profil kompetensi literasi sains siswa smp kelas ix …digilib.unila.ac.id/23027/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IXSE-KECAMATAN SUKABUMI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
(Skripsi)
OlehNI MADE SUGIHARNINGSIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ii
ABSTRAK
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IXSE-KECAMATAN SUKABUMI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
NI MADE SUGIHARNINGSIH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi literasi sains siswa SMP
kelas IX se-kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IX SMP se-kecamatan Sukabumi kota Bandar Lam-
pung yang diambil dengan teknik purposive sampling dengan sampel berjumlah
184 siswa. Data berupa data kuantitatif yaitu kompetensi literasi sains yang diper-
oleh dari tes soal PISA 2006 dan data kualitatif berupa faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap literasi sains siswa. Teknik analisa data menggunakan
rumus persentase dan uji t.
Hasil penelitian dan analisa data menunjukkan bahwa kompetensi literasi sains
siswa SMP kelas IX se-kecamatan Sukabumi termasuk dalam kriteria “sangat
rendah” dengan skor rata-rata 27,27 ± 2,28. Kompetensi literasi sains siswa
sekolah negeri lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah swasta dan literasi sains
siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki namun keduanya ber-
beda tidak signifikan. Analisis kuisioner menunjukkan faktor eksternal yang ber-
iii
pengaruh terhadap literasi sains adalah metode pembelajaran yang digunakan guru
IPA, latar belakang pendidikan orang tua siswa dan profesionalisme guru IPA
sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah jurusan pendidikan yang
diminati oleh siswa.
Kata kunci: gender, literasi sains, status sekolah
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IXSE-KECAMATAN SUKABUMI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
NI MADE SUGIHARNINGSIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
JLdUI SkriRsi
Ilama Hahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa : L2LSOZ4A46
Program Studi
Jurusan ,
Fbkultas
: PBOFIL I(OTIPEIEIISI LITEBASI $AIIISSISUIA SITIP IEI,AS IX SE-I{EGAUATAI'ISUITABUIII K(}IA BANDAR L/TFIPTINGTtrHUN A^IABAII 2OI.5,NOA(6
: Q[ $s{e Suftfrry"rft#h
: Pendidikan Bi,ologi
: Pendidilran.MlPA i
: Kquruan dan llmu Pendidikan
FIBIWETUJIII
1. Komisi Pembimbing
-ruiDr. Tlt Jalmo, I[.S1.NrP 1961@10 198605 1 005
(}*t'Bertl Yolida, S.Pd., [f.pd.NrP 19851015 200604 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
.L-
Dr. Caswtta, FI.SI.NrP 19671004 1S505 1 004
FIENGESUIITAN
1. Tim Penguji
Itehn : Dr. Tll Jalm, ![.SL
Se{setaris : [ertl Yoltrda-.S.Fd., If,Pd.
rengqiitukan Pembimbing : Dro. rlilrln Achmad, FI.SI.
2. Dekan fAkultas Keguruan dan ltmg.F,,f-mrdiOitran
198605 1um.,9
,./
ffi:
Thnggal Lulus Ujian Skripsi : 29 Junt 2()16
Sala lang
\zma
\P\IProdi -lurusan
FaLrrltas
-{lamat
SURAT PERN}'ATAAN
bertanda kngan di bawah inr, adalah
: Ni Made Sugiharningsih
:1213024045
: Pendidikan Biologr/pendidikan MIPA
: Keguman dan Ilmu pendidikan
. Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah
Dengan ini menyatakan bahwa daram skripsi ini tidak terdapat karya orang lain
1'ang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi
dur sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Jilu dalam skripsi ini terdapat har-hal yang tidak sesuai dengan yang telah
disebutkan, saya bersedia untuk menerima sanksi.
Larnpung, 29 Juri 2016
Ni lvlade Sugihamingsih
Bandar
l'e!y]!s,(a "awEzgw
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 01 April 1994 dan
merupakan anak kedua dari dua bersaudara, buah hati dari
pasangan Bapak Wayan Putu Astawa dengan Ibu Sumirah.
Penulis bertempat tinggal di dusun Sukabayu, RT 18 RW 08,
kelurahan Siswo Bangun, kecamatan Seputih Banyak, Lam-
pung Tengah. No Hp 082282622004.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Siswo Bangun tahun
2006, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Seputih Banyak tahun
2009, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotagajah tahun 2012. Pada tahun
2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguru-
an dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur
SNMPTN Tertulis. Penulis pernah menjadi Asisten praktikum mata kuliah Gene-
tika dan Asisten mata kuliah umum Agama Hindu tahun 2013 dan 2014. Selain itu
penulis aktif dalam kegiatan organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu Universi-
tas Lampung (UKM-H Unila) sebagai anggota bidang Kerohanian periode 2012 –
2013 dan Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengembangan UKM-H Unila Periode
2013-2014 serta sekretaris Biro Kaderisasi di Pimpinan Daerah Kesatuan Maha-
siswa Hindu Dharma Inonesia (PD KMHDI) Lampung 2013-2015.
ix
PERSEMBAHAN
“Om Svastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham”Dengan puji syukur kehadirat Tuhan YME, Kupersembahkan karya tulis ini
sebagai tanda bakti cinta kasihku kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, Ayah dan Ibu yang selama ini mendoakanku,selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan yang tiada henti demi
keberhasilanku.
Kakakku tersayang Wayan Krisna Wijaya, S.Kom yang dengan cintadan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku
Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan doa, nasehat, semangat danperhatian kepadaku.
Seluruh Dosen yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan hingga akuberhasil.
Almamater tercinta, Universitas Lampung
x
MOTTO
“Na prahrsyet priyam prapya, Nodvijet prapya capriyam, Sthira-buddhir asamudho, Brahma-vid brahmani sthitah (Dia tidak bergirang
menerima suka dan juga tidak bersedih menerima duka, tetap dalamkebijaksanaan teguh iman, mengetahui Brahman,
bersatu dalam Brahman)”(Bhagawadgita, V. 20)
“Kepuasan terletak pada proses bukan pada hasil, berusaha kerasadalah kemenangan yang hakiki”
(Mahatma Gandhi)
“Kita boleh meragukan kemampuan orang lain, tapi jangan pernahmeragukan kemampuan diri sendiri”
(Ni Made Sugiharningsih)
“All that happened was must happen and it’s the best, never stopstruggling, be patient and praying”
(Ni Made Sugiharningsih)
xi
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil
Kompetensi Literasi Sains Siswa SMP Kelas IX Se-Kecamatan Sukabumi
Kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa
pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselesaikannya penulisan skripsi
ini dari awal sampai akhir terutama kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung;
3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I, terimakasih atas bimbingan, saran
dan nasehat yang telah diberikan;
xii
4. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembimbing II atas saran, masukan dan nasehat yang telah
diberikan;
5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas terima kasih atas saran dan
masukan perbaikan yang telah diberikan;
6. Bapak dan Ibu dosen serta staff Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan;
7. Kepala SMPN 31 Bandar Lampung, Drs. Mahmud Muin, Kepala SMP
Tirtayasa, Hj. Maria, S.Pd., Kepala SMP Tiara Bhakti, Desi Sumarsilasih,
S.Pd., yang telah ikut membantu penulis mengumpulkan data penelitian untuk
menyelesaikan skripsi ini;
8. Sahabat terbaikku I Made Darsana, S.Pd., Wayan Eka Purnami, S.Pd., Wayan
Dewi Septiani, S.Pd., I Wayan Adinata, S.Pd., Wayan Ana Voulina, S.P.,
Kadek Ariani, S.Si., tim skripsi tersolid, Anggita, Ana, Lia dan kakak tingkat
angkatan 2008 hingga adik tingkat angkatan 2015 serta keluarga besar
UKM-H Unila yang selalu berusaha meluangkan waktu disaat saya mem-
butuhkan teman cerita, yang terus berusaha menasehati dan memberi motivasi
kepada saya;
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, 29 Juni 2016Penulis,
Ni Made Sugiharningsih1213024045
xiii
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ........................................................................................... xvDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7F. Kerangka Pikir ..................................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 12A. Pembelajaran IPA.................................................................................. 12B. Literai Sains dan PISA .......................................................................... 19C. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Literasi Sains ................... 24
III. METODE PENELITIAN......................................................................... 29A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 29B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 29C. Desain Penelitian .................................................................................. 30D. Prosedur penelitian................................................................................ 30
1. Prapenelitian .................................................................................. 302. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 31
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ............................................ 311. Jenis Data ...................................................................................... 312. Teknik Pengambilan Data .............................................................. 32
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 341. Tes ................................................................................................. 342. Kuisioner ....................................................................................... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 38A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 38
1. Kompetensi Literasi Sains.............................................................. 392. Kompetensi Literasi Sains Berdasarkan Status Sekolah ................ 403. Kompetensi Literasi Sains Berdadsarkan Gender .......................... 414. Faktor-Faktor yang Berpengaruh ................................................... 42
B. Pembahasan ........................................................................................... 48
xiv
1. Kompetensi Literasi Sains.............................................................. 492. Kompetensi Literasi Sains Berdasarkan Status Sekolah ................ 573. Kompetensi Literasi Sains Berdasarkan Gender............................ 59
V. SIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 63A. Simpulan................................................................................................ 63B. Saran...................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN1. Pemetaan Soal dan Soal Literasi Sains ................................................ 712. Rubrik Skor dan Kunci Jawaban.......................................................... 863. Kisi-Kisi Kuisioner Siswa.................................................................... 924. Kuisioner Siswa ................................................................................... 935. Rubrik Kuisioner Siswa ....................................................................... 966. Kisi-Kisi Kuisioner Guru ...................................................................... 997. Kuisioner Guru..................................................................................... 1008. Rubrik Kuisioner Guru......................................................................... 1019. Persentase Jawaban Benar Siswa .......................................................... 10210. Uji Normalitas dan Uji t Berdasarkan Status Sekolah ......................... 10511. Uji Normalitas dan Uji t Berdasarkan Gender..................................... 10912. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 117
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Jumlah Populasi dan Sampel yang digunakan .......................................... 292. Pemetaan Soal PISA .................................................................................. 323. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 334. Kisi-Kisi Lembar Kuisioner Siswa ............................................................ 335. Kisi-Kisi Lembar Kuisioner Guru.............................................................. 346. Kriteria Interpretasi Skor Tes..................................................................... 357. Kriteria Interpretasi Skor Kuisioner........................................................... 378. Kompetensi Literasi Sains Siswa............................................................... 409. Kompetensi Literasi Berdasarkan Status Sekolah .................................... 4010. Perbandingan Literasi Berdasarkan Gender .............................................. 4111. Faktor Proses Pembelajaran IPA ............................................................... 4212. Faktor Latar Belakang Pendidikan Orang Tua (Ayah) .............................. 4313. Faktor Bimbingan Orang Tua Saat Belajar di Rumah ............................... 4414. Faktor Fasilitas Belajar IPA di Sekolah..................................................... 4515. Profesionalisme Guru Masing-Masing Sekolah ........................................ 4616. Faktor Kebiasaan dan Motivasi Belajar .................................................... 4617. Faktor Jurusan yang Diminati Siswa ......................................................... 4718. Nilai Ulangan Harian ................................................................................. 48
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1. Pemetaan Soal ...................................................................................... 702. Naskah Soal Tes Literasi Sains............................................................ 733. Rubrik Skor dan Kunci Jawaban.......................................................... 874. Kisi-Kisi Kuisioner Siswa.................................................................... 945. Kuisioner Siswa ................................................................................... 956. Rubrik Kuisioner Siswa ....................................................................... 987. Kisi-Kisi Kuisioner Guru ..................................................................... 1018. Kuisioner Guru..................................................................................... 1029. Rubrik Kuisioner Guru......................................................................... 10310. Persentase Jawaban Benar Siswa ........................................................ 10411. Uji Normalitas dan Uji t Berdasarkan Status Sekolah ......................... 10712. Uji Normalitas dan Uji t Berdasarkan Gender..................................... 111
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan makna alam dan berbagai
fenomena/perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan konsep
maupun teori melalui serangkaian proses ilmiah menjadi sebuah inspirasi
terciptanya teknologi yang dimanfaatkan dalam kehidupan manusia (Mariana
dan Praginda, 2009: 5). Hal tersebut di atas sejalan dengan yang dikemuka-
kan Spellings (dalam Sujana dkk, 2014: 6) bahwa sains bukan hanya berupa
kumpulan tentang fakta-fakta saja, tetapi lebih jauh dari itu sains melibatkan
beberapa aspek seperti mengamati, menguji, mengklasifikasikan, mempredik-
si, serta menarik kesimpulan dari hasil pengujian yang telah dilakukan. Jadi
dapat disimpulkan ilmu sains sangatlah penting dipelajari karena merupakan
pendekatan yang sistematis dan berhubungan langsung dengan kehidupan
sehari-hari, fenomena yang ada di alam dan berbagai permasalahan yang
ditemukan dan dapat dipecahkan secara ilmiah.
Hakikat IPA yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dipahami dan diterapkan
sehingga menciptakan siswa dengan literasi sains yang menurut PISA di-
definisikan sebagai mampu mengidentifikasi masalah ilmiah, menjelaskan
fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Sedangkan literasi sains
2
menurut National Research Council (dalam Dani 2009: 289) terdiri dari
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan, partisipasi dalam kepentingan
kewarganegaraan dan budaya, serta produktivitas ekonomi. Berdasarkan
kedua pengertian literasi sains tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
literasi sains merupakan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah
dan fenomena dengan menyertakan bukti-bukti dan konsep ilmiah yang
penting untuk dikuasai oleh siswa.
Pentingnya penguasaan aspek-aspek dalam sains membuat beberapa negara di
dunia mengutamakan tingkat literasi sains pelajar di negara mereka. Hal ini
dikemukakan oleh Bybee (dalam Dani, 2009: 289) dibeberapa negara di dunia
terutama Amerika Serikat sangat mengutamakan penciptaan manusia dengan
literasi sains yang tinggi dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja yang ber-
kompeten di masa yang akan datang. Hal ini mengindikasikan bahwa manu-
sia yang memiliki kemampuan literasi sains yang tinggi sangat dibutuhkan di
masa yang akan datang dan manusia yang mampu menguasai sains dan
teknologi yang akan mampu bersaing secara global.
Meskipun beberapa negara di dunia mengutamakan penciptaan manusia yang
memiliki literasi sains, faktanya literasi sains peserta didik di dunia masih
belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut sesuai dengan salah satu
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Millers (dalam Odja dan Payu
2014: 41) yang berhubungan dengan literasi sains menyatakan literasi sains
secara global masih sangat rendah dan beberapa faktor yang menjadi
3
penyebab antara lain siswa belum terbiasa dalam menyelesaikan tes atau
masalah yang berhubungan dengan keterampilan sains yang merupakan
bagian utama literasi sains, sehingga rendahnya kemampuan literasi sains
peserta didik merupakan suatu alasan yang melandasi pemerintah melakukan
revisi kurikulum 2006 ke kurikulum 2013.
Rendahnya tingkat literasi sains secara global menunjukkan bahwa adanya
permasalahan yang terjadi pada Kegiatan Belajar Mengajar IPA. Menurut
Hidayat (dalam Hasrudin, 2001: 40) pendidikan IPA di era industrialisasi
hendaknya ditujukan kepada pengembangan individu-individu yang memiliki
literasi sains, mengerti IPA, teknologi, dan masyarakat saling memengaruhi
dan saling bergantung, mampu menggunakan pengetahuannya dalam mem-
buat keputusan-keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari. Demikian
juga dengan pernyataan Amien (dalam Hasrudin, 2001: 39) tujuan pendidikan
IPA di masa depan harus tanggap terhadap kondisi dan perkembangan IPTEK
masa sekarang dan masa yang akan datang dan masalah-masalah sosial yang
timbul dari isu-isu sosial.
Indonesia telah beberapa kali mengikuti tes PISA. Berdasarkan hasil uji tes
PISA kepada siswa berumur 15 tahun atau setara dengan siswa pada jenjang
SMP pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat 57 dari 65 negara yang
mengikuti tes PISA tersebut (OECD, 2010: 56) dan pada tes tahun 2012
Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara yang mengikuti tes PISA
(OECD, 2014: 5). Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi
literasi sains pelajar Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan
4
negara-negara lainnya. Rendahnya kemampuan literasi sains siswa di Indone-
sia ini dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain kurikulum dan sistem pen-
didikan, pemilihan metode dan model pengajaran oleh guru, sarana dan fasi-
litas belajar, sumber belajar dan bahan ajar, dan lain sebagainya (Kurnia,
2014: 1).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Odja dan Payu (2014: 3)
tentang Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa Pada Konsep IPA,
mengatakan bahwa secara keseluruhan kemampuan literasi sains siswa di
Indonesia termasuk dalam kategori nominal dimana siswa setuju atau tidak
setuju pada suatu pernyataan atau masalah namun tidak dapat memberikan
penjelasan secara ilmiah bahkan mengalami miskonsepsi. Hal tersebut juga
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Anggraini (2014: 124) bahwa
kemampuan literasi sains siswa kelas X di kota Solok masih sangat rendah
dengan hasil yang diperoleh yaitu 27,94% (rendah sekali karena < 54%). Hal
tersebut tentu berdampak bagi siswa itu sendiri. Siswa tersebut tidak mampu
mengembangkan kompetensi ilmiah yang diukur melalui literasi sains seperti
mengidentifikasi masalah ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, mengguna-
kan bukti ilmiah, menafsirkan dan menarik kesimpulan secara ilmiah.
Rendahnya literasi sains siswa Indonesia serta faktor-faktor yang meme-
ngaruhi literasi sains siswa inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai profil kemampuan literasi sains siswa SMP kelas IX di
kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX se-
kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016?
2. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX se-
kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016
berdasarkan status sekolah?
3. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX se-
kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016
berdasarkan gender?
4. Apa saja faktor internal dan eksternal yang memengaruhi literasi sains
siswa SMP kelas IX se-kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX se-kecamatan
Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX se-kecamatan
Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016
berdasarkan status sekolah.
6
3. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX se-kecamatan
Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016
berdasarkan gender.
4. Faktor-faktor yang memengaruhi literasi sains siswa SMP Kelas IX
se-kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung Tahun Ajaran
2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi:
1. Peneliti, yaitu dapat memberikan wawasan, pengalaman dan bekal ber-
harga sebagai calon guru biologi yang profesional terutama yang ber-
hubungan dengan pencapaian literasi sains siswa.
2. Peneliti lain, yaitu menjadi bahan referensi untuk memudahkan peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti kembali tingkat literasi sains siswa.
3. Guru, yaitu memberikan refleksi kepada guru mengenai kemampuan
siswa dalam literasi sains dan menjadi bahan pertimbangan guru untuk
melakukan proses perbaikan ataupun mempertahankan cara atau metode
yang digunakan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
4. Siswa, yaitu memberikan pengalaman dalam mengenal dan menyelesai-
kan soal-soal bertaraf internasional.
5. Sekolah, yaitu memberikan gambaran literasi sains siswa SMP saat ini
dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah untuk
7
mengembangkan pembelajaran lebih baik dengan memaksimalkan pe-
nguasaan literasi sains siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi masalah yang ada, maka ruang lingkup penelitian ini
terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
1. Profil kompetensi yang diukur dalam penelitian ini adalah kompetensi
berkenaan dengan sains meliputi kemampuan mengidentifikasi per-
masalahan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah dan menggunakan bukti-
bukti ilmiah. Kompetensi tersebut merupakan aspek yang diukur dalam
tes PISA 2006 yang peneliti gunakan pada penelitian ini.
2. Literasi sains yang diukur merupakan kemampuan menggunakan konsep
sains untuk mengidentifikasi permasalahan, pertanyaan, dan menarik ke-
simpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta mem-
buat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktifitas manusia yang dianalisis dan diperoleh
melalui tes tertulis berupa pilihan ganda dan tes uraian yang bersumber
dari soal PISA yang berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi dan
menjelaskan isu atau fenomena ilmiah.
3. Subjek penelitian ini adalah pelajar SMP se-kecamatan Sukabumi kota
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
4. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 184 siswa yaitu diambil 50% dari
jumlah siswa kelas IX tiap sekolah yang dipilih melalui metode purposive
sampling.
8
5. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pelajaran
yang khusus dipilih pada bagian pelajaran biologi saja yaitu keaneka-
ragaman hayati (kelas VII KD 7. 2), peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan (kelas VII KD 7. 4), sistem gerak (kelas VIII KD 1. 3), sistem
pencernaan (kelas VIII KD 1. 4), sistem pernapasan (kelas VIII KD 1. 5),
keterkaitan seluruh KD pada SK 1 kelas VIII serta sistem koordinasi dan
alat indra (kelas IX KD 1. 3).
6. Tes literasi sains PISA yang digunakan adalah tes literasi sains PISA
2006 yang berkaitan dengan soal biologi terdiri atas 30 item soal.
7. Pengisian kuisioner juga dilakukan oleh siswa dan guru untuk memeroleh
data pendukung mengenai faktor-faktor yang memengaruhi literasi sains
siswa.
8. Faktor-faktor dalam penelitian ini terbagi menjadi faktor internal dan fak-
tor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi belajar, kebiasaan belajar
dan minat siswa untuk melanjutkan sekolah. Sedangkan faktor eksternal
terdiri atas proses pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah, latar
belakang pendidikan orang tua (ayah), bimbingan orang tua saat siswa
belajar di rumah, fasilitas pembelajaran IPA di sekolah dan profesionalis-
me guru IPA.
F. Kerangka Pikir Penelitian
Hakikat IPA terdiri atas empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, sikap,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat di-
pecahkan melalui prosedur yang benar secara ilmiah. Berdasarkan hakikat
9
IPA tersebut maka kurikulum IPA saat ini hendaknya menyediakan penge-
tahuan dan pemahaman terhadap sains untuk menjadikan peserta didik ber-
kemampuan dalam memahami bahan pelajaran sains sehingga kurikulum IPA
harus mewadahi aspek-aspek yang harus dikuasai oleh siswa berkaitan de-
ngan kemampuan berpikir ilmiah siswa.
Kurikulum sains ini diimplementasikan kedalam pembelajaran IPA. Tujuan
pembelajaran IPA adalah meningkatkan kompetensi peserta didik untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Pembelajaran IPA
harus berorientasi kepada hakikat IPA yang mengacu pada tiga hal yaitu pen-
dekatan saintifik, standar proses dan pendekatan konstruktivisme.
Pembelajaran IPA dalam hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
memengaruhi literasi sains siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor
internal yang terdiri atas kebiasaan belajar siswa, motivasi belajar siswa dan
minat siswa untuk melanjutkan sekolah serta faktor eksternal yang terdiri atas
proses pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah, latar belakang pen-
didikan orang tua (ayah), bimbingan orang tua saat siswa belajar di rumah,
fasilitas pembelajaran IPA di sekolah dan profesionalisme guru IPA.
Kebiasaan belajar berkaitan dengan aktivitas belajar yang dilakukan oleh
siswa setiap hari. Hal ini dapat berupa jumlah jam belajar siswa dan cara
siswa belajar yang dapat memengaruhi literasi sains siswa. Motivasi belajar
berkaitan dengan cara pandang siswa terhadap pembelajaran IPA dan hal-hal
yang dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajari IPA. Fasilitas belajar
yang tersedia di sekolah maupun di rumah juga memengaruhi literasi sains
10
siswa. Hal ini berkaitan dengan sarana dan prasarana yang tersedia seperti
media dan bahan ajar, sumber audio visual, dan peralatan laboratorium serta
guru IPA yang profesional. Selain itu dukungan dan bimbingan orang tua
juga menjadi salah satu faktor literasi sains siswa karena siswa menghabiskan
sebagian besar waktu di rumah dalam satu hari. Sehingga siswa yang selalu
dibimbing belajar oleh orangtuanya memiliki hasil literasi sains yang berbeda
dengan siswa yang tidak dibimbing belajar oleh orangtuanya. Kemudian latar
belakang pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap literasi sains.
Setelah seseorang selesai mempelajari IPA, diharapkan orang tersebut me-
miliki kemampuan literasi sains (sebagai produk/hasil). Seseorang yang me-
miliki literasi sains adalah orang yang mampu menggunakan konsep sains,
mempunyai keterampilan konsep sains untuk dapat menilai dalam membuat
keputusan sehari-hari serta memahami interaksi antara sains, teknologi dan
masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu juga
orang yang memiliki literasi sains adalah orang yang mampu menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan,
fakta dan data untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari
perubahan yang terjadi karena aktifitas manusia.
11
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian
Pembelajaran IPA
Faktor internal1. Jurusan
pendidikanyang diminatisiswa
2. Motivasi dankebiasaanbelajar siswa
Literasi Sains1. Berdasarkan gender2. Berdasarkan status sekolah
Faktor eksternal1. Metode
pembelajaran2. Latar
belakangpendidikanorang tua
3. Profesionalisme guru IPA
4. FasilitaspembelajaranIPA
5. Bimbinganorang tua saatsiswa belajardi rumah
HakikatIPA
KurikulumIPA
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Pendidikan IPA pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik un-
tuk memahami sains, mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati,
dan ketekunan, serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat
serta terjadi pengembangan arah sikap yang positif (Mariana dan Praginda,
2009: 33). Menurut Depdiknas (2007: 8) hakikat IPA meliputi empat un-
sur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (2) proses:
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; (3) aplikasi: penerap-
an metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari;
(4) sikap: rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Sehubungan dengan hakikat pendidikan IPA maka pembelajaran harus
lebih dari sekedar bagaimana menjelaskan apa yang dipikirkan oleh guru,
yaitu dengan memodelkan proses pembelajaran yang dialami guru sehing-
ga peserta didik dapat mengamati dan mempelajari keterampilan proses,
keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan berpikir ketika
mempelajari suatu pengetahuan yang telah menjadi standar pendidikan di
13
negeri ini (Jufri, 2013: 166). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa stan-
dar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pen-
didikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Depdiknas, 2007: 2).
Kurikulum IPA pada masa lampau hanya memfasilitasi siswa yang akan
melanjutkan studi dan berkarir dalam bidang IPA atau membutuhkan pe-
ngetahuan yang mendalam tentang IPA. Akibatnya, IPA kurang menyen-
tuh bidang sosial masyarakat kemudian terjadi revolusi dalam pendidikan
IPA karena adanya permasalahan salah satunya yaitu adanya penekanan
konten pada pure science yang menyebabkan aplikasi IPA dalam kehidup-
an nyata kurang dipelajari (Anjasari, 2014: 3).
Berdasarkan permasalahan kurikulum IPA di masa lalu maka menurut
Depdiknas (2007: 23) kurikulum IPA di masa depan hendaknya:
a. Menekankan pada pembelajaran sains yang seimbang antara konsep,proses dan aplikasinya.
b. Mengembangkan kemampuan kerja ilmiah yang mencakup prosessains dan sikap ilmiah.
c. Memungkinkan siswa merekonstruksi dan mengembangkan konsepIPA (dan saling keterkaitannya) serta nilai, sikap, dan kerja ilmiahsiswa.
d. Memberikan siswa kesempatan untuk mendemonstrasikan kemampu-an dalam mencari, memilih, memilah, dan mengolah informasi sertamemakainya selama proses pembelajaran, sehingga dapat dinilai po-tensi dan hasil belajarnya secara adil.
Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia dan sudah mengimplemen-
tasikan literasi sains didalamnya yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum
14
2013. Secara konseptual, kurikulum 2013 tidak berbeda dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu berbasis kompetensi. Dalam standar
kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran IPA pada kurikulum 2006
dinyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA juga merupakan suatu proses penemuan.
Jadi, pembelajaran dalam KTSP diarahkan melalui kegiatan penemuan
atau inkuiri ilmiah yang merupakan salah satu pendekatan untuk mencapai
literasi sains siswa (Anjasari, 2014: 4).
Kurikulum terbaru di Indonesia yaitu kurikulum 2013 yang merupakan
penyempurnaan dari KTSP. Dalam kurikulum ini, standar kompetensi
lulusan dalam KTSP diterjemahkan menjadi kompetensi inti yang dibagi
menjadi 3 aspek, yaitu KI 1 dan 2 merupakan aspek sikap, KI 3 menyang-
kut aspek pengetahuan, dan KI 4 menyangkut aspek keterampilan. Pende-
katan yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau
“scientific approach” (mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosia-
si, dan mengkomunikasikan). Jadi, berdasarkan pendekatan yang diguna-
kan, kurikulum 2013 juga sudah mengimplementasikan pengembangan
literasi sains bagi siswa (Anjasari, 2014: 4).
Kurikulum yang sudah menerapkan pengembangan konsep IPA kemudian
dituangkan kedalam pembelajaran IPA. Namun, pembelajaran IPA tidak
hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat
dimensi-dimensi ilmiah penting yang menjadi bagian sains misalkan pro-
ses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivitas sains.
15
Keterampilan proses sains inilah yang digunakan ketika mengerjakan
aktivitas-aktivitas sains dan dapat juga diterapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari ketika kita menemukan persoalan-persoalan keseharian dan kita
harus mencari jawabannya (Tawil dan Liliasari, 2014: 7).
Pembelajaran sains dilaksanakan dengan harapan tercapainya tujuan pen-
didikan sains yaitu meningkatkan kompetensi peserta didik untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Dengan kompeten-
si itu peserta didik akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup dimasya-
rakat yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan tek-
nologi (Toharudin, Rustaman, dan Hendrawati, 2011: 6).
Berkaitan dengan tujuan pendidikan sains maka menurut Hidayat (dalam
Hasruddin, 2001: 40), tujuan pendidikan sains masa kini dan masa yang
akan datang hendaknya ditujukan kepada pengembangan individu-individu
yang melek IPA, mengerti IPA, memiliki dasar IPA yang cukup seperti
fakta-fakta, konsep-konsep, kaitan antarkonsep dan keterampilan proses
yang memungkinkannya mengembangkan ilmunya dan berpikir logis.
Dengan demikian, setiap individu akan menghargai nilai-nilai IPA dan
teknologi di msyarakat (Hasruddin, 2001: 3). Selain itu, pendidikan IPA
merupakan suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk me-
mahami hakikat IPA (produk, proses dan mengembangkan sikap ilmiah)
dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif (Mariana dan Praginda,
2009: 35).
16
Bertolak dari tujuan pendidikan sains yang dituangkan dalam kegiatan
pembelajaran sains maka menurut Depdiknas (2007: 23) pembelajaran
sains hendaknya:
a. Dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa bahwa mereka “mampu”dalam IPA dan bahwa IPA bukanlah pelajaran yang harus ditakuti.
b. Membelajarkan IPA bukan hanya membelajarkan konsep-konsepnyasaja, namun juga disertai dengan pengembangan sikap dan keteram-pilan ilmiah.
c. Pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar yang mengem-bangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan pe-nyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajariuntuk memahami gejala alam yang terjadi di sekitarnya.
d. Merevitalisasi “keterampilan proses sains” bagi siswa, guru, dan calonguru sebagai misi utama PBM IPA disekolah untuk mengembangkankemampuan observasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan(interpretasi) data dan informasi (narasi, gambar, bagan, tabel) sertamenarik kesimpulan.
Kriteria pembelajaran sains yang diharapkan di atas dapat dicapai dengan
menerapkan model-model pembelajaran tertentu seperti pembelajaran ber-
basis inkuiri karena model pembelajaran ini menekankan pada proses pe-
nemuan dan melibatkan sikap serta proses mental siswa. Pembelajaran ber-
basis inkuiri menempatkan peserta didik agar lebih banyak belajar sendiri
dalam memecahkan masalah. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek
belajar, dan pendidik sebagai pembimbing dan fasilitator dalam proses
pembelajaran (Anjasari, 2014: 184).
Model pembelajaran lain yang melibatkan pembelajaran berbasis inkuiri
adalah pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Menurut
Asan (dalam Jagantara, Adnyana, dan Widiyanti, 2014: 3), pembelajaran
ini merupakan suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus
pada kreatifitas berpikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa
17
dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pe-
ngetahuan baru dan dipandang mampu meningkatkan hasil belajar biologi
dan keterampilan proses siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Siwa, Muderawan dan Tika (2013: 7), model pembelajaran
berbasis proyek mampu memberikan nilai keterampilan proses sains yang
terbaik.
Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri juga dapat meningkatkan literasi
sains siswa selain daripada pembelajaran berbasis inkuiri. Hal ini senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawan (dalam Haristy, Ena-
wati, dan Lestari, 2012: 5) yang menyimpulkan bahwa kegiatan laborato-
rium berbasis inkuiri mengajak siswa untuk merakit sendiri alat praktikum
yang akan digunakan serta menggunakan bahan dalam kehidupan sehari-
hari. Pertanyaan yang diberikan juga berkaitan dengan bahan yang diguna-
kan maupun contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan de-
ngan materi yang dibahas. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bah-
wa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat melatih kemampuan litera-
si sains siswa, sehingga dapat digunakan dalam memecahkan persoalan
keseharian yang berkaitan dengan materi pelajaran (Haristi, Enawati dan
Lestari, 2012: 5).
Pembelajaran IPA terpadu juga bisa meningkatkan literasi sains siswa. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendriyani (2011:
4) bahwa pembelajaran IPA terpadu dapat memudahkan dan memotivasi
peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami ke-
18
terkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan yang sesuai dengan
kehidupan sehari-hari dan peserta didik digiring untuk berpikir luas dan
mendalam yang selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah,
teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik (Hendriyani, 2011: 4).
Pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan STS (sains, tekno-
logi, dan masyarakat) yang mengharuskan siswa untuk mengunakan
proses-proses ilmiah dalam menerapkan konsep-konsep dan keterampilan
sains guna memecahkan masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari dan
dapat meningkatkan literasi sains siswa (Hendriyani, 2011: 9). Hal ini se-
suai dengan pendapat Yager (dalam Hendriyani, 2011: 9), yang menyata-
kan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan STS dapat meningkat-
kan literasi sains dan teknologi individu.
Selain pembelajaran IPA terpadu, kegiatan dengan pemanfaatan lingkung-
an luar sekolah juga dapat dijadikan sumber belajar yang merupakan salah
satu tuntutan dalam pembelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bloch (dalam Hasrudin, 2001: 41) yang menambahkan bahwa siswa yang
diajar dengan memanfaatkan lingkungan luar akan lebih mudah mengikuti
perkembangan dan kemajuan teknologi, mengembangkan literasi sains dan
teknologi. Pernyataan Bloch senada dengan yang dikemukakan oleh
Johnson (dalam Hasrudin, 2001: 41) bahwa dengan melakukan kegiatan
diluar kelas dapat membuat siswa melihat dan merasakan sendiri problem
yang terdapat dilingkungan, sehingga siswa dapat menerapkan
19
pengetahuan yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang dihadapi-
nya.
Namun pelaksanaan pembelajaran sains belum sesuai dengan tujuan yang
seharusnya tercapai karena pendidikan sains telah mengalami pergeseran
yang lebih menekankan pada proses belajar mengajar dan metode peneliti-
an yang menitikberatkan konsep bahwa dalam belajar seseorang mengkon-
tribusi pengetahuannya. Pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar
partisipasi siswa dalam membangun pengetahuannya lebih ditekankan
(Tawil dan Liliasari, 2014: 3).
B. Literasi Sains dan PISA
Istilah literasi sains mulai muncul pada akhir tahun 1950. Secara harfiah,
literasi berarti “melek”, sedangkan sains berarti pengetahuan alam. PISA
mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan pe-
ngetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputus-
an berkenaan dengan alam dan perubahannya akibat aktivitas manusia
(OECD, 1999: 60). Sedangkan menurut National Science Teacher Assosia-
tion (dalam Toharudin, Rustaman dan Hendrawati 2011: 1) mengemuka-
kan bahwa.
“Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang meng-gunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untukdapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia ber-hubungan dengan orang lain, lingkungannya serta memahami inter-aksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangansosial dan ekonomi”.
20
Literasi sains didefinisikan juga sebagai kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan
berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan membuat
keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. Hal ini se-
jalan dengan pendapat Deboer (dalam Anjasari, 2014: 1), literasi sains di-
peruntukkan bagi seluruh siswa, tidak memandang apakah nanti siswa ter-
sebut akan menjadi saintis atau tidak. Berdasarkan pengertian tersebut, pe-
nekanan literasi sains bukan hanya pengetahuan dan pemahaman terhadap
konsep dan proses sains, tetapi juga diarahkan bagaimana seseorang dapat
membuat keputusan dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
budaya, dan pertumbuhan ekonomi.
Konsep literasi sains menurut Toharudin, Rustaman dan Hendrawati
(2011: 4) terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi kosakata dan dimensi pro-
ses inkuiri. Dimensi kosakata menunjukkan istilah sains sebagai fondasi
dasar dalam membaca dan memahami bahan bacaan sains sedangkan
dimensi proses inkuiri menunjukkan pemahaman dan kompetensi untuk
memahami dan mengikuti argumen tentang sains dan hal-hal yang ber-
hubungan dengan kebijakan teknologi media.
Berdasarkan konsep literasi sains tersebut, maka keinklusifan literasi sains
sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecende-
rungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan tekno-
logis dan yang terpenting adalah siswa dapat berpikir secara ilmiah tentang
bukti yang akan mereka hadapi (Depdiknas, 2007: 12).
21
Adapun dimensi literasi sains menurut Depdiknas (2007: 16) meliputi tiga
dimensi sebagai berikut.
1. Content Literasi Sains
Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts) siswa perlu me-
nangkap sejumlah konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami
fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat
kegiatan manusia.
2. Process Literasi Sains
Program For International Student Assesment (PISA) mengakses ke-
mampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah,
seperti kemampuan siswa untuk mencari menafsirkan dan memper-
lakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu, yakni
mengenali pertanyaan ilmiah (1), mengidentifikasi bukti (2), menarik
kesimpulan (3), mengkomunikasikan kesimpulan (4) dan menunjuk-
kan pemahaman konsep ilmiah (5).
3. Context Literasi Sains
Konteks literasi sains dalam PISA lebih pada kehidupan sehari-hari
daripada kelas atau laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk
literasi lainnya, konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam ke-
hidupan secara umum.
Berdasarkan dimensi-dimensi literasi sains di atas maka secara rinci ciri-
ciri orang yang melek sains menurut Hidayat (dalam Hasrudin, 2001: 38-
39) sebagai berikut:
22
1. Dalam membuat keputusan sehari-hari ia menggunakan konsep-konsep IPA, keterampilan proses serta nilai-nilai IPA
2. Mengerti dan memahami bagaimana masyarakat memengaruhi IPAdan teknologi dan sebaliknya
3. Menyadari baik manfaat maupun keterbatasan IPA dan teknologidalam meningkatkan kesejahteraan manusia
4. Mengetahui serta dapat memanfaatkan konsep, hipotesis, serta teori-teori IPA
5. Menghargai IPA dan teknologi untuk merangsang kemampuanintelektual
6. Mengerti bahwa generasi IPA dan teknologi bergantung pada pe-ngembangan dan penelitian
7. Dapat membedakan antara bukti-bukti ilmiah dan pendapat pribadi8. Mengenal asal-usul IPA dan mengerti bahwa pengetahuan ilmiah itu
bersifat sementara dan akan berubah bilamana bukti-bukti yang barumulai terkumpul
9. Mengerti akan penerapan teknologi dan keputusan yang dibuat untukmempergunakan teknologi
10. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup sehingga dapatmenghargai manfaat penelitian dan pengembangan teknologi
11. Mempunyai pandangan yag lebih luas dan dalam tentang duniadimana ia hidup berkat pendidikan IPA yang diperolehnya
12. Mengenal sumber-sumber IPA dan teknologi yang dapat dipercayadan menggunakannya dalam proses membuat keputusan.
Salah satu program assesment yang mengukur literasi sains adalah PISA.
Program For International Student Assesmen (PISA) adalah studi literasi
yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan peserta
didik usia 15 tahun kelas III SMP dan kelas I SMA dalam membaca (rea-
ding literacy), matematika (mathematic literacy), dan sains (scientific lite-
racy). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode yaitu pada
2000, 2003, 2006, dan 2009 (Toharudin, Rustaman, dan Hendrawati, 2011:
15).
PISA (dalam Depdiknas, 2007: 12) menetapkan 3 dimensi besar literasi
sains dalam pengukurannya sebagai berikut:
23
1. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika men-jawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, mengidentifikasidan menginterpretasikan bukti serta menerangkan kesimpulan.
2. Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan un-tuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terha-dap alam melalui aktifitas manusia.
3. Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yangmenjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Da-lam kaitan ini PISA membagi bidang aplikasi sains kedalam 3 kelom-pok yakni kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan, sertateknologi.
Berdasarkan PISA terbaru yaitu PISA tahun 2015 (dalam OECD, 2015: 4-
5) menyebutkan ada tiga kompetensi yang diuji yaitu:
1. Menjelaskan fenomena ilmiah terdiri dari kemampuan untuk meng-ingat kembali dan mengaplikasikan pengetahuan ilmiah dengan tepat,mengidentifikasi, menggunakan, dan menghasilkan model penjelasan,prediksi dan hipotesis.
2. Mengevaluasi dan mendesain inquiri ilmiah terdiri dari mengidentifi-kasi, membedakan, mengevaluasi atas pertanyaan yang dibahas dalamsebuah penelitian ilmiah, serta memastikan keandalan data dan objek-tivitas serta penjelasan secara umum.
3. Kemampuan untuk, mengubah data dari satu representasi kerepresen-tasi lainnya, menganalisa, menginterpretasikan, dan mengidentifikasidata dan dugaan serta memberi kesimpulan dengan tepat, fakta-faktadan alasan dalam tes ilmiah yang berkaitan, mengevaluasi argumendan fakta-fakta yang bersifat ilmiah dari sumber lain (misalkan darikoran, internet dan jurnal).
Kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan kompetensi yang telah di-
uraikan sebelumnya tergantung pada tipe kemampuan ilmiah yaitu terdiri
dari isi pengetahuan, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan epistemis.
Isi pengetahuan merupakan pengetahuan dari sains itu sendiri. Pengetahu-
an prosedural merupakan pengetahuan perbedaan metode dan praktek yang
digunakan untuk membangun pengetahuan ilmiah yang baik sesuai dengan
standar prosedur. Pengetahuan epistemik merupakan pengetahuan bagai-
24
mana keyakinan kita terhadap sains dalam membenarkan hasil dari praktek
yang bersifat sains (OECD, 2015: 5).
C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Literasi Sains Siswa
Selain daripada model pembelajaran yang dapat mendukung terciptanya
literasi sains siswa, ada beberapa faktor-faktor yang terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa pun menjadi baik dan literasi
sains dapat tercapai. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi belajar
siswa. Pernyataan ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hamdu dan Agustina (2011: 85), terdapat pengaruh yang signifikan antara
motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti jika siswa
memiliki motivasi belajar yang baik maka prestasi belajarnya pun akan
baik. Sebaliknya jika siswa memiliki motivasi yang buruk dalam belajar
maka prestasi belajar pun akan rendah.
Berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi literasi sains siswa,
menurut Slameto (2013: 54), ada beberapa hal yang memengaruhi se-
orang anak untuk belajar sehingga memengaruhi tingkat literasi sains
meliputi faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor intern meliputi minat, motif, dan kesiapan anak untuk belajar.
a. Minat merupakan kecenderungan untuk memperhatikan dan me-
ngenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tersebut tidak akan belajar dengan baik
karena tidak ada daya tarik baginya.
25
b. Motif erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai.
c. Kesiapan siswa untuk belajar akan timbul dari dalam diri siswa itu
sendiri dan juga berhubungan dengan kesiapan dan kesediaan un-
tuk memberikan respon karena jika dalam siswa belajar sudah ada
kesiapan dalam dirinya maka hasil belajarnya pun akan baik.
2. Faktor ekstern meliputi metode mengajar dan kurikulum.
a. Metode mengajar guru yang kurang baik akan memengaruhi pro-
ses belajar siswa menjadi kurang baik pula.
b. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik terha-
dap belajar siswa. Kurikulum yang tidak baik misalkan kurikulum
yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan
bakat, minat dan perhatian siswa akan menyebabkan anak menjadi
malas untuk belajar.
c. Tugas rumah. Guru diharapkan tidak terlalu banyak memberikan
tugas yang harus dikerjakan di rumah sehingga siswa tidak mem-
punyai waktu untuk mengerjakan kegiatan yang lain.
Faktor yang selanjutnya dapat memengaruhi pencapaian literasi sains ada-
lah profesionalisme guru. Menurut Hasrudin (2001: 37-38) guru IPA saat
ini masih banyak yang belum memenuhi persyaratan sebagai guru profe-
sional. Meskipun sudah berusaha ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan
pengembangan profesionalisme, namun karena status sebagai guru kurang
mendapat perhatian dan penghargaan dari masyarakat membuat guru
banyak yang kurang bergairah untuk melakukan tugasnya secara
26
inovatif dan kreatif sehingga berpengaruh terhadap guru IPA dalam
meningkatkan profesionalitasnya. Maka dari itu, guru diharapkan tidak
hanya sebatas melakukan profesinya saja melainkan harus memiliki
keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dan melakukan perbaikan
dari segi kualitas, in-telektual maupun kompetensi lainnya demi mencapai
prestasi belajar yang baik.
Berkaitan dengan peran guru dalam pembelajaran IPA, Hudson (dalam
Mariana dan Praginda, 2009: 9) menyatakan bahwa tidak hanya sekedar
untuk mengaktifkan peserta didik saja tetapi guru juga menjadi obat muja-
rab (panacea) untuk mengobati semua masalah pendidikan. Guru sains
masa depan harus mampu menyiapkan peserta didik untuk menjadi ang-
gota masyarakat masa depan yang melek sains, anggota masyarakat yang
mampu berpikir tingkat tinggi, memiliki semangat belajar yang lebih lan-
jut, dan menjadi pekerja profesional (Jufri, 2013: 157).
Kebiasaan belajar siswa juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi
prestasi belajar siswa selain daripada profesionalisme guru. Pernyataan ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Slameto (dalam Siagian, 2012: 127)
kebiasaan belajar akan memengaruhi belajar itu sendiri, yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, di-
antaranya, pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat
catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas.
Bimbingan orang tua saat siswa belajar di rumah juga dapat memengaruhi
tingkat prestasi belajar siswa termasuk literasi sains siswa. Menurut
27
Sujanto, Lubis, dan Hadi (dalam Astuti, 2005: 24), pendidikan dan bim-
bingan orang tua terhadap anak, dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari berupa kasih sayang, perhatian, kesadaran, penerimaan, penger-
tian, tanggung jawab, perlindungan, dan pemberian tugas. Hal ini didu-
kung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kharisma (2015: 9) bahwa
bimbingan belajar dari orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
Fasilitas belajar yang tersedia di sekolah maupun di rumah siswa juga
dapat memengaruhi hasil belajar siswa karena selain bimbingan orang tua
dan faktor lain yang telah disebutkan, fasilitas belajar menjadi hal yang
penting yang harus dipenuhi saat siswa sedang belajar. Hal ini sesuai de-
ngan pendapat Hadi (dalam Nurdin, 2011: 91) yang mengatakan fasilitas
belajar sebagai salah satu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadi-
nya proses belajar pada diri siswa. Semakin lengkap fasilitas belajar itu
maka semakin tidak terganggunya proses pembelajaran siswa tersebut.
Berkaitan dengan fasilitas belajar maka fasilitas belajar harus dipenuhi
oleh sekolah antara lain gedung sekolah tempat, laboratorium atau ruang
praktek, ruang baca atau perpustakaan, papan tulis dan perlengkapannya,
media yang mendukung proses pembelajaran. Fasilitas belajar yang harus
ada dirumah antara lain buku-buku pelajaran, pulpen, mistar atau peng-
garis, pensil, penghapus, alat peruncing, kertas tulis, ruang belajar, meja
29
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 tepatnya pada semester
genap tahun ajaran 2015/2016 di SMP se-kecamatan Sukabumi kota Bandar
Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas IX se-
kecamatan Sukabumi kota Bandar Lampung tahun ajaran 2015/2016. Sampel
yang digunakan adalah 50% dari populasi tiap sekolah yang diambil meng-
gunakan teknik purposive sampling yang menurut Arikunto (2010: 183)
adalah pengambilan sampel dengan kriteria atau tujuan yang diinginkan oleh
peneliti. Jumlah sampel yang digunakan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Jumlah populasi dan sampel yang digunakan.
No Nama sekolah Populasi (siswa) Sampel (siswa)1 SMPN 31 Bandarlampung 240 1202 SMP Tirtayasa 25 253 SMP Tiara Bhakti 39 39
Total 304 184
30
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian des-
kriptif (Sukardi, 2003: 14) yaitu untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai kemampuan literasi sains siswa SMP se-
kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung dalam tes literasi sains meng-
gunakan soal PISA 2006. Tes PISA 2006 digunakan karena lebih meng-
utamakan pada literasi sains dibandingkan dengan tahun sebelumnya di-
karenakan adanya domain tersendiri pada setiap pelaksanaan tes PISA. Selain
itu peneliti mendistribusikan kuisioner kepada siswa dan guru untuk me-
ngetahui faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa.
D. Prosedur penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Mendata jumlah sekolah yang ada di kecamatan Sukabumi Kota
Bandar Lampung.
b. Memohon surat izin observasi dari fakultas sebagai pengantar ob-
servasi awal ke tempat diadakan penelitian.
c. Melakukan observasi ke sekolah tempat dilaksanakan penelitian untuk
mengetahui populasi dan jumlah sampel yang diambil dari tingkat
kelas IX.
31
d. Mempersiapkan instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu
kumpulan soal-soal PISA 2006 bidang IPA Biologi, kuisioner guru
dan kuisioner siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. Memohon surat izin penelitian dari fakultas sebagai pengantar di-
adakannya penelitian.
b. Menentukan jadwal dengan guru mata pelajaran IPA untuk men-
distribusikan instrumen berupa soal literasi sains dan kuisioner.
c. Mengkondisikan peserta didik yang dijadikan sampel penelitian.
d. Membagikan soal literasi sains dan kuisioner kepada sampel dan
memberikan waktu menyelesaikan 80 menit.
e. Membagikan kuisioner kepada guru IPA terpadu.
f. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui gambaran literasi
sains siswa kelas IX se-Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.
g. Melakukan crosscheck dengan mengolah jawaban pada kuisioner
siswa dan kuisioner guru.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa
kompetensi literasi sains siswa yang diperoleh dari tes terhadap soal PISA
2006 dan data kualitatif berupa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
literasi sains. Data kuantitatif dibuat dalam bentuk nilai berstandar 100
32
sehingga dapat digolongkan ke dalam kriteria sangat rendah, rendah,
cukup, tinggi atau sangat tinggi. Data kualitatif didukung oleh hasil ana-
lisis kuisioner guru dan kuisioner siswa yang berisi tentang pertanyaan
dan pernyataan mengenai literasi sains serta faktor-faktor yang meme-
ngaruhi kemampuan literasi sains siswa.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah:
a. Tes
Tes tertulis digunakan untuk memeroleh data berupa kompetensi
literasi sains siswa kelas IX SMP dengan menggunakan soal PISA
2006 konteks IPA Biologi yang termasuk ke dalam materi pada Kom-
petensi Dasar kelas VII, VIII dan IX. Tes tertulis terdiri atas 11 butir
soal pilihan ganda, 2 butir soal isian singkat, 8 butir soal pertanyaan
memilih “ya” atau “tidak”, dan 9 butir soal uraian. Total terdapat 30
butir soal. Rincian soal literasi sains yang digunakan dalam penelitian
ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2. Pemetaan Soal PISA
KD/Kelas
TemaNo.Soal/Kompetensi yang diuji
PG Isian Ya/Tidak Uraian7.2 / VII Biodiversitas 1A, 2B
7.4/ VII
Ozon 4B 5A 6A 3B
Efek rumah kaca 7C, 8CHujan asam 10B 9A 11BResiko kesehatan 12B
1.3/ VIII Latihan fisik 13B,14B 15B1.4/ VIII Gigi berlubang 16A,17C1.5/ VIII Tembakau dalam rokok 18B, 20C 19B, 21A
SK 1/ VIII Operasi besar 23B 22B, 25C 24B1.2/ IX Ultrasound 30A 29C1.3/ IX Sistem Imun 26A, 27B 28B
Keterangan: A: Mengidentifikasi permasalahan ilmiah (8 soal); B: Menjelaskan fenomenailmiah (16 soal); C: Menggunakan bukti-bukti ilmiah (6 soal)
33
Adapun indikator dari masing-masing kompetensi yang dinilai adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Indikator pencapaian kompetensi
Aspek KompetensiIlmiah PISA 2006
Indikator Pencapaian Kompetensi Distribusi Nomor Soal
Mengidentifikasipermasalahan ilmiah
1. Mengenali permasalahan yangdapat diselidiki secara ilmiah
2. Mengidentifikasi kata-kata kunciuntuk memperoleh informasi ilmiah
3. Mengenali fitur penyelidikan ilmiah
6, 21, 30
1, 5, 16, 26,
9Menjelaskanfenomena ilmiah
1. Mengaplikasikan pengetahuan sainsdalam situasi yang diberikan
2. Mendeskripsikan atau menafsirkanfenomena ilmiah dan memprediksiperubahan
3. Mengidentifikasi deskripsi,eksplanasi, dan prediksi yang tepat
13, 14, 15, 18, 19, 22,
3, 10, 11, 12, 23, 24,
2, 4, 27, 28,
Menggunakan bukti-bukti ilmiah
1. Menafsirkan bukti ilmiah danmembuat serta mengkomunikasikankesimpulan
2. Mengidentifikasi asumsi, buktisosial, dan perkembangan sains danteknologi
7, 8, 17, 25, 29
20
Sumber: OECD (2007: 29)
b. Kuisioner
Kuisioner dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup (Sugiyono,
2013: 199). Kuisioner dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan
sumber informasi atau data yang dapat menunjang peneliti mengetahui
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat literasi sains siswa
(Tabel 4).
Tabel 4. Kisi-kisi lembar kuisioner siswa
No Indikator Nomor item soal1 Mengetahui proses pembelajaran IPA yang
berlangsung disekolah1,2,3,4
2 Mengetahui bimbingan orangtua terhadap siswa 5, 63 Mengetahui niat siswa untuk melanjutkan sekolah
atau tidak7, 8
4 Mengetahui motivasi belajar siswa I (1-10)5 Mengetahui kebiasaan belajar siswa II (1-8)6 Mengetahui ketersediaan fasilitas pemebelajaran di
sekolahIII (1-5)
34
Selain mendistribusikan kuisioner siswa, peneliti juga menditribusikan
kuisioner kepada guru IPA untuk mendukung data terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi literasi sains siswa. Berikut (Tabel 5) kisi-kisi
lembar kuisioner guru.
Tabel 5. Kisi-kisi lembar kuisioner guru
No. Indikator Nomor Item Soal1. Mengetahui latar belakang pendidikan guru 1, 2, 3, 5, 7
2. Mengetahui jenjang pendidikan terakhir guru IPA 43. Mengetahui lama pengalaman guru mengajar 6
4.Mengetahui metode pembelajaran yang digunakanguru dalam pembelajaran IPA
8, 10
5.Mengetahui frekuensi praktikum yang dilaksanakanselama 1 semester terakhir
9
6.Mengetahui kesiapan guru IPA sebelum mengajar dikelas
11
F. Teknik Analisis Data
Jawaban yang diperoleh dari siswa tehadap tes soal PISA kemudian dianalis-
is untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi sains siswa. Jawaban siswa
terhadap kuisioner juga dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor yang ber-
pengaruh terhadap literasi sains siswa. Penjelasan teknik analisis data dari
masing-masing instrumen adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes terdiri atas soal pilihan jamak, isian singkat, soal memilih “ya” atau
“tidak” dan soal uraian. Siswa yang menjawab benar soal berbentuk pilih-
an ganda, isian singkat, dan soal memilih “ya” atau “tidak” mendapat skor
1. Siswa yang menjawab salah atau tidak menjawab mendapat skor 0. Sis-
wa menjawab benar butir soal uraian mendapat nilai 1, kurang tepat men-
dapat nilai 0,5 dan salah atau tidak menjawab mendapat 0. Kemudian
35
menghitung total skor yang diperoleh siswa dan menghitung rata-rata
skor. Skor maksimum yang diperoleh siswa jika menjawab dengan benar
semua pertanyaan adalah 30. Skor ini belum bisa dideskripsikan ke dalam
kriteria interpretasi skor untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa
yang menurut Arikunto (1991: 239) skor tersebut harus diolah menjadi
skor berstandar 100. Berikut ini rumus yang digunakan untuk mengolah
skor menjadi berstandar 100.
NP = X 100
Keterangan :NP = nilai yang dicariR = skor yang diperoleh siswaSM = skor maksimal dari tes yang bersangkutan100 = bilangan tetap(Purwanto, 2013: 112).
Hasil yang diperoleh kemudian dideskripsikan berdasarkan rentangan
dengan interval (Tabel 6) sebagai berikut:
Tabel 6. Kriteria interpretasi skor tes
Interval Kriteria86 – 100 Sangat tinggi76 – 85 Tinggi60– 75 Sedang55 – 59 Rendah
≤ 54 Sangat rendahSumber: dimodifikasi dari Purwanto (2013: 103).
Kemudian untuk skor literasi berdasarkan status sekolah dan berdasarkan
gender dilakukan pengujian untuk mengetahui ada perbedaan yang sig-
nifikan atau tidak antara literasi sains siswa sekolah negeri dengan swasta
dan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Sebelum dilakukan uji
beda, dilakukan uji normalitas metode Kolmogorov-Smirnnov terlebih
36
dahulu untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak dengan taraf
kepercayaan sebesar 95% sehingga dasar pengambilan keputusan adalah
nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal dan sebaliknya nilai sig. <
0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini seluruh data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji persamaan dua rata-rata menggunakan uji independent sample t-
test untuk membandingkan rata-rata dua sampel yang berbeda dengan dasar
pengambilan keputusan berdasarkan nilai thitung dan ttabel (thitung < ttabel = H0
diterima/ berbeda tidak signifikan) (Sheskin, 2003: 272).
2. Kuisioner
Kuisioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi literasi
sains yang dibuat dalam penelitian ini bersifat tertutup karena jawaban yang
harus dijawab oleh siswa dan guru sudah disediakan. Kuisioner siswa
terdapat 6 indikator dan 31 pertanyaan. Kuisioner guru terdapat 6 indikator
dan 11 pertanyaan. Kuisioner didistribusikan kepada 184 responden siswa
dan 4 responden guru. Kemudian direkapitulasi dengan cara mengalikan
dengan banyaknya responden yang menjawab setiap alternatif jawaban.
Lalu menghitung jumlah skor ideal untuk skor tertinggi dan skor terendah.
Untuk memperoleh persentase skor pada tiap butir pertanyaan menurut Ali
(2013: 201) digunakan rumus sebagai berikut:
37
% = X 100
Keterangan :N = jumlah seluruh nilain = nilai yang diperoleh
Setelah diperoleh persentase tiap butir pertanyaan kemudian dihitung
persentase tiap indikator dengan cara menjumlahkan persentase tiap butir
pertanyaan kemudian dibagi dengan jumlah butir pertanyaan yang ada
dalam setiap indikator. Hasil persentase akhir yang diperoleh di-
interpretasikan ke dalam kriteria-kriteria (Tabel 7) sebagai berikut:
Tabel 7. Kriteria interpretasi skor kuisioner
Interval (%) Kriteria0- 20 Sangat rendah21- 40 Rendah41- 60 Cukup61- 80 Tinggi
81- 100 Sangat tinggiSumber: dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89).
63
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut.
1. Secara umum kompetensi literasi sains siswa SMP se-kecamatan
Sukabumi kota Bandar Lampung tergolong kriteria “sangat rendah”.
2. Kompetensi literasi sains siswa sekolah swasta lebih rendah dibandingkan
dengan siswa sekolah negeri namun tidak terdapat perbedaan yang
signifikan diantara keduanya.
3. Kemampuan literasi sains siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan
siswa laki-laki namun tidak ada perbedaan yang signifikan diantara
keduanya.
4. Faktor internal yang mempengaruhi literasi sains siswa dalam penelitian
ini adalah jurusan pendidikan yang diminati oleh siswa. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi literasi sains siswa adalah metode pem-
belajaran yang digunakan guru IPA, latar belakang pendidikan orang tua
siswa, dan profesionalisme guru IPA.
64
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pihak sekolah dan guru IPA lebih memperhatikan kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa yaitu salah satunya adalah literasi sains
sebagai produk hasil dari proses pembelajaran IPA dengan metode mau-
pun pendekatan yang harus mengacu pada tujuan tercapainya literasi sains
sehingga siswa dapat mengaplikasikan keterampilan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari dan suatu saat dapat bersaing secara global.
2. Dukungan dan pengawasan dari orang tua dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa juga sangat dibutuhkan dalam menciptakan siswa dengan
literasi sains yang tinggi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2013. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Stategi. Angkasa. Bandung.233 hlm.
Anjasari, P. 2014. Literasi sains dalam kurikulum dan pembelajaran IPA SMP.Prosiding. Semnas Pensa VI peran literasi sains. Surabaya. ISBN. 978-979-028-686-3. Tersedia di http://www.google.co.id/url%2Fputri-anjarsari-ssi-mpd%2Fliterasi-sains-dalam-kurikulum-dan-pembelajaran-ipa-smp.pdf.Pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 18.15 WIB. 6 hlm.
Anggraini, G. 2014. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Sma Kelas X diKota Solok. Prosiding Mathematics and Science Forum 2014. UniversitasPendidikan Indonesia. Bandung. Tersedia di http://prosiding.upgris-mg.ac.id/index.php/masif2014/masif2014/paper/view/427/378.pdf. Padatanggal 3 Desember 2015 pukul 19.00 WIB. 10 hlm.
Arikunto, S. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Bandung.316 hlm.
. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rhineka Cipta.Jakarta. 413 hlm.
Astuti, C.P. 2005. Pengaruh bimbingan belajar orangtua terhadap tanggungjawab belajar anak kelas IV SD Panggudi Luhur dan Bosco Semarang tahunajaran 2003/2004. Skripsi. FKIP UNNES. Semarang. Tersedia di https://4f-1l.files.wordpress.com/2011/05/26.pdf. Pada tanggal 4 Desember 2015 pukul05.20 WIB. 59 hlm.
Dani, D. 2009. Scientific Literacy and Purposes for Teaching Science: A CaseStudy of Lebanese Private School Teachers. Tersedia di https://www.goo-gle.co.id/Scientific+Literacy+and+Purposes+for+Teaching+Science:+A+Case+Study+of+Lebanese+Private+School+Teachers.pdf. Pada tanggal 11Juni 2015 pukul 19.14 WIB. 11 hlm.
Hamdu, G dan L. Agustina. 2011. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadapprestasi belajar IPA di Sekolah Dasar. Vol. 12. No. 1 Universitas PendidikanIndonesia. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu.pdf. Padatanggal 4 Desember 2015 pukul 05.29 WIB. 6 hlm.
66
Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. DepartemenPendidikan Nasional. Tersedia di http://www.academia.edu/5782888/nas-kah_akademik_kajian_kebijakan_kurikulum_mata_pelajaran_ipa_pusat_kurikulum_badan_penelitian_dan_pengembangan_departemen_pendidikan_nasional_2007.pdf. Pada tanggal 11 November 2015 pukul 22.45 WIB. 32 hlm.
Haristy, D.R., E. Enawaty dan I. Lestari. 2012. Pembelajaran Berbasis LiterasiSains Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Di Sma Negeri 1Pontianak. Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan. Tersedia dihttp://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/4002.pdf. Pada tanggal12 Oktober 2015 pukul 12.13 WIB. 13 hlm.
Hasruddin. 2001. Pembelajaran IPA Dalam Upaya Menciptakan Melek IPA BagiSiswa. Jurnal Pendidikan Science. Vol 25 No 3. Tersedia di https://www.goo-gle.co.id/Pembelajaran+IPA+Dalam+Upaya+Menciptakan+Melek+IPA+Bagi+Siswa.+Jurnal+Pendidikan+Science.pdf. Pada tanggal 19 Oktober 2015pukul 10.25 WIB. 9 hlm.
Hendriyani, Y. 2011. Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Terhadap Pengem-bangan Literasi Sains Siswa SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 Lembang. PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IlmuPengetahuan Alam. Bandung. Tersedia di https://mgmpipadepok.files.word-press.com/2010/09/ipa-terpadu.pdf. pada tanggal 4 Desember 2015 pukul05.30 WIB. 11 hlm.
Jagantara, I.M.W., P. Budi Adnyana dan N. Luh Putu Manik Widiyanti. 2014.Pengaruh model pembelajaran berbasis proyek (project based learning)terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari gaya belajar siswa SMA. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 4.Tersedia di http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/arti-cle/viewFile/1300/1002. Pada tanggal 17 Desember 2015 pukul 07.25 WIB.13 hlm.
Jufri, W. 2013. Belajar Dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta. Bandung.200 hlm.
Kharisma, E.M. 2015. Pengaruh bimbingan belajar orangtua terhadap prestasibelajar matematika siswa SD 1 Payaman Mejobo Kudus tahun ajaran2014/2015. Skripsi. UNS. Surakarta. Tersedia di http://eprints.ums.ac.id/32-702/1/HLMAMAN%20DEPAN.pdf. Pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul08.32 WIB. 15 hlm.
Kurnia, F., Zulherman dan A. Fathurohman. 2014. Analisis Bahan Ajar FisikaSMA kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori LiterasiSains. Vol 1 No 1. Mei 2014. Tersedia di https://www.google.co.id/Ana-lisis+Bahan+Ajar+Fisika+SMA+kelas+XI+di+Kecamatan+Indralaya+Utara+Berdasarkan+Kategori+Literasi+Sains.pdf. Pada tanggal 3 Oktober 2015pukul 06.15 WIB. 5 hlm.
67
Mariana, I.M.A dan W. Praginda. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IlmuPengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program Bermutu. Bandung. Ter-sedia di https://nasuprawoto.files.wordpress.com/2010/10/hakikat-ipa-dan-pendidikan-ipa.pdf. Pada tanggal 3 Oktober 2015 pukul 06.19 WIB. 95 hlm.
Meliyanti, Y. 2009. Pengaruh Metode Pemberian Tugas Terhadap hasil BelajarMahasiswa volume 12 no 1. Tersedia di http://digilib.unimed.ac.id/book-mark/21865/belajar. Pada tanggal 18 Maret 2016. Pukul 06.28 WIB 11 hlm.
Muplihun, N. Dantes, W. Lasmawan. 2013. Pengaruh Penerapan Metode DiskusiDan Snowball Throwing Terhadap Prestasi Belajar Ips Ditinjau Dari Moti-vasi Belajar Pada Siswa Kelas Vii Smpn 3 Selong. Volume 3. Tersedia dihttp://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/8-58.pdf. Pada tanggal 27 Maret 2016. Pukul 16.28 WIB. 7 hlm.
Nurdin. 2011. Pengaruh minat baca, pemanfaatan fasilitas dan sumber belajarterhadap prestasi belajar ips terpadu smp negeri 13 Bandar lampung. Jurnalekonomi dan pendidikan volume 8 no 1. Universitas Lampung. Bandar Lam-pung. Tersedia di http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/viewFile/7-10/574 pdf.Pada tanggal 19 Desember 2015 pukul 06.20 WIB. 14 hlm.
Nuyami, N.M.S., I.W. Suastra dan I.W.Sadia. 2014. Pengaruh Model Pembelajar-an Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Self Eficacy Siswa SMP Di-tinjau Dari Gender volume 4. Tersedia di http://pasca.undiksha-.ac.id/ejou-rnal/index.php/jurnal_ipa/article/view/1080. Pada tanggal 18 Maret 2016.Pukul 06.28 WIB 11 hlm.
Odja, A.H dan C. S. Payu. 2014. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa PadaKonsep IPA. September 2014. Tersedia di http://fmipa.unesa.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2013/11/40-47-Abdul-Haris-Odja-Universitas-Negeri-Gorontalo.pdf. Pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 12.15 WIB. 8 hlm.
OECD. 1999. Measuring Student Knowledge And Skills: A New Framework ForAssessment. Paris. Tersedia di http://www.oecd.org/edu/school/programme-forinternationalstudentassessmentpisa/33693997.pdf. Pada tanggal 11 Juni2015 pukul 19.14 WIB. 85 hlm.
. 2007. PISA 2006 Scientific Literacy Framework. Tersedia di http://pisa.nu-tn.edu.tw/download/sample_papers/scl_framework-en.pdf. Pada tanggal 29Oktober 2015. Pukul 21.13 WIB. 36 hlm.
. 2010. PISA 2009 Result:What Students Know and Can Do-Student Perfor-mance in Reading, Mathematics and Science (volume 1). 2010. Tersedia dihttp://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/48852548.pdf. Pada tanggal 11 Juni2015 pukul 19.28 WIB. 273 hlm.
68
. 2014. PISA 2012 Result in focus:What 15-Year-Old Know and What TheyCan Do With What They Know. 2014. Tersedia di http://www.oecd.org/pi-sa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf. Pada tanggal 11 Juni 2015pukul 19.27 WIB. 44 hlm.
. 2015. PISA 2015 Released Field Trial Cognitive Items. 2015. Tersedia dihttp://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/PISA2015-Released-FT-Cognitive-Items.pdf. Pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 12.00 WIB. 54 hlm.
Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT RemajaRosdakarya. Bandung. 165 hlm.
Reskia, S., Herlina dan Zulnuraini. 2014. Pengaruh Pendidikan Orang Tua Ter-hadap Prestasi belajar Siswa SDN Inpres 1 Birobuli volume 2 no 2. Tersediadi http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE/article/view/2830. Padatanggal 18 Maret 2016. Pukul 06.32 WIB 11 hlm.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung. 244 hlm.
Sheskin, D. J. 2003. Parametric and Nonparametric Statistical Procedures.A CRC Press Company. New York. 972 hlm.
Siagian, R.E.F. 2012. Pengaruh minat dan kebiasaan belajar siswa terhadapprestasi belajar matematika. Jurnal Formatif 2 (2). Universitas IndraprastaPGRI. Jakarta. http://unindra.ac.id/Roida-3.pdf. Pada tanggal 4 Desember2015. Pukul 05.21 WIB. 10 hlm.
Siwa, I.B., I. Muderawan dan I. Tika. 2013. Pengaruh pembelajaran berbasisproyek dalam pembelajaran kimia terhadap keterampilan proses sains di-tinjau dari gaya kognitif siswa. E-Journal Program Pascasarjana UniversitasPendidikan Ganesha. Volume 3. Tersedia di http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/794/579. Pada tanggal 17Desember 2015 pukul 07.28 WIB. 13 hlm.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta.Jakarta. 195 hlm.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung. 456 hlm.
Sujana, A., A. Permanasari., W. Sopandi dan A. Mudzakir. 2014. Literasi KimiaMahasiswa PGSD dan Guru IPA Sekolah Dasar. Volume 5 no 11. April2014. Tersedia di https://www.google.co.id/Literasi+Kimia+Mahasiswa+P-GSD+dan+Guru+IPA+Sekolah+Dasar.pdf . Pada tanggal 19 Juni 2015pukul 19.10 WIB. 7 hlm.
Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit Alfabeta. Bandung.456 hlm.
69
Tawil, M dan Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains Dan Implemen-tasinya Dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit Universitas NegeriMakassar. Makassar. 146 hlm.
Toharudin, U., S. Hendrawati dan A. Rustaman. 2011. Membangun Literasi SainsPeserta Didik. Humaniora. Bandung. 291 hlm
Yusuf, S. 2013. Perbandingan Gender Dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia.Tersedia di http://www.uninus.ac.id/datailmiah/Suhendra%20Yusuf%20-%20Makalah%20untuk%20Jurnal%20Uninus.pdf. Universitas Islam Nusan-tara. Pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 16.29 WIB. 17 hlm.
Zuriyani, E. 2011. Literasi Sains dan Pendidikan. Tersedia di http://sumsel.ke-menag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf. Pada tanggal 27 Maret2016. Pukul 12.38 WIB.