol, kapiler, dan venula karena pembuluh-pembuluh tersebut hanya dapat
dilihat dengan mikroskop (Sherwood, 2012). Percobaan mikrosirkulasi ini
dilakukan pada ekor kecebong yaitu dengan mengamati pembuluh darah yang
mengalir di ekor kecebong. Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop
dapat diketahui bahwa terdapat tiga jenis pembuluh darah, yaitu kapiler, arteriol,
dan venu la. Masing-masing cirinya adalah sebagai berikut: (1) Kapiler berwarna
merah, diameternya paling kecil, aliran darah dari arteri, kecepatan aliran
darahnya lebih cepat dibandingkan venula, danmemiliki percabangan yang luas.
Kapiler merupakan pembuluh ideal untuk difusi sesuai dengan hukum fick yakni
kapiler meminimalkan jarak difusi, sementara memaksimalkan luas permukaan
dan waktu yang tersedia untuk pertukaran (Sherwood, 2012).
Kecepatan aliran darah berbanding terbalik dengan luas potongan
melintang semuapembuluh. Meskipun luas potongan melintang setiap kapiler
sangat kecil dibandingkan dengan arteriol namun luas penampang potongan
melintang total semua kapiler adalah sekitar 1300 kali dibandingkan dengan luas
potongan melintang arteriol karena jumlah kapiler yang sedemikian banyaknya
(Sherwood, 2012). Oleh karena itu, aliran darah yang melalui kapiler jauh lebih
39
lambat.Kecepatan yang lambat menyebabkan tersedianya cukup waktu bagi
pertukaran nutrient dan produk sisa metabolic antara darah dan sel jaringan. (2)
Arteriol berwarna merah muda karena banyak mengandung O2, diameter lebih
kecil dari venula namun lebih besar dari kapiler, kecepatan alira ndarahnya paling
cepat, mengangkut darah dari jantung. Sherwood (2012) menyatakan bahwa
arteriol merupakan pembuluh resistensi utama untuk menghasilkan resistensi yang
cukup besar terhadap aliran darah. Meskipun kapiler memiliki jari-jari lebih kecil
daripada kapiler, namun secara kolektif kapiler tidak menimbulkan resistensi
sebesar yang ditimbulkan arteriol (3) Venula berwarna merah pekat karena
banyak mengandung CO2, diameter paling besar, kecepatan alirannya lambat,
aliran darah menuju ke jantung. Ketika kapiler-kapiler kembali menyatu untuk
membentuk venula, luas potongan melintang total kembali berkurang dan
kecepatan aliran darah meningkat ketika darah mengalir kembali ke jantung
Sherwood (2012). Dari venula darah akandialirkan ke vena membawa CO2 yang
akan dikeluarkan dari tubuh.
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwanikotin
merupakan zat konstriktor yang dapat menyebabkan pembuluh darah mengalami
penyempitan sehingga aliran darah menjadi cepat. Sedangkan pada natrium nitrat
merupakan zat dilator yang menyebabkan diameter pembuluh darah membesar
sehingga aliran darah menjadi lambat.
40
DAFTAR PUSTAKA
Albert, B, D. 1998. Essential Cell Biology. New York: Garland.
Frandson, R D.1992. Anatomi dan FisiologiManusia Edisi ke-4. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.
Gembong, Tjitrosoepomo, dkk. (1980). Biologi II. Jakarta: Depdikbud.
Santoso, Putra. 2009. Bahan Ajar Fisiologi Hewan. Padang: Universitas Andalas.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Zarianis. 2006. The Blood An Blood Forming Organs. Santa Barbara, California:
American Vterinary.