pratikum hidrologi_laporan ch thiessen
TRANSCRIPT
Aprizon Putra (89059.2007) Pend. Geografi FIS UNP
Laporan
Pratikum Hidrologi
Perhitungan Data Curah Hujan Cara Aljabar danPembuatan/Pengelolaan Peta Curah Hujan Metode Thiessen
Oleh :
Aprizon PutraNim : 89059.07
Dosen Pembina:
Drs. Helfia Ideal, MT
Program Studi Pendidikan GeografiJURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI PADANG
2009
Aprizon Putra (89059.2007) Pend. Geografi FIS UNP
1.1 Pendahuluan
Ilmu Cuaca (Meteorologi): Ilmu yang menelaah keadaan dan perilaku cuaca di
lapisan atmosfer bawah dan proses terjadinya. Ilmu Iklim (Klimatologi): Ilmu yang
menelaah keadaan dan perilaku iklim. Cuaca: Keadaan atmosfer pada saat yang pendek
di tempat tertentu. Iklim adalah kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan unsur-
unsur iklim, yaitu: radiasi matahari (lama penyinaran), suhu udara, kelembaban udara
(kelengasan), tekanan udara (tekanan atmosfer), angin, awan, presipitasi (hujan, salju,
embun), evaporasi, dan transpirasi. Keduanya (cuaca dan iklim), merupakan Sumber
daya, salah satu bagian untuk keberhasilan dalam pembangunan. Hal tidak terlepas dari
pengaruh atmosfer.
Dalam Ilmu Geografi, selain iklim dan cuaca, curah hujan merupakan merupakan
unsur terpenting yang wajib dipelajari oleh mahasiswa baik pesebaran dan
penghitungannya. Dalam Pratikum Hidrologi Mahasiswa dapat menghitung pasokan air
Hujan perwilayah, yang dimana dalam Pratikum kali ini Mahasiswa di haruskan
mengumpulkan Data-data Curah hujan perwilayah, yang telah ditentukan.
Curah hujan juga merupakan bagian-bagian terpenting dalam pembelajaran ilmu
Geografi terutama Hidrologi, kenapa? Peran hujan sangat penting dalam siklus Hidrologi
. Hujan berasal dari kondensasi uap air yang jatuh kembali ke permukaan bumi sehingga
dalam analisis siklus Hidrologi curah hujan selalu diperhitungkan. Untuk mendapatkan
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, perlu ditempatkan beberapa
penakar hujan di beberapa tempat yang berbeda, namun masih dalam satu wilayah.
Pada Pratikum Hidrologi kali ini penulis mencoba Menganalisis bagaimana
keadaan curah hujan yng ada dikampung halaman penulis yaitu kota Padang dengan judul
Analisa Curah Hujan Rata-rata di Kota Padang Wilayah praktikan akan mempelajari cara
pengukuran curah hujan wilayah dengan 2 metode, antara lain metode rata-rata Aljabar,
dan metoda Polygon thieseen
Aprizon Putra (89059.2007) Pend. Geografi FIS UNP
2.1 Tinjauan Pustaka
Parameter hujan yang sangat penting adalah intensitas, tebal, lama kejadian,
frekuensi, dan luas daerah penyebaran hujan. Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan
dalam satu satuan waktu, satuan yang digunakan mm/jam. Frekuensi hujan adalah jumlah
kejadian hujan dalam satu satuan waktu tertentu. Luas penyebaran hujan adalah luas
daerah hujan yang dianggap mempunyai intensitas hujan tertentu. Lama kejadian (durasi)
hujan atau lama waktu hujan yang terjadi untuk setiap kejadian hujan (Susanto, 2005).
Besarnya hujan yang dicatat oleh sebuah alat penakar hujan mewakili daerah yang
tidak begitu luas, karena itu untuk memperoleh hujan dari suatu wilayah diperlukan alat–
alat pengamatan yang cukup jumlahnya sehingga diharapkan diperoleh data yang
mewakili dari DAS yang bersangkutan. Tingkat ketelitian ini berkaitan dengan kerapatan
dan pola penyebaran dari penakar hujan yang dipasang pada DAS tersebut (Anonim,
2008).
Menurut Seyhan (1990) terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya
hujan antara lain :
1. Adanya udara yang lembab.
2. Adanya sarana untuk menaikan udara yang lembab, sehingga kodensasi dapat
berlangsung sebagai akibat pendinginan udara.
3. Adanya kondensasi di sekitar inti sampai cukup massa untuk jatuh Hujan adalah
unsur iklim yang mempunyai variasi besar. Untuk data rekaman yang pendek
harus dicek apakah sudah cukup atau tidak dan syah digunakan estimasi yang
akan datang.
Aprizon Putra (89059.2007) Pend. Geografi FIS UNP
Terdapat beberapa metode untuk menentukan handal atau tidaknya data hujan,
misalnya untuk menentukan jumlah tahun pengamatan atau mengukur variasi hujan.
Untuk mengetes homogenitas data curah hujan digunakan beberapa cara yaitu (Sudira,
1999) :
1. Plotting data Cara paling sederhana tetapi kurang terpercaya. Analisis ini dengan
membuat grafik curah hujan terhadap waktu. Dari bentuk grafik akan terlihat
apakah bentuk–bentuk pola hujan musiman reguler atau tidak, apabila tidak, maka
perlu diperbaiki.
2. Run test Run test dapat digunakan untuk menentukan tingkat dan periode data
yang tidak homogen.
3. Analisis kurva massa ganda Perubahan lokasi penakar hujan, keterbukaan, dan
cara pengamatan dapat menyebabkan suatu perubahan relatif dalam penangkapan
hujan. Analisis kurva massa ganda digunakan untuk menguji konsistensi hasil
pengukuran pada suatu stasiun dan membandingkan hujan akumulasi tahunannya
atau musimannya dengan stasiun lainnya atau kumpulan stasiun yang
mengelilinginya dan hujannya bersamaan dengan topografi yang sama . disini
penulis mendapatkan 8 titik stasiun ditambah lagi 1 titik terluar kota padang yaitu
di kasang, kabupaten Padang Pariaman.
Perhitungan Hujan wilayah dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut (Anonim,
2008) :
1. Cara rata-rata Aljabar Hujan wilayah didapat dengan menjumlahkan curah hujan
pada semua tempat pengukuran selama satu periode tertentu (2007/2008) dan
membaginya dengan banyaknya tempat pengukuran.
2. Cara Poligon Thieseen Metode ini dapat dilakukan pada daerah yang mempunyai
distribusi penakar hujan yang tidak seragam dengan mempertimbangkan luas
daerah pengaruh dari masing–masing penakar. Pada cara ini, dianggap bahwa data
curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran
di sekitar tempat itu.
Aprizon Putra (89059.2007) Pend. Geografi FIS UNP
Cara Pengukuannya yaitu :
a. Stasiun penakar diplot pada sebuah Lembaran peta (Kota Padang Skala
1:50.000)
b. Titik penakar hujan terluar saling dihubungkan.
c. Dari masing-masing stasiun terluar dihubungkan dengan stasiun yang
paling dekat.
d. Mencari titik tengah dari tiap garis pengubung antar stasiun, kemudian
menarik garis tegak lurus terhadap garis penghubung pada titik tengah
yang diperoleh.
e. Menentukan garis polygon, yaitu garis yang terbentuk dari langkah 4.
Garis Polygon merupakan batas wilayah yang dipengaruhi oleh penakar
hujan.
f. hitung luas daerah yang dibatasi oleh polygon dengan
Bahan dan Alat
1. Bahan
1. Data Curah Hujan 7 Stasiun Kota Padang (Tabing, Teluk Bayur, Lubuk Paraku,
Simpang Alai, Gunung Nago, Gunung Sariak, dan Batu Busuk) dan 1 stasiun
Luar Kota Padang (Kasang Kab. Padang Pariaman) Tahun 2007 / 2008.
2. Peta Topografi Kota Padang Skala 1: 50.000 (Keluaran Jantop TNI AD)
2. Alat
1. Kertas Minyak 2 Meter
2. Pena Snowman Pen
3. Pensil / Pena
4. Penggaris
5. Rol Sablon 3 Turunan
Aprizon Putra (89059.2007) Pend. Geografi FIS UNP
4.1 Pengolahan Data
Hujan Rata-rata untuk suatu Daerah dapat dihitung dengan:
a. Cara rata-rata Aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan didalam dan disekitar
daerah yang bersangkutan.
R = 1 / n (R1 + R2 + . . . . . . +Rn )
Dimana :
R = Curah Hujan Daerah
N = Jumlah titik dan Pos Pengamatan
R1. R2...........................Rn = Curah Hujan tiap titik pengamatan.
b. Cara Thiessen
Jika titik-titik didaerah pengamatan didalam daerah itu tidak tersebar merata, maka
cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap
titik pengamatan.
R = R1 . A1 + R2 . A2 +.........................R8. A8
A1 + A2 + A3............
R = R1 . A1 + R2 . A2 +.........................R8. A8
A (Luas Wilayah)
Dimana:
R = Curah hujan daerah
R1. R2. R3 = Curah Hujan tiap titik Pengamatan (Stasiun)
A1. A2. A3 = Bagian daerah yang diwakili tiap titik pengamatan
Bagian-bagian daerah A1, A2,.............A8. Ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Aprizon Putra (89059.2007) Pend. Geografi FIS UNP
Cantumkan titik atau simbol pengamatan didalam dan disekitar daerah itu
pada peta Topografi, kemudian dihubungkan tiap titik yang berdekatan
dengan sebuah garis lurus. Dengan demikian akan terlukis jaringan segitiga
yang menutupi seluruh daerah.
Daerah yang bersangkutan itu dibagi Polygon-polygon yang didapat dari peta
topografi dengan menggambar garis bagi tegak lurus pada setiap sisi segitiga
tersebut diatas. Curah hujan tiap polygon dianggap diwakili oleh curah hujan
dari titik pengamatan dalam tipa polygon itu. Luas tiap Polygon diukur
dengan Penggaris atau dengan cara lain.
Cara Thieseen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara Aljabar. Akan
tetapi penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi
ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang lain umpamanya untuk penentuan kembali
jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.