presentasi no_5_4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia

21
PERSPEKTIF BENIH TANAMAN REMPAH DAN OBAT DI INDONESIA Kelompok 5 Martha Christy 150110080209 Muthia Syafika Haq 150110080083 Raden Bondan E B 150110080162 Viktor 150110080167

Upload: bondan-eddyana

Post on 04-Aug-2015

78 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

PERSPEKTIF BENIH TANAMAN REMPAH DAN OBAT DI INDONESIA

Kelompok 5

Martha Christy 150110080209

Muthia Syafika Haq 150110080083

Raden Bondan E B 150110080162

Viktor 150110080167

Page 2: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Pendahuluan

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan industri obat tradisional adalah sebagian besar bahan baku (80%) berasal dari hutan atau habitat alami dan sisanya (20%) dari hasil budi daya tradisional.

Akibatnya erosi genetik pada sedikitnya 54 jenis tanaman obat. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku secara berkesinambungan serta mengantisipasi permintaan yang terus meningkat tiap tahunnya maka perlu dilakukan pengembangan usaha tani tanaman obat.

Upaya pengembangan tersebut menghadapi masalah kurangnya informasi tentang penggunaan benih bermutu dan terbatasnya penelitian mengenai perbenihan.

Akibatnya produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Selain itu, benih tanaman obat sebagian besar (lebih dari 80%) termasuk benih rekalsitran yang penanganannya agak sulit.

Page 3: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Perbanyakan tanaman obat dapat dilakukan dengan ◦1) menggunakan benih yang berasal dari biji

(true seed) (Sambiloto)◦2) menggunakan rimpang (Jahe)◦3) menggunakan setek (Sambiloto) ◦4) menggunakan anakan dan stolon

Benih tanaman obat sebagian termasuk dalam golongan benih ortodoks, seperti benih terung KB, sambiloto, selasih, secang, dan saga, dan sebagian lain tergolong benih rekalsitran seperti mengkudu, mahkota dewa, katuk, dan purwoceng.

Page 4: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Rimpang (Jahe) Setek Stolon

Page 5: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Permasalahan dalam penanganan benih tanaman obat adalah a. Lebih dari 80% tanaman obat menghasilkan benih rekalsitran yang penanganannya agak sulit. b. Berdasarkan permasalahan tersebut, pembahasan berkaitan dengan penyediaan benih tanaman obat, seperti penentuan waktu panen, teknik produksi benih, penanganan benih, pengeringan, penyimpanan, dan pengemasan.

Page 6: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Pembahasan

Penentuan Waktu Panen◦ Sambiloto

Teknik Produksi Benih◦ Jahe dan Katuk

Penangan Benih◦ Jahe, Kunyit, Kencur, Terung KB, Saga, dan Temu lawak

Pengeringan◦ Jahe

Penyimpanan◦ Sambiloto, Jahe, Temu lawak

Pengemasan◦ Jahe

Page 7: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

1. Benih Sambiloto

Penentuan waktu panenBahwa masak fisiologis benih sambiloto dicapai pada umur 26 hari setelah antesis. Pada saat tersebut, bobot kering benih dalam keadaan maksimum yaitu 14,10 x 10 -4 g dengan kadar air 21,52%. Polong berwarna hijau semburat ungu. Benih yang dipanen pada saat tersebut akan memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik serta produksinya tinggi (0,20 g/tanaman atau 25 g/pohon) (Rusmin et al. 2006)

Page 8: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia
Page 9: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Penyimpanansuhu ruangan berpengaruh terhadap daya berkecambah benih sambiloto selama penyimpanan. Sampai penyimpanan 3 bulan, daya berkecambah benih yang disimpan pada suhu ruang mencapai 79,33%, sedangkan bila benih disimpan dalam ruangan dingin maka daya berkecambah benih makin menurun hingga hanya 17,78% (Tabel 2). Hal ini disebabkan benih sambiloto mempunyai masa dormansi 4−5 bulan

Page 10: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

2. Benih JaheTeknik Produksi Benih

Produksi benih jahe dari tanaman umur 5 bulan rata-rata mencapai 23,30 t/ha, sedangkan pada umur 6 bulan 31,90 t/ha. Persentase serat kasar, pati, dan abu mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur panen, yaitu pada umur 5 bulan nilainya masing-masing 7,21; 39,17; dan 9,43% dan meningkat menjadi 8,06; 46,56; dan 10,46% pada umur panen 6 bulan. Jahe gajah yang akan diekspor, rimpang dianjurkan dipanen paling lambat saat tanaman berumur 5 bulan (Januwati et al. 1989).

Page 11: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Penyimpanan , rimpang jahe yang telah dipanen dicuci dengan menggunakan air lalu dikeringanginkan. Dapat pula jahe dipanen pada saat tanah kering, sehingga rimpang dapat langsung disortasi tanpa harus dicuci (Hasanah et al. 2004b). Sebelum disimpan, benih diberi perlakuan CCC 1.250 ppm untuk menghambat pertumbuhan tunas. Perlakuan tersebut memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan pemberian 2,4-D 1.000 ppm dan PEG 2000 ppm (Hasanah et al. 1989).

Page 12: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Untuk benih jahe, pengeringan rimpang dilakukan sampai kulit rimpang mengering tetapi bagian dalamnya masih tetap segar. Pada benih jahe yang cukup tua (10 bulan), pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran pada pagi hari (pukul 07.00–10.00) dengan suhu 25−32º C selama 3−4 hari.

Page 13: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

PenyimpananHasil penelitian Sukarman et al. (2005) tentang cara penyimpanan benih jahe besar klon Sukabumi dan Sumedang menunjukkan bahwa klon Sumedang mempunyai viabilitas yang lebih baik dibandingkan klon Sukabumi, tetapi kandungan pati, kadar serat, abu, atsiri, dan sari rimpang klon Sukabumi lebih tinggi. Viabilitas benih setelah 3 bulan penyimpanan masih tinggi sekitar 78%. Berbagai cara penyimpanan, seperti penutupan benih dengan abu, pengasapan dengan interval 1 minggu, dan pengeringan dengan sinar matahari (pukul 08.00– 12.00 selama 1 hari) tidak mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan.

Page 14: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

PengemasanUntuk jahe, pengiriman dapat dilakukan dengan menggunakan peti yang tidak rapat atau karung goni. Selama pengiriman, benih diusahakan tidak terkena hujan dan kondisinya tetap kering (Hasanah et al. 2004b).

Page 15: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

LAMPIRANBenih Secang (Penentuan Waktu Panen).

Penelitian tingkat kemasakan benih berdasarkan warna telah dilakukan oleh Hasanah dan Rusmin (1993) pada benih secang. Benih yang berwarna hijau kekuningan menghasilkan daya berkecambah tertinggi yaitu 95%, sedangkan benih yang berwarna coklat memiliki daya berkecambah kurang dari 50%. Hasanah dan Rusmin (1993) menyimpulkan bahwa benih secang termasuk dalam kelompok benih yang mempunyai kulit keras sehingga dapat menghambat perkecambahan.

Page 16: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia
Page 17: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Benih Katuk (Teknik Produksi).Perbanyakan tanaman katuk dapat melalui setek yang diambil dari pangkasan waktu panen (Puspitaningtyas et al. 1994) atau menggunakan biji (Rumiati et al. 1999). Untuk pengembangan tanaman skala komersial, disarankan menggunakan bahan tanaman dari biji.

Page 18: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Penanganan Benih Benih Terung. Masa

dorman sekitar 4 bulan (Hasanah 1988) Untuk memecahkan masalah dormansi tersebut, Sukmadjaja dalam Rosita et al. (1993) telah melakukan penelitian perendaman benih dalam larutan GA3 dengan konsentrasi 0, 100, 300, 500, 700, 900, 1.100, 1.300, dan 1.500 mg/l selama 6, 12, dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viabilitas benih terbaik diperoleh dari perlakuan perendaman selama 24 jam dengan konsentrasi larutan GA3 1.300 mg/ l,

Benih Saga. Dormansi benih saga dapat dipecahkan dengan perlakuan skarifikasi (pengikisan kulit benih). Dengan perlakuan tersebut, daya berkecambah benih dapat mencapai 97% dibandingkan kontrol yang hanya 6%. Pengecambahan dilakukan dengan menggunakan media kertas merang (Hasanah et al. (1993).

Page 19: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia
Page 20: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

Penyimpanan Benih

Temu lawak. Penyimpanan rimpang temu lawak telah dilakukan oleh Sukarman et al. (2005) dengan perlakuan sebagai berikut:

1) penyimpanan pada ruangan dingin dengan kelembapan tinggi (cold storage, RH 70–80%),

2) penyimpanan di dalam tanah,

3) pengeringan dengan fresh drier, dan

4) iradiasi dengan sinar α dengan dosis 5, 10, 15, 20, 25 kRad

Page 21: Presentasi No_5_4_Perspektif Benih Tanaman Rempah Dan Obat Di Indonesia

TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYAWASSALAMMUALAIKUM

KEL.5berkenan download http://filekom.com/ch33mzx6uaky.html