preskas kardio

27
Presentasi Kasus Hipertensi Identitas Pasien Nama : Tn. S Usia : 48 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : pegawai swasta Status : Menikah Alamat : Gp. Jawa Anamnesis KU :Pegal di tengkuk KT : Berat dan pegal di tengkuk kepala, mual, muntah, keringat dingin RPS :Pasien datang dengan keluhan berat dan pegal di daerah tengkuk kepala sejak 2 tahun yang lalu dan memberat dalam 1 minggu ini. flu (-), batuk (-), mual (+), muntah (+) saat di Puskesmas berupa cairan bening ± 3sendok makan, sesak napas (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan, keringat dingin (+), demam disangkal. OS mengaku punya riwayat hipertensi. RPD : DM (-), penyakit ginjal (-), jantung (-) Riwayat Keluarga : Hipertensi (+), DM (-), stroke (+) ibu Riwayat Pengobatan : Konsumsi obat antihipertensi (captopril) tiap pusing atau sakit kepala Riwayat Alergi : disangkal

Upload: mahruzamurdani

Post on 10-Aug-2015

33 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hipertensi

TRANSCRIPT

Page 1: PRESKAS KARDIO

Presentasi Kasus

Hipertensi

Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Usia : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : pegawai swasta

Status : Menikah

Alamat : Gp. Jawa

Anamnesis

KU :Pegal di tengkuk

KT : Berat dan pegal di tengkuk kepala, mual, muntah, keringat dingin

RPS :Pasien datang dengan keluhan berat dan pegal di daerah tengkuk kepala sejak

2 tahun yang lalu dan memberat dalam 1 minggu ini. flu (-), batuk (-), mual

(+), muntah (+) saat di Puskesmas berupa cairan bening ± 3sendok makan,

sesak napas (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan, keringat dingin (+), demam

disangkal. OS mengaku punya riwayat hipertensi.

RPD : DM (-), penyakit ginjal (-), jantung (-)

Riwayat Keluarga : Hipertensi (+), DM (-), stroke (+) ibu

Riwayat Pengobatan : Konsumsi obat antihipertensi (captopril) tiap pusing atau sakit kepala

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Psikososial : menu makanan tidak diperhatikan, Merokok (setengah bungkus

rokok/hr), Minum kopi (± 1x/hr), Bergadang (jarang), Olahraga (-)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : sakit ringan

kesadaran : compos mentis

Tanda Vital :

TD : 170/100 mmHg

P : 18x /menit,

N : 80/ menit

Page 2: PRESKAS KARDIO

Suhu : 36 0C

Antropometri :

BB : 75 kg

TB : 168cm

IMT : 26,57 (obes 1)

Status Generalisata

Kepala : normal

- Mata

Konjungtiva : anemis (-)

Sklera : ikterik (-)

Reflex cahaya : (+)

Pupil : Ishokor

Hidung : Sekret (-), epitaksis (-),

mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),

Leher : pembesaran KGB (-)

Telinga : tidak ada kelainan

Paru

Inspeksi : kedua lapang paru simetris, otot bantu pernapasan (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler

Jantung

Auskultasi : BJ I&II normal

Abdomen

Inspeksi : simetris

Auskultasi : bising usus(+)

Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+) , hepatomegali (-),splenomegali (-)

Perkusi : timpani pada ke empat kuadran

Ekstremitas atas : akral hangat,udem (-)

Ekstremitas bawah :akral hangat, udem (-)

RCT : <2 detik

Diagnosa : Hipertensi Stage II

Page 3: PRESKAS KARDIO

Penata laksanaan:

Farmakologi non farmakologi

captopril 25mg 3x1 diet rendah garam dan lemak

ISDN 10mg 3x1 olahraga teratur (min.30menit)

Tiazid 2mg /hr minum obat antihipertensi teratur

rajin kontrol tekanan darah

berhenti rokok dan kopi

Pembahasan

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol

dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal,

dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan

telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak

dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan

penyakit yang menyertainya.

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang

tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar

kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan

pertambahan penduduk saat ini.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,

yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk

Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih.

Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia

18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan

sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan

darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat

penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata

kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara

keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data

Page 4: PRESKAS KARDIO

Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan

tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur

di Indonesia.

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan

menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya

jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai

keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka

ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya

Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.

PEMBAHASAN

1. DEFINISI HIPERTENSI

The Joint National Community On Preventation, Detection Evaluation And Treatment

Of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International

Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang

tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau

sedang memakai obat anti hipertensi.

Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil

dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali

pada pengukuran yang terpisah.Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi

badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah

120/80mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai

angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat

tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.

2. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi

esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.

1) Hipertensi esensial

Page 5: PRESKAS KARDIO

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut

juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya

seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,

defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer

biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab

spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.

a) Hipertensi pada penyakit ginjal

Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi

dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Secara klinis sulit untuk

membedakan dua keadaan tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun.

Beratnya pengaruh hipertensi terhadap ginjal tergantung dari tingginya tekanan

darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu

lama makin berat komplikasi yang mungkin ditimbulkan.

Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit ginjal akut maupun

penyakit ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun pada kelainan

vaskular.

Hipertensi pada penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :

1. Penyakit glumerolus akut

Hipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan

hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan reabsorbsi

natrium di duktus koligentes. Peningkatan ini dimungkankan abibat adanya

retensi relatif terhadap Hormon Natriuretik Peptida dan peningkatan aktivitas

pompa Na – K – ATPase di duktus koligentes.

2. Penyakit vaskuler

Pada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem renin

angiotensin aldosteron.

3. Gagal ginjal kronik

Page 6: PRESKAS KARDIO

Hipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan sistem

Renin Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena kerusakan

regional, aktifitas saraf simpatik yang meningkat akibat kerusakan ginjal,

hiperparatiroidis sekunder, dan pemberian eritropoetin.

4. Penyakit glumerolus kronik

Sistem Renin-Angiotensinogen-Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem

hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalm naiknya

tekanan darah, pangaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.

b) Hipertensi pada penyakit renovaskular.

Hipertensi renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi sekunder.

Diagnosa hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk

disembuhkan dengan menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis.

Stenosis arteri renalis adalah suatu keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara

anatomik pada arteri renalis. Sedangkan hipertensi renovaskular adalah hipertensi

yang terjadi akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis.

Istilah nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan

fungsi ginjal akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi

ginjal, kelainan ini akan menetap walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan

dengan pengobatan yang meliputi medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi

dengan tindakan bedah ataupun angioplasti.

c) Hipertensi pada kelainan endokrin

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah

aldosteronisme primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah

sindrom yang disebabkan oleh hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang

umumnya berasal dari kelenjar korteks adrenal. Hiperaldosteronisme primer

secara klinis dikenal dengan triad terdiri dari hipertensi, hipokalemi, dan alkalosis

metabolik. Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi kelenjar korteks adrenal,

adenoma atau karsinoma adrenal.

d) Sindrom Cushing\

Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan

oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone

(ACTH).

Page 7: PRESKAS KARDIO

e) Hipertensi adrenal kongenital

Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada

anak (jarang terjadi).

f) Feokromositoma

Feokromositoma adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai

apabila terdapat riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya

feokromositoma yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis,

dan hiperglikemia. Feokromositomia disebabkan oleh tumor sel kromatin asal

neural yang mensekresikan katekolamin. Sebagian besar berasal dari kelenjar

adrenal, dan hanya 10 % terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis. 10 % dari

tumor ini ganas dan 10 % adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromositomia

dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat atau

edema paru karena gagal jantung.

g) Koartasio aorta

Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia

kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki,

dengan denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat

menetap bahkan setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama jika hipertensi

terjadi lama sebelum operasi.

h) Hipertensi pada kehamilan

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas

dan mortalitas maternal, janin dan neonatus. Kedaruratan hipertensi dapat menjadi

komplikasi dari preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik.

Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk

terjadinya komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit

serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular.

Penelitian observasi pasien hipertensi kronik yang ringan didapatkan risiko

kehamilan preaklampsia 10 – 25 %, abruptio 0,7 – 1,5 %, kehamilan prematur

kurang dari 37 minggu 12 – 34 %, dan hambatan pertumbuhan janin 8 – 16 %.

Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat pada trimester pertama

dengan didapatnya preaklampsia sampai 50 %. Terhadap janin, mengakibatkan

risiko retardasi perkembangan intrauterin, prematuritas dan kematian intrauterin.

Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung, ensepalopati, retinopati,

perdarahan serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi.

Page 8: PRESKAS KARDIO

Sampai sekarang yang belum jelas apakah tekanan darah yang terkontrol secara

agresif dapat menurunkan terjadinya eklampsia.

i) Hipertensi akibat dari penggunaan obat – obatan.

Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil

kontrasepsi oral (OCP). 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai

penggunaan. Perempuan usia lebih tua (> 35 tahun)lebih mudah terkena,

begitupula dengan perempuan yang pernah mengalami hipertensi selama

kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan kembali normal dalam 3 – 6 sesudah

penghentian pil. Penggunaan estrogen pascamenopause bersifat kardioproteksi

dan tidak meningkatkan tekanan darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi

termasuk siklosporin, eritopoietin, dan kokain.

3. MACAM-MACAM LEVEL HIPERTENSI

Menurut WHO

a. Hipertensi ringan yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah sistolik berada

diantara 140-159mmHg dan tekanan darah diastolic berada diantara 90-99mmHg.

b. Hipertesi sedang yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah sistolik berada

diantara 160-179mmHg dan tekanan darah diastolic berada diantara 100-109mmHg.

c. Hipertensi berat yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah sistolik

>180mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110mmHg.

4. GEJALA HIPERTENSI

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius

dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer

karena dua hal, yaitu:

• Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.

Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan

langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah

secara teratur.

Page 9: PRESKAS KARDIO

• Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar

untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal

jantung, dan gagal ginjal. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang

dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan

kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang

dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

• Sakit kepala

• Kelelahan

• Mual

• Muntah

• Sesak nafas

• Gelisah

• Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung

dan ginjal.

• Sering buang air kecil terutama di malam hari

• Telinga berdenging

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma

karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang

memerlukan penanganan segera

5. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis

penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi

di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi

Page 10: PRESKAS KARDIO

angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada

ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,

volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan

tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi

NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl

akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada

gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

6. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan

1. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut

mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai

resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer,

didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada

kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak

dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita

Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam

terjadinya Hipertensi.

2. Umur

Page 11: PRESKAS KARDIO

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang

berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya.

3. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-

laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas

kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada

perempuan.

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit

putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan

kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.

5. Penyakit Ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

• Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan

menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

• Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga

volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

• Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut

renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu

berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa

Page 12: PRESKAS KARDIO

menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

menyebabkan naiknya tekanan darah.

6. Obat-obataan

Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,

Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar), termasuk

beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan

tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu

faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

7. Preeklampsi pada kehamilan

Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg

setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih

awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi organ akibat

penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari)

sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.

8. Keracunan timbal akut

Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta

menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan dan cedera

pada salah satu atau kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

1. Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan

dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Mekanisme hubungan

antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah

saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja

pada saat kita tidak beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan

tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih

Page 13: PRESKAS KARDIO

tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress

yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

2. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan

hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat

badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan

berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung

pada masing – masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 /

80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat

badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat

menurunkan tekanan darah secara signifikan.

3. Asupan

a. Asupan Natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal

adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam

kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi

saraf dan kontraksi otot.

Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan

osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang

mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan

ekstraseluler dan kalium dengan zat – zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat

terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air

pada kedua sisi membran.

Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di

usus halus.Mekanisme penngaturan keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada

perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume

cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada

orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi

efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.

Page 14: PRESKAS KARDIO

Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini

natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk

mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-99

% dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon

aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron

merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila

konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap

natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes.

Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak

lebih dari 6 gram per hari.

Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya

meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering

ditemukan. Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.

Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika

asupan garam ditambah.

b. Asupan Kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah

kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di

dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan

menurunkan tekanan darah. Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron.

Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi

kalium. Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga

penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume

sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh

keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang

mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan

asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan

populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

Page 15: PRESKAS KARDIO

c. Asupan Magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan

diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The joint national

Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC)

melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.

Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk

mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat

anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk

mencegah kejadian hipertensi.

d. Kalsium

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak

pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan

kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki.

Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti.

Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium

untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan

sebesar 1000 sampai 2000mg par hari.

4. Merokok

Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko

hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk

ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit

kardiovaskuler secara umum di Indonesia.

5. Kurang olahraga

Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi

pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.

Penanggulangan Hipertensi

a. Penatalaksanaan farmakologis

Page 16: PRESKAS KARDIO

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga

mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.

Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint

National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, USA,

1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau

penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan

keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

• Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

• Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

Dosis obat pertama dinaikkan

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa

blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

• Step 3

Alternatif yang bisa ditempuh:

Obat ke-2 diganti

Ditambah obat ke-3 jenis lain

• Step 4

Alternatif pemberian obatnya:

Ditambah obat ke-3 dan ke-4

Re-evaluasi dan konsultasi

Page 17: PRESKAS KARDIO

Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi

yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian

pendidikan kesehatan.

b. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)

Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan

farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah

gaya hidup.

Tujuan dari penatalaksanaan diet

• Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah

menuju normal.

• Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral

• Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol

dalam darah.

• Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi

• Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang

• Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita

• Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar

diet. Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan

garam lain diluar natrium.

Page 18: PRESKAS KARDIO

DAFTAR PUSTAKA

Armilawaty, dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi. Makassar:

FKM Unhas.

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III. diterjemahkan

oleh Petrus Andryanto, Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Marvyn, Leonard. 2002. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet. Jakarta :

Penerbit Arcan.

Kuswardhani, Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. 2006. Diakses 20 Februari

2013. http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/udejournal/penatalaksanaan

%20hipertensi%20pada%20lanjut%20us1a%20%28dr%20ra%20tuty%20k%29.pdf.

Armilawaty, dkk. Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi. 2007.

Diakses tanggal 20 Februari 2013. http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-

tinggi-hipertensi.html.

Puspitorini, Myra. Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jogjakarta :

Image Press. 2008.

Utami, Prapti. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta Selatan : Agromedia. 2009.

Darmojo, R. Boedhi dan H. Hadi Martono. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)

Ed. 3. Jakarta : FKUI. 2004.

Gunawan, Lany. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Jogjakarta : Kanisius. 2001.

Guyton, A & Hall, J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC. 2002.