produktivitas pendidikan islam

32
PRODUKTIVITAS PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Afiful Ikhwan * DAFTAR ISI Halaman Judul …………………………………………………… i Kata Pengantar …………………………………………………… ii Daftar Isi …………………………………………………… iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………… 1 B. Rumusan Masalah …………….…………………….. 2 C. Tujuan Masalah ................................................. ......... 2 D. Sistematika Penulisan ………………………………. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pendahuluan …………. …………...…………………. 3 B. Pengertian …………. …………...…………………..... 5 * Dosen Tarbiyah STAIM Tulungagung dan Mahasiswa Program Doktor MPI UIN Malang 1

Upload: afiful-ikhwan

Post on 28-Nov-2014

3.139 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Efektifitas, efisiensi, serta produktivitas manajemen pendidikan harus ditetapkan sejak awal agar dampaknya dapat dideteksi sejak dini terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Selain itu, efektifitas, efisiensi, dan produktifitas menjadi prasarat utama untuk memperjelas orientasi dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan Islam. Sehingga lembaga pendidikan tampil sebagai lembaga yang memiliki daya tarik dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

TRANSCRIPT

Page 1: Produktivitas pendidikan islam

PRODUKTIVITAS PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Afiful Ikhwan*

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………… i

Kata Pengantar …………………………………………………… ii

Daftar Isi …………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………… 1

B. Rumusan Masalah …………….…………………….. 2

C. Tujuan Masalah .......................................................... 2

D. Sistematika Penulisan ………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendahuluan …………. …………...…………………. 3

B. Pengertian …………. …………...…………………..... 5

B. Penjelasan Efisiensi dan Produktivitas .……..……….. 9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 20

BAB I* Dosen Tarbiyah STAIM Tulungagung dan Mahasiswa Program Doktor MPI UIN Malang

1

Page 2: Produktivitas pendidikan islam

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat dunia, dari waktu ke waktu mengalami perubahan dalam segala

aspeknya. Berbagai penemuan dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi, menyebabkan jarak / gap antar masyarakat di dunia, semakin menyempit.

Globalisasi pun menjadi sebuah fenomena tak terhindarkan.

Salah satu bidang yang mengalami “lompatan besar” dalam kehidupan

masyarakat , adalah bidang pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sangat terasa dampaknya , sekaligus juga menimbulkan efek berantai yang sangat besar

dalam perubahan masyarakat.

Dampak perubahan di bidang pendidikan khususnya pendidikan Islam terhadap

masyarakat, terasa sangat besar dan panjang, mengingat pendidikan menyentuh

langsung persoalan-persoalan sumber daya manusia (SDM). Apalagi jika dikaitkan

dengan pembangunan masyarakat / bangsa secara keseluruhan , dimana pendidikan

menjadi bagian penting dalam “character building” dan “nation building”.

Pentingnya pendidikan dalam konteks pembangunan suatu bangsa, pada

akhirnya menyebabkan hampir semua bangsa di dunia meletakan pendidikan sebagai

prioritas dan titik perhatian. Anggaran pendidikan pun di munculkan dalam jumlah yang

cukup besar. Di Indonesia misalnya, anggaran pendidikan mencapai 20 persen dari

APBN yang ada, walaupun dalam realisasinya, angka sebesar itu belum benar-benar

terpenuhi.

Pembangunan bidang pendidikan, kemudian akan bersentuhan langsung pada persoalan

paling prinsip, yakni ke-bermutuan pendidikan itu sendiri. Artinya, bahwa untuk

mampu mencapai tujuan-tujuan suatu bangsa, maka pendidikan harus dilaksanakan

secara bermutu / berkualitas.

Dalam konteks inilah, kemudian ke-bermutuan pendidikan Islam akan terkait

dengan beberapa hal, yaitu : efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas. Persoalan kemudian

adalah, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan pendidikan yang bermutu itu ?

Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pendidikan yang bermutu? Apakah

pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan kita sudah bermutu? dan banyak lagi

persoalan-persoalan lainnya yang membutuhkan jawaban.

B. Rumusan Masalah

2

Page 3: Produktivitas pendidikan islam

1. Apakah pendidikan yang berkualitas itu ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mutu pendidikan ?

3. Bagaimana tingkat produktivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan yang berkualitas itu

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mutu pendidikan

3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat produktivitas penyelenggaraan pendidikan

di sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendahuluan

Produktivitas pendidikan menjadi harapan semua elemen dalam organisasi

pendidikan. Produktivitas pendidikan, bagaimanapun juga dalam prosesnya ditentukan

oleh produktivitas keputusan. Pendidikan yang produktif diwujudkan oleh keputusan

yang produktif juga. Tidak ada produktivitas tanpa keputusan. Semakin produktif suatu

keputusan semakin memungkinkan produktivitas pendidikan dalam suatu lembaga

pendidikan. Semakin jarang suatu keputusan diambil, maka makin mengurangi

produktivitas pendidikan.

Produktivitas pendidikan ini menunjukkan bukan hanya sebagai pertanda bahwa

unit-unit organisasi telah berjalan, teapi lebih dari itu, berarti telah terjadi maksimalisasi

kerja dalam suatu organisasi. Maksimalisasi kerja ini diwujudkan dengan sikap

meningkatkan kinerja, menyempurnakan cara kerja, mengawal target yang ditetapkan,

melakukan penghematan baik waktu, biaya maupun tenaga, serta sikap-sikap kreatif –

dinamis-konstruktif lainnya.

Kita menyadari dalam dinamika dan peradaban global saat ini, lembaga

pendidikan Islam menghadapi tantangan yang sangat berat. Salah satu tantangan

tersebut yakni bahwa masyarakat mulai terbelenggu dengan pandangan positivisme,

materialisme, dan kapitalisme sehingga segala sesuatu yang tidak memberikan faedah,

3

Page 4: Produktivitas pendidikan islam

keuntungan, dan peluang akan ditinggalkan. Bertolak dari pandangan di atas bahwa

lembaga pendidikan Islam dianggap marginal oleh masyarakat memang cukup

beralasan. Masyarakat menganggap lembaga pendidikan Islam tidak profesional, tidak

berkualitas, NEM dibawah rata–rata, out put tidak mampu berkompetisi dengan yang

lain, dan bahkan dianggap manajemen madrasah amburadul.

Hal ini diperkuat pandangan bahwa kelemahan sistem pendidikan Islam, yakni

(1) mementingkan materi di atas metodologi, (2) mementingkan memori diatas analisis

dan dialog, (3) mementingkan pikiran vertikal diatas literal, (4) mementingkan

penguatan pada “otak kiri” diatas “otak kanan”, (5) materi pelajaran agama yang

diberikan masih bersifat tradisional, belum menyentuh aspek rasional, (6) penekanan

yang berlebihan pada ilmu sebagai produk final, bukan pada proses metodologinya, dan

(7) mementingkan orientasi “memiliki” di atas “menjadi”.†

Pandangan ini, dapat terbukti di lapangan bahwa lembaga pendidikan Islam

yang ada di lapangan (misalnya: Tulungagung, Blitar, Kediri, Trenggalek, Pacitan,

Ponorogo, Madiun, Malang, dan bahkan hampir seluruh lembaga pendidikan Islam yang

ada di Indonesia) terutama madrasah swasta tidak mampu memberikan pembaharuan

dan pencerahan bagi pendidikan Islam, akibat mendirikan madrasah yang hanya

mementingkan kuantitas bukan kualitas. Begitu juga keberadaan Madrasah-Madrasah

swasta sebagian besar mengalami nasib yang sama, yakni keberadaannya la yamutu

wala yahya/wujuduhu kaadamihi, dapat dibilang hidup segan mati tak mau.

Maka perlu dikerahkan semua pikiran, tenaga dan strategi untuk bisa

mewujudkan mutu dalam lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan Islam agar

punya daya saing dengan lembaga pendidikan umum. Mutu pendidikan yang

dimaksudkan di sini adalah kemampuan lembaga pendidikan Islam dalam

mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar

se-optimal mungkin. Dalam konteks pendidikan, menurut Departemen Pendidikan

Nasional sebagaimana dikutip Mulyasa, pengertian mutu mencakup input, proses dan

output pendidikan.

Dewasa ini semua lembaga pendidikan berorientasi pada mutu. Lembaga

pendidikan dikatakan ‘bermutu’ jika input, proses dan hasilnya dapat memenuhi

persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendidikan. Bila performance-nya dapat

† Abul Raihan, Efektifitas, Efisiensi, Dan Produktivitas Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, dalam http://Abulraihan.Wordpress.Com/2009/05/25/Efektifitas-Efisiensi-Dan-Produktivitas-Manajemen-Peningkatan-Mutu-Pendidikan-Islam/, Diakses Minggu 10 Juli 2011

4

Page 5: Produktivitas pendidikan islam

melebihi persyaratan yang dituntut oleh stakeholder (user) maka dikatakan unggul.

Lantaran tuntutan persayaratan yang dikehendaki para pengguna jasa terus berubah dan

berkembang kualitasnya, maka pengertian mutu juga bersifat dinamis, terus

berkembang dan terus berada dalam persaingan yang terus menerus yang juga

mempengaruhi produktivitas Pendidikan Islam itu sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut, keberhasilan dalam produktif atau tidaknya

lembaga pendidikan Islam tersebut bisa dilihat dari tiga indikator yaitu efisiensi,

efektifitas, dan produktivitas. Tiga indikator tersebut saling berkaitan satu dengan

lainnya, walaupun pada tataran praktik masing-masing bisa berdiri sendiri-

sendiri .Untuk bisa dideteksi sejak dini sejauh mana produktif atau tidaknya lembaga

pendidikan Islam tersebut, maka ketiga indikator (efisiensi, efektifitas, dan

produktivitas) dalam manajemen peningkatan mutu harus sejak awal ditetapkan.

Sehingga kekurangan atau kelemahan yang muncul dapat diperbaiki dan kelebihannya

dapat dipertahankan.

B. Pengertian

1. Produktivitas

a. Secara umum, produktifitas berarti “keinginan” dan upaya manusia

untuk selalu meningkatkat kualitas kehidupan di segala bidang.

b. Secara filosofis, produktivitas adalah sikap mental yang berpandangan

bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,

sedangkan hari esok harus lebih baik dari hari ini

c. Secara teknis, produktivitas merupakan perbandingan antara output

dan input (Dewan Produktivitas Nasional , 1983)

2. Efektifitas

Efektifitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), dikemukakan

bahwa efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan

mujarab, dapat membawa hasil. Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan

definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan

prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas

menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.

Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Sementara itu Abdurahmat (2003:92) “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

5

Page 6: Produktivitas pendidikan islam

sarana dan prasaranadalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya

untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

Roulette (1999:1) mendefinisikan efektivitas adalah dengan melakukan hal yang

benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi

tersebut dan pelanggan. Selanjutnya Hodge (1984:299) menguraikan bahwa

efektivitas sebagai ukuran suksesnya organisasi didefinisikan sebagai kemampuan

organisasi untuk mencapai segala keperluannya. Ini berarti bahwa organisasi

mampu menyusun dan mengorganisasikan sumber daya untuk mencapai tujuan.

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya

suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian

efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : “Efektifitas adalah

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu)

telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi

efektifitasnya”.

Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35)

adalah sebagai berikut : “ Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur

dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output

realisasi. Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984)

adalah : “ Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai

dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target

tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Dalam pengelolaan sekolah, efektifitas berkaitan dengan terlaksananya

semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif

dari masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya dan sumber belajar

untuk mewujudkan tujuan sekolah (Mulyasa, 2002).

Efektifitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), dikemukakan

bahwa efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan

mujarab, dapat membawa hasil.

Efektifitas merupakan sebuah fenomena yang mengandung banyak segi,

sehingga sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan ke-efektivitasan sesuai

dengan ke-efektivitasan itu sendiri . Atau dapat dikatakan bahwa efektivitas masih

6

Page 7: Produktivitas pendidikan islam

merupakan sebuah konsepsi yang bersifat elusive (sulit diraih) yang harus

didefinisikan secara jelas. Sehingga efektivitas organisasi atau lembaga pendidikan

memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, bergantung pada kerangka acuan yang

dipakai.

Bagi Etzioni, keefektifan merupakan derajat di mana sebuah organisasi

mencapai tujuannya . Sedangkan menurut Sergiovani, keefektifan merupakan

kesesuaian antara hasil yang dicapai oleh organisasi dengan tujuan yang telah

dirumuskan .Kemudian Scheerens mengemukakan bahwa efektivitas sebagai konsep

kausal secara esensial, di mana hubungan maksud-hingga-tujuan (means-to-end

relationship) serupa dengan hubungan sebab-akibat (cause-effect relationship),

terdapat tiga komponen utama yang harus diperhatikan dalam studi tentang

efektivitas organisasi pendidikan, yaitu: (1) cakupan pengaruh; (2) kesempatan aksi

yang digunakan untuk mencapai pengaruh tertentu (ditandai sebagai mode

pendidikan); dan (3) fungsi-fungsi dan mekanisme yang mendasari yang

menjelaskan mengapa tindakan tertentu mendorong ke arah pencapain-pengaruh .

Dari definisi tersebut dapatlah dipahami bahwa efektifitas organisasi‡

merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan

kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan agar

tetap eksis/hidup. Sehingga organisasi dikatakan efektif jika organisasi tersebut

mampu menciptakan suasana kerja dimana para pekerja tidak hanya melaksanakan

tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi juga membuat suasana supaya

pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi

dalam mencapai tujuan.

Konsep efektivitas pendidikan mengacu pada kinerja unit organisasi, oleh

sebab itu maksud dari efektivitas sesungguhnya pencapaian tujuan, maka asumsi

kriteria yang digunakan harus mencerminkan sasaran akhir dari organisasi itu

sendiri. Efektifitas pendidikan dalam setiap tahapannya berproses pada das sollen

dan dessein dengan indikator-indikator sebagai berikut :

a. Indikator input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan

materi pendidikan serta kapasitas manajemen.

b. Indikator proses, meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan

alokasi waktu peserta didik.

‡ Untuk selanjutnya kata “organisasi” bisa dipahami dengan “Lembaga Pendidikan Islam” di sesuaikan dengan judul besar pembahasannya.

7

Page 8: Produktivitas pendidikan islam

c. Indikator out put, berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik

meliputi hasil prestasi belajar, sikap, keadilan dan persamaan.

d. Indikator out come, meliputi jumlah lulusan ketingkat pendidikan

berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta

pendapatan.

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa efektifitas merupakan satu dimensi

tujuan manajemen yang berfokus pada hasil, sasaran, dan target yang diharapkan.

Lembaga pendidikan yang efektif adalah lembaga pendidikan yang menetapkan

keberhasilan pada input, proses, output, dan outcome yang ditandai dengan

berkualitasnya indikator-indikator tersebut. Sehingga dengan demikian, efektifitas

lembaga pendidikan bukan sekedar pencapaian sasaran dan terpenuhinya berbagai

kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi berkaitan erat dengan syaratnya indikator

tersebut dengan mutu, atau dengan kata lain ditetapkannya pengembangan mutu

lembaga pendidikan.

Mulyasa kemudian memberikan barometer terhadap efektifitas sebuah

lembaga pendidikan. Menurutnya barometer efektifitas dapat dilihat dari kualitas

program, ketepatan penyusunan, kepuasan, keluwesan, dan adaptasi, semangat kerja,

motivasi, ketercapaian tujuan, ketepatan waktu, serta ketepatan pendayagunaan

sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam meningkatkan mutu lembaga

pendidikan.§

Dari uraian di atas nampak jelas bahwa kajian tentang efektifitas pendidikan

harus dilihat secara sistemik mulai dari input sampai dengan outcome, dengan

indikator yang tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga bersifat kualitatif. Sudah

lama kita mendambakan sebuah pendidikan yang berkualitas, sehingga tuntutan

terhadap kualitas sangat semarak dan perwujudannya sangat urgen karena mutu

sudah menjadi a very critical competitive variable dalam persaingan internasional.

3. Efisiensi

Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987;3) yaitu: “Efisiensi

merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan

dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang

sebenarnya”

§ E. Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Karakteristik dan Implementasi. (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. 2003)

8

Page 9: Produktivitas pendidikan islam

Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984;233-4) yang

mengutip pernyataan H. Emerson adalah: “Efisiensi adalah perbandingan yang

terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-

sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan

penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah

diselesaikan.”

Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya.

Menurut definisi ini, efisiensi terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari

kegiatan tersebut. Kedua unsur ini masing-masing dapat dijadikan pangkal untuk

mengembangkan pengertian efisiensi berikut.

4. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau

untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan

hukum/pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

C. Penjelasan Efisiensi dan Produktivitas

1. Efisiensi

Efisiensi menurut Dharma dalam Mulyasa mengacu pada ukuran

penggunaan daya yang langka oleh organisasi . Efisiensi juga ditekankan pada

perbandingan antara input/sumber daya dengan out put. Sehingga suatu kegiatan

dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau

pemakaian sumber daya yang minimal . Efisiensi dengan demikian merupakan

perbandingan antara input dengan out put, tenaga dengan hasil, perbelanjaan dan

masukan, serta biaya dengan kesenangan yang dihasilkan.

Dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai kegairahan atau motivasi

belajar yang tinggi, semangat kerja yang besar, kepercayaan berbagai pihak, dan

pembiayaan, waktu, dan tenaga sekecil mungkin tetapi hasil yang didapatkan

maksimal. Dengan demikian, efisiensi merupakan faktor yang sangat urgen dalam

rangka manajemen peningkatan mutu pendidikan Islam. Hal ini karena lembaga

pendidikan Islam secara umum dihadapkan pada masalah kelangkaan sumber dana,

yang secara langsung berdampak terhadap kegiatan manajemen.

Di atas telah dikemukakan bahwa efisiensi merupakan perbandingan antara

input dan output. Dalam pendidikan, input adalah sumber daya yang digunakan

9

Page 10: Produktivitas pendidikan islam

untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dalam rangka mencapai

tujuan yang telah dirumuskan. Sumber daya tersebut terkait dengan nilai, serta

faktor manusia dan ekonomi. Nilai menggariskan tujuan serta isi pendidikan, faktor

manusia merupakan pelaksana pendidikan, dan faktor ekonomi menyangkut biaya

dan fasilitas penyelenggaraan. Secara operasional, masukan tersebut adalah peserta

didik, guru, ruang kelas, buku teks, peralatan, kurikulum serta sarana pendidikan.

Masukan ini bisa dinyatakan dalam bentuk biaya pendidikan per peserta didik setiap

tahun. Sehingga untuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan lembaga

pendidikan, dapat dihitung dari banyaknya tahun yang dihabiskan peserta didik

dalam siklus tertentu untuk menyelesaikan studinya. Efisiensi ini akan menurun juka

ada peserta didik yang mengulang atau DO.

Selain dianalisis dari perbandingan komponen input dan output, efisiensi

juga bisa ditinjau dari sisi proses pendidikan, dimana merupakan interaksi antara

faktor manusiawi dan non manusiawi dalam rangka mencapai tujuan yang

dirumuskan sesuai dengan rentang waktu yang telah ditentukan. Sehingga

pendidikan dikatakan efisien jika proses atau kegiatan pengelolaan lembaga

pendidikan dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

Aan Komariah dan Cepi Triatna mengklasifikasikan efisiensi menjadi

efisiensi internal dan eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara

output pendidikan dan input (sumber daya) yang digunakan untuk memproses atau

menghasilkan output pendidikan.

Menurut Coomb dan Hallak sebagaimana dikutip Aan Komariah, terdapat

tiga kategori teknik untuk memperbaiki efisiensi sistem pendidikan :

a. Efisiensi dapat diperbaiki dengan mengubah jumlah, kualitas, dan proporsi

input atau dengan menggunakan input-input yang ada secara lebih intensif,

tanpa mengubah secara mendasar kondisi dan teknologi yang ada atau fungsi

produksi.

b. Tahap berikutnya, efisiensi dapat ditingkatkan dengan memodifikasi

rancangan dasar sistem secara substansial, meliputi pengenalan komponen-

komponen dan teknologi baru yang berbeda, seperti pengajaran tim, televisi

pendidikan, dan laboratorium bahasa.

c. Pendekatan yang lebih radikal untuk memperbaiki efisiensi yang ada untuk

merancang alternatif baru ”sistem belajar mengajar” yang membedakan

secara radikal dari yang konvensional .

10

Page 11: Produktivitas pendidikan islam

Diatas telah dikemukakan bahwa efisiensi diklasifikasikan menjadi (1)

efisiensi internal dan (2) efisiensi eksternal. Dalam kajian sistem pendidikan,

dengan diberlakukannya school based management (manajemen berbasis sekolah)

diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan serta

peningkatan efisiensi internal pendidikan melalui inovasi manajemen serta

pembelajaran yang menyertainya, seperti peningkatan peran dewan sekolah,

penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dll. Sementara itu

efisiensi eksternal merujuk pada hubungan antara keuntungan kumulatif yang

diperoleh dari sistem lebih dari satu periode tertentu dan input-input yang sesuai

digunakan dalam menghasilkan keuntungan.

Dalam dunia pendidikan, upaya dalam rangka meningkatkan efisiensi

pendidikan dalam konteks peningkatan mutu, paling tidak dapat ditentukan oleh dua

hal, yakni manajemen pendidikan yang profesional dan partisipasi dalam

pengelolaan pendidikan yang meluas. Dalam hal ini, analisis terhadap efisiensi

pendidikan juga dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan dengan

tidak memperhatikan secara terinci unsur-unsur biaya yang digunakan dalam proses

pendidikan (agregate approach), serta pendekatan yang memperhitungkan kontribusi

biaya secara terinci dalam proses pendidikan untuk menghasilkan keluaran

(ingredient approach). Kedua pendekatan nampak berbeda dalam memperhitungkan

biaya dalam proses pendidikan, yang satu menggunakan total biaya dalam menilai

kontribusi biaya terhadap pendidikan, sedangkan yang satu memperhitungkan

kontribusi per unsur . Namun demikian, tujuan yang ingin dicapai kedua pendekatan

tersebut sama, yaitu mengidentifikasi dampak maupun akses penggunaan biaya.

Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa perbedaan karaktersitik situasi

dan input yang terlibat mempunyai implikasi pada biaya pendidikan yang

diperlukan. Karena itu keputusan tentang efisiensi haruslah kontekstual dan

proporsional. Keputusan kontekstual dan proporsional ini sangat membutuhkan

ketersediaan informasi tentang karakteristik situasi dan input yang terlibat dalam

proses pendidikan dalam jumlah dan mutu yang memadai.

Dengan demikian, dalam menganalisis efektifitas mutu pendidikan

sebagaimana juga dalam efektifitas pendidikan harus diperhatikan aspek input dan

proses pendidikan tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, maka sistem pendataan

yang akurat, tepat guna, dan waktu perlu dikonstruksi secara mendasar melalui

11

Page 12: Produktivitas pendidikan islam

peningkatan infrastruktur teknologi informasi pada setiap lembaga pendidikan, yang

meliputi kemampuan staf, arus data yang melekat dalam proses manajemen, pusat

pelatihan pendataan, serta sarana prasarana pendukung.

Dalam konteks peningkatan mutu pendidikan melalui efisiensi pengelolaan

pendidikan, analisis serta pengkajian data dan informasi perlu dilakukan secara

simultan, terus-menerus, dan mendalam agar setiap unit kerja dalam lembaga

pendidikan dapat melaksanakan manajemen secara efisien.**

2. Produktivitas

a. Secara umum, produktifitas berarti “keinginan” dan upaya manusia

untuk selalu meningkatkat kualitas kehidupan di segala bidang.

b. Secara filosofis, produktivitas adalah sikap mental yang berpandangan

bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,

sedangkan hari esok harus lebih baik dari hari ini

c. Secara teknis, produktivitas merupakan perbandingan antara output

dan input††

Produktivitas merupakan perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh

(output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat

dinyatakan dengan kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output merupakan jumlah

lulusan, sedangkan input merupakan jumlah tenaga kerja sekolah, dan sumber daya

lainnya. Sedangkan produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan

uang, ia digambarkan dari ketetapan penggunaan metode dan alat yang tersedia

sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang

tersedia serta mendapatkan respon positif bahkan pujian dari orang lain atas hasil

kerjanya .

Ada pula yang menekankan produktivitas pada sisi pemberian perhatian dan

kepuasan kepada pelanggan, sehingga semakin banyak dan semakin memuaskan

pelayanan yang diberikan sebuah corporate atau lembaga terhadap customer, maka

semakin produktif lembaga tersebut. Produktivitas dalam dunia pendidikan

berkaitan erat dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya

untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam konteks

produktivitas pendidikan, sumber-sumber pendidikan dipadukan dengan cara-cara

yang berbeda. Perpaduan tersebut sama halnya dengan upaya memproduksi pakaian

** E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi . (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. 2003)

†† Dewan Produktivitas Nasional , 1983

12

Page 13: Produktivitas pendidikan islam

yang menggunakan teknik-teknik yang berbeda dalam memadukan buruh, modal,

dan pengetahuan. Untuk mengusai teknik-teknik tersebut diperlukan proses belajar.

Seiring dengan bertambahnya waktu, semakin besar pula modal untuk pendidikan.

Sekolah pun semakin berkembang seiring dengan besarnya tuntutan pendidikan

yang harus dikembangkan. Perubahan dalam intensitas tenaga kependidikan pun

kemudian harus dilakukan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga perlu

diaplikasikan model ketrampilan mengajar yang bervariasi.

Secara sederhana produktivitas pendidikan dapat diukur dengan melihat

indeks pengeluaran riil pendidikan seperti dalam National Income Blue Book,

dengan cara menjumlahkan pengeluaran dari banyaknya peserta didik yang dididik.

Namun cara ini merupakan pengukuran cara kasar terhadap produk riil

kependidikan. Cara ini pun tidak menceritakan sama sekali tentang kualitas lulusan

lembaga pendidikan, juga derajat efisiensi berbagai sumber yang digunakan.

Sehingga pengukuran output pendidikan dengan cara yang rasional penting untuk

dipertimbangkan, namun juga perlu disadari bahwa pengukuran ini tidak dapat

memberi indikasi langsung mengenai kuantitas pengajaran yang diterima setiap

peserta didik.

Kriteria keberhasilan manajemen pendidikan adalah produktivitas

pendidikan yang dapat diukur dari sudut efektivitas dan efesiensi pendidikan.

Efektivitas pendidikan dapat dilihat dari sudut prestasi, mutu, nilai ekonomis, dan

proses pendidikan. Sementara itu, maksud efesiensi pendidikan adalah dengan

memanfaatkan tenaga, fasilitas, dan waktu sesedikit mungkin yang mampu

menghasilkan sesuatu yang banyak, bermutu, relevan, dan bernilai ekonomi yang

tinggi. Efesiensi pendidikan memiliki arti sebagai hubungan antara pendayagunaan

sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang

tinggi. Kalau efektivitas membandingkan antara input atau sumber daya dengan

output.

Tampaknya, baik efektivitas maupun efesiensi pendidikan sama-sama

berorientasi pada hasil. Hanya saja pada efektivitas ada usaha mewujudkan relevansi

antara perencanaan dengan tujuan, sedangkan pada efesiensi terdapat usaha

mewujudkan fungsi maksimal dari sumber daya yang ada. Efesiensi ini tidak

berbeda sama sekali dengan prinsip ekonomi yang menyatakan penggunaan modal

yang sedikit mungkin untuk menghasilkan keuntungan yang sebanyak mungkin.

13

Page 14: Produktivitas pendidikan islam

Bedanya, keberhasilan ekonomi melalui prinsip ini bisa berkonotasi merugikan

orang lain, sedangkan dalam pendidikan tidak berimbas pada kerugian peserta didik.

Allan Thomas sebagaimana dikutip Mulyasa maupun Nanang Fatah

mengatakan bahwa produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari tiga dimensi berikut

ini.

1. Produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa baik

layanan yang diberikan oleh guru, kepala sekolah, maupun yang lain dalam

proses pendidikan.

2. Produktivitas sekolah dari segi keluaran perubahan perilaku dengan melihat

nilai-nilai yang diperoleh peserta didik dalam periode belajar tertentu.

3. Produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan

pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini menyangkut “harga“

layanan yang diberikan dan “perolehan“ yang ditimbulkan oleh layanan itu

atau disebut “peningkatan nilai balik“.

Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa pengukuran produktivitas

pendidikan erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, yang sangat bergantung

pada akurasi kerangka yang digunakan dalam analisis dan kualitas data. Dalam

konteks ini agaknya tidak perlu diperdebatkan bagaimana pengukuran pendidikan

dalam pertumbuhan ekonomi, sebab umumnya riset mengenai ini membuktikan

bahwa peranan pendidikan tetap substansial dalam pertumbuhan ekonomi.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengetahui produktivitas pendidikan dalam

konteks peningkatan mutu pendidikan, antara lain dapat dilakukan dengan analisis

efektifitas biaya, analisis biaya minimal, dan analisis manfaat

Hal ini mengandung pengertian bahwa produktivitas ditentukan oleh fungsi

administratif, psikologis, dan ekonomis. Dalam konteks pendidikan Islam,

diharapkan fungsi tersebut bisa dikembangkan dengan tambahan fungsi lain, seperti

fungsi sosial dan fungsi kultural. Produktivitas sekolah dari segi keluaran sosial

dapat diperhatikan pada seberapa jauh wawasan bermasyarakat yang diperoleh

dalam proses pembelajaran oleh peserta didik, kemudian seberapa baik mereka

mampu mengaplikasikan bahkan mengembangkannya dimasyarakat, baik

masyarakat sekolah maupun masyarakat luas. Sementara itu, produktivitas sekolah

dari segi keluaran kultural dapat diperhatikan pada seberapa besar peserta didik

mampu berkreasi sebagai akibat rangsangan dari pembelajaran disekolah.

14

Page 15: Produktivitas pendidikan islam

Dua fungsi sebagai penentu produktivitas ini begitu bermakna dalam

pengembangan. Naluri pengembangan ini menjadi salah satu titik kelemahan

pendidikan di Indonesia sehingga daya pikir lulusan-lulusan sekolah menjadi

tumpul. Akibatnya, dalam berpikir mereka sangat terikat, kering gagasan atau ide

energik, kemudian memperbanyak pengangguran. Ini semua terjadi karena model

pembelajarannya lebih menekankan pada penguasaan hafalan. Injeksinya melalui

pola pembelajaran yang menjadikan peserta didik bersikap aktif-kreatif, memburu,

dan menemukan sesuatu. Bila ini terwujud berarti pola pembelajaran itu efektif.

Menurut Madhi, kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang dibarengi

oleh pemimpin yang mampu menerjemahkan fungsinya menjadi perilaku nyata.

Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan, tetapi

merupakan interaksi aktif yang efektif.‡‡

Seorang pemimpin itu adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan

kewajiban dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Seseorang yang secara resmi

diangkat menjadi kepala suatu group I kelompok bisa saja ia berfungsi atau

mungkin tidak berfungsi sebagai pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang

yang unik dan tidak diwariskan secara otomatis tetapi seorang pemimpin haruslah

memiliki karekteristik tertentu yang timbul pada situasi -situasi yang berbeda.§§

Efektivitas kepemimpinan dalam mencapai tujuan dapat diperoleh dengan cara

sebagai berikut.

1. Kapabilitas (al-kafa’ah), kemampuan yang berkesinambungan, bekerja,

dan mempresentasikannya.

2. Pemahaman (al-fahm), yaitu ketajaman melihat tujuan dan memahami

konsepsinya.

3. Koordinasi (al-tandhim), artinya kemampuan mendefinisikan tugas

merencanakan hubungan kerja dan mengorganisasikannya, mengefektifkan

penyampaian dan penerimaan informasi.

Perpaduan al-kaf’ah, al-fahm, dan al-tandhim dapat mengontrol perencanaan

supaya bisa diarahkan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Tentunya, disamping ketiga kondisi itu harus ada rasionalisasi, baik pada tingkat

perencanaan maupun tujuan. Perencanaan rasional artinya sesuai dengan potensi ‡‡ Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Erlangga, 2007) H. 297-300§§ Nisrul Irawati, Kepemimpinan Efektif, Kepemimpinan Yang Mampu Mengambil Keputusan Yang

Tepat, (Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004), h. 2

15

Page 16: Produktivitas pendidikan islam

yang ada, sedang tujuannya juga rasional, artinya sangat memungkinkan untuk

dicapai.

Adapun “efesiensi“ menurut Ibrahim Bafadhal, “Merupakan suatu konsepsi

perbandingan antara pelaksanaan suatu program dengan hasil akhir yang diraih atau

dicapai“. Rendahnya biaya dan tenaga yang dikerahkan dalam pelaksanaan suatu

program, tapi diiringi hasil yang semakin tinggi berarti sangat efesien. Apabila biaya

dan tenaga yang dikeluarkan dalam pelaksanaan suatu program tinggi, sedangkan

hasil yang dicapai juga tinggi berarti belum efesien, apalagi bila biaya dan tenaga

yang dikerahkan tergolong tinggi sedangkan hasil yang dicapai rendah berarti sangat

tidak efesien, bahkan pemborosan.

Dalam pandangan Islam, pemborosan itu menjadi larangan karena mengarah

pada kerugian, bahkan kehancuran. Allah swt berfirman:

(26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan

dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara

boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah

Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar

kepada Tuhannya. (Q.S al-Isra’: 26-27)***

Ayat ini mengandung beberapa pesan yang dapat kita

angkat: (1) Seseorang perlu memiliki prioritas tertentu; (2)

Prioritas itu diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan; (3)

Anjuran bersikap hemat dalam mengatur ekonomi; (4) Larangan

bersikap boros (menjadi pemboros); dan (5) Pemborosan bukan

hanya terkait dengan dimensi ekonomi melainkan juga terkait

dengan dimensi teologi.

Untuk menghindari pemborosan (tabdzir) sekaligus

mengembalikan kepada efesiensi dibutuhkan pengondisian dan

langkah-langkah strategis. Mulyasa menyatakan, “Upaya

peningkatan efisien pendidikan paling tidak dapat ditentukan oleh

*** Depag RI, Al-Qor’an Dan Tarjamahnya, (Jakarta: Depag RI, 1990) H.

16

Page 17: Produktivitas pendidikan islam

dua hal, yakni manajemen pendidikan yang profesional dan

partisipasi dalam pengelolaan pendidikan yang meluas. Sedangkan

Made Pidarta mengatakan bahwa manajemen yang efisien dapat

diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Mengerjakan sesuatu dengan benar.

2. Kalau terjadi permasalahan dalam organisasi hendaknya

segera diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

3. Mengamankan sumber-sumber pendidikan dengan cara

mengoordinasikan sumber-sumber pendidikan itu dengan

sebaik-baiknya.

4. Setiap petugas baik pegawai atau guru/dosen diharuskan

mengikuti tugas-tugas pekerjaan.

5. Setiap manajer diharapkan dapat menekan biaya pendidikan

dengan tidak mengorbankan produksi.

Efisiensi ini sangat bermakna dalam pengelolaan lembaga

pendidika Islam. Ada beberapa alasan untuk mendasari makna

efesiensi itu khususnya bagi lembaga pendidikan Islam, baik

alasan konvensional maupun fungsional, antara lain sebagai

berikut:

1. Secara realitas faktor terbesar kendala lembaga pendidikan

Islam adalah persoalan pendanaan. Dengan melakukan

efisiensi, dana yang serba terbatas bahkan serba kurang itu

dapat dikelola untuk mewujudkan hasil yang memadai.

2. Secara strategis dapat melatih para pimpinan lembaga

pendidikan Islam untuk senantiasa berfikir dan bertindak

secara produktif (berorientasi menghasilkan sesuatu).

3. Secara psikologis, ketika pemimpin lembaga pendidikan

Islam mau menjalankan tugasnya agar dapat memantapkan

niatnya bahwa kepemimpinannya itu untuk mengembangkan

lembaga bukan memperkaya diri melalui lembaga itu.

4. Secara fungsional, penerapan prinsip efesiensi dalam

mengelola lembaga pendidikan Islam dapat dilakukan

17

Page 18: Produktivitas pendidikan islam

penghematan biaya dan tenaga dengan tidak mengorbankan

hasil yang ingin dicapai.

Dengan begitu, prinsip efisiensi ini harus dimiliki oleh

komunitas lembaga pendidikan Islam dengan cara sebagai berikut:

1. Mentradisikan mereka untuk serba menghemat biaya mapun

tenaga.

2. Mentradisikan mereka untuk senantiasa menyeleksi

kebutuhan yang penting-penting saja.

3. Mentradisikan mereka untuk konsisten dengan skala

prioritas terutama bila terjadi kesenjangan antara sumber

dana serta daya daya dengan tingkat kebutuhan.

4. Mentradisikan mereka untuk menjalankan komitmen

mengaplikasikan skala prioritas itu.

5. Mentradisikan mereka untuk mampu merealisasikan hasil

yang baik hanya dengan biaya dan tenaga yang relatif

sedikit.

Hal ini bukan berarti biaya pendidikan Islam harus dikurangi,

tetapi bagaimana dengan biaya yang relatif kecil dapat mencapai

hasil yang relatif besar. Konsekuensinya, bila biaya yang dipakai

bertambah besar, maka hasil yang dicapai semakin besar pula.

Alokasi biaya untuk pendidikan Islam itu harus diorientasikan

untuk mencapai hasil pendidikan Islam yang sangat memuaskan

semua pihak, baik siswa/mahasiswa/santri,

guru/dosen/kyai/ustadz, masyarakat, pemerintah, maupun para

pengguna lulusan.†††

††† Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam…, H. 300-304

18

Page 19: Produktivitas pendidikan islam

BAB III

PENUTUP

Kesimipulan

1. Produktivitas (dalam pengertian yang umum) , sangat berkaitan dengan upaya

peningkatan mutu. Dalam konteks pendidikan, produktivitas berkaitan dengan

mutu atau kualitas pendidikan.

2. Peningkatan produktivitas pendidikan mengandung beberapa aspek , antara

lain : efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan di

sekolah.

3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas, adalah : kurikulum , sarana

dan prasarana, manajerial, kepemimpinan, dan sebagainya

Efektifitas, efisiensi, serta produktivitas manajemen pendidikan harus ditetapkan

sejak awal agar dampaknya dapat dideteksi sejak dini terhadap pencapaian tujuan

pendidikan. Selain itu, efektifitas, efisiensi, dan produktifitas menjadi prasarat utama

untuk memperjelas orientasi dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan Islam.

Sehingga lembaga pendidikan tampil sebagai lembaga yang memiliki daya tarik dan

mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

19

Page 20: Produktivitas pendidikan islam

DAFTAR PUSTAKA

Agama Departemen. 1990. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI.

Irawati Nisrul, Kepemimpinan Efektif, Kepemimpinan Yang Mampu Mengambil Keputusan Yang Tepat, (Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004)

Mulyasa. E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi . Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

Pendidikan Nasional Departemen. 2000. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007

Qomar Mujamil. 2007. Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam; Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: Erlangga.

Raihan Abul. Efektifitas, Efisiensi, Dan Produktivitas Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Dalam http://Abulraihan.Wordpress.Com/2009/05/25/Efektifitas-Efisiensi-Dan-Produktivitas-Manajemen-Peningkatan-Mutu-Pendidikan-Islam/ Diakses Minggu 10 Juli 2011.

Sukmadinata Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

20