proposal

Upload: tittotrylogy

Post on 14-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

proposal tugas akhir desain layout stasiun yang berintegrasi dengan bandar udara

TRANSCRIPT

  • PROPOSAL TUGAS AKHIR

    DESAIN LAYOUT STASIUN KERETA API DAN INTEGRASINYA

    DENGAN BANDAR UDARA

    Studi Kasus Stasiun Kereta Api Bandara, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta

    Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S1

    pada Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan

    Disusun Oleh :

    AROOF TITO ANGGORO

    11 / 320110 / TK / 38972

    JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 2

    PROPOSAL TUGAS AKHIR

    DESAIN LAYOUT STASIUN KERETA API DAN INTEGRASINYA

    DENGAN BANDAR UDARA

    Studi Kasus Stasiun Kereta Api Bandara, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta

    Dipersiapkan dan disusun oleh:

    AROOF TITO ANGGORO

    11 / 320110 / TK / 38972

    Proposal Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

    untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing

    Dosen Pembimbing

    Prof. Dr. Tech. Ir. Danang Parikesit, M.Sc.

    NIP. 196506031990031002

  • 3

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian

    masyarakat di Indonesia untuk berpergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini

    oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) membuat perjalanan darat antar kota

    menjadi semakin maju. Untuk lebih memajukan transportasi antar kota ini sudah

    selayaknya dilakukan peningkatan di sisi fasilitas yang memadai serta kualitas

    pelayanan yang semakin baik.

    Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi

    Yogyakarta yaitu Bandar Udara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten

    KulonProgo merupakan dampak dari kondisi bandara eksisting yang ada saat ini

    yaitu bandara Adisutcipto sudah tidak memenuhi lagi untuk menampung

    pergerakan para pengguna jasa penerbangan. Hal ini dapat kita lihat secara kasat

    mana terjadi overcapacity dari sisi bangunan fasilitas penunjang darat maupun

    fasilitas penunjang udara. Keadaan bandara yang kurang tertata dan cenderung

    berantakan, lalu para calon penumpang yang tidak mendapat ruang tunggu yang

    layak , terjadinya kemacetan di jalan akses menuju bandara serta hal lainnya yang

    mengganggu kenyamanan penumpang.

    Maka dari itu dengan keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 1164 Tahun

    2013, Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya ditetapkan lokasi Bandara Baru di

    Palihan, Temon, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi persisnya bandara ini ada di

    koordinat 7o5439,20 Lintang Selatan dan 110o421,11 Bujur Timur.

    Masalah yang terjadi dari pembangunan bandar udara tersebut adalah lokasi

    bandar udara yang cukup jauh dari pusat kota di Yogyakarta. Setidaknya

    membutuhkan waktu 1 Jam untuk mencapai Ibu Kota Provinsi Yogyakarta

    tersebut yang berjarak hingga sekitar 45 Km menurut data dari google maps. Hal

    ini tentu memberikan dampak negatif bagi para pengguna jasa pesawat yang

  • 4

    datang dan pergi melalui Bandar Udara baru tersebut. Dengan tidak adanya

    pilihan transportasi yang layak dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar

    udara dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi menjadi salah satu

    permasalahan utama.

    Oleh sebab itu dalam hal ini Kementerian Perhubungan dengan PM Nomor 43

    Tahun 2011 tentang Rencana Induk Kereta Api Nasional, berisi Penyelenggaraan

    transportasi perkeretaapian nasional yang terintegrasi dengan moda transportasi

    lainnya dapat meningkatkan efisiensi penyelenggaraan perekonomian nasional.

    salah satunya dengan moda transportasi pesawat terbang. Meneruskan hal ini

    maka pihak terkait merencanakan pembangunan jalur kereta api baru ke kawasan

    bandar udara yang berlokasi di Kecamatan Temon. Nantinya akan menjadi

    penghubung dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar udara dengan Kota

    Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi sebagai salah satu pilihan moda utama bagi

    penumpang dan barang yang akan memasuki Provinsi Yogyakarta.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang terdapat dalam penyusunan tugas akhir adalah sebagai

    berikut.

    1. Apa yang ingin dibahas dari permasalahan desain stasiun yang

    berintegrasi dengan bandara?

    a. Desain layout yang berintegrasi dengan bandar udara.

    b. Fasilitas stasiun yang memadai sesuai kelas dan standar.

    c. Perhitungan kebutuhan ruang stasiun yang nyaman dan

    mencukupi.

    d. Sirkulasi dalam ruang stasiun yang nantinya akan menuju

    ke bandara.

    2. Berada dimana lokasi pembangunan stasiun tersebut?

  • 5

    a. Lokasi stasiun yang ingin dirancang berada di Kecamatan

    Temon, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta. (sumber : KP 1164 Tahun 2013)

    b. Koordinat lokasi tepatnya berada di 7o5439,20 Lintang

    Selatan dan 110o421,11 Bujur Timur. (sumber : KP 1164

    Tahun 2013)

    c. Jarak lokasi dari titik 0 km Provinsi Yogyakarta mencapai

    44.6 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. (sumber :

    maps.google.com)

    3. Siapa saja pihak yang terkait dari desain stasiun tersebut?

    a. PT KAI sebagai penyelenggara stasiun terkait

    b. PT Angkasa Pura I sebagai penyelenggara bandara

    c. BAPPEDA Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pelaksana

    pembangunan daerah

    d. Kementerian Perhubungan sebagai lembaga negara dalam

    bidang transportasi.

    4. Kapan rencananya bandara serta stasiun tersebut dioperasikan?

    a. Bandara tersebut rencananya mulai dioperasikan pada tahun

    2019. (sumber : dephub.go.id)

    5. Kenapa diperlukan pembangunan stasiun di lokasi tersebut?

    a. Pembangunan stasiun diadakan selaras dengan lebih

    dulunya dibangun bandar udara. Jadi transportasi

    perkeretaapian kedepan diharapkan dapat berperan sebagai

    penghubung antara simpul - simpul transportasi seperti

    bandara. (sumber : PM 43 Tahun 2011)

  • 6

    1.3 Tujuan

    Tujuan dilakukan desain layout stasiun kereta yang berintegrasi dengan bandara

    antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Merancang layout bangunan stasiun sebagai fasilitas naik turun

    penumpang dan barang yang sesuai peraturan yang ada layak

    dijadikan pedoman bagi pembangunan stasiun lainnya.

    2. Memiliki fasilitas utama dan pendukung yang representatif dan

    kebutuhan ruang yang cukup menampung penumpang sehingga

    memberi kenyamanan pengguna layanan kereta api.

    3. Menciptakan sistem intermoda yang baik dari peralihan moda pesawat

    udara menuju kereta api dan sebaliknya.

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang diperoleh dari studi ini antara lain sebagai berikut.

    1. Hasil desain stasiun kereta api dengan bentuk layout disertai luasan

    ruangan yang dibutuhkan, fasilitas utama dan pendukungnya yang

    sesuai dengan klasifikasi stasiun serta standar yang ada di indonesia

    2. Perencanaan sistem sirkulasi penumpang dalam aktifitas di stasiun

    yang baik sesuai dengan layout yang direncanakan.

    3. Memberikan informasi mengenai rencana perpindahan intermoda

    yang baik antara kedua moda transportasi.

    1.5 Batasan Masalah

    1. Desain dilakukan di bandara pengganti bandara Adisutcipto

    Yogyakarta.

    2. Desain yang dimaksud adalah layout stasiun beserta fasilitas,

  • 7

    kebutuhan ruang, serta sirkulasinya.

    3. Klasifikasi stasiun ditentukan hanya dengan berlandaskan jumlah

    penumpang per hari serta fasilitas lalu lintas kereta api per hari/ 2

    arah. Sesuai dengan PM 33 Tahun 2011.

    4. Ketentuan lain tentang klasifikasi stasiun akan dirancang mengikuti

    kelas stasiun yang sebelumnya ditetapkan dalam poin 3.

    5. Fasilitas stasiun yang akan ditetapkan akan berpedoman kepada PM

    47 Tahun 2014. Ketentuan lain yang menyangkut fasilitas akan

    ditambahkan dari desain stasiun yang dilakukan oleh JICA.

    6. Kebutuhan ruang di stasiun akan mengikuti standar yang ditetapkan

    dalam buku pedoman standarisasi stasiun kereta api tahun 2012.

    Untuk perhitungan luasan akan mengikuti pedoman dari desain

    stasiun yang dilakukan oleh JICA.

    7. Sirkulasi penumpang dari stasiun menuju bandara dan sebaliknya

    akan mengikuti buku pedoman standarisasi stasiun kereta api tahun

    2012 juga dari studi literatur terkait.

    8. Desain layout ini hanya mencakup kebutuhan dari sisi penumpang.

    Sedangkan untuk barang serta parkir tidak dicantumkan dalam

    pembuatan tugas akhir ini.

    9. Desain layout stasiun yang dibatasi sampai bangunan stasiun yang

    mencakup komponen berupa gedung, instalasi pendukung serta peron.

    Sedangkan bagian Emplasmen stasiun sendiri terdiri dari jalan rel,

    fasilitas pengoperasian kereta api dan sistem drainasenya tidak

    dibahas.

    1.6 Keaslian Penulisan

    1. Kurniawan (2012) dengan Tugas Akhir berjudul Analisis Klasifikasi

  • 8

    Stasiun dan Variasi Penggunaan Moda Transportasinya : Studi Kasus

    Stasiun Jenar - Stasiun Solo Balapan memberikan informasi tata cara

    pengklasifikasian stasiun kereta api dan parameter apa saja yang

    digunakan dengan beracuan pada PM 33 Tahun 2011.

    2. Sari (2012) dengan Tesis berjudul Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta

    Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (Studi Kasus: Stasiun

    Tugu dan Stasiun Lempuyangan Yogyakarta memberikan gambaran

    tentang penerapan fasilitas bagi penumpang dalam stasiun yang baik

    sesuai dengan PM 9 Tahun 2011. Tetapi dalam laporan ini digunakan

    peraturan terbaru yaitu PM 47 Tahun 2014.

    3. Sudarisman (2008) dengan Tesis yang berjudul Perancangan Ruang

    Publik Dengan Dasar Pendekatan Perilaku. Studi Kasus: Kawasan

    Stasiun Kereta Api Bandung Bagian Selatan memiliki penjabaran

    tentang perancangan ruang publik dalam stasiun yang cukup jelas dan

    baik. Dari sirkulasi dan juga zoning kawasan.

    4. Baskara (2008) dengan Laporan Tugas Akhir berjudul Stasiun

    Interchange Dukuh Atas, Jakarta memberi gambaran tentang proses

    intermoda yang baik serta sirkulasi yang ada di wilayah stasiun dalam

    hal perpindahan moda.

    5. Nisya (2013) dengan Laporan Tugas Akhir berjudul Perencanaan

    Stasiun Kereta Api di Bandara Internasional Kuala Namu, Medan,

    Sumatra Utara menjadi salah satu acuan dalam melihat perencanaan

    sebuah stasiun dari sisi arsiktektur, yaitu sirkulasi yang baik serta

    pembagian zona yang sesuai dengan intermoda yang ada.

  • 9

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perkeretaapian

    Perkeretaapian menurut pasal 1 UU 23 Tahun 2007 adalah satu kesatuan sistem

    yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma,

    kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api.

    Sedangkan kereta api sendiri adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak,

    baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya,

    yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan

    kereta api. Bagian - bagian prasarana kereta api terdiri dari jalur kereta api, stasiun

    kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.

    2.2 Stasiun Kereta Api

    Menurut UU 23 Tahun 2007 pada pasal 35, Prasarana perkeretaapian umum dan

    perkeretaapian khusus meliputi jalur kereta api, stasiun kereta api dan fasilitas

    operasi kereta api. Pada ayat 3 di pasal dan undang-undang yang sama dijelaskan

    bahwa Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau

    berhenti untuk melayani naik turun penumpang, bongkar muat barang serta

    keperluan operasi kereta api.

    Dijelaskan dalam PM 29 Tahun 2011 tentang persyaratan teknis bangunan kereta

    api, Bangunan stasiun kereta api adalah bangunan untuk keperluan operasional

    kereta api yang terdiri dari gedung, instalasi pendukung dan peron. Gedung

    stasiun kereta api adalah gedung untuk operasional kereta api yang terdiri dari

    gedung untuk kegiatan pokok, gedung untuk kegiatan penunjang dan gedung

    untuk kegiatan jasa pelayanan khusus. Instalasi pendukung bangunan stasiun

    kereta api adalah instalasi yang mendukung kegiatan operasional kereta api. Peron

    adalah bangunan yang terletak di samping jalur kereta api yang berfungsi untuk

    naik turun penumpang.

  • 10

    2.3 Klasifikasi Stasiun

    Klasifikasi stasiun penumpang menurut PM 33 Tahun 2011 dikelompokkan

    dalam 3 kelas yaitu

    1. Kelas Besar

    2. Kelas Sedang

    3. Kelas Kecil

    Pengelompokan kelas stasiun kereta api dalam PM 33 Tahun 2011, dihitung

    berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen. Kriteria yang

    dimaksud adalah:

    1. Fasilitas operasi dengan maksimum 25 angka kredit

    2. Jumlah jalur dengan maksimum 20 angka kredit

    3. Fasilitas penunjang dengan maksimum 15 angka kredit

    4. Frekuensi lalu lintas dengan maksimum 15 angka kredit

    5. Jumlah penumpang dengan maksimum 20 angka kredit

    6. Jumlah barang dengan maksimum 5 angka kredit

    Penetapan klasifikasi stasiun kereta api didasarkan pada jumlah angka kredit yang

    diperoleh stasiun yang bersangkutan. Jumlah angka kredit untuk menetapkan

    klasifikasi stasiun adalah sebagai berikut :

    1. kelas besar, jumlah angka kredit lebih dari 70;

    2. kelas sedang jumlah angka kredit lebih dari 50 sd 70; dan

    3. kelas kecil jumlah angka kredit kurang dari 50.

  • 11

    2.4 Fasilitas Stasiun

    Standar Pelayanan Minimum menurut PM 47 Tahun 2014 adalah ukuran

    minimum pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan dalam

    memberikan pelayanan kepada pengguna jasa. Pengoperasian kereta api harus

    memenuhi standar pelayanan minimum. Standar pelayanan minimum merupakan

    acuan bagi Penyelenggara Prasarana perkeretaapian yang mengoperasikan stasiun

    kereta api dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa stasiun kereta api

    dan Penyelenggara Sarana perkeretaapian yang dalam melaksanakan kegiatan

    angkutan orang dengan kereta api. Standar pelayanan minimum meliputi:

    1. Standar pelayanan minimum di stasiun kereta api; dan

    2. Standar pelayanan minimum dalam perjalanan.

    2.5 Kebutuhan Ruang Stasiun

    Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api Indonesia (2012), Ruang-

    ruang di stasiun adalah tempat untuk berbagai aktifitas dan fasilitas pelayanan jasa

    angkutan kereta api yang berada di stasiun. Ruang-ruang ini merupakan bagian

    dari bangunan stasiun yang berupa ruangan kerja, ruangan pelayanan, hall, teras,

    area terbuka, jalur kereta api, peron, jalur pejalan kaki, pelataran parkir dan lain-

    lain.

    2.5.1 Ruang untuk Kegiatan Pokok

    Dijelaskan lengkap dalam Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012),

    Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-

    kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa angkutan kereta

    api di stasiun.

  • 12

    2.5.2 Ruang Untuk Kegiatan Penunjang Dan Jasa Pelayanan Khusus

    Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), ruang ini adalah

    ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial yang secara langsung

    maupun tidak langsung menunjang kegiatan penyelenggaraan jasa angkutan

    kereta api di stasiun.

    2.6 Sirkulasi

    Kita mengalami suatu ruang dalam kaitannya dengan dari mana asal kita bergerak

    dan akan kemana arah kita mengantisipasi tujuan kita.Sirkulasi menjadi suatu

    wadah untuk memfasilitasi hal tersebut, dimana kita bergerak dari suatu tempat ke

    sebuah tempat lain yang berbeda,sehingga fungsi dari sirkulasi adalah untuk

    menghubungkan ruangan yang satu dengan ruangan lainnya. Kita dapat juga

    menggunakan ruangan-ruangan yang ada sebagai sirkulasi atau membuat suatu

    ruangan khusus sebagai sarana sirkulasi tersebut.

    2.7 Kereta Api Sebagai Angkutan Akses Bandara (Airport Rail Link)

    Airport Rail Link adalah kereta penumpang yang menghubungkan antara bandara

    dengan pusat kota yang dilayani oleh bandara tersebut. Biasanya stasiun kereta

    bandara juga menyediakan layanan perhubungan dengan kota lainnya dalam suatu

    wilayah yang masih menjadi jangkauan pelayanan bandara tersebut. Tipe - tipe

    koneksi antara pusat kota dengan bandara yang menggunakan moda transportasi

    kereta api antara lain (wikipedia, 2007) :

    2.7.1 One seat ride via main line train

    Di Asia, bentuk koneksi ini diterapkan pada Narita Express di Tokyo Narita

    International Airport dan KLIA Express di KLIA.

  • 13

    2.7.2 One seat ride via local public transport

    Di beberapa bandara, seperti OHare di Chicago dan Hartfield-Jackson di Atlanta,

    LRT hanya berhenti di satu terminal bandara. Untuk menuju terminal lainnya,

    penumpang harus berganti moda ke alat transportasi internal bandara.

    2.7.3 Rail to airport people mover

    Beberapa bandara yang menggunakan sistem ini antara lain Paris Orly Airport

    dengan Orlyval, dan JFK International Airport-New York dengan AirTrain JFK.

    23

    2.7.4 Rail to bus to airport

    Contoh penerapannya berada di Oakland International Airport via AirBART dan

    BART, serta Los Angeles International Airport dengan Metro Green Line atau

    Amtrak California dan shuttle bus.

    2.8 Japan Internasional Cooperation Agency

    Badan Kerjasama Internasional Jepang atau yang lebih sering dikenal sebagai

    JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) adalah sebuah lembaga yang

    didirikan pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan negara-negara

    berkembang. Salah satu proyek yang JICA lakukan bagi pembangunan berbagai

    negara berkembang adalah desain stasiun kereta api di berbagai negara. Thailand,

    Vietnam, dan India merupakan sebagian kecil negara yang sudah mendapat

    bantuan desain stasiun kereta api dengan standar dari JICA. Sebagian besar hasil

    rancangan stasiun dari JICA berkonsep berintegrasi dengan bandar udara. Dari

    sisi kebutuhan, keragaman penduduk serta topografi negara-negara Asia. Dilihat

    dari hal itu maka pedoman desain JICA dari luar Indonesia sebagai patokan

    standar internasional dirasa tepat. Nantinya dalam penyusunan laporan tugas akhir

    akan ditambahkan masukan dari peraturan yang sudah ada di Indonesia dengan

    contoh hasil rancangan dari JICA.

  • 14

    BAB 3

    LANDASAN TEORI

    3.1 Analisis Kriteria Klasifikasi Stasiun (PM 33 Tahun 2011)

    3.1.1 Analisis Kriteria Fasilitas Operasi KA

    1. Persinyalan (bobot poin 60%)

    Peralatan persinyalan perkeretaapian merupakan fasilitas

    pengoperasian kereta api yang berfungsi memberi petunjuk atau

    isyarat

    2. Telekomunikasi (bobot poin 20%)

    Peralatan telekomunikasi perkeretaapian merupakan fasilitas

    pengoperasian kereta api yang berfungsi menyampaikan informasi

    dan/atau komunikasi.

    3. Listrik (bobot poin 20%)

    Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi

    kelistrikan yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga

    Iistrik.

    3.1.2 Analisis Kriteria Jumlah Jalur KA

    Jalur kereta api adalah bagian prasarana kereta api yang penting untuk

    memberikan layanan angkutan baik untuk penumpang maupun barang.

    Dijelaskan dalam PM 33 Tahun 2011, komponen jalur dikelompokkan

    untuk klasifikasi stasiun dengan bobot yang berbeda. Terdiri atas:

    1. Lebih dari 10 jalur (bobot poin 100%)

    2. 6 sampai 10 jalur (bobot poin 70%)

  • 15

    3. Kurang dari 6 jalur (bobot poin 20%)

    3.1.3 Analisis Kriteria Fasilitas Penunjang

    Fasilitas penunjang yang dimaksud dalam peraturan menteri adalah segala

    sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api, Fasilitas

    penunjang seperti yang tertulis dalam PM 33 tahun 2011 memiliki kriteria

    sebagai berikut:

    1. Penunjang (bobot poin 80%)

    a. Perparkiran (bobot poin 30%)

    b. Restoran (bobot poin 20%)

    c. Pertokoan (bobot poin 20%)

    d. Perkantoran (bobot poin 20%)

    e. Perhotelan (bobot poin 10%)

    2. Khusus (bobot poin 20%)

    a. Ruang tunggu penumpang (bobot poin 30%)

    b. Parkir kendaraan (bobot poin 20%)

    c. Penitipan barang (bobot poin 15%)

    d. Pergudangan (bobot poin 15%)

    e. Bongkar muat barang (bobot poin 10%)

    3.1.4 Analisis Frekuensi Lalu Lintas Kereta Api

    Arus lalu lintas penumpang dalam suatu stasiun sangat terkait erat dengan

    frekuensi lalu lintas kereta api. Komponen frekuensi lalu lintas yang

  • 16

    menjadi perhatian disini merupakan frekuensi kereta api per hari yang

    melintasi stasiun tersebut. Terdiri atas berbagai point:

    1. KA berhenti (bobot poin 90%)

    a. Lebih dari 60 KA (bobot poin 100%)

    b. 40 sampai 60 KA (bobot poin 70%)

    c. Kurang dari 60 KA (bobot poin 20%)

    2. KA langsung (bobot poin 10%)

    a. Lebih dari 80 KA (bobot poin 100%)

    b. 50 sampai 80 KA (bobot poin 70%)

    c. Kurang dari 50 KA (bobot poin 20%)

    3.1.5 Analisis Jumlah Penumpang

    Jumlah penumpang disini adalah jumlah pengguna transportasi kereta api

    dalam satu hari dan beraktivitas di stasiun. Komponen jumlah penumpang

    yang dimaksud dalam peraturan menteri ini merupakan jumlah pergerakan

    penumpang kereta api per hari yang terdiri atas:

    1. Lebih dari 50,000 (bobot poin 100%)

    2. 10,000 sampai dengan 50,000 (bobot poin 70%)

    3. Kurang dari 10,000 (bobot poin 20%)

    3.1.6 Analisis Jumlah Barang

    Pengangkutan barang dalam analisis ini mencakup penggunaan

    perpindahan barang selain penumpang dari dan menuju stasiun Barang

    disini merupakan jumlah pergerakan barang dan bagasi kereta dihitung

  • 17

    dalam per hari dan satuan per ton yang memiliki pembobotan sebagai

    berikut:

    1. Lebih dari 150 ton (bobot poin 100%)

    2. 100 sampai dengan 150 ton (bobot poin 70%)

    3. Kurang dari 100 ton (bobot poin 20%)

    3.2 Standar Pelayanan Minimum Di Stasiun (PM 47 Tahun 2014)

    3.2.1 Informasi Yang Jelas Dan Mudah Dibaca

    Pelayanan Informasi adalah pelayanan stasiun yang fungsinya memberikan

    informasi kepada calon penumpang, penumpang dan atau pengantar yang

    berkaitan dengan operasional/perjalanan kereta api dan fasilitas yang ada

    di stasiun. (Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api, 2012)

    3.2.2 Fasilitas Layanan Penumpang

    Fasilitas layanan penumpang disediakan untuk memberikan informasi

    perjalanan kereta api dan layanan menerima pengaduan. Untuk Stasiun

    besar harus menyediakan tempat atau ruangan khusus pelayanan informasi

    (Information Centre) yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang.

    3.2.3 Loket

    Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), pelayanan

    ticketing dapat dilayani di ruang/loket ticketing di dalam stasiun atau di

    drive thru ticketing yang telah disediakan untuk kemudahan penumpang

    dalam memperoleh tiket kereta api.

  • 18

    3.2.4 Ruang Tunggu

    Yang dimaksud ruang tunggu disini menurut PM 47 Tahun 2014 adalah

    ruang atau tempat yang disediakan untuk penumpang dan calon

    penumpang sebelum melakukan check in (ruang tertutup dan / atau

    ruangan terbuka.

    3.2.5 Ruang Boarding

    Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012) Pelayanan

    ruang tunggu (Boarding) merupakan pelayanan umum yang dipakai

    penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api.

    3.2.6 Tempat Ibadah

    Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), Pelayanan

    mushola yaitu pelayanan tempat untuk beribadah bagi yang beragama

    islam dengan ketentuan minimal harus tersedia tempat wudhu untuk pria

    dan wanita.

    3.2.7 Ruang Ibu Menyusui

    Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012) Pelayanan

    yang disediakan di stasiun untuk ibu menyusui adalah ruangan khusus

    sehingga ibu yang menyusui merasa nyaman.

    3.2.8 Toilet

    Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di stasiun

    tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan pelayanan tersebut yang dapat

    dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet

    pria dan wanita.

  • 19

    3.2.9 Fasilitas Kemudahan Naik/ Turun Penumpang

    Fasilitas kemudahan naik dan turun disini adalah peron kereta api, dengan

    memberikan kemudahan penumpang untuk naik turun dari kereta. Peron

    berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta api

    yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron

    rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di

    antara dua jalur (island platform).

    3.2.10 Fasilitas Penyandang Disabilitas

    Pelayanan untuk penyandang cacat dan lansia yaitu pelayanan yang dapat

    dimanfaatkan bagi penyandang cacat (difabel) dan orang usia lanjut untuk

    kemudahan atau aksesibilitasnya didalam stasiun yang tentunya sampai

    orang penyandang cacat dan lansia tersebut mendapatkan pelayanan yang

    diperlukan di dalam stasiun atau sampai masuk ke dalam kereta.

    3.2.11 Fasilitas Kesehatan

    Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas

    kesehatan untuk penumpang dan pegawai operasional kereta api yang

    menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya darurat.

    3.2.12 Fasilitas Keselamatan dan Keamanan

    Pelayanan Keselamatan adalah pelayanan wajib yang ada di stasiun yang

    berupa peringatan yang disampaikan kepada penumpang agar keselamatan

    terjamin Pelayanan keamanan adalah pelayanan keamanan dari petugas

    keamanan yang ada di stasiun disamping kamera CCTV yang beroperasi

    selama 24 jam (Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api, 2012)

  • 20

    3.3 Pembagian Fungsi Ruang Di Stasiun

    3.3.1 Ruang Untuk Kegiatan Pokok

    Seperti yang dijelaskan dalam Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api

    (2012), Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi

    kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa

    angkutan kereta api di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi

    menjadi dua bagian utama, yaitu:

    1. Ruang Petugas Operasional

    a. Ruang Kepala Stasiun (KS)

    b. Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS)

    c. Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA)

    d. Ruang Pengawas Peron (PAP)

    e. Ruang Keuangan

    f. Ruang Serbaguna

    g. Ruang Peralatan

    h. Ruang UPT Kru KA

    i. Ruang Istirahat Kru KA

    j. Ruang Petugas Keamanan

    k. Ruang Petugas Kebersihan

    2. Ruang Pelayanan dan Publik

    a. Ruang Hall

    b. Ruang Loket

  • 21

    c. Ruang Pelayanan Informasi

    d. Ruang Tunggu VIP

    e. Ruang Tunggu Eksekutif

    f. Ruang Tunggu Umum

    g. Ruang Peron

    h. Ruang Pelayanan Kesehatan

    i. Ruang Toilet Umum

    j. Ruang Mushola

    k. Ruang untuk Ibu Menyusui

    3.3.2 Ruang Untuk Kegiatan Penunjang

    Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), Ruang ini adalah ruang

    yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial yang secara langsung

    maupun tidak langsung menunjang kegiatan penyelenggaraan jasa

    angkutan kereta api di stasiun. Ruang ini meliputi:

    1. Ruang Pertokoan,

    2. Ruang Restoran,

    3. Ruang Parkir Kendaraan,

    4. Ruang Gudang,

    5. Ruang Penitipan Barang,

    6. Ruang Bongkar Muat Barang,

    7. Ruang ATM,

    8. Ruang Reservasi Hotel dan Travel

  • 22

    3.4 Luas Dan Kapasitas Ruang Di Stasiun

    3.4.1 Ruang Untuk Kegiatan Pokok

    Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik

    dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

    L = 0,64 m2/orang x V x LF

    L = luas ruang pelayanan dan publik (m2)

    V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)

    LF = load factor (100%) = 1

    Menurut Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012), Standar

    minimum untuk luas ruang kegiatan pokok di stasiun adalah sebagai

    berikut.

  • 23

    Tabel 3-1 Standar Luas Minimum Ruang Untuk Kegiatan Pokok Di Stasiun

    Sumber : Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api (2012)

    Dikarenakan kurang detailnya rumusan yang disediakan dalam peraturan

    di Indonesia, maka digunakan standar perhitungan luas stasiun yang

    didapat dari Japan Internasional Cooperation Agency (2012). Rumus

    perhitungannya ditampilkan di tabel dibawah.

  • 24

    Tabel 3-2 Standar Perhitungan Luas Stasiun

    Sumber : Japan Internasional Cooperation Agency (2012)

    3.4.2 Ruang Untuk Peron

    Diambil menurut PM 29 Tahun 2011, Berikut tabel dibawah akan

    menunjukkan ukuran teknis peron.

  • 25

    Tabel 3-3 Ukuran Teknis Peron

    Sumber : PM 29 Tahun 2011

    Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron dapat

    dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

    =0.64

    2

    b = lebar peron (meter)

    V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)

    LF = load factor (80%)

    l = panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang KA penumpang

    yang beroperasi (meter)

    3.5 Sirkulasi Di Dalam Stasiun

    3.5.1 Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun

    Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar pengaturan orang di

    stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena akan berdampak langsung terhadap

    kenyamanan penumpang. (Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api, 2012).

    Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3.

  • 26

    1. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I

    2. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II

    3. Zona Umum atau Zona III

    3.5.2 Pengaturan Sirkulasi Penumpang Di Stasiun

    1. Pengaturan Arah Sirkulasi Penumpang

    2. Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki di Area

    Parkir atau Depan Stasiun

  • 27

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Bagan Alir Penelitian

    Bagan alir penelitian dibuat agar penelitian dapan berjalan dengan baik dan

    sistematik, sehingga tidak terdapat bagian yang terlewat.Bagan alir penelitian ini

    dapat dilihat pada gambar 4.1.

    Mulai

    Perumusan Masalah

    Tinjauan Pustaka Penelitian Terkait

    Batasan Masalah

    Pengumpulan Data

    a. Layout dan luasan stasiun kelas A DAOP 6

    b. Fasilitas stasiun kelas A DAOP 6

    c. Jumlah penumpang menunggu di stasiun Tugu, Yogyakarta

    d. Kapasitas pemesanan loket di stasiun Tugu, Yogyakarta

    e. Rencana Jumlah penumpang bandara baru, Yogyakarta

    f. Frekuensi lalu lintas kereta api stasiun Kuala Namu

    g. Spesifikasi teknologi kereta api Kuala Namu

    h. Master Plan Bandara Baru Yogyakarta

    i. Lokasi Bandara Baru Yogyakarta

    j. Jumlah Pengguna Kereta Api di Stasiun Tugu, Yogyakarta

    1

  • 28

    Gambar 4-1 Bagan alir penelitian

    Penentuan Kelas Stasiun

    (PM 33 Tahun 2011)

    Standar Pelayanan

    Minimum

    ( PM 47 Tahun 2014)

    Pembagian Fungsi Ruang

    Stasiun

    (Pedoman Standardisasi

    Stasiun KA, 2012)

    1

    Luas Dan Kapasitas Stasiun

    (Pedoman Standardisasi Stasiun KA, 2012)

    (Japan Internasional Cooperation Agency, 2012)

    Penggambaran Layout

    (Referensi Stasiun Integrasi

    Negara Lain)

    Sirkulasi Dan Proses Intermoda

    (Pedoman Standardisasi Stasiun

    KA, 2012)

    (Japan Internasional Cooperation

    Agency, 2012)

    Selesai

  • 29

    4.2 Bahan Penelitian

    Dalam Desain Layout stasiun yang berintegrasi dengan bandara baru yogyakarta

    diperlukan berbagai data baik data primer maupun sekunder. Berbagai data

    tersebut seperti data primer didapatkan dengan survey langsung ke tempat terkait.

    Sedangkan data sekunder didapat dari instansi atau badan terkait. Berikut ini

    kebutuhan data sebagai berikut:

    1. Data Primer

    a. Layout dan luasan stasiun kelas A yang berada di DAOP 6

    Data ini berfungsi sebagai referensi kebutuhan luasan

    ruangan, serta desain layout untuk pembuatan tugas akhir.

    Data berupa jenis dan luasan ruangan, sirkulasi, serta

    jumlah petugas yang menggunakan ruangan tersebut. Data

    didapat dengan survey langsung ke stasiun terkait dan

    menyusuri setiap ruang yang ada di stasiun.

    b. Fasilitas stasiun kelas A yang berada di DAOP 6

    Data ini untuk melihat kebutuhan fasilitas langsung yang

    ada di lapangan. Lalu menjadi pertimbangan dalam

    pengerjaan tugas akhir.

    c. Jumlah penumpang menunggu di stasiun Tugu, Yogyakarta

    Asumsi yang diambil dari stasiun Tugu, dikarenakan

    beberapa hal yaitu untuk melihat pola pengguna kereta api

    sebelum menaiki moda kereta api dengan ketersediaannya

    menunggu kereta api.

    d. Kapasitas pemesanan loket di stasiun Tugu, Yogyakarta

    Pola dan lamanya para pengguna kereta api di tiap wilayah

    memiliki karakteristik masing-masing. Hal ini yang

  • 30

    menjadi dasar bagi stasiun bandara baru Yogyakarta

    dengan mengambil kapasitas tiket dari stasiun Tugu,

    Yogyakarta.

    2. Data Sekunder

    a. Prediksi Jumlah penumpang bandara baru, Yogyakarta

    Data ini didapat dari Pustral UGM dengan maksud untuk

    memprediksi pertumbuhan penumpang bandara serta

    memprediksi jumlah penumpang pengguna kereta dari dan

    ke bandara. Hasil data ini digunakan sebagai parameter

    klasifikasi stasiun yang mempengaruhi desain nantinya.

    b. Frekuensi lalu lintas kereta api stasiun Kuala Namu

    Data ini untuk mengetahui berapa banyak pergerakan

    kereta api yang singgah dan berangkat dari stasiun Kuala

    Namu. Nantinya data ini dijadikan asumsi dasar untuk

    klasifikasi stasiun kereta api bandara Yogyakarta.

    c. Spesifikasi teknologi kereta ARS Kuala Namu serta KRD

    Sriwedari Yogyakarta

    Pengetahuan spesifikasi kereta api bandara Kuala Namu

    dari sisi panjang kereta dan kapasitas kereta per sekali

    angkut dapat membantu penyusunan ruang kereta api

    kedepannya di kebutuhan fasilitas naik dan turun.

    Kedepannya data ini akan dijadikan asumsi penggunaan

    kereta yang akan dioperasikan di stasiun kereta api bandara

    baru Yogyakarta. Data ARS bisa didapat dari PT Railink

    yang berkantor di Medan, Sumatra Utara. Sedangkan untuk

    KRD bisa didapat dari DAOP 6 Yogyakarta.

    d. Master Plan Bandara Baru Yogyakarta

  • 31

    Data Master Plan memberi gambaran rancangan bandar

    udara kedepannya yang nanti memberi andil dalam desain

    layout terutama dari sisi sirkulasi serta proses intermoda

    yang baik. Data ini diperoleh dari lembaga ugm Pustral

    UGM .

    e. Lokasi Bandara Baru Yogyakarta

    Data ini untuk memudahkan dalam menilai lokasi stasiun

    nanti yang rencananya berintegrasi dengan bandara. Data

    ini didapat dari Dinas Perhubungan Provinsi Yogyakarta.

    f. Jumlah Pengguna Kereta Api di Stasiun Tugu, Yogyakarta

    Stasiun Tugu sebagai stasiun utama yang besar dan

    mengakomodasi pergerakan utama kereta ke luar kota

    Yogyakarta. Hal ini menjadi asumsi bagi desain layout

    stasiun dalam merancang kebutuhan ruang dalam stasiun.

    Data ini bisa didapat di DAOP 6 Yogyakarta.

    g. Data layout dan Detail Engginering Design stasiun kelas A

    di DAOP 6 Yogyakarta dan Stasiun Kuala Namu, Medan

    Data digunakan sebagai referensi untuk perbandingan

    dengan peraturan terkait. Untuk stasiun di Yogyakarta lebih

    kearah stasiun yang lebih sering digunakan masyarakat

    Yogyakarta nantinya sebagai penumpang. Sedangkan untuk

    stasiun Kuala Namu untuk kearah pedoman intermoda yang

    baik antara kereta api dan bandara di Indonesia saat ini.

    4.3 Alat Penelitian

    Peralatan yang dipakai lebih mengacu pada software yang digunakan untuk

    melakukan pengolahan data dan penggambaran. Sedangkan folmulir hanya

  • 32

    digunakan dalam survey yang berisi data eksisting stasiun yang ditinjau. Peralatan

    yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini, antara lain:

    1. Microsoft Word

    2. Micoroft Excel

    3. Autocad 2012

    4. Google Sketchup

    5. Folmulir Survey

    6. Alat counting

    7. Alat Ukur

    4.4 Tahapan Penelitian

    Pada penelitian ini dilakukan serangkaian pelaksanaan dalam beberapa tahap

    yang meliputi:

    4.4.1 Perumusan Masalah

    Pada tahapan ini penulis menyusun latar belakang dan perumusan masalah dari

    tugas akhir ini yang bertema desain layout stasiun bandara udara baru Yogyakarta.

    4.4.2 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terkait

    Pada tahap ini penulis mencari sumber dari berbagai literatur yang ada. Mulai dari

    peraturan serta perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang menyangkut

    penyusunan tugas akhir, ditambah peraturan dan perundang-undangan dari

    berbagai negara lain sebagai bahan pertimbangan

  • 33

    4.4.3 Batasan Masalah

    Pada tahap ini penulis menetapkan pembatasan dalam tugas akhir ini. dengan

    terus memperkecil scoop penelitian agar lebih fokus dan lebih akurat dalam

    penyusunannya nanti.

    4.4.4 Pengumpulan Data

    Setelah studi sebelumnya penulis mengetahui langkah desain layout serta

    mengetahui penggunaan data yang mempengaruhi desain layout serta kebutuhan

    lainnya. Kebutuhan data primer dan sekunder dapat dilihat di sub bab

    sebelumnya.

    4.4.5 Desain Layout Beserta Fasilitas dan Kebutuhan Ruang

    Setelah semua data terkumpul dilakukan desain layout dengan berbagai sumber

    yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya. Dimulai dari penentuan klasifikasi

    stasiun, setelah didapat kelas stasiun, dilanjutkan penerapan standar pelayanan

    minimum dan pembagian fungsi ruang stasiun. Setelah mengetahui kebutuhan

    ruang beserta fasilitasnya, masuk ke perhitungan luas dan kapasitas stasiun.

    Dengan didapatnya luasan dan kapasitas, layout bisa dirancang

    4.4.6 Sirkulasi Dan Proses Intrermoda

    Di saat yang bersamaan dengan desain layout, dibarengi pula dengan penentuan

    sirkulasi dan proses intermoda dari pengguna kereta api ke pengguna pesawat. Di

    tahap ini desain dirancang berdasarkan referensi dari berbagai stasiun di Indonesia

    maupun luar negri. Setelah proses ini selesai, maka selesai lah pengerjaan tugas

    akhir ini ditutup dengan gambar desain layout dan kesimpulan.

  • 34

    BAB 5

    JADWAL PENELITIAN

    Jadwal penelitian dikaitkan dengan ketersediaan waktu dan dana penelitian

    dengan tetap memperhitungkan kemungkinan adanya faktor luar, seperti

    kemudahan memperoleh data, ketersediaan alat, ketersediaan pustaka, maupun

    perangkat lunak. Berikut tabel jadwal penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.1

    Tabel 5-1 Jadwal Penelitian

    No Tahapan Maret April Mei Juni Juli

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Penyusunan Tugas Akhir

    1 Pengajuan Judul

    2 Penyusunan Proposal

    3

    Penyusunan Naskah TA

    Bab 1-5 (revisi/ update proposal)

    4

    Penyusunan Bab 6 (Hasil Penelitian dan Pembahasan)

    a) Detail desain penelitian

    (data primer dan sekunder)

    b) Pelaksaan penelitian

    (data primer dan sekunder)

    c) Input dan reduksi data

    d) Analisa data dan pembahasan

    5 Penyusunan Bab 7

    (Kesimpulan dan Saran)

    6 Seminar Hasil TA

    7 Ujian pendadaran

    8 Revisi/ Finalisasi naskah TA

  • 35

    Daftar Pustaka

    Givoni, M, Banister, D. (2006). Airline and Railway Integration. Transport

    Policy, Volume 13, Issue 5, pp 386-397.

    Japan International Cooperation Agency (JICA). 2012 Socialist Republic Of

    Vietnam Preparatory Survey On Ben Thanh Central Station Project.

    Nippon Koei Co., LTD. Tokyo.

    Kandee and Kandee, 2004 Kandee, Kandee, S (2001. Intermodal Concept in

    Railway Station Design.

    www.bu.ac.th/knowledgecenter/epaper/jan_june2004/somruedee.pdf

    Karlen, Mark. 2008. Dasar-Dasar Perencanaan Ruang. Erlangga. Jakarta

    PT Kereta Api Indonesia (Persero). 2013. Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta

    Api Indonesia. PT Kereta Api Indonesia. Bandung

    Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang

    Perkeretaapian. Lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 23. Sekretariat

    Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang

    Penyelenggaraan Perkeretaapian. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No.

    56. Sekretariat Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 10 Tahun 2011

    tentang Persyaratan Teknis Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian.

    Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 10. Sekretariat Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 11 Tahun 2011

    tentang Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan Perkeretaapian.

    Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 11. Sekretariat Negara. Jakarta.

  • 36

    Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011

    tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api. Lembaran

    Negara RI Tahun 2011, No. 23. Sekretariat Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011

    tentang Jenis, Kelas Dan Kegiatan Stasiun Kereta Api. Lembaran Negara

    RI Tahun 2011, No. 33. Sekretariat Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011

    tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional. Lembaran Negara RI

    Tahun 2011, No. 43. Sekretariat Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 1164 Tahun

    2013 tentang Penetapan Lokasi dan Rencana Induk Bandara Baru

    Yogyakarta. Lembaran Negara RI Tahun 2013, No. 1164. Sekretariat

    Negara. Jakarta.

    Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan No. 47 Tahun 2014

    tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan

    Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 47. Sekretariat Negara.

    Jakarta.

    Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan No. 47 Tahun 2014

    tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan

    Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 47. Sekretariat Negara.

    Jakarta.

    Utomo, Suryo Hapsoro T. 2009. Jalan Rel. Beta Offset. Yogyakarta